THE ANALYSIS OF THE MAIN SECTOR FOR THE REGION
DEVELOPMENT’S AND ITS STRATEGY
(Case Study: Magetan Regency in the Year of 2010 – 2014)
Oleh
LUKI DIKTIO ADIKRAMA 20120430058
FAKULTAS EKONOMI
i
THE ANALYSIS OF THE MAIN SECTOR FOR THE REGION
DEVELOPMENT’S AND ITS STRATEGY
(Case Study Magetan Regency in the Year of 2010 – 2014)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Program Studi Ilmu Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh
LUKI DIKTIO ADIKRAMA 20120430058
FAKULTAS EKONOMI
ii
DAERAH DAN STRATEGI PENGEMBANGANNYA
(Studi Kasus Kabupaten Magetan Tahun 2010 – 2014)
THE ANALYSIS OF THE MAIN SECTOR FOR REGION
DEVELOPMENT’S AND ITS SRATEGY
(Case Study Magetan Regency in the Year of 2010 – 2014)
Diajukan oleh
LUKI DIKTIO ADIKRAMA 20120430058
Telah disetujui Dosen Pembimbing Pembimbing
Ayief Fathurahman, SE.,M.Si. Tanggal
iii
THE ANALYSIS OF THE MAIN SECTOR FOR THE REGION
DEVELOPMENT’S AND ITS STRATEGY
(Case Study Magetan Regency in the Year of 2010 – 2014)
Diajukan oleh
LUKI DIKTIO ADIKRAMA 20120430058
Skripsi ini telah Dipertahankan dan Disahkan di depan Dewan Penguji Program Studi Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Tanggal 20 Agustus 2016
Yang terdiri dari
Dr. Endah Saptutyningsih, S.E., M.Si Ketua Tim Penguji
Ayief Fathurrahman, S.E., M.Si Agus Tri Basuki, S.E., M.Si
Anggota Tim Penguji Anggota Tim Penguji
Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
iv
Dengan ini saya,
Nama : Luki Diktio Adikrama
Nomor Mahasiswa : 20120430058
Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul : “ANALISIS PENENTU SEKTOR UNGGULAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN STRATEGI PENGEMBANGANNYA (STUDI KASUS KABUPATEN MAGETAN TAHUN 2010 – 2014)” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan
saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan
oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan
dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya
atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya
bersedia karya tersebut dibatalkan.
Yogyakarta, 20 Agustus 2016
v
merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS Al-Bayyinah:7)
“Dengan sungguh-sungguh seorang pedagang mampu mengumpulkan harta, dan
bagi siapa yang menuntut ilmu maka begadanglah.” (nasihat penyair arab)
“Ilmu tidak bisa diraih dengan badan yang santai.” (Yahya bin Katsir
vi
1. Ibunda dan Ayahanda tercinta.
2. Almamater tercinta Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
vii
di Kabupaten Magetan. Analisis yang dilakukan dengan membandingkan PDRB
Atas Dasar Harga Konstan 2010 dan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Provinsi
Jawa Timur 2010. Model analisis yang digunakan adalah analisis Shift Share,
analisis Location Quotient, Klassen Typology, dan analisis SWOT.
Berdasarkan hasil analisis SWOT, strategi kebijakan pembangunan sektor
unggulan yang perlu diambil adalah meningkatkan perekonomian daerah melalui
potensi sektor basis, membangun dan meningkatkan kualitas pelayanan bidang
pendidikan dan kesehatan, meningkatkan kualitas sarana dan prasarana publik dan
meningkatkan daya saing perekonomian daerah.
viii
Konstan 2010 and PDRB Atas Dasar Harga Konstan In the East Java Province
on 2010. The model of analysis that been used is the Shift-Share Analysis,
Location Quotient Analysis, Klassen Typology and SWOT analysis.
According to the SWOT analysis result, the policy strategy of the leading
sector that should be taken is to improve regional economy through a basic
potential sector, to develop and improving the public quality of education and
health, improving the public infrastructure and regional competitiveness.
ix
kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul
“Analisis Penentu Sektor Unggulan Pembangunan Daerah dan Strategi
Pengembangannya (Studi Kasus Kabupaten Magetan Tahun 2010-2014)”. Shalawat dan salam senantiasa ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW yang
telah menjadi uswatun khasanah bagi kita semua.
Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan
gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Diharapkan skripsi ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi pihak – pihak terkait dalam memajukan sektor basis daerah.
Penyelesaian penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan
dukungan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih sebanyak – banyaknya kepada :
1. Ayief Fathurrahman, S.E.,M.Si. selaku dosen pembimbing yang sabar
dalam membimbing sampai pada titik skripsi ini terselesaikan.
2. Dr. Nano Prawoto,S.E.,M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi UMY dan
seluruh dosen program studi dan staf prodi Ilmu Ekonomi: Dr. Imammuddin
Yuliadi, SE.,M.Si., Dr. Masyhudi Muqorobin, SE.,Akt.,M.Ec., Dr. Lilies
Setiartiti, Agus Tri Basuki, SE.,M.Si, Dimas Bagus W (kandidat Dr), Pak
x
Alkarim yang selalu mendukung agar terselesaikannya skripsi ini.
4. Rekan-rekan Kos Krisno Kembar, Bagus, Nanda, Sigit, Mas Reza, Alexco,
Al, Ichsan, Rio, Rizky, Fatki yang secara terang-terangan memberi
dukungan moril dan sedikit finansial demi terselesaikannya skripsi ini.
5. Wafiyulloh Mubarrok, teman seperjuangan yang telah menemani perjalanan
hidup perkuliahan selama ini.
6. Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Islam, khususnya Kepengurusan
HMI Komisariat FE UMY Periode 1436-1437 H / 2015-2016 M. (Gilang,
Rica, Dian, Anggi, Adiba, Donna, Junando, Bayu, Shiddiqi, Teguh. Jeje)
dan senior sekaligus mentor Muhibbuddin Ahmad AM, yang telah
menemani dan berjuang bersama – sama.
7. Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi (HIMIE) UMY.
8. Seluruh pihak yang telah memberikan dukungan dan semangat hingga
skripsi ini selesai.
Sebagai penutup, dalam skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan
kesalahan, oleh karena itu dibutuhkan kritik dan saran yang membangun untuk
hasil yang lebih baik lagi.
Yogyakarta,
xi
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
INTISARI ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan Masalah... 7
C. Rumusan Masalah ... 7
D. Tujuan Penelitian ... 7
E. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9
A. Landasan Teori ... 9
1. Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi ... 9
xii
BAB III METODE PENELITIAN... 25
A. Obyek Penelitian ... 25
B. Jenis Data ... 25
C. Sumber Data ... 25
D. Teknik Pengumpulan Data ... 26
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 26
F. Model Analisis Data ... 29
BAB IV GAMBARAN UMUM ... 37
A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam ... 36
B. Kependudukan dan Ketenagakerjaan ... 39
C. Perekonomian Kabupaten Magetan ... 41
D. Pendidikan dan Kesehatan ... 44
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 48
A. Analisis Shift Share ... 48
B. Analisis Location Quotient ... 75
C. Analisis Klassen Typology ... 79
D. Analisis SWOT ... 81
BAB V SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN . 90 A. Simpulan ... 90
xiv
3.1 Klasifikasi Sektor PDRB menurut Klassen Typology ... 34
3.2 Matrik SWOT ... 36
4.1 Persentase Perbandingan Tingkat Pengangguran Terbuka ... 41
4.2 Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Magetan ... 43
4.3 Jumlah Sekolah dan Perguruan Tinggi Kabupaten Magetan ... 45
4.4 Jumlah Fasilitas Kesehatan Kabupaten Magetan ... 46
5.1 Hasil Perhitungan Shift Share ... 74
5.2 Klasifikasi Sektor Unggulan dan Non Unggulan ... 75
5.3 Hasil Perhitungan Indeks Location Quotient ... 77
5.4 Hasil Analisis Klassen Typology ... 80
xv
di Kabupaten Magetan. Analisis yang dilakukan dengan membandingkan PDRB
Atas Dasar Harga Konstan 2010 dan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Provinsi
Jawa Timur 2010. Model analisis yang digunakan adalah analisis Shift Share,
analisis Location Quotient, Klassen Typology, dan analisis SWOT.
Berdasarkan hasil analisis SWOT, strategi kebijakan pembangunan sektor
unggulan yang perlu diambil adalah meningkatkan perekonomian daerah melalui
potensi sektor basis, membangun dan meningkatkan kualitas pelayanan bidang
pendidikan dan kesehatan, meningkatkan kualitas sarana dan prasarana publik dan
meningkatkan daya saing perekonomian daerah.
Konstan 2010 and PDRB Atas Dasar Harga Konstan In the East Java Province
on 2010. The model of analysis that been used is the Shift-Share Analysis,
Location Quotient Analysis, Klassen Typology and SWOT analysis.
According to the SWOT analysis result, the policy strategy of the leading
sector that should be taken is to improve regional economy through a basic
potential sector, to develop and improving the public quality of education and
health, improving the public infrastructure and regional competitiveness.
1
A. Latar Belakang Masalah
Dalam pembangunan nasional ada salah satu aspek penting yang
nantinya akan menjadi tujuan akhir meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, yaitu pembangunan ekonomi. Untuk mencapai pembangunan
yang mantap, adil, dan merata, pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu
target dalam mencapai tujuan dalam proses pembangunan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi yang meningkat dan juga pemerataan pendapatan
dibutuhkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, namun
pertumbuhan ekonomi di suatu daerah juga terdapat masalah dari beberapa
faktor seperti salah satunya yaitu kebijakan pemerintah itu sendiri yang
dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.
Pembangunan ekonomi bukan merupakan proses yang harmonis atau
gradual, tetapi merupakan perubahan yang spontan dan tidak terputus-putus.
Pembangunan ekonomi disebabkan oleh perubahan terutama dalam
lapangan industri dan perdagangan. Pembangunan ekonomi berkaitan
dengan pendapatan perkapita dan pendapatan nasional. Pendapatan
perkapita yaitu pendapatan rata-rata penduduk suatu daerah sedangkan
pendapatan nasional merupakan nilai produksi barang-barang dan jasa-jasa
yang diciptakan dalam suatu perekonomian di dalam masa satu tahun.
Pertambahan pendapatan nasional dan pendapatan perkapita dari masa ke
juga perkembangan tingkat kesejahteraan masyarakat suatu daerah. Dalam
pengertian pembangunan ekonomi yang dijadikan pedoman adalah sebagai
suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu
masyarakat meningkat dalam jangka panjang (Suryana, 2000:5).
Pemanfaatan potensi daerah merupakan hal mutlak dalam
pembangunan ekonomi. Potensi daerah yang dikelola secara baik akan
berdampak positif terhadap kesejahteraan masyarakat dan ekonomi menjadi
stabil. Efek lain dari pengelolaan yang baik dalam potensi daerah tersebut,
yaitu pemerataan pendapatan masyarakat. Pemerataan pendapatan
masyarakat menjadi salah satu indikator untuk menilai sejauh mana
kesejahteraan masyarakat daerah tersebut.
Proses lajunya pertumbuhan ekonomi suatu daerah ditunjukkan
dengan menggunakan tingkat pertambahan PDRB (Produk Domestik
Regional Bruto), sehingga tingkat perkembangan PDRB per kapita yang
dicapai masyarakat seringkalisebagai ukuran kesuksesan suatu daerah dalam
mencapai cita-cita untuk menciptakan pembanguna ekonomi. (Prishardoyo
2008)
Pembangunan daerah dapat dikategorikan dalam berbagai sektor
ekonomi, yaitu: pertanian, kehutanan, dan perikanan, pertambangan dan
penggalian, industri pengolahan, pengadaan listrik dan gas, pengadaan air,
pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang, konstruksi, perdagangan besar
dan eceran, transportasi dan pergudangan, penyediaan akomodasi dan
jasa perusahaan, administrasi pemerintah, jasa pendidikan, jasa kesehatan
dan kegiatan sosial, dan jasa lainnya, yang menjadi kategori secara makro
pertumbuhan dan peningkatan PDRB dari tahun ke tahun merupakan
indikator keberhasilan.
Menurut Lincolin Arsyad 1999, setiap upaya pembangunan ekonomi
daerah mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan jumlah dan jenis
peluang kerja untuk masyarakat daerah.Dalam upaya untuk mencapai tujuan
tersebut, pemerintah daerah dan masyarakatnya harus secara bersama-sama
mengambil inisiatif membangun daerah. Pemerintah daerah beserta
partisipasi masyarakatnya dan dengan menggunakan sumberdaya yang ada
berupaya menginventarisir potensi sumberdaya yang ada untuk merancang
dan membangun perekonomian daerah. Perbedaan kondisi daerah membawa
implikasi bahwa corak pembangunan yang ditetapkan dan berhasil pada
suatu daerah yang belum tentu memberikan manfaat yang sama bagi daerah
lain. Jika akan membangun suatu daerah, kebijakan yang diambil harus
sesuai dengan kondisi (masalah, kebutuhan dan potensi) daerah yang
bersangkutan. Oleh karena itu, penelitian yang mendalam tentang keadaan
tiap daerah harus dilakukan untuk mendapatkan data dan informasi yang
berguna bagi penentuan perencanaan pembangunan daerah yang
bersangkutan.
Otonomi daerah menjadi bukti kesungguhan pemerintah daerah dalam
membangun daerah dengan mengeluarkan UU No. 22 Tahun 1999 tentang
dan UU No. 25 Tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara
pemerintah pusat dan daerah yang kemudian direvisi menjadi UU No. 33
Tahun 2004 dan direvisi kembali menjadi UU. No. 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintah Daerah.
Dengan adanya otonomi daerah harapannya adalah pemerintah daerah
dapat mengelola rumah tangganya sendiri untuk terus membangun
daerahnya dengan konsekuensi pemerintah daerah beserta perangkatnya
harus bekerja keras agar mampu mencapai apa yang menjadi tujuan
pembangunan ekonomi.
Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang memiliki
karakteristik yang unik dengan mengandalkan industri pengolahan. Hal ini
tercermin dari besarnya sumbangan industri pengolahan dalam PDRB
Provinsi Jawa Timur. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi di tahun 2014
dengan 5.86 persen, sedikit lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional
yang mencapai 5,06 persen.
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
GAMBAR 1.1
Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Timur 2011 – 2014 (persen)
2011 2012 2013 2014
Laju Pertumbuhan
Ekonomi Jawa Timur 6,44 6,64 6,08 5,86 5
5,5 6 6,5 7
Gambar 1.1 diatas menunjukkan selama tahun 2011 – 2014, laju pertumbuhan ekonomi Jawa Timur memiliki kecenderungan meningkat. Di
tahun 2011, laju pertumbuhan ekonomi Jawa Timur sebesar 6,44 persen
kemudian meningkat ditahun 2012 menjadi 6,64 persen dan selanjutnya
pada tahun 2014 tercatat sebesar 5,86 persen.
Magetan merupakan Kabupaten yang terletak di ujung barat Provinsi
Jawa Timur, dan berada pada ketinggian antara 60 sampai dengan 1.660
meter diatas permukaan laut. Magetan merupakan kabupaten terkecil ke dua
se Jawa Timur setelah Sidoarjo, dengan luas seluruh Kabupaten Magetan
688,85 km2 dengan jumlah penduduk sebanyak 696.124 jiwa.
Sumber: BPS Kab. Magetan 2014
GAMBAR 1.2
Kontribusi Kategori/Lapangan Usaha Terhadap PDRB tahun 2014
Katergori pertanian, kehutanan dan perikana menjadi kontribusi
PBDB unggulan di Kabupaten Magetan. Ditahun 2014 saja, 31,84%
PDRBnya disumbang dari pertanian, kehutanan, dan perikanan, kedua Pertanian;
adalah dari sepeda motor dengan 14,83%, dan ketiga adalah dari industri
pengolahan dengan besaran 9,75%.
Aktifitas ekonomi yang terus berjalan secara berkesinambungan
memberi dampak terhadap perubahan struktur ekonomi. Pada periode
2010-2014 peranan kategori pertanian, kehutanan dan perikanan mengalami
penurunan dari 34,07% ditahun 2010 menjadi 31,84% pada tahun 2014.
Walaupun peranannya cenderung turun, kategori pertanian, kehutanan dan
perikanan tetap menjadi basis ekonomi masyarakat Magetan mengingat
tingginya penyerapan pada kategori ini. Penyerapan terendah ada pada
katogeri pengadaan listrik dan gas yang pada tahun 2010 sebesar 0,06%
meningkat ditahun 2014 sebesar 0,07%.
Kabupaten Magetan merupakan daerah potensial, oleh sebab itu selain
penjelasan diatas yang menjadi latar belakang penelitian ini adalah
pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat sehingga membutuhkan
kebutuhan ekonomi yang semakin tinggi. Pemenuhan ekonomi tersebut
harus berorientasi pada penambahan pendapatan. Konsekuensinya,
pemerintah daerah harus mampu memfokuskan pengembangan pada
sektor-sektor unggulan yang memiliki dampak terhadap sektor-sektor-sektor-sektor lainnya atau
perekonomian secara keseluruhan.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, menarik untuk dilakukan
penelitian mengenai “Analisis Penentu Sektor Unggulan Pembangunan
B. Batasan Masalah Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti membatasi masalah pada mengkaji sektor
ekonomi potensial yang dapat mendukung pengembangan pertumbuhan
wilayah Kabupaten Magetan dengan pendekatan Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) berdasakan data tahun 2010-2014.
C. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakan diatas, permasalahan yang dapat diteliti,
yaitu :
1. Sektor manakah yang merupakan sektor ekonomi unggulan di
Kabupaten Magetan.
2. Sektor apa yang menjadi basis untuk dikembangkan sebagai penunjang
ekonomi Kabupaten Magetan.
3. Bagaimana strategi pengembangan sektor unggulan dan non unggulan
untuk pembangunan wilayah dengan bantuan analisis SWOT.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sektor apa yang menjadi basis untuk dikembangkan
sebagai penunjang ekonomi Kabupaten Magetan.
2. Untuk mengetahui sektor manakah yang merupakan sektor ekonomi
unggulan di Kabupaten Magetan.
3. Untuk mengetahui bagaimana strategi pengembangan sektor unggulan
dan non unggulan untuk pembangunan wilayah dengan bantuan
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diharapkan dari penelitian ini, yaitu :
1. Bagi Penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana penerapan dan
implementasi teori-teori yang diterima pada saat kuliah di lapangan.
2. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi mengenai
kondisi perekonomian Kabupaten Magetan.
3. Bagi Pemerintah Daerah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran dan sebagai bahan masukan dalam menentuan arah
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi
Berikut adalah beberapa definisi pembangunan ekonomi menurut
beberapa ahli. Pembangunan ekonomi diartikan sebagai peningkatan
pendapatan per kapita masyarakat, yaitu tingkat pertambahan Gross
Domestic Product (GDP) pada satu tahun tertentu melebihi tingkat
pertambahan penduduk. Menurut Sukirno (1981), perkembangan GDP
yang berlaku dalam suatu masyarakat yang dibarengi oleh perubahan dan
moderenisasi dalam struktur ekonomi ekonomi yang umumnya tradisional,
sedangkan pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan itu lebih besar
dalam GDP tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau apakah
terjadi perubahan struktur atau tidak.
Pembangunan ekonomi adalah sebagai proses yang menggambarkan
adanya pengembangan, baik meliputi proses pertumbuhan (growth)ataupun
perubahan (change) dalam kehidupan bersama (organisasi) sosial dan
budaya. Hal ini tidak lain merupakan gambaran umum masyarakat luas
(society) (Sajogyo, 1985). Menurut Lincolin Arsyad (1996) pembanguna
ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan
riil perkapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang dan disertai oleh
perbaikan sistem kelembagaan. Sedangkan menurut Sumitro
pembanguna ekonomi mencakup perubahan pada komposisi produktif
(productive resources) diantara kegiatan ekonomi, perubahan pada pola
pembagian (distribusi) kekayaan dan pendapatan diantara berbagai golongan
pelaku ekonomi, perubahan pada kerangka kelembagaan (institutional
framework) dalam kehidupan masyarakat secara menyeluruh.
Dalam pemikiran Todaro, keberhasilan pembangunan ekonomi
ditunjukkan oleh tiga nilai pokok, yaitu:
1. Berkembangnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
pokoknya (basic needs).
2. Meningkatnya rasa harga diri (self-esteem) masyarakat sebagai
manusia.
3. Meningkatkan kamauan masyarakat untuk memilih (freedom from
servitude) yang merupakan salah satu dari hak asasi manusia.
Dalam penelitian Kurniati (2015) bahwa pembangunan ekonomi
memiliki empat sifat penting pembangunan ekonomi, yaitu suatu proses
yang berarti perubahan yang terjadi terus-menerus, usaha untuk menaikan
pendapatan per kapita, kenaikan pendapatan perkapita itu harus terus
berlangsung dalam jangka panjang, perbaikan sistem kelembagaan di segala
bidang (misalnya ekonomi, politik, hukum, sosial, dan budaya)
Definisi pertumbuhan ekonomi menurut Arsyad (1997), adalah
pertumbuhaan ekonomi diartikan sebagai kenaikan GDP tanpa memandang
apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan
mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi memerlukan bandingan
pendapatan nasional dari tahun ke tahun. Dalam membandingkan hal
tersebut harus disadari bahwa perubahan nilai pendapatan nasional dari
tahun ke tahun dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu perubahan tingkat
kegiatan ekonomi dan perubahan harga-harga. Munculnya pengaruh dari
faktor yang kedua tersebut didasari oleh penilaian pendapatan nasional
menurut harga yang berlaku pada tahun yang bersangkutan. Suatu keadaan
perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan atau perkembangan jika
tingkat kegiatan ekonomi yang dicapai lebih tinggi dari waktu sebelumnya.
Menurut Sukirno (1994), faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi, yaitu :
a. Tanah dan kekayaan alam lain
Kekayaan alam akan mempermudah usaha untuk membangun
perekonomian suatu negara, terutama pada masa-masa permulaan dari
proses pertumbuhan ekonomi.
b. Jumlah dan mutu penduduk dan tenaga kerja
Penduduk yang bertambah akan mendorong maupun menghambat
pertumbuhan ekonomi. Akibat buruk dari pertambahan penduduk
kepada pertumbuhan ekonomi dapat terjadi ketika jumlah penduduk
tidak sebanding dengan faktor-faktor produksi yang tersedia.
c. Barang-barang modal dan tingkat teknologi
Barang-barang modal penting artinya dalam mempertinggi efisiensi
jumlahnya dan teknologi yang telah menjadi bertambah modern
memegang peranan yang penting dalam mewujudkan kemajuan
ekonomi yang tinggi. Sistem sosial dan sikap masyarakat akan
menentukan sampai dimana pertubuhan ekonomi dapat dicapai.
d. Luas pasar sebagai sumber pertumbuhan
Adam Smith telah menunjukkan bahwa spesialisasi dibatasi oleh
luasnya pasal, dan spesialisasi yang terbatas membatasi pertumbuhan
ekonomi.
2. Produk Domestik Regional Bruto
Dalam penelitian Kurniati Febriani (2015), Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) adalah indikator ekonomi makro yang dapat memberikan
gambaran tentang keadaan perekonomian suatu wilayah. Di dalam
menghitung Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang di timbulkan
dari suatu region, ada tiga pendekatan yang digunakan, yaitu :
a. PDRB menurut pendekatan produksi
Merupakan jumlah nilai barang atau jasa akhir yang dihasilkan oleh
berbagai unit produksi yang berada di suatu wilayah dalam jangka
waktu tertentu.
b. PDRB menurut pendekatan pendapatan
Merupakan balas jasa yang digunakan oleh faktor-faktor produksi
yang ikut serta dalam proses produksi di suatu wilayah dalam waktu
c. PDRB menurut pendekatan pengeluaran
Merupakan semua komponen pengeluaran akhir seperti: pengeluaran
konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba, konsumsi
pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, perubahan stok dan
ekspor neto dalam jangka waktu tertentu.
3. Teori Pertumbuhan Ekonomi
Sebagai acauan ada beberapa teori pertumbuhan ekonomi antara
lain (Hudiyanto, 2003) :
a. Teori Pertumbuhan Ekonomi menurut Klasik
Dalam sejarah pemikiran ekonomi, kaum klasik mengemukakan
teori mengenai pertumbuhan ekonomi sebelum tahun 1870. Kaum
klasik mengemukakan bahwa peranan modal sangat penting bagi
pembangunan ekonomi. Penggunaan modal tersebut ditekan untuk
meningkatkan penawaran setinggi-tingginya yang kemudian akan
diikuti pula oleh permintaan yang tinggi pula (supply creates its own
demand). Namun, dalam kenyataannya penawaran yang tinggi
tersebut tidak diikuti dengan permintaan yang tinggi pula sehingga
menimbulkan permasalahan seperti over produksi, pengangguran dan
deflasi.
b. Teori Ricardo
Pada dasarnya tidak terlalu banyak perubahan diteori Ricardo ini
yang ada pada teori klasik. Hanya saja, Ricardo mengemukakan
bahwa dalam jangka panjang jumlah penduduk akan konstan. Karena
output tergantung pada jumlah penduduk maka diperkirakan dalam
jangka panjang output nasional akan cenderung konstan (berhenti
berkembang), sehingga pendapatan perkapita akan konstan. Akibat
tingkat upah konstan pada tingkat upah alamiah, pertumbuhan
penduduk konstan (berhenti bertambah), maka bagian dari kaum
kapitlis atas produksi juga konstan pada tingkat yang minimal,
akumulasi kapital berhenti. Kondisi ini yang kemudian dikenal dengan
kondisi yang stasioner (stationary state).
c. Teori Lewis
Jika dalam teori Ricardo mengatakan jumlah penduduk akan
konstan, makan dalam teori Lewis mengatakan sebaliknya. Bahwa
jumlah penduduk (tenaga kerja) jumlahnya tak terbatas (unlimited
supply of labor). Berapapun tenaga kerja yang dibutuhkan oleh sektor
industri akan bisa dipasok oleh tenaga kerja dari pertanian/daerah
pedesaan yang merupakan sektor tradisional. Jumlah tenaga kerja
yang tidak terbatas ini memungkinkan pertumbuhan ekonomi di sektor
industri yang meningkatkan pertumbuhan ekonomi tidak mesti diikuti
dengan kenaikan tingkat upah buruh. Berikut asumsi yang diajukan
oleh Lewis :
1. Perekonomian terdiri dari dua sektor : modern (industri) dan
2. Modal dan tenaga kerja merupakan faktor produksi utama.
3. Terdapat surplus tenaga kerja sektor pertanian.
4. Surplus (keuntungan) di sektor modern akan diinvestasikan
kembali ke sektor produktif sehingga terjadi akumulasi
(penumpukan) kapital.
5. Tingkat upah di sektor modern lebih tinggi.
6. Tingkat upah di sektor pertanian (karena surplus tenaga kerja)
akan konstan.
d. Teori Harrod-Domar
Harrod dan Domar dalam teori Harrod-Domarnya mengatakan
bahwa pertubuhan ekonomi ditentukan oleh tingginya tingkat
tabungan dan investasi. Jika tingkat tabungan mengalami penurunan
maka pertumbuhan ekonomi akan menurun juga, begitupun
sebaliknya. Harrod-Domar menjelaskan tingkat pertumbuhan ekonomi
akan terjamin bila terjadi keseimbangan antara sisi produksi (klasik)
dengan sisi pengeluaran (Keynes).
1. Dari sisi produksi rumusan bisa dilakukan sebagai berikut.
Investasi merupakan perubahan stok kapital atau K yang bisa
dituliskan sebagai delta K
I = ∆K
Jumlah besaran kebutuhan kapital untuk menghasilkan suatu
output merupakan rasio antara K dan Y yang kemudia disebut
K/Y = k
Dalam bentuk pertambahan, berapa pertambahan kapital
diperlukan agar terjadi pertambahan output bisa dituliskan
sebagai ∆K/∆Y = k atau dengan cara lain ∆K = k.Y . Kebutuhan
kapital adalah sebesar output yang akan dihasilkan dikalikan
dengan kemampuan kapital menghasilkan output.
2. Sementara itu dilihat dari sisi pengeluaran diketahui bahwa
seharusnya tingkat saving sama dengan tingkat investasi (I = S).
Tingkat saving sendiri sama dengan kecenderungan untuk
saving dikalikan dengan pendapatan nasional.
S = sY
3. Oleh karena itu Harrod-Domar berasumsi, keseimbangan antara
sisi produksi dengan pengeluaran bisa dituliskan sebagai
S = sy = ky = ∆k = I sY = k∆Y
∆Y/Yk = s
∆Y/Y = s/k
e. Teori Rostow
Menurut Rostow, terdapat pertimbangan aspek non ekonomi
dalam ekonomi pembangunan. Dalam pembangunan ekonomi tidak
hanya memikirkan sektor pertanain yang diarahkan ke sektor industri
melainkan juga mempertimbangkan perubahan aspek sosial politik
sosial, politik ekonomi dari yang berorientasi kedalam (inward
looking) menjadi berorientasi keluar (outward looking). Bahwa
tantangan dan peluang bukan hanya berlingkup domestik melainkan
berlingkup internasional. (b) terjadinya perubahan orientasi penduduk
dari berorientasi pada jumlah anak banyak menjadi berorientasi pada
jumlah anak sedikit; (c) terjadinya perubahan pada pola menabung
dan berinvestasi dari investasi yang tidak produktif kearah investasi
yang produktif (menabung di perbankan, menginvestasikan pada
sektor riil); (d) terjadinya perubahan orientasi dari masyarakat dalam
memilih pemimpin dari berdasarkan atas keturunan menjadi
berdasarkan atas kecakapan dengan menekan pada pentingnya nilai
demokrasi; (e) terjadinya perubahan dalam memandang alam, dari
hambatan menjadi tantangan yang mendorong perkembangan.
Dari beberapa pertimbangan tersebut, Rostow mencatat adanya
tahap-tahap pertumbuhan ekonomi yang mesti dialami oleh setiap
negara, yaitu :
1. Tahap Masyarakat Tradisional
Pada tahap ini masyarakat masih menggunakan cara produksi
yang primitif dengan menekan berbagai persoalan pada
nilai-nilai pemikiran yang tidak rasional berdasarkan atas hal yang
berlaku secara turun temurun.
Tahap memasuki pertubuhan yang mempunyai kekuatan yang
terus menerus untuk tumbuh.
3. Tahap Lepas Landas
Ditandai dengan tersingkirnya hambatan-hambatan yang
menghalangi proses pertumbuhan ekonomi.
4. Tahap Menuju Kedewasaan
Kondisi dimana masyarakat secara efektif menggunakan
teknologi modern dihampir semua kegiatan produksi dan
kekayaan alam.
5. Tahap Konsumsi tinggi
Tahap dimana perhatian masyarakat menekankan pada masalah
konsumsi dan kesejahteraan masyarakat bukan masalah
produksi.
4. Teori Basis Ekonomi
Menurut Ambardi dan Socia (2002), teori ini dapat memperhitungkan
adanya kenyataan bahwa dalam suatu kelompok industri bisa saja terdapat
kelompok industri yang menghasilkan barang-barang yang sebagian
diekspor dan sebagian lainnya dijual ke pasar lokal. Disamping itu, teori ini
juga dapat digunakan sebagai indikasi dampak pengganda (multiplier effect)
bagi kegiatan perekonomian suatu wilayah.
Ada beberapa metode untuk memilih antara kegiatan basis dan non
1. Metode pengukuran langsung
Metode ini dapat dilakukan dengan survei langsung kepada
pelaku usaha kemana mereka memasarkan barang yang diproduksi
dan dari mmana ereka membeli bahan-bahan kebutuhan untuk
menghasilkan produk tersebut. Akan tetapi metode ini menguras
biaya, waktu dan tenaga kerja yang banyak. Mengingat kelamahan
tersebut, maka sebagian besar para ekonom wilayah menggunakan
pengukuran tidak langsung.
2. Metode pengukuran tidak langsung
Metode dengan pengukuran tidak langsung terdiri dari:
a. Metode dengan melakukan pendekatan asumsi, biasanya
berdasarkan kondisi di wilayah tersebut (data sekunder), ada
kegiatan tertentu yang diasumsikan kegiatan basis dan non basis.
b. Metode Location Quotient dimana membandingkan porsi
lapangan kerja/nilai tambah untuk sektor tertentu di wilayah
tertentu dengan porsi lapangan kerja/nilai tambah untuk sektor
yang sama di wilayah atasnya. Asumsi yang digunakan adalah
produktivitas rata-rata/ konsumsi rata-rata antar wilayah yang
sama. Metode ini memiliki beberapa kelebihan diantranya
adalah metode ini memperhitungkan penjualan barang-barang
antra, tidak mahal biayanya dan mudah diterapkan.
c. Metode campuran meruoakan gabungan antara metode asumsi
d. Metode kebutuhan minimum dimana melibatkan sejumlah
wilayah yang diteliti, dengan menggunakan distribusi minimum
dari tenaga regional dan bukan distribusi rata-rata.
B. Penelitian Terdahulu
Merupakan bagian yang memuat rangkuman beberapa penelitian yang
menjadi latar belakang penulis dalam menyusun tulisan. Berikut penelitian
terdahulu yang telah dirangkum :
a. Rahmad Hendayana (2003), menggunakan metode LQ dalam
penelitiannya. Metode LQ menjadi metode yang digunakannya dalam
mengidentifikasi penyebaran komoditas pertanian.
b. Tri Handayani (2011), dalam penelitiannya mengunakan data time
series, variabelnya menggunakan laju pertubuhan ekonomi atas dasar
harga konstan, dan dengan metode regresi kuadrat terkecil atau OLS.
Dalam penelitiannya menyebutkan PMA secara positif berpengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, PMDN tidak berpengaruh
secara positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, pertumbuhan
sebelumnya berpengaruh secara positif terhadap pertumbuhan
ekonomi Indonesia.
c. Azwhar Harahap dan Deny Setiawan (2012), dalam penelitiannya
menggunakan metode analisis input output. Kesimpulannya sektor
industri pengolahan berada diperingkat dua setelah sektor
pertambangan dilihat dari nilai tambah bruto, peran sektor industri
Kabupaten Siak mendapat ranking pertama jika dilihat dari upah dan
gaji tetapi nilai indeksnya tidak mencapai satu.
d. Anik Setiyaningrum (2014), menggunakan metode penelitian
deskriptif dan pendekatan kuantitatif, menggunakan metode analisis
LQ, Shift Share, dan gravitasi. Hasil dari penelitiannya adalah sektor
ekonomi potensial berbasis pada LQ, sedangkan Shift Share dalam
sektor industri pengolahan dan perdagangan, hotel dan restoran.
e. Anggi Alif Kurniawan (2014), menggunakan metode LQ dan SWOT,
hasil dari penelitiannya adalah sektor unggulan dalam perekonomian
wilayah menentukan pertumbuhan ekonomi wilayah secara
keseluruhan dan beberapa sektor teerkait, semakin besar kegitan
sektor-sektor dalam wilayah akan besar pula arus pendapatan kedalam
wilayah yang membuat permintaan terhadap barang dan jasa
meningkat, imbasnya sektor tersebut akan mempengaruhi sektor lain
secara simultan.
f. Kurniati Febriani (2015), menggunakan metode Shift Share dan LQ.
Hasil dari penelitiannya pertumbuhan ekonomi daerah akan tetap
tercapat jika didalamnya terdapat potensi-potensi yang dapat
dimanfaatkan secara benar, mengambil contoh daerah Lombok
TABEL 2.1
1. Metode LQ sebagai salah satu pendekatan model areal panen atau areal tanam, maka keunggulan yang
1. PMA secara individu secara positif dan signifikan
No Nama, Judul, dan Tahun Penelitian
Metode Analisis Kesimpulan
indeksnya tidak mencampai 1 atau tidak begitu besar. 4 Setiyaningrum, Anik.
Hasil penelitian ini adalah sektor ekonomi potensial berbasis pada analisis location quotient dan analisis shift share adalah sektor industri
pengolahan dan sektor
perdagangan, hotel & restoran.
5 Kurniawan, Anggi Alif. "Strategi Pengembangan terhadap barang dan jasa dari hasil sektor ini dan sektor lainnya yang pada gilirannya
No Nama, Judul, dan Tahun Penelitian
Metode Analisis Kesimpulan
pembangunan yang cocok untuk daerah ini. 2. pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten Lombok Timur mengalami kenaikan kinerja setiap tahunnya. Sektor-sektor yang patut
dikembangkan di Kabupaten Lombok Timur yaitu sektor pengadaan listrik dan gas, sektor kontruksi, sektor perdagangan besar dan eceran, sektor real estate, sektor administrasi pemerintah dan sektor jasa
kesehatan dan kegiatan sosial. Karena sektor tersebut cukup berkontribusi dalam pembentukan nilai PDRB Kabupaten Lombok Timur.
Perbedaan penelitian terdahulu yang dijadikan penulis sebagai dasar
dari penelitian ini adalah daerah yang diambil sampelnya untuk diteliti
25
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Magetan, Provinsi Jawa Timur.
Keadaan geografis yang berada dibawah gunung Lawu membuat kabupaten
ini memiliki potensi yang besar dari kesuburan tanahnya dan masih banyak
industri rintisan yang kedepannya menjadi potensi kabupaten untuk
meningkatkan perekonomian di Jawa Timur sendiri.
B. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder.
Data sekunder adalah data-data pendukung yang diperoleh dari buku-buku,
majalah, dan sebagainya yang berkaitan dengan penelitian yang sedang
dilakukan, atau mengambil data-data dari lembaga yang dianggap kompeten
berupa PDRB Kabupaten Magetan Provinsi Jawa timur dalam kurun waktu
lima tahun terakhir.
C. Sumber Data
Data yang diambir bersumber dari beberapa penelitian terdahulu yang
menyangkut dengan peneitian ini dan juga bersumber dari Badan Pusat
Statistik Kabupaten Magetan dan Provinsi Jawa Timur. Selain itu ada
beberapa sumber yang diambil dari internet dan studi kepustakaan. Obyek
penelitian ini adalah Kabupaten Magetan dengan menggunakan data Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) berdasarkan harga konstan tahun 2010
pada tujuh belas sektor yang ada dalam komponen PDRB dengan
melakukan perbandingan terhadap PDRB di tingkat Provinsi Jawa timur
berdasarkan harga konstan tahun 2010 dari tahun 2010 hingga 2014.
D. Teknik Pengumpulan Data
Metode dokumentasi merupakan suatu cara untuk memperoleh data
atau informasi mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan penelitian
dengan jalan melihat kembali laporan-laporan tertulis baik berupa angka
maupun keterangan. Oleh karena itu, untuk kepentingan penelitian ini
penulis menggunakan teknik dokumentasi. Pada penelitian ini metode
dokumentasi dipakai untuk mengetahui data PDRB Kabupaten Magetan
dengan data tahun terkini atas dasar harga konstan, gambaran umum dan
kondisi umum perekonomian Kabupaten Magetan yang bersumber dari
dokumentasi BPS Kabupaten Magetan serta data-data komoditas unggulan
lainnya. Selain data-data laporan tertulis untuk kepentingan penelitian ini
juga digali berbagai data, informasi dan referensi dari sumber pustaka,
media massa dan internet.
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Potensi Ekonomi
Jumlah kontribusi yang diberikan masing-masing sektor
terhadap pendapatan daerah masing-masing kabupaten. Kontribusi
ekonomi biasanya dihitung dengan jumlah PDRB yang dihasilkan.
Merupakan indikator untuk mengetahui kondisi perekonomian
suatu wilayah, yang dapat dilihat berdasarkan harga berlaku atau atas
dasar harga konstan. PDRB dimaksudkan sebagai jumlah nilai tambah
yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha yang ada dalam suatu wilayah
dalam kurun waktu tertentu biasanya satu tahun. Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) yang dipakai dalam penelitian ini adalah atas
dasar harga konstan tahun 2010.
3. Sektor-sektor Ekonomi
Terdapat tujuh belas sektor ekonomi di masing-masing
kabupaten/kota. Adapun sektor-sektor perekoomian dimaksud yakni:
a) Pertanian, kehutanan dan perikanan
b) Pertambangan dan penggalian
c) Industri pengolahan
d) Pengadaan listrik dan gas
e) Pengadaan air, pengolahan sampah, limbah dan daur ulang
f) Konstruksi
g) Perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor
h) Transportasi dan pergudangan
i) Penyediaan akomodasi dan makan minum
j) Informasi dan komunikasi
k) Jasa keuangan dan asuransi
l) Real estate
n) Administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan wajib
o) Jasa pendidikan
p) Jasa kesehatan dan kegiatan sosial
q) Jasa lainnya
4. Sektor Basis dan Sektor Non Basis
Adalah sektor yang mampu mengekspor barang- barang dan jasa-jasa
keluar batas perekonomian masyarakatnya bila dibandingkan dengan
sektor yang sama pada lingkup yang lebih luas. Sektor basis ini bila
nilai LQ>1. Sedangkan sektor non basis adalah sektor yang hanya
mampu untuk mencukupi kebutuhan daerah itu sendiri dan sektor ini
tidak dapat mengekspor barang diluar daerah. Sektor non basis ini bila
nilai LQ<1.
5. Keunggulan Kompetitif
Suatu sektor mempunyai keunggulan kompetitif bila laju
pertumbuhan sektor di tingkat kabupaten lebih tinggi daripada laju
pertumbuhan pada sektor yang sama di tingkat provinsi (rij-rin) > 0.
6. Spesialisasi
Suatu sektor mempunyai spesialisasi bila variabel wilayah nyata lebih
F. Metode Analisis Data 1. Analisis Shift Share
Menurut Robinson Tarigan (2004), analisis Shift Share merupakan
teknik dalam menganalisis pertumbuhan ekonomi suatu daerah sebagai
perubahan atau peningkatan suatu indikator pertumbuhan perekonomian
suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu. Analisis ini menggunakan
metode mengisolasi berbagai faktor yang menyebabkan perubahan struktur
industri suatu daerah dalam pertumbuhannya dari kurun waktu ke kurun
waktu berikutnya. Hal ini meliputi penguraian faktor penyebab
pertumbuhan berbagai faktor di suatu daerah dalam kaitannya dengan
ekonomi nasional.
Lincolin Arsyad (1999) menyebutkan analisi ini memberikan data
tentang kinerja perekonomian dalam tiga bidang yang berhubungan satu
sama lain:
1. Pertumbuhan ekonomi daaerah diukur dengan cara menganalisis
perubahan pengerjaan agregat secara sektoral dibandingkan dengan
perubahan pada sektor yang sama di perekonomian yang dijadikan
acuan.
2. Pergeseran proporsional (propitional shift) mengukur perubahan
relatif, perubahan atau penurunan, pada daerah dibandingkan dengan
perekonomian yang lebih besar yang dijadikan acuan.
3. Pergeseran diferensial (differential shift) membantu dalam
perekonomian yang dijadikan acuan. Oleh karena itu, jika pergeseran
diferensial dari suatu industri adalah positif, maka industri tersebut
lebih tinggi daya saingnya ketimbang industri yang sama pada
perekonomian yang dijadikan acuan.
Tujuan analisis ini adalah untuk menentukan kinerja kinerja atau
produktifitas kerja perekonomian daerah dibandingkan dengan
perekonomian di tingkat regional atau nasioanal. Teknik ini
membandingkan laju pertumbuhan perekonomian nasional serta
sektor-sektornya dan mengamati penyimpangan-penyimpangan dari perbandingan
yang dilakukan. Bila penyimpangan positif, maka suatu sektor dalam daerah
memiliki keunggulan kompetitif.
Persamaan dan komponen-komponen dalam analisis Shift Share
sebagai berikut:
... (1)
Dalam penelitian ini variabel-variabel yang digunakan adalah:
... (2) ... (3) ... (4) ... (5)
Dimana: rij, relatif mewakili laju pertumbuhan wilayah
kabupaten dan laju pertumbuhan wilayah provinsi yang
masing-masing didefinisikan sebagai berikut:
rij =
rin =
...
(13)rn =
... (14)
Keterangan :
Eij : pendapatan sektor I di wilayah j (kabupaten) Ein : pendapatan sektor I di wilayah n (provinsi) En : pendapatan wilayah n (provinsi)
E*ij : pendapatan tahun terakhir
rij : laju pertumbuhan sektor I di wilayah j (kabupaten) rin : laju pertumbuhan sektor I di wilayah n (provinsi) rn : laju pertumbuhan pendapatan di wilayah n (provinsi)
Sehingga didapat persamaan shift share untuk sektor I di
wilayah j (Soepomo, 1993) sebagai berikut:
Dij = Eij.rn + Eij(rin-rn) + Eij(rij-rin) ………..(15)
Keterangan :
Dij : perubahan variabel output sektor I di wilayah j Nij : pertumbuhan ekonomi nasional
Mij : bauran industri sektor I di wilayah j
Cij : keunggulan kompetitif sektor I di wilayah j Eij : pendapatan sektor I di wilayah j
Adapun dari rumus diatas diketahui ada 2 indikator dari hasil
perhitungan shift share dalam perekonomian suatu daerah:
Jika nilai dari komponen pergeseran proporsional dari sektor >
0, maka sektor yang bersangkutan mengalami pertumbuhan yang
cepat dan memberikan pengaruh yang positif kepada perekonomian
Jika nilai komponen pergeseran differensial suatu sektor < 0,
maka keunggulan komparatif dari sektor tersebut meningkat dalam
perekonomian yang lebih tinggi, begitu juga sebaliknya.
2. Analisis Location Quotient (LQ)
Analisis LQ merupakan suatu alat analisis untuk menunjukkan
basis ekonomi suatu wilayah terutama dari kriteria kontribusi. Alat
analisis ini juga dipakai untuk mengukur konsentrasi dari suatu
kegiatan (industri) dalam suatu daerah itu dengan peranan kegiatan
atau industri sejenis dalam perekonomian regional atau nasional.
Perhitungan basis tersebut menggunakan variabel PDRB wilayah atas
suatu kegiatan dalam struktur ekonomi wilayah. Rumus menghitung
LQ ( LincolinArsyad, 1999) adalah:
LQ
=
………..(16)
Keterangan :
LQ : koefisien Location Quotient vi : pendapatan sektor I di suatu daerah vt : pendapatan total daerah tersebut
Vi : pendapatan sektor I secara regional/nasional Vt : pendapatan total regional/nasional
Dari rumus di atas ada 3 kategori hasil perhitungan Location
Quotient (LQ) dalam perekonomian daerah, yaitu:
Jika nilai LQ>1, maka sektor yang bersangkutan di wilayah
studi lebih berspesialisasi dibandingkan dengan wilayah referensi.
memiliki keunggulan komparatif dan dikategorikan sebagai sektor
basis.
Jika nilai LQ<1, maka sektor yang bersangkutan di wilayah
studi kurang berspesialisasi dibandingkan dengan wilayah referensi.
Sektor tersebut dikategorikan sebagai sektor nonbasis.
Jika nilai LQ=1, maka sektor yang bersangkutan baik di wilayah
studi maupun wilayah referensi memiliki peningkatan.
Adapun kelebihan dari LQ ini adalah alat analisis ini sederhana
yang dapat menunjukkan struktur perekonomian suatu daerah dan
industri subtitusi impor potensial atau produk-produk yang bisa
dikembangkan untuk ekspor dan menunjukkan industri-industri
potensial (sektoral) untuk menganalisis lebih lanjut. Sedangkan
kelemahannya indikator kasar yang deskriptif, merupakan kesimpulan
sementara dan tidak memperhatikan struktur ekonomi setiap daerah.
Ini mengingat bahwa hasil produksi dan produktivitas tenaga kerja
disetiap daerah adalah berbeda, juga adanya perbedaan sumber daya.
3. Analisis Klassen Typology
Analisis Klassen Typology digunakan untuk melihat gambaran
tentang pola dan struktur pertumbuhan masing-masing sektor
ekonomi. Gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan daerah
ini, dapat dipergunakan untuk memperkirakan prospek pertumbuhan
dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan
kebijaksanaan pembangunan daerah.
Menurut tipologi daerah, daerah dibagi menjadi 4 klasifikasi,
yaitu:
Daerah cepat maju dan cepat tumbuh adalah daerah yang memiliki laju pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita yang lebih tinggi
dari rata-rata wilayah.
Daerah maju tapi tertekan adalah daerah yang memiliki pendapatan perkapita yang lebih tinggi, tetapi tingkat pertumbuhan ekonominya
lebih rendah dari rata-rata.
Daerah berkembang cepat adalah daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan, tetapi tingkat perkapita lebih rendah dari rata-rata.
Daerah relatif tertinggal adalah daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita yang rendah.
TABEL 3.1
Klasifikasi Sektor PDRB menurut Klassen Typology
y
r
yi > y yi < y
ri > r Sektor maju dan
tumbuh cepat
Sektor berkembang cepat
ri < r Sektor maju tetapi tertekan
Sektor relatif tertinggal
Keterangan: ri adalah laju pertumbuhan sektor I, r adalah laju
pertumbuhan PDRB, yi adalah kontribusi sektor I terhadap PDRB, y
adalah kontribusi rata-rata sektor terhadap PDRB.
4. Analisis SWOT
Analisis SWOT merupakan identifikasi yang bersifat sistematis
dan dapat menyelaraskan faktor-faktor dari lingkungan internal dan
eksternal serta dapat mengarahkan dan berperan sebagai katalisator
dalam proses perencanaan strategis. Analisis SWOT dilaksanakan
dengan memfokuskan pada dua hal, yaitu peluang dan ancaman serta
identifikasi kekuatan dan kelemahan intern. Analisis ini didasarkan
pada asumsi bahwa suatu strategi yang efektif akan memaksimalkan
kekuatan dan peluang serta meminimalkan kelemahan dan ancaman
(Perce dan Robinson dalam Muhammad Ghufron, 2008).
Unsur-unsur SWOT meliputi S (strenght) yang berarti mengacu
kepada keunggulan kompetitif dan kompetensi lainnya, W (weakness)
yaitu hambatan yang membatasi pilihan-pilihan pada pengembangan
strategi, O (opportunity) yakni menyediakan kondisi yang
menguntungkan atau peluang yang membatasi penghalang dan T
(threat) yang berhubungan dengan kondisi yang dapat menghalangi
atau ancaman dalam mencapai tujuan. Matriks ini dapat menghasilkan
empat sel kemungkinan alternatif strategi, yaitu strategi S-O, strategi
Terdapat delapan tahap dalam membentuk matriks SWOT,
yaitu:
a. Membuat daftar kekuatan kunci internal wilayah.
b. Membuat daftar kelemahan kunci internal wilayah.
c. Membuat daftar peluang ekternal wilayah.
d. Membuat daftar ancaman ekternal wilayah.
e. Menyesuaikan kekuatan-kekuatan internal dengan peluang-peluang
ekternal dan mencatat hasilnya dalam sel strategi S-O.
f. Menyesuaikan kelemahan-kelemahan internal dengan
peluang-peluang eksternal dan mencatat hasilnya dalam sel strategi W-O.
g. Menyesuaikan kekuatan-kekuatan internal dengan
ancaman-ancaman eksternal dan mencatat hasilnya dalam sel strategi S-T.
h. Menyesuaikan kelemahan-kelemahan internal dengan
ancaman-ancaman eksternal dan mencatat hasilnya dalam sel strategi W-T.
37
A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam
1. Letak, Batas Wilayah, dan Keadaan Alam
Provinsi Jawa Timur merupakan satu provinsi yang terletak di Pulau
Jawa selain Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta), Banten,
Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Provinsi Jawa Timur terletak pada 111,00 hingga 114,40 Bujur Timur dan
7,120 hingga 8,480 Lintang Selatan. Lokasi Provinsi Jawa Timur berada di
sekitar garis Khatulistiwa, maka seperti provinsi lainnya di Indonesia,
wilayah ini mempunyai perubahan musim sebanyak 2 jenis setiap tahunnya,
yaitu musim kemarau dan musim penghujan.
GAMBAR 4.1
Sementara Kabupaten Magetan merupakan kabupaten yang terletak di
ujung barat Propinsi Jawa Timur, dan berada pada ketinggian antara 60
sampai dengan 1.660 meter diatas permukaan laut. Magetan berbatasan
langsung dengan Propinsi Jawa Tengah, tepatnya di sebelah selatan dengan
Kabupaten Wonogiri dan di sebelah barat dengan Kabupaten Karanganyar.
Selain dengan kedua kabupaten tersebut, di sebelah utara berbatasan dengan
Kabupaten Ngawi, Madiun di sebelah timur dan sebelah selatan berbatasan
juga dengan Kabupaten Ponorogo.
GAMBAR 4.2
Peta Wilayah Kabupaten Magetan
Magetan merupakan kabupaten terkecil ke dua se- Jawa Timur setelah
Sidoarjo, dengan luas seluruh Kabupaten Magetan 688,85 km2. Kecamatan
Parang merupakan kecamatan terluas dengan luas 71,64 Km2, sedang
Karangrejo dengan luas 15,15 Km2 merupakan kecamatan dengan luas
terkecil. Dengan 18 kecamatan yang ada di Kabupaten Magetan, berarti
kecamatan yang tidak terlalu jauh merupakan salah satu faktor yang
menguntungkan untuk melaksanakan pembangunan. Jarak terpendek adalah
Kecamatan Poncol-Plaosan yang berjarak 3,4 Km dan jarak terjauh
Kecamatan Parang- Kartoharjo sejauh 41 Km, sedangkan jarak terpendek
dari ibukota kabupaten ke kecamatan, adalah dengan Kecamatan Magetan
sejauh 2 km dan jarak terjauh adalah dengan Kecamatan Kartoharjo dengan
jarak 26 Km. Terletak di sekitar 70 30' 34" - 70 47' 49" lintang selatan dan
1110 10' 54" - 1110 30' 46" bujur timur, dengan suhu udara berkisar antara
16-200 C di daerah pegunungan dan 22-260 C di dataran rendah. Magetan
merupakan kabupaten yang berpotensi di bidang pertanian dan pariwisata.
2. Wilayah Kecamatan di Kabupaten Magetan
Kabupaten Magetan terdiri dari 18 kecamatan, 208 desa, 27 kelurahan,
822 Dusun/Lingkungan, dan 4.710 Rukun Tetangga. 18 kecamatan tersebut
adalah :
1. Kecamatan Barat, membawahi 13 desa.
2. Kecamatan Bendo, membawahi 16 desa.
3. Kecamatan Karangrejo, membawahi 14 desa.
4. Kecamatan Karas, membawahi 11 desa.
5. Kecamatan Kartoharjo, membawahi 13 desa.
6. Kecamatan Kawedanan, membawahi 20 desa.
7. Kecamatan Lambeyan, membawahi 10 desa.
8. Kecamatan Magetan, membawahi 14 desa.
10. Kecamatan Ngariboyo, membawahi 12 desa.
11. Kecamatan Nguntoronadi, membawahi 9 desa.
12. Kecamatan Panekan, membawahi 17 desa.
13. Kecamatan Parang, membawahi 13 desa.
14. Kecamatan Plaosan, membawahi 15 desa.
15. Kecamatan Poncol, membawahi 8 desa.
16. Kecamatan Sidorejo, membawahi 10 desa.
17. Kecamatan Sukomoro, membawahi 12 desa.
18. Kecamatan Takeran, membawahi 11 desa.
B. Kependudukan dan Ketenagakerjaan
Permasalahan yang terdapat di Kabupaten Magetan pada dasarnya
adalah pengendalian kepadatan penduduk yang bertujuan meningkatkan
kualitas manusia. Program pengendalian kelahiran, penurunan angka
kematian, perpanjangan angka harapan hidup, penyebaran penduduk yang
seimbang serta pengembangan potensi penduduk sebagai modal
pembangunan dilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut.
Pada tahun 2014 jumlah penduduk Kabupaten Magetan berjumlah
695.158 jiwa dengan komposisi laki – laki 337.373 jiwa dan perempuan 358.751 jiwa. Ditinjau dari jumlah komposisi penduduk, jumlah laki – laki lebih sedikit dari jumlah perempuan. Kecamatan yang memiliki jumlah
terkecil yaitu terdapat di Kecamatan Nguntoronadi dengan komposisi
jumlah laki – laki 11.752 jiwa dan perempuan 12.399 jiwa.
Tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi maka akan tinggi pula
penyediaan tenaga kerja. Penawaran tenaga kerja yang tinggi tanpa
diimbangi dengan kesempatan kerja yang cukup akan menimbulkan
pengangguran.
TABEL 4.1
Persentase Perbandingan Tingkat Pengangguran Terbuka 2010 – 2014 (persen)
Tahun Magetan Jawa Timur
2010 2,41 4,25
2011 3,16 4,16
2012 3,86 4,12
2013 2,96 4,30
2014 4,28 4,19
Sumber : BPS Kab. Magetan
Berdasarkan tabel 4.1 tersebut dapat dilihat perbandingan tingkat
pengangguran terbuka Kabupaten Magetan dengan Provinsi Jawa timur
pada tahun 2012, persentase perbandingan Kabupaten Magetan 3,86 lebih
rendah dibandingkan Provinsi Jawa Timur dengan persentase 4,12.
Kemudian ditahun 2013, dengan persentase 2,96 masih lebih rendah
dibandingkan Provinsi Jawa Timur dengan persentase 4,30. Selanjutnya
ditahun 2014 sedikit lebih tinggi dari persentase pengangguran di Jawa
Mayoritas mata pencaharian penduduk Kabupaten Magetan adalah
Bertani. Pertanian masih menjadi orientasi pekerjaan masyarakat terutama
Padi, Jagung, dan Ubi. Ketersediaan lahan dan hadirnya beberapa
perusahaan perkebunan menjadikan pekerjaan bertani sebagai pekerjaan
utama yang tersedia. Kehadiran kegiatan industri pengolahan seperti kulit
dibeberapa tahun belakangan sedikit menggeser kegiatan bertani ini, terlebih
juga sektor perdagangan yang mulai terlihat geliatnya menjadi salah satu
faktr penggeser sektor pertanian tersebut. Pilihan pekerjaan lain sebagai
pedagang adalah yang paling banyak dilakukan. Pilihan perdagangan ini
dikarenakan lokasi Kabupaten Magetan yang cukup jauh dari ibukota
provinsi yakni Jawa Timur memungkinkan menjadi pusat pedagangan bagi
daerah sekitarnya.
C. Perekonomian Kabupaten Magetan
Struktur perekonomian suatu daerah ditentukan oleh besarnya peranan
sektor – sektor ekonomi dalam menciptakan nilai tambah. Semakin besar nilai tambah yang diraih oleh suatu sektor maka semakin besar peranan
dalam perekonomian daerah tersebut. Berdasarkan distribusi persentase
PDRB atas harga konstan menurut lapangan usaha, maka sektor pertanian,
kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi yang besar terhadap
Tabel 4.2
Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Magetan Tahun 2010 – 2014 (persen)
Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013 2014
Pertanian, kehutanan, dan perikanan 34,07 34,21 34,32 34,44 34,76 Pertambangan dan penggalian 1,86 1,78 1,67 1,59 1,64 Industri Pengolahan 9,90 9,82 9,64 9,58 9,61
Pengadaan listrik dan gas 0,06 0,06 0,06 0,05 0,05
Pengadaan air, pengolahan sampah,
limbah, dan daur ulang 0,25 0,24 0,23 0,21 0,19
Kontruksi 7,79 7,87 7,77 7,77 7,88
Perdagangan besar dan eceran ; reparasi
mobil dan sepeda motor 13,64 13,88 13,96 14,18 13,92
Transportasi dan pergudangan 1,26 1,22 1,19 1,24 1,32
Penyediaan akomodasi dan makan/minum 3,62 3,62 3,72 3,88 4,06
Informasi dan komunikasi 6,12 6,19 6,40 6,48 6,28 Jasa keuangan dan asuransi 2,10 2,16 2,32 2,51 2,59
Real Estate 1,41 1,39 1,37 1,39 1,37
Jasa Perusahaan 0,33 0,32 0,32 0,32 0,33
Administrasi pemerintahan, pertahanan
dan jaminan sosial wajib 9,35 9,21 9,10 8,48 7,90
Jasa pendidikan 4,17 4,03 4,11 4,08 4,16 Jasa kesehatan dan kegiatan sosial 0,74 0,76 0,76 0,78 0,83 Jasa lainnya 3,35 3,23 3,06 3,03 3,14 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber : BPS Kab.Magetan
Berdasarkan tabel 4.2, kontribusi masing – masing sektor terhadap pertumbuhan PDRB Kabupaten Magetan dapat dilihat peranan terbesar
dalam penciptaan nilai tambah yang diberikan oleh sektor pertanian,
kehutanan, dan perikanan yang besarannya mengalami peningkatan, yakni
sebesar 34,07 persen pada tahun 2010, ditahun 2011 sebesar 34,32 persen
tersebut mengalami peningkatan menjadi sebesar 34,76 persen. Untuk
mempertahankan nilai pendapatan, pemerintah daerah kebupaten berupaya
membuat kebijakan yang memberikan perhatian kepada sektor – sektor yang memberikan kontribusi kepada peningkatan perekonomian daerah.
Kontribusi terbesar kedua adalah berasal dari sektor perdagangan
besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor dengan peranan yang
cenderung menigkat yakni pada tahun 2010 sebesar 13,64 persen menjadi
sebesar 14,18 persen pada tahun 2013, namun menurun ditahun 2014
menjadi sebesar 13,92 persen. Kontribusi terbesar ketiga adalah sektor
industri pengolahan yang cenderung mengalami penurunan setiap tahun.
Tercatat pada tahun 2010 sektor tersebut memberikan peranan sebesar 9,90
persen dan pada tahun 2013 sebesar 9,58 persen, namun ditahun 2014
mengalami peningkatan menjadi sebesar 9,61 persen. Sementara kontribusi
terkecil adalah sektor pengadaan listrik dan gas yakni pada tahun 2010
sebesar 0,06 persen dan pada tahun 2014 menjadi sebesar 0,05 persen.
Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Timur yang berfluktuasi
setiap tahun yakni pada tahun 2011 sebesar 6,44 persen menjadi sebesar
6,64 persen pada tahun 2012, namun ditahun berikutnya hingga 2014
mengalami penurunan menjadi sebesar 5,86 persen dikarenakan
menurunnya sumbangan dari sebagian besar sektor yang ada. Laju
pertumbuhan yang berfluktuasi tersebut membawa dampak terhadap
perekonomian Kabupaten Magetan yang turut mengalami fluktuasi setiap
pada tahun 2011 mampu tumbuh sebesar 5,59 persen dan mengalami
peningkatan setiap tahun hingga menjadi sebesar 5,82 persen pada tahun
2013, namun menurun ditahun 2014 menjadi sebesar 5,18 persen.
D. Pendidikan dan Kesehatan
Berdasarkan pembukaan Undang – Undang Dasar 1945 yang berbunyi ikut mencerdasakan kehidupan bangsa adalah salah satu tanggungjawab
pemerintah daerah untuk mewujudkannya. Pendidikan merupakan alat
untuk mencapai kemajuan suatu bangsa. Jika suatu bangsa tidak dapat
mewujudkan pendidikan yang baik maka bangsa tersebut akan mengalami
ketertinggalan dan keterbelakangan dibandingkan bangsa – bangsa lain yang memiliki pendidikan lebih baik.
TABEL 4.3
Jumlah Sekolah dan Perguruan Tinggi 2014 (satuan unit)
Kategori Jumlah
Institusi
Rincian Negeri Swasta
Sekolah Dasar 506 495 11
Sekolah Menengah
Pertama 54 40 14
Sekolah Menengah Umum 13 10 3
Sekolah Menengah
kejuruan 30 6 24
Perguruan Tinggi 2 - 2
Sumber : BPS Kab. Magetan
Berdasarkan tabel 4.3, terdapat jumlah sekolah dan perguruan tinggi
yang terdapat di Kabupaten Magetan. Sekolah Dasar sejumlah 506 unit
dengan sekolah negeri sejumlah 495 unit dan sekolah swasta sejumlah 11
unit, Sekolah Menengah Pertama sejumlah 54 unit dengan sekolah negeri
Umum sejumlah 13 unit dengan sekolah negeri sejumlah 10 unit dan
sekolah swasta sejumlah 3 unit, Sekolah Menengah Kejuruan sejumlah 30
unit dengan sekolah negeri sejumlah 6 unit dan sekolah swasta sejumlah 24
unit, dan 2 akademi. Hanya saja yang perlu disayangkan adalah belum
adanya perguruan tinggi yang terdapat di Kabupaten Magetan.
TABEL 4.4
Jumlah Fasilitas Kesehatan Tahun 2014 (satuan unit)
Kecamatan Rumah
Sumber : BPS Kab. Magetan
Pada tahun 2014 pembangunan dan pemenuhan bidang kesehatan di
Kabupaten Magetan cukup maju, hal ini dapat dilihat pada tabel 4.4 dari
pembangunan fasilitas dan sarana penunjang pelayanan kesehatan