• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kemampuan Berbahasa Inggris Lulusan SMK Bisnis dan Manajemen di Kabupaten Deli Serdang Kaitannya Terhadap Kesempatan Kerja di Dunia Usaha dan Dunia Industri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kemampuan Berbahasa Inggris Lulusan SMK Bisnis dan Manajemen di Kabupaten Deli Serdang Kaitannya Terhadap Kesempatan Kerja di Dunia Usaha dan Dunia Industri"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

Oleh

MEILDA PUSPITA UMRA

077003044/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010

SE

K O L A H

P A

S C

A S A R JA

(2)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magíster Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

MEILDA PUSPITA UMRA

077003045/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Nama Mahasiswa : Meilda Puspita Umra Nomor Pokok : 077003044

Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE) Ketua

(Kasyful Mahalli,SE, M.Si) (Drs. Rujiman, MA) Anggota Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. Bachtiar Hassan Miraza) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc)

(4)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. lic. rer. reg. Sirojuzilam, SE

Anggota : 1. Kasyful Mahalli, SE. M.Si

2. Drs. Rujiman, MA

3. Prof.Aldwin Surya, SE, M.Pd, PhD

(5)

LULUSAN SMK BISNIS DAN MANAJEMEN

DI KABUPATEN DELI SERDANG TERHADAP KESEMPATAN

KERJA DI DUNIA USAHA DAN DUNIA INDUSTRI

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, Maret 2010

(6)

Kerja di Dunia Usaha dan Industri” di dibawah bimbingan Prof.Dr.lic.rer.reg.Sirojuzilam, SE, Kasyful Mahalli,SE, M.Si dan Drs. Rujiman, MA

Globalisasi menjadi sebuah tantangan dalam peningkatan kualitas sumberdaya manusia dalam menghadapi persaingan dunia kerja. Globalisasi membuat persaingan kerja dan bisnis akan lebih hebat dari sebelumnya dan Indonesia sebagai sebuah Negara berkembang yang tidak bisa lepas dari pengaruh globalisasi, harus memiliki kesiapan sumber daya manusia yang handal dan kompetitif serta mampu menguasai bahasa Internasional yaitu Bahasa Inggris

Kabupaten Deli Serdang yang memiliki letak geografis yang strategis dekat dengan kota Medan dan merupakan daerah pengembang kota Medan. Kota Medan sebagai pusat pemerintah Propinsi Sumatera Utara adalah merupakan kota terbesar di luar pulau Jawa sehingga letak geografis wilayah Kabupaten Deli Serdang yang mengelilingi kota Medan strategis untuk berbagai kegiatan seperti industri, pariwisata, pertanian, perdagangan dan kegiatan lain.

Pada penelitian ini terdapat 96 sampel dari Lulusan SMK Bisnis dan Manajemen di Kabupaten Deli Serdang Tahun Pelajaran 2005 – 2006 dari dua kecamatan yaitu kecamatan Labuhan Deli dan Sunggal. Hasilnya terdapat hubungan positif dan signifikan antara kemampuan berbahasa Inggris lulusan SMK Bisnis dan Manajemen di Kabupaten Deli Serdang terhadap Kesempatan Kerja, dengan indeks korelasi Spearman rs = 0,576 pada taraf signifikansi 0,01. Dan selanjutnya

berdasarkan hasil jawaban responden sebanyak 65,62 % menyatakan bahwasannya Kemampuan Berbahasa Inggris menjadi persyaratan di dunia kerja.

Dalam penelitian ini juga ditemukan bahwasannya bahasa Inggris berkontribusi terhadap pengembangan wilayah. Banyaknya perusahaan dalam Penanaman Modal Asing di Kabupaten Deli Serdang yang membutuhkan tenaga kerja yang mampu berbahasa Inggris serta banyaknya perusahaan yang menjadikan bahasa Inggris sebagai salah satu kualifikasinya. Dengan memiliki sumberdaya manusia yang berkualitas dan mampu berbahasa Inggris yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja, tentunya akan mengurangi jumlah pengangguran di Kabupaten Deli Serdang. Dan diharapkan keterserapan ini dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan wilayah di Kabupaten Deli Serdang.

(7)

Vocational Graduate in Deli Serdang Regency associated with Job Opportunity in Business and Industry World, under the guidance, Prof.Dr.lic.rer.reg.Sirojuzilam, SE, Kasyful Mahalli,SE, M.Si dan Drs. Rujiman, MA

Globalization becomes a challenge in improving the quality of human resources in facing competitive work world. Globalization makes labor and business competition will be more powerful than before and Indonesia as a developing country that can not be separated from the influence of globalization must have the readiness of human resources that are reliable, competitive and able to master the international language of English.

Deli Serdang Regency has a strategic geographical location close to the city of Medan and is the developer of Medan. As the center of Medan, North Sumatra Province government is the largest city outside Java, so the geographical position of Deli Serdang Regency area surrounding the city of Medan to strategic activities such as industry, tourism, agriculture, trade and other activities.

In this study there were 96 samples of Business and Management Vacational Graduate Batch 2005 – 2006 from two districts, they are Labuhan Deli and Sunggal. The result is positive and significant relationship between English Ability of Business and Management Vacational Graduate to Job Opportunity, with a Spearman correlation index rs = 0.576 at 0.01 significance level. And then based on the results

of the respondent's answer as many as 65.62% stated that English ability is required in the work world.

In this study also found that English contribute to regional development. The number of firms in Foreign Investm`ent in Deli Serdang district that requires workers who can speak English and the number of companies that make the English language as one of the qualification. By having qualified human resources who are able to speak English and are in accordance with the needs of the working world, of course, would reduce the number of unemployed in Deli Serdang regency. And this absorption is expected to contribute to the development of areas in Deli Serdang regency.

(8)

telah selesai melaksanakan penelitian yang berjudul “Kemampuan Berbahasa Inggris Lulusan SMK Bisnis dan Manajemen di Kabupaten Deli Serdang Kaitannya Terhadap Kesempatan Kerja di Dunia Usaha dan Dunia Industri”. Penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains (M.Si) pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang turut memberikan bantuan dan dukungan, baik sewaktu penulis mengikuti proses perkuliahan maupun pada saat penulis melakukan penelitian. Ucapan terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada yang terhormat:

1 Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B. MSc., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

2 Bapak Prof. Bachtiar Hassan Miraza, selaku Ketua Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD).

3 Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirozujilam, SE selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah banyak memberi bimbingan serta arahan dalam penelitian ini.

4 Bapak Kasyful Mahalli, SE. M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak memberi bimbingan serta arahan dalam penulisan penelitian ini

5 Bapak Drs. Rujiman, MA. selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak memberi bimbingan serta arahan dalam penulisan tesis ini.

6 Bapak Prof. Aldwin Surya, SE,MPd, PhD., Ami Dilham, SE, M.Si yang bersedia menjadi dosen penguji serta telah memberikan masukan dan arahan yang bermanfaat dalam penulisan tesis ini.

(9)

DEPDIKNAS Tahun Anggaran 2007 sampai dengan 2009.

9 Lulusan SMK Bisnis dan Manajemen di Kabupaten Deli Serdang yang telah menjadi responden dan telah meluangkan waktu untuk membantu penulis dalam menyelesaikan tesis.

10 Segenap pimpinan, staf dan guru SMA PAB 6 Helvetia yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan tesis.

11 Teristimewa buat suami dan anakku ‘Yeyen Tristianto,SE dan Athaya Arrumi Trista’ dimana selama penulis mengerjakan tesis ini berkurang perhatian yang harus mereka terima, namun tetap setia mendampingi dan mendukung dalam penyelesaian tesis ini.

12 Orangtua penulis M. Rasyid Muchtar/ Umi Kalsum Asmur, Adik M.Apreza Umra, Bunda Hj. Raihanum Asmur, SH dan Mertua penulis Anwar Marsiman/ Zaleha beserta seluruh keluarga yang terus mendukung selama penulis menyelesaikan pendidikan.

Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih kurang sempurna oleh karena itu penulis berkenan menerima kritik dan saran demi perbaikan. Akhirnya penulis mengucapkan terimakasih.

Medan, Maret 2010 Penulis

(10)
(11)

DAFTAR ISI

2.1.Sekolah Menengah Kejuruan ... 10

2.1.1. Arti Pendidikan Kejuruan ... 10

2.1.2. Fungsi Pendidikan Kejuruan ... 11

2.1.3. Tujuan Pendidikan Kejuruan ... 12

2.1.4. Karakteristik Pendidikan Kejuruan ... 13

2.2.Konsep Link and Match... 14

2.2.1 Link and Match dalam Wawasan Sumberdaya Manusia ... 14

2.2.2 Link and Match dalam Wawasan Masa Depan ... 15

2.2.3 Link and Match dalam Wawasan Mutu ... 16

2.2.4 Link and Match dalam Wawasan Keunggulan... 18

(12)

2.2.6 Link and Match dalam Wawasan Nilai Tambah ... 21

2.2.7 Link and Match dalam Wawasan Efisiensi ... 22

2.3. Aspek – aspek Ketenagakerjaan... 25

2.3.1. Sumber Daya Manusia ... 25

2.3.2. Lapangan kerja dan Kesempatan Kerja... 28

2.4. Keterkaitan antara Pendidikan, Ketenagakerjaan dengan Pengembangan Wilayah... 30

2.4.1. Pengembangan Wilayah... 30

2.4.2. Pendidikan dan Ketenagakerjaan dalam Konteks Pengembangan Wilayah... 33

2.5. Bahasa Inggris... 37

(13)

4.3 Kondisi Pendidikan dan Ketenagakerjaan di

Kabupaten Deli Serdang ... 71

4.4 Profil Responden... 75

4.5 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen... 79

4.6 Hubungan Kemampuan Berbahasa Inggris Lulusan SMK Bisnis dan Manajemen di Kabupaten Deli Serdang Kaitannya Dengan Kesempatan Kerja di Dunia Usaha/ dunia Industri ... 80

4.7 Kontribusi Kemampuan Berbahasa Inggris ONTRIBUSI Terhadap Pengembangan Wilayah... 85

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………. 93

5.1 Kesimpulan ... 93

5.2 Saran... 94

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1 Jumlah Unit Usaha Industri di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008 ... 3

1.2 Kemampuan Bahasa Inggris Siswa SMK Bisnis dan Manajemen di Kabupten Deli Serdang ... 7

3.1 Jumlah Alumni SMK Swasta Bisnis dan Manajemen di Kabupaten Deli Serdang Tahun Pelajaran 2005-2006 ……… 61

3.2 Variabel, Sub variabel, Indikator dan Model Instrumen Penelitian... 66

4.1 Nama Sekolah dan Kecamatan di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008…… 69

4.2 Nama Sekolah dan Program Keahlian SMK Bisnis dan Manajemen di Kabupaten Deli Serdang ……… 70

4.3 Indikator Angkatan Kerja di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008 ... 72

4.4 Jumlah Angkatan Kerja Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kabupaten Deli Serdang ... 72

4.5 Lowongan Pekerjaan yang Terdaftar dan Telah Dipenuhi Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008 ... 74

4.6 Distribusi Responden Menurut Kelompok Umur ... 75

4.7 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin... 76

4.8 Distribusi Responden Menurut Jurusan/ Program Keahlian... 76

4.9 Distribusi Kegiatan Responden... 77

4.10 Distribusi Bidang Pekerjaan Responden... 78

4.11 Distribusi Responden Menurut Jenis Pekerjaan... 78

4.12 Uji Korelasi Hubungan Kemampuan Berbahasa Inggris Lulusan SMK Bisnis dan Manajemen di Kabupaten Deli Serdang Dengan Kesempatan Kerja di Dunia Usaha dan Dunia Industri... 81

4.13 Kemampuan Berbahasa Inggris Kaitannya Dengan Kesempatan Kerja... 83

4.14 Jumlah Unit Usaha dan Industri di Kabupatan Deli Serdang Tahun 2008 ... 90

(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuesioner Kemampuan Berbahasa Inggris Lulusan SMK Bisnis dan Manajemen di Kabupaten Deli Serdang

Kaitannya Dengan Kesempatan ... 97 2. Kuesioner Kemampuan Berbahasa Inggris Lulusan SMK

Bisnis dan Manajemen ... 99  

3. Kuesioner Kesempatan Kerja Lulusan SMK Bisnis dan Manajemen ... 101  

4. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Kemampuan Berbahasa Inggris

  Lulusan SMK Bisnis dan Manajemen Kabupaten Deli Serdang ... 102  

5. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Kesempatan Kerja ... 104  

6. Rekapitulasi Jawaban Responden ... 106  

7. Lowongan Kerja... 110  

(17)

Kerja di Dunia Usaha dan Industri” di dibawah bimbingan Prof.Dr.lic.rer.reg.Sirojuzilam, SE, Kasyful Mahalli,SE, M.Si dan Drs. Rujiman, MA

Globalisasi menjadi sebuah tantangan dalam peningkatan kualitas sumberdaya manusia dalam menghadapi persaingan dunia kerja. Globalisasi membuat persaingan kerja dan bisnis akan lebih hebat dari sebelumnya dan Indonesia sebagai sebuah Negara berkembang yang tidak bisa lepas dari pengaruh globalisasi, harus memiliki kesiapan sumber daya manusia yang handal dan kompetitif serta mampu menguasai bahasa Internasional yaitu Bahasa Inggris

Kabupaten Deli Serdang yang memiliki letak geografis yang strategis dekat dengan kota Medan dan merupakan daerah pengembang kota Medan. Kota Medan sebagai pusat pemerintah Propinsi Sumatera Utara adalah merupakan kota terbesar di luar pulau Jawa sehingga letak geografis wilayah Kabupaten Deli Serdang yang mengelilingi kota Medan strategis untuk berbagai kegiatan seperti industri, pariwisata, pertanian, perdagangan dan kegiatan lain.

Pada penelitian ini terdapat 96 sampel dari Lulusan SMK Bisnis dan Manajemen di Kabupaten Deli Serdang Tahun Pelajaran 2005 – 2006 dari dua kecamatan yaitu kecamatan Labuhan Deli dan Sunggal. Hasilnya terdapat hubungan positif dan signifikan antara kemampuan berbahasa Inggris lulusan SMK Bisnis dan Manajemen di Kabupaten Deli Serdang terhadap Kesempatan Kerja, dengan indeks korelasi Spearman rs = 0,576 pada taraf signifikansi 0,01. Dan selanjutnya

berdasarkan hasil jawaban responden sebanyak 65,62 % menyatakan bahwasannya Kemampuan Berbahasa Inggris menjadi persyaratan di dunia kerja.

Dalam penelitian ini juga ditemukan bahwasannya bahasa Inggris berkontribusi terhadap pengembangan wilayah. Banyaknya perusahaan dalam Penanaman Modal Asing di Kabupaten Deli Serdang yang membutuhkan tenaga kerja yang mampu berbahasa Inggris serta banyaknya perusahaan yang menjadikan bahasa Inggris sebagai salah satu kualifikasinya. Dengan memiliki sumberdaya manusia yang berkualitas dan mampu berbahasa Inggris yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja, tentunya akan mengurangi jumlah pengangguran di Kabupaten Deli Serdang. Dan diharapkan keterserapan ini dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan wilayah di Kabupaten Deli Serdang.

(18)

Vocational Graduate in Deli Serdang Regency associated with Job Opportunity in Business and Industry World, under the guidance, Prof.Dr.lic.rer.reg.Sirojuzilam, SE, Kasyful Mahalli,SE, M.Si dan Drs. Rujiman, MA

Globalization becomes a challenge in improving the quality of human resources in facing competitive work world. Globalization makes labor and business competition will be more powerful than before and Indonesia as a developing country that can not be separated from the influence of globalization must have the readiness of human resources that are reliable, competitive and able to master the international language of English.

Deli Serdang Regency has a strategic geographical location close to the city of Medan and is the developer of Medan. As the center of Medan, North Sumatra Province government is the largest city outside Java, so the geographical position of Deli Serdang Regency area surrounding the city of Medan to strategic activities such as industry, tourism, agriculture, trade and other activities.

In this study there were 96 samples of Business and Management Vacational Graduate Batch 2005 – 2006 from two districts, they are Labuhan Deli and Sunggal. The result is positive and significant relationship between English Ability of Business and Management Vacational Graduate to Job Opportunity, with a Spearman correlation index rs = 0.576 at 0.01 significance level. And then based on the results

of the respondent's answer as many as 65.62% stated that English ability is required in the work world.

In this study also found that English contribute to regional development. The number of firms in Foreign Investm`ent in Deli Serdang district that requires workers who can speak English and the number of companies that make the English language as one of the qualification. By having qualified human resources who are able to speak English and are in accordance with the needs of the working world, of course, would reduce the number of unemployed in Deli Serdang regency. And this absorption is expected to contribute to the development of areas in Deli Serdang regency.

(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Globalisasi menjadi sebuah tantangan dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam menghadapi persaingan dunia kerja. Globalisasi membuat persaingan kerja dan bisnis akan lebih hebat dari sebelumnya dan Indonesia sebagai sebuah Negara berkembang yang tidak bisa lepas dari pengaruh globalisasi, harus memiliki kesiapan sumber daya manusia yang handal dan kompetitif. Globalisasi yang membawa dampak luas pada berbagai bidang kehidupan, mulai dari ekonomi, politik, budaya, sampai pendidikan. Globalisasi memicu knowledge-driven economy, yang mensyaratkan tenaga – tenaga professional dan berketrampilan tinggi, untuk bekerja di sektor industri, bisnis, dan jasa.

Implikasi terhadap seleksi sumber daya manusia yang handal di era globalisasi adalah dengan penguasaan bahasa internasional yaitu bahasa Inggris. Salah satu persyaratan pada dunia kerja adalah mampu berkomunikasi secara lisan dan tulisan dalam bahasa Inggris, karena begitu banyak informasi dalam bahasa Inggris yang menunjukkan bahwasannya bahasa Inggris adalah hal yang penting yang harus dikuasai. Menurut Acha (2003) English is one of the important things that we have to know because in this era of globalization there is much information

(20)

(Bahasa Inggris adalah salah satu hal penting yang harus diketahui karena di era globalisasi pada saat sekarang ini banyak informasi di tulis dalam bahasa Inggris).

Kemampuan berbahasa inggris secara baik dan benar merupakan nilai tambah untuk meraih sukses dalam dunia kerja. Hal inilah yang seharusnya mendorong seseorang untuk berusaha meningkatkan kemampuan pribadinya yang meliputi pengetahuan yang dimilikinya, ketrampilan, pengalaman kerja, maupun penguasaan bahasa. Perusahaan – perusahaan yang saat ini memprioritaskan bagi mereka yang terampil dan juga memiliki kemampuan berbahasa Inggris menunjukkan bahwasannya kebutuhan akan bahasa Inggris menjadi suatu faktor penting dan juga salah satu tolak ukur dalam dunia kerja. Ada beberapa fakta yang menyatakan bahwa bahasa inggris menjadi sangat krusial, menurut Keith (2003): 1) 400 milion speakers of first language; 2) 700 milion speakers of second or foreign language; 3) over 80%

of the information stored in the world’s computers is in English ; 4) more than half

the world’s scientific journals are in English; and 5) it’s the main language on the

internet, films, songs, and so on. Hal ini menunjukkan bahwasannya bahasa Inggris

sangatlah penting sebagai bahasa pengantar, walaupun Indonesia sendiri masih menjadikan bahasa inggris sebagai bahasa asing (foreign language). Perusahaan – perusahaan saat ini membutuhkan sumber daya manusia yang mampu berbahasa Inggris dengan baik, karena segala informasi banyak menggunakan bahasa Inggris.

(21)

terbesar di luar pulau jawa sehingga letak geografis wilayah Kabupaten Deli Serdang yang mengelilingi Kota Medan strategis untuk berbagai kegiatan seperti industri, pariwisata, pertanian, perdagangan dan kegiatan lainnya. Usaha industri kecil yang dibina sebanyak 12.245 unit usaha dan tersebar di beberapa kecamatan mencakup sejumlah komoditi yang sebagian besar sudah diekspor. Berbagai industri skala besar, menengah dan kecil yang berkembang dan menjadi andalan di Kabupaten Deli Serdang antara lain keramik, gelas, obat nyamuk dan mie instan di Tanjung Morawa dan beberapa daerah lainnya,industri batu bata yang tersebar di beberapa Kecamatan seperti Lubuk Pakam, Pagar Merbau, Beringin, Pantai Labu dan Tanjung Morawa. Industri pembuatan kacamata, jam, mebel kayu dan rotan di Tanjung Morawa dan Deli Tua, industri kompor, batteray, paving blok di Sunggal.

Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Industri di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008

No. Uraian

1 Industri Besar 219 7.027 624.909.963 275.227.450 2 Industri Menengah 659 96.605 538.922.682 400.597.055 3 Industri Kecil Formal 2.077 28.337 65.257.163 348.550.597 4 Industri Kecil

NonFormal 9.442 29.104 2.078.528 481.542.000

Total 12.397 161.073 1.231.168.336 1.505.917.102

(22)

Dari Tabel 1.1 di atas terlihat bahwa jumlah unit usaha di kabupaten Deli Serdang tergolong cukup besar. Jumlah ini diperkirakan akan meningkatkan setiap tahunnya. Peningkatan jumlah unit usaha dapat meningkatkan keubutuhan akan tenaga kerja termasuk tenaga kerja dengan pendidikan SMK dengan berbagai program keahlian. Lulusan SMK berpeluang besar mengisi lapangan kerja yang tersedia dikarenakan lulusan SMK telah dibekali kemampuan dan ketrampilan untuk meningkatkan life skill mereka. Pendidikan SMK untuk semua bidang keahlian ditekankan untuk memiliki ketrampilan berbahasa Inggris yang baik.

(23)

Pada tahun 2009, rasio jumlah unit sekolah dan siswa SMA:SMK ditargetkan menjadi 40:60 dan pada tahun 2015 rasio SMA:SMK menjadi 30:70. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong output pendidikan agar lebih relevan dengan kebutuhan pasar kerja.

(24)

Namun pada kenyataannya, tamatan SMK hanya diakui oleh sekolah sendiri dan masih minimnya kepercayaan dunia usaha/ dunia industri (DU/ DI). Hal ini dikuatkan oleh Sidi (2001 : 137) bahwa pendidikan kejuruan model lama memiliki kelemahan yaitu, penyelenggaraan pendidikan secara sepihak sehingga anak didik tertinggal oleh kemajuan dunia usaha/ dunia industri (DU/DI), tidak jelas kompetensi yang dicapai, tidak mengakui keahlian yang diperoleh di luar sekolah. Sudah menjadi masalah klasik bagi dunia pendidikan SMK di Indonesia pada umumnya, bahwa link and match antara output pendidikan SMK dengan dunia usaha/dunia industri (DU/DI)

sebagai pengguna output pendidikan SMK belum tercapai. Salah satu masalahnya terletak pada kualitas lulusan SMK yang belum sesuai dengan standar kompetensi yang dibutuhkan pasar tenaga kerja. Berdasarkan kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen, pelajaran Bahasa Inggris merupakan program pembelajaran adaptif dengan jam pembelajaran 544 jam. Program Pembelajaran adaptif sendiri bertujuan meyiapkan tamatan untuk menjadi tenaga kerja yang memiliki bekal penunjang bagi penguasaan keahlian profesi dan bekal kemampuan pengembangan diri untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ketrampilan yang dipelajari dalam pelajaran bahasa inggris mencakup ketrampilan Listening, Speaking, Reading dan Writing.

(25)

Tabel 1.2 Kemampuan Bahasa Inggris Siswa SMK Bisnis dan Manajemen di Kabupten Deli Serdang

No Tahun Pelajaran Nilai rata – rata Klafikasi

1 Sumber data: Dinas Pendidikan Kabupaten Deli Serdang 2009

(26)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Apakah ada hubungan antara kemampuan berbahasa inggris lulusan SMK Bisnis dan Manajemen terhadap kesempatan kerja di dunia usaha/ dunia industri?

b. Bagaimana kontribusi kemampuan berbahasa Inggris terhadap Pengembangan Wilayah?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui hubungan antara kemampuan berbahasa inggris siswa SMK Bisnis dan Manajemen terhadap kesempatan kerja lulusannya di dunia usaha/ dunia industri.

b. Untuk mengetahui kemampuan berbahasa Inggris dapat berkontribusi terhadap Pengembangan Wilayah.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:

a. Secara teoritis hasil penelitian ini bernanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

(27)

kualitas berbahasa inggris dan dapat bekerja pada sektor-sektor formal maupun informal.

c. Sebagai bahan masukan bagi segenap pihak (masyarakat luas, akademisi, peneliti, pemerintah serta pengambil kebijakan).

(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sekolah Menengah Kejuruan

Pendidikan Menengah menurut Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, diselenggarakan untuk melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar serta menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan hubungan timbal baik dengan hubungan sosial, budaya dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi.

2.1.1 Arti Pendidikan Kejuruan

Rumusan arti pendidikan kejuruan bervariasi menurut subyektif si perumus. Evans (1976) bahwa pendidikan kejuruan adalah program pendidikan yang secara langsung dikaitkan dengan penyiapan seseorang untuk suatu pekerjaan tertentu atau untuk persiapan tambahan karier seseorang. Nampak bahwa pendidikan kejuruan adalah pendidikan untuk memasuki lapangan kerja dan diperuntukkan bagi siapa saja yang menginginkannya, yang membutuhkannya, dan yang dapat untung darinya.

(29)

Menengah, yaitu : ”Pendidikan Menengah Kejuruan adalah pendidikan pada jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan pangembangan kemampuan siswa untuk pelaksanaan jenis pekerjaan tertentu.”

Pada tingkat undang-undang, rumusan arti pendidikan kejuruan masih luas, namun setelah sampai pada peraturan pemerintah, rumusan arti pendidikan kejuruan mulai dipersempit, yaitu hanya untuk jenjang pendidikan menengah.

Apapun bedanya berbagai definisi tersebut, semuanya ada kesamaan bahwa pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didiknya untuk memasuki lapangan kerja. Orientasi semacam ini membawa konsekuensi bahwa pendidikan kejuruan harus selalu dekat dengan dunia kerja.

2.1.2 Fungsi Pendidikan Kejuruan

Pendidikan kejuruan memiliki multi-fungsi yang kalau dilaksanakan dengan baik akan berkontribusi besar terhadap pencapaian tujuan pembangunan nasional. Fungsi-fungsi dimaksud antara lain meliputi :

1. Sosialisasi, yaitu transmisi nilai-nilai yang berlaku serta norma-normanya sebagai konkrititasi dari nilai-nilai tersebut. Nilai-nilai yang dimaksud adalah teori ekonomi, solidaritas, religi, seni, dan jasa yang cocok dengan konteks Indonesia. 2. Kontrol Sosial, yaitu kontrol perilaku agar sesuai dengan nilai sosial beserta

(30)

3. Seleksi dan alokasi, yaitu mempersiapkan, memilih dan menempatkan calon tenaga kerja sesuai dengan tanda-tanda pasar kerja, yang berarti bahwa pendidikan kejuruan harus berdasarkan ”demand-driven.”

4. Asimilasi dan konservasi budaya, yaitu abosrbsi terhadap kelompok-kelompok lain dalam masyarakat, serta memelihara kesatuan dan persatuan budaya.

5. Mempromosikan perubahan demi perbaikan, yaitu pendidikan tidak sekedar berfungsi mengajarkan apa yang ada, tetapi harus berfungsi sebagai ”pendorong perubahan.”

Dapat diringkas bahwa pendidikan kejuruan berfungsi sekaligus sebagai ”akulturasi” (penyesuaian diri) dan ”enkulturasi” (pembawa perubahan). Karena itu, pendidikan kejuruan tidak hanya adaptif terhadap perubahan, tetapi juga harus antisipatif.

2.1.3 Tujuan Pendidikan Kejuruan

(31)

0490/U/1990 seperti berikut : (a) mempersiapkan siswa untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih dan/atau meluaskan pendidikan dasar; (b) meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan sekitar; (c) meningkatkan kemampuan siswa untuk dapat mengembangkan diri sejalan dengan pengembangan ilmu, teknologi dan kesenian, serta (d) menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja dan mengembangkan sikap profesional.

Dua rumusan tersebut mengandung kesamaan yaitu mempersiapkan peserta didik sebagai calon tenaga kerja dan mengembangkan eksistensi peserta didik, untuk kepentingan peserta didik, masyarakat bangsa dan negara.

2.1.4 Karakteristik Pendidikan Kejuruan

1. Pendidikan kejuruan diarahkan untuk mempersiapkan peserta didik memasuki lapangan kerja.

2. Pendidikan kejuruan didasarkan atas ”demand-driven” (kebutuhan dunia kerja). 3. Fokus isi pendidikan kejuruan ditekankan pada penguasaan pengetahuan,

keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang dibutuhkan oleh dunia kerja.

4. Penilaian yang sesungguhnya terhadap kesuksesan siswa harus pada ”hands-on” atau performa dalam dunia kerja.

(32)

6. Pendidikan kejuruan yang baik adalah reponsif dan antisipatif terhadap kemajuan teknologi.

7. Pendidikan kejuruan lebih ditekankan pada ”learning by doing” dari ”hand-on experience.”

8. Pendidikan kejuruan memerlukan fasilitas yang mutakhir untuk praktek.

9. Pendidikan kejuruan memerlukan biaya investasi dan operasional yang lebih besar daripada pendidikan umum.

2.2 Konsep Link and Match

Link and match adalah salah satu kebijakan yang mulai diperkenalkan pada

tahun 1993/1994, (tahun terakhir Pelita V, sekaligus tahun terakhir PJP I, momen tepat digunakan sebagai tahun persiapan memasuki PJP II). Secara harfiah, “Link” berarti terkait, menyangkut proses yang harus interaktif dan “Match” berarti cocok, menyangkut hasil yang harus sesuai atau sepadan (Djojonegoro, 1999). Karena itu, link and match sering diterjemahkan menjadi “terkait dan sepadan”. Maka filosofis

(secara filsafat) mengandung wawasan pengembangan sumberdaya manusia, wawasan masa depan, wawasan mutu dan keunggulan, wawasan profesionalisme, wawasan nilai tambah dan wawasan efisiensi.

2.2.1 Link and Match dalam Wawasan Sumberdaya Manusia

(33)

Wawasan sumberdaya manusia menuntut supaya penyelenggaraan pendidikan pada SMK tidak hanya sekedar layanan sosial terhadap masyarakat, tetapi secara sungguh-sungguh dapat diandalkan menghasilkan tamatan yang berkualitas tinggi, yang memiliki kemampuan produktif, untuk menjadi aset bangsa. Biaya yang diinvestasikan bagi pengembangan dan operasional pendidikan kejuruan, baik yang bersumber dari pemerintah, pinjaman asing, orangtua siswa dan masyarakat, harus memiliki nilai ekonomi, harus accountable, tidak boleh lagi sekedar penyelenggaraan pendidikan demi pendidikan.

2.2.2 Link and Match dalam Wawasan Masa Depan

Wawasan masa depan kebijakan link and match mengandung pemikiran bahwa : “Produk pendidikan yang kita peroleh saat ini adalah produk pendidikan masa lalu, dan proses pendidikan yang kita lakukan sekarang ini adalah untuk masa depan”. Misalnya, kalau kita mau menghasilkan tamatan SMK yang bermutu tinggi dan memiliki keunggulan kompetitig memerlukan waktu tiga tahun sesuai dengan satuan waktu pendidikan SMK.

(34)

Kebijakan link and match yang berwawasan masa depan, menuntun SMK menganut prinsip sebagai berikut :

a. Program pendidikan pada SMK yang berproses selama tiga tahun disiapkan untuk menghasilkan tamatan yang memiliki keahlian sesuai dengan kebutuhan tiga tahun mendatang, dan memiliki bekal dasar untuk pengembangan diri di masa depan.

b. Dunia kerja yang menjadi lapangan hidup tamatan SMK adalah dunia ekonomi, dunia yang mengandung fenomena persaingan dan kerjasama, sekaligus dunia yang cepat mengalami perubahan. Karena itu program pendidikan SMK harus mengandung muatan :

1. Kompetitif produktif, yang memungkinkan tamatan sesegera mungkin bekerja setelah tamat dari SMK.

2. Memiliki keunggulan sebagai faktor keunggulan kompetitif menghadapi persaingan, dan sebagai modal kuat untuk menjalin kerjasama.

3. Memiliki bekal dasar pengetahuan, keterampilan dan sikap, sebagai bekal dasar menguasai perkembangan iptek, dan sebagai bekal dasar untuk penyesuaian diri menghadapi perubahan.

2.2.3 Link and Match dalam Wawasan Mutu

(35)

memadai lagi, dan tidak sesuai dengan ukuran dunia kerja. Dunia kerja mengukur kompetensi tenaga kerjanya dengan memperhatikan kualitas hasil kerjanya dan tingkat produktivitas kerjanya. Pengukuran terhadap kualitas hasil kerja hanya dengan dua ukuran dasar, yaitu : baik (accepted) dan jelek (rejected). Kalau hasil kerja baik, baru diperhatikan lagi tingkat kebaikan/keberhasilannya, karena tingkat mutu baik itu sendiri, akan mempengaruhi harga jual. Sebaliknya kalau jelek atau gagal, langsung dirasakan sebagai kerugian atau ”lost”.

Beberapa prinsip yang diperhatikan dalam penerapan wawasan mutu sesuai dengan kebijakan link and match, antara lain :

a. Ukuran yang dipakai untuk mengukur tingkat kemampuan tamatan SMK, adalah ukuran dunia kerja. Dalam proses evaluasi hasil belajar SMK perlu dilengkapi dengan uji kompetensi, yaitu proses pengujian oleh pihak dunia kerja dengan memakai ukuran dunia kerja.

b. Tingkat produktivitas kerja dan kualitas hasil kerja seseorang, sangat kuat dipengaruhi oleh kerja (sesuai dengan persyaratan teknis kerja), teknologi yang digunakan dan sikap kerja pekerja tersebut. Karena itu, SMK dituntut mentransfer cara kerja yang benar, melatihkan penguasaan iptek, serta membentuk sikap melalui proses pembiasaan kerja yang benar.

(36)

diperlukan keikutsertaan dan kerjasama dengan dunia kerja, mulai dari penyusunan program, pelaksanaan, dan evaluasi hasilnya.

2.2.4 Link and Match dalam Wawasan Keunggulan

Wawasan keunggulan pada kebijakan link and match memberikan pandangan, bahwa sumberdaya manusia yang berkualitas tinggi dan memiliki keunggulan adalah faktor keunggulan kompetitif utama yang harus dimiliki Indonesia menghadapi persaingan global. Persaingan industri dan perdagangan akan selalu mengacu pada enam faktor penentu, yaitu : harga, mutu, disain (selera), waktu pemasokan (delivery time), pemasaran dan layanan (services). Dan tingkat kemampuan enam faktor

persaingan ini, ditentukan oleh kualitas sumberdaya manusia yang berperan dalam proses produksi dan pemasarannya.

Bangsa Jerman yang pernah mengalami kehancuran ekonomi aktor perang dunia, dan menghadapi tekanan persaingan ekonomi dari negara maju lainnya, selalu dengan bangga mengatakan bahwa mereka bisa survive dan bahkan menjadi salah satu negara industri paling maju di dunia, adalah atas dukungan tenaga kerja terampil yang dihasilkan melalui pendidikan dual systemnya.

Supaya pendidikan kejuruan mampu menghasilkan sumberdaya manusia yang dapat berperan menjadi faktor keunggulan kompetitif industri Indonesia menghadapi persaingan global, perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

(37)

logis; kemampuan berkomunikasi; kemampuan bekerjasama; kemampuan menggunakan data dan informasi; kemampuan menggunakan iptek. Kemampuan ini dapat dibentuk dengan pemberian muatan yang memadai pada pengajaran Matematika, IPA, Bahasa Inggris, Komputer, dan berbagai kegiatan yang membentuk kompetensi kunci.

b. SMK harus mampu secara kreatif menghadirkan iklim persaingan di sekolah, antara lain dengan memberikan pengakuan dan penghargaan (recognition) kepada siswa yang berprestasi menonjol, menciptakan lomba dan membiasakan siswa mengikuti lomba.

c. Metodologi pengajaran di SMK harus secara kreatif menerapkan prinsip ”reinforcement”. Siswa dilatih mencapai tingkat keberhasilan tertentu, dituntun untuk menikmati kepuasan atas keberhasilannya, dan dengan demikian siswa akan berusaha mencapai tingkat keberhasilan yang lebih tinggi.

Metodologi pengajaran juga harus memacu siswa agar tidak mudah patah semangat, dan tidak cepat puas atas hasil yang telah dicapai.

d. SMK harus mampu menanamkan pengertian dan membentuk sikap siswa, bahwa persaingan bukanlah sesuatu yang menakutkan dan harus dihindari. Dalam hal tertentu, kehadiran pesaing bahkan diperlukan untuk memacu kita bergerak maju. e. Dengan keterbatasan sumberdaya yang dimiliki oleh pemerintah, bentuk

(38)

kelompok siswa tertentu, atau sekolah tertentu, yang dimaksudkan untuk membentuk keunggulan.

2.2.5 Link and Match dalam Wawasan Profesionalisme

Sikap profeionalisme adalah sesuatu yang tertanam di dalam diri seseorang yang mempengaruhi perilaku : peduli kepada mutu (tidak asal jadi); bekerja cepat, tepat dan efisien, diawasi ataupun tidak diawasi orang lain; menghargai waktu; dan menjaga reputas. Sikap semacam ini adalah karakter tenaga kerja yang disukai dan diperlukan dunia industri Indonesia. Pembentukan sikap profesional bukanlah sesuatu yang mudah, tidak bisa diajarkan dengan metode ceramah memberikan pengertian dan pemahaman saja. Sikap profesional hanya dapat dibentuk melalui proses pembiasaan yang memerlukan waktu lama sampai kebiasaan itu terinternalisasi dengan nilai-nilai yang dianggap baik dan menguntungkan bagi dirinya. Wawasan profesionalisme sesuai dengan kebijakan link and match mengharapkan SMK mampu menghasilkan tamatan yang memiliki sikap profesional. Untuk itu, waktu belajar siswa SMK selama tiga tahun, harus dapat digunakan membentuk kebiasaan yang berwawasan profesional. Setting sekolah, iklim belajar mengajar, dan sistem nilai, harus mimpi dengan yang ada di industri. SMK harus diprogram sehingga mampu berfungsi sebagai pusat pengembangan budaya industri, antara lain dengan :

(39)

b. Manajemen sekolah harus mampu menciptakan iklim organisasi sekolah, performa belajar mengajar, dan suasana kehidupan di sekolah mirip dengan yang ada di industri.

2.2.6 Link and Match dalam Wawasan Nilai Tambah

Wawasan nilai tambah sesuai dengan kebijakan link and match, menuntun SMK berproses dan sekaligus menghasilkan tamatan yang berwawasan nilai tambah. Untuk ini SMK perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Kualitas seorang tamatan SMK dibandingkan kualitas yang bersangkutan pada saat masuk ke SMK (tiga tahun sebelumnya), harus memberikan nilai tambah yang berarti (significant). Seandainya siswa tersebut tidak masuk ke SMK dan menganggur (tidak bekerja), dibandingkan bila masuk SMK ternyata setelah tamat juga hanya menganggur, maka proses pendidikan selama tiga tahun di SMK tidak memberinya nilai tambah.

b. Kualitas barang atau jasa produk tamatan SMK, harus menunjukkan kualitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan kualitas barang atau jasa yang dihasilkan oleh seseorang yang tidak mengenyam pendidikan atau pelatihan di SMK.

c. Dengan kemampuan yang dimiliki oleh seorang tamatan SMK, yang bersangkutan harus mampu membuat pilihan, dan kemampuan untuk memilih serta mengerjakan pekerjaan yang memberi nilai tambah lebih tinggi.

(40)

terjadi, untit produksi SMK teknologi (STM) mengerjakan pekerjaan pagar besi dengan nilai tambah yang rendah, padahal sekolah tersebut mempunyai mesin bubut, mesin frais, dan mesin CNC yang sebenarnya dapat memberi nilai tambah yang jauh lebih tinggi. Selain itu, benda hasil kerajinan produk SMK belum menunjukkan kualitas lebih baik dibandingkan dengan hasil kerajinan masyarakat yang tidak mengikuti pendidikan, dan kenyataan seperti ini belum dipahami oleh SMK sebagai suatu masalah.

2.2.7 Link and Match dalam Wawasan Efisiensi

Pendidikan menengah kejuruan adalah suatu jenis dan tingkat pendidikan yang memerlukan biaya relatif tinggi, baik untuk investasi pengadaan sumberdaya pendidikannya, maupun biaya operasional pendidikannya. Tetapi, sekalipun dengan baiaya tinggi, tetap harus diselenggarakan untuk memenuhi fungsinya sebagai sub-sistem pembangunan nasional dalam tugas pengembangan sumber daya manusia.

Wawasan efisiensi sesuai dengan kebijakan link and match, menuntun SMK memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut :

a. SMK menghasilkan tamatan dengan bidang keahlian, jumlah, dan mutu yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan. Sesuai dengan kebijakan link and match, kesesuaian ini akan dicapai melalui pendekatan “demand driven”.

(41)

c. Keberhasilan SMK mencapai tujuannya (dengan dana investasi dan biaya operasional yang tinggi) sangat tergantung kepada kehandalan manajemen sekolah. Karena itu, manajemen sekolah perlu selalu mendapatkan perhatian penting untuk mampu melaksanakan proses pendidikan yang efisien.

d. Kemampuan keuangan pemerintah membelanjai pembangunan dan penyelenggaraan pendidikan kejuruan, akan selalu terbatas. Sikap ketergantungan sepenuhnya kepada keuangan pemerintah pusat akan sangat mempersulit pendidikan kejuruan itu sendiri. Karena itu, kebijakan link and match membuka peluang menggali tambahan dana, yang merasa mendapatkan keuntungan dari pendidikan kejuruan, dan mendorong SMK untuk melakukan kegiatan unit produksi.

Dengan penjelasan pengertian link and match yang berwawasan sumberdaya manusia, berwawasan masa depan, berwawasan mutu, berwawasan keunggulan, berwawasan profesional, berwawasan nilai tambah, dan berwawasan efisiensi seperti tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa kebijakan link and match adalah dasar yang kuat dan tepat untu melakukan pembaruan pendidikan kejuruan. Kesimpulan ini didasarkan pada :

(42)

2. Kebijakan link and match membuka wawasan dan pola pikir (frame of thinking) sehingga mampu memahami perubahan yang terjadi dan fenomena baru yang timbul.

3. kebijakan link and match membuka dan mendorong kemitraan kerjasama antara pendidikan kejuruan dengan dunia usaha, yang pada dasarnya mendekatkan supply-demand.

4. Link and match meliputi spektrum internal dan eksternal. Spektrum internal merujuk pada keterkaitan dan kesepadanan dalam internal pendidikan itu sendiri (pendidikan kejuruan sebagai sub sistem dari sistem pendidikan nasional). Spektrum eksternal merujuk pada keterkaitan dan kesepadanan dengan sistem-sistem lain : ekonomi, ketenagakerjaan, sosial, politik dan sebagainya (pendidikan kejuruan sebagai sub sistem dari sistem pembangunan nasional).

5. Kebijakan link and match bermaksud memposisikan pendidikan menengah kejuruan pada posisi yang seharusnya.

6. Link and match bermaksud meingkatkan efisiensi dan relevasi semua sub-sistem pendidikan dalam satu sistem pendidikan nasional yang handal, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi. Oleh karena itu, artikulasi antar jenis dan jenjang pendidikan mendapatkan perhatian. Ini berarti bahwa pengembangan pendidikan kejuruan tidak bersifat dead-end.

(43)

peduli, dan komit terhadap perubahan dari “pendidikan demi pendidikan” kependidikan kejuruan sebagai wahana pengembangan sumberdaya manusia.

2.3 Aspek-aspek Ketenagakerjaan

2.3.1 Sumber Daya Manusia

Surya (2006:90), megemukakan bahwa kualifikasi seorang pegawai (tenaga kerja) tidak semata-mata ditentukan oleh pemilikan gelar akademik, tetapi juga ditentukan oleh pemilikan keterampilan. Bagi pengguna tenaga kerja, yang diinginkan adalah calon yang terampil dan bisa bekerja, meskipun tidak memiliki gelar akademik tinggi.

Pernyataan tersebut di atas menunjukkan bahwa pengembangan sumber daya manusia sangat dibutuhkan untuk menhasilkan sumber daya manusia yang berkualitas, karena keterampilan seseorang tidak dapat diukur hanya dengan secarik ijazah yang diperolehnya di bangku sekolah.

Sejalan dengan pernyataan diatas Hamalik (2000:7) menyatakan bahwa tenaga kerja (ketenagakerjaan) adalah sumber daya manusia yang memiliki potensi, kemampuan, yang tepat guna, berdaya guna, berpribadi dalam kategori tertentu untuk bekerja dan berperan serta dalam pembangunan, sehingga berhasil guna bagi dirinya dan masyarakat secara keseluruhan.

(44)

proses produksi. Dalam hal ini SDM mencerminkan usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa. Kedua, SDM menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut.

Jadi pengertian tenaga kerja adalah semua orang yang bersedia untuk sanggup bekerja menghasilkan suatu output (hasil kerja) kemudian hasil kerja tersebut diukur dengan upah (penghasilan). Jika berbicara mengenai ketenagakerjaan tentu tidak terlepas dari produktivitas dan upah yang diperoleh seseorang dalam bekerja.

Ada 4 (empat) hal yang berkaitan dengan tenaga kerja (Sumarsono, 2003:7, yaitu : 1) Bekerja (employed), jumlah ini dipakai sebagai petunjuk tentang luasnya kesempatan kerja (employment). Dalam pengkajian ketenagakerjaan kesempatan kerja sering dipicu sebagai permintaan tenaga kerja, 2) Pencari Kerja (Unemployed), penduduk yang menawarkan tenaga kerja tetapi belum berhasil memperoleh pekerjaan dianggap terus mencari pekerjaan, 3) Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (Labor Force Participation Rate), 4) Profil Angkatan Kerja.

(45)

mengurus rumah tangga, atau lainnya (pensiun, penerima transfer/kiriman, penerima deposito/bunga bank, jompo atau alasan lainnya).

Yang dimaksud dengan bekerja adalah kegiatan melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan paling sedikit selama satu jam dalam seminggu yang lalu. Bekerja selama satu jam tersebut harus dilakukan berturut-turut dan tidak terputus. Penghasilan atau keuntungan mencakup upah/gaji/pendapatan termasuk semua tunjangan dan bonus bagi pekerja/karyawan/pegawai dan hasil usaha berupa sewa, bunga atau keuntungan baik berupa uang atau barang bagi pengusaha. Kegiatan bekerja ini mencakup, baik yang sedang bekerja maupun yang punya pekerjaan tetapi dalam seminggu yang lalu sementara tidak aktif bekerja, misal karena cuti, sakit dan sebagainya.

Pengangguran meliputi penduduk yang tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan, atau mempersiapkan suatu usaha, atau merasa tidak mungkin mendapat pekerjaan (putus asa), atau sudah diterima bekerja, tetapi belum mulai bekerja.

Mencari pekerjaan adalah upaya yang dilakukan untuk memperoleh pekerjaan pada suatu periode hunjukan. .

(46)

Merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan (putus asa) adalah alasan bagi mereka yang berkali-kali mencari pekerjaan tetapi tidak berhasil mendapatkan pekerjaan sehingga ia merasa tidak mungkin mendapat pekerjaan yang diinginkan.

2.3.2 Lapangan kerja dan Kesempatan Kerja

Lapangan kerja adalah bidang/jenis pekerjaan yang mampu memberikan kesempatan kepada seseorang melakukan aktivitas kegiatan untuk menghasilkan upah (gaji). Lapangan pekerjaan ini terdiri dari berbagai sektor yaitu, 1) industri pengolahan, 2) pertanian, peternakan dan perikanan, 3) pertambangan dan penggalian, 4) listrik, gas dan air, 5) bangunan/konstruksi, 6) perdagangan, hotel dan restoran, 7) angkatan, pergudangan dan komunikasi, 8) keuangan, asuransi, usaha persewaan bangunan/tanah dan jasa perusahaan, 9) jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan.

(47)

Pernyataan ini menunjukkan bahwa tidak semua tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja siap bekerja.

Secara umum penyediaan (penawaran) tenaga kerja suatu negara atau daerah dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti jumlah penduduk, tenaga kerja, pendidikan, perkembangan ekonomi dan lain sebagainya (Sumarsono, 2003:41).

Semakin sempitnya daya serap sektor modern terhadap perluasan kesempatan kerja telah menyebabkan sektor tradisional menjadi tempat penampungan angkatan kerja. Hal ini terjadi karena langkanya tenaga yang cukup terdidik karena ekonomi industri membutuhkan tenaga kerja yang mendidik. Mutu angkatan kerja Indonesia dilihat dari keperluan proses industrialisasi sangat tidak memadai.

Menurut perkiraan para ahli, sekitar 70%-78% dari angkatan kerja pada tahun 1990 sampai dengan 1995, jumlah pekerja yang secara pasti mendapat pekerjaan disektor modern hanya sebesar 22%-30% atau berkisar 11 juta sampai dengan 23 juta pekerja (Buchori, 1995:32).

(48)

yaitu seluruh aktivitas dari pelaku-pelaku yang mempertemukan pencari kerja dan lowongan kerja. Pelaku-pelaku ini terdiri dari : 1) pengusaha yang membutuhkan tenaga kerja, 2) pencari kerja, dan 3) perantara atau pihak ketiga yang memberikan kemudahan bagi pengusaha dan pencari kerja untuk saling berhubungan.

Dalam permintaan tenaga kerja biasanya perusahaan selalu memperhatikan dari berbagai aspek, salah satunya adalah bagaimana mengisi lowongan yang ada dengan ornag yang sesuai (Sumarsono, 2003:108). Jadi dalan hal ini harus ada kesesuaian antara lowongan pekerjaan dengan tingkat pendidikan dan keterampilan dari calon tenaga kerja tersebut.

Jika berbicara mengenai tenaga kerja yang memiliki tingkat pendidikan dan keterampilan maka kita dapat membedakan pusat tenaga kerja yang terdidik dan tidak terdidik. Pasar tenaga kerja terdidik adalah pasar tenaga kerja yang membutuhkan persyaratan dengan kualifikasi khusus yang biasanya diperoleh melalui jenjang pendidikan formal dan membutuhkan waktu yang lama serta biaya pendidikan yang cukup besar. Sedangkan pasar tenaga kerja tidak terdidik merupakan pasar kerja yang menawarkan dan meminta tenaga kerja yang tidak membutuhkan kualifikasi dan tingkat pendidikan yang relatif rendah.

2.4 Keterkaitan antara Pendidikan, Ketenagakerjaan dengan Pengembangan Wilayah

2.4.1 Pengembangan wilayah

(49)

merupakan program menyeluruh dan terpadu dari semua kegiatan dengan memperhitungkan sumber daya yang ada dan memberikan kontribusi kepada pembangunan suatu wilayah. Konsep pengembangan wilayah adalah suatu upaya dalam mewujudkan keterpaduan penggunaan sumber daya dengan penyeimbangan dan penyerasian pembangunana antar daerah, antar sektor serta pelaku pembangunan dalam mewujudkan tujuan pembangunan daerah (Anwar, 1999 dalam Ramli, 2007:68).

Menurut Sirait (1986) dalam Ramli (2007:68), pengembangan wilayah menyangkut kegiatan-kegiatan memanfaatkan sumber daya wilayah, penataan ruang, reformasi sosial dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Kemudian teori lain seperti yang dikutip Ramli (2007:69) dari Hadjisaroso (1994), pengembangan wilayah merupakan suatu suatu tindakan mengembangkan wilayah atau membangun daerah atau kawasan dalam rangka usaha memperbaiki tingkat kesejahteraan hidup masyarakat.

(50)

Gambar 2.1 Hubungan antara pengembangan wilayah, Sumberdaya alam, Sumberdaya manusia dan teknologi (Sumber : Zen, 1999:5)

(51)

2.4.2 Pendidikan dan Ketenagakerjaan dalam Konteks Pengembangan Wilayah

Apabila kita memandang suatu wilayah, ada 3 komponen wilayah yang perlu diperhatikan, yaitu : Sumber daya alam, sumber daya manusia dan teknologi dan ketiga unsur ini disebut dengan tiga pilar pengembangan wilayah.

Suatu wilayah yang mempunyai sumberdaya alam yang cukup kaya dan sumberdaya manusia yang mampu memanfaatkan dan mengembangkan teknologinya, akan lebih cepat berkembang dibandingkan wilayah lainnya yang tidak cukup mempunyai sumberdaya alam dan sumberdaya manusia (SDM), karena mampu menggerakkan seluruh sumberdaya wilayah yang ada dan mempunyai peran ganda dalam sebuah proses pembangunan dan merupakan objek maupun subjek dalam pembangunan. (Nachrowi & Suhandojo, 1999:21).

(52)

Pernyataan diatas didukung oleh pendapat Singer (1957), bahwa faktor sumberdaya manusia merupakan faktor utama dalam pembangunan ekonomi. Kemudian Fabrikan menyatakan adanya kaitan yang erat anatara pendidikan dan penghasilan yang diperoleh oleh seorang tenaga kerja (Ary:1999)

Kemudian Hamalik (20007), menyatakan bahwa tenaga kerja (ketenagakerjaan) adalah sumber daya manusia yang memiliki potensi, kemampuan, yang tepat guna, berpribadi dalam kategori tertentu untuk bekerja dan berperan serta dalam pembangunan, sehingga berhasil guna bagi dirinya dan masyarakat secara keseluruhan.

Masalah besar yang dihadapi oleh negara berkembang saat ini adalah ketenagakerjaan, yang dimulai dengan kondisi makro yang menunjukkan bahwa laju pertumbuhan angkatan kerja yang lebih tinggi dibandingkan kesempatan kerja. Selain itu kualitas angkatan kerja yang masih rendah yang pada umumnya mempunyai produktivitas rata-rata. Kondisi ini menyebabkan semain besarnya tingkat pengangguran karena kurangnya kesempatan kerja.

Di Indonesia peringkat Human Development Indeks (HDI) masih sangat rendah, pernyataan ini didukung berdasarkan data World Bank pada tahun 2004 menyatakan bahwa Indonesia berada pada peringkat 111 dari 117 negara dan tahun 2005 peringkat 110 di bawah Vietnam dengan peringkat 108.

(53)

pekerja (job keeper) namun mampu membuka lapangan pekerjaan (job creator) sesuai dengan keahliannya. Sekolah kejuruan merupakan solusi untuk mengatasi masalah pengangguran tersebut.

Pernyataan diatas sejalan dengan yang diungkapkan Harahap (2001:14), bahwa pendidikan merupakan salah satu cara untuk membentuk dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang memiliki kemampuan sesuai dengan yang diharapkan.

Judisseno (2008:20) berpendapat bahwa, lembaga pendidikan merupakan pihak yang bertanggungjawab menciptakan dan menyuplay tenaga kerja bagi industri. Oleh karena itu, lembaga pendidikan dituntut untuk memberikan SDM yang sesuai dengan permintaan dan kebutuhan industri. Dalam kaitan ini, lembaga pendidikan harus menciptakan SDM yang kompeten dan organisasi bisnis harus mampu mendefinisikan kompetensi apa yang dibutuhkan. Keduanya harus saling bersinergi dalam suatu kemitraan yang tak putus-putusnya dan secara konsisten dapat mendefinisikan dan menciptakan pola tenaga kerja yang kompeten pada bidang masing-masing.

(54)

diarahkan pada pembentukan tenaga profesional yang mandiri dan beretos kerja dan produktif (Hamalik, 2000:6).

SMK sangat erat kaitannya dengan dunia usaha atau dunia kerja, karena siswa SMK disiapkan untuk langsung bekerja setelah lulus, program pembelajaran di SMK dirancang dengan memberikan porsi lebih pada praktek kerja. Dengan pola kemitraan tersebut siswa SMK dapat mengikuti program magang, praktek kerja lapangan ataupun prakerin (praktek kerja industri) pada dunia usaha yang telah maju, sehingga terjadi Link and Match antara kurikulum dengan kemajuan dunia usaha. Dalam program magang tersebut yang ditekankan kepada siswa adalah sikap disiplin. Siswa harus melihat program magang sebagai suatu kesempatan untuk benar-benar membekali diri dengan keterampilan yang dibutuhkan di dalam dunia kerja, sehingga siswa harus berdisiplin diri dan memanfaatkan kesempatan tersebut semaksimal mungkin dan tidak bisa bersikap take it for granted (menganggap enteng).

(55)

2.5 Bahasa Inggris

Berdasarkan sejarah pembelajaran bahasa Inggris di Indonesia, Bahasa Inggris sudah dianggap sebagai bahasa yang wajib ‘diajarkan’ di sekolah sejak kemerdekaan Indonesia tercapai pada tahun 1945 (Jazadi, 2004). Indonesia adalah negara yang secara linguistik sangat kaya karena memiliki lebih dari 300 bahasa daerah (Encyclopedia Indonesia, 2005). Sejak kemerdekaan Indonesia, bahasa Indonesia adalah bahasa pemersatu dan bahasa nasional. Bahasa Inggris memiliki status sebagai bahasa asing sehingga hanya menjadi sebuah mata pelajaran di sekolah saja. Dengan kata lain, Bahasa Inggris tidak memiliki fungsi sosial di masyarakat (Mistar, 2005).

2.5.1 Aspek – aspek dalam Kemampuan Bahasa Inggris

Menurut Susanti (2002) Belajar bahasa itu mencakup 4 aspek yaitu: Reading (Membaca), Writing (Menulis), Speaking (Berbicara), Listening (Mendengarkan). Sebagaimana dalam kurikulum 2004 (KBK) yang kemudian disempurnakan dengan kurikulum 2006 (KTSP) mata pelajaran bahasa Inggris di Sekolah disebutkan bahwa salah satu tujuan pengajaran bahasa Inggris adalah mengembangkan kemampuan dalam bahasa tersebut, dalam bentuk lisan dan tulis. Kemampuan berkomunikasi meliputi mendengarkan (listening), berbicara (speaking), membaca (reading), dan menulis (writing). Menurut Pattison (1987) komunikasi melibatkan empat

(56)

1. Reading (Membaca)

Walaupun kini telah banyak sarana-sarana informasi untuk menambah pengetahuan , seperti misalnya radio, televisi dan internet, membaca masih merupakan hal penting untuk membuka jendela informasi, lagi pula dalam internet sarana informasi yang tercanggih saat ini, kemampuan membaca yang tinggi tetap dituntut. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia : Membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis ( dengan melisankan atau hanya di hati ). Kamus Webster mendefinisikan membaca: To read is to understand and grasp the full sense of (such mental formulation) either with or without vocal reproduction. The World

Book Encyclopedia menyatakan bahwa : Reading is the act of getting meaning from

printed or written words. It is basic to learning and one of the most important skills

ineveryday life. Secara sederhana pengertian membaca adalah mengenali huruf-huruf

dan kumpulan huruf yang memiliki arti tertentu yang mengekspresikan ide secara tertulis atau tercetak.

(57)

a Mengetahui ciri dan struktur paragraph Inggris

Paragraf Inggris cenderung bersifat inear, disusun menurut time space, dan logic. Paragraf yang logis hanya menampilkan satu ide yang terbatas dan selanjutnya ide ini dikembangkan, didukung oleh sejumlah uraian penunjang (supporting details). Antara ide dan uraian pendukung dihubungkan oleh transitional devices. Paragraf Inggris memiliki ciri unity dan coherence dalam artian bahwa suatu paragraf tidak saja merupakan kumpulan kalimat tetapi merupakan suatu kesatuan (unit) yang memuat satu topik dan penulisnya harus selalu menulis tentang topik itu saja didukung oleh uraian yang relevan.

b Mengetahui jenis paragraph yang mungkin dihadapi

Penyusunan paragraf merupakan kerangka kerja komunikatif di mana suatu ide dipresentasikan dalam bahasa tertulis. Penyusunan ini memerlukan suatu pengaturan informasi yang sifatnya artifisial. Dengan demikian cara pengembangan paragraf yang berbeda akan menghasilkan jenis paragraf yang berbeda pula. Di antara berbagai jenis paragraf yang ada yang paling umum dijumpai dalam tulisan ilmiah adalah:

a) Paragraf yang dikembangkan dengan contoh

(58)

b) Paragraf sebab – akibat yakni jenis paragraf yang memperlihatkan hubungan antara dua pernyataan. Yang satu merupakan akibat dari yang lainnya.

c) Paragraf perbandingan dan kontras yang mengungkapkan persamaan atau perbedaan antara dua item dengan menunjukkan sejumlah elemen dari masing-masing item.

d) Paragraf definisi

Paragraf ini dikembangkan bila penulis menggunakan kata atau istilah yang mungkin bisa membuat pembaca bingung dan salah mengerti. Untuk mengatasinya dia menjelaskan arti kata/istilah itu untuk pembaca dengan memberi batasan atau padanan kata, beberapa contoh dan penjelasan arti. Tentu saja masih terdapat jenis paragraf lain seperti misalnya paragraf analogi,. deduktif, iriduktif dan lain sebagainya, namun pada kesempatan ini tidak dibicarakan mengingat keterbatasan tempat dan waktu di samping banyaknya aspek yang bisa diteliti dan dikembangkan mengenai paragraf. c Mencari topik dalam paragraph

(59)

Kalau demikian ide ini cenderung bersifat abstrak sedangkan kalimat-kalimat pendukungnya biasanya konkrit.

d Mencari ide pokok

Setelah menemukan topik paragraf pembaca harus bisa mencari ide utama/pokok. Ide ini merupakan "controlling idea" yakni titik tolak pembicaraan dalam pengembangan paragraf. Controlling idea ini bisa ditemukan dalam kalimat topik atau kalimat yang berdekatan dengannya. Wujudnya bisa berupa definisi, klasifikasi, tujuan atau penyelasan topik. Idea utama atau,controlling idea ini mungkin diekspresikan melalui :

a) frasa : two main types; several reasons; three groups; the following results; these effects; several problems; three disadvantages; several ways three main causes; four aims; three kinds; three routes dan sebagainya,

b) kata sifat : suitable unsuitable good bad successful unsuccessful beneficial harmful fortunate unfortunate beautiful ugly healthy unhealthy; dan an sebagainya.

e Mencari uraian penunjang (supporting details)

(60)

Ada beberapa jenis fungsi uraian pendukung yang bisa digunakan sebagai petunjuk dalam membaca tulisan ilmiah berbahasa Inggris seperti :

a) uraian yang mendefinisikan yakni suatu uraian yang mendukung ide utama dengan memberikan suatu definisi Lerhadap sesuatu yang dipresentasikan dalam ide utama itu,

b) uraian yang mengklasifikasikan yakni uraian yang mengembangkan ide utama dengan mengklasifikasikan sesuatu yang ditunjukkan dalam ide utama itu, c) uraian yang memberikan penjelJsan terhadap ide utama seperti pada

umumnya menguraikan suatu proses, ukuran, bentuk, ciricirl, fungsi, dan sebagainya,

d) uraian yang mengembangkan ide utama dengan memberikan contoh-contoh ilustratif. Ini bisa dilihat melalui signal words seperti that is, for example, such as, include, for instance, dan sebagainya,

e) uraian yang memberikan perbandingan/kontras dengan mengembangkan ide utama melalui mengutarakan persamaan atau perbedaan suatu benda atau konsep,

f) uraian yang mengembangkan ide utama dengan mengemukakan hubungan sebab-akibat dan menggunakan signal words seperti that is why, consequently, as a result, for this reason, hence, dan sebagainya,

(61)

oleh pembaca dengan mengetahui signal words yang biasa dipakai seperti in other words, that is, in short, in conclusion, dan sebagainya.

2. Writing (Menulis)

Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dan merupakan suatu kegiatan yang mempunyai hubungan dengan proses berpikir serta keterampilan ekspresi dalam bentuk tulisan walaupun menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa, tetapi dalam proses pembelajaran bahasa tidak mungkin dipisahkan dengan keterampilan berbahasa yang lain seperti mendengarkan, berbicara dan membaca. Keempat keterampilan berbahasa itu terdapat saling melengkapi. Berkomunikasi secara lisan dan tulis dengan menggunakan ragam bahasa yang sesuai secara lancar dan akurat dalam wacana interaksional dan atau monolog yang melibatkan wacana berbentuk, deskriptif, naratif, spoofl, recount, prosedur, report, news item, anekdot, eksposisi, explanation, discussion, commentary, dan review

(62)

mengungkapkannya secara tersurat. Dalam proses pembelajaran keterampilan ini bisa diwujudkan dalam bentuk materi menulis dengan berbagai indikatornya. Sebagaimana materi lainnya, materi inipun seharusnya disajikan secara bertahap, karena menulis merupakan keterampilan lanjutan yang cukup kompleks.

Kegiatan menulis, khususnya menulis Bahasa Inggris, adalah suatu proses kognitif dan kreatif yang terjadi secara berulang-ulang tetapi tidak linier. Proses menulis adalah suatu kegiatan kognitif. Sebagai suatu proses kognitif, menulis adalah suatu alat yang digunakan untuk menuangkan buah pikiran. Secara kognitif, di dalam pikiran terdapat suatu skema yang mengandung potensi makna. Potensi ini berkembang karena adanya stimulus dari luar dan akan terjadi suatu transaksi antara potensi itu dengan pengaruh luar tersebut. Jadi untuk berkembang dengaan optimal, diperlukan faktor mediasi (Confrey, 1995), yaitu suatu intervensi lingkungan yang membangkitkan potensi yang ada dan menjadikannya suatu kemampuan.

(63)

tulisan adalah refleksi dari pikiran kreatif, dan karena ia merupakan hasil transaksi maka ia sekaligus juga mengembangkan pikiran (menambah skema yang telah ada sebelumnya). Secara umum, ramuan kognitif dan kreatif di atas dalam proses menulis dapat dilihat pada tiga tahap utama proses menulis, yaitu pramenulis, menulis, dan merevisi.

Kemampuan menulis merupakan suatu kemampuan yang dihasilkan dari suatu proses menulis yang melibatkan faktor kognitif dan kreativitas dimana potensi yang dimiliki dan pengaruh faktor lingkungan bertransaksi untuk membentuk kemampuan menulis yang mencakup lima dimensi kemampuan yaitu kemampuan menemukan ide (isi) tulisan, susunan/organisasi ide, struktur kalimat, kosakata dan gaya (style).

3. Speaking (Berbicara)

Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi Finochiaro dalam Azis (1964:8) mengatakan bahwa: “Language is a system of arbitary, vocal symbols which permit all people in a given culture, or other people who have learned the

system of that culture to communicate or to interact.” Sementara itu Wardhaugh

dalam Azis (1972:3) mendefinisikan bahasa: “Language is a system of arbitary vocal symbols used human communication.”

(64)

(1993:17) berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. Jika komunikasi berlangsung secara tatap muka, ditambah dengan gerak tangan dan air muka (mimik) pada saat berbicara.

Komunikasi baik lisan maupun tulis baru akan berfungsi jika pelaku komunikasi saling dapat menjalankan perannya dengan baik. Partisipasi dan keterlibatan seseorang dalam kehidupan bermasyarakat akan terganggu karena ketidamampuannya dalam memahami informasi isi, misalnya: siaran radio, siaran televisi, surat kabar, pengumuman-pengumuman, pelajaran kuliah, film, dan sebagainya. Berkenaan dengan keterampilan berbicara Rivers (1980) mengatakan: “we must not forget, however, that aural comprehension is an essential elemen of an act of communication which has frequently been neglected in language classroom.

That student should have convidence in their ability to comprehend all kinds of

spoken messages should be a goal of intruction from the early stage.”

(65)

keterampilan jauh lebih sulit dibandingkan mengukur pengetahuan. Para guru menyadari bahwa pengujian keterampilan memang sangat diperlukank, namun sering diabaikan. Hal ini disebabkan pelaksanaan tes keterampilan lebih sukar daripada pelaksanaan tes pengetahuan. Dalam persiapan dan pelaksanaan tes ini diperlukan waktu lebih banyak dan pemberian skornya bersifat subyektif.

Sehubungan dengan evaluasi, dari keempat keterampilan berbahasa tersebut dikatakan oleh Madsen bahwa tes keterampilan berbahasa merupakan tes yang mempunyai tantangan yang paling berat dalam hal persiapan, pengadministrasian dan penilaian. Madsen (1983:147) juga menambahkan bahwa: “What are some of the reasons why speaking tests seem so challenging? One reason is that the nature of

speaking skill itself is not usually well defined. Understandably then, there is some

disagreement on just what critria to choose in evaluating oral communication.

Grammar, vocabulary, and pronunciation are often named as ingredients. But

matters such as fluency and appropriatness of expression are usually regarded as

equally important.”

Untuk mengatasi kesulitan-kesulitan dalam mempersiapkan dan melaksanakan tes keterampilan berbahasa guru/dosen harus memahami konsep-konsep tentang keterampilan berbahasa tersebut. Sedangkan komponen atau kriteria yang dinilai yaitu Task Achievement, Pronunciation, Fluency, Vocabulary, dan Grammar.

Halim (1974:116) menuliskan sekurang-kurangnya terdapat lima unsur dalam

(66)

dan tekanan; (2) tata bahasa; (3) kosakata; (4) kefasihan (kelancaran dan kecepatan berbicara; (5) pemahaman.

Nurgiantoro (1987:253) menjelaskan bahwa bentuk-bentuk kemampuan berbicara yang dipilih seharusnya memungkinkan siswa untuk tidak hanya mengungkapkan kemampuan berbahasanya, melainkan juga mengungkapkan gagasan, pikiran atau perasaannya. Dengan demikian tes tersebut bersifat fungsional. Adapun bentuk-bentuk tes tersebut dapat berupa: (1) berbicara berdasarkan gambar, (2) wawancara, (3) bercerita, (4) pidato, (5) diskusi.

Evaluasi keterampilan berbicara bertujuan mengukur kemampuan siswa dalam menyampaikan dan mengekspresikan pikiran/gagasan dan perasaannya secara lisan dengan cara merangkum kata-kata disertai dengan unsur-unsur prosodi seperti: tekanan, nada, jeda yang tepat dan artikulasi bunyi yang jelas. Bentuk soal tes keterampilan berbicara dapat berupa pertanyaan-pertanyaan yang membutuhkan jawaban dari testi atau berupa skenario yang harus diceritakan atau diperankan testi. Soal-soal ini disusun secara cermat sehingga benar-benar dapat mengukut tujuan yang hendak dicapai. Dalam pelaksanaan ujian mahasiswa berhadapan langsung dengan penguji.

4. Listening (Mendengar)

Rivers (1981) mengatakan : “No matter the approach, however, the beginning

lesson should provide frequent opportunities for hearing certain segments of

language to develop familiarity with the phonological and syntactical patterning.”

Gambar

Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Industri di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008
Tabel 1.2  Kemampuan Bahasa Inggris Siswa SMK Bisnis dan Manajemen di
Gambar 2.1 Hubungan antara pengembangan wilayah, Sumberdaya alam,                            Sumber : Zen, 1999:5
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Struktrur kepribadian tokoh utama akibat pergolakan jiwa sesudah menjadi mualaf yaitu adanya energi dari superego yang membuat Garina masih berpikir secara rasional dalam

Lagrangian pada tiap link humanoid robot , sehingga diperoleh torsi join ankle yang. bekerja sebesar 0.65

c. Evaluasi penawaran teknis dilakukan dengan cara memberikan nilai angka tertentu pada setiap kriteria yang dinilai dan bobot yang telah ditetapkan dalam Dokumen Pemilihan,

Aplikasi BASAMPA merupakan aplikasi berbasis web yang akan diusulkan untuk membantu pengolahan data tabungan pada bank sampah, meliputi pendaftaran nasabah, transaksi

 Children who display mastery motivation are task- oriented; instead of focusing on their ability, they concentrate on learning strategies and the process of achievement rather

Oleh karena itu dari uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Peran Threat Emotion Konsumen dan Brand Trust pada Minat Beli Produk

Variabel penelitian terdiri dari Pencak Silat (Variabel X) dan Pendidikan Karakter Siswa (Variabel Y). Populasi penelitian ini adalah Siswa SMA Negeri 1 Sidrap

Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar cabang olahraga Taekwondo Provinsi DKI Jakarta, sehingga dapat disimpulkan bahwa evaluasi input penyelenggaraan Pusat Pendidikan dan