• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sintesis dan Karakterisasi Hidroksiapatit Berbasis Cangkang Kerang Mencos (Anadara maculosa)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sintesis dan Karakterisasi Hidroksiapatit Berbasis Cangkang Kerang Mencos (Anadara maculosa)"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

SINTESIS DAN KARAKTERISASI HIDROKSIAPATIT

BERBASIS CANGKANG KERANG MENCOS

(Anadara maculosa)

BUDI SETIADI

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Sintesis dan Karakterisasi Hidroksiapatit Berbasis Cangkang Kerang Mencos (Anadara maculosa) adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2014

(4)

ABSTRAK

BUDI SETIADI. Sintesis dan Karakterisasi Hidroksiapatit Berbasis Cangkang Kerang Mencos (Anadara maculosa). Dibimbing oleh KIAGUS DAHLAN dan AKHIRUDDIN MADDU.

Penelitian sintesis hidroksiapatit (HA) ini menggunakan metode single drop dengan prekursor cangkang kerang mencos (Anadara maculosa) sebagai sumber kalsium dan H3PO4 sebagai sumber fosfat. Proses sintesis HA dilakukan dengan variasi waktu stirring 1 jam, 3 jam, 6 jam, dan 12 jam. Hasil analisis atomic absorption spectrophotometer (AAS) menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu kalsinasi cangkang kerang mencos, maka semakin tinggi pula kadar kalsium yang dihasilkan. Analisis x-ray diffractometer (XRD) menunjukkan bahwa pada suhu kalsinasi 800 ºC fase yang terbentuk yaitu CaCO3 dan suhu 900 ºC dan 1000 ºC fase yang terbentuk CaO. Sumber yang digunakan berupa CaCO3 menghasilkan fase TCP, sedangkan CaO menghasilkan fase HA. Suhu kalsinasi merupakan faktor utama dalam proses pembentukan HA, sedangkan pengaruh lama waktu stirring tidak berpengaruh secara signifikan. Hasil analisis fourier transform infrared spectroscopy (FTIR) menunjukkan bahwa pada semua sampel terdapat gugus CO32- yang diindikasikan sebagai BCA (B-type carbonate apatite).

Kata kunci: cangkang kerang mencos, hidroksiapatit, single drop, stirring

ABSTRACT

BUDI SETIADI. Synthesis and Characterization of Hydroxyapatite Cockle Shells (Anadara maculosa). Supervised by KIAGUS DAHLAN and AKHIRUDDIN hours. The analytical results of atomic absorption spectrophotometer (AAS) indicated that higher calcination temperature of cockle shells made higher calcium that was produced. Analysis of x-ray diffractometer (XRD) indicated that the calcination temperature of 800 °C it was formed the phase of CaCO3 and at temperature 900 °C and 1000 °C it was formed the phase of CaO. The CaCO3 used as a source produced a TCP phase, that was different from CaO that produced HA phase. The calcination temperature was the main factor in the creation process of HA, while the long stirring time did not influenced the phases significantly. The analytical results of fourier infrared spectroscopy (FTIR) showed a groups of CO32- that indicated as BCA (B-type carbonate apatite) in all variations of samples.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada

Departemen Fisika

SINTESIS DAN KARAKTERISASI HIDROKSIAPATIT

BERBASIS CANGKANG KERANG MENCOS

(Anadara maculosa)

BUDI SETIADI

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Sintesis dan Karakterisasi Hidroksiapatit Berbasis Cangkang Kerang Mencos (Anadara maculosa)

Nama : Budi Setiadi NIM : G74090037

Disetujui oleh

Dr Kiagus Dahlan

Pembimbing I Dr Akhiruddin Maddu Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Akhiruddin Maddu Ketua Departemen

(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala hidayah, berkah, dan karunia-Nya sehingga penelitian yang berjudul “Sintesis dan Karakterisasi Hidroksiapatit Berbasis Cangkang Kerang Mencos (Anadara maculosa)” dapat diselesaikan. Penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan program sarjana dari Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada emak dan bapak sebagai orang tua yang selalu memberikan do’a, dukungan dan motivasi kepada penulis, Bapak Dr Kiagus Dahlan dan Bapak Dr Akhirudin Maddu sebagai pembimbing skripsi, beserta Ibu Setia Utami Dewi MSi yang telah membimbing dan membantu untuk menyusun dan menyelesaikan penelitian ini, Bapak Setyanto Tri Wahyudi MSi, Bapak Heriyanto Syafutra MSi, Ibu Dr Siti Nikmatin yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan melakukan penelitian di Laboratorium Analisis Bahan, serta Bapak Hendi sebagai teknisi x-ray diffractometer (XRD) yang telah memberikan ilmu dan pengalaman tentang perangkat XRD. Ucapan terima kasih juga untuk kak Aisyah, Indri, Mita, Noldy, Upri yang telah membantu dalam melakukan penelitian, dan kakak-kakak, serta teman-teman dan adik-adik fisika angkatan 44, 45, 46, 47, dan 48, serta warga Girma yang selalu memberikan semangat kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan bagi penulis agar penelitian ini dapat berjalan dengan baik dan dapat bermanfaat.

Bogor, Maret 2014

(10)

DAFTAR ISI

Ruang Lingkup Penelitian 3

METODE 3

Bahan 3

Alat 3

Prosedur Penelitian 3

Penentuan suhu optimum kalsinasi 3

Sintesis hidroksiapatit dengan metode single drop 3 Karakterisasi hidroksiapatit dengan XRD dan FTIR 4

ProsedurAnalisis Data 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Persiapan Sintesis Hidroksiapatit 5

Karakterisasi XRD Serbuk Cangkang Kerang mencos 5 Karakterisasi AAS Serbuk Cangkang Kerang mencos 6

Sintesis HA dari Cangkang Kerang mencos 7

Karakterisasi XRD Hasil Sintesis HA 8

Karakterisasi FTIR Hasil Sintesis HA 12

SIMPULAN DAN SARAN 14

(11)

DAFTAR TABEL

1 Massa dan nilai efisiensi cangkang kerang mencos 5 2 Hasil karakterisasi AAS cangkang kerang mencos 7

3 Massa dan nilai efisiensi hasil sintesis HA 7

4 Persentase kandungan HA, TCP, OCP, dan ACA 11

5 Parameter kisi dan persentase ketepatan sampel 11

6 Ukuran kristal sampel 12

DAFTAR GAMBAR

1 Hasil karakterisasi XRD serbuk cangkang kerang mencos 5 2 Hasil karakterisasi XRD cangkang kerang mencos setelah dikalsinasi 6 3 Hasil karakterisasi XRD sampel HA dengan waktu stirring 1 jam 8 4 Hasil karakterisasi XRD sampel HA dengan waktu stirring 3 jam 9 5 Hasil karakterisasi XRD sampel HA dengan waktu stirring 6 jam 9 6 Hasil karakterisasi XRD sampel HA dengan waktu stirring 12 jam 10 7 Hasil karakterisasi FTIR sampel HA dengan waktu stirring 1 jam 12 8 Hasil karakterisasi FTIR sampel HA dengan waktu stirring 3 jam 12 9 Hasil karakterisasi FTIR sampel HA dengan waktu stirring 6 jam 12 10 Hasil karakterisasi FTIR sampel HA dengan waktu stirring 12 jam 13

DAFTAR LAMPIRAN

1 Diagram Alir Penelitian 17

2 Keterangan Sintesis HA 18

3 JCPDS CaCO3 19

4 JCPDS Mg0.03Ca0.97CO3 19

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kerusakan tulang pada manusia dapat terjadi karena trauma, tumor, kecelakaan atau faktor usia. Pada dasarnya, sel-sel tulang memiliki kemampuan remodelling sendiri, namun membutuhkan waktu yang cukup lama. Proses remodelling tulang tersebut dapat dipercepat melalui metode bone graft. Bone graft merupakan cara yang baik untuk memperbaiki tulang yang rusak tersebut. Bone graft dapat dilakukan dengan memanfaatkan biomaterial. Biomaterial yang digunakan haruslah bersifat bioaktif, biokompatibel, tidak mengandung racun, dan kandungannya sama dengan mineral tulang alami.

Pada pembentukan tulang, sel-sel tulang keras membentuk senyawa kalsium fosfat dan senyawa kalsium karbonat. Senyawa kalsium fosfat yang memberikan sifat keras dalam jaringan tulang dikenal sebagai kristal apatit. Implan tulang ke dalam tubuh manusia bisa menggunakan berbagai material sintetik alternatif dari bahan keramik, logam, maupun polimer, contohnya serbuk apatit. Tubuh akan memberikan respon yang berbeda tergantung material sintetik yang diimplankan. Serbuk apatit merupakan salah satu bahan implan yang sangat dibutuhkan untuk medis.1

Rekonstruksi dengan tranplantasi tulang dapat dilakukan dengan metode allograft, autograft, dan xenograft, namun dari masing-masing tipe tersebut memiliki kekurangan dan kelebihan. Autograft merupakan cara yang terbaik untuk pembentukan tulang baru, namun ketersediaan secara kualitatif sangat terbatas dan memerlukan bedah untuk mendapatkannya.2 Hal ini dapat mengakibatkan mordibitas risiko situs donor.2,3 Allograft merupakan implantasi dari spesies yang sama, autograft merupakan implantasi dari tulang diri sendiri, dan xenograft merupakan implantasi dari spesies yang berbeda.4

Saat ini, bahan yang banyak digunakan untuk bone graft berupa biomaterial. Biomaterial untuk tulang dikembangkan dan digunakan secara efektif dalam orthopedic, traumatological, dan odontological.5 Salah satu biomaterial yang dapat digunakan yaitu hidroksiapatit. Hidroksiapatit (HA) merupakan bioceramic yang secara luas digunakan dalam berbagai aplikasi biomedis.6 HA digunakan untuk restorasi dan regenerasi tulang,7 karena mempunyai fase yang mirip dengan mineral tulang dan selama resorpsi memasok ion yang baik dalam pembentukan tulang.8 Unsur penyusun HA berupa kalsium fosfat yang merupakan komponen penyusun terbesar dari jaringan keras. HA bersifat biokompetibel dan tidak beracun bagi tubuh.9

(13)

2

dan = 1β0⁰.12 HA dibentuk melalui titrasi dan pengadukan untuk mencapai partikel HA yang homogen.13

Sintesis HA diperoleh dengan mereaksikan hasil kalsinasi serbuk cangkang kerang mencos (Anadara maculosa) dan sumber fosfat (H3PO4). Penggunaan sumber kalsium dari cangkang kerang mencos dikarenakan terdapat kandungan kalsium serta merupakan limbah. Kerang mencos diperoleh dari daerah Tuban, Jawa Timur. Pada sebagian orang, limbah cangkang kerang mencos ini biasanya dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Padahal cangkang kerang mencos ini dapat bernilai ekonomis tinggi jika dimanfaatkan sebagai bahan HA.

Pada penelitian ini dilakukan sintesis HA dari cangkang kerang mencos dengan metode presipitasi single drop. Sintesis HA dapat dilakukan dengan metode presipitasi wise drop dan single drop. Metode wise drop yaitu larutan fosfat diteteskan sedikit demi sedikit pada larutan kalsium. Metode presipitasi single drop yaitu melakukan pencampuran larutan kalsium dan larutan fosfat secara langsung.

Perumusan Masalah

1. Bagaimana perubahan fase cangkang kerang mencos setelah di kalsinasi? 2. Berapa kadar kalsium cangkang kerang mencos?

3. Bagaimana pengaruh waktu stirring terhadap proses sintesis HA dengan metode presipitasi single drop?

4. Bagaimana struktur kristal dan fase yang terbentuk dari HA dengan metode presipitasi single drop?

5. Bagaimana pengaruh suhu kalsinasi terhadap HA yang dibuat dengan metode presipitasi single drop?

Tujuan Penelitian

1. Mengetahui dan mempelajari perubahan fase cangkang kerang mencos setelah dikalsinasi.

2. Mengukur kadar kalsium cangkang kerang mencos setelah kalsinasi.

3. Menyintesis hidroksiapatit dari cangkang kerang mencos dengan metode presipitasi single drop.

4. Mengetahui dan mempelajari pengaruh waktu stirring terhadap proses sintesis hidroksiapatit.

(14)

3

Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat untuk mendapatkan informasi mengenai cangkang kerang mencos yang dapat dijadikan sebagai bahan (biomaterial) sintesis komposit untuk implantasi tulang. Informasi ini bermanfaat untuk penelitian dan aplikatif selanjutnya sebagai upaya untuk mengembangkan biomaterial sintetik yang harganya dapat lebih terjangkau.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk menyintesis komposit sebagai pengganti tulang dengan bahan alami yang berasal dari cangkang kerang mencos. Komposit yang dihasilkan mempunyai kualitas yang sama atau lebih baik dari yang ada dipasaran, namun dengan harga yang lebih terjangkau.

METODE

Bahan

Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah serbuk cangkang kerang mencos yang didapat dari daerah Tuban, H3PO4, dan aquades. Disiapkan tiga sampel serbuk cangkang kerang.

Alat

Alat yang digunakan untuk penelitian ini antara lain furnace, crucible, magnet stirrer, erlenmeyer, labu ukur, pipet, corong, kertas saring, vakum, neraca analitik, mortar, alumunium foil, perangkat x-ray diffraction (XRD) GBC EMMA, atomic absorption spectrophotometer (AAS) Shimadzu 7000, dan fourier transform infrared spectroscopy (FTIR) ABB MB3000.

Prosedur Penelitian Identifikasi fase dengan XRD

Serbuk cangkang kerang dipanaskan pada suhu 110 C dengan waktu penahanan selama 8 jam. Setelah itu, dilakukan karakterisasi XRD untuk mengidentifikasi fase yang terkandung pada serbuk tersebut.

Kalsinasi

(15)

4

dengan waktu penahanan 5 jam. Setelah itu dihitung penyusutan massanya (dekomposisi) dengan persamaan:

Serbuk hasil kalsinasi dilakukan karakterisasi menggunakan XRD dan AAS. Karakterisasi menggunakan XRD ini bertujuan untuk mengidentifikasi perubahan fase pada cangkang kerang tersebut. Karakterisasi AAS bertujuan untuk mengetahui kadar Ca pada cangkang kerang.

Sintesis hidroksiapatit dengan metode presipitasi single drop

Sintesis HA menggunakan sumber fosfat H3PO4 dan kalsium (Ca) yang berasal dari cangkang kerang mencos. H3PO4 dan serbuk tersebut yang telah di kalsinasi dilarutkan dalam 100 ml aquades pada labu ukur yang berbeda. Rasio konsentrasi Ca/P yang digunakan yaitu sebesar 1.67, dengan Ca cangkang kerang 0.5M dan H3PO4 0.3M. Selanjutnya dilakukan proses single drop, yaitu larutan kalsinasi cangkang kerang ditempatkan pada erlenmeyer, lalu fosfat dimasukkan kedalam larutan tersebut secara langsung. Campuran tersebut di stirer pada kecepatan 300 rpm menggunakan magnet stirer dengan variasi waktu 1 jam, 3 jam, 6 jam, dan 12 jam. Selanjutnya hasil proses presipitasi tersebut dilakukan aging selama overnight pada suhu ruang, kemudian disaring menggunakan kertas saring. Lalu hasil saringan tersebut dipanaskan pada suhu 110 C dengan waktu penahanan 5 jam menggunakan furnace. Setelah itu di sintering pada suhu 900 ⁰C dengan waktu penahanan 5 jam dan hasilnya dihaluskan menggunakan mortar. Selanjutnya nilai efisiensi massa HA dihitung dengan persamaan:

Efisiensi =

Karakterisasi hidroksiapatit dengan XRD dan FTIR

HA yang telah dibuat dengan metode single drop dilakukan karakterisasi menggunakan XRD dan FTIR. Karakterisasi XRD ini bertujuan untuk mengidentifikasi fase dan struktur kristal yang terbentuk dari hasil HA yang dibuat dengan metode presipitasi single drop. Krakterisasi FTIR bertujuan untuk mengidentifikasi gugus fungsi dari HA yang sudah dibuat dengan metode tersebut. Untuk menghitung parameter kisi menggunakan software XPowder dan nilai ketepatannya dengan persamaan:

(16)

5

Prosedur Analisis Data

Karakterisasi HA menggunakan XRD EMMA GBC dengan menempatkan sampel pada plat alumunium dengak ukuran dimaeter 2 cm. Sampel tersebut diambil sebanyak β gram, lalu dikarakterisasi pada sudut difraksi βθ dari 10⁰ sampai dengan 80 dengan panjang gelombang 1.54059 Å, dan target CuKa. Arus generator yang digunakan sebesar 28 mA dan tegangan sebesar 35 kV. Analisis hasil karakterisasi XRD menggunakan softwareX’Pert HighScore Plus, PowderX, dan XPowder.

Karakterisasi serbuk cangkang kerang menggunakan AAS Shimadzu 7000 dengan mengambil sampel sebanyak 1 gram yang dimasukkan ke dalam labu detuksi, ditambahkan 5 ml HCL dan 100 ml aquades, lalu dipanaskan menggunakan hotplate. Kemudian sampel tersebut diambil sebanyak 10 ml untuk diencerkan dengan 100 ml aquades, lalu diambil sebanyak 1 ml untuk dianalisis. Analisis ini dilakukan dengan AAS Simatsu 7000 pada panjang gelombang 422.7 nm dan celah 0.2 nm.

Karakterisasi HA menggunakan FTIR ABB MB3000 dengan mencampurkan 2 mg sampel dengan 200 mg KBR, setelah tercampur dilakukan proses pembuatan pellet dengan cara ditekan. Kemudian dianalisis dengan panjang bilangan gelombang 4000-400 cm-1.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Persiapan Sintesis Hidroksiapatit

(17)

6

Karakterisasi XRD

Hasil XRD serbuk cangkang kerang sebelum dikalsinasi dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Hasil karakterisasi XRD serbuk cangkang kerang

Identifikasi pada sampel tersebut dengan mencari intensitas tinggi βθ yang

match pada database XRD Joint Committee on Powder Diffraction Standards (JCPDS), dengan reference code untuk kalsium karbonat (CaCO3) 75-2230 dan magnesium kalsium karbonat (Mg0.03Ca0.97CO3) 89-1304. Pada serbuk cangkang kerang CaCO3 ditunjukkan pada pola difraksi dengan intensitas tinggi pada nilai βθ yaitu 26.30, 27.36, 31.2, 33.26, 37.96, 38.58, 39.54, 41.20, 42.98, 45.92, 48.40, 50.30, 52.48, dan 53.31. Sedangkan Mg0.03Ca0.97CO3 ditunjukkan pada pola difraksi dengan intensitas tinggi pada nilai βθ yaitu 29.52, 36.16 dan 47.56.

Setelah serbuk cangkang kerang dikalsinasi dengan variasi suhu 800 C, 900 C, dan 1000 C waktu penahanan 5 jam dan dilakukan karakterisasi XRD. Massa dan nilai penyusutannya (dekomposisi) hasil kalsinasi cangkang kerang dapat dilihat pada Tabel 1. Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa massa hasil kalsinasi lebih kecil dari massa sebelum dikalsinasi. Berkurangnya massa cangkang kerang ini dikarenakan adanya perubahan fase yang terjadi akibat suhu kalsinasi.

(18)

7 Hasil karakterisasi XRD serbuk cangkang kerang yang telah dikalsinasi dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Hasil karakterisasi XRD cangkang kerang setelah dikalsinasi Hasil karakterisasi XRD cangkang kerang yang sudah dikalsinasi pada suhu 800 C masih berupa CaCO3, dan terdapat fase CaO dengan reference code JCPDS 37-1497. Intensitas tinggi hampir keseluruhan menunjukkan fase CaCO3, namun masih terdapat fase CaO pada intensitas tinggi βθ γ7.44 dan 53.92. Kalsinasi pada suhu 900 C menunjukkan terjadinya perubahan fase yaitu CaCO3 berubah menjadi CaO, begitu juga dengan hasil kalsinasi pada suhu 1000 C menunjukkan fase CaO.

Karakterisasi Menggunakan AAS

Karakterisasi menggunakan AAS bertujuan untuk mengukur kadar kalsium (Ca) pada serbuk cangkang kerang yang telah dikalsinasi. Hasil karakterisasi AAS dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Hasil karakterisasi AAS

No. Suhu kalsinasi ( C) Kadar Ca (%)

1 800 36.58

2 900 59.26

3 1000 72.70

(19)

8

Sintesis HA

Sintesis HA dilakukan dengan mereaksikan senyawa kalsium dan senyawa fosfat dengan rasio konsentrasi 1.67. Sumber fosfat yang digunakan yaitu H3PO4, dan kalsium yang digunakan yaitu kalsium karbonat (CaCO3) yang dihasilkan dari kalsinasi serbuk cangkang kerang pada suhu 800 C, dan kalsium oksida (CaO) yang dihasilkan dari suhu kalsinasi 900 C dan 1000 C. Sintesis HA dilakukan dengan variasi waktu stirring 1 jam, 3 jam, 6 jam, dan 12 jam. Massa dan nilai efisiensi hasil sintesis HA dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Massa dan nilai efisiensi hasil sintesis HA Suhu

Karakterisasi XRD Hasil Sintesis HA

Hasil sintesis HA dengan variasi waktu stirring 1 jam dapat dilihat pada Gambar 3.

(20)

9 Identifikasi hasil karakterisasi XRD pada Gambar 3 dengan menganalisis sampel dengan JCPDS pada refference code Hydroxyapatite (HA) 09-0432, Tri calcium phosphate (TCP) 09-0169, A-type carbonate apatite (ACA) 35-0180, dan Octa calcium phosphate (OCP) 44-0778. Gambar 3 merupakan sintesis HA dengan waktu stirring 1 jam dan pada suhu kalsinasi cangkang kerang 800 ⁰C yang menunjukkan fase TCP, namun terdapat fase lainnya yaitu fase HA, ACA, dan OCP. Fase TCP ditunjukkan pada tiga intensitas tertinggi βθ yaitu β7.86⁰, 31.08, dan 34.44, tiga intensitas tinggi fase HA pada intensitas βθ 18.0β, 25.88, dan 31.80, fase ACA pada intensitas βθ γβ.β8, 32.52, dan 41.18, dan fase OCP pada intensitas βθ β6.56⁰, 39.86, dan 41.82. Hasil sintesis HA pada suhu kalsinasi 900 C menunjukkan fase HA dan TCP. Fase HA ditunjukkan pada tiga intensitas teringgi βθ γ1.80, 32.26, dan 32.96. Hasil sintesis HA pada suhu kalsinasi 1000 C menunjukkan fase HA dan TCP, namun fase TCP lebih sedikit dibandingkan dengan suhu kaslinasi 900 C. Fase HA ditunjukkan pada intensitas tertinggi βθ γ1.74, 32.18, dan 32.94, sedangkan fase TCP pada intensitas βθ 10.94, 21.82, 25.94, dan 31.10.

Hasil sintesis HA dengan variasi waktu stirring 3 jam dapat dilihat pada Gambar 4.

(21)

10

Hasil sintesis HA dengan variasi waktu stirring 6 jam dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Hasil karakterisasi XRD sampel HA dengan waktu stirring 6 jam Hasil karakterisasi XRD pada Gambar 5 menunjukkan hasil sintesis HA dengan wktu stirring 6 jam, dan pada suhu kalsinasi 800 ⁰C didominasi oleh fase TCP, terdapat fase HA dan OCP. Intensitas tertinggi dimiliki oleh fase HA dan intensitas tinggi selanjutnya adalah fase TCP. Fase HA ditunjukkan pada βθ 22.94, 31.80, dan 48.06, fase TCP ditunjukkan pada tiga intensitas tinggi βθ 31.10, 32.98, dan 34.46, sedangkan fase OCP ditunjukkan pada βθ β5.86. Pada suhu kalsinasi 900 C intensitas tinggi βθ sudah didominasi oleh fase HA, namun terdapat fase TCP. Fase HA ditunjukkan oleh tiga intensitas tertinggi pada βθ 31.76, 32.22, dan 32.96, fase TCP pada βθ 10.86, 39.84, 49.48 dan 50.52. Pada suhu kalsinasi 1000 C menunjukkan fase HA dan TCP, namun dibandingkan dengan suhu kalsinasi 900 C fase TCP lebih banyak. Fase HA ditunjukkan pada intensitas tertinggi βθ γ1.78, 32.24, dan 32.96, sedangkan tiga intensitas tertinggi βθ fase TCP yaitu γ1.08, 39.86, dan 49.98.

TCP

800 ⁰C

900 ⁰C

1000 ⁰C

HA

OCP

(22)

11 Hasil sintesis HA dengan variasi waktu stirring 3 jam dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 6 Hasil karakterisasi XRD sampel HA dengan waktu stirring 12 jam Hasil karakterisasi XRD pada Gambar 6 menunjukkan bahwa terdapat tiga fase pada setiap sampel, yaitu HA, TCP, dan OCP. Sampel yang dikalsinasi pada suhu 800 C suluruh fase didominasi oleh fase TCP yang ditunjukkan oleh tiga fase tertinggi βθ β7.84⁰, 31.06, dan 34.42, namun terdapat fase HA dan OCP yang lebih sedikit dari waktu stirring lainnya. Fase HA ditunjukkan pada intensitas βθ γ1.78⁰, dan fase OCP di βθ 48.00⁰. Sampel HA dengan suhu kalsinasi 900 C menunjukkan bahwa fase didominasi oleh HA, namun terdapat fase TCP dan OCP. Intensitas tertinggi dimiliki oleh fase HA pada 2θ γ1.8β⁰,

(23)

12

Tabel 4 Persentase kandungan HA, TCP, OCP, dan ACA Suhu ( C) Waktu (jam) stirring %

Parameter kisi dan persentase ketepatannya dapat dilihat pada Tabel 5. Berdasarkan JCPDS, parameter kisi TCP adalah a = b = 10.42 Å, c = 37.38 Å, dan parameter kisi HA adalah a = b = 9.418 Å, c = 6.884 Å. Berdasarkan Tabel 5, persentase ketepatan parameter kisi semua sampel diatas 99%. Hal ini dapat dikatakan bahwa semua sampel cukup baik.

(24)

13 Ukuran kristal sampel dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 menunjukkan bahwa ukuran kristal sampel terbesar yaitu pada waktu stirring 1 jam.

Tabel 6 Ukuran kristal

Karakterisasi FTIR Hasil Sintesis HA

Identifikasi gugus fungsi HA dilakukan karakterisasi menggunakan FTIR. Hasil karakterisasi FTIR untuk waktu stirring 1 jam dapat dilihat pada Gambar 7, waktu stirring 3 jam pada Gambar 8, waktu stirring 6 jam pada Gambar 9, dan waktu stirring 12 jam pada Gambar 10.

Gambar 7 Hasil karakterisasi FTIR sampel HA dengan waktu stirring 1 jam

OH

-800 C

900 C

1000 C

(25)

14

Gambar 8 Hasil karakterisasi FTIR sampel HA dengan waktu stirring 3 jam

Gambar 9 Hasil karakterisasi FTIR sampel HA dengan waktu stirring 6 jam

(26)

15

Gambar 10 Hasil karakterisasi FTIR sampel HA dengan waktu stirring 12 jam Gambar 7, Gambar 8, Gambar 9, dan Gambar 10 menunjukkan hasil karakterisasi sampel HA. Sampel dengan suhu kalsinasi 800 ºC menunjukkan gugus PO43- dan CO32- pada waktu stirring 3 jam, 6 jam, dan 12 jam, namun pada waktu stirring 1 jam terdapat gugus OH-. Sedangkan pada sampel dengan suhu kalsinasi 900 ºC dan 1000 ºC terdapat gugus OH-, PO43-, dan CO32-. Terdapatnya gugus OH- ini menunjukkan sampel tersebut masih terdapat kandungan H

2O, sedangkan gugus CO32- menunjukkan bahwa masih terdapat kandungan karbonat. Karbonat pada semua sampel ini dapat diindikasikan sebagai B-type carbonate apatite (BCA) yang tidak dapat terdeteksi oleh XRD karena kadarnya sangat kecil. Karbonat tersebut terdeteksi oleh FTIR pada bilangan gelombang 1400-1460 cm-1. Oleh karena itu, FTIR ini bermanfaat untuk mendeteksi senyawa yang sangat kecil sekalipun.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Cangkang kerang mencos memiliki fase CaCO3. Setelah dilakukan proses kalsinasi pada suhu 800 ºC fase cangkang kerang masih berupa CaCO3, dan kalsinasi pada suhu 900 ºC dan 1000 ºC fase cangkang kerang berubah menjadi CaO. Setelah dikalsinasi, serbuk cangkang kerang dikarakterisasi menggunakan AAS untuk mengetahui kadar Ca yang terkandung pada cangkang kerang tersebut. Hasil karakterisasi AAS menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu kalsinasi,

(27)

16

semakin tinggi kadar Ca yang dihasilkan. Kadar Ca hasil kalsinasi pada suhu 800 ºC 36.58%, suhu 900 ºC 59.26%, dan suhu 1000 ºC 72.70%.

Sintesis HA dilakukan dengan metode single drop, dengan prekursor sumber kalsium berasal dari serbuk cangkang kerang berupa CaCO3 dan CaO yang direaksikan dengan H3PO4 dengan rasio konsentrasi 1.67. Hasil pereaksian tersebut yaitu pada suhu kalsinasi 800 ºC menghasilkan TCP, dan suhu kalsinasi 900 ºC dan 1000 ºC menghasilkan HA. Hasil karakterisasi XRD menunjukkan bahwa persentase TCP tertinggi yang dihasilkan dari suhu kalsinasi 800 ºC yaitu pada lama waktu stirring 3 jam sebesar 97.16%. Persentase HA tertinggi yang dihasilkan dari suhu kalsinasi 900 ºC yaitu pada lama waktu stirring 6 jam sebesar 84.41%, dan suhu kalsinasi 1000 ºC pada lama waktu stirring 3 jam sebesar 89.90%. Pengaruh lama waktu stirring pada proses sintesis HA tidak terlalu signifikan dalam pembentukan fase dan struktur kristal. Hal ini dapat disimpulkan bahwa yang berpengaruh dalam pembentukan fase dan struktur kristal yaitu suhu kalsinasi. Semakin tinggi suhu kalsinasi, maka semakin cepat dalam pemebentukan HA. Hasil karakterisasi FTIR menunjukkan gugus fungsi pada semua sampel yang dihasilkan terdapat kandungan karbonat, yakni kandungan BCA. Kandungan BCA ini dapat terdeteksi menggunakan FTIR, karena kandungannya sangat kecil.

Saran

Pada penelitian selanjutnya dapat dilakukan sintesis hidroksiapatit dari cangkang kerang mencos menggunakan sumber fosfat dan dengan metode yang lainnya agar HA yang dihasilkan yaitu murni HA tanpa ada impuritas lainnya, serta dapat dilakukan sintesis -TCP (β-tricalcium phosphate) dengan sumber kalsium berupa CaCO3 dan rasio konsentrasi Ca/P yang tepat. Suhu optimum kalsinasi yang dapat digunakan untuk sinteis HA yaitu suhu 1000 ºC dan untuk sintesis -TCP yaitu suhu 800 ºC karena lebih cepat dalam pembentukan fase dan struktur kristalnya, yaitu pada waktu stirring 3 jam.

DAFTAR PUSTAKA

1. Prasentyanti F. 2008. Pemanfaatan cangkang telur ayam untuk sintesis hidroksiapatit reaksi kering [skirpsi]. Bogor (ID): Departemen FisikaInstitut Pertanian Bogor.

2. I. Sopyan, M. Mel, S. Ramesh, K.A. Khalid. 2007. Porous hydroxyapatite for artificial bone applications. Science and Technology of Advanced Materials Vol. 8, Issues 1-2, Pages 116–123.

(28)

17 4. M. Anthony Rosales, Merri Bruntz, David G Armstrong. 2004.

Gamma-irradiation human skin allograft: A potential treatment modality for lower extremity ulcers. International Wound Journal. Vol. 1 No 3.

5. J. X. Lu, A. Gallur, B. Flautre, K. Anselme, M. Descamps, B. Thierry, P. Hardouin. 1998. Comparative study of tissue reactions to calcium phosphate rceramics among cancellous, cortical, and medullar bone sites in Rabbits. J Biomed Mater Res, 42, 357-367.

6. A. K Nayak. 2010. Hydroxiapatite synthesis methodologies: An overview. Int.J. ChemTech Res. 2 (2).

7. Z. Ajdukovic, S. Najman, L.J. Dordevic, V. Savic, D.Mihailovic, D. Petrovic, N. Ignjatovic and D. Uskokovic. 2005. Repair of bone tissue affected by osteoporosis with hydroxyapatite-poly-l-lactide (HAp-PLLA) with and without blood plasma. J Boimater Appl 20: 179.

8. E. Landi, Federica V, and Anna T. 2008. Porous hydroxyapatite/gelatine scaffolds with ice-designed channel-like porosity for biomedical applications. Institute of Science and Technology for Ceramics, National Research Council. Acta Biomaterialia 4 1620–1626.

9. Desi L. M, Desy N, Heru S. 2012. Sintesis hydroxyapatite berukuran nano dengan metode elektrokimia sebagai bioimplan tulang dan gigi. Jurnal Teknik POMITS Vol. 1, No. 1 1-3.

10. Zhao Qin, Alfonso Gautieri, Arun K. Nair, Hadass Inbar, and Markus J. Buehler. 2012. Thickness of hydroxyapatite nanocrystal controls mechanical properties of the collagen-hydroxyapatite interface. Langmuir, 28.

11. Jena, Preetam. 2007. Synthesis and characterization of hydroxiapatite [thesis]. Rourkela (IN): Departemen of Ceramic Engineering, National Institute of Technology Rourkela.

12. Joint Committee on Powder Diffraction Standards.

(29)

18

Lampiran 1 Diagram Alir Penelitian

Laporan

Pencampuran dengan H3PO4 secara single drop

Kalsinasi serbuk cangkang kerang mencos (800 ºC, 900 ºC, dan 1000 ºC) Siap?

CaCO3 dan CaO

Sintering

Tidak Mulai

Persiapan alat dan bahan

Stirring (1 jam, 3 jam, 6jam, dan 12 jam)

Penyaringan

Serbuk Hidroksiapatit

Analisis

Fase dan struktur kristal Gugus fungsi

(30)

19 Lampiran 2 Keteputihn Sintesis HA

Keterangan:

(a) Serbuk cangkang kerang mencos (b) Kalsinasi cangkang kerang mencos (c) Hasil kalsinasi cangkang kerang mencos (d) Proses presipitasi single drop

(e) Proses stirring (f) Penyaringan (g) Sintering (h) Serbuk HA

(a) (b) (c) (d)

(31)

20

Lampiran 3 JCPDS CaCO3

(32)

21 Lampiran 5 JCPDS CaO

(33)

22

Lampiran 7 JCPDS TCP

(34)
(35)

24

RIWAYAT HIDUP

Gambar

Gambar 1 Hasil karakterisasi XRD serbuk cangkang kerang
Tabel 2 Hasil karakterisasi AAS
Tabel 3 Massa dan nilai efisiensi hasil sintesis HA Waktu Massa
Gambar 4. HA TCP
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bantuan akan lebih baik dilakukan dengan cara mengawasi atau membatasi peluang seseorang untuk terlibat pada penyalahgunaan nafza.. Perhatian dan hubungan kelurga

dengan judul “Penggunaan Gross Profit Margin (GPM), Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE) , Net Profit Margin dalam memprediksi pertumbuhan laba pada Perusahaan

DESAIN KOMUNIKASI VISUAL SEBAGAI MEDIA PROMOSI PASAR “DEPOK” SURAKARTA.. Laporan

Sampel rimpang temu putih ditotolkan pada plat silika gel 60 GF254 kemudian dielusi dengan fase gerak sesuai dengan golongan tanin, fenol, triterpen, alkaloid dan

Puji syukur ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya sehingga penulisan Laporan Tugas Akhir/ dengan judul “ Motivasi Wisatawan Berkunjung ke Agrowisata Usada

Eksperimen adalah kegiatan guru atau siswa untuk mencoba mengerjakan sesuatu serta mengamati proses dari hasil percobaan itu dimana siswa mendapat langkah-langkah

Untuk mengetahui faktor mana yang paling dominan antara tingkat inflasi, jumlah tempat hiburan dan pendapatan perkapita sebelum dan sesudah krisis moneter terhadap penerimaan

The 20 th CEReS International Symposium or The Symposium on Microsatellites for Remote Sensing (SOMIRES 2013) is kick-off event of Chiba University