SKRIPSI
PENGARUH DIFERENSIASI KUALITAS AUDIT, KESULITAN KEUANGAN PERUSAHAAN, OPINI AUDIT, DAN FEE AUDIT TERHADAP PERGANTIAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA
OLEH INDAH PRATIWI
120522056
PROGRAM STUDI STRATA 1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM S-1 EKSTENSI
M E D A N
PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK
NAMA : INDAH PRATIWI
N I M : 120522056
PROGRAM STUDI : S-1 AKUNTANSI
JUDUL SKRIPSI : PENGARUH DIFERENSIASI KUALITAS AUDIT, KESULITAN KEUANGAN PERUSAHAAN, OPINI AUDIT, DAN FEE AUDIT TERHADAP PERGANTIAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Tanggal... Ketua Departemen Akuntansi
(Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS., Ak.)
Tanggal... Dekan Fakultas Ekonomi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM S-1 EKSTENSI
M E D A N
PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK
NAMA : INDAH PRATIWI
N I M : 120522056
PROGRAM STUDI : S-1 AKUNTANSI
JUDUL SKRIPSI : PENGARUH DIFERENSIASI KUALITAS AUDIT, KESULITAN KEUANGAN PERUSAHAAN, OPINI AUDIT, DAN FEE AUDIT TERHADAP PERGANTIAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Medan, 2015 Menyetujui
Pembimbing
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM S-1 EKSTENSI
M E D A N
Telah diuji pada
Tanggal 2015
PANITIA PENGUJI SKRIPSI
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan
sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Diferensiasi Kualitas
Audit, Kesulitan Keuangan Perusahaan, Opini Audit, dan Fee Audit Terhadap Pergantian Kantor Akuntan Publik Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun
sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau
lembaga, dan/ atau saya kutip dari hasil karya orang lain yang telah mendapat
izin, dan/ atau dituliskan sumbernya dengan jelas sesuai dengan norma, kaidah,
dan etika penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam
skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi dengan peraturan yang berlaku.
Medan,
Yang Membuat Pernyataan,
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh diferensiasi kualitas audit, kesulitan keuangan perusahaan, opini audit, dan fee audit terhadap pergantian kantor akuntan publik pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia antara tahun 2008 hingga tahun 2012.
Populasi penelitian ini sebanyak 112 perusahaan manufaktur. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling, sehingga diperoleh 40 perusahaan sampel untuk 5 tahun pengamatan (2008 - 2012) dengan 200 observasi (pengamatan). Data penelitian diperoleh dari laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen, dari perusahaan sampel yang diunduh dari website BEI yaitu www.idx.co.id. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan analisis regresi logistik. Proses analisis data yang dilakukan terlebih dahulu adalah analisis deskriptif, lalu uji asumsi klasik, lalu kemudiam pengujian hipotesis. Model penelitian dinyatakan lolos uji asumsi klasik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa diferensiasi kualitas audit, kesulitan keuangan perusahaan, dan opini audit tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap pergantian kantor akuntan publik, sedangkan fee audit berpengaruh signifikan dan positif terhadap pergantian kantor akuntan publik. Diferensiasi kualitas audit, kesulitan keuangan perusahaan, opini audit, dan fee audit berpengaruh secara simultan terhadap pergantian kantor akuntan publik.
ABSTRACT
The purpose of this research is to discover and analyze the effect of the differentiation of audit quality, financial distress, audit opinion, and fee audit to audit switching in manufacturing company listed on from 2008 to 2012.
The population of this research are 112 manufacturing company. Sampling method that used in this research is purposive sampling method, so I get 40 company samples to 5 years (2008-2012) with 200 analysis or observation units by access the financial statements audited by an independent auditor on website Indonesia Stock Exchange www.idx.co.id. Analysis data technique that is used in this research is description statistics analysis and analysis logistic regression. Analysis data is begining from analysis description statistics, and then testing the assumptions of clasical test and after that hypotesis analysis. Research model passed the test of the classical assumptions.
The results of this research indicate that differentiation of audit quality, financial distress, audit opinion has insignificantly influence to the audit switching, while fee audit have positive and significantly influence to the audit switching. Differentiation of audit quality, financial distress, audit opinion, and fee audit has a significant influence simultaneously to audit switching.
Keyword: Differentiation of audit quality, financial distress, audit opinion, fee
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat dan
rahmat-Nya masih diberikan kesehatan, kesempatan dan kemampuan untuk
menjalani perkuliahan sampai dengan menyelesaikan skripsi pada Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara. Adapun
skripsi ini berjudul “Pengaruh Diferensiasi Kualitas Audit, Kesulitan Keuangan
Perusahaan, Opini Audit, dan Fee Audit Terhadap Pergantian Kantor Akuntan
Publik Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”
disusun guna untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Departemen Akuntansi, Universitas
Sumatera Utara. Sejalan dengan penyelesaian skripsi ini begitu banyak hikmah
yang penulis terima terutama dalam hal kesabaran, ketekunan, disiplin dan
kesabaran untuk memahami orang lain, kemampuan berfikir dan daya nalar,
khususnya dalam penyelesaian skripsi ini merupakan pengalaman berharga yang
tidak terlupakan.
Selama penulisan skripsi ini, penulis telah banyak menerima bimbingan,
bantuan, saran, motivasi, serta dukungan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang tidak
terhingga kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, SE, M.Ec., Ak selaku Dekan Fakultas
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, SE, MAFIS, Ak selaku Ketua
Departemen Akuntansi dan Bapak Drs. Hotmal Jafar, M.M., Ak selaku
Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak selaku ketua Program Studi S1 Akuntansi
dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M., Ak selaku Sekretaris Program Studi S1
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. Erwin Abubakar, M.B.A., Ak selaku Dosen Pembimbing yang
telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Drs. Arifin Lubis, M.M., Ak selaku Dosen Penguji dan Ibu Dra.
Nurzaimah, M.M., Ak selaku Dosen Pembanding yang telah memberikan saran
dan masukan kepada penulis.
6. Kepada keluarga tercinta, Ayahanda Suyitno dan Ibunda Kartinah serta kedua
kakakku Fitri Andrayani dan Dian Puspita Sari terima kasih untuk doa, kasih
sayang, dan dukungan yang senantiasa diberikan kepada penulis, terima kasih
kepada Denny Setiawan Siregar yang telah banyak memberikan motivasi
supaya penulis bersemangat untuk menyelesaikan skripsi ini, dan terima kasih
kepada sahabat-sahabatku Ayi, Ririn, Iyung, Madi, teman seperjuangan
akuntansi ekstensi 2012 terkhusus grup BPI team, dan teman-teman yang tak
dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan doa dan dukungan tiada
Penulis menyadari sebagai manusia biasa pasti terdapat kekurangan di
sana sini yang mungkin sangat jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang berguna dalam penyempurnaan skripsi ini.
Semoga skripsi ini berguna dan bermanfaat bagi para pembaca umumnya dan
penulis khususnya.
Medan, Agustus 2015 Penulis,
Indah Pratiwi
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 9
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9
1.3.1 Tujuan Penelitian ... 9
1.3.2 Manfaat Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka ... 11
2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)... 11
2.1.2 Teori Signal (Signal Theory) ... 14
2.1.3 Auditing ... 14
2.1.4 Jenis-jenis Audit ... 15
2.1.5 Standar Auditing... 17
2.1.6 Diferensiasi Kualitas Audit... 20
2.1.7 Kesulitan Keuangan Perusahaan (Financial Distress) 23 2.1.7.1 Pengertian Kesulitan Keuangan ... 23
2.1.7.2 Faktor Penyebab Kesulitan Keuangan ... 24
2.1.7.3 Akibat Financial Distress ... 26
2.1.7.4 Pihak-pihak yang Membutuhkan Informasi Financial Distress... 27
2.1.8 Opini Audit ... 29
2.1.9 Fee Audit ... 32
2.1.10 Pergantian Kantor Akuntan Publik (KAP) ... 33
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 35
2.3 Kerangka Konseptual... 39
Pergantian Kantor Akuntan Publik ... 42
2.4.2 Hubungan antara Kesulitan Keuangan Perusahaan dengan Pergantian Kantor Akuntan Publik ... 43
2.4.3 Hubungan antara Opini Audit dengan Pergantian Kantor Akuntan Publik ... 44
2.4.4 Hubungan antara Fee Audit dengan Pergantian Kantor Akuntan Publik ... 45
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 39
3.2 Batasan Operasional ... 47
3.3 Definisi Operasional ... 48
3.3.1 Variabel Independen (Bebas) ... 48
3.3.1.1 Diferensiasi Kualitas Audit ... 48
3.3.1.2 Kesulitan Keuangan Perusahaan... 48
3.3.1.3 Opini Audit ... 49
3.3.1.4 Fee Audit ... 49
3.4.2 Variabel Dependen (Terikat)... 50
3.4 Skala Pengukuran Variabel... ... 50
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian... 51
3.6 Jenis Data... ... 52
3.7 Metode Pengumpulan Data... .... 53
3.8 Teknik Analisis Data... . 53
3.8.1 Statistik Deskriptif ... 53
3.8.2 Analisis Regresi Logistik... 54
3.8.2.1 Menilai Kelayakan Model Regresi ... 55
3.8.2.2 Uji Statistik Cox and Snell’s R Square... 56
3.8.2.3 Uji Statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test... 57
3.9 Pengujian Hipotesis... ... 58
3.9.1 Uji t (Uji Regresi Parsial)... ... 58
3.9.2 Uji F (Uji Parsial)... ... 59
3.9.3 Uji Asumsi Klasik... ... 60
3.9.3.1 Uji Multikolinearitas ... 60
3.9.3.2 Matriks Klasifikasi ... 61
BAB 1V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Penelitian ... 62
4.2 Hasil Penelitian ... 65
4.2.1 Statistik Deskriptif ... 65
4.2.2 Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian ... 66
4.2.2.1 Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit)... .. 67
4.2.2.2 Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square). 68
4.2.2.3 Menguji Kelayakan Model Regresi... 68
4.2.2.4 Uji t (Uji Regresi Parsial)... 69
4.2.2.5 Uji F (Uji Parsial)... 72
4.2.2.6 Uji Multikolinieritas ... 73
4.2.2.7 Matriks Klasifikasi... 74
4.2.2.8 Model Regresi Logistik yang Terbentuk... 75
4.3 Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis... 76
4.3.1 Pengaruh Diferensiasi Kualitas Audit (BNM) terhadap Pergantian KAP (CHANGES)... 77
4.3.2 Pengaruh Kesulitan Keuangan Perusahaan (DEBT) terhadap Pergantian KAP (CHANGES)... 78
4.3.3 Pengaruh Kesulitan Opini Audit (OPINI) terhadap Pergantian KAP (CHANGES)... 79
4.3.4 Pengaruh Fee Audit (FEE) terhadap Pergantian KAP (CHANGES)... 80
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 82
5.2 Saran ... 83
DAFTAR PUSTAKA... .. 85
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
2.1 Tinjauan Peneliti Terdahulu ... 35
3.2 Skala Pengukuran Variabel Independen dan Variabel Dependen . 50 4.1 Proses Seleksi Sampel dengan Kriteria ... 63
4.2 Sampel Penelitian ... 64
4.3 Statistik Deskriptif ... 65
4.4 Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit)... 67
4.5 Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square) ... 68
4.6 Menguji Kelayakan Model Regresi (Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test) ... 68
4.7 Hasil Uji Statistik t ... 69
4.8 Hasil Uji Statistik F ... 72
4.9 Hasil Uji Multikolinieritas ... 74
4.10 Matriks Klasifikasi ... 75
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
NO. Lampiran Judul Halaman
Lampiran 1 Data Pergantian KAP Perusahaan Manufaktur tahun
2008-2012 ... 88
Lampiran 2 Data Kualitas Audit Perusahaan Manufaktur tahun 2008-2012 ... 89
Lampiran 3 Data Kesulitan Keuangan Perusahaan Manufaktur tahun 2008-2012 ... 90
Lampiran 4 Data Opini Audit Perusahaan Manufaktur tahun 2008-2012 ... 91
Lampiran 5 Data Fee Audit Perusahaan Manufaktur tahun 2008-2012 ... 92
Lampiran 6 Hasil Pengolahan Data ... 93
Lampiran 7 Daftar Pemilihan Sampel Penelitian ... 97
Lampiran 8 Tabel t ... 102
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh diferensiasi kualitas audit, kesulitan keuangan perusahaan, opini audit, dan fee audit terhadap pergantian kantor akuntan publik pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia antara tahun 2008 hingga tahun 2012.
Populasi penelitian ini sebanyak 112 perusahaan manufaktur. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling, sehingga diperoleh 40 perusahaan sampel untuk 5 tahun pengamatan (2008 - 2012) dengan 200 observasi (pengamatan). Data penelitian diperoleh dari laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen, dari perusahaan sampel yang diunduh dari website BEI yaitu www.idx.co.id. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan analisis regresi logistik. Proses analisis data yang dilakukan terlebih dahulu adalah analisis deskriptif, lalu uji asumsi klasik, lalu kemudiam pengujian hipotesis. Model penelitian dinyatakan lolos uji asumsi klasik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa diferensiasi kualitas audit, kesulitan keuangan perusahaan, dan opini audit tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap pergantian kantor akuntan publik, sedangkan fee audit berpengaruh signifikan dan positif terhadap pergantian kantor akuntan publik. Diferensiasi kualitas audit, kesulitan keuangan perusahaan, opini audit, dan fee audit berpengaruh secara simultan terhadap pergantian kantor akuntan publik.
ABSTRACT
The purpose of this research is to discover and analyze the effect of the differentiation of audit quality, financial distress, audit opinion, and fee audit to audit switching in manufacturing company listed on from 2008 to 2012.
The population of this research are 112 manufacturing company. Sampling method that used in this research is purposive sampling method, so I get 40 company samples to 5 years (2008-2012) with 200 analysis or observation units by access the financial statements audited by an independent auditor on website Indonesia Stock Exchange www.idx.co.id. Analysis data technique that is used in this research is description statistics analysis and analysis logistic regression. Analysis data is begining from analysis description statistics, and then testing the assumptions of clasical test and after that hypotesis analysis. Research model passed the test of the classical assumptions.
The results of this research indicate that differentiation of audit quality, financial distress, audit opinion has insignificantly influence to the audit switching, while fee audit have positive and significantly influence to the audit switching. Differentiation of audit quality, financial distress, audit opinion, and fee audit has a significant influence simultaneously to audit switching.
Keyword: Differentiation of audit quality, financial distress, audit opinion, fee
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari
profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak
memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam
laporan keuangan (Mulyadi dan Puradiredja, 1998). Profesi akuntan publik
bertanggung jawab untuk menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan
perusahaan, sehingga masyarakat memperoleh informasi keuangan yang andal
sebagai dasar pengambilan keputusan.
Dalam melaksanakan tugasnya, auditor memerlukan kepercayaan terhadap
kualitas jasa yang diberikan pada pengguna. Penting bagi pengguna laporan
keuangan untuk memandang Kantor Akuntan Publik (KAP) sebagai pihak yang
independen dan kompeten, karena akan mempengaruhi berharga atau tidaknya
jasa yang telah diberikan oleh KAP kepada pengguna. Jika pengguna merasa KAP
memberikan jasa yang berguna dan berharga, maka nilai audit atau kualitas audit
juga meningkat, sehingga KAP dituntut untuk bertindak dengan profesionalisme
tinggi. Standar profesi akuntan publik yang terus bertambah juga membuat profesi
auditor menjadi sangat mudah untuk dituntut bilamana terjadi pelanggaran dalam
penyajian laporan keuangan yang tidak mengandung unsur integritas. Standar
yang baru yaitu Keputusan Menteri Keuangan No. 423/ KMK.06/ 2002 tentang
Jasa Akuntan Publik. Standar profesi akuntan publik yang baru ini hanya
yang sama maksimal tiga tahun, dan untuk kantor akuntan publik paling lama
lima tahun.
Guna menunjang profesionalismenya sebagai akuntan publik, maka
auditor dalam melaksanakan tugas auditnya harus berpedoman pada standar audit
yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), yakni standar umum,
standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan. Dimana standar umum
merupakan cerminan kualitas pribadi yang harus dimiliki oleh seorang auditor
yang mengharuskan auditor untuk memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang
cukup dalam melaksanakan prosedur audit. Standar pekerjaan lapangan dan
standar pelaporan mengatur auditor dalam hal pengumpulan data dan kegiataan
lainnya yang dilaksanakan selama melakukan audit serta mewajibkan auditor
untuk menyusun suatu laporan atas laporan keuangan yang diauditnya secara
keseluruhan.
Bertambahnya jumlah Kantor Akuntan Publik (KAP) yang beroperasi
membuat persaingan diantara mereka semakin tajam. Bagi pihak perusahaan yang
memerlukan jasa audit, semakin banyaknya KAP berarti mereka semakin
mempunyai alternatif untuk memilih atau berpindah dari auditor yang satu ke
auditor lainnnya. Oleh Karena itu, kemampuan untuk menyediakan jasa audit
yang berkualitas tinggi menjadi fokus penting yang harus diperhatikan. Kualitas
auditor yang dipilih oleh perusahaan untuk melaksanakan audit akan menentukan
kredibilitas laporan keuangan yang diaudit. Setiap KAP memiliki perbedaan
kualitas dalam memberikan jasa audit berkaitan dengan tingkat kompetensi dan
melalui investasi KAP dalam reputasi brand-name (The Big dan Non Big). Selain
itu, masalah opini audit dapat menjadi pemicu pergantian KAP. Kondisi ini
muncul saat perusahaan klien atau akuntan publik tidak setuju dengan opini audit
sebelumnya atau yang akan datang. Permasalahan ini dapat memicu salah satu
pihak untuk memisahkan diri. Secara umum, auditee tentunya menginginkan
laporan keuangannya mendapat opini wajar tanpa pengecualian dari KAP yang
disewanya. Karena pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan
akan berpengaruh besar terhadap kelangsungan hidup (going concern) perusahaan
serta penyedia dana, terlebih lagi bagi perusahaan yang go public.
Disisi lain, akuntan publik berlaku professional sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum dan standar professional akuntan publik, sehingga
apabila ada kondisi yang tidak sesuai dengan standar dalam pengauditan dapat
menimbulkan konflik. Dan salah satu alasan kuat perpindahan auditor adalah
adanya dorongan pada perusahaan yang terancam bangkrut untuk mengganti
auditornya (Damayanti dan Sudarma, 2008). Ketidakpastian bisnis pada
perusahaan-perusahaan yang terancam bangkrut (mempunyai kesulitan keuangan)
menimbulkan kondisi yang mendorong perusahaan untuk berpindah KAP.
Pergantian KAP juga dapat disebabkan karena perusahaan tidak dapat memenuhi
biaya audit (fee audit) yang dibebankan oleh KAP yang mengauditnya karena
sedang menurunnya kondisi keuangan perusahaan (Sulistiarini dan Sudarno,
2012).
Kasus-kasus skandal akuntansi dalam tahun-tahun belakangan ini
serius bagi masyarakat bisnis dan timbulnya krisis kepercayaan publik terhadap
profesi akuntan publik. Akuntan publik banyak mendapat sorotan dari masyarakat
yang menganggap para akuntan telah bersekongkol melakukan tindak manipulasi
informasi untuk kepentingan sekelompok masyarakat, dengan mengorbankan
kepentingan masyarakat banyak.
. Kasus seperti itu terjadi pada Enron, Global Crossing, Worldcom di
Amerika Serikat yang mengakibatkan kegemparan besar dalam pasar modal.
Kasus serupa terjadi di Indonesia seperti PT Telkom dan PT Kimia Farma. Meski
beberapa salah saji yang terjadi belum tentu terkait dengan kecurangan, tetapi
faktor-faktor risiko yang berkaitan dengan kecurangan oleh manajemen terbukti
ada pada kasus-kasus ini.
Enron adalah perusahaan yang sangat bagus. Sebagai salah satu
perusahaan yang menikmati booming industri energi di tahun 1990an, Enron
sukses menyuplai energi ke pangsa pasar yang begitu besar dan memiliki jaringan
yang luar biasa luas. Enron bahkan berhasil menyinergikan jalur transmisi
energinya untuk jalur teknologi informasi. Kalau dilihat dari siklus bisnisnya,
Enron memiliki profitabilitas yang cukup menggiurkan. Seiring booming industri
energi, Enron memposisikan dirinya sebagai energy merchants : membeli natural
gas dengan harga murah, kemudian dikonversi dalam energi listrik, lalu dijual
dengan mengambil profit yang lumayan dari markup sale of power atau biasa
disebut “spark spread“. Pada beberapa tahun yang lalu beberapa perusahaan
seperti Enron dan Worldcom yang dinyatakan bangkrut oleh pengadilan dan
hutang hampir sebesar US $ 31.2 milyar, karena salah strategi dan memanipulasi
akuntansi yang melibatkan profesi Akuntan Publik yaitu Kantor Akuntan Publik
Arthur Andersen. Arthur Andersen, merupakan kantor akuntan public yang
disebut sebagai “The big five” yaitu (price water house coopers, deloitte &
touché, KPMC, Ernest & Young dan Anderson) yang melakukan audit terhadap
laporan keuangan Enron Corp. Laporan keuangan maupun akunting perusahaan
yang diaudit oleh perusahaan akunting ternama di dunia, Arthur Andersen,
ternyata penuh dengan kecurangan (fraudulent) dan penyamaran data serta syarat
dengan pelanggaran etika profesi. Akibat gagalnya Akuntan Publik Arthur
Andersen menemukan kecurangan yang dilakukan oleh Enron maka memberikan
reaksi keras dari masyarakat (investor) sehingga berpengaruh terhadap harga
saham Enron di pasar modal. Kasus Enron ini menyebabkan indeks pasar modal
Amerika jatuh sampai 25 %. Akibat gagalnya Akuntan Publik Arthur Andersen
menemukan kecurangan yang dilakukan oleh Enron maka memberikan reaksi
keras dari masyarakat (investor) sehingga berpengaruh terhadap harga saham
Enron di pasar modal. Kasus Enron ini menyebabkan indeks pasar modal Amerika
jatuh sampai 25 %. Perusahaan akuntan yang mengaudit laporan keuangan Enron,
Arthur andersen, tidak berhasil melaporkan penyimpangan yang terjadi dalam
tubuh Enron. Di samping sebagai eksternal auditor, Arthur andersen juga bertugas
sebagai konsultan manajemen Enron. Besarnya jumlah consulting fees yang
diterima Arthur Andersen menyebabkan KAP tersebut bersedia kompromi
terhadap temuan auditnya dengan klien mereka. KAP Arthur Andersen memiliki
formal. Walaupun penghancuran dokumen tersebut sesuai kebijakan internal
Andersen, tetapi kasus ini dianggap melanggar hukum dan menyebabkan
kredibilitas Arthur Andersen hancur. Akibatnya, banyak klien Andersen yang
memutuskan hubungan dan Arthur Andersen pun ditutup. Faktor tersebut adalah
merupakan perilaku tidak etis yang sangat bertentangan dengan good corporate
governance philosofy yang membahayakan terhadap business going cocern.
Sebagai contoh di Indonesia dapat dikemukakan kasus yang terjadi pada
PT Kimia Farma Tbk . PT Kimia Farma adalah badan usaha milik negara yang
sahamnya telah diperdagangkan di bursa. Berdasarkan indikasi oleh Kementerian
BUMN dan pemeriksaan Bapepam (Bapepam, 2002) ditemukan adanya salah saji
dalam laporan keuangan yang mengakibatkan lebih saji (overstatement) laba
bersih untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2001 sebesar Rp 32,7 miliar yang
merupakan 2,3 % dari penjualan dan 24,7% dari laba bersih. Salah saji ini terjadi
dengan cara melebihsajikan penjualan dan persediaan pada 3 unit usaha, dan
dilakukan dengan menggelembungkan harga persediaan yang telah diotorisasi
oleh Direktur Produksi untuk menentukan nilai persediaan pada unit distribusi PT
Kimia Farma per 31 Desember 2001. Selain itu manajemen PT Kimia Farma
melakukan pencatatan ganda atas penjualan pada 2 unit usaha. Pencatatan ganda
itu dilakukan pada unit-unit yang tidak disampling oleh auditor eksternal.
Terhadap auditor eksternal yang mengaudit laporan keuangan PT Kimia
Farma per 31 Desember 2001, Bapepam menyimpulkan auditor eksternal telah
melakukan prosedur audit sampling yang telah diatur dalam Standar Profesional
manajemen PT Kimia Farma menggelembungkan keuntungan. Bapepam
mengemukakan proses audit tersebut tidak berhasil mendeteksi adanya
penggelembungan laba yang dilakukan PT Kimia Farma. Atas temuan ini, kepada
PT Kimia Farma Bapepam memberikan sanksi administratif sebesar Rp 500 juta,
Rp 1 milyar terhadap direksi lama PT Kimia Farma dan Rp 100 juta kepada
auditor eksternal (Bapepam 2002).
Informasi keuangan yang disajikan oleh pihak manajemen merupakan
tanggung jawab pihak manajemen sepenuhnya. Bagaimanapun informasi yang
hanya bersifat sepihak dari manajemen akan cenderung untuk banyak
mengandung bias mengingat informasi tersebut dihasilkan dari lingkungan yang
dilingkupi oleh banyak kepentingan. Oleh karena itu diperlukan jasa professional
untuk menilai kewajaran informasi keuangan yang disajikan oleh pihak
manajemen. Jasa profesi inilah yang dilakukan oleh auditor independen.
Disinilah letak peran penting profesi akuntan publik. Profesi ini hadir
untuk memberikan penilaian atas keandalan (reliability) informasi akuntansi yang
disajikan perusahaan dalam laporan keuangan. Untuk itulah maka pengujian oleh
akuntan publik diperlukan guna menetralisir bias yang melekat pada informasi
tersebut, sehingga laporan yang telah dinyatakan wajar oleh akuntan publik akan
berisi informasi yang reliable.
Adanya perbedaan antara apa yang diharapkan oleh pemakai laporan
keuangan dengan apa yang sesungguhnya menjadi tanggung jawab auditor
menimbulkan adanya suatu perbedaan yang disebut expectation gap. Auditor di
umum sementara itu para pemakai laporan keuangan memiliki keyakinan bahwa
auditor menjamin akurasi laporan keuangan dan auditor menjamin
kelangsungan hidup perusahaan. Keyakinan yang dimiliki oleh para pemakai
laporan keuangan nantinya cenderung akan menjadi masalah ketika opini yang
dikeluarkan oleh auditor pada kenyataannya tidak sesuai dengan kondisi yang ada
di perusahaan. Disinilah mulai hilang kepercayaan pemakai laporan keuangan
terhadap akuntan karena ketidakmampuannya mendekati harapan publik, yang
akan berakibat adanya tuntutan dan gugatan terhadap kewajiban hukum profesi
akuntan publik yang dianggap telah melakukan kesalahan di dalam memberikan
opini.
Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Meisya (2013), namun terdapat perbedaan yang diklasifikasikan yaitu pada
penelitian sebelumnya membahas pengaruh kualitas audit, opini audit, financial
distress terhadap auditor switching. Sedangkan dalam penelitian ini, peneliti
menambah variabel fee audit. Dalam penelitian sebelumnya, populasi yang
digunakan adalah perusahaan manufaktur go public, merupakan emiten di Bursa Efek Indonesia yang terdaftar selama periode tahun 2008-2012. Sedangkan objek
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2012.
Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas, peneliti tertarik untuk
meneliti dan menganalisis lebih dalam mengenai faktor – faktor yang
mempengaruhi pergantian Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berjudul
Opini Audit, dan Fee Audit terhadap Pergantian Kantor Akuntan Publik (Studi Empiris pada Perussahan Manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2008-2012).”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka masalah
yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Apakah
diferensiasi kualitas audit, kesulitan keuangan perusahaan, opini audit, dan fee
audit berpengaruh terhadap pergantian Kantor Akuntan Publik baik secara
simultan maupun parsial pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai berdasarkan perumusan masalah
dengan adanya penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah diferensiasi
kualitas audit, kesulitan keuangan perusahaan, opini audit, dan fee audit
berpengaruh terhadap pergantian Kantor Akuntan Publik baik secara
simultan maupun parsial pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti, auditor,
1. Bagi Peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan dan wawasan peneliti khususnya mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi pergantian Kantor Akuntan Publik.
2. Bagi Auditor, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
gambaran mengenai alasan-alasan dibalik pergantian Kantor
Akuntan Publik yang dilakukan oleh perusahaan.
3. Bagi Investor, penelitian ini diharapkan sebagai bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi pada suatu
perusahaan yang mempunyai kinerja tertentu berdasarkan laporan
audit.
4. Bagi Peneliti Sejenis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi
bahan referensi dan informasi untuk memungkinkan penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan pustaka
2.1.1 Teori Keagenan (Agency theory)
Teori keagenan (Agency theory) merupakan basis teori yang
mendasari praktik bisnis perusahaan yang dipakai selama ini. Teori
tersebut berakar dari sinergi teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan
teori organisasi. Teori Agensi pertama kali dicetuskan oleh Jensen dan
Meckling pada tahun 1976.
Jensen dan Meckling (1976) menggambarkan hubungan agensi
sebagai suatu kontrak di bawah satu atau lebih prinsipal yang melibatkan
agen untuk melaksanakan beberapa layanan bagi mereka dengan
melakukan pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada agen.
Baik prinsipal maupun agen diasumsikan orang ekonomi rasional dan
semata-mata termotivasi oleh kepentingan pribadi. Shareholders atau
principal mendelegasikan pembuatan keputusan mengenai perusahaan
kepada manajer atau agen. Bagaimanapun juga, manajer tidak selalu
bertindak sesuai keinginan shareholders.
Perkembangan perusahaan yang semakin besar akan meningkatkan
konflik yang terjadi antara prinsipal dan pihak agen. Agen dikontrak oleh
prinsipal untuk melakukan tugas tertentu oleh prinsipal. Agen bertanggung
mempunyai kewajiban untuk memberikan imbalan kepada agen atas jasa
yang diberikan agen. Prinsipal dan agen mempunyai kepentingan yang
berbeda sehingga dapat menimbulkan konflik. Keduanya sama-sama
menginginkan keuntungan yang sebesar-besarnya dan juga sama-sama
menghindari risiko. Perbedaan kepentingan inilah yang menyebabkan
konflik keagenan.
Eisenhardt (1989) menyatakan bahwa teori agensi menggunakan
tiga asumsi sifat manusia yaitu : (1) manusia pada umumnya
mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia memiliki daya pikir
terbatas mengenai persepsi masa mendantang (bounded rationality), (3)
manusia selalu menghindari risiko (r isk averse). Berdasarkan asumsi sifat
dasar manusia tersebut manajer sebagai manusia akan bertindak
opportuunistic, yaitu mengutamakan kepentingan pribadinya.
Prinsipal dan agen diasumsikan sebagai orang ekonomi yang
rasional, memiliki kepentingan masing-masing dan bertindak atas
kepentingan mereka sendiri. Prinsipal diasumsikan hanya tertarik pada
hasil keuangan yang bertambah atau investasi mereka di dalam
perusahaan. Sedang para agen diasumsikan menerima kepuasan berupa
kompensasi keuangan dan syarat-syarat yang menyertai dalam hubungan
tersebut. Karena perbedaan kepentingan ini masing-masing pihak berusaha
memperbesar keuntungan bagi dirinya sendiri (Nuswantari, 2011). Dari
pemicunya suatu kondisi yang disebut asimentri informasi (information
asymmetry).
Bukti teoritis mengenai pergantian auditor didasarkan pada teori
agensi (Sulistiarini dan Sudarno, 2012). Seperti yang telah dikemukakan
bahwa baik principal maupun agent ingin mendapatkan keuntungan
sebesar-besarnya serta ingin terhindar dari resiko yang mungkin terjadi
dalam perusahaan. Dalam teori agensi, auditor independen berperan
sebagai penengah kedua belah pihak (agent dan principal) yang berbeda
kepentingan. Auditor independen juga berfungsi untuk mengurangi biaya
agensi yang timbul dari perilaku mementingkan diri sendiri yang
dilakukan oleh manajer.
Pemisahan antara kepemilikan dan pengendalian perusahaan
merupakan salah satu faktor yang memicu timbulnya konflik keagenan.
Konflik keagenan yang timbul antara berbagai pihak yang memiliki
beragam kepentingan dapat menyulitkan dan menghambat perusahaan
didalam mencapai kinerja yang positif guna menghasilkan nilai bagi
perusahaan itu sendiri dan juga bagi shareholders (Oktadella, 2011). Maka
dibutuhkan akuntan publik (auditor) sebagai pihak ketiga yang
independen. Tugas dari akuntan publik (auditor) memberikan jasa untuk
menilai laporan keuangan yang dibuat oleh agen, dengan hasil akhir
adalah opini audit. Auditor sebagai pihak yang independen di dalam
pemeriksaan laporan keuangan suatu perusahaan, yang nantinya akan
2.1.2 Teori Sinyal (Signal Theory)
Teori sinyal menyatakan bahwa perusahaan yang berkualitas baik
dengan sengaja akan memberikan sinyal pada pasar, dengan demikian
pasar diharapkan dapat membedakan perusahaan yang berkualitas baik
dan buruk (Hartono, 2005).
Signal Theory menjelaskan bahwa laporan keuangan pada dasarnya
dimanfaatkan oleh perusahaan untuk memberi sinyal (baik positif
maupun negatif) kepada para penggunanya. Signal Theory juga dapat
membantu mengurangi asimetri informasi antara perusahaan (agent),
pemilik (principal), dan pihak luar perusahaan melalui laporan keuangan
yang berkualitas. Laporan keuangan yang telah diperiksa oleh pihak
(auditor) independen dapat digunakan sebagai dasar informasi yang
independen dalam menggambarkan kondisi keuangan perusahaan yang
sebenarnya. Menurut Scott (2001), manajer yang rasional tidak akan
memilih auditor berkualitas tinggi dan membayar fee yang tinggi apabila
karakteristik perusahaan tidak bagus. Argumen ini didasarkan dengan
anggapan bahwa auditor berkualitas tinggi akan mampu mendeteksi
karakteristik perusahaan yang tidak bagus dan menyampaikannya kepada
publik.
2.1.3 Auditing
Pengertian auditing menurut Whittington, O.Ray dan Kurt Pann
“ Auditing is an examination of a company’s financial statements
by firm of independent public accounts. The audit consists of a searching and other evidence supporting those financial statements. By obtaining an
understanding of the company’s internal control, and by inspecting
documents, observing of assets, making enquires within and outside the company, and performing other auditing procedures, the auditors will gather the evidence necessary to determine whether the financial
statement provide a fair and reasonably complete picture of the company’s financial position and its activities during the period being audited”.
“Audit adalah pemeriksaan laporan keuangan perusahaan oleh
perusahaan akuntan publik yang independen. Audit terdiri dari
penyelidikan mencari catatan akuntansi dan bukti lain yang mendukung
laporan keuangan tersebut. Dengan memperoleh pemahaman tentang
pengendalian internal perusahaan, dan dengan memeriksa dokumen,
mengamati aset, membuat bertanya dalam dan di luar perusahan, dan
melakukan prosedur audit lain, auditor akan mengumpulkan bukti yang
diperlukan untuk menentukan apakah laporan keuangan menyediakan adil
dan cukup melengkapi gambaran posisi keuangan perusahaan dan kegiatan
selama periode yang diaudit”.
2.1.4 Jenis-Jenis Audit
Pengauditan dapat dibagi dalam beberapa jenis. Pembagian ini
dimaksudkan untuk menentukan tujuan atau sasaran yang ingin dicapai
dengan adanya pengauditan tersebut. Berikut ini merupakan jenis-jenis
audit menurut ahli sebagai berikut :
Menurut (Sukrino Agoes, 2004), ditinjau dari luasnya pemeriksaan,
1. Pemeriksaan Umum (General Audit), yaitu suatu pemeriksaan umum atas laporan keuangan yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) yang independen dengan maksud untuk memberikan opini mengenai kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan.
2. Pemeriksaan Khusus (Special Audit), yaitu suatu bentuk pemeriksaan yang hanya terbatas pada permintaan auditte yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) dengan memberikan opini terhadap bagian diri laporan keuangan yang diaudit, misalnya pemeriksaan terhadap penerimaan kas perusahaan.
Masih menurut sumber yang sama (Sukrisno Agoes, 2004),
ditinjau dari jenis pemeriksaan, maka jenis-jenis audit dapat dibedakan
atas:
1. Audit Operasional (Management Audit), yaitu suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditetapkan oleh manajemen dengan maksud untuk mengetahui apakah kegiatan operasi telah dilakukan secara efektif, efesien dan ekonomis.
2. Pemeriksaan Ketaatan (Complience Audit), yaitu suatu pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan telah menaati peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan yang berlaku, baik yang ditetapkan oleh pihak intern perusahaan maupun pihak ekstern perusahaan.
3. Pemeriksaan Intern (Internal Audit), yaitu pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan yang mencakup laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan yang bersangkutan serta ketaatan terhadap kebijakan manajemen yang telah ditentukan.
4. Audit Komputer (Computer Audit), yaitu pemeriksaan yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) terhadap perusahan yang melakukan proses data akuntansi dengan menggunakan system Elektronic Data Processing (EDP).
Sedangkan berdasarkan kelompok atau pelaksana audit, jenis audit
dibagi 4 yaitu:
1. Auditor Ekstern : Auditor ekstern/ independen bekerja untuk
perusahaan yang mereka audit. Umumnya auditor ekstern
menghasilkan laporan atas financial audit.
2. Auditor Intern : Auditor intern bekerja untuk perusahaan yang
mereka audit. Laporan audit manajemen umunnya berguna bagi
manajemen perusahaan yang diaudit. Oleh karena itu tugas
internal auditor biasanya adalah audit manajemen yang
termasuk jenis compliance audit.
3. Audit Pajak : Auditor pajak bertugas melakukan pemeriksaan
ketaatan wajib pajak yang diaudit terhadap undang-undang
perpajakan yang berlaku.
4. Auditor Pemerintah : Auditor pemerintah bertugas menilai
kewajaran informasi keuangan yang disusun oleh instansi
pemerintahan. Disamping itu audit juga dilakukan umtuk
menilai efisiensi, efektifitas, dan ekonomisasi operasi program
dan penggunaan barang milik pemerintah. Dan sering juga
audit atas ketaatan pada peraturan yang dikeluarkan
pemerintah. Auditing yang dilakukan oleh pemerintahan dapat
dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atau
Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
2.1.5 Standar Auditing
Standar auditing merupakan pedoman bagi auditor dalam
menjalankan tanggung jawab professionalnya yaitu sebagai pedoman audit
auditing, yaitu “prosedur” berkaitan dengan tindakan yang harus
dilaksanakan, sedangkan “standar” berkaitan dengan kriteria atau ukuran
mutu kerja tindakan tersebut, dan berkaitan dengan tujuan yang hendak
dicapai melalui penggunaan prosedur tersebut. Standar-standar ini
merupakan dan meliputi pertimbangan mengenai kualitas professional
mereka seperti keahlian dan indepedensi, persyaratan dan pelaporan serta
bahan bukti. Pedoman utama adalah 10 standar auditing atau 10 generally
auditing standards. Sejak disusun oleh American Institute of Certified
Public Accoutant (AICPA) tahun 1947 dan diadaptasin oleh IAI di
Indonesia sejak 1973 dan sekarang disebut standar auditing yang di
tetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (SA-IAI) kecuali untuk
perubahan-perubahan kecil, namun bentuknya tetap sama. Standar-standar
ini tidak cukup spesifik untuk dapat dipakai sebagai pedoman kerja oleh
auditor tetapi menggambarkan suatu kerangka sebagai landasan
interpretasi oleh AICPA atau IAI. Kesepuluh standar tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Standar umum
1) Audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis cukup sebagai auditor.
2) Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan,
3) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor
wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan
seksama.
2. Standar Pekerjaan Lapangan
1) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan
asisten harus disupervisi dengan semestinya.
2) Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh
untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup
pengujian yang akan dilakukan.
3) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang
diaudit.
3. Standar Pelaporan
1) Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
2) Laporan audit harus menunjukkan keadaan yang didalamnya
prinsip akuntansi tidak secara konsisten diterapkan dalam
penyusunan laporan keuangan periode berjalan dalam
hubungannya dengan prinsip akuntansi yang diterapkan dalam
prinsip sebelumnya.
3) Pengungkapan informative dalam laporan keuangan harus
4) Laporan audit harus memuat suatu pendapat mengenai laporan
keuangan secara menyeluruh atau suatu asersi bahwa pernyataan
demikian tidak dapat diterima.
2.1.6 Diferensiasi Kualitas Audit
Dalam pendekatan Total Quality Manajement (TQM), kualitas
ditentukan oleh puas atau tidaknya pelanggan/klien. Adanya kepuasan
pelanggan/ klien dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya :
1. Hubungan antara perusahaan dan pelanggannya menjadi harmonis, 2.
Memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang, 3. Dapat terciptanya
loyalitas pelanggan/ klien, 4. Membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke
mulut yang menguntunggkan perusahaan, 5. Reputasi perusahaan menjadi
baik dimata pelanggan /klien, 6. Laba yang diperoleh dapat meningkat.
Teori reputasi memprediksi adanya hubungan positif antara ukuran
KAP dengan kualitas audit (Lannox 2000). Dopuch dan Simunic (1980)
dan Deange Lo (1981) dalam Schwatz (1996) beragumentasi bahwa
ukuran auditor berhubungan positif dengan kualitas auditor.
Kualitas audit menurut Deange Lo (1981) dalam Schwatz (1997)
didefinisikan sebagai probabilitas error dan irregularities yang dapat
dideteksi dan dilaporkan probabilitas pendeteksian dipengaruhi oleh isu
yang merujuk pada audit yang dilakukan oleh auditor untuk menghasilkan
pendapatnya. Isu-isu yang berhubungan dengan isu audit adalah
kompetensi auditor, persyaratan yang berkaitan dengan pelaksanaan audit
yang besar akan berusaha untuk menyajikan kualitas audit yang lebih
besar dibandingkan dengan KAP yang lebih kecil.
Economic of scale yang besar akan memberikan intensif yang kuat
untuk memenuhi aturan SEC sebagai cara pengembangan dan pemasaran
keahlian KAP tersebut. KAP diklarifikasi menjadi dua yaitu Kantor
Akuntan Publik yang berafiliasi dengan KAP Big Four dan akuntan publik
lainnya.
Berikut adalah nama KAP Big four yang berafiliasi dengan KAP
Indonesia (IAPI, 2013):
1. KAP Osman Bing Satrio & Eny berafiliasi dengan Deloitte
Touche Tohmatsu (Deloitte).
2. KAP Purwantono, Suherman & Surja berafiliasi dengan Ernst
& Young (EY).
3. KAP Siddharta & Widjaja berafiliasi dengan Klynveld Peat
Marwick Goerdeler (KPMG).
4. KAP Tanudiredja, Wibisana & Rekan berafiliasi dengan
Pricewaterhouse (PwC).
KAP Non Big Four adalah semua KAP selain Big Four.
Kualitas audit adalah kesesuaian antara apa yang diharapkan
dengan apa yang dirasakan. Suatu hal yang tidak dapat disangkal lagi
bahwa kualitas produk adalah kunci keberhasilan suatu organisasi yang
maupun jasa bermutu tinggi merupakan kunci sukses bagi keberhasilan
masa datang.
Apabila jasa yang diterima atau dirasakan sudah sesuai dengan
yang diharapkan maka kualitas jasa dipersepsikan baik, dan memuaskan
jika jasa yang diterima melampaui harapan pelanggan maka kualitas jasa
dipersepsikan sebagai kualitas yang ideal. Sebaliknya jika kualitas jasa
yang diperoleh lebih rendah daripada jasa yang diharapkan maka kualitas
jasa dikatakan kurang baik. Dengan demikian baik tidaknya kualitas jasa
tergantung pada kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi harapan
pelanggannya secara konsisten.
Dalam situasi yang berlainan kualitas diartikan secara
berbeda-beda. Menurut (Garvin : 1990) ada lima macam perspektif kualitas yang
berkembang. Kelima perspektif inilah yang bisa menjelaskan mengapa
kualitas diartikan secara berbeda-beda.
Kelima perspektif itu adalah:
1. Trancedental Approach, pendekatan ini memandang bahwa kualitas sebagai innate excellence, dimana kualitas dapat dirasakan atau diketahui tetapi sulit didefinisikan dan dioperasionalkan. Sudut pandang ini biasanya diterapkan dalam dunia seni,
2. Product based approach, pendekatan ini menganggap bahwa kualitas merupakan karakteristik atau atribut yang dapat dikuantitatifkan dan dapat diukur,
3. User based approach pendekatan ini didasarkan pada pemikiran bahwa kualitas tergantung pada orang yang memandangnya, sehingga produk yang paling memuaskan preferensi seseorang merupakan produk yang berkualitas paling tinggi,
5. Value based approach, pendekatan ini memandang kualitas dari segi nilai dan harga.
Di Indonesia sendiri, isu mengenai diferensiasi kualitas auditor
semakin mengemuka saat pemerintah mengatur jangka waktu pemberian
jasa audit oleh KAP dan partner audit melalui Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 423/KMK.06/2002, KMK Nomor 359/KMK.06/2003
dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008. Dengan
adanya regulasi ini perusahaan diharuskan untuk melakukan pergantian
auditor dan KAP setelah jangka waktu tertentu sehingga mendorong
perusahaan untuk memikirkan mengenai kualitas audit yang dibutuhkan.
Kesimpulan dari uraian di atas adalah diferensiasi kualitas audit
merupakan perbedaan kualitas audit yang dapat diukur dengan berbagai
cara salah satunya dengan reputasi brand-name atau the big four dari KAP
tersebut.
2.1.7 Kesulitan Keuangan Perusahaan (Financial Distress) 2.1.7.1Pengertian Kesulitan Keuangan (Financial Distress)
Kesulitan keuangan mempunyai banyak arti. Pada kondisi
sesungguhnya,kesulitan keuangan tergambar dari ketidakmampuan
atau tersedianya dana untuk membayar kewajiban-kewajiban yang
telah jatuh tempo. Kesulitan keuangan dapat membawa suatu
perusahaan mengalami kegagalan, tidak sesuai dengan kontrak
yang telah disepakati. Kegagalan pembayaran tersebut mendorong
debitor untuk mencari penyelesaian dengan pihak kreditor, yang
perusahaan, kreditor dan investor (Ross & Westerfield, 1996).
Perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan akan menghadapi
kondisi : a) Tidak mampu memenuhi jadwal atau kegagalan
pembayaran kembali hutang yang telah jatuh tempo kepada
kreditor, b) Perusahaan dalam kondisi tidak solvable (insolvency).
Menurut Gitman (1994), kesulitan keuangan dapat
dikelompokkan menjadi tiga golongan, yaitu :
1. Bisnis Failure (kegagalan bisnis), dapat diartikan sebagai : 1) Suatu keadaan dimana realized rate of return dari
modal yang diinvestasikan secara siginifikan terus menerus lebih kecil dari rate of return pada bisnis sejenis, seperti : investasi pada kosnstruksi sipil dibanding dengan investasi pada konstruksi mekanik dan listrik.
2) Suatu keadaan dimana pendapatan perusahaan tidak dapat menutupi biaya perusahaan.
3) Perusahaan diklasifikasikan kepada failure, perusahaan mengalami kerugian operasional selama beberapa tahun atau memiliki return yang lebih kecil daripada biaya modal (cost of capital) atau negative return.
2. Insolvency (tidak solvable), dapat diartikan sebagai :
1) Technical insolvency timbul apabila perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran hutangnya pada saat jatuh tempo.
2) Accounting insolvency, perusahaan memiliki negative networth, secara akuntansi memiliki kinerja buruk (insolvent), hal ini terjadi apabila nilai buku dari kewajiban perusahaan melebihi nilai buku dari total harta perusahaan tersebut.
3) Bankruptcy, kesulitan keuangan yang menyebabkan perusahaan memiliki negative stockholders equity atau nilai pasiva perusahaan lebih besar dari nilai wajar harta perusahaan. Pada kondisi keuangan seperti ini, tuntutan dari kreditor baik pokok maupun bunga pinjaman tidak dapat dipenuhi tanpa melikuidasi harta perusahaan.
2.1.7.2Faktor Penyebab Kesulitan Keuangan
1. Faktor Internal Kesulitan Keuangan
Menurut Damodaran (1997), faktor internal penyebab
kesulitan keuangan merupakan factor dan kondisi yang timbul dari
dalam perusahaan yang bersifat mikro ekonomi. Faktor internal
tersebut dapat berupa kesulitan kas, besar jumlah hutang, dan
kerugian dari kegiatan operasional perusahaan.
1) Kesulitan arus kas, disebabkan oleh tidak seimbangnya antara aliran penerimaan uang yang bersumber dari penjualan dengan pengeluaran uang untuk pembelanjaan dan terjadinya kesalahan pengelolaan arus kas (cash flow) oleh manajemen dalam pembiayaan operasional perusahaan sehingga arus kas perusahaan berada pada kondisi defisit. 2) Besarnya jumlah hutang, perusahaan yang mampu
mengatasi kesulitan keuangan melalui pinjaman bank, sementara waktu kondisi defisit arus kas dapat teratasi. Pada masa depan akan menimbulkan masalah baru yang berkaitan dengan pembayaran pokok dan bunga pinjaman, sekiranya sumber arus kas dari operasional perusahaan tidak dapat
menutupi kewajiban pada pihak bank.
Ketidakmampuan manajemen perusahaan dalam mengatur penggunaan dana pinjaman akan berakibat terjadinya gagal pembayaran (default) yang pada akhirnya timbul penyitaan harta perusahaan yang dijadikan sebagai jaminan pada bank.
3) Kerugian dalam kegiatan operasional perusahaan selama beberapa tahun merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan perusahaan mengalami kesulitan keuangan (financial distress). Situasi seperti ini perlu mendapat perhatian manajamen dengan seksama dan terarah.
2. Faktor Eksternal kesulitan Keuangan
Menurut Damodaran (1997), faktor eksternal kesulitan
bersifat makro ekonomi yang mempengaruhi baik secara langsung
maupun tidak langsung terhadap kesulitan keuangan perusahaan.
Faktor kesternal kesulitan keuangan dapat berupa kenaikan harga
bahan bakar minyak (BBM) dan kenaikan tingkat bunga pinjaman.
1) Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM)
Pemerintah dalam rangka meningkatkan penerimaan Negara atau mengurangi subsidi bahan bakar minyak, menerbitkan kebijakan pemerintah yang dapat membebani dunia usaha dan masyarakat. Pengurangan subsidi tersebut berdampak pada kenaikan harga bahan pokok, harga bahan bangunan, upah dan ongkos trasnportasi. Kondisi ini akan memicu kenaikan biaya operasional perusahaan dan dapat menimbulkan kerugian
perusahaan. Khususnya pada perusahaan
kontaraktor perlu adanya penyesuaian harga kontrak masing-masing proyek agar tidak mengalami kerugian.
2) Kenaikan tingkat bunga pinjaman
Sumber pendanaan yang berasal dari pinjaman lembaga keuangan bank atau non bank, merupakan solusi yang harus ditempuh oleh manajemen agar proses produksi dan investasi dapat berjalan dengan lancar. Konsekwensi dari pinjaman, jika terjadi kenaikan tingkat bunga pinjaman bagi para pelaku bisnis merupakan suatu resiko dan ancaman bagi kelangsungan usaha. Karena akan berakibat pada kenaikan harga pokok produksi dan terganggunya perencanaan arus kas (cash flow) perusahaan. Akibat selanjutnya dari kondisi tersebut produk tidak dapat bersaing dipasaran karena harga jual tinggi dan manajemen mengalami kesulitan untuk membayar cicilan pokok dan bunga pinjaman. Hal ini merupakan tanda awal bahwa perusahaan mengalami kesulitan keuangan.
2.1.7.3Akibat Financial Distress
Beberapa akibat yang ditimbulkan oleh kondisi financial
1. Hubungan manajer sebagai agen dan manajer sebagai
principal akan memburuk karena perusahaan tidak
dapat memberikan keuntungan bagi principal.
2. Perusahaan akan kehilangan kredibilitas dihadapan
investor baru sehinggan tidak dapat menambah modal
melalui pasar saham.
3. Perusahaan mendapat sanksi dari Bursa berupa
suspense ataupun delisting.
2.1.7.4Pihak-pihak yang Membutuhkan Informasi Financial Distress
Menurut Almilia dan Kristiadji (2003), prediksi financial
distress (kesulitan keuangan) perusahaan menjadi perhatian dari
banyak pihak. Pihak-pihak yang menggunakan model tersebut
meliputi:
1. Pemberi pinjaman
Penelitian berkaitan dengan financial distress
mempunyai relevansi terhadap institusi pemberi pinjaman,
baik dalam memutuskan apakah akan memberikan suatu
pinjaman dan menentukan kebijakan untuk mengawasi
pinjaman yang telah diberikan.
2. Investor
Model prediksi financial distress dapat membantu
perusahaan dalam melakukan pembayaran kembali pokok
dan bunga.
3. Pembuat peraturan
Lembaga regulator mempunyai tanggung jawab
mengawasi kesanggupan membayar hutang dan
menstabilkan perusahaan individu, hal ini menyebabkan
perlunya suatu model yang aplikatif untuk mengetahui
kesanggupan perusahaan membayar hutang dan menilai
stabilitas perusahaan.
4. Pemerintah
Prediksi financial distress juga penting bagi pemerintah
dalam antitrust regulation.
5. Auditor
Informasi financial distress dapat menjadi alat yang
berguna bagi seorang auditor dalam membuat penilaian
mengenai going concern (kelangsungan hidup) suatu
perusahaan.
6. Manajemen
Apabila perusahaan mengalami kebangkrutan maka
perusahaan akan menanggung biaya langsung (fee akuntan
dan pengacara dan biaya tidak langsung (kerugian
penjualan atau kerugian paksaan akibat ketetapan
financial distress diharapkan perusahaan dapat menghindari
kebangkrutan dan otomatis juga dapat menghindari biaya
langsung dan tidak langsung dari kebangkrutan. Apabila
manajemen perusahaan bisa mendeteksi kebangkrutan ini
lebih awal, maka tindakan-tindakan penghematan bisa
dilakukan, misalnya dengan melakukan merger atau
restrukturisasi keuangan sehingga biaya kebangkrutan bisa
dihindari.
Posisi keuangan auditee mungkin memiliki implikasi penting pada
keputusan mempertahankan Kantor Akuntan Publik (KAP). Kondisi
perusahaan klien yang terancam bangkrut cenderung meningkatkan
evaluasi subjektivitas dan kehati-hatian auditor. Dalam kondisi seperti ini
suatu perusahaan akan cenderung melakukan auditor switching. Auditor
switching juga bisa disebabkan karena perusahaan sudah tidak lagi
memiliki kemampuan untuk membayar biaya audit yang dibebankan oleh
Kantor Akuntan Publik (KAP) yang diakibatkan penurunan kemampuan
keuangan perusahaan.
2.1.8 Opini Audit
Opini audit diberikan oleh auditor melalui beberapa tahap audit
sehingga auditor dapat memberikan kesimpulan atas opini yang harus
diberikan atas laporan keuangan yang diauditnya.
Ada lima tipe pendapat laporan audit yang diterbitkan oleh auditor
wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas, pendapat wajar dengan
pengecualian, pendapat tidak wajar dan pernyataan tidak memberikan
pendapat.
1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion)
Pendapat wajar tanpa pengecualian diberikan oleh auditor jika
tidak terjadi pembatasan dalam lingkup audit dan tidak terdapat
pengecualian yang signifikan mengenai kewajaran dan penerapan
prinsip akuntansi berterima umum dalam penyusunan laporan
keuangan, konsistensi penerapan prinsip akuntansi berterima
umum tersebut, serta pengungkapan memadai dalam laporan
keuangan.
2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan (Unqualified Opinion Report with Explanatory Language)
Pendapat ini diberikan apabila audit telah dilaksanakan atau
telah sesuai standar auditing. Penyajian laporan keuangan sesuai
prinsip akuntansi yang diterima umum, tetapi terdapat keadaan
tertentu yang mengharuskan auditor menambahkan suatu paragraf
penjelasan lain laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi
pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan.
3. Pendapat wajar dengan pengecualian (Qualified Opinion)
Auditor memberikan pendapat wajar dengan pengecualian
auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau tidak
dapat memperoleh informasi penting karena kondisi-kondisi yang
berada diluar kekuasaan klien maupun auditor, laporan keuangan
tidak disusun sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum,
dan prinsip akuntansi berterima umum yang digunakan dalam
penyusunan laporan keuangan tidak diterapkan secara konsisten.
4. Pendapat tidak wajar (Adverse Opinion)
Pendapat tidak wajar merupakan kebalikan dari pendapat wajar
tanpa pengecualian. Akuntan memberikan pendapat tidak wajar
jika laporan keuangan klien tidak disusun berdasarkan prinsip
akuntansi berterima umum sehingga tidak menyajikan secara wajar
posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas
perusahaan klien.
5. Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclaimer of Opinion)
Jika auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan
auditan, maka laporan audit ini disebut dengan laporan tanpa
pendapat (no opinion report). Kondisi yang menyebabkan auditor
menyatakan tidak memberikan pendapat adalah:
1) pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkungan
audit,
2) auditor tidak independen dalam hubungannya dengan
2.1.9 Fee Audit
Fee audit adalah honorarium atau upah yang dibebankan oleh
akuntan publik kepada perusahaan auditee atas jasa audit yang dilakukan
akuntan publik terhadap laporan keuangan. Fee audit merupakan hal yang
tidak kalah pentingnya dalam penerimaan penugasan audit. Besarnya fee
anggota dapat bervariasi tergantung oleh risiko penugasan, kompleksitas
jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan
jasa tersebut, struktur biaya KAP yang bersangkutan, dan pertimbangan
profesional lainnya. Anggota KAP tidak diperkenankan mendapatkan
klien dengan cara menawarkan fee yang dapat merusak citra profesi.
Masyarakat pada umumnya cenderung mengasosiasikan harga yang mahal
sebanding dengan kualitas yang didapatkan, dan sebaliknya
Menurut Halim (2008), ada beberapa cara dalam penentuan atau
penetapan fee audit antara lain: (1) per diem basis, (2) flat atau kontrak
basis dan (3) maksimum fee basis. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
1. Per diem basis
Pada cara ini fee audit ditentukan dengan dasar waktu yang digunakan oleh tim auditor. Pertama kali audit fee per jam ditentukan, kemudian dikalikan dengan jumlah waktu atau jam yang dihabiskan oleh tim. Tarif fee audit per jam untuk tiap tingkatan staf tertentu dapat berbeda-beda.
2. Flat atau Kontrak basis
Pada cara ini audit fee dihitung sekaligus secara borongan tanpa memperhatikan waktu audit yang dihabiskan. Yang penting pekerjaan terselesaikan sesuai dengan aturan atau perjanjian. 3. Maksimum fee basis
Seorang auditor tentunya bekerja untuk memperoleh penghasilan
yang memadai. Oleh sebab itu, penentuan fee audit harus disepakati
bersama baik oleh klien maupun auditor tersebut. Pengurangan fee audit
telah diidentifikasi dalam penelitian sebelumnya sebagai alasan utama
dalam auditor switching.
Eichenseher dan Shields (1983) dalam Chadegani et.al (2011)
menemukan bahwa fee audit dan hubungan kerja yang baik merupakan
dua faktor penting yang dapat mempengaruhi keputusan pemilihan auditor
yang dilakukan perusahaan.
Perusahaan tentunya dihadapkan dengan persoalan-persoalan baru
yang muncul setiap waktu yang dapat memicu kenaikan dalam fee audit.
Ketika fee audit melampaui batas toleransi yang ditetapkan perusahaan,
perusahaan akan mencari auditor dengan penawaran fee audit yang lebih
rendah meskipun mereka harus melepas auditor yang biasa mereka
gunakan untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan. Saat manajer
merasa tidak nyaman dengan fee audit yang mereka bayarkan, mereka
akan mencoba untuk melakukan pergantian KAP sehingga dapat
menemukan penawaran yang lebih baik dengan fee audit yang mereka
tawarkan.
2.1.10 Pergantian Kantor Akuntan Publik (KAP)
Auditor switching merupakan perpindahan KAP yang dapat
dilakukan oleh perusahaan klien. Perpindahan ini disebabkan oleh
kantor akuntan publiknya berbeda, ketidakpuasan terhadap kantor akuntan
public yang dahulu, dan merjer antara kantor akuntan publik (Halim,
2008). Sinarwati (2010) menjelaskan bahwa pergantian auditor bisa
dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu pergantian yang bersifat peraturan
(mandatory) dan yang bersifat sukarela (voluntary). Klien yang mengganti
auditornya ketika tidak ada aturan yang mengharuskan pergantian
dilakukan mungkin menghadapi dua masalah yaitu auditor mengundurkan
diri atau auditor dipecat oleh klien.
Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan peraturan yang mengatur
tentang pergantian kantor akuntan publik dan partner audit bagi
perusahaan di Indonesia. Undang-undang tersebut pertama kali
diberlakuka