• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENENTU SEKTOR UNGGULAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN STRATEGI PENGEMBANGANNYA (Studi Kasus Kabupaten Magetan Tahun 2010 – 2014)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PENENTU SEKTOR UNGGULAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN STRATEGI PENGEMBANGANNYA (Studi Kasus Kabupaten Magetan Tahun 2010 – 2014)"

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

THE ANALYSIS OF THE MAIN SECTOR FOR THE REGION

DEVELOPMENT’S AND ITS STRATEGY

(Case Study: Magetan Regency in the Year of 2010 – 2014)

Oleh

LUKI DIKTIO ADIKRAMA 20120430058

FAKULTAS EKONOMI

(2)

i

THE ANALYSIS OF THE MAIN SECTOR FOR THE REGION

DEVELOPMENT’S AND ITS STRATEGY

(Case Study Magetan Regency in the Year of 2010 – 2014)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Program Studi Ilmu Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh

LUKI DIKTIO ADIKRAMA 20120430058

FAKULTAS EKONOMI

(3)

ii

DAERAH DAN STRATEGI PENGEMBANGANNYA

(Studi Kasus Kabupaten Magetan Tahun 2010 – 2014)

THE ANALYSIS OF THE MAIN SECTOR FOR REGION

DEVELOPMENT’S AND ITS SRATEGY

(Case Study Magetan Regency in the Year of 2010 – 2014)

Diajukan oleh

LUKI DIKTIO ADIKRAMA 20120430058

Telah disetujui Dosen Pembimbing Pembimbing

Ayief Fathurahman, SE.,M.Si. Tanggal

(4)

iii

THE ANALYSIS OF THE MAIN SECTOR FOR THE REGION

DEVELOPMENT’S AND ITS STRATEGY

(Case Study Magetan Regency in the Year of 2010 – 2014)

Diajukan oleh

LUKI DIKTIO ADIKRAMA 20120430058

Skripsi ini telah Dipertahankan dan Disahkan di depan Dewan Penguji Program Studi Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Tanggal 20 Agustus 2016

Yang terdiri dari

Dr. Endah Saptutyningsih, S.E., M.Si Ketua Tim Penguji

Ayief Fathurrahman, S.E., M.Si Agus Tri Basuki, S.E., M.Si

Anggota Tim Penguji Anggota Tim Penguji

Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

(5)

iv

Dengan ini saya,

Nama : Luki Diktio Adikrama

Nomor Mahasiswa : 20120430058

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul : “ANALISIS PENENTU SEKTOR UNGGULAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN STRATEGI PENGEMBANGANNYA (STUDI KASUS KABUPATEN MAGETAN TAHUN 2010 – 2014)” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan

saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan

oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan

dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya

atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya

bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, 20 Agustus 2016

(6)

v

merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS Al-Bayyinah:7)

“Dengan sungguh-sungguh seorang pedagang mampu mengumpulkan harta, dan

bagi siapa yang menuntut ilmu maka begadanglah.” (nasihat penyair arab)

“Ilmu tidak bisa diraih dengan badan yang santai.” (Yahya bin Katsir

(7)

vi

1. Ibunda dan Ayahanda tercinta.

2. Almamater tercinta Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

(8)

vii

di Kabupaten Magetan. Analisis yang dilakukan dengan membandingkan PDRB

Atas Dasar Harga Konstan 2010 dan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Provinsi

Jawa Timur 2010. Model analisis yang digunakan adalah analisis Shift Share,

analisis Location Quotient, Klassen Typology, dan analisis SWOT.

Berdasarkan hasil analisis SWOT, strategi kebijakan pembangunan sektor

unggulan yang perlu diambil adalah meningkatkan perekonomian daerah melalui

potensi sektor basis, membangun dan meningkatkan kualitas pelayanan bidang

pendidikan dan kesehatan, meningkatkan kualitas sarana dan prasarana publik dan

meningkatkan daya saing perekonomian daerah.

(9)

viii

Konstan 2010 and PDRB Atas Dasar Harga Konstan In the East Java Province

on 2010. The model of analysis that been used is the Shift-Share Analysis,

Location Quotient Analysis, Klassen Typology and SWOT analysis.

According to the SWOT analysis result, the policy strategy of the leading

sector that should be taken is to improve regional economy through a basic

potential sector, to develop and improving the public quality of education and

health, improving the public infrastructure and regional competitiveness.

(10)

ix

kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul

“Analisis Penentu Sektor Unggulan Pembangunan Daerah dan Strategi

Pengembangannya (Studi Kasus Kabupaten Magetan Tahun 2010-2014)”. Shalawat dan salam senantiasa ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW yang

telah menjadi uswatun khasanah bagi kita semua.

Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan

gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Diharapkan skripsi ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi pihak – pihak terkait dalam memajukan sektor basis daerah.

Penyelesaian penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan

dukungan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terimakasih sebanyak – banyaknya kepada :

1. Ayief Fathurrahman, S.E.,M.Si. selaku dosen pembimbing yang sabar

dalam membimbing sampai pada titik skripsi ini terselesaikan.

2. Dr. Nano Prawoto,S.E.,M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi UMY dan

seluruh dosen program studi dan staf prodi Ilmu Ekonomi: Dr. Imammuddin

Yuliadi, SE.,M.Si., Dr. Masyhudi Muqorobin, SE.,Akt.,M.Ec., Dr. Lilies

Setiartiti, Agus Tri Basuki, SE.,M.Si, Dimas Bagus W (kandidat Dr), Pak

(11)

x

Alkarim yang selalu mendukung agar terselesaikannya skripsi ini.

4. Rekan-rekan Kos Krisno Kembar, Bagus, Nanda, Sigit, Mas Reza, Alexco,

Al, Ichsan, Rio, Rizky, Fatki yang secara terang-terangan memberi

dukungan moril dan sedikit finansial demi terselesaikannya skripsi ini.

5. Wafiyulloh Mubarrok, teman seperjuangan yang telah menemani perjalanan

hidup perkuliahan selama ini.

6. Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Islam, khususnya Kepengurusan

HMI Komisariat FE UMY Periode 1436-1437 H / 2015-2016 M. (Gilang,

Rica, Dian, Anggi, Adiba, Donna, Junando, Bayu, Shiddiqi, Teguh. Jeje)

dan senior sekaligus mentor Muhibbuddin Ahmad AM, yang telah

menemani dan berjuang bersama – sama.

7. Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi (HIMIE) UMY.

8. Seluruh pihak yang telah memberikan dukungan dan semangat hingga

skripsi ini selesai.

Sebagai penutup, dalam skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan

kesalahan, oleh karena itu dibutuhkan kritik dan saran yang membangun untuk

hasil yang lebih baik lagi.

Yogyakarta,

(12)

xi

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

INTISARI ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah... 7

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Landasan Teori ... 9

1. Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi ... 9

(13)

xii

BAB III METODE PENELITIAN... 25

A. Obyek Penelitian ... 25

B. Jenis Data ... 25

C. Sumber Data ... 25

D. Teknik Pengumpulan Data ... 26

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 26

F. Model Analisis Data ... 29

BAB IV GAMBARAN UMUM ... 37

A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam ... 36

B. Kependudukan dan Ketenagakerjaan ... 39

C. Perekonomian Kabupaten Magetan ... 41

D. Pendidikan dan Kesehatan ... 44

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 48

A. Analisis Shift Share ... 48

B. Analisis Location Quotient ... 75

C. Analisis Klassen Typology ... 79

D. Analisis SWOT ... 81

BAB V SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN . 90 A. Simpulan ... 90

(14)
(15)

xiv

3.1 Klasifikasi Sektor PDRB menurut Klassen Typology ... 34

3.2 Matrik SWOT ... 36

4.1 Persentase Perbandingan Tingkat Pengangguran Terbuka ... 41

4.2 Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Magetan ... 43

4.3 Jumlah Sekolah dan Perguruan Tinggi Kabupaten Magetan ... 45

4.4 Jumlah Fasilitas Kesehatan Kabupaten Magetan ... 46

5.1 Hasil Perhitungan Shift Share ... 74

5.2 Klasifikasi Sektor Unggulan dan Non Unggulan ... 75

5.3 Hasil Perhitungan Indeks Location Quotient ... 77

5.4 Hasil Analisis Klassen Typology ... 80

(16)

xv

(17)
(18)

di Kabupaten Magetan. Analisis yang dilakukan dengan membandingkan PDRB

Atas Dasar Harga Konstan 2010 dan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Provinsi

Jawa Timur 2010. Model analisis yang digunakan adalah analisis Shift Share,

analisis Location Quotient, Klassen Typology, dan analisis SWOT.

Berdasarkan hasil analisis SWOT, strategi kebijakan pembangunan sektor

unggulan yang perlu diambil adalah meningkatkan perekonomian daerah melalui

potensi sektor basis, membangun dan meningkatkan kualitas pelayanan bidang

pendidikan dan kesehatan, meningkatkan kualitas sarana dan prasarana publik dan

meningkatkan daya saing perekonomian daerah.

(19)

Konstan 2010 and PDRB Atas Dasar Harga Konstan In the East Java Province

on 2010. The model of analysis that been used is the Shift-Share Analysis,

Location Quotient Analysis, Klassen Typology and SWOT analysis.

According to the SWOT analysis result, the policy strategy of the leading

sector that should be taken is to improve regional economy through a basic

potential sector, to develop and improving the public quality of education and

health, improving the public infrastructure and regional competitiveness.

(20)

1

A. Latar Belakang Masalah

Dalam pembangunan nasional ada salah satu aspek penting yang

nantinya akan menjadi tujuan akhir meningkatkan kesejahteraan

masyarakat, yaitu pembangunan ekonomi. Untuk mencapai pembangunan

yang mantap, adil, dan merata, pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu

target dalam mencapai tujuan dalam proses pembangunan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi yang meningkat dan juga pemerataan pendapatan

dibutuhkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, namun

pertumbuhan ekonomi di suatu daerah juga terdapat masalah dari beberapa

faktor seperti salah satunya yaitu kebijakan pemerintah itu sendiri yang

dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

Pembangunan ekonomi bukan merupakan proses yang harmonis atau

gradual, tetapi merupakan perubahan yang spontan dan tidak terputus-putus.

Pembangunan ekonomi disebabkan oleh perubahan terutama dalam

lapangan industri dan perdagangan. Pembangunan ekonomi berkaitan

dengan pendapatan perkapita dan pendapatan nasional. Pendapatan

perkapita yaitu pendapatan rata-rata penduduk suatu daerah sedangkan

pendapatan nasional merupakan nilai produksi barang-barang dan jasa-jasa

yang diciptakan dalam suatu perekonomian di dalam masa satu tahun.

Pertambahan pendapatan nasional dan pendapatan perkapita dari masa ke

(21)

juga perkembangan tingkat kesejahteraan masyarakat suatu daerah. Dalam

pengertian pembangunan ekonomi yang dijadikan pedoman adalah sebagai

suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu

masyarakat meningkat dalam jangka panjang (Suryana, 2000:5).

Pemanfaatan potensi daerah merupakan hal mutlak dalam

pembangunan ekonomi. Potensi daerah yang dikelola secara baik akan

berdampak positif terhadap kesejahteraan masyarakat dan ekonomi menjadi

stabil. Efek lain dari pengelolaan yang baik dalam potensi daerah tersebut,

yaitu pemerataan pendapatan masyarakat. Pemerataan pendapatan

masyarakat menjadi salah satu indikator untuk menilai sejauh mana

kesejahteraan masyarakat daerah tersebut.

Proses lajunya pertumbuhan ekonomi suatu daerah ditunjukkan

dengan menggunakan tingkat pertambahan PDRB (Produk Domestik

Regional Bruto), sehingga tingkat perkembangan PDRB per kapita yang

dicapai masyarakat seringkalisebagai ukuran kesuksesan suatu daerah dalam

mencapai cita-cita untuk menciptakan pembanguna ekonomi. (Prishardoyo

2008)

Pembangunan daerah dapat dikategorikan dalam berbagai sektor

ekonomi, yaitu: pertanian, kehutanan, dan perikanan, pertambangan dan

penggalian, industri pengolahan, pengadaan listrik dan gas, pengadaan air,

pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang, konstruksi, perdagangan besar

dan eceran, transportasi dan pergudangan, penyediaan akomodasi dan

(22)

jasa perusahaan, administrasi pemerintah, jasa pendidikan, jasa kesehatan

dan kegiatan sosial, dan jasa lainnya, yang menjadi kategori secara makro

pertumbuhan dan peningkatan PDRB dari tahun ke tahun merupakan

indikator keberhasilan.

Menurut Lincolin Arsyad 1999, setiap upaya pembangunan ekonomi

daerah mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan jumlah dan jenis

peluang kerja untuk masyarakat daerah.Dalam upaya untuk mencapai tujuan

tersebut, pemerintah daerah dan masyarakatnya harus secara bersama-sama

mengambil inisiatif membangun daerah. Pemerintah daerah beserta

partisipasi masyarakatnya dan dengan menggunakan sumberdaya yang ada

berupaya menginventarisir potensi sumberdaya yang ada untuk merancang

dan membangun perekonomian daerah. Perbedaan kondisi daerah membawa

implikasi bahwa corak pembangunan yang ditetapkan dan berhasil pada

suatu daerah yang belum tentu memberikan manfaat yang sama bagi daerah

lain. Jika akan membangun suatu daerah, kebijakan yang diambil harus

sesuai dengan kondisi (masalah, kebutuhan dan potensi) daerah yang

bersangkutan. Oleh karena itu, penelitian yang mendalam tentang keadaan

tiap daerah harus dilakukan untuk mendapatkan data dan informasi yang

berguna bagi penentuan perencanaan pembangunan daerah yang

bersangkutan.

Otonomi daerah menjadi bukti kesungguhan pemerintah daerah dalam

membangun daerah dengan mengeluarkan UU No. 22 Tahun 1999 tentang

(23)

dan UU No. 25 Tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara

pemerintah pusat dan daerah yang kemudian direvisi menjadi UU No. 33

Tahun 2004 dan direvisi kembali menjadi UU. No. 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintah Daerah.

Dengan adanya otonomi daerah harapannya adalah pemerintah daerah

dapat mengelola rumah tangganya sendiri untuk terus membangun

daerahnya dengan konsekuensi pemerintah daerah beserta perangkatnya

harus bekerja keras agar mampu mencapai apa yang menjadi tujuan

pembangunan ekonomi.

Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang memiliki

karakteristik yang unik dengan mengandalkan industri pengolahan. Hal ini

tercermin dari besarnya sumbangan industri pengolahan dalam PDRB

Provinsi Jawa Timur. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi di tahun 2014

dengan 5.86 persen, sedikit lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional

yang mencapai 5,06 persen.

Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur

GAMBAR 1.1

Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Timur 2011 – 2014 (persen)

2011 2012 2013 2014

Laju Pertumbuhan

Ekonomi Jawa Timur 6,44 6,64 6,08 5,86 5

5,5 6 6,5 7

(24)

Gambar 1.1 diatas menunjukkan selama tahun 2011 – 2014, laju pertumbuhan ekonomi Jawa Timur memiliki kecenderungan meningkat. Di

tahun 2011, laju pertumbuhan ekonomi Jawa Timur sebesar 6,44 persen

kemudian meningkat ditahun 2012 menjadi 6,64 persen dan selanjutnya

pada tahun 2014 tercatat sebesar 5,86 persen.

Magetan merupakan Kabupaten yang terletak di ujung barat Provinsi

Jawa Timur, dan berada pada ketinggian antara 60 sampai dengan 1.660

meter diatas permukaan laut. Magetan merupakan kabupaten terkecil ke dua

se Jawa Timur setelah Sidoarjo, dengan luas seluruh Kabupaten Magetan

688,85 km2 dengan jumlah penduduk sebanyak 696.124 jiwa.

Sumber: BPS Kab. Magetan 2014

GAMBAR 1.2

Kontribusi Kategori/Lapangan Usaha Terhadap PDRB tahun 2014

Katergori pertanian, kehutanan dan perikana menjadi kontribusi

PBDB unggulan di Kabupaten Magetan. Ditahun 2014 saja, 31,84%

PDRBnya disumbang dari pertanian, kehutanan, dan perikanan, kedua Pertanian;

(25)

adalah dari sepeda motor dengan 14,83%, dan ketiga adalah dari industri

pengolahan dengan besaran 9,75%.

Aktifitas ekonomi yang terus berjalan secara berkesinambungan

memberi dampak terhadap perubahan struktur ekonomi. Pada periode

2010-2014 peranan kategori pertanian, kehutanan dan perikanan mengalami

penurunan dari 34,07% ditahun 2010 menjadi 31,84% pada tahun 2014.

Walaupun peranannya cenderung turun, kategori pertanian, kehutanan dan

perikanan tetap menjadi basis ekonomi masyarakat Magetan mengingat

tingginya penyerapan pada kategori ini. Penyerapan terendah ada pada

katogeri pengadaan listrik dan gas yang pada tahun 2010 sebesar 0,06%

meningkat ditahun 2014 sebesar 0,07%.

Kabupaten Magetan merupakan daerah potensial, oleh sebab itu selain

penjelasan diatas yang menjadi latar belakang penelitian ini adalah

pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat sehingga membutuhkan

kebutuhan ekonomi yang semakin tinggi. Pemenuhan ekonomi tersebut

harus berorientasi pada penambahan pendapatan. Konsekuensinya,

pemerintah daerah harus mampu memfokuskan pengembangan pada

sektor-sektor unggulan yang memiliki dampak terhadap sektor-sektor-sektor-sektor lainnya atau

perekonomian secara keseluruhan.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, menarik untuk dilakukan

penelitian mengenai “Analisis Penentu Sektor Unggulan Pembangunan

(26)

B. Batasan Masalah Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti membatasi masalah pada mengkaji sektor

ekonomi potensial yang dapat mendukung pengembangan pertumbuhan

wilayah Kabupaten Magetan dengan pendekatan Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB) berdasakan data tahun 2010-2014.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakan diatas, permasalahan yang dapat diteliti,

yaitu :

1. Sektor manakah yang merupakan sektor ekonomi unggulan di

Kabupaten Magetan.

2. Sektor apa yang menjadi basis untuk dikembangkan sebagai penunjang

ekonomi Kabupaten Magetan.

3. Bagaimana strategi pengembangan sektor unggulan dan non unggulan

untuk pembangunan wilayah dengan bantuan analisis SWOT.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui sektor apa yang menjadi basis untuk dikembangkan

sebagai penunjang ekonomi Kabupaten Magetan.

2. Untuk mengetahui sektor manakah yang merupakan sektor ekonomi

unggulan di Kabupaten Magetan.

3. Untuk mengetahui bagaimana strategi pengembangan sektor unggulan

dan non unggulan untuk pembangunan wilayah dengan bantuan

(27)

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diharapkan dari penelitian ini, yaitu :

1. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana penerapan dan

implementasi teori-teori yang diterima pada saat kuliah di lapangan.

2. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi mengenai

kondisi perekonomian Kabupaten Magetan.

3. Bagi Pemerintah Daerah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran dan sebagai bahan masukan dalam menentuan arah

(28)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi

Berikut adalah beberapa definisi pembangunan ekonomi menurut

beberapa ahli. Pembangunan ekonomi diartikan sebagai peningkatan

pendapatan per kapita masyarakat, yaitu tingkat pertambahan Gross

Domestic Product (GDP) pada satu tahun tertentu melebihi tingkat

pertambahan penduduk. Menurut Sukirno (1981), perkembangan GDP

yang berlaku dalam suatu masyarakat yang dibarengi oleh perubahan dan

moderenisasi dalam struktur ekonomi ekonomi yang umumnya tradisional,

sedangkan pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan itu lebih besar

dalam GDP tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau apakah

terjadi perubahan struktur atau tidak.

Pembangunan ekonomi adalah sebagai proses yang menggambarkan

adanya pengembangan, baik meliputi proses pertumbuhan (growth)ataupun

perubahan (change) dalam kehidupan bersama (organisasi) sosial dan

budaya. Hal ini tidak lain merupakan gambaran umum masyarakat luas

(society) (Sajogyo, 1985). Menurut Lincolin Arsyad (1996) pembanguna

ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan

riil perkapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang dan disertai oleh

perbaikan sistem kelembagaan. Sedangkan menurut Sumitro

(29)

pembanguna ekonomi mencakup perubahan pada komposisi produktif

(productive resources) diantara kegiatan ekonomi, perubahan pada pola

pembagian (distribusi) kekayaan dan pendapatan diantara berbagai golongan

pelaku ekonomi, perubahan pada kerangka kelembagaan (institutional

framework) dalam kehidupan masyarakat secara menyeluruh.

Dalam pemikiran Todaro, keberhasilan pembangunan ekonomi

ditunjukkan oleh tiga nilai pokok, yaitu:

1. Berkembangnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan

pokoknya (basic needs).

2. Meningkatnya rasa harga diri (self-esteem) masyarakat sebagai

manusia.

3. Meningkatkan kamauan masyarakat untuk memilih (freedom from

servitude) yang merupakan salah satu dari hak asasi manusia.

Dalam penelitian Kurniati (2015) bahwa pembangunan ekonomi

memiliki empat sifat penting pembangunan ekonomi, yaitu suatu proses

yang berarti perubahan yang terjadi terus-menerus, usaha untuk menaikan

pendapatan per kapita, kenaikan pendapatan perkapita itu harus terus

berlangsung dalam jangka panjang, perbaikan sistem kelembagaan di segala

bidang (misalnya ekonomi, politik, hukum, sosial, dan budaya)

Definisi pertumbuhan ekonomi menurut Arsyad (1997), adalah

pertumbuhaan ekonomi diartikan sebagai kenaikan GDP tanpa memandang

apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan

(30)

mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi memerlukan bandingan

pendapatan nasional dari tahun ke tahun. Dalam membandingkan hal

tersebut harus disadari bahwa perubahan nilai pendapatan nasional dari

tahun ke tahun dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu perubahan tingkat

kegiatan ekonomi dan perubahan harga-harga. Munculnya pengaruh dari

faktor yang kedua tersebut didasari oleh penilaian pendapatan nasional

menurut harga yang berlaku pada tahun yang bersangkutan. Suatu keadaan

perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan atau perkembangan jika

tingkat kegiatan ekonomi yang dicapai lebih tinggi dari waktu sebelumnya.

Menurut Sukirno (1994), faktor-faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan ekonomi, yaitu :

a. Tanah dan kekayaan alam lain

Kekayaan alam akan mempermudah usaha untuk membangun

perekonomian suatu negara, terutama pada masa-masa permulaan dari

proses pertumbuhan ekonomi.

b. Jumlah dan mutu penduduk dan tenaga kerja

Penduduk yang bertambah akan mendorong maupun menghambat

pertumbuhan ekonomi. Akibat buruk dari pertambahan penduduk

kepada pertumbuhan ekonomi dapat terjadi ketika jumlah penduduk

tidak sebanding dengan faktor-faktor produksi yang tersedia.

c. Barang-barang modal dan tingkat teknologi

Barang-barang modal penting artinya dalam mempertinggi efisiensi

(31)

jumlahnya dan teknologi yang telah menjadi bertambah modern

memegang peranan yang penting dalam mewujudkan kemajuan

ekonomi yang tinggi. Sistem sosial dan sikap masyarakat akan

menentukan sampai dimana pertubuhan ekonomi dapat dicapai.

d. Luas pasar sebagai sumber pertumbuhan

Adam Smith telah menunjukkan bahwa spesialisasi dibatasi oleh

luasnya pasal, dan spesialisasi yang terbatas membatasi pertumbuhan

ekonomi.

2. Produk Domestik Regional Bruto

Dalam penelitian Kurniati Febriani (2015), Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB) adalah indikator ekonomi makro yang dapat memberikan

gambaran tentang keadaan perekonomian suatu wilayah. Di dalam

menghitung Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang di timbulkan

dari suatu region, ada tiga pendekatan yang digunakan, yaitu :

a. PDRB menurut pendekatan produksi

Merupakan jumlah nilai barang atau jasa akhir yang dihasilkan oleh

berbagai unit produksi yang berada di suatu wilayah dalam jangka

waktu tertentu.

b. PDRB menurut pendekatan pendapatan

Merupakan balas jasa yang digunakan oleh faktor-faktor produksi

yang ikut serta dalam proses produksi di suatu wilayah dalam waktu

(32)

c. PDRB menurut pendekatan pengeluaran

Merupakan semua komponen pengeluaran akhir seperti: pengeluaran

konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba, konsumsi

pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, perubahan stok dan

ekspor neto dalam jangka waktu tertentu.

3. Teori Pertumbuhan Ekonomi

Sebagai acauan ada beberapa teori pertumbuhan ekonomi antara

lain (Hudiyanto, 2003) :

a. Teori Pertumbuhan Ekonomi menurut Klasik

Dalam sejarah pemikiran ekonomi, kaum klasik mengemukakan

teori mengenai pertumbuhan ekonomi sebelum tahun 1870. Kaum

klasik mengemukakan bahwa peranan modal sangat penting bagi

pembangunan ekonomi. Penggunaan modal tersebut ditekan untuk

meningkatkan penawaran setinggi-tingginya yang kemudian akan

diikuti pula oleh permintaan yang tinggi pula (supply creates its own

demand). Namun, dalam kenyataannya penawaran yang tinggi

tersebut tidak diikuti dengan permintaan yang tinggi pula sehingga

menimbulkan permasalahan seperti over produksi, pengangguran dan

deflasi.

b. Teori Ricardo

Pada dasarnya tidak terlalu banyak perubahan diteori Ricardo ini

(33)

yang ada pada teori klasik. Hanya saja, Ricardo mengemukakan

bahwa dalam jangka panjang jumlah penduduk akan konstan. Karena

output tergantung pada jumlah penduduk maka diperkirakan dalam

jangka panjang output nasional akan cenderung konstan (berhenti

berkembang), sehingga pendapatan perkapita akan konstan. Akibat

tingkat upah konstan pada tingkat upah alamiah, pertumbuhan

penduduk konstan (berhenti bertambah), maka bagian dari kaum

kapitlis atas produksi juga konstan pada tingkat yang minimal,

akumulasi kapital berhenti. Kondisi ini yang kemudian dikenal dengan

kondisi yang stasioner (stationary state).

c. Teori Lewis

Jika dalam teori Ricardo mengatakan jumlah penduduk akan

konstan, makan dalam teori Lewis mengatakan sebaliknya. Bahwa

jumlah penduduk (tenaga kerja) jumlahnya tak terbatas (unlimited

supply of labor). Berapapun tenaga kerja yang dibutuhkan oleh sektor

industri akan bisa dipasok oleh tenaga kerja dari pertanian/daerah

pedesaan yang merupakan sektor tradisional. Jumlah tenaga kerja

yang tidak terbatas ini memungkinkan pertumbuhan ekonomi di sektor

industri yang meningkatkan pertumbuhan ekonomi tidak mesti diikuti

dengan kenaikan tingkat upah buruh. Berikut asumsi yang diajukan

oleh Lewis :

1. Perekonomian terdiri dari dua sektor : modern (industri) dan

(34)

2. Modal dan tenaga kerja merupakan faktor produksi utama.

3. Terdapat surplus tenaga kerja sektor pertanian.

4. Surplus (keuntungan) di sektor modern akan diinvestasikan

kembali ke sektor produktif sehingga terjadi akumulasi

(penumpukan) kapital.

5. Tingkat upah di sektor modern lebih tinggi.

6. Tingkat upah di sektor pertanian (karena surplus tenaga kerja)

akan konstan.

d. Teori Harrod-Domar

Harrod dan Domar dalam teori Harrod-Domarnya mengatakan

bahwa pertubuhan ekonomi ditentukan oleh tingginya tingkat

tabungan dan investasi. Jika tingkat tabungan mengalami penurunan

maka pertumbuhan ekonomi akan menurun juga, begitupun

sebaliknya. Harrod-Domar menjelaskan tingkat pertumbuhan ekonomi

akan terjamin bila terjadi keseimbangan antara sisi produksi (klasik)

dengan sisi pengeluaran (Keynes).

1. Dari sisi produksi rumusan bisa dilakukan sebagai berikut.

Investasi merupakan perubahan stok kapital atau K yang bisa

dituliskan sebagai delta K

I = ∆K

Jumlah besaran kebutuhan kapital untuk menghasilkan suatu

output merupakan rasio antara K dan Y yang kemudia disebut

(35)

K/Y = k

Dalam bentuk pertambahan, berapa pertambahan kapital

diperlukan agar terjadi pertambahan output bisa dituliskan

sebagai ∆K/∆Y = k atau dengan cara lain ∆K = k.Y . Kebutuhan

kapital adalah sebesar output yang akan dihasilkan dikalikan

dengan kemampuan kapital menghasilkan output.

2. Sementara itu dilihat dari sisi pengeluaran diketahui bahwa

seharusnya tingkat saving sama dengan tingkat investasi (I = S).

Tingkat saving sendiri sama dengan kecenderungan untuk

saving dikalikan dengan pendapatan nasional.

S = sY

3. Oleh karena itu Harrod-Domar berasumsi, keseimbangan antara

sisi produksi dengan pengeluaran bisa dituliskan sebagai

S = sy = ky = ∆k = I sY = k∆Y

∆Y/Yk = s

∆Y/Y = s/k

e. Teori Rostow

Menurut Rostow, terdapat pertimbangan aspek non ekonomi

dalam ekonomi pembangunan. Dalam pembangunan ekonomi tidak

hanya memikirkan sektor pertanain yang diarahkan ke sektor industri

melainkan juga mempertimbangkan perubahan aspek sosial politik

(36)

sosial, politik ekonomi dari yang berorientasi kedalam (inward

looking) menjadi berorientasi keluar (outward looking). Bahwa

tantangan dan peluang bukan hanya berlingkup domestik melainkan

berlingkup internasional. (b) terjadinya perubahan orientasi penduduk

dari berorientasi pada jumlah anak banyak menjadi berorientasi pada

jumlah anak sedikit; (c) terjadinya perubahan pada pola menabung

dan berinvestasi dari investasi yang tidak produktif kearah investasi

yang produktif (menabung di perbankan, menginvestasikan pada

sektor riil); (d) terjadinya perubahan orientasi dari masyarakat dalam

memilih pemimpin dari berdasarkan atas keturunan menjadi

berdasarkan atas kecakapan dengan menekan pada pentingnya nilai

demokrasi; (e) terjadinya perubahan dalam memandang alam, dari

hambatan menjadi tantangan yang mendorong perkembangan.

Dari beberapa pertimbangan tersebut, Rostow mencatat adanya

tahap-tahap pertumbuhan ekonomi yang mesti dialami oleh setiap

negara, yaitu :

1. Tahap Masyarakat Tradisional

Pada tahap ini masyarakat masih menggunakan cara produksi

yang primitif dengan menekan berbagai persoalan pada

nilai-nilai pemikiran yang tidak rasional berdasarkan atas hal yang

berlaku secara turun temurun.

(37)

Tahap memasuki pertubuhan yang mempunyai kekuatan yang

terus menerus untuk tumbuh.

3. Tahap Lepas Landas

Ditandai dengan tersingkirnya hambatan-hambatan yang

menghalangi proses pertumbuhan ekonomi.

4. Tahap Menuju Kedewasaan

Kondisi dimana masyarakat secara efektif menggunakan

teknologi modern dihampir semua kegiatan produksi dan

kekayaan alam.

5. Tahap Konsumsi tinggi

Tahap dimana perhatian masyarakat menekankan pada masalah

konsumsi dan kesejahteraan masyarakat bukan masalah

produksi.

4. Teori Basis Ekonomi

Menurut Ambardi dan Socia (2002), teori ini dapat memperhitungkan

adanya kenyataan bahwa dalam suatu kelompok industri bisa saja terdapat

kelompok industri yang menghasilkan barang-barang yang sebagian

diekspor dan sebagian lainnya dijual ke pasar lokal. Disamping itu, teori ini

juga dapat digunakan sebagai indikasi dampak pengganda (multiplier effect)

bagi kegiatan perekonomian suatu wilayah.

Ada beberapa metode untuk memilih antara kegiatan basis dan non

(38)

1. Metode pengukuran langsung

Metode ini dapat dilakukan dengan survei langsung kepada

pelaku usaha kemana mereka memasarkan barang yang diproduksi

dan dari mmana ereka membeli bahan-bahan kebutuhan untuk

menghasilkan produk tersebut. Akan tetapi metode ini menguras

biaya, waktu dan tenaga kerja yang banyak. Mengingat kelamahan

tersebut, maka sebagian besar para ekonom wilayah menggunakan

pengukuran tidak langsung.

2. Metode pengukuran tidak langsung

Metode dengan pengukuran tidak langsung terdiri dari:

a. Metode dengan melakukan pendekatan asumsi, biasanya

berdasarkan kondisi di wilayah tersebut (data sekunder), ada

kegiatan tertentu yang diasumsikan kegiatan basis dan non basis.

b. Metode Location Quotient dimana membandingkan porsi

lapangan kerja/nilai tambah untuk sektor tertentu di wilayah

tertentu dengan porsi lapangan kerja/nilai tambah untuk sektor

yang sama di wilayah atasnya. Asumsi yang digunakan adalah

produktivitas rata-rata/ konsumsi rata-rata antar wilayah yang

sama. Metode ini memiliki beberapa kelebihan diantranya

adalah metode ini memperhitungkan penjualan barang-barang

antra, tidak mahal biayanya dan mudah diterapkan.

c. Metode campuran meruoakan gabungan antara metode asumsi

(39)

d. Metode kebutuhan minimum dimana melibatkan sejumlah

wilayah yang diteliti, dengan menggunakan distribusi minimum

dari tenaga regional dan bukan distribusi rata-rata.

B. Penelitian Terdahulu

Merupakan bagian yang memuat rangkuman beberapa penelitian yang

menjadi latar belakang penulis dalam menyusun tulisan. Berikut penelitian

terdahulu yang telah dirangkum :

a. Rahmad Hendayana (2003), menggunakan metode LQ dalam

penelitiannya. Metode LQ menjadi metode yang digunakannya dalam

mengidentifikasi penyebaran komoditas pertanian.

b. Tri Handayani (2011), dalam penelitiannya mengunakan data time

series, variabelnya menggunakan laju pertubuhan ekonomi atas dasar

harga konstan, dan dengan metode regresi kuadrat terkecil atau OLS.

Dalam penelitiannya menyebutkan PMA secara positif berpengaruh

terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, PMDN tidak berpengaruh

secara positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, pertumbuhan

sebelumnya berpengaruh secara positif terhadap pertumbuhan

ekonomi Indonesia.

c. Azwhar Harahap dan Deny Setiawan (2012), dalam penelitiannya

menggunakan metode analisis input output. Kesimpulannya sektor

industri pengolahan berada diperingkat dua setelah sektor

pertambangan dilihat dari nilai tambah bruto, peran sektor industri

(40)

Kabupaten Siak mendapat ranking pertama jika dilihat dari upah dan

gaji tetapi nilai indeksnya tidak mencapai satu.

d. Anik Setiyaningrum (2014), menggunakan metode penelitian

deskriptif dan pendekatan kuantitatif, menggunakan metode analisis

LQ, Shift Share, dan gravitasi. Hasil dari penelitiannya adalah sektor

ekonomi potensial berbasis pada LQ, sedangkan Shift Share dalam

sektor industri pengolahan dan perdagangan, hotel dan restoran.

e. Anggi Alif Kurniawan (2014), menggunakan metode LQ dan SWOT,

hasil dari penelitiannya adalah sektor unggulan dalam perekonomian

wilayah menentukan pertumbuhan ekonomi wilayah secara

keseluruhan dan beberapa sektor teerkait, semakin besar kegitan

sektor-sektor dalam wilayah akan besar pula arus pendapatan kedalam

wilayah yang membuat permintaan terhadap barang dan jasa

meningkat, imbasnya sektor tersebut akan mempengaruhi sektor lain

secara simultan.

f. Kurniati Febriani (2015), menggunakan metode Shift Share dan LQ.

Hasil dari penelitiannya pertumbuhan ekonomi daerah akan tetap

tercapat jika didalamnya terdapat potensi-potensi yang dapat

dimanfaatkan secara benar, mengambil contoh daerah Lombok

(41)

TABEL 2.1

1. Metode LQ sebagai salah satu pendekatan model areal panen atau areal tanam, maka keunggulan yang

1. PMA secara individu secara positif dan signifikan

(42)

No Nama, Judul, dan Tahun Penelitian

Metode Analisis Kesimpulan

indeksnya tidak mencampai 1 atau tidak begitu besar. 4 Setiyaningrum, Anik.

Hasil penelitian ini adalah sektor ekonomi potensial berbasis pada analisis location quotient dan analisis shift share adalah sektor industri

pengolahan dan sektor

perdagangan, hotel & restoran.

5 Kurniawan, Anggi Alif. "Strategi Pengembangan terhadap barang dan jasa dari hasil sektor ini dan sektor lainnya yang pada gilirannya

(43)

No Nama, Judul, dan Tahun Penelitian

Metode Analisis Kesimpulan

pembangunan yang cocok untuk daerah ini. 2. pertumbuhan ekonomi di

Kabupaten Lombok Timur mengalami kenaikan kinerja setiap tahunnya. Sektor-sektor yang patut

dikembangkan di Kabupaten Lombok Timur yaitu sektor pengadaan listrik dan gas, sektor kontruksi, sektor perdagangan besar dan eceran, sektor real estate, sektor administrasi pemerintah dan sektor jasa

kesehatan dan kegiatan sosial. Karena sektor tersebut cukup berkontribusi dalam pembentukan nilai PDRB Kabupaten Lombok Timur.

Perbedaan penelitian terdahulu yang dijadikan penulis sebagai dasar

dari penelitian ini adalah daerah yang diambil sampelnya untuk diteliti

(44)

25

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Magetan, Provinsi Jawa Timur.

Keadaan geografis yang berada dibawah gunung Lawu membuat kabupaten

ini memiliki potensi yang besar dari kesuburan tanahnya dan masih banyak

industri rintisan yang kedepannya menjadi potensi kabupaten untuk

meningkatkan perekonomian di Jawa Timur sendiri.

B. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder.

Data sekunder adalah data-data pendukung yang diperoleh dari buku-buku,

majalah, dan sebagainya yang berkaitan dengan penelitian yang sedang

dilakukan, atau mengambil data-data dari lembaga yang dianggap kompeten

berupa PDRB Kabupaten Magetan Provinsi Jawa timur dalam kurun waktu

lima tahun terakhir.

C. Sumber Data

Data yang diambir bersumber dari beberapa penelitian terdahulu yang

menyangkut dengan peneitian ini dan juga bersumber dari Badan Pusat

Statistik Kabupaten Magetan dan Provinsi Jawa Timur. Selain itu ada

beberapa sumber yang diambil dari internet dan studi kepustakaan. Obyek

penelitian ini adalah Kabupaten Magetan dengan menggunakan data Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) berdasarkan harga konstan tahun 2010

(45)

pada tujuh belas sektor yang ada dalam komponen PDRB dengan

melakukan perbandingan terhadap PDRB di tingkat Provinsi Jawa timur

berdasarkan harga konstan tahun 2010 dari tahun 2010 hingga 2014.

D. Teknik Pengumpulan Data

Metode dokumentasi merupakan suatu cara untuk memperoleh data

atau informasi mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan penelitian

dengan jalan melihat kembali laporan-laporan tertulis baik berupa angka

maupun keterangan. Oleh karena itu, untuk kepentingan penelitian ini

penulis menggunakan teknik dokumentasi. Pada penelitian ini metode

dokumentasi dipakai untuk mengetahui data PDRB Kabupaten Magetan

dengan data tahun terkini atas dasar harga konstan, gambaran umum dan

kondisi umum perekonomian Kabupaten Magetan yang bersumber dari

dokumentasi BPS Kabupaten Magetan serta data-data komoditas unggulan

lainnya. Selain data-data laporan tertulis untuk kepentingan penelitian ini

juga digali berbagai data, informasi dan referensi dari sumber pustaka,

media massa dan internet.

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Potensi Ekonomi

Jumlah kontribusi yang diberikan masing-masing sektor

terhadap pendapatan daerah masing-masing kabupaten. Kontribusi

ekonomi biasanya dihitung dengan jumlah PDRB yang dihasilkan.

(46)

Merupakan indikator untuk mengetahui kondisi perekonomian

suatu wilayah, yang dapat dilihat berdasarkan harga berlaku atau atas

dasar harga konstan. PDRB dimaksudkan sebagai jumlah nilai tambah

yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha yang ada dalam suatu wilayah

dalam kurun waktu tertentu biasanya satu tahun. Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) yang dipakai dalam penelitian ini adalah atas

dasar harga konstan tahun 2010.

3. Sektor-sektor Ekonomi

Terdapat tujuh belas sektor ekonomi di masing-masing

kabupaten/kota. Adapun sektor-sektor perekoomian dimaksud yakni:

a) Pertanian, kehutanan dan perikanan

b) Pertambangan dan penggalian

c) Industri pengolahan

d) Pengadaan listrik dan gas

e) Pengadaan air, pengolahan sampah, limbah dan daur ulang

f) Konstruksi

g) Perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor

h) Transportasi dan pergudangan

i) Penyediaan akomodasi dan makan minum

j) Informasi dan komunikasi

k) Jasa keuangan dan asuransi

l) Real estate

(47)

n) Administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan wajib

o) Jasa pendidikan

p) Jasa kesehatan dan kegiatan sosial

q) Jasa lainnya

4. Sektor Basis dan Sektor Non Basis

Adalah sektor yang mampu mengekspor barang- barang dan jasa-jasa

keluar batas perekonomian masyarakatnya bila dibandingkan dengan

sektor yang sama pada lingkup yang lebih luas. Sektor basis ini bila

nilai LQ>1. Sedangkan sektor non basis adalah sektor yang hanya

mampu untuk mencukupi kebutuhan daerah itu sendiri dan sektor ini

tidak dapat mengekspor barang diluar daerah. Sektor non basis ini bila

nilai LQ<1.

5. Keunggulan Kompetitif

Suatu sektor mempunyai keunggulan kompetitif bila laju

pertumbuhan sektor di tingkat kabupaten lebih tinggi daripada laju

pertumbuhan pada sektor yang sama di tingkat provinsi (rij-rin) > 0.

6. Spesialisasi

Suatu sektor mempunyai spesialisasi bila variabel wilayah nyata lebih

(48)

F. Metode Analisis Data 1. Analisis Shift Share

Menurut Robinson Tarigan (2004), analisis Shift Share merupakan

teknik dalam menganalisis pertumbuhan ekonomi suatu daerah sebagai

perubahan atau peningkatan suatu indikator pertumbuhan perekonomian

suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu. Analisis ini menggunakan

metode mengisolasi berbagai faktor yang menyebabkan perubahan struktur

industri suatu daerah dalam pertumbuhannya dari kurun waktu ke kurun

waktu berikutnya. Hal ini meliputi penguraian faktor penyebab

pertumbuhan berbagai faktor di suatu daerah dalam kaitannya dengan

ekonomi nasional.

Lincolin Arsyad (1999) menyebutkan analisi ini memberikan data

tentang kinerja perekonomian dalam tiga bidang yang berhubungan satu

sama lain:

1. Pertumbuhan ekonomi daaerah diukur dengan cara menganalisis

perubahan pengerjaan agregat secara sektoral dibandingkan dengan

perubahan pada sektor yang sama di perekonomian yang dijadikan

acuan.

2. Pergeseran proporsional (propitional shift) mengukur perubahan

relatif, perubahan atau penurunan, pada daerah dibandingkan dengan

perekonomian yang lebih besar yang dijadikan acuan.

3. Pergeseran diferensial (differential shift) membantu dalam

(49)

perekonomian yang dijadikan acuan. Oleh karena itu, jika pergeseran

diferensial dari suatu industri adalah positif, maka industri tersebut

lebih tinggi daya saingnya ketimbang industri yang sama pada

perekonomian yang dijadikan acuan.

Tujuan analisis ini adalah untuk menentukan kinerja kinerja atau

produktifitas kerja perekonomian daerah dibandingkan dengan

perekonomian di tingkat regional atau nasioanal. Teknik ini

membandingkan laju pertumbuhan perekonomian nasional serta

sektor-sektornya dan mengamati penyimpangan-penyimpangan dari perbandingan

yang dilakukan. Bila penyimpangan positif, maka suatu sektor dalam daerah

memiliki keunggulan kompetitif.

Persamaan dan komponen-komponen dalam analisis Shift Share

sebagai berikut:

... (1)

Dalam penelitian ini variabel-variabel yang digunakan adalah:

... (2) ... (3) ... (4) ... (5)

Dimana: rij, relatif mewakili laju pertumbuhan wilayah

kabupaten dan laju pertumbuhan wilayah provinsi yang

masing-masing didefinisikan sebagai berikut:

rij =

(50)

rin =

...

(13)

rn =

... (14)

Keterangan :

Eij : pendapatan sektor I di wilayah j (kabupaten) Ein : pendapatan sektor I di wilayah n (provinsi) En : pendapatan wilayah n (provinsi)

E*ij : pendapatan tahun terakhir

rij : laju pertumbuhan sektor I di wilayah j (kabupaten) rin : laju pertumbuhan sektor I di wilayah n (provinsi) rn : laju pertumbuhan pendapatan di wilayah n (provinsi)

Sehingga didapat persamaan shift share untuk sektor I di

wilayah j (Soepomo, 1993) sebagai berikut:

Dij = Eij.rn + Eij(rin-rn) + Eij(rij-rin) ………..(15)

Keterangan :

Dij : perubahan variabel output sektor I di wilayah j Nij : pertumbuhan ekonomi nasional

Mij : bauran industri sektor I di wilayah j

Cij : keunggulan kompetitif sektor I di wilayah j Eij : pendapatan sektor I di wilayah j

Adapun dari rumus diatas diketahui ada 2 indikator dari hasil

perhitungan shift share dalam perekonomian suatu daerah:

Jika nilai dari komponen pergeseran proporsional dari sektor >

0, maka sektor yang bersangkutan mengalami pertumbuhan yang

cepat dan memberikan pengaruh yang positif kepada perekonomian

(51)

Jika nilai komponen pergeseran differensial suatu sektor < 0,

maka keunggulan komparatif dari sektor tersebut meningkat dalam

perekonomian yang lebih tinggi, begitu juga sebaliknya.

2. Analisis Location Quotient (LQ)

Analisis LQ merupakan suatu alat analisis untuk menunjukkan

basis ekonomi suatu wilayah terutama dari kriteria kontribusi. Alat

analisis ini juga dipakai untuk mengukur konsentrasi dari suatu

kegiatan (industri) dalam suatu daerah itu dengan peranan kegiatan

atau industri sejenis dalam perekonomian regional atau nasional.

Perhitungan basis tersebut menggunakan variabel PDRB wilayah atas

suatu kegiatan dalam struktur ekonomi wilayah. Rumus menghitung

LQ ( LincolinArsyad, 1999) adalah:

LQ

=

………..(16)

Keterangan :

LQ : koefisien Location Quotient vi : pendapatan sektor I di suatu daerah vt : pendapatan total daerah tersebut

Vi : pendapatan sektor I secara regional/nasional Vt : pendapatan total regional/nasional

Dari rumus di atas ada 3 kategori hasil perhitungan Location

Quotient (LQ) dalam perekonomian daerah, yaitu:

Jika nilai LQ>1, maka sektor yang bersangkutan di wilayah

studi lebih berspesialisasi dibandingkan dengan wilayah referensi.

(52)

memiliki keunggulan komparatif dan dikategorikan sebagai sektor

basis.

Jika nilai LQ<1, maka sektor yang bersangkutan di wilayah

studi kurang berspesialisasi dibandingkan dengan wilayah referensi.

Sektor tersebut dikategorikan sebagai sektor nonbasis.

Jika nilai LQ=1, maka sektor yang bersangkutan baik di wilayah

studi maupun wilayah referensi memiliki peningkatan.

Adapun kelebihan dari LQ ini adalah alat analisis ini sederhana

yang dapat menunjukkan struktur perekonomian suatu daerah dan

industri subtitusi impor potensial atau produk-produk yang bisa

dikembangkan untuk ekspor dan menunjukkan industri-industri

potensial (sektoral) untuk menganalisis lebih lanjut. Sedangkan

kelemahannya indikator kasar yang deskriptif, merupakan kesimpulan

sementara dan tidak memperhatikan struktur ekonomi setiap daerah.

Ini mengingat bahwa hasil produksi dan produktivitas tenaga kerja

disetiap daerah adalah berbeda, juga adanya perbedaan sumber daya.

3. Analisis Klassen Typology

Analisis Klassen Typology digunakan untuk melihat gambaran

tentang pola dan struktur pertumbuhan masing-masing sektor

ekonomi. Gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan daerah

ini, dapat dipergunakan untuk memperkirakan prospek pertumbuhan

(53)

dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan

kebijaksanaan pembangunan daerah.

Menurut tipologi daerah, daerah dibagi menjadi 4 klasifikasi,

yaitu:

Daerah cepat maju dan cepat tumbuh adalah daerah yang memiliki laju pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita yang lebih tinggi

dari rata-rata wilayah.

Daerah maju tapi tertekan adalah daerah yang memiliki pendapatan perkapita yang lebih tinggi, tetapi tingkat pertumbuhan ekonominya

lebih rendah dari rata-rata.

Daerah berkembang cepat adalah daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan, tetapi tingkat perkapita lebih rendah dari rata-rata.

Daerah relatif tertinggal adalah daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita yang rendah.

TABEL 3.1

Klasifikasi Sektor PDRB menurut Klassen Typology

y

r

yi > y yi < y

ri > r Sektor maju dan

tumbuh cepat

Sektor berkembang cepat

ri < r Sektor maju tetapi tertekan

Sektor relatif tertinggal

(54)

Keterangan: ri adalah laju pertumbuhan sektor I, r adalah laju

pertumbuhan PDRB, yi adalah kontribusi sektor I terhadap PDRB, y

adalah kontribusi rata-rata sektor terhadap PDRB.

4. Analisis SWOT

Analisis SWOT merupakan identifikasi yang bersifat sistematis

dan dapat menyelaraskan faktor-faktor dari lingkungan internal dan

eksternal serta dapat mengarahkan dan berperan sebagai katalisator

dalam proses perencanaan strategis. Analisis SWOT dilaksanakan

dengan memfokuskan pada dua hal, yaitu peluang dan ancaman serta

identifikasi kekuatan dan kelemahan intern. Analisis ini didasarkan

pada asumsi bahwa suatu strategi yang efektif akan memaksimalkan

kekuatan dan peluang serta meminimalkan kelemahan dan ancaman

(Perce dan Robinson dalam Muhammad Ghufron, 2008).

Unsur-unsur SWOT meliputi S (strenght) yang berarti mengacu

kepada keunggulan kompetitif dan kompetensi lainnya, W (weakness)

yaitu hambatan yang membatasi pilihan-pilihan pada pengembangan

strategi, O (opportunity) yakni menyediakan kondisi yang

menguntungkan atau peluang yang membatasi penghalang dan T

(threat) yang berhubungan dengan kondisi yang dapat menghalangi

atau ancaman dalam mencapai tujuan. Matriks ini dapat menghasilkan

empat sel kemungkinan alternatif strategi, yaitu strategi S-O, strategi

(55)

Terdapat delapan tahap dalam membentuk matriks SWOT,

yaitu:

a. Membuat daftar kekuatan kunci internal wilayah.

b. Membuat daftar kelemahan kunci internal wilayah.

c. Membuat daftar peluang ekternal wilayah.

d. Membuat daftar ancaman ekternal wilayah.

e. Menyesuaikan kekuatan-kekuatan internal dengan peluang-peluang

ekternal dan mencatat hasilnya dalam sel strategi S-O.

f. Menyesuaikan kelemahan-kelemahan internal dengan

peluang-peluang eksternal dan mencatat hasilnya dalam sel strategi W-O.

g. Menyesuaikan kekuatan-kekuatan internal dengan

ancaman-ancaman eksternal dan mencatat hasilnya dalam sel strategi S-T.

h. Menyesuaikan kelemahan-kelemahan internal dengan

ancaman-ancaman eksternal dan mencatat hasilnya dalam sel strategi W-T.

(56)

37

A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam

1. Letak, Batas Wilayah, dan Keadaan Alam

Provinsi Jawa Timur merupakan satu provinsi yang terletak di Pulau

Jawa selain Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta), Banten,

Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Provinsi Jawa Timur terletak pada 111,00 hingga 114,40 Bujur Timur dan

7,120 hingga 8,480 Lintang Selatan. Lokasi Provinsi Jawa Timur berada di

sekitar garis Khatulistiwa, maka seperti provinsi lainnya di Indonesia,

wilayah ini mempunyai perubahan musim sebanyak 2 jenis setiap tahunnya,

yaitu musim kemarau dan musim penghujan.

GAMBAR 4.1

(57)

Sementara Kabupaten Magetan merupakan kabupaten yang terletak di

ujung barat Propinsi Jawa Timur, dan berada pada ketinggian antara 60

sampai dengan 1.660 meter diatas permukaan laut. Magetan berbatasan

langsung dengan Propinsi Jawa Tengah, tepatnya di sebelah selatan dengan

Kabupaten Wonogiri dan di sebelah barat dengan Kabupaten Karanganyar.

Selain dengan kedua kabupaten tersebut, di sebelah utara berbatasan dengan

Kabupaten Ngawi, Madiun di sebelah timur dan sebelah selatan berbatasan

juga dengan Kabupaten Ponorogo.

GAMBAR 4.2

Peta Wilayah Kabupaten Magetan

Magetan merupakan kabupaten terkecil ke dua se- Jawa Timur setelah

Sidoarjo, dengan luas seluruh Kabupaten Magetan 688,85 km2. Kecamatan

Parang merupakan kecamatan terluas dengan luas 71,64 Km2, sedang

Karangrejo dengan luas 15,15 Km2 merupakan kecamatan dengan luas

terkecil. Dengan 18 kecamatan yang ada di Kabupaten Magetan, berarti

(58)

kecamatan yang tidak terlalu jauh merupakan salah satu faktor yang

menguntungkan untuk melaksanakan pembangunan. Jarak terpendek adalah

Kecamatan Poncol-Plaosan yang berjarak 3,4 Km dan jarak terjauh

Kecamatan Parang- Kartoharjo sejauh 41 Km, sedangkan jarak terpendek

dari ibukota kabupaten ke kecamatan, adalah dengan Kecamatan Magetan

sejauh 2 km dan jarak terjauh adalah dengan Kecamatan Kartoharjo dengan

jarak 26 Km. Terletak di sekitar 70 30' 34" - 70 47' 49" lintang selatan dan

1110 10' 54" - 1110 30' 46" bujur timur, dengan suhu udara berkisar antara

16-200 C di daerah pegunungan dan 22-260 C di dataran rendah. Magetan

merupakan kabupaten yang berpotensi di bidang pertanian dan pariwisata.

2. Wilayah Kecamatan di Kabupaten Magetan

Kabupaten Magetan terdiri dari 18 kecamatan, 208 desa, 27 kelurahan,

822 Dusun/Lingkungan, dan 4.710 Rukun Tetangga. 18 kecamatan tersebut

adalah :

1. Kecamatan Barat, membawahi 13 desa.

2. Kecamatan Bendo, membawahi 16 desa.

3. Kecamatan Karangrejo, membawahi 14 desa.

4. Kecamatan Karas, membawahi 11 desa.

5. Kecamatan Kartoharjo, membawahi 13 desa.

6. Kecamatan Kawedanan, membawahi 20 desa.

7. Kecamatan Lambeyan, membawahi 10 desa.

8. Kecamatan Magetan, membawahi 14 desa.

(59)

10. Kecamatan Ngariboyo, membawahi 12 desa.

11. Kecamatan Nguntoronadi, membawahi 9 desa.

12. Kecamatan Panekan, membawahi 17 desa.

13. Kecamatan Parang, membawahi 13 desa.

14. Kecamatan Plaosan, membawahi 15 desa.

15. Kecamatan Poncol, membawahi 8 desa.

16. Kecamatan Sidorejo, membawahi 10 desa.

17. Kecamatan Sukomoro, membawahi 12 desa.

18. Kecamatan Takeran, membawahi 11 desa.

B. Kependudukan dan Ketenagakerjaan

Permasalahan yang terdapat di Kabupaten Magetan pada dasarnya

adalah pengendalian kepadatan penduduk yang bertujuan meningkatkan

kualitas manusia. Program pengendalian kelahiran, penurunan angka

kematian, perpanjangan angka harapan hidup, penyebaran penduduk yang

seimbang serta pengembangan potensi penduduk sebagai modal

pembangunan dilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut.

Pada tahun 2014 jumlah penduduk Kabupaten Magetan berjumlah

695.158 jiwa dengan komposisi laki – laki 337.373 jiwa dan perempuan 358.751 jiwa. Ditinjau dari jumlah komposisi penduduk, jumlah laki – laki lebih sedikit dari jumlah perempuan. Kecamatan yang memiliki jumlah

(60)

terkecil yaitu terdapat di Kecamatan Nguntoronadi dengan komposisi

jumlah laki – laki 11.752 jiwa dan perempuan 12.399 jiwa.

Tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi maka akan tinggi pula

penyediaan tenaga kerja. Penawaran tenaga kerja yang tinggi tanpa

diimbangi dengan kesempatan kerja yang cukup akan menimbulkan

pengangguran.

TABEL 4.1

Persentase Perbandingan Tingkat Pengangguran Terbuka 2010 – 2014 (persen)

Tahun Magetan Jawa Timur

2010 2,41 4,25

2011 3,16 4,16

2012 3,86 4,12

2013 2,96 4,30

2014 4,28 4,19

Sumber : BPS Kab. Magetan

Berdasarkan tabel 4.1 tersebut dapat dilihat perbandingan tingkat

pengangguran terbuka Kabupaten Magetan dengan Provinsi Jawa timur

pada tahun 2012, persentase perbandingan Kabupaten Magetan 3,86 lebih

rendah dibandingkan Provinsi Jawa Timur dengan persentase 4,12.

Kemudian ditahun 2013, dengan persentase 2,96 masih lebih rendah

dibandingkan Provinsi Jawa Timur dengan persentase 4,30. Selanjutnya

ditahun 2014 sedikit lebih tinggi dari persentase pengangguran di Jawa

(61)

Mayoritas mata pencaharian penduduk Kabupaten Magetan adalah

Bertani. Pertanian masih menjadi orientasi pekerjaan masyarakat terutama

Padi, Jagung, dan Ubi. Ketersediaan lahan dan hadirnya beberapa

perusahaan perkebunan menjadikan pekerjaan bertani sebagai pekerjaan

utama yang tersedia. Kehadiran kegiatan industri pengolahan seperti kulit

dibeberapa tahun belakangan sedikit menggeser kegiatan bertani ini, terlebih

juga sektor perdagangan yang mulai terlihat geliatnya menjadi salah satu

faktr penggeser sektor pertanian tersebut. Pilihan pekerjaan lain sebagai

pedagang adalah yang paling banyak dilakukan. Pilihan perdagangan ini

dikarenakan lokasi Kabupaten Magetan yang cukup jauh dari ibukota

provinsi yakni Jawa Timur memungkinkan menjadi pusat pedagangan bagi

daerah sekitarnya.

C. Perekonomian Kabupaten Magetan

Struktur perekonomian suatu daerah ditentukan oleh besarnya peranan

sektor – sektor ekonomi dalam menciptakan nilai tambah. Semakin besar nilai tambah yang diraih oleh suatu sektor maka semakin besar peranan

dalam perekonomian daerah tersebut. Berdasarkan distribusi persentase

PDRB atas harga konstan menurut lapangan usaha, maka sektor pertanian,

kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi yang besar terhadap

(62)

Tabel 4.2

Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Magetan Tahun 2010 – 2014 (persen)

Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013 2014

Pertanian, kehutanan, dan perikanan 34,07 34,21 34,32 34,44 34,76 Pertambangan dan penggalian 1,86 1,78 1,67 1,59 1,64 Industri Pengolahan 9,90 9,82 9,64 9,58 9,61

Pengadaan listrik dan gas 0,06 0,06 0,06 0,05 0,05

Pengadaan air, pengolahan sampah,

limbah, dan daur ulang 0,25 0,24 0,23 0,21 0,19

Kontruksi 7,79 7,87 7,77 7,77 7,88

Perdagangan besar dan eceran ; reparasi

mobil dan sepeda motor 13,64 13,88 13,96 14,18 13,92

Transportasi dan pergudangan 1,26 1,22 1,19 1,24 1,32

Penyediaan akomodasi dan makan/minum 3,62 3,62 3,72 3,88 4,06

Informasi dan komunikasi 6,12 6,19 6,40 6,48 6,28 Jasa keuangan dan asuransi 2,10 2,16 2,32 2,51 2,59

Real Estate 1,41 1,39 1,37 1,39 1,37

Jasa Perusahaan 0,33 0,32 0,32 0,32 0,33

Administrasi pemerintahan, pertahanan

dan jaminan sosial wajib 9,35 9,21 9,10 8,48 7,90

Jasa pendidikan 4,17 4,03 4,11 4,08 4,16 Jasa kesehatan dan kegiatan sosial 0,74 0,76 0,76 0,78 0,83 Jasa lainnya 3,35 3,23 3,06 3,03 3,14 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber : BPS Kab.Magetan

Berdasarkan tabel 4.2, kontribusi masing – masing sektor terhadap pertumbuhan PDRB Kabupaten Magetan dapat dilihat peranan terbesar

dalam penciptaan nilai tambah yang diberikan oleh sektor pertanian,

kehutanan, dan perikanan yang besarannya mengalami peningkatan, yakni

sebesar 34,07 persen pada tahun 2010, ditahun 2011 sebesar 34,32 persen

(63)

tersebut mengalami peningkatan menjadi sebesar 34,76 persen. Untuk

mempertahankan nilai pendapatan, pemerintah daerah kebupaten berupaya

membuat kebijakan yang memberikan perhatian kepada sektor – sektor yang memberikan kontribusi kepada peningkatan perekonomian daerah.

Kontribusi terbesar kedua adalah berasal dari sektor perdagangan

besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor dengan peranan yang

cenderung menigkat yakni pada tahun 2010 sebesar 13,64 persen menjadi

sebesar 14,18 persen pada tahun 2013, namun menurun ditahun 2014

menjadi sebesar 13,92 persen. Kontribusi terbesar ketiga adalah sektor

industri pengolahan yang cenderung mengalami penurunan setiap tahun.

Tercatat pada tahun 2010 sektor tersebut memberikan peranan sebesar 9,90

persen dan pada tahun 2013 sebesar 9,58 persen, namun ditahun 2014

mengalami peningkatan menjadi sebesar 9,61 persen. Sementara kontribusi

terkecil adalah sektor pengadaan listrik dan gas yakni pada tahun 2010

sebesar 0,06 persen dan pada tahun 2014 menjadi sebesar 0,05 persen.

Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Timur yang berfluktuasi

setiap tahun yakni pada tahun 2011 sebesar 6,44 persen menjadi sebesar

6,64 persen pada tahun 2012, namun ditahun berikutnya hingga 2014

mengalami penurunan menjadi sebesar 5,86 persen dikarenakan

menurunnya sumbangan dari sebagian besar sektor yang ada. Laju

pertumbuhan yang berfluktuasi tersebut membawa dampak terhadap

perekonomian Kabupaten Magetan yang turut mengalami fluktuasi setiap

(64)

pada tahun 2011 mampu tumbuh sebesar 5,59 persen dan mengalami

peningkatan setiap tahun hingga menjadi sebesar 5,82 persen pada tahun

2013, namun menurun ditahun 2014 menjadi sebesar 5,18 persen.

D. Pendidikan dan Kesehatan

Berdasarkan pembukaan Undang – Undang Dasar 1945 yang berbunyi ikut mencerdasakan kehidupan bangsa adalah salah satu tanggungjawab

pemerintah daerah untuk mewujudkannya. Pendidikan merupakan alat

untuk mencapai kemajuan suatu bangsa. Jika suatu bangsa tidak dapat

mewujudkan pendidikan yang baik maka bangsa tersebut akan mengalami

ketertinggalan dan keterbelakangan dibandingkan bangsa – bangsa lain yang memiliki pendidikan lebih baik.

TABEL 4.3

Jumlah Sekolah dan Perguruan Tinggi 2014 (satuan unit)

Kategori Jumlah

Institusi

Rincian Negeri Swasta

Sekolah Dasar 506 495 11

Sekolah Menengah

Pertama 54 40 14

Sekolah Menengah Umum 13 10 3

Sekolah Menengah

kejuruan 30 6 24

Perguruan Tinggi 2 - 2

Sumber : BPS Kab. Magetan

Berdasarkan tabel 4.3, terdapat jumlah sekolah dan perguruan tinggi

yang terdapat di Kabupaten Magetan. Sekolah Dasar sejumlah 506 unit

dengan sekolah negeri sejumlah 495 unit dan sekolah swasta sejumlah 11

unit, Sekolah Menengah Pertama sejumlah 54 unit dengan sekolah negeri

(65)

Umum sejumlah 13 unit dengan sekolah negeri sejumlah 10 unit dan

sekolah swasta sejumlah 3 unit, Sekolah Menengah Kejuruan sejumlah 30

unit dengan sekolah negeri sejumlah 6 unit dan sekolah swasta sejumlah 24

unit, dan 2 akademi. Hanya saja yang perlu disayangkan adalah belum

adanya perguruan tinggi yang terdapat di Kabupaten Magetan.

TABEL 4.4

Jumlah Fasilitas Kesehatan Tahun 2014 (satuan unit)

Kecamatan Rumah

Sumber : BPS Kab. Magetan

Pada tahun 2014 pembangunan dan pemenuhan bidang kesehatan di

Kabupaten Magetan cukup maju, hal ini dapat dilihat pada tabel 4.4 dari

pembangunan fasilitas dan sarana penunjang pelayanan kesehatan

Gambar

GAMBAR 1.1
GAMBAR 1.2
TABEL 2.1 Penelitian Terdahulu
TABEL 3.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jika sebuah benda menempuh jarak sejauh S akibat gaya F yang bekerja pada benda tersebut maka dikatakan gaya itu melakukan usaha, dimana arah gaya F harus sejajar dengan arah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) terdapat pengaruh antara metode pembelajaran terhadap hasil belajar IPS siswa dan hasil belajar dengan metode Think Pair

a) Apakah dengan merek Toyota yang dikenal sebagai produk mobil berkualitas memberikan penjualan signifikan yang tinggi terhadap angka penjualan New Avanza. b) Apakah karena

Dari hasil pengujian yang diperoleh bahwa ROA tidak berpengaruh terhadap harga saham tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa dengan tingginya ROA maka perusahaan

Kesehatan merupakan kebutuhan primer bagi manusia. Kota Salatiga menyediakan banyak layanan kesehatan baik perorangan maupun lembaga. Banyaknya layanan kesehatan yang ada,

Pelajaran apa yang dapat kita tarik dari keempat perempuan tersebut dalam kaitannya dengan seorang perempuan yang akan kita bahas kemudian, yakni Maria, ibu Yesus..

Analisis sidik ragam terhadap variabel pertumbuhan tanaman jagung menunjukkan bahwa macam pupuk organik cair tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa kelas IV SD Negeri Danurejo 1 tentang materi operasi hitung campuran dengan menggunakan