• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Persepsi Dukungan Sosial Keluarga dengan Self Regulated Learning Mahasiswi Program Magister USU Yang Telah Menikah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Persepsi Dukungan Sosial Keluarga dengan Self Regulated Learning Mahasiswi Program Magister USU Yang Telah Menikah"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PERSEPSI DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA

DENGAN

SELF REGULATED LEARNING

MAHASISWI

PROGRAM MAGISTER USU YANG TELAH MENIKAH

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Oleh

FILISIA AYUNANI

081301068

F A K U L T A S P S I K O L O G I

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

i

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul :

Hubungan Persepsi Dukungan Sosial Keluarga dengan Self Regulated Learning Mahasiswi Program Magister USU yang Telah Menikah

adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, April 2015

(3)

ii

Hubungan Persepsi Dukungan Sosial Keluarga dengan Self Regulated Learning Mahasiswi Program Magister USU yang Telah Menikah

Filisia Ayunani dan Filia Dina Anggaraeni

ABSTRAK

Mahasiswi program magister yang telah menikah memiliki berbagai kedala dalam proses belajarnya, sehingga memerlukan self regulated learning yang baik. Self regulated learning adalah usaha yang dilakukan mahasiswa dalam mengatur pembelajarnya untuk mencapai hasil belajar yang optimal, dengan menerapkan strategi-strategi belajar. Hal ini dapat berkaitan dengan dukungan sosial keluarga yaitu dukungan yang diterima oleh seseorang dari anggota keluarga, dapat berupa dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informasi.

Penelitian ini bersifat korelasional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan persepsi dukungan sosial keluarga dengan self regulated learning mahasiswi program magister (S2) yang telah menikah dengan menggunakan pendekatan kuantitatif melalui skala sebagai alat pengumpulan data. Data didapat dari 70 orang mahasiswi S2 Universitas Sumatera Utara (USU) yang telah menikah, yang diambil dengan teknik proposional sampling. Data bersifat normal dan linear sehingga analisa data menggunakan korelasi Product Moment dari Person.

Hasil analisa data menunjukkan koefisien korelasi sebesar 0, 46, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan positif antara persepsi dukungan sosial keluarga dengan self regulated learning mahasiswi S2 USU yang telah menikah. Semakin tinggi persepsi dukungan sosial keluarga maka semakin tinggi self regulated learning. Sebaliknya, semakin rendah persepsi dukungan sosial keluarga maka semakin rendah self regulated learning pada mahasiswi S2 USU yang telah menikah.

(4)

iii

The Relationship of Family Social Support Perception With Self Regulated Learning University of North Sumatra Master Degree Students Who Has Been

Married

Filisia Ayunani and Filia Dina Anggaraeni

ABSTRACT

Master degree students who has been married have various problems in their learning process, so they must have good self regulated learning. Self regulated learning is students effort at managing their learning to achieve optimal learning outcome, by implementing learning strategy. This is relates to the support that received by a person from a family member, can be emotional support, esteem support, instrumental support, informational support.

This study is to measure correlation between family social support perception and self regulated learning in University North of Sumatra master degree students who has been married through quantitative approach. The scale has been used to collect data by using propotional sampling technique from 70 university North of Sumatra magister program students. Data is normal and linear, therefore the analysis is done by using Product Moment correlation from Person.

The result of the data shows the correlation coefficient as much as 0,46, so it can be concluded that there is relationship between family social support perception and self regulated learning in University North Sumatra master degree students who has been married. The higher of family social support perception, the higher self regulated learning on University North Sumatra magister program students. In the contrary, the lower family social support perception, the lower self regulated learning on University North Sumatra magister program students.

(5)

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas limpahan karunia, kekuatan, kesehatan, kesempatan, dan keteguhan hati yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Persepsi Dukungan Sosial Keluarga dengan Self Regulated Learning Mahasiswi Program Magister USU Yang Telah Menikah”. Penulisan skripsi ini ditujukan untuk melengkapi persyaratan mencapai Gelar Sarjana Psikologi pada Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada wanita luar biasa, Ibunda Zefikastri, yang tetap bersama penulis dengan penuh kesabaran dan tak pernah lelah mencurahkan segala perhatian, kasih sayang, dukungan, serta do’a kepada penulis hingga saat ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Almarhum Ayahanda Zali Usman akan perhatian, nilai-nilai, serta pembelajaran hidup yang beliau berikan semasa hidupnya. Begitu pula dengan saudara-saudara yang tak pernah bosan mengirim doa dan dukungan: Elfita Irmayani, Elfira Meifiyani, Elfisa Khazastri dan Elfiza Khaterine penulis ucapkan terima kasih. Semoga Allah SWT selalu memberikan kesehatan, limpahan nikmat, dan kasih sayang.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan, dan bimbingan, dari pihak-pihak berikut, penulis akan sulit menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis megucapkan terima kasih kepada:

(6)

v

2. Ibu Filia Dina Anggaraeni M.Pd, selaku Dosen Pembimbing Skripsi penulis. Terima kasih atas segala bimbingan, arahan, kritik dan saran, kesabaran, kesempatan dan kesedian waktu yang diberikan hingga penyelesaian skripsi ini.

3. Kak Dian Ulfasari M.Psi, psikolog selaku dosen yang pernah membimbing penulis dan juga sebagai dosen penguji pada sidang skripsi. Terima kasih atas segala bimbingan, arahan, kritik dan saran, kesabaran, dan kesedian waktu yang diberikan.

4. Kak Dina Nazriani M. A, selaku dosen penguji pada sidang skripsi. Terimakasih atas saran dan masukan kakak sehingga penelitian saya menjadi lebih baik.

5. Kak Ade Rahmawati, M. Psi, psikolog, selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis menjadi mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

6. Seluruh jajaran staf pengajar dan staf Fakultas Psikologi USU untuk ilmu, kesempatan berdiskusi, dan kesediaan memfasilitasi kelancaran proses penelitian ini.

(7)

vi

8. Teman-teman stambuk 2008 Fakultas Psikologi USU, yang selalu memberikan dukungan semangat, dan keceriaan selama perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini.

9. Seluruh mahasiswi program magister Universitas Sumatera Utara yang telah menikah yang bersedia mengisi kuesioner penelitian ini. Terima kasih atas kesedian dan keluangan waktu yang diberikan.

10. Semua pihak dan teman-teman yang mendukung proses penyelesaian penelitian ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT membalas bantuan dan kebaikan yang telah diberikan.

Seberapapun penulis berusaha, karya ini tak bisa tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Kritik akan penulis terima dengan lapang dada dan saran akan penulis jadikan masukan untuk melakukan perbaikan ke depannya. Semoga penelitian ini dapat bernilai dalam upaya merawat keberagaman negeri ini.

Medan, April 2015

(8)

vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 12

C. Tujuan Penelitian ... 13

D. Manfaat Penelitian ... 13

E. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II LANDASAN TEORI ... 15

A. Self Regulated Learning ... 15

1. Pengertian Self Regulation ... 15

2. Pengertian Self Regulated Learning ... 16

3. Perkembangan Self Regulated Learning ... 18

4. Hal yang Mempengaruhi Self Regulated Learning ... 18

5. Strategi Self Regulated Learning ... 20

B. Persepsi Dukungan Sosial Keluarga ... 22

1. Pengertian Persepsi DukunganSosial Keluarga ... 22

(9)

viii

3. Sumber-Sumber Dukungan Sosial ... 28

C. Mahasiswi Program Magister (S2) yang Telah Menikah ... 28

D. Hubungan antara Persepsi Dukungan Sosial Keluarga dengan Self Regulated Learning ... 30

E. Hipotesis Penelitian ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

A. Identifikasi Variabel Penelitian ... 33

B. Definisi Operasional Penelitian ... 34

1. Self Regulated Leaning ... 34

2. Persepsi Dukungan Sosial ... 36

C. Populasi, Sampel dan Metode Pengambilan Sampel ... 38

1. Populasi ... 38

2. Sampel ... 38

3. Metode Pengambilan Sampel ... 39

D. Metode Pengumpulan Data ... 41

E. Uji Coba Alat Ukur Penelitian ... 45

1. Validitas Alat Ukur ... 45

2. Uji Daya Beda Aitem ... 46

3. Reliabilitas Alat Ukur ... 47

F. Hasil Uji Coba Alat Ukur ... 47

1. Hasil Uji Coba Skala Self Regulated Learning ... 47

2. Hasil Uji Coba Skala Persepsi Dukungan Sosial Keluarga.. 50

(10)

ix

1. Tahap Persiapan Penelitian ... 51

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 52

H. Metode Analisa Data ... 53

1. Uji Normalitas ... 53

2. Uji Linearitas ... 54

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ... 55

A. Gambaran Umum Subjek Penelitian ... 55

1. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia ... 55

2. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Pekerjaan ... 55

3. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Masa Kuliah... 56

B. Analisa Data ... 56

1. Uji Normalitas ... 56

2. Uji Linearitas ... 57

C. Hasil Utama Penelitian ... 57

1. Hasil Perhitungan Korelasi antar Variabel ... 57

2. Kategorisasi Data ... 59

D. Pembahasan ... 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 66

A. Kesimpulan ... 66

B. Saran ... 66

1. Saran Metodologis... 66

2. Saran Praktis ... 67

(11)

x

(12)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kendala yang Dihadapi Mahasiswi Program Magister yang Telah

Menikah... 5

Tabel 2. Daftar Sampel Penelitian ... 40

Tabel 3. Blue Print Skala Persepsi Dukungan Sosial Keluarga Sebelum Uji Coba ... 43

Tabel 4. Blue Print Skala Self Regulated Learning Sebelum Uji Coba ... 44

Tabel 5. Distribusi Aitem Skala Self Regulated Learning Setelah Uji Coba .. 48

Tabel 6. Distribusi Aitem Skala Self Regulated Learning ... 49

Tabel 7. Distribusi Aitem Skala Persepsi Dukungan Sosial Keluarga Setelah Uji Coba ... 50

Tabel 8. Distribusi Aitem Skala Persepsi Dukungan Sosial Keluarga ... 51

Tabel 9. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia ... 55

Tabel 10. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Pekerjaan ... 55

Tabel 11. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Masa Kuliah ... 56

Tabel 12. Hasil Uji Normalitas ... 57

Tabel 13. Hasil Uji Linearitas ... 57

Tabel 14. Korelasi antara Dukungan Sosial Keluarga dengan Self Regulated Learning ... 58

Tabel 15. Deskripsi Skor Empirik dan Hipotetik Persepsi Dukungan Sosial Keluarga ... 59

(13)

xii

(14)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A ... 74

I. Hasil Uji Reliabilitas dan Daya Diskriminasi Aitem Skala Self Regulated Learning ... 75

II. Hasil Uji Reliabilitas dan Daya Diskriminasi Aitem Skala Persepsi ... Dukungan Sosial Keluarga ... 82

LAMPIRAN B ... 85

I. Data Subjek Penelitian ... ` 86

II. Kategori Subjek pada Self Regulated Learning dan Persepsi Dukungan Sosial Keluarga ... 88

III. Sebaran Data pada Persepsi Dukungan Sosial Keluarga ... 91

IV. Sebaran Data pada Skala Skala Self Regulated Learning ... 94

LAMPIRAN C ... 97

I. Hasil Uji Asumsi Penelitian ... 98

(15)

ii

Hubungan Persepsi Dukungan Sosial Keluarga dengan Self Regulated Learning Mahasiswi Program Magister USU yang Telah Menikah

Filisia Ayunani dan Filia Dina Anggaraeni

ABSTRAK

Mahasiswi program magister yang telah menikah memiliki berbagai kedala dalam proses belajarnya, sehingga memerlukan self regulated learning yang baik. Self regulated learning adalah usaha yang dilakukan mahasiswa dalam mengatur pembelajarnya untuk mencapai hasil belajar yang optimal, dengan menerapkan strategi-strategi belajar. Hal ini dapat berkaitan dengan dukungan sosial keluarga yaitu dukungan yang diterima oleh seseorang dari anggota keluarga, dapat berupa dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informasi.

Penelitian ini bersifat korelasional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan persepsi dukungan sosial keluarga dengan self regulated learning mahasiswi program magister (S2) yang telah menikah dengan menggunakan pendekatan kuantitatif melalui skala sebagai alat pengumpulan data. Data didapat dari 70 orang mahasiswi S2 Universitas Sumatera Utara (USU) yang telah menikah, yang diambil dengan teknik proposional sampling. Data bersifat normal dan linear sehingga analisa data menggunakan korelasi Product Moment dari Person.

Hasil analisa data menunjukkan koefisien korelasi sebesar 0, 46, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan positif antara persepsi dukungan sosial keluarga dengan self regulated learning mahasiswi S2 USU yang telah menikah. Semakin tinggi persepsi dukungan sosial keluarga maka semakin tinggi self regulated learning. Sebaliknya, semakin rendah persepsi dukungan sosial keluarga maka semakin rendah self regulated learning pada mahasiswi S2 USU yang telah menikah.

(16)

iii

The Relationship of Family Social Support Perception With Self Regulated Learning University of North Sumatra Master Degree Students Who Has Been

Married

Filisia Ayunani and Filia Dina Anggaraeni

ABSTRACT

Master degree students who has been married have various problems in their learning process, so they must have good self regulated learning. Self regulated learning is students effort at managing their learning to achieve optimal learning outcome, by implementing learning strategy. This is relates to the support that received by a person from a family member, can be emotional support, esteem support, instrumental support, informational support.

This study is to measure correlation between family social support perception and self regulated learning in University North of Sumatra master degree students who has been married through quantitative approach. The scale has been used to collect data by using propotional sampling technique from 70 university North of Sumatra magister program students. Data is normal and linear, therefore the analysis is done by using Product Moment correlation from Person.

The result of the data shows the correlation coefficient as much as 0,46, so it can be concluded that there is relationship between family social support perception and self regulated learning in University North Sumatra master degree students who has been married. The higher of family social support perception, the higher self regulated learning on University North Sumatra magister program students. In the contrary, the lower family social support perception, the lower self regulated learning on University North Sumatra magister program students.

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara (Undang-Undang Republik Indonesia No.12 Tahun 2012). Pendidikan memiliki tahapan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan yang disebut dengan jenjang pendidikan. Jenjang pendidikan terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi (UU RI No. 20 Tahun 2003). Pendidikan Tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program diploma, program sarjana, program magister, program doktor, dan program profesi, serta program spesialis, yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi berdasarkan kebudayaan bangsa Indonesia (UU RI No. 12 Tahun 2012).

(18)

penelitian ilmiah. Program S2 tidak seperti perkuliahan pada program sarjana, yang mana pada program ini pelajaran yang disajikan lebih kompleks dan menuntut perhatian khusus dalam pembelajarannya. Mahasiswa S2 harus menyelesaikan 39 sampai 50 sks selama kurun waktu empat sampai sepuluh semester (Webmaster Dikti, 2012). Program S2 adalah kelanjutan program S1, oleh karena itu mata kuliah di S2 lebih advance dan yang dipelajari adalah sub-bidang yang lebih spesifik. Mahasiswa S1 mempelajari (satu atau lebih) metode, sedangkan mahasiswa S2 mengembangkan metode. Oleh karena itu, tugas akhir mahasiswa S1 adalah mengaplikasikan suatu metode untuk menyelesaikan sebuah persoalan, sedangkan tesis S2 mengembangkan metode yang spesifik agar dapat diaplikasikan untuk persoalan yang lebih luas (Munir, 2013).

Mahasiswa S2 dituntut untuk menghadiri jadwal perkuliahan yang padat, mengerjakan tugas perkuliahan yang banyak dan kompleks. Hal ini sesuai yang dinyatakan salah seorang mahasiswi program magister USU:

“Program magister (S2) memiliki jadwal perkuliahan setiap hari, bukan hanya itu walaupun kegiatan di dalam kelas tidak terlalu lama mereka harus tetap pulang larut sore karena tugas perkuliahan yang banyak dan seperti tidak ada habisnya.”

(komunikasi personal, 2014) Selain itu juga sejalan dengan pernyataan salah satu mahasiswa program magister:

(19)

3

hardcopy juga ada. Kalau presentasi, mulai dari tidak ada presentasi sampai presentasi 4 kali untuk satu mata kuliah dan ada yang presentasi berjam-jam

(Ardka, 2012) Universitas Sumatera Utara (USU) merupakan salah satu universitas yang memiliki program studi magister (S2). USU merupakan sebuah universitas negeri yang terletak di Kota Medan, Indonesia. Universitas Sumatera Utara adalah salah satu universitas terbaik di pulau Sumatera dan merupakan universitas negeri tertua di luar Jawa. USU memiliki 14 fakultas antara lain Kedokteran, Hukum, Pertanian, Teknik, Kedokteran Gigi, Ekonomi, Sastra, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Kesehatan Masyarakat, Farmasi, Psikologi, Keperawatan dan Pascasarjana (Bagian Akademik, Universitas Sumatera Utara, 2014).

Program magister biasanya dipenuhi oleh mahasiswa yang rata-rata usianya di atas 20 tahun. Hal ini terlihat pada data wisuda mahasiswa Universitas Sumatera Utara periode IV tahun akademik 2011/2012 dan periode I tahun akademik 2012/2013 yangmana menunjukkan usia mahasiswa S2 termuda yang lulus pada periode tersebut adalah mahasiswa kelahiran tahun 1989 dengan usia sekitar 23 tahun (Biro Akademik, 2012). Menurut data wisuda mahasiswa S2 Universitas Sumatera Utara periode III tahun akademik 2013/2014 menunjukkan usia mahasiswa termuda yang lulus pada periode tersebut adalah mahasiswa kelahiran tahun 1990 dengan usia sekitar 24 tahun (Biro Akademik, 2014).

(20)

mengelola rumah tangga, mengasuh anak, serta mencari kelompok sosial yang menyenangkan. Dalam hal ini berarti tidak menutup kemungkinannya bahwa mahasiswa yang mengikuti program studi magister telah menikah atau menikah pada masa studi S2 nya.

Mahasiswa yang mengikuti studi S2 tidak hanya dijalani oleh mahasiswa laki-laki saja mengingat tujuannya untuk keperluan kerja. Mahasiswa perempuan (mahasiswi) pun ada yang melanjutkan masa studi S2. Karena selain membutuhkan kepuasan dalam hubungan interpersonal dengan keluarga, wanita juga memiliki kebutuhan untuk berprestasi di dunia luar. Dasar dan tingkat dari pendidikan yang didapat sangatlah berkaitan dengan prestasi kerja di masa datang. Sehingga wanita pun berusaha untuk meningkatkan level pendidikannya (Warel & Goodheart, 2006). Hal ini sejalan dengan pendapat Thabrany (1994) yang mengatakan bahwa pendidikan tinggi akan sejalan dengan pendapatan tinggi dan belanjut dengan kelas sosial yang tinggi pula.

(21)

5

hidup baru, serta bagaimana mendidik anak (Hurlock, 1999). Selain itu juga sebagai ibu memiliki peran pengasuhan dan pendidikan anak, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya (Effendi, 1998). Hal ini tentu berbeda dengan mahasiswi yang belum menikah.

Mahasiswa perempuan (mahasiswi) tidak berbeda dengan mahasiswa laki-laki, mereka sama-sama dituntut untuk memberikan hasil yang baik dalam proses pembelajarannya. Mahasiswi yang mengambil keputusan, tetap kuliah dengan memikul status seorang istri tidak terlepas dari permasalahan yang harus mereka hadapi. Berdasarkan survey yang dilakukan peneliti pada sampel 22 subjek mahasiswi program magister pada beberapa fakultas di Universitas Sumatera Utara diperoleh data terdapat kendala yang dihadapi mahasiswi ketika kuliah dengan tanggung jawab seorang istri, hal ini dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Kendala Yang Dihadapi Mahasiswi Program Magister yang Telah Menikah

No. Kendala Jumlah Orang

1. Kesulitan membagi waktu kuliah dengan keluarga 10 2. Masalah dalam mengurus keluarga (pengasuhan anak,

pengurusan rumah tangga, ketidak setujuan keluarga)

9

3. Konsentrasi (fokus) menjadi terganggu 4

4. Masalah biaya 5

(22)

konsentrasinya (fokusnya) menjadi terganggu dan sekitar 4 respon mahasiswi yang menyatakan adanya masalah biaya yang ditimbulkan dari kuliah tersebut, karena harus menambah anggaran keluarga.

Permasalahan yang timbul karena status pernikahan seseorang ketika kuliah dapat berpengaruh terhadap prestasi belajarnya. Berdasarkan data survey yang diperoleh di lapangan menyatakan ada yang menunda masa studinya hal ini terlihat dari hanya 22, 42 % mahasiswi menikah yang masih aktif kuliah, ada yang indeks prestasinya menurun, ada juga yang sulit konsentrasi belajar, dan ada juga yang merasa tidak mempengaruhi nilainya di perkuliahan.

Berdasarkan data wisuda mahasiswa Universitas Sumatera Utara terdapat hampir 50% mahasiswi S2 yang telah menikah menyelesaikan masa studinya lebih dari masa yang seharusnya ia tempuh dalam perkuliahan. Data wisuda mahasiswa periode IV tahun akademik 2011/2012 (Biro Akademik, 2012) menunjukkan sekitar 46%, periode I tahun akademik 2012/2013 menunjukkan angka 32% serta data wisuda periode III tahun akademik 2013/2014 menunjukkan angka 37% Biro Akademik, 2014).

(23)

7

belajar dengan baik. Pengaturan diri dalam belajar untuk mencapai hasil belajar yang optimal disebut dengan self regulated learning.

Menjadi mahasiswa juga diharuskan mampu mengikuti kuliah dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan untuk mencapai prestasi yang optimal. Mahasiswa program magister (S2) memiliki tanggung jawab yang lebih dari program sarjana. Karena tujuan program magister sendiri adalah menyiapkan mahasiswa menjadi intelektual dan/atau ilmuwan yang berbudaya, mampu memasuki dan/atau menciptakan lapangan kerja, serta mampu mengembangkan diri menjadi profesional (UU RI No. 12 Tahun 2012). Sudah sewajarnya mereka melakukan self regulated learning (SRL) yang lebih konsisten.

(24)

menemukan hubungan yang signifikan antara strategi self regulated learning dengan prestasi akademik. Sukadji (2001) menambahkan bahwa agar sukses dalam pendidikan dan berhasil menerapkan ilmu yang diperolehnya, mahasiswa harus menggunakan seluruh potensi yang dimilikinya serta mengatur strategi belajar yang baik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa individu akan memperoleh hasil yang baik, jika memiliki self regulated learning yang baik.

Zimmerman (1989) mendefinisikan self regulated learning sebagai proses belajar dimana peserta didik menggunakan strategi personal untuk mengatur perilaku dan lingkungan belajar secara langsung. Menurut Santrock (2008) self regulated learning adalah kemampuan untuk memunculkan dan memonitor sendiri pikiran, perasaan, dan perilaku untuk tercapainya suatu tujuan. Wolters juga medefinisikan bahwa self regulated learning adalah kemampuan seseorang untuk mengelola secara efektif pengalaman belajarnya sendiri dalam berbagai cara sehingga mencapai hasil yang optimal (dalam Deasmayanti & Armeini, 2007).

(25)

9

Menurut Bandura, Zimmerman, dan Martinez-Pons (dalam Papalia, Old, dan Feldman, 2008) individu yang mengatur dirinya dalam belajar dan meyakini bahwa ia mampu mengatasi bahan-bahan akademik akan memiliki kesuksesan dan prestasi belajar yang tinggi dibandingkan dengan yang tidak menyakini kemampuan dirinya. Usaha individu untuk mencapai tujuan belajar dengan mengaktifkan dan mempertahankan pikiran, emosi dan perilaku disebut regulasi diri dalam belajar (self regulated learning).

(26)

(reviewing the previous tests and assignment in preparation for a test) (Zimmerman & Martinez-Pons, 1986).

Menurut Zimmerman (1990), dalam teori sosial kognitif terdapat tiga hal yang mempengaruhi seseorang melakukan self regulated learning yaitu individu, perilaku, dan lingkungan. Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap self regulated learning dapat berupa lingkungan fisik maupun lingkungan sosial, baik lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan pergaulan dan lain sebagainya. Keluarga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan individu dalam hal belajar (Dalyono, 2007).

(27)

11

bahwa manusia bagaimanapun juga tidak dapat terlepas dari individu yang lain (Sardiman, 2009).

Dukungan sosial menurut Sarafino (2006) adalah berbagai macam dukungan yang diterima oleh seseorang dari orang lain, dapat berupa dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informasi. Chalhoun dan Acocella (1990) mengatakan bahwa orang mempunyai kekuatan untuk memberikan rasa sakit dan senang kepada kita. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa dukungan sosial dapat membantu individu untuk beradaptasi dengan segala situasi dan peristiwa yang tidak diinginkan baik berkaitan dengan kondisi fisik maupun psikologis (Ambarwati, 2008). Sebuah studi yang dilakukan Wentzel (dalam Safree, & Adawiah, 2010) menemukan bahwa dukungan sosial memberikan pengaruh dalam hal motivasi pada performance pelajar. Penelitian Quomma & Geenberg (1994) menemukan bahwa dukungan sosial yang rendah akan meramalkan pada kegagalan. Menurut Baron dan Byrne (2006) dukungan sosial merupakan kenyamanan fisik & psikologis yang diberikan oleh teman/anggota keluarga.

(28)

keluarga dan ada juga yang kurang didukung penuh oleh keluarganya. Hal ini terlihat dari pernyataan mereka yang menyatakan bahwa terkadang mereka masih diprotes suami ketika mengerjakan tugas kuliah di rumah, ada anak yang selalu ingin ditemani dalam bermain, serta adanya berbagai tuntuntan dari suami.

Cobb (dalam Ambarwati, 2008) mengatakan bahwa dukungan sosial yang dialami tidak melalui apa yang dilakukan, akan tetapi dari bagaimana cara dukungan itu diinterpretasikan. Penginterpretasian dari dukungan sosial dapat terjadi karena adanya proses persepsi. Contohnya, terkadang individu percaya bahwa ia membuat sesuatu pernyataan yang mendukung, tetapi penerima mempersepsikan pernyataan tersebut sebagai suatu kritikan atau tuntutan. Para peniliti telah mencapai kesepakatan mengenai dukungan sosial yang menyatakan perkataan dan perbuatan tidak dapat ditentukan oleh orang luar sebagai suatu dukungan, tetapi sebagaimana hal tersebut dipersepsikan oleh penerima (Abbey, dkk dalam Ambarwati, 2008).

Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana hubungan antara persepsi dukungan sosial keluarga dengan self regulated learning pada mahasiswi magister USU yang telah menikah.

B. PERUMUSAN MASALAH

(29)

13

C. TUJUAN PENELITIAN

Untuk melihat bagaimana hubungan persepsi dukungan sosial keluarga dengan self regulated learning pada mahasiswi program magister USU yang telah menikah”.

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberika dua manfaat yaitu secara teoritis dan manfaat secara praktis.

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan secara umum dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan psikologi, khususnya Psikologi Pendidikan dalam melihat hubungan persepsi dukungan sosial keluarga dengan self regulated learning pada mahasiswi yang telah menikah.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dalam penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui gambaran mengenai self regulated learning pada mahasiswi magister USU yang telah menikah, sehingga diharapkan dapat dimanfaatkan dalam upaya meningkatkan self regulated learnig.

b. Untuk mengetahui gambaran persepsi dukungan sosial keluarga pada mahasiswi magister USU yang telah menikah, sehinga diharapkan dapat dimanfaatkan dalam upaya meningkatkan dukungan sosial keluarga.

(30)

dengan self regulated learning, maka diharapkan dapat bermanfaat dalam meningkatkan self regulated learning melalui dukungan sosial keluarga. E. SISTEMATIKA PENELITIAN

Adapaun sistematika penulisan dari penelitian ini adalah: Bab I : Pendahuluan

Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian serta sistematika penelitian.

Bab II: Landasan Teori

Bab ini akan memuat tinjauan teoritis yang menjadi acuan dalam pembahasan masalah. Teori-teori yang dimuat adalah teori yang berhubungan dengan self regulated learning dan dukungan sosial keluarga.

Bab III: Metodologi Penelitian

Pada bab ini dijelaskan mengenai alasan digunakannya pendekatan kuantatif, responden penelitian, teknik pengambilan responden, teknik pengumpulan data, alat bantu pengumpulan data serta prosedur penelitian. Bab IV : Hasil dan Pembahasan

(31)

15 BAB II

LANDASAN TEORI A. SELF REGULATED LEARNING

1. Pengertian Self Regulation

Menurut Schunk (dalam Susanto 2006), regulasi adalah kemampuan untuk mengontrol diri sendiri. Self regulation merupakan penggunaan suatu proses yang mengaktivitasi pemikiran, perilaku, dan perasaan yang terus menerus dalam upaya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Self regulation menurut Bandura adalah suatu kemampuan yang dimiliki manusia berupa kemampuan berfikir, dan dengan kemampuan itu mereka memanipulasi lingkungan, sehingga terjadi perubahan lingkungan akibat kegiatan tersebut.

Zimmerman (dalam Boekaerts & Pintrich, 2000) menjelaskan bahwa individu yang mempunyai kemampuan self regulation adalah individu yang mampu mengerahkan pikiran, perasaan, dan tindakan yang muncul dari diri sendiri secara terencana dan sistematis, sehingga akan terjadi suatu siklus dalam beradaptasi dalam upaya pencapaian tujuan tertentu.

Menurut Bandura (dalam Alwisol, 2009) yang mempengaruhi self regulation yaitu;

a. Faktor eksternal

(32)

guru anak-anak belajar baik buruk, tingkah laku yang dikehendaki dan tidak dikehendaki.

2) Penguatan (reinforcement). Hadiah instrinsik tidak selalu memberi kepuasan, individu membutuhkan insentif yang bersal dari lingkungan eksternal. Standar tingkahlaku dan penguatan biasanya bekerja sama; ketika seseorang dapat mencapai standar tingkahlaku tertentu, penguatan perlu agar tingkah laku semacam itu menjadi pilihan untuk dilakukan lagi.

b. Faktor internal

1) Observasi diri (self observation); dilakukan berdasarkan faktor kualitas penampilan, kuantitas penampilan, orisinalitas tingkahlaku diri, dll. 2) Proses penilaian atau mengadili tingkah laku (judgmental proses);

adalah melihat kesesuaian tingkahlaku dengan standar pribadi, membandingkan tingkahlaku dengan norma standar atau dengan tingkah laku orang lain, menilai berdasarkan pentingnya suatu aktivitas, dan memberi atribusi performansi.

3) Reaksi diri afektif (self response); berdasarkan atas pengamatan dan judgment, orang mengevaluasi diri sendiri positif atau negatif, dan kemudian menghadiahi atau menghukum diri sendiri.

2. Pengertian Self Regulated Learning

(33)

17

pengertian self regulated learning mengacu pada tiga hal yaitu penggunaan strategi self regulated learning, respon individu terhadap feedback untuk diri sendiri mengenai keefektifan belajar, dan proses motivasi yang saling ketergantungan. Self regulated learner dibedakan oleh kesadarannya akan hubungan antara proses regulasi dan hasil pembelajaran, dan penggunaan strategi untuk mencapai tujuan akademinya. Zimmerman (dalam Woolfolk, 2004) menambahkan bahwa self regulated learning merupakan sebuah proses dimana seorang peserta didik mengaktifkan dan mendorong kognisi (cognition), perilaku (behaviour) dan perasaannya (affect) yang secara sistematis berorientasi pada pencapaian suatu tujuan belajar.

Corno dan Madinach (dalam Kerlin, 1992) mendefinisikan self regulated learning sebagai suatu usaha yang dilakukan individu untuk menyelesaikan tugas akademik dengan menggunakan cara-cara yang relevan dan tidak terbatas hanya pada materi pelajaran serta membuat perencanaan dan pengawasan pada proses kognitif dan afektifnya. Menurut Winne (1997) self regulated learning adalah kemampuan seseorang untuk mengelola secara efektif pengalaman belajarnya sendiri di dalam berbagai cara sehingga mencapai hasil belajar yang optimal.

(34)

belajar dan mampu mengantisipasi hasil belajarnya (Zimmerman dalam Schunk & Zimmerman, 1998).

Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa self regulated learningadalah usaha individu dalam mengelola dan mengatur pembelajarannya dengan menggunakan strategi-strategi belajar secara sistematis untuk mencapai hasil belajar yang optimal.

3. Perkembangan Self Regulated Learning

Schunk dan Zimmerman (dalam Woolfolk, 2004) mengemukakan model perkembangan self-regulated learning. Berkembangnya kompetensi self regulated learning dimulai dari beberapa faktor yaitu:

a. Pengaruh sumber sosial: hal ini berkaitan dengan informasi mengenai akademik yang diperoleh dari lingkungan teman sebaya.

b. Pengaruh lingkungan: hal ini berkaitan dengan orang tua dan lingkungannya, sehingga peserta didik dapat menetapkan rencana dan tujuan akademiknya secara maksimal.

c. Pengaruh personal atau diri sendiri: hal ini berkaitan dengan diri sendiri peserta didik yang memiliki andil untuk memunculkan dorongan bagi dirinya sendiri untuk mencapai tujuan belajarnya.

4. Hal yang Mempengaruhi Self Regulated Learning

(35)

19

a. Individu, yang termasuk dalam faktor individu antara lain

1) Pengetahuan individu semakin banyak dan beragam sehingga membantu individu melakukan self regulated learning.

2) Tingkat kemampuan metakognisi individu semakin tinggi sehingga dapat membantu individu melakukan self regulated learning

3) Tujuan yang ingin dicapai, artinya semakin tinggi dan kompleks tujuan yang ingin diraih, semakin besar kemungkinan untuk melakukan self regulated learning.

4) Keyakinan diri, dimana pembelajar yang memiliki taraf self efficacy yang tinggi cenderung akan bekerja lebih keras dan tekun pada tugas akademik ditengah kesulitan, dan lebih baik dalam memantau dirinya dan menggunakan strategi belajar.

b. Perilaku, fungsi perilaku adalah membantu individu menggunakan segala kemampuan yang dimiliki lebih besar dan optimal upaya yang dilakukan individu dalam mengatur proses belajar, akan meningkatkan self regulated learning pada diri individu. Ada 3 tahap perilaku berkaitan dengan self regulated learning yaitu self observation, self judgement, self reaction. Apabila dikaitkan dengan self regulated learning dapat dibedakan menjadi 3 :

1) Behavior self reaction yaitu siswa berusaha seoptimal mungkin dalam belajar

(36)

3) Environmental self reaction yakni siswa berusaha merubah dan menyesuaikan langkah belajar sesuai dengan kebutuhan.

c. Lingkungan, dapat mendukung atau menghambat siswa dalam melakukan aktivitas belajar. Adapun pengaruh lingkungan bersumber dari luar diri pembelajar, dan ini wujudnya bermacam-macam. Pengaruh lingkungan ini berupa social and enactive experience, dukungan sosial seperti dari guru, teman, dan keluarga maupun berbagai bentuk informasi literature dan simbolik lainnya, serta struktur konteks belajar, seperti karakteristik tugas dan situasi akademik.

5. Strategi Self-Regulated Learning

Strategi self regulated learning menurut Zimmerman dan Martinez-Pons (1986) adalah sebagai berikut:

a. Evaluasi terhadap diri (self –evaluating)

Merupakan inisiatif individu dalam melakukan evaluasi terhadap kualitas dan kemajuan pekerjaannya. Individu memutuskan apakah hal-hal yang telah dipelajari telah mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya. Dalam hal ini mahasiswa membandingkan informasi yang didapat dengan beberapa standar atau tujuan yang dimiliki.

b. Mengatur materi pelajaran (organizing and transforming)

(37)

21

c. Membuat rencana dan tujuan belajar (goal setting & planning)

Strategi ini merupakan pengaturan individu terhadap tugas, waktu dan menyelesaikan kegiatan yang berhubungan dengan tujuan tersebut. Perencanaan akan membantu individu untuk mengenali konflik dan krisis yang potensial serta meminimalisir tugas-tugas yang mendesak. Perencanaan juga memungkinkan peserta didik untuk fokus pada hal-hal yang penting bagi perolehan kesuksesan jangka panjang.

d. Mencari informasi (seeking information)

Individu memiliki inisiatif untuk berusaha mencari informasi di luar sumber-sumber sosial ketika mengerjakan tugas. Strategi ini dilakukan dengan menetapkan informasi apa yang penting dan bagaimana cara mendapatkan informasi tersebut.

e. Mencatat hal penting (keeping record & monitoring)

Individu berusaha mencatat hal-hal penting yang berhubungan dengan topik yang dipelajari.

f. Mengatur lingkungan belajar (environmental structuring)

Peserta didik berusaha mengatur lingkungan belajar dengan cara tertentu sehingga membantu mereka untuk belajar dengan lebih baik.

g. Konsekuensi setelah mengerjakan tugas (self consequating)

(38)

h. Mengulang dan mengingat (rehearsing & memorizing)

Peserta didik berusaha mengingat bahan bacaan dengan perilaku overt dan covert.

i. Meminta bantuan teman sebaya (seek peer assistance)

Bila menghadapi masalah yang berhubungan dengan tugas yang sedang dikerjakan, peserta didik meminta bantuan teman sebaya.

j. Meminta bantuan guru/pengajar (seek teacher assistance)

Bertanya kepada guru di dalam atau pun di luar jam belajar dengan tujuan untuk dapat membantu menyelesaikan tugas dengan baik.

k. Mengulang tugas atau test sebelumnya (review test/work)

Pertanyaan-pertanyaan ujian terdahulu mengenai topik tertentu dan tugas yang telah dikerjakan dijadikan sumber informasi untuk belajar.

l. Mengulang catatan (review notes)

Sebelum mengikuti ujian, peserta didik meninjau ulang catatan sehingga mengetahui topik apa saja yang akan di uji.

m. Mengulang buku pelajaran (review texts book)

Membaca buku merupakan sumber informasi yang dijadikan pendukung catatan sebagai sarana belajar.

B. PERSEPSI DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA 1. Pengertian Persepsi Dukungan Sosial Keluarga a. Pengertian Persepsi

(39)

23

hal melalui panca indranya. Persepsi sosial kita adalah pandangan kita terhadap orang lain.

Persepsi memiliki tiga dimensi (Calhoun dan Acocella, 1990):

1. Pengetahuan, yaitu apa yang kita ketahui tentang pribadi lain, wujud lahiriah, perilaku, masa lalu, perasaan, motif dan lainnya.

2. Pengharapan, yaitu gagasan kita tentang orang tersebut menjadi apa dan mau melakukan apa dipadukan dengan gagasan kita tentang seharusnya dia mau menjadi apa dan melakukan apa.

3. Evaluasi, yaitu kesimpulan kita tentang seseorang, didasarkan pada bagaimana seseorang (menurut pengetahuan kita tentang mereka) memenuhi pengharapan kita tentang dia.

b.Pengertian Dukungan Sosial

(40)

dihargai dan dinilai, dan merupakan bagian dari suatu jaringan sosial yang memberikan bantuan dan kewajiban secara timbal balik (Wilis dalam Taylor, 2009)

Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan, dukungan sosial adalah kenyamanan fisik dan psikologis yang dapat berupa dukungan dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informasi atau dukungan kelompok, yang diberikan teman atau keluarga untuk menghadapi setiap permasalahan yang terjadi dalam kehidupan.

c. Keluarga

Keluarga adalah dua atau lebih dari individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Bailon & Maglaya, dalam Effendy 1998). Definisi keluarga berdasarkan Departemen Kesehatan RI adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Effendy, 1998). Menurut Fadly (2009), keluarga biasanya terdiri dari suami, istri, dan juga anak-anak yang selalu menjaga rasa aman dan ketentraman ketika menghadapi segala suka duka hidup dalam arti ikatan luhur hidup bersama.

(41)

25

dikatakan sebuah keluarga. Keluarga adalah pendukung utama bagi individu yang mengalami masalah (Fadly, 2009). Bentuk keluarga terbagi menjadi keluarga inti dan keluarga luas. Keluarga inti merupakan satuan kekerabatan yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak-anak yang tinggal dalam satu rumah. Keluarga inti juga ada yang tidak atau belum memiliki anak. Keluarga luas merupakan satuan kekerabatan yang tidak hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak saja, tetapi juga meliputi lebih dari satu generasi atau terdapat lebih dari satu keluarga inti dalam satu rumah.

Dari berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah unit terkecil masyarakat, terdiri atas minimal suami dan istri, adanya ikatan perkawinan, hidup dalam satu rumah tangga, di bawah asuhan seorang kepala rumah tangga, berinteraksi diantara sesama anggota keluarga, setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing. Ciri-ciri keluarga adalah diikat dalam satu tali perkawinan, ada hubungan darah, ada ikatan batin, ada tanggung jawab dari masing-masing anggotanya, ada pengambilan keputusan, kerjasama diantara anggota keluarga, komunikasi interaksi antar anggota keluarga, serta tinggal dalam satu rumah.

Tiga fungsi pokok keluarga terhadap anggota keluarganya (Effendy, 1998):

(42)

b. Asuh, memenuhi kebutuhan pemeliharaan dan perawatan agar kesehatan selalu terpelihara, sehingga diharapkan memiliki kesehatan baik itu fisik, sosial dan spiritual.

c. Asah, memenuhi kebutuhan pendidikan, sehingga siap menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa depannya.

d. Persepsi Dukungan Sosial Keluarga

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca indranya. Menurut Sarafino (2006) dukungan sosial adalah berbagai dukungan yang diterima seseorang dari orang lain, dapat berupa dukungan emosional, dukungan pernghargaan, dukungan instrumental, serta dukungan informasi. Keluarga adalah dua atau individu yang tergabung karena hubungan perkawinan dan mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Bailon & Maglaya, dalam Effendy 1998). Hubungan perkawinan yang terdiri dari suami dan istri saja dapat dikatakan sebuah keluarga (Houton & Hunt, 1987).

(43)

27

2. Dimensi Dukungan Sosial

Dimensi dukungan sosial menurut Sarafino (2006): a. Dukungan instrumental

Dukungan instrumental merupakan dukungan yang berupa bantuan secara langsung dan nyata seperti memberi atau meminjamkan uang atau membantu meringankan tugas orang yang sedang stres. Bentuk dukungan ini dapat mengurangi stres karena ini dapat langsung memecahkan masalahnya yang berhubungan dengan materi.

b. Dukungan informasional

Dukungan informasional adalah dukungan berupa pemberian informasi, saran atau umpan balik tentang situasi dan kondisi individu. Jenis informasi seperti ini dapat menolong individu untuk mengenali dan mengatasi masalah dengan lebih mudah.

c. Dukungan emosional

(44)

d. Dukungan penghargaan

Dukungan penghargaan adalah dukungan yang terjadi bila ada ekspresi penilaian yang positif terhadap individu, pemberian semangat, persetujuan pada pendapat individu, perbandingan yang positif dengan individu lain.

3. Sumber Sumber Dukungan Sosial

Dukungan sosial yang kita terima dapat bersumber dari berbagai pihak. Kahn & Antonoucci (dalam Orford, 1992) membagi sumber-sumber dukungan sosial menjadi 3 kategori, yaitu:

a. Sumber dukungan sosial yang berasal dari orang-orang yang selalu ada sepanjang hidupnya, yang selalu bersama dengannya dan mendukungnya. Contohnya: keluarga dekat, pasangan suami atau istri, atau teman dekat. b. Sumber dukungan sosial yang berasal dari individu lain yang sedikit

berperan dalam hidupnya dan cenderung mengalami perubahan sesuai dengan waktu. Sumber dukungan ini meliputi teman kerja, dan teman sepergaulan.

c. Sumber dukungan sosial yang berasal dari individu lain yang sangat jarang memberi dukungan dan memiliki peran yang sangat cepat berubah. Meliputi dokter atau tenaga ahli atau profesional, keluarga jauh.

(45)

29

kamus bahasa Indonesia berarti mahasiswa wanita. Sehingga mahasiswi merupakan peserta didik wanita yang belajar pada jenjang pendidikan tinggi di perguruan tinggi.

Pendidikan Tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program diploma, program sarjana, program magister, program doktor, dan program profesi, serta program spesialis, yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi berdasarkan kebudayaan bangsa Indonesia. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 pasal 19 program magister merupakan pendidikan akademik yang diperuntukkan bagi lulusan program sarjana atau sederajat sehingga mampu mengamalkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan/atau teknologi melalui penalaran dan penelitian ilmiah. Berdasarkan pengertian diatas maka mahasiswi program magister merupakan peserta didik wanita yang belajar pada jenjang pendidikan tinggi pada program pendidikan akademik yang diperuntukkan bagi lulusan program sarjana atau sederajat.

(46)

individu yang berlainan jenis serta lahirnya anak-anak (Papalia, Old, & Feldman, 2008).

D. DINAMIKA HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN SELF REGULATED LEARNING

Zimmerman (1989) mendefinisikan self regulated learning sebagai proses belajar dimana peserta didik menggunakan strategi personal untuk mengatur perilaku dan lingkungan belajar secara langsung. Menurut Zimmerman (1990) dalam teori sosial kognitif terdapat tiga hal yang mempengaruhi seseorang sehingga melakukan self regulated learning, yakni individu, perilaku dan lingkungan. Faktor lingkungan dapat berupa lingkungan fisik maupun lingkungan sosial, baik lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan pergaulan dan lain sebagainya. Dalyono (2007) mengatakan bahwa faktor lingkungan keluarga sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan individu dalam belajar. Keluarga adalah pasangan perkawinan dengan atau tanpa anak, yakni hubungan perkawinan yang terdiri dari suami dan istri (Houton & Hunt, 1987).

(47)

31

emosional, dukungan informasional, dukungan instrumental dan dukungan penghargaan (Sarafino, 2006).

Menurut Sarafino (2006) dukungan emosional merupakan dukungan yang diberikan anggota keluarga contohnya suami yang bersifat emosional atau menjaga emosi, atau perasaan, bentuk ini dapat ditunjukkan antara lain dalam bentuk tenang atau tidaknya situasi rumah, akrab atau tidaknya hubungan antar anggota keluarga dan cukup atau kurangnya perhatian. Bentuk dukungan instrumental merupakan dukungan yang diberikan secara langsung dan nyata, bentuk ini dapat ditunjukkan antara lain dengan ada tidaknya media belajar, besar kecilnya tempat belajar, nyaman tidaknya tempat belajar. Bentuk dukungan informasional merupakan dukungan yang diberikan berupa ulasan, informasi atau nasehat mengenai hal yang berhubungan dengan pembelajaran, bentuk ini dapat ditunjukkan dengan baiknya hubungan antar anggota sehingga memungkinan dukungan informasional dapat dengan baik diberikan. Dukungan penghargaan merupakan dukungan yang diberikan anggota keluarga (suami) dalam memberikan penghargaan ataupu balasan atas apa yang dilakukan dalam upaya mengasilkan hasil belajar yang baik, bentuk ini dapat ditunjukkan dalam pemberian pemberian semangat, persetujuan pada pendapat, perbandingan yang positif dengan individu lain.

(48)

Sarafino (2006) adalah bantuan yang berasal dari anggota keluarga (suami) individu yang menerima bantuan. Orang yang mendapatkan dukungan sosial keluarga yang tinggi maka akan banyak mendapatkan dukungan emosional, penghargaan, instrumental, dan informatif dari keluarga. Apabila dukungan emosional tinggi, individu akan merasa mendapatkan dorongan yang tinggi dari anggota keluarga. Apabila penghargaan untuk individu tersebut besar, maka akan meningkatkan kepercayaan diri. Apabila individu memperoleh dukungan instrumental, akan merasa dirinya mendapat fasilitas yang memadai dari keluarga. Apabila individu memperoleh dukungan informatif yang banyak, maka individu akan merasa memperoleh perhatian dan pengetahuan. Hal-hal tersebut berdampak pada self regulated learning individu tersebut menjadi tinggi karena individu mampu mengelola secara efektif pengalaman belajarnya sendiri di dalam berbagai cara sehingga mencapai hasil belajar yang optimal.

E. HIPOTESA PENELITIAN

(49)

33 BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan salah satu elemen penting dalam suatu penelitian, sebab metode penelitian menyangkut cara yang benar dalam pengumpulan data, analisis data dan pengambilan keputusan hasil penelitian (Hadi, 2000). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional kuantitatif, dimana penelitian korelasional menurut Azwar (2000) bertujuan untuk menguji hubungan antara dua variabel. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara persepsi dukungan sosial keluarga dengan self regulated learning mahasiswi program magister USU yang telah menikah.

Dalam penelitian jenis ini, data yang dikumpulkan hanya untuk memverifikasi dan menggambarkan ada tidaknya hubungan antar variabel yang diteliti, namun tidak dapat menerangkan sebab-akibat hubungan tersebut (Hadi, 2000).

A. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN

Variabel dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian yang merupakan faktor yang berperan dalam peristiwa yang akan diteliti (Suryabrata, 2006). Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

(50)

B. DEFINISI OPERASIONAL PENELITIAN

Definisi operasional merupakan definisi dari variabel penelitian yang bersifat operasional dan menggambarkan teknik yang dapat digunakan peneliti untuk mengukur variabel tersebut (Cozby, 2009). Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Self Regulated Learning

Self-regulated learning merupakan usaha yang dilakukan mahasiswa dalam mengatur pembelajarnya untuk mencapai hasil belajar yang optimal, dengan menerapkan strategi-strategi belajar. Self regulated learning akan diukur menggunakan skala yang dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan tiga belas strategi self regulated learning menurut Zimmerman dan Martinez-Pons yaitu:

a. Evaluasi terhadap diri (self evaluating)

Inisiatif individu dalam melakukan evaluasi terhadap kualitas dan kemajuan pekerjaannya. Individu memutuskan apakah hal-hal yang telah dipelajari telah mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya. Dalam hal ini mahasiswa membandingkan informasi yang didapat dengan beberapa standar atau tujuan yang dimiliki.

b. Mengatur materi pelajaran (organizing and transforming)

(51)

35

c. Membuat rencana dan tujuan belajar (goal setting & planning)

Pengaturan individu terhadap tugas, waktu dan menyelesaikan kegiatan yang berhubungan dengan tujuan tersebut.

d. Mencari informasi (seeking information)

Inisiatif untuk berusaha mencari informasi selain dari dosen ketika mengerjakan tugas. Strategi ini dilakukan dengan menetapkan informasi apa yang penting dan bagaimana cara mendapatkan informasi tersebut.

e. Mencatat hal penting (keeping record & monitoring)

Individu berusaha mencatat hal-hal penting yang berhubungan dengan topik yang dipelajari.

f. Mengatur lingkungan belajar (environmental structuring)

Mengatur lingkungan fisik belajar dengan cara tertentu sehingga membantu mereka untuk belajar dengan lebih baik.

g. Konsekuensi setelah mengerjakan tugas (self consequating)

Individu mengatur atau membayangkan reward dan punisment bila sukses atau gagal dalam mengerjakan tugas atau ujian.

h. Mengulang dan mengingat (rehearsing & memorizing)

Individu berusaha mengingat bahan bacaan dengan perilaku overt dan cover.

i. Meminta bantuan teman sebaya (seek peer assistance)

(52)

j. Meminta bantuan guru/pengajar (seek teacher assistance)

Bertanya kepada guru di dalam atau pun di luar jam belajar dengan tujuan untuk dapat membantu menyelesaikan tugas dengan baik. k. Mengulang tugas atau test sebelumnya (review test/work)

Pertanyaan-pertanyaan ujian terdahulu mengenai topik tertentu dan tugas yang telah dikerjakan dijadikan sumber informasi untuk belajar. l. Mengulang catatan (review notes)

Individu membaca kembali catatan untuk lebih memahami mengenai topik yang dipelajari.

m. Mengulang buku pelajaran (review texts book)

Inisiatif individu untuk membaca kembali buku pelajaran (review text book) yang merupakan sumber informasi sebagai sarana belajar. Tinggi rendahnya self regulated learning dilihat melalui tinggi rendahnya skor yang diperoleh pada skala self regulated learning. Semakin tinggi skor skala yang diperoleh akan menunjukkan bahwa subjek memiliki penerepan self regulated learning yang tinggi dan sebaliknya semakin rendah skor skala yang diperoleh akan menunjukkan bahwa subjek memiliki penerepanan self regulated learning yang rendah.

2. Persepsi Dukungan Sosial

(53)

37

permasalahan yang terjadi dalam kehidupan. Persepsi dukungan sosial keluarga akan diukur menggunakan skala yang dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan empat dimensi dukungan sosial menurut Sarafino yaitu:

a. Dukungan instrumental

Bantuan/dukungan yang diberikan oleh keluarga secara langsung dan nyata seperti memberi atau meminjamkan uang atau membantu meringankan tugas orang yang sedang stress.

b. Dukungan informasional

Bantuan/dukungan yang diberikan oleh keluarga dalam pemberian informasi (usulan, saran, atau nasehat) mengenai tugas ataupun yang berhubungan dengan proses perkuliahan.

c. Dukungan emosional

Bantuan/dukungan yang diberikan oleh keluarga bersifat emosional atau menjaga hubungan emosi, afeksi/ekspresi. Bentuk dukungan ini membuat individu memiliki perasaan nyaman, yakin, diperdulikan dan dicintai sehingga dapat menghadapi masalah dengan baik.

d. Dukungan penghargaan

(54)

Semakin tinggi skor yang didapatkan, maka semakin tinggi persepsi mengenai dukungan sosial keluarga yang diterima, dan juga sebaliknya, semakin rendah skor yang didapatkan, maka semakin rendah persepsi mengenai dukungan sosial keluarga yang diterima.

C. POPULASI, SAMPEL DAN METODE PENGAMBILAN SAMPEL 1. Populasi

Menurut Hadi (2000), populasi adalah keseluruhan individu yang akan diselidiki dan mempunyai minimal satu sifat yang sama atau ciri-ciri yang sama dan untuk siapa kenyataan yang diperoleh dari subjek penelitian hendak digeneralisasikan. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswi aktif program magister (S2) USU yang telah menikah. Jumlah seluruh mahasiswi aktif dari 39 program magister (S2) di USU yang telah menikah adalah 341 orang (Bagian Akademik, Biro Rektorat USU).

2. Sampel

(55)

39

diambil semuanya, jika subjeknya besar atau lebih dari 100 orang dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih. Maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 70 orang.

3. Metode Pengambilan Sampel

Hadi (2000) mengatakan bahwa metode pengambilan sampel adalah cara yang digunakan untuk mengambil sampel dari populasi dengan menggunakan prosedur tertentu, dalam jumlah sesuai dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang benar-benar dapat mewakili populasi. Sampel dalam penelitian ini diambil dari seluruh fakultas program S2 yang ada di USU dengan menggunakan teknik proporsional sampling, yaitu mengambil sampel dari tiap-tiap sub populasi dengan memperhitungkan besar kecilnya sub-sub populasi (Hadi, 2002). Rumusnya adalah sebagai berikut (Sugiyono, 2007):

�1 =

n

N × N1

Keterangan :

(56)

Tabel 2. Daftar Sampel Penelitian

6 Perencanaan Pembangunan Wilayah

dan Pedesaan 12

12

341 × 70 2

7 Pengelolaan Sumberdaya Alam dan

Lingkungan 5

21 Ilmu Kesehatan Masyarakat 22 22

341 × 70 5

22 Administrasi dan Kebijakan

Kesehatan 47

47

(57)

41

23 Manajemen Kesehatan Lingkungan

Industri 1

31 Penciptaan Dan Pengkajian Seni 4 4

341 × 70 1

37 Manajemen Properti dan Penilaian

(S-2) 0

(58)

psikologi yang dapat diungkap secara tidak langsung melalui indikator-indikator perilaku yang diterjemahkan dalam bentuk aitem-aitem pernyataan (Azwar, 2000).

Pertimbangan penggunaan skala dalam pengkuran persepsi dukungan sosial keluarga dan self regulated learning adalah sebagai berikut:

1. Subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya.

2. Bahwa apa yang dinyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya.

3. Interpretasi subjek tentang pernyataan-pernyataan yang diajukan kepadanya sudah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti (Hadi, 2000)

Metode skala mempunyai kebaikan-kebaikan dan alasan-alasan penggunaan, yaitu:

1. Pertanyaan disusun untuk memancing jawaban yang merupakan refleksi dari keadaan diri sendiri subyek yang tidak disadari.

2. Skala digunakan untuk mengungkap suatu atribut tunggal. 3. Subjek tidak menyadari arah jawaban yang sesunggunya.

Dalam penelitian ini digunakan dua skala yaitu,

(59)

43

yang mendukung) dan unfavorable (pernyataan yang tidak mendukung). Nilai setiap pilihan bergerak dari 1 sampai 4. Bobot penilaian untuk pernyataan favorable yaitu: TP=1, JR=2, SR=3, SL=4. Sedangkan bobot penilaian untuk pernyataan unfavorable yaitu: TP=4, JR=3, SR=2, SL=1.

Tabel 3. Blue Print Skala Persepsi Dukungan Sosial Keluarga Sebelum Uji Coba No Dimensi Persepsi Dukungan

Sosial Keluarga

2. Skala self regulated learning, disusun berdasarkan strategi-strategi self-regulated learning berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Zimmerman dan Martinez Pons yaitu: evaluasi terhadap diri (self-evaluating), mengatur materi pelajaran (organizing and transforming), membuat rencana dan tujuan belajar (goal setting & planning), mencari informasi (seeking information), mencatat hal penting (keeping record & monitoring), mengatur lingkungan belajar (environtmental structuring), konsekuensi setelah mengerjakan tugas (self-consequating), mengulang dan mengingat (rehearsing & memorizing), meminta bantuan teman sebaya (seek peer assistance), meminta bantuan guru (seek teacher assistance), mengulang tugas atau test sebelumnya (review test/work), mengulang catatan (review notes), mengulang buku pelajaran (review text book).

(60)

SL (selalu). Di dalam alat ukur juga tertera identitas diri yang harus diisi oleh subjek.

Skala disajikan dalam bentuk pernyataan favorable (pernyataan mendukung) dan unfavorable (pernyataan tidak mendukung). Nilai setiap pilihan bergerak dari 1–4. Bobot penilaian untuk pernyataan favorable yaitu: TP=1, JR=2, SR=3, SL=4. Sedangkan bobot penilaian untuk pernyataan unfavorable yaitu: TP=4, JR=3, SR=2, SL=1.

Blue print aitem uji coba skala self-regulated learning dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini:

Tabel 4. Blue-print dan Bobot Relatif Komponen dalam Penyusunan Skala Self Regulated Learning Sebelum Uji Coba

No Kategori Self Regulated Learning Aitem Jlh f (%)

F UF

1 Evaluasi tehadap kemajuan tugas (self evaluating)

1,12,78 28,51,69 6 7, 69 %

2 Mengatur materi pelajaran (organizing dan transforming)

2,50,52 15,29,77 6 7, 69 % 3 Membuat rencana dan tujuan

belajar (goal setting and planning)

3,30,49 16,53,67 6 7, 69 % 4 Mencari informasi (seeking

information)

4,17,48 18,31,54 6 7, 69 % 5 Mencatat hal penting (keeping

record and monitoring)

5,47,68 19,32,55 6 7, 69 % 6 Mengatur lingkungan belajar

(environmental structuring)

6,33,76 20,46,56 6 7, 69 % 7 Konsekuensi setelah mengerjakan

tugas (self consequences)

7,21,75 34,45,57 6 7, 69 % 8 Mengulang dan mengingat

(rehearsing and memorizing)

8,35,44 22,58,74 6 7, 69 %

9 Meminta bantuan teman sebaya (seeking assistance from peers)

9,23,59 36,43,65 6 7, 69 % 10 Meminta bantuan guru (seeking

assistance from teachers)

10,60,64 24,37,42 6 7, 69 % 11 Meninjau kembali buku teks

(Reviewing the textbook)

11,61,63 25,38,73 6 7, 69 % 12 Meninjau kembali catatan

(Reviewing the notes)

(61)

45

13 Meninjau kembali tes sebelumnya dan menyiapkan tes (reviewing the previous tests and assignments in preparation for a test)

14,27,66 40,62,71 6 7, 69 %

Total 39 39 78 100%

E. UJI COBA ALAT UKUR

Menurut Suryabrata (2008) uji coba merupakan langkah yang sangat penting dalam proses pengembangan instrumen karena dari uji coba inilah diketahui informasi mengenai mutu instrumen yang dikembangkan. Syarat utama uji coba alat ukur adalah bahwa karakteristik subjek uji coba harus sama dengan karakteristik subjek penelitian. Tujuan pelaksanaan uji coba alat ukur menurut Azwar (2004) adalah untuk melihat apakah pernyataan setiap aitem dapat dimengerti dan mudah dipahami oleh responden, dan untuk melihat apakah alat ukur mampu mengungkap hal yang hendak diukur dengan baik. Uji coba alat ukur meliputi uji validitas, uji daya beda aitem, dan reliabilitas.

1. Validitas Alat Ukur

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut (Azwar, 2009).

(62)

(validitas muka) dan logical validity (validitas logik).

Validitas muka didasarkan pada penilaian terhadap format penampilan tes, sedangkan validitas logik merujuk pada sejauh mana isi tes merupakan representasi dari ciri-ciri atribut yang hendak diukur (Azwar, 2009). Validitas isi (baik itu validitas muka dan validitas logik) akan diestimasi lewat pengujian aitem melalui professional judgment dari dosen pembimbing peneliti.

2. Uji Daya Beda Aitem

Uji daya beda aitem dilakukan untuk melihat sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan tidak memiliki atribut yang diukur. Dasar kerja yang digunakan dalam analisis aitem ini adalah dengan memilih aitem-aitem yang fungsi ukurnya selaras atau sesuai dengan fungsi ukur tes. Dengan kata lain, memilih aitem yang mengukur hal yang sama dengan apa yang diukur oleh tes secara keseluruhan (Azwar, 2007).

(63)

47

3. Reliabilitas Alat Ukur

Konsep reliabilitas mengacu pada apakah suatu instrumen dapat diinterpretasi secara konsisten dan dapat dipercaya pada situasi yang berbeda-beda (Field, 2009). Reliabilitas alat ukur dapat dilihat dari koefisien reliabilitas yang merupakan indikator konsistensi aitem-aitem tes dalam menjalankan fungsi ukurnya bersama-sama (Azwar, 2007). Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliabel (Azwar, 2009).

Dalam penelitian ini digunakan pendekatan reliablitas konsistensi internal dengan menggunakan single trial administration yaitu suatu bentuk tes yang hanya memerlukan satu kali pengenaan tes pada sekelompok individu sebagai subjek penelitian. Teknik seperti ini dipandang ekonomis, praktis dan berefisiensi tinggi (Azwar, 2009). Teknik yang digunakan adalah teknik koefisien reabilitas Alpha dari Cronbanch.

Koefisien reliabilitas memiliki rentang angka dari 0 hingga 1, dimana semakin mendekati angka 1, maka reliabilitas yang ditunjukkan akan semakin tinggi.

F. Hasil Uji Coba Alat Ukur

1. Hasil Uji Coba Skala Self Regulated Learning

(64)

diujicobakan adalah sebesar 0.925 dan terdapat 2 aitem yang memiliki indeks daya diskriminasi aitem dibawah 0.30. Pada putaran ketiga, reliabilitas alat ukur yang diujicobakan adalah sebesar 0.924 dan semua aitem memiliki indeks daya diskriminasi aitem di atas 0.30.

Berdasarkan pengolahan sebanyak tiga kali putaran, diperoleh 52 aitem yang dapat digunakan di dalam penelitian dengan reliabilitas alat ukur sebesar 0.924 dan daya diskriminasi aitem yang bergerak dari rentang 0.305 – 0.616. Distribusi aitem setelah uji coba dapat dilihat pada tabel 5 :

Tabel 5. Distribusi Aitem Skala Self Regulated Learning Setelah Uji Coba No Kategori Self regulated learning Aitem Jlh f (%)

F UF

1 Evaluasi tehadap kemajuan tugas (self evaluating)

1,12,78 28,51,69 6 7, 69 % 2 Mengatur materi pelajaran

(organizing dan transforming)

2,50,52 15,29,77 6 7, 69 %

3 Membuat rencana dan tujuan belajar (goal setting and planning)

3,30,49 16,53,67 6 7, 69 % 4 Mencari informasi (seeking

information)

4,17,48 18,31,54 6 7, 69 % 5 Mencatat hal penting (keeping

record and monitoring)

5,47,68 19,32,55 6 7, 69 % 6 Mengatur lingkungan belajar

(environmental structuring)

6,33,76 20,46,56 6 7, 69 % 7 Konsekuensi setelah mengerjakan

tugas (self consequences)

7,21,75 34,45,57 6 7, 69 % 8 Mengulang dan mengingat

(rehearsing and memorizing)

8,35,44 22,58,74 6 7, 69 % 9 Meminta bantuan teman sebaya

(seeking assistance from peers)

9,23,59 36,43,65 6 7, 69 % 10 Meminta bantuan guru (seeking

assistance from teachers)

10,60,64 24,37,42 6 7, 69 % 11 Meninjau kembali buku teks

(Reviewing the textbook)

11,61,63 25,38,73 6 7, 69 % 12 Meninjau kembali catatan

(Reviewing the notes)

Gambar

Tabel 1. Kendala Yang Dihadapi Mahasiswi Program Magister yang Telah
Tabel 3.  Blue Print Skala Persepsi Dukungan Sosial Keluarga Sebelum Uji Coba
Tabel 4.  Blue-print dan Bobot Relatif Komponen dalam Penyusunan Skala Self Regulated Learning Sebelum Uji Coba
Tabel 5. Distribusi Aitem Skala Self Regulated Learning Setelah Uji Coba
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi interaksi antara metode eksperimen melalui laboratorium riil dan virtuil, kemampuan berfikir kritis dan gaya belajar

moditi, dalam kegiatan budidaya dan pengolahan. Komoditi perkebunan yang diminati oleh investor baik PMDN maupun PMA berturut-turut coldat, ka- ret, kelapa sawit dan teh.

Kegiatan LDBI ini diikuti oelh perwakilan peserta didik terbaik dari 34 provinsi yang ada Indonesia, dimana setiap tim akan terdiri dari 3 orang peserta didik SMA.. Sehubungan

Suatu informasi rahasia adalah suatu informasi yang tidak terbuka untuk umum, dalam arti kata orang luar, dan bersifat tidak rahasia bagi mereka yang terlibat

Dasar hukum yang pertama, yaitu Pasal 28I ayat (1) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia, ada beberapa syarat yang terpenuhi atau telah dilanggar oleh aparat TNI dan

Jenis penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Adapapun lengkah-langkah dalam PTK Yaitu perncanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi yang

Byong-tae Jeon, PhD President, The Korean Society of Grassland and Forage Science Professor, Konkuk University, Department of Animal S cience.. Masahiko Hirata

Tes hematokrit merupakan bagian dari pemeriksaan darah rutin yang perlu dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kadar tinggi rendahnya Hematokrit pada Rusa Timor