• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis semiotik pada poster Hiv/AIDS di Yayasan Pelita Ilmu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis semiotik pada poster Hiv/AIDS di Yayasan Pelita Ilmu"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS SEMIOTIK PADA POSTER HIV/AIDS

DI YAYASAN PELITA ILMU

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh:

RANITA ERLANTI HARAHAP NIM: 104051001920

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, Agustus 2008

(3)

ANALISIS SEMIOTIK PADA POSTER HIV/AIDS

DI YAYASAN PELITA ILMU

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh:

RANITA ERLANTI HARAHAP

NIM. 104051001920

Di Bawah Bimbingan

Dra. Hj. Asriati Jamil, M.Hum NIP. 150244766

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PEMYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(4)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul “Analisis Semiotik Pada Poster HIV/AIDS di Yayasan Pelita Ilmu” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, pada hari Rabu, tanggal 17 Desember 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana program Strata 1 (S1) pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakarta, 17 Desember 2008

Panitia Sidang Munaqasyah,

Ketua Merangkap Anggota, Sekertaris Merangkap Anggota

Drs. Mahmud Jalal, MA Umi Musyarofah, MA

NIP. 150202342 NIP. 150281980

Penguji I Penguji II

Drs. Wahidin Saputra, MA Drs. Hasanuddin Ibnu Hibban, MA

NIP. 150276299 NIP. 150270815

Pembimbing

(5)

ABSTRAK

Ranita Erlanti Harahap 104051001920

Analisis Semiotik Pada Poster HIV/AIDS di Yayasan Pelita Ilmu Media massa merupakan salah satu contoh dari kemajuan teknologi, dengan bantuan teknologi khalayak dapat dengan mudah mengetahui sebuah informasi, informasi yang didapat sangat beragam. Kemajuan teknologi telah memberikan pengaruh yang positif namun tak sedikit pula pengaruh negatifnya. Dengan kemajuan teknologi yang serba canggih informasi yang cepat dan serentak serta sangat bebas, sehingga semua orang dapat melihat informasi yang disajikan. Contoh dari kemajuan tekhnologi yang berdampak negatif adalah dengan bantuan media prilaku seks bebas masuk dengan mudahnya terutama dikalangan remaja yang dahulu tabu namun sekarang menjadi tidak tabu, padahal dampak dari seks bebas salah satunya adalah terkena penyakit HIV/AIDS.

Contoh tersebut hadir dan diadopsi oleh bantuan media, sudah sangat sewajarnya apabila media turut andil untuk kembali membentuk moral bangsa yang sesuai dengan adat ketimuran bukan dengan adat barat yang serba bebas. Lalu pertanyaan yang muncul adalah media apa yang bisa dengan mudah dan cepat dapat dijadikan sarana dalam menyampaikan pesan mengenai HIV/AIDS kepada khalayak?

Poster adalah salah satu dari ragam media cetak yang bisa dijadikan sarana untuk menyampaikan pesan, didalam poster terdapat tulisan dan gambar. Banyak terlihat dijalan umum yang ramai terpajang poster mengenai HIV/AIDS, mulai dari gambar yang unik, warna yang menarik ditambah dengan kalimat yang singkat namun mengandung berjuta makna. Kesemua bagian dari media tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga khalayak dapat dengan mudah mencerna maksud dari media tersebut.

Penelitian ini menggunakan analisis semiotik dengan metode Gillian Dyer, Torben Vestergaard, dan Judith Williamson yang memakai tiga dimensi yaitu objek, konteks, dan teks. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pesan atau makna yang terdapat pada poster HIV/AIDS yang dibuat oleh YPI.

(6)
(7)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah ‘Azza Wajalla, dan kesejahteraan serta kedamaian semoga dilimpahkan kepada makhlukNya yang paling mulia dan sebaik-baik manusia, yakni Nabi Muhammad Saw., para keluarga beliau yang suci, para sahabat beliau yang mulia, dan orang-orang yang mengikuti beliau dengan kebaikan hingga hari pembalasan.

Nikmat dan anugerah yang tak pernah berhenti diberikan Allah S.W.T. untuk penulis (You are all that I need), do’a dan dukungan yang selalu mengiringi setiap langkah penulis dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis semiotik pada poster HIV/AIDS di Yayasan Pelita Ilmu”.

Sebagai rasa syukur, penulis mengucapaka terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah dengan tulus membantu penyelesaian skripsi ini, diantaranya adalah:

1. Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Murodi, MA., Dr. Arief Subhan, M.Ag., (Pudek I), Drs. Mahmud Jalal, MA., (Pudek II), Drs. Studi Rizal LK, MA., (Pudek III), atas segala kebijakan akademik yang telah ditetapkan.

(8)

3. Dra. Hj. Asriati Jamil, M.Hum., selaku Pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan dengan sabar selama penulisan skripsi ini.

4. Drs. Hasanuddin Ibnu Hibban, MA., selaku Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan bimbingan dalam menyelesaikan studi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

5. Seluruh Dosen, Staf administrasi dan karyawan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Yayasan Pelita Ilmu terutama untuk wakil ketua dan sekretaris Badan Pengurus Harian YPI, Husein Habsyi, SKM, dan MHComm dan Usep Solehuddin, SKM, MTI yang telah memberikan informasi serta bersedia meluangkan waktunya.

7. Papa (Hasran Harahap) dan Mama (Ratna Juwita Nasution), yang telah mengajarkan arti hidup yang sesungguhnya, menjadikan contoh telan untuk anak-anaknya. Terima kasih untuk dukungannya, baik secara materil, moril dan do’a yang tak henti dipanjatkan kepada Allah S.w.t. Pa’ and ma’,I don’t wanna let you down.

(9)

dan agama. Opung tersayang dan tegar yang tak pernah lupa dengan kalimat saktinya, akan selalu penulis ingat dan insyaallah akan penulis jalankan. 9. “Making a thousand friends a year is not a miracle, the miracle is to make a

friend who stand by you for a thousand year”. Sahabat terbaik yang pernah penulis miliki Dian Rafiqi Qudsi, Lala, Adewa, Ridwan, Fatma, eel, leni, nury, agien, alief, k’ novi, slim, irul, umi tidak ada kata terlambat sobat! 10.Someone special…I gonna miss you wherever you live.

11.Teman-teman satu kostan hanum, Iiek, merry, nunung, ve, fitri “jangan malas belajar ya, semoga jadi dokter yang beriman.

12.Keluarga besar PMII Fakultas Dakwah dan Komunikasi, bang mansyur, k’ alvian, Bung “A ”k’ opik, k’ hamdy, k’ syakur , k’ neneng, k’ abdul, Vino dan semuanya. “Tangan terkepal dan maju kedepan”.

13.Leptopku yang manis, setia menemani higga larut dan setia mendengarkan cerita-ceritaku.

14.Teman-teman Fakultas Dakwah dan Komunikasi Angkatan 2004 terutama KPI E, yang telah memberikan dukungan serta do’a kepada penulis. Sekali semangat tetap semangat. KPI E is my second family.

(10)

Akhir kata, penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, namun semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan. Amien.

Wassalaamu alaikum Wr.Wb.

Ciputat, Agustus 2008

(11)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10

D. Metodologi Penelitian ... 11

E. Tinjauan Pustaka ... 13

F. Sistematika Penulisan ... 14

... 15

A. Sekilas Tentang Media Cetak ... 15

1. Pengertian ... 16

2. Macam-macam ... 18

3. Pengertian Poster ... 20

4. Sejarah Poster ... 21

5. Poster Sebagai Media Dakwah ... 24

B. Analisis Semiotik ... 26

(12)

...

A. Latar Belakang Pembuatan Poster ... 43

B. Maksud dan Tujuan ... 44

C. Konsep Dasar Pembuatan Poster ... 44

D. Dampak Yang Diterima Oleh Masyarakat ... 45

E. Gambaran Umum YPI ... 45

BAB IV PEMBAHASAN ... 49

A. Subyek Penelitian ... 49

B. Hasil Analisis Poster ... 50

1....Poste r “ Bunga Matahari” ... 50

2....Poste r “Remaja Hamil Mendekap Buku” ... 55

3....Poste r “Tangan di Bawah Memegang Perut Hamil” 60

BAB V PENUTUP ... 64

A. Kesimpulan ... 64

B. Saran-Saran ... 65 DAFTAR PUSTAKA

(13)

DAFTAR TABEL

(14)

DAFTAR GAMBAR

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Poster YPI Terhadap HIV/AIDS “Bunga Matahari”

Lampiran 2 Poster YPI Terhadap HIV/AIDS “Remaja Hamil Mendekap Buku”

Lampiran 3 Poster YPI Terhadap HIV/AIDS “Tangan di Bawah Memegang Perut Hamil”

Lampiran 4 Foto-foto YPI dalam peringatan hari HIV-AIDS Lampiran 5 Hasil Wawancara

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Poster adalah media cetak yang bukan hanya menampilkan gambar tapi juga dapat memberikan informasi yang sesungguhnya kepada khalayak. Sekilas memang poster terihat hanyalah sekedar gambar yang biasa-biasa saja, melalui poster sebuah informasi akan terlihat lebih menarik karena khalayak akan sangat mudah memahami sebuah informasi. Poster tidak semata-mata hanya menampilkan gambar dan warna saja namun tampilan poster biasanya disandingkan dengan kalimat-kalimat yang singkat namun dibaliknya mengandung beribu makna sehingga lebih memudahkan khalayak untuk memahami makna gambar yang terdapat pada poster.

(17)

Kemajuan teknologi berdampak pada arus informasi yang demikian pesat dan tentunya menimbulkan masalah baru. Terpaan berbagai media massa cetak maupun elektronik sebagian besar telah mengiringi masyarakat mengikuti kebudayaan global. Media menjalankan tugasnya untuk memberikan informasi yang sesungguhnya kepada khalayak dan keputusan atau opini terakhir tergantung pada khalayak sendiri. Tidak dapat dipungkiri banyak khalayak yang terpengaruh dengan informasi yang disajikan oleh media, seperti mulai mengadopsi perilaku yang bebas, gaya hidup hura-hura bahkan pikiran yang liberal dari dunia barat yang dianggap trend dan jauh dari adat ketimuran.

Kebiasaan-kebiasan tersebut cukup tabu di awal kemunculannya, namun seiring dengan berjalannya waktu, kemajuan teknologi dan dengan bantuan media pulalah lambat laun menjadi suatu yang wajar dan lumrah bahkan sudah menjadi kebiasaan sebagian besar orang. Contoh tersebut merupakan konsekuensi dari modernisasi, industrialisasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta sekularisasi Alat penyambung lidah pada prilaku tersebut adalah media massa, baik cetak maupun elektronik. Tidak bermaksud menyalahkan, menyudutkan atau menjelekkan media, sebenarnya banyak juga hal positif yang dihasilkan oleh media namun kebiasan yang bisa dibilang negatif bagi adat ketimuran inilah yang sering disorot dan tentunya bila dibiarkan akan merusak akal mental bangsa serta merusak citra media itu sendiri. Di Indonesia contoh negatif tersebut merupakan pelanggaran dari nilai adat ketimuran umumya serta agama secara khusus.

(18)

berkembang dikarenakan menurunnya kekebalan tubuh. Virus ini berkembang sangat cepat, tidak hanya dalam hitungan tahun, bulan, minggu, hari dan tidak pula dalam hitungan jam; melainkan dalam hitungan menit, yaitu setiap menit 5 orang terinfeksi HIV. Penyakit ini merupakan penyakit kelamin yang menyengsarakan baik fisik, mental maupun sosial yang berakhir dengan kematian, karena gaya hidup bebas yang melampaui batas.

Dalam perkembangan selanjutnya infeksi HIV/AIDS ini tidak hanya ditularkan melalui perzinaan, tetapi dapat pula melalui transfusi darah dan jarum suntik yang tercemar serta bayi dalam kandungan melalui tali pusat ibunya yang mengidap HIV. Meskipun demikian dalam penyebaran HIV/AIDS sebagian besar masih didominasi oleh perzinaan yaitu mencapai 97,5% (Warta UI, 1995). Penyakit ini merupakan penyakit kelamin yang mematikan; dikatakan ”penyakit kelamin” karena penularan penyebarannya terutama melalui hubungan seksual (perzinaan), dikatakan ”mematikan” karena hingga sekarang (2003) dan 10 tahun mendatang belum ditemukan obatnya dan yang bersangkutan akan meninggal karenanya.1

Bila diteliti maka media massa mempunyai andil yang besar bagi penyebaran HIV/AIDS, oleh karena itu sudah sewajarnya bila media massa ikut mensosialisasikan HIV/AIDS. Seperti menyebarkan informasi bahaya HIV/AIDS melalui televisi, radio, internet (Media elektronik), majalah-majalah, koran, surat kabar, buku bahkan poster (Media cetak). Poster sekarang tidak hanya sebagai suatu yang komersil untuk mengiklankan produk, namun poster yang sebenarnya

1

(19)

memiliki daya magnet tersendiri dengan warna dan gambar yang unik dapat menginformasikan bahaya HIV/AIDS.

Menurunnya minat masyarakat akan suatu informasi maka tidak salah bila poster dilirik untuk menginformasikan HIV/AIDS. Poster yang dahulu hanya dengan papan yang bergambar dengan cat, kini dapat dihiasi dengan cahaya listrik atau cat yang bersinar, dengan warna-warni yang mencolok dan mempesona, oleh karena itu tidak salah apabila sekarang poster menempati posisi yang penting dalam menyebarkan informasi bagi khalayak.

Seiring dengan kehidupan manusia yang semakin modern, sejalan dengan kemajuan teknologi yang semakin berkembang dan akibat turunnya minat baca masyarakat, akhirnya para pemilik media atau pengusaha media mulai membuat terobosan baru, dengan menggunakan poster dalam menyampaikan informasi. Poster bisa dikatakan sebagai sarana informasi yang unik dan simpel namun mempunyai peran yang penting, karena dengan muatan yang sedikit namun makna dibalik gambar yang disampaikan oleh poster mewakili beribu bahasa. Kenyataan ini mulai tampak di kota-kota besar yang secara meraksasa, menjulang poster-poster berwarna-warni dan beraneka ragam yang digunakan untuk menyampaikan informasi, hanya dengan sedikit bahasa untuk memperjelas makna yang terdapat pada poster sehingga dapat diterima oleh masyarakat secara luas, tentu hal ini menjadi nilai lebih bagi sebuah poster.

(20)

dunia maupun di akhirat.2 Selain itu, kegiatan dakwah ini pun bertujuan mempertemukan kembali fitrah manusia dengan agama atau menyadarkan manusia supaya mengakui kebenaran Islam dan mau mengamalkan ajaran Islam sehingga menjadi orang baik.3

Dr. Taufiq Al-Wa’i menjelaskan makna yang terkandung dalam dakwah Islamiyah yaitu, ”Mengumpulkan manusia dalam kebaikan, menunjukkan mereka jalan yang benar dengan cara merealisasikan manhaj Allah di bumi dalam ucapan dan amalan, menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, membimbing mereka dari shirathal mustaqim dan bersabar menghadapi ujian yang menghadang di perjalanan. ” Ini sesuai dengan firman Allah:

Artinya: "Hai anakku, dirikanlah shalat, suruhlah manusia mengerjakan yang ma’ruf, cegahlah mereka dari perbuatan yang mungkar, dan bersabarlah atas apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan.”(QS. Luqman: 17)4

Setelah berlangsung dalam kurun waktu berabad-abad, dakwah Islamiyah semakin mengalami perkembangan ditinjau dari metode penyebaran yang dilakukannya. Penyebar syi’ar Islam di era globalisasi ini diantaranya melalui media media cetak dan elektronik. Hal ini sebagai cara untuk mengimbangi sajian media yang semakin terbuka untuk menyajikan tayangan manca negara (barat)

2

Toha Yahya Omar, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Wijaya, 1992), Cet. Ke-5, h. 1.

3

Ki Moesa Machfoed, Filsafat Dakwah; Ilmu Dakwah dan Penerapannya, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2004), edisi ke-2.

4

(21)

yang tentu saja bertolak belakang dengan norma-norma Islam, di samping meluaskan sarana (objek) dakwah tentunya.5

Dakwah Islam pada zaman ini sedang menghadapi berbagai macam tantangan karena begitu banyak ajaran-ajaran yang tidak sesuai dengan dakwah Islam dan hal yang tidak bisa dianggap enteng adalah kemajuan teknologi yang dihasilkan oleh era informasi yang serba canggih, oleh karena itu dibutuhkan keterampilan yang lebih untuk menguasai informasi agar proses dakwah dapat berjalan dengan lancar.

Dengan perkembangan manusia dan kemajuan ilmu pengetahuan, eksistensi media massa dapat menjadi salah satu media dakwah alternatif karena memiliki beberapa fungsi, antara lain:

1. Fungsi menyiarkan informasi 2. Fungsi mendidik

3. Fungsi menghibur 4. Fungsi mempengaruhi6

Dalam waktu yang singkat informasi dari daerah yang terpencil sekalipun dapat langsung diketahui, tentu ini tidak lepas dari kemajuan teknologi. Dakwah sebagai sarana komunikasi dalam menyampaikan kebaikan tentang agama Islam dihadapakan pada kenyataan yang tidak mudah, dimana antara agama dan teknologi diharapkan dapat berjalan beriringan. Untuk terus dapat menyampaikan dakwah Islam, maka menuntut adanya sikap adaptasi dengan terapan media

5

A. Muis, Komunikasi Islam, (Bandung: Rosda Karya 2001), h. 155-156.

6

(22)

komunikasi sesuai dengan mad’u yang dihadapi, apapun media yang digunakan, media cetak ataupun media elektronik.

Dakwah sebagai manifestasi keimanaan seorang muslim dapat disosialisasikan dalam berbagai media tanpa mengurangi makna dan tujuan dakwah. Salah satu media dakwah yang memiliki peluang besar di era informasi ini adalah dakwah melalui media cetak.7

Semua pesan yang disampaikan oleh media massa dikonsumsi oleh berbagai kalangan. Oleh karena itu seharusnya para mubaligh memiliki keahlian bertabligh melalui tulisan media massa, atau sebagian dari mereka membidangi aktivitas tabligh melalui tulisan. Jika tidak dikhawatirkan masyarakat akan terbentuk oleh pesan-pesan media yang “kering” tanpa nilai-nilai agama. Untuk mengantisipasi hal itu, diperlukan adanya pencerahan pesan media massa. Pesan-pesan itu akan muncul dari penulis-penulis yang memang memiliki keterpanggilan akan nilai-nilai kebenaran. Dia adalah mubaligh yang tidak hanya mengisi mimbar-mimbar ceramah, tetapi juga terampil mengisi lembaran-lembaran koran, tabloid, majalah atau yang lebih dikenal tabligh bil al qalam8

Syner mengilustrasikan “karya tulis sendiri ibarat sebuah lautan yang seolah-olah tak bertepi”.9 Maksudnya segala macam bentuk tulisan dapat dituangkan secara leluasa kemudian dimuat untuk disampaikan kepada masyarakat dimana media yang digunakaan berupa tabloid, majalah, koran dan mungkin yang sering kita anggap sepele yaitu poster. Dakwah melalui poster

7

Sutirman Eka Ardhana, Jurnalistik Dakwah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), Cet. Ke-1, h. 17-18.

8

Aep Kusnawan, Komunikasi Penyiaran Islam, (Bandung: Benang Merah Press, 2004), h. 23-24.

9

(23)

salah satu jalan yang dapat ditempuh oleh da’i dan orang yang ingin menyampaikan informasi tentang kebaikan.

Proses komunikasi yang menggunakan poster merupakan proses komunikasi secara primer, maksudnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol)

sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu ”menerjemahkan” pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan.10

Banyak lembaga yang mengeluarkan poster mengenai HIV/AIDS namun hanya sedikit yang memperhatikan nilai pendidikan dan terkadang gambar, bahasa yang digunakan juga membuat khalayak bingung, sehingga pesan tidak dapat diterima dengan baik. Dengan alasan tersebut maka penulis memilih poster yang dikeluarkan oleh YPI, karena poster tersebut lebih mengedepankan nilai pendidikan, bahasa dan tentunya telah mengalami beberapa proses pegujian. Penempatan poster pun disesuaikan dengan target atau penerima pesan dan diuji terlebih dahulu. Selain itu poster yang dikeluarkan oleh YPI berbeda dari poster HIV/AIDS dari yayasan atau lembaga-lembaga lainnya, di mana poster yang dianalisis oleh penulis merupakan poster yang satu sama lain saling berhubungan dan yang menjadi nilai lebih dari poster ini yaitu poster tidak secara langsung menampilkan gambar HIV/AIDS tapi dengan cara menceritakan bagaimana HIV/AIDS dengan mudahnya tersebar.

10

(24)

Dengan hal tersebut kita dapat mengetahui makna yang terdapat di balik gambar dan kata-kata, terutama pada poster YPI terhadap HIV/AIDS sehingga informasi dapat diterima oleh masyarakat luas. Agar komunikasi efektif untuk mempengaruhi khalayak terhadap pesan yang ditampilkan, maka pembuat poster mencoba menggunakan simbol yang mudah diterjemahkan oleh orang awam selain itu nilai-nilai estetika juga di utamakan sebagai sesuatu yang berkesan lebih baik sehingga pembuat poster mencoba menerjemahkan sendiri agar terkesan lebih baik. Sebaliknya komunikasi yang bermuatan simbol-simbol itu ditangkap dan dimaknakan sendiri pula oleh khalayak sebagai konsekuensi logis dalam interaksi simbolik.

Poster-poster yang dibuat oleh YPI menampilan poster yang menceritakan relita yang terjadi pada remaja, berdasarkan penjelasan di atas, penulis ingin melakukan penelitian sekaligus dijadikan sebagai judul skripsi penulis yaitu: ANALISIS SEMIOTIK PADA POSTER HIV/AIDS DI YAYASAN PELITA ILMU.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

(25)

Mengacu pada pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah penelitian ini adalah Mengetahui makna yang terdapat pada poster YPI terhadap HIV/AIDS.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui makna dibalik gambar dan kata-kata pada poster YPI terhadap HIV/AIDS sehingga dapat mengatasi kesalah pahaman dalam mengartikan poster.

Dengan tujuan di atas maka penulis berharap dapat memahami makna pada poster dan dapat mempelajari cara yang benar alam menentukan gambar serta kata-kata yang tepat pada poster.

Penelitian ini mempunyai dua manfaat yaitu, secara teoritis dan praktis. Manfaat teoritis dari penelitian ini yaitu penulis ingin mengaplikasikan teori ataupun model dan metode yang penulis gunakan agar dapat menjadi suatu teori yang memberikan pemahaman kepada penulis akan analisis media massa. Analisis ini berguna sebagai wacana positif dalam rangka menerapkan suatu bentuk pesan dalam media cetak yang sesuai dengan kemajuan teknologi yang ada guna memenuhi kebutuhan spiritual masyarakat.

(26)

D. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Semiotik, pendekatan penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Macam semiotik yang digunakan adalah semiotik analitik. Pemaknaan hanya terjadi pada konsep mental pada tiap-tiap individu. Sebab, penelitian ini bersifat subyektif, seperti yang dikutip Agus Sudibyo, Ibnu Ahmad, dan Muhammad Qadari, Little Jhon mengemukakan “Jadi mesti disadari bahwa proses pemaknaan itu tidak bisa dilepaskan dari unsur subjektifitas sang pemberi makna. Namun, tidak perlu khawatir sebab teori-teori jenis ini memang mengizinkan seseorang peneliti melakukan interpretasi atas teks secara subjektif akibat pengaruh pengalaman hidupnya.”11

Penelitian kualitatif biasanya digunakan dalam ilmu pengetahuan sosial yang berhubungan serta berinteraksi langsung dengan manusia dan dalam proses pemaknaan juga tidak lepasa dari unsure subjektifitas.

2. Populasi dan Sampling

Populasi penelitian ini adalah poster-poster yang dikeluarkan oleh YPI, poster tersebut merupakan poster yang dalam pembuatan pertamanya digabung menjadi satu namun pada proses selanjutnya poster-poster ini dibagi menjadi tiga bagian, agar orang yang melihat poster tidak menjadi bingung dalam mengartikan pesan yang terdapat pada poster.

11

(27)

Sample sumber data yang dipilih oleh penelit adalah dalam penelitian ini ialah tiga poster YPI mengenai HIV/AIDS. Poster-poster tersebut adalah, poster “bunga matahari”, poster “ remaja hamil mendekap buku” dan poster “tangan dibawah memegang perut hamil”. Ketiga poster ini diambil karena menurut peneliti bisa dijadikan sample yang tepat untuk diteliti.

3. Unit Analisis

Unit analisis dalam penelitian ini adalah poster yang dikeluarkan oleh YPI terhadap HIV/AIDS. Unit pengamatannya adalah pesan yang terdapat pada poster, bagaimana tanda yang digunakan oleh YPI dalam menyatukan pesan kedalam poster HIV/AIDS sehingga terbentuk makna (analisis semiotic).

4. Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian ini menggunakan beberapa tahap, tahap

pertama, pengumpulan data mengenai poster HIV/AIDS yang dikeluarkan oleh YPI. Kedua, pemilihan poster, dengan melihat keterkaitan antara ketiga poster tersebut serta mengenai penularan HIV/AIDS itu sendiri. Tahap ketiga,

wawancara dengan Yayasan Pelita Ilmu dan dengan orang yang membuat poster, guna memperoleh data-data yang berkaitan dengan penelitian ini.

5. Analisis Data

(28)

Dimensi objek berfungsi sebagai elemen tanda yang mempresentasikan objek atau segala sesuatu yang terdapat pada poster, seperti gambar, warna, ilustrasi dan bahasa.

Pada konteks yang berfungsi sebagai elemen tanda yang memberikan atau diberikan konteks dan makna pada objek yang terdapat pada poster. Pada dimensi ini penulis memaparkan tanda-tanda yang terdapat pada objek.

Selanjutnya teks atau kalimat yang digunakan pada poster, ini merupakan tanda yang berfungsi memperjelas dan menambatkan makna (anchoring).

E. Tinjauan Kepustakaan

Dari pengamatan peneliti tentang analalisis semiotik pada poster HIV/AIDS belum diketemukan yang membahas tentang analisis tersebut namun terdapat penelitian yang membahas tentang analisis semiotik pada foto dan analisis semiotik pada iklan.

Penelitian pertama yaitu “Makna Foto Berita Perjalanan Ibadah Haji (Analisis Semiotik Karya Zarqoni – Makna Pada Galeri.Foto Antara.co.id)" yang dijadikan judul skripsi oleh Fatimah, mahasiswi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Jurusan Konsentrasi Jurnalistik, pada tahun 2009.

(29)

F. Sistematika Penulisan

Agar sistematisnya penelitian ini, peneliti membaginya dalam lima bab. Adapun sistematikanya sebagai berikut:

Bab I PENDAHULUAN: meliputi, latar belakang masalah yang berisi tentang penjabaran masalah, pembatasan dan perumusan masalah, metode penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan kepustakaan dan sistematika penulisan.

Bab II : meliputi, Sekilas

Tentang Media Cetak, Pengertian, Macam-macam Pengertian Poster, Sejarah Poster, Poster Sebagai Media Dakwah, Analisis Semiotik dan Sekilas Tentang HIV/AIDS .

GAMBARAN UMUM POSTER YAYASAN PELITA ILMU TENTANG HIV/AIDS: meliputi, Latar Belakang Pembuatan Poster, Maksud dan Tujuan, Konsep Dasar Pembuatan Poster, Dampak Yang Diterima Oleh Masyarakat Serta Gambaran Umum YPI.

Bab IV PEMBAHASAN: Meliputi, Subyek Penelitian, Hasil Analisis Pada Poster Hiv/Aids Di Yayasan Pelita Ilmu Dan Pembahasan Masalah.

(30)

BAB II

TINJAUAN TEORI TENTANG POSTER

Media adalah sarana yang membantu komunikator dalam menyampaikan informasi secara efektif dan efisien. Ini merupakan bentuk jamak dari bahasa latin yaitu ”median” yang berarti perantara. Media berarti segala macam alat perantara yang dapat digunakan komunikator dalam menyampaikan pesan atau informasi kepada komunikan.

Dalam kamus istilah Komunikasi BC. TT Ghazali mengatakan bahwa Media berarti sarana yang digunakan oleh komunikator sebagai saluran untuk menyampaikan suatu pesan kepada komunikan, apabila komunikan jauh tempatnya dan banyak jumlahnya. Jadi segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai alat bantu dalam berkomunikasi disebut media komunikasi. Sedangkan bentuknya beragam.12

A. Sekilas Tentang Media Cetak

Media berasal dari kata latin ”medium” (tunggal) ”Media”(jamak) yang secara harfiah berarti: pertengahan, tengah, pusat (K. Prent CM, dkk. Kamus Latin-Indonesia. 1969: 525). Dengan demikian, menyebut ”media” sudah berarti jamak, tidak perlu media-media.

Kosa kata Inggris mengambil ahli begitu saja dari Latin baik bentuk tunggal maupun jamaknya. Dalam Kamus Inggris-Indonesia (John M. Enchols dan Hassan Shadily, Gramedia Pustaka Utama, 2000: 377) kata media Menurut R. Masri Sareb Putra media berarti: alat jalur dari komunikasi (massa), atau perantara

12

(31)

yang mempertemukan seseorang dengan orang lain sehingga memungkinkan terjadinya komunikasi (komunikasi massa).

Cetak dalam arti harfiah bahasa Indonesia ”cetak” ialah cap, acuan. Dalam bahasa Inggris, cetak, yang berkaitan dengan produksi media cetak, ialah press. Press berarti: mesin untuk mencetak buku, media, surat kabar. 13

1. Pengertian Media Cetak

Media massa pada zaman sekarang sudah banyak mengalami kemajuan yang sangat pesat. Media massa secara visual juga mengalami kemajuan yang signifikan hingga bermacam-macam jenisnya. Seperti koran, majalah, poster, buku.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa yang dimaksud dengan ”Media massa adalah sarana dan saluran resmi sebagai alat komunikasi untuk menyebarkan berita dan pesan kepada masyarakat luas.”14

Untuk menjangkau khalayak yang relatif luas dan heterogen, komunikasi membutuhkan media massa, yaitu sarana teknis yang memungkinkan terlaksananya komunikasi massa tertentu. Saluran media massa ini, jika dilihat bentuknya dapat dikelompokkan atas:

a. Media cetak (Printed Media), yang meupakan surat kabar, majalah, tabloid, buku, pamflet, brosur, dan sebagainya.

b. Media elektronik, seperti radio, TV, film, internet, slide, video, dan lain-lain.15

13

M. Masri Sareb Putra, MEDIA CETAK Bagaimana Merancang dan Memproduksi, edisi Pertama, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), h. 4.

14

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke-3, h. 726.

15

(32)

Adapun yang dimaksud dengan ”media cetak adalah sarana media massa yang dicetak dan diterbitkan secara berkala seperti surat kabar, majalah, dan tabloid.”16

Media cetak di Indonesia semakin spesifik, spesifikasi itu merambah berbagai bidang hiburan, olahraga, anak-anak, remaja, politik, ekonomi, budaya, hukum, otomotif, agama, kesehatan, wanita, sampai majalah belanja.17

Ada beberapa karesteristik media cetak sebagai gejala komunikasi massa, yaitu:

a. Komunikator dapat berupa perorangan atau melalui organisasi yang mempunyai institusi yang jelas.

b. Message (pesan) diproduksi secara besar-besaran dan disebarluaskan kepada

audience.

c. Komunikasi pada umumnya merupakan publik yang bersifat anonim (tidak saling mengenal).

d. Komunikasi biasa mengelompokkan pada suatu tempat atau karena suasana tertentu dan biasa juga terpencar pada wilayah yang luas.

e. Feed back (umpan balik) umumnya bersifat tidak langsung atau tertunda, karena kontak langsung antara komunikator dengan komunikan terhalang oleh medium.18

Secara garis besar, isi media cetak terdiri dari fakta dan opini. Fakta

adalah sesuatu yang bisa dilihat, diraba, dan dirasakan oleh setiap orang. Oleh

16

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 726

17

Aceng Abdullah, Press Relation; Kiat Hubungan Dengan Media Massa, (Bandung:: Remaja Rosda Karya, 2000), h. 10.

18

(33)

karena itu, laporan faktual adalah laporan wartawan dari lapangan berdasarkan sesuatu yang dilihatnya atau kesaksian orang lain, laporan faktual biasanya bersifat objektif. Isi media cetak yang berdasarkan fakta adalah berita. Misalnya berita kejadian kebakaran, tabrakan, kriminalitas, olagraga, dll, yang semuanya bisa dilihat kejadiannya, baik secara langsung oleh wartawan, atau melalui saksi. Sedangkan Opini artinya pendapat atau pandangan tentang sesuatu. Karena itu opini bersifat subjektif, karena pandangan atau penilaian seseorang dengan yang lain selalu berbeda. Jadi, kendati faktanya sama, namun ketika orang beropini antara orang yang satu dengan yang lainnya memperlihatkan adanya perbedaan.19

2. Macam-Macam Media Cetak

Media cetak dapat dibedakan dari berbagai segi. Dapat dilihat dari format dan ukurannya, jumlah cetakannya, bahasa yang digunakan, segmen pembacanya, waktu terbitnya, serta dapat pula dibedakan dengan melihat spesifiknya.

Media cetak berdasarkan jumlah cetakannya:

1. Booklet: Di Indonesia, booklet disamakan dengan buku kenangan. Ketika sebuah organisasi merayakan hari jadinya, biasanya diterbitkan booklet. 2. News letter: news letter dibuat oleh sebuah organisisasi untuk menjalin

komunikasi dengan customer, atau siapa saja, yang ada kaitannya dengan organisasi yang bersangkutan. Biasanya, bersifat informasi penting. Sering pengantanya ditandatangani pimpinan organisasi/perusahaan yang bersangkutan. Agar tampak lebih personal, biasanya tulisan pengantar menggunakan huruf mirip dengan tulisan tanggan.

19

(34)

3. Annual report: Secara harfiah annual repport berarti laporan tahunan. Bank Indonesia selalu membuat laporan tahunan. juga organisasi lain, dengan tujuan untuk memberikan informasi detail mengenai situasi keuangan, atau ihwal yang berisi pertanggungjawaban/laporan organisasi yang bersangkutan kepada masyarakat atau kepada pemenang saham. Bisa juga annual report dibuat sebuah Lembaran Swadaya Masyarakat (LSM), sebagai bentuk pertanggung jawaban tahunan kepada lembaga donor.

4. Katalog: Daftar harga,atau informasi lengkap tentang suatu produk, atau suatu kegiatan sebuah organisasi.

5. Surat Kabar: Terbitan berkala (biasanya harian) yang berisi berita yang dimultiplikasi secara massal.Media cetak ini sifatnya komersial.

6. Buletin Intern: Sebuah holding company, atau perusahaan besar dengan unit-unit tersendiri yang mempekerjakan banyak karyawan di berbagai tempat tempat dan lokasi, biasanya menerbitkan buletin intern sebagai media komunikasi antar karyawan. Di banyak perusahaan, buletin intern bahkan dikelola oleh bagian tersendiri, biasanya dikelola oleh Bagian Humas,atau Bagian Promosi.

7. Tabloid: Surat Kabar dalam bentuk (ukuran) yang lebih kecil, biasanya format tabloid setengah dari surat kabar biasa (A-3).

(35)

9. Buku: Buku disebut sebagai ”jantung dan inti” media cetak karena di dalamnya dipusatkan dan dikumpulkan hasil pemikiran dan pengalaman manusia.20

3. Pengertian Poster

Melihat poster tidak bisa hanya melihat hasil akhir berupa bendanya saja, karena di dalam poster terdapat banyak hal yang tak kelihatan, termasuk unsur-unsur kreatif, komunikatif, dampak (media exposure), audience, dimana (place) ditempatkan, ukuran-ukuran keberhasilannya, biaya yang dikeluarkan, sampai pada indikator-indikator keberhasilan sebuah poster. Semua itu adalah mata rantai dari proses kreatif, sampai pada hasil dan tujuan pembuatannya. Poster mampu mengkomunikasikan pesan dengan cepat dan berkesan. Sebuah poster yang bila dalam pemilihan antara gambar dan kata-kata yang disajikan tepat maka bisa memiliki nilai yang sama dengan ribuan kata, juga secara individual mampu untuk memikat perhatian. Berikut ini adalah pengertian mengenai poster:

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan yang dimaksud dengan poster adalah plakat yang dipasang di tempat umum (berupa pengumuman atau iklan).21 Sedangkan menurut Oxford Learner’s Pocket Dictionary Poster adalah

”a large printed notice or picture.22

Merujuk pada pengertian di atas menurut hemat penulis poster adalah sebuah plakat atau surat yang berisikan pengumuman yang dipasang pada

20

M. Masri Sareb Putra, MEDIA CETAK Bagaimana Merancang dan Memproduksi, edisi Pertama, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), h. 6-8.

21

Departeman Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke-3, h. 890.

22

(36)

tempat umum atau ramai, yang berukuran cukup besar dan terdapat tulisan dengan gambar serta di dalamnya terdapat maksud untuk memperkenalkan sesuatu.

Poster pada hakikatnya sama dengan iklan tetapi sasarannya lebih pada segi-segi sosial.23 Bila dilihat dari tujuannya, poster adalah media cetak yang di satu pihak adalah produk kehumasan (pulicity announcing some event), namun di pihak lain juga merupakan produk bisnis atau komoditas (...berupa iklan). Beda keduanya kadang-kadang sangat tipis, namun sebenarnya disparitas antara produk kehumasan dan produk bisnis bisa saja dibuat jelas-tegas, sesuai dengan tujuannya.

a. Poster sebagai produk humas: yakni sebuah poster yang dirancang untuk mengkomunikasikan atau menjelaskan sesuatu kepada audience, tidak atau hanya sedikit sekali unsur komunikasi bisnis di dalamnya. Artinya, tidak ada sama sekali tujuan bisnis di dalam rancangan maupun kegiatan produksi maupun exposure-nya.

b. Poster sebagai produk bisnis: Poster yang dengan sengaja dan sacara strategi dirancang untuk mengkomunikasikan suatu produk, atau perusahaan, agar khalayak sadar, dan akhirnya mengonsumsi, atau membeli suatu produk yang dikomunikasikan melalui poster tersebut.24

4. Sejarah Poster

Sampai sekarang belum ada yang dapat menjelaskan siapa yang pertama kali memproduksi atau memasang poster. Juga tidak ditemukan catatan, yang pertama kali diproduksi. Poster bila dilihat dari sisi kreatif medianya, poster

23

Artini Kusmiati R, Teori Dasar Disain Komunikasi Visual, (Jakarta: Djambatan, 1999), h. 87.

24

(37)

merupakan perkembangan dari tulisan di dinding dan gua-gua yang sudah lebih maju dan modern, dengan menggunakan teknik tinggi yang lebih beradab.

Meskipun bukan penemu, agaknya tokoh reformator abad 15, Martin Luther yang tercatat sebagai pengguna media cetak poster dengan exposure paling dahsyat. Karena merasa keberatan atas praktik tertentu dari Gereja Katolik (Paus Leo X) Luther menuliskan keberatan-keberatannya (yang dikenal dengan 95 Dalil atau Keberatan Luther yang ditulis dalam huruf latin), lalu menempelkan dalil itu di depan pintu gereja Wittenberg, Jerman. Penempelan poster itu dilakukan pada tanggal 30 Oktober 1517. ”On the Eve of All Saints, October 31st, 1517, Luther marched out of the Black Cloister gate towards the castke church. Inhis hands he held a poster, a hammer an some nails. He was spotted by a couple of university students who then followed him... the poster was printed by a local man who kept a copy from himself. Within two weeks the theses were reprinted and distributed throughout Germany, without Luther’s permission. Within another two weeks they had been transleted an were being read all over Europe. Little did Luther know they would eventually become the declaration of independence for the reformation movement that broke with the Catholic Church.”(Martin Luther: The German Monk Who Changed The Church: p.31)25

Melalui poster yang dibuat oleh Luther banyak jemaat dari gereja yang melihatnya kemudian jemaat terprovokasi oleh isi dari pesan yang termuat di dalam poster tersebut. Mereka yang belum sadar akhirnya bertindak, dari sini dapat dilihat letak keberhasilan poster. Setelah dua minggu maka dalil itu keluar di pintu gereja Wittenberg, pengaruh pikiran Luther tersebar ke seluruh Eropa, hingga akhirnya mendunia dan Luther mendapatkan simpati. Hal ini disebabkan isi dari Poster tersebut adalah memprotes Paus, inilah yang menyebabkan Luther dan pengikutnya dijuluki ”Protestan” dan pahamnya disebut ”Protestanisme”.

Ada satu pelajaran yang dapat diambil dari protes Luther yaitu, orang menjadi terbuka pikirannya bahwa poster memiliki power, exposure, dan daya yang luar biasa untuk mempengaruhi khalayak. Setelah kejadian itu pula di serambi-serambi dan pintu-pintu masuk tempat ibadah dipasang semacam poster,

25

(38)

di tempat ibadah orang Yahudi semacam poster disebut ”anales”, di Masjid juga dapat ditemukan poster.

Hingga kini seiring dengan kemajuan teknologi dan zaman kekreatifan untuk membuat poster lebih menarik lagi semakin dapat teruji dan dibuktikan. Dalam proses pembuatan poster mengalami proses kreatif yang panjang, dibutuhkan ketelitian dalam setiap detail gambar atau tulisan serta warna yang merupakan pelengkap kesempurnaan dari sebuah poster. Ukuran yang terbatas namun harus membuat banyak informasi dengan singkat, jelas dan padat tentu ini bukanlah hal mudah dalam proses pembuatan poster. Di dalam proses kreatif poster, biasanya dikenal adanya tiga macam pola pendekatan:

1. Dogmatis: Bahwasannya apa yang hendak kita sampaikan (what to say) dalam poster kepada audience, kita yakinin sebagai kebenaran yang mutlak, tak terbantahkan. Oleh karena itu diperlukan persuasi-persuasi yang meyakinkan, bahwa klaim yang bersifat dogmatis itu benar adanya.

2. Menjelaskan secara argumentatif (reason why): Dengan mengunakan logika yang beruntut, dari kalimat pertama dan terakhir saling terkait. Pada pendekatan ini, terdapat kaitan persoalan dan solusinya.

3. Menonjolkan daya tarik (appeal): memperlihatkan gambar/foto/kartun yang unik dan didukung dengan warna yang menarik sehingga yang melihat poster akan terpancing untuk melihat poster serta pesan yang disampaikan didalam poster.26

26

(39)

Jadi dalam proses pembuatan poster maka ketiga hal ini tidak boleh diremehkan dan dapat dikatakan suatu kewajiban guna mendapatkan poster yang menarik.

5. Poster Sebagai Media Dakwah

Media dakwah adalah segala sesuatu yang bisa digunakan sebagai alat guna mencapai tujuan dari dakwah yang telah ditentukan. Media dapat berupa barang (material), orang, tempat, kondisi tertentu dan lain sebagainya.

Media dakwah secara garis besar dapat digolongkan kepada:

1. Lisan, merupakan media yang paling mudah penggunaannya, yaitu dengan menggunakan lidah dan suara.

2. Tulisan, media ini berfungsi untuk menggantikan keberadaan da'i dalam proses dakwah, tulisan dapat menjadi alat komunikasi da'i dan mad’u.

3. Lukisan atau gambar atau ilustrasi, media ini berfungsi sebagai penarik lisan, merupakan media yang paling mudah penggunanya, yaitu dengan perhatian dan minat mad’u dalam mempertegas pesan dakwah.

4. Audio-Visual, media ini dapat merangsang indera penglihatan dan pandangan

mad’u.

5. Akhlak, yaitu langsung dimanisfestasikan dalam tingkah laku da'i.27

Seperti yang telah dijelaskan di atas berdakwah tidak hanya dilakukan dari mimbar ke mimbar atau dari masjid ke masjid, berdakwah bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja. Berdakwah dengan menggunakan poster mungkin bisa dikatakan sebagai alternatif lain, dengan kalimat yang singkat namun

27

(40)

mengandung berjuta makna, didukung gambar yang unik dan warna yang berani tentu memerlukan keahlian khusus bagi pembuat poster. Pembuat poster harus menyatukan pesan yang ingin disampaikan, diserasikan dengan gambar dan warna bukanlah hal yang mudah agar khalayak dapat mengetahui maksud dari pesan itu lebih mendalam.

Maraknya informasi yang disampaikan melalui media cetak telah membuka wacana baru atau meningkatkan kesadaran khalayak akan pentingnya pengetahuan melalui media cetak seperti buku, majalah, koran dan poster. Sebuah judul yang panjang, akan membuat orang malas berfikir dan cepat lupa, ingatan manusia pendek dan lagipula banyak hal yang jauh lebih penting untuk diingat, disamping pesan yang yang disampaikan poster. Jadi poster telah memiliki kelebihan sendiri dalam menyampaikan pesan dibanding media-media lain.

Kekuatan informasi yang disampaikan media massa demikian hebat, sehingga aktivitas tabligh penting untuk bisa masuk ke dalam wilayah itu, artinya para mubaligh perlu menyiapkan dirinya untuk keahlian bertabligh melalui tulisan di media massa. Setidaknya harus ada sebagian di antara mereka yang membidangi aktifitas tablighnya melalui tulisan, di samping aktifitas di bidang lain, karena jika ini tidak diantisipasi, maka dikhawatirkan masyarakat pembaca akan terbentuk oleh pesan ”kering” tanpa nilai-nilai agama.28

Para pengelola media massa kini yang umumnya lebih berpegang pada kebebasan dan keterbukaan serta dipicu oleh target bisnis, bukan hal yang aneh bila kekhawatian tadi akan terjadi. Dari kegelisahan yang diakibatkan oleh media

28

(41)

massa maka untuk mengantisipasinya diperlukan pencerahan dalam media massa, dengan menggunakan berbagai media seperti poster, koran, majalah sehingga masyarakat tidak bosan hanya mendapatkan dakwah melalui mimbar dan tentunya media massa memiliki pesan-pesan kesadaran akan suatu kebenaran yang dilandasi dengan nilai-nilai agama.

B. Analisis Semiotik

Penulis Prancis Michel Butor beranggapan bahwa masalah manusia adalah mencari arti dari yang tidak mempunyai arti. Dinyatakan juga ”semua mempunyai arti, atau tidak satupun mempunyai arti.” Apakah semua mempunyai arti, atau tidak satupun mempunyai arti ini merupakan permasalahan filosofis atau permasalahan teologis yang tidak akan saya bicarakan dalam buku ini. Titik tolak saya adalah kenyataan tak terbantahkan bahwa manusia mencari arti dalam benda-benda dan gejala-gejala yang mengelilinginya dan bahwa dia, tepat atau tidak tepat, benar atau salah, memberikan arti. Karena manusia mampu, maka ia dapat memberikan arti pada benda-benda dan gejala-gejala.29

Kata semiotika berasal dari kata Yunani semeion, yang berarti tanda. Maka semiotika berarti ilmu tanda. Semiotika adalah cabang ilmu yang berurusan dengan pengkajian tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda, seperti sistem tanda dan proses yang berlaku bagi pengguna tanda.30

”Semiotika merupakan bidang studi tentang tanda dan cara tanda-tanda itu bekerja (dikatakan juga semiologi). Dalam memahami studi tentang makna setidaknya terdapat tiga unsur utama yakni; (1) tanda, (2) acuan tanda, dan (3)

29

Art Van Zoest, Semiotika Tentang Tanda, Cara Kerjanya dan Apa yang Kita Lakukan Dengannya, (Jakarta: Yayasan Sumber Agung, 1993), h. xv-xvi.

30

(42)

pengguna tanda. Tanda merupakan sesuatu yang bersifat fisik, bisa dipersepsikan indra kita, tanda mengacu pada sesuatu di luar tanda itu sendiri, dan bergantung pada pengenalan oleh penggunanya sehingga disebut tanda. Misalnya: mengacungkan jempol kepada teman kita yang berprestasi. Dalam hal ini, tanda mengacu sebagi pujian dari pengacung dan ini diakui seperti itu baik oleh pengacung maupun teman yang berprestasi itu. Maka disampaikan dari pengacung kepada teman yang berprestasi maka komunikasi pun berlangsung.”31

Ada dua tokoh penting dalam semiotika, yaitu Ferdinand de Saussure dan Charle Sanders Pierce. Meski semiotika sendiri sebenarnya sudah ada sejak masa sebelum mereka, tapi keduanya dianggap sebagai peletak dasar konsep semiotika. Selanjutnya sejumlah semiotisian, mengembangkan metode analisis tanda ini berdasarkan apa yang telah diletakkan oleh Saussure dan Pierce.

“Semiotika (semiotics) didefinisikan oleh Ferdinand de Saussure di dalam

course in General Linguistics, sebagai ”Ilmu yang mengkaji tentang tanda sebagai bagian dari kehidupan sosial.”32 Semiotika sebagai suatu model dari ilmu pengetahuan sosial memahami dunia sebagai sistem hubungan yang memiliki unit dasar yang disebut dengan ”tanda”. Saussure mengemukakan dua konsep dalam semiotika, yaitu penanda dan petanda. Keduanya, mengaklerisasi “tanda”. Jadi, dalam setiap “tanda” ada dua unsur “penanda” dan “petanda”. Penanda adalah konsep akustik/suara/kalimat. Sedangkan petanda adalah konsep mental. Pendapat Saussure mempengaruhi sejumlah pemikiran seperti Derrida, Barthes, Baudrillard.

31

Fahri Firdaus, Semiotika: Tanda dan Makna,www. Perspektif.htm.

32

(43)

Sedangkan Pierce melihat ada tiga hal penting dalam semiotika yang bisa dijelaskan melalui Tanda, objek, dan interpretan. Pierce juga berpendapat bahwa “Penginterpretasi harus mensulapi bagian dari sebuah tanda. Dia menulis bahwa tanda adalah sesuatu yang berdiri untuk seseorang atau sesuatu yang mencerminkan suatu kapasitas atau kepentingan tertentu.33

Aart Van Zoest seperti yang dikutip Sudjiman mengatakan, “Semiotika adalah ilmu tentang tanda dan segala yang berhubungan dengannya; cara berfungsinya, hubungannya dengan tanda-tanda lain, dan penerimanya, dan penerimanya oleh mereka yang mempergunakannya.”34 Semiotika dapat diterapkan dalam bidang apa saja di mana tanda digunakan dan mencakup baik suatu representasi dan interpretasi, suatu denotantum dan interpretant.35

Menurut Dick Hartoko (1984, dalam Santosa, 1993:3) memberi batasan, semiotik adalah bagaimana karya itu ditafsirkan oleh para pengamat dan masyarakat lewat tanda-tanda atau lambang-lambang. Luxemburg (1984), seperti dikutip Santosa (1993:3) menyatakan bahwa semiotik adalah ilmu yang secara sistematis mempelajari tanda-tanda dan lambang-lambang, sistem-sistemnya dan proses pelambangannya.36

Semiotika bisa juga dikatakan sebagai ilmu yang mempelajari makna dari tanda yang disembunyikan maksud atau makna yang sebenarnya oleh si pembuat tanda, dan semiotik yang mempunyai peran untuk mengungkap makna di

33

Arthur Asa Berger, Media Analysis Technique: Second Edition, (Yogyakarta: Penerbitan Universitas Atma Jaya, 2000), h. 4.

34

Panuti Sudjiman dan Aart van Zoest, Serba-serbi Semiotika, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1992), h. 38.

35

Aart Van Zoest, Semiotika: Tentang Tanda, Cara Kerjanya, dan Apa yang Kita Lakukan Dengannya, (Jakarta: Yayasan Sumber Agung, 1993), h. x.

36

(44)

belakang tersebut, bisa juga digunakan sebagai metode untuk mengetahui pemaknaan di belakang tanda yang bersifat audio-visual.

Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda. Tanda-tanda tersebut menyampaikan suatu informasi sehingga bersifat komunikatif. Ia mampu menggantikan sesuatu yang lain yang dapat dipikirkan atau dibayangkan. Cabang ilmu ini semula berkembang dalam bidang bahasa, kemudian berkembang pula dalam bidang seni rupa dan desain komunikasi visual. Sementara itu, Charles Sanders Pierce, menandaskan bahwa kita hanya dapat berpikir dengan medium tanda. Manusia hanya dapat berkomunikasi lewat sarana tanda.

Tanda dalam kehidupan manusia bisa tanda gerak atau isyarat. Lambaian tangan yang bisa diartikan memanggil atau anggukan kepala dapat diterjemahkan setuju. Tanda bunyi, seperti tiupan peluit, terompet, genderang, suara manusia, dering telpon. Tanda tulisan, di antaranya huruf dan angka. Bisa juga tanda gambar berbentuk rambu lalulintas, dan masih banyak ragamnya (Noth, 1995:44).

Dari beberapa kutipan di atas bahwa semiotika merupakan ilmu yang mendeteksi kebenaran suatu tanda serta hakikat konvensi sosial yang terbangun sebelumnya dari tanda tersebut yang membuatnya memiliki arti tertentu mencerminkan arti untuk suatu kapasitas atau kepentingan tertentu. Hubungan antara tanda ini dapat dilihat dari sisi pengirim tanda maupun penerima tanda, serta efek yang terjadi pasca terjadinya pemahaman dari sisi penerima tanda.

(45)

Ikon adalah tanda yang mirip dengan objek yang diwakilinya. Dapat pula dikatakan, tanda yang memiliki ciri-ciri sama dengan apa yang dimaksudkan. Misalnya, foto Sri Sultan Hamengkubuwono X sebagai Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat adalah ikon dari Pak Sultan. Peta Yogyakarta adalah ikon dari wilayah Yogyakarta yang digambarkan dalam peta tersebut. Cap jempol Pak Sultan adalah ikon dari ibu jari Pak Sultan.

Indeks merupakan tanda yang memiliki hubungan sebab akibat dengan apa yang diwakilinya. Atau disebut juga tanda sebagai bukti. Contohnya: asap dan api, asap menunjukkan adanya api. Jejak telapak kaki di tanah merupakan tanda indeks orang yang melewati tempat itu. Tanda tangan (signature) adalah indeks dari keberadaan seseorang yang menorehkan tanda tangan itu.

Simbol merupakan tanda berdasarkan konvensi, peraturan, atau perjanjian yang disepakati bersama. Simbol baru dapat dipahami jika seseorang sudah mengerti arti yang telah disepakati sebelumnya. Contohnya: Garuda Pancasila bagi bangsa Indonesia adalah burung yang memiliki perlambang yang kaya makna. Namun bagi orang yang memiliki latar budaya berbeda, seperti orang Eskimo, misalnya, Garuda Pancasila hanya dipandang sebagai burung elang biasa.37

Analisis semiotik pada iklan secara khusus dikembangkan oleh berbagai ahli, yaitu Gillian Dyer, Torben Vestegaard, dan Judith Williamson. Mereka berpendapat bahwa dalam semiotika poster/iklan terdapat tiga dimensi yaitu (1) Objek, yang merupakan unsur-unsur tanda dari sebuah poster, (2) Konteks, yang

37

(46)

merupakan, lingkungan, makhluk atau apapun yang memberikan tanda pada objek, dan (3) Teks, berupa tulisan yang memperkuat makna.

Tabel 2.1

Metode Gillian Dyer, Torben Vestegaard, dan Judith Williamson38

Objek Konteks Teks

Entitas Visual/Tulisan Visual/Tulisan Tulisan Fungsi Elemen tanda yang

Tanda Tanda Semiotik Tanda Semiotik Tanda Linguistik

Menurut Yasraf Amir Piliang mengenai elemen-elemen tanda adalah, “penggunaan metode semiotik dalam penelitian desain harus didasarkan pada pemahaman yang komprehensif mengenai elemen-elemen dasar semiotik. Elemen dasar dalam semiotik adalah tanda (penanda/petanda), aksis tanda

(sintagma/system), tingkat tanda (denotasi/konotasi), serta relasi tanda

(metafora/metonimi).”39

Pada elemen tanda antara penanda (signifier), dan petanda (signified) tidak dapat dipisahkan penanda sebagai penjelas bentuk atau ekspresi dan petanda sebagai penjelas konsep atau makna.

38

Yasraf Amir Piliang, Hipersemiotika, h. 263.

39

(47)

Gambar 2.1 Komponen Tanda40

Penanda + Petanda = Tanda

Pemikiran Saussure yang paling penting dalam konteks semiotik adalah pandangannya mengenai tanda. Saussure meletakkan tanda dalam konteks komunikasi manusia dengan melakukan pemilihan antara apa yang disebut

signifier (penanda) dan signified (petanda).

Gambar 2.2

Elemen-elemen Makna Saussure41

Signifier adalah bunyi yang bermakna atau coretan yang bermakna (aspek material), yakni apa yang dikatakan dan apa yang ditulis/dibaca. Signified adalah gambaran mental, yakni pikiran atau konsep aspek mental dari bahasa. Hubunganantara kedua tanda dan konsep mental tersebut dinamakan signification.

40

Ibid., h. 258.

41

Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 125.

(48)

Kemudian pada elemen aksis tanda melibatkan apa yang disebut aturan pengkombinasian (rule of combination), yang terdiri dari dua aksis yaitu aksis paradigmatik yaitu perbendaharaan tanda atau kata serta sintagmatik yaitu cara pemilihan dan pengkombinasian tanda-tanda, berdasarkan aturan atau kode tertentu, sehingga dapat menghasilkan ekspresi bermakna.

Gambar 2.3 Aksis Tanda42

Sintagma

Paradigma

Berdasarkan aksisis yang dikembangkan Saussure tersebut, Roland Barthes mengembangkan sebuah model relasi antara apa yang disebut sistem, yaitu perbendaharaan tanda (kata, visual, gambar, benda) dan sintagma, yaitu cara pengkombinasian tanda berdasarkakn aturan main tertentu. Barthes melukiskan berbagai relasi di dalam berbagai sistem bahasa tertentu sebagai berikut:

42

(49)

Tabel 2.2

Gambaran ”Barthes” Mengenai Aksi Tanda43

Sistem Sintagma

System garmen Elemen-elemen pakaian yang Tidak dapat dipakai

System makanan Elemen makanan yang tidak lazim dimakan pada waktu bersamaan: nasi, lontong, kentang

Menu makanan

System furniture Beragam gaya untuk jenis furniture yang sama: barok, rococo, art deco, posmodern

Penjajaran furniture yang berbeda di dalam ruangan yang sama: meja-kursi-sofa

System arsitektur Beragam gaya pada elemen arsitektur yang sama: korintia, lonia, mediterania

Detail dari seluruh bangunan

Roland Berthes juga mengembangkan dua tingkatan pertandaan yang memungkinkan untuk dihasilkannya makna yang juga bertingkat-tingkat, yaitu tingkat denotasi yang merupakan tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan antara penanda dan petanda atau antara tanda dan rujukannya pada realitas, yang menghasilkan makna eksplisit, langsung dan pasti.

43

(50)

Kemudian tingkat konotasi yang merupakan tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan antara penanda dan petanda yang di dalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung dan tidak pasti (artinya terbuka pada berbagai kemungkinan).

Bagan 2.1

Tingkat Tanda dan Makna ”Berthes”44

Selanjutnya relasi tanda ada dua bentuk interaksi utama yang dikenal, yaitu metafora yang merupakan sebuah model interaksi tanda, yang didalamnya sebuah tanda dari sebuah sistem yang lainnya. Dan metonimi yang merupakan interaksi tanda, yang didalamnya terdapat hubungan bagian dengan keseluruhan. Relasi antara metafora dan metonimi banyak digunakan di dalam iklan/poster sebagai dua figure of speech, untuk menjelaskan makna-makna secara tidak langsung.

Perkembangan kajian semiotik sampai saat ini telah membedakan dua jenis semiotik, yaitu semiotika komunikasi dan semiotika signifikasi. Pada semiotika komunikasi bahwa jika seseorang melihat/mendengar sebuah iklan/ poster, yang dirasakan adalah bahwa dia sedang berkomunikasi, agar kita membeli barang yang dipromosikan tersebut, mempengaruhi orang untuk membeli suatu jasa atau produk, untuk menciptakan respon prilaku di pasaran, membawa pesan yang ingin disampaikan oleh produsen kepada khalayak ramai,

44

Ibid., h. 262.

(51)

dan tujuan yang dimaksud dalam poster yang sedang berkomunikasi itu adalah dalam jangka waktu panjang.

Sedangkan dalam semiotika signifikasi merupakan suatu bentuk analisa dimana poster tersebut memberikan tekanan pada pemahaman sebagai bagian dari proses semiosis, yang terpenting dalam semiotika signifikasi ini adalah interpretant. Pada poster yang dikaji dari segi semiotika signifikasi ini biasanya pada poster yang bersifat persuasif. Sehingga pembuat poster sangat memperhitungkan dampak komunikasi periklanan yang direncanakan. Dalam hal ini bisa disebut sebagai gethok tular, dimana dalam proses pengiklanan ini yang diharapkan dalam iklan adalah proses semiotik yang berjalan terus.

Jadi dalam menganalisa sebuah poster tidak hanya gambar yang digunakan, analisa ini membutuhkan lambang dan ikon untuk diinterpretasikan. Bahasa memang menjadi alat dalam analisa ini tetapi yang terpenting adalah keseluruhan yang terdapat di dalam poster, mulai dari gambar, warna, dan bahasa.

C. Sekilas Tentang HIV/AIDS

(52)

Pada tahun 1980 di kota San Francisco, Amerika Serikat para dokter dikejutkan oleh temuan penyakit yang belum pernah dikenal sebelumnya, yang hanya terdapat pada kaum homoseksual. 45 Penyakit AIDS kemudian melalui kaum homeseksual yang berfungsi ganda (bisexsual) menulari perempaun-perempuan pelacur, dari sini menulari lagi para pelanggannya laki-laki normal, kemudian menulari lagi laki-laki dan perempuan yang melakukan hubungan perzinahan (seks bebas, perselingkuhan dan pelacuran), dari sini pula lah kemudian menulari ibu-ibu rumah tangga dan bayi-bayi yang dikandungnya.

Di Indonesia penyebaran penyakit ini terjadi pada tahun 1987, dengan kecepatan 1 menit 5 orang tertular.46 Penularannya dikarenakan teknologi transportasi yang canggih, yang memungkinkan orang berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Penyakit HIV/AIDS adalah penyakit kelamin namun penularannya dapat pula melalui trasfusi darah, jarum suntik yang tercemar (pada pecandu narkotika), bayi dalam kandungan melalui tali pusat ibu dan lainnya sehingga orang yang tidak “nakal” pun dapat tertular penyakit ini.

Pencegahan adalah yang paling baik yaitu tidak melakukan perzinahan dan tidak mengkonsumsi NAZA (Narkotika, Alkohol, dan Zat akditif). Karena sebenarnya antara NAZA dan HIV/AIDS mempunyai keterkaitan erat. penyakit ini sampai sekarang belum ditemukan obatnya, namun saat ini pemerintah tengah mengembangkan obat ARV (Anti-Retro Virus) yaitu anti virus HIV. Tetapi, tidak bisa menuntaskan; hanya bisa menekan perkembangbiakan virus. Penderita yang mengonsumsi obat ini akan mengalami penurunan kadar virus HIV dalam

45

Dadang Hawari, Global Effect HIV/AIDS Dimensi Psikoreligi, (Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006), h. 2.

46

(53)

darahnya, namun darahnya tetap mengandung HIV. Harga obat ini mahal. Sejauh ini masih mendapat subsidi pemerintah, namun bisa saja apabila semakin banyak ODHA akan membuat pemerintah susah dalam pengadaan obat dan mulai menetapkan tarif pada obat ARV, walaupun sejauh ini obat masih diberikan secara gratis.

Namun tidak semua orang dapat diberi obat ini, harus memenuhi kriteria tertentu. Setelah dites kadar daya tahan tubuhnya, kalau muncul gejala ke AIDS, akan diberikan. Obat ini harus diminum seumur hidup, tidak boleh putus. Kalau putus atau berhenti mengonsumsinya, virusnya akan lebih ganas dan makin banyak.

Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) tampak sehat, ODHA yang menulari dan ditulari tidak dapat merasakan penyakit ini. Penyebarannya sembunyi-sembunyi, tahu-tahu kita dapati orang itu sudah memasuki fase AIDS seperti badan mengurus, mencret-mencret dan lama sembuh, batuk kronis, jamur dimulutnya. Baru sadar, orang tersebut terinfeksi HIV/AIDS.

Kepala Divisi Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) dan Advokasi Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Andrianus Tanjung di Jakarta Kamis (12/8) total orang yang terkena HIV/AIDS hingga 30 Juni 2004 sebanyak 4.389 dan yang menjadi korban kebanyakan adalah generasi muda.

(54)

keinginan untuk berhubungan intim ditolak pacar, maka hasrat yang tak terpenuhi itu mungkin dialihkan ke PSK (pekerja seks komersil).

(55)

BAB III

GAMBARAN UMUM POSTER YAYASAN PELITA ILMU TENTANG HIV/AIDS DAN YPI

A. Latar Belakang Pembuatan Poster

HIV/AIDS merupakan penyakit yang biasanya menular melalui hubungan intim yang tidak sehat, ada yang mengatakan penyakit kelamin yang dapat menyerang siapa saja. Penyakit HIV/AIDS menular dengan sangat cepat, semakin hari semakin banyak saja korban yang terjangkit virus yang mematikan ini. Peningkatan ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) dikarenakan kurangnya media atau informasi tentang HIV/AIDS, kurangnya kewaspadaan atau kepedulian tentang HIV/AIDS terutama dikalangan remaja. Sebenarnya apabila dari dini anak atau remaja diberikan pengetahuan yang luas tentang HIV/AIDS, mulai dari apa itu HIV/AIDS, bagaimana proses penyebarannya, dampak yang diterima serta bagaimana agama sendiri memandangnya. Setidaknya ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) akan mengalami penurunan dan anak bisa atau remaja bisa menjaga dirinya sendiri.

(56)

Pemerintah dan para aktifis kesehatan telah menerbitkan berbagai jenis media promosi kesehatan. Diantara media promosi kesehatan yang diterbitkan termasuklah media cetak dan media eletronik. Diantara media yang diterbitkan seperti, buku kecil, poster, dokumentasi dan bahan pameran. Kesemua bahan promosi kesehatan ini digunakan oleh Pemerintah dan para aktifis kesehatan yang konsen dibidang HIV/AIDS untuk menjalankan aktfitas pengetahuan tentang penyakit HIV/AIDS.

B. Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dari pembuatan poster yang dikeluarkan oleh YPI terhadap HIV/AID adalah agar semua orang tidak melakukan seks bebas, mencegah atau menunda hubungan seks sampai dengan menikah, setia pada satu pasangan, waspada dalam pergaulan, peduli dengan ODHA dengan memberikan dukungan serta tidak ikut menjauhinya, sadar akan dampak HIV/AIDS yang bisa menyerang siapa saja terutama remaja.

C. Konsep Dasar Pembuatan Poster

(57)

Poster harus sesuai dengan karakteristik khalayak pada umumnya yakni pada proses pembuatannya khalayak dilibatkan untuk memperbaiki draft poster yang telah dibuat oleh YPI.

D. Dampak Yang Diterima Oleh Masyarakat

Dampak yang diterima oleh masyarakat terhadap poster yang dikeluarkan oleh YPI tentang HIV/AIDS sejauh ini mendapatkan respon yang baik. Banyak masyarakat terutama anak muda atau remaja yang berkunjung ke YPI awalnya hanya untuk mengetahui lebih dalam apa HIV/AIDS lalu berlanjut dengan konsultasi masalah kesehatan reproduksi hingga dalam berhubungan intim, ada juga yang melakukan tes HIV/AIDS, bahkan ada yang dengan berani mengakui bahwa dirinya terjangkit virus ini dan meminta bantuan dalam pengadaan obat.

E. Gambaran Umum Yayasan Pelita Ilmu 1. Sejarah Berdiri YPI

Yayasan Pelita Ilmu (YPI) adalah sebuah lembaga swadaya masyarakat dan bersifat nirlaba yang didirikan pada tanggal 4 Desember 1989 di Jakarta atas prakarsa dua orang dokter dan seorang sarjana kesehatan masyarakat, berdasar pada kepedulian mereka terhadap permasalahan kesehatan di Indonesia.

Gambar

gambar, warna, dan kata-kata  yang singkat namun unik sehingga membuat khalayak menjadi tertarik dengan makna yang terdapat dibalik poster tersebut
Tabel 2.1 Metode Gillian Dyer, Torben Vestegaard, dan Judith Williamson ... 31
Gambar 2.1 Komponen Tanda ...................................................................
gambar dan kata-kata, terutama pada poster YPI terhadap HIV/AIDS sehingga
+7

Referensi

Dokumen terkait

GERSON RAMANDEY, Penguatan Kapasitas Yayasan Primari Dalam Pencegahan Orang Dengan HIV/AIDS ( ODHA) di Kelurahan Karang Tumaritis Kabupaten Nabire, dibimbing oleh NELSON

Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap satu orang yang positif HIV/AIDS dan dua orang yang negatif HIV/AIDS adalah orang yang postif HIV/AIDS dalam

Penelitian ini bertujuan untuk menyajikan data penyakit HIV dan AIDS dan Membantu pemerintah untuk mengontrol dan menekan persebaran HIV dan AIDS di Kota Yogyakarta

Hubungan Antara Depresi Dengan Kualitas Hidup Aspek Sosial Pada Orang Dengan HIV/Aids (ODHA) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

PELAYANAN DILAKUKAN SECARA KONFREHENSIF DAN TERPADU DALAM RANGKA MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP ORANG DENGAN HIV/AIDS DAN MENGURANGI DAMPAK SOSIAL DARI HIV/AIDS3. MENINGKATKAN

Yayasan Kanti Sehati Kota Jambi yang berfokus kan kepada pemberian dukungan sosial dan telah menangani ratusan Orang dalam HIV/AIDS (ODHA), peneliti bermaksud

Terdapat hubungan bermakna antara lama menderita dengan kualitas hidup pada domain psikologis pasien HIV/AIDS RSUP Dr.. Kata kunci : kecemasan, kualitas

Masih terdapat pasien orang dengan HIV/AIDS (ODHA) yang memiliki kualitas hidup yang rendah dan tingkat spiritualitas yang rendah.Berdasarkan uraian di atas, maka