• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Formaldehid Secara Reaksi Warna Melalui Destilasi Uap Dan Spektrofotometri UV 1700 Dalam Manisan Mangga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Identifikasi Formaldehid Secara Reaksi Warna Melalui Destilasi Uap Dan Spektrofotometri UV 1700 Dalam Manisan Mangga"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI FORMALDEHID SECARA REAKSI WARNA

MELALUI DESTILASI UAP DAN SPEKTROFOTOMETRI UV 1700

DALAM MANISAN MANGGA

KARYA ILMIAH

Oleh:

052401106

MUHAMMAD CHAIRUL

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KIMIA ANALIS

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

IDENTIFIKASI FORMALDEHID SECARA REAKSI WARNA

MELALUI DESTILASI UAP DAN SPEKTROFOTOMETRI UV 1700

DALAM MANISAN MANGGA

KARYA ILMIAH

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli madya

Oleh:

052401106

MUHAMMAD CHAIRUL

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KIMIA ANALIS

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

ABSTRACT

Formaldehide is the preservative substance/material in medical and industries and hase very dengerous if using in foods. Identification of the formaldehide base on colours reaction by steam distilation and spektrofotometri UV 1700 in mangoes sweets have been done.

(4)

PERNYATAAN

IDENTIFIKASI FORMALDEHID SECARA REAKSI WARNA MELALUI DESTILASI UAP DAN SPEKTROFOTOMETRI UV 1700 DALAM MANISAN

MANGGA

KARYA ILMIAH

Saya mengakui karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2008

NIM : 052401106

(5)

ABSTRAK

Formaldehid merupakan bahan pengawet kedokteran, industri dan sangat berbahaya digunakan dalam makanan. Telah dilakukan identifikasi formaldehid secara reaksi warna melalui destilasi uap dan spektrofotometri UV 1700 dalam manisan mangga.

(6)

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN……. ... i

PERNYATAAN ... ii

PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACK ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1. 1 Latar Belakang……. ... 1

1. 2 Permasalahan ... 4

1. 3 Tujuan. ... 4

1. 4 Manfaat…. ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2. 1 Bahan Makanan……. ... 5

2. 2 Bahan Tambahan Makanan ... 5

2. 2. 1 Bahan Tambahan Makanan Yang Diizinkan . ... 6

2. 3 Bahan Pengawet…. ... 7

2. 3. 1 Persyaratan Bahan Pengawet Makanan ... 7

2. 3. 2 Jenis Pengawetan Bahan Makanan ... 8

2. 3. 3 Tujuan Penggunaan Bahan Pengawet ... 9

(7)
(8)

3. 5. 2. 1 Perlakuan Sampel ... 38

3. 5. 2. 2 Perlakuan Larutan Baku ... 38

3. 5. 3 Penggunaan Spektrofotometer UV Cahaya Tampak ... 39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 40

4. 1 Hasil ... 40

4. 1. 1 Uji Organoleptis ... 40

4. 1. 2 Data Percobaan ... 40

4. 1. 3 Pengujian Reaksi Warna Pada Larutan Baku Pembanding ... 40

4. 1. 4 Pengujian Reaksi Warna Pada Zat Uji Sampel Manisan Mangga ... 41

4. 2. Pembahasan ... 41

4. 2. 1 Larutan Baku Formaldehid 37 % ... 41

4. 2. 2 Sampel Manisan Mangga ... 42

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 44

6. 1 Kesimpulan ... 44

6. 2 Saran ... 44

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 4. 1 Uji Organoleptis ... 40

Tabel 4. 2 Data Percobaan ... 40

Tabel 4. 3 Pengujian Reaksi Warna Pada Larutan Baku Pembanding ... 40

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Catatan Pengujian

(11)

ABSTRACT

Formaldehide is the preservative substance/material in medical and industries and hase very dengerous if using in foods. Identification of the formaldehide base on colours reaction by steam distilation and spektrofotometri UV 1700 in mangoes sweets have been done.

(12)

ABSTRAK

Formaldehid merupakan bahan pengawet kedokteran, industri dan sangat berbahaya digunakan dalam makanan. Telah dilakukan identifikasi formaldehid secara reaksi warna melalui destilasi uap dan spektrofotometri UV 1700 dalam manisan mangga.

(13)

BAB I

CO. Formaldehid awalnya disintesa oleh

kimiawa

ta

Formaldehid bisa dihasilkan dari pembakaran bahan yang mengandung terhada kecil sekali juga dihasilkan sebaga

Larutan formaldehid mengandung formaldehid dan metanol sebagai stabilisator, dengan kadar formaldehid diantara 34,0 % - 38,0 %, adapun sifat dari formaldehid adalah cairan jernih, tidak berwarna atau hampir tidak berwarna, bau menusuk, uap merangsang selaput lendir hidung dan tenggorokan, larut dalam air atau etanol 95 % tetapi tidak larut dalam eter dan kloroform, titik didih : 96 oC, berat jenis/ pH: 1,08/ 2,8 – 4,0, tidak boleh disimpan di bawah suhu 15 o

Formaldehid biasanya digunakan sebagai desinfektan yang efektif terhadap bakteri, jamur dan virus. Formaldehid 1 % efektif sebagai bakterisid tetapi memerlukan waktu kontak yang lama dan daya kerjanya lambat. Kadar formaldehid 0.5 % memerlukan waktu 6-12 jam untuk membunuh kuman, dan 2-4 hari untuk membunuh spora, bahkan dalam kadar 8 % diperlukan waktu 18 jam. Formaldehid 10

(14)

% juga digunakan untuk mensterilkan alat-alat kedokteran dan untuk sterilisasi sputum pasien tuberkulosis digunakan larutan formaldehid 8 % dalam larutan alkohol 70 % (Arif dan Sjamsudin, 1995).

Formaldehid digunakan untuk mengawetkan spesimen patologi, hewan-hewan kecil seperti serangga, bahkan mayat manusia. Uap/gas digunakan sebagai bahan fumigasi ruangan. Pada bidang kosmetika, Formaldehid digunakan sebagai deodorant karena mempunyai sifat antiprespiran (Reynolds, 1982).

Secara ekonomis, penggunaan formaldehid memang menguntungkan bagi pedagang bahan pangan, namun keselamatan konsumen harus dijadikan pertimbangan utama. Formaldehid digunakan pada bahan pangan yang mudah rusak atau busuk, jika disimpan dalam suhu kamar. Bahan pangan akan menjadi rusak dan busuk jika di dalamnya terkandung air dalam jumlah banyak. Kondisi ini menjadikan bahan pangan tersebut menjadi media yang cocok bagi perkembangan mikroorganisme patogen

Adapun beberapa hal yang menyebabkan pemakaian formaldehid untuk bahan tambahan makanan (pengawet) meningkat, antara lain harganya yang jauh lebih murah dibanding pengawet lainnya seperti natrium benzoat/natrium sorbat, dan jumlah yang digunakan tidak perlu sebesar pengawet lainnya, mudah digunakan pada proses pengawetan karena bentuknya larutan, waktu pemrosesan pengawetan lebih singkat, mudah didapatkan di toko bahan kimia dalam jumlah besar, dan rendahnya pengetahuan masyarakat produsen tentang bahaya formaldehid (Winarno, 1997).

(15)

Larutan formaldehid bila mengenai kulit dapat menyebabkan terjadinya reaksi hipersensitivitas pada epidermis kulit. Gejala yang timbul seperti kulit terasa panas, gatal-gatal, terjadi pemutihan dan pengerasan pada kulit (Reynolds, 1982).

Penemuan Badan Pemeriksaan Obat dan Makanan (POM), yang mengadakan pengujian laboratorium terhadap sejumlah contoh bahan makanan, seperti mie basah, tahu, ikan basah dan ikan kering. Pengujian laboratorium di Jakarta, Lampung, bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Mataram dan Makasar. Hasilnya sebanyak 77,8 % tahu di Jakarta mengandung formaldehid dan 52,6 % dalam ikan. Rata-rata di semua daerah, untuk mie basah mengandung formaldehid tinggi diatas 60 % kecuali di Makasar yang hanya 6,45 % (Bihar, 2008).

Masyarakat tentunya kemudian menghindari diri dari mengkonsumsi mie basah, tahu, ikan segar, ataupun ikan asin, disebabkan kekuatiran mereka terhadap bahan formaldehid dalam makanan tersebut. Akhirnya yang menanggungkan akibat isu itu tentunya para pedagang kecil, pembuat tahu, pembuat mie basah, dan para nelayan yang memproduksi ikan segar ataupun ikan asin. Produksi mereka menurun draktis yang menyebabkan pabrik mereka bangkrut, yang mau tak mau meningkatkan jumlah pengangguran. Demikian juga halnya dengan para pedagang kecil penjual ikan basah dan ikan kering, yang semuanya merupakan pedagang kecil dan sederhana, menerima dampak yang sangat menyakitkan (Bihar, 2008).

(16)

1. 2 Permasalahan

Adapun Permasalahan yang ditemukan dalam analisa adalah :

1. Bagaimana mengetahui ada tidaknya formaldehid di dalam sampel manisan mangga.

2. Bagaimana cara mengidentifikasi formaldehid dalam manisan mangga secara reaksi warna melalui destilasi uap dan spektrofotometri UV 1700.

1. 3 Tujuan

Adapun tujuan dari karya ilmiah ini adalah :

1. Untuk mengetahui ada tidaknya formaldehid di dalam sampel manisan mangga. 2. Untuk mengidentifikasi formaldehid pada manisan secara reaksi warna melalui

destilasi uap dan spektrofotometri UV 1700.

1. 4 Manfaat

Adapun manfaat dari penulisan karya ilmiah ini adalah :

- Diperoleh informasi tentang adanya formaldehid dalam manisan mangga.

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Bahan Makanan

Pangan merupakan salah satu faktor yang langsung berpengaruh terhadap kondisi kesehatan manusia. Pangan yang aman, bermutu dan bergizi dibutuhkan tubuh untuk menunjang aktivitas. Namun sebaliknya, pangan yang tidak memenuhi standar keamanan, mutu dan gizi akan membahayakan kesehatan tubuh. Oleh karena itu, pemilihan pangan sebelum dikonsumsi sangat penting agar terhindar dari produk pangan yang tidak memenuhi standar serta dapat membahayakan kesehatan (www.e-dukasi.net).

Bahan makanan, apakah itu sayur-sayuran, buah-buahan ataupun telur, daging dan ikan, sekarang ini selalu diawetkan agar bisa disimpan lebih lama sebelum dipergunakan. Para pedagang dan ibu rumah tangga, sekarang jarang berbelanja setiap hari, mereka selalu berusaha agar bahan makanan yang mereka jual ataupun yang dikomsumsi untuk keluarganya, biasa disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama sebelum diolah. Karena itu diperlukan berbagai cara agar bahan makanan tersebut biasa tahan disimpan lebih lama dan agar bisa lebih awet, tanpa merusaknya sama sekali (Bihar, 2008).

2. 2 Bahan Tambahan Makanan

(18)

Menurut undang-undang RI No.07 tahun 1995 tentang pangan, pada bab II mengenai keamanan pangan. Pasal 10 tentang bahan tambahan makanan dicantumkan (Depkes, 1995) :

1. Setiap orang yang memperoduksi pangan untuk diedarkan dilarang menggunakan bahan apapun sebagai bahan tambahan pangan yang dinyatakan terlarang atau melampai ambang batas maksimal yang telah ditetapkan.

2. Pemerintah menetapkan lebih lanjut bahan yang dilarang dan atau dapat digunakan sebagai bahan tambahan pangan dan kegiatan atau proses produksi pangan serta ambang batas maksimal sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

2. 2. 1 Bahan Tambahan Makanan Yang Di izinkan

Adapun bahan tambahan makanan yang di izinkan sesuai dengan peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor : 722/MENKES/PER/IX/98 tentang bahan makanan (Depkes RI, 1998) :

1. Bahan tambahan makanan yang di izinkan digunakan pada makanan terdiri dari golongan :

a. Antioksidan ( Antioxidant ) b. Antikempal ( Anticaking Agent )

c. Pengatur keasaman ( acidity regulator ) d. Pemanis buatan ( Artificial Sweetener )

e. Pemutih dan pematang tepung ( flour treatment Agent )

f. Pengemulsi, pemantap, pengental ( Emulsifier, Stabilizer, Thickener ) g. Pengawet ( Preservative )

h. Pengeras ( Firming Agent )

(19)

2. Untuk makanan yang diizinkan mengandung lebih dari satu macam antioksidan, maka hasil bagi masing-masing bahan dengan batas maksimum penggunaannya jika dijumlahkan tidak boleh lebih dari satu.

3. Untuk makanan yang di izinkan mengandung lebih dari satu macam pengawet, maka hasil bagi masing-masing bahan dengan batas maksimum penggunaannya jika dijumlahkan tidak boleh lebih dari satu.

4. Batas penggunaan ”secukupnya ” adalah penggunaan yang sesuai dengan cara produksi yang baik, yang maksudnya jumlah wajar yang diperlukan sesuai dengan tujuan penggunaan tambahan bahan makanan tersebut.

5. Pada bahan tambahan makanan golongan pengawet, batas maksimum penggunaan

garam benzoat dihitung sebagai asam benzoat, garam sorbat sebagi asam sorbat dan senyawa sulfit sebagi SO2

6. Pemanis buatan adalah bahan tambahan makanan yang dapat menyebabkan rasa manis pada makanan, yang tidak atau hampir mempunyai nilai gizi.

.

7. Pengawet adalah bahan tambahan makanan yang mencegah atau menghambat fermentasi, pengasaman atau perguraian lain terhadap makanan yang disebabkan oleh mikroorganisme.

2. 3 Bahan Pengawet

2. 3. 1 Persyaratan Bahan Pengawet Kimia

(20)

1. Memberi arti ekonomis dari pengawetan.

2. Digunakan hanya apabila cara-cara pengawetan yang lain tidak mencukupi atau tidak tersedia.

3. Memperpanjang umur simpan dalam pangan.

4. Tidak menurunkan kualitas ( warna, cita rasa, dan bau ) bahan pangan yang

diawetkan. 5. Mudah dilarutkan

6. Menunjukkan sifat-sifat anti mikroba pada jenjang pH pangan yang diawetkan. 7. Aman dalam jumlah yang diperlukan.

8. Mudah ditentukan dengan analisis kimia. 9. Tidak menghambat enzim-enzim pencernaan.

10. Tidak dekomposisi atau tidak bereaksi untuk membentuk suatu senyawa kompleks yang bersifat lebih toksik.

11. Mudah dikontrol dan didistribusikan secara merata dalam bahan pangan.

12. Mempunyai spektra antimikrobia yang luas yang meliputi macam-macam pembusukan oleh mikrobia yang berhubungan dengan bahan pangan yang diawetkan.

2. 3. 2 Jenis Pengawetan Bahan Makanan

Pengawetan bahan makanan tersebut biasa digolongkan atas (Bihar, 2008) : 1. Pengawetan secara alami, misalnya dengan memasak makanan dengan

pemanasan, dengan pendinginan, pembekuan, pengalengan ataupun pengeringan. Dengan pengawetan secara alami ini, diharapkan pertumbuhan bakteri pada bahan makanan akan terhambat ataupun mencegah proses oksidasi.

(21)

3. Pengawetan makanan dengan pemakaian bahan-bahan kimiawi yang ditambahkan berupa bahan tambahan makanan (BTM) atau food-additives.

BTM ini bisa merupakan bahan-bahan tambahan, seperti vitamin atau asam-asam amino esensial, bahan pewarna makanan, bahan yang memberikan rasa tertentu dan juga bahan-bahan pengawet, sehingga makanan bisa disimpan lebih lama.

2. 3. 3 Tujuan Penggunaan Bahan Pengawet

Secara umum penambahan bahan pengawet pada pangan bertujuan sebagai berikut (Wisnu, 2006) :

1. Menghambat pertumbuhan mikroba pembusuk pada pangan baik yang bersifat

patogen maupun yang tidak patogen. 2. Memperpanjang umur simpan pangan.

3. Tidak menurunkan kualitas gizi, warna, cita rasa dan bau bahan pangan yang diawetkan.

4. Tidak menyembunyikan keadaan pangan yang berkualitas rendah.

5. Tidak digunakan untuk menyembunyikan penggunaan bahan yang salah atau tidak memenuhi persyaratan.

6. Tidak digunakan untuk menyembunyikan kerusakan bahan pangan.

2. 4 Formaldehid

2. 4. 1 Sejarah Formaldehid

(22)

akibat kebakaran hutan, asap knalpot mobil hingga asap rokok. Gas formnaldehid ini juga didapat di udara, karena reaksi antara sinar matahari, oksigen, metana dan hidrokarbon yang lainnya (Bihar, 2008).

Seorang ahli kimia Jerman, August Wilhelm Hoffmann, sekitar tahun 1868 mengolah formaldehid menjadi larutan formaldehid. Dia mencampurkan metanol, sehingga gas formaldehid ini biasa dilarutkan dalam air. Komposisi 37 % formaldehid dalam air inilah yang kemudian dikenal dan diperjual-belikan sebagai larutan formaldehid (Bihar, 2008).

(23)

Kini formaldehid telah bisa dibuat di dalam negeri. Data dari Asosiasi Pedagang dan Pemakai Bahan Berbahaya (Aspembaya) mengungkapkan, kapasitas produksi 23 perusahaan pembuat formaldehid di Indonesia saat ini mencapai 866.000 ton lebih. Hal inilah yang menyebabkan formaldehid mudah didapat. Harganya juga relatif murah, yakni berkisar antara Rp 3. 000 hingga Rp 8.000 per liter

3. 4. 2 Struktur dan Nama Lain

Formaldehid yang merupakan suatu zat kimia organik, merupakan campuran dari 37 bagian formaldehid dan 63 bagian air serta ditambahkan sedikit methanol agar larutan menjadi stabil. Formaldehid ini juga dikenal sebagai metanal atau metal aldehida, dengan rumus kimia CH2O (Bihar, 2008).

Formaldehid

Struktur : Bentuk molekul trigonal planar

(24)

Oxomethane, Formoform, Formalith, Oxomethane, Karsan, Methylene glycols,

Paraforin, Polyoxymethylene glycols, Superlysoform, Tetraoxymethylene, dan

Trioxane (www.e-dukasi.net).

2. 4. 3 Sifat Formaldehid

Untuk mengenali bahan makanan yang dibubuhi formaldehid sebagai bahan pengawetnya, misalnya tahu yang dibumbuhi formaldehid akan lebih kenyal dan tidak mudah hancur, juga lebih awet dengan bau yang menyengat (Bihar, 2008).

Dalam udara bebas formaldehid berada dalam wujud gas, tapi bisa larut dalam air (biasanya dijual dalam kadar atau formol). Dalam air, formaldehid mengala dalam bentuk monomer H2CO. Umumnya, larutan ini mengandung beberapa persen dalam air, dengan kadar antara 10%-40%

Formasi zat ini menjadikan tingkah laku gas formaldehid berbeda dari oleh oksigen atmosfer menjadi ditutup serta diisolasi supaya tidak kemasukan udara

(25)

Sifat desinfektannya yang dapat membunuh kuman cukup tinggi, sehingga bisa mencegah terjadinya pembusukan dan dipakai sebagai bahan lem untuk alat-alat rumah tangga, lemari atau meja dan kursi. Mobil juga mengandung bahan formaldehid ini, misalnya pada bodi mobil, bumper mobil, sistem transmisi, blok mesin, panel pintu dan sebagainya. Bahan tinta ataupun bahan pakaian, juga mengandung formaldehid, sehingga warna pakaian tidak cepat pudar dan menjadi tahan lebih lama. Formaldehid juga dipakai dalam proses penyamakan kulit atau juga dalam peralatan untuk makan yang terbuat dari melamin (Bihar, 2008).

Formaldehid sifatnya sangat beracun dan bisa menyebabkan iritasi dari selaput lendir pada saluran pernafasan bagian atas, mata dan juga kulit. Iritasi pada selaput lendir bagian atas dapat menimbulkan luka pada rongga hidung sampai tenggorokan, termasuk selaput lendir saluran nafas yang bisa menyebabkan terjadinya penyakit pada paru-paru. Iritasi pada mata akan menyebabkan selaput lendir mata menjadi merah dengan rasa gatal, rasa sakit, banyak keluar air mata dan penglihatan menjadi kabur. Kalau kadar formaldehid lebih tinggi dapat merusak mata secara keseluruhan. Iritasi pada kulit secara langsung dapat menimbulkan perubahan warna kulit, kulit menjadi keras dan bisa juga timbul mati rasa (Sudarmadji, 1989).

2. 4. 4 Ciri Makanan Yang Mengandung Formaldehid

Adapun ciri-ciri produk makanan yang mengandung formaldehid adalah (http://wowsalman.blogspot.com/2006/01/bahaya-formalin-dan-boraks) : a. Mi basah:

- Bau sedikit menyengat.

(26)

- Mi tampak mengkilat (seperti berminyak), liat (tidak mudah putus), dan tidak lengket.

b. Tahu:

- Bentuknya sangat bagus. - Kenyal

- Tidak mudah hancur dan awet (sampai tiga hari pada suhu kamar 25 oC). Pada suhu lemari es 10 o

d. Bakso: - Kenyal.

- Awet, setidaknya pada suhu kamar bisa tahan sampai lima hari. e. Ikan asin:

- Ikan berwarna bersih cerah. - Tidak berbau khas ikan.

- Awet sampai lebih dari 1 bulan pada suhu kamar (25 C tahan lebih dari 15 hari.

- Bau agak menyengat dan aroma kedelai sudah tak nyata lagi. c. Ikan:

- Warna putih bersih. - Kenyal.

- Insangnya berwarna merah tua dan bukan merah segar.

- Awet (pada suhu kamar) sampai beberapa hari dan tidak mudah busuk. - Tidak terasa bau amis ikan, melainkan ada bau menyengat.

o C). - Liat (tidak mudah hancur).

f. Ayam potong:

- Berwarna putih bersih.

(27)

Menurut Dra. Erna Suryati, Apt., M.Kes. dari Dinas Kesehatan DIY bahwa Formaldehid tidak hanya dapat dapat masuk kedalam tubuh lewat makanan yang dikomsumsi, tetapi juga dapat diserap oleh kulit dan dapat juga terhirup melalui pernafasan. Oleh karena itu, kontak langsung dengan bahan tersebut tanpa menelannya juga dapat berdampak buruk bagi kesehatan. Ciri-ciri umum pada beberapa makanan yang diduga mengandung formaldehid untuk jenis mie basah adalah tidak rusak sampai dua hari pada suhu kamar (25oC) dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu 10 0C. Bau mie agak menyengat yakni bau khas formaldehid, dan mie basah tersebut tidak lengket serta lebih mengkilap dibanding mie tanpa formaldehid. Ciri-ciri itu memang hanya bersifat umum, namun setidaknya dapat memberikan sedikit gambaran kepada kita tentang ciri makanan yang diduga mengandung formaldehi

Ikan yang segar yang memiliki ciri-ciri kulit dan warnanya cerah, sisik melekat kuat, mata jernih, bau amis khas ikan pada bagian luar dan insang, warna insang merah darah segar, dan sedikit lender pada kulit (Buckle, 1987).

(28)

ikan, cairan formaldehid membuat hewan laut tersebut mempunyai insang yang lebih merah, daging yang lebih kenyal, dan tentu lebih awet

Petugas penyelia Laboratorium Pangan dan Bahan Berbahaya, dari BB POM, membeberkan ciri mie basah yang mengandung formaldehid adalah bila dicium berbau bahan kimia

Ikan basah yang berformaldehid akan kelihatan warna kulit dan matanya lebih bersih dan lebih cerah dan tidak mudah hancur atau rusak. Lagipula ikan asin yang berformaldehid ini tidak lagi mempunyai bau yang khas dari ikan asin secara umum. Mie basah berformaldehid kelihatan sangat berminyak dengan bau yang menyengat. Mie basah berformaldehid lebih awet dan lebih tahan lama. Sedangkan ayam atau unggas lainnya yang diawetkan dengan formaldehid kelihatan lebih kaku dan tidak ada lalat yang mau hinggap (Bihar, 2008).

2. 4. 5 Formaldehid Dalam Makanan

(29)

Formaldehid merupakan bahan yang dilarang digunakan untuk pangan. Adanya penyalahgunaan penggunaan formaldehid dalam pangan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, produsen pangan termasuk masyarakat sebagai konsumen. Dengan mengetahui bahaya penggunaan formaldehid pada pangan dan ciri-ciri produk yang mengandung formaldehid, diharapkan masyarakat dapat lebih waspada dan terhindar dari bahaya produk pangan mengandung formaldehid tersebut

Permen dan manisan menjadi rusak dan busuk jika disimpan tanpa bahan pengawet. Formaldehid memang mampu mempertahankan tekstur dan mencegah pembusukan bahan pangan, sehingga dapat memperpanjang daya simpan. Namun, formaldehid tersebut sangat berbahaya jika ikut terkonsumsi oleh manusia. Sesuai (www.e-dukasi.net).

Formaldehid adalah bahan pengawet beracun. Bahan pengawet beracun ini dilarang digunakan untuk mengawetkan makanan seperti tertuang dalam peraturan Menteri Kesehatan No.1168 tahun 1999. Formaldehid yang diambil dari nama dagang larutan formaldehid dalam air dengan kadar 10 hingga 40 persen (www.mail-archive.com).

(30)

dengan sifatnya, formaldehid sangat mudah terserap saluran pencernaan dan pernafas

Harga formaldehid yang relatif murah, mengakibatkan formaldehid seringkali disalahgunakan. Berdasarkan pengawasan terhadap pangan yang dilakukan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (2005), ditemukan adanya penyalahgunaan formaldehid sebagai pengawet dalam produk pangan, misalnya dalam produk ikan segar, ikan asin, ayam potong, mie basah, dan tahu. Mengingat formaldehid sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh, maka seluruh masyarakat hendaknya mengenali ciri-ciri produk pangan yang mengandung Formaldehid sehingga dapat terhindar dari produk pangan tersebut. Namun demikian, untuk memastikan bahwa suatu produk pangan mengandung Formaldehid, harus dilakukan pengujian secara laboratorium (Uji Kualitalif dan Kuantitatif) (www.e-dukasi.net).

Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) telah melarang penggunaan formaldehid dalam bahan pangan. Hal ini diperkuat pula oleh American Conference of Governmental Industrial Hygienists (ACGIH) yang mengelompokkan

(31)

2. 4. 6 Formaldehid Dalam Kosmetik

Berdasarkan surat edaran No. KH.02.01.1.6344 tentang formaldehid dalam sediaan kosmetik, maka dengan ini diinformasikan pada masyarakat sebagai berikut

1. Penggunaan formaldehid dalam kosmetik sebagai pengawet diizinkan dengan batas kadar maksimal 0,1% untuk sediaan higiene mulut (pasta gigi), 0,2% untuk sediaan kosmetik lainnya, formaldehid dilarang digunakan pada sediaan aerosol. 2. Ketentuan tersebut diatas sesuai dengan aturan yang berlaku secara internasional

seperti pada ASEAN Cosmetic Directive dan European Union (EU) Directive, juga SK. Ka Badan POM No. HK.00.05.4.1745 tahun 2003 tentang kosmetik.

2. 4. 7 Identifikasi Formaldehid

Identifikasi formaldehid dapat diketahui berdasarkan (Roth, et al., 1991) : 1. Reaksi dengan Asam Kromatropat

Reaksi asam kromatropat dengan formaldehid dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

(32)

Reaksi formaldehid dengan asam kromatropat merupakan reaksi warna yang spesifik untuk mengetahui adanya senyawa ini. Bila senyawa tersebut dipanaskan dengan asam kromatropat dalam larutan asam sulfat pekat akan membentuk warna ungu. Reaksi ini terjadi berdasarkan kondensasi formaldehid dengan sistem aromatik dari asam kromatropat.

2. Reaksi dengan Perak Amoniakal

Formaldehid bila ditambahkan larutan perak amoniakal lalu dipanaskan akan menghasilkan endapan cermin perak. Reaksi ini terjadi berdasarkan sifat reduksi gugus aldehid dari formaldehid dengan pereaksi perak amoniakal.

Reaksi :

AgNO3 + NaOH → AgOH ↓ putih + NaNO3 2 AgOH → Ag2O ↓ abu-abu + H2O

Ag2O + 4 NH4OH → 2 Ag(NH3)2OH + 3 H2O

HCHO + 2 Ag(NH3)2OH + 3 H2O → 2 Ag ↓ cermin perak + HCOOH + 4 NH4OH

2. 4. 8 Kegunaan Formaldehid

Formaldehid adalah suatu senyawa kimia organik yang selama ini hanya dikenal di kalangan dunia kedokteran dan penggunaannya dilaboratorium, menjadi sangat terkenal di kalangan seluruh anggota masyarakat awam. Formaldehid yang selama ini hanya dikenal sebagai bahan pengawet mayat ataupun pengawet binatang yang percobaan di laboratorium, ternyata juga dipergunakan sebagai bahan pengawet untuk berbagai jenis bahan makanan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat.

(33)

dipakai pada industri kayu lapis, bahan perabotan dari kayu, kertas film, shampoo, deodorant, cat kuku, ataupun tekstil (Bihar, 2008).

Formaldehid dikenal sebagai bahan baku pembuatan perekat (lem) yang memiliki daya rekat yang sangat kuat, sehingga banyak digunakan pada bahan bangunan secara multiplek. Selain itu formaldehid juga dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan berbagai jenis tinta dan pengikat warna pada bahan tekstil sehingga warna pakaian menjadi tahan lama. Di bidang kesehatan, formaldehid dalam konsentrasi yang sangat rendah banyak dan sering digunakan sebagai disinfektan dan pengawet dalam vaksinasi

Turunan formaldehid yang lain adala

penting dalam cat dan busa dalam resin fenol-formaldehid untuk membuat formaldehid, larutan senyawa kimia ini sering digunakan sebagai sering juga digunakan bahan baku pabrik-pabrik resin plastik dan bahan peledak

Adapun kegunaan lain dari formaldehid adalah sebagai berikut

• Pengawet

• Pembasmi lalat dan serangga pengganggu lainnya.

• Bahan pembuat

• Pengeras lapis

(34)

• Bahan untuk pembuatan pr

• Bahan pengawet pr

• Penceg

• Dalam konsentrat yang sangat kecil (kurang dari 1%), Formaldehid digunakan

sebagai pengawet untuk berbagai barang rumah tangga, cairan pencuci

Secara industri, formaldehid dibuat dari

2. 4. 9 Produksi Formaldehid

sering dipakai adalah logam

reaksi metanol d berdasarka

→ 2 H2CO

Katalis yang menggunakan perak biasanya dijalankan dalam hawa yang lebih panas, kira-kira 650 °C. dalam keadaan begini, akan ada dua yang menghasilkan formaldehid : satu seperti yang di atas, sedangkan satu lagi adalah reaksi dehidrogenasi. → H2CO

(35)

2. 4. 10 Bahaya Formaldehid

Salah satu bahan yang dilarang digunakan untuk pangan adalah Formaldehid. Formaldehid sangat berbahaya bagi kesehatan, tidak hanya menimbulkan efek jangka pendek, misalnya mual, muntah diare, dsb, namun juga menimbulkan efek jangka panjang, misalnya luka pada ginjal, paru, dan kanker

Bahan makanan yang mengandung bahan pengawet ini jelas sangat berbahaya bagi kesehatan. Salah satu dampaknya adalah dalam waktu menahun bisa menimbulkan kanker. Dalam jangka panjang, bahan ini juga bisa menyebabkan iritasi saluran pernafasan, muntah-muntah, pusing, rasa terbakar pada tenggorokan, penurunan suhu badan dan rasa gatal di dada. Lebih parah lagi bahan ini juga bisa memicu kerusakan hati, jantung, otak limfa, sistem susunan syaraf pusat dan ginjal

(36)

Di dalam tubuh, formaldehid bisa menimbulkan terikatnya sehingga mengganggu ekspresi menghisap formaldehid terus-terusan terser papan artikel. Tapi, ada studi yang menunjukkan apabila formaldehid dalam kadar yang lebih sedikit, seperti yang digunakan dalam bangunan, tidak menimbulkan pengaruh

Tertelannya larutan formaldehid bisa melukai dinding bagian dalam saluran pencernaan bagian atas atau esofagus dan lambung. Kalau kadar formaldehid ini lebih besar bisa menyebabkan rasa sakit perut, muntah-mencret, sakit kepala dan suhu tubuh menurun. Disamping itu semua formaldehid ini juga bisa menyebabkan reaksi alergi, kerusakan pada ginjal, kerusakan gen, mutasi gen, dan juga bersifat karsinogenik (diduga merupakan penyebab dari penyakit kanker). Beberapa organisasi dunia seperti IARC (International Agency for Research on Cancer), menggolongkan formaldehid sebagai karsinogen tingkat B1, artinya sangat mungkin menyebabkan kanker pada manusia. Formaldehid dalam konsentrasi yang tinggi dapat memicu pembentukan sel kanker. Penemuan di bidang patologi menunjukkan bila bahan ini terhirup dapat menyebabkan nekrosis pada membran mukosa. Selain itu, ditemukan perubahan degeneratif pada hati dan ginjal (Dreisbach and Robertson, 1982).

(37)

dalam bahan makanan tersebut ada didapati sisa formaldehid yang bebas, yang tidak terikat dengan protein. Untuk menghindari resiko akibat formaldehid ini, lebih baik kita tidak mempergunakan formaldehid untuk bahan pengawet makanan (Bihar, 2008).

Formaldehid umumnya mengandung Formaldehid 37% dan Metil Alkohol 10-15 % Formaldehid jika dikonsumsi dapat merusak hati, ginjal, limpa, pancreas, otak dan menimbulkan kanker dalam jangka panjang terutama kanker hidung. Dapat menimbulkan vertigo dan persaaan mual dan muntah. Metil Alkohol jika dikonsumsi dapat menyebabkan kebutaan, kerusakan hati dan saraf dan menimbulkan kanker pada keturunan selajutnya

Formaldehid dikatakan sebagai karsinogenik karena ditemukan pada pekerja di pabrik yang menggunakan formaldehid, sebagian besar mengalami kanker hidung dan sakit pernafasan. Paparan formaldehid juga bisa menyebabkan muntah, diare, suhu badan turun, lemah, tidak sadar dan bisa menyebabkan kematian. Keberadaan formaldehid dalam permen adalah hal yang aneh. Sebenarnya, pengawetan permen cukup menggunakan gula yang memang banyak digunakan sebagai bahan dasar permen. Glukosa dan sukrosa adalah bahan pengawet yang lazim digunakan dalam makanan (Bihar, 2008).

a. Bahaya Formaldehid Bila Tertelan

- Bahaya Jangka Pendek (Akut)

(38)

serta batuk, dan pada konsentrasi 25-50 bpj mengakibatkan kerusakan jaringan dan luka pada saluran pernafasan, misalnya radang paru (pneumonitis) dan pembengkakan paru (pulmory edema), bahkan pada konsentrasi sangat tinggi dapat mengakibatkan kematian.

Gejala lain yang tampak apabila Formaldehid terhirup yaitu bersin, pharingitis (radang tekak), radang tenggorokan, sakit dada, rasa haus berlebihan, lelah, jantung berdebar, sakit kepala, mual, dan muntah. Dapat menyebabkan mulut, tenggorokan, dan perut terasa terbakar, sakit menelan, mual, muntah dan diare, kemungkinan terjadi pendarahan, sakit perut yang hebat, sakit kepala, hipotensi (tekanan darah yang rendah), kejang, tidak sadar hingga koma. Selain itu juga dapat menyebabkan kerusakan hati, jantung, otak, limpa, pankreas, sistem susunan syaraf pusat dan ginjal.

- Bahaya Jangka Panjang (Kronis)

Pada dasarnya, formaldehid dalam jaringan tubuh sebagian akan dimetabolisir kurang dari 2 menit oleh enzim formaldehid dehidrogenase menjadi asam format yang kemudian diekskresikan tubuh melalui urin dan sebagian diubah menjadi CO2 yang dibuang melalui nafas. Fraksi formaldehid yang tidak mengalami metabolisme akan terikat secara stabil dengan makromolekul seluler protein DNA yang dapat berupa ikatan silang (cross-linked

Ikatan silang formaldehid dengan DNA dan protein ini diduga bertanggung jawab atas terjadinya kekacauan informasi genetik dan konsekuensi lebih lanjut seperti terjadi mutasi genetik dan sel kanker. Oleh karena itulah,

).

International Agency

Research on Cancer (IARC) mengklasifikasikannya sebagai karsinogenik golongan I

(39)

gen-gen rusak itu diwariskan, maka akan terlahir generasi dengan cacat gen. Dapat menyebabkan sakit kepala, gangguan pernafasan, radang selaput lendir hidung, mual, mengantuk, luka pada ginjal, sensitisasi paru-paru, gangguan tidur, cepat marah, keseimbangan terganggu, kehilangan konsentrasi dan penurunan daya ingat. Selain itu, pada wanita dapat menyebabkan gangguan haid serta kemandulan. Formaldehid dapat menyebabkan kanker pada hidung, rongga hidung dan radang nasofaring.

b.

Bila kulit terpapar uap formaldehid ataupun larutan formaldehid, dapat mengakibatkan perubahan warna kulit, kulit mengeras, mati rasa dan rasa terbakar. Bila paparan formaldehid terjadi dalam jangka waktu yang panjang dapat mengakibatkan rasa panas, mati rasa, gatal-gatal, kulit memerah, kerusakan pada jari/tangan, pengerasan pada kulit, sensitisasi dan dermatitis yang menimbulkan gelembung (vesicular

Bahaya Formaldehid Bila Kontak Dengan Kulit

c.

Penderita yang terpapar formaldehid harus ditangani secara cepat dan tepat untuk menghindari berkembangnya bahaya akibat paparan formaldehid. Adapun pertolongan pertama bila terpapar formaldehid yait

Pertolongan Pertama Penderita Yang Terpapar Formaldehid

Bila terhirup, penderita segera dipindahkan dari daerah paparan untuk melakukan pernafasan buatan dan segera hubungi dokter. Orang yang menolong hendaklah memakai masker.

(40)

(selama 15-20 menit). Untuk bagian tubuh yang terbakar, tutupi dengan pakaian longgar, kering dan steril, dan bila perlu hubungi dokter.

Bila tertelan,

Pertolongan tergantung pada konsentrasi cairan dan gejala yang dialami korban. Sebelum ke rumah sakit, berikan arang aktif

penderita dapat diberikan arang aktif (norit) dan jangan melakukan rangsangan muntah karena akan menimbulkan risiko trauma korosif pada saluran cerna atas. Bila perlu segera hubungi dokter.

melakukan rangsangan agar korban muntah, karena akan menimbulkan resi bilas lambung aktif akan mengganggu penglihatan pada saat untuk mendiagnosis terjadinya meningkatkan eliminasi formaldehid dari tubuh dapat dilakuka darah). Tindakan ini diperlukan bila korban menunjukkan tanda-tanda

2. 4. 11 Data Penggunaan Formaldehid

Dalam pengumumannya bernomor KH.01.04.53.094 tertanggal 24 Juli 2007, Badan POM menyebutkan dari 39 produk China yang berupa permen, manisan, dan buah kering, ditemukan sebanyak tujuh produk positif mengandung formaldehid.

Tujuh produk pangan China tersebut adalah

(41)

ditemukan di Toko Manisan Lezat, Pasar Jaya Glodok Lantai Basement No 037, Jakarta.

3. Permen Classic Candy (tidak memiliki izin edar, dijual dalam bentuk curah) yang ditemukan di Toko Manisan Lezat, Pasar Jaya Glodok Lantai Basement No 037, Jakarta.

4. Permen Blackcurrant (tidak memiliki izin edar, dijual dalam bentuk curah) yang ditemukan di Toko Manisan Lezat, Pasar Jaya Glodok Lantai Basement No. 037, Jakarta.

5. Permen White Rabbit (bernomor Depkes RI SP No. 231/10.09/96) yang ditemukan di Toko Manisan Lezat, Pasar Jaya Glodok Lantai Basement No 037, Jakarta. 6. Permen White Rabbit (tidak memiliki izin edar, dijual dalam bentuk curah) yang ditemukan di Toko Manisan Lezat, Pasar Jaya Glodok Lantai Basement No 037, Jakarta.

7. Manisan Plum (tidak memiliki izin edar, dijual dalam bentuk curah) yang ditemukan di Toko Manisan Lezat, Pasar Jaya Glodok Lantai Basement No 037, Jakarta.

Kepala Badan POM Husnian Rubiana Thamrin Akib di Jakarta, Kamis (26/7) menjelaskan, untuk melindungi masyarakat dari produk-produk tidak bermutu dan berisiko tidak aman untuk dikonsumsi, Badan POM telah menyegel produk-produk permen dan manisan yang mengandung formaldehid tersebut di tempat-tempat penjualannya untuk selanjutnya produk ini dapat dimusnahkan.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyegel tujuh produk berupa permen, manisan, dan buah kering diimpor dari Tiongkok. Dalam surat peringatan publik BPOM bernomor KH.01.04.53.094 tentang produk pangan impor Tiongkok

(42)

yang mengandung bahan berbahaya, Selasa (24/7), terdapat tujuh sampel yang dinyatakan positif mengandung formaldehid dalam makanan yang dianalisa

2. 4. 12 Pengganti Formaldehid

Seperti disebutkan untuk menghindari resiko kesehatan kita akibat formaldehid ini yang didapati dalam bahan makanan, lebih rasanya kita tidak mempergunakan formaldehid tersebut sebagai bahan pengawet makanan apapun. Sejak dulu sebenarnya ada beberapa cara sederhana untuk mengawetkan bahan makanan tersebut, agar bahan makanan dapat lebih lama. Cara pengawetan alami itu antara lain dengan pemanasan, termasuk dengan pemanggangan, perebusan, penggorengan, pasteurisasi dan sterilisasi. Cara pendinginan juga termasuk cara memperpanjang daya simpan makanan, agar tahan lebih lama, dengan penyimpanannya dalam lemari pendingin/es. Dengan cara pendinginan di dalam lemari es ini, misalnya telur yang utuh bisa tahan sampai 3 minggu, sedangkan telur yang sudah dimasak tahan sampai 1 minggu (www.republika.co.id).

Daging sapi dan daging kambing bila didinginkan bisa tahan sampai 3-5 hari, bahkan bila didinginkan sampai beku, bisa tahan sampai 6-12 bulan. Ikan segar dengan pendinginan tahan 5-20 hari dan kalau dibekukan bisa tahan sampai 6-10 bulan. Produk unggas, semisal ayam yang utuh bila didinginkan didalam lemari es, bisa tahan 1-2 hari, tetapi bila dibekukan daya tahan bisa 8-10 bulan.

(43)

hari. Tahu bisa bertahan sampai 4 hari bila direbus atau direndam dalam air masak.

Kalau disimpan dengan dibungkus dalam lemari es, tahu bisa tahan sampai 8 hari. Ikan asin bisa lebih awet jika dimasukkan kedalam kantong plastik yang kedap

udara atau disimpan ditempat yang kering, sejuk dan tidak terkena sinar matahari secara langsung. Sebenarnya ada beberapa bahan alami lain yang dipakai sebagai bahan pengawet makanan, yang juga bersifat sebagai antimikroba, seperti kunyit, lengkuas dan sebagainya. Bahan-bahan alami ini sudah dipakai sejak dahulu oleh para ibu rumah tangga, bukan saja untuk mengawetkan makanan tetapi juga untuk membuat rasanya lebih enak dan lebih menarik (www.republika.co.id).

Para peneliti dan tenaga ahli dari Institut Pertanian Bogor (IPB), telah meneliti dan menghasilkan suatu bahan yang disebut sebagai Chitosan yang dapat mengawetkan bahan makanan, chitosan ini dibuat dari kulit kepiting rajungan dan kulit udang yang mengandung khitin, yang nantinya sesudah diolah dengan cara tertentu. Untuk mengawetkan ikan misalnya, ikan tersebut cukup dicelupkan saja kedalam larutan chitosan ini, lalu dijemur (Republika, 2005).

Chitosan elain dipakai untuk mengawetkan ikan asin, chitosan ini juga dapat dipakai untuk memperpanjang daya tahan tahu, bakso, mie dan ikan basah (Republika, 2005).

(44)

bahwa formaldehid yang unsur utamanya adalah formaldehid, memang mempunyai berbagai manfaat dalam berbagai keperluan. Tetapi penggunaaannya sebagaibahan pengawet makanan, jelas sama sekali tidak menguntungkan bahkan sangat merugikan bagi kesehatan kita. Karena itu penggunaan formaldehid ini dalam bahan makanan apapun, atau juga dengan alasan apapun, tidak dilakukan.

Ada berbagai cara ataupun bahan lainnya yang jauh lebih aman bagi kesehatan kita. Yang dapat dipakai sebagai bahan atau cara pengawetan makanan tersebut. Kita bisa memilih berbagai cara dan bahan itu, karena juga sebenarnya biayanya tidaklah terlampau berbeda dengan pemakaian formaldehid yang jelas-jelas berbahaya bagi kesehatan itu (Bihar, 2008).

2. 5 SPEKTROSKOPI

Spektroskopi hasil pengukuran dan pembacaan spektra yang terbentuk daripada interaksi radiasi elektromagnet dengan jirim (matter). Jenis kaidah spektroskopi yaitu

- Spesies yang hendak dianalisis (spektroskopi molekul, atom)

- Jenis interaksi radiasi-jirim yang hendak dipantau (penyerapan, pancaran atau pembiasan)

- Kawasan spektrum elektromagnet yang digunakan dalam analisis (UV=200 – 350 nm, Vis=350 – 900 nm, IR dan NMR)

Berdasarkan keterangan diatas, maka terdapat beberapa kaidah spektrofotometri seperti:

- AAS/AES = penyerapan/pancaran atom.

(45)

- Fluoromentri = pancaran molekul.

- Spektrometri Jisim (MS) = pemecahan molekul disebabkan oleh elektron bertenaga tinggi, pecahan molekul berkas.

- NMR (nuclear magnetic resonance) = sensitivitas magnet nukleus atom (spin nucleus) terhadap persekitaran molekul atau ion nya.

- ESR (electron spin resonance) = sama seperti NMR tetapi melibatkan elekron tunggal (spin elektron) dan ion logam dalam paramagnet.

- IR (infra red) = mengukur penyerapan radiasi pada frekuensi berbeda. Radiasi IR = 0.8 – 100 nm. IR dekat = 0.8 – 2.5 nm, IR pertengahan = 2.5 – 15 nm, IR jauh = 15 – 100 nm.

2. 5. 1 Spektrofotometri UV-Vis

Alat ini mempunyai dua sumber cahaya (Sinar ultra ungu dan sinar tampak). Masing-masing sumber cahaya dipergunakan untuk penentuan kandungan aromatik dan senyawa anionik dalam sampel

- Jenis UV/VIS Spektrofotometer - Type Lamda-40

- Merk Perkin Elmer Buatan Jerman

- Lokasi Lab.Spektroskopi, Kel.Analitik dan Kimia Terapan - Kondisi Baik

Fungsi Untuk analisis kandungan aromatik dan senyawa anionik dalam sampel air buangan dll.

(46)

Alat spektrofotometer sinar tampak pada dasarnya terdiri atas sumber sinar monokromator, tempat sel untuk zat yang diperiksa, detector, penguat arus dan alat ukur atau pencatat. Sel serap yang digunakan untuk pengukuran pada daerah sinar tampak dibuat dari kaca, dengan tebal sel 1 cm. Sebagai sumber cahaya biasanya digunakan lampu tungsten (Depkes.RI, 1979).

Spektrofotometer berbeda dengan fotometer, pada penggunaan monokromator sebagai ganti filter yang dalam daerah pengukuran keseluruhan sekitar 220 sampai 280 nm dapat menghasilkan cahaya monokromatik yang diinginkan. Seperti pada fotometer dikenal juga peralatan dengan cahaya tunggal (Monobeam) dan dengan cahaya ganda (Doublebeam). Cahaya monokromatik diperoleh dari cahaya polikromatik melalui penguraian cahaya dengan suatu prisma atau kisi, cahaya dengan daerah panjang gelombang yang lebih sempit akan dipancarkan melalui celah. Kisi secara prinsip adalah cermin dengan sekitar 1000 sampai 2000 goresan garis paralel per mm. Spektrofotometer dilengkapi dengan alat optik yang dapat meneruskan sianr UV. Sebagai sumber cahaya, alat ini mempunyai lampu pijar wolfram atau lampu halogen untuk daerah sinar tampak dan sinar UV yang berdekatan, untuk daerah UV lampu hidrogen yang memancarkan sinar ultra violet secara kontinyu.

(47)

mengandung ion amonium dan dipanaskan dengan kondisi yang ditentukan. Larutan yang diperlakukan demikian ini tidak boleh berwarna lebih kuat dari pada larutan pembanding yang dibuat dengan kadar formaldehid tertentu yang diperlakukan dengan kondisi sama (Hermann, 1981).

(48)

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam pengujian adalah : Acuan : MA POM No.03/MM/00

Prinsip : Identifikasi formaldehid secara reaksi warna setelah didestilasi uap dari cuplikan

3. 1 Alat-alat

- Tabung reaksi Pyrex - Gelas ukur 10 ml Pyrex - Gelas ukur 5 ml Pyrex - Labu Kjeldhal 800 ml Duran - Labu ukur 100 ml Pyrex - Corong Pyrex - Labu ukur 10 ml Pyrex - Beaker glass 250 ml Pyrex - Hot plate /Pemanas listrik Gerhadt - Pendingin Liebig Pyrex - Termometer 100 o

- Aluminium foil

C Pyrex

- Timbangan Analitik Elektronik AND GR 300/14216551 - Spektrofotometer UV 1700 Shimadzu

(49)

3. 2 Bahan-bahan

- Formaldehid 37 % p.a - Asam Sulfat (p) p.a

- Serbuk asam kromatropat p.a - Aquades

- Sampel manisan mangga

3. 3 Pereaksi-pereaksi

- Asam Pospat 10 % - Asam Sulfat 60 %

- Asam Kromatropat 0.5 %

3. 4 Cara Pembuatan Pereaksi

1. Asam Fosfat 10 %

Sebanyak 12 ml Asam Fosfat 85 % , diencerkan dengan aquades dalam labu ukur 100 ml sampai garis batas standar.

2. Asam Sulfat 60 %

Sebanyak 63 ml H2SO4(p), diencerkan dengan aquades dalam labu ukur 100 ml sampai garis batas standar.

3. Asam Kromatropat 0.5 %

(50)

3. 5 Prosedur Percobaan

3. 5. 1 Pembuatan Larutan Baku

Sebanyak 10 ml formaldehid 37 %, diencerkan dengan aquades dalam labu ukur 100 ml sampai garis batas standar.

3. 5. 2 Analisa formaldehid dalam sampel 3. 5. 2. 1 Perlakuan Sampel

Di timbang sampel manisan mangga sebanyak 10-20 g, dimasukkan kedalam labu kjeldhal 800 ml yang telah berisi air 100-200 ml. Kemudian ditambahkan 5 ml larutan asam posfat 10 %. Kemudian didestilasi perlahan hingga diperoleh 90 ml destilat yang ditampung dalam gelas ukur yang berisi 10 ml air (ujung pendingin harus tercelup). Kemudian sebanyak 1-2 ml destilat dimasukkan kedalam tabung reaksi, ditambahkan 5 ml larutan asam kromatropat 0.5 % dalam asam sulfat 60 % yang dibuat segar. Kemudian dipanaskan dalam penangas air yang mendidih selama 15 menit. Jika terjadi perubahan warna larutan menjadi ungu maka sampel mengandung formaldehid. Kemudian diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 570 nm. Kemudian dilihat panjang gelombang dari sampel (Horwitz, 1970).

3. 5. 2. 2 Perlakuan Larutan Baku

(51)

3. 5. 3 Penggunaan Spektrofotometer UV Cahaya Tampak A. Prosedur Analisa Kualitatif

1. Hidupkan alat dengan menekan tombol power pada posisi ON pada seluruh alat. 2. Klik U3000, Restor, tekan tombol Enter.

3. Klik Control, klik go to wave length.

4. Masukkan panjang gelombang yang diinginkan, klik Run. 5. Masukkan blanko pada kuvet Refrence dan kuvet sampel. 6. Klik Control, klik Autu 100 % (Abs).

7. Klik Parameter, klik Scan Parameter.

8. Klik Abs pada data Mode, pilih Scan speed (nm) pada angka 300, sampling internal pilih Auto, masukkan angka pada Start WL dan End WL, klik Ok.

9. Klik instrument parameter, klik Slit (nm) pada angka 2.0, klik Auto Change pada Lamp Change, klik Auto Gain pada pint Voltage, Analog Recorder pilih angka 0, V=0 dan V1=1000, klik Ok.

10. Klik Out-put, klik sampel/coment, isikan nama sampel dan Comenter, klik Ok. 11. Ganti Blanko dengan sampel pada Cuvet sampel, klik Scan, start scan, tunggu

sampai terdengar bunyi sinyal.

(52)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4. 1 Hasil

4. 1. 1 Uji Organoleptis

Adapun uji organoleptis yang dilakukan berdasarkan pengamatan panca indra dapat dilihat dalam tabel 4.1. dibawah ini :

Nama Sampel Kemasan Bentuk Warna Rasa Bau

Manisan Mangga Bungkus plastik Potongan buah Coklat Manis Khas

Tabel 4. 1 Uji Organoleptis

4. 1. 2 Data percobaan

Adapun data yang diperoleh dari identifikasi formaldehid dalam sampel manisan mangga melalui destilasi uap dan spektrofotometri dapat dilihat dalam tabel 4.2. dibawah ini :

Perlakuan Syarat Cara Hasil Pustaka

Identifikasi

Tabel 4. 2 Data Percobaan

4. 1. 3 Pengujian Reaksi Warna Pada Larutan Baku Pembanding

(53)

dilanjutkan pengamatan pada spektrofotometer UV 1700 Shimadzu pada λ 570 nm

dapat dilihat pada table 4.3 dibawah ini :

Nama Zat Pereaksi Pengamatan Hasil

Baku pembanding

Tabel 4. 3 Pengujian Reaksi Warna Pada Larutan Baku Pembanding

5. 1. 4 Pengujian Reaksi Warna Pada Zat Uji Sampel Manisan Mangga

Adapun hasil pengamatan yang terjadi pada zat uji sampel manisan mangga setelah penambahan aquades, asam pospat 10 %, asam sulfat 60 % dan asam kromatropat 0.5 % kemudian dipanaskan 15 menit di air mendidih dan dilanjutkan

pengamatan pada spektrofotometer UV 1700 Shimadzu pada λ 570 nm dapat dilihat pada table 4.3 dibawah ini :

Nama Zat Pereaksi Pengamatan Hasil

Zat uji

Tabel 4. 4 Reaksi Warna Pada Zat Uji Sampel Manisan Mangga

4. 2 Pembahasan

4. 2. 1 Larutan Baku Formaldehid 37 %

(54)

penambahan aquades, asam pospat 10 %, asam sulfat 60 % dan asam kromatropat kemudian dipanaskan 15 menit di air mendidih, maka akan terjadi perubahan warna dari bening menjadi warna ungu dalam larutan tersebut dan kemudian dilanjutkan

identifikasi menggunakan spektrofotometer UV 1700 Shimadzu pada λ 570 nm

menghasilkan panjang gelombang dari sampel 567.60 nm dengan absorbansi 0.140. Adapun reaksi antara formaldehid dengan asam kromatropat dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 2 Reaksi asam Kromatropat dengan Formaldehid

4. 2. 2 Sampel Manisan Mangga

(55)

menjadi warna ungu dalam larutan tersebut dan kemudian dilanjutkan identifikasi menggunakan spektrofotometer UV 1700 Shimadzu pada λ 570 nm menghasilkan

panjang gelombang dari sampel 564.00 nm dengan absorbansi 0.080.

(56)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

6. 1 Kesimpulan

Hasil identifikasi formaldehid dalam manisan mangga memberikan hasil yang positif, baik dengan reaksi warna maupun dengan spektrofotometri UV 1700 Shimadzu, panjang gelombang dari larutan baku pembanding formaldehid 37 % adalah 564.00 nm dengan absorbansi 0.080 dan panjang gelombang dari sampel manisan mangga 567.60 nm dengan absorbansi 0.140, kisaran panjang gelombang 564.00 nm – 567.60 nm tersebut memberikan kesimpulan bahwa sampel manisan mangga menggunakan formaldehid (+) sebagai bahan pengawetnya.

6. 2 Saran

(57)

DAFTAR PUSTAKA

Adiwisastra, A. 1987. Keracunan, Sumber Bahaya Serta Penanggulangannya. Angkasa. Bandung. Hal : 100-101.

Arif, A., dan Sjamsudin, U.1995. Obat Lokal. Dalam : Ganiswara, S.G. Farmakologi dan Terapi. Edisi Keempat. UI-Press. Jakarta. Hal : 518.

Bihar, Syamsul. Formalin Zat Berbahaya Bagi Kesehatan. Terbit : 28 April 2008. Harian Analisa. Medan.

Buckle, K.A.,et al. (1987). Kimia Pangan. Penerjemah : Hadipurnomo,A.,(1990). UI-Press. Jakarta. Hal : 314.

Dreisbach, R.H., and Robertson, W.O. (1982). Handbook of Poisoning : Prevention Diagnosis & Treatment. Twelfth Edition. Appleton & Lange. California. Pages

: 181-182.

Departemen Kesehatan R.I. 1998. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta. Hal : 47.

Departemen Kesehatan R.I. 1995. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta. Hal : 47-751.

Departemen Kesehatan R.I. 1979. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta. Hal 58.

Hermann, J. Roth. 1981. Analisis Farmasi. Gajah Mada University Press. Bandung. Hal : 372-511.

(58)

http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?i

http://id.wikipedia.org/wiki/Destilasi

(59)

Republika, 2005. Anda Bertanya, Badan POM.

Reynolds, J. E. 1982. Martindale The Extra Pharmacopoeia. 28th Edition. The Pharmaceutical Press. London. Pages : 563-564.

Roth, J.H. and Blaschke, G. (1981). Analisis Farmasi. Penerjemah : Sriwoelan. Universitas Gadjah Mada Press. Yogyakarta. Hal : 511-512.

Sudarmadji, S. 1989. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Edisi Pertama. Cetakan I. Liberty. Yogyakarta. Hal : 124-134.

Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan Dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Hal : 214-227.

Gambar

Gambar 1. Reaksi Asam Kromatropat dengan Formaldehid
Tabel 4. 1 Uji Organoleptis
Tabel 4. 3 Pengujian Reaksi Warna Pada Larutan Baku Pembanding
gambar dibawah ini :

Referensi

Dokumen terkait