• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Ekstrak Etanol Teh Hitam dalam Sediaan Hair Tonic

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penggunaan Ekstrak Etanol Teh Hitam dalam Sediaan Hair Tonic"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1. Gambar ekstrak etanol teh hitam

Simplisia teh hitam Ekstrak etanol teh hitam

Lampiran 2. Gambar alat

(2)

Lampiran 2.( Lanjutan)

Jangka Sorong Neraca Digital

(3)

Lampiran 2. (Lanjutan)

Hair Analyzer (Aramo SG) Perbesaran x 1, x 60, x 200, x 1000

(4)

Lampiran 3. Gambar Hasil uji stabilitas pada suhu kamar Sediaan setelah selesai dibuat

(5)

Lampiran 4. Hasil pengukuran panjang rambut marmut hari ke 7 (mm).

SD 0,276687 0,298887 0,254078 0,305505 Kelompok

SD 0,291356 0,344641 0,2458545 0,2726414 Kelompok

(6)

Lampiran 4. (Lanjutan)

Rata- Rata 2.04 1.80 1.81 1.77

SD 0,283627 0,326599 0,264365 0,266875 Kelompok

SD 0,299815 0,307137 0,331495 0,282056 Kelompok

SD 0,233095 0,225093 0,236643 0,231181 Lampiran 5. Hasil pengukuran panjang rambut marmut hari ke-14 (mm)

Kelompok No Panjang Rambut

Marmut 1 Marmut 2 Marmut 3 Marmut 4

(7)

Lampiran 5. (Lanjutan)

(8)

Lampiran 5. (Lanjutan) Lampiran 6. Hasil pengukuran panjang rambut marmut hari ke-21(mm)

Kelompok No Panjang Rambut

Marmut 1 Marmut 2 Marmut 3 Marmut 4

(9)

Lampiran 6. (Lanjutan)

(10)

Lampiran 7. Foto hasil pertumbuhan rambut pada marmut kelompok kontrol normal

A B

C D Keterangan: A: hari ke-0

(11)

Lampiran 8. Foto hasil pertumbuhan rambut pada marmut jantan kelompok kontrol negatif (Blanko)

A B

C D

Keterangan: A: hari ke-0 B: hari ke-7

(12)

Lampiran 9. Foto hasil pertumbuhan rambut marmut jantan dengan menggunakan hair tonic ekstrak etanol teh hitam konsentrasi 2%

A B

A B

C D

C D

Keterangan: A: hari ke-0 B: hari ke-7

(13)

Lampiran 10 Foto hasil pertumbuhan rambut marmut jantan dengan menggunakan hair tonic ekstrak etanol teh hitam konsentrasi 4%

A B

C D Keterangan: A: hari ke-0

(14)

Lampiran 11. Foto hasil pertumbuhan rambut marmut jantan dengan menggunakan hair tonic ekstrak etanol teh hitam konsentrasi 6%

A B

C D

Keterangan: A: hari ke-0 B: hari ke-7

(15)

Lampiran 12. Foto hasil pertumbuhan rambut marmut jantan dengan menggunakan NR hair tonic ( produk pasaran)

A B

C D Keterangan: A: hari ke-0

(16)

Lampiran 13. Hasil pengamatan dengan menggunakan Hair analyzer

Kontrol Normal Minggu 1

Marmut 1

(17)

Marmut 3

(18)

Kontrol negatif Minggu 1

Marmut 1

(19)

Marmut 3

(20)

Formula 1 (mengandung 2% ekstrak etanol teh hitam)

Marmut 1

(21)

Marmut 3

(22)

Formula 2 (mengandung 4% ekstrak etanol teh hitam) Minggu 1

Marmut 1

(23)

Marmut 3

(24)

Formula 3 (mengandung 6% ekstrak etanol teh hitam) Minggu 1

Marmut 1

(25)

Marmut 3

Marmut 4

(26)

Minggu 1

Marmut 1

(27)

Marmut 3

(28)

Hasil pengamatan dengan hair analyzer Kontrol normal

Minggu ke-2

Marmut 1

(29)

Marmut 3

(30)

rmut 4

Kontrol negatif Minggu ke-2

Marmut 1

(31)

Marmut 3

(32)

Formula 1 (mengandung 2% ekstrak etanol teh hitam) Minggu ke-2

Marmut 1

(33)

Marmut 3

(34)

Formula 2(mengandung 4 % ekstrak etanol teh hitam) Minggu ke-2

Marmut 1

(35)

Marmut 3

(36)

Formula 3 (mengandung 6% ekstrak etanol teh hitam)

Minggu ke-2

Marmut 1

(37)

Marmut 3

(38)

Produk pasaran Minggu ke-2

Marmut 1

(39)

Marmut 3

(40)

Hasil pengamatan dengan hair analyzer Kontrol normal

Minggu 3

Marmut 1

(41)

Marmut 3

(42)

Kontrol negatif Minggu ke-3

Marmut 1

(43)

Marmut 3

(44)

Formula 1 (mengandung 2% ekstrak etanol teh hitam) Minggu ke-3

Marmut 1

(45)

Marmut 3

(46)

Formula 2 (mengandung 4% ekstrak etanol teh hitam) Minggu ke-3

Marmut 1

(47)

Marmut 3

(48)

Formula 3 (mengandung 6% ekstrak etanol teh hitam) Minggu ke-3

Marmut 1

(49)

Marmut 3

(50)

Produk pasaran Minggu ke-3

Marmut 1

(51)

Marmut 3

(52)

Lampiran 14. Uji ANAVA, dan Tukey untuk Rata-rata panjang rambut masing masing kelompok marmut selama 3 minggu

a. Rata Panjang

ANOVA

Sum of Squares df

Mean

Square F Sig.

Minggu1 Between Groups ,417 5 ,083 13,461 ,000

Within Groups ,112 18 ,006

Total ,529 23

Minggu2 Between Groups 13,785 5 2,757 28,320 ,000

Within Groups 1,752 18 ,097

Total 15,537 23

Minggu3 Between Groups 33,115 5 6,623 158,178 ,000

Within Groups ,754 18 ,042

(53)

Minggu 1

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Minggu 2

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.

Minggu 3

Kontrol Positif 4 10,6225

Sig. 1,000 ,414 1,000 1,000 1,000

(54)

Minggu 1

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.

b. Number of hair

Within Groups 3170,500 18 176,139

Total 364856,000 23

Minggu 3 Between Groups 543973,708 5 108794,742 61,893 ,000

Within Groups 31640,250 18 1757,792

Total 575613,958 23 Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

(55)

Minggu 2

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.

Minggu 3 Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

(56)

Minggu 1

Tukey HSDa Diagnosis

N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

Blanko 4 ,03575

Kontrol Normal 4 ,03575

Formula 1 4 ,03600

Formula 2 4 ,04500

Formula 3 4 ,05125 ,05125

Kontrol Positif 4 ,05400

Sig. 1,000 ,066 ,761

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.

Minggu 2

Tukey HSDa Diagnosis

N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

Kontrol Normal 4 ,05075

Blanko 4 ,06000 ,06000

Formula 1 4 ,06000 ,06000

Formula 2 4 ,06625 ,06625 ,06625

Formula 3 4 ,07000 ,07000

Kontrol Positif 4 ,08300

Sig. ,099 ,479 ,065

(57)

Minggu 3

Tukey HSDa Diagnosis

N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

Blanko 4 ,03575

Formula 1 4 ,03575

Kontrol Normal 4 ,03600

Formula 2 4 ,04500

Formula3 4 ,05125 ,05125

Kontrol Positif 4 ,05400

Sig. 1,000 ,066 ,761

(58)
(59)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, A. S., Hakim E. H., dan makmur, L. (1990). Flavonoid dan Fitomedika, kegunaan dan Prospek. Jakarta: Phyto-Medika.Halaman 97-98

Ayukawa, T. (1985). Hair Tonic Compostion. Terjemahan oleh: M, aris. Jakarta: Bumi Aksara. Halaman 15

Barel, A.O., Paye, M., dan Howard I.M. (2009). Handbook of Cosmetic Science and Technology.Edisi ketiga. New York: Informa Healthcare. Halaman 473, 514, 774-775.

Bariqina, E., dan Ideawati, Z. (2001). Perawatan & Penataan Rambut. Yogyakarta: Adi Cita Karya Nusa. Halaman 1-12, 83-86.

Dalimartha, S. (2008). Atlas Tumbuhan obat Indonesia. Jilid 5. Jakarta: Pustaka Bunda.Halaman 110-112.

Dalimartha, S ., dan Soedibyo, M. (1998). Perawatan rambut dengan Tumbuhan Obat dan Diet Suplemen. Bogor: PT. Penebar swadaya. Halaman 210-216. Diana,W., dan Wahini, M. (2014). Penggunaan Ekstrak Buah Alpukat dan Madu

Sebagai Bahan Aktif Hair Tonic untuk Rambut Rontok.Universitas Negeri Surabaya. 1(3):226 - 235.

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen kesehatan Republik Indonesia. Halaman 9, 33.

Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia.Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 86, 206 – 219.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 7, 854-859.

Ditjen POM. (2000).Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 10-11.

Djuanda, A., Hamzah, M., Aisah, S. (2010). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Penerbit Fakultas Kedokteran UI. Halaman301- 303.

Ide, P. (2011). Mencegah Kebotakan Dini. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Halaman 50 – 52.

(60)

Yellia, M. (2003).Cara Bijak Menaklukkan Kanker. Jakarta: UI Press.Halaman 42-46.

Mannito, P. (1992). Biosintesis Produk Alami. Cetakan I. Depok : Penerbit PT Agromedia Pustaka.

Mulja, M. (1995). Analisis Instrumental. Bandung: Penerbit ITB. Halaman 63. Rukmana, H.R., dan Yudirachman, H.H,. (2015). Untung Selangit Dari Agribisnis

Teh. Edisi I. Yogyakarta: Penerbit Lily Publisher. Halaman 14-15, 22- 27, 42-46.

Rosi, A. (2010). 1001 Teh -Dari AsaUsul, Tradisi, KhasiatHinggaRacikanTeh.Yogyakarta : CV Andi. Halaman 51.

Rostamailis., Hayatunnufus., dan Yanita, M. (2008). Tata Kecantikan Rambut. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Halaman 21-22, 397.

Rostamailis., (2009). Tata Kecantikan Rambut: Untuk Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Halaman 42.

Rowe, R.C., Sheskey, P.J., dan Quin, M.E. (2009). Handbook of Pharmaceutical Excipients edisi VI. Washington D.C: Pharmaceuticals Press. Halaman 283,441.

Spillane, J. J. (1992). Komoditi Teh: Perannya Dalam Perekonomian Indonesia. Cetakan I. Yogyakarta : Penerbit Kanisius. Halaman 80.

Sujayanto, G. (2008). Khasiat Teh Untuk Kesehatan Dan Kecantikan. Flona Serial.Halaman 34-38. Jakarta : ITB. Halaman 75-78.

Tranggono, R.I., dan Latifah, F. (2007). Buku Pegangan Ilmu PengetahuanKosmetik.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Halaman 33-37. Wasitaatmadja, S.M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Penerbit

(61)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang akan dilakukan adalah metode eksperimen. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kosmetologi Farmasi Universitas Sumatera Utara.

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat-alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat hair analyzer

(Aramo SG), beaker glass, gelas ukur, pipet tetes, batang pengaduk, kertas saring, botol kaca, neraca digital (Boeco Germany), pH meter (Hanna), jangka sorong.

3.1.2 Bahan-bahan

Bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak etanol teh hitam, alkohol 96%, propilen glikol, tween 80, metil paraben, propil paraben, natrium metabisulfit, mentol, aquades dan krim Veet.

3.2 Hewan Percobaan

Dalam penelitian ini hewan yang digunakan sebagai bahan percobaan adalah marmut jantan kurang lebih berumur 2 bulan dengan berat badan berkisar 250 - 300 gram sebanyak 24ekor dan dibagi menjadi 6 kelompok yang masing-masing terdiri dari 4 ekor marmut jantan.

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Pengumpulan sampel

(62)

Bendera yang diperoleh dari warung tradisional di Jl. Sembada XV, Kecamatan Medan Selayang, Provinsi Sumatera Utara.

3.3.2 Pembuatan ekstrak etanol Teh Hitam

Simplisia diekstraksi dengan cara maserasi dengan menggunakan pelarut etanol. Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, (1979) caranya adalah sebagai berikut:

Sebanyak 400 gramserbuk simplisia dimasukkan ke dalam sebuah bejana, dituangi dengan 75 bagian etanol 70%, ditutup, dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sering diaduk, diserkai, diperas. Ampas diremaserasi lagi dengan 1liter etanol pada bejana tertutup, dibiarkan di tempat sejuk terlindung dari cahaya selama ± 2 hari sambil sering diaduk, diserkai, diperas. Filtratdigabungkan lalu dibiarkan selama 2 hari, kemudian dipekatkan dengan alat

(63)

3.4 Formulasi Sediaan Hair Tonic

3.4.1 Formula standar

Dalam penelitian ini, sediaanhair tonic dibuat dalam 3 formulasi dengan konsentrasi ekstrak teh hitam yang bervariasi yaitu 2%,4%, 6%.

Formulasi standart yang dipilih pada pembuatan hair tonic dalam penelitian ini adalah sebagai berikut (Ayukawa, 1985) :

R/ Etanol 96% 70,0 ml

Kadar alkohol yang digunakan hendaknya serendah mungkin karena kadar alkohol yang tinggi dapat melarutkan komplek protein - asam lemak rambut, sehingga dapat menyebabkan terputusnya struktur protein (Depkes, RI., 1985).

3.4.2 Formula yang telah dimodifikasi

Untuk formula hair tonic yang digunakan adalah :

R/ Etanol 96% 30 ml

(64)

Tabel 3.1 Formula sediaan Hair Tonic

3.4.3 Pembuatan sediaan hair tonic

(65)

Proses pembuatan hair tonic ekstrak teh hitam dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Ditambahkan

Ditambahkan

Ditambahkan

Gambar3.1. Bagan pembuatan hair tonic

Nipagin, nipasol, Ekstrak kental etanol teh hitam

2%, 4%, 6%

Massa II

Massa I

Massa 1 dicampurkan sedikit demi sedikit kedalam massa 2, diaduk sampai homogen

Cukupkan volumenya dengan akuades

Na. Metabisulfit yang telah dilarutkan didalam akuades, aduk

hingga homogen

(66)

3.5 Pemeriksaan mutu sediaan

3.5.1 Pengamatan stabilitas sediaan

Sebanyak 50 mL dari masing – masing formula sediaan dimasukkan kedalam wadah 100 mL. Selanjutnya dilakukan pengamatan selama 12 minggu berupa perubahan warna, perubahan aroma dan homogenitas.

3.5.2 Pengukuran pH sediaan

pH diukur dengan alat potensiometrik (pH meter). Kalibrasi pH meter dengan mencelupkan elektroda pada dua larutan dapar sehingga pH larutan uji diharapkan terletak diantaranya biasanya digunakan dapar standar pH 4 dan pH 7.

pH sediaan hair tonic disesuaikan dengan pH kulit kepala, yaitu berkisar pH 4,5 - 6,5. Jika terlalu asam maka akan menyebabkan iritasi kulit. Jika terlalu basa maka akan menyebabkan gatal - gatal dan kulit bersisik (Depkes, RI., 1995)

3.5.3 Uji Iritasi

Percobaan ini dilakukan pada 12 sukarelawan. Sediaan dioleskan di belakang telinga membentuk lingkaran, lalu dibiarkan selama 24 jam dengan diamati setiap 4 jam sekali apakah terjadi iritasi kulit atau tidak (Ditjen, POM., 1985). Eritema: tidak eritema 0, sangat sdikit eritema 1, sedikit eritema 2, eritema sedang 3, eritema sangat parah 4. Edema: tidak edema 0, sangat edema 1, sedikit edema 2, edema sedang 3, edema sangat parah 4 (Barel, et al., 2009)

3.5.4 Pengujian Aktivitas pertumbuhan rambut

(67)

bagian punggung dengan luas 4x4 cm2. Setelah diperoleh rambut yang agak pendek, lalu dioleskan krim depilatori (krim Veet®) selama 3 - 5 menit pada bagian yang dicukur tersebut. Setelah itu, bilas dengan air hingga rambut rontok. Pada bagian tengah punggung marmut yang dicukur dibuat kotak dengan luas 2x2 cm untuk tiap daerah uji dengan menggunakan spidol. Marmut jantan didiamkan selama 24 jam kemudian bahan uji dioleskan.

Sediaan uji dioleskan kepunggung marmut jantansebanyak 2ml satu kali sehari selama 3 minggu. Kelompok 1 tidak diolesi sediaan hair tonic sebagai kontrol normal, kelompok 2 diolesi sediaan hair tonic yang tidak mengandung ekstrak etanol teh hitam sebagai kontrol negatif, kelompok 3 diolesi hair tonic

yang mengandung ekstrak etanol teh hitam 2% (formula 1), kelompok 4 diolesi

hair tonic yang mengandung ekstrak etanol teh hitam 4%(formula 2), kelompok 5 diolesi hair tonic yang mengandung ekstrak etanol teh hitam 6%(formula 3), kelompok 6 diolesi hair tonic yang ada dipasaran sebagai kontrol positif.

(68)

Tabel 3.2Kelompok perlakuan uji aktivitas pertumbuhan rambut

Kelompok Jumlah

marmut Perlakuan

Kontrol Normal 4 Tidak dioleskan sediaan hair tonic

Kontrol Negatif 4

Dioleskan sediaan hair tonic yang tidak mengandung zat berkhasiat

Formula 1 4

Dioleskan hair tonic yang mengandung ekstrak etanol teh hitam 2 %

Formula 2 4 Dioleskan hair tonic yang mengandung ekstrak etanol teh hitam 4 %

Formula 3 4 Dioleskan hair tonic yang mengandung ekstrak etanol teh hitam 6 %

Kontrol positif 4

(69)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Pembuatan ekstrak etanol teh hitam

Penelitian ini adalah simplisia dari teh hitam, berdasarkan hasil pengekstraksian menggunakan 500 gram teh hitam yang dimaserasi dengan etanol, diperoleh ekstrak kental sebanyak 21,4 gram.

5.2 Pemeriksaan mutu sediaan

4.2.1 Pengamatan stabilitas sediaan

Hasil dari percobaan yang dilakukan pada sediaan yang menggunakan ekstrak etanol teh hitam dengan konsentrasi 2%, 4% dan 6% tetap bening dan tidak keruh, maka sediaan tersebut dikatakan homogen. Perlakuan yang sama juga dilakukan pada sediaan blanko (tanpa ekstrak etanol teh hitam) dan sediaan yang ada dipasaran, hasil yang diperoleh menunjukkan sediaan tetap bening dan tidak keruh. Hasil pengamatan stabilitas pada saat sediaan awal selesai dibuat, kemudian disimpan selama 12 minggu pada suhu kamar. Selanjutnya dilakukan pengamatan berupa perubahan warna, perubahan bau dan homogenitas.

(70)

Tabel 4.1 Data hasil pengamatan stabilitas ketiga formula pada suhu kamar (25oC±5oC) selama 12 minggu.

Sediaan Minggu Pengamatan

Warna Aroma Kejernihan

Formula 1

Hasil pada pemeriksaan pH diketahui bahwa konsentrasi ekstrak etanol teh hitam yang bervariasi dapat mempengaruhi pH sediaan, hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.2. formula 3 yang mengandung ekstrak etanol etanol teh hitam sebesar 6% memiliki pH 5,3 dimana lebih besar apabila di bandingkan dengan pH formula 2 yang mengandung ekstrak etanol teh hitam sebesar 4% yaitu 5,2 dan formula 1 yang mengandung ekstrak etanol teh hitam sebesar 2 % yaitu 5.0. berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa semakin besar konsentrasi ekstrak etanol teh hitam dalam sediaan Hair tonic, semakin besar pH sediaan, namun ketiga formula hair tonic tersebut masih dalam rentang pH balance (4,5-7,5).

Nilai pH dari suatu sediaan topikal harus berada dalam kisaran pH balance

(71)

dapat menyebabkan kulit bersisik. Dari hasil pengukuran pH awal dan akhir sediaan hair tonic (5,0 – 5,3) ternyata nilai pH sediaan masih berada di dalam kisaran pH balance. Perubahan pH ketiga formula selama 12 minggu penyimpanan pada suhu kamar secara umum tidak terjadi perubahan yang cukup besar dari tiap minggunya, dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 DataHasil pemeriksaan pH ketiga formula pada penyimpanan suhu kamar

Formula Suhu

penyimpanan

pH

Minggu 1 Minggu 4 Minggu 8 Minggu 12

Formula 1 25oC ± 5oC 5,0 4,8 4,7 4,6

Formula 2 25oC ± 5 oC 5,2 4,9 4,8 4,7

Formula 3 25oC ± 5 oC 5,3 5,1 4,9 4,9

4.2.3 Uji iritasi

(72)

Tabel 4.3 Data hasil uji iritasi sediaanhair tonic ekstrak etanol teh hitam 2%, 4% Indeks iritasi primer :0/24 =0,00

Keterangan: sistem skor Federal Hazardous Substance Act (Barel, et al., 2009). Indeks iritasi (Eritema) Skor Indeks iritasi (Edema) Skor

Tidak eritema 0 Tidak edema 0

Sangat sedikit eritema 1 Sangat sedikit edema 1

Sedikit eritema 2 Sedikit edema 2

Eritema sedang 3 Edema sedang 3

Eritema sangat parah 4 Edema sangat parah 4

4.2.4 Pengujian Aktivitas terhadap pertumbuhan rambut

(73)

Pengukuran efektivitas pertumbuhan rambut dimulai dengan mengukur panjang rambut marmut, kondisi awal punggung marmut jantan, kondisi pori marmut jantan, untuk melihat seberapa besar pengaruh hair tonic ekstrak etanol teh hitam dalam pertumbuhan rambut. Hasil pengukuran uji efektivitas pertumbuhan rambut dapat dilihat pada Lampiran 4. Data yang diperoleh pada setiap parameter hair analyzer dianalisis secara statistik dengan metode ANAVA lalu dilanjutkan dengan uji Post Hoc Tukey HSD dilakukan untuk melihat perbedaan nyata dari setiap perlakuan pada marmut jantan. Pengujian Post Hoc Tukey HSD dilakukan untuk melihat kelompok formula mana yang memiliki efek sama atau berbeda dan efek yang terkecil sampai terbesar antara satu dengan yang lainnya. Pengujian ini dilakukan terhadap semua perlakuan dari minggu ke-1 sampai minggu ke-3. Hasil statistik dapat dilihat pada Lampiran 14.

(74)

Tabel 4.4. Hasil rata-rata panjang rambut tiap perlakuan pada setiap minggu

Kelompok Uji Formula Rata-rata panjang (mm) ± SD

Minggu ke-1 Minggu ke-2 Minggu ke-3 Kelompok 1 Kontrol normal 1,75 ± 0,283 4,31 ± 0,493 8,13± 0,320

Kelompok 2 Kontrol negatif 1,71 ± 0,288 3,90 ± 0,260 7,18± 0,365

Kelompok 3 Formula 1(2%) 1,84 ± 0,817 4,47 ± 0,394 8,10 ± 0,380

Kelompok 4 Formula 2(4%) 1,88 ± 0,285 4,92± 0,350 8,89±0,392

Kelompok 5 Formula 3(6%) 2,06 ± 0,305 5,43± 0,303 10,14± 0,334

Kelompok 6 Kontrol positif

(NR hair tonic) 2,13 ± 0,231 5,97± 0,277 10,62± 0,368

Berdasarkan hasil data Tabel 4.4 sebagai berikut: Kelompok kontrol negatif (blanko), formula 1(2%), formula 2(4%), formula 3(6%), dan kontrol positif pada minggu pertama berturut-turut adalah 1,71 ± 0,288 mm; 1,84 ± 0,281 mm; 1,88 ± 0,285 mm; 2,06 ± 0,305 mm; 2,13 ± 0,231 mm. Pada data tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata panjang rambut antara masing-masing kelompok. Hasil uji ANAVA menunjukkan adanya perbedaan bermakna dalam rata-rata panjang rambut pada semua kelompok marmut. Uji Tukey HSD menunjukkan kontrol normal tidak berbeda signifikan dengan blanko (kontrol negatif), formula 1(2%), formula 2(4%) tetapi berbeda signifikan dengan formula 3(6%) dan kontrol positif.

(75)

berbeda signifikan dengan blanko (kontrol negatif), formula 1, tetapi brbeda signifikan dengan formula 2, fomula 3, dan kontol positif.

Pada minggu ketiga, data rata-rata panjang rambut kontrol negatif (blanko), formula 1(2%), formula 2(4%), formula 3(6%) dan kontrol positif (produk dipasaran) yaitu 7,18 ± 0,365 mm, 8,41 ± 0,380 mm, 8,89 ± 0,392 mm, 10,41 ± 0,334 mm dan 10,62 ± 0,368 mm. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak etanol teh hitam, aktivitas pertumbuhan rambut semakin meningkat. Hasil statistik dengan uji Tukey HSD menunjukkan bahwa blanko berbeda signifikan dengan kontrol normal, formula 1(2%), formula 2(4%), formula 3(6%), kontrol positif. Hal ini menunjukkan bahwa semua formula hair tonic ekstrak etanol teh hitam memiliki aktivitas pertumbuhan rambut, sedangkan formula 1(2%), formula 2(4%), formula 3(6%) dengan kontrol positif, hanya kelompok formula 3(6%) yang tidak memiliki perbedaan yang bermakna. Sediaan hair tonic ekstrak etanol teh hitam kelompok formula 3(6%) memiliki aktivitas pertumbuhan rambut setara dengan kontrol positif pada minggu ketiga.

4.2.4.1 Pengujian efektivitas menggunakan hair analyzer

(76)

Hasil pengukuran uji efektivitas pertumbuhan rambut, ketebalan rambut, kondisi pori, kepadatan rambut, rambut rontok, rambut bercabang dapat dilihat pada Lampiran 13. Data yang diperoleh pada setiap parameter pertumbuhan rambut lalu dianalisis secara statistik dengan metode ANAVA lalu dilanjutkan dengan uji Post Hoc Tukey HSD, dapat dilihat pada lampiran 14untuk melihat perbedaan nyata dari setiap perlakuan pada marmut. Pengujian Post hoc Tukey

dilakukan untuk kelompok formula mana yang memiliki efek sama atau berbeda dan efek sama atau berbeda dan efek yang terkecil sampai terbesar antara satu dengan yang lainnya. Pengujian ini dilakukan terhadap semua perlakuan dari minggu pertama sampai minggu ketiga. Hasil pengukuran dengan hair analyzer

(77)
(78)

Gambar 4.1 Grafik hasil pengukuran jumlah rambut pada rambut marmut dengan konsentrasi normal, blanko, formula 1, formula 2, formula 3, positif (produk pasaran) selama 3 minggu.

Gambar 4.2 Grafik hasil pengukuran ketebalan rambut pada rambut marmut dengan konsentrasi normal, blanko, formula 1, formula 2, formula 3, positif (produk pasaran) selama 3 minggu

0

Normal Blanko Formula 1 (2%)

(79)

1= minggu 1 2= minggu 2 3= minggu 3

Gambar 4.3 Grafik hasil pengukurankondisi pori pada rambut marmut dengankonsentrasi normal, blanko, formula 1, formula 2, formula 3, positif

(produk pasaran) selama 3 minggu

Gambar 4.4Grafik hasil pengukuran kepadatan rambut pada rambut marmut dengan konsentrasi normal, blanko, formula 1, formula 2, formula 3, positif (produk pasaran) selama 3 minggu

1 1 1 1 1 1

Normal Blanko Formula 1 (2%)

(80)

Gambar 4.5 Grafik hasil pengukuran rambut rontok pada rambut marmut dengan konsentrasi normal, blanko, formula 1, formula 2, formula 3, positif (produk pasaran) selama 3 minggu

Gambar 4.6Grafik hasil pengukuran rambut bercabangpada rambut marmut dengan konsentrasi normal, blanko, formula 1, formula 2, formula 3, positif (produk pasaran) selama 3 minggu

1 1 1 1 1 1

Normal Blanko Formula 1 (2%)

(81)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap ekstrak etanol teh hitam dalam hair tonic disimpulkan uji stabilitas fisik dan aktivitas terhadap pertumbuhan rambut dari konsentrasi bervariasi, yaitu 2%, 4%, dan 6%, dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Ekstrak etanol teh hitam dapat diformulasi alam sediaan hair tonic, dan pada konsentrasi 6% menunjukkan kestabilan fisik dan hasil pertumbuhan rambut yang paling baik pada marmut.

b. Persyaratan mutu dari hair tonic yang mengandung ekstrak etanol teh hitam yaitu pH 5,0 - 5,3 stabil, tidak mengiritasi dan mampu menyuburkan rambut marmut.

5.2 Saran

(82)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tanaman Teh

Tumbuhan teh (Camellia sinensis) familia dari Theaceae, diperkirakan berasal dari pegunungan Himalaya dan daerah – daerah pegunungan yang berbatasan dengan Republik Rakyat Cina, India, dan Birma. Tanaman ini dapat tumbuh di daerah tropis dan subtropis, dengan menuntut cukup sinar matahari dan hujan sepanjang tahun (Spillane, 1992).

2.1.1 Klasifikasi teh

Menurut Rukmana dan Yudiracman (2015), sistematika (toksonomi) tumbuhan, tumbuhan teh diklasifikasikan sebagai berikut:

Kindom : Plantea

Divisio : Spermatophyta (tumbuhan biji)

Sub Divisio : Angiospermae (tumbuhan biji terbuka) Kelas : Dicotyledoneae (tumbuhan biji belah) Subkelas : Dialypetalae

Ordo (bangsa) : Guttiferales (Clusiales) Famili (suku) : Camelliaceae (Theaceae) Genus (marga) : Camellia

Spesies : Camellia sinensis L. Varietas : Sinensis

2.1.2 Morfologi tumbuhan teh

(83)

1. Helai–helai daun yang cukup tebal, kaku, berbentuk sudip melebar sampai sudip memanjang, panjangnya tidak lebih dari 5 cm, bertangkai pendek. 2. Permukaan daun bagian atas mengkilat, pada daun muda permukaan

bawahnya berambut jika telah tua menjadi licin.

3. Tepi daun bergerigi, agak tergulung ke bawah, berkelenjar yang khas dan terbenam (Kartasapoetra, 1992).

3.1.3 Kandungan teh

1. Daun teh mengandung zat – zat yang berguna bagi tubuh. Di antaranya

polifenol, teofilin, teobromin, flavonoid, vitamin C, vitamin E, katekin,

kafein, serta beberapa mineral (Mangan, 2003).

2. Zat flavonoid berfungsi sebagai penangkal radikal bebas yang dapat

mengacaukan sistem keseimbangan tubuh dan memicu timbulnya kanker dan

tumor. Katekin pada daun teh dapat menurunkan kolesterol darah dan

mengurangi kemungkinan terserang kanker (Kartasapoetra, 1992).

4. Meskipun bermanfaat bagi kesehatan, meminum teh secara berlebihan tidak

baik. Hal ini disebabkan di dalam teh terkandung kafein meskipun tidak

setinggi yang terkandung dalam kopi. Terlalu tingginya jumlah kafein yang

dikonsumsi menyebabkan gangguan, seperti insomnia, dan ketidakteraturan

kerja jantung. Minum teh sebaiknya dilakukan 2 cangkir sehari (Mangan,

2003).

5. Kandungan kafein yang terdapat di dalam teh jumlahnya lebih sedikit

dibandingkan pada kopi. Meskipun demikian itu tidak mengurangi manfaat

dari kafein tersebut. Kafein bersifat sebagai mild stimulant pada sistem saraf

(84)

secara teratur akan meningkatkan daya ingat, memacu kecerdasan kognitif,

dan perasaan senang (Manitto, 1992).

2.2 Jenis Teh

Ada 4 (empat) jenis teh yang sudah akrab bagi orang indonesia: teh oolong, teh hitam, teh hijau, teh putih. Keempatnya dibedakan berdasarkan proses pengolahan. Kualitas teh tinggi apabila dipetik dari lembar pucuk pertama sampai ketiga. Sebab dalam ketiga lembar daun itu kandungan katekin penambah rasa segar dan kafein tinggi. Katekin sendiri merupakan senyawa polifenol yang kaya antioksidan (Mulja, 1995).

2.2.1 Teh oolong

Teh oolong adalah teh hasil semioksidasi enzimatis alias tidak bersentuhan lama dengan udara saat diolah. Teh oolong terletak diantara teh hijau dan teh hitam. Fermentasi terjadi namun hanya sebagian (30-70%). Hasilnya, warna teh menjadi cokelat kemerahan. Teh oolong biasa disajikan dalam upacara pernikahan dan sebagai teman menyantap hidangan laut.

2.2.2 Teh hijau

(85)

2.2.3 Teh hitam

Teh hitam didapat dari hasil penggilingan yang menyebabkan daun terluka dan mengeluarkan getah. Getah itu bersentuhan dengan udara sehingga menghasilkan senyawa tea flavin dan terubigin. Artinya, daun teh mengalami perubahan kimiawi sempurna sehingga hampir semua kandungan katekin terfermentasi menjadi tea flavin dan tearubigin. Warna hijau bakal berubah menjadi kecoklatan dan selama proses pengeringan menjadi hitam. Teh hitam paling dikenal luas dan banyak dikonsumsi. Tea flavin menurunkan warna merah kekuning-kuningan dalam setiap seduhan. Tearubigin memberi kombinasi warna coklat kemerahan dan kuning. Soal rasa seperti katekin, tea flavin memberi kesegaran (Sujayanto, 2008).

2.2.4 Teh putih

Teh putih dipercaya memiliki lebih banyak manfaat daripada teh hijau, disebut teh putih karena saat diseduh warna air hanya sedikit berubah menjadi kekuningan. Dari teh ini diambil dari pucuk daun yang masih menggulung yang memiliki kandungan kafein paling tinggi (Sujayanto, 2008).

2.3 Ekstraksi

(86)

yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan (Ditjen, POM., 2000).

Metode ekstraksi

Menurut Ditjen POM (2000), ada beberapa metode ekstraksi: 1. Cara dingin

Ekstraksi dengan cara dingin terdiri dari: a. Maserasi

Maserasi adalah proses pengekstraksian simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruang (kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan yang kontinu (terus-menerus). Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama dan seterusnya.

b. Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang baru sampai sempurna

(exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur ruang. Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak) terus menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan.

2. Cara panas

(87)

a. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna. b. Soxhletasi

Soxhletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

c. Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperatur ruangan (kamar), yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40- 50°C.

d. Infundasi

Infundasiadalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air (bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96-98°C) selama waktu tertentu (15-20 menit).

e. Dekoktasi

Dekoktasi adalah infus dengan waktu yang lebih lama (30 menit) dan temperatur sampai titik didih air.

2.4 Rambut

2.4.1 Anatomi rambut

(88)

20%. Rambut mudah dibentuk dengan mempengaruhi gugus disulfida, misalnya dengan pemanasan atau bahan kimia (Wasitaatmadja,1997).

2.4.1.1Bagian-bagian rambut

Bagian-bagian rambut yang terdiri dari tiga bagian sebagai berikut: a. Ujung rambut

Pada ujung rambut yang baru tumbuh serta sama sekali belum/tidak pernah dipotong mempunyai ujung rambut yang runcing.

b. Batang rambut

Batang rambut adalah bagian rambut yang berada di atas permukaan kulit berupa benang-benang yang halus yang terdiri dari zat tanduk atau keratin. Pada potongan melintang, batang rambut dapat dibedakan menjadi tiga lapisan yang tersusun teratur secara konsentris.

1. Selaput rambut (kutikula)

Kutikula adalah lapisan yang paling luar dari rambut yang terdiri atas sel-sel tanduk yang pipih dan tersusun seperti sisik ikan. Kutikula ini berfungsi sebagai pelindung rambut dari kekeringan dan masuknya bahan asing ke dalam batang rambut (Barel, et al., 2009).

2. Kulit rambut (korteks)

(89)

3. Sumsum rambut (medulla)

Sumsum rambut terletak pada lapisan paling dalam dari batang rambut yang dibentuk oleh keratin yang tersusun sangat renggang dan membentuk semacam jala sehingga terdapat rongga - rongga yang berisi udara.

c. Akar rambut

Akar rambut adalah bagian rambut yang tertanam miring di dalam kulit dan terselubung oleh folikel rambut.

Bagian-bagian dari akar rambut sebagai berikut: 1. Folikel

Folikel merupakan saluran menyerupai tabung, berfungsi untuk melindungi akar rambut, mulai permukaan kulit sampai bagian terbawah umbi rambut.

2. Papil rambut

Papil rambut adalah bulatan kecil yang bentuknya melengkung, terletak di bagian terbawah dari folikel rambut dan menjorok masuk ke dalam umbi rambut. Papil rambut bertugas membuat atau memproduksi bermacam-macam zat yang diperlukan untuk pertumbuhan rambut. Misalnya sel-sel tunas rambut, zat protein yang membentuk keratin, zat makanan untuk rambut, zat melanosit yang membentuk melanin.

3. Umbi rambut (matriks)

(90)

2.4.1.2Struktur rambut

Rambut dapat berwujud tebal atau kasar, halus atau tipis, dan normal atau sedang.Struktur rambut memberi perbedaan pada penampang melintang rambut:

Rambut yang lurus, bentuk penampangnya bulat dan panjang. Bila dikeriting, bentuk penampangnya tidak berubah.

a. Rambut yang berombak, bentuk penampangnya oval dan panjang.

b. Rambut yang keriting, bentuk penampangnya pipih dan panjang. Bila diluruskan, bentuk penampangnya tidak berubah.

Struktur rambut berhubungan pula dengan bentuk folikel atau kantong rambutnya: a. Rambut lurus mempunyai folikel seperti silinder lurus

b. Rambut berombak mempunyai folikel seperti silinder yang melengkung

c. Rambut keriting mempunyai folikel seperti silinder yang melengkung menyerupai busur ((Diana dan Wahini, 2014).

2.4.1.3Tekstur rambut

Tekstur rambut adalah sifat-sifat rambut yang dapat ditentukan dengan penglihatan, perabaan, atau pegangan.

Sifat - sifat rambut sebagai berikut: a. Kelebatan rambut

(91)

b. Kasar licinnya permukaan rambut

Kasar licinnya rambut ditentukan melalui perabaan. Permukaan rambut dikatakan lebih kasar jika sisik-sisik selaput rambut tidak teratur satu dengan yang lain. Hal ini dapat juga disebabkan oleh kotoran yang menempel pada permukaan rambut.

c. Tebal halusnya rambut

Tebal halusnya rambut dapat ditentukan oleh banyaknya zat tanduk dalam kulit rambut. Pada umumnya, rambut yang berwarna hitam dan coklat lebih tebal daripada rambut merah atau pirang. Rambut di pelipis lebih halus daripada rambut di daerah lain (Bariqina dan Ideawati, 2001; Ditjen, POM., 1985).

d. Kekuatan rambut

Sifat ini tergantung pada banyaknya dan kualitas zat tanduk dalam rambut. Kekuatan rambut dapat diketahui dengan cara meregangkan rambut sampai putus.

e. Daya serap rambut

Daya serap rambut adalah kemampuan rambut untuk mengisap cairan. Daya serap tergantung dari keadaan lapisan kutikula, yaitu lapisan rambut paling luar mempunyai sel-sel seperti sisik. Selaput rambut yang sisik-sisiknya terbuka dan zat tanduk yang keadaanya kurang baik akan meningkatkan daya serap rambut. Rambut di puncak kepala memiliki daya serap terbaik.

f. Elastisitas rambut

(92)

Elastisitas pada rambut basah dapat mencapai 40-50% lebih panjang dari keadaan semula.

g. Plastisitas rambut

Plastisitas rambut adalah sifat mudah tidaknya rambut dapat dibentuk (Bariqina dan Ideawati,2001).

2.4.1.4Jenis rambut

a. Jenis rambut menurut morfologinya, yaitu: 1. Rambut lanugo/velus

Rambut lanugo/velus adalah rambut yang sangat halus dengan pigmen sedikit. Rambut terdapat diseluruh tubuh kecuali di bibir, telapak tangan, dan kaki. Rambut ini tumbuh pada pipi, dahi, tengkuk dan tangan (Djuanda, dkk., 2010).

2. Rambut terminal

Rambut terminal adalah rambut yang sangat kasar dan tebal serta berpigmen banyak. Terdapat di kepala, alis, bulu mata, ketiak, dan genitalia eksterna.

b. Jenis rambut menurut sifatnya, yaitu: 1. Rambut normal

Rambut dapat dikatakan normal, apabila tidak terlalu berminyak, tidak terlalu kering serta bersih dari ketombe. Rambut normal lebih mudah pemeliharaannya. Serta tidak terlalu kaku sehingga mudah dibentuk menjadi berbagai jenis model rambut.

(93)

Jenis rambut ini memiliki kelenjar minyak yang bekerja secara berlebihan sehingga rambut selalu berminyak. Rambut berminyak kelihatan mengkilap, tebal, dan lengket.

3. Rambut kering

Rambut ini biasanya berwarna kemerah-merahan dan agak kaku, dan biasanya jenis rambut ini ujungnya bercabang atau pecah sehingga rambut kurang bagus (Bariqina dan Indeawati, 2001; Ditjen, POM., 1985).

2.4.2 Fisiologi rambut

2.4.2.1 Pertumbuhan rambut

Pertumbuhan rambut telah dimulai saat janin berusia 4 bulan di dalam kandungan. Pada usia ini bibit rambut sudah ada dan menyebar rata di seluruh permukaan kulit. Di akhir bulan ke- 6 atau awal bulan ke- 7 usia kandungan, rambut pertama sudah mulai tumbuh di permukaan kulit, yaitu berupa rambut Lanugo. Kemudian menjelang bayi lahir rambut bayi ini akan rontok, diganti dengan rambut terminal. Rambut tidak mengalami pertumbuhan secara terus menerus. Pada waktu tertentu pertumbuhan rambut terhenti dan setelah mengalami istirahat sebentar, rambut akan rontok sampai ke matriks rambut. Sementara itu, papil rambut sudah membuat persiapan rambut baru sebagai penggantinya (Tranggono dan Latifah, 2007; Rostamailis, et al., 2008).

Menurut siklus pertumbuhannya, rambut dibedakan dalam 3 fase yaitu: a. Fase anagen (fase pertumbuhan)

(94)

b. Fase katagen (fase peralihan)

Fase ini hanya berlangsung beberapa minggu. Selama fase peralihan, rambut berhenti tumbuh, umbi rambut mengkerut dan menjauhkan diri dari papil rambut, membentuk bonggol rambut, tetapi rambut belum rontok.

c. Fase telogen (fase istirahat)

Fase ini berlangsung selama 90 - 100 hari. Pada akhir fase ini, fase rambut beralih ke fase anagen secara spontan (Rostamailis,et al., 2008). Siklus pertumbuhan rambut dapat dilihat pada Gambar 2.1 dibawah ini.

Gambar 2.1Siklus pertumbuhan rambut (Djuanda, et al., 2010).

2.4.2.2 Faktor faktor yang mempengaruhi pertumbuhan rambut:

1. Hormon

(95)

memperkecil waktu pertumbuhan rambut anagen. Pada wanita aktivitas hormon androgen akan menyebabkan hirsutisme, sebaliknya hormon estrogen dapat memperlambat pertumbuhan rambut.

2. Metabolisme 3. Nutrisi

Malnutrisi berpengaruh pada pertumbuhan rambut terutama malnutrisi protein dan kalori. Pada keadaan ini rambut menjadi kering dan kusam. Adanya kehilangan pigmen setempat sehingga rambut tampak berbagai warna. Kekurangan vitamin B12, asam folat, dan zat besi juga dapat menyebabkan kerontokan rambut (Djuanda, et al., 2010).

2.5. Tonik Rambut (Hair Tonic)

Sediaan perangsang pertumbuhan rambut (hair tonic) adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk melebatkan pertumbuhan rambut atau merangsang pertumbuhan rambut pada kebotakan dan rambut rontok (Depkes, RI.,1985).

Bahan utama yang terdapat dalam sediaan tonik rambut ada dua, yaitu zat pelarut dan zat khasiat. Zat pelarut yang umum digunakan untuk sediaan bentuk larutan adalah air, alkohol dan gliserin (Depkes, RI., 1985).

Kadar alkohol yang digunakan hendaknya serendah mungkin karena kadar alkohol yang tinggi dapat melarutkan kompleks protein-asam lemak rambut, sehingga dapat menyebabkan terputusnya struktur protein (Depkes, RI., 1985).

(96)

sirkulasi darah kulit kepala, memperbaiki dan memulihkan sekresi kelenjar sebum dan merangsang pertumbuhan rambut (Depkes, RI., 1985).

2.5.1 Keuntungan sediaan hair tonic

Sediaan hair tonic dipilih karena bentuknya yang berupa larutan sehingga mudah diaplikasikan dan tidak lengket seperti sediaan semisolid sehingga tidak meninggalkan kerak yang dapat memicu terbentuknya ketombe(Tranggono, 2007).

2.5.2Bahan pembantu sediaan hair tonic

Kandungan sediaan hair tonic yang digunakan yaitu:

2.5.2.1 Etanol 96%

Pemerian etanol berupa cairan tidak berwarna, mudah menguap, jernih, dan berbau khas. Etanol mudah bercampur dengan air dan praktis bercampur dengan semua pelarut organik. Dalam formula sediaan ini, etanol digunakan sebagai pelarut sekaligus antimikroba (Rowe, et al.,2009).

2.5.2.2 Propil paraben (nipasol)

Bahan ini secara luas digunakan sebagai bahan pengawet dalam kosmetik, makanan dan produk farmasi. Dalam sediaan topikal, konsentrasi yang umum digunakan adalah 0,01-0,6%. Bahan ini sangat larut dalam aseton, eter dan minyak; mudah larut dalam etanol (1:1), metanol dan propilen glikol (1:3,9); sangat sedikit larut dalam air (Rowe, et al., 2009).

2.5.2.3 Natrium metabisulfit

(97)

metabisulfit larut dalam air dan sukar larut dalam propilen glikol (Rowe, et al., 2009).

2.5.2.4 Metil paraben (nipagin)

Metil paraben berbentuk kristal tidak berwarna atau serbuk kristal putih; tidak berbau atau hampir tidak berbau dan berasa sedikit terbakar. Kelarutannya yaitu sukar larut dalam air, dalam benzen dan dalam karbon tetraklorida; mudah larut dalam etanol dan dalam eter; larut dalam air 80°C. Penggunaan dalam sediaan topikal sebanyak 0,02%-0,3% sebagai antimikroba, efektif pada pH 4-8 (Rowe, et al., 2009).

2.5.2.5 Propilen glikol

Pemerian propilen glikol adalah cairan kental,jernih, tidak berwarna, rasa khas, praktis tidak berbau, menyerap air pda udara lembab. Dapat bercampurdengan air dengan aseton dan dengan kloroform, larut dalam eter, dan beberapa minyak essensial; tetapi tidak bercampur dengan minyak lemak. Konsentrasi 15%. Kegunaan sebagai humektan(Rowe, et al., 2009).

2.5.2.6Mentol

(98)

2.5.2.7Tween 80

Pemerian tween 80 adalah cairan kental, transparan, tidak berwarna dan tidak berasa. Tween 80 larut dalam etanol dan air, tidak larut dalam minyak mineral. Kegunaannya sebagai agen pensolubilisasi dan agen pembasah. Sebagai agen pensolubilisasi penggunaannya sekitar 1-15% sedangkan sebagai pembasah dapat digunakan dalam konsentrasi 0.1-3% (Rowe, et al., 2009).

2.5.2.8Akuades

(99)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kosmetik adalah bahan-bahan yang digunakan untuk memberikan dampak kecantikan dan kesehatan bagi tubuh. Kosmetika dikenal sejak berabad-abad yang lalu. Pada abad ke-19, pemakaian kosmetika mulai mendapat perhatian, yaitu selain untuk kecantikan juga untuk kesehatan (Tranggono dan Latifah, 2007).

Teh merupakan tanaman yang dimanfaatkan daunnya sebagai minuman. Namun ternyata, fungsi teh bukan hanya sebagai campuran minuman, namun juga bermanfaat bagi kesehatan. Hal ini dikarenakan adanya beberapa kandungan dalam daun teh yang bermanfaat seperti flavonoid, poliphenol dan kafein. Varian teh yang pertama ditemukan adalah teh hitam. Akan tetapi, sekarang ini penggunaannya mulai tergantikan oleh teh hijau yang dipercayai memiliki lebih banyak khasiat (Rosi, 2010)

Teh hitam juga sangat baik untuk rambut, cara penggunaannya bisa dengan merendam teh hitam dengan daun pacar (henna) dan diolesi kerambut. Ini memberi warna hitam yang indah pada rambut (Dalimartha, 2008)

Rambut adalah mahkota bagi semua orang karena rambut berfungsi selain untuk memberikan kehangatan, perlindungan, rambut juga untuk keindahan dan penunjang penampilan. Rambut sehat memiliki ciri-ciri tebal, berwarna hitam,berkilau, tidak kusut dan tidak rontok menjadi kebutuhan semua orang dapat memiliki rambut menjadi tidak sehat (Rostamailis, 2009).

(100)

rambut beruban bagi orang lanjut usia maupun bagi orang yang masih berusia muda, rambut bercabang, rambut mudah patah, dan rontok berlebihan. Ciri rambut tidak sehat yang tidak diharapkan oleh kebanyakan orang yaitu rambut rontok (Ide, 2011).

Rambut rontok merupakan fase alami yang pasti terjadi pada semua orang, karena rambut memiliki siklus.Siklus pertumbuhan rambut normal terdiri atas tiga fase, yaitu fase pertumbuhan, fase istirahat, fase rontok (Bariqina, 2001). Rata-rata orang kehilangan 50-100 helai rambut setiap hari karena rontok, tetapi hampir semua rambut yang rontok akan tumbuh kembali dan berganti dengan rambut yang baru. Namun demikian, apabila kerontokan rambut lebih dari 100 helai perhari dan terjadi terus menerus, maka hal tersebut merupakan ciri rambut tidak sehat (Ide, 2011).

(101)

1.2 Perumusan Masalah

a. Apakah ekstrak etanol teh hitam dengan konsentrasi 2%, 4%, 8% dapat diformulasikan sebagai hair tonic penyubur rambut dan memenuhi perbedaan pada tumbuh rambut.

b. Apakah hair tonicdari ektrak etanol teh hitam yang dibuat memenuhi persyaratan mutu.

1.3. Hipotesis

a. Ekstrak etanol teh hitam dengan konsentrasi 2%,4%, 6% dapat diformulasikan dalam hair tonic dan memiliki perbedaan pertumbuhan rambut marmut.

b. Hair tonic yang mengandung ekstrak etanol teh hitam dibuat memenuhi persyaratan mutu.

1.4 Tujuan Penelitian

a. Memformulasi ektrak etanol teh hitam dengan konsentrasi 2%, 4% dan6% dalam sediaan hair tonic dan melihat perbedaan pertumbuhan rambut. b. Mengetahui persyaratan mutu hair tonic ekstrak etanol teh hitam.

1.5 Manfaat Penelitian

(102)

(Musa acuminata AAA) SEBAGAI ANTI-AGING DALAM

SEDIAAN MASKER

ABSTRAK

Latarbelakang: Masker wajah merupakan kosmetik yang digunakan sebagai tindakan perawatan wajah. Buah pisang ambon mengandung senyawa flavonoid, vitamin, dan melatonin yang terdapat pada tepung pisang berkhasiat sebagai antioksidan dapat menghaluskan kulit, meremajakan kulit, menjaga kelembutan kulit sehingga kulit terlihat lebih muda dan segar.

Tujuan: Penelitian ini adalah untuk memformulasi sediaan masker dengan tepung pisang ambon dan mengetahui efektifitasnya sebagai anti-aging.

Metode: Penelitian ini secara eksperimental menggunakan tepung pisang ambon yang diformulasi dalam bentuk masker dengan konsentrasi 10%, 15%, dan 20% dalam formula standar masker. Cara pembuatan tepung pisang ambon adalah dengan cara mengukus pisang ambon selama 15 menit, lalu diiris tipis-tipis, kemudian dikeringkan dibawah sinar matahari kemudian dibuat menjadi serbuk dengan menggunakan alat penggiling. Pemeriksaan pada sediaan masker meliputi uji homogenitas, pengukuran pH, dan uji stabilitas sediaan ( bau, warna ) dan juga uji iritasi terhadap kulit sukarelawan. Pengujian aktivitas anti-aging dilakukan terhadap 12 sukarelawan dengan mengoleskan masing-masing masker dua kali seminggu selama empat minggu pada wajah yang telah dibersihkan kemudian dilakukan pengukuran kadar air, kehalusan kulit, besar pori dan banyak noda menggunakan skin analyzer ( Aramo SG) pada kondisi awal dan selama perawatan empat minggu.

Hasil: Penelitian menunjukkan tepung pisang ambon dapat diformulasi dalam sediaan masker dengan hasil yang homogen, memiliki pH 5,8 - 6,1 dan tidak mengalami perubahan bau maupun warna selama penyimpanan dalam 12 minggu. Sediaan masker yang paling baik pada konsentrasi tepung pisang ambon 20% mampu menjaga kondisi kadar air dari dehidrasi menjadi normal, kulit menjadi lebih halus, ukuran pori menjadi lebih kecil dan jumlah noda menjadi lebih sedikit.

Kesimpulan: Tepung pisang ambon dapat diformulasikan dalam sediaan masker wajah sebagai anti-aging dan konsentrasi tepung pisang ambon 20% memberikan hasil Anti-aging yang lebih baik dari konsentrasi lainnya.

(103)

STUDY THE USE OF BANANA FLOUR ( Musa acuminata AAA) AS ANTI-AGING MAKS IN PREPARATION

ABSTRACT

Background: Cosmetic facial mask is used as a measure facials, as it can be lifted. Dead skin cells,smoothing the skin, shrink pores and moisturizes the skin. This is because the banana flour contains various vitamins that act as anti-oxidants and slow the aging process and keep alive in order to more youthful.

Objective: This study is to formulate the dosage mask with green banana flour and determine their effectiveness as anti-aging.

Methods: This study experimentally using banana flour, formulated in the form of a mask with a concentration of 10%, 15%, and 20% in the standard formula mask. Ways of making banana flour is by steaming banana for 15 minutes, then thinly sliced, then dried in the sun and then made into a powder by using a grinder. Examination of the preparation mask covering homogeneity, pH measurement, and test the stability of the preparation (odor, color) and also test the irritation to the skin of volunteers. Testing the activity of anti-aging conducted on 12 volunteers by applying each mask twice a week for four weeks on the face that has been cleaned and then measured levels of water, smooth skin, large pores and numerous stains using a skin analyzer (Aramo SG) on the initial conditions and during the four weeks of treatment.

Result:Research shows green banana flour preparations can be formulated in a mask with the result that a homogeneous, has a pH of 5.8 to 6.1 and do not change the smell and color during storage in 12 weeks. Preparations masks are best at concentrations of 20% green banana flour is able to maintain the water content of the dehydrated condition becomes normal, the skin becomes smoother, pore size becomes smaller and the amount of stain becomes less.

Conclusion: Banana flour can be formulated in dosage face masks as anti-aging and concentration of green banana flour 20% Anti-aging results are better than other concentrations.

(104)

PENGGUNAAN EKSTRAK ETANOL TEH HITAM

SEBAGAI SEDIAAN HAIR TONIC

SKRIPSI

OLEH:

IDA ROSNITA

NIM 111524078

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(105)

PENGGUNAAN EKSTRAK ETANOL TEH HITAM

SEBAGAI SEDIAAN HAIR TONIC

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

IDA ROSNITA

NIM 111524078

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(106)

PENGESAHAN SKRIPSI

PENGGUNAAN EKSTRAK ETANOL TEH HITAM SEBAGAI

SEDIAAN HAIR TONIC

OLEH: IDA ROSNITA NIM 111524078

Dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas FarmasiUniversitas Sumatera Utara

Pada Tanggal: 03 Februari 2016 Disetujui Oleh,

Dosen Pembimbing I, Panitia Penguji,

Prof. Dr. Karsono, Apt. Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt. NIP 195409091982011001 NIP 195005111989022001

Dosen Pembimbing II, Prof. Dr. Karsono, Apt. NIP 195409091982011001

Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si.,Apt Drs. Nazliniwaty, M.Si., Apt. NIP 195807101986012001 NIP 196005111989022001

(107)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara dengan judul“Penggunaan ekstrak etanol teh hitam dalam sediaan

hair tonic”.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada BapakProf. Dr. Karsono, Aptselaku dosen pembimbingdan IbuProf. Dr. Julia Reveny, M.Si.,Apt., selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, bimbingan dan nasehat selama penelitian sehingga penulis dapatmenyelesaikan penyusunan skripsi ini.

(108)

Penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga dan penghargaan yang tulus kepada Ayahanda tercinta H. Syahmada Pasaribu dan Ibunda tercinta Hj. Rodiah br Sinaga dan keluarga yang saya sayangi serta ucapan terima kasih penulis kepadasahabat saya Agustian SH, Zaldy S.Farm., Apt, KKC dan teman-teman Ekstensi Farmasi 2011 yang selalu mendoakan, memberi nasehat, menyayangi dan memotivasi penulis. Terima kasih atas semua doa, kasih sayang, keikhlasan, semangat dan pengorbanan baik moril maupun materil.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda dan pahala yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak guna perbaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang Farmasi.

Medan, April 2016 Penulis,

Ida Rosnita NIM 111524078

(109)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, Nama : Ida Rosnita

Nim : 111524078

Judul Skripsi : Penggunaan Ekstrak Etanol Teh Hitam Dalam Sediaan Hair Tonic

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini ditulis berdasarkan data dari hasil pekerjaan yang saya lakukan sendiri, dan belum pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar kesarjanaan diperguruan tinggi lain, dan bukan plagiat karena kutipan yang ditulis telah disebutkan sumbernya didalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena didalam skripsi ini ditemukan plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia menerima sanksi apapun oleh Program Studi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, dan bukan menjadi tanggung jawab pembimbing.

Demikianlah surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya untuk dapat digunakan jika diperlukan sebagaimana mestinya.

Medan, April 2016 Yang membuat pernyataan,

(110)

(Musa acuminata AAA) SEBAGAI ANTI-AGING DALAM

SEDIAAN MASKER

ABSTRAK

Latarbelakang: Masker wajah merupakan kosmetik yang digunakan sebagai tindakan perawatan wajah. Buah pisang ambon mengandung senyawa flavonoid, vitamin, dan melatonin yang terdapat pada tepung pisang berkhasiat sebagai antioksidan dapat menghaluskan kulit, meremajakan kulit, menjaga kelembutan kulit sehingga kulit terlihat lebih muda dan segar.

Tujuan: Penelitian ini adalah untuk memformulasi sediaan masker dengan tepung pisang ambon dan mengetahui efektifitasnya sebagai anti-aging.

Metode: Penelitian ini secara eksperimental menggunakan tepung pisang ambon yang diformulasi dalam bentuk masker dengan konsentrasi 10%, 15%, dan 20% dalam formula standar masker. Cara pembuatan tepung pisang ambon adalah dengan cara mengukus pisang ambon selama 15 menit, lalu diiris tipis-tipis, kemudian dikeringkan dibawah sinar matahari kemudian dibuat menjadi serbuk dengan menggunakan alat penggiling. Pemeriksaan pada sediaan masker meliputi uji homogenitas, pengukuran pH, dan uji stabilitas sediaan ( bau, warna ) dan juga uji iritasi terhadap kulit sukarelawan. Pengujian aktivitas anti-aging dilakukan terhadap 12 sukarelawan dengan mengoleskan masing-masing masker dua kali seminggu selama empat minggu pada wajah yang telah dibersihkan kemudian dilakukan pengukuran kadar air, kehalusan kulit, besar pori dan banyak noda menggunakan skin analyzer ( Aramo SG) pada kondisi awal dan selama perawatan empat minggu.

Hasil: Penelitian menunjukkan tepung pisang ambon dapat diformulasi dalam sediaan masker dengan hasil yang homogen, memiliki pH 5,8 - 6,1 dan tidak mengalami perubahan bau maupun warna selama penyimpanan dalam 12 minggu. Sediaan masker yang paling baik pada konsentrasi tepung pisang ambon 20% mampu menjaga kondisi kadar air dari dehidrasi menjadi normal, kulit menjadi lebih halus, ukuran pori menjadi lebih kecil dan jumlah noda menjadi lebih sedikit.

Kesimpulan: Tepung pisang ambon dapat diformulasikan dalam sediaan masker wajah sebagai anti-aging dan konsentrasi tepung pisang ambon 20% memberikan hasil Anti-aging yang lebih baik dari konsentrasi lainnya.

(111)

STUDY THE USE OF BANANA FLOUR ( Musa acuminata AAA) AS ANTI-AGING MAKS IN PREPARATION

ABSTRACT

Background: Cosmetic facial mask is used as a measure facials, as it can be lifted. Dead skin cells,smoothing the skin, shrink pores and moisturizes the skin. This is because the banana flour contains various vitamins that act as anti-oxidants and slow the aging process and keep alive in order to more youthful.

Objective: This study is to formulate the dosage mask with green banana flour and determine their effectiveness as anti-aging.

Methods: This study experimentally using banana flour, formulated in the form of a mask with a concentration of 10%, 15%, and 20% in the standard formula mask. Ways of making banana flour is by steaming banana for 15 minutes, then thinly sliced, then dried in the sun and then made into a powder by using a grinder. Examination of the preparation mask covering homogeneity, pH measurement, and test the stability of the preparation (odor, color) and also test the irritation to the skin of volunteers. Testing the activity of anti-aging conducted on 12 volunteers by applying each mask twice a week for four weeks on the face that has been cleaned and then measured levels of water, smooth skin, large pores and numerous stains using a skin analyzer (Aramo SG) on the initial conditions and during the four weeks of treatment.

Result:Research shows green banana flour preparations can be formulated in a mask with the result that a homogeneous, has a pH of 5.8 to 6.1 and do not change the smell and color during storage in 12 weeks. Preparations masks are best at concentrations of 20% green banana flour is able to maintain the water content of the dehydrated condition becomes normal, the skin becomes smoother, pore size becomes smaller and the amount of stain becomes less.

Conclusion: Banana flour can be formulated in dosage face masks as anti-aging and concentration of green banana flour 20% Anti-aging results are better than other concentrations.

(112)

DAFTAR ISI

2.1.2 Morfologi Tanaman Pisang Ambon ... 5

2.1.3 Varietas Buah Pisang Ambon ... 8

2.1.4 Klasifikasi Tanaman Pisang ... 9

2.2 Kulit ... 9

(113)

2.2.2 Struktur Kulit ... 10

2.4.1 Fungsi dan Manfaat dari Produk Anti-aging ... 16

2.4.2 Antioksidan Sebagai Bahan Aktif Pada Produk

3.3 Pengumpulan Dan Pengolahan Sampel ... 20

(114)

3.6 Pembuatan Masker Dengan Tepung Pisang ... 22

3.6.1 Formula Masker Mengandung Tepung Pisang Ambon ... 23

3.7 Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan ... 23

3.7.1 Pemeriksaan Homogenitas ... 27

3.7.2 Pemeriksaan pH ... 27

3.7.3 Pengukuran Lama Pengeringan Masker ... 27

3.7.4 Penentuan Stabilitas Sediaan ... 27

3.8 Pengukuran Aktivitas Anti – aging... 25

3.9 Uji Iritasi Terhadap Sukarelawan ... 25

3.10 Analisis Data ... 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pembuatan Sediaan Masker Wajah ... 27

4.2 Hasil Evaluasi Mutu Fisik Sediaan Masker ... 27

4.2.1 Hasil Pengujian Homogenitas ... 27

4.2.2 Hasil Pengamtan Stabilitas Sediaan ... 28

4.2.3 Hasil Pengukuran pH ... 29

4.2.4 Hasil pengukuran Lama pengeringan masker ... 30

4.2.5 Hasil Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan ... 31

4.3 Hasil pengujian Aktivitas anti-aging ... 32

4.3.1 Kadar air (Moisture) ... 32

4.3.2 Kehalusan (Evenness) ... 33

4.3.3 Besar pori (Pore) ... 36

(115)

BAB V KESIMPU LAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 40

5.2 Saran ... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 41

(116)

DAFTAR TABEL

Tabel .. Halaman

2.1 Parameter Hasil Pengujian Skin Analyzer ... 19

3.1 Komposisi Formula 10%, Formula 15% dan formula 20% ... 23

4.1 Hasil Pengamatan Homogenitas ... 28

4.2 Data Pengamatan Terhadap Kestabilan (Perubahan Bau Dan Warna) ... 28

4.3 Hasil Pengukuran pH ... 29

4.4 Hasil pengujian Lama Pengeringan Masker ... 30

4.5 Data Hasil Uji Iritasi Masker Terhadap Sukarelawan ... 31

4.6 Hasil Pengukuran Kadar Air (Moisture) ... 33

4.7 Hasil Pengukuran Kehalusan (Evenness) ... 35

4.8 Hasil Pengukuran Besar Pori (Pore) ... 37

(117)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Akar ... 5

2.2 Batang ... 6

2.3 Daun ... 6

2.4 Bunga ... 7

2.5 Buah ... 7

4.1 Hasil Uji Homogenitas ... 27

4.2 Grafik Hasil Pengukuran Kadar Air (Moisture) ... 34

4.3 Grafik Hasil Pengukuran Kehalusan (Evenness) ... 36

4.4 Grafik Hasil Pengukuran Besar Pori (Pore) ... 37

(118)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Sertifikat Hasil Uji Tepung Pisang Ambon ... 43

2 Gambar Sediaan Masker ... 44

3 Gambar Alat Dan Bahan ... 45

4 Bagan Pembuatan Tepung Pisang Ambon ... 47

5 Gambar Daerah Pemakaian Masker Pada Wajah Sukarelawan ... 48

6 Hasil Pengujian Menggunakan Alat Skin Analyzer ... 49

7 Data Hasil Uji Statistik ... 54

Gambar

Tabel 3.1 Formula sediaan Hair Tonic
Gambar3.1. Bagan pembuatan hair tonic
Tabel 3.2Kelompok perlakuan uji aktivitas pertumbuhan rambut
Tabel 4.1 Data hasil pengamatan stabilitas ketiga formula pada suhu kamar (25oC±5oC) selama 12 minggu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan aturan dalam pelelangan umum dengan pascakualifikasi, maka panitia pengadaan diharuskan melakukan pembuktian kualifikasi terhadap data-data kualifikasi

Berdasarkan hal diatas, untuk memperjelas pembahasan mengenai PHP & MySQl, pada bagian berikut penulis menjelaskan penerapan melalui sebuah situs Interaktif pencarian buku

konsultansi Evaluasi Program Perluasan Kesempatan Kerja dan Inkubasi Bisnis, dengan ini Panitia. Pengadaan Barang/Jasa Sekretariat Ditjen Binapenta yang dibentuk

Hal terpenting dalam membuat website JINGG@_HOUSE adalah tampilan dasar sebagai daya tarik tersendiri dalam disain berwarna cerah serta layout mencirikan pribadi yang bebas

[r]

Untuk lebih mengembangkan akses dibidang promosinya website dapat menjadi salah satu alternatif sebagai media promosi untuk mempromosikan bisnis makanannya dan konsumen juga

Penerapan media pembelajaran W3Schools.com melalui Problem Based Learning efektif meningkatkan hasil belajar siswa kelas X Teknik Komputer dan Informatika 4

G 3HQHUELW )DNXOWDV7HNQLN8QLYHUVLWDV0XULD.XGXV H '2,DUWLNHO2LNDDGD KWWSVGRLRUJVLPHWYLO I $ODPDWZHE-XUQDO KWWSVMXUQDOXPNDFLGLQGH[SKSVLPHW J 7HULQGHNVGL