• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Turbin Uap Dengan Tekanan Masuk 20 bar dan Temperatur 350 oC Untuk Sebagai Penggerak Alternator

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perancangan Turbin Uap Dengan Tekanan Masuk 20 bar dan Temperatur 350 oC Untuk Sebagai Penggerak Alternator"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS SARJANA TURBIN UAP

PERANCANGAN TURBIN UAP DENGAN TEKANAN MASUK 20 BAR DAN TEMPERATUR 350 OC SEBAGAI

PENGGERAK ALTERNATOR

OLEH :

BAMBANG KURNIAWAN 100421014

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan

karunia-Nya yang senantiasa penulis dapatkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini. Tak lupa juga shalawat beriring salam dihadiahkan kepada junjungan kita

nabi Muhammad SAW yang telah menuntun kita semua menuju zaman yang penuh

pengetahuan.

Skripsi ini adalah salah satu syarat untuk dapat lulus menjadi Sarjana Teknik

di Deparetemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Adapun

judul skripsi ini adalah “ Perancangan Turbin Uap Dengan Tekanan Masuk 20 bar

dan Temperatur 350 oC Untuk Sebagai Penggerak Alternator”. Skripsi ini berisikan

perhitungan analisa Thermodinamika dan Performansi, serta dimensi bagian – bagian

dari Turbin Uap yang digunakan oleh Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (PKS) PT.

Perkebunan Nusantara IV (PERSERO) Unit Usaha Kebun Gunung Bayu Kecamatan

Bosar Maligas Kabbupaten Simalungun.

Selama penyusunan skripsi ini, banyak pihak yang membantu penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini, sehingga penulis perlu untuk berterima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Ing. Ikhwansyah Isranuri dan Ir. Syharil Gultom, MT selaku ketua dan

sekretaris Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik Mesin USU.

2. Bapak Ir. Mulfi Hazwi, M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah banyak

meluangkan waktunya untuk membimbing penulis hingga skripsi ini dapat

diselesaikan.

3. Bapak/Ibu staf pengajar dan pegawai Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik

Mesin USU yang telah banyak membantu dan memberikan ilmu selama penulis

mengikuti masa perkuliahan.

4. Kedua orang tua ayahanda Bapak Pairin dan Ibunda Susi Asmita, serta keluarga

besar penulis yang telah memberikan banyak bantuan materil maupun moril

dalam kehidupan penulis.

5. Seluruh rekan – rekan mahasiswa Teknik Mesin Ekstensi stambuk 2010 USU.

(9)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh belum sempurna, dari segi

penulisan maupun teori. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat

diharapkan untuk dapat menyempurnakan skripsi ini.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.

Medan, 10 Oktober 2013

Penulis,

NIM: 100421014 Bambang Kurniawan

(10)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...ii

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1. Latar Belakang...1

1.2. Tujuan Penulisan...2

1.3. Batasan Masalah...3

1.4. Sistematika Penulisan...4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...5

2.1 Pengertian Turbin...5

2.2 Sejarah Turbin Uap...6

2.3 Klasifikasi Turbin Uap...8

2.4 Prinsip Kerja Turbin Uap...11

2.5 Diagram Kecepatan Uap...15

2.6 Siklus Turbin Uap...17

2.7 Prinsip Kerja Turbin Uap...19

BAB III METODE PENULISAN SKIPSI...21

3.1 Tempat dan Waktu ...21

3.2 Metode Penyusunan Skripsi...21

BAB IV PERENCANAAN TURBIN UAP...24

4.1 Perencanaan Spesifikasi Turbin Uap...24

4.2 Hasil Survey Penggunaan Energi Listrik...24

4.3 Keadaan Uap Dalam Katub...25

4.4 Perencanaan Daya Turbin...28

(11)

4.5 Perencanaan dan Perhitungan Sudu Baris I...29

4.6 Perencanaan dan Perhitungan Sudu Pada Baris II...34

4.7 Analisa Kerugian Energi Kalor...37

4.8 Head Drop...40

4.9 Perencanaan Nozle dan Blade...42

4.10 Pemilihan Jenis Nozle...42

4.11 Perhitungan Ukuran Nozle...44

4.12 Perhitungan Ukuran Sudu – Sudu...46

4.13 Perhitungan Kekuatan Blade...54

4.14 Material Blade...62

4.15 Perhitungan Karangan Sudu...63

4.16 Perencanaan Disc...68

4.17 Perhitungan Tegangan Pada Bagian Disc...69

4.18 Perencanaan Poros...70

4.19 Defleksi Lenturan Statis Poros (fo)...74

4.20 Seal Labyrint...77

4.21 Material dan Rumah Turbin...78

4.22 Konstruksi Rumah Turbin...78

4.23 Perencanaan Bantalan...80

4.24 Pemilihan Bantalan...81

4.25 Bahan Bantalan...81

4.26 Perhitungan Bantalan Radial...82

4.27 Perhitungan Bantalan Aksial...84

4.28 Pelumasan...86

(12)

4.30 Koefisien Gesek (f)...88

4.31 Tinggi Film Minyak Pelumas (h)...89

4.32 Gaya Gesek Pada Bantalan (Ar)...89

4.33 Panas Pada Pelumasan (Ør)...90

4.34 Pelumasan Bantalan Aksial...91

4.35 Governors...94

4.36 Effisiensi Thermal Siklus Uap Ideal Rankine...99

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...104

5.1 Kesimpulan...105

5.2 Saran...106

LITERATUR...107

LAMPIRAN...108

(13)
(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Mengingat saat ini energi listrik menjadi kebutuhan yang sangat vital bagi

kesejahteraan manusia yang bukan saja digunakan untuk penerangan namun

digunakan juga untuk penggerak mesin-mesin, dari mobil sampai Bull Dozer

semuanya memerlukan energi listrik.

Potensi komersial energi listrik di masyarakat saya kira sangat menggiurkan

bagi orang-orang yang ingin meningkatkan masalah finansial.

Sebagai seorang calon Sarjana, yang telah dibekali ilmu pengetahuan Penulis

merasa tertantang untuk mendalami Perpormance dan dimensi Turbin Uap beserta

elemen-elemennya.

Ketika melakukan kerja praktek di PTPN IV. Persero. Unit Usaha Kebun

Gunung Bayu. Bosar Maligas, Simalungun Penulis mendapat informasi dari Manager

Pabrik bahwa terjadi peningkatan kebutuhan listrik pada masyarakat PTPN IV.

Persero. Unit Usaha Kebun Gunung Bayu. Bosar Maligas, Simalungun dikarenakan

peningkatan penduduk dan peningkatan penerangan jalan, karena itu Penulis mencoba

merancang ulang Turbin Uap tetapi dengan Daya yang lebih besar dari yang ada saat

ini yaitu dari 704 kW menjadi 1250 kW atau ditingkatkan sebesar 56,32 % sebagai

solusi alternatif kebutuhan listrik dimassa yang akan datang.

Keanekaragaman sumber daya alam dunia yang begitu melimpah ruah yang

diberikan oleh Allah SWT memiliki banyak manfaat bagi manusia dan tidak ada yang

sia-sia, karena dunia Allah ciptakan untuk manusia tetapi manusia diciptakan untuk

Allah SWT. Oleh karena itu kita harus mensyukuri nikmat yang telah Allah

(15)

berikan, salah satunya dengan memanfaatkan segala materi yang ada di alam ini,

karena di dalam setiap materi memiliki energi yaitu energi dalam (U) oleh karena itu

terpikir oleh Penulis untuk memanfaatkan energi fluida berupa air untuk

menghasilkan energi listrik, dengan mengkonversikan air menjadi uap yang memiliki

tekanan dan temperatur tinggi dan mengkonversikan energi potensial fluida menjadi

energi kinetik dan menjadi energi mekanik untuk pendorong roda turbin sebagai

penggerak Alternator.

1.2. Tujuan Penulisan

Tujuan umum skripsi ini adalah merancang ulang Turbin Uap dengan tekanan

20 Bar dengan temperatur uap 350 0 C dengan Daya 1250 kW .

Tujuan khusus skripsi ini adalah mengetahui kecepatan aliran fluida pada sudu

gerak dan tetap, nozzle, perencanaan nozzle, sudu, disc, poros, bantalan, pelumasan

dan lain-lainnya yang dianggap penting.

Menjadi manusia yang banyak bermanfaat untuk kebaikan adalah suatu

kebanggaan bagi diri saya, karena itu saya merancang sebuah mesin turbin uap

sebagai penggerak alternator untuk menghasilkan energi listrik yang dapat mensuplai

kebutuhan listrik di pabrik pengolahan Kelapa Sawit (PKS) dan kebutuhan listrik

masyarakat sekitarnya.

Data-data yang Penulis dapat dari hasil survey berupa daya 704 KW dan

putaran 3000 rpm pada tekanan masuk turbin 20 Bar pada temperatur 350oC, tetapi

dikarenakan adanya perkiraan peningkatan kebutuhan listrik dimasa yang akan datang

seperti peningkatan jumlah penduduk, penerangan jalan dan lainnya maka dari itu

penulis coba merancang ulang Turbin Uap berdaya 1250 kW pada

(16)

putaran 3000 rpm dengan tekanan masuk dan temperatur yang sama dan penulis

jadikan tantangan untuk merealisasikannya.

Dan tujuan akhir dari penulisan ini adalah untuk mencari dimensi serta

kekuatan setiap elemen dari mesin turbin uap ini sendiri.

1.3. Batasan Masalah

Keterbatasan waktu yang begitu singkat rasanya tidak mungkin penulis

merancang seluruh elemen dan accessories mesin turbin uap secara detail disebabkan

limit waktu yang telah ditentukan oleh Fakultas dan penulis harus secepatnya

menyelesaikan tugas sarjana sebagai syarat menjadi Sarjana di Fakultas Teknik USU.

Karena itu penulis hanya merancang daya turbin dan elemen-elemen pentingnya saja

seperti blade, nozzle, poros, dan bantalan saja sedangkan yang lainnya tidak begitu

detail.

1.4. Sistematika Penulisan

Dalam menyusun skripsi ini penulis mensistematikakan skripsi ini sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan berisikan Latar Belakang, Tujuan Penulisan ... , Batasan

Masalah, dan Sistematika Penulisan.

BAB II Tinjauan Pustaka berisikan, Pengertian Turbin, Sejarah Turbin Uap,

Klasifikasi Turbin Uap dan Prinsip Kerja Turbin Uap.

BAB III Perencanaan Daya Turbin berisikan Perencanaan Spesifikasi Turbin Uap,

Hasil Survey Kebutuhan Energi Listrik, Keadaan Uap dalam Katup, Perencanaan

Daya Turbin, Perencanaan dan Perhitungan Sudu Baris I,

Perencanaan dan Perhitungan Sudu Baris II, Kerugian Energi Kalor, Head Drop yang

Berguna pada Turbin.

(17)

Dan Bab-bab berikutnya berisikan rancangan elemen-elemen Turbin Uap dan sampai

pada kesimpulan dan saran.

(18)
(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Pengertian Turbin

Turbin adalah salah satu mesin pengerak dimana mesin tersebut merupakan

pesawat konversi, untuk mengkonversikan energi potensial fluida menjadi energi

kinetis dan kemudian dirubah lagi menjadi energi gerak. Berdasarkan fluida yang

digunakan, maka turbin terbagi atas tiga bagian :

- Turbin Air

- Turbin Uap

- Turbin Gas

Dari ketiga turbin diatas ditemui beberapa persamaan antara lain :

1. Nozzle berfungsi untuk merubah energi potensial fluida menjadi energi kinetik.

2. Moving Blade berfungsi untuk merubah tenaga kinetik menjadi tenaga mekanik.

3. Disc Blade berfungsi untuk meneruskan tenaga dari moving blade ke poros,

dimana moving terpasang kuat pada disc.

4. Poros berfungsi untuk meneruskan daya dari disc untuk dipergunakan

selanjutnya.

5. Rumah Turbin berfungsi untuk tempat rotor dan perlengkapan lainnya.

(20)

Turbin berasal dari bahasa latin, yang asal katanya turbo artinya berputar.

Turbin uap adalah pesawat tenaga yang bekerja merubah energi potensial (berupa

energi panas uap) menjadi energi listrik mekanik pada poros turbin sebelum

dikonversikan menjadi energi mekanik, terlebih dahulu dikonversikan menjadi energi

kinetik dalam nozzle (pada turbin implus), atau dalam nozzle dari sudu-sudu pada

turbin reaksi.

Ide untuk membuat turbin sudah lama sekali, ini ternyata dari hasil karya

seorang Alexandria yang bernama Hero. Dimana Ia telah membuat turbin reaksi pada

tahun 120 sebelum Masehi seperti gambar 2.1.

Gambar 2.1. Hero’s Engine

Selang beberapa abad yaitu pada tahun 1629, Geovani Beranca membuat pula

sebuah turbin yang bentuknya sangat sederhana dan lebih praktis dari buatan Hero

seperti yang ditunjuakn pada gambar 2.2.

Gambar 2.2. Branca’s Engine

Kemudian menyusul pula nama Polikanp Zalesop yang membuat turbin pada

tahun 1806-1813 dan kemudian sampai tahun 1830 pekerja-pekerja Nizny juga

(21)

dikalangan teknologi namun bagaimanapun juga mereka itu perintis dalam dunia

turbin uap.

Setelah pada tahun 1838 seorang insinyur berkebangsaan Swedia yang bernama

Dr. Gustav De Laval membuat turbin dari jenis “Single Stage Impulse Turbine and

Single Disc” dengan daya 5 Hp, yang kemudian dikenal De Laval. Setahun kemudian

yaitu pada tahun 1884 seorang berkebangsaan Inggris C.A Persons.

Dalam tahun 1900 Impulse Principle dari Single Stage De Laval berkembang

menjadi Multi Stage dimana di Swedia dipelopori oleh Zoelly, sedangkan di Prancis

dipelopori oleh Rateu, yang kemudian dikenal dengan Turbin Zoelly dan Turbin

Rateu.

Turbin Rateu ini adalah sebuah turbin yang terdiri dari beberapa buah turbin De

Laval yang dipasang atau digabung seri pada sebuah sumbu poros turbin sehingga

turbin akan mempunyai beberapa tingkat tekanan dan setiap tingkat tekanan terdiri

dari satu tingkat kecepatan.

Kemudian pada tahun itu juga seorang Sarjana Amerika yang bernama Curties

membuat pula sebuah turbin Impulse dengan prinsip tekanan tunggal dan tingkat

kecepatan ganda. Akhirnya pada tahun 1910 menyusul pula Ljungstrom membuat

sebuah turbin dengan prinsip radial reaksi seperti yang ditunjukan pada gambar 3.3.

(22)

Gambar 2.3. Prinsip kerja Turbin Ljungstrom

II.3. Klasifikasi Turbin Uap

Turbin uap dapat diklasifikasikan dalam beberapa kategori yang berbeda,

tergantung kepada :

- Konstruksinya

- Proses penurunan kalor

- Arah aliran

- Kondisi awal dan akhir uap dalam pemakaian

Menurun aliran uap masuk turbin dapat dibagi menjadi:

a. Turbin Axial, dimana pada turbin ini arah uap mengalir sejajar terhadap sumbu

poros turbin. Prinsip konstruksinya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 2.4. Turbin Aksial

b. Turbin Radial, dimana pada turbin ini arah aliran uap tegak lurus terhadap

sumbu poros dari turbin. Turbin ini terbuat dari dua sudu dan

dua poros dimana putaran poros keduanya dalam arah yang berlawanan sehingga

kedua poros ini dapat melayani dua macam pembebanan. Prinsip konstruksinya

dapat dilihat pada gambar berikut ini.

(23)

Gambar 2.5. Turbin radial

Menurut jumlah tekanan maka turbin uap dapat dibagi atas :

a. Single stage impulse Turbin dngan satu atau dua tingkat tekanan, turbin

ini umumnya dipakai untuk daya yang besar.

b. Multi Stage Implus and Reaction Turbin, turbin ini menghasilkan daya

yang bervariasi mulai dari daya yang kecil sampai daya yang besar.

Menurut proses penurunan kalor, maka turbin uap dapat terbagi atas :

a. Turbin kondensasi dengan regenator

b. Turbin kondensasi dengan satu atau dua peceratan

c. Turbin tekanan lawan

d. Turbin tekanan rendah.

e. Turbin tekanan campuran

Menurut kondisi atau tekanan uap masuk, maka turbin ini dapat terbagi atas :

a. Turbin tekanan rendah, yaitu sebesar 1,2 – 2 ata

b. Turbin tekanan tinggi, yaitu sebesar 2-40 ata

c. Turbin tekanan sangat tinggi, 100-170 ata dan temperatur yang

dibutuhkan 550oC.

d. Turbin tekanan super kritis, mencapai tekanan 225 ata.

Menurut tempat pemakaiannya di bidang industry, maka turbin dapat dibagi atas :

a. Turbin Stationer dengan putaran yang konstan yang dipakai untuk

penggerak alternator.

b. Turbin Stationer dengan putaran yang bervariasi yaitu dipakai pada kapal,

kereta api dan lain-lain.

Menurut sistem kerja turbin dapat dibagi atas beberapa bagian yaitu :

(24)

a. Turbin impulse atau turbin aksi atau juga disebut turbin tekanan rata,

dimana perubahan energi potensial menjadi tekanan kinetik hanya terjadi

pada nozzle, sedangkan pada moving blade tekanan dan volume tetap.

b. Turbin reaksi, pemuaian uap terjadi pada nozzle maupun pada moving

blade, contohnya turbin Person dan turbin Ljungstorm.

c. Turbin kombinasi, biasanya susunan turbin impulse di depan dan turbin

reaksi di belakang. Contoh turbin kombinasi :

• Tubin Curtis dengan turbin person. • Turbin Curtis dengan turbin Zoelly.

• Turbin delaval dengan turbin person.

Menurut gabungannya maka turbin dapat dibagi atas :

a. Gabungan kecepatan (velocity compounding)

Konstruksinya terdiri dari satu cakra dengan beberapa buah sudu

pengarah, sesuai dengan jumlah sudu gerak. Gambarnya dapat dilihat

seperti berikut :

(25)

b. Turbin dengan gabungan tekanan atau pressure compounding.

Turbin ini dibuat dari beberapa buah nozzle diikuti dengan beberapa buah

sudu jalan.

II.4 Prinsip Kerja Turbin Uap

Pada roda turbin terdapat sudu dan fluida kerja mengalir melalui ruang diantara

sudu tersebut, apabila kemudian ternyata bahwa roda turbin dapat berputar, maka ada

gaya yang bekerja pada sudu. Gaya tersebut timbul karena terjadinya perubahan

momentum dari fluida kerja yang mengalir diantara sudunya.

Jadi sudu haruslah dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menjadi perubahan

momentum pada fluida kerja tersebut, hal ini akan dijelaskan pada gambar berikut ini.

Gambar 2.7. Roda turbin

Dari gambar 2.7 penampang roda turbin akan dijelaskan lagi irisan sudu-sudu

pada suatu jarak tertentu dari suatu sumbu poros turbin. Gambar tersebut dapat

dilukiskan seperti pada lukisan berikut ini.

Gambar 2.8. Tekanan uap masuk dan keluar

(26)

Untuk mempermudah penganalisaan, maka pertama-tama diadakan beberapa

idealisasi sebagai berikut :

a. Aliran dianggap steady, uniform dan satu dimensi.

b. Tidak ada benda lain diantara sudu-sudu.

c. Pengaruh gravitasi ditiadakan.

Kemudian uap ditinjau dari ruang antara dua sudu-sudu yang berdekatan. Seperti

pada gambar 2.8 dimana perubahan momentum uap persatuan waktu (M) lalah :

M = G/g . c

Dan gaya tekannya (Fp) ialah :

Fp = p . A

Dimana:

G = bayak uap mengalir persauan waktu

C = kecepatan absolut dari fluida kerja

g = garvitasi

p = tekanan fluida kerja

A = luas penampung saluran uap

l/e = menyatakan keluar dan masuk sudu

R = gaya reaksi sudu terhadap uap Maka gaya yang bekerja pada uap dan

menyebabkan terjadinya perubahan mementum adalah sebagai berikut:

R + (Fpi + Fpe) = Me-M1 sehingga gaya reaksi sudu

terhadap uap adalah :

R = (Ms-M1)-(Fpi + Fpe) Hukum Newton III menyatakan bahwa aksi = reaksi, oleh

karena itu gaya dari fluida kerja atau uap ialah :

F = -R = -(Me-M1) + (FpI + Fpe) F = G/g (ci - ce) + (pi .Ai+ Pe - Ae )

Apabila (Fr, - Fpe) = 0 atau sangat kecil diandingkan dengan (Me – Mi), maka:

F = G/g (c, - ce)

(27)

Dimana kecepatan c dan gaya F serta kecepatan c, dan ce masing-masing dapat

diuraikan menjadi dua komponen yaitu :

Fu = gaya tangebsial sejajar dengan kecepatan roda turbin. Fa =

gaya aksial sejajar dengan sumbu roda turbin.

F = Fu + Fa

ci = ciu + cia

ce = ceu + cia

dimana:

u dan e menyatakan arah tangensial dan arah aksial maka akibat dari :

F = G/g (ci- ce) - G/g . cu

F = G/g (ciuceu)

Gaya-gaya tersebut dilukiskan pada halaman dimana akan terlihat Fu adalah gaya

yang menyebabkan roda turbin berputar dan menghasilkan daya. Oleh karna itu sudu

harus dibuat sedimikian rupa. Sehingga diperoleh (ciuceu) yang besar. Sedangkan Fa

adalah gaya yang aksial yang harus ditahan oleh bantalan, maka harus dibuat sekecil

mungkin.

Tetapi hal tersebut diatas tidak dapat dilaksanakan begitu saja, oleh karena

pembelokan fluida yang terlalu tajam dan saluran sudu yang terlalu panjang sehingga

akan mengakibatkan kerugian-kerugian energi yang lebih besar, maka usaha tersebut

diatas ada batasnya.

Dengan berputarnya roda turbin jelaslah bahwa fluida kerja yang mengalir melalui

ruang antara sudu yang berputar, oleh sebab itu kecepatan absolud fluida kerja (c)

adalah kecepatan keliling tangrnsial (u) dari sudu ditambah kecepatan relatif (v) dari

uap yang masuk.

Kecepatan relatif (v) adalah kecepatan uap yang kita lihat apabila benda berada

bersama-sama sudu yang bergerak dari luar turbin tidak berputar .

(28)

cos cos

Sedangkan kecepatan absolut adalah krcrpatan fluida kerja yang kita lihat dari turbin,

sedangkan besarnya kecepatan keliling atau tangensial dari sudu adalah:

u = π.D.n

dimana D adalah diameter roda turbin dan n adalah putarn poros.

Gambar 2.9. Kecepatan fluida masuk dan keluar

Untuk turbin aksial kecepatan tangensial masuk (ui) = kecepatan uap keluar (ue) +

kecepatan keliling rat-rata (u) seperti terlihat pada gambar 2.9 diatas.

II.5. Diagram Kecepatan Uap

Berdasarkan persamaan berikut:

c = u + v

c = ui + vi

c = ue + ve

u = π.D.n

ui = ue = u

maka diagram kecepatan fluida dapat digambarkan sebagai berikut:

(29)

Gambar 2.10. Diagram kecepatan (c = u + v)

ciu = uiu + u

ceu = ueu + u

sehingga dengan mengurangi ciu dan c maka diperoleh:

cu = ueu + veu

= viu + veu

dari persamaan sebelumnya diperoleh:

F = G/g (ciu - ceu)

dapat pula ditulis dengan rumus:

Fu = G/g (ciu - ceu) = F = G/g (viu - veu)

Dimana:

ciu = ci cos ᴓ

ceu = ce cos ᴓ

viu = vicos βi

viu = vecos βe

II. 6. Siklus Turbin Uap

Siklus Renkine setelah diciptakan langsung diterima sebagai standar untuk

pembangkit daya yang menggunakan uap (steam ). Siklus Renkine nyata yang

digunakan dalam instalasi pembangkit daya jauh lebih rumit dari pada siklus renkine

ideal asli yang sederhana. siklus ini merupakan siklus yang paling banyak digunakan

untuk pembangkit daya listrik sekarang ini. Oleh karena siklus Rankine merupakan

sikus uap cair maka paling baik siklus itu digambarkan dengan diagram P-v dan T-s

dengan garis yang menunjukkan uap jenuh dan cair jenuh. Fluida kerjanya adalah air

(H2O).

Turbin Uap adalah salah satu komponen dasar dalam pembangkit listrik

tenaga uap. Dimana komponen utama dari sistem tersebut yaitu : Ketel,

(30)

kondensor, pompa air ketel, dan turbin itu sendiri. Uap yang berfungsi sebagai fluida

kerja dihasilkan oleh katel uap, yaitu suatu alat yang berfungsi untuk mengubah air

menjadi uap.

Gambar 2.11. Siklus rankine

Siklus ideal yang terjadi didalam turbin adalah siklus Renkine ; Air pada siklus 1

dipompakan, kondisinya adalah isentropik s1 = s2 masuk ke boiler dengan tekanan

yang sama dengan tekanan di kondenser tetapi Boiler menyerap panas sedangkan

kondenser melepaskan panas, kemudian dari boiler masuk ke turbin dengan kondisi

super panas h3 = h4 dan keluaran dari turbin berbentuk uap jenuh dimana laju

aliran massa yang masuk ke turbin sama dengan laju aliran massa keluar dari turbin,

ini dapat digambarkan dengan menggunakan diagram

T-s berikut:

(31)

Menurut Hukum pertama Thermodinamika, kerja yang dihasilkan oleh suatu

proses siklus adalah sama dengan Jumlah Perpindahan Kalor pada fluida kerja selama

proses siklus tersebut berlangsung. Jadi untuk proses Siklus

1 – 2 – 2’ – 3 – 3’ – 4 – 1

Dengan rumus:

W = φ T dS

W = Kerja per satuan berat fluida kerja

Ds = Luas 1 – 2 - 2 – 2’ – 3 – 4 - 1 pada diagaram ( T – s )

Dalam kenyataan Siklus sistem Turbin Uap menyimpang dari Siklus Ideal

(Siklus Rankine ) antara lain karena faktor tersebut dibawah ini :

1. Kerugian dalam pipa atau saluran fluida kerja, misalnya kerugian gesekan

dan kerugian kalor ke atmosfer disekitarnya .

2. Kerugian tekanan dalam ketel uap

3. Kerugian energi didalam turbin karena adanya gesekan pada fluida kerja dan

bagian-bagian dari turbin.

II.5. Prinsip Kerja Turbin Uap

Secara singkat prinsip kerja turbin uap adalah sebagai berikut :

1. Uap masuk kedalam turbin melalui nosel. Didalam nosel energi panas dari uap

dirubah menjadi energi kinetis dan uap mengalami pengembangan.

Tekanan uap pada saat keluar dari nosel lebih kecil dari pada saat masuk ke

dalam nosel, akan tetapi sebaliknya kecepatan uap keluar nosel lebih besar dari

pada saat masuk ke dalam nosel.

Uap yang memancar keluar dari nosel diarahkan ke sudu-sudu turbin yang

berbentuk lengkungan dan dipasang disekeliling roda turbin. Uap yang mengalir

melalui celah-celah antara sudu turbin itu dibelokkan kearah mengikuti

lengkungan dari sudu turbin. Perubahan kecepatan uap ini

menimbulkan gaya yang mendorong dan kemudian memutar roda dan poros

(32)

2. Jika uap masih mempunyai kecepatan saat meninggalkn sudu turbin berarti

hanya sebagian yang energi kinetis dari uap yang diambil oleh sudu-sudu turbin

yang berjalan. Supaya energi kinetis yang tersisa saat meninggalkan sudu turbin

dimanfaatkan maka pada turbin dipasang lebih dari satu baris sudu gerak.

Sebelum memasuki baris kedua sudu gerak. Maka antara baris pertama dan

baris kedua sudu gerak dipasang satu baris sudu tetap ( guide blade ) yang

berguna untuk mengubah arah kecepatan uap, supaya uap dapat masuk ke baris

kedua sudu gerak dengan arah yang tepat.

3. Kecepatan uap saat meninggalkan sudu gerak yang terakhir harus dapat dibuat

sekecil mungkin, agar energi kinetis yang tersedia dapat dimanfaatkan sebanyak

mungkin. Dengan demikian effisiensi turbin menjadi lebih tinggi karena

kehilangan energi relatif kecil.

(33)
(34)

BAB III

METODE PENULISAN SKRIPSI

III.1. Tempat dan Waktu

Dalam menyelesaikan skripsi ini menggunakan tempat dan waktu seperti

ditunjukan pada tabel 3.1 berikut ini.

No. Kegiatan Instansi Pendukung Keterangan

1. Survey data turbin uap PTPN IV. Persero. Unit Usaha Kebun Gunung Bayu. Bosar Maligas, Simalungun

Tekanan uap masuk turbin 20 Bar, temperatur 3500 C

2. Bimbingan Skripsi Fakultas Teknik Universitas Sumatera utara (USU) Medan

3. Sumber Landasan teori Perpustakaan Universitas Sumatera utara (USU) Medan, PTPN IV, Google Searching

4.

Tabel 3.1. Kegiatan dan tempat penyusunan skripsi

Waktu yang digunakan dalam menyelesaikan skripsi ini diperkirakan satu

semester.

III. 2. Metode Penyusunan Skipsi

Metode perancangan yang penulis terapkan disini ialah pertama-tama

pengumpulan data-data hasil survey yang meliputi kebutuhan energi listrik di setiap

stasiun pabrik, kantor, dan perumahan karyawan yaitu + 704 KW tetapi dalam

perancangan ini dirancang turbin yang dapat menghasilkan daya 1250 KW karena

diperkirakan perkebunan akan menambah areal tanaman, bekerjasama dengan petani

swasta lain yang tentunya akan membutuhkan energi yang lebih besar.

Data-data yang telah diperoleh kemudian disubstitusikan kedalam rumus-rumus

perancangan mesin yang terdapat didalam literatur yang kemudian diperiksa dan

(35)

diteliti lagi oleh Dosen Pembimbing yang kemudian hasilnya dibandingkan dengan

mesin-mesin pabrik yang telah ada.

Penulisan ini di perkirakan akan terdiri dari sepuluh Bab yang dimulai dari

Pendahuluan yang menerangkan latar belakang penulisan, tujuan penulisan,

pembatasan masalah, serta sistematika penulisan.

Pada Bab II penulis menghimpun tinjauan pustaka yang menerangkan

pengertian, sejarah, klasifikasi, serta prinsip kerja mesin turbin. Setelah mengenalkan

ruang lingkup turbin barulah penulis menentukan perencanaan daya, putaran, dimensi

dan kekuatan sudu baris satu dan dua, analisa kerugian kalor dan head drop yang

berguna pada turbin.

Dari hasil perhitungan kecepatan uap memasuki dan keluar nozzle melalui

rumus-rumus yang terdapat di dalam literatur penulis dapat menentukan pemilihan

Nozzle, dimensi, bahan, karangan Sudu, kekuatannya, gaya-gaya yang mempengaruhi

Disc, perencanaan Disc dan tegangan yang terjadi pada Disc yang akan ditulis di

dalam Bab III.

Pada Bab IV didalamnya akan membahas faktor-faktor yang menyebabkan

defleksi pada poros akibat beban dan putaran turbin serta pencegahan pengeluararn

uap dari kebocoran dari selah-selah poros dan elemen lainnya.

Pada Bab V akan berisikan perencanaan bantalan, pemilihan bantalan, bahan

bantalan, dimensi bantalan, serta kekuatannya. Kemudian pada Bab VI akan

membahas jam kerja, koefisien gesek tinggi film minyak gaya gesek, panas yang

terjadi dan beban dari bantalan dalam bab ini penulis dapat menentukan kebutuhan

minyak pelumas yang akan terpakai.

Kemudian pada bab-bab selanjutnya penulis menerangkan sedikit aksesoris-aksesoris

yang digunakan pada turbin uap seperti governor dan rumah turbin. Dan yang

terakhir ialah mengenai kesimpulan dan saran serta literatur dan lampiran.

(36)
(37)

BAB IV

PERENCANAAN TURBIN UAP

IV.1. Perencanaan Spesifikasi Turbin Uap

Untuk mendapatkan data-data dari turbin uap yang akan direncanakan, penulis

akan menguraikan spesifikasi turbin uap. Adapun turbin yang dirancang adalah :

Turbin Implus dengan satu tingkat tekanan dan dua tingkat kecepatan (Turbin Implus

Aksi).

Jenis turbin tersebut sesuai dengan jenis yang digunakan di pabrik kelapa

sawit PTPN IV. Persero. Unit Usaha Kebun Gunung Bayu. Bosar Maligas,

Simalungun. Dari data spesifikasi tugas yang diberikan pada penulis yang

merencanakan sebuah turbin untuk penggerak Generator Listrik dengan kapasitas

1250 KW dengan putaran 3000 rpm.

IV.2. Hasil Survey Penggunaan Energi Listrik

Energi listrik yang digunakan pada lingkungan pabrik ini meliputi 14 stasiun.

Masing-masing stasiun pabrik itu antara lain ialah :

1. Boiler/Water Treatment : 194 KW

Jumlah keseluruhan daya yang dibutuhkan dari 14 stasiun tersebut adalah

643,4 KW. Untuk mengatasi kerugian pada jaringan, maka pada generator

direncanakan lebih besar 10%, maka daya pada generator ialah : 643,4 x 1,1 = 704 KW.

Dari dua data tersebut di atas belum cukup untuk merencanakan sebuah

(38)

adalah tempat penulis melakukan Kerja Praktek (KP), data ini sesuai dengan data

operasinya.

Data-data tersebut antara lain ialah :

- Temperatur uap masuk = 350oC

- Tekanan uap masuk turbin = 21 kg/cm2

- Tekanan uap keluar turbin = 3 kg/cm2

Sehingga dengan menggunakan diagram mollier dapat diperoleh enthalpy uap

pada titik Ao dengan menarik tekanan di dapat Io = 750 kkal/kg. Untuk uap pada kondisi

Ao adalah uap sebelum masuk katub pengatur. Sehingga untuk uap pada titik Ait dengan

tekanan P1 = 3 kg/cm2, di dapat ilt = 650 kkal/kg. Sehingga penurunan uap secara

isentropis adalah :

H0 = i0 - Ilt

= 750 – 650

= 100 kkl/kg

IV.3 Keadaan Uap Dalam Katub

Keadaan uap dalam katub sebelum memasuki nozzle terlebih dahulu uap

dialirkan melalui pipa dan katub pengatur. Sehingga dalam hal ini kerugian dapat

diperhitungkan. Untuk penurunan dalam katub diperkirakan sebesar :

∆P’ = 0,03 – 0,05 Po ..……… 4.1

Diambil : 0,05 Po

Maka :

∆P’ = 0,05 . 21 kg/cm2

= 1,05 kg/cm2

Sehingga tekanan uap masuk nozzle ialah :

Po’ = Po - ∆P

= 21 – 1,05

(39)

= 19,95 kg/cm2 (digenapkan)

Dengan demikian dari diagram i-s (diagram mollier) pada halaman dapat

dilihat bahwa Ao dipindahkan ke Ao’ dengan enthalpy sebesar io = 750 kkal/kg,

kondisi uap Ait dengan tekanan 3 kg/cm2 dari diagram moiller di dapat ilt = 668,2

kkal/kg.

Sehingga penurunan enthalpy uap masuk nozzle ialah :

Ho’ = io’ – iit’

= 750 – 668,2

= 81,8 kkal/kg

IV.4 Perencanaan Daya Turbin

Hubungan daya generator dengan efisiensi generator terhadap daya turbin uap

(daya poros) adalah sebagai berikut :

Ne =

g g η N

(40)

Dimana :

Ng = Daya generator = 1250 kw

ηg = Effisiensi generator = 0,95

Jadi :

Ne =

0,95 1250

= 1315,8 kw

karena putaran di kopel langsung, maka effisiensi kopling 100%, jadi n = 3000 rpm.

Gambar 4.2 Effisiensi generator

Daya turbin sebelum dan sesudah kopling ialah sama, Ne = 1315,8 kw. Daya

inilah yang harus dibangkitkan oleh turbin.

Jadi dapatlah dituliskan spesifikasi perencanaan sebagai berikut :

- Daya turbin = 1315,8 kW

- Putaran turbin = 3000 rpm

- Daya generator = 1250 kW

- Putaran generator = 3000 rpm

Kondisi uap masuk turbin :

- Tekanan uap masuk turbin = 20 kg/cm2

- Temperatur uap masuk turbin = 350oC

- Tekanan uap keluar turbin = 3 kg/cm2

(41)

- Temperatur uap keluar turbin = 135oC

Uap bekas dari turbin dipergunakan untuk proses lain, misalnya untuk

keperluan perebusan buah kelapa sawit dan keperluan lainnya.

IV.5 Perencanaan dan Perhitungan Sudu Baris I

Dimana pada Pasal IV.2 telah diketahui bahwasannya enthalpy Ho’ = 81,8 kkal/kg.

Kecepatan uap meninggalkan nozzle ialah :

cit = 91,5 .

' o

H ………..4.3

= 91,5 . 18,8

= 91,5 . 9,04

= 827,16 m/det

kecepatan uap aktual meninggalkan nozzle ialah :

ci = ϕ . cit ………..……….4.4

u/ci ditentukan berdasarkan jumlah baris cakra, maka :

- untuk cakra dua baris,

u/ci = 0,10 – 0,13 ………..………4.5

- untuk cakra tiga baris,

u/ci = 0,05 – 0,20 ……….………4.6

Untuk turbin implus dengan dua tingkat kecepatan berdasarkan dari sudut

nozzle dan perbandingan antara kecepatan tangensial dengan aktual yang dianjurkan

adalah :

α1 = 16o – 22o

u/c1 = 0,20 – 0,25

Dalam perencanaan ini penulis memilih, α1 = 16o

u/c1 = 0,22

Maka di dapat : U = 0,22 . 785,8

(42)

Dari persamaan :

Kecepatan uap masuk relatif (w1)

w1 = 1 1

Kecepatan uap keluar relatif (w2)

w2 = ϕ . w1 ………4.8

(43)

Sin β1 =

Kecepatan absolut keluar pada sudu gerak baris I (c2)

c2 = 2 2

(44)

sin2 =

Maka dapat disimpulkan dari hasil perhitungan adalah :

c1 = 744,4 m/det

IV.6 Perencanaan dan Perhitungan Sudu Pada Baris II Kecepatan uap masuk pada baris II (c’1) adalah :

c’1 = ϕ . c2 ………4.12

= 0,9 . 394,97

c’1 = 355,47 m/det

(45)

besar sudut masuk baris II (a’1) adalah :

α’1 = α’2 – (3o – 5o) ………..4.13

= 24,98o – 3o

α’1 = 21,98o

untuk sudut ini diambil 3o

kecepatan uap masuk relatif baris II (w’1) adalah :

w’1 = 1 1

Kecepatan keluar relatif pada baris II (w’2) adalah :

w’2 = α . w1 ……….4.15

(46)

β’1 = 40o

β’2 = β’1 – 3o

= 40o – 3o

β’2 = 37o

kecepatan uap keluar pada sudu baris II (c’2) adalah :

c’2 = 2 2

Maka dapat disimpulkan bahwa :

c’1 = 355,47 m/det

c’2 = 144 m/det

w’1 = 205,59 m/det

w’2 = 185,03 m/det

(47)

α’2 = 50o

β’1 = 40o

β’2 = 37o

u = 172,9 m/det

D = 1,10 m

IV.7 Analisa Kerugian Energi Kalor

Kerugian-kerugian akibat kehilangan energi kalor uap yang terjadi pada

tingkat curtis dapat ditentukan sebagai berikut :

Energi pada nozzle ialah :

hn =

Kerugian kalor pada sudu gerak baris I.

Atau moving blade I adalah :

hb =

(48)

= 4,4 kkal/kg

Kerugian kalor pada sudu pengarah (guide blade)

hgh =

Kerugian energi kalor pada sudut gerak baris II atau moving blade II adalah :

h’b =

Kerugian kalor karena kecepatan uap keluar :

he =

Kerugian akibat gesekan cakra dan angin (hge.a) adalah :

hge.a =

(49)

dimana :

λ = kecepatan superheater steam = 1

u = kecepatan keliling rotor = 172,9 m/det

d = D = diameter disc = 1,10 m

γ = berat spesifik uap dimana cakra berputar

γ = 1/v1 = 1/0,621 kg/m3 pada P = 20 bar

= 1 (karena tidak menggunakan roda gigi)

ηg = Effisiensi generator

(50)

=

237792,06 1131588

= 4,76 kg/det

Selanjutnya dapat digambar diagram i-s untuk kerugian-kerugian pada turbin

implus dengan dua tingkat kecepatan.

IV.8. Head Drop

Head drop yang berguna pada turbin (H1) adalah :

H’1 = H’o – (hn + H’b + hbg + hb + He + he.a) ……….4.23

= 81,8 – (8,05 + 4,44 + 4,2 + 6,2 + 0,0489)

= 81,8 – (22,23)

= 59,57 kkal/kg

Effisiensi relatif dalam turbin atau effisiensi kalor tanpa memperhitungkan

kerugian-kerugian pada katup pengatur.

oi =

o H'

H'1

………..4.24

= 81,8 59,7

= 0,37

Jadi kerugian-kerugian pada laluan mulai dari katup pengatur sampai uap keluar dari

turbin adalah :

=

81,8 59,57 -81,8

= 0,27

= 27%

(51)

IV. 9. Perencanaan Nozzle Dan Blade

Dalam perencanaan nozzle harus diketahui fungsi, kegunaan dan bentuk dari

nozzle yang dipergunakan pada turbin uap. Demikian juga halnya Blade yang

menerima beban berupa benturan uap yang dipancarkan oleh sebuah nozzle, sehingga

disc turbin berputar. Oleh karena itu harus diketahui bahan dan kekuatan blade yang

cocok untuk turbin ini.

(52)

IV.10. Pemilihan Jenis Nozzle

Nozzle adalah salah satu dari turbin uap yang mana nozzle berfungsi merubah

tenaga potensial fluida menjadi energi kinetik.

Nozzle tekanan medium dan tekanan tinggi digunakan bahan yang terbuat dari

baja tahan karat. Menurut bentuknya nozzle yang dipergunakan pada turbin uap

dibagi atas beberapa jenis, yaitu :

- Nozzle konvergen

- Nozzle divergen

- Nozzle konvergen divergen

Untuk memilih nozzle tersebut dapat diambil berdasarkan perbandingan

tekanan uap, dengan syarat sebagai berikut :

- bila tekanan uap keluar < tekanan uap kritis (p1 < pkr) maka dipakai nozzle

divergen.

- bila tekanan uap keluar > tekanan uap kritis (p1 > pkr) maka dipakai nozzle

konvergen.

Dimana :

Pkr = 0,546 . Po (untuk super heater steam)

Pkr = 0,577. Po (untuk dry saturated steam)

Untuk perencanaan ini nozzle yang digunakan adalah super heater steam dengan Pkr =

0,546 dari perhitungan terdahulu :

Pkr = 11,476 kg/cm2

1 = = adalah lebih rendah dari tekanan kritis.

Dengan demikian dipakai nozzle jenis konvergen.

IV.11. Perhitungan Ukuran Nozzle

Luas penampang nozzle ialah :

(53)

fmin =

Luas penampang sisi keluar nozzle (f1)

fmax =

c1 = kecepatan uap aktual sewaktu meninggalkan nozzle

= 785,8/det

(54)

Dalam perencanaan ini akan dipasang nozzle sebanyak 20 buah maka

luas penampang terkecil tiap nozzle ialah :

fmin = fmax / X

X = jumlah nozzle

Jadi :

fmin = 12 / 20

= 0,6 cm

Bila panjang nozzle Lmin = 25 mm (diambil) jadi lebar nozzle pada bagian

lehernya adalah sebesar :

amin =

Lebar nozzle pada sisi keluar nozzle ialah sebesar :

a1 =

Dengan mengambil sudut nozzle = γ = 6o, maka panjang nozzle yang divergen adalah

sebesar :

(55)

=

IV.12. Perhitungan Ukuran Sudu-sudu

Sudu merupakan bagian terpenting dari suatu turbin uap yang berfungsi

sebagai alat untuk merubah tenaga kinetik dari suatu fluida menjadi tenaga gerak,

sehingga tenaga ini mendorong moving blade atau sudu gerak sehingga berputar yang

diikuti oleh putaran poros.

Uap yang bekerja pada moving blade ini mempunyai suhu yang cukup tinggi

dalam bentuk uap kering maupun uap panas lanjut. Tetapi uap itu jika berkali-kali

mendorong sudu jalan akan timbul bintik-bintik air dan hal ini dapat mengakibatkan

korosi pada sudu jalan tersebut. Untuk mencegah korosi tersebut maka moving blade

harus terbuat dari baja tahan karat yaitu baja jenis Crom Nikel atau Stainless Steel.

Ukuran-ukuran dari blade perlu derajat pemasukan parsialnya dapat dihitung

dengan rumus :

(56)

ε =

Tinggi sudu gerak pada bagian masuk adalah :

L’ = L + 2

= 25 + 2

= 27 mm

Tinggi sudu gerak pada bagian keluar adalah (L”)

L” =

V’1 = volume spesifik uap pada sisi keluar sudu gerak baris I

= 0,625 m3/kg

(57)

Maka :

Tinggi keluar sudu pengarah (Lgb) adalah :

Lgb =

Tinggi sudu gerak pada bagian masuk baris kedua adalah :

L’1 = Lgb + 2

= 42 + 2

(58)

= 44 mm

Tinggi sudu gerak pada bagian keluar baris kedua adalah :

L’2 =

Jika lebar sudu diambil b = 25 mm, maka garis kelengkungan profil sudu baris

pertama adalah (r’) :

Jarak antara baris pertama (t’) adalah :

t’ =

(59)

Jumlah sudu pada baris pertama (z) adalah :

Jarak kelengkungan dari profil sudu pada baris kedua (r”) adalah :

R” =

Jarak antara baris kedua (t”) adalah :

t” =

Jumlah sudu-sudu pada baris kedua (Z2) ialah :

Z2 = "

(60)

=

14 632,1

= 45 buah

Gambar 4.6. Profil moving blade implus

Dari hasil perhitungan maka dapat disimpulkan ukuran-ukuran nozzle sebagai

berikut :

- Luas penampang nozzle minimum adalah :

fmin = 0,00012 m2 = 12 cm2

- Luas penampang sisi keluar nozzle adalah :

fmin = 0,0044 m2 = 44 cm2

- Lebar luar nozzle pada sisi luarnya :

amin = 2,4 mm

- Lebar nozzle pada sisi keluarnya adalah :

a1 = 9 mm

- Sudut divergensi adalah :

- Panjang nozzle yang divergen L = 63 mm

Juga ukuran-ukuran sudu pengarah dan sudu gerak dapat disimpulkan sebagai

berikut :

- Tinggi sisi untuk sudu gerak I L’ = 27 mm

(61)

- Tinggi sisi masuk untuk sudu pengarah Lgb = 34,5 mm

- Tinggi sisi masuk untuk sudu gerak II L1 = 44 mm

- Tinggi sisi keluar untuk sudu gerak II L’2 = 49 mm

- Jari-jari kelengkungan sudu I r’ = 15,2 mm

- Jari-jari kelengkungan sudu II r” = 14,7 mm

- Jarak sudu dengan sudu baris I t’ = 13,3 mm

- Jarak sudu dengan sudu baris II t” = 13,9 mm

IV.13. Perhitungan Kekuatan Blade

Gambar 4.7. Rencana moving blade I

Ukuran-ukuran moving blade I adalah sebagai berikut :

b = 25 mm

b1 = 20 mm

f1 = 15 mm

a = 5 mm

c = 5 mm

l = 5 mm

s = 2 mm

Dm = diameter purata

Dm = D + s + a + l”1 / 2

= 1100 + 2 + 5 + 32 / 2

= 1123 mm

D1 = Dm + l2 / 2 + s

= 1123 + 25/2 + 2

(62)

= 1141 mm

D2 = Dm – l2 / 2

= 1123 – 32 / 2

= 1107 mm

Ukuran-ukuran moving blade II

b = 25 mm c = 5 mm

b1 = 20 mm a = 5 mm

f1 = 15 mm l = 5 mm

s = 2 mm

Dm = diameter purata

Dm = D + s + a + 1’2 / 2

= 1100 + 2 + 5 + 32 / 2

= 1131 mm

D1 = Dm + L2 / 2 + s

= 1131 + 25/2 + 2

= 1158 mm

D2 = Dm – l2/2

= 1131 – 49/2

= 1107 mm

Perhitungan dilakukan pada bagian yang terlemah. Bila bagian-bagian

terlemah sudah tahan terhadap gaya-gaya yang bekerja padanya, maka pada

bagian-bagian yang lain diasumsikan lebih aman.

Gaya-gaya yang terjadi ialah :

a. Gaya centrifugal pada penampang I-I untuk moving Blade II

(63)

Gambar 4.8. Penampang Moving Blade

Untuk perencanaan moving blade ini tebal blade direncanakan konstan

disepanjang penampang.

Maka tegangan yang terjadi adalah sebagai berikut :

σ =

co = jumlah gaya centrifugal terhadap blade

Fo = luas penampang I = I

Gaya centrifugal terhadap blade atau sudu (cb) adalah :

cb = rat 2

(64)

=

Gaya centrifugal selubung ialah :

cs = s 2

(65)

= b . s

Dengan mensubstitusikan persamaan di atas (cb dan cs), maka diperoleh :

σ = 0,88 . 107 . n2

Untuk momen lengkung pancaran uap ialah :

Pu =

(66)

=

hu = penurunan kalor yang dimanfaatkan turbin

= 22,23 kkal/kg

Momen lengkung akibat pancaran uap yang mengalami perubahan

momentum.

(67)

c2a = kecepatan uap keluar blade

Sehingga total gaya oleh pancaran uap ialah :

Po = p2u − p2a ………4.43

= 35,72− 2,4862

= 1274,48− 6,180

= 1268,3

= 35,6 kg

Untuk Po yang bekerja konstan sepanjang blade atau sudu maka momen lengkung

yang bekerja adalah :

M1 =

(68)

M1 =

Tegangan lengkung yang terjadi disepanjang blade ialah :

σ1b =

Untuk turbin uap dengan parsial dimension atau pemasukan sebagian, maka untuk σb

≤ 190 kg/cm2 ……….. *

Dengan demikian Blade cukup aman terhadap tegangan lengkung karena,

σlb≤≤b = 8,28 kg/cm2≤ 190 kg/cm2

IV.14. Material Blade

Dari hasil perhitungan diperoleh temperatur uap memasuki turbin ialah 350oC,

maka dengan demikian dipilih material turbin adalah SAF 1085 yang komposisinya

yaitu sebagai berikut :

C = 5%

Si = 8%

Mn = 15%

Cr = 15%

Ni = 15%

(69)

W = 27%

Mb = 6%

Dengan tegangan 2700 kg/cm2 ………4.45

Dengan adanya persentase cr sampai 15% maka akan terjadi pada temperatur

1500oF atau 815oC.

Sedangkan pada perencanaan ini temperatur tertinggi ialah 350oC, dengan

demikian perencanaan cukup aman.

IV.15. Perhitungan Karangan Sudu

Akibat adanya kecepatan putar pada disc maka akan terjadi gaya centrifugal

yang mempengaruhi kekuatan dan karangan sudu atau disc. Sehingga untuk

ukuran-ukuran gaya centrifugal tersebut di atas dapat dilihat pada penampang karangan sudu

serta besarnya gaya tersebut.

IV.15.1. Perhitungan Gaya-gaya yang Mempengaruhi Disc

a. Gaya centrifugal akibat gerak blade

Cs = Mblade . r1 . w2 ………4.46

Dimana :

Mblade = .f .t .f1 g

γ

………4.47

f = tinggi blade rata-rata

= 46,5 mm

f1 = 15 mm

t = tebal blade

Maka :

Mblade = .4,65.0,965.1,5 981

0,00785

(70)

r1 = D1/2 = 1158/2 = 579 mm = 57,9 cm

b. Gaya centrifugal pada penampang I – I adalah :

Cs = f1

c. Gaya centrifugal pada penampang II – II adalah :

C11 = f2

(71)

= 20 . 25

d. Tegangan geser pada penampang I – I adalah :

σ =

e. Tegangan lengkung pada penampang II – II adalah :

σgl =

(72)

σgl =

f. Tegangan geser pada penampang II – II adalah :

σgs =

g.Tegangan lengkung pada penampang II – II adalah :

σ1Π =

Jumlah tegangan total geser pada penampang II – II adalah :

σtot = σ Π σ Π

(73)

IV.16. Perencanaan Disc

Disc atau roda turbin ialah bagian utama dari turbin, yang mana disc ini

berfungsi untuk memindahkan gerakan putran keliling dari moving blade menjadi

gerak putar pada poros, sehingga pada disc akan timbul gaya tangensial dan gaya

radial antara lain :

- Gaya tangensial ialah gaya yang timbul akibat adanya kecepatan yang mendorong

moving blade.

- Gaya radial ialah gaya yang ditimbulkan oleh karena adanya gaya sentifugal,

sehingga untuk menghitung tegangan pada disc, maka terlebih dahulu ditentukan

ukuran-ukuran utama dari disc, dan begitu juga jenis baja apa yang sesuai dengan

perencanaan ini.

Oleh karena itu disc ini bersinggungan dengan uap yang dipakai untuk mendorong

moving blade, maka dengan demikian untuk perencanaan disc dipakai bahan 32

XHM dengan susunan kimia sebagai berikut :

C = 28 – 35%

Si = 17 – 37%

Mn = 30 – 80%

Cr = 30 – 80%

Ni = 27 – 30%

Mo = 30 – 40%

S = 3%

P = 4%

Sehingga untuk bahan disc yang dipakai adalah dari Molybdenum Style.

IV.17. Perhitungan Tegangan Pada Bagian Disc

Untuk perencanaan disc ini telah diperhitungkan pada bab sebelumnya,

dimana di dapat ukuran diameternya ialah :

D = Diameter Disc

Mp = 110 cm

(74)

Sehingga untuk memenuhi persyaratan dari disc dan juga untuk tegangan pada disc

ini dapat diperhitungkan melalui besar diameter poros dan daya turbin ialah :

Mp = 7120 N/n ……….. kg/cm

Dimana tegangan yang diijinkan ialah :

τp =

dimana pada perencanaan ini bahan poros dibuat dari bahan baja paduan dengan

:

(75)

IV.18. Perencanaan Poros

Perencanaan ukuran poros pada Turbin ini berdasarkan pada :

- Berat sudu atau blade shrounding

- Berat disc

- Berat poros itu sendiri

IV.18.1. Berat sudu atau blade I (Gb1) adalah :

Gb1 = γ . f1 . Z1 . t

Dimana :

f1 = Luas penampang sudu

= L1 . b

= 3,2 . 2,5

= 8 cm2

γ = berat jenis

= 0,00785 kg

Z1 = jumlah sudu gerak pertama (dari perhitungan terdahulu)

= 47 buah

maka :

Gb1 = 0,00785 . (8) . 47 . 1,3

= 3,84 kg

IV.18.2. Berat blade atau sudu II (Gambar 2) adalah :

Gb2 = γ . f2 . Z2 . t

Dimana :

f2 = L2 . b

= 4,9 . 2,5

(76)

= 12,25cm

Z2 = jumlah sudu gerak kedua

= 45

γ = berat jenis

= 0,00785 kg

maka :

Gb2 = 0,00785 . 12,45 . 45 . 1,39 = 6,015 kg

IV.18.3. Berat disc (Gd) adalah :

Gd = 2π . y . (r22 – ro2)

  

 +

2 Y Y12 22

Gambar 4.9. Profil poros dan disc

Dimana :

γ = berat jenis

= 0,00785 kg

r2 = jari-jari disc

= 55 cm

ro = jari-jari poros

(77)

= 3,5cm

Berat total keseluruhan (Gtot) adalah :

Gtot = Gb1 + Gb2 + Gd + Gp

= 3,84 + 6,015 + 556,98 + 30

= 596,8 kg

(78)

Gambar 4.10. Skets posisi beban

k = koefisien yang tergantung pada tipe bantalan yang dipakai untuk

mendukung poros.

Untuk bantalan yang kaku dipakai k = 1/192.

Go = beban dari poros

(79)

= 0,02 mm

Dari hasil perhitungan di dapat harga putaran kritis nkr = 9461,8 rpm,

sedangkan putaran normaln = 3000 rpm.

Ternyata n < nkr, maka kerja mesin yang dirancang cukup aman terhadap gangguan.

Menentukan diameter kritis (dkr) adalah :

Untuk bahan poros diambil standard Jepang I . JIS G. 4051 (S 35 C) dengan kekuatan

tarik (σtr) = 5000 kg/cm2.

Dimana kadar karbonnya adalah 0,32 -38%

Tegangan yang terjadi (σp) adalah :

(80)

σp =

Sf2 . Sf1

σtr kg/cm2

Sf1 = faktor keamanan yang berhubungan dengan batas kelelahan puntir

yang besarnya = 6

Sf2 = faktor keamanan yang berhubungan dengan pengaruh konsentrasi

tegangan karena adanya alur pasak

= 1,3 – 3 (diambil 3)

Dimana tegangan yang diijinkan (σtr) = 5000 kg/cm2, sedangkan tegangan yang

terjadi σp = 277,8 kg/cm2. Maka dengan demikian konstruksi cukup aman.

IV.20. Seal Labyrint

Labyrint Seal adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengurangi

kebocoran-kebocoran uap dari celah poros, casing dan lain-lain pada turbin.

Adapun jenis-jenis Labyrint Seal adalah :

- Carbon ring gland, yang mana carbon ring gland ini berisi sejumlah ring dan

masing-masing terdiri dari cast iron atau steel dan beberapa dari sistem ring ini

diletakkan bersama-sama oleh petugas Gerter dan pada umumnya ring ini terbagi

atas 3 atau 4 clearence yaitu 0 – 0,006 inch.

- Dummy Piston Glang, biasanya dipergunakan untuk turbin reaksi.

- Water Gland, dipergunakan pada spindle yang keluar dari casing dan ini terdiri

dari impeller yang kecil atau paddle wheel.

- Labyrin Seal, biasanya berbentuk potongan gigi dan bagian ujungnya berbentuk

pisau. Clearencenya yaitu 0,002 inch dan material yang dipergunakan adalah babit,

aluminium, brass dan bronze, sedangkan untuk temperatur yang tinggi digunakan

stanless steel atau alloy steel.

(81)

Dalam perencanaan ini dipilih prinsip labyrin yang disebut “Staff Bukse”

yang diuraikan dari:

Pk =

Maka untuk jumlah labyrin dapat dicari dengan :

Z = 1,4

= 4,498 digenapkan menjadi 5 buah

IV.21. Material dan Rumah Turbin

Selinder untuk kapasitas kecil dan menengah dengan tekanan awal uap

setinggi 12 – 21 cm2 dan temperatur 350oC, biasanya terbuat dari besi cor ……..*

akan tetapi beberapa pabrik telah memakai besi cor perlit khususnya untuk

turbin-turbin yang beroperasi pada suhu 300 – 400oC.

IV.22. Konstruksi Rumah Turbin

Kekuatan dari suatu konstruksi rumah turbin adalah sangat penting dalam

perencanaan ini, terutama terhadap kondisi temperatur yang berbeda-beda pada

konstruksi rumah turbin ini, direncanakan di atas beban normal.

(82)

Faktor-faktor yang menentukan ukuran tebal dinding selinder turbin adalah

sebagai berikut :

- Tekanan uap yang bekerja pada dinding turbin

- Temperatur uap

- Jenis fluida yang bekerja pada turbin

- Jam kerja mesin

Dengan kata lain dinding selinder dianggap seperti sebuah drum, maka tebal dinding

selinder adalah sebagai berikut :

t =

p = tekanan dinding selinder dari uap

= 20 kg/cm2

(83)

IV.23. Perencanaan Bantalan

Bantalan ialah bagian utama dari elemen mesin yang berguna menumpu

bagian poros yang terbeban, sehingga putaran atau gerakan bolak balik pada poros

dapat berlangsung secara halus dan aman serta umur dari peralatan tersebut dapat

lebih panjang. Dalam hal ini hendaknya bantalan harus kokoh untuk memungkinkan

poros serta elemen-elemen yang lain dapat bekerja dengan sempurna.

Bantalan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Atas dasar gerakan terhadap poros yaitu :

- Bantalan luncur, dimana pada bantalan ini akan terjadi gesekan luncur antara

bantalan dan poros.

- Bantalan gelinding, dimana pada bantalan ini akan terjadi gesekan gelinding

antara bagian yang berputar dengan bagian yang diam dan melalui elemen

yang menggelinding seperti bola atau rol jarum yang bulat.

b. Atas arah beban terhadap putaran poros :

- Bantalan radial, dimana arah beban yang ditumpu bantalan adalah gerak lurus

pada sumbu poros.

- Bantalan axial, dimana arah beban bantalan ialah sejajar dengan sumbu poros.

- Bantalan gelinding khusus, dimana bantalan ini dapat menumpu beban yang

arahnya sejajar atau tegak lurus terhadap sumbu poros.

IV.24. Pemilihan Bantalan

Untuk pemilihan bantalan pada perencanaan ini adalah bantalan axial dan

bantalan radial dimana bantalan ini berfungsi untuk meyokong gaya axial yang terjadi

pada poros serta mengstabilkan posisi axial dari rotor terhadap putaran.

Jenis bantalan yang dipergunakan pada konstruksi turbin ini adalah sebagai

berikut :

- Plain coller type

(84)

Beveled coller type

- Kingsbony or michell type

- Plain collerwith fixed

Sehingga dalam perencanaan ini dapat dipilih jenis plain coller type dengan

pemakaian bantalan ialah :

- Bantalan axial

- Bantalan radial

IV.25. Bahan Bantalan

Untuk bahan bantalan harus mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :

- Mempunyai sifat pengantar yang baik

- Tidak terjadi kerusakan akibat adanya beban

- Struktur dari bahan bantalan hendaknya sama

- Mempunyai koefisien gesek yang kecil

Pada umumnya bahan bantalan dilapisi dengan metal putih dengan komposisi

sebagai berikut :

Tabel 6. Elemen Mesin By Sularso

Material For Ordinary Condition For High Temperature

Tin 75% 86%

Antymony 13% 8,5%

Copper 6% 5,5%

Lead 3% --

IV.26. Perhitungan Bantalan Radial

Untuk bantalan turbin uap, perbandingan antara panjang bantalan dengan

diameter bantalan adalah :

L = (1,0 – 2,0) . d ……….4.53

= 1,5 . d (diambil)

(85)

sedangkan diameter poros = 70 mm, sehingga :

L = 1,5 . 70

= 105 mm

= 110 mm digenapkan

IV.26.1. Tebal Metal

Bahan metal diambil dari bahan metal putih dengan ukuran sebagai berikut :

t = 0,07 . d + 4 mm

= 0,07 . 70 + 4

= 8,9 mm

IV.26.2. Tekanan Rata-rata pada Bantalan

P = kg/cm2

d . L

W

.………4.54

Dimana :

W = beban bantalan arah radial

Gambar 4.11. Skets posisi beban dan bantalan

Dimana :

W = berat sudu + berat disc + berat poros

= 596,8 kg (pada perhitungan poros terdahulu)

Akibat gaya W pada konstruksi di atas maka terjadi reaksi di RA dan RB (bantalan)

dan dapat kita cari melalui rumus kesetimbangan gaya yaitu :

∑H = 0,

∑V = 0,

(86)

∑MA = 0.

RA + RB = W ……….. 1

RA + RB – W = 0 ……… 2

W ½ l – RB 1 = 0 ……… 3

Dari persamaan terakhir di dapat :

RB = .W

Tekanan yang diijinkan untuk bahan timah putih adalah :

P1 = (0,7 – 2,0) kg/cm2 ………4.55

Maka :

P ≤ P1

Ternyata : 0,0386 kg/cm2≤ 0,7 kg/cm2, berarti perencanaan cukup aman.

IV.27. Perhitungan Bantalan Aksial Diameter bantalan besar (D) ialah :

D = (1,2 – 1,3) . d ……….4.56

(1,3 yang diambil)

d = diameter poros

= 70 dari perhitungan terdahulu

Maka :

D = 1,3 . 70

= 91 mm

IV.27.1. Tebal bantalan (t) adalah :

(87)

t = (1,0 – 1,5) . d ………4.57

1,2 (yang diambil)

maka :

t = 1,2 . 70

= 84 mm

IV.27.2. Lebar dari bantalan (b) adalah :

b = (0,1 – 0,15) . d ………4.58

0,15 (yang diambil)

maka :

b = 0,15 . 70

= 10,5 mm

IV. 28. Pelumasan

Pelumasan adalah suatu usaha untuk memperpanjang umur dari suatu mesin

dengan cara melumasi elemen tersebut dengan oli atau grase.

Fungsi-fungsi pelumasan antara lain :

- Mengurangi gesekan dan aus

- Mencegah korosi

- Mengurangi panas dan lain sebagainya

Pada sebuah turbin uap merupakan hal yang sangat penting, hal ini didasarkan

pada :

- Daya yang dihasilkan relatif besar

- Putaran turbin relatif tinggi

- Kondisi kerja turbin uap yang kontinue dan vital

Pelumasan pada turbin uap diutamakan pada bantalan dan peralatan-peralatan

yang bergerak lainnya dan pelumasan dilakukan dengan menggunakan pompa minyak

(88)

IV.29. Pelumasan Bantalan Radial

Koefisien pembebanan pada bantalan (∅V) adalah :

∅V =

( )

a = spiling antara poros dan bantalan

= 0,2 ……….4.50

d = diameter bantalan

= 70 mm

u = kecepatan keliling poros

= 172,9 rad/det

µ = kekentalan minyak yang dipilih untuk bantalan turbin, dipakai minyak

dengan viskositas 40 Cp pada suhu 38oC.

IV.30. Koefisien Gesek (f) adalah : f = a/d .

V S

∅∅ ……….4.51

(89)

dimana :

∅S = koefisien hambatan

dimana untuk mencari ∅S terlebih dahulu dicari ratio dan relatif ecenticity. Angka

ratio (ξ) = d/L = 70/110 = 0,636.

Relatif ecenticity :

X =

maka koefisien gesek (f) adalah :

f =

(90)

h = (1x X)

dimana tinggi minimum (hmin) yang diijinkan adalah :

hmin = (0,01 – 0,05) mm

dalam perencanaan ini tinggi film minimum harus lebih kecil atau sama dengan tinggi

film yang direncanakan, ternyata 0,05 ≤ 0,065, maka bantalan cukup aman

digunakan.

IV.32. Gaya Gesek pada Bantalan (Ar) adalah :

Ar = kg/det

(91)

∅r = Ar / 427 ……….4.56

= 12,324 / 427

= 0,03120 kkal/det

Jadi jumlah minyak pelumas yang terpakai (qo) adalah :

qo =

c = kapasitas perpindahan panas

= 0,4 kkal/kg oc

t1 = temperatur minyak pelumas untuk bantalan

= 35 – 40oC

= 0,0058 liter/detik

= 20,88 liter/jam

IV.34. Pelumasan Bantalan Aksial

Koefisien gesek pada bantalan aksial (fa) adalah :

(92)

fa = W

ft

………4.58

dimana :

Ft = gaya yang ditimbulkan minyak pelumas

Ft = µ . A .

1

h V

µ = viskositas minyak pelumas

µ = 40 Cp = 0,408.10-6

h1 = spiling antara kerah dan bantalan

= 0,005 cm

Jadi gaya gesekan (Ar) adalah :

(93)

Ar =

Jadi jumlah minyak pelumas yang digunakan (qo) adalah :

Qo’ =

= 0,0075566 liter/detik

= 27,2 liter/jam

Maka jumlah total pemakaian minyak pelumas untuk turbin uap adalah :

Q = qo + qo’

= 20,88 + 27,3

= 48,8 liter/jam

Untuk mendinginkan kembali minyak pelumas tersebut, maka minyak

pelumas harus dinaikkan ke tempat yang tersedia dengan menggunakan pompa roda

gigi yang langsung dikopel terhadap poros, dengan demikian pelumas tersebut

akan dingin melalui proses Water Cooler.

Pendinginan tersebut dilakukan secara Cool Exchanger, dimana air pendingin

mengalir di luar tabung pelumasan sehingga panas pelumasan tersebut dapat diserap

oleh air pendingin. Demikianlah seterusnya selama turbin masih beroperasi.

IV.35. Governors

Governors adalah alat yang berfungsi mengatur putaran dan daya turbin

dengan cara mengatur uap yang masuk ke dalam turbin. Governors yang digunakan

(94)

gerakannya diambil dari sistem throttle governing yaitu dengan cara pengaturan uap

masuk ke dalam turbin melalui sebuah throttle.

Untuk mengatur gerak dari governors valve digunakan sistem hidrolic, apabila

rotor turbin berputar melebihi putaran yang ditentuan maka katup dari governors akan

bergerak sehingga akan terjadi pengecilan ruangan tempat masuknya uap ke dalam

turbin, mengakibatkan kapasitas uap masuk turbin berkurang.

Bentuk-bentuk dari throttle valve antara lain adalah :

- Single Throttle Valve, arah uap melalui katup dalam arah tegak lurus terhadap

sumbu katup.

- Throttle Valve With Shaped Profil, arah aliran uap sejajar dengan sumbu katup.

- Combined Double Shaped Profil, yaitu gabungan dari kedua throttle valve yang

digunakan di atas.

- Dalam perencanaan ini throttle valve yang digunakan adalah jenis Combined

Double Shaped Profil.

Untuk perencanaan ini memakai sistem Indiret Regulation, tetapi dalam

perencanaan ini Penulis hanya merencanakan beberapa dimensi utama dari Governoor

seperti:

 Diameter pipa

 Governor masuk,

 kecepatan uap masuk,

 luas penampang pipa,

 diameter katup,

 diameter pipa uap keluar

 diameter pipa masuk turbin

Kecepatan uap masuk pipa utama :

C = 91,5 (HO − HO')………4.59

Dimana :

HO = penurunan uap masuk nozzle

(95)

= 100 kkal/kg (diagram mollier pada perhitungan terdahulu)

HO’ = penurunan enthapy memasuki turbin

= 81,8 kkal/kg (diagram mollier pada perhitungan terdahulu)

maka :

C = 91,5 100 −81,8

= 390,3 m/detik

Luas penampang pipa utama (Ap) adalah :

Ap =

Diameter pipa utama adalah :

Dp = A.Ap / π

= 4.3987,8/ 3,14

= 71 mm

Luas efektif dudukan katup (Adt) adalah :

Adt = 2 . π . Cc . Dk . L

Dimana :

(96)

= 0,8 direncanakan

Kecepatan uap keluar dari pipa untuk Back Presure Turbin (Cs) adalah antara (30 –

50 m/sec) .

Untuk ini kecepatan uap keluar (Cs) yang direncanakan yaitu A:

Cs = 30 m/det.

Diameter pipa uap buang keluar turbin (Do) adalah :

Do =

Gambar

Gambar 2.1. Hero’s Engine
Gambar 2.4. Turbin Aksial
Gambar 2.6.  Turbin Impuls tingkat tunggal dengan dua tingkat kecepatanUniversitas Sumatera Utara
Gambar 2.7. Roda turbin
+7

Referensi

Dokumen terkait

ukVdksa esa fL=k;ksa dk izkÑr cksyuk muosQ vi&lt;+ gksus dk izek.k ughaA vfèkd ls vfèkd bruk gh dgk tk ldrk gS fd os laLÑr u cksy ldrh FkhaA laLÑr u cksy lduk u vi&lt;+ gksus dk lcwr

Berdasarakan hasil post test dengan menggunakan media boneka horta (hortikultura) terhadap hasil belajar IPA anak autis pada materi pertumbuhan tanaman menunjukan

In in vivo trials with goats and sheep, growth rate and nutrient digestibility were better in rations formulated with CaP peels and CPPW compared to BPF such as GNS, MC, sun¯ower

Alat dan Bahan : Batu kerikil, buah karet, karet gelang, tutup botol minuman, kartu angka, kotak dadu.. Langkah

2004.Database Relasional dengan Mysql.Yogyakarta: Andi Offset.. Republik

Salah satu bentuk keterbukaan atau transparansi pengelolaan keuangan daerah adalah Hak publik untuk mengakses informasi (public access to information). Pemerintah

 Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks pada kelompok bahan makanan 1,49 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok

Pentingnya penggunaan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diberikan untuk meningkatkan pemahaman peserta pelatihan sangat diperlukan dalam