• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penggunaan Shelter Berbeda Terhadap Tingkat Kelangsungan Hidup Dan Pertumbuhan Lobster Pasir (Panulirus homarus) Pada Kegiatan Pendederan Secara Indoor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Penggunaan Shelter Berbeda Terhadap Tingkat Kelangsungan Hidup Dan Pertumbuhan Lobster Pasir (Panulirus homarus) Pada Kegiatan Pendederan Secara Indoor"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGGUNAAN

SHELTER

BERBEDA TERHADAP

TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN

LOBSTER PASIR (

Panulirus homarus)

PADA KEGIATAN

PENDEDERAN SECARA

INDOOR

HENDRA SATWIKA

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul pengaruh penggunaan

shelter berbeda terhadap tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan lobster pasir (Panulirus homarus) pada kegiatan pendederan secara indoor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Mei 2014

Hendra Satwika

(4)

ABSTRAK

HENDRA SATWIKA. Pengaruh penggunaan shelter berbeda terhadap tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan lobster pasir (Panulirus homarus) pada kegiatan pendederan secara indoor. Dibimbing oleh EDDY SUPRIYONO dan KUKUH NIRMALA.

Permasalahan yang terjadi terhadap pembesaran lobster pasir (Panulirus homarus) adalah tingkat kematian dan kanibalisme yang tinggi akibat tidak dilakukan aklimatisasi benih terlebih dahulu sebelum dilakukan penebaran di karamba jaring apung. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji penggunaan shelter dengan bahan berbeda terhadap tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan lobster pasir pada kegiatan pendederan secara indoor. Bahan shelter yang digunakan antara lain, bahan PVC-paralon, bahan paranet dan kontrol (tanpa shelter). Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 3 perlakuan dengan 2 ulangan. Benih lobster sebanyak 95 ekor dipelihara pada wadah fiber ukuran 1000 liter air dan dipelihara selama 70 hari. Pakan yang diberikan berupa ikan rucah. Jumlah pakan yang diberikan berdasarkan feeding rate (FR) sebanyak 10% dari biomasa. Pemberian pakan dilakukan satu kali sehari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan shelter bahan PVC memberikan kelangsungan hidup, pertumbuhan bobot dan pertumbuhan panjang tertinggi. Perlakuan shelter

bahan PVC memiliki kelangsungan hidup sebesar 65,26±1,49%, pertumbuhan bobot sebesar 5,72±0,60 gram, pertumbuhan panjang sebesar 10,43±0,15 cm. Kata kunci: Benih lobster pasir, bobot, kelangsungan hidup, panjang tubuh

shelter.

ABSTRACT

HENDRA SATWIKA. Effect of different shelters application to survival rate and growth of spiny lobster Panulirus homarus on nursery activities in indoor system. Supervised by EDDY SUPRIYONO dan KUKUH NIRMALA

The problem that happen on growth spiny lobster Panulirus homarus are high of mortality and cannibalism rate because of adaptation lobster is not done before puting in floating net cages. This research was conducted to determine effect of using dfferent shleter materials to survival rate on nursery activities in indoor system. Materials shelter that used were PVC, net and control (without shelter). This research used completely randomized design and consisted of three treatments with two replications. A total 95 lobster’s seed kept at fiber of 1000 liters of water, reared for 70 days. The feed was trash fish. The feed that given refer to feeding rate (FR) of 10% biomass. Feed given one time a day. The result showed application of PVC’s shelter provide the highest survival, growth weight and lenght growth. Application of PVC’s shelter has 65,26±1,49% of survival rate, 5,72±0,60 gram growth seight and 10,43±0,15 cm lenght growth.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Budidaya Perairan

PENGARUH PENGGUNAAN

SHELTER

BERBEDA TERHADAP

TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN

LOBSTER PASIR (

Panulirus homarus)

PADA KEGIATAN

PENDEDERAN SECARA

INDOOR

HENDRA SATWIKA

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Pengaruh Penggunaan Shelter Berbeda Terhadap Tingkat Kelangsungan Hidup Dan Pertumbuhan Lobster Pasir

(Panulirus homarus) Pada Kegiatan Pendederan Secara Indoor

Nama : Hendra Satwika NIM : C14090039

Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya

Disetujui oleh

Dr Ir Eddy Supriyono, MSc Pembimbing I

Dr Ir Kukuh Nirmala, MSc Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. Sukenda, MSc Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini yang berjudul: “Pengaruh Penggunaan Shelter Berbeda Terhadap Tingkat Kelangsungan Hidup Dan Pertumbuhan Lobster Pasir (Panulirus homarus) Pada Kegiatan Pendederan Secara Indoor”. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 hingga Januari 2014 di Laboratorium Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Jalan Pasir Putih 1 Ancol Timur Jakarta Utara. Berbagai pihak telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua tercinta, Ayah Lilik Hariyanto dan Ibu Chantar Harumi yang selalu mencurahkan kasih sayangnya, do’a dan dukungan yang tiada henti. Adik Indri Septiana yang senantiasa memberikan hiburan, motivasi dan semangat kepada penulis.

2. Dr Ir Eddy Supriyono, MSc selaku Pembimbing I dan Dr Ir Kukuh Nirmala, MSc selaku Pembimbing II atas segala masukan dan dukungannya selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan tugas akhir ini.

3. Bapak Kukuh Adhiyana, ST, Ibu Lolita Thesiana, S.Si, Bapak Mardi yang telah banyak membantu selama pelaksanaan penelitian di Ancol.

4. Laboran laboratorium lingkungan, Pak Jajang Ruhanaya dan Kang Abe yang telah banyak membantu selama urusan di Laboratorium.

5. Keluarga BDP 46 atas semangat, motivasi, kebersamaan, dan kenangan. 6. Sahabat-sahabat terdekat : Irfan, Bani, Anisa Caca, Wahyu, Ikhsan, Wuri,

Putri, Dila, Ares, Soya, Yeyen, Ita, Rizki, Reza, Seto.

7. Maya Fitriana, S.Pi yang selalu memberikan dukungan, arahan, dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Keluarga besar Departemen Budidaya Perairan, BDP 46, BDP 47, BDP 48. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis, ilmu pengetahuan, masyarakat, dan seluruh pihak yang membutuhkan.

Bogor, Mei 2014

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 2

BAHAN DAN METODE ... 2

Rancangan Percobaan ... 2

Parameter Uji dan Analisis Data ... 3

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 4

Hasil ... 4

Pembahasan... 7

Kesimpulan ... 9

Saran ... 9

DAFTAR PUSTAKA ... 10

LAMPIRAN ... 12

(10)

DAFTAR GAMBAR

1 Tingkat kelangsungan hidup lobster pasir selama masa pemeliharaan ... 3

2 Pertumbuhan bobot lobster pasir selama masa pemeliharaan ... 5

3 Pertumbuhan panjang lobster pasir selama masa pemeliharaan ... 6

4 Laju pertumbuhan spesifik lobster pasir selama masa pemeliharaan ... 6

5 Nilai amonia tiap perlakuan ... 7

6 Nilai suhu tiap perlakuan ... 7

7 Nilai oksigen terlarut tiap perlakuan ... 7

DAFTAR LAMPIRAN

1 Bentuk dan ukuran shelter paranet ... 12

2 Bentuk dan ukuran shelter PVC ... 12

3 Desain wadah resirkulasi... 12

(11)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Lobster air laut merupakan komoditas perikanan yang bernilai ekonomis tinggi dan menjadi unggulan produk perikanan di seluruh dunia. Permintaan konsumsi lobster air laut terus meningkat dari tahun ke tahun, menurut Drengstig dan Bergheim (2013), permintaan kebutuhan lobster air laut di pasar internasional mencapai 2000–2500 ton/tahun, sementara pasokan lobster di pasar tidak tersedia secara kontinyu. Hal ini disebabkan jumlah ketersediaan lobster yang semakin menurun di alam dan pengaruh musim dalam kegiatan penangkapan lobster di alam.

Kegiatan budidaya lobster di keramba jaring apung (KJA) berkembang baik di Indonesia seperti di daerah Lombok dan Kabupaten Sukabumi (Palabuhan Ratu). Umumnya jenis lobster yang dibudidayakan adalah jenis lobster pasir (Panulirus homarus). Kegiatan budidaya pembesaran lobster pasir di Lombok menggunakan KJA masih terdapat kelemahan, yaitu KJA tidak di lengkapi shelter

dan tingkat kelangsungan hidup yang diperoleh terbilang rendah (40-50%)

(Suastika et al. 2008). Begitu juga dengan usaha budidaya lobster pasir di Sukabumi (Palabuhan Ratu), pemeliharaan lobster di KJA tanpa menggunakan

shelter dengan tingkat kelangsungan hidup 40-60%. Ukuran benih yang digunakan dalam kegiatan pembesaran lobster tersebut sangat beragam (≤50 gram/ekor) dengan padat tebar 100 ekor/m2. Tingkat kematian lobster pada kegiatan pembesaran ini relatif tinggi dikarenakan pada awal penebaran tidak melalui proses aklimatisasi dan tidak dilakukan penyeragaman ukuran terlebih dahulu. Kelangsungan hidup lobster dari fase puerulus hingga juvenil berkisar 40-50% (Jones 2010). Angka kematian selama fase puerulus relatif tinggi, terutama disebabkan oleh sifat kanibalisme. Johnston et al. (2006) menyatakan bahwa keberagaman ukuran benih berpotensi meningkatnya tingkat kanibalisme.

Salah satu cara mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan melakukan kegiatan pendederan benih lobster sebelum ditebar di keramba jaring apung. Kegiatan pendederan lobster air laut dapat dilakukan secara indoor. Pendapat James (2007) mengatakan bahwa kegiatan pendederan secara indoor

memiliki kelebihan dibanding outdoor, antara lain meminimalisir biaya operasional pemberian pakan dan infrastuktur. Pendederan lobster secara indoor

juga dimaksudkan sebagai aklimatisasi benih. Proses pendederan krustasea yang bersifat kanibal misalnya udang galah bertujuan untuk memberi kesempatan bagi benih udang untuk beradaptasi dengan lingkungan yang baru, sehingga benih yang dihasilkan bersifat lebih adaptif terhadap perubahan kondisi lingkungan dan dapat mengurangi tingkat kematian benih (Khasani 2008). Upaya yang dilakukan untuk mengurangi tingginya tingkat kanibalisme adalah dengan penggunaan shelter

(12)

2

lobster yang hidup di Amerika misalnya Rock Lobter, (Jasus edwarsii) (James et al. 2002) dan Western Rock Lobster, (Panulirus cygnus) (Johntston et al. 2006).

Berkaitan dengan penggunaan shelter pada lobster dengan bahan yang berbeda menunjukkan bahwa jenis shelter yang umum dilakukan adalah bahan seperti batu koral, kayu dan bahan paranet (Chau et al. 2008). Kajian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa penggunaan shelter bahan paranet memberikan kelangsungan hidup dan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan

shelter bahan kayu dan batu koral. Namun demikian, penelitian aplikasi shelter

dengan bahan paranet dan pipa PVC belum dilakukan untuk lobster pasir (Panulirus homarus), sehingga penelitian mengenai jenis shelter paranet dan pipa PVC perlu dilakukan.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh penggunaan jenis shelter

yang berbeda terhadap tingkat kelangsungan hidup lobster pasir (Panulirus homarus) pada kegiatan pendederan secara indoor dan menentukan jenis shelter

yang memberikan tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan yang terbaik.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL), terdiri atas tiga perlakuan dengan masing-masing dua kali ulangan (Tabel 1). Perlakuan yang digunakan berupa pemakaian shelter dengan bahan PVC, shelter dengan bahan paranet dan tanpa shelter (kontrol).

Tabel 1 Rancangan perlakuan pemakaian jenis shelter Perlakuan Notasi Jenis shelter

1 A Bahan PVC

2 B Bahan paranet

(13)

3 Persiapan Wadah

Wadah yang digunakan berupa bak fiber putih sebanyak 6 buah dengan dimensi 1 x 1 x 1 m3. Sebanyak 2 bak terdapat shelter dari bahan paranet dengan ukuran 20 x 20 x 7 cm3 (Lampiran 2), 2 bak terdapat shelter dari bahan pipa PVC dengan diameter 1,5 inci, panjang 15 cm (Lampiran 3), 2 bak tanpa shelter

(kontrol), 1 bak sebagai penampung kotoran dari setiap wadah dan 1 bak sebagai penampung dari hasil filter. Setiap bak dilengkapi dengan sistem aerasi, inlet dan

outlet.

Pemeliharaan Lobster

Lobster dipelihara di dalam bak fiber dengan padat tebar 95 ekor/wadah dengan volume air sebanyak 800 liter/wadah dan dilengkapi sistem aerasi. Lobster dipelihara selama 70 hari dan diberi pakan ikan rucah yang ditentukan berdasarkan feeding rate (FR). FR yang digunakan sebanyak 10% dari biomassa. Frekuensi pemberian pakan satu kali sehari pada waktu siang hari.

Pengelolaan Kualitas Air

Penelitian ini menggunakan sistem resirkulasi (Lampiran 4) dengan filter fisik, kimia dan biologi.. Filter fisik yang digunakan adalah jenis busa/dakron. Filter kimia yang digunakan adalah karbon aktif dan batu zeolit. Filter biologi yang digunakan adalah bio kristal. Untuk menjaga kualitas air dilakukan penyifonan pada kotoran, padatan dan sisa pakan lobster tiap hari.

Pengamatan Lobster

Pengukuran bobot dan panjang tubuh dilakukan pada setiap minggu selama 70 hari kegiatan pemeliharaan. Pengukuran bobot menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 0,01 gram dan pengukuran panjang tubuh menggunakan jangka sorong dengan ketelitian 0,01 mm.

Parameter Uji dan Analisis Data Laju Pertumbuhan Bobot Spesifik

Laju pertumbuhan spesifik (LPS) atau persentase pertambahan bobot setiap hari. LPS bobot dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Syda-Rao

et al. 2010):

Keterangan :

LPS : Laju petumbuhan spesifik (% per hari)

(14)

4

Kelangsungan Hidup

Kelangsungan hidup (KH) adalah presentase jumlah lobster yang hidup setelah dipelihara (dalam waktu tertentu) dibandingkan dengan jumlah pada awal pemeliharaan yang dapat dihitung dengan rumus berikut (Effendie 1979):

KH = x 100 % Keterangan :

KH : Tingkat Kelangsungan Hidup (%) Nt : Jumlah ikan pada waktu t (ekor)

No : Jumlah ikan awal pada saat ditebar (ekor)

Pertumbuhan Panjang Standar

Panjang standar diukur dari ujung rostrum hingga pangkal ekor. pertumbuhan panjang adalah nilai selisih panjang pada waktu ke-t dengan panjang sebelumnya, dirumuskan (Effendie 1979):

P= Pt - Po

Keterangan : Pt : Panjang rata-rata lobster hari ke-t Po : Panjang rata-rata lobster hari ke-0 P : Pertambahan panjang

Kualitas Air

Parameter fisika yang diukur selama penelitian meliputi suhu, sedangkan parameter kimia yang diukur meliputi pH, oksigen terlarut (DO), amonia (NH3). Parameter suhu, pH, DO diukur secara in situ pada setiap hari selama pemeliharaan. Sampel air untuk amonia (NH3) diambil pada hari ke-0, 7, 14, 21, 28, 35, 42, 49, 56, 63 dan 70. Analisis amonia dilakukan di Laboratorium Lingkungan Departemen Budidaya Perairan, Institut Pertanian Bogor.

Analisis Data

Data yang dikumpulkan selama penelitian meliputi jumlah lobster akhir, bobot tubuh, panjang tubuh, dan kualitas air. Data hasil pengukuran parameter tersebut digunakan untuk menentukan tingkat kelangsungan hidup, pertumbuhan bobot, laju pertumbuhan spesifik. Data beberapa parameter yang telah diperoleh kemudian ditabulasi dan diolah menggunakan software Microsoft Excel 2013 dan uji ANOVA dengan uji Duncan menggunakan software SPSS versi 17.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Kelangsungan Hidup

(15)

5 (kontrol) yang memiliki kelangsungan hidup sebesar 48,42±4,47% dan 39,47±2,23%. Perlakuan shelter dengan bahan pipa PVC menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05) terhadap perlakuan shelter dengan bahan paranet dan Perlakuan shelter bahan paranet menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan perlakuan tanpa shelter (Lampiran 4).

Keterangan: Huruf superscript di belakang nilai standar deviasi yang berbeda pada setiap baris menunjukkan pengaruh perlakuan yang berbeda nyata (P<0.05).

Gambar 1. Tingkat kelangsungan hidup lobster pasir selama masa pemeliharaan

Pertumbuhan Bobot

Tingkat pertumbuhan bobot lobster pasir selama masa pemeliharaan disajikan pada Gambar 2. Hasil uji statistik secara umum menunjukkan terdapat perbedaan nyata (P<0,05) pada minggu ke-5 sampai ke-10 (Lampiran 4). Nilai rata-rata bobot tertinggi pada akhir pemeliharaan terdapat pada perlakuan B (PVC) sebesar 5,58±0,09 gr, sedangkan pada perlakuan A (paranet) dan K (kontrol) masing-masing sebesar 4,87±0,04 gr dan 4,73±0,06 gr.

Gambar 2. Pertumbuhan bobot lobster pasir selama masa pemeliharaan

Pertumbuhan Panjang

(16)

6

cm, sedangkan perlakuan A (Paranet) dan K (kontrol) mengalami pertumbuhan sebesar 5,41 cm dan 5,20 cm.

Gambar 3. Pertumbuhan panjang lobster pasir selama masa pemeliharaan

Laju Pertumbuhan Spesifik

Laju pertumbuhan spesifik selama masa pemeliharaan disajikan pada Gambar 4. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa perlakuan shelter dengan bahan berbeda memberikan pengaruh yang berbeda nyata (p<0,05) terhadap laju pertumbuhan spesifik bobot lobster pasir (Panulirus homarus) (Lampiran 4). Laju pertumbuhan spesifik tertinggi adalah pada perlakuan B (PVC) dengan penggunaan shelter bahan pipa PVC.

Keterangan: Huruf superscript di belakang nilai standar deviasi yang berbeda pada setiap baris menunjukkan pengaruh perlakuan yang berbeda nyata (P<0.05).

Gambar 4. Laju pertumbuhan spesifik lobster pasir selama masa pemeliharaan

Kualitas Kimia dan Fisika Air

(17)

7

Gambar 5. Nilai suhu tiap perlakuan

Kadar oksigen terlarut pada media pemeliharaan dapat dilihat pada Gambar 6. Nilai oksigen terlarut selama masa pemeliharaan berada dalam kisaran 5,94 mg/L – 6,27 mg/L.

Gambar 6. Nilai oksigen terlarut tiap perlakuan

Konsentrasi nilai amonia pada tiap perlakuan selama masa pemeliharaan di sajikan pada Gambar 7. Nilai amonia memperlihatkan nilai yang fluktuatif pada setiap minggu. Kisaran nilai pada tiap perlakuan berada pada 0,00-0,04 mg/L. Nilai amonia tertinggi terjadi pada minggu ke-5.

Gambar 7. Nilai amonia tiap perlakuan

Pembahasan

(18)

8

yang berbeda menunjukkan bahwa jenis shelter dapat menaikkan kelangsungan hidup lobster selama 70 hari pemeliharaan. Nilai kelangsungan hidup yang diperoleh pada masing-masing perlakuan, shelter bahan pipa PVC menghasilkan kelangsungan hidup yang tertinggi. Shelter bahan pipa PVC diduga lebih efektif dalam menekan tingkat kematian lobster pasir dan dapat melindungi, menampung lobster untuk berganti kulit. Posisi shelter yang dapat melindungi dan menampung udang yang ganti kulit adalah posisi shelter yang sejajar dengan dasar wadah (horizontal). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Erwin (1989) pada pascalarva udang windu (Panaeus monodon). Walaupun kedua shelter sejajar dengan wadah, tidak terdapat kesamaan pada nilai kelangsungan hidup. Shelter

bahan pipa PVC ini diduga memiliki celah yang dapat menutupi seluruh tubuh lobster untuk bersembunyi dan tidak mudah terlihat oleh lobster lain saat berganti kulit. Sesuai dengan pendapat Segal dan Roe (1975) yang menyatakan bahwa udang menyukai shelter yang panjang bagian dalamnya lebih panjang dari badan udang itu sendiri, sehingga udang dapat bersembunyi dan tidak teramati oleh udang lainnya.

Rendahnya nilai kelangsungan hidup pada perlakuan tanpa shelter diduga akibat tingkat kanibalisme yang tinggi pada wadah tersebut. Sifat kanibalisme ini sering timbul pada lobster yang sehat. Sasaran pemangsaan adalah lobster yang sedang dalam proses ganti kulit (molting). Lobster yang baru molting badannya masih lembek, berwarna putih kepucatan dan mengeluarkan aroma yang menarik selera pemangsa. Tingginya tingkat kanibalisme dapat ditekan dengan pemberian shelter

pada wadah pemeliharaan, sehingga lobster yang berganti kulit akan aman dari gangguan lobster yang lain. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Segal dan Roe (1975) yang menyatakan bahwa udang yang sedang berganti kulit dapat diserang oleh udang lain dan akan mati bila tidak terdapat shelter. Tingginya tingkat kelangsungan hidup diperoleh pada wadah pemeliharaan yang menggunakan

shelter dibandingkan dengan wadah pemeliharaan tanpa shelter.

Shelter berfungsi sebagai tempat persembunyian yang aman bagi lobster yang mengalami molting sehingga terhindar dari serangan lobster lain, melindungi lobster dari sinar matahari langsung, sebagai tempat istirahat (Widha 2003). Tempat persembunyian dalam budidaya lobster harus disediakan, hal ini berkaitan dengan habitat lobster di alam banyak terdapat di sekitar terumbu karang, lobster sering bersembunyi di balik terumbu karang untuk berlindung. Selama masa molting, keadaan lobster sangat lemah dan berdiam diri selama 2-3 hari hingga kulit yang baru tumbuh dan mengeras. Pertumbuhan dipengaruhi oleh dua faktor antara lain, faktor internal yang berkaitan dengan organisme itu sendiri meliputi karakteristik genetik dan kondisi fisiologis, serta faktor eksternal yang berkaitan dengan lingkungan diantaranya komposisi kimia air, suhu, tingkat metabolisme, ketersediaan oksigen dan pakan.

(19)

9 pendapat Segal dan Roe (1975) yang menyatakan bahwa udang yang sedang berganti kulit dapat diserang oleh udang lain dan akan mati bila tidak terdapat

shelter.

Laju pertumbuhan juga bergantung dari frekuensi molting dan perubahan ukuran per molting. Secara periodik lobster akan berganti kulit (molting) yaitu kulit yang lama akan ditanggalkan dan diganti dengan kulit yang baru. Pada saat pergantian kulit tersebut bisanya diikuti dengan pertumbuhan dan pertambahan berat. Selama masa pemeliharaan, lobster pada setiap perlakuan mengalami pertumbuhan bobot dan pertambahan panjang tubuh pada setiap minggu. Namun, pertumbuhan bobot, pertambahan panjang tubuh dan laju pertumbuhan yang paling baik ditunjukkan oleh perlakuan shelter bahan pipa PVC.

Kegiatan budidaya lobster pasir tidak terlepas dari kondisi lingkungan, terutama kualitas air sebagai media yang secara langsung mempengaruhi kegiatan budidaya. Suhu pada wadah selama masa pemeliharaan berkisar antara 27,70-28,400C. Suhu tersebut masih dalam kondisi yang dapat ditolelir oleh lobster pasir, akan tetapi suhu optimum untuk pertumbuhan lobster adalah 28-300C. Pada suhu yang rendah, lobster tidak dapat tumbuh dengan baik. Proses molting yang diperlukan lobster cepat tumbuh membutuhkan suhu yang cukup hangat (Anonimous 1979). Kadar oksgen terlarut selama masa pemeliharaan berkisar antara 5,27-6,27 mg/L. Batas toleransi udang terhadap kadar oksigen berkisar antara 4,0-8,0 mg/L (Anonimous 1979). Kadar oksigen yang rendah udang akan bersifat pasif yang mengakibatkan pertumbuhan menjadi terhambat. Kadar oksigen terlarut di bawah kebutuhan optimum dalam jangka waktu yang panjang akan menyebabkan udang stres dan berpengaruh terhadap pertumbuhan yang akhirnya dapat meningkatkan kematian (Stikney 1979). Kandungan amonia selama masa pemeliharaan berkisar antara 0,00-0,04 mg/L. Kisaran nilai ini aman bagi pertumbuhan udang. Wardoyo dan Djokosetiyanto (1988) menyarankan agar kandungan amonia di perairan tidak lebih dari 0,5 mg/L.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemeliharaan lobster pasir (Panulirus homarus) selama 70 hari menunjukkan bahwa penggunaan shelter pada wadah budidaya memberikan kelangsungan hidup, laju pertumbuhan spesifik, pertumbuhan bobot dan panjang tubuh yang lebih baik dibandingkan tanpa shelter. Shelter dari bahan pipa PVC memberikan kelangsungan hidup, laju pertumbuhan spesifik, pertumbuhan bobot dan panjang tubuh lobster pasir tertinggi.

Saran

Pemeliharaan dalam budidaya lobster pasir sebaiknya menggunakan shelter

(20)

10

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 1979. Pembesaran Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii de Man) dengan Sistem Shelter dalam Karamba di Bendung Curug Sebagai Salah Satu Cara Pengendalian Gulma Air. [Skripsi]. Universitas Pajajaran. Bandung

Chau NM, Ngoc NTB, Nhan LT. 2008. Effect of Different Types of Shelter on Growth and Survival of Panulirus ornatus Juveniles. Spiny Lobster Aquaculture in the Asia-Pacific Region, ACIAR Proceedings p: 85-88. Drengstig A dan Bergheim A. 2013. Commercial Land-Based Farming of

European lobster (Homarus gammarus L.) in Recirculating Aquaculture System (RAS) Using a Single Cage Approach. Journal of Aquacultural Engineering 53: 14-18.

Effendie, M.I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Dewi Sri. Bogor. 112 hal.

Erwin. 1989. Pengaruh Penggunaan Kombinasi Tipe Shelter terhadap Kelangsungan Hidup Pascalarva Udang Windu (Panaeus monodon Fab). [Skripsi]. IPB. Bogor.

James PJ. 2007. Lobsters Do Well in Sea-Cages: Spiny Lobster on-Growing in New Zealand. Bull. Fish. Res. Agen . No. 20: 69-71.

James PJ, Tong L, Paewai M. 2002. Effect of Stocking Density and Shelter on Growth and Mortality of Early Juvenile Jasus edwardsii Held in Captivity. Marine and Freshwater Research. 52 (8): 1413-1417 .

Johnston D, Melville-Smith R, Hendriks B, Maguire GB, Phillips B. 2006.

Stocking Density and Shelter Type For The Optimal Growth and Survival of Western Rock Lobster Panulirus cygnus (George). Journal of Aquaculture 260: 114–127.

Jones CM. 2010. Tropical Spiny Lobster Aquaculture Development in Vietnam, Indonesia and Australia, Journal of Marine Biological Assay India, 52: 2. Khasani, I. 2008. Upaya Peningkatan Produksi dalam Usaha Pembesaran Udang

Galah (Macrobrachium rosenbergii de Man). Media Akuakultur. 3 :1-27. Mohammed,G., Syda-Rao S., Ghosh S. 2010. Aquaculture of Spiny Lobsters in

Sea Cages in Gujarat, India. Journal of Marine Biological Assay, 52 (2): 316-319.

Segal, E., A. Roe. 1975. Growth and Behaviour of Post Juvenile Macrobrachium rosenbergii (de Man) in Close Confinement. Proceedings Annual Meeting World Mariculture Society. Lousiana State University. 6: 67-88

Smith, T. I. J. And P. A. Sandifer. 1975. Increased Production of Tank Reared

Macrobrachium rosenbergii Through Use of Artificial Substrates. Proceedings Annual Meeting World Mariclture Society. Lousiana State University. 6: 55-56

Stikney, R.R. 1979. Principle of Warmwater Aquaculture. New York. John Willey and Sons, INC (Publisher).

Suastika M, Fatuchri, Surahman A. 2008. Studi Kelayakan: Meningkatkan pembesaran dan nutrisi lobster di Nusa Tenggara Barat. In: Jones C (Ed). ACIAR (Australian Center for International Agricultural Research)

(21)

11

homarus (Linnaeus) at Vizhinjam, Trivadrum Along The South-West Coast of India. Indian Journal of Fisheries 57(1): 23-29.

Tanribali. 2007. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus) Pada Sistem Resirkulasi Dengan Padat Penebaran dan Rasio Shelter Yang Berbeda. [Skripsi]. IPB. Bogor.

Wardoyo, S.T.H. dan D. Djokosetyanto. 1988. Pengelolaan Kualitas Air di Tambak. [Makalah]. Seminar Memacu Keberhasilan dan Pengembangan Usaha Pertambakan Udang Bogor.

(22)

12

LAMPIRAN

Lampiran 1. Bentuk dan ukuran Shelter bahan paranet

Lampiran 2. Bentuk dan ukuran shelter bahan PVC

Lampiran 3. Desain wadah resirkulasi

Keterangan : a : bak perlakuan, b : filter, c : pompa, d : kolam penampung air dari perlakuan, e = kolam penampung air yang sudah difilter.

Filter pada bak penampung air dari perlakuan menggunakan media kapas/dakron sedangkan filter berikutnya menggunakan zeolit dan karbon aktif.

Ukuran Cm

Panjang 20 cm Lebar 20 cm Tinggi 7 cm

Volume

8400 cm3

Ukuran cm

jari-jari 3,75 cm

Panjang 15 cm

Volume 7948,15 cm

A1

A2

K1 B1

(23)

13

Lampiran 4 Analisa statistik terhadap parameter penelitan (kelangsungan hidup, bobot, panjang mutlak, laju pertumbuhan spesifik).

Kelangsungan hidup lobster pasir selama pemeliharaan

SR

Duncana

perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2

Kontrol 2 39.4700000

Paranet 2 48.4200000

PVC 2 65.2650000

Sig. .059 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are

displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000.

Bobot lobster pasir selama pemeliharaan

minggu1

Duncana

Perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2

Paranet 2 2.6000000

Kontrol 2 2.6100000

PVC 2 2.8100000

Sig. .877 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are

displayed.

(24)

14

Means for groups in homogeneous subsets are

displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000.

minggu3

Means for groups in homogeneous subsets are

displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000.

minggu4

Means for groups in homogeneous

(25)

15

Means for groups in homogeneous

subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size =

2,000.

Means for groups in homogeneous subsets are

displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000.

(26)

16

Means for groups in homogeneous subsets are

displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000.

minggu7

Duncana

perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2

Kontrol 2 4.1600000

Paranet 2 4.1650000

PVC 2 4.7800000

Sig. .835 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are

displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000.

minggu8

Duncana

perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2

Kontrol 2 4.1750000

Paranet 2 4.2100000

PVC 2 4.8350000

Sig. .191 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are

displayed.

(27)

17

minggu9

Duncana

perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2

Paranet 2 4.4200000

Kontrol 2 4.4600000

PVC 2 5.0650000

Sig. .519 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are

displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000.

minggu10

Duncana

perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2

Kontrol 2 4.7300000

Paranet 2 4.8650000

PVC 2 5.5750000

Sig. .132 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are

displayed.

(28)

18

Panjang mutlak lobster pasir selama pemeliharaan

Minggu1

Paranet 2 4.3900000 4.3900000

PVC 2 4.4950000

Sig. .193 .061

Means for groups in homogeneous subsets are

displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000.

Minggu2

Means for groups in homogeneous subsets are

displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000.

Minggu3

Paranet 2 4.8300000 4.8300000

PVC 2 5.0200000

(29)

19 Means for groups in homogeneous subsets are

displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000.

Minggu4

Duncana

perlakuan N

Subset for alpha

= 0.05

1

Kontrol 2 5.3450000

Paranet 2 5.4750000

PVC 2 5.6850000

Sig. .178

Means for groups in homogeneous

subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size =

2,000.

Minggu5

Duncana

perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2

Paranet 2 6.0650000

Kontrol 2 6.2050000 6.2050000

PVC 2 6.6400000

Sig. .460 .079

Means for groups in homogeneous subsets are

displayed.

(30)

20

Means for groups in homogeneous subsets are

displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000.

Minggu7

Kontrol 2 7.9250000 7.9250000

PVC 2 8.5550000

Sig. .209 .073

Means for groups in homogeneous subsets are

displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000.

(31)

21 Means for groups in homogeneous

subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size =

2,000.

Minggu9

Duncana

perlakuan N

Subset for alpha

= 0.05

1

Kontrol 2 8.9600000

Paranet 2 9.0550000

PVC 2 10.0600000

Sig. .079

Means for groups in homogeneous

subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size =

2,000.

minggu10

Duncana

perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2

Kontrol 2 9.2000000

Paranet 2 9.4100000 9.4100000

PVC 2 10.4250000

Sig. .597 .065

Means for groups in homogeneous subsets are

displayed.

(32)

22

Laju pertumbuhan spesifik lobster pasir selama pemeliharaan

Minggu 0-1

Duncana

perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2

Paranet 2 .0381905

Kontrol 2 .0387465

PVC 2 .0497465

Sig. .875 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are

displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000.

Minggu 0-2

Duncana

perlakuan N

Subset for alpha

= 0.05

1

Kontrol 2 .0244545

Paranet 2 .0245790

PVC 2 .0256140

Sig. .415

Means for groups in homogeneous

subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size =

(33)

23

Minggu 0-3

Duncana

perlakuan N

Subset for alpha

= 0.05

1

Kontrol 2 .0196365

Paranet 2 .0203670

PVC 2 .0230095

Sig. .113

Means for groups in homogeneous

subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size =

2,000.

Minggu 0-4

Duncana

perlakuan N

Subset for alpha

= 0.05

1

Kontrol 2 .0169275

Paranet 2 .0173135

PVC 2 .0191820

Sig. .067

Means for groups in homogeneous

subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size =

(34)

24

Minggu 0-5

Duncana

perlakuan N

Subset for alpha

= 0.05

1

Kontrol 2 .0158965

Paranet 2 .0162500

PVC 2 .0179440

Sig. .302

Means for groups in homogeneous

subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size =

2,000.

Minggu 0-6

Duncana

perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2

Kontrol 2 .0147480

Paranet 2 .0156520

PVC 2 .0189935

Sig. .344 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are

displayed.

(35)

25

Minggu 0-7

Duncana

perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2

Kontrol 2 .0150585

Paranet 2 .0150835

PVC 2 .0179405

Sig. .831 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are

displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000.

Minggu 0-8

Duncana

perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2

Kontrol 2 .0132290

Paranet 2 .0133800

PVC 2 .0158880

Sig. .176 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are

displayed.

(36)

26

Minggu 0-9

Duncana

perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2

Paranet 2 .0126650

Kontrol 2 .0128110

PVC 2 .0152200

Sig. .519 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are

displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000.

Minggu 0-10

Duncana

perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2

Kontrol 2 .0123725

Paranet 2 .0127795

PVC 2 .0147520

Sig. .110 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are

displayed.

(37)

27

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 26 April 1991. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Lilik Hariyanto dan Chantar Harumi. Penulis mengawali pendidikan di SD Santa Maria Monica Bekasi tahun 1996-2002. Melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 5 Bogor pada tahun 2003-2006 dan SMA Negeri 2 Bogor pada tahun 2003-2006-2009.

Pada tahun 2009, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor dan memilih Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif anggota divisi Pengembangan Sumber Daya Mahasiswa HIMAKUA periode 2012/2013. Selain itu penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Fisika Kimia Perairan 2011/2012 dan 2012/2013, asisten praktikum mata kuliah Engineering Akuakultur tahun 2012, asisten praktikum mata kuliah Engineering Akuakultur untuk D3 tahun 2014. Penulis juga aktif mengikuti lomba Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang didanai oleh Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi (DIKTI) tahun 2011.

Penulis pernah melaksanakan magang kerja di Balai Budidaya Air Tawar Cijengkol Subang dengan mengambil komoditas ikan Patin. Penulis pernah melaksanakan Praktik Lapang Akuakultur (PLA) dengan judul “Pendederan

Ikan Kerapu Macan di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara”. Tugas akhir dalam pendidikan tinggi diselesaikan dengan menulis skripsi yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Shelter Berbeda Terhadap Tingkat Kelangsungan Hidup Dan Pertumbuhan Lobster Pasir (Panulirus

Gambar

Gambar  1. Tingkat kelangsungan hidup lobster pasir selama masa pemeliharaan
Gambar  3. Pertumbuhan panjang lobster pasir selama masa pemeliharaan
Gambar  6. Nilai oksigen terlarut tiap perlakuan

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur titer hormon ekdison pada fase premolting akhir lobster hijau pasir, Panulirus homarus.. Jenis penelitian ini memiliki beberapa

Prospek budidaya Panulirus homarus menjanjikan dari segi ekonomi dan keadaan alam di wilayah NTB serta merupakan spesies komoditi ekspor utama di Indonesia.Potensi

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis beberapa aspek biologi reproduksi dari lobster pasir ( Panulirus homarus ) di Teluk Palabuhanratu guna mengetahui musim

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis parameter kualitas air pada pendederan lobster Panulirus homarus dengan menggunakan teknologi RAS.. BAHAN

Spesies zooplankton yang ditemukan dalam lambung lobster pasir (Panulirus homarus) fase puerulus di Teluk Awang berbeda dengan spesies zoop- lankton yang ditemukan di

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan panjang-berat dan faktor kondisi lobster pasir ( Panulirus homarus ) di Selatan Jawa khususnya di pantai Selatan Yogyakarta

Makalah yang berjudul “ Tata cara penanandaan udang lobster pasir (Panulirus homarus) di pantai timur Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat” adalah bagian dari kegiatan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis parameter kualitas air pada pendederan lobster Panulirus homarus dengan menggunakan teknologi RAS.. BAHAN