• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektifitas Pembawa Acara Talkshow di Televisi dan Minat Menonton Mahasiswa (Studi Korelasional tentang Hubungan Efektifitas Pembawa Acara Talkshow Tukul Arwana dengan Minat Menonton Tayangan Sejenis di Kalangan Mahasiswa FISIP USU)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Efektifitas Pembawa Acara Talkshow di Televisi dan Minat Menonton Mahasiswa (Studi Korelasional tentang Hubungan Efektifitas Pembawa Acara Talkshow Tukul Arwana dengan Minat Menonton Tayangan Sejenis di Kalangan Mahasiswa FISIP USU)"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

Efektifitas Pembawa Acara Talkshow di Televisi dan

Minat Menonton Mahasiswa

( Studi Korelasional tentang Hubungan Efektifitas Pembawa

Acara Talkshow Tukul Arwana dengan Minat Menonton

Tayangan Sejenis di Kalangan Mahasiswa FISIP USU )

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara.

Disusun oleh :

030904022

SANDRA ANGELITA S.R. PANGARIBUAN

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh : Nama : Sandra Angelita S.R. Pangaribuan

NIM : 030904022

Judul :

Efektivitas Pembawa Acara Talkshow di Televisi dan Minat Menonton Mahasiswa

(Studi Korelasional tentang Hubungan Efektivitas Pembawa Acara Talkshow Tukul Arwana dengan Minat Menonton Tayangan Sejenis di Kalangan Mahasiswa FISIP USU)

Medan, September 2007

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Drs.Hendra Harahap,M.Si

NIP.132102415 NIP.131694104

Drs.Amir Purba,M.A

Dekan

NIP.131757010

(3)

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan………

Kata Pengantar………

Daftar Isi……….

BAB I. Pendahuluan……….…...01

I.1.Latar Belakang……….….01

I.2.Perumusan Masalah……….….04

I.3.Pembatasan Masalah……….……04

I.4.Tujuan dan Manfaat Penelitian………...…05

I.4.1. Tujuan Penelitian………...…...………..05

I.4.2. Manfaat Penelitian………….…….….……...………06

I.5.Kerangka Teori………..06

I.5.1. S-R……….……….………...06

I.5.2. Kultivasi….……….………..……08

I.6.Kerangka Konsep……….….10

I.7.Model Teoritis………..………..……11

BAB II.Uraian Teoritis……….………..….12

II.1. Model S- R………...…12

II.2.Teori Kultivasi………..………17

II.3.Efektivitas Pembawa Acara……….……...22

II.3.1. Komunikator………..………...……24

II.3.2. Pesan………….………..27

II.4.Talkshow………...………...….30

II.5.Minat Menonton………..……….……32

II.5.1. Minat………...………..32

II.5.2. Menonton………...………...33

BAB III.Metodologi Penelitian……….………..35

III.1.Metode Penelitian……….……..…35

III.2.Waktu dan Lokasi Penelitian ………...35

(4)

III.3.1. Operasionalisasi Variabel……….35

III.3.2. Defenisi Operasional……….36

III.4.Metode Sampling………39

III.4.1. Populasi………..39

III.4.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel………...40

III.5.Metode Pengumpulan Data………...…42

III.6.Teknik Analisis Data……….…….…43

III.6.1. Hipotesis……….43

III.6.2. Teknik Analisa………...43

BAB IV.Hasil dan Pembahasan……….……….…46

IV.1.Deskripsi Lokasi Penelitian………...…46

IV.1.1. Sekilas tentang FISIP USU………...46

IV.1.2. Sejarah Ringkas Trans 7………..49

IV.1.3. Profil Tukul Arwana……….50

IV.2.Analisis Tabel Tunggal………...………51

IV.3.Analisis Tabel Silang………..………....87

IV.4.Uji Hipotesis………...……….…95

BAB V.Penutup………..………103

V.1.Kesimpulan………..………...103

V.2.Saran………..……….…104

Daftar Pustaka……….………..106

(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Operasional Variabel………..36 Tabel 3.2 Jumlah Mahasiswa S-1 Reguler FISIP USU Stambuk 2004-2006……40 Tabel 3.3 Jumlah Sampel Per Jurusan/Departemen………...42 Tabel 4.1 Jumlah Mahasiswa S-1 Reguler FISIP USU Stambuk 2004-2006……49 Tabel 4.2 Lama Menonton dalam Satu Minggu……….52 Tabel 4.3 Frekuensi Menonton Empat Mata………..52

Tabel 4.4Waktu dalam Menonton Empat Mata………53

Tabel 4.5 Keahlian Tukul Arwana dalam Membuka/Menutup

Acara Empat Mata………...53 Tabel 4.6 Keahlian Tukul Arwana dalam Mengolah Kata-kata

dalam Acara Empat Mata………54 Tabel 4.7 Keahlian Tukul Arwana dalam Menarik Perhatian Audiens

dalam Acara Empat Mata………...…55 Tabel 4.8 Keahlian Tukul Arwana dalam Menyegarkan Suasana

dalam Acara Empat Mata………...56 Tabel 4.9 Kejujuran Tukul Arwana dalam Menyampaikan Perasaan/Pemikiran

dalam Acara Empat Mata………..….57 Tabel 4.10 Kejujuran Tukul Arwana dalam Menyampaikan Informasi

Mengenai Produk Sponsor dalam Acara EmpatMata………..58 Tabel 4.11 Kejujuran Tukul Arwana dalam Menilai Bintang Tamu

dalam Acara Empat Mata……….59 Tabel 4.12 Tingkah Laku Tukul Arwana dalam Membuka/Menutup

Acara Empat Mata………60 Tabel 4.13 Tingkah Laku Tukul Arwana dalam Menyambut Bintang Tamu

Dalam Acara Empat Mata………60 Tabel 4.14 Tingkah Laku Tukul Arwana dalam Memperkenalkan

Bintang Tamu Dalam Acara Empat Mata………....61 Tabel 4.15 Tingkah Laku Tukul Arwana dalam Berbicara dengan

Bintang Tamu Dalam Acara Empat Mata………62 Tabel 4.16 Tingkah Laku Tukul Arwana dalam Berbicara

dengan Audiens Dalam Acara Empat Mata……….63 Tabel 4.17 Tingkah Laku Tukul Arwana dalam Bercanda

Dalam Acara Empat Mata………....64 Tabel 4.18 Tingkah Laku Tukul Arwana dalam Menarik Perhatian Audiens

Dalam Acara Empat Mata………65 Tabel 4.19 Ekspresi Tukul Arwana dalam Membuka/Menutup

Acara Empat Mata………...….65 Tabel 4.20 Ekspresi Tukul Arwana dalam Menyambut Bintang Tamu

Dalam Acara Empat Mata………66 Tabel 4.21 Ekspresi Tukul Arwana dalam Memperkenalkan Bintang Tamu

(6)

Dalam Acara Empat Mata………68 Tabel 4.23 Ekspresi Tukul Arwana dalam Berbicara dengan Audiens

Dalam Acara Empat Mata………...….69 Tabel 4.24 Ekspresi Tukul Arwana dalam Bercanda

Dalam Acara Empat Mata………..………..70 Tabel 4.25 Ekspresi Tukul Arwana dalam Menarik Perhatian Audiens

Dalam Acara Empat Mata………70 Tabel 4.26 Tampilan Wajah Tukul Arwana

Dalam Acara Empat Mata………71 Tabel 4.27 Tampilan Postur Tubuh Tukul Arwana

Dalam Acara Empat Mata………72 Tabel 4.28 Tampilan Kostum/Busana Tukul Arwana

Dalam Acara Empat Mata………...….73 Tabel 4.29 Tampilan Keseluruhan Tukul Arwana

Dalam Acara Empat Mata………..…..74 Tabel 4.30 Isi Pesan Tukul Arwana dalam Membuka/Menutup

Acara Empat Mata………...……….75 Tabel 4.31 Isi Pesan Tukul Arwana dalam Bertanya pada Bintang Tamu

Dalam Acara Empat Mata………...……….75 Tabel 4.32 Isi Pesan Tukul Arwana dalam Bercanda

Dalam Acara Empat Mata………...….76 Tabel 4.33 Isi Pesan Tukul Arwana dalam Memberikan Informasi

Produk Sponsor Dalam Acara Empat Mata……….77 Tabel 4.34 Teknik Penyampaian Pesan Tukul Arwana Saat Bertanya pada

Bintang Tamu Dalam Acara Empat Mata………....78 Tabel 4.35 Teknik Penyampaian Pesan Tukul Arwana Saat Bercanda

Dalam Acara Empat Mata………79 Tabel 4.36 Teknik Penyampaian Pesan Tukul Arwana dalam Memberikan

Informasi Produk Sponsor Dalam Acara Empat Mata………80 Tabel 4.37 Teknik Penyampaian Pesan Tukul Arwana dalam

Membuka/Menutup Acara Empat Mata………...…81 Tabel 4.38 Teknik Penyampaian Pesan Tukul Arwana dalam Mengucapkan

Kata Bahasa Asing dalam Acara Empat Mata….………81 Tabel 4.39 Stasiun Televisi Lain yang Menayangkan

Acara Sejenis Akan Ditonton………...…83 Tabel 4.40 Tukul Arwana Sebagai Pemandu Acara Sejenis

di Stasiun Televisi Lain………83 Tabel 4.41 Acara Sejenis Lebih Menarik Bila Dibawakan

Oleh Tuku l Arwana………..……84 Tabel 4.42 Pembawa Acara Paling Menonjol dalam Tayangan Talkshow………84 Tabel 4.43 Pembawa Acara Talkshow Menjadi Motif Menonton……….85 Tabel 4.44 Patokan Kesuksesan Acara Talkshow ialah Pembawa Acara…..……86 Tabel 4.45 Tiap Pembawa Acara Harus Mempunyai Ciri Khas………....86 Tabel 4.46 Hubungan antara Intensitas Menonton dengan Minat Menonton

Tayangan Talkshow di Stasiun Televisi Lain……….….89 Tabel 4.47 Hubungan antara Performa Keseluruhan Tukul Arwana dengan

(7)

Tabel 4.48 Hubungan antara Isi Pesan Tukul Arwana saat Bertanya Kepada Bintang Tamu dengan Pembawa Acara Talkshow

Menjadi Motif Menonton………...………….91 Tabel 4.49 Hubungan antara Teknik Penyampaian Pesan Tukul Arwana

saat Bercanda dengan Pembawa Acara yang Handal menghasilkan Acara Talkshow yang Sukses………..….92 Tabel 4.50 Hubungan antara Tingkah Laku Tukul Arwana saat Membuka

Acara dengan Pembawa Acara Lain Harus Berkarakteristik………...94 Tabel 4.51 Skor dan Rank Efektifitas Pembawa Acara Talkshow

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas

berkat dan kasih sayang-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Skripsi ini juga merupakan hasil kerjasama dengan beberapa pihak yang

telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karenanya, penulis

merasa perlu berterimakasih kepada :

1. Bapak Prof.Dr.H.M.Arif Nasution, M.A. selaku Dekan FISIP yang telah

mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di FISIP USU.

2. Bapak Drs.Amir Purba,M.A. selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi

3. Beberapa staf di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU yang sangat

membantu penulis dalam kelancaran penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Drs.Hendra Harahap,M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang selalu

sabar meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam penulisan

skripsi ini.

5. Ketiga Dosen Penguji, yang telah bersedia meluangkan waktunya kepada

penulis untuk mempresentasikan skripsi ini.

6. Orangtua dan keluarga tersayang yang sudah setia mendukung dan

membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

7. Devi, Miranda dan Sandy selaku teman-teman dekat penulis yang telah

(9)

8. Teman seperjuangan, Atina, Ester, Polinda, Reyna dan teman-teman

lainnya yang telah membantu penulis dalam menyebarkan kuesioner, Lista

dan Rido.

9. Dan pihak lainnya yang tidak mungkin disebutkan karena keterbatasan

ruang.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan

kesalahan. Oleh karena itu, penulis berharap agar nantinya pembaca dapat

maklum apabila ada kekurangan.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih untuk semua pihak yang

telah membantu dan bekerja sama dalam menyelesaikan skripsi ini. Tuhan Yesus

memberkati.

Medan, September 2007

Penulis,

NIM.030904022

(10)

ABSTRAKSI

Penelitian ini bertujuanuntuk meneliti hubungan antara efektivitas pembawa acara talkshow Tukul Arwana dengan minat menonton mahasiswa pada tayangan sejenis di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini menggunakan metode korelasional yang berusaha untuk meneliti hubungan antara variabel-variabel, dalam hal ini variabel yang dimaksud adalah variabel X, yaitu efektivitas pembawa acara Tukul Arwana dan variabel Y adalah minat menonton.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Kultivasi yang dipelopori oleh George Gerbner sebagai teori utama dimana penelitian difokuskan kepada pengaruh efektivitas pembawa acara Tukul Arwana terhadap minat menonton mahasiswa terhadap tayangan sejenis. Untuk mendukung teori utama, peneliti menggunakan teori S-R dan sedikit tentang efektivitas pembawa acara, talkshow, dan minat menonton.

(11)

ABSTRAKSI

Penelitian ini bertujuanuntuk meneliti hubungan antara efektivitas pembawa acara talkshow Tukul Arwana dengan minat menonton mahasiswa pada tayangan sejenis di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini menggunakan metode korelasional yang berusaha untuk meneliti hubungan antara variabel-variabel, dalam hal ini variabel yang dimaksud adalah variabel X, yaitu efektivitas pembawa acara Tukul Arwana dan variabel Y adalah minat menonton.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Kultivasi yang dipelopori oleh George Gerbner sebagai teori utama dimana penelitian difokuskan kepada pengaruh efektivitas pembawa acara Tukul Arwana terhadap minat menonton mahasiswa terhadap tayangan sejenis. Untuk mendukung teori utama, peneliti menggunakan teori S-R dan sedikit tentang efektivitas pembawa acara, talkshow, dan minat menonton.

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Masyarakat pada era teknologi ini benar-benar merasakan bahwa mereka tidak dapat hidup tanpa adanya interaksi terhadap lingkungan dan media massa. Ada berbagai kebutuhan yang dapat dipuaskan oleh media massa dan sumber-sumber lain (non media). Ketika sumber-sumber dari non media tidak dapat memuaskan kebutuhan kita, maka kita mencarinya dari media massa.

Teknologi komunikasi dan informasi semakin lama semakin berkembang. Seiring perkembangan zaman, teknologi pun melaju dengan pesatnya. Contohnya, televisi, salah satu pemuas kebutuhan masyarakat yang murah meriah. Dari televisi, masyarakat dapat menyerap dan mengolah informasi sebanyak mungkin.

Televisi sebagai media komunikasi massa mempunyai banyak kelebihan dalam penyampaian pesan-pesannya dibandingkan dengan media komunikasi massa lainnya, karena televisi menyampaikan pesannya melalui gambar dan suara secara bersamaan dan hidup, sangat cepat dan dapat menjangkau ruang yang sangat luas. Televisi kini semakin mendominasi komunikasi massa dikarenakan sifatnya yang mampu memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat.

(13)

Saat ini, perkembangan televisi mulai merambah dan menempatkan posisinya di deretan media massa lainnya. Televisi menjadi sangat populer dan menjadi benda yang wajib dimiliki di tiap rumah. Di Indonesia sendiri,sudah banyak muncul stasiun televisi swasta yang berlomba-lomba menyuguhkan program-program yang diminati oleh masyarakat. Hadirnya beberapa televisi swasta tersebut patut dirayakan sebagai sebuah prestasi. Apalagi jika mengingat kontribusi yang telah mereka berikan dalam pola pemikiran bangsa.

Malah tak tanggung-tanggung, saat ini selain TVRI, masih ada sembilan stasiun televisi swasta nasional yang dapat dijumpai, yaitu RCTI, SCTV, Trans TV, TPI, Indosiar, Trans 7, Lativi, Metro TV, Global TV, dan Deli TV serta Space Toon sebagai stasiun televisi lokal. Kehadiran sejumlah stasiun televisi swasta ini mau tidak mau menyelinap ke dalam sisi kehidupan khalayak dan dapat membius kita untuk berlama-lama duduk menghadapai kotak ajaib itu. Apalagi sebagai media audiovisual, televisi mempunyai daya tarik tersendiri dengan gambar bergeraknya. Karena itu, khalayak cenderung menggunakan sarana televisi sebagai sarana hiburan, informasi, maupun pengetahuan, sehingga membuat informasi yang disampaikan lebih menarik dan menyenangkan pemirsanya dibandingkan dengan media lainnya.

(14)

Acara talkshow merupakan salah satu upaya televisi untk menarik minat masyarakat untuk menonton. Banyak televisi swasta yang kerap menayangkan acara seperti ini, salah satunya ialah Trans 7. Hampir semua acara-acara talkshow di stasiun televisi swasta ini dianggap sukses untuk menarik minat masyarakat dalam menonton. Kesuksesan acara-acara seperti ini terletak pada kepiawaian pembawa acara dalam membawakan acara-acara tersebut.

Pembawa acara merupakan salah satu kunci suksesnya suatu acara. Pemilihan pembawa acara yang tepat akan dapat menghidupkan acara tersebut. Seorang pembawa acara harus mampu membuat suasana menjadi semakin semarak, sehingga tidak ada yang merasa bosan saat menyaksikan acara tersebut.

Saat ini, semakin banyak program acara di televisi yang membutuhkan seorang pembawa acara. Bukan hal yang mudah untuk dapat meniti karir di bidang ini, karena ini berkaitan dengan bakat dan kemampuan yang dimiliki seseorang. Namun, siapapun dapat menjadi pembawa acara yang handal asalkan mau belajar dan berani berbicara di depan umum.

Tukul Arwana merupakan seseorang yang baru dalam dunia presenter. Karirnya di dunia hiburan berawal dari seorang pelawak. Kini, selain membawakan acara talkshow di Trans 7, yang dikenal dengan Empat Mata, Tukul Arwana juga telah membintangi beberapa iklan komersial di televisi.

(15)

namanya melambung tinggi, seiring ia menjadi pembawa acara dalam tayangan Empat Mata. Namanya yang terkenal itu membuatnya semakin laris, terbukti sekarang ia telah membintangi beberapa iklan dan mengeluarkan album dangdut.

Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Sumatera Utara yang berlokasi di Jl. Dr. Sofyan no.1 Kampus USU Medan. Alasannya ialah karena peneliti melihat tingginya antusiasme mahasiswa FISIP USU terhadap tayangan talkshow, khususnya yang dibawakan oleh Tukul Arwana. Terbukti dari seringnya mahasiswa menirukan ucapan dan tingkah laku Tukul Arwana dalam membawakan acaranya.

Demikianlah latar belakang yang penulis serta alasan mengapa penulis mengambil judul ”Efektifitas Pembawa Acara Talkshow di Televisi dan Minat Menonton Mahasiswa (Studi Korelasional antara Efektifitas Pembawa Acara Talkshow Tukul Arwana dengan Minat Menonton Tayangan Sejenis di Kalangan Mahasiswa FISIP USU)”.

I.2. Perumusan Masalah

(16)

I.3. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas yang dapat mengaburkan penelitian, maka perlu dibuat batasan-batasan masalah yang akan diteliti secara spesifik.

Adapun pembatasan masalah yang akan diteliti ialah :

1. Penelitian yang dilakukan tentang keefektifan pembawa acara talkshow di televisi terbatas hanya pada dua komponen komunikasi yaitu :

a. Komunikator (Pembawa Acara) yang dibatasi pada : - Kredibilitas pembawa acara

- Daya tarik pembawa acara b. Pesan, yang dibatasi pada :

- Isi pesan yang disampaikan - Teknik penyampaian pesan

2. Penelitian terhadap minat menonton dibatasi pada perhatian, persepsi,motif dan kebutuhan masyarakat.

3. Penelitian dilakukan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Penelitian hanya terbatas pada tayangan talkshow Empat Mata.

I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

I.4.1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

(17)

2. Untuk menjelaskan fungsi pembawa acara dalam menumbuhkan minat menonton

3. Untuk menjelaskan bagaimana respon / tanggapan dari mahasiswa terhadap pembawa acara dalam suatu acara di televisi.

I.4.2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Secara akademis, penelitian ini dapat menambah khasanah pengetahuan mengenai dunia pertelevisian, khususnya tentang pembawa acara dalam suatu program televisi.

2. Secara teoritis, penelitian diharapkan dapat melengkapi teori-teori mengenai komunikasi, khususnya yang berkaitan dengan acara talkshow di televisi.

3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak-pihak yang ingin melakukan penelitian sejenis.

I.5. Kerangka Teori

I.5.1. S-R

Barangkali istilah S-R merupakan istilah yang salah, karena sebenarnya semua penggunaan penjelasan S-R yang mutakhir mengakui adanya intervensi organisme antara stimulus dan respons, sehingga dipakai istilah S-O-R (Fisher,1986:196).

(18)

terhadap stimuli tertentu. Dengan demikian, seseorang dapat mengharapkan / memperkirakan suatu kaitan erat antara pesan-pesan media dan reaksi audiens (Djuarsa,1999:188).

Berikut perumusan modelnya :

Sumber : Effendy,1993:255

Gambar di atas menunjukkan bahwa perubahan sikap bergantung pada proses yang terjadi pada individu. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap.

Dalam penelitian ini, tiga elemen penting yang dimaksud ialah :

• Stimulus ialah ransangan yaitu acara talkshow yang dibawakan Tukul

Arwana, berupa komunikator dan isi pesan

• Organisme ialah komunikan yaitu mahasiswa FISIP USU

• Respons ialah efek / dampak yang ditimbulkan yaitu minat menonton

Dampak yang ditimbulkan dapat diklasifikasikan menurut kadarnya,sbb : a. Dampak Kognitif adalah yang timbul pada komunikan yang menyebabkan dia

menjadi tahu / mengikat intelektualitasnya. Di sini pesan yang disampaikan komunikator ditujukan kepada pikiran si komunikan. Dengan lain perkataan,

Stimulus

Organisme: - Perhatian - Pengertian - Penerimaan

Respons

(19)

tujuan komunikator hanyalah berkisar pada upaya mengubah pikiran diri komunikan.

b. Dampak Afektif lebih tinggi kadarnya daripada dampak kognitif. Di sini tujuan komunikator bukan hanya sekedar supaya komunikan tahu tapi tergerak hatinya, menimbulkan perasaan tertentu, misalnya perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah, dsb.

c. Dampak Behavioral yakni dampak yang timbul pada komunikan dalam bentuk perilaku, tindakan / kegiatan. (Effendy, 2004:7).

Penelitian ini hanya membahas dampak pada tahap afektif saja, karena

stimulus yang diberikan hanya menimbulkan minat dari diri seseorang (menggerakkan hati). Jadi, stimuli yang diberikan oleh Tukul Arwana mengena

pada organisme, yaitu mahasiswa FISIP USU. Stimuli tersebut dapat diolah oleh organisme, yang akan menghasilkan respons tertentu. Bisa jadi mahasiswa memberikan respons negatif ataupun positif.

Negatif bila kemudian organisme merasa tidak nyaman akan stimuli tersebut, lalu akan melupakannya begitu saja. Lalu setelahnya, organisme tidak akan mau menonton tayangan sejenis lagi, karena tidak tercipta ketertarikan pada awalnya. Positif bila ternyata stimuli yang diberikan mendapat tanggapan baik dari organisme. Mereka menyukai kehadiran Tukul Arwana dalam acara tersebut, dan karena itu menjadi senang dengan tayangan sejenis.

I.5.2. Kultivasi

(20)

Anda dengan televisi (dan media lain), Anda belajar tentang dunia, orang-orangnya, nilai-nilainya serta adat kebiasaannya. Ada faktor-faktor lain di luar tingkat keseringan menonton televisi yang mempengaruhi persepsi kita tentang dunia serta kesiapan kita untuk menerima gambaran dunia di televisi sebagai dunia yang sebenarnya. Jadi meskipun televisi bukanlah satu-satunya sarana yang membentuk pandangan kita tentang dunia, televisi merupakan salah satu media yang paling ampuh, terutama bila kontak dengan televisi sangat sering dan berlangsung dalam waktu lama (Ardianto, 2004:64,65).

Gerbner berpendapat bahwa media massa menanamkan sikap dan nilai tertentu. Media pun kemudian memelihara dan menyebarkan sikap dan nilai itu antar anggota masyarakat, kemudian mengikatnya bersama-sama pula. Dengan kata lain, media mempengaruhi penonton dan masing-masing penonton itu meyakinimnya. Jadi para pecandu televisi itu akan punya kecenderungan sikap yang sama satu sama lain (Nurudin, 2004:159).

Bila dihubungkan dengan penelitian ini, maka khalayak dianggap pasif menerima segala isi pesan dari tayangan talkshow yang dibawakan oleh Tukul. Khalayak akan semakin ”terbius” pada isi pesan yang akan menentukan apakah komunikan atau audiens akan tergerak hatinya untuk menonton atau tidak.

(21)

Pemirsa berat tayangan Empat mata mempunyai kemungkinan untuk membentuk persepsi baru yang berbeda dari pemirsa ringan acara tersebut. Mereka mungkin akan berpersepsi bahwa Tukul Arwana bersikap sama (suka melucu) baik di dalam maupun di luar acara tersebut, karena mereka sudah terkena dampak media tersebut. Persepsi lainnya yang terbentuk adalah mempermalukan diri sendiri seperti apa yang kerap dilakukan Tukul Arwana dalam acara talkshow Empat Mata merupakan hal yang wajar dan lucu, sehingga segala kejelekan diri sendiri tidak harus ditutupi lagi. Untuk itu, mereka cenderung mempermalukan/mengejek diri sendiri maupun orang lain.

Mereka lalu menganggap bahwa tiap acara talkshow memang seharusnya seperti itu. Mereka juga cenderung terbiasa dengan lawakan dan gaya bahasa Tukul Arwana. Setelahnya tayangan sejenis pun menjadi tontonan mereka juga.

Sebaliknya, pemirsa ringan acara tersebut akan berpersepsi bahwa Tukul Arwana sedang berakting melucu di depan kamera, dan tidak bersikap sama di luar acara tersebut. Pemirsa ringan tidak terbiasa akan gaya Tukul Arwana dan akan merasa risih dengan bahasa verbal maupun nonverbal yang disampaikan Tukul Arwana. Hasilnya mereka bahkan tidak ingin menonton tayangan sejenis karena menganggap isi acara yang itu-itu saja.

I.6. Kerangka Konsep

(22)

Kerangka konsep adalah hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai (Nawawi,1991:40).

Konsep merupakan istilah dan defenisi yang akan digunakan untuk menggambarkan secara abstrak suatu fenomena yang hendak diteliti (Singarimbun, 1989:33). Dalam penelitian ini ditetapkan konsep dalam kelompok-kelompok variabel sebagai berikut :

1. Variabel Bebas / Independent Variabel (X)

Adalah gejala atau faktor atau unsur yang mempengaruhi unsur yang lainnya. Variabel bebas dalam penelitian ini ialah efektivitas Tukul Arwana.

2. Variabel Terikat / Dependent Variabel (Y)

Adalah sejumlah gejala yang muncul dipengaruhi variabel bebas. Dalam penelitian ini, variabel terikatnya ialah minat menonton di kalangan mahasiswa FISIP USU Medan.

I.7. Model Teoritis

Berdasarkan veriabel yang telah ditetapkan, bila dikaitkan dengan variabel lainnya, maka akan terbentuk model teoritis sebagai berikut :

+/-

Variabel X

Efektivitas Pembawa Acara Tukul Arwana

Variabel Y Minat Menonton di Kalangan Mahasiswa

(23)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II.1. S-R

Barangkali istilah S-R merupakan istilah yang salah, karena sebenarnya semua penggunaan penjelasan S-R yang mutakhir mengakui adanya intervensi organisme antara stimulus dan respons, sehingga dipakai istilah S-O-R. Karena itu, penjelasan S-R mengandung karakteristik urutan input - throughput - output (masukan-dalaman-keluaran). Jarang penjelasan psikologi mutakhir mau berusaha meramalkan respons tertentu dengan mempertimbangkan hanya stimuli khusus saja. Akan tetapi, penjelasan itu akan memperhitungkan penerimaan dan pengolahan stimuli yang internal, yang seterusnya diubah ke dalam beberapa respons ataupun seperangkat respons yang dapat diamati (Fisher,1986:196).

Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus-Organism-Response ini semula berasal dari psikologi. Kalau kemudian menjadi juga teori komunikasi, tidak mengherankan, karena objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi dan konasi (Effendy,1993:254).

(24)

menuntut pengamatan langsung pada kegiatan dalam diri organisme yang bersangkutan, sekalipun dapat dilakukan.

Pengamatan masukan dan pengamatan berikutnya pada keluaran membawa pada penyimpulan tentang mekanisme internal dari throughput. Respons tidak secara langsung berasal dari stimuli akan tetapi di antarai oleh keadaan internal dalam organisme, manusia. Di samping itu, proses antara ini tidak perlu secara langsung harus diamati, akan tetapi ia dapat disimpulkan dari pengamatan atas masukan dan keluaran, yakni, stimuli dan respons tersebut.

Biasanya, hubungan antara stimulus dan respons diwarnai oleh hubungan sebab-akibat. Walaupun demikian, penjelasan S-R tidaklah secara total bersifat kausal, karena penjelasan kausal yang murni tidak akan berlaku bagi fungsi antara yang penting dari keadaan-keadaan internal. Karena itu, penjelasan S-R mengemukakan bahwa organisme menghasilkan perilaku tertentu, jika ada kondisi stimuli tertentu. Maksudnya, keadaan internal organisme berfunsi menghasilkan respons tertentu jika ada kondisi stimulus tertentu pula. Akan tetapi, penting untuk diingat bahwa keadaan internal tersebut hanya dapat dikenal dalam artian peran yang dijalankannya dalam menghasilkan perilaku.

Tujuan penjelasan S-R berpusat pada ramalan, dan peramalan berpusat pada respons. Sebenarnya respons dianggap sebagai perilaku yang dapat secara langsung diamati. Memang jelas bahwa respons tidak dapat diramalkan semata-mata dalam arti sifat fisik stimulus. Respons lebih dapat diuntungkan dengan keadaan internal yang diaktifkan oleh psikologis.

(25)

baru dari teori S-R. Lebih lanjut, para pengarang ini mengemukakan bahwa ”psikologi S-R seharusnya paling tidak adalah psikologi S-O-R umpan balik”. Dengan kata lain, penjelasan psikologi yang lengkap dalam kerangka S-R memerlukan adanya keadaan internal dari organisme (O) dan respons pada respons perilaku (umpan balik) dari konsep S-R yang semula.

Model Stimulus-Response adalah model komunikasi yang paling mendasar dan sederhana. Model ini mengingatkan kita bahwa apabila ada aksi, maka akan timbul reaksi. Proses ini merupakan bentuk pertukaran informasi yang dapat menimbulkan efek untuk mengubah tindakan komunikasi (communication act). Model Stimulus-Response mengasumsikan bahwa perilaku individu karena kekuatan stimulus yang datang dari luar dirinya, bukan atas dasar motif dan sikap yang dimiliki (Wiryanto,2004:13-15).

Model ini kurang lebih dapat berlaku bagi dampak yang diinginkan dan yang tidak diinginkan, meskipun model itu tidak menunjukkan perbedaan antara tanggapan (yang menyiratkan adanya interaksi dengan penerima) dan reaksi (yang menyiratkan tidak adanya pilihan atau interaksi di pihak penerima).

(26)

bervariasi untuk menopang suatu generalisasi. Faktor saluran menawarkan cakupan generalisasi paling sedikit, tetapi seperti halnya dengan media massa, media cetak dan televisi telah terbukti memiliki dampak tertentu yang berbeda, adakalanya karena alasan yang terbukti sendiri, kadang-kadang karena perbedaan jenis keterikatan audiens. Seperti yang telah diketahui, sejumlah variabel penerima yang jelas mungkin relevan bagi adanya dampak, tetapi barangkali perlu diberikan perhatian khusus pada variabel motivasi, minat dan tingkat pengetahuan (McQuail,1996:234-235).

Teori Stimulus-Response ini pada dasarnya merupakan suatu prinsip belajar yang sederhana, di mana efek merupakan reaksi terhadap stimulus tertentu. Dengan demikian, seseorang dapat menjelaskan suatu kaitan erat antara pesan-pesan media dan reaksi audiens. McQuail (1994:234) menjelaskan elemen-elemen utama dari teori ini adalah : a)pesan (stimulus), b)seorang penerima atau receiver (organisme), dan c)efek (response).

(27)

ditujukan pada orang per orang. Kemudian sejumlah besar individu itu akan merespons pesan informasi tersebut (Bungin,2006:275).

Ada dua pemikiran utama di balik konsepsi jarum suntik ini, yaitu :

1. Pandangan yang menyatakan bahwa masyarakat modern yang terdiri dari sekumpulan individu yang telepas satu sama lain dan bertindak sesuai dengan keinginan masing-masing dan sedikit ikatan dan paksaan masyarakat.

2. Pandangan yang menentukan dari media massa sebagaimana kelihatan selama kampanye untuk menggerakkan tingkah laku sesuai dengan keinginan lembaga-lembaga yang berkuasa, baik pemerintah, maupun swasta (pemasang iklan, partai politik).

Dalam model Stimulus Respons ini dikenal adanya Mass Society (Masyarakat Massa), dengan uraian sebagai berikut:

Anggapan bahwa message disiapkan dan dibagikan dengan sistematis dan secara luas pada waktu yang sama, message ini tersedia bagi setiap orang, tidak ditujukan kepada orang-orang tertentu.

Teknologi memperbanyak message dan distribusi yang tidak memihak diharapkan dapat meningkatkan sambutan dan tanggapan. Sedikit/tidak ada pertimbangan mengenai campur tangan (pengaruh) dari struktur sosial/kelompok dan kontak langsung yang diadakan antara media kampanye dengan indivdu.

(28)

Ada anggapan bahwa kontak dari isi pernyataan media akan dihubungkan dengan suatu pengaruh pada tingkat kemungkinan tertentu (Soehoet,2002:27-28).

II.2. Kultivasi

Teori Kultivasi juga sering disebut teori pengolahan. Di antara berbagai teori mengenai dampak media jangka panjang, yang paling menonjol adalah hipotesis pengolahan dari Gerbner (1973) yang mengatakan bahwa televisi, di antara berbagai media modern, telah memperoleh tempat yang sedemikian penting dalam kehidupan sehari-hari sehingga mendominasi ‘lingkungan simbolik’ kita, dengan cara menggantikan pesannya tentang realitas bagi pengalaman pribadi dan sarana mengetahui dunia lainnya. Pesan televisi, dalam pandangan mereka, bersifat kkhusus dan menyimpang dari ‘realitas’dalam beberapa hal penting, namun pendadahannya secara terus-menerus menyebabkan penerimaannya sebagai pandangan konsensus tentang masyarakat (Amerika).

Bukti utama bagi teori ‘pengolahan’ berasal dari analisis televisi Amerika secara sistematis. Analisis tersebut dilakukan selama beberapa tahun dan menunjukkan distorsi realitas yang konsisten dalam hubungannya dengan keluarga, pekerjaan dan peran, usia lanjut, mati dan kematian, pendidikan, kekerasan dan kejahatan. Isi ini yang memberikan pelajaran tentang hal-hal yang diharapkan dari kehidupan bukanlah pesan yang membesarkan hati, khususnya bagi si miskin, kaum wanita dan minoritas rasial.

(29)

mendukung pandangan bahwa banyaknya pemirsa televisi sejalan dengan jenis pandangan dunia yang ditemukan dalam pesan televisi.

Ada juga alasan untuk meragukan apakah dampak ‘pengolahan’ akan terjadi di tempat lain selain Amerika Serikat, sebagian karena isi dan penggunaan televisi seringkali berbeda, dan sebagian karena terbatasnya bukti dari negara lain belum sangat menegaskan. Dalam hubungannya dengan citra masyarakat keras, Wober (1978) tidak menemukan adanya dukungan dari data Inggris serta Dobb dan McDonald (1979) melaporkan hal yang serupa dari Kanada. Akan tetapi, studi longitudional yang dilakukan terhadap anak-anak Swedia menyimpulkan bahwa bukti yang dihimpun, apabila tidak langsung mendukung, paling sedikit tidak menyangkal teori Gerbner. Betapa pun nalarnya teori itu hampir tidak mungkin membincangkan kerumitan asumsi hubungan antara struktur simbolis, perilaku audiens, dan pandangan auiens secara meyakinkan karena banyaknya hambatan dan faktor latar belakang sosial yang berpengaruh (McQuail,1996:254-255).

Menurut kultivasi ini, televisi menjadi media atau alat utama di mana para penonton televisi itu belajar tentang masyarakat dan kultur di lingkungannya. Dengan kata lain,persepsi apa yang terbangun di benak Anda tentang masyarakat dan budaya sangat ditentukan oleh televisi. Ini artinya, melalui kontak Anda dengan televisi, Anda belajar tentang dunia, orang-orangnya, nilai-nilainya serta adat kebiasaannya.

(30)

Ameika di sebuah Iniversitas pernah mengadakan pengamatan tentang para pecandu opera sabun (heavy soap opera). Mereka lebih memungkinkan melakukan affairs (menyeleweng), bercerai dan menggugurkan kandungan dari pada mereka yang bukan termasuk kecanduan opera sabun (Dominic,1990).

Para pecandu berat televisi (heavy viewers) akan menganggap bahwa apa yang terjadi di televisi itulah dunia senyatanya. Dengan kata lain penilaian, persepsi, opini penonton digiring sedemikian rupa agar sesuai dengan apa yang mereka lihat di televisi.

Gerbner berpendapat bahwa media massa menanamkan sikap dan nilai tertentu. Media pun kemudian memelihara dan menyebarkan sikap dan nilai itu antar anggota masyarakat kemudian mengikatnya bersama-sama pula. Dengan kata lain, media mempengaruhi penonton dan masing-masing penonton itu meyakininya. Jadi, para pecandu televisi itu akan punya kecenderungan sikap yang sama satu sama lain.

Penelitian kultivasi menekankan bahwa media massa sebagai agen sosialisasi dan menyelidiki apakah penonton televisi lebih mempercayai apa yang disajikan televisi daripada apa yang mereka lihat sesungguhnya.

(31)

Teori kultivasi dikembangkan untuk menjelaskan dampak menyaksikan televisi pada persepsi, sikap dan nilai-nilai orang. Rata-rata pemirsa menonton televisi empat jam sehari. Pemirsa berat bahkan menonton lebih lama lagi. Tim Gerbner menyatakan bahwa bagi pemirsa berat, televisi pada hakikatnya memonopoli dan memasukkan sumber-sumber informasi, gagasan, dan kesadaran lain. Dampak dari semua keterbukaan ke pesan-pesan yang sama menghasilkan apa yang oleh para peneliti ini disebut kultivasi, atau pengajaran pandangan bersama tentang dunia sekitar, peran-peran bersama dan nilai-nilai bersama.

Gerbner beserta rekan-rekannya merevisi teori kultivasi. Mereka menambahkan dua konsep tambahan – pelaziman dan resonansi. Konsep-konsep ini mempertimbangkan fakta bahwa sering menyaksikan televisi menimbulkan hasil-hasil yang berbeda bagi kelompok sosial yang berbeda.

Pelaziman atau mainstreaming dikatakan terjadi apabila sering menyaksikan televisi menyebabkan pemusatan pandangan seluruh kelompok. Misalnya, baik pemirsa berat dalam kategori penghasilan rendah, maupun dalam penghasilan tinggi mempunyai pendapat yang sama, bahwa ketakutan akan kejahatan adalah masalah pribadi yang sangat serius. Tetapi pemirsa ringan dalam dua kategori tersebut tidak mempunyai pendapat yang sama. Pemirsa ringan televisi yang berpenghasilan rendah cenderung untuk mempunyai pendapat yang sama dengan pemirsa berat dalam dua kategori tadi, bahwa ketakutan akan kejahatan adalah sebuah masalah.

(32)

sejtuju bahwa ketakutan akan kejahatan adalah masalah serius. Tetapi kelompok yang setuju paling kuat adalah perempuan yang menjadi penonton berat, karena kerentanan khusus mereka pada kejahatan yang konon “mirip” dengan potret dunia dengan kejahatan yang tinggi yang dilukiskan dalam televisi.

Tambahan mainstreaming dan resonance pada teori kultivasi adalah modifikasi pada teori tersebut. Teori tersebut tidak lagi menyatakan keseragaman, dampak televisi untuk semua anggota pada semua pemirsa berat. Sekarang teori itu menyatakan bahwa televisi berinteraksi dengan variabel-variabel lain dalam cara-cara sedemikian rupa sehingga menonton televisi berdampak kuat pada satu sub-kelompok orang dan tidak pada satu sub-kelompok yang lainnya.

Perbaikan pada teori kultivasi belakangan ini adalah membagi dampak perbaikan yang mungkin menjadi dampak-dampak pada dua jenis variabel : kepercayaan pada tingkat pertama dan kepercayaan pada tingkat kedua.

(33)

Ringkasnya, Gerbner meringkaskan teori Kultivasi dalam enam preposisi sebagai berikut (Winarso,2005:100-101):

1. Televisi merupakan suatu media yang unik yang memerlukan pendekatan khusus untuk diteliti.

2. Pesan-pesan televisi membentuk sebuah sistem yang koheren, mainstream dari budaya kita.

3. Sistem-sistem isi pesan tersebut memberikan tanda-tanda untuk kultivasi. 4. Analisis kultivasi memfokuskan pada sumbangan televisi terhadap waktu

untuk berpikir dan bertindak dari golongan-golongan sosial yang besar dan heterogen.

5. Teknologi baru memperluas daripada mengelakkan jangkauan pesan televisi.

6. Analisis kultivasi memfokuskan pada penstabilan dan penyamaan akibat-akibat.

II.3. Efektivitas Pembawa Acara

Efektivitas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sama dengan keefektifan yang berarti keberhasilan (tentang usaha, tindakan).

Efektivitas terdiri dari dua kata yaitu efek dan aktivitas. Efek secara umum berarti dampak atau akibat, sedangkan aktivitas berarti tindakan (aksi) atau kegiatan yang dilakukan secara rutin pada waktu tertentu. Jadi arti sederhana dari efektivitas adalah dampak atau akibat dari tindakan yang dilakukan secara rutin pada waktu tertentu.

(34)

2)acara, yang berarti kegiatan yang dipertunjukkan, disiarkan / diperlombakan; program (televisi, radio, dsb.). Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembawa acara ialah orang yang membawakan suatu kegiatan yang dipertunjukkan dan disiarkan melalui media massa seperti televisi, radio dan sebagainya.

Pembawa acara adalah orang yang pertama berbicara dalam suatu acara, maka harus mampu menciptakan suasana akrab, tertib dan semarak. Seorang pembawa acara harus berusaha agar acaranya berjalan dengan lancar dan menarik sehingga acara tersebut dapat dinikmati dan memberikan kesenangan bagi audiencenya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kunci suksesnya suatu acara berada di tangan pembawa acara (Wiyanto & Astuti,2004:1-2).

Selain itu, pembawa acara juga merupakan produk zaman elektronik yang pekerjaannya melakukan komunikasi antar manusia. Sebagai komunikator, pembawa acara diserahi tugas untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat (public service) dengan menyampaikan informasi yang menjadi kebutuhan orang banyak (Pane,2004:13).

(35)

dapat mengetahui apa yang menjadi ketertarikan bagi para penontonnya (Hanum,2005:169-170).

Pembawa acara juga disebut dengan host, yang secara umum diartikan sebagai orang yang memegang sebuah acara tertentu. Keberadaan host biasanya identik dengan acara yang dibawakannya. Dengan demikian, selain jenis acara, figur host yang bersangkutan memegang peranan penting. Kehadiran seorang host yang berkarakter akan menjadi daya tarik suatu acara. Jika hostnya ternyata tidak berkarakter, maka bisa jadi acara tersebut segera ditinggalkan pemirsanya. Untuk itu, pertimbangan pemilihan seorang host tidak didasarkan pada kecantikan dan popularitasnya, tetapi juga integritas dan karakternya. Sering kita lihat acara di televisi berganti-ganti hostnya karena masalah karakter (Baksin,2006:155).

Sebagai salah satu bentuk kegiatan komunikasi, pembawa acara harus memiliki strategi untuk mencapai tujuan-tujuannya. Setidaknya ada dua hal yang sangat menentukan keefektifan dan keberhasilan suatu komunikasi, yaitu komunikator dan pesan.

II.3.1. Komunikator

Dalam ilmu komunikasi, komunikator berarti orang yang menyampaikan pesan kepada komunikan. Namun, ada kalanya komunikator dapat menjadi komunikan, dan sebaliknya.

(36)

Ditinjau dari komponen komunikator, untuk melaksanakan komunikasi efektif, terdapat “The 7Cs of Communication” oleh Cutlip dan Center, yaitu Credibility, Context, Content, Clarity, Continuity and Consistency, Channels dan Capability of Audience. Di mana keseluruhan dari tujuh komponen tersebut terkandung dalam dua komponen berikut:

1. Kepercayaan kepada komunikator (source credibility)

Kredibilitas ialah seperangkat persepsi tentang kelebihan-kelebihan yang dimiliki sumber sehingga diterima atau diikuti oleh khalayak (penerima). Gobbel, Menteri propaganda Jerman dalam Perang Dunia II menyatakan bahwa untuk menjadi seorang komunikator yang efektif, harus memiliki kredibilitas yang tinggi.

Kredibilitas menurut Aristoteles, bisa diperoleh jika seorang komunikator memiliki ethos, pathos dan logos. Ethos ialah kekuatan yang dimiliki pembicara dari karakter pribadinya, sehingga ucapan-ucapannya dapat dipercaya. Pathos ialah kekuatan yang dimiliki oleh seorang pembicara dalam mengendalikan emosi pendengarnya, sedangkan logos adalah kekuatan yang dimiliki komunikator melalui argumentasinya.

Menurut bentuknya, kredibilitas dapat dibedakan atas tiga macam, yakni : a. Initial Credibility, yaitu kredibilitas yang diperoleh komunikator sebelum

proses komunikasi berlangsung. Misalnya seoang pembicara yang sudah punya nama, bisa mendatangkan banyak pendengar.

(37)

c. Terminal Credibility, yaitu kredibilitas yang diperoleh seorang komunikator setelah mendengar ulasannya.

Kepercayaan kepada komunikator ditentukan oleh keahliannya dan dapat tidaknya ia dipercaya. Penelitian menunjukkan bahwa kepercayaan yang besar akan dapat meningkatkan daya perubahan sikap, sedangkan kepercayaan yang kecil akan mengurangi daya perubahan yang menyenangkan. Lebih dikenal dan disenanginya komunikator oleh komunikan untuk mengubah kepercayaannya ke arah yang dikehendaki komunikator.

Kepercayaan kepada komunikator mencerminkan bahwa pesan yang diterima komunikan dianggap benar dan sesuai dengan kenyataan empiris. Pada umumnya diakui bahwa pesan yang dikomunikasikan mempunyai daya pengaruh yang lebih besar, apabila komunikator dianggap sebagai seorang ahli, apakah keahliannya itu khas atau bersifat umum seperti yang timbul dari pendidikan yang lebih baik atau status sosial atau jabatan profesi yang lebih tinggi.

Selain itu, untuk memperoleh kepercayaan sebesar-besarnya, komunikator bukan saja harus mempunyai keahlian, mengetahui kebenaran, tetapi juga cukup objektif dalam memotivasikan apa yang diketahuinya.

2. Daya tarik komunikator (source attractiveness).

(38)

kepuasan dari usaha menyamakan diri dengannya melalui kepercayaan yang diberikan. Atau komunikator dapat dianggap mempunyai persaaman dengan komunikan, sehingga komunikan bersedia untuk tunduk kepada pesan yang dikomunikasikan komunikator.

Byrne telah melakukan demonstrasi bahwa komunikan menyenangi komunikator, apabila ia merasa adanya kesamaan antara komunikator dengannya. Khususnya kesamaan ideologi lebih penting daripada kesamaan demografi. Tampaknya ada kecenderungan yang kuat pada orang-orang untuk menyukai orang lain, kalau mereka merasa bahwa orang lain tadi mengambil bagian dalam kepercayaannya.

Menurut Cangara (2006:90), daya tarik seseorang terletak pada empat hal, yaitu : 1)similarity, kesamaan demografik, seperti bahasa, suku, agama, ideologi, dll; 2)familiarity, dikenal baiknya seorang komunikator; 3)liking, disukai atau diidolakannya seorang komunikator; dan 4)phisycs,bentuk dan tampilan seorang komunikator.

Seorang komunikator akan sukses dalam komunikasinya, kalau ia menyesuaikan komunikasinya dengan the image dari komunikan, yaitu memahami kepentingannya, kebutuhannya dan kecakapannya, pengalamannya, kemampuan berpikirnya, kesulitannya dan sebagainya. Singkatnya, komunikator harus dapat menjagai kemestaan alam mental yang terdapat pada komunikan (the image of other) (Effendy,1993:43-45).

II.3.2. Pesan

(39)

dalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku komunikan. Pesan dapat secara panjang lebar mengupas berbagai segi, namun inti pesan dari komunikasi akan selalu mengarah kepada tujuan akhir komunikasi itu (Widjaja,2000:32).

Membicarakan pesan (message) dalam proses komunikasi, kita tidak bisa melepaskan diri dari apa yang disebut simbol dan kode, karena pesan yang dikirim komunikator kepada penerima terdiri atas rangkaian simbol dan kode.

Simbol adalah lambang yang memiliki suatu obyek, sedangkan kode adalah seperangkat simbol yang telah disusun secara sistematis dan teratur sehingga memilki arti. David K.Berlo (1960) menyatakan bahwa sebuah simbol yang tidak memiliki arti bukanlah kode.

Pemberian arti pada simbol adalah suatu proses kmunikasi yang dipengaruhi oleh kondisi sosial budaya yang berkembang pada suatu masyarakat. Karena itu, dapat disimpulkan bahwa:

− semua kode memiliki unsur nyata

− semua kode memiliki arti

− semua kode tergantung pada persetujuan pemakainya

− semua kode memiliki fungsi

− semua kode dapat dipindahkan, apakah melalui media atau

saluran-saluran komunikasi lainnya.

(40)

1. Kode Verbal

Kode verbal dalam pemakaiannya menggunakan bahasa. Bahasa dapat didefenisikan sebagai seperangkat kata yang telah disusun secara berstruktur sehingga menjadi himpunan kalimat yang mengandung arti.

Sekurang-kurangnya, ada tiga fungsi bahasa yang erat hubungannya dalam menciptakan komunikasi yang efektif, yaitu:

a. Untuk mempelajari tentang dunia sekeliling kita

b. Untuk membina hubungan yang baik di antara sesama manusia c Untuk menciptakan ikatan-ikatan dalam kehidupan manusia. 2. Kode Nonverbal

Manusia dalam berkomunikasi, selain memakai kode verbal (bahasa), juga memakai kode nonverbal. Kode nonverbal biasa disebut bahasa isyarat atau bahasa diam (silent language).

Mark Knapp (1978) (Cangara,2006:100) menyebutkan bahwa penggunaan kode nonverbal dalam berkomunikasi memiliki fungsi untuk:

a. meyakinkan apa yang diucapkannya (repetition)

b. menunjukkan perasaan dan emosi yang tidak bisa diutarakan dengan kata-kata (substition)

c. menunjukkan jati diri sehingga orang lain bisa mengenalnya (identity) d. menambah atau melengkapi ucapan-ucapan yang dirasakan belum

sempurna.

Ada tiga macam bentuk pesan (Widjaja,2000:32):

(41)

2. Persuasif, yaitu berisi bujukan, yakni membangkitkan pengertian dan kesadaran manusia bahwa apa yang kita sampaikan akan memberikan perubahan sikap, tetapi perubahan ini adalah atas kehendak sendiri (bukan dipaksakan).

3. Koersif, yaitu yang bersifat memaksa dengan menggunkan sanksi-sanksi apabila tidak dilaksanakan.

II.4. Talkshow

Kata talkshow berasal dari bahasa Inggris, yaitu 1)talk yang berarti percakapan, pembicaraan, pembicaraan, perbincangan; dan 2)show yang artinya pameran, tontonan (acara), pertunjukan. Jadi dapat disimpulkan bahwa talkshow adalah suatu pertunjukan atau tontonan (acara) perbincangan.

Secara umum, masyarakat mengartikan talkshow sebagai suatu acara bincang-bincang yang biasanya membahas suatu topik tertentu dan dengan pembicaraan atau narasumber yang berhubungan dengan topik yang akan / sedang dibahas tersebut.

(42)

Perbedaan paling penting antara talkshow dan wawancara berita adalah talkhow bersifat dinamis, tidak terpaku pada aktualitas topik perbincangan dan jam tayangnya fleksibel. Dua komponen yang selalu ada dalam program talkshow adalah obrolan dan musik yang berfungsi sebagai selingan (Masduki,2001:44-45).

Saat ini tayangan talkshow di Indonesia sangat jauh ketinggalan dibandingkan dengan tayangan talkshow di negara maju lainnya. Selera masyarakat terbentuk dari acara-acara hiburan yang selama ini disuguhkan oleh stasiun televisi yang ada. Acara televisi Indonesia memang lebih didominasi oleh talkshow yang murah dan menghibur. Bagaimanapun talkshow merupakan sajian yang menarik karena talkshow mempunyai peluang untuk menjadi kekuatan yang bisa mempengaruhi dan memunculkan isu di masyarakat. Hal ini terbukti dengan banyaknya rumah produksi yang berlomba-lomba membuat acara talkshow dengan topik yang memikat masyarakat luas serta bisa dijual. Dengan demikian, pola pandang masyarakat terhadap program televisi akan bergeser dari hiburan menjadi informatif.

(43)

II.5. Minat Menonton

II.5.1. Pengertian Minat

Bentuk konkret dari efek adalah perubahan sikap, pendapat, kelakuan dan tumbuhnya minat yang merupakan akibat dari ransangan yang menyentuhnya baik itu bersifat langsung maupun lewat media massa.

Minat menurut Umi Chulsum, dkk dalam Kamus Bahasa Indonesia ialah keinginan yang kuat, gairah; kecenderungan hati yang sangat tinggi terhadap sesuatu. Minat merupakan momen dari kecenderungan–kecenderungan yang terarah secara intensif kepada suatu objek yang dianggap penting. Pada minat ini terdapat pengenalan (kognitif), emosi (efentif) dan kemampuan (konatif), baik dalam perubahan sikap maupun tindakan.

Sedangkan menurut Hurlock (1978:115), minat selalu berkaitan dengan bobot emosional yang akan menentukan seberapa lama minat akan bertahan dan kepuasan yang diperoleh dari minat itu. Jadi dapat dikatakan bahwa minat sangat dipengaruhi perangsang atau stimulus.

Jadi dari defenisi-defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa minat adalah sikap yang dapat menimbulkan perhatian, pemuasan rasa keingintahuan dan hasrat untuk melakukan sesuatu dalam diri seseorang yang muncul akibat adanya objek tertentu.

Adapun ciri-ciri minat yang dapat dilihat dari uraian tersebut adalah:

1. Minat tidak dibawa sejak lahir. Minat timbul dari perasaan senang terhadap suatu objek.

(44)

3. Minat tidak berdiri sendiri, senantiasa mengandung reaksi dengan stimulus maupun objek.

4. Objek minat itu dapat merupakan suatu hal tertentu, tetapi dapat juga merupakan-kumpulan-kumpulan dari hal-hal tersebut (Wijaya,1993:45). Berbicara tentang minat di pihak komunikan, dapat ditemukan bahwa minat akan timbul bila ada unsur-unsur sbb:

1. Terjadinya sesuatu hal yang menarik.

2. Terdapatnya kontras, yaitu hal yang satu dengan yang lainnya, sehingga apa yang menonjol itu menimbulkan perhatian.

3. Terdapatnya harapan untuk mendapatkan suatu pemahaman terhadap hal yang dimaksud.

Pada semua usia, minat memainkan peran yang penting terhadap seseorang dan mempunyai dampak yang besar atas perilaku dan sikap. Minat mempengaruhi entuk dan intensitas aspirasi. Minat menambah kegembiraan pada setiap kegiatan yang ditekuni seseorang.

(45)

II.5.2 Menonton

Menonton berkaitan dengan televisi. Televisi merupakan sebuah sistem pusat dari pencitraan yang menjadi bagian dari bidang kehidupan kita sehari-hari. Televisi telah menjadi sumber sosialisasi umum yang penting dan informasi sehari-hari (terutama dalam bentuk hiburan) dari media lain yang heterogen.

Menonton televisi sudah menjadi kegiatan rutin di masyarakat kita. Menonton dapat membius orang untuk melakukan sesuatu hal secara serentak. Menonton menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti melihat (pertunjukan, gambar hidup, dsb).

Sardji (1991:71) mengatakan bahwa menonton adalah suatu proses yang disadari dimana menonton ditempatkan pada alam yang samar yang dihadapkan pada tumpuan cahaya dan membantu menghasilkan ilusi di atas layar. Suasana ini menimbulkan emosi pikiran dan perhatian manusia yang dipengaruhi oleh tayangan yang ditonton.

Maka dapat disimpulkan bahwa menonton adalah suatu proses di mana individu secara sadar atau tidak sadar merelakan diri untuk dipengaruhi emosi pikiran dan perhatiannya oleh pertunjukan atau gambar hidup yang dilihatnya.

(46)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Penelitian korelasi berkaitan dengan pengumpulan data untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara dua variabel atau lebih dan seberapakah tingkat hubungannya (Sumanto,1990:63).

Metode korelasional merupakan kelanjutan dari metode deskriptif. Metode korelasional mencoba meneliti hubungan antara variabel-variabel. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menetapkan, mengungkapkan suatu hubungan atau menggunakan hubungan-hubungan dalam membuat prediksi (prakiraan) (Sumanto,1990:7).

III.2. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian akan dilakukan selama satu bulan yaitu pada bulan Agustus di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang berlokasi di Jl. Dr. Sofyan no.1 Kampus USU Medan.

III.3.Metode Pengukuran

III.3.1. Operasionalisasi Variabel

(47)

variabel-variabel untuk membentuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian. Berdasarkan hal itu, maka operasionalisasi variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah :

Tabel 3.1. Operasional Variabel

Variabel Teoritis Variabel Operasional Variabel Bebas ( X )

Efektifitas Pembawa Acara di Televisi

Komunikator dan Pesan: a. Credibility

b. Context c. Content d. Clarity

e. Continuity dan Consistency f. Channels

g. Capability of Audience Variabel Terikat ( Y )

Minat Menonton

1. Perhatian 2. Persepsi

3. Motif Menonton 4. Kebutuhan

III.3.2. Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel (Singarimbun,1995:46). Dengan kata lain, defenisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama.

Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah :

(48)

a. Credibility (kredibilitas).

Komunikasi tersebut dimulai dengan membangun suatu kepercayaan. Oleh karena itu, untuk membangun iklim kepercayaan itu dimulai dari kinerja, baik pihak komunikator dan pihak komunikan akan menerima pesan tersebut berdasarkan keyakinan yang dapat dipercaya, begitu juga tujuannya.

b. Context.

Suatu program komunikasi mestinya bekaitan dengan lingkungan hidup atau keadaan sosial yang tidak bertentangan dan seiring dengan keadaan tertentu dan memperlihatkan sikap partisipatif.

c. Content.

Pesan yang akan disampaikan itu mempunyai arti bagi audensinya dan memiliki kecocokan dengan sistem nilai-nilai yang berlaku bagi orang banyak dan bermanfaat.

d. Clarity.

Pesan dalam komunikasi itu disusun dengan bahasa yang dapat dimengerti oleh atau mempunyai persamaan arti antara komunikator dengan komunikannya.

e. Contunuity dan Consistency.

(49)

f. Channels.

Menggunakan media sebagai saluran media yang setepat mungkin dan efektif dalam menyampaikan pesan yang dimaksud.

g. Capability of audience.

Komunikasi tersebut memperhitungkan kemungkinan suatu kemampuan dari audiensinya, yaitu melibatkan berbagai faktor adanya suatu kebiasaan. Kebiasaan membaca atau kemampuan menyerap ilmu pengetahuan dan sebagainya perlu diperhatikanoleh pihak komunikator dalam melakukan kampanye PR.

Indikator dari keseluruhan poin di atas adalah :

- Keahlian yaitu faktor di mana seseorang pembawa acara harus menguasai topik yang akan disampaikannya, sehingga acara tersebut akan menyatu dengan pembawa acaranya.

- Kejujuran yaitu faktor di mana pembawa acara harus mempunyai kemampuan untuk bertindak dengan bijaksana dengan mengatakan kebenaran-kebenaran.

- Tingkah laku yaitu faktor di mana pembawa acara harus mampu berperilaku baik terutama saat memandu suatu acara.

- Ekspresi yaitu faktor di mana seorang pembawa acara harus dapat berbicara sambil menunjukkan raut wajah yang sesuai dengan apa yang sedang dibicarakannya.

(50)

- Isi Pesan yaitu kata-kata yang akan diucapkan yang merupakan faktor kunci dari suksesnya suatu acara, karena melalui kata-kata yang diucapkan oleh pembawa acara akan mampu menimbulkan reaksi bagi penontonnya.

- Teknik Penyampaian Pesan yaitu faktor di mana dalam menyampaikan pesan, seorang pembawa acara harus dapat menyesuaikan antara gerak tubuh dengan ekspresi wajahnya sehingga pesan yang disampaikan dapat lebih dimengerti oleh pemirsanya.

B. Minat Menonton, indikatornya adalah :

1. Pehatian yaitu adanya perhatian penonton terhadap acara yang dibawakan oleh Tukul Arwana

2. Persepsi yaitu tanggapan penonton terhadap acara yang dibawakan oleh Tukul Arwana

3. Motif yaitu alasan yang membuat penonton tetap ingin menyaksikan acara-acara yang dibawakan oleh Tukul Arwana

4. Kebutuhan yaitu apabila isi pesan telah dapat dipahami, maka secara tidak langsung akan timbul rasa butuh dalam diri penonton terutama dalam memenuhi kebutuhan akan hiburan dan informasi.

III.4. Metode Sampling

III.4.1. Populasi

(51)

peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian (Nawawi,1993: 41).

Populasi dalam penelitian ini ialah seluruh mahasiswa S-1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara stambuk 2004, 2005, 2006. Adapun yang menjadi alasan bagi peneliti dalam memilih populasi tersebut karena mahasiswa stambuk tersebut masih aktif menjalankan perkuliahan.

Tabel 3.2. Jumlah Mahasiswa S-1 Reguler FISIP USU Stambuk 2004 – 2006.

Stambuk

Departemen

Jumlah Komu-

nikasi

Politik Kes. Sosial

Antro-pologi

Admi-nistrasi

Sosio-logi

2004 100 78 60 52 72 58 420

2005 104 82 64 56 80 70 456

2006 107 69 60 56 87 70 449

Total 311 229 184 164 239 198 1325

Sumber : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Universitan Sumatera Utara, FISIP, 2007

III.4.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

David Nachmias dan Vhava Nachmias mendefenisikan sampel sebagai bagian dari populasi yang karakteristiknya tidak berbeda dengan karakteristik populasi. Bruce W. Tuckman menjabarkan sampel sebagai kelompok yang mewakili populasi dan berperan sebagai responden (Bulaeng,2004:156).

(52)

Dari uraian tersebut, dapat diperoleh jumlah sampel sebagai berikut : n = N x 10 % dimana : n = jumlah sampel = 1325 x N = jumlah populasi = 132,5

= 133

Jadi, sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 133 orang. Penarikan sampel dilakukan melalui langkah-langkah berikut ini : 1. Purposive Sampling

Dalam tahap pengambilan sampel secara purposive (bertujuan), peneliti memberi batasan kriteria untuk memilih responden yang dianggap sesuai dengan tujuannya.

Adapun kriteria-kriteria yang ditentukan ialah :

a. Mahasiswa S-1 Reguler FISIP USU stambuk 2004, 2005, 2006.

b. Mahasiswa yang pernah menonton acara-acara talkshow yang dibawakan Tukul Arwana minimal satu kali.

2. Proportional Random Sampling

Setelah kriteria di atas dipenuhi, maka langkah selanjutnya peneliti menggunakan teknik Proportional Random Sampling untuk menentukan individu yang berhak untuk menjadi responden dengan rumus sbb.

Ket : : jumlah mahasiswa per jurusan n = n : jumlah sampel per jurusan

: jumlah sampel keseluruhan N : jumlah populasi

100 10

N n x

n1 o

1 n

(53)

Tabel 3.3. Jumlah Sample Per Jurusan/Departemen Jurusan/

Departemen

Sub Populasi Rumus Sampel per

jurusan

Antropologi 164 16 orang

Administrasi Negara

239 24 orang

Sosiologi 198 20 orang

Jumlah 1325 132.7 133 orang

III.5. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk menjaring data sebagai bahan bukti dan pembahasan masalah di atas ada dua, yaitu :

a. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian Kepustakaan dilakukan dengan cara mempelajari dan mengumpulkan data melalui literature dan sumber bacaan yang relevan dan mendukung penelitian. Dalam hal ini, penelitian kepustakaan dilakukan melalui buku-buku, majalah, internet dan sebagainya.

b. Penelitian Lapangan (Field Researh )

Penelitian Lapangan adalah pengumpulan data di lapangan yang meliputi kegiatan survei di lokasi penelitian, pengumpulan data dari responden melalui: - Observasi dan pencatatan yang teliti pada waktu melakukan survey

(54)

- Kuesioner tertutup atau daftar pertanyaan untuk pengumpulan data pada responden.

- Wawancara yang dilakukan dengan memberikan beberapa pertanyaan lisan secara singkat kepada responden.

III.6. Teknik Analisa Data

III.6.1. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu pernyataan yang masih harus di uji kebenarannya secara empirik. Hipotesis merupakan jawaban sementara atas pertanyaan penelitian yang kebenarannya akan diuji berdasarkan data yang dikumpulkan (Soehartono,2004:26).

Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini :

Ho : Tidak terdapat hubungan antara efektifitas pembawa acara di televisi terhadap minat menonton di kalangan mahasiswa FISIP USU.

Ha : Terdapat hubungan antara efektivitas pembawa acara di televisi terhadap minat menonton di kalangan mahasiswa FISIP USU.

III.6.2. Teknik Analisa

(55)

1. Analisis Tabel Tunggal

Analisis tabel tunggal merupakan analisa yang dilakukan dengan membagi variabel-variabel penelitian ke dalam jumlah frekuensi dan presentase (Singarimbun,1995:266).

2. Analisis Tabel Silang

Analisis tabel silang merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk menganalisis dan mengetahui apakah variabel yang satu mempunyai hubungan dengan variabel lainnya (Singarimbun,1995:271).

3. Uji hipotesis

Uji hipotesis ialah salah satu fungsi statistik untuk menyederhanakan data sehingga mudah dibaca dan dipresentasikan, juga dipakai untuk menguji hipotesis.

Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang diukur terdapat dalam skala ordinal. Sesuai dengan pedoman penggunaan test statistik yang berlaku, pengujian hipotesa yang berskala ordinal dapat dilakukan dengan test statistik ”Korelasi Rank Spearman”.

Keterangan : rs = koefisien korelasi Spearman di = deviasi atau xi-yi

n = jumlah responden

Jika rs < 0, maka Ho diterima dan Ha ditolak Jika rs

) 1 n ( n

di 6 1 r

2 2

s

− −

=

(56)

Selanjutnya, untuk melihat tinggi rendahnya korelasi digunakan skala Guildford (Rakhmat,2004:29).

<0,20 : hubungan rendah sekali 0,20-0,40 : hubungan rendah tapi pasti 0,41-0,70 : hubungan yang cukup berarti 0,71-0,90 : hubungan yang tinggi atau kuat

>0,91 : hubungan sangat tinggi;kuat sekali; dapat diandalkan. Untuk mengukur tingkat signifikansi korelasi digunakan rumus ttest.

Keterangan : t = koefisien korelasi variabel x dan y N = sampel

Hasil pengujian signifikansi melalui rumus t, selanjutnya akan dibandingkan dengan tabel distribusi nilai t.

Apabila thitung > ttabel , maka kesimpulan yang diambil adalah Ha Apabila thitung < ttabel

2

s s

r 1

2 n r t

− − =

(57)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini untuk mengukur keefektivitasan pembawa acara talshow Tukul Arwana terhadap minat menonton masyarakat di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Data penelitian dilakukan dengan menggunakan instrumen pengumpulan data kuesioner yang diberikan kepada 133 orang sample. Namun sebelumnya, peneliti telah mendapatkan jumlah keseluruhan mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara untuk tahun 2007.

IV.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Suatu penelitian harus memiliki lokasi penelitian yang jelas dan pasti. Peneliti telah menentukan lokasi penelitian yang sesuai dengan penelitian ini. Peneliti akan melakukan penelitian mengenai keefektivitasan Tukul Arwana pada saat membawakan acara talkshow di Trans 7 dan hubungannya dengan minat menonton mahasiswa. Oleh karena itu, lokasi penelitian yang dipilih oleh peneliti adalah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, di mana penelitian dilakukan pada pertengahan bulan Juli.

IV.1.1. Sekilas tentang FISIP USU

(58)

dan Manajemen yang berada di Fakultas Ekonomi, dan Fakultas Hukum USU pada tahun 1979.

Pada tahun 1983 dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 0535/0/83 tentang Jenis dan Jumlah pada Fakultas-fakultas di lingkungan USU, disebutkan bahwa FISIP USU mempunyai lima jurusan dengan urutan sebagai berikut:

1. Jurusan Ilmu Administrasi 2. Jurusan Ilmu Komunikasi

3. Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial 4. Jurusan Antropologi

5. Jurusan Sosiologi

Dalam proses pengembangan FISIP USU, kelima jurusan tersebut tidak dibuka sekaligus, namun secara bertahap. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan pemerintah daerah serta tenaga pengajar yang tersedia sesuai dengan disiplin ilmu yang dikembangkan untuk menindaklanjuti SK Menteri No.0535/0/83 maka dibuka dua jurusan pertama yaitu Jurusan Ilmu Administrasi dan Jurusan Ilmu Komunikasi.

Pada tanggal 18 Agustus 1984, semua kegiatan perkuliahan dan kegiatan administrasi FISIP USU dipusatkan di gedung baru yang terdapat di Jln.Dr.A.Sofyan No.1 lingkungan kampus USU.

(59)

Pada tahun 1995 FISIP USU membuka program Diploma I dan Diploma III yang bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Pajak. Namun pada tahun 2000, program Diploma I tidak menerma mahasiswa lagi.

Visi dan misi FISIP USU ialah sbb:

1. Menjadi pusat pendidikan dan rujukan bidang Ilmu Sosial di Asia Tenggara

2. Menghasilkan alumni yang mampu bersaing dalam skala global, menjadi pusat riset dan studi ilmu-ilmu sosial.

Tujuan FISIP USU :

1. Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademika dan atau profesional yang mampu menerapkan, mengembangkan dan atau menciptakan ilmu pengetahuan dan keterampilan tinggi, disertai budi pekerti yang luhur, mencintai bangsa dan sesama manusia sesuai falsafah.

2. Mengembangkan dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta mengupayakan penggunanya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional sesuai dengan Pancasila.

Fungsi FISIP USU :

1. Melaksanakan pengembangan pendidikan dan pengajaran.

2. Melaksanakan penelitian dalam rangka pengembangan kebudayaan, khususnya ilmu pengetahuan sosial.

Gambar

Tabel 3.1. Operasional Variabel
Tabel 3.3. Jumlah Sample Per Jurusan/Departemen Sub Populasi Rumus Sampel per
Tabel 4.1. Jumlah Mahasiswa S-1 Reguler FISIP USU Stambuk 2004 – 2006.
Tabel 4.3. Frekuensi Menonton Empat Mata
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kualitas situs web jika diukur dengan menggunakan kerangka usability sehingga akan didapatkan kelebihan yang

Hubungan antara lama keanggotaan dengan partisipasi adalah positif dengan perolehan nilai koefisien korelasi rs 0,013, artinya bahwa semakin lama anggota menjadi bagian

Tunjangan tidak tetap adalah pembayaran yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan pekerjaan yang diberikan secara tidak tetap dan dibayarkan menurut satuan waktu

Jaringan hotspot merupakan salah satu layanan teknologi komunikasi yang dipakai di SMA Negeri 2 Salatiga untuk menciptakan proses pendidikan yang berjalan lebih efisien

[r]

BPRS Buana Mitra Perwira-Purbalingga, bahwa produk tabungan masa depan iB Mitra Sipantas menggunakan akad mudharabah muthlaqah (investasi tidak terikat) dimana nasabah

Profesionalitas guru dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan tema atau pokok bahasan serta dengan memperhatikan minat belajar yang terdapat pada

[r]