ANALISA STRUKTUR PORTAL RUANG TIGA LANTAI
DENGAN METODE KEKAKUAN DIBANDINGKAN DENGAN
PROGRAM ANSYS
TUGAS AKHIR
06 0404 008
HERY SANUKRI MUNTE
BIDANG STUDI STRUKTUR
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi
rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Tugas
Akhir ini dengan judul : “ Analisa Struktur Portal Ruang Tiga Lantai Dengan Metode Kekakuan Dibandingkan Dengan Program Ansys”.
Tugas akhir ini ditulis dan disusun sedemikian rupa sebagai syarat dalam
ujian sarjana Teknik Sipil bidang studi Struktur pada Fakultas Teknik Universitas
Sumatera Utara, Medan. Penulis menyadari bahwa isi dari tugas akhir ini masih
memiliki kekurangan dan jauh dari sempurna karena keterbatasan pengetahuan
penulis. Sehingga untuk penyempurnaannya maka penulis mengharapkan saran dan
kritik dari bapak dan ibu dosen serta dari rekan-rekan mahasiswa.
Sembah sujud dan terimakasih terbesar penulis ucapkan kepada Ayahanda
Ishak Munte dan Ibunda Nurjannah Bintang tercinta yang telah mendidik, membesarkan, dan memberikan motivasi berupa moril maupun materil kepada
penulis. Serta seluruh keluarga yang penulis sayangi, terimakasih atas doa, dorongan
dan kasih sayang yang tulus sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah dan tugas
akhir ini dengan baik.
Pada kesempatan ini penulis telah banyak menerima bimbingan dan saran
dari berbagai pihak, Untuk itu dengan segala ketulusan hati penulis mengucapkan
terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ing Johannes Tarigan selaku Ketua Departemen Teknik Sipil USU dan dosen pembimbing yang telah banyak memberikan pengajaran dan
ilmu dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini;
.
3. Bapak Ir. Sanci Barus, MT selaku Koordinator Bidang Studi Struktur Teknik Sipil USU dan dosen pembanding yang telah memberikan kritik dan saran dalam
penyempurnaan Tugas Akhir ini;
4. Bapak Ir. Daniel Rumbi Teruna, MT selaku dosen pembanding yang telah memberikan kritik dan saran dalam penyempurnaan Tugas Akhir ini;
5. Ibu Ir. Chainul Mahni selaku dosen pembanding yang telah memberikan kritik dan saran dalam penyempurnaan Tugas Akhir ini;
6. Bapak/Ibu dosen pengajar departemen teknik sipil Universitas Sumatera Utara.
7. Seluruh pegawai administrasi yang telah memberikan bantuan dalam kemudahan
penyelesaian administrasi.
8. Teman spesial penulis Sri Dewi Haryati, terima kasih atas doa, kasih sayang dan juga canda tawanya selama ini kepada penulis.
9. Rekan-rekan mahasiswa Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara
angkatan 2006 yang telah memberikan dukungan pada penulis dalam
menyelesaikan tugas akhir ini.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari
keadaan sempurna. Oleh karena itu dengan senang hati penulis menerima saran
ataupun kritikan yang bersifat membangun demi kesempurnaan TugasAkhir ini.
Akhir kata penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.
Medan, Mei 2011
Penulis
ABSTRAK
Dewasa ini, analisa perhitungan struktur dalam perencanaan Teknik Sipil sudah dalam tahap penggunaan bantuan teknologi yaitu dengan bantuan program komputer untuk menyelesaikan semua permasalahannya. Selain akurasi yang lebih baik, perhitungan dengan program komputer memberikan efisiensi waktu yang lebih baik dan lebih efektif dari segi hasil. Walaupun demikian, tidak boleh dilupakan bagaimana cara perhitungan secara manual karena setiap program komputer yang dirancang untuk menghitung permasalahan perhitungan dalam perencanaan teknik sipil didasarkan pada analisa perhitungan secara manual. Dengan kata lain, bahasa pemrograman yang dipakai didasarkan pada konsep perhitungan manual.
Dengan pemikiran diatas maka pada tugas akhir ini akan dilakukan analisa struktur secara manual pada space frame (portal ruang tiga dimensi) dengan membandingkan hasil perhitungan antara metode elemen hingga (finite element method) dengan hasil dari program Ansys versi 9.0.
Dari perhitungan yang dilakukan maka diperoleh perbandingan hasil dalam persentase perbedaan hasil antara perhitungan manual dengan metode elemen hingga dengan program Ansys versi 9.0 yang sangat kecil yaitu sampai dengan 0.002%. Hal ini disebabkan karena bahasa pemrograman Ansys versi 9.0 didasarkan pada metode elemen hingga.
DAFTAR NOTASI
F = Gaya (kg)
r = Lengan momen (cm)
M = Momen (kg-cm)
w = Beban terbagi rata (kg/cm)
P = Beban yang bekerja (kg)
A = Luas penampang (cm2)
Ф = Suatu fungsi
k = Kekakuan
{d} = Vektor dari perpindahan (displacement)
T = Transformasi
E = Modulus Elastisitas (kg/cm2)
I = Inersia (cm4)
L = Panjang bentang (cm)
TT = Transformasi Transpose
τ = Tegangan Geser (kg/cm2)
γ = Regangan Geser
G = Modulus geser material (kg/cm2)
J = Momen inersia polar (cm4)
Υ = Poisson ratio
[k] = Matriks kekakuan lokal
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Contoh portal ruang ... 2
Gambar 1. 2. Portal Ruang Tiga Lantai ... 6
Gambar 2.1(a) Susunan kolom dan balok dalam memikul beban vertical ... 10
Gambar 2.1(b) Susunan kolom dan balok dalam memikul beban horizontal ... 10
Gambar 2.1 (c) Hubungan antar elemen diubah ... 11
Gambar 2.1 (c) Perubahan posisi antar elemen ... 11
Gambar 2.2.1 Klasifikasi dari elemen struktur dasar menunjukkan geometris dan sifat-sifat fisik utama13 Gambar 2.2.2 Struktur kaku dan struktur tidak kaku ... 14
Gambar 2.2.3 Struktur kaku yang umum ... 18
Gambar 2.2.4 Rangka batang ... 19
Gambar 2.2.5 Struktur Post-and-Beam dan struktur rangka kaku ... 20
Gambar 2.3.1 Kondisi gaya internal: tarik, tekan dan lentur ... 25
Gambar 2.4.1 Momen ... 27
Gambar 2.4.2 Momen akibat beban terdistribusi ... 29
Gambar 2.4.3 Hubungan gaya-gaya, gaya resultan dan gaya penyeimbang ... 30
Gambar 2.4.4 Diagram (keseimbangan) benda bebas dan reaksi ... 32
Gambar 2.4.5 Gaya tekan dan tarik internal pada batang ... 34
Gambar 2.4.6 Batang tarik ... 35
Gambar 3.2.1 (a) Struktur bidang dengan bentuk sembarang.
(b) Model elemen hingga yang mungkin pada struktur tersebut.
(c) Elemen segi empat bidang dengan gaya-gaya titik kumpul pidan
sehubungan dengan peralihan arah x titik 3... 39
Gambar 3.2.2 Fungsi kombinasi Ф= Ф(x,y) dan elemen tipikal yang dapat digunakan untuk mendekatinya... 40
Gambar 3.2.3 (a) Elemen balok standar dengan d.o.f. nya (b) Ragam deformasi {d}={1 0 0 0} dan gaya-gaya yang diperlukan ki1 (c) Ragam deformasi {d}={0 1 0 0} dan gaya-gaya yang diperlukannya, ki2 ... 44
Gambar 3.2.4 (a) Struktur yang mempunyai tiga d.o.f. aktif (u1,u2,u3). Elemen hinga disini adalah pegas linier dengan kekakuan k1, k2,k3. (b) Gaya-gaya dan d.o.f. titik kumpul untuk elemen tipikal I ... 45
Gambar 3.3.1 Elemen Beam dua dimensi Arbitrarily Oriented ... 46
Gambar 3.3.2 Gaya lokal yang bekerja pada element beam ... 47
Gambar 3.3.3 Element Frame Dengan Perletakan miring ... 49
Gambar 3.3.4 Struktur Umum Grid ... 50
Gambar 3.3.5 Grid Element Dengan Derajat Kebebasan dan Gaya Nodal ... 51
Gambar 3.3.6 Perjanjian Tanda Nodal dan Element Torsi ... 51
Gambar 3.3.7 Deformasi Puntir Dari Segmen Batang ... 52
Gambar 3.3.8 Element Grid Berorientasi pada elemen x... 56
Gambar 3.4.1 Lentur Diantara dua sumbu yˆdanzˆ ... 56
Gambar 3.4.2 (a) Arah Cosinus Terkait dengan sumbu x ... 58
(b) Ilustrasi Menunjukkan Bagaimana sumbu lokal y ditentukan ... 58
Gambar 4. 1 Portal Ruang ... 65
Gambar 4.2 Portal Ruang dengan Beban Terpusat ... 66
Gambar 4.3 Desain Objek Pada Program Ansys ... 80
Gambar 4.4 Objek Setelah Diberi Kondisi Batas Tumpuan ... 81
Gambar 4.5 Objek Setelah Diberi Beban ... 81
Gambar 4.6 Displacement Pada Objek ... 82
Gambar 4.7 Gaya Lintang Pada Objek ... 83
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ... i
Abstrak ... iii
Daftar isi ... iv
Daftar notasi ... vii
Daftar gambar... viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum ... 1
1.2 Latar Belakang Permasalahan ... 3
1.3 Tujuan ... 3
1.4 Pembatasan Masalah ... 4
1.5 Metode Pembahasan... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum ... 7
2.2 Kelas – Kelas Umum Stuktur ... 11
2.2.1Struktur Utama ... 11
2.2.2 Elemen-element Struktur Utama ... 15
2.2.2.1 Balok dan Kolom ... 16
2.2.2.2 Rangka Kaku ... 17
2.2.3 Satuan Struktur Utama ... 21
2.3 Analisis dan Desain Struktur ... 22
2.3.1Kestabilan Struktur... 23
2.3.2 Gaya dalam : Tarik, Tekan dan Lentur ... 24
2.4.1 Gaya dan Momen ... 26
2.4.1.1 Gaya ... 26
2.4.1.2 Momen ... 27
2.4.2 Keseimbangan ... 29
2.4.2.1 Keseimbangan suatu partikel ... 29
2.4.2.2 Keseimbangan benda tegar ... 30
2.4.3 Gaya Internal dan Eksternal ... 31
2.4.3.1 Sistem gaya Eksternal ... 31
2.4.3.2 Sistem gaya internal ... 33
2.5 Jenis-jenis Struktur pada Bangunan Teknik Sipil ... 36
2.5.1 Truss (rangka) ... 36
2.5.2. Grid /Grillage (Balok Silang) ... 36
2.5.3. Frame (Portal) ... 37
BAB III METODE ANALISA 3.1 Umum ... 38
3.2 Konsep Elemen Hingga... 38
3.2.1 Sejarah Singkat Metode Elemen Hingga ... 42
3.2.2 Dasar-dasar Metode Elemen Hingga ... 43
3.3 Persaamaan Grid dan Frame Element ... 45
3.3.1 Elemen Beam dua dimensi berorientasi ke semua arah ... 45
3.3.2 Element Frame dengan Perletakan Miring ... 49
3.3.3 Persamaan Grid ... 50
3.4 Element Beam Berorientasi Dalam Ruang ... 56
3.4.2Melentur Arah Bidang zˆ−yˆ ... 57
3.5 Langkah-langkah penyelesaian persoalan struktur dengan Finite Element Methode ... 62
BAB IV APLIKASI DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Struktur dengan Metode Elemen Hingga ... 63
4.1.1 Menentukan Inersia dan Modulus Elastisitas kolom dan balok ... 67
4.1.2 Menentukan matriks kekakuan lokal ... 68
4.1.3 Menentukan matriks kekakuan global ... 69
4.1.4 Menentukan matriks kekakuan struktur ... 75
4.1.5 Simulasi dengan program Ansys ... 77
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 93
5.2 Saran ... 93
DAFTAR PUSTAKA ... 94
ABSTRAK
Dewasa ini, analisa perhitungan struktur dalam perencanaan Teknik Sipil sudah dalam tahap penggunaan bantuan teknologi yaitu dengan bantuan program komputer untuk menyelesaikan semua permasalahannya. Selain akurasi yang lebih baik, perhitungan dengan program komputer memberikan efisiensi waktu yang lebih baik dan lebih efektif dari segi hasil. Walaupun demikian, tidak boleh dilupakan bagaimana cara perhitungan secara manual karena setiap program komputer yang dirancang untuk menghitung permasalahan perhitungan dalam perencanaan teknik sipil didasarkan pada analisa perhitungan secara manual. Dengan kata lain, bahasa pemrograman yang dipakai didasarkan pada konsep perhitungan manual.
Dengan pemikiran diatas maka pada tugas akhir ini akan dilakukan analisa struktur secara manual pada space frame (portal ruang tiga dimensi) dengan membandingkan hasil perhitungan antara metode elemen hingga (finite element method) dengan hasil dari program Ansys versi 9.0.
Dari perhitungan yang dilakukan maka diperoleh perbandingan hasil dalam persentase perbedaan hasil antara perhitungan manual dengan metode elemen hingga dengan program Ansys versi 9.0 yang sangat kecil yaitu sampai dengan 0.002%. Hal ini disebabkan karena bahasa pemrograman Ansys versi 9.0 didasarkan pada metode elemen hingga.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 UmumSeiring dengan perkembangan teknologi, maka perencanaan bangunan sipil
juga semakin sulit. Ini dapat terlihat di kota-kota besar. Selain bangunan sipil yang
berupa bangunan gedung, terdapat juga bangunan-bangunan sipil bukan gedung,
misalnya jembatan, menara pemancar, atau rangka-rangka bangunan baja yang lain,
yang memerlukan perhitungan dan perencanaan yang lebih matang.
Perkembangan teknologi komputer termasuk di dalamnya perkembangan
software (perangkat lunak) yang sangat membantu guna memudahkan pekerjaan
perhitungan dan perencanaan bangunan-bangunan yang kompleks. Perhitungan
dengan menggunakan teknologi komputer mampu melakukan perhitungan dengan
cepat, tepat, akurat serta efisien di dalam waktu dan saat ini telah banyak
berkembang perangkat lunak yang professional untuk membantu perhitungan dan
perencanaan di bidang teknik sipil seperti Program ANSYS, SAP 2000, ETABS,
STAAD PRO dan masih banyak lagi perangkat lunak yang sejenis. Pada umumnya
perangkat lunak yang dikembangkan ini berbasis pada Metode Elemen Hingga
(M.E.H) untuk memecahkan masalah mekanikanya.
Metode Elemen Hingga (M.E.H) adalah suatu metode numerik yang
digunakan untuk meyelesaikan problem dalam bidang engineering. Tipikal masalah
yang timbul pada bidang engineering dan matematis fisik antara lain pada analisa
struktur, heat transfer, fluida, transportasi massa dan elektromagnetik potensial.
Setelah dekade delapan puluhan perkembangan metode ini sangat pesat, karena pada
saat itu juga telah dikembangkan dan digunakan komputer untuk penyelesaian
mungkin sampai sekarang tidak akan digunakan dalam perhitungan praktis, karena
akan memerlukan waktu yang cukup lama dan keakuratan yang kurang baik.
Kemudian setelah dikembangkan komputer maka metode ini menjadi maju
menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada didalam perhitungan analisa
struktur, pada awalnya banyak dikembangkan bahasa pemrograman yang low level
language dengan diperkenalkannya bahasa assembly dan high level language seperti
Fortran, C++, Basic, Pascal dan lain-lain, hingga akhir-akhir ini semakin
berkembang bahasa script programming yang dijadikan alternatif karena
kemudahannya dalam membuat suatu aplikasi program, salah satunya adalah Matlab
(Matrix Laboratory) dimana MATLAB adalah sebuah program untuk analisis dan
komputasi numerik, yang merupakan suatu bahasa pemrograman matematika
lanjutan yang dibentuk dengan dasar pemikiran menggunakan sifat dan bentuk
matriks. Bentuk bangunan sipil dapat dimodelkan sebagai frame (portal) dan truss
(rangka). Pada penulisan tugas akhir ini struktur yang ditinjau adalah space truss
(rangka ruang), dimana definisi truss (rangka) adalah konstruksi yang tersusun dari
batang-batang tarik dan batang-batang tekan saja, umumnya dari baja, kayu, atau
paduan ringan guna mendukung atap atau jembatan.
1.2 Latar Belakang Masalah
Pekerjaan dalam perencanaan teknik sipil untuk perhitungan struktur
memiliki berbagai macam metode, baik metode yang dilakukan secara manual
teoritis atau dengan menggunakan alat bantu dengan teknologi tinggi seperti
penggunaan program-program komputer. Dengan penggunaan program computer
maka akan lebih memudahkan dan mempercepat pekerjaan dengan hasil yang lebih
akurat.
Perhitungan struktur pada suatu space frame memerlukan waktu yang cukup
lama dengan ketelitian yang akurat. Walaupun demikian, pekerjaan dengan analisa
perhitungan secara manual terhadap space frame juga masih dapat dilakukan jika
struktur yang ditinjau masih dalam bentuk portal yang sederhana, dimana
elemen-elemen pendukung portal tersebut belum begitu banyak, maka dengan demikian,
perhitungan dengan manual untuk memperoleh hasil yang akurat dan waktu yang
cepat masih memungkinkan untuk dilakukan.
1.3 Tujuan
Sesuai dengan latar belakang di atas maka tujuan dari penulisan Tugas Akhir
ini adalah melihat perbandingan hasil analisa struktur dengan melakukan analisa
perhitungan secara manual terhadap suatu struktur space frame dengan menggunakan
Metode Elemen Hingga (Finite Element Method) dan kemudian dibandingkan juga
1.4 Pembatasan Masalah
Mengingat kompleksitas dari struktur, maka dalam kajian ini perlu adanya
pembatasan permasalahan untuk menyederhanakan perhitungan dan mereduksi
tingkat kesulitan, antara lain:
1. Beban yang terdapat pada portal adalah beban mati (termasuk berat sendiri)
berupa beban terbagi rata dan beban terpusat.
2. Struktur Portal yang akan dianalisa adalah portal ruang (space frame) tiga
dimensi yang terdiri dari 3 (tiga) tingkat / 3 (tiga) lantai.
3. Perencanaan pada portal (frame) tidak diikutsertakan, walaupun material
struktur frame terbuat dari beton tetapi perencanaan pembesian dari beton
baik untuk pembesian utama ataupun sengkang untuk balok dan kolom tidak
dibuat, hanya untuk perhitungan gaya- gaya dalam struktur saja.
4. Jenis material adalah homogen elastic, linear, dan isotropis pada setiap dan
segala arah mempunyai modulus elastic yang sama.
5. Perletakan yang digunakan adalah perletakan jepit-jepit.
6. Penampang balok dan kolom adalah persegi.
7. Pengaruh geser diabaikan
8. Analisa dilakukan secara Linier – Elastik menurut hukum Hooke.
I.5. Metode Pembahasan
Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah secara analitis teoris yang
didasarkan pada beberapa literatur dan dibandingkan dengan bantuan program
komputer Ansys yang mengacu pada Metode Elemen Hingga (Finite Element
Method). Analisa teoritis yang dilakukan dengan metode elemen hingga adalah
VI. Sistematika Pembahasan
BAB I, Pendahuluan, berisi tentang perkembangan teknologi komputer yang
mendukung perhitungan dalam pekerjaan teknik sipil sehingga dapat mempercepat
pekerjaan perhitungan dan dengan hasil yang lebih akurat. Program Ansys,
SAP2000, ETABS, STAAD PRO adalah program komputer yang sering dipakai
untuk menyelesaikan permasalahan dalam pekerjaan teknik sipil. Umumnya
perangkat lunak yang digunakan tersebut berbasis pada Metode Elemen Hingga
(MEH) untuk memecahkan masalah mekanikalnya. Tetapi perhitungan secara
manual masih dapat digunakan jika struktur yang ditinjau belum begitu rumit. Dan
ketelitian antara perhitungan secara manual tersebut dapat dibandingkan
keakuratanya dengan hasil dengan pemrograman komputer.
BAB II, Tinjauan Pustaka, berisikan tentang defenisi struktur secara umum
yang mencakup kepada jenis dan kelas-kelas umum struktur serta elemen-elemen
pendukung struktur seperti balok dan kolom yang menjadi elemen utama. Bab ini
juga berisikan metode analisa, berisikan tentang konsep metode elemen hingga,
sejarah perkembangan elemen hingga, dan dasar-dasar metode elemen hingga yang
diarahkan pada metode Rayleigh-Ritz pada space frame khususnya.
BAB III, Aplikasi dan Pembahasan, membahas tentang contoh aplikasi
penerapan perhitungan analisa struktur pada portal ruang (space frame) dengan
meninjau suatu portal ruang tiga dimensi dengan tiga tingkat dengan pembebanan
beban terpusat searah sumbu x dan sumbu y pada titik simpul. Analisa perhitungan
dilakukan dengan metode elemen hingga (MEH) dan akan dibandingkan dengan
BAB IV, Kesimpulan dan Saran, membahas hasil dari metode analisa secara
manual dengan perbandingan terhadap hasil perhitungan dengan menggunakan
program Ansys.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Umum
Pengertian yang paling sederhana tentang struktur dalam hubungannya
dengan bangunan adalah bahwa struktur merupakan sarana untuk menyalurkan beban
akibat penggunaan dan atau kehadiran bangunan kedalam tanah. Studi tentang
struktur menyangkut pemahaman prinsip-prinsip dasar yang menunjukkan dan
menandai perilaku objek-objek fisik yang dipengaruhi oleh gaya. Lebih mendasar,
struktur juga menyangkut penentuaan apa gaya itu sendiri karena menyangkut kajian
suatu konsep yang agak abstrak seperti hubungan suatu bangunan dengan ruang dan
ukuran. Kata “ukuran, skala, bentuk, proporsi dan morfologi” merupakan istilah yang
biasa ditemukan dalam perbendaharaan kata perancangan struktur.
Salah satu cara untuk memulai mempelajari struktur dengan memahami
pengertian diatas masih terlalu dini untuk dapat mengerti tentang susunan dan
karakteristik suatu struktur, karena kita belum dapat mengetahui sarana apa yang
dipakai dan bagaimana beban tersebut disalurkan kedalam tanah. Sehingga dengan
demikian struktur dapat didefenisikan sebagai suatu entitas fisik yang memiliki sifat
keseluruhan yang dapat dipahami sebagai suatu organisasi unsur- unsur pokok yang
ditempatkan dalam ruang yang di dalamnya karakter keseluruhan itu mendominasi
Defenisi diatas menjelaskan bahwa suatu struktur adalah objek fisik yang
nyata, bukan gagasan abstrak atau pokok persoalan yang menarik sehingga bukan
sesuatu yang hanya diperdebatkan melainkan sesuatu yang harus dibangun dengan
demikian struktur harus ditangani sesuai dengan kebutuhannya. Dan sarana fisik
harus disediakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan yang sesuai dengan
prinsip-prinsip dasar tentang perilaku objek-objek fisik.
Dalam pengertian yang lebih luas juga dijelaskan bahwa struktur berfungsi
sebagai keseluruhan. Hal ini merupakan masalah yang penting secara mendasar dan
yang mudah dilupakan jika menghadapi banguan yang khas yang tersususun dari
sejumlah balok dan kolom yang seperti tak terhingga banyaknya. Dalam hal itu,
terdapat kecenderungan yang langsung menganggap bahwa struktur hanya sebagai
gabungan unsur-unsur kecil yang sendiri-sendiri di mana setiap unsur itu
melaksanakan fungsi yang terpisah. Tetapi dalam kenyataanya adalah bahwa semua
struktur pertama-tama dirancang untuk berfungsi sebagai suatu kesatuan secara
keseluruhan dan hanya yang kedua sebagai serangkaian unsur yang berbeda-beda.
Sesuai dengan pengertian diatas maka kita dapat mengerti bahwa unsur-
unsur tersebut tanpa terkecuali ditempatkan dan diinterelasikan dengan cara tertentu
agar seluruh struktur mampu berfungsi secara keseluruhan dalam memikul beban,
baik yang beraksi secara horizontal maupun vertikal kedalam tanah. Dengan berbagai
cara, beberapa unsur ditempatkan dan digabungkan satu dengan yang lain tetapi jika
resultannya dan hubungan timbal-balik diantara semua unsur tidak berfungsi sebagai
unit keseluruhan dalam menyalurkan semua jenis beban yang diantisipasi kedalam
Acuan terhadap jenis-jenis beban yang diperkirakan dalam pernyataan diatas
disertakan untuk menampilkan pentingnya kenyataan bahwa struktur itu biasanya
dirancang terhadap sekumpulan kondisi beban tertentu dan hanya berfungsi sebagai
struktur terhadap kondisi itu. Struktur sering kali rapuh terhadap
kondisi-kondisi yang tidak diantisipasi, sehingga tidak dimungkinkan untuk mengubah fungsi
suatu struktur dalam hal pelayanannya terhadap beban yang tidak sesuai dengan
kodisi rancangan awal.
Merancang suatu struktur adalah tindakan menempatkan unsur-unsur pokok
dan merumuskan hubungan-hubungan timbal-baliknya dengan tujuan menanamkan
karakter yang diinginkan pada entitas struktur sebagai resultannya. Gagasan bahwa
unsur itu ditempatkan dan bahwa hubungan-hubungan itu ada diantara
unsur-unsur itu merupakan dasar konsep merancang struktur.
Sebagai contoh, gambar 2.1 (a) melukiskan struktur sederhana dengan
kolom-kolom dan sebuah balok yang ditempatkan untuk memikul beban vertikal. Balok itu
hanya bertumpu diatas kolom tanpa ikatan yang kaku (jenis hubungan ini
menunjukkan jenis hubungan tertentu diantara dua batang). Jika pemasangan yang
sama tiba-tiba harus memikul beban lateral seperti yang biasa terjadi karena angin
yang bertiup kesamping bangunan , maka pasangan ini tidak akan berfungsi lagi
sebagai suatu struktur dalam arti tidak dapat menyalurkan beban kedalam tanah. Ia
akan ambruk seperti yang dilukiskan dalam gambar 2.1 (b). Dipandang dari sudut
perancangan, kesulitan yang dialami oleh pemasangan ini ialah unsur- unsur yang
digunakan tidak dipasang dengan tepat, tidak dihubungkan dengan tepat, atau
kedua-duanya. Pemasangan ini dapat dirancang kembali menjadi struktur yang tangguh
unsur-unsurnya dan atau mengubah penempatannya. Contoh mengubah
hubungan-hubungan yang ada diantara unsur-unsurnya biasa berupa penggunaan hubungan-hubungan
yang kaku alih-alih hubungan yang sederhana diantara unsur-unsur itu, seperti yang
terlihat dalam gambar 2.1 (c). Sambungan yang kaku pada hakekatnya berperilaku
seperti kesatuan yang monolitik. Maka pemasangan itu memperoleh stabilitas dengan
cara yang sangat mirip dengan cara meja memperoleh stabilitas dari hubungan yang
kaku yang terdapat diantara daun meja dan kaki-kakinya. Kemungkinan yang lain
adalah unsur-unsur pemasangan itu diubah penempatanya dengan cara yang
diperlihatkan dalam gambar 2.1 (d), yaitu salah satu unsurnya berfungsi sebagi
2.2 Kelas-kelas Umum Struktur 2.2.1 Struktur Utama
Dasar untuk memahami suatu bidang ilmu adalah dengan mengetahui
bagaimana pengelompokan di dalam bidang tersebut secara sistematis seperti
pemberian nama, urutan dan perbedaan satu bagian dengan bagian lainnya.
Pengetahuan mengenai kriteria atau perkiraan pertalian yang membentuk dasar untuk
mengklasifikasikan setiap jenis sangatlah penting. Dalam gambar 2.2.1 dapat kita
lihat suatu metode umum untuk mengklasifikasikan elemen struktur dan sistem yang
Dari pola klasifikasi tersebut dapat dinyatakan secara tidak langsung bahwa
struktur yang kompleks hanya merupakan hasil dari penambahan elemen- elemen
yang lebih sederhana. Yang penting dari penambahan tersebut adalah penambahan
perilaku elemen dan yang penting pada struktur adalah bahwa elemen-elemen itu
ditempatkan dan saling berhubungan dengan maksud supaya struktur mempunyai
sifat dapat menahan beban tertentu.
Seperti terlihat pada gambar 2.2.1, bentuk geometri secara umum dari suatu
struktur tertentu adalah bentuk geometris dasar yang digambarkan pada bagian
sebelah kiri dari gambar atau berasal dari beberapa kombinasi atau kesatuan dari
beberapa bentuk ini. Sesuai dengan bentuk-bentuk dasar ini adalah sekumpulan
elemen struktur primer yang memiliki sifat fisik tertentu.
Berdasarkan geometri dasar, bentuk struktur yang ditunjukkan dalam gambar
2.2.1 dapat secara umum diklasifikasikan sebagai salah satu bentuk elemen garis atau
sebagai bentuk elemen permukaan. Bentuk elemen garis dapat dibedakan sebagai
garis lurus atau garis lengkung. Bentuk elemen-elemen permukaan bisa berbentuk
datar atau lengkung . Elemen permukaan lengkung bias berupa lengkung tunggal
Gambar 2.2.1 Klasifikasi dari elemen struktur dasar
menunjukkan geometris dan sifat-sifat fisik utama. [Daniel L. Schodek, 1998]
Kekakuan juga melukiskan pengklasifikasian dasar kedua berdasarkan
karakteristik kekakuan elemen struktur. Perbedaan yang utama disini adalah apakah
elemen itu kaku atau fleksibel. Elemen kaku biasanya sebagai batang, tidak
mengalami perubahan bentuk yang cukup besar dibawah pengaruh gaya atau pada
perubahan gaya yang diakibatkan oleh beban-beban seperti terlihat pada gambar
2.2.2-a. Struktur tersebut akan selalu melendut jika dibebani walaupun dengan beban
(a) (b)
Struktur kaku Struktur tidak kaku
Gambar 2.2.2 Struktur kaku dan struktur tidak kaku [Daniel L. Schodek, 1999]
Elemen tidak kaku atau fleksibel seperti kabel cenderung mempunyai bentuk
tertentu untuk suatu kondisi beban dan bentuk tersebut bisa berubah secara drastis
apabila pembebanan berubah seperti gambar 2.2.2-b. Struktu fleksibel
mempertahankan keutuhan fisiknya meskipun bentuknya berubah-ubah.
Untuk kedua jenis struktur tersebut diatas akibat yang umum dari
pembebanan adalah deformasi yang terjadi pada struktur. Umumnya deformasi yang
terjadi bisa memanjang atau memendek. Pada struktur fleksibel yang terjadi hanyalah
gaya tarik sehingga deformasinya selalu berupa perpanjangan. Apabila kita meninjau
struktur kaku yang melendut keadaan memanjang dan memendek itu dapat terjadi
pada potongan melintang yang sama dari elemen tersebut.
Suatu elemen dapat diketahui kaku atau fleksibel tergantung juga pada bahan
konstruksi yang digunakan pada elemen tersebut. Banyak bahan, seperti kayu, sudah
bersifat kaku. Bahan lain seperti baja bisa digunakan untuk membuat batang kaku
maupun fleksibel. Contoh yang baik dari bahan baja kaku adalah balok karena
elemen ini tidak mengalami perubahan besar dalam bentuknya bila beban
berubah-ubah. Kabel baja atau rantai baja yang bersifat fleksibel selalu mempunyai bentuk
yang bergantung pada pembebanan. Kabel baja akan berubah bentuk jika
pembebanan berubah. Suatu struktur dapat dinyatakan kaku atau fleksibel
bergantung pada karakteristik bahan yang ada juga pada mikro susunan bahan pada
Biasanya, pendekatan yang mudah dalam mengklasifikasikan struktur adalah
berdasarkan jenis bahannya misalnya kayu, baja atau struktur beton bertulang.
Walaupun demikian pengklasifikasian berdasarkan bahan kadang sulit juga
dilakukan karena suatu elemen bisa terdiri atas beberapa elemen yang berbeda
misalnya kayu dan batang baja. Dan bila kita tinjau lebih dalam lagi maka kita akan
menemukan bahwa bahan sangat berperan penting. Karena adanya hubungan yang
erat antara penyebab struktur berdeformasi sebagai akibat dari beban luar, material
serta metode konstruksi pada struktur. Baja bisa digunakan pada semua kondisi
nyata, beton tidak bertulang hanya bisa digunakan pada situasi beton hanya
menerima gaya tekan dan beton akan retak dan pecah jika diberi gaya tarik akibat
terjadinya perpanjangan. Dengan demikian bahan dan juga strukturnya itu kaku
hanya pada suatu kondisi beban tertentu. Beton bertulang dengan baja dapat
digunakan pada situasi dimana suatu gaya menyebabkan bahan tersebut memanjang
karena baja tersebut bisa dirancang untuk memikul gaya tersebut.
2.2.2 Elemen-elemen struktur utama
Elemen kaku yang umum digunakan termasuk balok, kolom, pelengkung,
flat-plate, plat berkelengkungan tunggal dan cangkang mempunyai kelengkungan
yang berbeda-beda. Yang termasuk elemen tidak kaku atau fleksibel adalah kabel,
membran ( bidang, berkelengkungan tunggal maupun ganda ). Selain itu ada
jenis-jenis elemen yang lain yang diturunkan dari elemen- elemen tersebut misalnya
rangka (frame), rangka batang, kubah dan jaring. Pemberian nama pada suatu elemen
yang mempunyai karakteristik kekakuan dan geometri tertentu dilakukan hanya
2.2.2.1 Balok dan Kolom
Struktur yang dibentuk dengan cara meletakkan elemen kaku horizontal
diatas elemen kaku vertikal adalah struktur yang umum dijumpai . Elemen horizontal
atau yang lebih sering disebut balok memikul beban yang bekerja secara transversal
dari panjangnya dan mentransfer beban tersebut ke elemen vertikal atau kolom
vertikal yang menumpunya. Kolom tersebut dibebani secara aksial oleh balok
kemudian mentransfer beban tersebut ke tanah. Balok yang melentur sebagai akibat
dari beban yang bekerja secara transversal tersebut maka balok sering disebut
memikul beban secara melentur. Ide mengenai lentur pada elemen struktural adalah
salah satu yang terpenting. Kolom yang menumpu balok tidak melentur ataupun
melendut karena kolom pada umumnya mengalami gaya aksial tekan saja.
Balok telah dipergunakan sejak dulu untuk mentransver beban vertical secara
horizontal. Sistem post-and-beam yaitu dengan meletakkan elemen struktur
horizontal secara sederhana diatas dua elemen struktur vertikal merupakan konstruksi
dasar yang digunakan sejak dulu. Pada sistem tersebut, secara sederhana balok
dipergunakan sebagai sistem penting dalam konstruksi. Meskipun dianggap
sederhana balok memiliki karakteristik internal yang rumit dalam memikul beban
dibandingkan dengan jenis elemen struktur lainnya seperti rangka batang maupun
kabel.
Sebutan masalah lentur diartikan pada studi mengenai tegangan dan
deformasi yang timbul pada elemen yang mengalami aksi gaya (umumnya tegak
lurus pada sumbu elemen) sehingga salah satu tepi serat mengalami perpanjangan
Selain dinding pemikul beban (load-bearing-walls), kolom juga merupakan
elemen vertikal yang sangat banyak dipergunakan. Bahkan dinding pemikul beban
itu sebenarnya dapat dipandang sebagai kolom yang diperluas di satu bidang. Kolom
tidak selalu harus berarah vertikal. Meskipun suatu elemen struktur bisa berarah
miring, asalkan memenuhi defenisi kolom yaitu beban aksial hanya diberikan di
ujung-ujungnya dan tidak ada beban transversal, elemen struktur dapat disebut
kolom. Dengan demikian kolom tidak mengalami lentur secara langsung (tidak ada
beban tegak lurus terhadap sumbunya).
Kolom dapat dikategorikan berdasarkan panjangnya. Kolom pendek adalah
jenis kolom yang kegagalannya adalah berupa kegagalan material (ditentukan oleh
kekuatan material). Kolom panjang adalah kolom yang kegagalannya ditentukan oleh
tekuk (buckling), jadi kegagalannya adalah kegagalan ketidakstabilan bukan karena
kekuatan. Pada kolom panjang, dimensi dalam arah memanjang jauh lebih besar
dibandingkan dengan dimensi pada arah lateral. Karena adannya potensi menekuk
pada jenis kolom ini, maka kapasitas pikul bebannya menjadi lebih kecil.
2.2.2.2 Rangka Kaku
Jenis rangka yang akhir-akhir ini digunakan seperti terlihat pada gambar
2.2.3-b sepintas lalu sama saja dengan jenis balok-tiang (post-and-beam) tetapi
sebenarnya mempunyai aksi struktural berbeda karena adanya titik hubung kaku
antara elemen vertikal dan elemen horizontal. Kekakuan titik hubung ini memberikan
banyak kestabilan terhadap gaya lateral. Kekakuan titik simpul yang demikian adalah
salah satu dari berbagai jenis hubungan yang ada diantara berbagai elemen struktur.
Pada sistem rangka, baik balok maupun kolom akan melentur sebagai akibat adanya
post-and-beam, panjang setiap elemen pada struktur rangka juga terbatas. Dengan demikian
Elemen struktur pada sistem rangka biasanya dibuat dengan pola berulang apabila
[image:30.595.114.355.146.362.2]dipakai pada gedung.
Gambar 2.2.3 Struktur kaku yang umum [Daniel L. Schodek, 1998]
Rangka batang (trusses) adalah struktur yang dibuat dengan menyusun batang
yang relatif pendek dan lurus denan pola-pola segitiga seperti terlihat pada gambar
2.2.4. Struktur yang demikian secara eksak memang kaku karena setiap elemen garis
pada struktur tersebut mempunyai posisi relatif tertentu. Berbagai pola lain (misalnya
pola bujursangkar) tidak memberikan struktur kaku kecuali apabila titik hubungnya
dirancang hingga seperti pada struktur rangka. Perlu diketahui bahwa rangka batang
yang terdiri atas elemen-elemen diskrit melendut secara keseluruhan apabila dibebani
dengan cara serupa dengan balok yang dibebani transversal, akan tetapi setiap batang
Gambar 2.2.4 Rangka batang
Struktur rangka kaku (rigid frame) adalah struktur yang terdiri dari atas
elemen-elemen linier, umumnya balok dan kolom yang saling dihubungkan pada
ujung-ujungnya oleh joints (titik hubung) yang dapat mencegah rotasi relative
diantara elemen struktur yang dihubungkannya. Dengan demikian elemen struktur ini
menerus pada titik hubung tersebut. Seperti halnya pada balok menerus, struktur
rangka kaku adalah statis tak tentu.
Banyak struktur rangka kaku yang tampaknya sama dengan sistem
post-and-beam tetapi pada kenyataanya memiliki perilaku yang sangat berbeda karenaadanya
kekakuan titik hubung pada rangka kaku sehingga memungkinkankemampuan untuk
memikul beban lateral pada rangka yang kita ketahui beban demikian tidak dapat
bekerja pada struktur post-and-beam tanpa adanya tambahan bracing (pengekang).
Pada gedung juga telah banyak dipergunakan sistem struktur rangka kaku. Untuk
mempelajari dan memahami perilaku struktur rangka sederhana dapat dilakukan
dengan membandingkan perilakunya terhadap beban vertikal maupun horizontal
dengan struktur post-and-beam. Perilaku keduanya berbeda dalam hal titik hubung
yaitu titik hubung yang bersifat kaku pada rangka dan tidak kaku pada struktur
Gambar 2.2.5 Struktur Post-and-Beam dan struktur rangka kaku [Daniel L. Schodek, 1998]
Apabila mengalami beban vertikal, balok pada struktur post-and-beam akan
memikul beban tersebut kemudian menyalurkannya ke kolom selanjutnya diteruskan
ketanah. Pada jenis ini balok terletak bebas diatas kolom dengan demikian pada saat
beban menyebabkan timbulnya momen pada balok, ujung-ujung balok berotasi di
ujung atas kolom jadi sudut yang dibentuk antara ujung balok dan ujung atas kolom
berubah. Kolom tidak mempunyai kemampuan untuk menahan rotasi ujung balok.
Hal ini berarti tidak ada momen yang dapat diteruskan ke kolom oleh karena itu
kolom hanya memikul gaya aksial.
Apabila suatu struktur rangka kaku mengalami beban vertikal seperti halnya
pada struktur post-and-beam diatas maka beban tersebut juga dipikul oleh balok
kemudian diteruskan ke kolom dan akhirnya diterima oleh tanah. Beban itu
menyebabkan balok tersebut cenderung berotasi, akan tetapi pada jenis struktur
rangka ini karena ujung atas kolom dan ujung balok berhubungan secara kaku maka
mengandung arti kolom cenderung mencegah rotasi bebas balok. Hal ini
menyebabkan hal-hal penting seperti salah satunya adalah balok tersebut lebih
bersifat mendekati balok berujung jepit-jepit (bukan terletak sederhana). Dengan hal
tersebut kita peroleh keuntungan-keuntungan seperti bertambahnya kekuatan
struktur, berkurangnya defleksi, dan berkurangnya momen lentur internal. Hal lain
yang penting dalam hubungan kaku ini adalah bahwa ujung kolom cenderung
memberikan tahanan rotasionalnya, maka kolom menerima momen lentur juga selain
tentu saja menerima gaya aksial sehingga desain kolom menjadi relative lebih rumit
dibandingkan dengan desain kolom yang hanya memikul beban aksial.
Terhadap beban horizontal struktur post-and-beam dengan struktur rangka
kaku sangat berbeda. Struktur post-and-beam dapat dikatakan tidak mempunyai
kemampuan sama sekali untuk memikul beban horizontal. Adanya sedikit
kemampuan pada umumnya hanyalah karena berat sendiri elemen tiang (post), atau
adanya kontribusi elemen lain misalnya dinding penutup yang secara tidak langsung
berfungsi sebagai bracing (pengekang). Dan perlu diingat bahwa kemampuan
memikul beban horizontal pada struktur post-and-beam ini sangat kecil, oleh karena
itu struktur rangka post-and-beam tidak adapat digunakan untuk memikul beban
horizontal seperti beban gempa dan beban angin.
2.2.3. Satuan Struktural Utama
Satuan struktural utama adalah struktur minimum yang layak digunakan pada
konteks gedung dan yang dapat digunakan baik secara individual maupun secara
berulang. Sebagai contoh, empat kolom beserta permukaan bidang kaku yang
ditumpu olehnya adalah satuan utama. Satuan seperti ini dapat ditumpuk maupun
tergabung. Jika diletakkan bersebelahan, kolom-kolom biasanya digunakan bersama
oleh masing-masing satuan. Satuan utama sering berupa peralihan antara sekumpulan
elemen diskret (misalanya balok dan kolom) dan seluruh gedung. Bagaimana elemen
diskret dapat digabungkan menjadi satuan merefleksikan bagaimana gedung tersebut
secara aktual dilaksanakan, meskipun hal itu tidak selalu demikian. Kegunaan
pemikiran mengenai struktur yang dinyatakan sebagai satuan-satuan seperti ini
sangat terasa pada tahap pra-rencana. Mamfaatnya adalah dimensi satuan selalu
berkaitan dengan persyaratan gedung yang ditinjau. Sebagai contoh, sebagian besar
gedung dapat dipandang terdiri atas kumpulan satuan volumetrik yang ukurannya
dengan penggunaan yang direncanakan.
2.3 Analisis dan Desain Struktur
Metode pengklasifikasian struktur telah memberikan tinjauan dasar
sehubungan dengan bentuk geometris elemen struktur atau susunannya dan sifat fisik
utamanya. Tepatnya, system klasifikasi deskriptif tersebut tidak merefleksikan
hubungan yang harus ada diantara bagian-bagian yang berhubungan pada susunan
struktur agar struktur dapat berfungsi sebagai satu kesatuan. Secara mudah struktur
disebutkan sebagai elemen-elemen yang digabung. Akan tetapi, setiap struktur nyata
harus berfungsi sebagai satu kesatuan dalam memikul beban untuk disalurkan ke
tanah. Setiap penggabungan elemen tidak menjamin secara implisit bahwa
strukturnya dapat berlaku demikian. Keharusan suatu struktur berfungsi sebagai satu
kesatuan dalam memikul beban dapat diilustrasikan dengan menggunakan stabilitas
dasar dari struktur yang dibebani. Ide mengenai stabilitas ini dijelaskan sebagai
2.3.1 Kestabilan struktur
Tinjauan dasar dalam merencanakan struktur adalah dengan menjamin
adanya kestabilan pada segala kondisi pembebanan yang mungkin. Semua struktur
mengalami perubahan bentuk tertentu apabila dibebani. Pada struktur stabil,
deformasi yang diakibatkan oleh beban pada umumnya kecil dan gaya internal Yang
timbul di dalam struktur mempunyai kecenderungan mengembalikan bentuk struktur
ke bentuk semula apabila bebannya dihilangkan. Pada struktur tidak stabil, deformasi
yang diakibatkan oleh beban pada umumnya mempunyai kecenderungan untuk terus
bertambah selama struktur tersebut dibebani. Struktur yang tidak stabil tidak
memberikan gaya-gaya internal yang mempunyai kecenderungan mengembalikan
struktur ke bentuk semula. Struktur yang tidak stabil mudah mengalami collapse
(runtuh) secara menyeluruh dan seketika begitu dibebani.
Ada beberapa cara dasar untuk mengubah struktur berdiri-sendiri menjadi
konfigurasi stabil. Yang pertama adalah dengan menambah elemen struktur diagonal
pada struktur. Dengan demikian struktur tidak dapat mengalami deformasi menjadi
jajaran genjang. Metode lain untuk menjaga kestabilan adalah dengan menggunakan
dinding geser. Elemen ini berupa elemen permukaan bidang kaku yang tentu saja
dapat menahan deformasi akibat beban horizontal tersebut. Beton bertulang atau
dinding bata dapat digunakan sebagai dinding geser. Baik dinding penuh maupun
sebagian dapat digunakan padanya. Metode sederhana lain untuk memperoleh
kestabilan adalah dengan mengubah hubungan antara elemen struktur sedemikian
rupa sehingga perubahan sudut yang terjadi berharga konstan untuk kondisi
pembebanan tertentu. Hal ini dilakukan dengan membuat titik hubung kaku diantara
hubung kaku diantara setiap kaki meja dengan permukaan meja, yang menjamin
hubungan sudut konstan diantara elemen- elemen tersebut. Struktur yang
menggunakan titik hubung kaku untuk menjamin kestabilan sering disebut sebagai
rangka (frame).
2.3.2 Gaya dalam : Tarik, Tekan dan Lentur
Ada dua keadaan gaya internal fundamental yang timbul di dalam struktur
sebagai akibat dari aksi sistem gaya eksternal yaitu tarik dan tekan. Apabila sistem
gaya eksternal benar-benar bekerja di sepanjang sumbu memanjang batang, maka
akan timbul gaya tekan atau tarik merata di dalam batang, bergantung pada gaya luar
yang bekerja. Aksi umum gaya-gaya ini menyebabkan terputusnya atau hancurnya
material. Bergantung pada apakah gaya yang ada berupa tarik atau tekan. Kapasitas
pikul beban batang tarik umumnya bergantung pada jenis material yang dipakai dan
pada luas penampang batang. Faktor-faktor tersebut juga menentukan kapasitas pikul
batang tekan. Akan tetapi, kapasitas pikul beban batang tekan yang relatif panjang
mempunyai kecenderungan berkurang apabila batang semakin panjang. Batang tekan
yang panjang cenderung tidak stabil apabila dibebani dan menekuk tiba-tiba pada
taraf beban tertentu yang disebut beban kritis. Ketidakstabilan tiba-tiba biasanya
terjadi tanpa adanya kehancuan material. Sekalipun demikian, apabila ini terjadi
struktur tersebut tetap dalam keadaan berdeformasi karena tidak dapat member gaya
internal untuk mengembalikan struktur ke bentuk semula. Apabila dibebani terus
maka akhirnya elemen struktur tersebut mengalami kegagalan dengan
Ada jenis keadaan lain yang melibatkan kombinasi gaya tarik dan tekan
internal. Apabila suatu elemen struktur memikul beban eksternal yang bekerja
transversal terhadap sumbu memanjang elemen tersebut (tidak dalam arah sumbu
memanjang terhadap elemen struktur), aksi gaya-gaya eksternal menyebabkan
terjadinya lenturan. Apabila suatu elemen melentur kaena dibebani maka terjadi
perubahan bentuk seperti yang terlihat dalam gambar 2.3.1. Jenis deformasi ini
mempunyai ciri adanya sebagia serat yang mengalami perpanjangan dan sebagian
lagi mengalami perpendekan. Pada gambar 2.3.1 terlihat bahwa pemanjangan dan
perpendekan elemen struktur dapat terjadi pada penamapang yang sama. Sehubungan
dengan fenomena tersebut tentu ada gaya tarik dan tekan. Elemen struktur dapat
melentur dibebani transversal adalah karena tarik dan tekan tersebut. Dengan
demikian ada gaya tarik dan tekan internal pada penampang yang sama dan disebut
momen lentur (bending). Elemen struktur yang mengalami lentur demikian
[image:37.595.149.352.470.633.2]umumnya disebut balok.
Pengenalan mengenai adanya perbedaan kapasitas pikul beban suatu elemen
struktur terhadap tarik, tekan dan lentur adalah hal mendasar dalam merencanakan
struktur yang efisien. Tujuan umum desain struktural sering kali berupa minimisasi
lentur pada struktur. Teknik untuk melakukan hal ini sangat bervariasi tetapi
prinsipnya selalu sama. Tujuan desain lainnya adalah minimisasi penggunaan batang
tekan panjang. Elemen yang lebih diinginkan adalah elemen struktur tarik murni atau
elemen struktur tekan pendek. Prinsip desain lainnya adalah kesesuaian jenis keadaan
gaya yang ada dan pemilihan material yang cocok sehingga karakteristik material
dapat dimamfaatkan dengan baik.
2.4 Prinsip-prinsip Mekanika
Mekanika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan terapan yang
berhubungan dengan gaya dan gerak, dan dasar ilmu ini adalah keseimbangan.
Sebutan statika digunakan untuk menunjukkan bagian dari mekanika yang khusus
berhubungan dengan gaya-gaya yang bekerja pada benda tegar (rigid bodies) yang
berada dalam keseimbangan dan diam. Sebutan dinamika menunjukkan bagian
mekanika yang berhubungan dengan benda tegar yang bergerak. Apabila gaya
inersia juga diperhitungkan, maka benda yang bergerak dapat juga dipandang berada
dalam keseimbangan.
2.4.1 Gaya dan Momen 2.4.1.1 Gaya
Dasar mekanika adalah konsep gaya-gaya dan komposisi serta resultan gaya.
Gaya adalah interaksi antara benda-benda. Interaksi gaya mempunyai pengaruh
terhadap bentuk atau gerak, atau keduanya pada benda yang terlibat. Ditinjau dari
dan karakteristik gaya yang dinyatakan dalam besaran, arah dan efeknya. Formulasi
secara tepat mengenai konsep tersebut membutuhkan uraian yang cukup panjang
dipandang dari derajat abstraksi yang dilibatkan. Pada abad pertengahanlah baru
mulai jelas perbedaan antara gaya dengan berat dalam arti arahnya. Nama Jordanus
de Nemore sering dihubungkan dengan timbulnya konsep-konsep ini. Bila gaya telah
dipahami secara vektorial maka dapat digunakan untuk mencari komponen gaya dan
komposisi gaya resultannya. Ini dikembangkan oleh beberapa ilmuawan seperti
Leonardo da Vinci, Steven, Roberval, dan Galileo Galilei. Masalah demikian sering
disebut sebagai masalah dasar di dalam statika yang akhirnya berhasil dipecahkan
dengan tuntas oleh Varginon dan Newton.
2.4.1.2 Momen
Setiap gaya yang bekerja pada suatu benda akan menyebabkan benda tersebut
mengalami translasi dalam arah gaya itu. Bergantung pada titik tangkapnya, gaya itu
juga dapat menyebabkan terjadinya rotasi yang disebut momen dari gaya tersebut
(lihat gambar 2.4.1). Terhadap suatu titik atau suatu garis, besar putaran atau rotasi
ini sama dengan hasil kali besar gaya dengan jarak tegak lurus dari garis kerja gaya
ke titik atau garis yang ditinjau. Momen M akibat gaya P terhadap titik O dapat
dengan mudah disebut MO=F x r di mana r adalah jarak tegak lurus dari garis kerja
gaya F ke titik O. r sering disebut sebagai lengan momen dari suatu gaya. Momen
[image:39.595.153.461.618.729.2]mempunyai satuan gaya kali jarak misalnya ft-lb dan N-m).
Efek rotasional total yang diakibatkan oleh beberapa gaya terhadap satu titik
atau garis yang sama adalah jumlah aljabar dari momen masing-masing gaya
terhadap titik atau garis tersebut. Dengan demikian :
MO =( F1 x r1) + ( F2 x r2) + ( F3 x r3)+ … + ( Fn x rn)
Efek rotasional terhadap benda tegar (rigid body) yang diakibatkan oleh
banyak gaya yang bekerja terhadap suatu titik atau garis , tetapi tidak sebidang sama
dengan yang diakibatkan apabila gaya-gaya tersebut sebidang.
Kopel adalah sistem gaya yang terdiri atas dua gaya yang sama besar tetapi
berlawanan arah dan garis kerjanya sejajar dan tidak terletak pada satu garis lurus .
Kopel hanya mengakibatkan efek rotasional (tidak ada translasional)
terhadap benda. Momen akibat kopel didapat dari hasil kali antara satu gaya dan
jarak tegak lurus antara kedua gaya tersebut. Dapat dibuktikan bahwa momen akibat
suatu kopel tidak bergantung pada titik referensi yang dipilih sebagai pusat momen.
Besar efek rotasional yang dihasilkan oleh kopel terhadap suatu benda juga tidak
bergantung pada titik tangkap kopel pada benda tersebut.
Dalam analisis struktur sering kali harus menghitung momen akibat suatu
bentuk beban terdistribusi yang bekerja pada suatu benda. Seperti yang terlihat dalam
gambar 2.4.2(a) dimana terdapat beban terdistribusi yang besarnya konstan sebesar w
lb/ft atau kN/m. Suatu bagian kecil dari beban tersebut, w dx, mengakibatkan momen
terhadap titik O sebesar (x) w dx. Dengan demikian momen total akibat seluruh
beban terhadap titik O adalah :
Mo =
∫
L
dx wx
0
. = 2
2
Perhatikan bahwa momen yang sama juga diperoleh dengan mengubah
momen terdistribusi tersebut dengan satu beban yang ekuivalen dengan beban tadi,
yang bekerja pada pusat massa beban terdistribusi. Untuk kasus diatas, beban
terpusat ekivalennya adalah wL yaitu w(lb/ft) x L(ft) = wL lb yang bekerja di L/2.
Momen akbat sistem gaya ekuivalen ini adalah MO = (wL) (L/2) = wL2/2 yang sama
dengan momen yang diperoleh dari MO =
∫
Ldx wx
0
. . Teknik pemodelan beban
terdistribusi menjadi terpusat sangat berguna dalam mencari reaksi pada struktur
kompleks dan sering digunakan dalam analisa struktur.
(a) Beban terdistribusi merata (b) Model ini menghasilkan momen rotasi yang sama terhadap titk 0 dengan
[image:41.595.110.452.332.469.2]momen terdistribusi pada gambar (a)
Gambar 2.4.2 Momen akibat beban terdistribusi
2.4.2 Keseimbangan
2.4.2.1 Keseimbangan suatu partikel
Suatu benda berada dalam keseimbangan apabila sistem gaya yang bekerja
pada tersebut tidak menyebabkan translasi maupun rotasi pada benda tersebut.
Keseimbangan akan ada dari sistem gaya konkuren yang bekerja pada titik atau
partikel apabila resultan sistem gaya kongkuren tersebut sama dengan nol. Suatu
sistem gaya kongkuren yang mepunyai gaya resultan dapat dijadikan seimbang
dengan memberikan suatu gaya yang disebut penyeimbang yang sama besar dan
berlawanan arah dengan resultan tersebut.
2 .
2
0
wl dx wx Mo
L
Gambar 2.4.3 Hubungan gaya-gaya, gaya resultan dan gaya penyeimbang
Resultan dari sistem gaya kongkuren dapat diperoleh dengan meninjau
komponen-komponen gaya dan menggunakan R =
∑
2 +∑
2) ( )
( Fx Fy . Apabila
sistem tersebut dalam keadaan seimbang maka resultan ini sama dengan nol (R=0),
jadi haruslah Σ Fx = 0 d an Σ Fy = 0. Dengan demikian jumlah aljabar semua komponen gaya yang bekerja pada partikel dalam arah x maupun y haruslah sama
dengan nol. x dan y tidak selalu horizontal dan vertikal, tetapi sistem sumbu yang
saling tegak lurus, bagaimana pun orientasinnya.
Secara lebih umum lagi, Σ Fx = 0, Σ Fy = 0 dan Σ Fz = 0 adalah syarat yang perlu dan cukup untuk menjamin keseimbangan pada sistem gaya yang kongkuren.
Suatu sistem gaya yang memenuhi kondisi tersebut tidak akan menyebabkan partikel
mengalami translasi, dan rotasi bukan merupakan masalah karena semua gaya
bekerja melalui satu titik yang sama pada sistem kongkuren.
2.4.2.2 Keseimbangan benda tegar
Apabila sistem gaya tak-kongkuren bekerja pada suatu benda tegar, maka
akan ada potensial untuk mengalami translasi dan rotasi. Agar benda tegar
mengalami kesetimbangan, keduannya harus tidak ada. Untuk mencegah translasi,
gaya tersebut haruslah sama dengan nol. Untuk mencegah rotasi, maka haruslah
jumlah momen yang diakibatkan oleh semua gaya sama dengan nol. Dengan
demikian, kondisi keseimbangan benda tegar adalah :
Σ Fx = 0 Σ Fy = 0 Σ Fz = 0
Σ Mx = 0 Σ My = 0 Σ Mz = 0
Apabila bekerja dengan sistem gaya umum, perjanjian tanda tidak merupakan
masalah. Untuk maksud analisis dan desain struktural, lebih mudah apabila bekerja
dengan menggunakan gaya-gaya atau komponennya pada sumbu x dan y. Untuk
lebih memudahkan sebaiknya gaya-gaya yang bekerja pada arah x dan y positif akan
dipandang positif dan momen yang menyebabkan rotasi berarah berlawanan jarum
jam akan dipandang positif. Perjanjian tanda ini hanyalah untuk perhitungan
keseimbangan. Perjanjian tanda lainnya untuk gaya dan momen internal pada
struktur gaya yang ditinjau akan didefenisikan secara tersendiri.
2.4.3 Gaya Internal dan Eksternal
2.4.3.1 Sistem gaya Eksternal
Gaya dan momen yang bekerja pada suatu benda tegar dapat dibagi kedalam
dua jenis utama yaitu yang bekerja dan yang reaktif. Dalam banyak penggunaan
istilah teknik, gaya yang bekerja adalah gaya yang bekerja langsung pada struktur
misalnya salju. Gaya reaktif adalah yang timbul akibat adanya aksi suatu benda ke
benda lain dan dengan demikian umumnya terjadi pada hubungan atau tumpuan.
Adanya gaya-gaya reaktif berasal dari hukum newton ketiga yang secara umum
menyatakan bahwa apabila ada suatu aksi maka akan ada reaksi yang besarnya sama
dengan arah yang berlawanan. Secara lebih tepat lagi, hukum ini menyatakan bahwa
memberikan gaya yang sama besar dan berlawanan arah terhadap benda yang
pertama. Dalam gambar 2.4.4(b), gaya-gaya pada balok menyebabkan gaya-gaya
yang berarah ke bawah pada fondasi sehingga ada reaksi yang berarah keatas.
Dengan demikian, ada sepasang gaya aksi dan reaksi yang terdapat pada pertemuan
balok dengan fondasi. Dalam banyak hal, momen juga dapat merupakan bagian dari
[image:44.595.165.416.263.418.2]sistem aksi-reaksi seperti yang terlihat dalam gambar 2.4.4(c).
Gambar 2.4.4 Diagram (keseimbangan) benda bebas dan reaksi [Daniel L. Schodek, 1999]
Sifat gaya-gaya reaksi yang timbul pada benda yang dibebani bergantung
pada bagaimana benda tersebut ditumpu atau dihubungkan dengan benda
lain.Gambar2.4.5 mengilustrasikan hubungan antara jenis kondisi tumpuan yang ada
dan jenis gaya-gaya reaksi yang timbul. Beberapa jenis kondisi tumpuan yang utama
diperlihatkan secara khusus, sedangkan jenis lainnya mungkin saja terjadi.
Diantaranya yang terpenting adalah tumpuan sendi, tumpuan rol dan tumpuan jepit.
Pada tumpuan sendi, titiknya memperbolehkan elemen strukturnya berotasi secara
bebas tetapi tidak dapat bertranslasi kearah manapun. Dengan demikian titik tersebut
tidak dapat memberikan tahanan momen, tetapi dapat memberi tahanan gaya pada
translasi tetapi hanya pada arah yang tegak- lurus bidang terhadap tumpuan baik
mendekati maupun menjauhi tumpuan. Tumpuan rol ini tidak memberikan tahanan
gaya dalam arah sejajar dengan bidang tumpuan. Tumpuan jepit dapat menahan
rotasi maupun translasi dalam arah manapun, dengan demikian tumpuan ini dapat
memberikan tahanan momen dan gaya dalam arah sembarang. Jenis tumpuan lain
misalnya tumpuan kabel dan tumpuan sederhana, tumpuan ini serupa dengan
tumpuan rol tetapi tumpuan ini hanya dapat memberikan tahanan satu arah.
Agar suatu struktur stabil maka harus ada sejumlah tertentu tahanan gaya
(dan atau momen) yang diberikan oleh tumpuannya. Untuk balok sederhana (simple
beam) yang dibebani dengan gaya-gaya vertikal maupun horizontal harus ada tiga
gaya ( hal ini sesuai dengan fakta bahwa pada struktur ini harus terpenuhi kondisi
seimbang : Σ Fx= 0, Σ Fy= 0, Σ M = 0). Salah satu cara adalah dengan menggunakan tumpuan jepit. Cara lainnya adalah dengan menggunakan tumpuan sendi pada salah
satu ujung dan tumpuan rol pada tumpuan lainnya.
Struktur-struktur yang mempunyai hubungan atau tumpuan yang memberikan
lebih banyak daripada jumlah minimum yang diperlukan disebut struktur statis tak
tentu. Karena ada gaya berupa gaya tahanan/reaksi yang lebih banyak dari bannyak
persamaaan keseimbangan maka dapat dicari besar masing-masing gaya tahanan
hanya dengan statika.
2.4.3.2 Sistem gaya internal
Momen dan gaya internal timbul didalam struktur sebagai akibat adanya
sistem gaya eksternal yang bekerja pada struktur dan berlaku bersama-sama sebagai
Gaya-gaya dan momen yang timbul pada titik hubung antara dua bagian
susunan struktur secara konseptual tidak berbeda dengan gaya reaksi yang telah
dibahas diatas. Perbedaan yang ada diantara keduannya hannyalah penamaan yang
menunjukkan dimana terjadinya. Setiap bagian dari suatu struktur mempunyai reaksi
untuk memperahankan keseimbangan bagian tersebut seperti halnya pada struktur
yang lebih besar yang mempunyai reaksi untuk mempertahankan keseimbangannya.
Gaya dan momen yang timbul pada titik hubung mengakibatkan gaya reaksi
dan momen yang bekerja pada satu bagian yang dihubungkannya sama besar dan
berlawanan arah dengan gaya serta momen pada bagian tersambung lainnya.
Seperti pembahasan diatas, momen dan gaya internal dapat timbul di dalam
serat suatu benda yang mengalami sistem gaya eksternal. Seperti yang terlihat dalam
gambar 2.4.5, dengan intuisi jelas bahwa ada gaya tarik yang timbul didalam
kabelyang memikul blok yang besarnya sama dengan besar blok. Secara formal,
diagram keseimbangan dapat digambarkan seperti yang terlihat pada gambar 2.4.5.
Keseimbangan blok dapat dipertahankan oleh adanya gaya internal Fi di dalam
kabel, yang dalam hal ini sama dengan berat blok. Juga jelas bahwa sistem ini dapat
[image:46.595.151.512.560.700.2]diuraikan dengan berbagai cara.
Gaya internal tentu saja sama dalam hal karakter tetapi berlawanan arti
dengan gaya tarik. Gambar 2.4.5 mengilustrasikan batang dengan gaya tekan internal
yang bervariasi karena adanya sistem gaya eksternal. Besar dan arah gaya internal
yang timbul adalah sedemikian rupa sehingga semua bagian struktur berada dalam
keseimbangan, tidak terkecuali pada bagian mana yang ditinjau. Gaya tarik dan tekan
yang kolinier dengan sumbu memanjang batang sering juga disebut gaya aksial atau
kadang kadang disebut gaya normal. Diagram yang diperlihatkan pada gambar 2.4.7
menunjukkan secara grafis tentang variasi gaya aksial internal yang ada di batang.
Tinjauan batang tarik sederhana yang terlihat pada gambar 2.4.6 terlihat
bahwa tarik internal yang ada tidak terpusat pada satu titik saja di dalam penampang
batang tersebut tetapi terdistribusi di dalam seluruh penampang tiang. Gaya internal
total yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan gaya eksternal pada batang
secara aktual adalah resultan dari gaya yang terdistribusi (atau tegangan) yang
[image:47.595.151.414.474.666.2]bekerja pada penampang melintang.
Pada elemen sederhana yang memikul gaya tarik, wajar saja berasumsi bahwa
apabila gaya eksternal bekerja di sepanjang sumbu batang dan titik berat atau titik
simetri penampang melintang, maka tegangan yang timbul pada penampang
mempunyai intensitas merata. Resultannya akan mempunyai garis kerja yang sama
dengan garis kerja gaya eksternal yang ada. Jika tegangan terdistribusi merata maka
besarnya adalah :
Tegangan =
luas gaya
atau f =
A P
dimana f adalah tegangan (intensitas gaya) persatuan luas, P adalah gaya aksial yang
ada dan A adalah luas penampang melintang yang ditinjau. Tegangan demikian
disebut tegangan normal atau tegangan aksial. Apabila gaya eksternal berupa gaya
tarik maka tegangannya sama juga dengan di atas, tetapi berupa tegangan normal
tarik.
2.5 Jenis-jenis Struktur pada Bangunan Teknik Sipil 2.5.1 Truss (rangka)
Definisi truss (rangka) adalah konstruksi yang tersusun dari batang-batang tarik dan
batang-batang tekan saja, umumnya dari baja, kayu, atau paduan ringan guna
mendukung atap atau jembatan, umumnya dapat menahan gaya aksial saja.
Truss 2 dimensi adalah truss yang dapat menahan beban pada arah datar saja
(sumbu x, y) umumnya beban yang bekerja adalah beban terpusat nodal.
Truss 3 dimensi adalah truss yang dapat menahan beban pada semua arah
2.5.2. Grid /Grillage (Balok Silang)
Definisi grid (balok silang) adalah kerangka yang terdiri dari dua atau lebih
bagian konstruksi yang disambungkan secara kaku (guna stabilitas) pada arah
mendatar, umumnya dapat menahan gaya yang bekerja tegak lurus (sumbu y)
terhadap bidang datarnya (sumbu x), struktur seperti sistem lantai, sistem atap dan
lantai jembatan dapat dianalisis sebagai grid atau balok silang.
2.5.3. Frame (Portal)
Definisi frame (portal) adalah kerangka yang terdiri dari dua atau lebih
bagian konstruksi yang disambungkan guna stabilitas, umumnya dapat menahan
gaya momen, gaya geser dan aksial.
Frame 2 dimensi adalah frame yang dapat menahan beban pada arah datar
saja (sumbu x, y) umumnya beban yang bekerja adalah beban terpusat nodal dan
beban batang.
Frame 3 dimensi adalah frame yang dapat menahan beban pada semua arah
(sumbu x, y dan z) umumnya beban yang bekerja adalah beban terpusat nodal dan
beban batang. Atau dengan kata lain frame 3 dimensi merupakan gabungan frame 2
BAB III
METODE ANALISA
3.1 UmumDewasa ini pemodelan struktur sudah semakin kompleks. Tidak dapat
dipungkiri karena pengaruh ilmu pengetahuan yang semakin maju dan selera
masyarakat yang semakin berbeda sehingga memungkinkan terbentuknya
pemodelan-pemodelan dengan struktur yang bervariasi dan semakin mendekati
ambang batas keamanan dari struktur tersebut. Dengan demikian, untuk menjawab
kebutuhan-kebutuhan tersebut maka diperlukan adanya alat yang dapat digunakan
untuk membantu dan menjawab persoalan tersebut yakni semakin berkembangnya
program-program komputer yang dapat memodelkan berbagai bentuk struktur
sampai dengan mengukur ketahanan dan kestabilan dari pemodelan struktur tersebut.
Pemograman komputer tersebut dibuat berbasiskan konsep perhitungan
analisa struktur. Salah satunya adalah pemograman komputer yang berbasiskan
perhitungan dengan konsep Elemen Hingga. Jadi, setiap pengerjaan data atau yang
disebut dengan out put dari pemograman komputer tersebut dihitung dengan konsep
tersebut walaupun tidak dijabarkan secara mendetail setiap proses perhitungan
sehingga mendapakan hasil yang sedemikian rupa.
3.2 Konsep Elemen Hingga
Metode elemen hingga adalah prosedur numerik untuk memecahkan masalah
mekanika kontinum dengan ketelitian yang dapat diterima oleh rekayasawan. Seperti
yang terlihat dalam gambar 3.2(1) bahwa tegangan dan peralihan pada suatu struktur
harus dicari, jawaban numeriknya tidak akan ada pada buku manapun.
akan tetapi jawabannya tidak ada karena geometri dan pembebanannya terlalu
kompleks. Secara praktis banyak sekali masalah yang terlalu kompleks untuk
diperoleh jawaban tertutupnya (close form solution). Untuk itu diperlukan solusi
numerik, dan salah satu yang cukup memadai adalah metode elemen hingga.
Gambar 3.2.1 (a) Struktur bidang dengan bentuk sembarang
(b) Model elemen hingga yang mungkin pada struktur tersebut. (c) Elemen segi empat bidang dengan gaya-gaya titik kumpul pi dan qi.Garis putus-putus memperlihatkan ragam deformasi sehubungan dengan peralihan arah x titik 3
[Robert D. Cook, 1990]
Pada gambar 3.2.1b diperlihatkan metode elemen hingga. Daerah yang
berupa segi tiga dan kuadrilateral adalah elemen-elemen hingga.Titik-titik hitam
adalah titik simpul (node) dimana elemen yang satu berhubungan dengan yang
lainnya. Suatu jaring (mesh) adalah susunan titik simpul dan elemen. Bentuk jaring
pada gambar tersebut di atas terdiri atas elemen segi tiga dan kuadrilateral, ada yang
mempunyai titik simpul pada sisinya dan ada pula yang hanya pada ujungnya.
Pada dasarnya, elemen hingga merupakan bagian-bagian kecil dari struktur
aktual. Akan tetapi kita tidak dapat mengubah gambar 3.2.1a menjadi gambar 3.2.1b
hanya dengan membuat potongan sembarang seperti potongan-potongan material
yang terikat pada titik kumpul. Apabila terpotong demikian, struktur tersebut akan
sangat melemah. Selain itu, potongan-potongan tersebut akan mempunyai
tumpang tindih atau terpisahkan disepanjang potongan. Jelasnya, pada struktur aktual
tidak akan terjadi demikian, jadi elemen hingga harus dapat berdeformasi dengan
cara yang terbatas. Sebagai contoh, apabila ujung-ujung elemen dikendalikan untuk
tetap lurus seperti yang terlihat pada gambar 3.2.1c maka elemen yang bersebelahan
dengannya tidak akan bertumpang tindih maupun terpisahkan.
Untuk memformulasikan suatu elemen, maka harus dicari gaya-gaya titik
simpul (nodal forces) yang menghasilkan berbagai ragam deformasi elemen.
Gaya-gaya ini dapat dicari dengan teori dasar untuk elemen hingga “alami” seperti balok
(beam) atau batang (bar). Akan tetapi untuk elemen-elemen yang didefenisikan
dengan menggambarkan garis-garis pada suatu kontinum seperti gambar 3.2.1a,b dan
c diperlukan prosedur baru.
Metode elemen hingga tidak dibatasi pada masalah-masalah mekanika
struktural. Pada gambar 3.2.2 diperlihatkan bagaimana permukaan Ф yang berubah secara halus dapat didekati dengan permukaan yang datar. Elemen bertitik simpul
empat dan delapan yang masing-masing diperlihakan dengan permukaan terpilin dan
lengkung merupakan pendekatan yang baik ke fungsi situasinya. Pendekatan ini akan
[image:52.595.165.467.558.704.2]semakin baik apabila elemen yang digunakan semakin banyak.
Gambar 3.2.2 Fungsi kombinasi Ф= Ф(x,y) dan elemen tipikal
Didalam suatu elemen segi empat pada gambar 3.2.2, Ф adalah fungsi linier dari x dan y. Elevasi dan inklinasi elemen dapat didefenisikan dengan tiga harga titik
simpul dari Ф. Dua elemen tidak harus mempunyai elevasi dan kemiringan yang sama. Sketsa ini memperlihatkan esensi metode elemen hingga yaitu pendekan
bagian demi bagian untuk fungsi Ф dengan menggunakan polinomial yang mana masing-masing terdefenisi pada daerah (elemen) yang kecil dan dinyatakan dalam
harga-harga titik simpul dari fungsi tersebut.
Elemen adalah susunan materi yang mempunyai bentuk relatif teratur.
Elemen ini akan mempunyai sifat-sifat tertentu yang tergantung kepada bentuk fisik
dan materi penyusunnya. Bentuk fisik dan materi penyusun elemen tersebut akan
menyebutkan totalitas element tersebut. Totalitas sifat elemen inilah disebut dengan
kekakuan elemen. Jika diperinci maka sebuah struktur mempunyai Modulus elastis
(E), Modulus geser (G), Luas penampang (A), Panjang (L) dan Inersia (I). Hal inilah
yang salah satu yang perlu dipahami didalam pemahaman elemen hingga nantinya,
bahwa kekakuan adalah fungsi dari E,G,A,L,I.
Sebagaimana telah didefinisikan para pendahulu-pendahulu, bahwa energi itu
adalah kekal dan jika aksi (energi) dilakukan terhadap suatu materi, maka materi
akan melakukan suatu