• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan pada Ny. A dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Mobilisasi di Kelurahan Harjosari II Kecamatan Medan Amplas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Asuhan Keperawatan pada Ny. A dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Mobilisasi di Kelurahan Harjosari II Kecamatan Medan Amplas"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

Asuhan Keperawatan pada Ny.A dengan

Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Mobilitas

di Kelurahan Harjosari II Kecamatan Medan Amplas

Karya Tulis Ilmiah (KTI)

Disusun dalam Rangka Menyelesaikan

Program Studi DIII Keperawatan

Oleh

REPNI APRIANTI RAMBE

122500123

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)
(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, serta sholawat dan salam penulis hanturkan kepada Rasulullah SAW, yang telah membawa kealam yang penuh cahaya ilmu seperti saat ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Ny. A dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar

Gangguan Mobilisasi di Kelurahan Harjosari II Kecamatan Medan Amplas” yang

merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi DIII Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun 2012.

Karya Tulis Ilmiah ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan, bimbingan, dan arahan dari semua pihak secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. dr.Dedi Ardinata M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Erniyati S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Evi Karota S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Iksanuddin A. Harahap S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Nur Afi Darti S.Kp, M.Kep Ketua Program Studi DIII Keperawatan Universitas Sumatera Utara Yang telah memberikan kebijakannya.

6. Bapak Mula Tarigan S.Kp, M.Kes selaku Pembimbing yang telah meluangkan waktu, pemikiran serta dengan sabar memberikan bimbingan dan saran-sarannya.

7. Ibu Nunung Febriany Sitepu, S.Kep,Ns,MNS selaku Penguji yang telah meluangkan waktu dan memberikan bimbingan dan saran-sarannya.

8. Segenap Dosen dan Karyawan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. 9. Orangtua tercinta yang telah mendukung dan memberi semangat dalam penyusunan

(5)

10.Keluarga kelolaan saya yang telah memberikan waktu kepada saya untuk melakukan Asuhan Keperawatan

11.Seluruh keluarga tercinta yang juga selalu memberi semangat dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.

12.Teman-teman mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara khususnya (Suci, Desi, Purnama, Putri, Septi, Nurhalimah). Dan program Studi DIII

keperawatan 2012 dan semuanya yang telah membantu saya dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

13.Semua pihak yang penulis tidak dapat sebutkan satu-persatu yang telah memberikan saran sehingga Karya tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari betul bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kesalahan yang perlu dikoreksi dan di perbaiki. Oleh larena itu, kritik dan saran sangat diharapkan untuk perbaikan dikemudian hari. Harapan penulis semoga laporan ini dapat bermamfaat bagi kita semua.

Medan, 28 juli 2015

Penulis

Repni Aprianti rambe

(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iv

DAFTAR TABELvi

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Tujuan 3

C.Mamfaat 4

BAB II PEMBAHASAN 5

A. Konsep Dasar Gangguan Mobilisasi 5

1.1 Definisi Gangguan Mobilisasi 5

1.2 Perubahan Sistem Tubuh Akibat Gangguan Mobilitas 5

1.3 Proses Keperawatan pada Masalah Gangguan Mobilitas 9

1. Pengkajian Gangguan Mobilisasi 9

2. Analisa Data 13

3. Masalah Keperawatan 14

4. Perencanaan 15

5. Implementasi 18

B. Asuhan Keperawatan Kasus 19

1. Pengkajian 19

2. Analisa Data 28

3. Rumusan Masalah 29

4. Perencanaan Keperawatan dan Rasioanl 30

5. Implementasi dan Evalusi 34

BAB III PENUTUP36

A. Kesimpulan 36

B. Saran 37

DAFTAR PUSTAKA

(7)

DAFTAR TABEL

NO Judul Halaman

1. Tingkat Aktivitas/Mobilisasi... 10

2. Derajat Kekuatan Otot ... 11

3. Perencanaan Keperawatan... 15

4. Analisa Data... 26

5. Perencanaan Keperawatan... 28

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asam urat adalah suatu penyakit yang ditandai dengan serangan mendadak dan berulang dari arthritis kristal menosidium urat yang tercampur didalam sendi sebagai akibat dari tingginya kadar asam urat di dalam darah (Diah, dkk, 2008).

Beberapa tahun terakhir ini semakin banyak orang yang dinyatakan oleh dokter menderita suatu penyakit yang diakibatkan oleh tingginya kadar asam urat di dalam darah. Penyakit ini di tandai dengan gangguan linu-linu terutama di daerah persendian tulang dan tidak jarang timbul rasa nyeri yang hebat. Rasa nyeri tersebut diakibatkan adanya radang pada persendian. Radang sendi tersebut ternyata disebabkan oleh penumpukan kristal di daerah persendian akibat tingginya kadar asam urat di dalam darah. Arthitis gout disebabkan kelainan metabolisme yang ada dalam perkembangannya bermanifestasi terhadap peningkatan konsetrasi asam urat dalam serum (Diah, dkk, 2008).

Penyakit radang sendi tersebut sudah dikenal sejak zaman Yunani Kuno. Penyakit tersebut dikenal dengan penyakit gout atau pirai. Kata gout berasal dari bahasa latin guttan yang berarti tetesan. Pada zaman dahulu, asal mula penyakit ini di sangka di sebabkan oleh

adanya racun yang jatuh demi setetes pada persendian (Diah. dkk, 2008).

Sebenarnya asam urat merupakan bagian dari yang normal dari darah dan urin. Asam urat dihasilkan dari pemecahan dan sisa-sisa pembuangan dari bahan makanan tertentu yang mengandung nukleotida purin atau berasal dari nukleotida purin yang diproduksi oleh tubuh. Tingginya kadar asam urat di dalam darah penderita gout disebabkan banyaknya sisa-sisa pembuangan hasil metabolisme puri sedangkan ekskresi asam urat melalui urin terlalu sedikit (Diah, dkk, 2008).

(9)

medis dan pengobatan. Bagi seorang penderita penyakit, baik penyakit kronis maupun akut, diet yang diberikan merupakan salah satu kegiatan upaya penyembuhan (Diah,dkk,, 2008).

Pengaturan makanan sangat perlu dilakukan oleh penderita gout. Terlalu banyak

mengkomsumsi makanan yang tinggi kandungan nukleotida purinnya akan meningkatkan produksi asam urat. Sebaiknya, mengurangi konsumsi makanan dengan kandungan

nukleotida purin rendah akan mengurangi resiko hiperurisemia atau gout (Diah, dkk, 2008).

Menurut Davidson dan anderson (1947), penderita akut maupun kronis mempunyai syarat-syarat diet yang sama, yaitu makanan yang tinggi purin, cukup kalori (sesuai denagn kebutuhan tubuh), tinggi karbohidrat, rendah protein, rendah lemak, tinggi cairan, dan tanpa alkohol (Diah, dkk, 2008).

Penyakit ini menyerang dewasa muda, terutama pada pria. Pada wanita insiden ini menjadi sama setelah menoupause. Prevalensi cenderung makin meningkat akibat peningkatan standar hidup/perubahan gaya hidup. Prevalensi bervariasi dieluruh dunia, pada 1986 di USA diperkirakan mencapai 2% dengan proporsi 13,6: 1000 pria dan 6,4: 1000 wanita; Spanyol 7% dan prancis 17%. Sedangkan di indinesia belum ada angka tresmi tapi pada beberapa daerah dilaporkan Sinjai (Sulawesi Selatan) pria 10% dan wanita $% Minahasa (Sulawesi Utara) pria 34,3% dan wanita 23,31% dan Bandung (Jawa Tengah) pria 24,3% dan wanita 11,7% (Jeffrey, 2009).

Serangan rasa sendi disertai dengan rasa nyeri yang hebat, bengkak, dan merah dan terasa panas pada sendi kaki. Serangan ini akan hilang sendiri dalam beberapa hari (sekitar 10 hari) dan bila diberi obat akan sembuh dalam waktu kurang lebih tiga hari. Interval serangan yang cukup lama dan sendi masih dalam keadaan normal disebut arthritis gout akut (Diah, dkk, 2008)

(10)

Pada penderita gout kronis klien mengalami gangguan pergerakan yang disebut juga dengan gangguan mobilisasi. Gangguan mobilisasi merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan (aktivitas), misalnya mengalami trauma tulang belakang, cedera otak. berat disertai fraktur pada

esktremitas dan sebagainya (Taufik, 2009).

Dimana dengan kemampuan seseorang untuk bergerak untuk bergerak penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran sehari-hari. Mobilitas penuh ini merupakan fungsi saraf motorik volunter dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh seseorang disebut dengan mobilitas penuh. Kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan senrorik pada area tubuhnya disebut dengan mobilitas sebagian (Taufik, 2009).

Berdasarkan peristiwa diatas maka penulis tertarik untuk membahas Asuhan

Keperawatan pada Ny.A dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan

Mobilitas.

B. Tujuan

1. Tujuan umum.

Tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah memberikan gambaran nyata bagi mereka yang mengalami gangguan mobilitas yang dialami oleh klien Ny.A di Kelurahan Harjosari Kecamatan Medan Amplas agar dapat memenuhi kebutuhan dasarnya.

2. Tujuan khusus

1. Melakukan pengkajian pada pasien dengan prioritas masalah kebutuhan dasar gangguan mobilitas.

2. Menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan prioritas masalah kebutuhan

dasar gangguan mobilisasi.

(11)

4. Memberikan implementasi pada pasien dengan prioritas masalah kebutuhan dasar gangguan mobilitas.

5. Melakukan evaluasi pada pasien dengan prioritas masalah kebutuhan dasar gangguan mobilitas.

C. Manfaat

a. Bagi kegiatan belajar mengajar diharapkan dapat dijadikan masukan untuk menambah dan meningkatkan pengetahuan dan wawasan bagi mahasiswa keperawatan serta pembaca pada umumnya dalam memberikan asuhan keperawatan.. b. Bagi Mahasiswa sebagai penambah wawasan dalam ilmu pengetahuan khususnya

kesehatan bagi mahasiswa agar dapat mengaplikasikan ilmunya dalam pendidikan. c. Bagi praktik keperawatan diharapkan dapat memberikan asuhan keperawatan yang

komprehensif dan berpikir kritis dalam melakukan asuhan terhadap pasien khususnya dengan gangguan mobilitas.

(12)

BAB II

PENGELOHAN KASUS

A. Konsep Dasar Gangguan Mobilisasi

1.1 Defenisi Gangguan Mobilisasi

Gangguan mobilisasi adalah ketidakmampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas (Potter & Perry, 2006). Gangguan mobilisasi dapat dibagi menjadi 4, yaitu :

1. Gangguan mobilisasi fisik, merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan tujuan mencegah terjadinya gangguan komplikasi pergerakan, seperti pada pasien dengan hemipligia yang tidak mampu mempertahankan tekanan di daerah paralisis sehingga tidak dapat mengubah posisi tubuhnya untuk mengurangi tekanan.

2. Gangguan mobilitas intelektual, merupakan keadaan ketika seseorang mengalami keterbatasan daya pikir, seperti pada pasien yang mengalami kerusakan otak akibat suatu penyakit.

3. Gangguan mobilitas emosional, keadaan ketika seseorang mengalami pembatasan secara emosional karena adanya perubahan secara tiba-tiba dalam menyesuaikan diri. Sebagai contoh, karena stres berat dapat disebababkan karena bedah amputasi ketika seseorang mengalami kehilangan bagian anggota tubuh atau kehikangan sesuatu yang paling dicintai.

4. Gangguan mobilitas sosial, keadaan individu yang mengalami hambatan dalam melakukan interaksi mempengaruhi perannnya dalam kehidupan sosial (Taufik, 2009).

1.2 Perubahan Sistem Tubuh Akibat Gangguan Mobilisasi

(13)

muskuluskletal, perubahan kulit, perubahan eliminasi (buang air besar dan kecil) dan perubahan perilaku (Taufik, 2009)

a. Perubahan Metabolisme

Perubahan Secara umum gangguan mobilisasi dapat menggau metabilisme secara

normal, mengingat gangguan mobilisasi dapat menyebabkan turunnya kecepatan metabolisme dalam tubuh. Hal tersebut dapat dijumpai pada menurunnya basal

metabolisme rate (BMR) yang menyebabkan energi untuk perbaikan sel-sel tubuh, sehinnga dapat memoengaruhi gangguan oksigenasi sel. Perubahan metabolisme pada klien gangguan mobilisasi dapat mengakibatkan proses anabolisme menurun dan katabilisme meningkat. Keadaan ini dapat berisiko meningkatkan gangguan metabolisme. Proses gangguan mobilisasi dapat juga menyebabkan penurunan ekskresi urin dan peningkatan nitrigen. Hal tersebut dapat ditemukan pada pasien yang mengalami gangguan mobilisasi atropi kalenjar dan katabolisme protein, ketidakserimbangan cairan dan elektrolit, demineralisasi tulang, gangguan dalam mengubah zat gizi, dan gangguan gastrointestina (Taufik, 2009).

b. Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit

Terjadinya ketidakseimbangan cairan dan eletrolit sebagai dampak dari gangguan mobilisasi akan mengakibatkan persendian protein serum berkurang sehingga dapat menganggu kebutuhan cairan tubuh. Disamping itu, berkurangnya perpindahan cairan dari intravaskuler ke intertisial dapat menyebabkan edema sehingga terjadi menyebabkan demineralisasi tulang akibat menurunnya aktivitas otot, sedangkan meningkatkannya demineralisasi tulang dapat mengakibatkan reabsorpsi kalium (Taufik, 2009).

c. Gangguan Pengubahan Zat

Gizi Terjadinya gangguan Zat yang disebabkan oleh menurunnya pemasukan protei dan kalori dapat mengakibatkan pengubahan zat-zatr makanan pada tingkat sel menurun, dimna sel tidak lagi menerima glukosa, asam amino, lemak, dan oksigenasi dalam jumlah yang cukup untuk melaksanakan aktivitas metabilosme (Taufik, 2009).

d. Gangguan Fungsi Gastrointestinal

(14)

cerna, sehingga penurunan jumlah massukan yang cukup dapat menyebabkan keluhan, seperti perut kembung, mual, dan nyeri lambung yang dapat menyebabkan gangguan proses eliminasi (Taufik, 2009).

e. Perubahan Sistem Pernapasan

Gangguan mobilisai menyebabkan terjadinya perubahan sistem pernapasan. Akibat gangguan mobilisasi, kadar haemoglobin menurun, ekspansi paru menurun,

dan terjadinya kelemahan otot yang dapat menyebabkan proses metabolisme terganggu. Terjadinya penurunan kadar haemoglobin dapat menyebabkan penurunan aliaran oksigen dari alveoli ke jaringan, sehinnga menyebabkan anemia. Penurunan ekspansi paru dapat terjadi karena tekanan yang meningkat oleh permukaan paru (Taufik, 2009).

f. Perubahan Kardiovaskuler

Perubahan sistem kardivaskuler akibat gangguan mobilisasi antar lain dapat berupa hipontesi ortostatik, meningkatnya kerja jantung, dan terjadinya pembentukan trombus. Terjadinya hipotensi ortostatik dapat disebabkan oleh menurunnya kemampuan saraf otonom. Pada posisi yang tepat dan lama, refleks neurovaskuler akan menurun dan menyebabkan vasokontrasi, kemudian darah terkumpul pada vena bagian bawah sehingga aliran darah ke sistem sirkulasi pusat terhambat (Taufik, 2009).

g. Perubahan Sistem Muskuloskeletal

Perubahan yang terjadi dalam sistem muskuloskeletal sebagai gangguan mobilisasi adalah sebagai berikut :

a. Gangguan Muskular

Menurunnya massa otot sebagai dampak gangguan mobilisasi dapat menyebabkan

turunnya kekuatan otot secara langsung. Menuerunnya fungsi kapasiats otot ditandai dengan menurunnya stabiliatas. Kondisi berkurangnya massa otot dapat menyebabkan atropi pada otot. Sebagai contoh, otot betis seseorang yang telah dirawat lebih dari enam minggu ukurannya akan lebih kecil selain menunjukkan tanda atau lesu (Taufik, 2009).

(15)

Gangguan mobilisasi juga dapat menyebabkan gangguan skletal, misalnya akan mudah terjadinya kontraktur sendi dan osteoporosis. Kontaraktur merupakan kondisi yang abnormal dengan kriteri adanya fleksi dan fiksasi yang disebabkan atropi dan memedeknya otot. Terjadinya kontraktur dapat menyebabkan sendi dalam kedudukan

yang tidak berfungsi. Osteoporosis terjadi karena reabsorpsi tulang semakin besar, sehigga menyebabkan jumlah kalsim ke dalam darah menurun dan jumlah kalsium

yang dikeluarkan melalui urin semakin besar (Taufik, 2009). c. Perubahan Sistem Integumen

Perubahan sistem integumen yaang terjadi berupa penurunan elastisitas kulit karena menurunnya sirkulasi darah akibat gangguan mobilisasi dan terjadinya iskemia serta nekrosis jaringan superfisial dengan adanya luka dekubitus sebagai akibat tekanan kulit yang kuat dan sirkulasi yang menurun ke jaringn (Taufik, 2009).

d. Perubahan Eliminasi

Perubahan dalam eliminasi misalnya penurunan jumlah urin yang mungkin disebabkan oleh kurangnya asupan dan penurunan curah jantung sehinggan aliran darah renal dan berkurang (Taufik, 2009).

e. Perubahan Perilaku

Perubahan perilaku sebagai akibat gangguan mobilisasi, antara lain timbulnya rasa bermusuhan, bingung, cemas, emosional tinggi, depresi, perubahan siklis tidur, dan menurunnya koping mekanisme. Terjadinya perubahan perilaku tersebut merupakan dampak gangguan mobilisasi karena selama proses gangguan mobilisasi seseorang akan mengalami perubahan peran, konsep diri, kecemasan, dan lain-lain (Taufik, 2009).

1.3Proses Keperawatan pada Masalah Gangguan Mobilisasi

1. Pengkajian Gangguan Mobilisasi

Pengkajian pada masalah pemenuhan kebutuhan mobilisasi adalah sebagai berikut (Taufik, 2009).

(16)

Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alasan klien yang menyebabkan terjadi keluhan/gangguan dalam mobilisasi, seperti adanya nyeri kelemahan otot, kelelahan, tingkat mobilisasi dan gangguan mobilisasi, daerah terganggunya mobilisasi, dan lama terjadinya gangguan mobilisasi.

B. Riwayat Keperawatan Penyakit yang Pernah DiDerita

Pengkajian riwayat penyakit yang berhubungan dengan pemenuhan dengan pemenuhan kebutuhan mobilisasi, misalnya adanay riwayat penyakit sistem neurologis (kecelakaan cerebrovaskular, trauma kepala, peningkatan tekanan intrakranial, miastenia gravis, guilain barre, cedera medula spinalis, dan lain-lain), riwayat penyakit sistem kardiovaskuler (infrak miokard, gagal jantung kongesif), riwayat penyakit sistem muskuloskletal (osteoporosi, fraktur , arthiritis), riwayat penyakit sistem pernapasan (penyakit paru obstruksi menahun, pneumonia, dan lain-lain), riwayat pemakaian obat, seperti sedativa, hipnotik, depresan sistem saraf pusat, laksansia, dan lain-lain.

C. Kemampuan Fungsi Motorik

Pengkajian fungsi motorik antara lain pada tangan kanan dan kiri, kaki kanan dan kaki kiri untuk menilai ada tau tidaknya kelemahan, kekuatan, atau spastis.

D. Kemampuan Mobilisasi

Pengkajian kemampuan mobiulisasi dilakukan denagn tujuan untuk menilai kemampuan gerak ke posisi miring, duduk, berdiri, bangun dan berpindah tanpa bantuan. Kategori tingkat kemampuan aktivitas adalah sebagai berikut.

Tabel 2.1 Tingkat Aktivitas/Mobilisasi

Tingkat Aktivitas/Mobilisasi Kategori

Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara penuh.

Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat.

(17)

Tingkat 3 Memerlukan bantuan atau

pengawasan orang lain dan peralatan

Tingkat 4 Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan atau berpartisipasi dalam perawatan.

E. Kemampuan Rentang Gerak

Pengkajian rentang gerak (range of motion-ROM) dilakukan pada daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul dan kaki.

F. PerubahanIntoleransi Aktivitas

Perubahan intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan perubahan pada sistem pernapasan, antara lain : suara napas, analisa gas darah, gerakan dinding thorak, adanya mukus, batuk yang produktif diikuti panas, nyeri saat respirasi. Pengkajian intoleransi aktivitas terhadap perubahan sistem kardiovaskuler, seperti nadi dan tekanan, gangguan sirkulasi perifer, adanya trombus, serta perubahan tanda vital setelah melakukan aktivitas atau perubahan posisi.

G. Perubahan Otot dan Gangguan Koordinasi

Kekuatan Otot dan Gangguan Koordinasi

Dalam mengkaji kekuatan otot dapat ditentukan kekuatan secara bilateral atau tidak. Derajat kekuatan otot dapat ditentukan dengan :

Tabel 2.2 Derajat kekuatan Otot

Skala Persentase Kekuatan

Normal

Karakteristik

0 10 Paralisis sempurna.

1 10 Tidak ada gerakan. Kontaksi otot dapt di palpasi atau dilihat.

2 25 Gerakan otot penuh melawan

gravitasi dengan topangan.

(18)

3 gravitasi.

4 75 Gerakan penuh yang normal dan

mewan tahana minimal.

5 100 Kekuatan normal melawan gravitasi dan tahana penuh

H. Perubahan Psikolosis

Pengkajian perubahan psikologis yang diseababkan oleh adanya gangguan mobilisasi antara alin perubahan perilaku, peningkatan emosi, perubahan dalam mekanisme koping, dan lain-lain. Selain itu, pengkajian keperawatan harus berfokus pada area fisiologis. Berikut sistem yang harus dikaji pada gangguan mobilisasi yaitu:

a) Sistem Metabolik

Ketika mengkaji sistem metabolik, perwat menggunakan pengukuran antropometrik untuk mengevaluasi atrofi otot, menggunakan pencacatan dan haluran serta data labortorium untuk mengevaluasi stattus cairan, elektrolit, maupun kadar serum protein, mengkaji penyembuhan luka dan mengevaluasi perubahan transport nutrien, mengkaji asupan makanan dan pola eliminasi untuk menentukan fungsi gastrointestinal.Pengukuran asupan dan hakuaran membantu perawat untuk menentukan apakah terjadi ketidakseimbangan cairan. Dehidrasi dan edema dapat meningkatkan laju kerusakan kulit pada klien gangguan mobilisasi. Apabila klien gangguan mobilisasi mempunyai luka, maka kecepatan penyembuahn menunjukan

indikasi niyrient yang di bawa ke jaringan. Kemajuan penyembuhan yang normal mengidentifikasi kebutuhan metabolik jaringan luka (Potter & Perry, 2006).

b) Sistem Respiratori

(19)

keperwatan yang dibutuhkan untuk mengoptimalkan fungsi respiratori (Potter & Perry, 2006).

c) Sistem Kardiovaskuler

Pengkajian Keperawatn kardiovaskuler pada klien gangguan mobilisasi

termasuk memantau tekanan darah. Tekanan darah harus diukur, terutama jiuka beruabh dari berbaring ke duduk atau berdiri akibat risiko terjadi hipotensi ortostatik.

Dengan cara ini kemampuan mentoleransi perubahan posisi dapat dikaji (Potter & Perry, 2006).

d) Sistem Muskukuskeletal

Kelainan muskuluskeletal utama dapat diidentifikasi selama pengkajian keperawatan meliputi penueunan tonus otot, kehilangan massa otot dan kontraktur (Potter & Perry, 2006).

e) Sistem Integumen

Perawat harus terus menerus mengkaji kulit klien terhadap tanda-tanda kerusakan. Kulit harus diobservasi ketika klien bergerak dan diperhatiakn higienisnya (Potter & Perry, 2006).

f) Sistem Eliminasi

Status eliminasi klien harus dievaluasi . Total asupan dan haluaran dievaluasi setiap 24 jam. Tidak adekuat asupan, haluaran cairan dan elektrolit meningkatakan risiko gangguan sistem gingak, bergeser dari infeksi berulang menjadi gagal ginjal, Dehidrasi juga meningkatkan risiko kerusakan kulit, pembentukan trombus, infeksi pernapasan, dan kontisipasi. Komplikasi fisik dapat menurunkan keseluruhan tingkat mobilisasi (Potter & Perry, 2006).

1. Analisa Data

Analisa data mengidentifikasi perubahan kesejajaran tubuh dan mobilisasi yang aktual dan potensial berdasarkan pengumpulan data selama pengkajian. Analisa menampilkan kelompok data yang mengidentifikasi ada atau risiko terjadi masalah (Potter & Perry, 2006)

(20)

kerusakan sistem muskuloskeletal. Pengkajian data harus berisi karakteristik yang bermakan dan tepat untuk mendukung penanaman diagnostik (Potter & Perry, 2006)

Kesejajaran tubuh dan mobilisasi saling berhubungan. Seseorang yang mempunayi kesejajaran tubuh buruk mengurangi mobilisasi. Saat mengidentifikasi

atau mencegah bahaya berhubungan dengan kesejajaran tubuh buruk atau gangguan mobilisasi (Potter & Perry, 2006).

2. Rumusan Masalah

Perawat mampu membuat rumusan masalah terhadap klien dengan gangguan mobilisasi yang aktual maupun berisiko. Perawat dapat merencanakan terapi sesuai derajat risiko klien disesuaikan dengan perkembangan klien, dan rumusan masalah bersifat individu disesuiakan dengan perkembangan klien, tingkat kesehatan, dan gaya hidup (Potter & Perry, 2006).

Lingkungan rumah klien merupakan hal yang penting dipertimbangkan dalam merencanakan terapi data mempertahankan terapi dalam mempertahankan mobilisasi. Rumusan masalah perawat juga termasuk pemahaman kebutuhan klien untuk mempertahankan fungsi motorik, dan kemandirian. Perawat dan klien bekerjasama membuat cara-cara untuk mempertahankan keterlibatan klien dalam asuhan keperawatan dan mencapai mobilisasi yang oftimal dimana klien berada (Potter & Perry, 2006).

Klien berisiko bahaya dikaitkan ketidaktepatan kesejajaran tubuh dan gangguan moblisasi, membutuhkan rencana keperawatan lansung melalui pemberian posisi secara actual atau potensial serta kebutuhan mobilisasi.

Beberapa diagnosis keperawatan mungkin sesuai untuk menunjukkan

kebutuhan mobilitas pasien (Bennita W. Vaughans,2013). a. Mobilitas fisik cacat

b. Intoleransi aktifitas c. Risiko jatuh

(21)

3. Perencanaan

Perencanaan meliputi identifikasi hasil yang diharapkan dan sarana atau intervensi untuk memastikan hasil tersebut tercapai. Pada titik ini, perawat juga harus

mempertimbangkan bagaimana ia dapat mengimplementasikan rencana asuhan dengan cara yang aman. Menjaga mobilitas dengan cara yang aman sebagian terletak

pada penggunaan gerak tubuh yang bagus. Gerak tubuh dapat dideskripsikan sebagai cara seseorang menggunakan tulang, otot, sendi untuk menghasilkan gerakan. Penggunaan gerak tubuh yang tepat mencegah luka pada sistem muskuloskletal (Bennita W, Vaughans, 2013).

Tabel Perencanaan Tindakan Keperawatan

Diagnosa : - Gangguam mobilitas fisik

Tujuan : - Menunjukkan tingkat mobilitas, ditandai dengan

indicator (1-5): ketergantungan, membutuhkan

bantuan orang lain dan alat

- Penampilan seimbang

- Penampilan posisi tubuh

- Pergerakan sendi dan otot

- Melakukan perpindahan/ambulasi(Berjalan)

Kriteria Hasil :- Klien mampu melakukan latihan rentang gerak pada

Sendi/ eksremitas yang terganggu

- Kllien mampu untuk berjalan tanpa alat bantu

- Klien mampu melakukan aktivitas secara mandiri

(22)

4. I oftimal dan menyasar individu yang berisiko mengalami dampak menjadi tidak aktif secara fisik.

2. Tindakan restoratif yaitu tindakan restoratif menyasar individu yang telah mengalami level dan implementasikan untuk meminimalkan dampak negatif dan memperbaiki fungsional optimal sekarang(Bennita W. Vaughans, 2013). a. Kaji tingkat mobilisasi

pasien dengan tingkatan (0-4) secara berkala.

b. Kaji kekuatan

otot/kemampuan

fungsional mobilitas sendi

dengan menggunakan skala kekuatan otot (0-5)

secara teratur.

c. Monitor tanda-tanda vital

d. Ajarkan tehnik ambulasi dan berpindah yang aman

e. Beriakan penguatan positif selama aktivitas

Aktivitas Kolaborasi

f. Anjurkan ke ahli terafi fisik

a. Menunjukan perubahan tingkatan mmobilitas pasien setiap hari

b. Menentukan perkembangan peningkatan kekuatan otot/mobilitas sendi pasien sebelum dan sesudah dilakukan latiahn rentang

gerak ROM

c. Kelumpuhan otot mempengaruhi sirkulasi

e. Mempertahankan atau mengembalikan fungsi tubuh

(23)

Tindakan keperawatan yang dilakukan adalah pengaturan posisi tubuh sesuai kebutuhan pasien serta dalam latihan ROM pasif dan pasif (Taufik, 2009).

1. Pengaturan posisi tubuh sesuai kebutuhan pasien

Pengaturan posisi dalam mengenai masalah kebutuhan mobilisasi dapat disesuaikan dengan tingkat gangguan.

2. Latihan ROM pasif dan aktif

(24)

B. Asuhan Keperawatan Kasus

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI

RUMAH SAKIT UMUM DR.PIRNGADI MEDAN

1.BIODATA

INDENTITAS PASIEN

Nama : Ny.A

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 70 tahun

Status Perkawaninan : Janda

Agama : Islam

Pendidikan : Tidak sekolah

Pekerjaan : IRT

Alamat : Bajak IV Kelurahan Harjosari

Kecamatan Medan Amplas

Tanggal Masuk RS : -

No. Register : -

Ruangan/Kamar : -

Golongan Darah : AB

Tanggal Pengkajian : 18 Mei 2015

Tanggal Operasi : -

Diagnosa Keperawatan : Gangguan Mobilitas Fisik

11. KELUHAN UTAMA

(25)

III. Riwayat Kesehatan Sekarang

A.Provocative/ palliative 1. Apa penyebabnya :

Sebelumnya klien tidak pernah periksa atau kontrol tentang penyakitnya. 2.Hal-hal yang memperbaiki keadaan :

Hal-hal yang dapat memperbaiki keadaaannya belum ada.

B. Quantity/Quality

1.Bagaimana dirasakan

N.y A mengatakan sakit dibagian ekstremitas bawah dan susah untuk bergerak, berjalan.

2.Bagaimana dilihat

Ada pembengkakan dan memerah di bagian ekstremitas bawah.

C. Region

1.Dimana lokasinya

Di daerah ekstremitas bagian bawah kiri. 2.Apakah menyebar

Ny. A mengatakan tidak menyebar.

D. Severety

Klien mengatakan terganggu dengan kondisinya yang sekarang.

E. Time

N.y A mengatakan ketika klien bergerak atau berjalan dan kadang muncul tanpa penyebab.

IV. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

A.Penyakit yang pernah dialami

Klien mengatakan sudah mengalami sakit asam urat sejak dua tahun yang lalu. B.Pengobatan/tindakan yang dilakukan

Klien mengatakan tidak pernah berobat ke rumah sakit atau kepuskesmas hanya membeli obat di warung jika asam uratnya kambuh.

C.Pernah dirawat/dioperasi

(26)

D.Lama dirawat

Tidak pernah

E.Alergi

Klien mengatakan tidak memilki riwayat alergi.

F.Imunisasi

Klien mengatakan tidak pernah mendapatkan imunisasi.

V. Riwayat kesehatan keluarga

A. Orang Tua

Klien mengatakan orang tua klien tidak ada menderita penyakit keturunan atau penyakit yang serius.

B. Saudara Kandung

Klien mengatakan tidak ada saudara kandung klien yang mengalami riwayat penyakit keturunan.

C.Penyakit turunan yang ada

Tidak ada

D.Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

Tidak ada keluarga yang memilki riwayat atau mengalami gangguan jiwa.

E.Anggota keluarga yang meninggal :

Tidak ada

VI. Riwayat keadaan psikososial

A.Persepsi pasien tentang penyakitnya

Klien berpersepsi bahwa penyakit yang dideritanya sekarang berupa teguran dari

Yang Maha Kuasa, agar tetap selalu ingat pada_Nya dan mensyukuri bahwa sehat itu merupakan kekayaan.

B.Konsep diri

Gambaran diri : klien menerima seluruh bagian tubuhnya, tanpa merasa ada yang kurang.

(27)

Harga diri : merendah karena penyakit nya yang dideritanya.

Peran : klien berperan sebagai orangtua yang

memilki anak tiga, dan sebagai nenek bagi cucunya.

Identitas : klien sebagai seorang janda dan mempunyai 3 orang anak laki-laki.

C.Keadaan emosi

Saat melakukan pengkajian keadaan emosi klien stabil..

D. Hubungan sosial

- Orang yang paling berarti : anak adalah orang yang berarti bagi klien.

- Hubungan dengan keluarga : hubungan klien dengan keluarga kurang harmonis dan kurang komunikasi.

- Hubungan dengan orang lain : hubungan klien dengan orang lain

dan komunikasi dengan yang lain terjalin dengan baik.

- Hambatan dalam berhubungan

dengan orang lain : klien memiliki hambatan

berhubungan dengan orang lain karena penyakit yang dideritanya.

E.Spiritual

(28)

VII.PEMERIKSAAN FISIK

A.Keadaan umum

Tingkat kesadaran composmentis dan Ny.A terlihat lemah tidak ada pernapasan

cuping hidung pandangan mata terlihat sayu ketika dilakukan pengkajian.

B.Tanda-tanda vital

-Suhu tubuh : 36,6 O C.

-Tekanan darah : 140/100 mmHg.

-Nadi : 82x/menit.

-Pernafasan : 22x/menit

-Tinggi badan : 155 cm.

-Berat badan : 56 kg.

C.Pemeriksaan Head to toe

Kepala dan rambut

-Bentuk : bulat.

-Ubun-ubun : normal, fontanel berada di tengah, tidak terdapat lesi.

-Kulit kepala : bersih.

Rambut

-Penyebaran dan keadaan rambut: penyebaran merata, kasar, dengan

rambut rambut.

-Bau : normal bau rambut.

-Warna kulit : putih.

Wajah

-Warna kulit : sawo matang. -Struktur wajah : simetris.

Mata

-Kelengkapan dan kesimetrisan : normal, simetris antara dextra dan sinistra.

-Palpebra : normal, dapat menutup

(29)

kemerahan.

-Konjungtiva dan scelera : konjungtiva tidak anemis, sclera putih, tidak ada

kemerahan.

-Pupil : sama antara kiridan kanan. -Kornea dan iris : tidak dilakukan pemeriksaan.

-Visus : tidak dilakukan pemeriksaan. -Tekanan bola mata : tidak dilakukan pemeriksaan Hidung

-Tulang hidung dan posisi septum nasi : normal, berada di tengah. -Lubang hidung : normal, simetris antara

dextra dan sinistra..

-Cuping hidung : tidak ada pernapasan

cuping hidung. Telinga

-Bentuk telinga : simetris antara dextra dan sinistra.

-Ukuran telinga : normal.

-Lubang telinga : normal, bersih.

Mulut dan faring

-Keadaan bibir : kering

-Keadaan gusi dan gigi : bersih

-Keadaan lidah : lembab.

Leher

-Posisi trakea : tidak dilakukan pemeriksaan -Tiroid : tidak ada pembesaran

kelenjar tiroid.

-Suara : jelas namun lemah.

-Denyut dan nadi karotis : teraba kuat. Pemeriksaan integumen

(30)

-Kehangatan : akral dingin.

-Warna : sawo matang.

-Turgor : kembali < 3 detik.

-Kelembaban : kulit teraba kering.

-Kelainan kulit : tidak ada kelainan pada kulit.

Pemeriksaan payudara dan ketiak

Payudara simetris antara dextra sinistra, tidak dijumpai massa, tidak ada trauma, dan tidak ada pembengkakan pada aksila.

Pemeriksaan thoraks/dada

-Inspeksi thoraks (normal, burrel chest, funnel chest, pigeon chest, flail chest, kifos koliasis) : tidak ada kelainan bentuk

-Pernafasan : pola nafas reguler 22

x/menit.

-Tanda kesulitan bernafas : tidak dijumpai tanda kesulitan bernafas.

Pemeriksaan paru

-Infeksi : tidak dilakukan pemeriksaan

-Palpasi : tidak dilakukan pemeriksaan

-Perkusi : tidak dilakukan pemeriksaan

-Auskultasi : tidak dilakukan pemeriksaa

Pemeriksaan jantung

-Inspeksi : tidak dilakukan pemeriksaan

-Palpasi : tidak dilakukan pemeriksaan

-Perkusi : tidak dilakukan pemeriksaan

-Auskultasi : tidak dilakukan pemeriksaan

Pemeriksaan abdomen

-Inspeksi : normal, tidak ada massa,

tidak ada truma, bentuk abdomen datar.

(31)

-Palpasi : tidak dilakukan pemeriksaan -Perkusi : tidak dilakukan pemeriksaan

Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya

-Genitalia : tidak dilakukan pemeriksaan

Pemeriksaan musculoskeletal/ekstremitas

-Kesimetrisan : ekstremitas bawah tidak simetris

-Kekuatan otot : melemah dengan kekuatan otot skala 2

-Edema : ada, adanya perubahan

jalan berjalan dan perubahan bentuk dan kontraksi

pergerakan melambat

X. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI

1. Pola makan dan minum

-Frekuensi makan/hari : 3 kali

-Nafsu/selera makan : kurang, terlihat nasi yang dimakan bersisa ¼

-Nyeri ulu hati : tidak ada

-Alergi : tidak ada riwayat alergi -Mual dan muntah : tidak ada mual dan muntah

-Waktu pemberian makan : Pagi pukul 09, siang pukul 13,30 dan sore pukul 18.00 wib

-Masalah makan dan minum : klien kurang nafsu makan . II. Perawatan diri/personal hygiene.

(32)

-Kebersihan kuku kaki dan tangan : bersih.

III. Pola kegiatan/aktivitas

Uraian aktivitas pasien untuk mandi, makan, eliminasi, ganti pakaian,

dilakukan secara mandiri, sebahagian, atau tota

Aktivitas klien dilakukan sendiri karena tidak ada keluarga yang tinggal di rumah. Dan aktivitas klein terganggu karena adanya pembengkakan pada ekstremitas bawah seperti untuk berdiri dan duduk.

Uraian aktivitas ibadah pasien selama dirawat/sakit

Klien mengatakan ibadahnya terganggu karena adanya pembengkakan pada ekstremitas bawah.

IV. Pola eliminasi

Buang Air Besar (BAB)

-Pola BAB : 2x/seminggu.

-Karakter feses : lembek, dan berwarna kuning.

-Riwayat perdarahan : tidak ada riwayat perdarahan. -BAB terakhir : 5 hari yang lalu.

-Diare : tidak ada.

-Penggunaan laksatif : tidak ada

Buang Air Kecil (BAK)

-Pola BAK : 5-6x/hari

-Karakter urin : kuning.

-Kesulitan BAK : tidak ada kesulitan dalam BAK.

(33)

diuretik. -Upaya mengatasi masalah : tidak ada.

Mekanisme Koping

-Adaptif : klien mampu bicara dengan

orang lain

2. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah Keperawatan

1 DS

- Klien mengatakan susah untuk bergerak karena adanya

pembengkakan dan kemerahan

pada kaki kiri. DO

- Tampak pembengkakan pada kaki kiri, kemerahan dan perubahan cara berjalan.

- Pergerakan melambat. - Kekuatan otot

melemah. - Ekstremitas

bagian bawah tidak simetris.

Penurunan kekuatan ekstremitas bawah

(34)

- Kekuatan otot skala 2

- Perubahan bentuk

ekstremitas atau mengalami kontaktur.

2 DS

- Klien bertanya mengenai penyebab penyakit yang di deritanya

- Klien mengatakan tidak tahu cara pengobatan penyakit yang di deritanya DO

- Saat di tanya tentang

penyakit dan perawatan tentang penyakitnya klien tampak bingung untuk menjawab.

Kurangnya Pemahaman

Informasi

Kurang pengetahuan Mengenai penyakit

(35)

MASALAH KEPERAWATAN

1. Gangguan mobilitas fisik.

2. Kurang pengetahuan mengenai penyakit.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan ekstremitas bawah di tandai dengan adanya pembengkakan, dan kemerahan pada kaki kiri, perubahan cara berjalan, pergerakan melambat, ekstremitas bawah tidak simetris, kekuatan otot dengan skala 2, perubahan bentuk ekstremitas atau mengalami kontraktur.

2. Kurang pengetahuan mengenai penyakit berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi tentang penyakit dan perawatannya di tandai dengan saat di tanya tentang penyakit dan perawatan asam urat klien tampak bingung menjawab, klien bertanya tentang penyebab penyakit dan perawatannya.

4. Perencanaan Keperawatan dan Rasioanal

Hari/

Tgl

No.Dx Perencanan Keperawatan

Selasa 19 Mei 2015

Gangguan mobilitas

fisik

Tujuan : :- Menunjukkan tingkat mobilitas, ditandai

dengan indicator (1-5): ketergantungan, membutuhkan bantuan orang lain dan alat

- Penampilan seimbang - Penampilan posisi tubuh - Pergerakan sendi dan otot

(36)

Kriteria Hasil : :- Klien mampu melakukan latihan

(37)

aktif/pasif g. Anjurkan ke ahli

terafi fisik

- Informasi kesehatan dapat terpenuhi

Kriteria Hasil :

- Pasien menyatakan pemahaman tentang penyakit

- Pasien mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan

- Pasien mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan

(38)

a. Kaji tingkat pengetahuan klien tentang penyakit dan perawatannya.

b. Libatkan keluarga dalam penerimaan informasi

.

(39)

e. Jelaskan diet yang dianjurkan pada penderita asam urat.

f. Anjurkan klien untuk mengatur aktivitas dengan istirahat.

atau mencegah faktor penyebab terjadinya asam urat.

e. Diet yang tepat sangat penting bagi penderita asam urat untuk mengurangi

kadar kadar asam urat akibat mengkomsumsi makanan yang banyak

mengandung purin. f. Mengurangi

(40)

5. Implementasi dan Evaluasi

3 Mengkaji tingkat mobilisasi pasien dengan tingkatan (0-4) secara berkala. 4 Mengkaji kekuatan

otot/kemampuan

5 Monitor tanda-tanda

vital

6 Mengajarkan pasien dalam latihan ROM

Masalah belum teratasi P:

1. Mengkaji tingkat pengetahuan klien tentang penyakit dan perawatannya. 2. Melibatkan keluarga

dalam penerimaan

Klien mengatakan tidak tahu pasti tentang penyakit dan perawatannya.

(41)
(42)

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Gangguan mobilisasi merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak serara bebas, karena kondisi yang mengganggu pekerjaan (aktivitas), misalnya mengalami trauma

tulang belakang, cedera otak berat disertai fraktur pada ekstremitas dan sebagainya (Taufik, 2009).

Pada klien dilakukan pengkajian ditemukan data subjektif, klien mengatakan susah bergerak karena adanya pembengkakan pada kaki yang disebabkan penyakit kronis asam urat yang dideritanya. Klien menderita asam urat sekitar 2 tahun. Selain itu, di dapat juga data objektif yaitu, adanya perubahan jalan berjalan klien, pergerakan melambat, ekstremitas bawah bengkak dan memerah, kekuatan otot melemah dengan skala kekuatan otot 2, ekstremitas bawah tidak simetris dan tampak perubahana bentuk ekstremitas atau mengalami kontaktur.

Dengan data-data diatas maka penulis menegakkan diagnosa keperawatan gangguan mobilitas fisik sebagai masalah prioritas. Untuk menangani masalah gangguan mobilitas fisik tersebut maka dilakukan tindakan keperawatan antara lain : mengkaji tingkat mobilisasi pasien, mengkaji kekuatan otot,memonitor tanda-tanda vital, mengajarkan klien latihan ROM aktif/pasif.

B. SARAN

(43)

Daftar pustaka

Alimul, Aziz, 2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia (jilid 1). Jakarta : Salemba Medika

Krisnatuti, Diah, Yenrina Rina. Urifi Vera, 2008). Perencanaan Menu Untuk Penderita Gangguan Asam Urat. Jakarta Penebar swadaya

Potter P & Perry A, (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4. Vol 2. Jakarta EGC

Vaughans W. Bennita, (2013) Keperawatan Dasar. Yogyakarta: Rapha Publishing

Wilkison, J. M, dkk. (2009). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 9. Jakarta: ECG

(44)

Catatan Perkembangan

No

DX

Implemtasi dan Evaluasi

Keperawatan

Tindakan Keperawatan Evaluasi

(45)

istirahat. mengualangi kembali informasi yang telah diberikan perawat.

A: Masalah teratasi sebagian.

(46)

Catatan Perkembangan

No

DX

Implemtasi dan Evaluasi

Keperawatan

Tindakan Keperawatan Evaluasi

Hari/Tgl Pukul

1 Jumat, 22 Mei 2015

09-00 wib 1. Menganjurkan untuk melakukan

jadwal latihan yang di ajarkan

(47)

Gambar

Tabel 2.1 Tingkat Aktivitas/Mobilisasi
Tabel 2.2 Derajat kekuatan Otot

Referensi

Dokumen terkait

Visual inspections (Figure 7) document the spatial trend that was already displayed in the scatter plot; a significant increase of impervious surface goes along with

Berdasarkan keputusan rupST pada tahun 2014, Laba Bersih perseroan tahun 2013 seluruhnya dicadangkan untuk modal kerja Perseroan dan enitas anak dalam rangka

With use of the personal data definition in the current Directive 95/46/EC and the Draft General Data Protection Regulation, some types of geographic data

CATATAN ATAS INFORMASI TAMBAHAN (Lanjutan) Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2015 (Dinyatakan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain). PT MITRA INVESTINDO Tbk

These collected and created geo-datasets and maps are then published, including a Digital Object Identifier (DOI) to facilitate scholarly reuse and citation of the data, in a web

[r]

In this paper, a new method based on surface skinning technology is provided to generate DEM, this method fits series curves by using curvature change characteristics of point cloud

Analisis Tingkat Risiko Bahaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan Metode Hazard Identification and Risk Assesment (HIRA) pada Pekerja di Galangan Kapal Distrik