LAMPIRAN 1
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN BEBAN KERJA TERHADAP STRES KERJA PADA ANALIS LABORATORIUM RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN
TAHUN 2016
I. KARAKTERISTIK RESPONDEN
NAMA :
UMUR :
JENIS KELAMIN :
PENDIDIKAN :
MASA KERJA :
II. PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER BEBAN KERJA
Berikut ini ada sejumlah pernyataan. Anda diharapkan membaca setiap
pernyataan dengan teliti. Pada setiap pernyataan, Anda diminta untuk memberi tanda
silang (X) pada pilihan skala di bawah ini yang benar-benar menggambarkan keadaan
yang anda alami.
Alternatif jawaban yang tersedia terdiri dari 5 pilihan, yaitu :
STS : bila anda merasa sangat tidak setuju dengan pernyatan tersebut.
TS : bila anda merasa tidak setuju dengan pernyataan tersebut.
N : bila anda merasa ragu-ragu dengan pernyataan tersebut.
S : bila anda merasa setuju dengan pernyataan tersebut.
No PERNYATAAN
SKOR
SS S N TS STS
1. Terlalu banyak pekerjaan yang harus saya kerjakan 2. Saya dituntut untuk dapat bekerja dengan cepat 3. Saya merasa waktu istirahat dengan waktu saya
bekerja tidak sesuai
4. Jumlah pasien tidak sesuai dengan jumlah perawat 5. Pengetahuan yang saya miliki tidak dapat
8. Pasien terlalu banyak keluhan saat pemeriksaan 9. Setiap saat saya harus menghadapi pasien dengan
berbagai jenis kharakteristik individu pasien
10. Kepala laboratorium terlalu banyak tuntutan kepada saya
11. Saya merasa nyaman dengan pekerjaan saya
12. Pekerjaan yang saya lakukan sekarang sangat ringan 13. Saya merasa nyaman jika bekerja pada shift malam
III. PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER STRES KERJA
Berikut ini ada sejumlah pernyataan. Anda diharapkan membaca setiap
pernyataan dengan teliti. Pada setiap pernyataan, Anda diminta untuk memberi tanda
silang (X) pada pilihan skala di bawah ini yang benar-benar menggambarkan keadaan
yang anda alami.
Alternatif jawaban dalam kuesioner ini adalah Ya atau Tidak
No PERNYATAAN
SKOR
YA TIDAK
1. Saya merasa otot kaku (kaku leher) setelah bekerja 2. Mudah marah
3. Gelisah
4. Saya mengalami gangguan tidur atau susah tidur 5. Mudah lupa
6. Mudah kehilangan konsentrasi atau konsentrasi menurun 7. Merasa tidak puas dengan pekerjaan yang sudah dikerjakan 8. Merasa bingung
9. Sensitif dan mudah marah tanpa sebab yang berarti 10. Nafsu makan hilang
LAMPIRAN 2
KUESIONER SEBELUM UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS
KUESIONER BEBAN KERJA
No PERNYATAAN
SKOR
SS S N TS STS
1. Pekerjaan yang diberikan kepada saya terlalu berat 2. Terlalu banyak pekerjaan yang harus saya kerjakan 3. Saya dituntut untuk dapat bekerja dengan cepat 4. Saya merasa nyaman dengan pekerjaan saya
5. Saya merasa waktu istirahat dengan waktu saya bekerja tidak sesuai
6. Jumlah pasien tidak sesuai dengan jumlah perawat 7. Saya tidak nyaman dengan adanya shift malam 8. Saya jenuh dan bosan dengan pekerjaan saya
9. Pekerjaan yang saya lakukan sekarang sangat ringan 10. Saya merasa nyaman jika bekerja pada shift malam 11. Pengetahuan yang saya miliki tidak dapat
14. Pasien terlalu banyak keluhan saat pengambilan darah
1. Saya merasa otot kaku (kaku leher) setelah bekerja 2. Saya kehilangan nafsu makan
3.. Saya mengalami gangguan tidur atau susah tidur 4. Mudah marah
5. Gelisah
6. Saya sering merasa sakit kepala setelah bekerja 7. Saya merasa denyut nadi meningkat saat bekerja 8. Tangan saya berkeringat saat bekerja
Stres Psikologis
9. Merasa cemas dan tegang 10. Mudah lupa
12. Merasa bingung
13. Mudah kehilangan konsentrasi atau konsentrasi menurun
14. Merasa bosan, jenuh dan tidak bersemangat
15. Merasa tidak puas dengan pekerjaan yang sudah dikerjakan
16. Merasa bingung
17. Merasa tidak efektif berkomunikasi dengan teman kerja
18. Saya menghindar dari masalah saat bekerja
19. Sensitif dan mudah marah tanpa sebab yang berarti Stress Perilaku
20. Nafsu makan hilang 21. Saya menunda pekerjaan 22. Saya menghindar dari pekerjaan
23. Saya merasa produktivitas saya menurun
24. Saya malas masuk kerja sehingga meningkatnya absensi
MASTER DATA
No Nama Umur Umur
K JK Pend MKk B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 B10 B11 B12 B13 Beban
K S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 Stres
K 1 R1 34 1 1 2 1 5 4 2 2 4 3 2 5 3 3 2 4 2 2 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 2 2 R2 44 2 2 2 2 2 2 5 1 2 1 2 2 3 5 2 2 5 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3 R3 34 1 1 4 2 2 2 3 2 1 1 2 3 2 4 2 2 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 2 4 R4 26 1 2 1 1 3 4 3 1 2 2 2 4 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 2 5 R5 36 1 2 2 1 2 3 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 6 R6 39 2 2 3 1 2 3 4 2 2 2 2 2 2 3 2 5 5 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 7 R7 36 1 2 2 1 4 3 5 2 2 5 2 4 4 3 2 4 4 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 8 R8 51 2 2 2 1 4 4 4 2 2 4 2 2 4 3 4 4 4 2 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 2 9 R9 49 2 1 2 1 3 4 4 3 4 2 3 4 4 4 2 4 3 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 10 R10 28 1 1 2 1 3 2 4 4 4 2 2 4 4 4 2 4 4 2 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 11 R11 45 2 2 2 2 4 4 4 2 4 3 2 4 4 4 2 4 4 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 12 R12 46 2 2 2 2 4 2 2 4 2 4 2 2 4 4 2 4 4 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 13 R13 44 2 2 4 1 4 4 3 2 4 4 2 4 4 3 2 4 3 2 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 14 R14 36 1 2 2 1 1 2 2 1 2 3 2 2 2 2 3 3 2 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 15 R15 44 2 2 3 2 2 2 4 2 4 2 2 1 4 2 2 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 16 R16 34 1 2 3 1 4 4 2 2 4 4 4 4 2 2 2 2 2 2 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 17 R17 43 2 2 4 2 2 4 4 4 4 4 2 4 4 4 2 4 4 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Keterangan :
UmurK : Variabel umur dalam bentuk kategori 1 = <36, 2 = ≥36
JK : Jenis kelamin dalam bentuk kategori 1 = laki-laki, 2 = perempuan
Pend : Pendidikan dalam bentuk kategori 1 = SMA, 2 = SMK Analis, 3 = D3 Analis, 4 = S1
5 = sangat setuju
B2 : Pernyataan beban kerja 2, dalam bentuk kategori 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = netral, 4 = setuju,
5 = sangat setuju
B3 : Pernyataan beban kerja 3, dalam bentuk kategori 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = netral, 4 = setuju,
5 = sangat setuju
B4 : Pernyataan beban kerja 4, dalam bentuk kategori 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = netral, 4 = setuju,
5 = sangat setuju
B5 : Pernyataan beban kerja 5, dalam bentuk kategori 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = netral, 4 = setuju,
5 = sangat setuju
B6 : Pernyataan beban kerja 6, dalam bentuk kategori 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = netral, 4 = setuju,
5 = sangat setuju
B7 : Pernyataan beban kerja 7, dalam bentuk kategori 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = netral, 4 = setuju,
5 = sangat setuju
B8 : Pernyataan beban kerja 8, dalam bentuk kategori 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = netral, 4 = setuju,
5 = sangat setuju
B9 : Pernyataan beban kerja 9, dalam bentuk kategori 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = netral, 4 = setuju,
5 = sangat setuju
B10 : Pernyataan beban kerja 10, dalam bentuk kategori 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = netral, 4 = setuju,
5 = sangat tidak setuju
B12 : Pernyataan beban kerja 12, dalam bentuk kategori 1 = sangat setuju, 2 = setuju, 3 = netral, 4 = tidak setuju,
5 = sangat tidak setuju
B13 : Pernyataan beban kerja 13, dalam bentuk kategori 1 = sangat setuju, 2 = setuju, 3 = netral, 4 = tidak setuju,
5 = sangat tidak setuju
BebanK : Skor beban kerja responden dalam bentuk kategori 1 = ringan, 2 = sedang, 3 = berat
S1 : Pernyataan stres kerja 1, dalam bentuk kategori 0 = ya, 1 = tidak
S2 : Pernyataan stres kerja 2, dalam bentuk kategori 0 = ya, 1 = tidak
S3 : Pernyataan stres kerja 3, dalam bentuk kategori 0 = ya, 1 = tidak
S4 : Pernyataan stres kerja 4, dalam bentuk kategori 0 = ya, 1 = tidak
S5 : Pernyataan stres kerja 5, dalam bentuk kategori 0 = ya, 1 = tidak
S6 : Pernyataan stres kerja 6, dalam bentuk kategori 0 = ya, 1 = tidak
S7 : Pernyataan stres kerja 7, dalam bentuk kategori 0 = ya, 1 = tidak
S8 : Pernyataan stres kerja 8, dalam bentuk kategori 0 = ya, 1 = tidak
S9 : Pernyataan stres kerja 9, dalam bentuk kategori 0 = ya, 1 = tidak
S10 : Pernyataan stres kerja 10, dalam bentuk kategori 0 = ya, 1 = tidak
S11 : Pernyataan stres kerja 11, dalam bentuk kategori 0 = ya, 1 = tidak
LAMPIRAN 5
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
<36 8 47.1 47.1 47.1
>=36 9 52.9 52.9 100.0
Pend
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Ringan 13 76.5 76.5 76.5
Sedang 4 23.5 23.5 100.0
terlalu banyak pekerjaan yang harus saya lakukan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
saya dituntut untuk bekerja dengan cepat
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
saya merasa waktu istirahat dengan waktu saya bekerja tidak sesuai
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
jumlah pasien tidak sesuai dengan jumlah analis
pengetahuan yang saya miliki tidak dapat mengimbangi pekerjaan saya
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
saya setiap hari harus menangani berbagai jenis pasien
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
saya dituntut untuk mengetahui segala jenis pekerjaan diluar pekerjaan
saya
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
pasien terlalu banyak keluhan saat pemeriksaan
setiap saat saya harus menghadapi pasien dengan berbagai jenis
kharakteristik individu pasien
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
kepala laboratorium terlalu banyak tuntutan kepada saya
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
saya merasa nyaman dengan pekerjaan saya
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
pekerjaan yang saya lakukan sekarang sangat ringan
saya merasa nyaman jika bekerja pada shift malam
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
mudah marah
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
TIDAK 15 88.2 88.2 88.2
YA 2 11.8 11.8 100.0
Total 17 100.0 100.0
mengalami gangguan tidur atau susah tidur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
TIDAK 15 88.2 88.2 88.2
YA 2 11.8 11.8 100.0
merasa tidak puas dengan pekerjaan yang sudah dikerjakan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
TIDAK 16 94.1 94.1 94.1
YA 1 5.9 5.9 100.0
Total 17 100.0 100.0
sensitif dan mudah marah tanpa sebab
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Crosstabs Continuity Correctionb .567 1 .451 Likelihood Ratio 1.843 1 .175
Fisher's Exact Test .219 .219
Linear-by-Linear
Association 1.917 1 .166 N of Valid Cases 17
LAMPIRAN 6
DOKUMENTASI
Gambar 2. Pengambilan darah pasien
DAFTAR PUSTAKA
Abraham dan Shanley. 1997. Psikologi Sosial Untuk Perawat. Jakarta: EGC
Alamsyah, D. dan Ratna. 2013. Pilar Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Cetakan Pertama. Yogyakarta: Nuha Medika
Almasitoh. 2011. Stres Kerja Ditinjau dari Konflik Peran Ganda dan
Dukungan Sosial pada Perawat. Volume 8 No. 1. Psikoislamika Jurnal
Psikologi Islam (JPI). Diakses 17 November 2015; http://psikologi.uin-
malang.ac.id/wp-content/uploads/2014/03/Stres-Kerja-Ditinjau-Dari-Konflik-Peran-Ganda-Dan-Dukungan-Sosial-Pada-Perawat.pdf
Anoraga, P. 2001. Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta
Charles, A and Shanley, E. 1997. Social Psychology For Nurses, First Published in Great Britian
Depkes, 2001. Pedoman Uraian Tenaga Perawat Di Rumah Sakit, Tim
Depkes RI, Cetakan 4, Direktorat Rumah Sakit Umum Dan Pendidikan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pelayanan Medik
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002. Standar Pelayanan Rumah
Sakit. Cetakan V. Jakarta.
Djojodibroto. 1997. Kiat Mengelola Rumah Sakit. Jakarta: Hipokrates
Febriani, E. 2010. Skripsi, Pengaruh Beban Kerja Terhadap Kelelahan Kerja
pada Pekerja Jasa Kuli Angkut di Pasar Klewer Surakarta. Diakses 18
November
Hasibuan, M. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara
Ilyas, Y. 2004. Perencanaan Sumber Daya Manusia Rumah Sakit. Jakarta: Teori Metoda dan Formula. Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan FKM UI.
Kepmenkes RI, 2007. Standar Profesi Ahli Teknologi Laboratorium
Lupido, 2006. Manajemen Pelayanan. Jakarta: Salemba Medika
Manuaba. 2000. Ergonomi, Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Surabaya: Guna Wijaya
Mark,G. and Smith, A.P. 2010. Occupational Stress Job Characteristics,
Coping and The Mental of Nurse. Journal of Health Psychology, Vol I,
no. 1. Diakses 2 Desember 2015; http://psych.cf.ac.uk/home2/smith/203.pdf
Moustaka, E. and Contantinidis, T.C. 2010. Source and Effects of Related
Stress In Nursing. Health Science Jurnal, Vol 4, no.4. Diakses 2 Desember
2015;http://hypatia.teiath.gr/xmlui/bitstream/handle/11400/1273/443.pdf?se quence=1
Munandar, 2001. Stres dan Keselamatan Kerja. Jakarta: UI
, 2008. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: UI Press
Notoatmodjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta
Prihartono dan Purwandoko, G. 2006. Pemetaan Kebutuhan Pegawai Dengan
Pendekatan Pengukuran dan Analisis Beban Kerja. PT. Indonesia
Tower
Prihatini. 2007. Analisis Hubungan Beban Kerja dengan Stres Kerja Perawat
di Tiap Ruang Rawat Inap RSUD Sidikalang. Medan. Diakses 12
November
2015;http://adf.ly/411345/http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7 003/1/0570100018.pdf
Robbins, S. 2003. Perilaku Organisasi I. Edisi 12. Jakarta: Salemba Empat
Sihombing, R.N.E. dan Widyastuti P. 2010. Praktek Kedokteran Kerja. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sophia. 2008. Perilaku Organisasi. Edisi I. Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET
Spears, A. 2008. Work Related Stres. Victoria: Health and Safety Executive Inc.
Sugiyono, 2004. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta
Suyudi, A. 2004. Pedoman Penyusunan Perencanaan Sumber Daya Manusia
Kesehatan di Tingkat Provinsi Kabupaten/Kota serta Rumah Sakit.
Diakses 18 November 2015;http://www.scribd.com/doc/204427677/Kmk-Pedoman-Penyusunan-Perencanaan-Sdm-Kesehatan-81-2004#scribd
Suma’mur, PK. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes).
Jakarta: Sagung Seto
Supardi. 2007. Analisa Stres Kerja Pada Kondisi Kerja dan Beban Kerja
Perawat Dalam Klasifikasi Pasien Di Ruang Rawat Inap Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan, Tesis. Diakses pada 17 November
2015.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7003/1/057010018.pdf v
Utomo. 2008. Analisis Beban Kerja dalam Rangka Analisis Kebutuhan
Pegawai, Tenggarong. Diakses pada tanggal 13 November 2015;
http://www.slideshare.net/triwidodowutomo/analisis-beban-kerja
Wahyudi, B. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Sulita
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Peneltian
Jenis penelitian berupa penelitian analitik dengan desain cross sectional
(potong lintang) untuk mengetahui hubungan beban kerja terhadap stres kerja
pada analis Laboratorium Rumah Sakit Umum Haji Medan. Pendekatan cross
sectional adalah suatu pendekatan yang bersifat sesaat pada suatu waktu dan tidak
diikuti terus-menerus dalam kurun waktu tertentu.
3.2 Lokasi dan Waktu Peneltian
Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Haji Medan. Waktu
penelitian dilaksanakan pada Februari – April tahun 2016.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian adalah semua analis di ruang Laboratorium
Rumah Sakit Umum Haji Medan yang berjumlah 17 orang.
3.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian adalah seluruh populasi dijadikan sampel
3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer
Data primer diperoleh langsung dari responden menggunakan alat bantu
kuesioner yang dibagikan kepada analis laboratorium. Kuesioner untuk penilaian
beban kerja dimodifikasi dari penelitian Pitaloka (2008).
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung
diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya. Data sekunder dalam penelitian
ini diperoleh dari buku-buku, laporan-laporan yang berkaitan dengan beban kerja
dan stres pada perawat, serta data yang diperoleh dari bagian personalia Rumah
Sakit Umum Haji Medan.
3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji coba kuesioner dilakukan diluar wilayah kerja Rumah Sakit Umum
Haji Medan, terhadap 11 analis yang mempunyai kriteria sampel yang sama
dengan populasi.
Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana suatu ukuran atau
nilai yang menunjukkan tingkat pengetahuan atau kesahihan suatu alat ukur
dengan cara mengukur korelasi antara variabel atau item yang diperoleh dari nilai
corrected item total correlation, dengan ketentuan jika nilai r hutung > r tabel,
maka dinyatakan valid dan sebaliknya.
Uji reliabilitas data merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana
Cronbach’s Alpha, dengan ketentuan jika nilai r Alpha > r tabel, maka dinyatakan
reliabel (Sugiyono, 2004).
Dari uji kuesioner pendahuluan yang telah di lakukan terhadap 11 perawat,
maka dapat ditentukan nilai r tabel sebesar 0.602 dengan ketentuan jumlah
responden dikurang 2.
Hasil pengujian validitas dan reliabilitas menunjukkan keseluruhan
variabel penelitian dinyatakan valid dan reliabel, meliputi :
1. Pernyataan beban kerja meliputi 13 pernyataan diperoleh nilai t-hitung antara
0.621-0.888, berarti nilai t-hitung lebih besar dari nilai t-tabel sehingga
dinyatakan valid. Nilai r-hitung adalah 0.965 maka dinyatakan reliabel.
2. Pernyataan stres kerja meliputi 11 pernyataan diperoleh nilai t-hitung atara
0.614-0.904, berarti nilai t-hitung lebih besar dari nilai t-tabel sehingga
dinyatakan valid. Nilai r-hitung adalah 0.953 maka dinyatakan variabel stres
kerja juga reliabel.
Hasil dari Uji Validitas dan Reliabilitas dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
No. Pernyataan Corrected Item-Total Correlation
Keterangan 1. Beban Kerja
Pernyataan 1 0.346 Tidak Valid
Pernyataan 2 0.908 Valid
Pernyataan 3 0.682 Valid
Pernyataan 4 0.391 Tidak Valid
Pernyataan 5 0.535 Tidak Valid
Pernyataan 6 0.818 Valid
Pernyataan 7 0.788 Valid
Pernyataan 8 0.752 Valid
Pernyataan 9 0.811 Valid
Pernyataan 11 0.825 Valid
Pernyataan 12 0.839 Valid
Pernyataan 13 0.833 Valid
Pernyataan 14 0.805 Valid
Pernyataan 15 0.788 Valid
Pernyataan 16 0.797 Valid
Nilai Hitung Alpha Cronbach 0.953 Reliabel 2. Stres Kerja
Pernyataan 1 0.653 Valid
Pernyataan 2 0.231 Tidak Valid
Pernyataan 3 0.412 Tidak Valid
Pernyataan 4 0.899 Valid
Pernyataan 5 0.661 Valid
Pernyataan 6 0.362 Tidak Valid
Pernyataan 7 0.661 Valid
Pernyataan 8 0.00 Tidak Valid
Pernyataan 9 0.899 Valid
Pernyataan 10 0.209 Tidak Valid
Pernyataan 11 0.830 Valid
Pernyataan 12 0.266 Tidak Valid
Pernyataan 13 0.525 Tidak Valid
Pernyataan 14 0.565 Tidak Valid
Pernyataan 15 0.830 Valid
Pernyataan 16 0.638 Valid
Pernyataan 17 0.270 Tidak Valid
Pernyataan 18 0.078 Tidak Valid
Pernyataan 19 0.830 Valid
Pernyataan 20 0.830 Valid
Pernyataan 21 0.638 Valid
Pernyataan 22 0.00 Tidak Valid
Pernyataan 23 0.389 Tidak Valid
Pernyataan 24 0.231 Tidak Valid
Pernyataan 25 0.208 Tidak Valid
Nilai Hitung Alpha Cronbach 0.858 Reliabel
No. Pernyataan Corrected Item-Total Correlation
Pernyataan 11 0.880 Valid
Pernyataan 12 0.888 Valid
Pernyataan 13 0.813 Valid
Pernyataan 14 0.825 Valid
Pernyataan 15 0.826 Valid
Pernyataan 16 0.756 Valid
Nilai Hitung Alpha Cronbach 0.965 Reliabel
Pernyataan 11 0.862 Valid
Pernyataan 15 0.862 Valid
Pernyataan 16 0.737 Valid
Pernyataan 19 0.862 Valid
Pernyataan 20 0.862 Valid
Pernyataan 21 0.737 Valid
Nilai Hitung Alpha Cronbach 0.953 Reliabel
3.5 Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel Penelitian
1. Variabel terikat (dependent variable) yaitu keadaan stres yang dialami oleh
analis di ruang Laboratorium RSU Haji Medan.
2. Variabel bebas (independent variable) yaitu beban kerja analis di
Laboratorium RSU Haji Medan.
3.5.2 Definisi Operasional
1. Stres kerja adalah perasaan yang dapat membuat seorang analis menjadi
tertekan, merasa sakit, tidak nyaman atau merasa tegang yang dikarenakan
pekerjaan dan lingkungan kerja yang dihadapi.
2. Beban kerja adalah suatu kondisi dimana seorang analis di haruskan untuk
kemampuan kompetensi yang dimilikinya dalam menerima pekerjaan
tersebut.
3.6 Metode Pengukuran
Penelitian ini menggunakan skala Likert. Menurut Sugiyono (2012), skala
likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial.
3.6.1 Penentuan beban kerja
Untuk mengetahui beban kerja analis maka diukur dengan kuesioner yang
berisi 13 pernyataan menggunakan skala likert dengan skor untuk pernyataan:
1 = Sangat Tidak Setuju
2 = Tidak Setuju
3 = Netral
4 = Setuju
5 = Sangat Setuju
Nilai untuk beban kerja adalah :
a. Ringan, jika total skor 13-30
b. Sedang, jika total skor 31-48
c. Berat, jika total skor 49-65
3.6.2 Pengukuran tingkat stres kerja
Penilaian stres dapat dilakukan berdasarkan gejala-gejala yang timbul
akibat stres. Untuk mengetahui tingkat stres kerja maka diukur dengan kuesioner
yang berisi 11 pernyataan menggunakan skala guttman dengan skor untuk
1 = Ya
0 = Tidak
Nilai untuk stres kerja adalah :
d. Ringan, jika total skor 0-3
e. Sedang, jika total skor 4-7
f. Berat, jika total skor 8-11
3.7 Metode Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dengan menggunakan
program komputer. Proses pengolahan data menurut Notoatmodjo (2010)
meliputi:
a. Editing merupakan kegiatan pengecekan dan perbaikan isi kuesioner seperti
memeriksa kelengkapan isi jawaban, kejelasan isi jawaban, relevansi jawaban
dengan pertanyaan, serta konsistensi antar jawaban.
b. Coding merupakan kegiatan untuk mengklarifikasi data dan jawaban menurut
kategori masing-masing sehingga memudahkan pengolahan data.
c. Entry merupakan kegiatan memasukkan data yang telah didapat kedalam
program komputer.
d. Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali semua data yang telah
masuk untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya
kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukan
pembetulan atau koreksi.
Data yang telah terkumpul melalui kuesioner akan dianalisi dengan teknik
1. Analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisis univariat tergantung
dari jenis datanya. Untuk data numeric digunakan nilai rata-rata, median dan
standar deviasi.
2. Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara
variabel independen (beban kerja) dengan variabel dependen (stres perawat).
Untuk mencari hubungan tersebut dilakukan dengan uji Chi Square. Dari
hasil uji statistic akan diketahui ada tidaknya hubungan yang signifikan antara
variabel yang diteliti dengan melihat nilai p. bila dari hasil uji statistic nilai
p<0,05 berarti terdapat hubungan yang bermakna antara kedua variabel
(Notoadmojo,2010). Apabila pada tabel output hasil uji statistik terdapat lebih
dari 0 cells maka p-value yang digunakan dalam tabel output adalah Exact
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
4.1.1 Gambaran Rumah Sakit Umum Haji Medan
Rumah Sakit Umum Haji Medan adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) baru di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara yang diatur dalam peraturan
Gubernur Sumatera Utara Nomor 25 Tahun 2012 tentang pembentukan
organisasi, tugas fungsi, uraian tugas dan tata kerja Rumah Sakit Umum Haji
Medan akan terus dilakukan sehingga akan berdampak positif kepada pelayanan
kesehatan yang diberikan, pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) rumah
sakit yang telah dikeluarkan oleh pemerintah.
Rumah Sakit Umum Haji Medan sebagai rumah sakit kelas B
diproyeksikan sebagai rumah sakit rujukan kesehatan ini yang utama diwilayah
Sumatera Utara dan sekitarnya. Lokasi Rumah Sakit Umum Haji Medan
Pemprovsu berada di Kabupaten Deli Serdang dan berada di perlintasan
perbatasan kota Medan. Rumah Sakit Umum Haji Medan Pemprovsu lebih unggul
baik dilihat dari sisi kelas pelayanan, volume pelayanan maupun dari sisis sarana
dan prasarana. Namun demikian Rumah Sakit Umum Haji MedanPemprovsu juga
harus meningkatkan mutu pelayanan, kualitas dan kompetensi SDM, pengelolaan
keuangan dan manajemen serta sarana dan prasarana termasuk menciptakan
kenyamanan lingkungan dengan mewujudkan Rumah Sakit yang ramah
lingkungan (Go Green) untuk menghadapi Rumah Sakit Sumatera Utara
Rumah Sakit Umum Haji Medan adalah Satuan Kerja Perangkat Dinas
(SKPD) baru di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara yang diatur dalam peraturan
Gubernur Sumatera Utara Nomor 25 Tahun 2012 tentang pembentukan
organisasi, tugas fungsi, utaian tugas dan tata kerja Rumah Sakit Umum Haji
Medan akan terus dilakukan sehingga akan berdampak positif kepada pelayanan
kesehatan yang diberikan, pemenuhan standar pelayanan minimal (SPM) rumah
sakit yang telah dikeluarkan oleh pemerintah, Rumah Sakit Umum Haji Medan
adalah Rumah Sakit Umum tipe B tempat pendidika merupakan salah satu rumah
sakit yang ditunjuk oleh pemerintah sebagai lokasi rujukan pelayanan kesehatan
untuk masyarakat miskin an tidak mampu yang mengoptimalkan pelayanannya.
Rumah Sakit Umum Haji Medan memiliki tempat tidur yang berjumlah 270 TT
dimana untuk kelas IA berjumlah 49 TT, kelas IB berjumlah 40 TT, kelas II
berjumlah 10 TT, kelas III berjumlah 109 TT, ruang ICU berjumlah 14 TT,
ranjang bayi berjumlah 14 TT, Suite Room berjumlah 2 TT dan kelas utama A/
super VIP berjumlah 4 TT.
4.1.2 Visi dan Misi
Visi dari Rumah Sakit Umum Haji Medan adalah “Rumah sakit unggulan
dan pusat rujukan dengan pelayanan bernuansa islami berdaya saing sesuai
standar nasional dan internasional serta ramah lingkungan”.
Misi Rumah Sakit Umum Haji Medan adalah :
1. Meningkatkan profesional, kompetensi pegawai Rumah Sakit Umum Haji
2. Meningkatkan kualitas dan prasarana Rumah Sakit Umum Haji Medan
Pemprovsu sesuai standar Nasional dan Internasional dengan prinsip
kenyamanan dan keselamatan.
3. Meningkatkan kesejahteraan tenaga kesehatan dan pegawai Rumah Sakit
Umum Haji Medan Pemprovsu melalui pola Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum.
4. Meningkatkan kemudahan jangkauan pelayanan kesehatan dengan prinsip
pengelolaan lingkungan Rumah Sakit Umum Haji Medan Pemprovsu yang
sehat bersih bernuansa Go Green.
5. Meningkatkan pelayanan yang berkualitas, transparan, bersih dan dapat
dipertanggungjawabkan.
4.1.3 Fasilitas Rumah Sakit Umum Haji Medan 4.1.3.1 Fasilitas Rawat Jalan
Adapun fasilitas yang disediakan Rumah Sakit Umum Haji Medan untuk
pasien yang ingin rawat jalan antara lain :
a. Poliklinik Bedah
b. Poliklinik Kebidanan dan Penyakit Kandungan
c. Poliklinik Penyakit Dalam
d. Poliklinik Anak
e. Poliklinik Mata
f. Poliklinik Kulit dan Kelamin
g. Poliklinik Syaraf
i. Poliklinik Paru
o. Klinik VCT (Voluntary Conselling and Testing)
p. Instalasi Gawat Darurat
4.1.3.2 Fasilitas Rawat Inap
Adapun fasilitas yang disediakan Rumah Sakit Umum Haji Medan untuk
pasien yang ingin rawat inap dapat dilihat pada tabel 4.1 dibawah ini.
Tabel 4.1 Jumlah Tempat Tidur Untuk Pasien.
TEMPAT TIDUR JUMLAH
Sumber: Rumah Sakit Umum Haji Medan, 2009
4.1.3.3 Pelayanan Penunjang
Adapun pelayanan penunjang yang disediakan Rumah Sakit Umum Haji
Medan untuk para pasien antara lain :
a. Laboratorium
c Ambulance
d. Laundry
e. Dapur
f. Incenerator
g. Kerohanian
h. Rehabilitasi Medis
4.1.3.4 Dokter
Rumah Sakit Umum Haji Medan memiliki 100 orang dokter ahli, yaitu :
a. Dokter ahli bedah 12 orang
b. Dokter ahli kebidanan dan kandungan 13 orang
c. Dokter ahlipenyakit dalam 5 orang
d. Dokter ahli anak 8 orang
e. Dokter ahli penyakit kulit dan kelamin 4 orang
f. Dokter ahli mata 4 orang
g. Dokter gigi 4 orang
h. Dokter ahli THT 4 orang
i. Dokter ahli paru 7 orang
j. Dokter ahli jantung dan pembuluh darah 4 orang
k. Dokter ahli syaraf 3 orang
l. Dokter ahli patologi klinik 2 orang
m. Dokter ahli patologi anatomi 3 orang
n. Dokter penyakit jiwa 3 orang
p. Dokter ahli Radiologi 3 orang
q. Dokter umum 11 orang
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian
4.2.1 Jenis Kelamin Analis Laboratorium Rumah Sakit Umum Haji Medan
Distribusi analis laboratorium berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 4.2 Distribusi analis berdasarkan jenis kelamin di Laboratorium Rumah Sakit Umum Haji Medan tahun 2016
Jenis Kelamin Jumlah %
4.2.2 Umur Analis Laboratorium
Distribusi analis laboratorium berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4.3 Distribusi analis berdasarkan umur di Laboratorium Rumah Sakit Umum Haji Medan tahun 2016
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa analis laboratorium paling banyak
berumur ≥ 36 tahun yaitu sejumlah 9 orang (52,9%) dan sisanya pada usia < 36
tahun yaitu sejumlah 8 orang (47,1%).
4.2.3 Masa Kerja Analis Laboratorium
Distribusi analis laboratorium berdasarkan masa kerja dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 4.4 Distribusi analis berdasarkan masa kerja di Laboratorium Rumah Sakit Umum Haji Medan tahun 2016
Masa Kerja Jumlah %
kerja < 20 tahun sebanyak 11 orang (64,7%) dan masa kerja ≥ 20 tahun sebanyak
6 orang (35,3%).
4.2.4 Tingkat Pendidikan Analis Laboratorium
Distribusi tingkat pendidikan terakhir analis laboratorium dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 4.5 Distribusi analis berdasarkan tingkat pendidikan di Laboratotium Rumah Sakit Umum Haji Medan tahun 2016
Tingkat Pendidikan Jumlah %
Dari tabel di atas diketahui bahwa tingkat pendidikan analis laboratorium
paling banyak SMK Analis sebanyak 10 orang (58,8%) dan paling sedikit SMA
sebanyak 1 orang (5,9%).
4.2.5 Tingkat Beban Kerja Analis Laboratorium
Distribusi tingkat beban kerja analis laboratorium dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4.6 Distribusi analis berdasarkan tingkat beban kerja di Laboratotium Rumah Sakit Umum Haji Medan tahun 2016
Beban Kerja Jumlah %
Dari tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar responden menyatakan
beban kerja sedang sebanyak 13 orang (76,5%) dan 4 orang (23,5%) menyatakan
beban kerjanya ringan.
4.2.6 Tingkat Stres Kerja Analis Laboratorium
Distribusi tingkat stres kerja analis laboratorium dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4.7 Distribusi analis berdasarkan tingkat stres kerja di Laboratotium Rumah Sakit Umum Haji Medan tahun 2016
Dari tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar responden menyatakan
stres kerja ringan sebanyak 13 orang (76,5%) dan 4 orang (23,5%) menyatakan
stres kerjanya sedang.
4.3 Hasil Uji Bivariat
Berdasarkan hasil yang didapatkan dari 17 analis laboratorium, selanjutnya
dilakukan uji Exact Fisher untuk melihat apakah ada hubungan antara beban kerja
terhadap stres kerja pada analis laboratorium di Rumah Sakit Umum Haji Medan
tahun 2016.
Hubungan beban kerja terhadap stres kerja dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.8 Hasil uji exact fisher beban kerja dengan stres pada analis laboratorium di Rumah Sakit Umum Haji Medan tahun 2016
Beban Kerja Stres Kerja Jumlah Sig.
Berdasarkan tabel hasil pengukuran di atas, dapat dilihat bahwa stres kerja
ringan ditemukan pada beban ringan sebanyak 2 orang (11,8%), dan stres kerja
sedang dengan beban kerja ringan sebanyak 2 orang juga (11,8%). Sedangkan
stres kerja ringan dengan beban kerja sedang sebanyak 11 orang (64,7%), dan
stres kerja sedang dengan beban kerja sedang sebanyak 2 orang (11,8%).
Pada hasil uji exact fisher antara beban kerja dengan stres kerja dapat
diketahui nilai p = 0,219 dimana p > 0,05 artinya tidak ada hubungan beban kerja
dengan stres kerja pada analis Laboratorium di Rumah Sakit Umum Haji Medan
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Hubungan Antara Umur, Jenis Kelamin, Masa Kerja dan Tingkat Pendidikan Terhadap Beban Kerja Analis
Berdasarkan umur responden dapat dilihat bahwa pada kelompok umur
<36 sebanyak 8 orang (47,1%) merupakan responden yang mengalami beban
kerja ringan sebanyak 3 orang (17,6%) dan yang memiliki beban kerja sedang
sebanyak 5 orang (29,4%). Sedangkan pada kelompok umur ≥ 36 tahun sebanyak
9 orang (52,9%) merupakan responden yang mengalami beban kerja ringan
sebanyak 1 orang (5,9%) dan yang mengalami beban kerja sedang sebanyak 8
orang (47,1%).
Berdasarkan jenis kelamin responden dapat dilihat bahwa sebagian besar
yang bekerja sebagai analis laboratorium adalah perempuan sebanyak 13 orang
(76,5%) merupakan responden yang mengalami beban kerja ringan sebanyak 3
orang (17,6%) dan yang mengalami beban kerja sedang sebanyak 10 orang
(58,8%). Sedangkan pada jenis kelamin pria sebanyak 4 orang (23,5%)
merupakan responden yang mengalami beban kerja ringan sebanyak 1 orang
(5,9%) dan yang mengalami beban kerja sedang sebanyak 3 orang (17,6%).
Berdasarkan lamanya analis laboratorium bekerja, responden paling
banyak berada pada rentang < 20 tahun sebanyak 11 orang (64,7%) merupakan
responden yang mengalami beban kerja ringan sebanyak 2 orang (11,8%) dan
masa kerja ≥ 20 sebanyak 6 orang (35,3%) merupakan responden yang mengalami
beban kerja ringan sebanyak 2 orang (11,8%) dan yang mengalami beban kerja
sedang sebanyak 4 orang (23,5%).
Berdasarkan karakteristik pendidikan responden paling banyak berada
pada tingkat SMK Analis sebanyak 10 orang (58,8%) merupakan responden yang
mengalami beban kerja ringan sebanya 1 orang (5,9%) dan yang mengalami
beban kerja sedang sebanyak 9 orang (52,9%). Pada tingkat pendidikan D3 Analis
ditemukan sebanyak 3 orang (17,6%) merupakan responden yang mengalami
beban kerja ringan sebanyak 1 orang (5,9%) dan yang mengalami stres kerja
sedang sebanyak 2 orang (11,8%). Pada tingkat pendidikan S1 ditemukan juga
sebanyak 3 orang (17,6%) merupakan responden yang mengalami beban kerja
ringan sebanyak 1 orang (5,9%) dan yang mengalami stres kerja sedang sebanyak
2 orang (11,8%). Serta pada tingkat pendidikan SMA ditemukan sebanyak 1
orang (5,9%) merupakan responden yang mengalami beban kerja ringan. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan yang
cukup baik. Tingkat pendidikan merupakan hal yang penting dalam peningkatan
pengetahuan seseorang. Semakin tinggi pendidikan/pengetahuan seseorang, maka
semakin tinggi pula kesadarannya melakukan tindakan yang benar.
5.2 Hubungan Antara Umur, Jenis Kelamin, Masa Kerja dan Tingkat Pendidikan Terhadap Stres Kerja Analis
Berdasarkan umur responden dapat dilihat bahwa pada kelompok umur
<36 sebanyak 8 orang (47,1%) merupakan responden yang mengalami stres kerja
3 orang (17,6%). Sedangkan pada kelompok umur ≥ 36 tahun sebanyak 9 orang
(52,9%) merupakan responden yang mengalami stres kerja ringan sebanyak 8
orang (47,1%) dan yang mengalami stres kerja sedang sebanyak 1 orang (5,9%).
Berdasarkan jenis kelamin responden dapat dilihat bahwa sebagian besar
yang bekerja sebagai analis laboratorium adalah perempuan sebanyak 13 orang
(76,5%) merupakan responden yang mengalami stres kerja ringan sebanyak 11
orang (64,7%) dan yang mengalami stres kerja sedang sebanyak 2 orang (11,8%).
Sedangkan pada jenis kelamin pria sebanyak 4 orang (23,5%) merupakan
responden yang mengalami stres kerja ringan sebanyak 2 orang (11,8%) dan yang
mengalami stres kerja sedang sebanyak 2 orang (11,8%).
Berdasarkan lamanya analis laboratorium bekerja, responden paling
banyak berada pada rentang < 20 tahun sebanyak 11 orang (64,7%) merupakan
responden yang mengalami stres kerja ringan sebanyak 8 orang (47,1%) dan yang
mengalami stres kerja sedang sebanyak 3 orang (17,6%). Sedangkan pada masa
kerja ≥ 20 sebanyak 6 orang (35,3%) merupakan responden yang mengalami stres
kerja ringan sebanyak 5 orang (29,4%) dan yang mengalami stres kerja sedang
sebanyak 1 orang (5,9%).
Berdasarkan karakteristik pendidikan responden paling banyak berada
pada tingkat SMK Analis sebanyak 10 orang (58,8%) merupakan responden yang
mengalami stres kerja ringan sebanyak 8 orang (47,1%) dan yang mengalami stres
kerja sedang sebanyak 2 orang (11,8%). Pada tingkat pendidikan D3 Analis
ditemukan sebanyak 3 orang (17,6%) merupakan responden yang mengalami stres
(17,6%) merupakan responden yang mengalami stres kerja ringan sebanyak 2
orang (11,8%) dan yang mengalami stres kerja sedang sebanyak 1 orang (5,9%).
Serta pada tingkat pendidikan SMA ditemukan sebanyak 1 orang (5,9%)
merupakan responden yang mengalami stres kerja sedang.
5.3 Hubungan Beban Kerja Terhadap Stres Kerja Analis
Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat bahwa stres kerja ringan
ditemukan pada beban ringan sebanyak 2 orang (11,8%), dan stres kerja sedang
dengan beban kerja ringan sebanyak 2 orang juga (11,8%). Sedangkan stres kerja
ringan dengan beban kerja sedang sebanyak 11 orang (64,7%), dan stres kerja
sedang dengan beban kerja sedang sebanyak 2 orang (11,8%).
Hasil uji statistik bivariat beban kerja menunjukkan P value sebesar 0,219
yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara beban kerja dengan stres
kerja pada analis Laboratorium di Rumah Sakit Umum Haji Medan tahun 2016.
Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Munandar (2010), sumber intrinsik
pada pekerjaan meliputi tuntutan fisik dan tuntutan tugas. Beban kerja merupakan
salah satu tuntutan tugas yang menjadi stresor dalam pekerjaan. Munandar juga
menyatakan bahwa beban kerja berlebih/beban kerja terlalu sedikit merupakan
pembangkit terjadinya stres.
Selanjutnya, hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil-hasil penelitian
sebelumnya, seperti hasil penelitian Kuan (1994), Bat (1995), Aun (1998) dan
Yahyah (1998) yang membuktikan bahwa beban kerja yang berlebih berpengaruh
Menurut Manuaba (2000), akibat beban kerja yang terlalu besar dapat
mengakibatkan seorang pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja.
Beban kerja yang terlalu berlebihan akan menimbulkan kelelahan baik fisik atau
mental dan reaksi-reaksi emosional seperti sakit kepala, gangguan pencernaan dan
mudah marah. Sedangkan pada beban kerja yang terlalu sedikit dimana pekerjaan
yang terjadi karena pengulangan gerak akan menimbulkan kebosanan. Kebosanan
dalam kerja rutin sehari-hari karena tugas atau pekerjaan yang terlalu sedikit
mengakibatkan kurangnya perhatian pada pekerjaan sehingga secara potensial
membahayakan pekerja. Beban kerja yang berlebih atau rendah dapat
menimbulkan stres kerja. Namun pada kenyataannya beban tidak selalu menjadi
sumber penyebab stres. terdapat beberapa faktor yang menyebabkan stres kerja
tergantung dari persepsi individu dalam menghadapi suatu masalah. Terkadang
ada individu saat mengahadapi beban kerja yang berat menjadi merasa tertantang
untuk dapat menyelesaikannya sehingga akan lebih rajin dan giat dalam mencapai
target yang telah dibebankan. Sehingga individu yang demikian tidak merasakan
stres dalam pekerjaannya tetapi merasa lebih bersemangat untuk bekerja
memenuhi target.
Selain itu, penyebab timbulnya stres kerja antara lain beban kerja yang
dirasakan terlalu berat, waktu kerja yang mendesak, kualitas pengawasan kerja
yang rendah, iklim kerja yang tidak sehat, autoritas kerja yang tidak memadai
yang berhubungan dengan tanggung jawab, konflik kerja. Pendapat ini sejalan
dengan Widyasari (2007) yang menyatakan penyebab timbulnya stres kerja
Beban kerja yang dirasakan setiap analis di laboratorium RSU Haji Medan tidak
sesuai dengan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Dimana seharusnya setiap
analis harus bekerja sesuai dengan jenjang pendidikannya. Namun pada
kenyataannya, analis harus bekerja rotasi setiap harinya. Sistem rotasi memiliki
kelemahan, dimana setiap analis harus mengetahui segala jenis pekerjaan di luar
dari batas kemampuannya. RSU Haji Medan membuat kebijakan sistem rotasi
dengan tujuan agar setiap pekerja dapat menambah pengetahuan, serta
pengalaman. Hal ini sesuai dengan Wahyudi (2002), menyebutkan bahwa tujuan
dari sistem rotasi adalah untuk menambah pengetahuan, pengalaman,
meningkatkan keterampilan, dan mengatasi kejenuhan.
Selain membuat sitem rotasi, pihak rumah sakit juga membuat program
gathering bersama para pekerja untuk meminimalkan adanya stres kerja dan
mempererat hubungan interpersonal sesame pekerja dan atasan. Menurut
Hasibuan (2002) upaya dalam mengatasi stres kerja yaitu dengan adanya program
refreshing, konseling, pelatihan, serta terapi. Maka, dari hasil penelitian ini dapat
dilihat bahwa program yang dibuat oleh RSU Haji Medan telah efisien dan
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada analis
Laboratorium Rumah Sakit Umum Haji Medan tahun 2016, dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Hasil penelitian dengan sampel 17 orang, diperoleh analis laboratorium
dengan beban kerja ringan sebanyak 4 orang (23,5%), dan analis
laboratorium dengan beban kerja sedang sejumlah 13 orang (76,5%).
2. Analis laboratorium dengan beban kerja ringan sebanyak 4 orang
diantaranya mengalami stres kerja ringan sebanyak 2 orang (11,8%) dan
yang mengalami stres kerja sedang sebanyak 2 orang juga (11,8%). Serta
analis laboratorium dengan beban kerja sedang sejumlah 13 orang
diantaranya mengalami stres kerja ringan sebanyak 11 orang (64,7%) dan
yang mengalami stres kerja sedang sebanyak 2 orang (11,8%).
3. Hasil uji statistik menunjukkan P sebesar 0,219 (p>0,05) yang berarti tidak
ada hubungan yang bermakna antara beban kerja dengan stres pada analis
Laboratorium Rumah Sakit Umum Haji Medan.
6.2 Saran
1. Pihak rumah sakit memberikan penyuluhan mengenai stres dan
2. Pihak rumah sakit menyesuaikan jenjang pendidikan dengan pekerjaan
yang diberikan kepada analis.
3. Melakukan stretching setiap memulai pekerjaan, di sela-sela pekerjaan
ataupun selesai pekerjaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beban Kerja
2.1.1 Pengertian Beban Kerja
Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pekerjanya. Beban tersebut dapat
berupa beban fisik, mental dan atau sosial. Seorang tenaga kerja yang secara fisik
bekerja berat seperti buruh bongkar-muat barang di pelabuhan, memikul beban
fisik lebih banyak dari pada beban mental ataupun sosial. Sedangkan, beban kerja
seorang pengusaha atau manajer, tanggung jawabnya merupakan beban mental
syang relatif lebih besar dari beban fisik yaitu dituntut oleh pekerjaannya. Lain
lagi dengan petugas sosial, seperti penggerak lembaga swadaya masyarakat atau
gerakan mengentaskan kemiskinan, mereka lebih menghadapi beban kerja
sosial-kemasyarakatan (Alamsyah, 2013).
Tubuh manusia dirancang untuk dapat melakukan aktivitas pekerjaan
sehari-hari. Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya, beban-beban
tersebut tergantung bagaimana orang tersebut bekerja sehingga disebut beban
kerja, jadi definisi beban kerja adalah kemampuan pekerja dalam menerima
pekerjaan. Prihartono dan Purwandoko (2006) mengartikan beban kerja lebih
merujuk pada seberapa tinggi persentase penggunaan waktu kerja produktif dan
non produktif yang dilakukan karyawan jam kerjanya dengan tetap
memperhitungkan kelonggaran karyawan. Beban yang timbul ini sebagai dampak
jabatan) pada seseorang pemegang jabatan dalam wujud ukuran-ukuran
pemakaian waktu kerja dan tingkat beban psiko-fisik.
Menurut Utomo (2008), beban kerja adalah besaran pekerjaan yang harus
dipikul oleh suatu jabatan/unit organisasi dan merupakan hasil kali antara volume
kerja dan norma waktu. Pengertian beban kerja adalah sekempulan atau sejumlah
kegiatan yang haru diselesaikan oleh suatu unit organisasi atau pemegang jabatan
dalam jangka waktu tertentu. Pengukuran beban kerja diartikan sebagai suatu
teknik untuk mendapatkan informasi tentang efisiensi dan efektivitas kerja suatu
unit organisasi teknik analisis jabatan, teknis analisis beban kerja atau teknik
manajemen lainnya. Lebih lanjut dikemukakan pula, bahwa pengukuran beban
kerja merupakan salah satu teknik manajemen untuk mendapatkan informasi
jabatan, melalui proses penelitian dan pengkajian yang dilakukan secara analisis.
Informasi jabatan tersebut dimaksudkan agar dapat digunakan sebagai alat untuk
menyempurnakan aparatur baik di bidang kelembagaan ketatalaksanaan, dan
sumberdaya manusia (Utomo, 2008).
Beban kerja (workload) merupakan stresor hubungan peran atau tugas lain
yang terjadi karena para pegawai merasa beban kerjanya terlalu banyak. Hal ini
dapat disebabkan karena perusahaan mengurangi tenaga kerjanya dan melakukan
restrukturisasi pekerjaan, meninggalkan sisa pegawai dengan lebih banyak tugas
dan sedikit waktu serta sumber daya untuk menyelesaikannya (Sophia, 2008).
2.1.2 Jenis Beban Kerja
Beban kerja meliputi 2 jenis, sebagaimana dikemukakan oleh Munandar
1. Beban kerja kuantitatif, meliputi :
a. Harus melaksanakan observasi peserta secara ketat selama jam kerja
b. Banyaknya pekerjaan dan beragamnya pekerjaan yang harus
dikerjakan
c. Kontak langsung pegawai dengan peserta secara terus menerus selama
jam kerja
d. Rasio pegawai dan peserta
2. Beban kerja kualitatif, meliputi :
a. Pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki perawat tidak mampu
mengimbangi sulitnya pekerjaan di rumah sakit
b. Tanggung jawab yang tinggi terhadap asuhan keperawatan pasien
kritis
c. Harapan pimpinan rumah sakit terhadap pelayanan yang berkualitas
d. Tuntutan keluarga pasien terhadap keselamatan pasien
e. Setiap saat dihadapkan pada pengambilan keputusan yang tepat
f. Tugas memberikan obat secara intensif
g. Menghadapi pasien dengan karakteristik tidak berdaya, koma dan
kondisi terminal
2.1.3 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Beban Kerja
Menurut Rodahl dan Manuaba (dalam Prihatini, 2007) menyatakan bahwa
1. Faktor eksternal yaitu beban yang berasal dari luar tubuh pekerjaa, seperti :
a. Tugas-tugas yang dilakukan yang bersifat fisik seperti statsiun kerja, tata
ruang, tempat kerja, alat dan sarana kerja, kondisi kerja, sikap kerja,
sedangkan tugas-tugas yang bersifat mental seperti kompleksitas
pekerjaan, tingkat kesulitan pekerjaan, tanggung jawab pekerjaan.
b. Organisasi kerja seperti lamanya waktu kerja, waktu isitirahat, kerja
bergilir, kerja malam, sistem pengupahan, model struktur organisasi,
pelimpahan tugas dan wewenang.
c. Lingkungan kerja adalah lingkungan fisik, lingkungan kimiawi,
lingkungan kerja biologis dan lingkungan kerja psikologis.
2. Faktor internal
Merupakan faktor yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri akibat dari
reaksi beban kerja eksternal. Reaksi tubuh disebut strain, berat ringannya strain
dapat dinilai baik secara obyektif maupun subyektif. Faktor internal meliputi
faktor somatis (jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, status gizi, kondisi kesehatan),
faktor psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan dan kepuasan).
2.1.4 Dampak Beban Kerja Berlebih Terhadap Tenaga Kerja 2.1.4.1Penurunan Berat Badan
Beban kerja yang terlalu berat tanpa kecukupan gizi sering penurunan
drastis berat badan yang bersangkutan. Ukuran berat badan seseorang umumnya
tergantung dari keseimbangan antara asupan zat gizi dengan penggunaan zat gizi
atau aktivitasnya. Beban kerja berlebih, mempunyai pengaruh yang tidak baik
sesuai dengan berat ringannya beban kerja yang diterimanya, seperti beban kerja
berlebih, akan membutuhkan sumber energi yang lebih banyak (Munandar, 2008).
2.1.4.2Timbulnya Stres Pekerjaan
Beban kerja yang berlebihan dapat menimbulkan stres, karena kebutuhan
untuk bekerja dengan jumlah jam yang sangat banyak, baik secara fisik maupun
mental, sehingga merupakan sumber stres pekerjaan.
2.1.4.3Penyakit Akibat Kerja
Akibat beban kerja yang terlalu berat dapat mengakibatkan pekerja
menderita gangguan kesehatan atau penyakit akibat kerja. Menurut Suciani
(dalam Prihatini 2007), menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara beban kerja dengan keluhan Low Back Pain yang dialami pramu kamar.
Menurut Sihombing (2010) bekerja dapat berdampak buruk terhadap
kesehatannya, terutama bagi pekerja berat, karena status kesehatan pekerja sangat
berhubungan dengan pekerjaannya.
2.1.4.4Kelelahan Kerja
Kelelahan merupakan suatu mekanisme perlindungan tubuh, agar tubuh
terhindar dari kerusakan lebih lanjut, semuanya berakibat kepada penurunan daya
kerja. Kelelahan diartikan sebagai proses menurunnya efisiensi, performance
kerja, dan berkurangnya kekuatan atau ketahanan fisik tubuh untuk terus
melanjutkan kegiatan yang harus dilakukan (Suma’mur, 2009).
Semakin berat beban kerja atau semakin lama waktu kerja seseorang maka
akan timbul kelelahan kerja. Beban kerja berlebih dapat menimbulkan kelelahan.
terhadap kelelahan kerja pada pekerja jasa kuli angkut di pasar Klewer Surakarta.
Kelelahan dapat dikurangi bahkan ditiadakan dengan pendekatan berbagai cara,
dengan pengelolaan waktu bekerja dan lingkungan tempat kerja. Banyak hal dapat
dicapai dengan menerapkan jam kerja dan waktu istirahat sesuai dengan ketentuan
yang berlaku, pengaturan cuti yang tepat, penyelenggaraan tempat istirahat yang
memperhatikan kesegaran fisik dan keharmonisan mental-psikologis.
Pemanfaatan masa libur, rekreasi, kecukupan gizi, penerapan ergonomik yang
bertalian dengan perlengkapan dan perlatan kerja, adalah merupakan upaya yang
sangat membantu mencegah timbulnya kelelahan.
2.1.5 Analisis Beban Kerja
Analisis beban kerja adalah proses untuk menetapkan jumlah jam kerja
yang digunakan atau dibutuhkan untuk merampungkan suatu pekerjaan dalam
waktu tertentu, atau dengan kata lain analisis beban kerja bertujuan untuk
menentukan berapa jumlah personalia dan berapa jumlah tanggung jawab atau
beban kerja yang tepat dilimpahkan kepada seorang pekerja. Menurut Suyudi
(2004), analisa beban kerja adalah upaya menghitung beban kerja pada satuan
kerja dengan cara menjumlah semua beban kerja dan selanjutnya membagi
dengan kapasitas kerja perorangan perusahaan kerja.
2.2 Stres
2.2.1 Pengertian Stres
Robbins (2006) mendefinisikan stres sebagai kondisi dinamik yang di
dalamnya individu menghadapi peluang, kendala, atau tuntutan yang terkait
tidak pasti tetapi penting. Stres juga merupakan suatu respons adoptif terhadap
suatu situasi yang dirasakan menantang atau mengancam kesehatan seseoarang
(Sophia, 2008).
Patel (Nasir dan Muhith, 2011) menyebutkan bahwa stres adalah reaksi
tertentu yang muncul pada tubuh yang bisa disebabkan oleh berbagai tuntutan,
misalnya ketika manusia menghadapi tantangan-tantangan (challenge) yang
penting, ketika dihadapkan pada ancaman (threat), atau ketika harus berusaha
menghadapi harapan-harapan yang tidak realistis dari lingkungannya. Namun
stres bagi seseorang belum tentu menjadi stres bagi orang lain karena setiap
individu memiliki persepsi yang berbeda-beda mengenai hal-hal yang
dianggapnya menjadi hambatan atau ancaman.
Menurut Minner (dalam Prihatini, 2007), mengatakan stres merujuk pada
kondisi internal individu untuk menyesuaikan diri secara baik terhadap perasaan
yang mengancam kondisi fisik dan psikis atau gejala psikologis yang mendahului
penyakit, reaksi ansietas dan ketidaknyamanan.
2.2.2 Stres Kerja
Hasibuan (dalam Yazid, 2008), menyatakan bahwa stres kerja adalah stres
pegawai yang ditimbulkan akibat kepuasan tidak terwujud dari pekerjaannya,
prestasi kerja yang mengalami stres pada umumnya akan menurun karena
mengalami ketegangan pikiran dan perilaku aneh, pemarah, dan suka menyendiri.
Spears (2008) mendefinisikan stres kerja sebagai reaksi seseorang terhadap
tuntutan ditempat kerja yang sifatnya merugikan atau tuntutan kerja yang
Anoraga (2001), meyatakan bahwa stres kerja merupakan suatu kondisi
fisik dan psikis yang dipengaruhi oleh beberapa faktor baik di dalam maupun di
luar pekerjaan dan kondisi tersebut mempengaruhi prestasi kerja seseorang
sehingga menyebabkan menurunkan kinerja. Perawat setiap hari mengalami stres
kerja yang berhubungan dengan memberikan asuhan keperawatan. Stres kerja
perawat dapat disebabkan konflik dengan dokter dan teman sejawat, beban kerja
yang tinggi, kondisi pasien yang memburuk, kematian (Perancis, Lenton et all,
dalam Mark dan Smith, 2011). Perawat dihadapkan dengan tugas kerja yang
berbeda, bekerja dengan shift terutama shift malam, kondisi kerja, situasi yang
terkait dengan penderita dan kematian pasien (Cooper, dalam Moustaka dan
Contantindis, 2010).
2.2.3 Jenis Stres
Menurut Nasir dan Muhith (2011), stres terbagi atas dua jenis yaitu
distress dan eustress. Stres melibatkan perubahan fisiologis yang kemungkinan
dapat dialami sebagai perasaan yang baik atau buruk.
1. Eustress (stres yang baik) adalah sesuatu yang positif. Stres dikatakan
berdampak baik apabila seseorang mencoba untuk memenuhi tuntutan untuk
menjadikan orang lain maupun dirinya sendiri mendapatkan sesuatu yang
baik dan berharga.
2. Distress (stres yang buruk) atau yang bersifat negatif. Distress dihasilkan dari
sebuah proses memaknai sesuatu yang buruk, di mana respon yang digunakan
selalu negatif dan ada indikasi mengganggu integritas diri sehingga bias
2.2.4 Potensi Sumber Stres
Charles dan Stanley (dalam Supardi, 2007), dalam buku psikologi untuk
perawat, menemukan lima sumber stres dalam keperawatan, antara lain :
a. Beban kerja berlebihan misalnya jumlah pasien yang banyak di operasi,
mengalami kesulitan dalam mempertahankan standar yang tinggi, merasa
tidak mampu memberi dukungan yang dibutuhkan teman sejawat dan
keterbatasan tenaga.
b. Kesulitan menjalin hubungan dengan staf lain, misal mengalami konflik
dengan teman sejawat, mengetahui orang lain tidak menghargai sumbangsih
yang dilakukan, dan gagal membentuk tim kerja dengan staf.
c. Kesulitan dalam merawat pasien kritis, misal kesulitan menjalankan peralatan
yang belum dikenal, mengelola prosedur atau tindakan baru, dan bekerja
dengan dokter yang menuntut jawaban dan tindakan cepat.
d. Berurusan dengan pengobatan/perawatan pasien, misal bekerja dengan dokter
yang tidak memahami kebutuhan sosial dan emosional, terlibat dalam
ketidaksepakatan dalam program tindakan, merasa tidak pasti sejauh mana
harus memberi informasi pada pasien atau keluarga, merawat pasien sulit atau
tidak bekerja sama.
e. Merawat pasien yang gagal untuk membaik, misal pasien lansia, pasien yang
nyeri kronik, pasien yang meninggal selama dirawat.
2.2.5 Tahapan Stres
Menurut Hidayat (2008), stres yang dialami seseorang dapat melalui
1. Tahap pertama
Merupakan tahap yang ringan dari stres yang ditandai dengan adanya
semangat bekerja besar, penglihatannya tajam tidak seperti pada umumnya,
merasa mampu menyelesaikan pekerjaan yang tidak seperti biasanya, kemudian
merasa senang akan pekerjaan akan tetapi kemampuan yang dimilikinya semakin
berkurang.
2. Tahap kedua
Pada stres tahap kedua ini seseorang memiliki ciri sebagai berikut : adanya
perasaan letih sewaktu bangun pagi yang semestinya segar, terasa lelah sesudah
makan siang, cepat lelah menjelang sore, sering mengeluh lambung atau perut
tidak nyaman, denyut jantung berdebar-debar lebih dari biasanya, otot-otot
punggung tengkuk semkin tegang dan tidak bisa santai.
3. Tahap ketiga
Pada tahap ketiga ini apabila seseorang mengalami gangguan seperti pada
lambung dan usus seperti adanya keluhan gastritis, buang air besar tidak teratur,
ketegangan otot semakin terasa, perasaan tidak senang, gangguan pola tidur
seperti sukar mulai untuk tidur, terbangun tengah malam dan sukar kembali tidur,
lemah, terasa seperti tidak memiliki tenaga.
4. Tahap keempat
Pada tahap ini seseorang akan mengalami gejala seperti pekerjaan yang
menyenangkan terasa membosankan, semula tanggap terhadap situasi menjadi
kehilangan kemampuan untuk merespon secara adekuat, tidak mampu
ajakan karena tidak bergairah, kemampuan mengingat dan konsentrasi menurun
karena adanya perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak diketahui
penyebabnya.
5. Tahap kelima
Stres tahap ini ditandai dengan adanya kelelahan fisik secara mendalam, tidak
mampu menyelesaikan pekerjaan yang ringan dan sederhana, gangguan pada
sistem pencernaan semakin berat dan perasaan ketakutan dan kecemasan semakin
meningkat.
6. Tahap keenam
Tahap ini merupakan tahap puncak di mana seseorang mengalami panik dan
merasa takut mati dengan ditemukan gejala seperti detak jantung semakin keras,
susah bernafas, terasa gemetar seluruh tubuh dan berkeringat, kemungkinan
terjadi kolaps atau pingsan.
2.2.6 Gejala dan Akibat Stres
Pada tingkat tertentu kita memerlukan stres optimal akan membuat
motivasi yang tinggi, seseorang menjadi lebih bergairah, daya tangkap yang
tajam, dan tenang, bila stres terlalu rendah akan mengakibatkan kebosanan,
motivasi menjadi turun, sering bolos. Sebaliknya bila stres terlalu tinggi dan
berlangsung lama dalam waktu tanpa ada jalan keluar bias mengakibatkan
berbagai macam penyakit seperti : gangguan perncernaan, serangan jantung,
tekanan darah tinggi, keringat dingin, sulit menelan, mual, sering lupa, sering
Gejala stres menurut Beehr (Supardi, 2007) dibagi tiga gejala yaitu: gejala
psikologis, gejala fisik, dan gejala prilaku. Adapun ketiga gejala tersebut terdapat
pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.1 Gejala Stres Berdasarkan Gejala Psikologis, Gejala Fisik, dan Gejala
Perilaku.
Gejala Psikologis Gejala Fisik Gejala Perilaku
Kecemasan, ketegangan Meningkatnya nadi dan tekanan darah
Menunda, menghindari pekerjaan
Bingung, marah, sensitif Meningkatnya sekresi adrenalin
Produktivitas menurun
Memendam perasaan Gangguan lambung Minuman keras Komunikasi tidak efektif Mudah terluka Perilaku sabotase
Mengurung diri Mudah lelah Absen meningkat
Depresi Kematian Banyak/kurang makan
Merasa terasing Gangguan kardiovaskuler Nafsu makan hilang Kebosanan Gangguan pernapasan Tindakan resiko tinggi Ketidakpuasan kerja Sering berkeringat Kriminalitas
Lelah mental Gangguan kulit Interpersonal tidak baik
Menurunkan intelektual Kepala pusing Cenderung bunuh diri Hilangnya konsentrasi Ketegangan otot
Hilang kreatifitas Sulit tidur Hilang semangat hidup
2.2.7 Dampak Stres Kerja
Pengaruh stres kerja ada yang menguntungkan maupun merugikan bagi
perusahaan. Namun pada taraf tertentu pengaruh yang menguntungkan perusahaan
diharapkan akan memacu karyawan untuk dapat menyelesaikan pekerjaan dengan
sebaik-baiknya. Reaksi terhadap stres dapat merupakan reaksi bersifat psikis
maupun fisik. Biasanya pekerja atau karyawan yang stres akan menunjukkan
perubahan perilaku. Perubahan perilaku terjadi pada diri manusia sebagai usaha