Lampiran 1 Daftar Emiten Sampel Penelitian
No Nama Perusahaan Kode Saham
1 9 Gowa Makassar Tourism Dev. Tbk
GMTD
Akbar Indo Makmur Stimec Tbk
AIMS 15
ALMI 16
Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
21
Cita Mineral Investindo Tbk
CITA 24
Cahaya Lampung Track Scan
CLTS 25
Citra Liat Tunas Pasific
CLTP
Sona Topas Tourism Inds.Tbk
SONA
Ultra Jaya Milk Tbk
ULTJ
PP London Sumatra Indonesia Tbk
45
MYOR 46
PUDP 47
PYFA 48
RALS 49
Supreme Cable Manufacturing Corporation
Lampiran 3 Daftar Tabel Perusahaan terpilih Tahun 2010
46 PUDP
0,5000 0,9289 0,6000 0,8652 0 0,0459 0,1745 0,5000
47 PYFA
0,4815 0,9323 0,6667 0,7780 1 0,0544 0,0298 0,4815
48 RALS
0,5000 0,9521 0,5000 0,8000 0 0,1323 0,0585 0,5000
49 SCCO
Lampiran 4 Daftar Tabel Perusahaan terpilih Tahun 2011
46 PUDP
0,5000 0,5497 0,7500 0,9000 1 0,4683 0,1466 0,5000
47 PYFA
0,4815 0,553 0,5000 0,9000 1 0,0530 0,1520 0,4815
48 RALS
0,5000 0,5545 0,5538 0,8000 0 0,0560 0,1780 0,5000
49 SCCO
Lampiran 5 Hasil Pengujian Descriptive Statistic
DESCRIPTIVE STATISTICS
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Dscore 49 .1481 .611 .3220 .12
Fown 49 .1132 .8531 .3723 .16
Edu 49 .2014 1 .5100 .14
Meet 49 .6 1 .8469 .13
Roe 49 .021 .4683 .1675 .10
npm 49 .014 .4344 .1255 .11
Size 49 146.2 16.87 5.174 59.317
0.70 0.60
0.50 0.40
0.30 0.20
0.10
dscore
15
12
9
6
3
0
F
re
q
u
e
n
c
y
Mean = 0.3305 Std. Dev. = 0.11575 N = 98
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
49 49 49 49 49 49 49
,3305 ,5920 ,5100 ,8100 ,4388 ,1676 ,1255 ,11575 ,19168 ,14257 ,07903 ,49879 ,10101 ,10890
,157 ,102 ,147 ,135 ,372 ,104 ,155
,157 ,069 ,147 ,135 ,372 ,104 ,155
-,062 -,102 -,111 -,072 -,309 -,074 -,127 1,551 1,005 1,457 1,332 3,680 1,033 1,535
,016 ,264 ,029 ,057 ,000 ,237 ,018
N
Mean Std. Deviation Normal Parametersa,b
Absolute Positive Negative Most Extreme
Differences
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
dscore fown edu meet size roe npm
Test distribution is Normal. a.
Calculated from data. b.
Lampiran 9 Hasil Uji Multikulineoritas
Coeffi cientsa
-,371 ,102 -3, 642 ,000
,108 ,052 ,178 2,092 ,039
,212 ,073 ,262 2,895 ,005
,635 ,126 ,434 5,029 ,000
-,001 ,019 -,005 -,061 ,952
,070 ,095 ,061 ,734 ,465
,028 ,087 ,026 ,317 ,752
(Const ant) fown edu met siz e roe npm Model 1
B St d. E rror Unstandardized
Coeffic ients
Beta St andardiz ed
Coeffic ients
t Sig.
Lampiran 11 Hasil Uji Durbin –Watson
Model Summary(b)
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson 1
,636(a) ,404 ,365 ,09227 1,033
Lampiran 12 Hasil Uji Tabel f
ANOVA
b,525
6
,087
4,513
.006
a,775
91
,009
1,300
97
Regression
Residual
Total
Model
1
Sum of
Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Predictors: (Constant), fown, edu, met,size, roe,npm
a.
Lampiran 13 Hasil Uji Tabel – t
Coefficientsa
-,371 ,102 -3,642 ,000
,108 ,052 ,178 2,104 ,495 ,212 ,073 ,262 1,296 ,045 ,635 ,126 ,434 2,356 ,205 -,001 ,019 -,005 1,040 ,026 ,070 ,095 ,061 1,734 ,307 ,028 ,087 ,026 1,317 ,209 (Constant)
fown edu met size roe npm Model 1
B Std. Error Unstandardized
Coefficients
Beta Standardized
Coefficients
t Sig.
DAFTAR PUSATAKA
Anugerah, Marga, 2011. “Pengaruh Elemen – Elemen Corporate Governance Terhadap Luas Pengungkapan Corporate Social Responsibility (Studi pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2009)”. Skripsi, Fakultas Ekonomi, Universitas Ekonomi Diponegoro, Semarang.
Astrachan, J. Shanker, M.C.1996. “Family business’ contribution to the U.S. economy – a framework for assessing family business statistics.” Family
Business Review, Vol 9 (2), pp. 107-123.
Arifin, 2004. Membaca Saham. Yogyakarta : Andi.
Bandi dan Rahmawati, 2005. “Relevansi Kandungan Informasi Komponen Arus Kas dan Laba dalam Memprediksi Arus Kas Masa Depan”, Jurnal Akuntansi & Bisnis, Volume 5 Nomor 1, Fakultas Ekonomi, Universitas Sebelas Maret, hal 27-42.
Barnes, Hershon., (1976). Secrets Of Customer Relationship Management, ANDI, Yogyakarta
Botosan, C.A.1997. Disclosure Level and The Cost of Equity Capital.
The.Accounting Review
Cahyadi, Robby, 2006. “Kemampuan Earnings dan Arus Kas dalam Memprediksi Earnings dan Arus Kas di Masa yang Akan Datang”, Skripsi, Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia. Jakarta.
Chau, G. K., & Gray, S. J. (2002). Ownership structure and corporate voluntary disclosure in Hong Kong and Singapore. The International Journal of Accounting
Chou C-H., Wang C-W., Huang C-C., Lay J-J. (2008), “Pilot Study of the Influence of Stirring and pH on Anaerobes Converting High-Solid Organic Wastes to Hydrogen”, International Journal Hydrogen Energy
Claessens, S., Djankov, S., and Lang, L. (2000c). East Asian corporations. Heroes or villains? World Bank Working Paper.
Donnelly. 1996. Organisasi : Perilaku, Struktur, Proses. Jakarta Barat: Binarupa Aksara.
Erlina, 2008. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen, Edisi Kedua, USU Press, Medan.
Forker, L.B., Vickery, S.K. and Droge, C.L.M. 1992.The contribution of quality to business performance.International Journal of Operations & Production
Management, Vol. 16 No. 8, pp. 44-62.
Ghozali, Imam, 2006. Aplikasi Multivariate dengan Program SPSS, Badan Penerbit Undip, Semarang.
Hardianingsih, Pancawati, 2008. Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi voluntary dislosure Laporan Tahunan perusahaan. Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE) ISSN : 1412-3126, Hal 67-79.
Harnanto. 1994. Akuntansi Perpajakan. BPFE, Yogyakarta.
Hendriksen, dan M. Van Brenda. (1991). Accounting Theory. USA: Mc.Graw-Hill
Ikatan Akuntan Indonesia, 2004. Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia, 2009. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta.
Jahroh, Ade, 2010. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”. Skripsi, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma, Jakarta.
James, DKK, 1997, Manajemen, Edisi Bahasa Indonesia, Penerbit PT. Prenhallindo, Jakarta.
Jensen, M. C and Meckling, W.H. 1976. Theory of the Firm : Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure . Journal of Financial
Economics,Oktober, 1976, V. 3, No. 4, pp. 305-360. Avalaible from:http://papers.ssrn.com
Kim, M. dan W. Kross, 2005. The Ability of Earnings to Predict Future Operating
Cash Flows Has Been Increasing – Not Decreasing, Accounting Research.
Kuncoro, Mudrajad, 2009. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Bagaimana
Meneliti dan Menulis Skripsi?, Edisi 3, Erlangga, Jakarta.
Lewis, Lemon. 2003. Building Buzz: How Strategic PR and Word of Mouth Work
Together as a potent Force in Brand Building. Marketing Magazine, Toronto
Litz R.E., 1984. Mango. In Handbook of plant cell culture (eds) Evans D.A, Sharp W.R. dan Ammirato P.V. Macmillan. London.
Mahmud, Muliyani,2010 “Faktor-Faktor Fundamental yang Mempengaruhi Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan”. Tesis, Fakultas Pasca Sarjana Ekonomi, Universitas Brawijaya, Surabaya.
Pincus, Rusbarsy dan Wenghan. 1989. Social Work Practice: Model And Method. Madison: F.E. Peacock Publishers, Inc.
Pirchegger, B. & Wagenhofer, A., 1999 ‘Financial Information on The Internet: A Survey of The Homepages of Austrian Companies’ The European Accounting
Review
Ps, Djarwanto, 2004. Pokok-Pokok Analisis Laporan Keuangan, Edisi Kedua, BPFE, Yogyakarta.
Rahardjo, Budi, 2007. Keuangan dan Akuntansi, Edisi Pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Riahi, Ahmed dan Belkaoui, 2007. Teori Akuntansi, Buku Dua, Salemba Empat, Jakarta.
Saam, Marianne 2007 ,Calibration Of Normalized CES Production Functions In Dynamic Models
Santoso,Ibnu, 2004. “Pengaruh Rasio Likuiditas, Solvabilitas, Karakteristik Perusahaan Terhadap Luas Pengungkapan Sukarela pada Laporan Tahunan Perusahaan (Study Empiris pada Perusahaan Go Publik di Bursa Efek Indonesia”. Tesis, Fakultas Ekonomi, Universitas Ekonomi Diponegoro, Semarang.
Setiawan, Jefri, 2010. “Kemampuan Informasi Keuangan dalam Memprediksi Perubahan Laba dan Perubahan Arus Kas di Masa Mendatang Pada Perusahaan Manufaktur Industri Barang Konsumsi yang Terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI)”, Skripsi Akuntansi, Universitas Diponegoro.
Sekaran, Uma, 2003. Research Method for Business : A Skill Building Approach. Four Edition. New York. John Wiley & Sons Inc.
Shleifer.A & R. Vishny. 1988 Large Shareholders And Corporate Control ; Journal
Siregar, Utama, pp. 219-230, Hubungan antara Dividen, Leverage Keuangan, dan
Investasi
Spica Almilia, Luciana, 2007. “Analisis pengaruh karakteristik perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan dalam lapporan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta”. Skripsi, Fakultas Ekonomi, Universitas Trisakti, Jakarta.
Stern. H.S, 2003, Bayesian Data Analysis Chapman & Hall/CRC, London .
Suchiro. 1993. In Vitro Culture of Higher Plants. Martinus Nijhoff Publishers. Landcaster. 34 p.
Thomson, Pedersen , 2000, “Predicting Bank Failures in 1980s”, Economic Review, Vol. 27
Villalonga, B., Amit, R., 2006, How do family ownership, control, and management affect firm value? Journal of Financial Economics (forthcoming)
Wicaksono,Bintang 2011. “Pengaruh Karakterisitik Perusahaan terhadap Luas Pengungkapan Sukarela pada Laporan Keuangan (Studi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia) ”. Skripsi, Fakultas Ekonomi, Universitas Ekonomi Diponegoro,Semarang.
Wang. (2004), “Determination of Four Kinds of Carbamate Pesticides by Capillary Zone Electrophoresis with Amperometric Detection at a Polyamide-Modified Carbon Electrode”,Talanta,71,1083-1087
Ward, John. Peppard, Joe. (2002). Strategic Planning for Information System, 3rd Edition. John Wiley and Sons, Inc, New York.
Situs Web : Situs Web :
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh struktur
kepemilikan keluarga, dan efektivitas dewan komisaris terhadap luas
pengungkapan sukarela di perusahaan keluarga go public. Penelitian ini
merupakan penelitan kausal dimana peneliti ingin mengetahui penyebab adanya
satu atau lebih masalah (Sekaran, 2003) dimana pada penelitian ini penyebab
yang ingin diketahui penulis terkait dengan luas pengungkapan sukarela.
Penelitian ini juga termasuk ke dalam penelitian untuk menguji hipotesis
(hypotheses testing). Menurut Sekaran (2003), penelitian untuk menguji
hipotesis biasanya menjelaskan sifat dasar dari suatu hubungan, atau
menunjukkan perbedaan di antara kelompok atau independensi dua atau lebih
variabel di dalam suatu situasi.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dan sampel dari penelitian ini merupakan data keuangan
yang perusahaan keluarga non-keuangan yang terdapat dalam laporan tahunan
dan laporan keuangan perusahaan keluarga non-keuangan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Data laporan tahunan dan laporan keuangan tersebut
dapat diperoleh dari situs resmi BEI (www.idx.co.id), situs resmi masing-masing
perusahaan, dan data dari Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) Bursa Efek
Data variabel independen utama adalah sebagai berikut:
• Data besarnya nilai proporsi kepemilikan saham keluarga di dalam
perusahaan yang mana informasi kepemilikan saham tersebut ada di dalam
laporan tahunan perusahaan.
• Data mengenai dewan komisaris diperoleh dari laporan tahunan perusahaan.
Data variabel independen pengendali adalah sebagai berikut:
• Ukuran perusahaan yang diperoleh dari nilai jumlah assets dalam laporan
keuangan perusahaan
• Return on Asset (ROE) diperoleh dari laporan tahunan dan laporan keuangan
perusahaan
• Net Profit Margin (NPM) diperoleh dari laporan tahunan dan laporan
keuangan perusahaan.
Sampel dari penelitian ini merupakan data laporan tahunan Perusahaan
keluarga yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pada penelitian ini perusahaan yang
dijadikan sampel adalah perusahaan yang menyajikan laporan tahunan tahun 2010.
Pembatasan perusahaan dan periode laporan tahunan tahun 2010 dikarenakan adanya
keterbatasan waktu dalam penelitian. Kriteria yang digunakan dalam pemilihan
sampel adalah:
1. Perusahaan memiliki akhir tahun fiskal 31 Desember.
2. Data laporan tahunan dan laporan keuangan perusahaan tersedia (untuk
3. Perusahaan yang akan menjadi sampel adalah perusahaan yang melaporkan
struktur kepemilikan di dalam laporan tahunan.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder,
yaitu berupa laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan yang terdaftar
dalam LQ-45. Sumber data yang akan digunakan merupakan data publikasi yang
berupa laporan LQ-45, laporan tahunan, dan laporan keuangan yang dikeluarkan
oleh Bursa Efek Indonesia (BEI). Sumber data tersebut diperoleh dari Pojok Bursa
Efek Indonesia (BEI) Universitas Diponegoro, Indonesian Capital Market
Directory, dan website Bursa Efek Indonesia www.idx.co
3.4 Model Pengumpulan Data
Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah adaptasi dari model penelitian Chau dan Gray (2010). Berikut ini adalah model penelitian yang
akan digunakan dalam penelitian ini guna menguji hipotesis:
DSCORE = Α0 +Α1FOWN +Α2EDU +Α3MEET +Α4SIZE +Α5ROE +Α6NPM +Ε dimana:
DSCORE adalah tingkat pengungkapan sukarela perusahaan; FOWN adalah kepemilikan keluarga;
EDU adalah edukasi dewan komisaris;
SIZE adalah ukuran perusahaan, ditunjukkan jumlah asset dalam rupiah; ROE adalah rasio laba bersih setelah pajak terhadap nilai equity;
NPM adalah rasio laba bersih terhadap total penjualan bersih. Α0 adalah konstanta;
Α1 sampai Α6 adalah koefisien regresi;
Ε adalah error.
3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasionalisasi Variabel
3.5.1 Variabel independen
Penelitian ini terdiri dari dua jenis variabel independen, yakni variabel
independen utama dan variabel independen pengendali. Terdapat dua variabel
independen utama yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu pengaruh struktur
kepemilikan keluarga dan efektivitas dari dewan komisaris yang akan mempengaruhi
tingkat pengungkapan sukarela pada perusahaan keluarga non-keuangan yang ada di
Indonesia.
Variabel struktur kepemilikan keluarga dapat ditentukan berdasarkan kriteria
yang terdapat dalam penelitian Villalonga dan Amit (2006) yaitu perusahaan
keluarga adalah jika pendiri atau keluarga pendiri menjabat di dewan direksi atau
menguasai 5% kepemilikan saham perusahaan. Definisi ini paling tepat untuk
diterapkan dengan mengingat keterbatasan data yang kami miliki. Sedangkan
variabel efektivitas dapat ditentukan dengan melihat jumlah rata-rata kehadiran saat
pada laporan tahunan perusahaan. Adapun kriteria latar pendidikan yang ingin
dimasukkan ke dalam penelitian ini adalah latar belakang pendidikan ekonomi dan
bisnis seperti lulusan sarjana, pasca sarjana dan doktor ekonomi dan Business
Administration seperti S.E., S.E,Ak., Master of Management, Bachelor of Science,
Master of Business Administration dan PhD bidang ekonomi.
Variabel independen pengendali yang digunakan pada penelitian ini mengacu
pada model yang telah dikembangkan oleh Chau dan Gray (2010) dengan sedikit
perubahan, yaitu :
• Ukuran perusahaan, diukur dari jumlah assets dalam rupiah. Jensen (1976)
mengemukakan bahwa perusahaan besar akan mengungkapkan informasi
yang lebih banyak guna mengurangi biaya keagenan.
• Return on Equity (ROE), diukur dari hasil bagi antara laba bersih dengan nilai
buku dari total modal yang dimiliki perusahaan. Data dapat diperoleh dalam
laporan keuangan perusahaan.
• Net profit margin, diukur dari hasil bagi antara laba bersih dengan total
penjualan bersih yang dimiliki perusahaan. Data dapat diperoleh dalam
3.5.2 Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat pengungkapan sukarela
yang diukur melalui checklist pengungkapan sukarela (berdasarkan Meek et al,
1995 dalam Chau dan Gray, 2010 yang sudah disesuaikan oleh Pityt H (2010)).
Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah:
• Membuat daftar atau checklist pengungkapan. Daftar ini disusun dengan
tujuan untuk memudahkan luas pengungkapan yang dilakukan oleh
perusahaan. Checklist disusun dalam bentuk daftar item
pengungkapan yang untuk masing-masing item disediakan tempat
jawaban mengenai status pengungkapan laporan keuangan yang
dianalisis.
• Menentukan indeks pengungkapan untuk setiap perusahaan sampel
berdasarkan checklist yang telah dibuat, dengan cara berikut :
a. Memberi skor untuk setiap item pengungkapan secara dikotomi,
dimana jika suatu item diungkapkan diberi nilai 1 dan jika tidak
diungkapkan akan diberi nilai 0.
b. Skor yang diperoleh setiap perusahaan dijumlahkan untuk
mendapatkan skor total.
c. Menghitung indeks kelengkapan pengungkapan sukarela dengan
cara membagi total skor yang diperoleh dengan total skor maksimum
Semakin banyak butir yang diungkapkan oleh perusahaan, semakin banyak
pula angka indeks yang diperoleh perusahaan tersebut. Perusahaan dengan
indeks yang lebih tinggi menunjukkan bahwa perusahaan tersebut melakukan praktek
pengungkapan secara lebih komprehensif daripada perusahaan lain. Item-item di
dalam checklist pengungkapan sukarela yang digunakan dalam penelitian ini
mengadaptasi dari checklist pengungkapan sukarela yang digunakan oleh Chau dan
Gray (Meek et al., 1995 dalam Chau dan Gray, 2010 , yang sudah disesuaikan
oleh Pityt H (2010), dimana informasi yang diungkapkan terbagi dalam tiga kategori
yaitu:
a) Informasi Strategis meliputi:
1. Informasi Umum Perusahaan;
2. Strategi Perusahaan;
3. Akuisisi dan Disposal;
4. Riset dan Pengembangan; dan
5. Prospek Masa Mendatang.
b) Informasi Non-keuangan meliputi:
1. Informasi mengenai Direktur;
2. Informasi Karyawan;
3. Kebijakan Sosial dan Informasi Nilai Tambah.
c) Informasi Keuangan meliputi:
2. Tinjauan keuangan;
3. Informasi Nilai Tukar; dan
4. Informasi Harga Saham.
3.6 Metode Analisis Data 3.6.1 Uji Asumsi Klasik
Metode analisis data yang digunakan adalah model analisis regresi
berganda dengan bantuan Software SPSS for Windows. Penggunaan metode
analisis regresi dalam pengujian hipotesis, terlebih dahulu diuji apakah model
tersebut memenuhi asumsi klasik atau tidak. Pengujian meliputi uji normalitas, uji
multikolinearitas, uji heteroskesdastisitas dan uji autokorelasi.
3.6.1.1Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel
yang digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak digunakan adalah
data yang memiliki distribusi data normal. Untuk menguji apakah data
berdistribusi normal akan digunakan analisis grafik probability plot dan
Kolmogrov-Smirnov test
3.6.1.2 Uji Multikolinearitas,
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi
yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variable independen.
Deteksi dilakukan dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor).
Batasan yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolineritas adalah
3.6.1.3 Uji Heteroskedastisitas
U j i H e t e r o s k e d a s t i s i t a s bertujuan menguji terjadinya perbedaan
variance residual suatu periode pengamatan ke periode yang lain. Uji ini dilakukan
dengan mengamati pola tertentu pada grafik scatterplot, dimana bila ada titik-titik
menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y serta tidak membentuk
pola maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
3.6.1.4 Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi, bertujuan untuk menganalisis apakah dalam
model regresi linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan t-1 atau sebelumnya. Pengujian autokorelasi
menggunakan uji Durbin-Watson (DW test).
3.6.2 Pengujian Hipotesis Analisis Regresi Berganda
Metode analisis data yang digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan
antara tingkat pengungkapan sukarela, kepemilikan keluarga, edukasi dewan komisaris,
rata-rata tingkat kehadiran dewan komisaris dalam rapat, ukuran perusahaan, rasio laba
bersih, rasio laba bersih adalah regresi berganda. Model yang digunakan untuk menguji
pengaruh variabel-variabel independen terhadap kualitas pengungkapan Corporate
Governance dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
DSCORE = Α0 +Α1FOWN +Α2EDU +Α3MEET +Α4SIZE +Α5ROE +Α6NPM +Ε dimana :
EDU adalah edukasi dewan komisaris;
MEET adalah rata-rata tingkat kehadiran dewan komisaris dalam rapat dalam setahun
SIZE adalah ukuran perusahaan, ditunjukkan jumlah asset dalam rupiah; ROE adalah rasio laba bersih setelah pajak terhadap nilai equity;
NPM adalah rasio laba bersih terhadap total penjualan bersih. Α0 adalah konstanta;
Α1 sampai α6 adalah koefisien regresi;
Ε adalah error.
3.6.2.1Uji Signifikansi Simultan (Uji Statisik F)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independen yang mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependen (Ghozali,2006). Pengujian dilakukan dengan mengukur nilai probabilitas
siginifikansi. Jika nilai probabilitas signifikansi ≤ 0.05 maka hipotesis tidak dapat
ditolak. Ini berarti secara bersama-sama variabel independen mempunyai
pengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Sebaliknya jika nilai probabilitas
signifikansi ≥ 0.05 maka hipotesis ditolak.Ini berartis ecara bersama sama variabel
3.6.2.2 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variable
independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel independen
(Ghozali, 2006). Pengujian dilakukan dengan mengukur nilai probabilitas
siginifikansi. Jika nilai probabilitas signifikansi ≤ 0.05 maka hipotesis tidak dapat
ditolak. Ini berarti secara individual variabel independen mempunyai pengaruh
signifikan terhadap variable dependen. Sebaliknya jika nila probabilitas
signifikansi ≥ 0.05 maka hipotesis ditolak. Ini berarti secara individual variabel
independen tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
3.6.2.3 Uji Koefisien Determinasi (R2)
BAB 4
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pemilihan Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari laporan tahunan
perusahaan keluarga non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
pada tahun 2010. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat tingkat
pengungkapan sukarela yang dilakukan oleh perusahaan keluarga non-keuangan,
dimana tingkat pengungkapan sukarela ini diukur dari laporan tahunan perusahaan
keluarga non-keuangan tahun 2010.
Tabel 4.1 Ikhtisar Pemilihan Sampel Perusahaan keluarga
tidak lengkap di tahun
2010-2011
4.1.1 Data Karakteristik Perusahaan yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial
Data karakteristik perusahaan yang diproksikan dalam tingkat
pengungkapan sukarela, proporsi kepemilikan keluarga, latar belakang
pendidikan dewan komisaris, kehadiran dewan komisaris, Auditor, ROE dan
NPM.
4.1.2 Pengujian Asumsi Klasik
Analisa dilakukan dengan model analisa regresi berganda. Sebelum
dilakukan uji hipotesis, peneliti akan melakukan uji asumsi klasik Pengujian
ini perlu dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi data yang digunakan
dalam penelitian sudah normal, serta bebas dari gejala multikolinearitas,
heteroskesdastisitas serta autokorelasi.
4.1.2.1 Uji Normalitas
Uji Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah dalam
model regresi, variabel pengganggu atau residual mempunyai distribusi
normal. Pengujian ini menggunakan uji normalitas dengan normal probably
1.0
Gambar 4.1 Normal P-Plot
Berdasarkan gambar 4.1 dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar di
sekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonal.
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa penyebaran data mendekati
normal atau memenuhi asumsi normalitas. Hal ini juga dilihat dari grafik histogram
0.70
Gambar 4.2 Gambar Histogram Normalitas
Berikutnya uji data statistik dengan model Kolmogorov-Smirnov
juga dilakukan untuk mengetahui apakah data sudah terdistribusi secara normal
Tabel 4.2 Hasil Uji Kolmogorov Smirnov
Berdasarkan hasil uji statistik dengan model Kolmogorov-Smirnov seperti
yang terdapat dalam tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.
Hal ini dapat dilihat dari nilai Asymp.Sig (2-tailed) adalah 0.16>0.05.
4.1.2.2 Uji Multikolinearitas
Pengujian bertujuan mengetahui ada tidaknya multikolinearitas antar
variabel- variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi antara variabel independen. Deteksi dilakukan dengan melihat
nilai VIF (Variance Inflation Factor) dan toleransi. Pengujian dilakukan dengan
SPSS 15.00 for Windows. Nilai VIF serta toleransi dari variabel-variabel
penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini.
One-Sample Kolm ogorov-Sm irnov Test
49 49 49 49 49 49 49
,3305 ,5920 ,5100 ,8100 ,4388 ,1676 ,1255 ,11575 ,19168 ,14257 ,07903 ,49879 ,10101 ,10890 ,157 ,102 ,147 ,135 ,372 ,104 ,155 ,157 ,069 ,147 ,135 ,372 ,104 ,155 -,062 -,102 -,111 -,072 -,309 -,074 -,127 1,551 1,005 1,457 1,332 3,680 1,033 1,535 ,016 ,264 ,029 ,057 ,000 ,237 ,018 N
ds core fown edu meet siz e roe npm
Test distribution is Normal. a.
Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinearitas
Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat disimpulkan penelitian ini bebas
dari gejala multikolinearitas. Jika dilihat pada tabel semua variabel
independen memiliki VIF sekitar 1, atau VIF<10. Selain itu nilai toleransi
untuk setiap variabel independen lebih besar dari 0,1 (tolerance>0,1)
Dengan demikian disimpulkan tidak ada multikolinearitas dalam model regresi
ini.
serta tidak membentuk pola maka tidak terjadi heterokedastisitas. Grafik
scatterplot dapat dilihat pada gambar 4.3 berikut ini. Coeffi cientsa
-,371 ,102 -3, 642 ,000
,108 ,052 ,178 2,092 ,039
,212 ,073 ,262 2,895 ,005
,635 ,126 ,434 5,029 ,000
-,001 ,019 -,005 -,061 ,952
,070 ,095 ,061 ,734 ,465
,028 ,087 ,026 ,317 ,752
(Const ant)
3
Gambar 4.3 Scatter Plot Heterokedasitas
Dengan melihat gambar 4.3 dapat dilihat bahwa tidak ada pola yang
jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah 0 pada sumbu Y, maka
dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi ini.
4.1.2.4 Uji Autokorelasi
Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model linear ada
korelasiantar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan periode
t-1(sebelumnya). Model regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi. Ada
beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah dalam
Tabel 4.4 Tabel Uji Durbin Watson
Model Summary(b)
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of
the Estimate Durbin-Watson
1 ,636(a) ,404 ,365 ,09227 1,033
a Predictors: (Constant),Fown , edu, met, size, roe, npm b Dependent Variable: dscore
Dari tabel Durbin-Watson dapat dilihat bahwa untuk jumlah sampel
sebanyak 49 dan variabel bebas sebanyak 6 maka Dl= 1.19 dan Du= 1.73. Maka
nilai D-W berada di antara 4- Du dan Dl (2,27>1,858>1,19). Hal ini bermakna
bahwa tidak terjadi autokorelasi dalam model regresi.
4.2 Statistik deskriptif
Statistik deskriptif ini memberikan gambaran mengenai nilai minimum,
nilai maksimum, nilai rata-rata dan standart deviation (simpangan baku) data
yang digunakan dalam penelitian. Hasil statistik deskriptif pada tabel di bawah ini
merupakan hasil statistik deskriptif variabel-variabel setelah dilakukan winsorize
pada variable edukasi dan ROE. Pada kedua variabel tersebut, ditetapkan bahwa
data yang menjadi outlier adalah data yang bernilai lebih besar dari: mean + (2 x
standar deviasi), dan data yang bernilai lebih kecil dari: mean - (2 x standar deviasi).
Setelah dilakukan winsorize, statistik deskriptif untuk variabel-variabel yang
Tabel 4.5 Statistik deskriptif
DESCRIPTIVE STATISTICS
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Dscore 49 .1481 .611 .3220 .12
Fown 49 .1132 .8531 .3723 .16
Edu 49 .2014 1 .5100 .14
Meet 49 .6 1 .8469 .13
Roe 49 .021 .4683 .1675 .10
Npm 49 .014 .4344 .1255 .11
Size 49 146.2 16.87 5.174 59.317
Valid N (Listwise) 49
Observasi: 49
Keterangan:
DSCORE adalah tingkat pengungkapan sukarela perusahaan;
FOWN adalah kepemilikan keluarga;
EDU adalah edukasi dewan komisaris;
MEET adalah rata-rata tingkat kehadiran dewan komisaris dalam rapat dalam setahun
SIZE adalah ukuran perusahaan yang dilihat dari jumlah assets dalam rupiah
ROE adalah rasio laba bersih setelah pajak terhadap nilai equity;
NPM adalah rasio laba bersih terhadap total penjualan bersih.
Dari tabel 4.5 diatas dapat diketahui nilai maksimum, minimum, rata-rata dan
standar deviasi dari variabel dependen maupun independen. Kemudian dapat dilihat
pula bahwa rata-rata tingkat pengungkapan sukarela perusahaan keluarga
non-keuangan adalah 32,20%. Simpangan baku untuk variabel tingkat pengungkapan
sukarela adalah sebesar 12% yang berarti rentang tingkat pengungkapan sukarela
dari tingkat pengungkapan sukarela yang berkisar dari minimum 14,81% yaitu data
ke-10 (HERO) untuk tahun 2010 sampai dengan maksimum 61,1% yaitu data ke-45
(MYOR) untuk tahun 2010.
Pengungkapan yang sering dilakukan oleh perusahaan adalah informasi
saham, strategi perusahaan, beberapa tinjauan keuangan, dan informasi nilai tukar.
Rata-rata pengungkapan strategi perusahaan adalah sebesar 7,4% dan pengungkapan
untuk saham sebesar 3,74% dari keseluruhan checklist item pengungkapan sukarela.
Pengungkapan yang tidak sering dilakukan adalah alasan akuisisi dan disposisi, R &
D, dan informasi segmen, informasi prospek masa mendatang, dampak tingkat bunga
terhadap hasil dan operasi saat ini dan masa mendatang, dan dampak fluktuasi nilai
tukar terhadap hasil dan operasi saat ini dan masa mendatang.
Rata-rata nilai kepemilikan keluarga adalah senilai 37,12%. Nilai ini
menunjukkan masih besarnya proporsi kepemilikan keluarga pada
perusahaan-perusahaan di Indonesia. Simpangan baku untuk variabel kepemilikan keluarga
adalah sebesar 16% yang berarti rentang nilai kepemilikan keluarga pada
perusahaan-perusahaan yang diteliti cukup besar. Hal ini juga ditunjukkan dari nilai
kepemilikan keluarga yang bervariasi dari minimum 11,3% yaitu data ke-7 (FISH)
sampai dengan maksimum 85,31% yaitu data ke-10 (HERO).
Rata-rata latar belakang pendidikan dewan komisaris yang berlatar belakang
akuntansi, administrasi bisnis dan ekonomi sebanyak 51 % dengan simpangan baku
14% yang cukup kecil. Hal ini menunjukkan rata-rata dewan komisaris yang ada di
perusahaan keluarga non-keuangan hampir setengahnya adalah lulusan akuntansi,
Rata-rata kedatangan dewan komisaris dalam rapat adalah sebesar 84,68%.
Hal ini menunjukkan rata-rata kedatangan dewan komisaris dalam rapat cukup besar
dengan simpangan baku 13% yang relatif cukup kecil. Beberapa contoh perusahaan
yang memiliki tingkat kehadiran penuh adalah Beton Jaya, Anta Express dan Surya
Citra Media.
4.3 Pengujian Hipotesis
4.3.1 Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi (Goodness of Fit) Nilai koefisien korelasi (R) menunjukkan seberapa besar korelasi
atau hubungan antara variabel-variabel independen dengan variabel
dependen. Koefisien korelasi dikatakan kuat jika nilai R berada di atas 0,5 dan
mendekati 1. Adapun koefisien determinasi (goodness of fit), yang dinotasikan
dengan R 2
merupakan suatu ukuran yang penting dalam regresi.
Determinasi ( R 2 ) mencerminkan kemampuan model dalam menjelaskan
variabel dependen.
4.3.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Signifikansi model regresi secara simultan diuji dengan melihat perbandingan
antara F-tabel dan F-hitung. Selain itu akan dilihat nilai signifikansi (sig), dimana
jika nilai sig dibawah 0,05 maka variabel independen dinyatakan berpengaruh
terhadap variabel dependen. Adapun hipotesis untuk uji F adalah sebagai berikut: H1
: Kepemilikan keluarga berpengaruh negatif terhadap tingkat pengungkapan sukarela
Uji F ini dilakukan dengan membandingkan signifikansi F-hitung dengan
ketentuan:
• jika F-hitung<F-tabel pada Į = 0,05, maka H1 ditolak,
• jika F-hitung>F-tabel pada Į = 0,05, maka H1 diterima.
Nilai F hitung dan nilai signifikansi dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini.
Tabel 4.6 Tabel Uji Regresi
Dari hasil analisis regresi ini, didapat F-hitung adalah 4,513
dengansignifikansi sebesar 0,006 (p = 0,006; p < 0,05). Adapun nilai F tabel untuk Į =0,05 dengan pembilang sebesar 4 dan penyebut sebesar 32 adalah 2,67. Maka
diperoleh bahwa F hitung > F tabel (4,513 > 2,67). Hal ini menunjukkan bahwa H1
diterima, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jumlah informasi sosial yang
diungkapkan dalam laporan tahunan dipengaruhi secara simultan atau
bersama-sama oleh ukuran dewan komisaris, tingkat fown,edukasi,tingkat kehadiran,roe,npm. 4.3.3 Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
Untuk mengetahui apakah variabel independen dalam model
regresi berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen, maka dilakukan
pengujian dengan uji t. Ada empat hipotesis yang akan diuji dengan uji t. ANOV Ab
Squares df Mean S quare F Sig.
Predic tors: (Constant), fown, edu, met,s ize, roe,npm a.
H2 : Latar belakang pendidikan dewan komisaris akan berpengaruh positif
terhadap tingkat pengungkapan sukarela dalam perusahaan keluarga non-keuangan
yang go public.
H3 : Tingkat kehadiran dewan komisaris akan berpengaruh positif terhadap
tingkat pengungkapan sukarela dalam perusahaan keluarga non-keungan yang go
public.
Uji t ini dilakukan dengan membandingkan signifikansi t-hitung dengan
ketentuan:
• jika t hitung<t tabel pada Į = 0,05, maka Hi ditolak,
• jika t hitung>t tabel pada Į = 0,05, maka Hi diterima.
Signifikansi koefisien variabel independen secara parsial (uji t) dapat
dilihatdari tabel 4.7 berikut ini.
Tabel 4.7 Tabel Hasil Uji Regresi Berganda
Dari tabel 4.7. di atas dapat diperoleh model persamaan regresi berganda
sebagai berikut:
Coeffi cientsa
-,371 ,102 -3, 642 ,000
,108 ,052 ,178 2,104 ,495
,212 ,073 ,262 1,296 ,045
,635 ,126 ,434 2,356 ,205
-,001 ,019 -,005 1,040 ,026
,070 ,095 ,061 1,734 ,307
,028 ,087 ,026 1,317 ,209
(Const ant)
DSCORE = Α0 +Α1FOWN +Α2EDU +Α3MEET +Α4SIZE +Α5ROE +Α6NPM +Ε Dari uji t yang dilakukan diperoleh nilai t hitung untuk
masing-masing variabel independen. Sementara t tabel yang diperoleh dengan ketentuan Į = 0,05 dan derajat kebebasan (n-2) = 47 adalah 2,0395. Dengan demikian dapat
diketahui pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen.
a. Latar belakang pendidikan dewan komisaris 0,045 yang berarti nilai
ini lebih kecil dari 0,05, sedangkan nilai t hitung diperoleh sebesar 2,104.
Nilai t hitung ini lebih besar dari nilai t tabel sebesar 2,0395(2,104 > 2,0395).
Berdasarkan nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa H2 diterima atau latar
belakang pendidikan dewan komisaris akan berpengaruh positif terhadap
tingkat pengungkapan sukarela dalam perusahaan keluarga non-keuangan
yang go public.
b. Tingkat kehadiran dewan komisaris (meet) memiliki nilai signifikansi
sebesar 0,205 yang berarti nilai ini lebih besar dari 0,05, sedangkan nilai t
hitung diperoleh sebesar 1,296. Nilai t hitung ini lebih kecil dari nilai t tabel
sebesar 2,0395 (1,296 < 2,0395). Berdasarkan nilai tersebut dapat
disimpulkan bahwa H3 ditolak atau Tingkat kehadiran dewan komisaris akan
berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan sukarela dalam
perusahaan keluarga non-keungan yang go public.
4. 4 Pembahasan Hasil Statistik
Hasil analisa statistik menunujukkan bahwa secara simultan, variabel
komisaris secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap pengungkapan
sukarela yang diungkapkan sebesar 30,5% (Adjusted R 2
=0,305). Sisanya
sebesar 69,5% dipengaruhi oleh variabel lain di luar variabel yang digunakan.
Tingkat Adjusted R 2
yang rendah ini menunjukkan perlunya dilakukan penelitian
lanjutan dengan menambahkan variabel lain sebagai penduga pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan. Walaupun demikian, apabila dilihat dari
signifikansinya, secara simultan variabel yang digunakan berpengaruh secara
signifikan dengan nilai F hitung sebesar 4,513 yang lebih besar dari F tabel (4,513
> 2,67) dan p = 0,06 ( p< 0,05).
Dalam pengujian secara parsial ditemukan bahwa dua variabel
independen yaitu ukuran kepemilikan keluarga dan tingkat profitabilitas
memiliki pengaruh signifikan terhadap jumlah informasi sosial yang
diungkapkan, sedangkan dua variabel independen lainnya yaitu tingkat
leverage dan ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang tidak signifikan.
Pembahasan terhadap masing-masing variabel dalam pengujian secara parsial akan
dibahas berikut ini.
4.4.1 Kepemilikan Keluarga
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat penelitian Chau dan Gray
(2010) adalah adanya pengaruh positif keberadaaan chairman yang independen
terhadap tingkat pengungkapan sukarela. Dalam penelitian ini, melalui analisis uji
t, ukuran kepemilikan keluarga yang diproksi menunjukkan pengaruh yang
= 2,104 (t >2,0395) dan p = 0,045 (p < 0,05). Hal ini berarti bahwa semakin
banyak kepemilikan keluarga dalam suatu perusahaan, maka pengungkapan
sukarela akan semakin menurun.
Hasil ini juga berhasil mendukung hasil penelitian Arifin (2002) dan
Sembiring (2005) yang menemukan bahwa ukuran kepemilikan keluarga
berpengaruh negatif terhadap luas pengungkapan sukarela.
Hasil penelitian ini bertentangan dengan pendapat Coller dan Gregory
(1999) yang menyatakan bahwa semakin besar jumlah kepemilikan keluarga,
maka akan semakin mudah untuk mengendalikan CEO dan monitoring yang
dilakukan akan semakin efektif. Hal ini akan menekan manajemen untuk
lebih banyak mengungkapkan informasi sosialnya.
4.4.2 Latar belakang pendidikan
Schipper (1981) dalam Marwata (2001) dan Meek, et al (1995) dalam
Fitriany(2001) berpendapat bahwa perusahaan latar belakang pendidikan dewan
komisaris yang tinggi memiliki kewajiban untuk melakukan ungkapan sukarela
yang lebih tinggi daripada perusahaan dengan latar belakang pendidikan dewan
komisaris yang rendah..
Dalam penelitian ini, melalui analisis uji t, latar belakang pendidikan
dewan komisaris menunjukkan pengaruh signifikan terhadap pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan dengan nilai t = 1,296 (t <2,0395) dan p =
komisaris perusahaan sangat berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela
perusahaan.
4.4.3 Tingkat kehadiran dewan komisaris
Dalam penelitian ini, melalui analisis uji t, tingkat kehadiran dewan
komisaris pada saat rapat tahunan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
pengungkapan sukarela perusahaan dengan nilai t = 1,040 (t < 2,0395) dan p
=0,307 (p > 0,05). Hal ini berarti tingkat kehadiran dewan komisaris
perusahaan tidak mempengaruhi luas pengungkapan sukarela perusahaan
secara signifikan. Hasil penelitian ini berbeda dengan Fitriani (2001) dan
Sembiring (2005) yang menemukan adanya hubungan yang signifikan antara
kehadiran dewan komisaris dengan pengungkapan sukarela.
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Anggraini (2006) yang tidak
menemukan adanya pengaruh signifikan dari tingkat kehadiran dewan komisaris
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh strukur kepemilikan
keluarga, efektivitas dewan komisaris terhadap tingkat pengungkapan sukarela
perusahaan-perusahaan keluarga non-keuangan di Indonesia. Sampel penelitian ini
adalah 49 perusahaan keluarga non-keuangan yang terdaftar di BEI tahun 2010.
Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada model
penelitian Chau dan Gray (2010) dengan modifikasi beberapa variabel, yaitu
menambah variabel yaitu latar belakang pendidikan dewan komisaris dan rata-rata
pertemuan rapat dewan komisaris sebagai variabel independen.
Secara rata-rata dapat dilihat bahwa tingkat pengungkapan sukarela di
Indonesia sekitar 32,20% relatif rendah pada skala 0-100%. Hal ini menunjukkan
bahwa perusahaan-perusahaan keluarga non-keuangan di Indonesia masih terpaku
pada pengungkapan yang bersifat mandatory berdasarkan peraturan yang ditetapkan
dan belum mengungkapkan secara lebih luas hal-hal di luar aturan tersebut. Pada
checklist disclosure yang digunakan dalam penelitian ini masih banyak aspek penting
yang belum diungkapkan oleh perusahaan-perusahaan keluarga non-keuangan di
Indonesia.
Berdasarkan hasil pengujian data menunjukkan bahwa kepemilikan keluarga
berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengungkapan sukarela
Untuk efektivitas dewan komisaris, dengan spesifikasi latar belakang pendidikan
dewan komisaris berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat pengungkapan
sukarela.
5.2 Keterbatasan
Adapun beberapa keterbatasan di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sampel yang digunakan hanya terbatas untuk jangka waktu 1 tahun (2010)
dikarenakan keterbatasan waktu dalam penelitian ini. Jumlah sampel menjadi
cukup terbatas yakni 49 perusahaan dengan jangka waktu 1 tahun yang memiliki
laporan tahunan pada waktu tersebut. Untuk penelitian selanjutnya disarankan
untuk menambah rentang waktu penelitian minimal 3 tahun untuk dapat
benar-benar melihat perubahan tingkat pengungkapan sukarela perusahan-perusahan
keluarga non-keuangan yang ada di Indonesia. Selain itu rentang waktu yang
lebih panjang ini juga mungkin dapat menunjukkan perubahan yang cukup
signifikan atas struktur kepemilikan perusahaan keluarga.
2. Tingkat efektivitas yang digunakan pada penelitian ini yaitu latar belakang
pendidikan dewan komisaris dan rata-rata pertemuan dewan komisaris setiap
tahunnya. Data ini untuk beberapa perusahaan keluarga tidak ditampilkan dalam
laporan tahunan, sehingga membuat kami harus memasukkan nilai rata-rata
untuk perusahaan yang tidak menginformasikan variabel itu karena sangat
sayang jika data dibuang. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya tidak
menggunakan metode pengumpulan data kami yaitu hanya melihat dari laporan
langsung untuk menunjukkan latar belakang pendidikan dewan komisarisnya
sehingga data bisa lebih lengkap.
5.3. Saran
Dari hasil penelitian ini, saran yang dapat diberikan peneliti adalah sebagai
berikut:
1. Bapepam dan LK sebagai badan yang bertugas mengawasi emiten yang
beroperasi di pasar modal, agar meninjau kembali aspek-aspek penting yang
harus diungkapkan oleh perusahaan- perusahaan di Indonesia, seperti
informasi prospek masa mendatang, dampak tingkat bunga terhadap hasil dan
operasi saat ini dan masa mendatang, dan dampak fluktuasi nilai tukar
terhadap hasil dan operasi saat ini dan masa mendatang, alasan akuisis dan
disposisi, dan informasi segmen, R& D, yang belum banyak diungkapkan
oleh perusahaan keluarga non-keuangan di Indonesia. Informasi ini cukup
penting diungkapkan misalnya informasi akuisisi dan disposisi mengingat
kejadian tersebut sangat penting untuk diketahui oleh pemilik saham
non-keluarga dalam operasi perusahaannya karena bisa saja alasan mengakuisis
atau mendisposisi perusahaan lain untuk meningkatkan kendali pemilik
saham keluarga dalam perusahaan.
2. Manajemen sebagai pihak yang memberikan informasi terkait pengungkapan
sukarela laporan keuangan tahunan hendaknya memberikan pengungkapan
informasi penting perusahaan yang lebih banyak lagi guna mendukung
konsep keterbukaan informasi akuisisi dan disposisi mengingat kejadian
Kemudian terkait struktur kepemilikan perusahaan, hendaknya diperhatikan
lagi mengingat struktur perusahaan keluarga signifikan mempengaruhi
tingkat pengungkapan sukarela. Dengan pengungkapan yang lebih luas
diharapkan permasalahan keagenan dapat berkurang.
3. Investor dalam mengambil keputusan investasi hendaknya memberikan
perhatian kepada item-item penting dalam perusahaan yang belum
diungkapkan oleh manajemen. Investor dapat meminta manajemen untuk
memberikan pengungkapan sukarela informasi dalam laporan keuangan
tahunan perusahaan.
4. Auditor untuk lebih memperhatikan pengungkapan sukarela yang diberikan
manajemen dengan tidak terbatas hanya kepada faktor keuangan saja tetapi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)
Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan hubungan agensi sebagai sebuah
kontrak dimana satu orang atau lebih (prinsipal) menyewa orang lain (agen)
untuk melakukan suatu jasa sesuai dengan keinginan mereka dimana terdapat
pendelegasian otoritas dalam pembuatan keputusan kepada agen. Hubungan yang
terjadi antara manajemen perusahaan dengan pemegang saham merupakan salah
satu contoh untuk memenuhi definisi dari hubungan agensi tersebut, dimana
manajemen perusahaan selaku agen yang ditunjuk oleh pemegang saham, selaku
prinsipal, untuk mengelola dan menjalankan perusahaan yang dimilikinya.
Adanya dua pihak yang saling berhubungan ini menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan fungsi dari masing-masing pihak, yakni fungsi pengelolaan dan fungsi
kepemilikan. Manajemen selaku agen ditunjuk oleh pemegang saham yang
memiliki kekayaan untuk diinvenstasikan, selanjutnya pemegang saham akan
melakukan fungsi pengawasan dan kontrol terhadap pengelolaan yang dilakukan
oleh manajemen perusahaan (Jensen dan Meckling , 1976).
Dalam hubungan tersebut, terdapat 3 perbedaan utama yang menyebabkan
1. Asimetri informasi
Hubungan yang terjalin antara manajemen dan pemegang saham terjadi
biasanya karena pemegang saham tidak memiliki kompetensi atau sumber daya
untuk melakukan fungsi pengelolaan atau sebenarnya keduanya memiliki
kompetensi yang sama tetapi agen (manajemen) dapat melakukannya dengan
biaya yang lebih rendah sehingga pemegang saham menunjuk manajemen untuk
melakukan fungsi pengelolaan. Asimetri informasi muncul di sini karena
prinsipal tidak mampu mengontrol kompetensi, intensi, pengetahuan, dan
tindakan dari agen, atau mungkin mereka dapat memonitor dengan biaya yang
tinggi. Prinsipal membutuhkan informasi ini untuk membayar agen
berdasarkan usaha yang telah mereka kerjakan. Selain itu prinsipal
membutuhkan informasi atas keadaan lingkungan atau proses yang dapat
mempengaruhi kinerja agen tersebut. Oleh karena itu di dalam skenario
agency theory, asimetri informasi terkait agen menjadi salah satu asumsi
(Saam, 2007).
2. Perbedaan preferensi risiko
Dalam melakukan fungsinya masing-masing, kedua pihak baik agen maupun
prinsipal memiliki sikap yang berbeda terhadap risiko terkait skema kompensasi
yang berbeda (outcome-based versus behaviour-based). Dalam skenario standar,
agen dapat dikatakan sebagai risk averse. Hal ini dikarenakan pendapatan agen
cenderung lebih kecil bila dibandingkan dengan prinsipal. Apabila terjadi
Prinsipal dapat mendiversifikasi, sedangkan agen tidak bisa. Oleh karena itu
prinsipal dapat diasumsikan risk neutral (Saam, 2007).
3. Konflik tujuan
Selain adanya perbedaan preferensi risiko, agen dan prinsipal juga seringkali
dihadapkan pada perbedaan tujuan dari masing-masing pihak. Dalam hal ini agen
ingin memaksimalkan pendapatannya, sedangkan prinsipal ingin memaksimalkan
return yang akan didapat. Jadi dapat dikatakan bahwa kedua belah pihak ingin
mementingkan kepentingannya sendiri-sendiri sehingga akan muncul
permasalahan-permasalahan lain karena hal tersebut. Permasalahan yang timbul
akibat adanya konflik tujuan antara agen dan prinsipal biasa kita sebut dengan
agency problem(Saam, 2007).
2.1.2 Laporan Keuangan
Laporan keuangan memiliki tujuan yaitu untuk menyediakan informasi
yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan
suatu perusahaan. Laporan keuangan juga merupakan tanggungjawab manajemen
atas penggunaan sumberdaya yang dimiliki perusahaan (SAK IAI, 2009,
paragraph 12). Harnanto (1994) : Laporan keuangan merupakan alat untuk
mengkomunikasikan informasi keuangan dan kegiatan-kegiatan perusahaan
kepada pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Menurut Jay Smith
(2007), pihak yang berkepentingan dengan data yang terdapat dalam laporan
1. Para pemilik
2. Manajemen termasuk dewan direksi
3. Para kreditur
4. Pemerintah
5. Calon pemilik dan calon kreditur
6. Bursa saham dan pialang saham
7. Asosiasi pedagang
8. Karyawan dan serikat pekerjanya
9. Masyarakat umum
Di dalam laporan keuangan terdapat berbagai informasi penting perusahaan
yang dibutuhkan oleh pengguna laporan keuangan antara lain: informasi mengenai
aset, liabilitas, ekuitas, pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian,
kontribusi dari dan kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik dan
informasi arus kas.
Menurut SAK No 1 (IAI,Revisi 2009) laporan keuangan yang lengkap terdiri
dari komponen-komponen sebagai berikut :
1. Laporan posisi keuangan pada akhir periode
Laporan posisi keuangan pada akhir periode adalah laporan keuangan yang
secara sistematis menyajikan posisi keuangan perusahaan pada saat (tanggal)
tertentu. Laporan ini dibuat untuk menyajikan informasi keuangan mengenai
likuiditas dan fleksibilitas finansial perusahaan, yang dapat dipakai sebagai dasar
untuk membuat perkiraan terhadap keadaan-keadaan keuangan perusahaan dimasa
yang akan datang.
2. Laporan laba rugi komprehensif selama periode
Laporan laba rugi komprehensif selama periode adalah laporan keuangan
yang secara sistematis menyajikan hasil usaha perusahaan dalam periode waktu
tertentu. Laporan komprehensif selama periode menyediakan informasi mengenai
penentuan profitabilitas, nilai investasi, dan kelayakan kredit atau kemampuan
perusahaan melunasi pinjaman yang diperlukan investor dan kreditor untuk
membantu mereka memprediksi jumlah, penetapan waktu dan kepastian dari arus
kas masa depan.
3. Laporan perubahan ekuitas selama periode
Laporan perubahan ekuitas selama periode adalah laporan keuangan yang
secara sistematis menyajikan informasi mengenai perubahan ekuitas perusahaan
akibat operasi perusahaan dan transaksi dengan pemilik pada suatu periode
akuntansi tertentu.
4. Laporan arus kas selama periode
Laporan arus kas selama periode adalah laporan yang dapat memberikan
informasi tentang kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas
selama satu periode tertentu. Laporan arus kas menyajikan sacara sistematis
informasi tentang penerimaan dan pengeluaran kas selama satu periode tertentu
5. Catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi dan
informasi penting lainnya; serta
6. Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas menerapkan sebuah kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat
penyajian kembali pos-pos laporan keuangan atau ketika entitas mereklasifikasi
pos-pos dalam laporan keuangannya.
2.1.3 Laporan Tahunan
Peraturan Nomor X.K.6 yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal
dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) mewajibkan penyampaian laporan
tahunan bagi perusahaan yang telah melakukan penawaran umum dan perusahaan
public serta mengatur mengatur bentuk dan isi laporan tahunan tersebut. Di dalam
ketentuan umum mengenai bentuk dan isi laporan tahunan, perusahaan
diwajibkan untuk memuat ikhtisar data keuangan penting, laporan dewan
komisaris, laporan direksi, profil perusahaan, analisis dan pembahasan
manajemen, tata kelola perusahaan, dan laporan keuangan yang telah diaudit.
2.1.4 Pengungkapan dan Ruang Lingkup Pengungkapan
Botosan (1997) menyatakan bahwa adanya peningkatan didalam
pengungkapan perusahaan dapat mengurangi biaya modal karena semakin
besar pengungkapan akan meningkatkan likuiditas pasar saham yang kemudian
dapat mengurangi cost of equity baik melalui pengurangan biaya transaksi maupun
pengungkapan akan mengurangi biaya modal dengan adanya pengurangan
risiko estimasi yang tidak dapat didiversifikasi.
Menurut Hendriksen dan Breda (1991) ada 3 konsep pengungkapan yaitu :
a. Adequate disclosure, menyajikan pengungkapan minimum dengan tujuan
penyajian laporan untuk mencegah kesalahan interpretasi oleh stakeholder.
b. Fair disclosure, yang menyajikan pengungkapan untuk perlakuan yang adil
terhadap para stakeholder.
c. Full disclosure, yang menyajikan seluruh informasi yang relevan.
2.1.5 Struktur kepemilikan keluarga
Struktur kepemilikan dalam penelitian ini berfokus pada kepemilikan
keluarga. Menurut Claeseens et al dalam penelitiaanya di Asia Timur, Indonesia
adalah negara dimana pengendalian atas perusahaan mayoritas ada ditangan
keluarga. Perusahaan keluarga memiliki definisi beragam yang dianut oleh para
peneliti. Beberapa peneliti mendefinisikan perusahaan berdasarkan konteks
controlling ownership. Sebagai contoh, Barnes & Hershon (1976) mendefinisikan
perusahaan yang memiliki voting right atau kepemilikan dikendalikan oleh
keluarga. Villalonga & Amit (2006) mendefinisikan perusahaan keluarga adalah
jika pendiri atau keluarga pendiri menjabat di dewan direksi atau menguasai 5%
kepemilikan saham perusahaan. Peneliti lain mendefinisikan perusahaan keluarga
dalam konteks keberadaan anggota keluarga tersebut. Contoh penelitian yang
menggunakan kriteria itu adalah Stern (1986) yang berpendapat bahwa
beberapa keluarga. Contoh lain adalah Ward (1987) dan Donnelley (1988) yang
menyatakan bahwa perusahaan keluarga adalah bisnis keluarga yang dijalankan
oleh minimal dua generasi. Selain itu, ada juga peneliti yang menggunakan
konteks keterlibatan keluarga dalam manajemen. Seperti Litz (1995) dan Shanker
dan Astrachan (1996) yang mendefinisikan perusahaan keluarga sebagai
perusahaan dengan manajemen yang terkonsentrasi pada satu keluarga . Berbeda
halnya dari penelitian yang dilakukan Suchiro (1993) yang mendefinisikan
perusahaan keluarga sebagai perusahaan yang baik kepemilikan dan manajemen
dikendalikan oleh grup keluarga, baik keluarga inti maupun keluarga besar.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan definisi perusahaan keluarga yang
dikemukakan oleh Villalonga dan Amit (2006) yaitu perusahaan keluarga adalah
jika pendiri atau keluarga pendiri menjabat di dewan direksi atau menguasai 5%
kepemilikan saham perusahaan. Definisi ini paling tepat untuk diterapkan dengan
mengingat keterbatasan data yang kami miliki.
Adanya keberadaan anggota keluarga didalam tingkat manajerial menjadi
suatu ciri khas yang ada di perusahaan keluarga. Menurut Wang ( 2004) ,
kepemilikan keluarga melebihi cakupan kepemilikan manajerial dalam 3 konteks.
Pertama, kepentingan keluarga atas perusahaan lebih besar dibandingkan dengan
kepentingan manajer profesional. Kedua, keberadaan anggota keluarga dalam
jangka panjang ini tentunya menyebabkan perusahaan keluarga memiliki sasaran
jangka panjang yakni sasaran dengan periode waktu yang lebih lama
dibandingkan sasaran yang dimiliki oleh pihak manajer profesional. Ketiga,
sementara kepemilikan manajerial mengabaikan hubungan antar manajemen,
direksi, ataupun komisaris.
Kepemilikan keluarga memiliki dampak positif dan negatif bagi perusahaan.
Sisi positif salah satunya yaitu pengaruh dan kepemilikan dapat mengurangi
ekspropriasi manajer. Hal ini memungkinkan dengan keberadaan anggota
keluarga secara turun temurun, posisi ekuitas yang tidak terdiversifikasi, serta
kendali atas manajemen dan komisaris dengan menempatkan posisi mereka yang
unggul untuk mempengaruhi dan memonitor perusahaan. Selain itu sisi
positifnya juga berupa efisiensi dalam investasi ( James 1999) . Dengan
keberadaan pemegang saham yang berprospektif dalam jangka panjang, maka
akan mengurangi insentif manajer dalam melakukan keputusan investasi jangka
pendek . Sisi positif lainnya adalah dalam hal kesetiaan dan perhatian lebih dalam
reputasi perusahaan.
Disisi lain, perusahaan keluarga juga memiliki sisi negatif. Dengan
menempatkan anggota keluarganya yag mungkin tidak memiliki kemampuan di
posisi manajerial malah akan menjelekkan kesinambungan perusahaan itu
sendiri. Selain itu, sisi negatif lainnya akan penulis fokuskan berdasarkan tema
penelitian ini adalah tentang peyajian sukarela. Beberapa penelitian sebelumnya
telah dilakukan oleh Chau dan Gray tahun 2002 dan 2010 untuk melihat tingkat
pengungkapan sukarela di Hong Kong dan Singapura. Penelitian Chau dan Gray
(2002) membuktikan bahwa struktur kepemilikan yang semakin besar
berhubungan positif dengan tingkat pengungkapan sukarela. Perusahaan yang
cenderung memiliki tingkat pengungkapan sukarela yang rendah. Insider dan
perusahaan dengan kepemilikan keluarga yang besar memiliki motivasi yang
rendah untuk mengungkapkan informasi di luar apa yang diwajibkan oleh
peraturan karena permintaan atas pengungkapan informasi publik relatif rendah
dibandingkan dengan perusahaan dengan kepemilikan saham yang lebih
bermacam-macam. Hal ini yang bisa merugikan para pemegang saham minoritas.
2.1.6 Efektivitas Dewan komisaris
Efektivitas dewan komisaris disuatu perusahaan tidak terlepas dari
penggunaan sistem corporate governance yang dipakai disuatu negara. Di
indonesia, kebanyakan perusahaan menggunakan two tier system yang
memisahkan fungsi dewan direksi dan dewan komisaris. Dewan komisaris
berfungsi sebagai pengawas dan juga mewakili pemegang saham baik minoritas
maupun mayoritas. Pada dasarnya semua Komisaris bersifat independen,
diharapkan menjalankan tugasnya semata-mata demi kepentingan perusahaan.
Terlepas dari banyak pihak yang memiliki benturan kepentingan dengan
perusahaan yang salah satunya merupakan agency problem. Menurut penelitian
yang dilakukan Forker (1992) bahwa CEO/ Chairmain yang melakukan 2 fungsi
sekaligus yakni men-direct serta melakukan pengawasan berpengaruh negatif
terhadap pengungkapan. Pincus, Rusbarsky, and Wong (1989, 246) mengatakan
keberadaan dewan komisaris ini harusnya meningkatkan kualitas pengawasan
karena tidak berafiliasi dengan perusahaan. Jadi menurut penelitian tersebut,
semakin besar porsi dewan komisaris didalam perusahaan, maka akan semakin
penulis akan lebih berfokus pada efektivitas dewan komisaris di perusahaan
keluarga dalam konteks latar belakang pendidikan dan juga kehadiran dewan
komisaris dalam rapat, serta dikaitkan dengan pengungkapan sukarela.
2.1.7 Komisaris Independen
Keberadaan Komisaris independen adalah sangat diperlukan. Secara langsung
keberadaan dewam komisaris independen menjadi penting, karena di dalam
praktek sering ditemukan transaksi yang mengandung benturan kepentingan yang
mengabaikan kepentingan pemegang saham publik ( pemegang saham minoritas)
serta stakeholder lainnya, terutama pada perusahaan di Indonesia yang
menggunakan dana masyarakat didalam pembiyaan usahanya. Adanya komisaris
independen yang berasal dari luar perusahaan diharapakan akan direaksi postif
oleh pasar (investor), karena kepentingan inverstor akan lebih dilindungi.
2.1.8 Dewan Direksi
Dewan direksi sangat berperan penting dalam pengelolaan perusahaan.
Dewan direksi merupakan organ yang berperan penting dalam perusahaan yang
bertindak sebagai agen para pemegang saham untuk memastikan suatu
perusahaan dikelola sesuai dengan tujuan perusahaan. Menurut Undang-undang
Perseroan Terbatas, direksi merupakan organ perseroan yang bertanggung jawab
penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta
mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan dengan ketentuan
anggaran dasar. Dewan direksi bertanggung jawab penuh atas manajemen