• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Beban Kerja Terhadap Stres Kerja Pada Analis Laboratorium Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Beban Kerja Terhadap Stres Kerja Pada Analis Laboratorium Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 2016"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN 1

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN BEBAN KERJA TERHADAP STRES KERJA PADA ANALIS LABORATORIUM RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN

TAHUN 2016

I. KARAKTERISTIK RESPONDEN

NAMA :

UMUR :

JENIS KELAMIN :

PENDIDIKAN :

MASA KERJA :

II. PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER BEBAN KERJA

Berikut ini ada sejumlah pernyataan. Anda diharapkan membaca setiap

pernyataan dengan teliti. Pada setiap pernyataan, Anda diminta untuk memberi tanda

silang (X) pada pilihan skala di bawah ini yang benar-benar menggambarkan keadaan

yang anda alami.

Alternatif jawaban yang tersedia terdiri dari 5 pilihan, yaitu :

STS : bila anda merasa sangat tidak setuju dengan pernyatan tersebut.

TS : bila anda merasa tidak setuju dengan pernyataan tersebut.

N : bila anda merasa ragu-ragu dengan pernyataan tersebut.

S : bila anda merasa setuju dengan pernyataan tersebut.

(2)

No PERNYATAAN

SKOR

SS S N TS STS

1. Terlalu banyak pekerjaan yang harus saya kerjakan 2. Saya dituntut untuk dapat bekerja dengan cepat 3. Saya merasa waktu istirahat dengan waktu saya

bekerja tidak sesuai

4. Jumlah pasien tidak sesuai dengan jumlah perawat 5. Pengetahuan yang saya miliki tidak dapat

8. Pasien terlalu banyak keluhan saat pemeriksaan 9. Setiap saat saya harus menghadapi pasien dengan

berbagai jenis kharakteristik individu pasien

10. Kepala laboratorium terlalu banyak tuntutan kepada saya

11. Saya merasa nyaman dengan pekerjaan saya

12. Pekerjaan yang saya lakukan sekarang sangat ringan 13. Saya merasa nyaman jika bekerja pada shift malam

III. PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER STRES KERJA

Berikut ini ada sejumlah pernyataan. Anda diharapkan membaca setiap

pernyataan dengan teliti. Pada setiap pernyataan, Anda diminta untuk memberi tanda

silang (X) pada pilihan skala di bawah ini yang benar-benar menggambarkan keadaan

yang anda alami.

Alternatif jawaban dalam kuesioner ini adalah Ya atau Tidak

No PERNYATAAN

SKOR

YA TIDAK

1. Saya merasa otot kaku (kaku leher) setelah bekerja 2. Mudah marah

3. Gelisah

4. Saya mengalami gangguan tidur atau susah tidur 5. Mudah lupa

6. Mudah kehilangan konsentrasi atau konsentrasi menurun 7. Merasa tidak puas dengan pekerjaan yang sudah dikerjakan 8. Merasa bingung

9. Sensitif dan mudah marah tanpa sebab yang berarti 10. Nafsu makan hilang

(3)

LAMPIRAN 2

KUESIONER SEBELUM UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS

KUESIONER BEBAN KERJA

No PERNYATAAN

SKOR

SS S N TS STS

1. Pekerjaan yang diberikan kepada saya terlalu berat 2. Terlalu banyak pekerjaan yang harus saya kerjakan 3. Saya dituntut untuk dapat bekerja dengan cepat 4. Saya merasa nyaman dengan pekerjaan saya

5. Saya merasa waktu istirahat dengan waktu saya bekerja tidak sesuai

6. Jumlah pasien tidak sesuai dengan jumlah perawat 7. Saya tidak nyaman dengan adanya shift malam 8. Saya jenuh dan bosan dengan pekerjaan saya

9. Pekerjaan yang saya lakukan sekarang sangat ringan 10. Saya merasa nyaman jika bekerja pada shift malam 11. Pengetahuan yang saya miliki tidak dapat

14. Pasien terlalu banyak keluhan saat pengambilan darah

1. Saya merasa otot kaku (kaku leher) setelah bekerja 2. Saya kehilangan nafsu makan

3.. Saya mengalami gangguan tidur atau susah tidur 4. Mudah marah

5. Gelisah

6. Saya sering merasa sakit kepala setelah bekerja 7. Saya merasa denyut nadi meningkat saat bekerja 8. Tangan saya berkeringat saat bekerja

Stres Psikologis

9. Merasa cemas dan tegang 10. Mudah lupa

(4)

12. Merasa bingung

13. Mudah kehilangan konsentrasi atau konsentrasi menurun

14. Merasa bosan, jenuh dan tidak bersemangat

15. Merasa tidak puas dengan pekerjaan yang sudah dikerjakan

16. Merasa bingung

17. Merasa tidak efektif berkomunikasi dengan teman kerja

18. Saya menghindar dari masalah saat bekerja

19. Sensitif dan mudah marah tanpa sebab yang berarti Stress Perilaku

20. Nafsu makan hilang 21. Saya menunda pekerjaan 22. Saya menghindar dari pekerjaan

23. Saya merasa produktivitas saya menurun

24. Saya malas masuk kerja sehingga meningkatnya absensi

(5)
(6)
(7)

MASTER DATA

No Nama Umur Umur

K JK Pend MKk B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 B10 B11 B12 B13 Beban

K S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 Stres

K 1 R1 34 1 1 2 1 5 4 2 2 4 3 2 5 3 3 2 4 2 2 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 2 2 R2 44 2 2 2 2 2 2 5 1 2 1 2 2 3 5 2 2 5 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3 R3 34 1 1 4 2 2 2 3 2 1 1 2 3 2 4 2 2 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 2 4 R4 26 1 2 1 1 3 4 3 1 2 2 2 4 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 2 5 R5 36 1 2 2 1 2 3 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 6 R6 39 2 2 3 1 2 3 4 2 2 2 2 2 2 3 2 5 5 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 7 R7 36 1 2 2 1 4 3 5 2 2 5 2 4 4 3 2 4 4 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 8 R8 51 2 2 2 1 4 4 4 2 2 4 2 2 4 3 4 4 4 2 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 2 9 R9 49 2 1 2 1 3 4 4 3 4 2 3 4 4 4 2 4 3 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 10 R10 28 1 1 2 1 3 2 4 4 4 2 2 4 4 4 2 4 4 2 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 11 R11 45 2 2 2 2 4 4 4 2 4 3 2 4 4 4 2 4 4 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 12 R12 46 2 2 2 2 4 2 2 4 2 4 2 2 4 4 2 4 4 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 13 R13 44 2 2 4 1 4 4 3 2 4 4 2 4 4 3 2 4 3 2 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 14 R14 36 1 2 2 1 1 2 2 1 2 3 2 2 2 2 3 3 2 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 15 R15 44 2 2 3 2 2 2 4 2 4 2 2 1 4 2 2 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 16 R16 34 1 2 3 1 4 4 2 2 4 4 4 4 2 2 2 2 2 2 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 17 R17 43 2 2 4 2 2 4 4 4 4 4 2 4 4 4 2 4 4 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1

Keterangan :

UmurK : Variabel umur dalam bentuk kategori 1 = <36, 2 = ≥36

JK : Jenis kelamin dalam bentuk kategori 1 = laki-laki, 2 = perempuan

Pend : Pendidikan dalam bentuk kategori 1 = SMA, 2 = SMK Analis, 3 = D3 Analis, 4 = S1

(8)

5 = sangat setuju

B2 : Pernyataan beban kerja 2, dalam bentuk kategori 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = netral, 4 = setuju,

5 = sangat setuju

B3 : Pernyataan beban kerja 3, dalam bentuk kategori 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = netral, 4 = setuju,

5 = sangat setuju

B4 : Pernyataan beban kerja 4, dalam bentuk kategori 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = netral, 4 = setuju,

5 = sangat setuju

B5 : Pernyataan beban kerja 5, dalam bentuk kategori 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = netral, 4 = setuju,

5 = sangat setuju

B6 : Pernyataan beban kerja 6, dalam bentuk kategori 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = netral, 4 = setuju,

5 = sangat setuju

B7 : Pernyataan beban kerja 7, dalam bentuk kategori 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = netral, 4 = setuju,

5 = sangat setuju

B8 : Pernyataan beban kerja 8, dalam bentuk kategori 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = netral, 4 = setuju,

5 = sangat setuju

B9 : Pernyataan beban kerja 9, dalam bentuk kategori 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = netral, 4 = setuju,

5 = sangat setuju

B10 : Pernyataan beban kerja 10, dalam bentuk kategori 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = netral, 4 = setuju,

(9)

5 = sangat tidak setuju

B12 : Pernyataan beban kerja 12, dalam bentuk kategori 1 = sangat setuju, 2 = setuju, 3 = netral, 4 = tidak setuju,

5 = sangat tidak setuju

B13 : Pernyataan beban kerja 13, dalam bentuk kategori 1 = sangat setuju, 2 = setuju, 3 = netral, 4 = tidak setuju,

5 = sangat tidak setuju

BebanK : Skor beban kerja responden dalam bentuk kategori 1 = ringan, 2 = sedang, 3 = berat

S1 : Pernyataan stres kerja 1, dalam bentuk kategori 0 = ya, 1 = tidak

S2 : Pernyataan stres kerja 2, dalam bentuk kategori 0 = ya, 1 = tidak

S3 : Pernyataan stres kerja 3, dalam bentuk kategori 0 = ya, 1 = tidak

S4 : Pernyataan stres kerja 4, dalam bentuk kategori 0 = ya, 1 = tidak

S5 : Pernyataan stres kerja 5, dalam bentuk kategori 0 = ya, 1 = tidak

S6 : Pernyataan stres kerja 6, dalam bentuk kategori 0 = ya, 1 = tidak

S7 : Pernyataan stres kerja 7, dalam bentuk kategori 0 = ya, 1 = tidak

S8 : Pernyataan stres kerja 8, dalam bentuk kategori 0 = ya, 1 = tidak

S9 : Pernyataan stres kerja 9, dalam bentuk kategori 0 = ya, 1 = tidak

S10 : Pernyataan stres kerja 10, dalam bentuk kategori 0 = ya, 1 = tidak

S11 : Pernyataan stres kerja 11, dalam bentuk kategori 0 = ya, 1 = tidak

(10)

LAMPIRAN 5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

<36 8 47.1 47.1 47.1

>=36 9 52.9 52.9 100.0

(11)

Pend

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Ringan 13 76.5 76.5 76.5

Sedang 4 23.5 23.5 100.0

(12)
(13)

terlalu banyak pekerjaan yang harus saya lakukan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

saya dituntut untuk bekerja dengan cepat

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

saya merasa waktu istirahat dengan waktu saya bekerja tidak sesuai

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

jumlah pasien tidak sesuai dengan jumlah analis

(14)

pengetahuan yang saya miliki tidak dapat mengimbangi pekerjaan saya

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

saya setiap hari harus menangani berbagai jenis pasien

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

saya dituntut untuk mengetahui segala jenis pekerjaan diluar pekerjaan

saya

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

pasien terlalu banyak keluhan saat pemeriksaan

(15)

setiap saat saya harus menghadapi pasien dengan berbagai jenis

kharakteristik individu pasien

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

kepala laboratorium terlalu banyak tuntutan kepada saya

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

saya merasa nyaman dengan pekerjaan saya

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

pekerjaan yang saya lakukan sekarang sangat ringan

(16)

saya merasa nyaman jika bekerja pada shift malam

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

(17)

mudah marah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

TIDAK 15 88.2 88.2 88.2

YA 2 11.8 11.8 100.0

Total 17 100.0 100.0

mengalami gangguan tidur atau susah tidur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

TIDAK 15 88.2 88.2 88.2

YA 2 11.8 11.8 100.0

(18)

merasa tidak puas dengan pekerjaan yang sudah dikerjakan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

TIDAK 16 94.1 94.1 94.1

YA 1 5.9 5.9 100.0

Total 17 100.0 100.0

sensitif dan mudah marah tanpa sebab

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

(19)

Crosstabs Continuity Correctionb .567 1 .451 Likelihood Ratio 1.843 1 .175

Fisher's Exact Test .219 .219

Linear-by-Linear

Association 1.917 1 .166 N of Valid Cases 17

(20)

LAMPIRAN 6

DOKUMENTASI

(21)

Gambar 2. Pengambilan darah pasien

(22)

DAFTAR PUSTAKA

Abraham dan Shanley. 1997. Psikologi Sosial Untuk Perawat. Jakarta: EGC

Alamsyah, D. dan Ratna. 2013. Pilar Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Cetakan Pertama. Yogyakarta: Nuha Medika

Almasitoh. 2011. Stres Kerja Ditinjau dari Konflik Peran Ganda dan

Dukungan Sosial pada Perawat. Volume 8 No. 1. Psikoislamika Jurnal

Psikologi Islam (JPI). Diakses 17 November 2015; http://psikologi.uin-

malang.ac.id/wp-content/uploads/2014/03/Stres-Kerja-Ditinjau-Dari-Konflik-Peran-Ganda-Dan-Dukungan-Sosial-Pada-Perawat.pdf

Anoraga, P. 2001. Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta

Charles, A and Shanley, E. 1997. Social Psychology For Nurses, First Published in Great Britian

Depkes, 2001. Pedoman Uraian Tenaga Perawat Di Rumah Sakit, Tim

Depkes RI, Cetakan 4, Direktorat Rumah Sakit Umum Dan Pendidikan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pelayanan Medik

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002. Standar Pelayanan Rumah

Sakit. Cetakan V. Jakarta.

Djojodibroto. 1997. Kiat Mengelola Rumah Sakit. Jakarta: Hipokrates

Febriani, E. 2010. Skripsi, Pengaruh Beban Kerja Terhadap Kelelahan Kerja

pada Pekerja Jasa Kuli Angkut di Pasar Klewer Surakarta. Diakses 18

November

Hasibuan, M. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara

Ilyas, Y. 2004. Perencanaan Sumber Daya Manusia Rumah Sakit. Jakarta: Teori Metoda dan Formula. Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan FKM UI.

Kepmenkes RI, 2007. Standar Profesi Ahli Teknologi Laboratorium

(23)

Lupido, 2006. Manajemen Pelayanan. Jakarta: Salemba Medika

Manuaba. 2000. Ergonomi, Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Surabaya: Guna Wijaya

Mark,G. and Smith, A.P. 2010. Occupational Stress Job Characteristics,

Coping and The Mental of Nurse. Journal of Health Psychology, Vol I,

no. 1. Diakses 2 Desember 2015; http://psych.cf.ac.uk/home2/smith/203.pdf

Moustaka, E. and Contantinidis, T.C. 2010. Source and Effects of Related

Stress In Nursing. Health Science Jurnal, Vol 4, no.4. Diakses 2 Desember

2015;http://hypatia.teiath.gr/xmlui/bitstream/handle/11400/1273/443.pdf?se quence=1

Munandar, 2001. Stres dan Keselamatan Kerja. Jakarta: UI

, 2008. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: UI Press

Notoatmodjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta

Prihartono dan Purwandoko, G. 2006. Pemetaan Kebutuhan Pegawai Dengan

Pendekatan Pengukuran dan Analisis Beban Kerja. PT. Indonesia

Tower

Prihatini. 2007. Analisis Hubungan Beban Kerja dengan Stres Kerja Perawat

di Tiap Ruang Rawat Inap RSUD Sidikalang. Medan. Diakses 12

November

2015;http://adf.ly/411345/http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7 003/1/0570100018.pdf

Robbins, S. 2003. Perilaku Organisasi I. Edisi 12. Jakarta: Salemba Empat

Sihombing, R.N.E. dan Widyastuti P. 2010. Praktek Kedokteran Kerja. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Sophia. 2008. Perilaku Organisasi. Edisi I. Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET

Spears, A. 2008. Work Related Stres. Victoria: Health and Safety Executive Inc.

Sugiyono, 2004. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta

(24)

Suyudi, A. 2004. Pedoman Penyusunan Perencanaan Sumber Daya Manusia

Kesehatan di Tingkat Provinsi Kabupaten/Kota serta Rumah Sakit.

Diakses 18 November 2015;http://www.scribd.com/doc/204427677/Kmk-Pedoman-Penyusunan-Perencanaan-Sdm-Kesehatan-81-2004#scribd

Suma’mur, PK. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes).

Jakarta: Sagung Seto

Supardi. 2007. Analisa Stres Kerja Pada Kondisi Kerja dan Beban Kerja

Perawat Dalam Klasifikasi Pasien Di Ruang Rawat Inap Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan, Tesis. Diakses pada 17 November

2015.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7003/1/057010018.pdf v

Utomo. 2008. Analisis Beban Kerja dalam Rangka Analisis Kebutuhan

Pegawai, Tenggarong. Diakses pada tanggal 13 November 2015;

http://www.slideshare.net/triwidodowutomo/analisis-beban-kerja

Wahyudi, B. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Sulita

(25)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Peneltian

Jenis penelitian berupa penelitian analitik dengan desain cross sectional

(potong lintang) untuk mengetahui hubungan beban kerja terhadap stres kerja

pada analis Laboratorium Rumah Sakit Umum Haji Medan. Pendekatan cross

sectional adalah suatu pendekatan yang bersifat sesaat pada suatu waktu dan tidak

diikuti terus-menerus dalam kurun waktu tertentu.

3.2 Lokasi dan Waktu Peneltian

Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Haji Medan. Waktu

penelitian dilaksanakan pada Februari – April tahun 2016.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian adalah semua analis di ruang Laboratorium

Rumah Sakit Umum Haji Medan yang berjumlah 17 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian adalah seluruh populasi dijadikan sampel

(26)

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer diperoleh langsung dari responden menggunakan alat bantu

kuesioner yang dibagikan kepada analis laboratorium. Kuesioner untuk penilaian

beban kerja dimodifikasi dari penelitian Pitaloka (2008).

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung

diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya. Data sekunder dalam penelitian

ini diperoleh dari buku-buku, laporan-laporan yang berkaitan dengan beban kerja

dan stres pada perawat, serta data yang diperoleh dari bagian personalia Rumah

Sakit Umum Haji Medan.

3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji coba kuesioner dilakukan diluar wilayah kerja Rumah Sakit Umum

Haji Medan, terhadap 11 analis yang mempunyai kriteria sampel yang sama

dengan populasi.

Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana suatu ukuran atau

nilai yang menunjukkan tingkat pengetahuan atau kesahihan suatu alat ukur

dengan cara mengukur korelasi antara variabel atau item yang diperoleh dari nilai

corrected item total correlation, dengan ketentuan jika nilai r hutung > r tabel,

maka dinyatakan valid dan sebaliknya.

Uji reliabilitas data merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana

(27)

Cronbach’s Alpha, dengan ketentuan jika nilai r Alpha > r tabel, maka dinyatakan

reliabel (Sugiyono, 2004).

Dari uji kuesioner pendahuluan yang telah di lakukan terhadap 11 perawat,

maka dapat ditentukan nilai r tabel sebesar 0.602 dengan ketentuan jumlah

responden dikurang 2.

Hasil pengujian validitas dan reliabilitas menunjukkan keseluruhan

variabel penelitian dinyatakan valid dan reliabel, meliputi :

1. Pernyataan beban kerja meliputi 13 pernyataan diperoleh nilai t-hitung antara

0.621-0.888, berarti nilai t-hitung lebih besar dari nilai t-tabel sehingga

dinyatakan valid. Nilai r-hitung adalah 0.965 maka dinyatakan reliabel.

2. Pernyataan stres kerja meliputi 11 pernyataan diperoleh nilai t-hitung atara

0.614-0.904, berarti nilai t-hitung lebih besar dari nilai t-tabel sehingga

dinyatakan valid. Nilai r-hitung adalah 0.953 maka dinyatakan variabel stres

kerja juga reliabel.

Hasil dari Uji Validitas dan Reliabilitas dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

No. Pernyataan Corrected Item-Total Correlation

Keterangan 1. Beban Kerja

Pernyataan 1 0.346 Tidak Valid

Pernyataan 2 0.908 Valid

Pernyataan 3 0.682 Valid

Pernyataan 4 0.391 Tidak Valid

Pernyataan 5 0.535 Tidak Valid

Pernyataan 6 0.818 Valid

Pernyataan 7 0.788 Valid

Pernyataan 8 0.752 Valid

Pernyataan 9 0.811 Valid

(28)

Pernyataan 11 0.825 Valid

Pernyataan 12 0.839 Valid

Pernyataan 13 0.833 Valid

Pernyataan 14 0.805 Valid

Pernyataan 15 0.788 Valid

Pernyataan 16 0.797 Valid

Nilai Hitung Alpha Cronbach 0.953 Reliabel 2. Stres Kerja

Pernyataan 1 0.653 Valid

Pernyataan 2 0.231 Tidak Valid

Pernyataan 3 0.412 Tidak Valid

Pernyataan 4 0.899 Valid

Pernyataan 5 0.661 Valid

Pernyataan 6 0.362 Tidak Valid

Pernyataan 7 0.661 Valid

Pernyataan 8 0.00 Tidak Valid

Pernyataan 9 0.899 Valid

Pernyataan 10 0.209 Tidak Valid

Pernyataan 11 0.830 Valid

Pernyataan 12 0.266 Tidak Valid

Pernyataan 13 0.525 Tidak Valid

Pernyataan 14 0.565 Tidak Valid

Pernyataan 15 0.830 Valid

Pernyataan 16 0.638 Valid

Pernyataan 17 0.270 Tidak Valid

Pernyataan 18 0.078 Tidak Valid

Pernyataan 19 0.830 Valid

Pernyataan 20 0.830 Valid

Pernyataan 21 0.638 Valid

Pernyataan 22 0.00 Tidak Valid

Pernyataan 23 0.389 Tidak Valid

Pernyataan 24 0.231 Tidak Valid

Pernyataan 25 0.208 Tidak Valid

Nilai Hitung Alpha Cronbach 0.858 Reliabel

No. Pernyataan Corrected Item-Total Correlation

(29)

Pernyataan 11 0.880 Valid

Pernyataan 12 0.888 Valid

Pernyataan 13 0.813 Valid

Pernyataan 14 0.825 Valid

Pernyataan 15 0.826 Valid

Pernyataan 16 0.756 Valid

Nilai Hitung Alpha Cronbach 0.965 Reliabel

Pernyataan 11 0.862 Valid

Pernyataan 15 0.862 Valid

Pernyataan 16 0.737 Valid

Pernyataan 19 0.862 Valid

Pernyataan 20 0.862 Valid

Pernyataan 21 0.737 Valid

Nilai Hitung Alpha Cronbach 0.953 Reliabel

3.5 Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel Penelitian

1. Variabel terikat (dependent variable) yaitu keadaan stres yang dialami oleh

analis di ruang Laboratorium RSU Haji Medan.

2. Variabel bebas (independent variable) yaitu beban kerja analis di

Laboratorium RSU Haji Medan.

3.5.2 Definisi Operasional

1. Stres kerja adalah perasaan yang dapat membuat seorang analis menjadi

tertekan, merasa sakit, tidak nyaman atau merasa tegang yang dikarenakan

pekerjaan dan lingkungan kerja yang dihadapi.

2. Beban kerja adalah suatu kondisi dimana seorang analis di haruskan untuk

(30)

kemampuan kompetensi yang dimilikinya dalam menerima pekerjaan

tersebut.

3.6 Metode Pengukuran

Penelitian ini menggunakan skala Likert. Menurut Sugiyono (2012), skala

likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau

sekelompok orang tentang fenomena sosial.

3.6.1 Penentuan beban kerja

Untuk mengetahui beban kerja analis maka diukur dengan kuesioner yang

berisi 13 pernyataan menggunakan skala likert dengan skor untuk pernyataan:

1 = Sangat Tidak Setuju

2 = Tidak Setuju

3 = Netral

4 = Setuju

5 = Sangat Setuju

Nilai untuk beban kerja adalah :

a. Ringan, jika total skor 13-30

b. Sedang, jika total skor 31-48

c. Berat, jika total skor 49-65

3.6.2 Pengukuran tingkat stres kerja

Penilaian stres dapat dilakukan berdasarkan gejala-gejala yang timbul

akibat stres. Untuk mengetahui tingkat stres kerja maka diukur dengan kuesioner

yang berisi 11 pernyataan menggunakan skala guttman dengan skor untuk

(31)

1 = Ya

0 = Tidak

Nilai untuk stres kerja adalah :

d. Ringan, jika total skor 0-3

e. Sedang, jika total skor 4-7

f. Berat, jika total skor 8-11

3.7 Metode Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dengan menggunakan

program komputer. Proses pengolahan data menurut Notoatmodjo (2010)

meliputi:

a. Editing merupakan kegiatan pengecekan dan perbaikan isi kuesioner seperti

memeriksa kelengkapan isi jawaban, kejelasan isi jawaban, relevansi jawaban

dengan pertanyaan, serta konsistensi antar jawaban.

b. Coding merupakan kegiatan untuk mengklarifikasi data dan jawaban menurut

kategori masing-masing sehingga memudahkan pengolahan data.

c. Entry merupakan kegiatan memasukkan data yang telah didapat kedalam

program komputer.

d. Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali semua data yang telah

masuk untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya

kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukan

pembetulan atau koreksi.

Data yang telah terkumpul melalui kuesioner akan dianalisi dengan teknik

(32)

1. Analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisis univariat tergantung

dari jenis datanya. Untuk data numeric digunakan nilai rata-rata, median dan

standar deviasi.

2. Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara

variabel independen (beban kerja) dengan variabel dependen (stres perawat).

Untuk mencari hubungan tersebut dilakukan dengan uji Chi Square. Dari

hasil uji statistic akan diketahui ada tidaknya hubungan yang signifikan antara

variabel yang diteliti dengan melihat nilai p. bila dari hasil uji statistic nilai

p<0,05 berarti terdapat hubungan yang bermakna antara kedua variabel

(Notoadmojo,2010). Apabila pada tabel output hasil uji statistik terdapat lebih

dari 0 cells maka p-value yang digunakan dalam tabel output adalah Exact

(33)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1 Gambaran Rumah Sakit Umum Haji Medan

Rumah Sakit Umum Haji Medan adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah

(SKPD) baru di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara yang diatur dalam peraturan

Gubernur Sumatera Utara Nomor 25 Tahun 2012 tentang pembentukan

organisasi, tugas fungsi, uraian tugas dan tata kerja Rumah Sakit Umum Haji

Medan akan terus dilakukan sehingga akan berdampak positif kepada pelayanan

kesehatan yang diberikan, pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) rumah

sakit yang telah dikeluarkan oleh pemerintah.

Rumah Sakit Umum Haji Medan sebagai rumah sakit kelas B

diproyeksikan sebagai rumah sakit rujukan kesehatan ini yang utama diwilayah

Sumatera Utara dan sekitarnya. Lokasi Rumah Sakit Umum Haji Medan

Pemprovsu berada di Kabupaten Deli Serdang dan berada di perlintasan

perbatasan kota Medan. Rumah Sakit Umum Haji Medan Pemprovsu lebih unggul

baik dilihat dari sisi kelas pelayanan, volume pelayanan maupun dari sisis sarana

dan prasarana. Namun demikian Rumah Sakit Umum Haji MedanPemprovsu juga

harus meningkatkan mutu pelayanan, kualitas dan kompetensi SDM, pengelolaan

keuangan dan manajemen serta sarana dan prasarana termasuk menciptakan

kenyamanan lingkungan dengan mewujudkan Rumah Sakit yang ramah

lingkungan (Go Green) untuk menghadapi Rumah Sakit Sumatera Utara

(34)

Rumah Sakit Umum Haji Medan adalah Satuan Kerja Perangkat Dinas

(SKPD) baru di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara yang diatur dalam peraturan

Gubernur Sumatera Utara Nomor 25 Tahun 2012 tentang pembentukan

organisasi, tugas fungsi, utaian tugas dan tata kerja Rumah Sakit Umum Haji

Medan akan terus dilakukan sehingga akan berdampak positif kepada pelayanan

kesehatan yang diberikan, pemenuhan standar pelayanan minimal (SPM) rumah

sakit yang telah dikeluarkan oleh pemerintah, Rumah Sakit Umum Haji Medan

adalah Rumah Sakit Umum tipe B tempat pendidika merupakan salah satu rumah

sakit yang ditunjuk oleh pemerintah sebagai lokasi rujukan pelayanan kesehatan

untuk masyarakat miskin an tidak mampu yang mengoptimalkan pelayanannya.

Rumah Sakit Umum Haji Medan memiliki tempat tidur yang berjumlah 270 TT

dimana untuk kelas IA berjumlah 49 TT, kelas IB berjumlah 40 TT, kelas II

berjumlah 10 TT, kelas III berjumlah 109 TT, ruang ICU berjumlah 14 TT,

ranjang bayi berjumlah 14 TT, Suite Room berjumlah 2 TT dan kelas utama A/

super VIP berjumlah 4 TT.

4.1.2 Visi dan Misi

Visi dari Rumah Sakit Umum Haji Medan adalah “Rumah sakit unggulan

dan pusat rujukan dengan pelayanan bernuansa islami berdaya saing sesuai

standar nasional dan internasional serta ramah lingkungan”.

Misi Rumah Sakit Umum Haji Medan adalah :

1. Meningkatkan profesional, kompetensi pegawai Rumah Sakit Umum Haji

(35)

2. Meningkatkan kualitas dan prasarana Rumah Sakit Umum Haji Medan

Pemprovsu sesuai standar Nasional dan Internasional dengan prinsip

kenyamanan dan keselamatan.

3. Meningkatkan kesejahteraan tenaga kesehatan dan pegawai Rumah Sakit

Umum Haji Medan Pemprovsu melalui pola Pengelolaan Keuangan Badan

Layanan Umum.

4. Meningkatkan kemudahan jangkauan pelayanan kesehatan dengan prinsip

pengelolaan lingkungan Rumah Sakit Umum Haji Medan Pemprovsu yang

sehat bersih bernuansa Go Green.

5. Meningkatkan pelayanan yang berkualitas, transparan, bersih dan dapat

dipertanggungjawabkan.

4.1.3 Fasilitas Rumah Sakit Umum Haji Medan 4.1.3.1 Fasilitas Rawat Jalan

Adapun fasilitas yang disediakan Rumah Sakit Umum Haji Medan untuk

pasien yang ingin rawat jalan antara lain :

a. Poliklinik Bedah

b. Poliklinik Kebidanan dan Penyakit Kandungan

c. Poliklinik Penyakit Dalam

d. Poliklinik Anak

e. Poliklinik Mata

f. Poliklinik Kulit dan Kelamin

g. Poliklinik Syaraf

(36)

i. Poliklinik Paru

o. Klinik VCT (Voluntary Conselling and Testing)

p. Instalasi Gawat Darurat

4.1.3.2 Fasilitas Rawat Inap

Adapun fasilitas yang disediakan Rumah Sakit Umum Haji Medan untuk

pasien yang ingin rawat inap dapat dilihat pada tabel 4.1 dibawah ini.

Tabel 4.1 Jumlah Tempat Tidur Untuk Pasien.

TEMPAT TIDUR JUMLAH

Sumber: Rumah Sakit Umum Haji Medan, 2009

4.1.3.3 Pelayanan Penunjang

Adapun pelayanan penunjang yang disediakan Rumah Sakit Umum Haji

Medan untuk para pasien antara lain :

a. Laboratorium

(37)

c Ambulance

d. Laundry

e. Dapur

f. Incenerator

g. Kerohanian

h. Rehabilitasi Medis

4.1.3.4 Dokter

Rumah Sakit Umum Haji Medan memiliki 100 orang dokter ahli, yaitu :

a. Dokter ahli bedah 12 orang

b. Dokter ahli kebidanan dan kandungan 13 orang

c. Dokter ahlipenyakit dalam 5 orang

d. Dokter ahli anak 8 orang

e. Dokter ahli penyakit kulit dan kelamin 4 orang

f. Dokter ahli mata 4 orang

g. Dokter gigi 4 orang

h. Dokter ahli THT 4 orang

i. Dokter ahli paru 7 orang

j. Dokter ahli jantung dan pembuluh darah 4 orang

k. Dokter ahli syaraf 3 orang

l. Dokter ahli patologi klinik 2 orang

m. Dokter ahli patologi anatomi 3 orang

n. Dokter penyakit jiwa 3 orang

(38)

p. Dokter ahli Radiologi 3 orang

q. Dokter umum 11 orang

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian

4.2.1 Jenis Kelamin Analis Laboratorium Rumah Sakit Umum Haji Medan

Distribusi analis laboratorium berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 4.2 Distribusi analis berdasarkan jenis kelamin di Laboratorium Rumah Sakit Umum Haji Medan tahun 2016

Jenis Kelamin Jumlah %

4.2.2 Umur Analis Laboratorium

Distribusi analis laboratorium berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 4.3 Distribusi analis berdasarkan umur di Laboratorium Rumah Sakit Umum Haji Medan tahun 2016

(39)

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa analis laboratorium paling banyak

berumur ≥ 36 tahun yaitu sejumlah 9 orang (52,9%) dan sisanya pada usia < 36

tahun yaitu sejumlah 8 orang (47,1%).

4.2.3 Masa Kerja Analis Laboratorium

Distribusi analis laboratorium berdasarkan masa kerja dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 4.4 Distribusi analis berdasarkan masa kerja di Laboratorium Rumah Sakit Umum Haji Medan tahun 2016

Masa Kerja Jumlah %

kerja < 20 tahun sebanyak 11 orang (64,7%) dan masa kerja ≥ 20 tahun sebanyak

6 orang (35,3%).

4.2.4 Tingkat Pendidikan Analis Laboratorium

Distribusi tingkat pendidikan terakhir analis laboratorium dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 4.5 Distribusi analis berdasarkan tingkat pendidikan di Laboratotium Rumah Sakit Umum Haji Medan tahun 2016

Tingkat Pendidikan Jumlah %

(40)

Dari tabel di atas diketahui bahwa tingkat pendidikan analis laboratorium

paling banyak SMK Analis sebanyak 10 orang (58,8%) dan paling sedikit SMA

sebanyak 1 orang (5,9%).

4.2.5 Tingkat Beban Kerja Analis Laboratorium

Distribusi tingkat beban kerja analis laboratorium dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 4.6 Distribusi analis berdasarkan tingkat beban kerja di Laboratotium Rumah Sakit Umum Haji Medan tahun 2016

Beban Kerja Jumlah %

Dari tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar responden menyatakan

beban kerja sedang sebanyak 13 orang (76,5%) dan 4 orang (23,5%) menyatakan

beban kerjanya ringan.

4.2.6 Tingkat Stres Kerja Analis Laboratorium

Distribusi tingkat stres kerja analis laboratorium dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 4.7 Distribusi analis berdasarkan tingkat stres kerja di Laboratotium Rumah Sakit Umum Haji Medan tahun 2016

(41)

Dari tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar responden menyatakan

stres kerja ringan sebanyak 13 orang (76,5%) dan 4 orang (23,5%) menyatakan

stres kerjanya sedang.

4.3 Hasil Uji Bivariat

Berdasarkan hasil yang didapatkan dari 17 analis laboratorium, selanjutnya

dilakukan uji Exact Fisher untuk melihat apakah ada hubungan antara beban kerja

terhadap stres kerja pada analis laboratorium di Rumah Sakit Umum Haji Medan

tahun 2016.

Hubungan beban kerja terhadap stres kerja dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.8 Hasil uji exact fisher beban kerja dengan stres pada analis laboratorium di Rumah Sakit Umum Haji Medan tahun 2016

Beban Kerja Stres Kerja Jumlah Sig.

Berdasarkan tabel hasil pengukuran di atas, dapat dilihat bahwa stres kerja

ringan ditemukan pada beban ringan sebanyak 2 orang (11,8%), dan stres kerja

sedang dengan beban kerja ringan sebanyak 2 orang juga (11,8%). Sedangkan

stres kerja ringan dengan beban kerja sedang sebanyak 11 orang (64,7%), dan

stres kerja sedang dengan beban kerja sedang sebanyak 2 orang (11,8%).

Pada hasil uji exact fisher antara beban kerja dengan stres kerja dapat

diketahui nilai p = 0,219 dimana p > 0,05 artinya tidak ada hubungan beban kerja

dengan stres kerja pada analis Laboratorium di Rumah Sakit Umum Haji Medan

(42)

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Hubungan Antara Umur, Jenis Kelamin, Masa Kerja dan Tingkat Pendidikan Terhadap Beban Kerja Analis

Berdasarkan umur responden dapat dilihat bahwa pada kelompok umur

<36 sebanyak 8 orang (47,1%) merupakan responden yang mengalami beban

kerja ringan sebanyak 3 orang (17,6%) dan yang memiliki beban kerja sedang

sebanyak 5 orang (29,4%). Sedangkan pada kelompok umur ≥ 36 tahun sebanyak

9 orang (52,9%) merupakan responden yang mengalami beban kerja ringan

sebanyak 1 orang (5,9%) dan yang mengalami beban kerja sedang sebanyak 8

orang (47,1%).

Berdasarkan jenis kelamin responden dapat dilihat bahwa sebagian besar

yang bekerja sebagai analis laboratorium adalah perempuan sebanyak 13 orang

(76,5%) merupakan responden yang mengalami beban kerja ringan sebanyak 3

orang (17,6%) dan yang mengalami beban kerja sedang sebanyak 10 orang

(58,8%). Sedangkan pada jenis kelamin pria sebanyak 4 orang (23,5%)

merupakan responden yang mengalami beban kerja ringan sebanyak 1 orang

(5,9%) dan yang mengalami beban kerja sedang sebanyak 3 orang (17,6%).

Berdasarkan lamanya analis laboratorium bekerja, responden paling

banyak berada pada rentang < 20 tahun sebanyak 11 orang (64,7%) merupakan

responden yang mengalami beban kerja ringan sebanyak 2 orang (11,8%) dan

(43)

masa kerja ≥ 20 sebanyak 6 orang (35,3%) merupakan responden yang mengalami

beban kerja ringan sebanyak 2 orang (11,8%) dan yang mengalami beban kerja

sedang sebanyak 4 orang (23,5%).

Berdasarkan karakteristik pendidikan responden paling banyak berada

pada tingkat SMK Analis sebanyak 10 orang (58,8%) merupakan responden yang

mengalami beban kerja ringan sebanya 1 orang (5,9%) dan yang mengalami

beban kerja sedang sebanyak 9 orang (52,9%). Pada tingkat pendidikan D3 Analis

ditemukan sebanyak 3 orang (17,6%) merupakan responden yang mengalami

beban kerja ringan sebanyak 1 orang (5,9%) dan yang mengalami stres kerja

sedang sebanyak 2 orang (11,8%). Pada tingkat pendidikan S1 ditemukan juga

sebanyak 3 orang (17,6%) merupakan responden yang mengalami beban kerja

ringan sebanyak 1 orang (5,9%) dan yang mengalami stres kerja sedang sebanyak

2 orang (11,8%). Serta pada tingkat pendidikan SMA ditemukan sebanyak 1

orang (5,9%) merupakan responden yang mengalami beban kerja ringan. Hal ini

menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan yang

cukup baik. Tingkat pendidikan merupakan hal yang penting dalam peningkatan

pengetahuan seseorang. Semakin tinggi pendidikan/pengetahuan seseorang, maka

semakin tinggi pula kesadarannya melakukan tindakan yang benar.

5.2 Hubungan Antara Umur, Jenis Kelamin, Masa Kerja dan Tingkat Pendidikan Terhadap Stres Kerja Analis

Berdasarkan umur responden dapat dilihat bahwa pada kelompok umur

<36 sebanyak 8 orang (47,1%) merupakan responden yang mengalami stres kerja

(44)

3 orang (17,6%). Sedangkan pada kelompok umur ≥ 36 tahun sebanyak 9 orang

(52,9%) merupakan responden yang mengalami stres kerja ringan sebanyak 8

orang (47,1%) dan yang mengalami stres kerja sedang sebanyak 1 orang (5,9%).

Berdasarkan jenis kelamin responden dapat dilihat bahwa sebagian besar

yang bekerja sebagai analis laboratorium adalah perempuan sebanyak 13 orang

(76,5%) merupakan responden yang mengalami stres kerja ringan sebanyak 11

orang (64,7%) dan yang mengalami stres kerja sedang sebanyak 2 orang (11,8%).

Sedangkan pada jenis kelamin pria sebanyak 4 orang (23,5%) merupakan

responden yang mengalami stres kerja ringan sebanyak 2 orang (11,8%) dan yang

mengalami stres kerja sedang sebanyak 2 orang (11,8%).

Berdasarkan lamanya analis laboratorium bekerja, responden paling

banyak berada pada rentang < 20 tahun sebanyak 11 orang (64,7%) merupakan

responden yang mengalami stres kerja ringan sebanyak 8 orang (47,1%) dan yang

mengalami stres kerja sedang sebanyak 3 orang (17,6%). Sedangkan pada masa

kerja ≥ 20 sebanyak 6 orang (35,3%) merupakan responden yang mengalami stres

kerja ringan sebanyak 5 orang (29,4%) dan yang mengalami stres kerja sedang

sebanyak 1 orang (5,9%).

Berdasarkan karakteristik pendidikan responden paling banyak berada

pada tingkat SMK Analis sebanyak 10 orang (58,8%) merupakan responden yang

mengalami stres kerja ringan sebanyak 8 orang (47,1%) dan yang mengalami stres

kerja sedang sebanyak 2 orang (11,8%). Pada tingkat pendidikan D3 Analis

ditemukan sebanyak 3 orang (17,6%) merupakan responden yang mengalami stres

(45)

(17,6%) merupakan responden yang mengalami stres kerja ringan sebanyak 2

orang (11,8%) dan yang mengalami stres kerja sedang sebanyak 1 orang (5,9%).

Serta pada tingkat pendidikan SMA ditemukan sebanyak 1 orang (5,9%)

merupakan responden yang mengalami stres kerja sedang.

5.3 Hubungan Beban Kerja Terhadap Stres Kerja Analis

Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat bahwa stres kerja ringan

ditemukan pada beban ringan sebanyak 2 orang (11,8%), dan stres kerja sedang

dengan beban kerja ringan sebanyak 2 orang juga (11,8%). Sedangkan stres kerja

ringan dengan beban kerja sedang sebanyak 11 orang (64,7%), dan stres kerja

sedang dengan beban kerja sedang sebanyak 2 orang (11,8%).

Hasil uji statistik bivariat beban kerja menunjukkan P value sebesar 0,219

yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara beban kerja dengan stres

kerja pada analis Laboratorium di Rumah Sakit Umum Haji Medan tahun 2016.

Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Munandar (2010), sumber intrinsik

pada pekerjaan meliputi tuntutan fisik dan tuntutan tugas. Beban kerja merupakan

salah satu tuntutan tugas yang menjadi stresor dalam pekerjaan. Munandar juga

menyatakan bahwa beban kerja berlebih/beban kerja terlalu sedikit merupakan

pembangkit terjadinya stres.

Selanjutnya, hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil-hasil penelitian

sebelumnya, seperti hasil penelitian Kuan (1994), Bat (1995), Aun (1998) dan

Yahyah (1998) yang membuktikan bahwa beban kerja yang berlebih berpengaruh

(46)

Menurut Manuaba (2000), akibat beban kerja yang terlalu besar dapat

mengakibatkan seorang pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja.

Beban kerja yang terlalu berlebihan akan menimbulkan kelelahan baik fisik atau

mental dan reaksi-reaksi emosional seperti sakit kepala, gangguan pencernaan dan

mudah marah. Sedangkan pada beban kerja yang terlalu sedikit dimana pekerjaan

yang terjadi karena pengulangan gerak akan menimbulkan kebosanan. Kebosanan

dalam kerja rutin sehari-hari karena tugas atau pekerjaan yang terlalu sedikit

mengakibatkan kurangnya perhatian pada pekerjaan sehingga secara potensial

membahayakan pekerja. Beban kerja yang berlebih atau rendah dapat

menimbulkan stres kerja. Namun pada kenyataannya beban tidak selalu menjadi

sumber penyebab stres. terdapat beberapa faktor yang menyebabkan stres kerja

tergantung dari persepsi individu dalam menghadapi suatu masalah. Terkadang

ada individu saat mengahadapi beban kerja yang berat menjadi merasa tertantang

untuk dapat menyelesaikannya sehingga akan lebih rajin dan giat dalam mencapai

target yang telah dibebankan. Sehingga individu yang demikian tidak merasakan

stres dalam pekerjaannya tetapi merasa lebih bersemangat untuk bekerja

memenuhi target.

Selain itu, penyebab timbulnya stres kerja antara lain beban kerja yang

dirasakan terlalu berat, waktu kerja yang mendesak, kualitas pengawasan kerja

yang rendah, iklim kerja yang tidak sehat, autoritas kerja yang tidak memadai

yang berhubungan dengan tanggung jawab, konflik kerja. Pendapat ini sejalan

dengan Widyasari (2007) yang menyatakan penyebab timbulnya stres kerja

(47)

Beban kerja yang dirasakan setiap analis di laboratorium RSU Haji Medan tidak

sesuai dengan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Dimana seharusnya setiap

analis harus bekerja sesuai dengan jenjang pendidikannya. Namun pada

kenyataannya, analis harus bekerja rotasi setiap harinya. Sistem rotasi memiliki

kelemahan, dimana setiap analis harus mengetahui segala jenis pekerjaan di luar

dari batas kemampuannya. RSU Haji Medan membuat kebijakan sistem rotasi

dengan tujuan agar setiap pekerja dapat menambah pengetahuan, serta

pengalaman. Hal ini sesuai dengan Wahyudi (2002), menyebutkan bahwa tujuan

dari sistem rotasi adalah untuk menambah pengetahuan, pengalaman,

meningkatkan keterampilan, dan mengatasi kejenuhan.

Selain membuat sitem rotasi, pihak rumah sakit juga membuat program

gathering bersama para pekerja untuk meminimalkan adanya stres kerja dan

mempererat hubungan interpersonal sesame pekerja dan atasan. Menurut

Hasibuan (2002) upaya dalam mengatasi stres kerja yaitu dengan adanya program

refreshing, konseling, pelatihan, serta terapi. Maka, dari hasil penelitian ini dapat

dilihat bahwa program yang dibuat oleh RSU Haji Medan telah efisien dan

(48)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada analis

Laboratorium Rumah Sakit Umum Haji Medan tahun 2016, dapat disimpulkan

sebagai berikut :

1. Hasil penelitian dengan sampel 17 orang, diperoleh analis laboratorium

dengan beban kerja ringan sebanyak 4 orang (23,5%), dan analis

laboratorium dengan beban kerja sedang sejumlah 13 orang (76,5%).

2. Analis laboratorium dengan beban kerja ringan sebanyak 4 orang

diantaranya mengalami stres kerja ringan sebanyak 2 orang (11,8%) dan

yang mengalami stres kerja sedang sebanyak 2 orang juga (11,8%). Serta

analis laboratorium dengan beban kerja sedang sejumlah 13 orang

diantaranya mengalami stres kerja ringan sebanyak 11 orang (64,7%) dan

yang mengalami stres kerja sedang sebanyak 2 orang (11,8%).

3. Hasil uji statistik menunjukkan P sebesar 0,219 (p>0,05) yang berarti tidak

ada hubungan yang bermakna antara beban kerja dengan stres pada analis

Laboratorium Rumah Sakit Umum Haji Medan.

6.2 Saran

1. Pihak rumah sakit memberikan penyuluhan mengenai stres dan

(49)

2. Pihak rumah sakit menyesuaikan jenjang pendidikan dengan pekerjaan

yang diberikan kepada analis.

3. Melakukan stretching setiap memulai pekerjaan, di sela-sela pekerjaan

ataupun selesai pekerjaan.

(50)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beban Kerja

2.1.1 Pengertian Beban Kerja

Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pekerjanya. Beban tersebut dapat

berupa beban fisik, mental dan atau sosial. Seorang tenaga kerja yang secara fisik

bekerja berat seperti buruh bongkar-muat barang di pelabuhan, memikul beban

fisik lebih banyak dari pada beban mental ataupun sosial. Sedangkan, beban kerja

seorang pengusaha atau manajer, tanggung jawabnya merupakan beban mental

syang relatif lebih besar dari beban fisik yaitu dituntut oleh pekerjaannya. Lain

lagi dengan petugas sosial, seperti penggerak lembaga swadaya masyarakat atau

gerakan mengentaskan kemiskinan, mereka lebih menghadapi beban kerja

sosial-kemasyarakatan (Alamsyah, 2013).

Tubuh manusia dirancang untuk dapat melakukan aktivitas pekerjaan

sehari-hari. Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya, beban-beban

tersebut tergantung bagaimana orang tersebut bekerja sehingga disebut beban

kerja, jadi definisi beban kerja adalah kemampuan pekerja dalam menerima

pekerjaan. Prihartono dan Purwandoko (2006) mengartikan beban kerja lebih

merujuk pada seberapa tinggi persentase penggunaan waktu kerja produktif dan

non produktif yang dilakukan karyawan jam kerjanya dengan tetap

memperhitungkan kelonggaran karyawan. Beban yang timbul ini sebagai dampak

(51)

jabatan) pada seseorang pemegang jabatan dalam wujud ukuran-ukuran

pemakaian waktu kerja dan tingkat beban psiko-fisik.

Menurut Utomo (2008), beban kerja adalah besaran pekerjaan yang harus

dipikul oleh suatu jabatan/unit organisasi dan merupakan hasil kali antara volume

kerja dan norma waktu. Pengertian beban kerja adalah sekempulan atau sejumlah

kegiatan yang haru diselesaikan oleh suatu unit organisasi atau pemegang jabatan

dalam jangka waktu tertentu. Pengukuran beban kerja diartikan sebagai suatu

teknik untuk mendapatkan informasi tentang efisiensi dan efektivitas kerja suatu

unit organisasi teknik analisis jabatan, teknis analisis beban kerja atau teknik

manajemen lainnya. Lebih lanjut dikemukakan pula, bahwa pengukuran beban

kerja merupakan salah satu teknik manajemen untuk mendapatkan informasi

jabatan, melalui proses penelitian dan pengkajian yang dilakukan secara analisis.

Informasi jabatan tersebut dimaksudkan agar dapat digunakan sebagai alat untuk

menyempurnakan aparatur baik di bidang kelembagaan ketatalaksanaan, dan

sumberdaya manusia (Utomo, 2008).

Beban kerja (workload) merupakan stresor hubungan peran atau tugas lain

yang terjadi karena para pegawai merasa beban kerjanya terlalu banyak. Hal ini

dapat disebabkan karena perusahaan mengurangi tenaga kerjanya dan melakukan

restrukturisasi pekerjaan, meninggalkan sisa pegawai dengan lebih banyak tugas

dan sedikit waktu serta sumber daya untuk menyelesaikannya (Sophia, 2008).

2.1.2 Jenis Beban Kerja

Beban kerja meliputi 2 jenis, sebagaimana dikemukakan oleh Munandar

(52)

1. Beban kerja kuantitatif, meliputi :

a. Harus melaksanakan observasi peserta secara ketat selama jam kerja

b. Banyaknya pekerjaan dan beragamnya pekerjaan yang harus

dikerjakan

c. Kontak langsung pegawai dengan peserta secara terus menerus selama

jam kerja

d. Rasio pegawai dan peserta

2. Beban kerja kualitatif, meliputi :

a. Pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki perawat tidak mampu

mengimbangi sulitnya pekerjaan di rumah sakit

b. Tanggung jawab yang tinggi terhadap asuhan keperawatan pasien

kritis

c. Harapan pimpinan rumah sakit terhadap pelayanan yang berkualitas

d. Tuntutan keluarga pasien terhadap keselamatan pasien

e. Setiap saat dihadapkan pada pengambilan keputusan yang tepat

f. Tugas memberikan obat secara intensif

g. Menghadapi pasien dengan karakteristik tidak berdaya, koma dan

kondisi terminal

2.1.3 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Beban Kerja

Menurut Rodahl dan Manuaba (dalam Prihatini, 2007) menyatakan bahwa

(53)

1. Faktor eksternal yaitu beban yang berasal dari luar tubuh pekerjaa, seperti :

a. Tugas-tugas yang dilakukan yang bersifat fisik seperti statsiun kerja, tata

ruang, tempat kerja, alat dan sarana kerja, kondisi kerja, sikap kerja,

sedangkan tugas-tugas yang bersifat mental seperti kompleksitas

pekerjaan, tingkat kesulitan pekerjaan, tanggung jawab pekerjaan.

b. Organisasi kerja seperti lamanya waktu kerja, waktu isitirahat, kerja

bergilir, kerja malam, sistem pengupahan, model struktur organisasi,

pelimpahan tugas dan wewenang.

c. Lingkungan kerja adalah lingkungan fisik, lingkungan kimiawi,

lingkungan kerja biologis dan lingkungan kerja psikologis.

2. Faktor internal

Merupakan faktor yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri akibat dari

reaksi beban kerja eksternal. Reaksi tubuh disebut strain, berat ringannya strain

dapat dinilai baik secara obyektif maupun subyektif. Faktor internal meliputi

faktor somatis (jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, status gizi, kondisi kesehatan),

faktor psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan dan kepuasan).

2.1.4 Dampak Beban Kerja Berlebih Terhadap Tenaga Kerja 2.1.4.1Penurunan Berat Badan

Beban kerja yang terlalu berat tanpa kecukupan gizi sering penurunan

drastis berat badan yang bersangkutan. Ukuran berat badan seseorang umumnya

tergantung dari keseimbangan antara asupan zat gizi dengan penggunaan zat gizi

atau aktivitasnya. Beban kerja berlebih, mempunyai pengaruh yang tidak baik

(54)

sesuai dengan berat ringannya beban kerja yang diterimanya, seperti beban kerja

berlebih, akan membutuhkan sumber energi yang lebih banyak (Munandar, 2008).

2.1.4.2Timbulnya Stres Pekerjaan

Beban kerja yang berlebihan dapat menimbulkan stres, karena kebutuhan

untuk bekerja dengan jumlah jam yang sangat banyak, baik secara fisik maupun

mental, sehingga merupakan sumber stres pekerjaan.

2.1.4.3Penyakit Akibat Kerja

Akibat beban kerja yang terlalu berat dapat mengakibatkan pekerja

menderita gangguan kesehatan atau penyakit akibat kerja. Menurut Suciani

(dalam Prihatini 2007), menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan

antara beban kerja dengan keluhan Low Back Pain yang dialami pramu kamar.

Menurut Sihombing (2010) bekerja dapat berdampak buruk terhadap

kesehatannya, terutama bagi pekerja berat, karena status kesehatan pekerja sangat

berhubungan dengan pekerjaannya.

2.1.4.4Kelelahan Kerja

Kelelahan merupakan suatu mekanisme perlindungan tubuh, agar tubuh

terhindar dari kerusakan lebih lanjut, semuanya berakibat kepada penurunan daya

kerja. Kelelahan diartikan sebagai proses menurunnya efisiensi, performance

kerja, dan berkurangnya kekuatan atau ketahanan fisik tubuh untuk terus

melanjutkan kegiatan yang harus dilakukan (Suma’mur, 2009).

Semakin berat beban kerja atau semakin lama waktu kerja seseorang maka

akan timbul kelelahan kerja. Beban kerja berlebih dapat menimbulkan kelelahan.

(55)

terhadap kelelahan kerja pada pekerja jasa kuli angkut di pasar Klewer Surakarta.

Kelelahan dapat dikurangi bahkan ditiadakan dengan pendekatan berbagai cara,

dengan pengelolaan waktu bekerja dan lingkungan tempat kerja. Banyak hal dapat

dicapai dengan menerapkan jam kerja dan waktu istirahat sesuai dengan ketentuan

yang berlaku, pengaturan cuti yang tepat, penyelenggaraan tempat istirahat yang

memperhatikan kesegaran fisik dan keharmonisan mental-psikologis.

Pemanfaatan masa libur, rekreasi, kecukupan gizi, penerapan ergonomik yang

bertalian dengan perlengkapan dan perlatan kerja, adalah merupakan upaya yang

sangat membantu mencegah timbulnya kelelahan.

2.1.5 Analisis Beban Kerja

Analisis beban kerja adalah proses untuk menetapkan jumlah jam kerja

yang digunakan atau dibutuhkan untuk merampungkan suatu pekerjaan dalam

waktu tertentu, atau dengan kata lain analisis beban kerja bertujuan untuk

menentukan berapa jumlah personalia dan berapa jumlah tanggung jawab atau

beban kerja yang tepat dilimpahkan kepada seorang pekerja. Menurut Suyudi

(2004), analisa beban kerja adalah upaya menghitung beban kerja pada satuan

kerja dengan cara menjumlah semua beban kerja dan selanjutnya membagi

dengan kapasitas kerja perorangan perusahaan kerja.

2.2 Stres

2.2.1 Pengertian Stres

Robbins (2006) mendefinisikan stres sebagai kondisi dinamik yang di

dalamnya individu menghadapi peluang, kendala, atau tuntutan yang terkait

(56)

tidak pasti tetapi penting. Stres juga merupakan suatu respons adoptif terhadap

suatu situasi yang dirasakan menantang atau mengancam kesehatan seseoarang

(Sophia, 2008).

Patel (Nasir dan Muhith, 2011) menyebutkan bahwa stres adalah reaksi

tertentu yang muncul pada tubuh yang bisa disebabkan oleh berbagai tuntutan,

misalnya ketika manusia menghadapi tantangan-tantangan (challenge) yang

penting, ketika dihadapkan pada ancaman (threat), atau ketika harus berusaha

menghadapi harapan-harapan yang tidak realistis dari lingkungannya. Namun

stres bagi seseorang belum tentu menjadi stres bagi orang lain karena setiap

individu memiliki persepsi yang berbeda-beda mengenai hal-hal yang

dianggapnya menjadi hambatan atau ancaman.

Menurut Minner (dalam Prihatini, 2007), mengatakan stres merujuk pada

kondisi internal individu untuk menyesuaikan diri secara baik terhadap perasaan

yang mengancam kondisi fisik dan psikis atau gejala psikologis yang mendahului

penyakit, reaksi ansietas dan ketidaknyamanan.

2.2.2 Stres Kerja

Hasibuan (dalam Yazid, 2008), menyatakan bahwa stres kerja adalah stres

pegawai yang ditimbulkan akibat kepuasan tidak terwujud dari pekerjaannya,

prestasi kerja yang mengalami stres pada umumnya akan menurun karena

mengalami ketegangan pikiran dan perilaku aneh, pemarah, dan suka menyendiri.

Spears (2008) mendefinisikan stres kerja sebagai reaksi seseorang terhadap

tuntutan ditempat kerja yang sifatnya merugikan atau tuntutan kerja yang

(57)

Anoraga (2001), meyatakan bahwa stres kerja merupakan suatu kondisi

fisik dan psikis yang dipengaruhi oleh beberapa faktor baik di dalam maupun di

luar pekerjaan dan kondisi tersebut mempengaruhi prestasi kerja seseorang

sehingga menyebabkan menurunkan kinerja. Perawat setiap hari mengalami stres

kerja yang berhubungan dengan memberikan asuhan keperawatan. Stres kerja

perawat dapat disebabkan konflik dengan dokter dan teman sejawat, beban kerja

yang tinggi, kondisi pasien yang memburuk, kematian (Perancis, Lenton et all,

dalam Mark dan Smith, 2011). Perawat dihadapkan dengan tugas kerja yang

berbeda, bekerja dengan shift terutama shift malam, kondisi kerja, situasi yang

terkait dengan penderita dan kematian pasien (Cooper, dalam Moustaka dan

Contantindis, 2010).

2.2.3 Jenis Stres

Menurut Nasir dan Muhith (2011), stres terbagi atas dua jenis yaitu

distress dan eustress. Stres melibatkan perubahan fisiologis yang kemungkinan

dapat dialami sebagai perasaan yang baik atau buruk.

1. Eustress (stres yang baik) adalah sesuatu yang positif. Stres dikatakan

berdampak baik apabila seseorang mencoba untuk memenuhi tuntutan untuk

menjadikan orang lain maupun dirinya sendiri mendapatkan sesuatu yang

baik dan berharga.

2. Distress (stres yang buruk) atau yang bersifat negatif. Distress dihasilkan dari

sebuah proses memaknai sesuatu yang buruk, di mana respon yang digunakan

selalu negatif dan ada indikasi mengganggu integritas diri sehingga bias

(58)

2.2.4 Potensi Sumber Stres

Charles dan Stanley (dalam Supardi, 2007), dalam buku psikologi untuk

perawat, menemukan lima sumber stres dalam keperawatan, antara lain :

a. Beban kerja berlebihan misalnya jumlah pasien yang banyak di operasi,

mengalami kesulitan dalam mempertahankan standar yang tinggi, merasa

tidak mampu memberi dukungan yang dibutuhkan teman sejawat dan

keterbatasan tenaga.

b. Kesulitan menjalin hubungan dengan staf lain, misal mengalami konflik

dengan teman sejawat, mengetahui orang lain tidak menghargai sumbangsih

yang dilakukan, dan gagal membentuk tim kerja dengan staf.

c. Kesulitan dalam merawat pasien kritis, misal kesulitan menjalankan peralatan

yang belum dikenal, mengelola prosedur atau tindakan baru, dan bekerja

dengan dokter yang menuntut jawaban dan tindakan cepat.

d. Berurusan dengan pengobatan/perawatan pasien, misal bekerja dengan dokter

yang tidak memahami kebutuhan sosial dan emosional, terlibat dalam

ketidaksepakatan dalam program tindakan, merasa tidak pasti sejauh mana

harus memberi informasi pada pasien atau keluarga, merawat pasien sulit atau

tidak bekerja sama.

e. Merawat pasien yang gagal untuk membaik, misal pasien lansia, pasien yang

nyeri kronik, pasien yang meninggal selama dirawat.

2.2.5 Tahapan Stres

Menurut Hidayat (2008), stres yang dialami seseorang dapat melalui

(59)

1. Tahap pertama

Merupakan tahap yang ringan dari stres yang ditandai dengan adanya

semangat bekerja besar, penglihatannya tajam tidak seperti pada umumnya,

merasa mampu menyelesaikan pekerjaan yang tidak seperti biasanya, kemudian

merasa senang akan pekerjaan akan tetapi kemampuan yang dimilikinya semakin

berkurang.

2. Tahap kedua

Pada stres tahap kedua ini seseorang memiliki ciri sebagai berikut : adanya

perasaan letih sewaktu bangun pagi yang semestinya segar, terasa lelah sesudah

makan siang, cepat lelah menjelang sore, sering mengeluh lambung atau perut

tidak nyaman, denyut jantung berdebar-debar lebih dari biasanya, otot-otot

punggung tengkuk semkin tegang dan tidak bisa santai.

3. Tahap ketiga

Pada tahap ketiga ini apabila seseorang mengalami gangguan seperti pada

lambung dan usus seperti adanya keluhan gastritis, buang air besar tidak teratur,

ketegangan otot semakin terasa, perasaan tidak senang, gangguan pola tidur

seperti sukar mulai untuk tidur, terbangun tengah malam dan sukar kembali tidur,

lemah, terasa seperti tidak memiliki tenaga.

4. Tahap keempat

Pada tahap ini seseorang akan mengalami gejala seperti pekerjaan yang

menyenangkan terasa membosankan, semula tanggap terhadap situasi menjadi

kehilangan kemampuan untuk merespon secara adekuat, tidak mampu

(60)

ajakan karena tidak bergairah, kemampuan mengingat dan konsentrasi menurun

karena adanya perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak diketahui

penyebabnya.

5. Tahap kelima

Stres tahap ini ditandai dengan adanya kelelahan fisik secara mendalam, tidak

mampu menyelesaikan pekerjaan yang ringan dan sederhana, gangguan pada

sistem pencernaan semakin berat dan perasaan ketakutan dan kecemasan semakin

meningkat.

6. Tahap keenam

Tahap ini merupakan tahap puncak di mana seseorang mengalami panik dan

merasa takut mati dengan ditemukan gejala seperti detak jantung semakin keras,

susah bernafas, terasa gemetar seluruh tubuh dan berkeringat, kemungkinan

terjadi kolaps atau pingsan.

2.2.6 Gejala dan Akibat Stres

Pada tingkat tertentu kita memerlukan stres optimal akan membuat

motivasi yang tinggi, seseorang menjadi lebih bergairah, daya tangkap yang

tajam, dan tenang, bila stres terlalu rendah akan mengakibatkan kebosanan,

motivasi menjadi turun, sering bolos. Sebaliknya bila stres terlalu tinggi dan

berlangsung lama dalam waktu tanpa ada jalan keluar bias mengakibatkan

berbagai macam penyakit seperti : gangguan perncernaan, serangan jantung,

tekanan darah tinggi, keringat dingin, sulit menelan, mual, sering lupa, sering

(61)

Gejala stres menurut Beehr (Supardi, 2007) dibagi tiga gejala yaitu: gejala

psikologis, gejala fisik, dan gejala prilaku. Adapun ketiga gejala tersebut terdapat

pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.1 Gejala Stres Berdasarkan Gejala Psikologis, Gejala Fisik, dan Gejala

Perilaku.

Gejala Psikologis Gejala Fisik Gejala Perilaku

Kecemasan, ketegangan Meningkatnya nadi dan tekanan darah

Menunda, menghindari pekerjaan

Bingung, marah, sensitif Meningkatnya sekresi adrenalin

Produktivitas menurun

Memendam perasaan Gangguan lambung Minuman keras Komunikasi tidak efektif Mudah terluka Perilaku sabotase

Mengurung diri Mudah lelah Absen meningkat

Depresi Kematian Banyak/kurang makan

Merasa terasing Gangguan kardiovaskuler Nafsu makan hilang Kebosanan Gangguan pernapasan Tindakan resiko tinggi Ketidakpuasan kerja Sering berkeringat Kriminalitas

Lelah mental Gangguan kulit Interpersonal tidak baik

Menurunkan intelektual Kepala pusing Cenderung bunuh diri Hilangnya konsentrasi Ketegangan otot

Hilang kreatifitas Sulit tidur Hilang semangat hidup

2.2.7 Dampak Stres Kerja

Pengaruh stres kerja ada yang menguntungkan maupun merugikan bagi

perusahaan. Namun pada taraf tertentu pengaruh yang menguntungkan perusahaan

diharapkan akan memacu karyawan untuk dapat menyelesaikan pekerjaan dengan

sebaik-baiknya. Reaksi terhadap stres dapat merupakan reaksi bersifat psikis

maupun fisik. Biasanya pekerja atau karyawan yang stres akan menunjukkan

perubahan perilaku. Perubahan perilaku terjadi pada diri manusia sebagai usaha

Gambar

Gambar 1. Ruang Laboratorium tampak dari luar
Gambar 2. Pengambilan darah pasien
Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Tabel 4.1 Jumlah Tempat Tidur Untuk Pasien.
+7

Referensi

Dokumen terkait

“Sistem Pengendalian Internal Kas Pada Rumah Sakit Umum

seorang perawat tidak hanya berhubungan dengan pasien, tetapi juga dengan keluarga pasien, teman pasien, rekan kerja sesama perawat, berhubungan dengan dokter dan

Stres Keluarga Merawat Anggota Keluarga yang Menderita Stroke Di Poli Stroke Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.. Kuesioner

Praktek Kerja Profesi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.. Ucapan terima kasih tak terhingga penulis sampaikan

2018, ‘Hubungan Beban Kerja Fisik Dengan Stres Kerja Perawat Diruang Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Gmim Pancaran Kasih Manado’, Jurnal Keperawatan, 6(1). and

praktek kerja profesi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.. Tujuan dilaksanakannya praktek kerja profesi di rumah sakit

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adahubungan beban kerja dan stres kerja dengan kelelahan kerja pada perawat di instalasi bedah sentral Rumah Sakit Umum

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN STRES KERJA PADA PETUGAS REKAM MEDIS DI RUMAH SAKIT SUMBER KASIH TAHUN 2022 KARYA TULIS ILMIAH KTI Diajukan Dalam Rangka Memenuhi Salah Satu Syarat