• Tidak ada hasil yang ditemukan

Angka Kejadian Depresi Pasca Bencana Sinabung pada Lansia di Posko Pengungsian Universitas Karo (UKA) Kabupaten Karo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Angka Kejadian Depresi Pasca Bencana Sinabung pada Lansia di Posko Pengungsian Universitas Karo (UKA) Kabupaten Karo"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN 1

Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Nama saya adalah Herti Tri Yulita Sigalingging/141121079, mahasisiwi Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Medan. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang “Angka Kejadian Depresi Pasca Bencana Sinabung pada Lansia di Posko Pengungsian UKA Kabupaten Karo”. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Adapun tujuan saya melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui Angka Kejadian Depresi Pasca Bencana Sinabung pada Lansia di Posko Pengungsian UKA Kabupaten Karo. Penelitian ini dilakukan selama 1 bulan yaitu mulai bulan Agustus sampai September. Jika ada hal yang kurang dipahami dalam mengisi kuesioner ini, Bapak/Ibu boleh bertanya kepada peneliti.

Berdasarkan hal diatas, saya mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu untuk berpartisipasi dalam penelitian ini dimana penelitian ini tidak akan memberi dampak yang membahayakan. Jika Bapak/Ibu bersedia, silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan Bapak/Ibu. Semua informasi yang Bapak/Ibu berikan akan dirahasiakan dan hanya akan dipergunakan dalam penelitian ini. Atas partisipasi Bapak/Ibu, saya mengucapakan terimakasih.

Medan, Agustus 2015 Responden

(2)

LAMPIRAN 2

KUESIONER DATA DEMOGRAFI

Berikut dibawah ini mengenai data demografi Anda, jawablah setiap pernyataan yang tersedia dengan memberikan tanda checklist (√) atau mengisi jawaban pada tempat yang telah disediakan!

1. nomor responden (diisi oleh peneliti) : ……… 2. Usia : 60-74 thn 75-90 thn

>90 thn

3. Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan

4. Agama : Islam Katolik Protestan

Hindu Budha

5. Suku : Jawa Minang Batak Cina Aceh dll 6. Pendidikan terakhir: SD SMP SMA Diploma Sarjana

Tidak Sekolah

7. Pekerjaan sebelumnya: PNS Pegawai Swasta Petani Buruh/karyawan Tidak bekerja

8. Status perkawinan : Menikah Tidak menikah Janda Duda

9. Riwayat Kesehatan : Hipertensi Rematik

Gangguan pendengaran m Diabetes Melitus

(3)

GERIATRIC DEPRESSION SCALE (GDS)

Pilihlah jawaban yang paling tepat tentang apa yang telah anda di minggu terakhir. Berikan tanda checklist (√) pada kolom Ya atau Tidak.

No Pertanyaan Ya Tidak

1 Apakah anda benar-benar puas dengan kehidupan Anda?

2 Apakah anda telah menghentikan banyak aktifitas dan minat anda?

3 Apakah anda merasa bahwa hidup anda hampa? 4 Apakah anda sering merasa bosan?

5 Apakah anda bersemangat sepanjang waktu?

6 Apakah anda merasa khawatir bahwa sesuatu yang buruk bakal terjadi pada anda?

7 Apakah anda merasa bahagia sepanjang waktu? 8 Apakah Anda sering merasa tidak memiliki daya? 9 Apakah Anda lebih suka tinggal di rumah daripada

keluar rumah dan mengerjakan hal-hal yang baru? 10 Apakah anda merasa anda mempunyai lebih banyak

masalah daya ingat anda daripada lainnya?

11 Apakah anda merasa bersyukur karena anda masih diberi kesempatan untuk hidup sekarang?

12 Apakah anda merasa tidak berharga dengan cara hidup anda sekarang?

13 Apakah anda merasa sangat bertenaga?

14 Apakah anda merasa situasi anda sekarang ini tidak memiliki harapan?

15 Apakah anda mengira bahwa hampir semua orang hidupnya lebih bahagia dari anda?

(4)

GERIATRIC DEPRESSION SCALE (GDS) Choose the best answer for how you have felt over the past week.

Number Questions Yes No

1 Are you basically satisfied with your life?

2 Have you dropped many your activities and interests?

3 Do you feel that your life is empty? 4 Do you often get bored?

5 Are you in good spirits most of the time?

6 Are you afraid that something bad is going to happen to you?

7 Do you feel happy most of the time? 8 Do you often feel helpless?

9 Do you prefer to stay at home, rather than going out and doing new things?

10 Do you feel you have more problems with memory than most?

11 Do you think it is wonderful to be alive now? 12 Do you feel pretty worthless the way you are now? 13 Do you feel full of energy?

14 Do you feel that your situation is hopeless?

(5)
(6)

No USIA

JENIS

KELAMIN AGAMA SUKU

PENDIDIKAN

TERAKHIR PEKERJAAN SEBELUMNYA

STATUS PERKAWINAN

RIWAYAT KESEHATAN

22 2 1 3 3 2 3 1 1

23 1 1 3 3 1 3 1 1

24 1 1 1 3 1 3 1 1

25 1 2 3 3 2 4 1 1

26 2 1 1 3 1 3 1 2

27 2 1 3 3 1 3 4 1

28 1 1 1 3 3 3 1 1

29 1 2 2 3 1 3 3 1

(7)

Data Depresi Lansia

No P 1 P 2 P 3 P 4 P 5 P 6 P 7 P 8 P 9 P 10 P 11 P 12 P 13 P 14 P 15 Skor

1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 4

2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 14

3 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 8

4 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 9

5 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 7

6 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 5

7 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 3

8 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 4

9 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 10

10 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 11

11 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 8

12 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4

13 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 6

14 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 4

15 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 9

16 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 5

17 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 7

18 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 11

19 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 11

20 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 8

21 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 5

22 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 6

(8)

No P 1 P 2 P 3 P 4 P 5 P 6 P 7 P 8 P 9 P 10 P 11 P 12 P 13 P 14 P 15 Skor

23 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 6

24 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 6

25 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 7

26 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 10

27 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 4

28 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 5

29 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 9

(9)

Frequencies

Statistics

P 1 P 2 P 3 P 4 P 5

N Valid 30 30 30 30 30

Missing 0 0 0 0 0

Mean .87 .60 .43 .90 .43

Std. Deviation .346 .498 .504 .305 .504

Statistics

P 6 P 7 P 8 P 9 P 10

N Valid 30 30 30 30 30

Missing 0 0 0 0 0

Mean .37 .60 .33 .07 .67

Std. Deviation .490 .498 .479 .254 .479

Statistics

P 11 P 12 P 13 P 14 P15

N Valid 30 30 30 30 30

Missing 0 0 0 0 0

Mean .03 .23 .57 .30 .60

Std. Deviation .183 .430 .504 .466 .498

(10)

Frequency Table

Pertanyaan 1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 4 13.3 13.3 13.3

1 26 86.7 86.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

Pertanyaan 2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 12 40.0 40.0 40.0

1 18 60.0 60.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

Pertanyaan 3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 17 56.7 56.7 56.7

1 13 43.3 43.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

Pertanyaan 4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 3 10.0 10.0 10.0

1 27 90.0 90.0 100.0

(11)

Pertanyaan 5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 17 56.7 56.7 56.7

1 13 43.3 43.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

Pertanyaan 6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 19 63.3 63.3 63.3

1 11 36.7 36.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

Pertanyaan 7

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 12 40.0 40.0 40.0

1 18 60.0 60.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

Pertanyaan 8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 20 66.7 66.7 66.7

1 10 33.3 33.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

(12)

Pertanyaan 9

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 28 93.3 93.3 93.3

1 2 6.7 6.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

Pertanyaan 10

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 10 33.3 33.3 33.3

1 20 66.7 66.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

Pertanyaan 11

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 29 96.7 96.7 96.7

1 1 3.3 3.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

Pertanyaan 12

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 23 76.7 76.7 76.7

1 7 23.3 23.3 100.0

(13)

Pertanyaan 13

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 13 43.3 43.3 43.3

1 17 56.7 56.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

Pertanyaan 14

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 21 70.0 70.0 70.0

1 9 30.0 30.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

Pertanyaan 15

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 12 40.0 40.0 40.0

1 18 60.0 60.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

Statistics Hasil

N Valid 30

Missing 0

Mean 2.10

Std. Deviation .803

(14)

HASIL

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

KELAMIN AGAMA SUKU PENDIDIKAN TERAKHIR

(15)

Frequency Table

JENIS KELAMIN

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid LAKI-LAKI 12 40.0 40.0 40.0

PEREMPUAN 18 60.0 60.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

AGAMA

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid ISLAM 12 40.0 40.0 40.0

KATOLIK 1 3.3 3.3 43.3

PROTESTAN 17 56.7 56.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

SUKU

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid BATAK 30 100.0 100.0 100.0

PENDIDIKAN TERAKHIR

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SD 20 66.7 66.7 66.7

SMP 4 13.3 13.3 80.0

SMA 4 13.3 13.3 93.3

TIDAK SEKOLAH 2 6.7 6.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

(16)

PEKERJAAN SEBELUMNYA

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid PETANI 27 90.0 90.0 90.0

BURUH/KARYAWAN 1 3.3 3.3 93.3

TIDAK BEKERJA 2 6.7 6.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

STATUS PERKAWINAN

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid MENIKAH 14 46.7 46.7 46.7

JANDA 14 46.7 46.7 93.3

DUDA 2 6.7 6.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

USIA

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 60-74 Tahun 19 63.3 63.3 63.3

75-90 Tahun 8 26.7 26.7 90.0

>80 Tahun 3 10.0 10.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

RIWAYAT KESEHATAN

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0-2 23 76.7 76.7 76.7

>2 7 23.3 23.3 100.0

(17)

Crosstabs

JENIS KELAMIN * HASIL Crosstabulation

(18)
(19)
(20)
(21)

LAMPIRAN 5

TAKSASI DANA

1. Persiapan Proposal dan Perbaikan Proposal

a. Kertas dan tinta print Rp 100.000

b. Fotocopy sumber-sumber tinjauan pustaka Rp 50.000

c. Biaya internet Rp 50.000

d. Perbanyak proposal dan penjilidan Rp 100.000

e. Konsumsi saat sidang proposal Rp 200.000

2. Pengumpulan Data dan Pengolahan Data

a. Penggandaan Kuesioner Rp 15.000

b. Transportasi Rp 500.000

c. Soufenir Rp 100.000

3. Persiapan Skripsi

a. Kertas dan tinta print Rp 150.000

b. Penggandaan skripsi dan penjilidan Rp 150.000

c. CD Rp 10.000

d. Konsumsi saat sidang skripsi Rp 200.000

4. Biaya ta terduga Rp 162.500

Jumlah Rp 1.787.500

(22)
(23)
(24)
(25)
(26)

SKALA DEPRESI GERIATRIK: BENTUK SINGKAT

Pilih jawaban yang paling tepat tentang apa yang telah anda rasakan di minggu terakhir:

1. Apakah anda benar-benar puas dengan kehidupan anda? Ya/Tidak

2. Apakah anda telah menghentikan banyak aktifitas dan minat anda? Ya/Tidak

3. Apakah anda merasa bahwa hidup anda hampa? Ya/Tidak

4. Apakah anda sering merasa bosan? Ya/Tidak

5. Apakah anda tetap bersemangat sepanjang waktu? Ya/Tidak

6. Apakah anda merasa khawatir sesuatu yang buruk bakal terjadi pada diri anda?

Ya/Tidak

7. Apakah anda merasa bahagia sepanjang waktu? Ya/Tidak

8. Apakah anda sering merasa tidak memiliki daya? Ya/Tidak

9. Apakah anda lebih suka tinggal di rumah daripada keluar rumah dan mengerjakan

hal-hal yang baru? Ya/Tidak

10. Apakah anda merasa anda memiliki lebih banyak masalah dengan daya ingat anda

daripada lainnya? Ya/Tidak

11. Apakah anda merasa bersyukur karena anda masih diberi kesempatan untuk hidup

sekarang? Ya/Tidak

12. Apakah anda merasa tidak berharga dengan cara hidup anda sekarang? Ya/Tidak

13. Apakah anda merasa sangat bertenaga? Ya/Tidak

14. Apakah anda merasa situasi anda sekarang ini tidak memiliki harapan? Ya/Tidak

15. Apakah anda mengira bahwa hampir semua orang hidupnya lebih bahagia dari anda?

Ya/Tidak

Jawaban yang ditebalkan menunjukkan dipresi. Beri nilai 1 untuk setiap jawaban yang

ditebalkan.

Nilai > 5 menunjukkan dipresi

(27)
(28)
(29)
(30)
(31)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Herti Tri Yulita Sigalingging Tempat Tanggal Lahir: Pangururan, 20 Februari 1994 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jln. Jamin Ginting Gg. Sempurna No. 9, Padang Bulan Riwayat Pendidikan :

1. 1998- 2004 : SD Negeri No. 175832 Buhit, Pangururan 2. 2004 - 2007 : SMP Swasta Budi Mulia Pangururan 3. 2007 - 2010 : SMA Negeri 1 Matauli Pandan 4. 2011 - 2014 : D-III Keperawatan USU

5. 2014- Sekarang : S-1 Keperawatan Ekstensi USU

(32)

DAFTAR PUSTAKA

BPS.(2014).Penduduk lanjut usia. Diambil dari http://www.menegpp.go.id /v2/index.php/datadaninformasi/kependudukan

Dwi & Fitrah. (2010). Memahami kesehatan pada lansia. Jakarta: TIM.

Firdawati & Riyadi. (2014). Hubungan terapi musik keroncong dengan tingkat depresi pada lansia di panti wredha budhi dharma yogyakarta 2014. Diambil dari http://ejournal.stikes-yogyakarta.ac.id/index.php/jksi/article/ download /9/10

Hastono, S. P.(2007). Analisa Data Kesehatan. Jakarta: UI Press.

Hawari, H. D. (2013). Manajemen stress, cemas dan depresi. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.

Hidayat, D. R.(2009). Ilmu perilaku manusia pengantar psikologi untuk tenaga kesehatan. Jakarta: TIM.

Hurlock, E.B. (2004). Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Jia, et al. (2010) Are the elderly more vulnerable to psychological impact of

natural disaster? A population-based survey of adult survivors of the 2008 Sichuan earthquake. Diambil dari http://bmcpublichealth .biomedcentral .com/articles/10.1186/1471-2458-10-172

Kaplan & Sadock. (2010). Buku ajaran psikiatri klinis.Edisi 2. Jakarta : EGC. Maryam, dkk. (2008). Mengenal usia lanjut dan perawatannya. Jakarta: Salemba

Medika.

Maulida. (2012). Gambaran tingkat depresi pada lanjut usia (lansia) di panti sosial tresna wreda budi mulia 01 dan 03 jakarta timur. Diambil dari lib.ui.ac.id/file?file=digital_20308713-S432105-Gambaran tingkat fulltext .pdf

Mubarak, dkk. (2006). Buku ajar ilmu keperawatan komunitas 2.Jakarta: Sagung Seto.

(33)

45

Nugroho, H. W. (2008). Keperawatan gerontik & geriatrik. Edisi 3. Jakarta: EGC. Nurhasanah., et al. (2009) Hubungan tingkat depresi dengan kualitas hidup pada

masyarakat daerah bencana pasca gempa bumi di kabupaten sleman tahun 2008. Diambil dari http://jurnal.ugm.ac.id/bkm.

Nursalam.(2013). Metodologi penelitian ilmu keperawatan pendekatan praktis.Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.

Pieter, dkk. (2011). Pengantar psikopatologi untuk keperawatan. Jakarta: Kencana.

Potter & Perry. (2009). Fundamental keperawatan. Edisi 7. Jakarta: Salemba Medika.

Rochdiat, W. (2012). Hubungan antara tingkat hipertensi dengan tingkat depresi pada lanjut usia di panti sosial tresna wredha abiyoso pakem daerah istimewa yogyakarta. Diambil dari http://journal.respati.ac.id/index.php /ilmukeperawatan/article/download/186/161

Saragih, E.C. (2010). Gambaran depresi pada lanjut usia. Diambil dari http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/22288.pdf

Sembiring, S.M. (2013). Hubungan dukungan sosial keluarga dengan gejala depresi pada lansia di UPT pelayanan sosial wilayah binjai medan. Diambil dari http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/46257.pdf

Siahaan, M.C.N. (2013). Gambaran tingkat depresi pada lansia di unit pelayanan terpadu sosial lanjut usia dan anak balita wilayah binjai dan medan 2013. Diambil dari http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/40392.

Stanley & Beare. (2006). Buku ajar keperawatan gerontik. Edisi 2. Jakarta: EGC. Tamher & Noorkasiani. (2009). Keperawatan usia lanjut dengan pendekatan

asuhan keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

(34)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN 3.1KERANGKA PENELITIAN

Kerangka penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi Angka Kejadian Depresi Pasca Bencana Sinabung pada Lansia di Posko Pengungsian UKA Kabupaten Karo. Instrumen dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk kuesioner untuk mengidentifikasi angka kejadian depresi pasca bencana Sinabung pada lansia di posko pengungsian UKA Kabupaten Karo.

Skema 1. Kerangka Penelitian Angka Kejadian Depresi Pasca Bencana Sinabung pada Lansia di Posko Pengungsian UKA Kabupaten Karo

Depresi pada Lansia

Kategori Tingkat Depresi:

(35)
(36)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka kejadian depresi pasca bencana Sinabung pada lansia di posko pengungsian UKA Kabupaten Karo.

4.2 Populasi, Sampel Penelitian dan Teknik Sampling 4.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang berusia 60 tahun ke atas yang berada di posko pengungsian UKA Kabupaten Karo. Jumlah pengungsi yang berada di posko adalah 400 orang, dengan lansia 30 Orang.

4.2.2 Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 30 orang.

4.2.3 Teknik Sampling

Cara pengambilan sampel penelitian ini dengan menggunakan teknik total sampling yaitu sampel yang diambil meliputi keseluruhan unsur populasi.

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

(37)

25

pasca bencana Sinabung pada lansia yang telah dilakukan pada Agustus- September 2015.

4.4 Pertimbangan Etik

Penelitian ini memperhatikan pertimbangan etik dalam melakukan penelitian. Penelitian ini dilakukan setelah mendapat izin dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan izin dari pihak posko pengungsian UKA.

Pertimbangan etik yang perlu diperhatikan menurut Nursalam (2013) yaitu peneliti memberi kebebasan kepada responden untuk menentukan apakah bersedia atau tidak untuk mengikuti penelitian (self determination), peneliti menanyakan kesediaan menjadi responden setelah peneliti memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan, dan manfaat penelitian, jika responden bersedia menjadi peserta penelitian maka responden diminta menandatangani lembar persetujuan (informed concent), peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data, tetapi akan memberikan kode pada masing-masing lembar persetujuan (anonimity), dan peneliti menjamin kerahasiaan informasi responden dan kelompok data tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian (confidentiality). 4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan oleh peneliti untuk pengumpulan data berupa kuesioner. Instrumen yang digunakan ada dua bagian yaitu kuesioner data demografi dan kuesioner depresi.

(38)

26

4.5.1 Kuesioner Data Demografi

Kuesioner data demografi yang digunakan untuk mengkaji data demografi lansia meliputi nomor responden, usia, jenis kelamin, agama, suku, pendidikan terakhir, pekerjaan sebelumnya, dan status pernikahan.

4.5.2 Kuesioner Depresi

Instrumen yang atau alat ukur yang digunakan untuk memperoleh data yang dibutuhkan adalah Geriatric Depression Scale (GDS) yang menggunakan jenis skala ordinal. Kuesioner ini diterjemahkan ke Bahasa Indonesia di Pusat Bahasa Universitas Sumatera Utara (USU). Responden dibacakan dan dibimbing dalam pengisian kuesioner dengan memilih 2 jawaban yang tersedia, yaitu “ya” atau

“tidak”.

Penilaian GDS, jawaban ”tidak” untuk butir no. 1,5,7,11,13 mendapat skor

1 (satu) dan jawaban ”ya” untuk butir no. 2,3,4,6,8,9,10,12,14,15 mendapat skor

1 (satu). Hasil ukur dinilai berdasarkan skor yang didapat, yaitu 0-4 tidak depresi, 5-8 depresi ringan, 9-11 depresi sedang dan 12-15 depresi berat.

4.6 Validitas dan Reliabilitas

Prinsip penyusunan instrumen penelitian adalah validitas (kesahihan) dan reliabilitas (keandalan). Validitas (kesahihan) adalah menyatakan apa yang seharusnya diukur dan reliabilitas (keandalan) adalah adanya suatu kesamaan hasil apabila pengukuran dilaksanakan oleh orang yang berbeda ataupun waktu yang berbeda (Nursalam, 2013).

(39)

27

reliabilitas. Kuesioner Geriatric Depression Scale (GDS) digunakan khusus untuk mengukur derajat depresi pada usia lanjut dan telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia serta divalidasi secara internasional baik dalam penelitian klinik maupun epidemologik. GDS terdiri dari 15 item pertanyaan dengan pemberian skor berdasarkan nomor pertanyaan dan jawaban yang diberikan lansia. Menurut Nasrun (2009, dalam Saragih 2010) instrumen ini memiliki sensitivitas 90,19% dan spesifitas 83,67% dalam menilai tingkat depresi. Validitas dan realibilitas dari alat telah didukung melalui kedua praktek klinis dan penelitian dengan nilai r = 0,84 dan p < 0. 001.

4.7 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan setelah peneliti menerima surat izin pelaksanaan penelitian dari institusi pendidikan Fakultas Keperawatan USU. Pada saat penelitian peneliti akan menjelaskan terlebih dahulu tujuan, manfaat, dan prosedur pelaksanaan penelitian. Pada penelitian ini kuesioner terdiri dari dua bagian. Kuesioner ini akan ditanyakan oleh peneliti langsung kepada lansia dengan cara tanya jawab (wawancara) menggunakan Bahasa Karo yang dibantu oleh penerjemah. Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan bina hubungan saling percaya terlebih dahulu kepada calon responden. Pada tahap ini, peneliti menjelaskan identitas diri, berkenalan dengan calon responden, tujuan datang ke posko, bagaimana cara mengambil data, lama proses wawancara, dan menanyakan kesediaan calon responden. Jika lansia setuju, baru dilakukan wawancara.

(40)

28

Lansia bebas untuk memilih ikut serta atau tidak dalam suatu penelitian, tanpa ada paksaan dari peneliti. Lansia yang tidak bersedia menjawab pertanyaan dari kuesioner penelitian karena berbagai macam alasan ataupun tidak ada alasan merupakan hak mereka. Peneliti tidak punya hak ataupun wewenang untuk memaksa lansia tersebut untuk ikut serta (menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peneliti) dalam penelitian ini.

Lansia berhak untuk menentukan waktu, cara/alat dan kebebasan untuk memberikan informasi kepada peneliti. Jika lansia mengajukan beberapa syarat ataupun kondisi dalam menentukan tempat, waktu, cara, dan alat yang digunakan dalam mengisi kuesioner maka peneliti harus menyetujui selama tidak bertentangan dengan hukum dan agama apapun. Lansia yang menjadi responden dapat memberikan informasi yang dia mau dengan bebas baik semuanya maupun sebagian saja dari informasi yang diperlukan oleh peneliti untuk kepentingan penelitian.

(41)

29

Peneliti menjaga kerahasiaan semua informasi yang diberikan responden seperti identitas lansia dan hasil GDS yang diperoleh dari lansia serta hanya menggunakan data tersebut untuk kepentingan penelitian. Selain itu, lansia yang ingin disamarkan identitasnya juga dibolehkan dalam penelitian. Untuk hal ini, nama lansia akan ditulis menjadi inisial saja sehingga identitas lansia tersebut tidak diketahui orang lain dengan jelas.

Setiap lansia akan mendapat selembar kertas yang disebut Informed consent. Ini diberikan kepada lansia sebagai lembar persetujuan antara peneliti dengan lansia sebagai responden. Lansia yang setuju melakukan wawancara dengan peneliti menandatangani informed consent yang telah disediakan. Bukti bahwa lansia menyetujui untuk melakukan wawancara penelitian dengan tanda tangan. Setelah sampel terkumpul sesuai dengan sampel yang dibutuhkan peneliti maka dilanjutkan untuk analisa data.

4.8 Pengolahan dan Analisa Data 4.8.1 Pengolahan Data

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, peneliti melakukan pengolahan data yang terdiri dari beberapa tahap yaitu editing dilakukan untuk memeriksa atau mengoreksi data yang telah dikumpulkan, dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul. Coding adalah mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari para responden kedalam kategori, biasanya diklasifikasi dilakukan dengan cara memberi tanda/kode berbentuk angka pada masing-masing jawaban. Data yang sudah dilakukan coding mempermudah peneliti dalam melakukan analisa data dan mempercepat

(42)

30

pemasukan data penelitian. Selanjutnya dilakukan kegiatan pengolahan data dengan menggunakan program komputer. Setelah melalui proses editing dan coding, data hasil editing dimasukkan ke komputer dengan sistem komputerisasi.

Setelah data hasil penelitian yang sudah melalui proses editing, coding dan telah dimasukkan ke komputer (processing), maka peneliti harus mengecek kembali kelengkapan data yang sudah dimasukkan ke dalam komputer.

4.8.2 Analisa Data

(43)

31 melalui proses pengumpulan data yang telah dilakukan Agustus-September 2015 terhadap lansia berusia 60 tahun ke atas. Pengumpulan data telah dilakukan Agustus-September 2015 dengan responden berjumlah 30 orang. Berikut ini akan dijelaskan karakteristik dari responden yang diteliti dan penjelasan statistik deskriptif dari depresi pada lansia.

5.1.1 Data Demografi Responden

Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Responden pada Lansia di Posko Pengungsian UKA Kabupaten Karo (n=30)

(44)

32

Responden dalam penelitian ini adalah lanjut usia dengan umur 60 tahun ke atas, dan tinggal di Posko Pengungsian UKA Kabupaten Karo. Jumlah seluruh responden dalam penelitian ini adalah 30 orang lanjut usia. Adapun distribusi responden pada penelitian ini mencakup usia, jenis kelamin, agama, suku, pendidikan terakhir, pekerjaan sebelumnya, status pernikahan dan riwayat penyakit.

(45)

33

5.1.2 Distribusi Tingkat Depresi pada Lansia

Tabel 5.2 Distribusi Tingkat Depresi Lansia di Posko Pengungsian UKA Kabupaten Karo 2014 (n=30)

Tingkat Depresi Jumlah Persentase (%)

Tidak Depresi 7 23,3

Ringan 14 46,7

Sedang 8 26,7

Berat 1 3,3

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah lansia di Posko Pengungsian UKA mengalami depresi ringan sebanyak 14 orang (46,7%), depresi sedang 8 orang (26,7%), depresi berat 1 orang (3,3%), sementara lansia yang tidak mengalami depresi berjumlah 7 orang (23,3%).

Tabel 5.3 Distribusi Tingkat Depresi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Umur di Posko Pengungsian UKA Kabupaten Karo (n=30)

Karakteristik Tingkat Depresi Total

(46)

34

Berdasarkan tabel diatas bahwa dari 30 orang lansia terdapat lansia yang depresi dari kriteria jenis kelamin yaitu laki-laki tidak depresi 25% (3 orang), ringan 66,7% (8 orang), sedang 8,3% (1 orang) dan berat 0% (0 orang) sedangkan perempuan yang tidak mengalami depresi 22,2% (4 orang), ringan 33,3% (6 orang), sedang 38,9% (7 orang) dan berat 5,6% (1 orang).

Kriteria umur dari lansia yang mengalami depresi yaitu usia 60-74 tahun yang tidak depresi 21,1% (4 orang), ringan 52,6% (10 orang), sedang 26,3% (5 orang) dan berat 0% (0 orang). Usia 75-90 tahun tidak depresi 37,5% (3 orang), ringan 37,5% (3 orang), sedang 25% (2 orang) dan berat 0% (0 orang). Usia >90 tahun tidak depresi 0% (0 orang), ringan 33,3% (1 orang), sedang 33,3% (1 orang) dan berat 33,3% (1 orang).

5.2 Pembahasan

(47)

35

bekerja. Secara umum lingkungan posko pengungsian kurang tertata rapi, ventilasinya juga kurang memadai dan sebagian ruangan kapasitas pengungsinya terlalu banyak untuk satu ruangan. Hal ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan lansia untuk tetap tinggal di posko pengungsian.

Hasil penelitian menunjukkan distribusi perbandingan antara laki-laki dan perempuan di posko pengungsian menunjukkan bahwa jumlah lansia perempuan lebih banyak dari laki-laki, namun perbedaannya tidak terlalu besar. Data perbandingan laki-laki dan perempuan dari hasil Susenas tahun 2013 menyatakan di Indonesia terdapat 9,38 juta lansia laki-laki sedangkan lansia perempuan berjumlah 10,67 juta orang pada tahun 2013 (BPS, 2014). Hal ini menunjukkan bahwa lansia perempuan secara umum di tingkat nasional memiliki usia harapan hidup lebih besar dari laki-laki. Hal ini juga sama dengan keadaan di Posko Pengungsian UKA Kabupaten Karo.

Dilihat dari karakteristik umur, terdapat klasifikasi batasan umur menurut WHO yaitu elderly (60-74 tahun), old (75-90 tahun) dan very old (lebih dari 90 tahun). Lansia di posko pengungsian paling banyak berada di dalam klasifikasi elderly. Namun lansia yang berumur antara 75-90 tahun hampir mencapai

setengah dari elderly. Bahkan ada lansia di posko pengungsian yang sudah mencapai tahap very old yaitu lebih dari 90 tahun. Ini berarti secara umum usia harapan hidup lansia cukup tinggi. Semakin tua, keadaan fisik dan fungsional lansia akan menurun. Hal ini akan menambah resiko depresi ketika terpapar oleh penyebab dan faktor resiko depresi lainnya. Teori perkembangan Erikson menjelaskan bahwa lansia pada tahap usia ini akan mengalami integrity versus

(48)

36

despair. Lansia cenderung melakukan cerminan diri terhadap masa lalu. Mereka

yang tidak berhasil pada fase ini, akan merasa bahwa hidupnya percuma dan mengalami banyak penyesalan. Individu akan merasa kepahitan hidup dan putus asa. Mereka yang berhasil melewati tahap ini, berarti ia dapat mencerminkan keberhasilan dan kegagalan yang pernah dialami. Individu ini akan mencapai kebijaksanaan, meskipun saat menghadapi kematian.

Hasil penelitian menunjukkan angka terbanyak menderita depresi adalah pada umur elderly age (60-74 tahun) yaitu 63,3% (19 orang). Hal ini sama dengan penelitian Siahaan (2013), dimana yang lansia yang mengalami depresi paling banyak terjadi pada tingkat elderly age yaitu 67,48% (83 orang). Hal tersebut sesuai dengan pendapat bahwa semakin bertambah usia seseorang, semakin siap pula dalam menerima cobaan, hal ini didukung oleh teori aktivitas yang menyatakan bahwa hubungan antara sistem sosial dengan individu bertahan stabil pada saat individu bergerak dari usia pertengahan menuju usia tua (Cox dalam Tamher dan Noorkasiani, 2009).

(49)

37

dikarenakan pihak posko tidak memfasilitasi kegiatan keagaamaan tersebut. Pengajian rutin untuk Islam juga tidak ada. Sehingga lansia tidak dapat mengisi waktunya dengan beribadah yang seharusnya dapat menambah kematangan spiritual lansia dan dapat mencegah depresi.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui rata-rata tingkat pendidikan lansia adalah lulusan SD sebesar 66,7% (20 orang). Pendidikan bisa mempengaruhi seseorang dalam menerima informasi, kemampuan mendengar, gaya hidup, perilaku, dan kemampuan menyelesaikan masalah. Lansia yang tinggal di posko mayoritas berpendidikan rendah oleh karena itu kemampuan lansia mendengar, menerima dan memahami informasi, gaya hidup (kebiasaan), serta cara menyelesaikan masalah terkait kesehatan juga rendah. Masalah kesehatan kerap terjadi pada masa lansia. Lansia yang tidak tahu dan paham terhadap perubahan tersebut akan kesulitan beradaptasi dan hal ini bisa menjadi stresor yang memicu depresi pada lansia. Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Rochdiat (2012) dilihat dari faktor pendidikan diketahui sebagian besar responden bependidikan SD sebesar 66,7%. Hal ini sesuai dengan teori Tamher dan Noorkasiani (2009) bahwa tingkat pendidikan juga merupakan hal terpenting dalam menghadapi masalah. Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin banyak pengalaman hidup yang dilaluinya, sehingga akan lebih siap dalam menghadapi masalah yang terjadi. Hal ini juga sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Hawari (2011) yang menyatakan seseorang yang tidak memiliki pendidikan memiliki wawasan yang kurang, sehingga dalam proses mengatasi sebuah permasalahan, dapat menyebabkan stress dan depresi.

(50)

38

Depresi juga dapat disebabkan karena ketidakberdayaan status sosial ekonomi yang rendah. Responden penelitain ini sebagian besar pernah bekerja sebagai petani sebanyak 90% (27 orang), hal ini karena dipengaruhi oleh letak geografis Karo yang dekat dengan pegunungan dengan tanah subur sangat cocok ditanami sayur-sayuran dan buah-buahan. Namun, setelah tinggal di posko pengungsian sebagian lansia yang masih produktif harus mencari pekerjaan supaya dapat memenuhi kebutuhannya, karena bantuan dari pemerintah tidak cukup. Kondisi ekonomi yang rendah menyebabkan timbulnya rasa ketidakberdayaan karena hilangnya kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Hal ini menjadi salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya depresi.

(51)

39

Terdapat berbagai keluhan yang dimiliki oleh lansia. Depresi pada lansia sangat dipengaruhi oleh penurunan status kesehatan. Ada berbagai keluhan kesehatan yang dimiliki oleh lansia. Pada tabel distribusi terlihat bahwa banyak lansia yang memiliki riwayat kesehatan 0-2 penyakit. Hal ini terjadi akibat kemunduran-kemunduran fisik yang dialami oleh setiap orang yang memasuki usia lansia. Penyakit yang bersifat kronik dan bersifat nyeri sangat berpotensi menjadi stressor. Begitu juga dengan ketidakmampuan fisik yang menimbulkan ketergantungan pada orang lain dan menjadi tidak berdaya. Hal ini lebih memperbesar risiko depresi pada lansia. Stanley dan Beare (2006), mengatakan bahwa dalam teori penurunan imunitas juga berperan penting terhadap terjadinya berbagai penyakit dalam tubuh lansia. Dalam teori imunitas, saat seseorang bertambah usia, pertahanan terhadap organisme asing juga mengalami penurunan sehingga mengakibatkan kelompok usia lanjut menjadi rentan terhadap berbagai penyakit seperti kanker dan infeksi. Seorang dengan berkurangnya sistem imun, maka terjadilah peningkatan dalam respon autoimun pada lansia seperti arthritir rheumatoid dan alergi terhadap makanan dan faktor lingkungan yang lain.

Pada masa lansia, kematian pasangan hidup kerap sering terjadi. Kematian pasangan dan perceraian merupakan salah satu faktor resiko terjadinya depresi pada lansia. Pada penelitian ini didapatkan bahwa dari 30 orang lansia yang dengan kriteria janda/duda yaitu 53,3% (16 orang). Menjadi sendiri lagi setelah kematian pasangan di usia senja akan berdampak besar pada psikologis lansia karena kehilangan dukungan baik emosional, penghargaan, informasi dan instrumental. Bencana alam juga membuat lansia diharuskan tinggal di posko

(52)

40

pengungsian yang mengharapkan bantuan dari pemerintah. Hidup di posko dengan keadaan seperti itu bisa memicu depresi pada lansia di akhir kehidupannya. Menurut hasil penelitian Rochdiat (2012) diketahui sebagian besar responden berstatus janda/duda sebesar 66,7%. Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2011) bahwa sebanyak 50 dari 52 subyek lanjut usia dari yang diteliti berstatus duda/janda/belum menikah dan 34,8% mengalami depresi.

(53)

41

korban letusan gunung merapi, maka tingkat depresi mereka akan lebih tinggi lagi.

Persebaran lansia jika dilihat dari distribusi frekuensi ternyata lansia perempuan lebih banyak menderita depresi daripada lansia laki-laki yaitu jika dilihat dari tingkatannya lansia perempuan yang mengalami depresi berat 5,6% (1 orang). Hal ini dikarenakan perbedaan gender juga dapat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi psikologis lansia, sehingga akan berdampak pada bentuk adaptasi yang digunakan. Hal ini sesuai dengan penelitian Siahaan (2013) bahwa angka kejadian depresi pada lansia lebih tinggi pada perempuan yaitu 8,42% (8 orang) sedangkan laki-laki 10,76% (3 orang). Hal ini berlawanan dengan penelitian Saragih (2010) yang menyatakan bahwa lansia dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak mengalami depresi yaitu 33,3% daripada lansia berjenis kelamin perempuan 20,7%. Darmojo (1999) menyatakan hasil penelitian mereka yang memaparkan bahwa ternyata keadaan psikososial lansia di Indonesia secara umum masih lebih baik dibandingkan lansia di negara maju, antara lain tanda-tanda depresi (pria 4,3% dan wanita 4,2%) dapat diasumsikan bahwa wanita lebih mampu menghadapi masalah daripada kaum lelaki yang cenderung lebih emosional (Tamher & Noorkasiani, 2009).

Hasil penelitian mayoritas responden lebih banyak memilih pernyataan yang ke sebelas yaitu lansia merasa bersyukur karena masih diberi kesempatan untuk hidup sekarang (96,7%), hal ini menunjukkan spiritualitas lansia di posko pengungsian UKA baik dan pernyataan ke sembilan yaitu lansia lebih suka mengerjakan hal-hal baru daripada tinggal dirumah (93,3%), hal ini disebabkan

(54)

42

(55)

43 BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di Posko Pengungsian UKA di Kabupaten Karo lansia yang mengalami depresi ringan sebanyak 14 orang (46,7%), depresi sedang 8 orang (26,7%), depresi berat 1 orang (3,3%) dan yang tidak depresi 7 orang (23,3%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa lansia di Posko Pengungsian UKA mengalami depresi masih pada kategori tingkat depresi ringan (46,7%), karena lansia merasa bersyukur karena masih diberi kesempatan untuk hidup sekarang.

6.2Saran

6.2.1 Pendidikan Keperawatan

Hasil dari penelitian ini harapkan dapat menjadi masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang keperawatan gerontik khususnya tentang depresi pada lansia.

6.2.2 Penelitian Keperawatan

Untuk penelitian selanjutnya diharapkan untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi depresi pada lansia.

6.2.3 Tenaga Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi tenaga kesehatan khususnya perawat komunitas dan perawat jiwa untuk turun ke pengungsian untuk mencegah dan mengatasi masalah depresi pada pengungsi khususnya lansia.

(56)

BAB 2

TINJAUAN TEORI 2.1DEPRESI

2.1.1 Pengertian Depresi

Depresi adalah perasaan sedih, ketidakberdayaan, dan pesimis, yang berhubungan dengan suatu penderitaan. Dapat berupa serangan yang ditujukan kepada diri sendiri atau perasaan marah yang dalam (Nugroho, 2008). Depresi merupakan gangguan mental yang sering terjadi dalam kehidupan seseorang yang ditandai dengan emosi, motivasi, fungsional gerakan tingkah laku, dan kognitif (Pieter dkk, 2011). Depresi adalah keadaan emosional yang ditandai kesedihan yang sangat, perasaan bersalah dan tidak berharga, menarik diri dari orang lain, serta kehilangan minat untuk tidur dan melakukan hubungan seks juga hal-hal menyenangkan lainnya (Nasir & Muhith, 2011). Depresi adalah perasaan sedih, pesimis, dan merasa sendirian yang merupakan bagian dari depresi mayor dan gangguan mood lainnya (Kaplan & Sadock, 2010).

2.1.2 Etiologi Depresi

Dalam Kaplan & Sadock (2010), penyebab terjadinya depresi adalah: a. Faktor Biologis

(57)

7

hipotesis bahwa gangguan mood disebabkan oleh disregulasi heterogen amin biogenik.

b. Faktor Neurokimia

Walaupun data belum meyakinkan, neurotransmitter asam amino dan peptide neuroaktif telah dilibatkan dalam patofisiologi gangguan mood. Sejumlah peneliti telah mengajukan bahwa sistem messengers kedua- seperti regulasi kalsium, adenilat siklase, dan fosfatidilinositol- dapat menjadi penyebab. Asam amino glutamate dan glisin tampaknya menjadi neurotransmitter eksitasi utama pada sistem saraf pusat. Glutamat dan glisin berikatan dengan reseptor N-Metil-D-Aspartat (NMDA), jika berlebihan dapat memiliki efek neurotoksik. Hipokampus memiliki konsentrasi reseptor NMDA yang tinggi sehingga mungkin jika glutamate bersama dengan hiperkortisolemia memerantarai efek neurokognitif pada stres kronis. Terdapat bukti yang baru muncul bahwa obat yang menjadi antagonis reseptor NMDA memiliki efek antidepresan.

c. Faktor Genetik

Data genetik dengan kuat menunjukkan bahwa faktor genetik yang signifikan terlibat dalam timbulnya gangguan mood tetapi pola pewarisan genetik terjadi melalui mekanisme yang kompleks. Tidak hanya menyingkirkan pengaruh psikososial tetapi faktor nongenetik mungkin memiliki peranan kausatid di dalam timbulnya gangguan mood pada beberapa orang. Komponen genetik memiliki peranan yang bermakna di dalam gangguan bipolar I daripada gangguan depresi berat.

(58)

8

d. Faktor Psikososial

Peristiwa hidup dan penuh tekanan lebih sering timbul mendahului episode gangguan mood yang mengikuti. Hubungan ini telah dilaporkan untuk pasien gangguan depresif berat dan gangguan depresif I. Sebuah teori yang diajukan untuk menerangkan pengamatan ini adalah bahwa stres yang menyertai episode pertama mengakibatkan perubahan yang bertahan lama di dalam biologi otak. Perubahan yang bertahan lama ini dapat menghasilkan perubahan keadaan fungsional berbagai neurotransmitter dan sistem pemberian sinyal intraneuron, perubahan yang bahkan mencakup hilangnya neuron dan berkurangnya kontak sinaps yang berlebihan. Akibatnya seseorang memiliki resiko tinggi mengalami episode gangguan mood berikutnya, bahkan tanpa stressor eksternal.

(59)

9

e. Faktor Kepribadian

Tidak ada satupun ciri bawaan atau jenis kepribadian yang secara khas merupakan predisposisi seseorang mengalami depresi dibawah situasi yang sesuai. Orang dengan gangguan kepribadian tertentu- objektif kompulsif, histrionik dan borderline- mungkin memiliki resiko yang lebih besar untuk mengalami depresi daripada orang dengan gangguan kepribadian antisosial atau paranoid. Gangguan kepribadian paranoid dapat menggunakan mekanisme defense proyeksi dan mekanisme eksternalisasi lainnya untuk melindungi diri mereka dari kemarahan di dalam dirinya. Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa gangguan kepribadian tertentu terkait dengan timbulnya gangguan bipolar I dikemudian hari; meskipun demikian, orang dengan gangguan distemik dan siklotimik memiliki resiko gangguan depresi berat atau gangguan bipolar I kemudian hari.

f. Faktor Psikodinamik Depresi

Pemahaman psikodinamik depresi yang dijelaskan oleh Sigmund Freud dan dikembangkan Karl Abraham dikenal dengan pandangan klasik mengenai depresi. Teori ini memiliki 4 poin penting: (1) gangguan hubungan ibu-bayi selama fase oral (10-18 bulan pertama kehidupan) menjadi predisposisi kerentanan selanjutnya terhadap depresi; (2) depresi dapat terkait dengan kehilangan objek yang nyata atau khayalan; (3) introyeksi objek yang meninggal adalah mekanisme pertahanan yang dilakukan untuk menghadapi penderitaan akibat kehilangan objek; (4) kehilangan objek dianggap sebagai campuran cinta dan benci sehingga rasa marah diarahkan kedalam diri sendiri.

(60)

10

Menurut Stuart dan Sundeen (1998, dalam Azizah 2011), faktor penyebab depresi adalah:

a. Faktor Predisposisi

1. Faktor genetik, dianggap mempengaruhi transmisi gangguan afektif melalui riwayat keluarga dan keturunan.

2. Teori agresi menyerang ke dalam, menunjukkan bahwa depresi terjadi karena perasaan marah yang ditunjukkan kepada diri sendiri.

3. Teori kehilangan obyek, menunjuk kepada perpisahan traumatika individu dengan benda atau yang sangat berarti.

4. Teori organisasi kepribadian, menguraikan bagaimana konsep diri yang negatif dan harga diri rendah mempengaruhi sistem keyakinan dan penilaian seseorang terhadap stressor.

5. Model kognitif, menyatakan bahwa depresi merupakan masalah kognitif yang didominasi oleh evaluasi negatif seseorang terhadap diri seseorang, dunia seseorang, dan masa depan seseorang.

6. Model ketidakberdayaan yang dipelajari (learned helplessness), menunjukkan bahwa bukan semata-mata trauma menyebabkan depresi tetapi keyakinan bahwa seseorang tidak mempunyai kendali terhadap hasil yang penting dalam kehidupannya, oleh karena itu ia mengulang respon yang tidak adaptif.

(61)

11

8. Model biologik, menguraikan perubahan kimia dalam tubuh yang terjadi selama depresi, termasuk defisiensi katekolamin, disfungsi endokrin, hipersekresi kortisol, dan variasi periodik dalam irama biologis.

b. Stresor Pencetus

Ada empat sumber utama stressor yang dapat mencetuskan gangguan alam perasaan (depresi) yaitu:

1. Kehilangan keterikatan yang nyata atau dibayangkan, termasuk kehilangan cinta, seseorang, fungsi fisik, kedudukan, atau harga diri. Karena elemen aktual dan simbolik melibatkan konsep kehilangan, maka persepsi seseorang merupakan hal yang sangat penting.

2. Persitiwa besar dalam kehidupan, hal ini sering dilaporkan sebagai pendahulu episode depresi dan mempunyai dampak terhadap masalah-masalah yang dihadapi sekarang dan kemampuan menyelesaikan masalah-masalah. 3. Peran dan ketegangan peran telah dilaporkan mempengaruhi

perkembangan depresi, terutama pada wanita.

4. Perubahan fisiologik diakibatkan oleh obat-obatan atau berbagai penyakit fisik, seperti infeksi, neoplasma, dan gangguan keseimbangan metabolik, dapat mencetuskan gangguan alam perasaan. Diantara obat-obatan tersebut terdapat obat anti hipertensi dan penyalahgunaan zat yang menyebakan kecanduan. Kebanyakan penyakit kronik melemahkan tubuh juga sering disertai depresi.

(62)

12

2.1.3 Gejala Depresi

Hawari (2013) menyebutkan ciri kepribadian depresif antara lain: pemurung, sukar untuk bisa senang, sukar untuk bisa merasa bahagia, pesimis menghadapi masa depan, memandang diri rendah, mudah merasa bersalah dan berdosa, mudah mengalah, enggan bicara, mudah merasa haru, sedih dan menangis, gerakan lamban, lemah, letih, lesu dan kurang energik, sering mengeluh psikosomatik, mudah tegang, agitatif dan gelisah, serba cemas, khawatir dan takut, mudah tersinggung, tidak ada kepercayaan diri, merasa tidak mampu, tidak berguna, merasa selalu gagal dalam usaha, pekerjaan dan studi, suka menarik diri, pemalu dan pendiam, lebih suka menyisihkan diri, tidak suka bergaul dan pergaulan sosial sangat terbatas dan lebih senang berdamai untuk mengindari konflik.

Sedangkan Pieter dkk (2011), membagi gejala-gejala depresi dalam 3 klasifikasi yaitu:

a. Gejala Fisik

(63)

13

b. Gejala Psikis

Gejala-gejala gangguan kognitif pada klien depresi terlihat dari ketidakmampuan berpikir logis, berkurangnya konsentrasi, hilangnya daya ingat, dan disorientasi. Adapun gejala-gejala gangguan afektif meliputi mudah marah dan gampang tersinggung, malu, cemas, bersalah disertai dengan perasaan terbebani, hilangnya percaya diri, karena mereka selalu menilai orang lain sukses, kaya, dan pandai, sementara diri saya tidak ada apa-apa (merasa tidak berguna) dan merasa diri terasing dalam lingkungan dan putus asa.

Gejala-gejala gangguan perilaku pada klien depresi terlihat dari rasa kecemasan yang berlebihan dan tidak dapat mengontrol tingkah laku, seperti berjalan mondar-mandir tanpa tujuan, bingung karena tidak bisa mengambil keputusan dan melakukan aktivitas, sedih yang mendalam, wajah tampak murung, pandangan mata kosong (melamun), merasa tidak ada lagi orang lain yang mau menyayanginya atau mempedulikan sehingga ada pemikiran untuk bunuh diri. Hal ini disertai dengan halusinasi yang mengatakan dirinya tidak berguna dan tidak ada perhatian pada kebersihan diri.

c. Gejala Sosial

Gejala-gejala gangguan sosial pada klien depresi terlihat dari keinginan untuk menyendiri dan tak mau bergaul, merasa malu dan bersalah apabila berkomunikasi dengan orang yang dianggap lebih berhasil, sukses, cantik, dan pandai. Klien merasa minder, kurang percaya diri, untuk membina relasi sosial sekalipun pada anggota keluarganya dan tidak memedulikan pada situasi.

(64)

14

Menurut PPDGJ-III (Maslim 1997, dalam Azizah 2011), tingkatan depresi ada tiga berdasarkan gejala-gejalanya yaitu:

1) Depresi Ringan Gejala:

a. Kehilangan minat dan kegembiraan

b. Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas.

c. Konsentrasi dan perhatian yang kurang d. Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang

e. Lamanya gejala tersebut berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu f. Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa

dilakukannya 2) Depresi Sedang

Gejala:

a. Kehilangan minat dan kegembiraan

b. Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas c. Konsentrasi dan perhatian yang kurang

(65)

15

h. Mengadaptasi kesulitan untuk meneruskan kegiatan sosial pekerjaan dan urusan rumah tangga.

3) Depresi Berat Gejala:

a. Mood depresif

b. Kehilangan minat dan kegembiraan

c. Berkurangnya energy yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas d. Konsentrasi dan perhatian yang kurang

e. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna f. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis

g. Perbuatan yang membahayakan dirinya sendiri atau bunuh diri h. Tidur terganggu

i. Disertai waham, halusinasi

j. Lamanya gejala tersebut berlangsung selama 2 minggu. 2.1.4 Skrining Depresi pada Lansia: Geriatric Depression Scale

Salah satu langkah awal yang penting dalam penatalaksanaan depresi adalah mendeteksi atau mengidentifikasi. Jika dicurigai terjadi depresi, perawat harus melakukan pengkajian dengan alat pengkajian yang terstandarisasi dan dapat dipercaya serta valid dan memang dirancang untuk diujikan kepada lansia. Salah satu alat yang paling mudah digunakan dan diinterpretasikan di berbagai tempat adalah Geriatric Depression Scale (GDS) (Stanley & Beare, 2006).

(66)

16

Geriatric Depression Scale (GDS), pertama kali diciptakan oleh Yesavage

dkk, telah diuji dan digunakan secara luas dengan populasi yang lebih tua. Geriatric Depression Scale tersebut menggunakan format laporan sederhana yang

diisi sendiri dengan ya atau tidak atau dapat dibacakan untuk orang dengan gangguan penglihatan, serta memerlukan waktu sekitar 10 menit untuk menyelesaikannya (Stanley & Beare, 2006). Menurut Tamher & Noorkasiani (2009) GDS ada dua bentuk, yakni bentuk panjang terdiri dari 30 pertanyaan dan bentuk pendek yang terdiri dari 15 pertanyaan. Dari hasil uji yang dilakukan terhadap Geriatric Depression Scale (GDS) bentuk panjang dan bentuk pendek pada populasi lansia di nursing home ditemukan bahwa Geriatric Depression Scale (GDS) bentuk pendek yang terdiri dari 15 pertanyaan hasilnya lebih

konsisten. 2.2LANSIA

2.2.1 Definisi Lansia

(67)

17

adalah kemampuan-kemampuan kognitif seperti suka lupa, kemunduran orientasi terhadap waktu, ruang, tempat serta tidak mudah menerima hal/ide baru.

Masa usia lanjut (lansia) adalah masa penurunan berbagai hal, penurunan kemampuan fisik, penurunan aktivitas-aktivitas rutin, mulai berhenti bekerja, mulai ditinggalkan oleh anak-anak. sehingga sering kali muncul perasaan kesepian, tidak berguna dan tidak diperlukan oleh lingkungan (Hidayat, 2009). Menurut Bab I Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Usia Lanjut, lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas (Tamher & Noorkasiani, 2009).

2.2.2 Batasan Lansia

Menurut WHO (1999 dalam Nugroho, 2008) lansia digolongkan menjadi empat kelompok berdasarkan usia kronologis/biologis yaitu usia pertengahan (middle age) antara usia 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) antara usia 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) antara usia 75 sampai 90 tahun dan usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun. Nugroho (2008), menyimpulkan pendapat beberapa ahli bahwa yang disebut lansia telah berumur 65 tahun ke atas. Burside menyebutkan ada empat tahap lanjut usia yaitu young old (usia 60-69 tahun), middle age old (usia 70-79 tahun), old-old (usia 80-89 tahun), dan very old-old (usia 90 tahun ke atas). Menurut UU No. 4 Tahun 1965 pasal 1, seseorang dapat dinyatakan sebagai seorang jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain (Nugroho, 2008).

(68)

18

2.2.3 Karakteristik Lansia

Beberapa karakteristik lansia yang perlu diketahui untuk mengetahui depresi pada lansia, yaitu:

a. Umur Lansia

Semakin bertambah usia seseorang, semakin siap pula dalam menerima cobaan, hal ini didukung oleh teori aktivitas yang menyatakan bahwa hubungan antara sistem sosial dengan individu bertahan stabil pada saat individu bergerak dari usia pertengahan menuju usia tua (Cox, 1994 dalam Tamher & Noorkasiani 2009).

b. Jenis Kelamin

Perbedaan gender juga dapat merupakan salah satu faktor yang memengaruhi psikologis lansia, sehingga akan berdampak pada bentuk adaptasi yang digunakan. Darmojo (1999) menyatakan hasil penelitian mereka yang memaparkan bahwa ternyata keadaan psikososial lansia di Indonesia secara umum masih lebih baik dibandingkan lansia di negara maju, antara lain tanda – tanda depresi (pria 4,3 % dan wanita 4,2 %) dapat diasumsikan bahwa wanita lebih mampu menghadapi masalah daripada kaum lelaki yang cenderung lebih emosional (Tamher & Noorkasiani, 2009).

c. Pendidikan

(69)

19

mereka justru memberikan kontribusinya sebagai pengisi waktu luang dengan menulis buku – buku ilmiah atau hal lain. Tingkat pendidikan seseorang dapat mempengaruhi kemampuan untuk mendengar dan menyerap informasi yang didapatkan, menyelesaikan masalah, merubah perilaku serta merubah serta merubah gaya hidup (Loucknotte, 2006 dalam Sembiring 2013).

d. Status Perkawinan

Depresi banyak ditemukan pada lansia yang perkawinannya tidak membahagiakan, bercerai dan janda/duda (Blazer, 2003 dalam Sembiring 2013). Angka depresi meningkat pada lansia yang tidak menikah atau janda (Duckworth, 2009 dalam Sembiring 2013).

e. Jumlah Anak

Dukungan dari anak, cucu memegang peranan penting sebagai mediator dalam kontak sosial. Hubungan antara orang tua dan keluarga sebagai bentuk dukungan moral yang rendah sehingga mempengaruhi frekuensi keluarga mengunjungi orang tuanya. Saat ini banyak lansia yang hanya memiliki kurang dari satu anggota keluarga dekat dan pasangan merupakan satu-satunya teman hidup lansia. Banyak anggota keluarga tinggal jauh dan kurang bertanggungjawab terhadap orang tuanya (Lee, 1999 dalam Sembiring 2013).

2.2.4 Perubahan yang Terjadi pada Lansia

Perubahan yang terjadi pada lansia menurut Dwi & Fitrah (2010) adalah : 1. Fisik

Secara fisik seseorang yang mengalami usia lanjut terjadi deklinasi seksual proses, walaupun tidak nampak dari luar tubuh karena terjadi perubahan

(70)

20

penurunan pada produksi sekret dan proses spermatogenesisnya. Rasa kecemasan dan ragu mengenai kemampuan seksualnya merupakan gejala awal yang muncul bagi laki-laki. Sedangkan pada perempuan muncul gejala menopause atau berhentinya haid sehingga menimbulkan gangguan psikologis, biasanya sebelum munculnya gejala tersebut wanita sudah mulai menduga-duga tentang kemungkinan buruk yang terjadi pada dirinya

2. Psikologis dan hubungan sosial

(71)

21

3. Segi agama

Lanjut usia sangat mendambakan kasih sayang dan penerimaan sosial akan tetapi dilain pihak dia juga membutuhkan ketenangannya untuk beribadah, beramal dan berbuat baik dengan cara mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal tersebut menyebabkan kebutuhan lanjut usia bergeser dari kebutuhan biologik dan self survival diganti oleh kebutuhan lain seperti kebutuhan religious.

(72)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1LATAR BELAKANG

Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional, telah mewujudkan berbagai hasil yang positif di berbagai bidang yaitu kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) (Mubarak dkk, 2006). Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), terutama di bidang kedokteran, termasuk penemuan obat-obatan seperti antibiotika yang mampu melenyapkan berbagai penyakit infeksi, berhasil menurunkan angka kematian bayi dan anak, memperlambat kematian, memperbaiki gizi dan sanitasi sehingga kualitas dan umur harapan hidup meningkat. Akibatnya, jumlah penduduk lanjut usia semakin bertambah banyak, bahkan cenderung lebih cepat dan pesat (Nugroho, 2008).

(73)

2

Berdasarkan hasil Susenas tahun 2013, jumlah lansia di Indonesia telah mencapai 20,04 juta orang atau sekitar 8,05 persen dari seluruh penduduk Indonesia. Jika dilihat menurut kelompok umur, lansia terbagi menjadi lansia muda (60-69 tahun) dengan proporsi sebesar 4,91 persen, lansia menengah/madya (70-79 tahun) sebesar 2,31 persen, dan lansia tua (80 tahun ke atas) sebesar 0,83 persen. Sementara itu, penduduk pra lansia yaitu kelompok umur 45-54 tahun dan 55-59 tahun masing-masing sebesar 11,57 persen dan 3,90 persen. Berdasarkan data statistik Indonesia tahun 2005 jumlah lansia 12.129.597 orang. Sumatera Utara merupakan provinsi keempat yang memiliki jumlah lansia terbanyak di Indonesia (551.453 orang) setelah Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat (BPS, 2014).

Menurut WHO dalam jangka beberapa tahun terakhir ini jumlah penduduk dunia yang sudah lanjut usia mengalami peningkatan yakni pada tahun 2010 penduduk lansia mencapai 350 juta jiwa dan yang mengalami depresi sekitar 20%, sedangkan pada tahun 2011 jumlah penduduk dunia yang sudah lanjut usia hanya sekitar 250 juta jiwa dan yang mengalami depresi sekitar 19%. Sementara pada tahun 2012 penduduk lansia mencapai 680 juta jiwa dan yang mengalami depresi sekitar 32%. Menurut data yang dikeluarkan oleh Kementerian Sosial Republik Indonesia bahwa jumlah lansia yang ada di Indonesia tiap tahun mengalami peningkatan. Survei yang dilakukan Persatuan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa (PDSKJ) pada tahun 2007 menyebutkan sekitar 94% masyarakat Indonesia mengidap depresi dari mulai tingkat ringan hingga paling berat (Susanto, 2007 dalam Maulida, 2012). Pada tahun 2008 penduduk lansia berjumlah 9,5 juta jiwa

(74)

3

dan yang mengalami depresi sekitar 20%, tahun 2009 penduduk lansia berjumlah 11,3 juta jiwa dan mengalami depresi sekitar 18%, memasuki tahun 2010 lansia berjumlah 17,2 juta jiwa. Pada tahun 2011 lansia mencapai 1,5 juta jiwa dan yang mengalami depresi sekitar 32% (Ishak, 2013 dalam Firdawati & Riyadi, 2014).

Pada penghujung kehidupannya, lansia bisa mengalami depresi (Potter & Perry, 2009). Keberadaan lanjut usia sering kali dipersepsikan secara negatif, dianggap sebagai beban keluarga dan masyarakat sekitarnya. Kenyataan ini mendorong semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin banyaknya masalah kesehatan yang dialami oleh lanjut usia. Lanjut usia cenderung dipandang masyarakat tidak lebih dari sekelompok orang yang sakit-sakitan. Persepsi negatif seperti itu tentu saja tidak semuanya benar. Oleh karena itu, lanjut usia harus dipandang sebagai individu yang memiliki kebutuhan intelektual, emosional, dan spiritual, selain kebutuhan bersifat biologis (Nugroho, 2008).

(75)

4

Berdasarkan kondisi lansia yang perlu diperhatikan agar tidak mengalami depresi, peneliti tertarik untuk meneliti angka kejadian depresi pasca bencana sinabung pada lansia di posko pengungsian Universitas Karo (UKA) Kabupaten Karo.

1.2RUMUSAN MASALAH

Maka berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah pada penelitian ini adalah “seberapa besarkah angka kejadian depresi pasca bencana sinabung pada lansia? ”.

1.3TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan dari penelitian adalah mengidentifikasi angka kejadian depresi pasca bencana sinabung pada lansia di posko pengungsian Universitas Karo (UKA) Kabupaten Karo.

1.4MANFAAT PENELITIAN 1.4.1 Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya dan memperluas pengetahuan mahasiswa dalam pengelolaan lansia di lingkungan pengungsian. 1.4.2 Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi berharga untuk penelitian lebih lanjut berkaitan dengan depresi pada lansia.

(76)

5

1.4.3 Tenaga Kesehatan

(77)

iii

Judul : Angka Kejadian Depresi Pasca Bencana Sinabung pada lansia di Posko Pengungsian UKA (Universitas Karo) Kabupaten Karo

Nama : Herti Tri Yulita Sigalingging

NIM : 141121079

Program : Sarjana Keperawatan Tahun Akademik : 2016

Abstrak

Lansia (lanjut usia) adalah periode penutup rentang kehidupan seseorang ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis seperti perubahan pada sel-sel tubuh, sikap tidak senang pada diri sendiri, kurang perhatian, terasing secara sosial, dan penyesuaian diri yang buruk. Dalam periode ini, masalah kesehatan semakin bertambah dan salah satu yang sering ditemukan pada lansia adalah depresi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka kejadian depresi pasca bencana sinabung pada lansia di Kabupaten Karo. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Jumlah sampel pada penelitian 30 responden dengan menggunakan metode total sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia yang tidak mengalami depresi 23,3%(7 orang) dan yang mengalami depresi 76,7%(23 orang). Dilihat dari tingkatannya ditemukan yaitu tidak depresi 23,3%(7 orang), depresi ringan 46,7%(14 orang), depresi sedang 26,7%(8 orang) dan depresi berat 3,3% (1 orang). Penelitian selanjutnya diharapkan untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi depresi pada lansia.

Kata Kunci: Depresi, Lansia.

(78)
(79)

i

ANGKA KEJADIAN DEPRESI PASCA BENCANA

SINABUNG PADA LANSIA DI POSKO

PENGUNGSIAN UNIVERSITAS KARO (UKA)

KABUPATEN KARO

SKRIPSI

Oleh

Herti Tri Yulita Sigalingging 141121079

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2016

(80)

Gambar

Tabel 3.1 Definisi Operasional
Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Responden pada Lansia di Posko Pengungsian
Tabel 5.2 Distribusi Tingkat Depresi Lansia di Posko Pengungsian UKA

Referensi

Dokumen terkait

Ada empat hal yang ingin dicapai melalui penelitian ini, yaitu: (1) Untuk mengetahui situasi dan kondisi kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat yang ada di wilayah

Game menjadi fenomena menarik saat ini, Selain memiliki penggemar yang banyak, game juga bisa menjadi lahan bisnis bila ditekuni dengan matang. Tapi sampai saat ini sangat sedikit

ABSTRAK: - Bahwa dengan telah ditetapkanya Peraturan Daerah Kota Yogyakarta nomor 2 Tahun 2012 tentang Bangunan Gedung, agar dapat dilaksanakan secara optimal perlu

[r]

[r]

[r]

[r]

[r]