Asuhan Keperawatan pada Ny.A dengan
Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Mobilitas
di Kelurahan Harjosari II Kecamatan Medan Amplas
Karya Tulis Ilmiah (KTI)
Disusun dalam Rangka Menyelesaikan
Program Studi DIII Keperawatan
Oleh
REPNI APRIANTI RAMBE
122500123
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, serta sholawat dan salam penulis hanturkan kepada Rasulullah SAW, yang telah membawa kealam yang penuh cahaya ilmu seperti saat ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Ny. A dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar
Gangguan Mobilisasi di Kelurahan Harjosari II Kecamatan Medan Amplas” yang
merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi DIII Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun 2012.
Karya Tulis Ilmiah ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan, bimbingan, dan arahan dari semua pihak secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. dr.Dedi Ardinata M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Erniyati S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Evi Karota S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Iksanuddin A. Harahap S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Nur Afi Darti S.Kp, M.Kep Ketua Program Studi DIII Keperawatan Universitas Sumatera Utara Yang telah memberikan kebijakannya.
6. Bapak Mula Tarigan S.Kp, M.Kes selaku Pembimbing yang telah meluangkan waktu, pemikiran serta dengan sabar memberikan bimbingan dan saran-sarannya.
7. Ibu Nunung Febriany Sitepu, S.Kep,Ns,MNS selaku Penguji yang telah meluangkan waktu dan memberikan bimbingan dan saran-sarannya.
8. Segenap Dosen dan Karyawan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. 9. Orangtua tercinta yang telah mendukung dan memberi semangat dalam penyusunan
10.Keluarga kelolaan saya yang telah memberikan waktu kepada saya untuk melakukan Asuhan Keperawatan
11.Seluruh keluarga tercinta yang juga selalu memberi semangat dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.
12.Teman-teman mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara khususnya (Suci, Desi, Purnama, Putri, Septi, Nurhalimah). Dan program Studi DIII
keperawatan 2012 dan semuanya yang telah membantu saya dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
13.Semua pihak yang penulis tidak dapat sebutkan satu-persatu yang telah memberikan saran sehingga Karya tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari betul bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kesalahan yang perlu dikoreksi dan di perbaiki. Oleh larena itu, kritik dan saran sangat diharapkan untuk perbaikan dikemudian hari. Harapan penulis semoga laporan ini dapat bermamfaat bagi kita semua.
Medan, 28 juli 2015
Penulis
Repni Aprianti rambe
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABELvi
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 3
C.Mamfaat 4
BAB II PEMBAHASAN 5
A. Konsep Dasar Gangguan Mobilisasi 5
1.1 Definisi Gangguan Mobilisasi 5
1.2 Perubahan Sistem Tubuh Akibat Gangguan Mobilitas 5
1.3 Proses Keperawatan pada Masalah Gangguan Mobilitas 9
1. Pengkajian Gangguan Mobilisasi 9
2. Analisa Data 13
3. Masalah Keperawatan 14
4. Perencanaan 15
5. Implementasi 18
B. Asuhan Keperawatan Kasus 19
1. Pengkajian 19
2. Analisa Data 28
3. Rumusan Masalah 29
4. Perencanaan Keperawatan dan Rasioanl 30
5. Implementasi dan Evalusi 34
BAB III PENUTUP36
A. Kesimpulan 36
B. Saran 37
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
NO Judul Halaman
1. Tingkat Aktivitas/Mobilisasi... 10
2. Derajat Kekuatan Otot ... 11
3. Perencanaan Keperawatan... 15
4. Analisa Data... 26
5. Perencanaan Keperawatan... 28
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asam urat adalah suatu penyakit yang ditandai dengan serangan mendadak dan berulang dari arthritis kristal menosidium urat yang tercampur didalam sendi sebagai akibat dari tingginya kadar asam urat di dalam darah (Diah, dkk, 2008).
Beberapa tahun terakhir ini semakin banyak orang yang dinyatakan oleh dokter menderita suatu penyakit yang diakibatkan oleh tingginya kadar asam urat di dalam darah. Penyakit ini di tandai dengan gangguan linu-linu terutama di daerah persendian tulang dan tidak jarang timbul rasa nyeri yang hebat. Rasa nyeri tersebut diakibatkan adanya radang pada persendian. Radang sendi tersebut ternyata disebabkan oleh penumpukan kristal di daerah persendian akibat tingginya kadar asam urat di dalam darah. Arthitis gout disebabkan kelainan metabolisme yang ada dalam perkembangannya bermanifestasi terhadap peningkatan konsetrasi asam urat dalam serum (Diah, dkk, 2008).
Penyakit radang sendi tersebut sudah dikenal sejak zaman Yunani Kuno. Penyakit tersebut dikenal dengan penyakit gout atau pirai. Kata gout berasal dari bahasa latin guttan yang berarti tetesan. Pada zaman dahulu, asal mula penyakit ini di sangka di sebabkan oleh
adanya racun yang jatuh demi setetes pada persendian (Diah. dkk, 2008).
Sebenarnya asam urat merupakan bagian dari yang normal dari darah dan urin. Asam urat dihasilkan dari pemecahan dan sisa-sisa pembuangan dari bahan makanan tertentu yang mengandung nukleotida purin atau berasal dari nukleotida purin yang diproduksi oleh tubuh. Tingginya kadar asam urat di dalam darah penderita gout disebabkan banyaknya sisa-sisa pembuangan hasil metabolisme puri sedangkan ekskresi asam urat melalui urin terlalu sedikit (Diah, dkk, 2008).
medis dan pengobatan. Bagi seorang penderita penyakit, baik penyakit kronis maupun akut, diet yang diberikan merupakan salah satu kegiatan upaya penyembuhan (Diah,dkk,, 2008).
Pengaturan makanan sangat perlu dilakukan oleh penderita gout. Terlalu banyak
mengkomsumsi makanan yang tinggi kandungan nukleotida purinnya akan meningkatkan produksi asam urat. Sebaiknya, mengurangi konsumsi makanan dengan kandungan
nukleotida purin rendah akan mengurangi resiko hiperurisemia atau gout (Diah, dkk, 2008).
Menurut Davidson dan anderson (1947), penderita akut maupun kronis mempunyai syarat-syarat diet yang sama, yaitu makanan yang tinggi purin, cukup kalori (sesuai denagn kebutuhan tubuh), tinggi karbohidrat, rendah protein, rendah lemak, tinggi cairan, dan tanpa alkohol (Diah, dkk, 2008).
Penyakit ini menyerang dewasa muda, terutama pada pria. Pada wanita insiden ini menjadi sama setelah menoupause. Prevalensi cenderung makin meningkat akibat peningkatan standar hidup/perubahan gaya hidup. Prevalensi bervariasi dieluruh dunia, pada 1986 di USA diperkirakan mencapai 2% dengan proporsi 13,6: 1000 pria dan 6,4: 1000 wanita; Spanyol 7% dan prancis 17%. Sedangkan di indinesia belum ada angka tresmi tapi pada beberapa daerah dilaporkan Sinjai (Sulawesi Selatan) pria 10% dan wanita $% Minahasa (Sulawesi Utara) pria 34,3% dan wanita 23,31% dan Bandung (Jawa Tengah) pria 24,3% dan wanita 11,7% (Jeffrey, 2009).
Serangan rasa sendi disertai dengan rasa nyeri yang hebat, bengkak, dan merah dan terasa panas pada sendi kaki. Serangan ini akan hilang sendiri dalam beberapa hari (sekitar 10 hari) dan bila diberi obat akan sembuh dalam waktu kurang lebih tiga hari. Interval serangan yang cukup lama dan sendi masih dalam keadaan normal disebut arthritis gout akut (Diah, dkk, 2008)
Pada penderita gout kronis klien mengalami gangguan pergerakan yang disebut juga dengan gangguan mobilisasi. Gangguan mobilisasi merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan (aktivitas), misalnya mengalami trauma tulang belakang, cedera otak. berat disertai fraktur pada
esktremitas dan sebagainya (Taufik, 2009).
Dimana dengan kemampuan seseorang untuk bergerak untuk bergerak penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran sehari-hari. Mobilitas penuh ini merupakan fungsi saraf motorik volunter dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh seseorang disebut dengan mobilitas penuh. Kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan senrorik pada area tubuhnya disebut dengan mobilitas sebagian (Taufik, 2009).
Berdasarkan peristiwa diatas maka penulis tertarik untuk membahas Asuhan
Keperawatan pada Ny.A dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan
Mobilitas.
B. Tujuan
1. Tujuan umum.
Tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah memberikan gambaran nyata bagi mereka yang mengalami gangguan mobilitas yang dialami oleh klien Ny.A di Kelurahan Harjosari Kecamatan Medan Amplas agar dapat memenuhi kebutuhan dasarnya.
2. Tujuan khusus
1. Melakukan pengkajian pada pasien dengan prioritas masalah kebutuhan dasar gangguan mobilitas.
2. Menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan prioritas masalah kebutuhan
dasar gangguan mobilisasi.
4. Memberikan implementasi pada pasien dengan prioritas masalah kebutuhan dasar gangguan mobilitas.
5. Melakukan evaluasi pada pasien dengan prioritas masalah kebutuhan dasar gangguan mobilitas.
C. Manfaat
a. Bagi kegiatan belajar mengajar diharapkan dapat dijadikan masukan untuk menambah dan meningkatkan pengetahuan dan wawasan bagi mahasiswa keperawatan serta pembaca pada umumnya dalam memberikan asuhan keperawatan.. b. Bagi Mahasiswa sebagai penambah wawasan dalam ilmu pengetahuan khususnya
kesehatan bagi mahasiswa agar dapat mengaplikasikan ilmunya dalam pendidikan. c. Bagi praktik keperawatan diharapkan dapat memberikan asuhan keperawatan yang
komprehensif dan berpikir kritis dalam melakukan asuhan terhadap pasien khususnya dengan gangguan mobilitas.
BAB II
PENGELOHAN KASUS
A. Konsep Dasar Gangguan Mobilisasi
1.1 Defenisi Gangguan Mobilisasi
Gangguan mobilisasi adalah ketidakmampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas (Potter & Perry, 2006). Gangguan mobilisasi dapat dibagi menjadi 4, yaitu :
1. Gangguan mobilisasi fisik, merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan tujuan mencegah terjadinya gangguan komplikasi pergerakan, seperti pada pasien dengan hemipligia yang tidak mampu mempertahankan tekanan di daerah paralisis sehingga tidak dapat mengubah posisi tubuhnya untuk mengurangi tekanan.
2. Gangguan mobilitas intelektual, merupakan keadaan ketika seseorang mengalami keterbatasan daya pikir, seperti pada pasien yang mengalami kerusakan otak akibat suatu penyakit.
3. Gangguan mobilitas emosional, keadaan ketika seseorang mengalami pembatasan secara emosional karena adanya perubahan secara tiba-tiba dalam menyesuaikan diri. Sebagai contoh, karena stres berat dapat disebababkan karena bedah amputasi ketika seseorang mengalami kehilangan bagian anggota tubuh atau kehikangan sesuatu yang paling dicintai.
4. Gangguan mobilitas sosial, keadaan individu yang mengalami hambatan dalam melakukan interaksi mempengaruhi perannnya dalam kehidupan sosial (Taufik, 2009).
1.2 Perubahan Sistem Tubuh Akibat Gangguan Mobilisasi
muskuluskletal, perubahan kulit, perubahan eliminasi (buang air besar dan kecil) dan perubahan perilaku (Taufik, 2009)
a. Perubahan Metabolisme
Perubahan Secara umum gangguan mobilisasi dapat menggau metabilisme secara
normal, mengingat gangguan mobilisasi dapat menyebabkan turunnya kecepatan metabolisme dalam tubuh. Hal tersebut dapat dijumpai pada menurunnya basal
metabolisme rate (BMR) yang menyebabkan energi untuk perbaikan sel-sel tubuh, sehinnga dapat memoengaruhi gangguan oksigenasi sel. Perubahan metabolisme pada klien gangguan mobilisasi dapat mengakibatkan proses anabolisme menurun dan katabilisme meningkat. Keadaan ini dapat berisiko meningkatkan gangguan metabolisme. Proses gangguan mobilisasi dapat juga menyebabkan penurunan ekskresi urin dan peningkatan nitrigen. Hal tersebut dapat ditemukan pada pasien yang mengalami gangguan mobilisasi atropi kalenjar dan katabolisme protein, ketidakserimbangan cairan dan elektrolit, demineralisasi tulang, gangguan dalam mengubah zat gizi, dan gangguan gastrointestina (Taufik, 2009).
b. Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit
Terjadinya ketidakseimbangan cairan dan eletrolit sebagai dampak dari gangguan mobilisasi akan mengakibatkan persendian protein serum berkurang sehingga dapat menganggu kebutuhan cairan tubuh. Disamping itu, berkurangnya perpindahan cairan dari intravaskuler ke intertisial dapat menyebabkan edema sehingga terjadi menyebabkan demineralisasi tulang akibat menurunnya aktivitas otot, sedangkan meningkatkannya demineralisasi tulang dapat mengakibatkan reabsorpsi kalium (Taufik, 2009).
c. Gangguan Pengubahan Zat
Gizi Terjadinya gangguan Zat yang disebabkan oleh menurunnya pemasukan protei dan kalori dapat mengakibatkan pengubahan zat-zatr makanan pada tingkat sel menurun, dimna sel tidak lagi menerima glukosa, asam amino, lemak, dan oksigenasi dalam jumlah yang cukup untuk melaksanakan aktivitas metabilosme (Taufik, 2009).
d. Gangguan Fungsi Gastrointestinal
cerna, sehingga penurunan jumlah massukan yang cukup dapat menyebabkan keluhan, seperti perut kembung, mual, dan nyeri lambung yang dapat menyebabkan gangguan proses eliminasi (Taufik, 2009).
e. Perubahan Sistem Pernapasan
Gangguan mobilisai menyebabkan terjadinya perubahan sistem pernapasan. Akibat gangguan mobilisasi, kadar haemoglobin menurun, ekspansi paru menurun,
dan terjadinya kelemahan otot yang dapat menyebabkan proses metabolisme terganggu. Terjadinya penurunan kadar haemoglobin dapat menyebabkan penurunan aliaran oksigen dari alveoli ke jaringan, sehinnga menyebabkan anemia. Penurunan ekspansi paru dapat terjadi karena tekanan yang meningkat oleh permukaan paru (Taufik, 2009).
f. Perubahan Kardiovaskuler
Perubahan sistem kardivaskuler akibat gangguan mobilisasi antar lain dapat berupa hipontesi ortostatik, meningkatnya kerja jantung, dan terjadinya pembentukan trombus. Terjadinya hipotensi ortostatik dapat disebabkan oleh menurunnya kemampuan saraf otonom. Pada posisi yang tepat dan lama, refleks neurovaskuler akan menurun dan menyebabkan vasokontrasi, kemudian darah terkumpul pada vena bagian bawah sehingga aliran darah ke sistem sirkulasi pusat terhambat (Taufik, 2009).
g. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Perubahan yang terjadi dalam sistem muskuloskeletal sebagai gangguan mobilisasi adalah sebagai berikut :
a. Gangguan Muskular
Menurunnya massa otot sebagai dampak gangguan mobilisasi dapat menyebabkan
turunnya kekuatan otot secara langsung. Menuerunnya fungsi kapasiats otot ditandai dengan menurunnya stabiliatas. Kondisi berkurangnya massa otot dapat menyebabkan atropi pada otot. Sebagai contoh, otot betis seseorang yang telah dirawat lebih dari enam minggu ukurannya akan lebih kecil selain menunjukkan tanda atau lesu (Taufik, 2009).
Gangguan mobilisasi juga dapat menyebabkan gangguan skletal, misalnya akan mudah terjadinya kontraktur sendi dan osteoporosis. Kontaraktur merupakan kondisi yang abnormal dengan kriteri adanya fleksi dan fiksasi yang disebabkan atropi dan memedeknya otot. Terjadinya kontraktur dapat menyebabkan sendi dalam kedudukan
yang tidak berfungsi. Osteoporosis terjadi karena reabsorpsi tulang semakin besar, sehigga menyebabkan jumlah kalsim ke dalam darah menurun dan jumlah kalsium
yang dikeluarkan melalui urin semakin besar (Taufik, 2009). c. Perubahan Sistem Integumen
Perubahan sistem integumen yaang terjadi berupa penurunan elastisitas kulit karena menurunnya sirkulasi darah akibat gangguan mobilisasi dan terjadinya iskemia serta nekrosis jaringan superfisial dengan adanya luka dekubitus sebagai akibat tekanan kulit yang kuat dan sirkulasi yang menurun ke jaringn (Taufik, 2009).
d. Perubahan Eliminasi
Perubahan dalam eliminasi misalnya penurunan jumlah urin yang mungkin disebabkan oleh kurangnya asupan dan penurunan curah jantung sehinggan aliran darah renal dan berkurang (Taufik, 2009).
e. Perubahan Perilaku
Perubahan perilaku sebagai akibat gangguan mobilisasi, antara lain timbulnya rasa bermusuhan, bingung, cemas, emosional tinggi, depresi, perubahan siklis tidur, dan menurunnya koping mekanisme. Terjadinya perubahan perilaku tersebut merupakan dampak gangguan mobilisasi karena selama proses gangguan mobilisasi seseorang akan mengalami perubahan peran, konsep diri, kecemasan, dan lain-lain (Taufik, 2009).
1.3Proses Keperawatan pada Masalah Gangguan Mobilisasi
1. Pengkajian Gangguan Mobilisasi
Pengkajian pada masalah pemenuhan kebutuhan mobilisasi adalah sebagai berikut (Taufik, 2009).
Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alasan klien yang menyebabkan terjadi keluhan/gangguan dalam mobilisasi, seperti adanya nyeri kelemahan otot, kelelahan, tingkat mobilisasi dan gangguan mobilisasi, daerah terganggunya mobilisasi, dan lama terjadinya gangguan mobilisasi.
B. Riwayat Keperawatan Penyakit yang Pernah DiDerita
Pengkajian riwayat penyakit yang berhubungan dengan pemenuhan dengan pemenuhan kebutuhan mobilisasi, misalnya adanay riwayat penyakit sistem neurologis (kecelakaan cerebrovaskular, trauma kepala, peningkatan tekanan intrakranial, miastenia gravis, guilain barre, cedera medula spinalis, dan lain-lain), riwayat penyakit sistem kardiovaskuler (infrak miokard, gagal jantung kongesif), riwayat penyakit sistem muskuloskletal (osteoporosi, fraktur , arthiritis), riwayat penyakit sistem pernapasan (penyakit paru obstruksi menahun, pneumonia, dan lain-lain), riwayat pemakaian obat, seperti sedativa, hipnotik, depresan sistem saraf pusat, laksansia, dan lain-lain.
C. Kemampuan Fungsi Motorik
Pengkajian fungsi motorik antara lain pada tangan kanan dan kiri, kaki kanan dan kaki kiri untuk menilai ada tau tidaknya kelemahan, kekuatan, atau spastis.
D. Kemampuan Mobilisasi
Pengkajian kemampuan mobiulisasi dilakukan denagn tujuan untuk menilai kemampuan gerak ke posisi miring, duduk, berdiri, bangun dan berpindah tanpa bantuan. Kategori tingkat kemampuan aktivitas adalah sebagai berikut.
Tabel 2.1 Tingkat Aktivitas/Mobilisasi
Tingkat Aktivitas/Mobilisasi Kategori
Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara penuh.
Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat.
Tingkat 3 Memerlukan bantuan atau
pengawasan orang lain dan peralatan
Tingkat 4 Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan atau berpartisipasi dalam perawatan.
E. Kemampuan Rentang Gerak
Pengkajian rentang gerak (range of motion-ROM) dilakukan pada daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul dan kaki.
F. PerubahanIntoleransi Aktivitas
Perubahan intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan perubahan pada sistem pernapasan, antara lain : suara napas, analisa gas darah, gerakan dinding thorak, adanya mukus, batuk yang produktif diikuti panas, nyeri saat respirasi. Pengkajian intoleransi aktivitas terhadap perubahan sistem kardiovaskuler, seperti nadi dan tekanan, gangguan sirkulasi perifer, adanya trombus, serta perubahan tanda vital setelah melakukan aktivitas atau perubahan posisi.
G. Perubahan Otot dan Gangguan Koordinasi
Kekuatan Otot dan Gangguan Koordinasi
Dalam mengkaji kekuatan otot dapat ditentukan kekuatan secara bilateral atau tidak. Derajat kekuatan otot dapat ditentukan dengan :
Tabel 2.2 Derajat kekuatan Otot
Skala Persentase Kekuatan
Normal
Karakteristik
0 10 Paralisis sempurna.
1 10 Tidak ada gerakan. Kontaksi otot dapt di palpasi atau dilihat.
2 25 Gerakan otot penuh melawan
gravitasi dengan topangan.
3 gravitasi.
4 75 Gerakan penuh yang normal dan
mewan tahana minimal.
5 100 Kekuatan normal melawan gravitasi dan tahana penuh
H. Perubahan Psikolosis
Pengkajian perubahan psikologis yang diseababkan oleh adanya gangguan mobilisasi antara alin perubahan perilaku, peningkatan emosi, perubahan dalam mekanisme koping, dan lain-lain. Selain itu, pengkajian keperawatan harus berfokus pada area fisiologis. Berikut sistem yang harus dikaji pada gangguan mobilisasi yaitu:
a) Sistem Metabolik
Ketika mengkaji sistem metabolik, perwat menggunakan pengukuran antropometrik untuk mengevaluasi atrofi otot, menggunakan pencacatan dan haluran serta data labortorium untuk mengevaluasi stattus cairan, elektrolit, maupun kadar serum protein, mengkaji penyembuhan luka dan mengevaluasi perubahan transport nutrien, mengkaji asupan makanan dan pola eliminasi untuk menentukan fungsi gastrointestinal.Pengukuran asupan dan hakuaran membantu perawat untuk menentukan apakah terjadi ketidakseimbangan cairan. Dehidrasi dan edema dapat meningkatkan laju kerusakan kulit pada klien gangguan mobilisasi. Apabila klien gangguan mobilisasi mempunyai luka, maka kecepatan penyembuahn menunjukan
indikasi niyrient yang di bawa ke jaringan. Kemajuan penyembuhan yang normal mengidentifikasi kebutuhan metabolik jaringan luka (Potter & Perry, 2006).
b) Sistem Respiratori
keperwatan yang dibutuhkan untuk mengoptimalkan fungsi respiratori (Potter & Perry, 2006).
c) Sistem Kardiovaskuler
Pengkajian Keperawatn kardiovaskuler pada klien gangguan mobilisasi
termasuk memantau tekanan darah. Tekanan darah harus diukur, terutama jiuka beruabh dari berbaring ke duduk atau berdiri akibat risiko terjadi hipotensi ortostatik.
Dengan cara ini kemampuan mentoleransi perubahan posisi dapat dikaji (Potter & Perry, 2006).
d) Sistem Muskukuskeletal
Kelainan muskuluskeletal utama dapat diidentifikasi selama pengkajian keperawatan meliputi penueunan tonus otot, kehilangan massa otot dan kontraktur (Potter & Perry, 2006).
e) Sistem Integumen
Perawat harus terus menerus mengkaji kulit klien terhadap tanda-tanda kerusakan. Kulit harus diobservasi ketika klien bergerak dan diperhatiakn higienisnya (Potter & Perry, 2006).
f) Sistem Eliminasi
Status eliminasi klien harus dievaluasi . Total asupan dan haluaran dievaluasi setiap 24 jam. Tidak adekuat asupan, haluaran cairan dan elektrolit meningkatakan risiko gangguan sistem gingak, bergeser dari infeksi berulang menjadi gagal ginjal, Dehidrasi juga meningkatkan risiko kerusakan kulit, pembentukan trombus, infeksi pernapasan, dan kontisipasi. Komplikasi fisik dapat menurunkan keseluruhan tingkat mobilisasi (Potter & Perry, 2006).
1. Analisa Data
Analisa data mengidentifikasi perubahan kesejajaran tubuh dan mobilisasi yang aktual dan potensial berdasarkan pengumpulan data selama pengkajian. Analisa menampilkan kelompok data yang mengidentifikasi ada atau risiko terjadi masalah (Potter & Perry, 2006)
kerusakan sistem muskuloskeletal. Pengkajian data harus berisi karakteristik yang bermakan dan tepat untuk mendukung penanaman diagnostik (Potter & Perry, 2006)
Kesejajaran tubuh dan mobilisasi saling berhubungan. Seseorang yang mempunayi kesejajaran tubuh buruk mengurangi mobilisasi. Saat mengidentifikasi
atau mencegah bahaya berhubungan dengan kesejajaran tubuh buruk atau gangguan mobilisasi (Potter & Perry, 2006).
2. Rumusan Masalah
Perawat mampu membuat rumusan masalah terhadap klien dengan gangguan mobilisasi yang aktual maupun berisiko. Perawat dapat merencanakan terapi sesuai derajat risiko klien disesuaikan dengan perkembangan klien, dan rumusan masalah bersifat individu disesuiakan dengan perkembangan klien, tingkat kesehatan, dan gaya hidup (Potter & Perry, 2006).
Lingkungan rumah klien merupakan hal yang penting dipertimbangkan dalam merencanakan terapi data mempertahankan terapi dalam mempertahankan mobilisasi. Rumusan masalah perawat juga termasuk pemahaman kebutuhan klien untuk mempertahankan fungsi motorik, dan kemandirian. Perawat dan klien bekerjasama membuat cara-cara untuk mempertahankan keterlibatan klien dalam asuhan keperawatan dan mencapai mobilisasi yang oftimal dimana klien berada (Potter & Perry, 2006).
Klien berisiko bahaya dikaitkan ketidaktepatan kesejajaran tubuh dan gangguan moblisasi, membutuhkan rencana keperawatan lansung melalui pemberian posisi secara actual atau potensial serta kebutuhan mobilisasi.
Beberapa diagnosis keperawatan mungkin sesuai untuk menunjukkan
kebutuhan mobilitas pasien (Bennita W. Vaughans,2013). a. Mobilitas fisik cacat
b. Intoleransi aktifitas c. Risiko jatuh
3. Perencanaan
Perencanaan meliputi identifikasi hasil yang diharapkan dan sarana atau intervensi untuk memastikan hasil tersebut tercapai. Pada titik ini, perawat juga harus
mempertimbangkan bagaimana ia dapat mengimplementasikan rencana asuhan dengan cara yang aman. Menjaga mobilitas dengan cara yang aman sebagian terletak
pada penggunaan gerak tubuh yang bagus. Gerak tubuh dapat dideskripsikan sebagai cara seseorang menggunakan tulang, otot, sendi untuk menghasilkan gerakan. Penggunaan gerak tubuh yang tepat mencegah luka pada sistem muskuloskletal (Bennita W, Vaughans, 2013).
Tabel Perencanaan Tindakan Keperawatan
Diagnosa : - Gangguam mobilitas fisik
Tujuan : - Menunjukkan tingkat mobilitas, ditandai dengan
indicator (1-5): ketergantungan, membutuhkan
bantuan orang lain dan alat
- Penampilan seimbang
- Penampilan posisi tubuh
- Pergerakan sendi dan otot
- Melakukan perpindahan/ambulasi(Berjalan)
Kriteria Hasil :- Klien mampu melakukan latihan rentang gerak pada
Sendi/ eksremitas yang terganggu
- Kllien mampu untuk berjalan tanpa alat bantu
- Klien mampu melakukan aktivitas secara mandiri
4. I oftimal dan menyasar individu yang berisiko mengalami dampak menjadi tidak aktif secara fisik.
2. Tindakan restoratif yaitu tindakan restoratif menyasar individu yang telah mengalami level dan implementasikan untuk meminimalkan dampak negatif dan memperbaiki fungsional optimal sekarang(Bennita W. Vaughans, 2013). a. Kaji tingkat mobilisasi
pasien dengan tingkatan (0-4) secara berkala.
b. Kaji kekuatan
otot/kemampuan
fungsional mobilitas sendi
dengan menggunakan skala kekuatan otot (0-5)
secara teratur.
c. Monitor tanda-tanda vital
d. Ajarkan tehnik ambulasi dan berpindah yang aman
e. Beriakan penguatan positif selama aktivitas
Aktivitas Kolaborasi
f. Anjurkan ke ahli terafi fisik
a. Menunjukan perubahan tingkatan mmobilitas pasien setiap hari
b. Menentukan perkembangan peningkatan kekuatan otot/mobilitas sendi pasien sebelum dan sesudah dilakukan latiahn rentang
gerak ROM
c. Kelumpuhan otot mempengaruhi sirkulasi
e. Mempertahankan atau mengembalikan fungsi tubuh
Tindakan keperawatan yang dilakukan adalah pengaturan posisi tubuh sesuai kebutuhan pasien serta dalam latihan ROM pasif dan pasif (Taufik, 2009).
1. Pengaturan posisi tubuh sesuai kebutuhan pasien
Pengaturan posisi dalam mengenai masalah kebutuhan mobilisasi dapat disesuaikan dengan tingkat gangguan.
2. Latihan ROM pasif dan aktif
B. Asuhan Keperawatan Kasus
FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI
RUMAH SAKIT UMUM DR.PIRNGADI MEDAN
1.BIODATA
INDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.A
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 70 tahun
Status Perkawaninan : Janda
Agama : Islam
Pendidikan : Tidak sekolah
Pekerjaan : IRT
Alamat : Bajak IV Kelurahan Harjosari
Kecamatan Medan Amplas
Tanggal Masuk RS : -
No. Register : -
Ruangan/Kamar : -
Golongan Darah : AB
Tanggal Pengkajian : 18 Mei 2015
Tanggal Operasi : -
Diagnosa Keperawatan : Gangguan Mobilitas Fisik
11. KELUHAN UTAMA
III. Riwayat Kesehatan Sekarang
A.Provocative/ palliative 1. Apa penyebabnya :
Sebelumnya klien tidak pernah periksa atau kontrol tentang penyakitnya. 2.Hal-hal yang memperbaiki keadaan :
Hal-hal yang dapat memperbaiki keadaaannya belum ada.
B. Quantity/Quality
1.Bagaimana dirasakan
N.y A mengatakan sakit dibagian ekstremitas bawah dan susah untuk bergerak, berjalan.
2.Bagaimana dilihat
Ada pembengkakan dan memerah di bagian ekstremitas bawah.
C. Region
1.Dimana lokasinya
Di daerah ekstremitas bagian bawah kiri. 2.Apakah menyebar
Ny. A mengatakan tidak menyebar.
D. Severety
Klien mengatakan terganggu dengan kondisinya yang sekarang.
E. Time
N.y A mengatakan ketika klien bergerak atau berjalan dan kadang muncul tanpa penyebab.
IV. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
A.Penyakit yang pernah dialami
Klien mengatakan sudah mengalami sakit asam urat sejak dua tahun yang lalu. B.Pengobatan/tindakan yang dilakukan
Klien mengatakan tidak pernah berobat ke rumah sakit atau kepuskesmas hanya membeli obat di warung jika asam uratnya kambuh.
C.Pernah dirawat/dioperasi
D.Lama dirawat
Tidak pernah
E.Alergi
Klien mengatakan tidak memilki riwayat alergi.
F.Imunisasi
Klien mengatakan tidak pernah mendapatkan imunisasi.
V. Riwayat kesehatan keluarga
A. Orang Tua
Klien mengatakan orang tua klien tidak ada menderita penyakit keturunan atau penyakit yang serius.
B. Saudara Kandung
Klien mengatakan tidak ada saudara kandung klien yang mengalami riwayat penyakit keturunan.
C.Penyakit turunan yang ada
Tidak ada
D.Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Tidak ada keluarga yang memilki riwayat atau mengalami gangguan jiwa.
E.Anggota keluarga yang meninggal :
Tidak ada
VI. Riwayat keadaan psikososial
A.Persepsi pasien tentang penyakitnya
Klien berpersepsi bahwa penyakit yang dideritanya sekarang berupa teguran dari
Yang Maha Kuasa, agar tetap selalu ingat pada_Nya dan mensyukuri bahwa sehat itu merupakan kekayaan.
B.Konsep diri
Gambaran diri : klien menerima seluruh bagian tubuhnya, tanpa merasa ada yang kurang.
Harga diri : merendah karena penyakit nya yang dideritanya.
Peran : klien berperan sebagai orangtua yang
memilki anak tiga, dan sebagai nenek bagi cucunya.
Identitas : klien sebagai seorang janda dan mempunyai 3 orang anak laki-laki.
C.Keadaan emosi
Saat melakukan pengkajian keadaan emosi klien stabil..
D. Hubungan sosial
- Orang yang paling berarti : anak adalah orang yang berarti bagi klien.
- Hubungan dengan keluarga : hubungan klien dengan keluarga kurang harmonis dan kurang komunikasi.
- Hubungan dengan orang lain : hubungan klien dengan orang lain
dan komunikasi dengan yang lain terjalin dengan baik.
- Hambatan dalam berhubungan
dengan orang lain : klien memiliki hambatan
berhubungan dengan orang lain karena penyakit yang dideritanya.
E.Spiritual
VII.PEMERIKSAAN FISIK
A.Keadaan umum
Tingkat kesadaran composmentis dan Ny.A terlihat lemah tidak ada pernapasan
cuping hidung pandangan mata terlihat sayu ketika dilakukan pengkajian.
B.Tanda-tanda vital
-Suhu tubuh : 36,6 O C.
-Tekanan darah : 140/100 mmHg.
-Nadi : 82x/menit.
-Pernafasan : 22x/menit
-Tinggi badan : 155 cm.
-Berat badan : 56 kg.
C.Pemeriksaan Head to toe
Kepala dan rambut
-Bentuk : bulat.
-Ubun-ubun : normal, fontanel berada di tengah, tidak terdapat lesi.
-Kulit kepala : bersih.
Rambut
-Penyebaran dan keadaan rambut: penyebaran merata, kasar, dengan
rambut rambut.
-Bau : normal bau rambut.
-Warna kulit : putih.
Wajah
-Warna kulit : sawo matang. -Struktur wajah : simetris.
Mata
-Kelengkapan dan kesimetrisan : normal, simetris antara dextra dan sinistra.
-Palpebra : normal, dapat menutup
kemerahan.
-Konjungtiva dan scelera : konjungtiva tidak anemis, sclera putih, tidak ada
kemerahan.
-Pupil : sama antara kiridan kanan. -Kornea dan iris : tidak dilakukan pemeriksaan.
-Visus : tidak dilakukan pemeriksaan. -Tekanan bola mata : tidak dilakukan pemeriksaan Hidung
-Tulang hidung dan posisi septum nasi : normal, berada di tengah. -Lubang hidung : normal, simetris antara
dextra dan sinistra..
-Cuping hidung : tidak ada pernapasan
cuping hidung. Telinga
-Bentuk telinga : simetris antara dextra dan sinistra.
-Ukuran telinga : normal.
-Lubang telinga : normal, bersih.
Mulut dan faring
-Keadaan bibir : kering
-Keadaan gusi dan gigi : bersih
-Keadaan lidah : lembab.
Leher
-Posisi trakea : tidak dilakukan pemeriksaan -Tiroid : tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid.
-Suara : jelas namun lemah.
-Denyut dan nadi karotis : teraba kuat. Pemeriksaan integumen
-Kehangatan : akral dingin.
-Warna : sawo matang.
-Turgor : kembali < 3 detik.
-Kelembaban : kulit teraba kering.
-Kelainan kulit : tidak ada kelainan pada kulit.
Pemeriksaan payudara dan ketiak
Payudara simetris antara dextra sinistra, tidak dijumpai massa, tidak ada trauma, dan tidak ada pembengkakan pada aksila.
Pemeriksaan thoraks/dada
-Inspeksi thoraks (normal, burrel chest, funnel chest, pigeon chest, flail chest, kifos koliasis) : tidak ada kelainan bentuk
-Pernafasan : pola nafas reguler 22
x/menit.
-Tanda kesulitan bernafas : tidak dijumpai tanda kesulitan bernafas.
Pemeriksaan paru
-Infeksi : tidak dilakukan pemeriksaan
-Palpasi : tidak dilakukan pemeriksaan
-Perkusi : tidak dilakukan pemeriksaan
-Auskultasi : tidak dilakukan pemeriksaa
Pemeriksaan jantung
-Inspeksi : tidak dilakukan pemeriksaan
-Palpasi : tidak dilakukan pemeriksaan
-Perkusi : tidak dilakukan pemeriksaan
-Auskultasi : tidak dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan abdomen
-Inspeksi : normal, tidak ada massa,
tidak ada truma, bentuk abdomen datar.
-Palpasi : tidak dilakukan pemeriksaan -Perkusi : tidak dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya
-Genitalia : tidak dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan musculoskeletal/ekstremitas
-Kesimetrisan : ekstremitas bawah tidak simetris
-Kekuatan otot : melemah dengan kekuatan otot skala 2
-Edema : ada, adanya perubahan
jalan berjalan dan perubahan bentuk dan kontraksi
pergerakan melambat
X. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI
1. Pola makan dan minum
-Frekuensi makan/hari : 3 kali
-Nafsu/selera makan : kurang, terlihat nasi yang dimakan bersisa ¼
-Nyeri ulu hati : tidak ada
-Alergi : tidak ada riwayat alergi -Mual dan muntah : tidak ada mual dan muntah
-Waktu pemberian makan : Pagi pukul 09, siang pukul 13,30 dan sore pukul 18.00 wib
-Masalah makan dan minum : klien kurang nafsu makan . II. Perawatan diri/personal hygiene.
-Kebersihan kuku kaki dan tangan : bersih.
III. Pola kegiatan/aktivitas
Uraian aktivitas pasien untuk mandi, makan, eliminasi, ganti pakaian,
dilakukan secara mandiri, sebahagian, atau tota
Aktivitas klien dilakukan sendiri karena tidak ada keluarga yang tinggal di rumah. Dan aktivitas klein terganggu karena adanya pembengkakan pada ekstremitas bawah seperti untuk berdiri dan duduk.
Uraian aktivitas ibadah pasien selama dirawat/sakit
Klien mengatakan ibadahnya terganggu karena adanya pembengkakan pada ekstremitas bawah.
IV. Pola eliminasi
Buang Air Besar (BAB)
-Pola BAB : 2x/seminggu.
-Karakter feses : lembek, dan berwarna kuning.
-Riwayat perdarahan : tidak ada riwayat perdarahan. -BAB terakhir : 5 hari yang lalu.
-Diare : tidak ada.
-Penggunaan laksatif : tidak ada
Buang Air Kecil (BAK)
-Pola BAK : 5-6x/hari
-Karakter urin : kuning.
-Kesulitan BAK : tidak ada kesulitan dalam BAK.
diuretik. -Upaya mengatasi masalah : tidak ada.
Mekanisme Koping
-Adaptif : klien mampu bicara dengan
orang lain
2. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah Keperawatan
1 DS
- Klien mengatakan susah untuk bergerak karena adanya
pembengkakan dan kemerahan
pada kaki kiri. DO
- Tampak pembengkakan pada kaki kiri, kemerahan dan perubahan cara berjalan.
- Pergerakan melambat. - Kekuatan otot
melemah. - Ekstremitas
bagian bawah tidak simetris.
Penurunan kekuatan ekstremitas bawah
- Kekuatan otot skala 2
- Perubahan bentuk
ekstremitas atau mengalami kontaktur.
2 DS
- Klien bertanya mengenai penyebab penyakit yang di deritanya
- Klien mengatakan tidak tahu cara pengobatan penyakit yang di deritanya DO
- Saat di tanya tentang
penyakit dan perawatan tentang penyakitnya klien tampak bingung untuk menjawab.
Kurangnya Pemahaman
Informasi
Kurang pengetahuan Mengenai penyakit
MASALAH KEPERAWATAN
1. Gangguan mobilitas fisik.
2. Kurang pengetahuan mengenai penyakit.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan ekstremitas bawah di tandai dengan adanya pembengkakan, dan kemerahan pada kaki kiri, perubahan cara berjalan, pergerakan melambat, ekstremitas bawah tidak simetris, kekuatan otot dengan skala 2, perubahan bentuk ekstremitas atau mengalami kontraktur.
2. Kurang pengetahuan mengenai penyakit berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi tentang penyakit dan perawatannya di tandai dengan saat di tanya tentang penyakit dan perawatan asam urat klien tampak bingung menjawab, klien bertanya tentang penyebab penyakit dan perawatannya.
4. Perencanaan Keperawatan dan Rasioanal
Hari/
Tgl
No.Dx Perencanan Keperawatan
Selasa 19 Mei 2015
Gangguan mobilitas
fisik
Tujuan : :- Menunjukkan tingkat mobilitas, ditandai
dengan indicator (1-5): ketergantungan, membutuhkan bantuan orang lain dan alat
- Penampilan seimbang - Penampilan posisi tubuh - Pergerakan sendi dan otot
Kriteria Hasil : :- Klien mampu melakukan latihan
aktif/pasif g. Anjurkan ke ahli
terafi fisik
- Informasi kesehatan dapat terpenuhi
Kriteria Hasil :
- Pasien menyatakan pemahaman tentang penyakit
- Pasien mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan
- Pasien mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan
a. Kaji tingkat pengetahuan klien tentang penyakit dan perawatannya.
b. Libatkan keluarga dalam penerimaan informasi
.
e. Jelaskan diet yang dianjurkan pada penderita asam urat.
f. Anjurkan klien untuk mengatur aktivitas dengan istirahat.
atau mencegah faktor penyebab terjadinya asam urat.
e. Diet yang tepat sangat penting bagi penderita asam urat untuk mengurangi
kadar kadar asam urat akibat mengkomsumsi makanan yang banyak
mengandung purin. f. Mengurangi
5. Implementasi dan Evaluasi
3 Mengkaji tingkat mobilisasi pasien dengan tingkatan (0-4) secara berkala. 4 Mengkaji kekuatan
otot/kemampuan
5 Monitor tanda-tanda
vital
6 Mengajarkan pasien dalam latihan ROM
Masalah belum teratasi P:
1. Mengkaji tingkat pengetahuan klien tentang penyakit dan perawatannya. 2. Melibatkan keluarga
dalam penerimaan
Klien mengatakan tidak tahu pasti tentang penyakit dan perawatannya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Gangguan mobilisasi merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak serara bebas, karena kondisi yang mengganggu pekerjaan (aktivitas), misalnya mengalami trauma
tulang belakang, cedera otak berat disertai fraktur pada ekstremitas dan sebagainya (Taufik, 2009).
Pada klien dilakukan pengkajian ditemukan data subjektif, klien mengatakan susah bergerak karena adanya pembengkakan pada kaki yang disebabkan penyakit kronis asam urat yang dideritanya. Klien menderita asam urat sekitar 2 tahun. Selain itu, di dapat juga data objektif yaitu, adanya perubahan jalan berjalan klien, pergerakan melambat, ekstremitas bawah bengkak dan memerah, kekuatan otot melemah dengan skala kekuatan otot 2, ekstremitas bawah tidak simetris dan tampak perubahana bentuk ekstremitas atau mengalami kontaktur.
Dengan data-data diatas maka penulis menegakkan diagnosa keperawatan gangguan mobilitas fisik sebagai masalah prioritas. Untuk menangani masalah gangguan mobilitas fisik tersebut maka dilakukan tindakan keperawatan antara lain : mengkaji tingkat mobilisasi pasien, mengkaji kekuatan otot,memonitor tanda-tanda vital, mengajarkan klien latihan ROM aktif/pasif.
B. SARAN
Daftar pustaka
Alimul, Aziz, 2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia (jilid 1). Jakarta : Salemba Medika
Krisnatuti, Diah, Yenrina Rina. Urifi Vera, 2008). Perencanaan Menu Untuk Penderita Gangguan Asam Urat. Jakarta Penebar swadaya
Potter P & Perry A, (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4. Vol 2. Jakarta EGC
Vaughans W. Bennita, (2013) Keperawatan Dasar. Yogyakarta: Rapha Publishing
Wilkison, J. M, dkk. (2009). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 9. Jakarta: ECG
Catatan Perkembangan
No
DX
Implemtasi dan Evaluasi
Keperawatan
Tindakan Keperawatan Evaluasi
istirahat. mengualangi kembali informasi yang telah diberikan perawat.
A: Masalah teratasi sebagian.
Catatan Perkembangan
No
DX
Implemtasi dan Evaluasi
Keperawatan
Tindakan Keperawatan Evaluasi
Hari/Tgl Pukul
1 Jumat, 22 Mei 2015
09-00 wib 1. Menganjurkan untuk melakukan
jadwal latihan yang di ajarkan