• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis kadar Particulate Matter 10 (PM10) di Udara dan Keluhan Gangguan Pernafasan Pada Masyarakat Yang Tinggal di Sepanjang Jalan Raya Kelurahan Lalang Kecamatan Sunggal Medan Tahun 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis kadar Particulate Matter 10 (PM10) di Udara dan Keluhan Gangguan Pernafasan Pada Masyarakat Yang Tinggal di Sepanjang Jalan Raya Kelurahan Lalang Kecamatan Sunggal Medan Tahun 2010"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KADAR PARTICULATE MATTER 10 (PM10) DI UDARA DAN

KELUHAN GANGGUAN PERNAFASAN PADA MASYARAKAT YANG TINGGAL DI SEPANJANG JALAN RAYA

KELURAHAN LALANG KECAMATAN SUNGGAL MEDAN

TAHUN 2010

SKRIPSI

OLEH

FANJI AVRIANTO NIM. 071000058

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS KADAR PARTICULATE MATTER 10 (PM10) DI UDARA DAN

KELUHAN GANGGUAN PERNAFASAN PADA MASYARAKAT YANG TINGGAL DI SEPANJANG JALAN RAYA

KELURAHAN LALANG KECAMATAN SUNGGAL MEDAN

TAHUN 2010

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

FANJI AVRIANTO NIM. 071000058

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi dengan Judul :

ANALISIS KADAR PARTICULATE MATTER 10 (PM10) DI UDARA DAN

KELUHAN GANGGUAN PERNAFASAN PADA MASYARAKAT YANG TINGGAL DI SEPANJANG JALAN RAYA

KELURAHAN LALANG KECAMATAN SUNGGAL MEDAN

TAHUN 2010

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh: FANJI AVRIANTO

NIM: 071000058

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 3 Maret 2011 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Tim Penguji Ketua Penguji

Ir. Indra Chahaya S, M.Si NIP. 19681101 199303 2 005

Penguji II

dr. Taufik Ashar, MKM NIP. 19780331 200312 1 001

Penguji I

Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, M.S NIP. 19650109 199403 2 002

Penguji III

(4)

ABSTRAK

Particulate Matter 10 (PM10) merupakan partikel debu yang banyak

dihasilkan dari emisi kendaraan bermotor dan debu yang berada di jalanan. Particulat Matter 10 (PM10) bersifat sangat mudah terhirup dan memiliki tingkat

kelolosan yang tinggi terhadap saringan pernafasan manusia sehingga dapat mengganggu sistem pernafasan.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan populasi 9.064 orang dengan sampel berjumlah 100 orang. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara Non-Random yaitu Purposive Sample.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar Particulate Matter 10 (PM10) dan keluhan gangguan pernafasan pada masyarakat yang tinggal di sepanjang

jalan raya di Kelurahan Lalang Kecamatan Sunggal Medan Tahun 2010

Berdasarkan hasil pengukuran, terdapat kadar Particulate Matter 10 (PM10)

yang melebihi baku mutu udara ambien (> 150 µg/m3), yaitu pada ruas Jl.

Binjai-Medan dengan kadar 163 µg/m3 pada pengukuran sore hari, Jl. Gatot Subroto dengan

kadar 176 µg/m3 dan 180 µg/m3 pada pengukuran pagi dan sore hari. Sedangkan

Jl.Klambir V dengan kadar 26 µg/m3 pada pengukuran sore hari dan Jl. Pinang Baris

dengan kadar 104 µg/m3 dan 62 µg/m3 pada pengukuran pagi dan sore hari tidak

melebihi standar baku mutu udara ambien (≤150 µg/m 3). Penelitan dari 100

responden, terdapat 24 responden (24%) yang mengalami keluhan ganguan pernafasan dan 76 responden (76%) yang tidak mengalami keluhan gangguan saluran pernafasan.

Pentingnya melakukan pengaturan dan perbaikan sistem lalu lintas kendaraan, sehingga tidak terjadi kemacetan yang akan berdampak pada semakin meningkatnya

pencemaran udara terutama oleh Particulate Matter 10 (PM10). Perlunya melakukan

pemantauan terhadap beberapa wilayah di Kota Medan yang berpotensi mengalami

pencemaran udara, terutama oleh Particulate Matter 10 (PM10) secara berkelanjutan,

dan melakukan pencegahan dan perbaikan terhadap kualitas udara yang tercemar

(5)

ABSTRACT

Particulate Matter 10 (PM10) is a lot of dust particles generated from vehicle

emissions and dust on the street. Particulate Matter 10 (PM10) are very easily inhaled

and has a high level of break-out against human respiratory filter so that it can interfere with the respiratory system

The study was descriptive with a population of 9.064 people with a sample totaling 100 people. The sampling technique is done is non-random purposive sample.

The purpose of this study was to determine levels of Particulate Matter 10 (PM10) and complaints of respiratory problems in people who live along the highway

in the Village Lalang District Medan Sunggal 2010.

Based on measurement results, there are levels of Particulate Matter 10 (PM10) in excess of ambient air quality standard (>150 μg/m3), which is at the link Jl.

Binjai, Medan with 163 μg/m3

in the measurement of the afternoon, Jl. Gatot Subroto with levels of 176 μg/m3 and 180 μg/m3

in the morning and evening measurements. While Jl.Klambir V by measuring levels of 26 μg/m3 in the evenings and Jl. Pinang Baris line with levels of 104 μg/m3 and 62 μg/m3

in the morning and evening measurements did not exceed ambient air quality standard (≤ 150 μg/m 3). Research from the 100 respondents, there were 24 respondents (24%) who had complaints of respiratory distress and 76 respondents (76%) who did not have complaints of respiratory problems.

The importance of adjusting and improving vehicle traffic system, so there is no congestion that will impact on the increasing air pollution, especially by Particulate Matter 10 (PM10). The need for monitoring the various areas in the city of

Medan with a potentially experiencing air pollution, especially by Particulate Matter 10 (PM10) in a sustainable manner, and take preventive and improvement of the

quality of the polluted air

(6)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Fanji Avrianto

Tempat/Tanggal Lahir : Binjai/ 13 September 1990

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin

Anak ke : 1 (satu) dari 2 (dua) bersaudara

Alamat Rumah : Jl. Melur No. 79A Kelurahan Pahlawan, Binjai

Riwayat Pendidikan : 1. 1995-2001 : SD Negeri No.023904 Binjai Utara

2. 2001-2004 : SMP Negeri 6 Binjai

3. 2004-2007 : SMA Negeri 1 Binjai

4. 2007-2011 : Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Riwayat Organisasi : 1. HMI Komisariat FKM USU (2008-2009)

2. PHBI FKM USU (2009-2010)

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

berkat dan anugerahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Analisis kadar Particulate Matter 10 (PM10) di Udara dan Keluhan Gangguan

Pernafasan Pada Masyarakat Yang Tinggal di Sepanjang Jalan Raya Kelurahan Lalang Kecamatan Sunggal Medan Tahun 2010”.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara Medan.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai

pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

2. Ir. Evi Naria, M.Kes, selaku Kepala Departemen Kesehatan Lingkungan

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Ir. Indra Chahaya S, M.Si, selaku dosen Pembimbing I yang telah

memberikan pemikiran yang luar biasa serta waktu kepada penulis dalam

bimbingan skripsi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

4. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, M.S, selaku Dosen Pembimbing Skripsi II

yang telah memberi masukan dan saran dalam penyusunan skripsi ini

(8)

5. Bapak Anshari, SKM selaku kepala Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan

Pemberantasan Penyakit Menular Medan (BTKL-PPM)

6. Drs. Nurly, selaku Camat Kecamatan Sunggal Medan

7. Asbin Siregar, selaku Lurah Kelurahan Lalang Kecamatan Sunggal

8. Bapak Alfattah Faisal S.Si, M.kes, selaku Manajer Teknik Laboratorium

Kimia Fisika Gas Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantsan

Penyakit Menular (BTKL-PPM)

9. Seluruh Bapak/Ibu dosen dan seluruh staf di Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

10. Terkhusus untuk YM. Abu yang telah membimbing penulis sehingga skripsi

ini dapat terselesaikan.

11. Teristimewa kepada kedua orang tuaku ( Azwar Efendi, S.Pd dan Vivi Safitri,

S.Pd) dan saudaraku (Dwindi Yana Avrianda), terima kasih atas segala doa

dan dukungan moril maupun materil, motivasi dan kasih sayang yang kalian

berikan kepada penulis selama ini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan

dengan baik.

12. Abang dan Kakak di Surau Khaliqul Amin Binjai dan Darul Amin Medan

13. Teman terbaik penulis di grup Cendol (Novriadi Inprayoma, Bustanil Rasyid

Desky, Khairun Tamimi Hsb, Faridah Hanum, Retno Farid, Jusmanizah, Sri

Nova Milala, Ricky Pebriansyah) beserta teman LKP (Amalia Akita Hara,

(9)

14. Rekan-rekan peminatan Kesehatan Lingkungan (IMAKEL), sahabat-sahabat

organisasi (PHBI dan HMI) dan teman-teman di FKM USU atas do’a,

bantuan dan semangat yang telah diberikan kepada penulis.

15. Semua pihak yang telah membantu skripsi ini sehingga dapat diselesaikan

Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan serta

masih diperlukan penyempurnaan, hal ini tidak terlepas dari keterbatasan kemampuan

pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki.

Medan, Februari 2011 Penulis

(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGHANTAR ... iv

DAFTAR ISI ...vii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR LAMPIRAN...xii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian... 5

1.3.1. Tujuan Umum ... 5

1.3.2. Tujuan Khusus ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lingkungan dan Pencemaran ... 7

2.1.1 Pengertian Pencemaran Udara ... 7

2.1.2 Pengertian Debu... 9

2.2 Sifat – Sifat Partikel... 12

2.3 Sumber Polusi Partikel... 14

2.4 Pengaruh Partikel Terhadap Manusia ... 16

2.5 Baku Mutu Udara Ambien ... 19

2.6 Sistem Pernafasan ... 19

2.6.1 Anatomi Saluran Pernafasan ... 19

2.7 Pengertian Gangguan Pernafasan ... 20

2.7.1 Gejala Gangguan Saluran Pernafasan... 21

2.7.2 Faktor yang Menyebabkan Timbulnya Gangguan Pernafasan..22

2.8 Kerangka Konsep ... 23

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 24

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 24

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 24

3.2.2 Waktu Penelitian ... 24

(11)

3.3.1 Data Primer ... 28

3.3.2 Data Sekunder ... 28

3.5 Defenisi Operasional ... 28

3.5.1 Particulate Matter 10 (PM10) ... 28

3.7 Prosedur Pengukuran Particulate Matter 10 (PM10) Dengan Menggunakan Haz Dust EPAm-5000 ... 32

3.8 Teknik Pengolahan Data ... 33

3.9 Teknik Analisis Data ... 33

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kelurahan lalang ... 34

4.1.1 Geografi ... 34

4.1.2 Demografi... 35

4.2 Karakteristik Responden ... 35

4.2.1 Umur Responden ... 35

4.3.3 Tabulasi Silang Keluhan Gangguan Pernafasan Dengan Kadar Pariculate Matter 10 (PM10) ... 41

4.3.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Keluhan Gangguan Pernafasan ... 42 5.1 Kadar Particulate Matter 10 (PM10) di Jalan Raya ... 46

(12)

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 54 6.2 Saran ... 55

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah Populasi Lingkungan I, III, IV, V, VI, VIII, IX di Kelurahan Lalang Kecamatan Sunggal Medan Tahun 2010... 25 Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Laki-laki dan Perempuan per Lingkungan di Kelurahan

Lalang Kecamatan Sunggal Medan Tahun 2010... 35 Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur Pada Masyarakat

Yang Tinggal di Sepanjang Jalan Raya Kelurahan Lalang Kecamatan Sunggal Medan Tahun 2010 ... 36 Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Masyarakat Yang

Tinggal di Sepanjang Jalan Raya Kelurahan Lalang Kecamatan Sunggal Medan Tahun 2010 ... 36 Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Bermukim Pada Masyarakat

Yang Tinggal di Sepanjang Jalan Raya Kelurahan Lalang Kecamatan Sunggal Medan Tahun 2010 ... 37 Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Ventilasi Pada Masyarakat Yang

Tinggal di Sepanjang Jalan Raya Kelurahan Lalang Kecamatan Sunggal Medan Tahun 2010 ... 37

Tabel 4.6 Hasil Pengukuran Kadar Particulate Matter 10 (PM10) Pada Beberapa

Jalan Raya di Kelurahan Lalang Kecamatan Sunggal Medan Tahun 2010 ... 38 Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Keluhan Gangguan Pernafasan Pada

Masyarakat Yang Tinggal di Sepanjang Jalan Raya di Kelurahan Lalang Kecamatan Sunggal Medan Tahun 2010 ... 39

Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Gejala Keluhan Gangguan

Pernafasan Yang Terjadi Pada Masyarakat Yang Tinggal di Sepanjang Jalan Raya di Kelurahan Lalang Kecamatan Sunggal Medan Tahun 2010 ... 40 Tabel 4.9 Distribusi Respoden Dengan Keluhan Gangguan Pernafasan Berdasarkan

Tempat Bermukim Masyarakat Yang Tinggal di Sepanjangn Jalan Raya di Kelurahan Lalang Kecamatan Sunggal Medan Tahun 2010 ... 40 Tabel 4.10 Distribusi Respoden Dengan Keluhan Gangguan Pernafasan Berdasarkan

Kadar Particulate Matter 10 (PM10) di Beberapa Jalan Raya di

(14)

Tabel 4.11 Tabulasi Silang Umur Responden Berdasarkan Keluhan Gangguan Pernafasan Pada Masyarakat Yang Tinggal di Sepanjang Jalan Raya Kelurahan Lalang Kecamatan Sunggal Medan Tahun 2010 ... 42 Tabel 4.12 Tabulasi Silang Jenis Kelamin Responden Berdasarkan Keluhan

Gangguan Pernafasan Pada Masyarakat Yang Tinggal di Sepanjang Jalan Raya Kelurahan Lalang Kecamatan Sunggal Medan Tahun 2010 ... 43 Tabel 4.13 Tabulasi Silang Lama Bermukim Responden Berdasarkan Keluhan

Gangguan Pernafasan Pada Masyarakat Yang Tinggal di Sepanjang Jalan Raya Kelurahan Lalang Kecamatan Sunggal Medan Tahun 2010 ... 44 Tabel 4.14 Tabulasi Silang Jenis Ventilasi Responden Berdasarkan Keluhan

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian

Lampiran 2 : Master Data Penelitian

Lampiran 3 : Output Data

Lampiran 4 : Surat Permohonan Izin Penelitian dari FKM USU

Lampiran 5 : Surat Rekomendasi Penelitian dari Badan Penelitian dan

Pengembangan Kota Medan

Lampiran 6 : Surat Izin Penelitian dari BTKL

Lampiran 7 : Hasil Pemantauan kualitas Udara Ambien BTKL

Lampiran 8 : Surat Keterangan Selesai Penelitian dari Kelurahan Lalang

Lampiran 9 : Surat Keterangan Selesai Penelitian dari BTKL

(16)

ABSTRAK

Particulate Matter 10 (PM10) merupakan partikel debu yang banyak

dihasilkan dari emisi kendaraan bermotor dan debu yang berada di jalanan. Particulat Matter 10 (PM10) bersifat sangat mudah terhirup dan memiliki tingkat

kelolosan yang tinggi terhadap saringan pernafasan manusia sehingga dapat mengganggu sistem pernafasan.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan populasi 9.064 orang dengan sampel berjumlah 100 orang. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara Non-Random yaitu Purposive Sample.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar Particulate Matter 10 (PM10) dan keluhan gangguan pernafasan pada masyarakat yang tinggal di sepanjang

jalan raya di Kelurahan Lalang Kecamatan Sunggal Medan Tahun 2010

Berdasarkan hasil pengukuran, terdapat kadar Particulate Matter 10 (PM10)

yang melebihi baku mutu udara ambien (> 150 µg/m3), yaitu pada ruas Jl.

Binjai-Medan dengan kadar 163 µg/m3 pada pengukuran sore hari, Jl. Gatot Subroto dengan

kadar 176 µg/m3 dan 180 µg/m3 pada pengukuran pagi dan sore hari. Sedangkan

Jl.Klambir V dengan kadar 26 µg/m3 pada pengukuran sore hari dan Jl. Pinang Baris

dengan kadar 104 µg/m3 dan 62 µg/m3 pada pengukuran pagi dan sore hari tidak

melebihi standar baku mutu udara ambien (≤150 µg/m 3). Penelitan dari 100

responden, terdapat 24 responden (24%) yang mengalami keluhan ganguan pernafasan dan 76 responden (76%) yang tidak mengalami keluhan gangguan saluran pernafasan.

Pentingnya melakukan pengaturan dan perbaikan sistem lalu lintas kendaraan, sehingga tidak terjadi kemacetan yang akan berdampak pada semakin meningkatnya

pencemaran udara terutama oleh Particulate Matter 10 (PM10). Perlunya melakukan

pemantauan terhadap beberapa wilayah di Kota Medan yang berpotensi mengalami

pencemaran udara, terutama oleh Particulate Matter 10 (PM10) secara berkelanjutan,

dan melakukan pencegahan dan perbaikan terhadap kualitas udara yang tercemar

(17)

ABSTRACT

Particulate Matter 10 (PM10) is a lot of dust particles generated from vehicle

emissions and dust on the street. Particulate Matter 10 (PM10) are very easily inhaled

and has a high level of break-out against human respiratory filter so that it can interfere with the respiratory system

The study was descriptive with a population of 9.064 people with a sample totaling 100 people. The sampling technique is done is non-random purposive sample.

The purpose of this study was to determine levels of Particulate Matter 10 (PM10) and complaints of respiratory problems in people who live along the highway

in the Village Lalang District Medan Sunggal 2010.

Based on measurement results, there are levels of Particulate Matter 10 (PM10) in excess of ambient air quality standard (>150 μg/m3), which is at the link Jl.

Binjai, Medan with 163 μg/m3

in the measurement of the afternoon, Jl. Gatot Subroto with levels of 176 μg/m3 and 180 μg/m3

in the morning and evening measurements. While Jl.Klambir V by measuring levels of 26 μg/m3 in the evenings and Jl. Pinang Baris line with levels of 104 μg/m3 and 62 μg/m3

in the morning and evening measurements did not exceed ambient air quality standard (≤ 150 μg/m 3). Research from the 100 respondents, there were 24 respondents (24%) who had complaints of respiratory distress and 76 respondents (76%) who did not have complaints of respiratory problems.

The importance of adjusting and improving vehicle traffic system, so there is no congestion that will impact on the increasing air pollution, especially by Particulate Matter 10 (PM10). The need for monitoring the various areas in the city of

Medan with a potentially experiencing air pollution, especially by Particulate Matter 10 (PM10) in a sustainable manner, and take preventive and improvement of the

quality of the polluted air

(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tujuan pembangunan nasional di bidang kesehatan yang tercantum dalam

Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yaitu terselenggaranya pembangunan kesehatan

oleh semua potensi bangsa, baik masyarakat, swasta, maupun pemerintah secara

sinergis, berhasil guna dan berdaya guna, sehingga terwujud derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya (Depkes RI, 2009).

Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian yang pokok

dalam usaha di bidang kesehatan seperti di jelaskan dalam Undang-Undang Nomor

36 Tahun 2009 tentang kesehatan antara lain: perlu dilakukan di tempat umum,

lingkungan pemukiman, lingkungan kerja, angkutan umum dan lingkungan lainnya.

Lingkungan lainnya antara lain tempat pengungsian, daerah transmigrasi, lembaga

permasyaralatan, sekolah dan sejenisnya.

Udara merupakan media lingkungan yang perlu menjadi perhatian dari

sasaran dan kawasan tersebut diatas. Hal ini telah pula menjadi kebijakan

pembangunan kesehatan Indonesia Sehat 2010 dimana program pengendalian

pencemaran udara merupakan salah satu dari sepuluh program unggulan (Depkes,

2001).

Udara bersih yang kita hirup merupakan gas yang tidak tampak, tidak berbau,

tidak bewarna maupun berasa. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih sudah sulit

diperoleh, terutama dikota-kota yang banyak industri dan padat lalu lintas. Udara

(19)

kerusakan lingkungan berarti berkurangnya (rusaknya ) daya dukung alam yang

selanjutnya akan mengurangi kualitas hidup manusia (Wardhana, 2001).

Peningkatan urbanisasi, pertumbuhan penduduk, industrilisasi dan

penggunaan kendaraan bermotor memaksa kita untuk memahami bahwa kita tidak

lagi mendapat jaminan akan tersedianya 14 kilogram udara bersih relatif mutlak di

perlukan setiap orang untuk bernafas setiap harinya (Kusnoputranto, 1995).

Penelitian secara komprehensif tentang besarnya kontribusi dari berbagai sumber di

DKI Jakarta menunjukkan bahwa kendaraan bermotor memberi kontribusi yang

paling dominan dengan perbandingan 70%- 80% kontribusi dari emisi kendaraan

bermotor dan 20%- 30% dari kegiatan lain.

Hasil pemantauan BPLHD (2002) kualitas udara dari tahun 1995 - 2001 , di

wilayah pemukiman, industri dan perkantoran di DKI Jakarta memperlihatkan

konsentrasi zat-zat yang menimbulkan polusi (SO2, NO2, TSP dan Pb) berfluktasi

setiap tahun dan bervariasi di tiap-tiap lokasi pemantauan. Konsentrasi SO2

cenderung meningkat, sedangkan konsentrasi NO2 cenderung menurun. Konsentrasi

debu (TSP) cenderung meningkat hingga melebihi baku mutu dan rata-rata tahunan

nasional. Demikian juga konsentrasi Pb cenderung meningkat tetapi masih di bawah

baku mutu. Bahkan di daerah industri konsentrasi Pb cenderung menurun. Demikian

juga Total Suspended Partikel (TSP) menurun dan masih di bawah baku mutu.

Sedangkan pemantauan kualitas udara di ruas Jalan Thamrin menunjukkan adanya

kecenderungan konsentrasi parameter SO2 dan NO2 meningkat, sedangkan di Gambir

(20)

Menurut para ahli pada sekitar tahun 2000-an kematian yang disebabkan oleh

pencemaran udara mencapai angka 57.000 orang per tahunnya. Selama 20 tahun

angka kematian disebabkan oleh pencemaran udara naik mendekati 14% atau

mendekati 0,7% per tahun (Wisnu, 2001)

Hasil temuan kajian lingkungan, bahwa sejumlah kecamatan di wilayah timur

Cirebon sudah masuk kategori tercemar debu. Emisi debu ini telah melebihi ambang

batas maksimal baku mutu, yang sangat rawan terhadap serangan penyakit ISPA

(infeksi Saluran Pernapasan Akut) bagi masyarakat disekitarnya. Kecamatan

Pengenan, sesuai kajian tersebut termasuk kategori paling parah pencemaran emisi

debu. Emisi debu itu sendiri terkait dengan keberadaan aktivitas terminal serta

pengepakan batubara. Di Pengenan, emisi debu sudah berada pada 200-400

mikrogram per normal meter kubik (μg/nm3) (Anonimous,2004).

Debu partikulat ini juga terutama dihasilkan dari emisi gas buangan

kendaraan. Sekitar 50% - 60% dari partikel melayang merupakan debu berdiameter

10 µm atau dikenal dengan PM10. Debu PM10 ini bersifat sangat mudah terhirup dan

masuk ke dalam paru-paru, sehingga PM10 dikategorikan sebagai Respirable

Particulate Matter ( RPM ). Akibatnya akan mengganggu sistem pernafasan bagian

atas maupun bagian bawah (alveoli). Pada alveoli terjadi penumpukan partikel kecil

sehingga dapat merusak jaringan atau sistem jaringan paru-paru, sedangkan debu

yang lebih kecil dari 10 µm, akan menyebabkan iritasi mata, mengganggu serta

menghalangi pandangan mata. (Chahaya, 2003 )

Suspended particulat adalah partikel halus di udara yang terbentuk pada

(21)

disebut PM10 sangat berbahaya bagi kesehatan ( Soemarwoto, 2004 ). Tingginya

Penggunaan kendaraan bermotor di jakarta menyebabkan meningkatnya polusi Pm10

dari emisi kendaraan bermotor. Di Jakarta PM10 dari sektor transportasi mencapai 71

persen dari emisi total polutan (Anonimous, 2008).

Berdasarkan data BPS tahun 2007 jumlah kendaraan bermotor menurut jenis

kendaraan di Kota Medan tahun 2002-2006 hingga bulan Desember adalah sebanyak

1.289.745 unit, yang terdiri dari Mobil Penumpang 175.198 unit, Mobil Bis 116.184

unit, Mobil Gerobak 12.619 unit, Sepeda motor 985.745 unit. Sedangkan perkiraan

besarnya emisi debu yang berasal dari kendaraan bermotor menurut jenis

kendaraannya hingga 2006 adalah sebanyak Mobil Penumpang 1.334,0 ton/tahun,

Mobil bus 122,9 ton/tahun, Mobil Gerobak 548,2 ton/tahun, Sepeda motor 6.619,2

ton/tahun, dimana jumlah total emisi debu yang dihasilkan adalah 8.624,4 ton/tahun

Penulis tertarik untuk melakukan penelitian di sekitar Jalan Raya di

Kelurahan Lalang Kecamatan Sunggal Medan karena merupakan salah satu daerah

yang padat transportasi. Dimana kelurahan Lalang merupakan batas wilayah antara

kota Medan dan Deli Serdang yang merupakan pintu masuk bagi transportasi yang

berasal dari Deli Serdang, Binjai, Langkat, maupun kota lainnya yang hendak masuk

ke Medan. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengetahui kadar

Particulate Matter 10 (PM10) di udara dan keluhan gangguan pernafasan pada

masyarakat yang tinggal di sepanjang jalan raya Kelurahan Lalang Kecamatan

(22)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka yang menjadi

permasalahannya adalah Jumlah kadar Particulate Matter 10 (PM10) di Udara dan

Keluhan ganguan penafasan pada masyarakat yang tinggal di sekitar jalan raya

Kelurahan Lalang Kecamatan Sunggal.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui kadar pencemaran udara Particulate Matter 10 (PM10) di

udara dan keluhan gangguan pernafasan pada masyarakat yang tinggal di sekitar

jalan raya Kelurahan Lalang Kecamatan Sunggal.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi karakteristik responden yaitu umur, jenis kelamin,

lama bermukim dan jenis ventilasi berdasarkan keluhan gangguan pernafasan

pada masyarakat yang tinggal di sepanjang jalan raya Kelurahn lalang Kecamatan

Sunggal

b. Untuk mengetahui kadar Particulate Matter 10 (PM10) di udara di jalan raya

Kelurahan Lalang Kecamatan Sungal.

c. Untuk mengetahui ada atau tidaknya Kadar Particulate Matter 10 (PM10) yang

melebihi baku mutu udara ambien pada beberapa ruas jalan raya di Kelurahan

(23)

d. Untuk mengetahui ada atau tidaknya keluhan gangguan pernafasan dan pada

masyarakat yang tinggal di sepanjang jalan raya di Kelurahan Lalang

Kecamatan Sunggal.

1.4 Manfaat Penelitian

a. Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran bagi masyarakat di Kelurahan

Lalang Kecamatan Sunggal

b. Sebagai masukan bagi Dinas Kesehatan Medan dalam mewujudkan lingkungan

yang baik dan masyarakat yang sehat.

c. Sebagai bahan masukan bagi pihak yang berwewenang untuk mencegah dan

memperbaiki kualitas udara dan lingkungan yang masih kurang memenuhi

standar.

d. Sebagai masukan informasi bagi peneliti selanjutnya khususnya Mahasiswa

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lingkungan dan Pencemaran

Lingkungan dapat diartikan sebagai media atau suatu areal, tempat atau

wilayah yang didalamnya terdapat bermacam-macam bentuk aktifitas yang berasal

dari ornamen-ornamen penyusunnya. Ornamen-ornamen yang ada dalam dan bentuk

lingkungan, merupakan suatu bentuk sistem yang saling mengikat, saling menyokong

kehidupan mereka. Karena itu suatu tatanan lingkungan yang mencakup segala

bentuk aktivitas dan interaksi didalamnya disebut juga ekosistem. Pencemaran atau

polusi adalah suatu kondisi yang telah berubah dari bentuk asal pada keadaan yang

lebih buruk. Pergeseran bentuk tatanan dari kondisi asal pada kondisi yang buruk ini

dapat terjadi sebagai akibat masukan dari bahan-bahan pencemar atau polutan. Bahan

polutan tersebut pada umumnya mempunyai sifat racun (toksik) yang berbahaya bagi

organisme hidup. Toksisitas atau daya racun dari polutan itulah yang kemudian

menjadi pemicu terjadinya pencemaran. (Palar, 2004).

2.1.1 Pengertian Pencemaran Udara

Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang

mengelilingi bumi. Komposisi campuran gas tersebut tidak selalu konstan.

Komponen yang konsentrasinya paling bervariasi adalah air dalam bentuk bentuk uap

H2O dan Karbon Dioksida (CO2). Jumlah uap air yang terdapat di udara bervariasi

dari cuaca dan suhu.

Udara di alam tidak pernah ditemukan bersih tanpa polutan sama sekali.

(25)

Monoksida (CO) selalu dibebaskan ke udara sebagai produk sampingan dari

proses-proses alami seperti aktivitas vulkanik, pembusukan sampah tanaman, kebakaran

hutan, dan sebagainya. Selain itu partikel-partikel padatan atau cairan berukuran kecil

dapat tersebar diudara oleh angin, letusan vulkanik atau gangguan alam lainnya.

Selain disebabkan polutan alami tersebut, polusi udara disebabkan oleh aktivitas

manusia. (Fardiaz, 1992).

Menurut Mukono (1997) Pencemaran udara adalah bertambahnya bahan atau

substrat fisik atau kimia kedalam lingkungan udara normal yang mencapai sejumlah

tertentu, sehingga dapat dideteksi oleh manusia (atau yang dapat dihitung dan diukur)

serta dapat memberikan efek pada manusia, binatang, vegetasi, dan material. Selain

itu pencemaran udara dapat pula dikatakan sebagai perubahan atmosfer oleh karena

masuknya bahan kontaminan alami atau buatan ke dalam atmosfer tersebut.

Menurut Chandra (2006) dalam Anonimous, Pencemaran udara adalah

dimasukkannya komponen lain ke dalam udara, baik oleh kegiatan manusia secara

langsung atau tidak langsung maupun akibat proses alam sehingga kualitas udara

turun sampai ketingkatan tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang

atau tidak dapat lagi berfungsi sesuai peruntukannnya.

Pencemaran udara oleh partikel dapat disebabkan oleh karena peristiwa

alamiah dan dapat pula disebabkan oleh ulah manusia, lewat kegiatan industri dan

teknologi. Partikel yang mencemari udara banyak macam dan jenisnya, tergantung

pada macam dan jenis kegiatan industri dan teknologi yang ada (Suma’mur, 1986).

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999

(26)

dan atau komponen lain ke udara dan atau berubahnya tatanan udara oleh kegiatan

manusia atau proses alam, sehingga kualitas udara turun sampai ketingkat tertentu

yang menyebabkan udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai

peruntukannya.

Pencemaran udara juga diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat

asing di dalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari

keadaan normalnya (Wardhana, 2004).

Beberapa komponen pencemar udara, maka yang paling banyak berpengaruh

dalam pencemaran udara adalah komponen-komponen berikut ini :

1. Karbon monoksida (CO)

2. Nitrogen Oksida ( NOx)

3. Belerang Oksida (SOx)

4. Hidrokarbon (HC)

5. Partikel (Fardiaz, 1992)

2.1.2 Pengertian Debu

Debu adalah zat padat yang dihasilkan oleh manusia atau alam dan

merupakan hasil dari proses pemecahan suatu bahan. Debu adalah zat padat yang

berukuran 0,1 – 25 mikron. Debu termasuk kedalam golongan partikulat. Yang

dimaksud dengan partikulat adalah zat padat/cair yang halus, dan tersuspensi diudara,

misalnya embun, debu, asap, fumes dan fog. Partikulat ini dapat terdiri atas zat

organik dan anorganik (Slamet,2000)

Debu merupakan salah satu bahan yang sering disebut sebagai partikel yang

(27)

sampai 500 mikron. Suspended partikulat adalah partikel halus di udara yang

terbentuk pada pembakaran bahan bakar minyak. Terutama partikulat halus yang

disebut PM10. Particulat Matter 10 (PM10) adalah partikel debu yang berukuran ≤ 10

mikron. Debu sering dijadikan salah satu indikator pencemaran yang digunakan

untuk menunjukan tingkat bahaya baik terhadap lingkungan maupun terhadap

kesehatan dan keselamatan kerja. Partikel debu akan berada di udara dalam waktu

yang relatif lama dalam keadaan melayang-layang di udara kemudian masuk ke

dalam tubuh manusia melalui pernafasan. Selain dapat membahayakan terhadap

kesehatan juga dapat mengganggu daya tembus pandang mata dan dapat mengadakan

berbagai reaksi kimia sehingga komposisi debu di udara menjadi partikel yang sangat

rumit karena merupakan campuran dari berbagai bahan dengan ukuran dan bentuk

yang relatif berbeda-beda (Pudjiastuti,2002).

Suspended partikulat adalah partikel halus di udara yang terbentuk pada

pembakaran bahan bakar minyak. Terutama partikulat halus yang disebut PM10 sangat

berbahaya bagi kesehatan ( Soemarwoto, 2004 ). Suspended partikulat adalah debu

yang tetap berada di udara dan tidak mudah mengendap serta melayang di udara.

Paparan dari Total Suspended Particulate ini juga banyak yang mengandung

partikel timah hitam dalam hal ini dikenal sebagai Pb yang sangat berbahaya bagi

kesehatan dan banyak berhubungan dengan tempat kerja (Anonimous, 2009). Secara

fisik debu atau particulate dikategorikan sebagai pencemar yaitu dust udara aerosol.

Debu terdiri dari 2 golongan, yaitu padat (soll) dan cair (liquid). Debu yang terdiri

(28)

1. Dust

Dust terdiri dari berbagai ukuran mulai dari yang submikroskopik sampai yang besar.

Debu yang berbahaya adalah ukuran yang bisa terhirup ke dalam sistem pernafasan,

umumnya lebih kecil dari 100 mikron dan bersifat dapat terhirup ke dalam paru-paru.

2. Fumes

Fumes adalah partikel padat yang terbentuk dari proses evaporasi atau kondensasi,

pemanasan berbagai logam, misalnya menghasilkan uap logam yang kemudian

berkondensasi menjadi partikel-partikel metal fumes misalnya, logam (Cadmium) dan

Timbal (Plumbum)

3. Smoke

Smoke atau asap adalah produk dari pembakaran bahan organik yang tidak sempurna

dan berukuran sekitar 0,5 mikron. Sedangkan partikel cair disebut dengan mist atau

fog (awan) yang dihasilkan melalui proses kondensasi atau aromizing, contoh

sederhana hair spray atau obat nyamuk semprot.

Sedangkan berdasarkan komposisi kimia debu, ada tiga golongan berdasarkan

sifatnya, Yaitu:

1. Inert dust

Golongan debu ini tidak menyebabkan kerusakan atau reaksi fibrosis pada

paru-paru. Efeknya sangat sedikit sekali pada penghirupan normal. Reaksi jaringan

pada paru-paru terhadap jenis debu ini adalah :

a. Susunan saluran nafas tetap utuh

(29)

c. Reaksi jaringan potensial dapat pulih kembali dan tak menyebabkan gangguan paru

paru.

2. Profilferative dust

Golongan debu ini di dalam paru-paru akan membentuk jaringan parut ( fibrosis ).

Fibrosis ini akan membuat pengerasan pada jaringan alveoli sehingga mengganggu

fungsi paru. Contoh debu ini yaitu debu silika, kapur, asbes dan sebagainya.

3. Debu asam atau basa kuat

Golongan debu yang tidak ditahan dalam paru namun dapat menimbulkan efek iritasi.

Efek yang ditimbulkan bisa efek keracunan secara umum misalnya debu arsen dan

efek alergi, khususnya golongan debu organik (Depkes, 1993)

2.2 Sifat- Sifat Partikel

Menurut Fardiaz (1992), bahwa sifat-sifat partikel adalah:

1. Mengendap

Partikel yang berukuran lebih besar dari 2-40 mikron (tergantung dari densitasnya)

tidak bertahan terus di udara, melainkan akan mengendap. Partikel yang tersuspensi

secara permanen di udara juga mempunyai kecepatan pengendapan, tetapi

partikel-partikel ini tetap terdapat di udara karena gerakan udara.

2. Sifat Adsorbsi

Kemampuannya sebagai tempat adsorbsi (sorbsi secara fisik) atau kimirisorbsi (sorbsi

(30)

3. Sifat Absorbsi

Jika molekul yang tersorbsi tersebut larut di dalam partikel, jenis sorbsi ini sangat

mementukan tingkat bahaya dari partikel.

4. Sifat Optik

Partikel yang mempunyai diameter kurang dari 0,1 mikron berukuran sedemikian

kecilnya dibandingkan dengan panjang gelombang sinar, sehingga partikel-partikel

tersebut mempengaruhi sinar seperti halnya molekul-molekul dan menyebabkan

refraksi. Partikel yang berukuran jauh lebih besar dari 1 mikron jauh lebih besar dari

pada panjang gelombang sinar tampak dan merupakan objek mikroskopik yang

menyebarkan sinar sesuai dengan penampung melintang partikel tersebut. Sifat optik

ini penting dalam menentukan pengaruh partikel atmosfir terhadap radiasi dan

visibilitas solar energi.

Menurut Pudjiastuti (2002) sifat debu di kategorikan Sebagai berikut:

1. Sifat Pengendap

Debu yang cenderung selalu mengendap karena gaya gravitasi bumi. Namun

karena ukurannya yang relatif kecil berada di udara. Debu yang mengendap

dapat mengandung proporsi partikel yang lebih besar dari debu yang terdapat

di udara

2. Sifat permukaan basah

(31)

3. Sifat Penggumpalan

Karena sifat selalu basah maka debu satu dengan yang lainnya cenderung menempel

membentuk gumpalan. Tingkat kelembaban di atas titik saturasi dan adanya

turbelensi di udara mempermudah debu membentuk gumpalan.

4. Listrik statik (elektrostatik)

Debu mempunyai sifat listrik statis yang dapat menarik partikel lain yang yang

berlawanan dengan demikian partikel dalam larutan debu mempercepat terjadi

penggumpalan.

5. Sifat Opsis

Sifat ini menyebabkan debu dapat menarik partikel lain yang berlawanan. Adanya

partikel yang tertarik ke dalam debu akan mempercepat terjadinya proses

penggumpalan.

2.3 Sumber Polusi Partikel

Berbagai proses alami mengakibatkan penyebaran partikel di atmosfer,

misalnya letusan vulkano dan hembusan debu serta tanah oleh angin. Aktivitas

manusia juga berperan dalam penyebaran partikel, misalnya dalam bentuk

partikel-partikel debu dan asbes dari bahan bangunan, abu terbang dari proses peleburan baja,

dan asap dari proses pembakaran tidak sempurna, terutama dari batu arang.

Pembakaran bahan baker fosil untuk penghangat ruangan rumah tangga,

pembangkit listrik dan dalam proses industri merupakan sumber pokok emisi polutan

(32)

Oksida (SOx), Nitrogen Oksida (NOx), Karbon Monoksida (CO), Ozon (O3), Timbal

(Pb), dan Suspended Particulat Matter (WHO, 2006).

Terdapat hubungan antara ukuran partikel polutan dengan sumbernya. Partikel

yang berdiameter lebih besar dari 10 mikron dihasilkan dari proses-proses mekanis

seperti erosi angin, penghancuran dan penyemprotan, dan pelindasan benda-benda

oleh kendaraan atau pejalanan kaki. Partikel yang berukuran diameter diantara 1-10

mikron biasanya termasuk tanah, debu dan produk-produk pembakaran dari industri

lokal, dan pada tempat-tempat tertentu juga terdapat garam laut. Partikel yang

mempunyai diameter antara 0,1-1 mikron terutama merupakan produk-produk

pembakaran dan aerosol fotokimia. Partikel yang mempunyai diameter kurang dari

0,1 mikron belum diidentifikasi secara kimia, tetapi diduga berasal dari

sumber-sumber pembakaran ( Fardiaz, 1992).

Menurut Gunawan (2007) dalam Anonimous berdasarkan penelitian bank

dunia tahun 1994 (Indonesia Environment and Development ) menunjukkan bahwa

kendaraan di Jakarta ( diperkirakan kondisi yang sama terjadi di kota-kota besar

lainnya) memberikan kontribusi timbal 100%, SPM10 42%, hidrokarbon 89%,

nitrogen oxida 64% dan hampir seluruh karbonmonoksida.

Debu partikulat ini juga terutama dihasilkan dari emisi gas buang kendaraan.

Sekitar 50% - 60% dari partikel melayang merupakan debu berdiameter 10 µm atau

dikenal dengan PM10. Debu PM10 ini bersifat sangat mudah terhirup dan masuk ke

dalam paru-paru, sehingga PM10 dikategorikan sebagai Respirable Particulate Matter

( RPM ). Akibatnya akan mengganggu sistem pernafasan bagian atas maupun bagian

(33)

merusak jaringan atau sistem jaringan paru-paru, sedangkan debu yang lebih kecil

dari 10 µm, akan menyebabkan iritasi mata, mengganggu serta menghalangi

pandangan mata (Chahaya, 2005)

2.4 Pengaruh Partikel Terhadap Manusia

Partikel debu dapat menggangu kesehatan manusia seperti timbulnya iritasi

pada mata, alergi, gangguan pernapasan dan kanker paru-paru. Efek debu terhadap

kesehatan sangat tergantung pada : Solubity (mudah larut), komposisi kimia,

konsentrasi debu dan ukuran partikel debu (Pudjiastuti, 2002)

Sistem pernafasan mempunyai beberapa sistem pertahanan yang mencegah

masuknya partikel-partikel baik berbentuk padat maupun cair, kedalam paru-paru.

Bulu-bulu hidung akan mencegah masuknya partikel-partikel berukuran besar,

sedangkan partikel yang berukuran lebih kecil akan dicegah masuk oleh membran

mukosa yang terdapat disepanjang sistem pernafasan dan merupakan permukaan

tempat partikel menempel.

Menurut Pudjiastuti (2002) ukuran debu sangat berpengaruh terhadap

terjadinya penyakit pada saluran pernapasan. Dari hasil penelitian ukuran tersebut

dapat mencapai organ target sebagai berikut:

a. 5-10 mikron akan tertahan oleh saluran pernapasan bagian atas.

b. 2-5 mikron akan tertahan oleh saluran pernapasan bagian tengah.

c. 1-3 mikron hinggap dipermukaan/ selaput lendir sehingga menyebabkan

vibrosis paru.

(34)

Partikel-partikel yang masuk dan tertinggal di dalam paru-paru mungkin

berbahaya bagi kesehatan karena tiga hal penting, yaitu:

a. Partikel tersebut mungkin beracun karena sifat-sifat kimia dan fisiknya.

b. Partikel tersebut mungkin bersifat inert (tidak beraksi) tetapi tinggal di dalam

saluran pernafasan dapat menggangagu pembersihan bahan-bahan lain yang

berbahaya.

c. Partikel-partikel tersebut mungkin dapat membawa molekul-molekul gas yang

berbahaya, baik dengan cara mengabsorbsi atau mengadsorbsi, sehingga

molekul-molekul gas tersebut dapat mencapai dan tertinggal di bagian

paru-paru yang sensitif. Karbon merupakan partikel yang umum dengan

kemampuan yang baik untuk mengabsorbsi molekul-molekul gas pada

permukaannya (Fardiaz, 1992)

Partikel PM10 yang berdiameter 10 mikron memiliki tingkat kelolosan yang

tinggi dari saringan pernafasan manusia dan bertahan di udara dalam waktu cukup

lama. Tingkat bahaya semakin meningkat pada pagi dan malam hari karena asap

bercampur dengan uap air. PM10 tidak terdeteksi oleh bulu hidung sehingga masuk ke

paru-paru. Jika partikel tersebut terdeposit ke paru-paru akan menimbulkan

peradangan saluran pernapasan, gangguan penglihatan dan iritasi kulit (Anonimous,

2002)

Menurut WHO 1996 ukuran debu partikel yang membahayakan adalah ukuran

0,1-5 atau ukuran 10 mikron. Depkes mengisyaratkan bahwa ukuran debu yang

membahayakan berkisar 0,1 sampai 10 mikron. Pneumokoniosis disebabkan oleh

(35)

Gejala penyakit ini berupa sakit paru-paru, namun berbeda dengan penyakit TBC

paru.

Partikel debu selain memiliki dampak terhadap kesehatan juga dapat

menyebabkan gangguan sebagai berikut:

a. Gangguan estetik dan fisik seperti terganggunya pemandangan dan pelunturan

warna bangunan dan pengotoran.

b. Merusak kehidupan tumbuhan yang terjadi akibat adanya penutupan pori-pori

tumbuhan sehingga jalnnya fotosintesis.

c. Merubah iklim global regional maupun internasional

d. Mengganggu perhubungan/penerbangan yang akhirnya menganggu kegiatan

sosial ekonomi di masyarakat (Pudjiastuti, 2002).

Bahan yang dapat menganggu saluran pernafasan (paru) adalah bahan yang

mudah menguap dan terhirup saat kita bernafas. Tubuh kita memiliki mekanisme

pertahanan untuk mencegah masuknya lebih dalam, bahan yang padat mengganggu

sistem pernafasan akan tetapi bila berlangsung cukup lama, maka sistem tersebut

tidak dapat lagi menahan masuknya bahan tersebut ke paru-paru.

Debu, aerosol dan gas iritan kuat menyebabkan refleks batuk atau spasme

laring (penghentian bernafas), bila zat-zat tersebut masuk ke dalam paru-paru dapat

menyebabkan bronchitis kronik, edema paru atau pneumonitis. Para pekerja menjadi

toleran terhadap paparan itiran berkadar rendah dengan meningkatkan sekresi mucus,

suatu mekanisme yang khas pada bronchitis dan juga terlihat pada perokok tembakau.

Tempat utama bagi absorbsi di saluran nafas adalah alveoli paru-paru. Ini

(36)

dengan luasnya permukaan alveoli, cepatnya aliran darah dan dekatnya darah dengan

alveoli.

2.5Baku Mutu Udara Ambien

Menurut Srikandi Fardiaz (1992) untuk menghindari terjadinya pencemaran

udara di lingkungan ditetapkan baku mutu udara yang dapat dibedakan atas baku

mutu udara ambien dan baku mutu udara emisi. Baku mutu udara ambien adalah

batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar terdapat di udara,

namun tidak menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup, tumbuh –tumbuhan

dan atau benda. Baku mutu udara emisi adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi

zat atau bahan pencemar untuk dikeluarkan dari sumber pencemaran ke udara,

sehinga tidak mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999

Tangal 26 Mei 1999 Baku Mutu Udara Ambien Nasional, menyatakan bahwa kadar

debu partikel 10 mikron di udara yang memenuhi syarat adalah tidak melebihi dari

150 μg/m3

2.6Sistem Pernafasan

2.6.1 Anatomi Saluran Pernafasan

Saluran penghantar udara hingga mencapai paru-paru adalah hidung, faring,

laring trakes, bronkus, bronkiolus. Saluran pernafasan dari hidung sampai bronkiolus

(37)

udara akan disaring, dihangatkan dan dilembabkan. Ketiga proses ini merupakan

fungsi utama mukosa inspirasi yan terdiri dari epitel toraks bertingkat, bersilia dan

bersel goblet. Permukaan epitel dilapisi mukosa yang ekskresi oleh goblet dan

kelenjar serose. Paru merupakan organ elastik berbentuk kerucut yang terletak dalam

rongga toraks atau dada. Kedua paru saling terpisah oleh mediastum sentral yang

didalamnya terdapat jantung dan pembuluh darah besar. Setiap paru mempunyai

apeks dan basis. Jika arteri pulmonalis dan darah arteria bronkialis, bronkus, saraf,

dan pembuluh limfe masuk ke setiap paru menunjukan telah terjadi gangguan paru,

yaitu terbentuknya hilus berupa akar paru. Paru kanan lebih besar dari paru kiri dan di

bagi 3 lobus oleh fistrus interlobaris, sedangkan paru-paru kiriterbagi menjadi 2 lobus

(Price dan Wilson, 1994).

2.7 Pengertian Gangguan Pernafasan

Saluran pernafasan adalah organ dimulai dari hidung sampai alveoli beserta

organ adheksa seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah atau pleura (Depkes RI,

1995). Gangguan saluran pernafasan adalah ganguan pada organ mulai dari hidung

sampai alveoli serta organ-organ adneksnya seperti sinus, rongga telinga tengah dan

pleura (Depkes RI, 1999)

Infeksi saluran pernafasan diartikan infeksi pada berbagai area saluran

pernafasan termasuk hidung, telinga tengah, pharing, laring, trakea, bronchi dan paru

( WHO, 1995). Sedangkan gangguan saluran pernafsan menurut Wardhana (2001)

adalah penyakit saluran pernafasan yang disebabkan oleh adanya partikel atau debu

(38)

2.7.1 Gejala Gangguan Saluran Pernafasan

Penyakit paru atau saluran nafas dengan gejala umum maupun gejala

pernafsan antara lain batuk, sputum berlebihan, hemoptisis, dispnea dan dada nyeri.

Secara terinci yaitu:

a. Batuk merupakan gejala yang paling umum akibat pernafasan. Rangsangan

yang biasanya menimbulkan batuk adalah rangsangan mekanik dan kimia.

Inhalasi debu, asap dan benda-benda asing berukuran kecil merupakan

penyebab batuk yang paling sering.

b. Sputum, orang dewasa normal sputum sekitar 100 ml per hari dalam saluran

nafas, sedangkan dalam keadaan gangguan saluran pernafasan sputum

dihasilkan melebihi 100 ml per hari.

c. Hemoptitis, yaitu istilah yang digunakan untuk meyatakan batuk darah atau

sputum berdarah.

d. Dispnea atau sesak nafas, yaitu perasaan sulit bernafas atau nyeri dada .

Karena saluran napasnya sangat peka (hipersensitif) terhadap adanya partikel

udara, sebelum sempat partikel tersebut dikeluarkan dari tubuh, maka jalan

napas (bronkus) memberi reaksi yang sangat berlebihan (hiperreaktif), maka

terjadilah keadaan dimana otot polos yang menghubungkan cincin tulang

rawan akan berkontraksi/memendek/mengkerut, produksi kelenjar lendir yang

berlebihan. Hasil akhir dari semua itu adalah penyempitan rongga saluran

(39)

2.7.2 Faktor Yang Menyebabkan Timbulnya Gangguan Pernafasan

Gangguan saluran pernafsan akibat inhalasi debu dipengaruhi oleh berbagai

faktor, antara lain faktor debu itu sendiri yaitu ukuran partikelnya, bentuk, daya larut,

konsentrasi, sifat kimiawi, lama pajanan dan faktor individu berupa mekanisme

pertahanan tubuh. Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya gangguan paru adalah

seperti di paparkan dibawah ini:

a. Jenis debu

Partikel yang berbahaya untuk paru adalah debu organik dan anorganik.

b. Ukuran partikel

Partikel yang besar umumnya telah tersaring di hidung sedangkan beberapa partikel

kecil akan masuk sampai ke ruang rugi dan terkecil sampai ke parenkim (diameter

0,5-6 mikron disebut partikel respirabel). Partikel ukuran 0,5-2,5 mikron umumnya

mengendap di alveoli dan terutama mengakibatkan pneumokoniosis.

c. Konsentrasi partikel

Setiap inhalasi 500 partikel/ml, satu alveoli paling sedikit akan menerima 1

partikel. Pada industri biasanya jumlah partikel cukup besar, dan konsentrasinya

cenderung melebihi 5000 partikel/ml.

d. Lamanya pajanan

Pneumokoniosis akibat debu biasanya timbul setelah penderita mengalami kontak

yang lama, jarang ditemui kelainan bila pajanan kurang dari 10 tahun.

(40)

Beberapa orang yang mengalami pajanan dalam waktu dan konsentrasi yang sama

akan menunjukan akibat yang berbeda, mungkin dihubungkan dengan mekanisme

pembersihan debu dan perbedaan pada cara bernafas masing-masing individu

(Faridawati, 1995).

2.8 Kerangka Konsep

Berdasarkan latar belakang dan penelusuran pustaka, maka dapat digambarkan

kerangka konsep penelitian sebagai berikut :

Kadar Debu Particulate Matter 10 (PM10) di Jalan

Raya Kelurahan Lalang

Keluhan Ganguan Pernafasan - Bersin

- Batuk - Sesak nafas Karekteristik Responden

1. Umur

2. Jenis Kelamin

3. Lama Bermukim

(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif yaitu mengetahui kadar Particulate

Matter 10 (PM10) dan keluhan gangguan pernafasan pada masyarakat yang tinggal di

sepanjang jalan raya di Kelurahan Lalang Kecamatan Sunggal Medan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini sekitar jalan raya yang terdapat di Kelurahan Lalang.

Adapun alasan penulis memilih lokasi tersebut sebagai tempat penelitian adalah

karena:

1. Padatnya transportasi yang berada di jalan raya

2. Umumnya banyak yang tinggal dan melakukan aktivitas masyarakat

kelurahan lalang di sekitar jalan raya, karena disekitar jalan raya terdapat ruko

yang merupakan pusat perekonomian dan perdagangan

3. Belum pernah dilakukan penelitian kadar debu dan keluhan gangguan

pernafasan pada masyarakat kelurahan lalang kecamatan sunggal

.

3.2.2 Waktu Penelitian

(42)

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah Seluruh Dusun yang berada di sekitar Jalan

Raya yang ada di Kelurahan Lalang Kecamatan Sunggal Medan, yang berjumlah

tujuh dusun. Yaitu: Dusun I, III, IV, V, VI, VIII, dan IX

1. Jl. Binjai-Medan

Terdapat Dusun I dan III dengan jumlah populasi 1.753 orang

2. Jl. Pinang Baris

Terdapat Dusun V, VI, VIII dengan jumlah populasi 6.084 orang

3. Jl. Kelambir V

Terdapat Dusun IV dengan jumlah populasi 142 orang

4. Jl. Gatot Subroto

Terdapat Dusun IX dengan jumlah popiulsi 1.085 orang

Tabel 3.1. Jumlah Populasi Lingkungan I, III, IV, V, VI, VIII, IX, di Kelurahan Lalang Kecamatan Sunggal Medan Tahun 2010

Dusun Jumlah Penduduk

I 850

III 903

IV 142

V 1.884

VI 3.170

VIII 1.030

IX 1.085

TOTAL 9.064

(43)

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari seluruh penduduk Kelurahan

Lalang Kecamatan Sunggal tahun 2010. Sampel diambil dengan pertimbangan waktu,

biaya dan tenaga peneliti dalam melakukan penelitian ini.

a. Besar Sampel

Besar sampel ditentukan dengan rumus (Notoatmodjo, 2005)

n =

n =

n = 99 ≈ 100 orang

Hasil perhitungan di atas, terlihat bahwa sampel minimal yang dapat diambil

adalah 100 orang penduduk Kelurahan Lalang yang tinggal di sekitar jalan raya

b. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

a. Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

- Tempat bermukim berjarak ≤ 15 meter dari jalan raya

- Tidak memiliki riwayat penyakit TBC

- Tidak merokok

2. Adapun kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah

- Tempat bermukim berjarak > 15 meter

- Memiliki riwayat penyakit TBC dan tidak merokok

- Mereka yang memenuhi kriteria inklusi tetapi menolak menjadi responden N

(44)

c. Teknik Pengambilan Sampel

Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel secara Non Random,

yaitu Purposive Sampling. Purposive Sampling adalah cara pengambilan

sampel didasarkan pada karakteristik populasi yang telah ditetapkan sesuai

dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Dimana sampel akan terlebih dahulu

disesuaikan berdasarkan proporsional jumlah populasi berdasrkan tempat

bermukim

Adapun besar sample setelah di proporsional berdasarkan tempat bermukim

adalah

Lokasi Ni (Ni : N) n(Ni : N)

Jl. Binjai Medan 1.753 0,193 19

Jl. Pinang Baris 6.084 0,672 67

Jl. Kelambir V 142 0,015 2

Jl. Gatot Subroto 1.085 0,120 12

(45)

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari :

3.4.1 Data Primer

Data primer melalui observasi lapangan, pengukuran kadar Particulate Matter

10 (PM10) dan melakukan wawancara kepada masyarakat dengan berpedoman

kepada kuesioner penelitian yang telah dipersiapkan.

3.4.2 Data Sekunder

Diperoleh dari Literatur Perpustakaan, Kantor Kecamatan Kelurahan Lalang

dan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Sumatera Utara

3.5 Defenisi Operasional

3.5.1 Particulate Matter 10 (PM10)

Particulate Matter 10 (PM10) adalah Partikel debu yang berukuran ≤ 10

mikron

3.5.2 Kadar Particulate Matter 10 (PM10)

Kadar Particulate Matter 10 (PM10) adalah debu partikel mikron berdasarkan

hasil pengukuran-pengukuran dengan menggunakan alat pengukur debu yaitu

Haz Dust EPAm-5000 yang diukur disekitar jalan Raya di Kelurahan Lalang,

Kecamatan Sunggal Medan.

3.5.3 Jalan Raya

Jalan Raya adalah

(46)

3.5.4 Keluhan Gangguan Pernafasan

Keluhan gangguan pernafasan adalah gangguan saluran pernafasan yang

didasarkan pada subjektifitas yang dirasakan responden berupa bersin, batuk,

dan sesak nafas.

3.5.5 Umur

Umur adalah usia responden dihitung dari ulang tahun terakhir dalam satu

tahun.

3.5.6 Jenis Kelamin

Jenis Kelamin adalah jenis kelamin individu responden

3.5.7 Lama Bermukim

Lama Bermukim adalah Jumlah Tahun yang dilalui selama mendiami tempat

tinggal

3.5.8 Jenis Ventilasi

Jenis ventilasi adalah bentuk ventilasi yang digunakan responden sebagai

tempat sirkulasi udara di dalam ruangan

3.5.9 Ventilasi Alamiah

Ventilasi alamiah adalah ventilasi yang mengalirkan udara kedalam ruangan

secara alamiah seperti jendela rumah

3.5.10 Ventilasi Buatan

Ventilasi buatan adalah ventilasi yang memerlukan alat khusus untuk

(47)

3.6 Aspek Pengukuran 3.6.1 Kadar Debu

a. Mengukur kadar debu partikel 10 mikron udara dengan menggunakan alat

Haz Dust EPAm-500. Hasil pengukuran dibandingkan dengan Baku Mutu

Udara Ambien Nasional Peraturan Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999

mengenai kadar debu partikel 10 mikron sebesar 150 μg/m3

b. Pengukuran dilakukan pada pagi dan sore hari karena berdasarkan observasi

peneliti pada pagi dan di siang hari hari adalah puncak padatnya kendaraan

yang melintasi jalan raya di Kelurahan Lalang sehingga dimungkinkan

terjadinya pencemaran Particulate Matter 10 (PM10) yang cukup tinggi.

Adapun waktu pengambilan sampel adalah:

- Pagi hari : Mulai Pukul 08.30-10.30 WIB

- Sore hari : Mulai Pukul 15.30-17.30 WIB

3.6.2 Keluhan Gangguan Pernafasan

Untuk Mengetahui Keluhan Ganguan Pernafasan, dilakukan dengan

menggunakan Kuesioner. Yang pengkategoriannya sebagai berikut:

a. Terjadi Keluhan Ganguan Pernafasan jika responden mengatakan adanya

salah satu keluhan bersin, batuk , sesak nafas pada saat pengambilan data

b. Tidak Terjadi Keluhan Gangguan Pernafasan jika responden tidak

mengatakan adanya salah satu keluhan bersin, batuk, sesak nafas pada saat

(48)

3.6.3 Karekteristik Responden 1. Umur

Umur Responden dikategorikan sebagai berikut:

a. Responden yang berumur ≤ 20 tahun

b. Responden yang berumur 21 - 30 tahun

c. Responden yang berumur 31 – 40 tahun

d. Responden yang berumur 41 – 50

e. Responden > 50 tahun tahun

2. Jenis Kelamin

Jenis Kelamin responden dikategorikan sebagai berikut:

a. Laki-laki

b. Perempuan

3. Lama Bermukim

Lama Bermukim dikategorikan sebagai berikut:

a. Lama Bertempat Tingal < 15 tahun

b. Lama Bertempat Tingal 15 - 29 tahun

c. Lama Bertempat Tingal 30 - 44 tahun

d. Lama Bertempat Tingal 45 - 59 tahun

(49)

4. Jenis Ventilasi

Jenis Ventilasi dikategorikan sebagai berikut:

a. Ventilasi Alamiah

b. Ventilasi Buatan

3.7 Prosedur Pengukuran Particulate Matter 10 (PM10) Dengan

Menggunakan Haz Dust EPAm-5000

Prosedur Haz Dust EPAm-5000 adalah sebagai berikut:

a. Pilih Filter PM 10

b. Masukkan Filter ke Sleve Arm

c. Slave Arm tempatkan di lubang inlet Instrument. d. Tekan Tombol 1/0 kemudian tekan enter

e. Pilih special function kemudian tekan enter f. Pilih system option kemudian tekan enter g. Pilih extendeed option kemudian tekan enter

h. Pilih Size Select kemudian enter yaitu untuk memeilih filter yang akan digunakan (yang sudah ada Sleve Arm)

i. Kemudian tekan main.

j. Pilih Calibration kemudian tekan enter Tunggu selama 100 detik

k. Tekan main menu kemudian pilih run kemudian tekan enter

(50)

l. Kemudian konsentrasi rata-rata selama pengukuran (ug/m3).

3.8. Teknik Pengolahan Data

Data yang dikumpulkan kemudian diolah dengan cara:

3.8.1 Editing

Memeriksa data terlebih dahulu apakah telah sesuai seperti yang diharapkan,

misalnya memeriksa kelengkapan, kesinambungan dan keseragaman data.

3.8.2 Koding

Menyederhanakan semua jawaban jika cara pengumpulan data menggunakan

pertanyaan. Menyederhanakan jawaban tersebut dilakukan dalam bentuk

memberikan simbol-simbol tertentu.

3.8.3 Tabulasi

Mengelompokkan data dalam suatu tabel tertentu menurut sifat-sifat yang

dimilikinya sesuai dengan tujuan penelitian

3.8.4 Cleaning

Yaitu kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dientry apakah ada

kesalahan atau tidak saat memasukkan data ke komputer.

3.9 Teknik Analisis Data

Data yang telah diolah disajikan dalam bentuk tabel kemudian dianalisis

(51)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Kelurahan Lalang

Kelurahan Lalang berada di wilayah Kecamatan Sunggal Kota Medan

Provinsi Sumatera Utara. Dimana kondisi cuaca berada pada suhu 25-31◦C dan

kecepatan udara 10-30 km/jam dengan kelembaban 63% - 98%. Adapum gambaran

umum dan keadaan daerah Kelurahan Lalang sebagai berikut:

4.1.1 Geografi

Kelurahan Lalang terdiri dari 13 Lingkungan, mempunyai luas wilayah 125,0

Ha. Adapun batas-batas wilayah kelurahan Lalang sebagai berikut:

- Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Cinta Damai Kecamatan

Helvetia

- Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Sunggal Kecamatan Sunggal

- Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli

Serdang, dimana terdapat pabrik karet pada jarak ± 300 meter dari lokasi

penelitian yang memungkinkan menjadi sumber pencemaran Particulate

Matter 10 (PM10) lainnya.

- Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Sei Sikambing Kecamatan

(52)

4.1.2 Demografi

Dari Laporan Tahunan wilayah Kelurahan Lalang Kecamatan Sunggal Tahun

2010, Jumlah penduduk kelurahan Lalang sebanyak 17.337 jiwa, yang terdiri dari

8.528 jiwa laki-laki dan 8.809 jiwa perempuan, serta terdiri dari 4.428 Kepala

Keluarga (KK).

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Laki-laki dan Perempuan per Lingkungan di Kelurahan Lalang Kecamatan Sunggal Medan Tahun 2010

No. Lingkungan Jumlah Penduduk (Jiwa)

Sumber : Kantor Kelurahan Lalang, 2010

4.2 Karakteristik Responden 4.2.1 Umur Responden

(53)

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur Pada Masyarakat Yang Tinggal di Sepanjang Jalan Raya Kelurahan Lalang Kecamatan Sunggal Medan Tahun 2010

No Kelompok Umur Jumlah

Tabel 4.2 diatas menunjukan bahwa responden terbanyak adalah pada

kelompok umur 31 – 40 tahun yaitu 28 responden (28%) dan terendah adalah pada

kelompok umur < 20 tahun yaitu 10 responden (10%)

4.2.2 Jenis Kelamin

Jenis kelamin responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.3

dibawah ini:

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Masyarakat Yang Tinggal di Sepanjang Jalan Raya Kelurahan Lalang Kecamatan Sunggal Medan Tahun 2010

No Jenis Kelamin Jumlah

Tabel 4.3 diatas menunjukan bahwa responden terbanyak adalah Laki – laki

yaitu 51 responden (51%) sedangkan responden Perempuan sebanyak 49 responden

(54)

4.2.3 Lama Bermukim

Lama bermukim responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.4

dibawah ini:

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Bermukim Pada Masyarakat Yang Tinggal di Sepanjang Jalan Raya Kelurahan Lalang Kecamatan Sunggal Medan Tahun 2010

No Lama Bermukim Jumlah

Tabel 4.4 menunjukan bahwa responden dengan lama bermukim terbanyak

adalah pada kelompok 15 – 29 tahun yaitu sebanyak 35 responden (35%), sedangkan

responden dengan lama bermukim terendah adalah pada kelompok > 60 tahun yaitu

sebanyak 1 responden (1%)

4.2.4 Jenis Ventilasi

Jenis ventilasi responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.5

dibawah ini:

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Ventilasi Pada Masyarakat Yang Tinggal di Sepanjang Jalan Raya Kelurahan LalangKecamatan Sunggal Medan Tahun 2010

No Jenis Ventilasi Jumlah

(55)

Tabel 4.5 menunjukan bahwa responden dengan jenis ventilasi terbanyak

adalah pada jenis ventilasi alamiah yaitu 57 responden (57%), sedangkan responden

dengan jenis ventilasi buatan sebanyak 43 responden (43%)

4.3. Hasil Penelitian

4.3.1 Kadar Particulate Matter 10 (PM10 )

Adapun hasil pengukuran Particulate Matter 10 (PM10) pada beberapa jalan

raya di Kelurahan Lalang seperti disajikan pada tabel 4.6 dibawah ini:

Tabel 4.6 Hasil Pengukuran Kadar Particulate Matter 10 (PM10) Pada

Beberapa Jalan Raya di Kelurahan Lalang Kecamatan Sunggal Medan Tahun 2010

No Lokasi Kadar Particulate Matter 10 (PM10) ** Tidak Memenuhi Syarat

Tabel 4.6 diatas menunjukan bahwa pada pagi hari dari keempat ruas jalan

yang diukur kadar Particulate Matter 10 (PM10), terdapat hasil yang melebihi baku

(56)

Particulate Matter 10 (PM10) adalah 176 µg/m3 dan. Sedangkan hasil pengukuran

Kadar Particulate Matter 10 (PM10) terendah terdapat pada Jl Klambir dengan kadar

26 µg/m3. Pada Sore, hasil pengukuran kadar Particulate Matter 10 (PM10) melebihi

baku mutu udara ambien nasional terdapat pada Jl. Binjai-Medan dengan kadar

Particulate Matter 10 (PM10) sebesar 163 µg/m3 dan di Jl. Gatot Subroto dengan

kadar 180 µg/m3. Sedangkan kadar Particulate Matter 10 (PM10) terendah terdapat

pada ruas Jl. Pinang Baris dengan kadar 62 µg/m3.

4.3.2 Keluhan Gangguan Pernafasan

Adapun distribusi responden berdasarkan keluhan gangguan pernafasan dapat

dilihat pada tabel 4.7 dibawah ini:

Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Keluhan Gangguan Pernafasan Pada Masyarakat Yang Tinggal di Sepanjang Jalan Raya di Kelurahan Lalang Kecamatan Sunggal Medan Tahun 2010

No Keluhan Gangguan Pernafasan Jumlah (orang)

Persentase (%)

1 Terjadi 24 24

2 Tidak Terjadi 76 76

Jumlah 100 100,0

Tabel 4.7 diatas menunjukan bahwa dari 100 Responden, 24 responden (24%)

terjadi keluhan gangguan pernafasan, dan sebanyak 76 responden(76 %) tidak terjadi

keluhan gangguan pernafasan

Adapun distribusi responden yang mengalami keluhan ganguan pernafasan

(57)

Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Gejala Keluhan Gangguan Pernafasan yang terjadi Pada Masyarakat Yang Tinggal di Sepanjang Jalan Raya di Kelurahan Lalang Kecamatan Sunggal Medan Tahun 2010

No Gejala Keluhan Gangguan Pernafasan

Tabel 4.8 diatas menunjukan bahwa dari 24 responden yang terjadi keluhan

gangguan pernafasan, tertinggi dengan responden yang mengalami gejala bersin yaitu

17 responden (70,8%). Sedangkan responden dengan gejala batuk sebanyak 7

responden (29,2%).

Sedangkan distribusi responden yang mengalami keluhan ganguan pernafasan

berdasarkan tempat bermukim dapat dilihat pada tabel 4.9 dibawah ini:

Tabel 4.9 Distribusi Responden Dengan Keluhan Gangguan Pernafasan Berdasarkan Tempat Bermukim Masyarakat Yang Tinggal di Sepanjang Jalan Raya di Kelurahan Lalang Kecamatan Sunggal Medan Tahun 2010

No Tempat

Bermukim

Keluhan Ganguan Pernafasan Terjadi Tidak Terjadi Jumlah Persentase(%) Jumlah Persentase(%)

1 Jl. Binjai-Medan 9 37,5 10 13,2

2 Jl. Pinang Baris 13 54,1 54 71,0

3 Jl. Gatot Subroto 1 4,2 11 14,5

4 Jl. Klambir V 1 4,2 1 1,3

Jumlah 24 100,0 76 100,0

Tabel 4.9 diatas menunjukan bahwa dari 24 responden yang terjadi keluhan

Gambar

Tabel 3.1. Jumlah Populasi Lingkungan I, III, IV, V, VI, VIII, IX, di Kelurahan Lalang Kecamatan Sunggal Medan Tahun 2010
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Laki-laki dan Perempuan per Lingkungan di Kelurahan Lalang Kecamatan Sunggal Medan Tahun 2010
Tabel 4.2 diatas menunjukan bahwa responden terbanyak adalah pada
Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Bermukim Pada Masyarakat Yang Tinggal di Sepanjang Jalan Raya Kelurahan Lalang Kecamatan Sunggal Medan Tahun 2010
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Komposisi Bahan Dan Waktu Kempa Terhadap Sifat Papan Partikel Serutan Bambu Petung Berlapis Muka Partikel Feses Sapi (Skripsi).. Universitas

Untuk mendukung berbagai kegiatan Posyandu perlu adanya Sistem Informasi Posyandu (SIP) yang dapat digunakan untuk mempermudah jalannya kegiatan Posyandu seperti data

Kn.; (2) Kedudukan Akuntan Publik Untuk Melakukan Audit Investigatif Terhadap Kekayaan Badan Usaha Milik Negara (Bumn) Persero Dalam Rangka Menghitung Kerugian

Walaupun banyak ahli mengatakan bahwa khalayak selektif terhadap pesan dari media massa (televisi), juga faktor pendidikan, budaya, dan lingkungan tempat tinggal lebih

Sendi-sendi Pokok Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil.. Soekartawi, A., Soeharjo,

mempengaruhi kehidupan sosial ekonomi dan budaya masyarakat : 1) Kehidupan sosial ekonomi masyarakat di daerah Teluk Kendari yang merupakan daerah perdagangan, keluar dan

Intervensi keperawatan yang dilakukan pada studi kasus ini adalah Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi, Keluarkan secret dengan batuk atau suction Auskultasi

“Strategi Bisnis Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dalam Mengembangankan Usahanya (Study Pada Industri Tenun Ikat di Parengan Kecamatan Maduran-Lamongan)”7. Dalam kesempatan