• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tayangan Variety Show Cinta Juga Kuya Dan Minat Menonton (Studi Korelasional Pengaruh Tayangan Variety Show Cinta Juga Kuya di SCTV terhadap Minat Menonton di Kalangan Mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tayangan Variety Show Cinta Juga Kuya Dan Minat Menonton (Studi Korelasional Pengaruh Tayangan Variety Show Cinta Juga Kuya di SCTV terhadap Minat Menonton di Kalangan Mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU)"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

TAYANGAN VARIETY SHOW CINTA JUGA KUYA DAN MINAT MENONTON

(Studi Korelasional Pengaruh Tayangan Variety Show Cinta Juga Kuya di SCTV terhadap Minat Menonton di Kalangan Mahasiswa Departemen Ilmu

Komunikasi FISIP USU) SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Komunikasi

Disusun oleh : Rangga Novio Purba

040904016

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Tayangan Variety Show Cinta Juga Kuya dan Minat Menonton (Studi korelasional Pengaruh Tayangan Variety Show Cinta Juga Kuya di SCTV terhadap Minat Menonton di Kalangan Mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi) yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh tayangan Variety Show Cinta Juga Kuya di SCTV terhadap minat menonton di kalangan mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU.

Adapun teori yang dianggap relevan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Komunikasi dan komunikasi massa, televisi sebagai media massa dan teori AIDDA. Penelitian ini menggunakan studi korelasional, yakni meneliti sejauh mana hubungan antara Tayangan Variety Show Cinta Juga Kuya dan Minat Menonton.

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU angkatan stambuk 2007-2009 yang masih aktif kuliah. Untuk menentukan jumlah sampel digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90% sehingga diperoleh sampel sebanyak 79 orang. Sementara teknik penarikan sampel yang digunakan yaitu Purposive Sampling.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini melalui dua cara, yaitu Penelitian Kepustakaan (Library research) dan Penelitian Lapangan (Field Research).

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa tabel tunggal, analisa tabel silang dan uji hipotesa melalui rumus Koefisien Korelasi Tata Jenjang (Rank Order) oleh Spearman, dengan menggunakan aplikasi Statistical Product and System Solution (SPSS) 16. Untuk melihat kuat lemahnya korelasi (hubungan) kedua variabel dalam penelitian ini digunakan skala Guilford. Kemudian untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh variabel X terhadap variabel Y masih menggunakan aplikasi SPSS 16 serta untuk mengetahui besar kekuatan pengaruh variabel X terhadap Y digunakan Uji Determinan Korelasi.

(3)

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati, peneliti mengucapkan puji dan syukur

kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan anugerah-Nya yang

berlimpah kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Studi Korelasional Pengaruh Tayangan Variety Show Cinta Juga Kuya Di

SCTV Terhadap Minat Menonton di Kalangan Mahasiswa Departemen Ilmu

Komunikasi FISIP USU. Skripsi ini merupakan tugas akhir perkuliahan peneliti

sebagai syarat pendidikan sarjana (S-1). Peneliti berharap kedepannya skripsi ini

dapat menjadi inspirasi kepada mahasiswa dalam mengembangkan penelitian.

Tentunya skirpsi ini masih jauh dari sempurna , oleh karena itu penulis

senantiasa mengharapkan gagasan baru, kritik serta saran yang membangun

demi perbaikan ke depan.

Dalam penyelesaian skripsi ini peneliti banyak mendapat bimbingan dan

bantuan dari berbagai pihak. Pertama kali peneliti mengucapkan terima kasih

yang sedalam-dalamnya kepada orangtua peneliti yakni Ayahanda H.Romula H

purba dan ibunda Hj.Arnia R harahap yang selalu ada dirumah unutk

membimbing dan memberikan semangat, cinta dan kasih sayangnya. Untuk bang

Arief marizki buat motivasinya, bang Rino dan kak Devi, adik anggi, maktuo Dita

yang banyak berjasa kepada peniliti dan semua keluarga lainnya. Terima kasih

telah selalu mendoakan peneliti dalam setiap kesempatan dan yang selalu

berharap bahwa peneliti nantinya akan menjadi manusia yang berguna dimasa

yang akan datang.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini peneliti tidak hanya mengandalkan

kemampuan sendiri. Begitu banyak pihak yang memberikan kontribusi, baik

berupa materi,pikiran, maupun dorongan semangat dan motivasi. Oleh karena

itu melalui kata pengantar ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof.Dr.Badaruddin, M,Si selaku Dekan FISIP USU

2. Ibu Dra.Fatma Wardi Lubis, MA dan ibu Dra.Dayana, M,Si selaku ketua

(4)

sebagai orang tua kedua yang begitu baik memperlakukan peneliti selama

proses pengerjaan skripsi.

3. Ibu Dra.Dewi Kurniawati,M,Si selaku dosen pembimbing peneliti yang

memiliki pengetahuan yang luas mengenai berbagai hal yang membuat

peneliti termotivasi untuk membuat suatu penelitian yang cukup

menantang.

4. Para dosen Ilmu Komunikasi FISIP USU yang selalu memberikan contoh,

masukan serta teladan yang patut ditiru oleh peneliti berupa semangat

unutk belajar dan meraih cita-cita.

5. Kak Ross,kak icut,Maya untuk semua dorongannya agar peneliti segera

menyelesaikan studi.

6. Mitra-mitra peneliti, iyek,Stanley/stonla,resak,Deri tiongkok,apin,edo,

Sabun,botol,reja,febrija,tejar,adar,rotua dan mitra-mitra lainnya untuk

semua bantuan yang tak kan pernah mampu peneliti balas baik bantuan

moril maupun materil serta semua kebahagiaan yang kalian berikan

selama peneliti mengarungi persahabatan, setia menemani dan

terkadang membawa peruntungan dalam hidup peneliti.

7. Prambors radio, Pak boy,bang david,liya,Kathy,reni,kibo,dan wadyabala

yang keluar masuk dalam mencari pengalaman.

8. Chelsea Football club yang selalu menjadi tempat penghilang rasa penat

dan jenuh selama proses pengerjaan skripsi. WE”LL WAITED SO LONG

BUT WE”LL WAIT FOREVER,WE”LL KEEP THE BLUE FLAG FLYING HIGH.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi seluruh pihak dan dapat membuka

Khazanah berpikir kita mengenai TAYANGAN VARIETY SHOW CINTA JUGA

KUYA DAN MINAT MENONTON.

Medan, juli 2011

Peneliti

(5)
(6)
(7)

IV.2 Teknik Pengolahan Data ... 57

IV.3 Analisa Tabel Tunggal ... 58

IV.3.1 Karakteristik Responden ... 58

IV.3.2 Tayangan Variety Show Cinta Juga Kuya di SCTV .. 60

IV.3.3 Minat Menonton ... 69

IV.4 Analisa Tabel Silang ... 83

IV.5 Uji Hipotesa ... 89

IV.6 Pembahasan ... 91

BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan ... 94

V.2 Saran ... 95

(8)

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

I.1 Variabel Operasional ... 14

II.1 Teori AIDDA ... 34

III.1 Populasi Penelitian ... 50

III.2 Sampel Penelitian ... 52

IV.1 Jenis Kelamin Responden ... 58

IV.2 Stambuk Responden ... 59

IV.3 Sumber informasi acara Cinta Juga Kuya ... 60

IV.4 Pendapat mengenai tayangan Cinta Juga Kuya ... 61

IV.5 Frekuensi menonton ... 62

IV.6 Durasi menonton ... 63

IV.7 Ketepatan penayangan Cinta Juga Kuya ... 64

IV.8 Pertunjukan sulap Cinta menarik ... 65

IV.9 Suka akan konsep acara ... 66

IV.10 Pendapat mengenai pembawa acara ... 67

IV.11 Pembawa acara jelas dalam menyampaikan informasi ... 68

IV.12 Ketertarikan terhadap tayangan Cinta Juga Kuya ... 69

IV.13 Senang dengan tayangan Cinta Juga Kuya ... 70

IV.14 Rasa ingin tahu tentang sulap terpenuhi ... 71

IV.15 Alasan menonton Cinta Juga Kuya karena hobi menonton .... 72

IV.16 Alasan menonton Cinta Juga Kuya karena suka acara variety show ... 73

IV.17 Alasan menonton Cinta Juga Kuya sebagai hiburan ... 74

(9)

sulap ... 75

IV.19 Alasan memilih tayangan karena suka dengan pembawa acara ... 76

IV.20 Alasan memilih tayangan karena suka dengan bintang tamu . 77 IV.21 Alasan memilih tayangan kepuasan batin ... 78

IV.22 Alasan memilih tayangan karena pengaruh keluarga ... 79

IV.23 Alasan memilih tayangan karena pengaruh teman ... 80

IV.24 Alasan memilih tayangan karena pengaruh lingkungan ... 81

IV.25 Alasan belajar sulap setelah menonton Cinta Juga Kuya ... 82

IV.26 Hubungan antara pendapat mengenai tayangan Cinta Juga Kuya dengan ketertarikan terhadap tayangan Cinta Juga Kuya ... 84

IV.27 Hubungan antara pendapat mengenai pembawa acara dengan Alasan memilih tayangan karena suka dengan pembawa acara ... 86

IV.28 Hubungan antara pertunjukan sulap Cinta menarik dengan senang akan tayangan Cinta Juga Kuya ... 88

(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Halaman

(11)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Tayangan Variety Show Cinta Juga Kuya dan Minat Menonton (Studi korelasional Pengaruh Tayangan Variety Show Cinta Juga Kuya di SCTV terhadap Minat Menonton di Kalangan Mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi) yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh tayangan Variety Show Cinta Juga Kuya di SCTV terhadap minat menonton di kalangan mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU.

Adapun teori yang dianggap relevan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Komunikasi dan komunikasi massa, televisi sebagai media massa dan teori AIDDA. Penelitian ini menggunakan studi korelasional, yakni meneliti sejauh mana hubungan antara Tayangan Variety Show Cinta Juga Kuya dan Minat Menonton.

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU angkatan stambuk 2007-2009 yang masih aktif kuliah. Untuk menentukan jumlah sampel digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90% sehingga diperoleh sampel sebanyak 79 orang. Sementara teknik penarikan sampel yang digunakan yaitu Purposive Sampling.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini melalui dua cara, yaitu Penelitian Kepustakaan (Library research) dan Penelitian Lapangan (Field Research).

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa tabel tunggal, analisa tabel silang dan uji hipotesa melalui rumus Koefisien Korelasi Tata Jenjang (Rank Order) oleh Spearman, dengan menggunakan aplikasi Statistical Product and System Solution (SPSS) 16. Untuk melihat kuat lemahnya korelasi (hubungan) kedua variabel dalam penelitian ini digunakan skala Guilford. Kemudian untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh variabel X terhadap variabel Y masih menggunakan aplikasi SPSS 16 serta untuk mengetahui besar kekuatan pengaruh variabel X terhadap Y digunakan Uji Determinan Korelasi.

(12)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Komunikasi merupakan bagian yang penting yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah perkembangan umat manusia. Oleh karena itulah, ilmu komunikasi saat ini telah berkembang pesat. Salah satu bagian dari ilmu komunikasi yang sedang berkembang pesat adalah komunikasi massa. Komunikasi massa merupakan suatu tipe komunikasi manusia yang lahir bersamaan dengan mulai digunakannya alat-alat mekanik, yang mampu melipatgandakan pesan-pesan komunikasi (Wiryanto, 2000:62). Melalui komunikasi massa, pesan-pesan komunikasi dapat disampaikan kepada orang banyak di tempat yang berbeda-beda dan pada waktu yang bersamaan. Untuk sampai ke khalayak, pesan-pesan komunikasi tersebut harus melalui saluran-saluran yang disebut dengan istilah media massa. Media massa dibagi menjadi dua bagian yaitu media cetak dan media elektronik (Ardiyanto&Erdiana, 2005:98). Media massa cetak terdiri dari surat kabar, tabloid dan lain-lain. Sedangkan media massa elektronik terdiri dari radio, film, televisi dan lain-lain. Dari berbagai jenis media massa di atas, media televisi yang menjadi media massa yang sangat berpengaruh bagi masyarakat Indonesia.

(13)

perkembangan dunia pertelevisian telah mempengaruhi sistem kehidupan sebagian besar masyarakat di Indonesia. Sampai hari ini, negara Indonesia telah memiliki sebelas stasiun televisi nasional yaitu Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI), Surya Citra Televisi (SCTV), Televisi Pendidikan Indonesia (TPI), Cakrawala Andalas Televisi (ANTV), Indosiar Visual Mandiri (Indosiar), Televisi Transformasi Indonesia (Trans TV), Global TV, Trans7, Metro TV, Tv One dan Televisi Republik Indonesia (TVRI). Selain televisi nasional, saat ini hampir setiap daerah (terutama kota-kota besar) di Indonesia telah memiliki stasiun televisi lokal. Salah satunya adalah stasiun televisi lokal Deli TV di kota Medan.

Setiap harinya, masyarakat Indonesia dapat melihat berbagai macam program acara yang ditawarkan oleh stasiun-stasiun televisi swasta tersebut. Tingginya animo masyarakat Indonesia untuk menonton program-program acara televisi yang menayangkannya. Jumlah pemirsa yang banyak terhadap program acara tertentu akan membuat rating program tersebut akan tinggi sehingga mendatangkan iklan-iklan produk komersial yang merupakan sumber penghasilan utama bagi stasiun televisi swasta (Panjaitan, 2006:20). Oleh karena itula, stasiun-stasiun televisi swasta berlomba-lomba untuk menayangkan program-program acara yang disukai oleh pemirsanya.

Berbagai macam program acara televisi telah ditayangkan oleh para stasiun televisi swasta bagi pemirsanya, mulai dari sinetron, kuis, talkshow, variety show, komedi situasi (sitkom), program berita, program olahraga,

(14)

Happy Song (Indosiar), Kembang Mencari Kumbang (TPI), Opera Van Java (Trans 7), Makin Malam Makin Mantap (ANTV), dan Cinta Juga Kuya (SCTV)

Cinta Juga Kuya merupakan tayangan variety show yang bertemakan sulap. Acara ini cukup menarik perhatian dari para penonton televisi, karena tayangan sulap ini dilakukan oleh seorang anak perempuan yang masih berusia 5 tahun. Setiap episodenya, Cinta mampu membuat para penonton terkesima oleh aksi sulapnya dan hampir disetiap episodenya, Cinta kerap menggerjai para selebritis tanah air. Malah tak jarang para artis tersebut dibuat kaget, kagum, kesal dan tertawa oleh ulah aksi si pesulap cilik.

Siapa bilang sulap adalah permainan rumit dan hanya bisa dilakukan oleh orang dewasa? Siapa bilang sulap tidak cocok sebagai permainan anak-anak? Buktinya Cinta, gadis cilik yang satu ini memiliki keahlian dalam melakukan trik sulap yang tak kalah dengan orang dewasa. Cinta akan menghibur pemirsa dengan keahliannya yang akan membuat para keluarga Indoensia berdecak kagum. Dalam "Cinta Juga Kuya" akan ditampilkan trik-trik sulap yang natural. Tidak hanya itu, Cinta juga melakukan teknik membaca pikiran yang targetnya adalah para artis. Cinta akan mendatangi kediaman salah seorang artis untuk diajak melakukan trik sulap.

(15)

sulapnya. Sampai suatu hari dia mainin alat sulap yang anak usia 12 tahun saja mainin belum tentu langsung bisa. Awalnya Uya berpikir cuma kebetulan. Tapi ketika disuruh coba lagi dia bisa. Sejak itu sampai sekarang Cinta malah ketagihan main sulap, jelasnya. Uya memang tidak bermodal nekad menerjunkan putrinya ke dunia sulap. Terbukti Cinta tercatat sebagai pesulap termuda profesional yang tampil di International Magic Extravaganza di Malaysia tanggal 6-8 Juni 2008. Di Indonesia, mulai hari ini nama Cinta tercatat sebagai pesulap termuda di Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI). "Dia pernah berkompetisi dengan pesulap yang usianya sudah dewasa, dan dia menjadi pesulap termuda yang ikut. Bahkan usai acara, salah satu pesulap terkenal di Amerika menghampiri saya dan bilang Cinta punya bakat, saya bangga sama dia," ujar Uya.

Cinta dalam membawakan acara ini cukup kocak dan mampu membuat para penonton tercengang dengan aksinya. Sebut saja Inul Daratista yang sempat panik ketika kunci kamar anaknya dipatahkan oleh Cinta, karuan saja Inul langsung panik karena anaknya terkunci sendirian di kamar. Namun, dengan mudahnya Cinta mampu mengembalikan kunci tersebut ke bentuk semula. Ada juga artis lain yang pernah hampir marah karena Blackberry nya diketok dan dicelupkan ke air oleh Cinta, namun akhirnya Blackberry nya kembali berfungsi normal walaupun sudah sempat dikerjai oleh Cinta.

Dalam waktu belakangan ini, atas permintaan pemirsanya tayangan varietyshow Cinta Juga Kuya tayang menjadi tiga kali seminggu yakni Selasa,

(16)

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tayangan Varietyshow “Cinta Juga Kuya” di SCTV terhadap minat menonton di kalangan mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU.

I.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dipaparkan. Maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut :

“Bagaimanakah pengaruh tayangan Variety show Cinta Juga Kuya di SCTV terhadap minat menonton di kalangan mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU”?

I.3 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas dan mengambang, maka peneliti merasa perlu untuk membuat pembatasan masalah yang lebih spesifik dan jelas. Adapun yang menjadi pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Masalah yang diteliti adalah pengaruh tayangan variety show Cinta Juga Kuya dan minat menonton di kalangan mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU.

2. Khalayak yang diteliti adalah mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU stambuk 2007-2009 yang masih aktif kuliah.

(17)

4. Penelitian ini bersifat korelasional.

5. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2010 I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui isi materi yang disajikan oleh tayangan Cinta Juga Kuya. 2. Untuk mengetahui pengaruh tayangan variety show Cinta Juga Kuya terhadap

minat menonton di kalangan mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU.

Manfaat Penelitian

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas dan memperkaya bahan referensi, bahan penelitian serta sumber bacaan di lingkungan Ilmu Komunikasi FISIP USU.

2. Secara teoritis, penelitian ini ditujukan untuk memperkaya khasanah penelitian terutama tentang komunikasi massa.

3. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pikiran terhadap pihak-pihak yang berkepentingan

I.5 Kerangka Teori

(18)

himpunan konstruk (konsep), defenisi dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjbarkan relasi di antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rahmad, 2007:6). Teori berfungsi untuk menjelaskan, memberikan pandangan, memberikan strategi dan meramalkan.

Dalam penelitian ini, teori yang relevan adalah komunikasi dan komunikasi massa, televisi sebagai media massa dan teori AIDDA.

I.5.1 Komunikasi dan Komunikasi Massa

Komunikasi berasal dari bahasa Latin Communis yang artinya “sama”, communico, communicatio, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) adalah istilah yang paling sering

disebut sebagai asal usul kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna atau suatu pesan dianut secara sama.

Menurut Carl I. Hovland dalam karyanya yang berjudul Social Communication memunculkan istilah science of communication yang

didefenisikan sebagai upaya yang ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegar asas-asas pentransmisian informasi serta pembentukan opini dan sikap.

(19)

meliputi lima unsur sebagai jawaban atas pertanyaan yang diajukan tersebut, yakni :

− Komunikator − Pesan

− Media − Komunikan − Efek

Jadi, berdasarkan paradigma Laswell komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media/saluran dan menimbulkan efek.

Komunikasi Massa

Para ahli komunikasi berpendapat bahwa yang dimaksud dengan komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi melalui media massa, jelasnya merupakan siklus dari komunikasi media massa (mass media communication). Mereka membatasi pengertian komunikasi massa pada komunikasi dengan menggunakan media massa seperti surat kabar, majalah, radio, televisi atau film.

(20)

Komunikasi massa bersumber dari komunikasi yang menyampaikan pesannya dengan menggunakan media massa yang ditujukan untuk masyarakat luas. Jadi salah satu ciri dari komunikasi massa adalah pesan yang disampaikan merupakan pesan yang mengandung kepentingan publik.

I.5.2 Televisi sebagai Media Massa

Istilah televisi terdiri dari dua suku kata, yaitu “tele” yang berati jauh dan “vision” yang berarti penglihatan. Televisi adalah salah satu bentuk media komunikasi massa yang selain mempunyai daya tarik yang kuat, disebabkan unsur-unsur kata, musik dan sound effect, juga memiliki keunggulan yang lain yaitu unsur visual berupa gambar hidup yang menimbulkan pesan yang mendalam bagi pemirsanya. Sedangkan menurut sosiolog Marshall Luhan yakin bahwa media cetak tidak menjauhkan manusia dari dunia dan sesamanya sementara media elektronik membuat kita lebih bergantung dan menciptakan kembali dunia dalam gambaran sebuah “Perkampungan Global”.

(21)

I.5.3 Teori AIDDA

Onong Uchjana Effendi (2002:304) menjelaskan bahwa pendekatan yang disebut sebagai A-A Procedure atau from Attention to Action Procedure, sebenarnya penyederhanaan dari suatu proses yang disingkat AIDDA. Lengkapnya adalah sebagai berikut :

1. Attention (Perhatian)

Perhatian, yaitu suatu hal yang dapat menimbulkan keingintahuan, mencari tahu tentang sesuatu yang dilihatnya.

2. Interest (Minat)

Minat, yaitu suatu keadaan yang mampu membuat orang lain menyenangi suatu hal.

3. Desire (Hasrat)

Hasrat, yaitu suatu keinginan seseorang dalam suatu hal yang dilihatnya dan memiliki keinginan untuk memperolehnya.

4. Decision (Keputusan)

Keputusan, yaitu langkah yang diambil seseorang dalam menetapkan suatu hal yang diinginkannya itu.

5. Action (Tindakan)

Tindakan, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan seseorang dalam mencapai keinginannya dalam mendapatkan suatu hal.

(22)

Dalam hal ini, acara Varietyshow Cinta Juga Kuya harus mampu menarik perhatian orang lain khususnya penonton di rumah.

Apabila perhatian komunikan telah terbangkitkan, hendaknya disusul dengan upaya menumbuhkan minat (interest) yang merupakan derajat yang lebih tinggi dari perhatian. Minat adalah kelanjutan dari perhatian yang merupakan titik tolak bagi timbulnya hasrat (desire) untuk melakukan suatu kegiatan yang diharapkan. Dalam hal ini, minat akan menimbulkan hasrat dalam penonton untuk menyaksikan acara Varietyshow Cinta Juga Kuya.

Hasrat, yaitu suatu keinginan yang amat sangat untuk menonton acara Varietyshow Cinta Juga Kuya. Dengan adanya hasrat, kemudian harus dilanjutkan dengan datangnya keputusan (decision).

Keputusan, yaitu segala putusan yang telah ditetapkan, sesudah dipertimbangkan ataupun dipikirkan, dan merupakan sikap terakhir ataupun langkah yang harus dijalankan. Pada akhirnya keputusan tersebut dilanjutkan dengan mengambil suatu tindakan (action). Tindakan, yaitu perbuatan atau sesuatu yang dilaksanakan untuk mengatasi/memenuhi sesuatu.

I.5.4 Minat Menonton

(23)

merupakan faktor penentu internal yang benar-benar mendasar dalam mempengaruhi perhatiannya. Bentuk-bentuk minat adalah perhatian, persepsi, keinginan dan perbuatan.

Menurut Kamus Umum Besar Indonesia, menonton adalah melihat pertunjukan gambar hidup dan sebagainya. Sedangkan menurut Partowisastro, menonton merupakan perhatian yang spontan dari diri individu dimana individu berada di tengah-tengah layar putih dan apa yang dilihatnya seolah-olah terjadi di depan mata dan bukan bersifat bayangan saja. Minat menonton adalah adalah suatu keadaan dimana dalam diri individu timbul ketertarikan terhadap suatu objek.

I.6. Kerangka Konsep

Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalisasikan dengan mengubahnya menjadi variabel (Singarimbun, 1995:49).

Kerangka konsep merupakan hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai. Dengan kerangka konsep akan menuntun penelitian dalam memutuskan hipotesis (Nawawi,2001:40).

Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel bebas (X)

(24)

2. Variabel terikat (Y)

Variabel terikat adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat penelitian ini adalah minat menonton.

3. Variabel antara (Z)

Variabel antara adalah variabel yang berada di antara variabel bebas dan variabel terikat, berfungsi sebagai penguat atau pelemah hubungan antara bebas dan variabel terikat. Variabel antara dalam penelitian ini adalah karakteristik responden, yaitu nilai-nilai yang dimiliki oleh seseorang yang dapat membedakannya dengan orang lain, seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, penghasilan, pekerjaan dan lain-lain.

I.7 Model Teoritis

Gambar I.1 Model Teoritis

Variabel bebas (X) Tayangan variety show Cinta

Juga Kuya

Variabel terikat (Y) Minat Menonton

(25)

I.8 Variabel Operasional

Operasionalisasi adalah mengukur konsep yang abstrak menjadi konstruk yang dapat diamati dan diukur.

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep di atas, maka dibuat operasional variabel untuk memberikan kemudahan dalam penelitian, yaitu sebagai berikut :

Tabel I.1 Variabel Operasional

Variabel Teoritis Variabel Operasional Variabel Bebas (X)

(26)

I.9 Defenisi Operasional

Defenisi operasional merupakan unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, defenisi operasional adalah semacam petunjuk pelaksana bagaimana caranya mengukur suatu variabel.

Dalam penelitian ini, variabel-variabel dapat didefenisikan sebagai berikut:

1. Variabel bebas (X) tentang tayangan variety show Cinta Juga Kuya

a. Durasi merupakan lamanya waktu penanyangan acara varietyshow Cinta Juga Kuya.

b. Konsep acara merupakan perencanaan terhadap bentuk dari acara varietyshow Cinta Juga Kuya.

c. Materi acara merupakan isi dari acara varietyshow Cinta Juga Kuya. d. Kejelasan informasi adalah proses penyampaian pesan yang efektif kepada

para penonton tayangan varietyshow Cinta Juga Kuya.

e. Pembawa acara adalah orang yang memandu acara Cinta Juga Kuya pada saat acara berlangsung.

2. Variabel terikat (Y) tentang minat menonton

a. Perhatian, terjadi bila kita mengkonsentrasikan diri pada salah satu alat indra dan mengesampingkan masukan-masukan melalui alat indra yang lain.

(27)

d. Perbuatan, hasil komulatif dari seluruh proses komunikasi. 3. Variabel antara (Y) karakteristik responden terdiri dari :

a. Jenis Kelamin : yaitu laki-laki dan perempuan.

b. Angkatan : yaitu tahun dimana responden dinyatakan diterima sah sebagai mahasiswa USU. Seluruh responden terdiri dari angkatan 2007, 2008 dan 2009.

I.10 Hipotesis

Hipotesis diturunkan dari teori. Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap suatu fenomena dan atau pertanyaan penelitian yang dirumuskan setelah mengkaji suatu teori. Oleh sebab itu, rumusan hipotesis ditulis dalam bentuk pernyataan ilmiah atau proposisi, yaitu mengandung hubungan dua variabel atau lebih. Sekalipun demikian, pernyataan ilmiah yang sudah dibuat masih perlu diuji kebenarannya melalui data empiris, sebab pendapat yang terkandung dalam pernyataan tersebut masih dangkal.

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

H0 : tidak terdapat hubungan antara tayangan variety show Cinta Juga Kuya di SCTV dengan minat menonton di kalangan mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU.

(28)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II.1 Komunikasi dan Komunikasi Massa

II.1.1 Pengertian Komunikasi

Sebagai makhluk sosial manusia senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu ini memaksa manusia perlu berkomunikasi. Komunikasi adalah suatu kebutuhan yang sangat fundamental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat.

Secara etimologis atau menurut asal katanya komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin communis yang berarti “sama”, communico, communicatio, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) adalah istilah yang paling sering sebagai asal-usul kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama (Mulyana 2002:41).

(29)

karena itu, komunikasi yang dimaksudkan disini adalah komunikasi manusia atau dalam sering kali disebut komunikasi sosial atau social communication. Komunikasi manusia sebagai singkatan dari komunikasi antarmanusia, dinamakan komunikasi sosial karena hanya pada manusia-manusia yang bermasyarakat terjadinya komunikasi.

Secara paradigmatis, komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pandapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media (Effendy, 2004:4).

Menurut Harold D. Lasswel, bahwa cara terbaik untuk menjelaskan kegiatan komunikasi ialah menjawab pertanyaan “who says what in which channel to whom with what effect?.

Paradigma Laswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni :

- Komunikator (communicator, source, sender) - Pesan (message)

- Media (channel, media)

- Komunikan (communicant, communicatee, receiver, recipient) - Efek (effect, impact, influence)

Jadi berdasarkan paradigma Laswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu Effendy (2004: 10).

(30)

a. Menyampaikan informasi (to inform) b. Mendidik (to educate)

c. Menghibur (to entertain) d. Mempengaruhi (to influence)

Adapun tujuan dari komunikasi, adalah sebagai berikut:

a. Perubahan sikap (attitude change) b. Perubahan pendapat (opinion change) c. Perubahan perilaku (behavior change)

d. Perubahan sosial (social change) (Effendy, 2004: 8)

II.1.2 Komunikasi Massa

Dari berbagai macam cara komunikasi dilaksanakan dalam masyarakat manusia, salah satunya adalah komunikasi massa. Konsep komunikasi massa itu sendiri pada satu sisi mengandung pengertian suatu proses dimana organisasi media memproduksi dan menyebarkan pesan kepada publik secara luas dan pada sisi lain merupakan proses dimana pesan tersebut dicari digunakan dan dikonsumsi oleh audience (Sendjaja, 2002:21).

(31)

karena itu, massa di sini menunjuk kepada khalayak, audience, penonton, pemirsa atau pembaca.

Pengertian komunikasi massa, merujuk kepada pendapat Tan dan Wright dalam Liliweri (1991), bahwa komunikasi massa merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikasi secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen, dan menimbulkan efek tertentu.

Defenisi paling sederhana tentang komunikasi massa dirumuskan Bittner(1980), yaitu komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang, dari defenisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi itu harus menggunakan media massa. Media komunikasi yang termasuk media massa adalah radio siaran, dan televisi, keduanya dikenal sebagai media elektronik; surat kabar dan majalah, keduanya disebut sebagai media cetak; serta media film. Film sebagai media komunikasi massa adalah bioskop (Ardianto, 2004:3).

Sedangkan menurut Jay Black dan Fredrick C. Whitney (1988), komunikasi massa dalah sebuah proses dimana pesan-pesan yang diperoleh secara massal/tidak sedikit itu disebarkan kepada massa penerima pesan yang luas, anonim, dan heterogen (Ardianto, 2004:3).

(32)

1. Komunikator Terlembagakan

Komunikator dalam komunikasi massa itu bukan satu orang, tetapi kumpulan orang-orang. Artinya, gabungan antar berbagai macam unsur dan bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga.

2. Pesan Bersifat Umum

Pesan-pesan dalam komunikasi massa tidak ditujukan kepada satu orang atau satu kelompok masyarakat tertentu. Oleh karenanya, pesan komunikasi massa bersifat umum.

3. Komunikatornya Anonim dan Heterogen

Komunikator tidak mengenal komunikan (anonim), karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka. Disamping anonim, komunikan komunikasi massa adalah heterogen, karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda.

4. Media Massa Menimbulkan Keserempakan

Komunikasi massa itu ada keserempakan dalam proses penyebaran pesan-pesannya. Serempak disini berarti khalayak bisa menikmati media massa tersebut hampir bersamaan.

(33)

Dalam komunikasi massa, pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu dan disesuaikan dengan karakteristik media massa yang akan digunakan.

6. Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah

Komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pun aktif menerima pesan, namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog.

7. Stimuli Alat Indra ”Terbatas”

Dalam komunikasi massa, stimuli alat indra bergantung pada jenis media massa. Pada surat kabar dan majalah, pembaca hanya melihat. Pada radio siaran, khalayak hanya mendengar. Sedangkan pada media televisi dan film, menggunakan indra penglihatan dan pendengaran.

8. Umpan Balik Tertunda (Delayed)

Efektivitas komunikasi seringkali dapat dilihat dari feedback yang disampaikan oleh komunikan (Ardianto, 2004:7).

Menurut Wright (1959) dalam buku Teori Komunikasi (Severin, 2007:4), perubahan teknologi baru menyebabkan perubahan dalam defenisi komunikasi yang mempunyai tiga ciri yaitu :

(34)

2. Pesan-pesan yang disebarkan secara umum, sering dijadwalkan untuk bisa mencapai sebanyak mungkin anggota audiens secara serempak dan sifatnya sementara.

3. Komunikator cenderung berada atau beroperasi dalam sebuah organisasi yang kompleks yang mungkin membutuhkan biaya yang besar.

Fungsi komunikasi media massa sebagai bagian dari komunikasi massa terdiri atas :

1. Fungsi Pengawasan

Berupa peringatan dan kontrol sosial maupun kegiatan persuasif. Pengawasan dan kontrol sosial dapat dilakukan untuk aktivitas preventif untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Fungsi persuasif sebagai upaya memberi reward dan punishment kepada masyarakat sesuai dengan apa yang dilakukannya.

2. Fungsi Social Learning

Melakukan guiding dan pendidikan sosial kepada seluruh masyarakat. Media massa bertugas untuk memberikan pencerahan-pencerahan kepada masyarakat dimana komunikasi massa itu berlangsung.

3. Fungsi Penyampaian Informasi

Yaitu menjadi proses penyampaian informasi kepada masyarakat luas. Yang memungkinkan informasi dari sebuah institusi publik tersampaikan kepada masyarakat secara luas dalam waktu cepat.

(35)

Komunikasi massa menjadi proses transformasi budaya yang dilakukan bersama-sama oleh semua komponen komunikasi massa, terutama yang didukung oleh media massa.

5. Hiburan

Komunikasi massa juga digunakan sebagai medium hiburan, terutama karena komunikasi massa menggunakan media massa, jadi fungsi-fungsi hiburan yang ada pada media massa juga merupakan bagian dari fungsi komunikasi massa.

Adapun efek komunikasi massa menurut Lavidge dan Steiner (1961) terdiri atas enam langkah yang dikelompokkan dalam tiga dimensi atau kategori-kategori berikut : kognitif, afektif, dan konatif. Kognitif berhubungan dengan pengetahuan kita tentang segala sesuatu, afektif berhubungan dengan sikap kita terhadap sesuatu dan konatif berhubungan dengan tingkah laku kita terhadap sesuatu (Severin, 2007:16).

II.2 Televisi Sebagai Media Massa

(36)

penemuan roda, karena penemuan ini mampu mengubah peradaban dunia. Di Indonesia 'televisi' secara tidak formal disebut dengan TV, tivi, teve atau tipi

Televisi untuk umum menyiarkan programnya secara universal, tetapi fungsi utamanya tetap hiburan. Kalaupun ada program-program yang mengandung segi informasi dan pendidikan, hanya sebagai pelengkap saja dalam rangka memenuhi kebutuhan alamiah manusia (Effendi, 2004 : 55).

Dalam banyak hal, TV juga memiliki beberapa ciri khusus yang berbeda dari jenis atau bentuk media lainnya. Sajian gandanya, yaitu gambar dan suara mengantarkan media ini pada posisi yang khas dan menarik (Muhtadi, 1999: 99). Inovasi terpenting yang terdapat pada televisi ialah kemampuan menyajikan komentar atau pengamatan langsung saat suatu kejadian berlangsung. Namun demikian banyak peristiwa yang perlu diketahui publik telah direncanakan sebelumnya, maka penambahan kadar aktualitas juga terbatas (McQuail, 1994: 16).

II.2.1 Sejarah Televisi

(37)

diadakan percobaan pemancaran serta penerimaan sinyal televisi tersebut. Hal ini terjadi antara tahun 1883-1884. Akhirnya Nipkov diakui sebagai ‘Bapak’ televisi.

Televisi sudah mulai dapat dinikmati oleh publik Amerika Serikat pada tahun 1939, yaitu ketika berlangsungnya World’s Fair di New York Amerika Serikat, tetapi Perang Dunia II telah menyebabkan kegiatan dalam bidang televisi itu terhenti. Baru setelah itu, tahun 1946 kegiatan dalam bidang televisi dimulai lagi. Pada waktu itu di seluruh Amerika Serikat hanya terdapat beberapa buah pemancar saja, tetapi kemudian teknologi berkembang dengan pesat, jumlah pemancar TV meningkat dengan hebatnya. Tahun 1948 merupakan tahun penting dalam dunia pertelevisian karena pada tahun tersebut ada perubahan dari televisi eksperimen ke televisi komersial di Amerika.

Seperti halnya dengan media massa lain, televisi pun tidak dapat dimonopoli oleh Amerika Serikat saja. Sewaktu Amerika giat mengembangkan media massa itu, negara-negara Eropa lain pun tidak mau ketinggalan. Perkembangan televisi sangat cepat sehingga dari waktu ke waktu media ini memiliki dampak terhadap kehidupan masyarakat sehari-hari.

Menurut Skormis (Kuswandi, 1996 : 8) dalam bukunya “Television and Society : An Incuest and Agenda “, dibandingkan dengan media massa lainnya

(38)

akan mudah dimengerti karena jelas terdengar secara audio dan terlihat secara visual.

II.2.2 Perkembangan Televisi di Indonesia

Inovasi terpenting yang terdapat pada televisi ialah kemampuan menyajikan komentar atau pengamatan langsung saat suatu kejadian berlangsung. Namun demikian banyak peristiwa yang perlu diketahui publik telah direncanakan sebelumnya, maka penambahan kadar aktualitas juga terbatas (McQuail, 1996: 16).

Media televisi di Indonesia bukan lagi sebagai barang mewah. Kini media layar kaca tersebut sudah menjadi salah satu barang kebutuhan pokok bagi kehidupan masyarakat untuk mendapatkan informasi. Dengan kata lain, informasi sudah merupakan bagian dari hak manusia untuk aktualisasi diri

Kegiatan penyiaran televisi di Indonesia dimulai pada tanggal 24 Agustus 1962, bertepatan dengan dilangsungkannya pembukaan pesta olahraga se-Asia IV atau Asean Games di Senayan. Sejak itu pula Televisi Republik Indonesia yang disingkat TVRI dipergunakan sebagai panggilan status sampai sekarang. Selama tahun 1962-1963 TVRI berada di udara rata-rata satu jam sehari dengan segala kesederhanaannya.

(39)

stasiun televisi (SCTV) Surya Citra Televisi Indonesia, (TPI) Televisi Pendidikan Indonesia dan (ANTEVE) Andalas Televisi (Ardianto, 2004 : 127).

Dengan kehadiran RCTI, SCTV, dan TPI maka dunia pertelevisian di Indonesia telah mengalami banyak perubahan, baik dalam hal mutu siarannya maupun waktu penayangannya. Untuk lebih meningkatkan mutu siarannya pada pertengahan tahun 1993, RCTI telah mengudara secara nasional dan membangun beberapa stasiun transmisi di berbagai kota besar di Indonesia , seperti : Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, Batam, dan daerah-daerah lain. Kemudian stasiun-stasiun televisi swasta bertambah lagi dengan kehadiran Indosiar, Trans TV, Trans 7, Global TV, Metro TV, dan TV One.

II.2.3 Daya Tarik Televisi

(40)

II.2.4 Program Televisi

Pengaruh televisi terhadap sistem komunikasi tidak pernah lepas dari pengaruh terhadap aspek-aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Menurut Prof. Dr. R. Mar’at acara televisi pada umumnya mempengaruhi sikap, pandangan, persepsi, dan perasaan bagi para penontonnya. Hal ini disebabkan oleh pengaruh psikologis dari televisi itu sendiri, di mana televisi seakan-akan menghipnotis pemirsa, sehingga mereka telah hanyut dalam keterlibatan akan kisah atau peristiwa yang disajikan oleh televisi (Effendy, 2002 : 122).

Menurut Frank Jefkins (Jefkins, 2003 : 105), televisi memiliki sejumlah karakteristik khusus dan program acara, yaitu :

1. Selain menghasilkan suara, televisi juga menghasilkan gerakan, visi dan warna.

2. Pembuatan program televisi lebih mahal dan lama.

3. Karena menghandalkan tayangan secara visual, maka segala sesuatu yang tampak haruslah dibuat semenarik mungkin.

Sedangkan program acara televisi, terdiri dari :

1. Buletin berita nasional, seperti : siaran berita atau bulletin berita regional yang dihasilkan oleh stasiun-stasiun televisi swasta lokal.

2. Liputan-liputan khusus yang membahas tentang berbagai masalah aktual secara lebih mendalam.

(41)

4. Program acara mengenai topik khusus yang bersifat informatif, seperti : acara memasak, berkebun, dan acara kuis.

5. Acara drama, terdiri dari : sinetron, sandiwara, komedi, film, dan lain sebagainya.

6. Acara musik, seperti konser musik pop, rock, dangdut, klasik, dan lain sebagainya.

7. Acara bagi anak-anak, seperti : film kartun.

8. Acara keagamaan, seperti : siraman rohani, acara ramadhan, acara natal, dan lain sebagainya.

9. Program acara yang membahas tentang ilmu pengetahuan dan pendidikan. 10. Acara bincang-bincang atau sering disebut talkshow.

II.2.5 Acara Televisi

(42)

adalah tentang program hiburan yang mengusung tentang acara keahlian yang bernama The Master yang tayang di stasiun RCTI.

Acara ini dianggap sukses karena telah mampu menyedot perhatian khalayak, terbukti dari munculnya banyak komunitas dan fans dari acara The Master. Kesuksesan sebuah program TV saat ini diukur oleh tingkat konsumsi program tersebut oleh pemirsa atau biasa disebut rating. Pengukuran rating dilakukan oleh lembaga riset yang menempatkan alat bernama "people meter" pada beberapa responden.

II.2.6 Dampak Acara Televisi

Media televisi sebagaimana media massa lainnya berperan sebagai alat informasi, hiburan, kontrol sosial, dan penghubung wilayah secara strategis. Bersamaan dengan jalannya proses penyampaian isi pesan media televisi kepada pemirsa, maka isi pesan itu juga akan diinterpretasikan secara berbeda-beda menurut visi pemirsa. Serta dampak yang ditimbulkan juga beraneka ragam.

Hal ini terjadi karena tingkat pemahaman dan kebutuhan pemirsa terhadap isi pesan acara televisi berkaitan erat dengan status sosial ekonomi serta situasi dan kondisi pemirsa pada saat menonton televisi. Dengan demikian apa yang diasumsikan televisi sebagai suatu acara yang penting untuk disajikan bagi pemirsa, belum tentu penting bagi khalayak. Ada tiga dampak yang ditimbulkan dari acara televisi terhadap pemirsa ( Kuswandi, 1996:99):

(43)

2. Dampak peniruan yaitu pemirsa dihadapkan pada trendi aktual yang ditayangkan televisi.

3. Dampak perilaku yaitu proses tertanamnya nilai-nilai sosial budaya yang telah ditayangkan acara televisi yang diterapkan dalam kehidupan pemirsa sehari-hari.

II.3 Teori AIDDA

Dalam model AIDDA hal utama yang harus dilakukan adalah membangkitkan dan menumbuhkan perhatian komunikan. Dalam hal ini berhasil atau tidaknya perhatian dipengaruhi oleh daya tarik komunikator (source attractiveness).

Komunikasi yang diawali dengan membangkitkan perhatian (attention) akan merupakan awal suksesnya komunikasi. Apabila perhatian komunikan telah terbangkitkan, hendaknya disusul dengan upaya menumbuhkan minat (interest) yang merupakan derajat yang lebih tinggi dari perhatian. Minat adalah kelanjutan dari perhatian yang merupakan titik tolak bagi timbulnya hasrat (desire) untuk melakukan suatu kegiatan yang diharapkan oleh komunikator. Hanya ada hasrat saja pada diri komunikan belum berarti apa-apa, sebab harus dilanjutkan dengan datangnya keputusan (decision), yakni keputusan untuk melakukan kegiatan (action). Berikut akan ditampilkan skema AIDDA.

(44)

kegelisahan (anxiety arrousing). William J. Mc Guire seorang ahli komunikasi menegaskan dalam karnyanya “Persuation” bahwa anxiety arrousing comunication menimbulkan efek ganda. Pada satu pihak menimbulkan rasa takut

akan bahaya sehingga mempertinggi motivasi untuk melakukan tindakan pencegahan (preventive). Sedangkan pada pihak lain rasa takut itu menimbulkan sikap kesiapan bertarung (fight to fight) yang dalam yang dalam kasus komunikasi dapat berbentuk sikap permusuhan pada komunikator atau tidak menaruh perhatian sama sekali terhadap pesan yang disampaikan komunikator.

Berdasarkan formula AIDDA maka komunikasi persuasif didahului dengan upaya membangkitkan perhatian (attention). Dalam hal ini adalah penayangan varietyshow Cinta Juga Kuya di SCTV. Acara ini harus mampu menimbulkan atensi atau menarik perhatian orang lain, khususnya para penonton televisi. (komunikan) Apabila perhatian komunikan telah terbangkitkan, maka hal ini akan disusul dengan upaya menumbuhkan minat (interest).

Minat, yaitu suatu keinginan yang kuat ataupun kecenderungan hati yang sangat tinggi terhadap sesuatu, yang merupakan derajat yang lebih tinggi dari perhatian, yang dalam hal ini adalah minat menonton setelah komunikan menyaksikan acara Cinta Juga Kuya. Dari bentuk perhatian yang seperti ini akhirnya menjadi sebuah titik tolak bagi timbulnya hasrat (desire).

(45)

Keputusan, yaitu segala putusan yang telah ditetapkan, sesudah dipertimbangkan ataupun dipikirkan, dan merupakan sikap terakhir ataupun langkah yang harus dijalankan.

Tindakan, yaitu perbuatan atau sesuatu yang dilaksanakan untuk mengatasi/memenuhi sesuatu hasrat dan keinginan dalam diri. Dalam hal ini adalah menonton acara sulap dan keinginan untuk mengikuti materi acara tersebut.

Gambar II.1 Skema AIDDA

Appeal -

Attractiveness Komunikator

Appeal +

(Sumber : Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, 2005)

Untuk lebih memudahkan dalam memahami konsep AIDDA dalam penelitian ini, maka dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Preventif (penolakan) Anexity Arrousing → Rasa Takut Tidak Ada

Perhatian

(46)

Tabel II.1 Teori AIDDA

A Attention (Perhatian) Kehadiran Acara varietyshow Cinta Juga Kuya ditelevisi mampu menarik perhatian para mahasiswa departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU.

I Interest (Minat) Ketertarikan mulai timbul pada diri para mahasiswa untuk menonton acara Cinta Juga Kuya di SCTV

D Desire (Hasrat) Hasrat/Kemauan mahasiswa departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU untuk menonton acara tersebut

D Decision (Keputusan) Setelah timbulnya hasrat pada diri mahasiswa departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU mereka akan mengambil keputusan dalam bentuk menerima ataupun menolak acara tersebut.

A Action (Tindakan)

(47)

II.4 Minat Menonton

Seorang komunikator dikatakan akan dapat melakukan perubahan sikap dan tingkah laku dari komunikannya apabila komunikan merasa adanya persamaan antara komunikator dengan komunikannya agar dapat menimbulkan simpati komunikan terhadapnya.

Dimulainya komunikasi dengan membangkitkan perhatian akan merupakan langkah awal suksesnya sebuah komunikasi. Apabila perhatian komunikan lebih terbangkitkan, maka selanjutnya diikuti dengan upaya menumbuhkan minat yang merupakan lanjutan dari perhatian.

Perhatian merupakan gejala psikologis dalam diri seseorang, yaitu proses dimana suatu objek atau kondisi dalam suatu lingkungan orang yang bersangkutan merupakan hal-hal yang memberikan respon (Sunaryo, 1995:62). Menurut Effendy (2000:103), minat adalah perhatian yang merupakan titik tolak timbulnya hasrat untuk melakukan kegiatan yang diharapkan. As’ad (1991:54), berpendapat bahwa minat adalah sikap yang dapat menimbulkan hasrat dan perhatian terhadap sesuatu dan timbul keinginan untuk membeli sesuatu.

Pada dasarnya, minat dalam diri seseorang/khalayak apabila terdapat unsur-unsur sebagai berikut :

1. Terjadinya sesuatu hal yang menarik

2. Terdapatnya kontras yaitu antara hal yang satu dengan hal yang lainnya sehingga apa yang menonjol itu menimbulkan perhatian.

(48)

Menurut Widjaja (2000:45), secara teori minat memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Minat tidak dibawa sejak lahir

2. Dapat berubah-ubah (situasional dan temporal)

3. Tidak berdiri sendiri, senantiasa mengandung reaksi dengan stimulus maupun objek

4. Objek itu dapat merupakan sesuatu hal tertentu, tapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.

Minat menggunakan yang timbul dalam diri khalayak sangat didukung oleh beberapa faktor. Menurut fransesco M. Nicosia, seorang penonton/khalayak dalam mengambil keputusan untuk menonton tayangan/acara dipengaruhi oleh dua faktor yaitu :

1. Faktor luar, yaitu faktor lingkungan tempat tinggal yang mempengaruhi khalayak. Misalnya, karena dorongan teman, mengikuti orang lain yang menonton acara tersebut dan sebagainya.

2. Faktor dalam, yaitu faktor pemikiran atau kejiwaan dari dalam diri konsumen itu sendiri yang bersifat rasional (Engel,1994:30).

(49)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN III.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

III.1.1 Sejarah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) merupakan fakultas ke sembilan di lingkungan Universitas Sumatera Utara (USU). Prakarsa pendirian FISIP USU berasal dari beberapa dosen dalam bidang Ilmu Sosial, Administrasi dan Manajemen yang berada di Fakultas Ekonomi, Fakultas Hukum pada tahun 1979. Prakarsa pendirian FISIP USU berasal dari beberapa dosen dalam bidang Ilmu Sosial, Administrasi, dan Manajemen yang berada di Fakultas Ekonomi, dan Fakultas Hukum pada tahun 1979.

Persiapan proposal pendirian dilakukan oleh Drs. M. Adham Nasution, Asma Affan MPA, Dr. AP. Parlindungan, S.H, M.Solly Lubis, S.H dan beberapa dosen lainnya. Berdasarkan proposal tersebut Rektor USU Dr. AP Parlindungan, S.H memperjuangkan agar di USU didirikan FISIP. Pada tahun 1980 mulanya FISIP USU merupakan Jurusan Ilmu Pengetahuan Masyarakat di Fakultas Hukum USU. Para pendiri FISIP ini sepakat untuk mengangkat Drs. M. Adham Nasution sebagai Ketua Jurusan dan ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Rektor USU Nomor 1181/PT05/C.80 tertanggal 1 Juli 1980.

Jurusan Ilmu Pengetahuan Masyarakat ini pertamakali menerima mahasiswa melalui ujian SIPENMARU pada tahun ajaran 1980/1981 dengan jumlah mahasiswa sebanyak 75 orang. Kegiatan perkuliahan pertama kali dimulai tanggal 18 Agustus 1980 yang pembukaannya diresmikan oleh Rektor USU Prof. Dr. AP Parlindungan,SH di gedung perkuliahan Fakultas Kedokteran Gigi USU, dan perkuliahan selanjutnya dilaksanakan sore hari di gedung tersebut. Walaupun Jurusan Ilmu Pengetahuan Masyarakat merupakan salah satu jurusan di Fakultas Hukum USU, namun kegiatan perkuliahan dan kegiatan administrasi jurusan tidak dilaksanakan di Fakultas Hukum USU. Kegiatan administrasi dilaksanakan di salah satu ruangan BAAK USU yang sekarang merupakan gedung Fakultas Sastra USU. Selanjutnya pada tanggal 7 April 1983 kegiatan administrasi jurusan dipindahkan ke gedung Biro Rektor yang sekarang merupakan gedung Pusat Komputer. Jurusan Ilmu Pengetahuan Masyarakat merupakan ‘embrio’ (cikal bakal) berdirinya FISIP USU.

Berkat perjuangan dan usaha, yang dilakukan pendiri FISIP USU, maka dua tahun kemudian tahun 1982, keluarlah Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia nomor 36 tahun 1982 tanggal 7 September 1982. Dalam Surat Keputusan tersebut dicantumkan Fakultas Ilmu Sosial Politik Universitas Sumatera Utara yang merupakan fakultas ke- 9 di USU. Semua mahasiswa yang terdaftar pada Jurusan Ilmu Pengetahuan Masyarakat tersebut menjadi mahasiswa FISIP USU.

(50)

Tentang Susunan Organisasi Universitas Sumatera Utara, dimana dalam surat keputusan tersebut dicantumkan bahwa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara merupakan Fakultas ke sembilan atau Fakultas yang terakhir di USU. Sehubungan dengan itu maka Jurusan Ilmu Pengetahuan Masyarakat yang berada di bawah Fakultas Hukum USU berubah statusnya menjadi Fakultas. Semua mahasiswa yang terdaftar pada jurusan tersebut otomatis menjadi mahasiswa FISIP USU. Pada waktu itu mahasiswa yang kuliah di FISIP USU belum dibagi ke dalam jurusan-jurusan, karena ketentuan jurusan yang akan dibuka di FISIP USU belum ada.

Saat ini FISIP USU berada di Jl. Dr. A. Sofian No.1 Kampus USU. Bersebelahan dengan Fakultas Ekonomi, dan berseberangan dengan Fakultas Pertanian USU.

Setelah Jurusan Ilmu Pengetahuan Masyarakat Fakultas Hukum USU ditetapkan menjadi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, maka secara otomatis pula Drs. M. Adham Nasution sebagai Ketua Jurusan sudah habis masa jabatannya dan pada FISIP USU yang baru berdiri belum mempunyai Dekan. Dalam rangka pengembangan FISIP USU tersebut, maka dibentuklah satu panitia persiapan pemilihan Dekan FISIP USU dengan Surat Keputusan Rektor USU Nomor 573/PT05/C.82 tertanggal 19 Oktober 1982. tujuan dari pembetukan panitia tersebut adalah untuk memilih Dekan yang akan memimpin FISIP USU. Dalam rapat tersebut dengan suara bulat menyetujui Drs. M. Adham Nasution sebagai Pejabat Sementara Dekan FISIP USU.

Kemudian pada tanggal 1 Maret 1983 terbitlah Surat Keputusan Rektor tentang Pengangkatan saudara Drs. M. Adham Nasution sebagai pPejabat Sementara Dekan FISIP USU dengan Nomor 64/PT05/SK/C.83. sedangkan Pejabat Sementara Para Pembantu Dekan yang diangkat sebagai pejabatnya adalah:

1. Pembantu Dekan I : T. Daoed Ahmad, S.H. 2. Pembantu Dekan II : Drs. Haniful Chair Nasution 3. Pembantu Dekan III : Dra. Nurlela Ketaren

Pada Tahun Akademi 1982/1983 jumlah mahasiswa yang diterima pada FISIP USU adalah sebanyak 73 orang.

Pada tanggal 7 April 1983 kegiatan administarsi FISIP USU dipindahkan ke Gedung Biro Rektor USU Lantai I, yang sekarang merupakan Gedung Pusat Komputer yang terletak di Jalan Universitas Kampus USU.

Pada bulan Oktober 1983 FISIP USU yang untuk pertama kalinya melantik sebanyak 24 orang sarjana muda dari mahasiswa angkatan 1980/1981. Sedangkan pelantikannya diadakan di Gelanggang Mahasiswa Jalan Universitas Kampus USU Medan.

Sesuai dengan perkembangannya sebagai suatu fakultas, FISIP USU mengusulkan agar dapat membuka beberapa jurusan. Pada tahun 1983 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 0535/0/83 tentang jenis dan jumlah Fakultas di lingkungan USU, disebutkan bahwa FISIP USU terdiri dari lima jurusan yaitu:

(51)

3. Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial 4. Jurusan Sosiologi

5. Jurusan Antropologi

Namun demikian, pembukaan kelima jurusan tersebut dilakukan secara bertahap hal ini disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Mengingat juga terbatasnya jumlah tenaga pengajar (dosen) yang ada, dan terbatasnya disiplin ilmu yang dimiliki dosen pada masing-masing jurusan, maka jurusan yang pertama dibuka adalah Jurusan Ilmu Administrasi dan Ilmu Komunikasi.

Bagi mahasiswa angkatan 1980/1981 yang sebelumnya tidak memiliki jurusan sampai semester VI, maka pada semester VII mereka diwajibkan untuk memilih salah satu dari dua jurusan yang ada.

Berdasarkan kedua jurusan yang telah dibuka pada FISIP USU, maka melalui SIPENMARU, FISIP USU menambah jumlah penerimaan mahasiswa. Adapun jumlah mahasiwa yang diterima pada Tahun Akademik 1983/1984 yaitu sebanya 74 orang.

Setelah tiga tahun berdiri yaitu pada tahun 1983 Drs M. Adham Nasution yang sebelumnya adalah sebagai Pejabat Sementara Dekan, diangkat menjadi Dekan FISIP USU yang pertama berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 77121/C.I/83 dengan masa periode 1983-1986.

Pada periode ini Dekan sebagai pimpinan fakultas menunjuk para pembantunya yaitu sebagai berikut:

1. Pembantu Dekan I : Dra. Arnita Zainuddin 2. Pembantu Dekan II : Drs. Haniful Chair Nasution 3. Pembantu Dekan III : Drs. Arifin Siregar

Pada tahun 1983 berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 4/K. Tahun 1982 Drs. M. Adham Nasution diangkat sebagai Guru Besar pertama pada FISIP USU.

Melalui Proyek Pengembangan Pendidikan Tinggi (P3T) di USU, maka pada tahun 1984 gedung FISIP USU telah selesai dibangun di Jalan Dr. A. Sofyan No. 1 Kampus USU. Dengan selesainya gedung baru tersebut, maka pada tanggal 18 Agustus 1984 baik itu kegiatan perkuliahan maupun kegiatan administrasi yang menunjang pendidikan dan pengajaran dipindahkan ke gedung baru tersebut.

Pada Tahun Akademik 1984/1985 mahasiswa yang diterima melalui SIPENMARU berjumlah 71 orang pada dua jurusan yaitu Jurusan Ilmu Administrasi dan Jurusan Ilmu Komunikasi.

(52)

Jumlah keseluruhan alumni yang dihasilkan FISIP USU pada tahun 1985 adalah sebanyak 36 orang terdiri dari 25 orang Jurusan Ilmu Administrasi dan 11 orang Jurusan Ilmu Komunikasi.

Pada Tahun Akademik 1985/1986, karena kedua jurusan tersebut dianggap sudah mapan, maka pada tahun akademik ini dibuka pula Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial.

Pada Tahun Akademik 1985/1986 FISIP USU melakukan kerjasama dengan Departemen Dalam Negeri yaitu dalam rangka pendidikan lanjutan bagi pegawai Depdagri yang memiliki Ijazah Sarjana Muda sebagai mahasiswa Tugas Belajar untuk mengikuti perkuliahan pada jenjang strata-I atau Sarjana. Pada tahun pertama FISIP USU menerima mahasiswa Tugas Belajar sebanyak 26 orang.

Kemudian pada Tahun Akademik 1986/1987 FISIP USU menambah lagi dua jurusan yaitu Jurusan Sosiologi dan Jurusan Antropologi. Mahasiswa Jurusan Antropologi yang diterima adalah mahasiswa pindahan dari Fakultas Sastra USU berdasarkan Surat Keputusan Rektor USU Nomor 163/PTO5/SK/Q.86 tanggal 14 Mei 1986.

Dalam perpindahan ini semua kegiatan administrasi dan kemahasiswaan yang terdaftar di Jurusan Antropologi pada Fakultas Sastra USU dipindahkan ke FISIP USU, kecuali mahasiswa yang sedang menyelesaikan skripsi dan mengikuti perkuliahan pada semester VIII, mereka tetap mengikuti perkuliahan di Fakultas Sastra USU sampai selesai pendidikannya.

Pada Tahun Akademik 1986/1987 jumlah mahasiswa yang diterima di FISIP USU sebanyak 375 orang terdiri dari 333 orang mahasiswa Reguler dan 42 orang mahasiswa Tugas Belajar.

Setelah menjalani periode pertama yaitu tahun 1983-1986 sebagai Dekan FISIP USU, maka pada tahun 1986 tersebut Prof. M. Adham Nasution diusulkan kembali menjadi Dekan FISIP USU. Selanjutnya melalui Surat Keputusan Mendikbud Nomor 79511/A.2/C/1986, tanggal 23 Oktober 1986 mengangkat kembali Prof. M. Adham Nasution sebagai Dekan FISIP USU untuk kedua kalinya yaitu periode 1986-1989.

Pada periode ini Dekan sebagai pimpinan Fakultas menunjuk para pembantunya yaitu sebagai berikut:

Pembantu Dekan I : Nurhaina Burhan, S.H Pembantu Dekan II : Drs. Armyn Sipahutar Pembantu Dekan III : Dra. Irmawati Soeprapto

Pada Tahun Akademi 1987/1988 FISIP USU telah memiliki lima jurusan yaitu Ilmu Administrasi, Ilmu Komunikasi, Ilmu Kesejahteraan Sosial, Sosiologi, dan Antropologi.

Jumlah mahasiswa yang diterima pada Tahun Akademik 1987/1988 adalah sebanyak 205 orang. Terdiri dari 161 orang mahasiswa Reguler dan 44 orang mahasiswa Belajar.

Pada tahun 1987 jumlah alumni yang dihasilkan FISIP USU sebanyak 91 orang terdiri dari 51 orang Jurusan Ilmu Admnistrasi, 15 orang Jurusan Ilmu Komunikasi, dan 25 orang Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial.

(53)

mahasiswa Belajar. Jumlah alumni yang dihasilkan FISIP USU pada tahun 1988 adalah sebanyak 125 orang.

Pada Tahun Akademik 1989/1990 FISIP USU menerima mahasiswa sebanyak 207 orang yang kesemuanya adalah mahasiswa Reguler. Jumlah alumni FISIP USU pada tahun 1989 adalah 141 orang.

Pada tahun 1990, masa periode jabatan Dekan untuk yang kedua kalinya sudah berakhir. Hal ini sesuai dengan ketentuan yang berlaku bahwa jabatan Dekan hanya maksimal selama 2 periode.

Pada proses pemilihan Dekan selanjutnya, FISIP USU melalui senat melakukannya secara voting. Dari hasil voting tersebut, yang terpilih menjadi Dekan adalah Dr. Asma Affan, MPA, yang selanjutnya untuk diusulkan ke Mendikbud atas rekomendasi Rektor.

Berdasarkan Surat Keputusan Mendikbud Nomor 20208/A2.I.2/C/1990, tanggal 14 Maret 1990 diangkatlah saudara Dr. Asma Affan, MPA sebagai Dekan FISIP USU masa periode 1990-1993. pada periode ini Dekan sebagai pimpinan Fakultas menunjuk para pembantunya yaitu sebagai berikut:

Pembantu Dekan I : Drs. Rahim Siregar, M.A Pembantu Dekan II : Dra. Arnita Zainuddin Pembantu Dekan III : Drs. Siswo Suroso

Pada Tahun Akademik1990/1991 jumlah mahasiswa yang diterima di FISIP USU adalah sebanyak 233 orang. Jumlah alumni yang dihasilkan FISIP USU tahun 1990 adalah sebanyak 135 orang.

Pada Tahun Akademik 1991/1992 jumlah mahasiswa yang diterima di FISIP USU sebanyak 237 orang. Pada tahun 1991 jumlah alumni yang dihasilkan FISIP USU sebanyak 108 orang.

Berdasarkan Surat Keputusan Mendikbud Nomor 520931/A2.I2/C/1993 tanggal 20 Agustus 1993, maka Drs. Amru Nasution diangkat sebagai Dekan FISIP USU untuk masa periode 1993-1996. Pada periode ini Dekan sebagai pimpinan Fakultas menunjuk para pembantunya sebagai berikut:

Pembantu Dekan I : Dra. Nurwida Nuru Pembantu Dekan II : Dra. Irmawati Soeprapto Pemabntu Dekan III : Drs. Sakhyan Asmara

Setelah 3 tahun masa jabatan Dekan FISIP USU, maka tahun 1996 dibentuklah Panitia Pemilihan Calon Dekan yang baru. Dari hasil rapat Senat yang dilaksanakan ternyata Drs. Amru Nasution diusulkan kembali sebagai calon tunggal masa periode 1996-1999. Berdasarkan Surat Keputusan Mendikbud Nomor 51141/A2.I2/KP/1996 tanggal 23 September 1996 Drs. Amru Nasution diangkat kembali sebagai Dekan FISIP USU, dengan menunjuk para pembantunya:

Pembantu Dekan I : Dra. Nurwida Nuru Pembantu Dekan II : Drs. Subilhar, MA Pembantu Dekan III : Drs. Sakhyan Asmara

(54)

Berdasarkan Surat Keputusan Rektor Nomor 1998/JO5/KP/1999 tanggal 9 Desember, Drs. Subilhar, MA diangkat sebagai Dekan FISIP USU masa periode 1999-2003.

Dalam perkembangan selanjutnya pada tahun 2001/2002 FISIP USU mengusulkan kembali agar menambah jurusan yang baru yaitu Jurusan Ilmu Politik. Berdasarkan Surat Izin Direktur Jendral Pendidikan Tinggi Nomor 2809/D/T/2001 tanggal 30 agustus 2001 dibukalah jurusan tersebut.

Melalui rapat senat tanggal 25 April 2001 FISIP USU kembali mengusulkan ke Rektor USU agar FISIP USU membuka program baru yaitu Program Extension yang berada di bawah naungan masing-masing jurusan yang ada di FISIP USU.

III.1.2 Program Studi

Pada tahun 1983 dengan surat Keputusan Menteri Pendidikan dna Kebudayaan RI Nomor 0535/0/83 tentang Jenis dan Jumlah pada Fakultas – Fakultas di lingkungan Universitas Sumatera Utara, disebutkan bahwa FISIP USU mempunyai 5 (lima) jurusan dengan urutan sebagai berikut:

1. Jurusan Ilmu Administrasi Negara 2. Jurusan Ilmu Komunikasi

3. Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial 4. Jurusan Sosiologi

5. Jurusan Antropologi

Pada tahun Akademik 1995/1996, FISIP USU membuka Program Diploma I (DI) dan Program Diploma II (DII), bekerjasama dengan Direktorat

Jendral Pajak. Pada Tahun ajaran 2000/2001 program DI Administrasi Perpajakan tidak menerima mahasiswa baru lagi, dengan jumlah alumni FI seluruhnya adalah 153 orang.

Pada tahun akademik 2001/2002 telah dibuka Program Studi Ilmu Politik berdasarkan SK No.616/J05/SK/PP/2002 dan telah menerima sejumlah 60 mahasiswa.

III.1.3 Visi dan Misi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

a. Visi yang diemban FISIP USU adalah menjadi pusat pendidikan dan rujukan bidang ilmu sosial di Asia Tenggara

b. Misi yang diemban FISIP USU adalah menghasilkan alumni yang mampu bersaing dalam skala global, menjadi pusat riset, dan studi ilmu – ilmu sosial.

(55)

Sebagai lembaga Pendidikan Tinggi yang bernaung di bawah Universitas Sumatera Utara mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademika dan atau profesional yang mampu menerapkan, mengembangkan dan/atau menciptakan ilmu pengetahuan dan keterampilan tinggi, disertai budi yang luhur, mencintai bangsa dan sesama manusia sesuai dengan falsafah.

2. Mengembangkan dan menebarkan ilmu pengetahuan serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional sesuai dengan Pancasila.

Tugas:

Menyelenggarakan kegiatan untuk mencapai tujuan sebagaimana tersebut diatas dengan berpedoman pada:

1. Tujuan pendidikan nasional

2. Kaedah, moral dan etika ilmu pengetahuan

3. Kepentingan masyarakat serta memperhatikan minat, kemampuan dan prakarsa pribadi.

Fungsi:

1. Melaksanakan pengembangan pendidikan dan pengajaran

2. Melaksanakan penelitian dalam rangka pengembangan kebudayaan, khususnya ilmu pengetahuan sosial

3. Melaksanakan pengabdian pada masyarakat 4. Melaksanakan kegiatan pelaksanaan adminstratif

III.2 Metodologi Penelitian

(56)

kegiatan ilmiah. Metodologi merupakan hal yang penting untuk menentukan secara teoritis teknik operasional yang dipakai sebagai pegangan dalam mengambil langkah – langkah sehingga diketahui tentang:

III.2.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Metode korelasional adalah metode yang berusaha menjelaskan suatu permasalahan atau gejala yang lebih khusus dalam penjelasan antara dua objek. Metode penelitian ini bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan dan apabila ada, seberapa besar eratnya hubungan serta berarti atau tidaknya hubungan tersebut.

III.2.2 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Fakultas Ilmu Sosial dan ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, yang berada di Jalan Dr. A. Sofyan No. I Kampus USU Medan. III.3 Populasi dan Sampel

III.3.1 Populasi

Populasi dapat diartikan sebagai keseluruhan objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuhan. Udara gejala, nilai, peristiwa, sikap, hidup dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian.(Bungin, 2005:100). Populasi terdiri dari mahasiswa program Regular S-1 Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang masih aktif menjalani masa perkuliahan. Perlu untuk diketahui, bahwa Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik terdiri dari 6 Departemen masing – masing adalah Ilmu Komunikasi, Ilmu Adminstrasi Negara, Ilmu Politik, Sosiologi, Ilmu Kesejahteraan Sosial, dan Antropologi Sosial. Dalam penelitian ini populasi ditetapkan sebagai unit analisisnya adalah mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU angkatan stambuk 2007-2009 yang masih aktif kuliah.

Tabel III.1

Populasi Penelitian Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU program S-1 stambuk 2007 s/d 2009

Stambuk Populasi

(57)

Untuk menentukan besarnya sampel dalam penelitian ini, maka digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90% yaitu sebagai berikut :

n =

( )

d 2 +1 N

N

(Kriyantono, 2007 : 160) Keterangan :

n = Sampel N = Populasi d = Presisi

Berdasarkan data yang ada maka penelitian ini memerlukan sampel sebanyak : n =

Jadi, sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah berjumlah 79 orang. Sedangkan untuk menentukan responden yang berhak dijadikan sampel digunakan teknik Proportional Stratified Random Sampling. Teknik ini digunakan karena populasi dalam penelitian ini bersifat heterogen dengan karakteristik yang bervariasi. Selain itu teknik ini digunakan karena populasi yang akan dijadikan sampel terdiri dari beberapa fakultas dari stambuk 2007 s/d 2009, melalui teknik ini setiap stratum sampel dibagi menjadi 3 strata, yaitu stambuk 2007, 2008, dan 2009.

Penggunaan teknik ini memungkinkan untuk memberi peluang kepada populasi yang lebih kecil untuk tetap dipiih sebagai sampel (Rakhmat, 2004: 79) dengan rumus :

Berdasarkan rumus di atas maka dapat dihitung sampel yang terpilih setiap Fakultas yaitu :

Tabel III.2

Gambar

Tabel
Gambar I.1 Model Teoritis
Tabel I.1
Gambar II.1 Skema AIDDA
+7

Referensi

Dokumen terkait