• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Produktivitas Dengan Menggunakan Metode Marvin E.Mundel Pada PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Produktivitas Dengan Menggunakan Metode Marvin E.Mundel Pada PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Medan"

Copied!
150
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PRODUKTIVITAS DENGAN MENGGUNAKAN

METODE MARVIN E.MUNDEL PADA

PT. COCA-COLA BOTTLING INDONESIA MEDAN

DRAFT TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri

Oleh :

SAHAT ADI WARDANA SIMANGUNSONG

020413032

P R O G R A M P E N D I D I K A N S A R J A N A E K S T E N SI D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS PRODUKTIVITAS DENGAN MENGGUNAKAN

METODE MARVIN E.MUNDEL PADA

PT. COCA-COLA BOTTLING INDONESIA MEDAN

DRAFT TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri

Oleh :

SAHAT ADI WARDANA SIMANGUNSONG

020413032

Disetujui Oleh:

Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

(Ir. Ukurta Tarigan, MT) (Tuti Sarma Sinaga, ST, MT)

P R O G R A M P E N D I D I K A N S A R J A N A E K S T E N SI D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

BERITA ACARA BIMBINGAN TUGAS SARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS : TEKNIK

PROGRAM : S-1/ EKSTENSI

DEPARTEMEN : TEKNIK INDUSTRI

NAMA MAHASISWA : SAHAT ADI WARDANA SIMANGUNSONG

NIM : 020413032

JUDUL TUGAS SARJANA : ANALISIS RODUKTIFITAS DENGAN

MENGGUNAKAN METODE MARVIN E.MUNDEL

PADA PT.COCA- COLA BOTTLING

INDONESIA MEDAN

DOSEN PEMBIMBING : TUTI SARMA SINAGA, ST. MT

(4)

TANGGAL MATERI BIMBINGAN PARAF KETERANGAN

Medan, Juli 2008

PEMBIMBING,

(5)

BERITA ACARA BIMBINGAN TUGAS SARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS : TEKNIK

PROGRAM : S-1/ EKSTENSI

DEPARTEMEN : TEKNIK INDUSTRI

NAMA MAHASISWA : SAHAT ADI WARDANA SIMANGUNSONG

NIM : 020413032

JUDUL TUGAS SARJANA : ANALISIS DAN PERANCANGAN

PRODUKTIFITAS DENGAN MENGGUNAKAN

METODE MARVIN E.MUNDEL PADA

COLA BOTTLING INDONESIA MEDAN

DOSEN PEMBIMBING : IR. UKURTA TARIGAN, MT

(6)

TANGGAL MATERI BIMBINGAN PARAF KETERANGAN

Medan, Juli 2008

PEMBIMBING,

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

atas Berkat, Kasih dan anugerah-Nya yang telah diberikan kepada penulis,

sehingga dapat menyelesaikan Tugas Sarjana ini dengan baik.

Judul dari Tugas Sarjana ini adalah “ Analisis Produktivitas dengan

Menggunakan Metode Marvin E. Mundel pada PT. Coca-Cola Bottling Indonesia

Medan sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan di Departemen

Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Medan.

Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk merencanakan tingkat

produktifitas yang lebih baik lagi pada perusahaan, khususnya untuk meraih laba

yang lebih tinggi pada PT.Coca-Cola Bottling Indonesia Medan.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh

sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran guna kesempurnaan laporan ini.

Penulis berharap laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang

membaca laporan ini.

Universitas Sumatera Utara

Medan, Juli 2008

(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak baik fisik

maupun moril selama menyelesaikan laporan ini, pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT, selaku Ketua Departemen Teknik Industri,

Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Bapak Ir. Sugih Arto, MM, selaku koordinator Tugas Sarjana Departemen

Teknik Industri, Universitas Sumatera Utara Medan.

3. Bapak Ir. Ukurta Tarigan, MT, dan Ibu Tuti Sarma Sinaga, ST. MT, selaku

Dosen Pembimbing I dan II atas bimbingan dan motivasinya selama penulis

menyelesaikan Tugas Sarjana ini

4. Orang tua penulis yang mencurahkan seluruh dukungannya dan perhatiannya

kepada penulis hingga Tugas Sarjana ini selesai.

5. Bapak Ahmad Nasoha selaku Humas di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia

Medan yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis untuk

melaksanakan penelitian di PT.Coca-Cola Bottling Indonesia Medan.

6. Bapak Darma yang telah banyak memberikan waktu selaku pembimbing

penulis di PT.Coca-Cola Bottling Indonesia Medan.

7. Seluruh Rekan-rekan Mahasiswa Teknik Industri Ekstensi Stambuk 2002 yang

telah memberikan motivasi dan bantuan informasi yang penulis butuhkan

(9)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR PENGESAHAN

SERTIFIKAT SEMINAR

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

RINGKASAN ... xi

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah ... I-1

1.2. Rumusan Masalah ... I-2

1.3. Tujuan dan Sasaran Penelitian ... I-2

1.4. Manfaat Penelitian ... I-2

1.5. Batasan dan Asumsi ... I-3

1.6. Sistematika Penulisan Laporan Tugas Sarjana ... I-4

II. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan... II-1

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-3

2.3. Struktur Organisasi Perusahaan ... II-4

(10)

2.5. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... II-13

2.5.1. Jumlah Tenaga Kerja... II-13

2.5.2 Jam Kerja ... II-14

2.6. Sistem Pengupahan ... II-15

2.7. Proses Produksi ... II-17

2.7.1. Standar Mutu Produk ... II-17

2.7.2. Bahan Yang Digunakan ... II-17

2.8. Uraian Proses ... II-22

2.9. Mesin dan Peralatan ... II-31

2.9.1. Mesin Produksi ... II-31

2.9.2. Peralatan (Equipment) ... II-42

2.9.3. Utilitas ... II-43

2.9.4. Safety & Fire Protection ... II-45

2.9.5. Waste Treatment ... II-46

III. LANDASAN TEORI

3.1. Pengertian Produktivitas ... III-1

3.2. Penyebab Penurunan Produktivitas Pada Perusahaan ... 1II-3

3.3. Ruang Lingkup Produktivitas ... III-4

3.4. Siklus Produktivitas ... III-6

3.5. Manfaat Pengukuran Produktivitas ... III-7

3.6. Persyaratan Kondisional Pengukuran Produktivitas ... III-9

3.7. Model Pengukuran Produktivitas ... III-11

(11)

3.9. Konsep Dasar Pengukuran Produktivitas Angka Indeks ... III-12

3.10. Pengukuran Produktivitas Berdasarkan Angka Marvin E. Mundel III-13

3.11. Evaluasi Sistem produktivitas Perusahaan ... III-17

3.12. Perencanaan Peningkatan produktivitas Perusahaan ... III-19

3.13. Inflasi/Deflasi ... III-19

3.14. Depresiasi ... III-22

IV. METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... IV-1

4.2. Rancangan Penelitian ... IV-1

4.3. Tujuan Penelitian ... IV-4

4.4. Pengumpulan Data ... IV-4

4.5. Pengolahan Data ... IV-5

4.6. Analisis dan Evaluasi ... IV-6

4.7. Kesimpulan dan Saran... IV-7

V. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data ... V-1

5.1.1. Metode Pengumpulan Data ... V-1

5.1.2. Data Jam Kerja ... V-1

5.1.3. Depresiasi Mesin dan Peralatan ... V-3

5.1.4. Data Biaya Energi ... V-5

5.1.5. Data Biaya Bahan Baku ... V-6

5.1.6. Data Biaya Tenaga Kerja setiap Bulan ... V-7

(12)

5.1.8. Data Tenaga Kerja Tidak Tetap ... V-8

5.2. Pengolahan Data... V-10

5.2.1. Perhitungan Deflator ... V-10

5.2.1.1. Perhitungan Deflator untuk Input Partial dari Capital

Cost (R1P1) ... V-10

5.2.1.2. Perhitungan Deflator Biaya Energi ... V-12

5.2.1.3. Perhitungan Deflator Biaya Bahan Baku ... V-13

5.2.1.4. Perhitungan Deflator Biaya Tenaga Kerja ... V-14

5.2.1.5. Perhitungan Deflator Biaya Perawatan ... V-16

5.2.2. Perhitungan Harga Konstan ... V-17

5.2.2.1. Harga Konstan Masukan Capital Cost ... V-18

5.2.2.2. Harga Konstan Masukan Biaya Energi ... V-19

5.2.2.3. Harga Konstan Masukan Biaya Bahan Baku ... V-20

5.2.2.4. Harga Konstan Masukan Tenaga Kerja ... V-21

5.2.2.5. Harga Konstan Masukan Biaya Pemeliharaan ... V-22

5.2.3. Perhitungan Resources Input Partial (R1P) ... V-23

5.2.3.1. Input Partial dari Capital Cost ... V-23

5.2.3.2. Input Partial dari Energi, Bahan Baku, Pemeliharaan

Mesin dan Peralatan serta Tenaga Kerja Tak Tetap... V-24

5.2.3.3. Input Partial dari Tenaga Kerja Tidak Tetap ... V-25

5.2.3.4. Perhitungan R1P Total ... V-26

5.2.4. Perhitungan Agregat Output Partial (AOP) ... V-27

(13)

(AOP1) ... V-27

5.2.4.2. Perhitungan Agregat Output of Direct Labor

Recovery (AOP2) ... V-29

5.2.4.3. Perhitungan Agregat Output dari Tenaga Kerja

Tidak Tetap (AOP3) ... V-30

5.2.4.4. Perhitungan AOP Total ... V-31

VI. ANALISA DAN EVELUASI

6.1. Analisa ... VI-1

6.1.1. Indeks Produktivitas ... VI-3

6.1.2. Indeks Parsial ... VI-5

6.1.2.1. Produktivitas Modal ... VI-5

6.1.2.2. Produktivitas Energi ... VI-7

6.1.2.3. Produktivitas Pemeliharaan Mesin ... VI-9

6.1.2.4. Produktivitas Tenaga Kerja ... VI-10

6.1.2.5. Produktivitas Bahan ... VI-12

6.2. Evaluasi ... VI-14

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan ... VII-1

7.2. Saran ... VII-2

DAFTAR PUSTAKA

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Jumlah Tenaga Kerja PT.Coca-cola Bottling Indonesia Medan ... II-13

2.2. Rata-rata Jumlah Pemakaian Gula/Unit Produksi ... II-18

2.3. Rata-rata Jumlah Pemakaian Concentrate/unit Produksi ... II-19

2.4. Rata-rata Jumlah Pemakaian CO2/unit Produksi ... II-20

5.1. Jam Kerja Tersedia Tahun 2007 ... V-1

5.2. Total Input Partial dari Capital Cost (RIP1) ... V-4

5.3. Data Biaya Energi Tahun 2007 ... V-5

5.4. Data Biaya Bahan Baku Tahun 2007 ... V-6

5.5. Data Biaya Tenaga Kerja Tahun 2007 ... V-7

5.6. Data Biaya Pemeliharaan Mesin dan Peralatan Tahun 2007 ... V-8

5.7. Data Jam Kerja Tidak Tetap Tahun 2007 ... V-9

5.8. Deflator untuk Input Partial dari Capitas cost Tahun 2007 ... V-10

5.9. Deflator untuk Biaya Energi Tahun 2007 ... V-12

5.10. Deflator untuk Biaya Bahan Baku Tahun 2007 ... V-13

5.11. Deflator untuk Biaya Tenaga Kerja Tahun 2007 ... V-15

5.12. Deflator untuk Biaya PerawatanTahun 2007 ... V-16

5.13. Perhitungan Harga Konstan Capital Cost Tahun 2007 ... V-18

5.14. Perhitungan Harga Konstan Masukan Energi Tahun 2007 ... V-20

(15)

5.16. Perhitungan Harga Konstan Masukan Tenaga Kerja Tahun 2007 ... V-21

5.17. Perhitungan Harga Konstan Masukan Biaya Pemeliharaan Tahun 2007 .... V-22

5.18. Total input Partial dari Capital Cost (RIP1) Tahun 2007 ... V-23

5.19. Input Partial dari Energi, Pemeliharaan, Masin dan Peralatan

Serta Tenaga Kerja 2007 ... V-24

5.20. Input Partial dari Tenaga Kerja Tidak Tetap (RIP3) ... V-25

5.21. Perhitungan RIP Total Tahun 2007... V-26

5.22. Jumlah Produksi Coca-cola dan Sprite Tahun 2007 ... V-27

5.23. Total Biaya Kapital, energi, Pemeliharaan dan Bahan Tahun 2007 ... V-28

5.24. Agregat Output Partial (AOP) Tahun 2007... V-29

5.25. Agregat Output of Direct Labor Recovery (AOP2)Tahun 2007 ... V-29

5.26. Agregat Output Tenaga Kerja Tidak Tetap (AOP3)Tahun 2007 ... V-30

5.27. Total Agregat Output Partial Tahun 2007 ... V-31

6.1. Indeks produktivitas Tahun 2007 ... VI-3

6.2. Indeks Produktivitas Modal Setiap Periode Pengukuran Tahun 2007 ... VI-6

6.3. Indeks Produktivitas Energi Setiap Periode Pengukuran Tahun 2007 ... VI-7

6.4. Indeks Produktivitas Pemeliharaan Mesin dan Peralatan Setiap Periode

Pengukuran Tahun 2007 ... VI-9

6.5. Indeks Produktivitas Tenaga Kerja Setiap Periode Pengukuran

Tahun 2007 ... VI-10

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Struktur Organisasi PT.Coca-cola Bottling Indonesia Medan ... II-5

2.2. Blok Diagram Pembuatan Soft Drink ... II-23

3.1. Model Siklus Produktifitas ”MEPI”... III-6

4.1. Tahapan-tahapan Penelitian ... IV-3

4.2. Blok Diagram Pengolahan Data ... IV-6

5.1. Indeks Harga Konsumen (IHK) Tahun 2007 ... V-11

5.2. Indeks Harga Energi Tahun 2007 ... V-13

5.3. Indeks Harga Bahan Baku Tahun 2007 ... V-14

5.4. Indeks Harga Tenaga Kerja Tahun 2007 ... V-15

5.5. Indeks Harga Perawatan Tahun 2007 ... V-17

6.1. Diagram Tulang Ikan Produktifitas Perusahaan ... VI-3

(17)

RINGKASAN

Produktifitas adalah hasil yang ingin dicapai dengan seluruh daya yang digunakan atau dengan kata lain seluruh output (keluaran) dari perusahaan dibagi dengan input (masukkan)dari perusahaan.

Dalam penelitian ini PT. Coca-cola Bottling Indonesia Medan ingin mencapai laba atau profit yang tinggi dan hal ini dapat dicapai dengan mempertimbangkan masukkan biaya energi, tenaga kerja, modal, pemeliharaan mesin dan bahan baku dalam perusahaan tersebut..

Langkah yang dilakukan untuk memecahkan masalah ini adalah mengumpulkan data indeks harga dari Biro Statistik dan mengumpulkan data perusahaan berupa data input dan data output perusahaan, data yang diperoleh dari perusahaan antara lain: data biaya bahan baku, tenaga kerja, pemeliharaan mesin/peralatan, dan data pemakaian energi. Data yang sudah didapatkan kemudian diolah dengan menggunakan metode Marvin E.Mundel. Adapun tahapan-tahapan yang digunakan untuk mengolah data yang didapatkan adalah menghitung deflator indeks harga dari setiap item, menghitung input partial dari capital cost, mengitung input partial dari tenaga kerja langsung, energi, bahan baku, pemeliharaan mesin/peralatan, menghitung input partial tenaga kerja tidak langsung, manghitung output partial modal, menghitung output partial dari buruh tetap, menghitung output partial dari buruh tidak langsung.

(18)

RINGKASAN

Produktifitas adalah hasil yang ingin dicapai dengan seluruh daya yang digunakan atau dengan kata lain seluruh output (keluaran) dari perusahaan dibagi dengan input (masukkan)dari perusahaan.

Dalam penelitian ini PT. Coca-cola Bottling Indonesia Medan ingin mencapai laba atau profit yang tinggi dan hal ini dapat dicapai dengan mempertimbangkan masukkan biaya energi, tenaga kerja, modal, pemeliharaan mesin dan bahan baku dalam perusahaan tersebut..

Langkah yang dilakukan untuk memecahkan masalah ini adalah mengumpulkan data indeks harga dari Biro Statistik dan mengumpulkan data perusahaan berupa data input dan data output perusahaan, data yang diperoleh dari perusahaan antara lain: data biaya bahan baku, tenaga kerja, pemeliharaan mesin/peralatan, dan data pemakaian energi. Data yang sudah didapatkan kemudian diolah dengan menggunakan metode Marvin E.Mundel. Adapun tahapan-tahapan yang digunakan untuk mengolah data yang didapatkan adalah menghitung deflator indeks harga dari setiap item, menghitung input partial dari capital cost, mengitung input partial dari tenaga kerja langsung, energi, bahan baku, pemeliharaan mesin/peralatan, menghitung input partial tenaga kerja tidak langsung, manghitung output partial modal, menghitung output partial dari buruh tetap, menghitung output partial dari buruh tidak langsung.

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Produktivitas sangat peka terhadap daya saing, tingkat inflasi dan standart

kehidupan masyarakat. Keberasilan suatu perusahaan dalam menjalankan

usahanya dapat dilihat dari bagaimana perusahaan tersebut menggunakan dan

mengolah segala sumber daya yang dimiliki.

Semakin efisien sebuah perusahaan mengolah sumber daya yang ada

semakin besar pula perusahaan memperoleh laba yang merupakan suatu

keharusan bagi sebuah perusahaan untuk menghadapi persaingan. Hal ini

dimungkinkan karena perusahaan dapat bersaing dengan perusahaan lain dalam

menawarkan harga kepada konsumen.

PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Medan, yang bergerak dalam industri

minuman ringan saat ini memiliki kondisi mesin dan peralatan sekitar 75% dalam

menghasilkan output dikarenakan peralatan dan mesin-mesin yang dimiliki sudah

tua sehingga kurang optimal dalam berproduksi.

Dengan menganalisa produktivitas diharapkan diketahui

kelemahan-kelemahan dalam operasional PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Medan, sehingga

dapat dirumuskan strategi-strategi yang tepat untuk memperbaikinya. Jika PT.

Coca-Cola Bottling Indonesia Medan tidak melakukan perbaikan dalam

(20)

karenanya perusahaan tersebut tidak memiliki daya tahan yang kuat untuk

menanggung kenaikan biaya yang lebih tinggi.

Untuk dapat mengetahui bagaimana tingkat produktivitas PT. Coca-Cola

Bottling Indonesia Medan maka perlu dilakukan suatu upaya pengukuran

produktivitas

I.2. Rumusan Masalah

PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Medan selalu mempunyai tujuan untuk

meraih laba seoptimum mungkin bagi sejumlah modal yang dikeluarkan. Adapun

permasalahan yang dihadapi perusahaan ini adalah kondisi mesin dan peralatan

yang saat ini sudah mencapai 75%. Dan dalam penelitian ini, akan ditinjau

bagaimana melakukan pengukuran tingkat produktivitas sehingga dapat diketahui

faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produktivitas dalam mengolah input

menjadi output. Untuk itu diperlukan analisis yang memberikan informasi tentang

tingkat produktivitas perusahaan.

I.3. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini dilaksanakan adalah untuk:

1. Menganalisis tingkat produktivitas perusahaan selama periode pengukuran.

2. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

(21)

Tujuan khusus penelitian ini dilaksanakan adalah untuk:

Adapun yang menjadi tujuan khusus penelitian ini adalah suatu kesempatan untuk

melatih keterampilan dalam bidang ilmu yang ditekuni secara khusus untuk

melengkapi tugas sarjana.

I.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian dan perencanaan produktifitas perusahaan

ini adalah:

1. Bagi Perusahaan

a. Bahan perbandingan serta sumbangan pemikiran dalam menganalisis

tingkat produktivitas PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Medan, sehinga

perusahaan dapat menilai faktor-faktor yang mempegaruhi tingkat

produktivitas perusahaan.

b. Analisa dan perencanaan produktivitas berguna untuk pengembangan

perusahaan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

c. Memberikan masukan penelitian produktivitas pada industri pengolahan

minuman ringan Coca-Cola.

2. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini adalah suatu kesempatan untuk melatih keterampilan dalam

bidang ilmu yang ditekuni secara khusus untuk melengkapi tugas sarjana.

I.5. Batasan dan Asumsi

(22)

1. Analisis produktivitas ini dengan menggunakan metode Marvin E.Mundel.

Data yang diamati antara bulan Januari sampai dengan Desember 2007.

2. Analisis produktivitas hanya pada pabrik di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia

Medan.

3. Untuk Produktivitas parsial yang diteliti adalah, produktivitas tenaga kerja,

modal, energi, bahan serta pemeliharaan mesin/peralatan dan dalam satuan

Rupiah.

Adapun asumsi yang dipergunakan adalah:

1. Kondisi perekonomian dan tingkat inflasi negara dalam keadaan stabil pada

batas-batas yang ditolerir atau wajar.

2. Kegiatan produksi berjalan normal

3. Tenaga kerja tidak berubah dan dianggap sudah menguasai tugas.

I.6. Siatematika Penulisan Tugas Akhir

Sistematika penulisan tugas akhir adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian. Pembatasan masalah, asumsi dan

sistematika penulisan.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Bab ini menguraikan gambaran ringkas tentang objek studi

meliputi sejarah perusahaan, bidang usaha, struktur organisasi,

(23)

BAB III LANDASAN TEORI

Bab ini menguraikan konsep dan teori yang berkaitan dengan

masalah dam metode pemecahan yang dibahas dalam penelitian

ini. Dasar teori diproleh dari buku-buku literatur yang berhubungan

dengan teori-teori pengukuran produktivitas metode Marvin

E.Mundel.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi metodologi yang dipergunakan untuk mencapai

tujuan penelitian ini yang meliputi tahapan-tahapan penelitian dan

penjelasan tiap tahapan secara ringkas.

BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Bab ini menyajikan proses serta hasil pengumpulan data yang

dibutuhkan untuk pemecahan masalah baik itu data primer maupun

data sekunder dan proses serta hasil pengolahan data.

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

Bab ini mengemukakan hasil analisa dan evaluasi yang dilakukan

terhadap data yang diperoleh.

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menyajikan kesimpulan dari hasil penelitian serta

(24)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2. 1. Sejarah Perusahaan

Coca-Cola merupakan produk minuman ringan yang dikenal dengan soft

drink. Pertumbuhan Coca-Cola sebagai minuman ringan dan salah satu merek

minuman ringan yang terkenal di dunia tentu tidak terlepas dari permulaan awal

pertumbuhannya. Sejarah produk Coca-Cola semula berawal pada bulan Mei 1886

di Atlanta, Georgia, Amerika Serikat, ketika seorang ahli farmasi dan ahli

minuman Dr. Jhon Styth Pemberton memformulasikan suatu ramuan khusus

dengan gula murni menjadi sirup dan beraroma segar dan berwarna karamel yang

kemudian dikenal dengan Coca-Cola.

Seiring dengan perjalanan waktu, Coca-Cola semakin berkembang dan

digemari masyarakat, maka timbul ide dari Joseph Beidenharn untuk

membotolkan Coca-Cola. Sejak tahun 1990 distribusi Coca-Cola secara

meyakinkan meluas sampai keluar negri. Pada tahun 1907 pembangunan

pabrik-pabrik pembotolan Coca-Cola di luar negeri mulai digiatkan. Pembangunan

dilakukan dengan cara memakai Franchise System, yaitu sistem kerja sama saling

menguntungkan antara dua perusahaan ( The Coca-Cola Company dengan Pabrik

Minuman) yang sama sekali terpisah modal kepemilikan dan manajemen.

Coca-Cola mulai diperdagangkan di Indonesia pada tahun 1927 ketika

Nederland Indische Mineral Water Fabriek (Pabrik Air Mineral Hindia Belanda)

(25)

zaman penjajahan Jepang (1942-1945), tetapi setelah kemerdekaan Indonesia,

pabrik tersebut beroperasi di bawah nama The Indonesia Bootles Ltd. NV (IBL)

dengan status perusahaan nasional. Tahun 1971 IBL menjalin kerjasama dengan

tiga perusahaan Jepang, yaitu Mitsui Toatsu Chemical Inc, Mitsui & Co. Ltd dan

Mikuni Coca-Cola Bottling Co. membentuk PT. Djaya Beverages Bootling

Company (DBBBC).

Sampai sekarang tercatat ada 11 pabrik Coca-Cola yang beroperasi di

berbagai propinsi di Indonesia. Pabrik-pabrik ini diberi lisensi oleh The

Coca-Cola Company di Atlanta, Georgia, Amerika Serikat untuk memproduksi, dengan

perwakilannya di Indonesia adalah PT. Coca-Cola Indonesia.

Kesebelas pabrik pembotolan tersebut adalah :

1. Tahun 1971 : PT. Djaya Beverages Bottling Company, Jakarta.

2. Tahun 1973 : PT. Brasseris Del Indonesia, Medan.

3. Tahun 1976 : PT. Tirtalina Bootling Company, Surabaya.

4. Tahun 1978 : PT. Coca-Cola Pan Java Bottling Company, Semarang.

5. Tahun 1951 : PT. Tirta Permata Sari Bottling Company, Ujung Pandang.

6. Tahun 1983 : PT. Tirta Mukti Indah Bottling Company, Bandung.

7. Tahun 1985 : PT. Tribana Jaya Nusantara Bottling Company,. Padang.

8. Tahun 1985 : PT. Banyu Agung Sejahtera Bottling Company, Denpasar.

9. Tahun 1985 : PT. Swarna Dipa Mekar Bottling Company, Tanjung Karang.

10. Tahun 1985 : PT. Bangun Wenang Beverage Company, Menado.

11. Tahun 1991 : PT. Eka Ticma Manunggal Bottling Company, Banjarmasin.

Tahun 1995 Coca-Cola Amatil milik Australia yang merupakan

(26)

pemasaran produk The Coca-Cola Company mengambil alih semua pabrik

pembotolan Coca-Cola Company di Indonesia kecuali Manado.

2. 2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

PT. Coca-Cola Bottling Indonesia mulai dirintis pada tahun 1973 oleh PT.

Braseries Del Indonesia, perusahaan PMA Prancis. Produk andalan perusahaan ini

sebenarnya Bir, Coca-Cola, Sprite dan Fanta merupakan produk sampingan. Pada

tahun 1982 PT. Brasseries Del Indonesia diambil alih oleh PT. Multi Bintang

Indonesia yang juga produsen bir terkenal di Indonesia.

PT. Coca-Cola Bottling Indonesia pada mulanya didirikan dengan nama

PT. Pan Java Bottling Company. Perusahaan ini didirikan oleh P. Hutabarat lalu

beliau memberikan kepercayaan kepada Mugijanto, seorang karyawan muda PT.

Panatraco Ltd, Jakarta untuk mengengola. Pada tahap awal, kegiatan perusahaan

ini adalah sebagai penyalur minuman Coca-Cola, Sprite dan Fanta untuk daerah

Medan, Aceh dan sekitarnya. Karena pelanggan sering mengeluh akan persediaan

produk yang kurang akibat keterlambatan barang, maka pada tanggal 5 Desember

1976 didirikan pabrik pembotolan PT. Coca-Cola Amatil Indonesia yang salah

satunya berada di Medan. Saat ini PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Medan

mempunyai 630 orang karyawan yang terbagi dalam berbagai bidang dan

memproduksi 3 macam jenis miniman ringan (sof drink) yang berkarbonat, yaitu

Coca-Cola, Sprite, Fanta dan 1 macam jenis minuman teh botol Frestea yang

terbagi dalam berbagi macam ukuran (193 ml, 296 ml dan 220 ml) dalam

(27)

2.3. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi merupakan kerangka organisasi yang ditetapkan untuk

proses manajerial sistem dan pola tingkah laku yang muncul di dalam praktek

penyelenggaraan organisasi dan manajemen. Penyusunan struktur organisasi

sangat penting guna membantu pengaturan dan pengarahan usaha-usaha

organisasi sehingga memudahkan koordinasi dan konsistensi dengan

tujuan-tujuan organisasi.

PT. Coca-Cola Botlling Indonesia Medan berstruktur organisasi

horizontal/ organic setelah mengalami reorganisasi pada April 2004. Reorganisasi

adalah proses perombakan struktur organisasi sehingga perusahaan lebih efisien

dalam bertindak. Sifat organisasinya berubah dari desentralisasi menjadi

sentralisasi. Peran struktur organisasi yang ramping (horizontal) ini akan

mempermudah pengawasan dan dapat memangkas biaya birokrasi yang rumit

dalam perusahaan dengan penghapusan level organisasi yang tidak perlu

(Kotler,2004).

Struktur yang dimiliki dan dijalankan perusahaan Coca-Cola Regional

Medan adalah struktur fungsional dan garis, seperti terlihat pada Gambar 2.1.

Struktur organisasi fungsional dan garis berada dalam satu garis komando,

dimana masing-masing bawahan wajib melaksanakan instruksi dan bertanggung

jawab kepada atasannya sesuai dengan instruksi yang diterimanya. Pimpinan

(General Manager) langsung membawahi setiap manager sedangkan staff

(28)

2.4. Pembagian Tugas Dan Tanggung Jawab

Berikut ini adalah uraian tugas dan tanggung jawab setiap bagian-bagian

yang ada di perusahaan :

1. General Manager

a. Menentukan dan merumuskan kebijaksanaan utama dalam usaha

pencapaian tujuan umum perusahaan.

b. Mengkoordinir dan mengawasi tugas-tugas yang didelegasikan kepada

manager-manager dan menjalin hubungan yang baik dengan mereka.

c. Membuat peraturan-peraturan intern pada perusahaan yang tidak

bertentangan dengan undang-undang yang ditetapkan.

2. Secretary

a. Menyelenggarakan surat-menyurat yang berhubungan dengan perusahaan.

b. Mengatur hubungan dengan pihak luar atau tamu.

c. Menyusun dokumentasi.

d. Bertanggung jawab kepada General Manager

3. Human Resources Manager

a. Menerjemahkan strategi perusahaan ke dalam strategi SDM.

b. Menumbuhkan kepuasan karyawan terutama terhadap gaji (Base Salary

and Variabel Salary), bonus, tunjangan kerja (Inature).

c. Mencari info Best Practice dalam pelatihan, pengembangan karyawan dan

manajemen karir dari perusahaan lain.

(29)

e. Membantu dalam administrasi karyawan termasuk masalah pelaksanaan

hukum.

f. Membantu Industrial Affairs Manager, Public Relation Manager, Training

Manager, dan Remuneration Manager (Menangani masalah pengupahan)

g. Bertanggung jawab kepada General Manager.

4. Finance Manager

a. Membantu pencapaian sasaran keuangan perusahaan dengan

mempersiapkan laporan keuangan yang terkonsolidasi secara tepat waktu

dan akurat.

b. Membantu General Manager mengumpulkan/menyusun data untuk

rencana finansial jangka pendek maupun jangka panjang.

c. Membawahi Financial Accounting Manager, Manajement Accounting

Manager, Examiner Accounting Manager, Purchasing/ Procurement

Supervisor, Tax Office.

d. Bertanggung jawab kepada General Manager.

5. General Sales and Marketing Manager

a. Mengorganisasi dan mengontrol pendistribusian/pemasaran produk agar

target penjualan dan market share dapat tercapai.

b. Bertanggung jawab menyediakan informasi pasar yang akurat dan up to

date.

c. Membawahi Area Manager Medan (Koordinator penjualan di Medan),

(30)

System (CSS Mgr), Distribution Service System (DSS Mgr), Marketing

Development (MD Mgr).

d. Bertanggung jawab kepada General Manager.

6. Technical Operation Manager

a. Mengkoordinir dan mengawasi setiap bagian yang ada di bawahnya

misalnya processing, teknik, raw material, dan administrasi produksi.

b. Merencanakan, mengawasi dan mengatur produksi perusahaan agar sesuai

dengan spesifikasi dan standar mutu yang telah ditentukan.

c. Membawahi Production Manager, Maintenance Engineering Manager,

Warehouse and Transp. Manager, Demand and O.P Manager, Quality

Assurance Manager, Quality Management System Manager.

d. Bertanggung jawab kepada General Manager.

7. Business Service Manager

a. Mengawasi rencana dan pelaksanaan program jasa pelayanan dan

pengadaan sarana kendaraan/mobil Coca-Cola bagi karyawan.

b. Mengadakan bimbingan, pengarahan, serta pengendalian kepada

karyawan-karyawan jasa perusahaan sehingga aktivitas mereka dapat

diarahkan kepada tercapainya pekerjaan yang efektif, efisien dan lancar.

c. Membawahi IS Application Manager, CDE Manager dan Fleet Manager.

d. Bertanggung jawab kepada General Manager

8. Cold Drink Equipment Manager

a. Melakukan pembelian cold dink equipment

(31)

c. Bertanggung jawab kepada General Manager

9. Information System Manager

a. Mengawasi progam pelayanan umum dan pemelihaaan lokasi pabrik

b. Mengawasi penyelesaian izin, rekomendasi dari instalasi pemerintah

c. Betanggung jawab kepada HRD Manager

10. Extenal Affair Officer

a. Menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat

b. Meminta dana untuk mengadakan kegiatan amal bagi masyaakat

c. Bertanggung jawab kepada HRD Manager

11. Taining Coordinator

a. Mengadakan pelatihan

b. Memilih peserta pelatihan

c. Bertanggung jawab kepada HRD Manager

12. Financial Accountant

a. Mengumpulkan dana dan menyusun data keuangan perusahaan

b. Mengatur cash flow untuk perusahaan

c. Bertanggung jawab kepada Finance Manager

13. Management Accountant

a. Membuat pembukuan keuangan di perusahaan

b. Memperoleh data keuangan dari departemen lain di perusahaan

c. Bertanggung jawab kepada Finance Manager

14. Examier Accountant

(32)

b. Mengatur cash flow untuk luar kota

c. Bertanggung jawab kepada Finance Manager

15. Purchasing Supervisor

a. Melakukan pembelian bahan baku, bahan penolong dan bahan tambahan

b. Menyetujui ataupun membatalkan pembelian bahan

c. Bertanggung jawab kepada Finance Manager

16. Tax Officer

a. Mengaudit mengenai kebutuhan akan karyawan

b. Mengajukan usulan untuk menambah atau mengurangi karyawan

c. Bertanggung jawab kepada Finance Manager

17. Area Manager Medan

a. Mendayagunakan seluruh aparat dan peralatan yang ada di warehouse di

Medan secara optimal dan efisien

b. Memberhentikan sales-sales di Medan yang dianggap melanggar

peraturan perusahaan

c. Bertanggung jawab kepada General sales Manager

18. Area Manager Out town

a. Mendayagunakan seluruh aparat dan yang ada di warehouse di luar kota

secara optimal

b. Memberhentikan sales-sales di Medan yang dianggap melanggar

peraturan perusahaan

(33)

19. Channel Manager

a. Mengawasi penjualan produk pada distributor di dalam kota

b. Memberhentikan sales-sales di Medan yang dianggap melanggar peraturan

perusahaaan

c. Bertanggung jawab kepada Genaral sales Manager

20. Fleet Manager

a. Mengawasi pendistribusian keperluan produksi di lantai pabrik

b. Mengatur pendistribusian keperluan produksi

c. Bertanggung jawab kepada General sales Manager

21. Dealer Manager

a. Mengembangkan dealer-dealer di wilayah pemasaran

b. Mengklaim dealer-dealer yang melanggar perjanjian bersama

c. Bertanggung jawab kepada General Sales Manager

22. Production Manager

a. Membuat laporan produksi secara periodic mengenai mutu dan jumlah

produk apakah sesuai dengan yang telah ditentukan

b. Mengkoordinir kegiatan-kegiatan dalam bidang pemerosesan bahan baku

menjadi produk jadi

c. Bertanggung jawab kepada Technical Operation Manager

23. Technical Part and Row Material Manager

a. Mengawasi peralatan dan mesin produksi

b. Mengajukan usulan untuk pengadaan suku cadang dan keperluan mesin.

(34)

24. Engineering Manager

a. Mengontrol aktivitas yang berhubungan dengan keteknikan untuk

meyakinkan agar target produksi dapat tercapai

b. Memonitor aktivitas yang berhubungan dengan keteknikan

c. Bertanggung jawab kepada Technical Operation Manager

25. Personal Administration Manager

a. Mengawasi serta membuat laporan mengenai prestasi kerja para karyawan

b. Mengajukan promosi untuk karyawan

c. Bertanggung jawab kepada Technical Operation Manager

26. Quality Assurance Manager

a. Meneliti, memeriksa dan menganalisa mutu bahan baku maupun produk

jadi

b. Memisahkan bahan baku maupun produk yang tidak sesuai dengan standar

yang telah ditentukan

c. Bertanggung jawab kepada Technical Operation Manager

27. PPIC Manager

a. Merencanakan dan mengontrol kebutuhan untuk kegiatan proses produksi

b. Bertanggung jawab kepada Technical Operation Manager

28. Technical & Desktop Support

a. Mengumpulkan informasi-informasi bisnis yang dibutuhkan perusahaan

b. Meminta informasi yang dibutuhkan dari departemen lainnya di

perusahaan

(35)

2.5. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja

2.5.1. Jumlah Tenaga Kerja

Tenaga kerja di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan direkrut

dari tenaga kerja bangsa Indonesia sendiri. Sebagian besar tenaga kerja di bagian

produksi dan pemasaran direkrut dari penduduk sekitar pabrik.

Jumlah tenaga kerja pada PT. Coca-Cola Bottling Medan sampai pada

bulan Desember 2006 sebanyak 627 orang karyawan. Perincian jumlah karyawan

tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel. 2. 1. Jumlah Tenaga Kerja PT. Coca-Cola Bottling Medan

Departement Jumlah Karyawan

1. General Administration 9 orang

2. Finance and Accounting 14 orang

3. Human Resources 26 orang

4. Sales and Marketing 408 orang

5. Production 170 orang

Total 627 orang

Sumber : PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Medan

Status karyawan pada perusahaan ini mempunyai status sebagai berikut :

a. Karyawan bulanan (tetap) dengan gaji/upah dibayar sekali sebulan sesuai

dengan klasifikasi penggajian yang dibagi-bagi dalam golongan tertentu.

(36)

minggu sesuai dengan standart upah yang berlaku di perusahaan dengan

berpedoman pada ketentuan upah minimum yang ditetapkan pemerintah.

c. Karyawan honorer/kontrak dengan upah yang ditetapkan berdasarkan

dokumen perjanjian kontrak secara individu.

2.5.2. Jam Kerja

Agar perusahaan dapat berjalan lancar dan optimal dalam melaksanakan

operasional pabrik untuk mencapai tujuan maka diperlukan pengaturan waktu jam

kerja yang baik.

Sesuai dengan peraturan Depnaker bahwa jam kerja seorang karyawan

adalah 40 jam perminggu, selebihnya diperkirakan jam kerja lembur. Pengaturan

jam kerja normal untuk karyawan adalah sebagai berikut:

1. Semua karyawan kecuali karyawan di departemen marketing, security dan

kamar mesin hari kerjanya adalah hari Senin sampai dengan hari Jumat

dengan jam kerja sebagai berikut :

 Jam 08.00 - 12.00 WIB Waktu Kerja

 Jam 12.00 - 13.00 WIB Waktu Istirahat

 Jam 13.00 - 17.00 WIB Waktu Kerja

2. Untuk Departemen Marketing, jam kerja untuk hari Senin sampai Jumat

adalah :

 Jam 08.00 - 12.00 WIB

 Jam 12.00 - 13.00 WIB

 Jam 13.00 - 17.00 WIB

(37)

a. Bagian Security (Departemen Human Resources Development) dan

kamar mesin (Departement Production), jam kerja dibagi atas tiga shift

setiap hari yakni :

 Shift I : Jam 06.00 – 14.00 WIB

 Shift II : Jam 14.00 – 22.00 WIB

 Shift III : Jam 22.00 – 06.00 WIB

Untuk bagian security satu shift terdiri dari empat orang dengan pergantian

setiap dua hari sekali, sedangkan untuk kamar mesin, pergantian shift setiap lima

hari sekali dan satu shift hanya satu orang yang bekerja.

2.6. Sistem pengupahan

Gaji/upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari perusahaan

kepada karyawan untuk suatu pekerjaan yang telah dilakukan yang dinilai dalam

bentuk perjanjian atau undang-undang. Banyak cara atau sistem pembayaran

gaji/upah yang digunakan oleh perusahaan. Setiap perusahaan memakai sistem

yang berbeda-beda, dengan dasar sistem tersebut akan membawa keuntungan bagi

perusahaan tanpa merugikan karyawan.

Sistem pengupahan di perusahaan ini dibedakan atas :

a. Untuk karyawan bulanan dan honorer menerima gaji setiap bulan sekali

pada tiap tanggal 25.

b. Untuk karyawan harian menerima gaji dua minggu sekali.

Bagi setiap karyawan yang bekerja diluar jam kerja normal, akan

(38)

Upah lembur =

173 1

x gaji pokok x jumlah jam lembur

Berdasarkan ketentuan Depnaker jam kerja sebulan adalah 173 jam.

Perhitungan jam lemburnya adalah :

a. Untuk hari biasa :

- Jam lembur pertama dikali 1,5 x upah

- Jam lembur selebihnya dikali 2 x upah lembur

b. Untuk hari Sabtu/libur :

- Jam pertama dikali 2 x upah lembur

- Jam kedelapan dikali 3 x upah lembur

- Jam kesembilan dan seterusnya dikali 4 x upah lembur

c. Untuk karyawan yang lembur diberikan juga tambahan uang makan lembur

sebesar

- Untuk lembur 3 jam pertama diberikan uang makan senilai 1 kali

makan.

- Untuk jam lembur berikutnya akan ditambah lagi uang makan senilai

1 kali makan (setiap 5 jam berikutnya).

Khusus untuk bagian Marketing tidak diperhitungkan lembur apabila

bekerja di luar jam kerja yang telah ditentukan, tetapi mereka akan mendapat

(39)

2.7. Proses Produksi

Dalam melaksanakan suatu aktivitas produksi pada perusahaan, tentunya

tidak terlepas dari bahan-bahan yang digunakan dan jenis produk yang akan

dibuat. Oleh sebab itu PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Medan menggunakan

bahan baku utama, bahan penolong dan bahan tambahan.

2. 7. 1. Standar Mutu Produk

PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Medan sangat mengutamakan kualitas

standar mutu produk. Dalam setiap kali memproduksi Coca-Cola, Sprite, Fanta

dan Frestea dilakukan pemeriksaan produk, mulai dari water tretment, sympel

syrup, final syrup, dan beverage (hasil minuman ringan). Adapun yang menjadi

standar mutu produk PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Medan adalah :

- Kemurnian (purity)

- Rasa (taste)

- Bau (odor)

- Penampakan

Pemeriksaan dilakukan dalam 1 jam setiap kali produksi untuk melihat

hasil standar mutu produk. Pemeriksaan dilakukan di laboratorium.

2. 7. 2. Bahan Yang Digunakan

a. Bahan Baku

Bahan baku adalah bahan utama yang digunakan dalam pembuatan

produk, ikut dalam proses produksi dan memiliki persentase terbesar

(40)

utama. Adapun bahan baku yang digunakan PT. Coca-Cola Bottling Indonesia

Medan dalam pembuatan minuman ringan ini adalah :

- Air

Air diperoleh dari sumur bor dengan kedalaman 100-200 meter untuk

kemudian diolah sebelum digunakan dalam proses produksi, maupun oleh

kebutuhan sehari-hari perusahaan.

Air diperoleh dari sumur bor yang dikategorikan menjadi 2 jenis :

1. Treated Water

Digunakan untuk produksi, keperluan air minum kantin, dan kantor.

2. Untreated Water

Digunakan untuk keperluan kamar mandi, pencucian ruangan,

pekarangan dan lain – lain.

- Gula

Gula yang digunakan haruslah memenuhi standar yang telah ditetapkan

atau gula murni, diantaranya adalah gula yang memiliki kadar 99,99% dan

bebas dari kotoran. Gula diperoleh dari Australia, Thailand dan China.

Rata – rata kebutuhan gula yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Rata – rata Jumlah Pemakaian Gula/unit Produksi

Jenis Produksi Jumlah Gula (Kg) Keterangan

Coca-Cola

Sprite

Fanta Strawbery

Fanta Melon

203.225

258.081

292.65

259.20

Untuk Produksi

(41)

Tabel 2.2. Rata – rata Jumlah ... (lanjutan)

Jenis Produksi Jumlah Gula (Kg) Keterangan

Fanta Creamy

Concentrate dibeli dari PT. Coca-Cola Indonesia Jakarta (satu-satunya

perusahaan yang menyediakan bahan ini untuk Coca-Cola Company di

Indonesia). Concentrate terdiri dari 3 jenis yaitu Concentrate (Part I, Part

II dan Part III). Concentrate berfungsi sebagai bahan pengawet dan

pemberi rasa. Rata-rata kebutuhan Concentrate per unit produksi yang

digunakan dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2. 3. Rata-rata Jumlah Pemakaian Concentrate/Unit Produksi

Jenis

(42)

- Carbon Dioksida (CO2)

Carbon dioksida (CO2) merupakan bahan baku yang berfungsi sebagai

penyegar dan pengawet minuman. Selain dari itu secara kualitas berfungsi

untuk menunjukkan ciri dari Coca-Cola itu sendiri. CO2 dibeli dari PT.

Aneka Gas dan UD. Mulya Perkasa di Medan. Rata-rata penggunaan CO2

dapat dilihat pada Tabel 2.4.

Tabel 2. 4. Rata – rata Jumlah Pemakaian CO2/unit Produksi

Jenis Produksi Jumlah Pemakaian

CO2(Kg)

Untuk Produksi 1

Satuan Unit

Sumber : Departemen QA (Laboratorium) PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Medan

b. Bahan Penolong

Bahan penolong adalah bahan yang digunakan dalam proses produksi

dan ditambahkan ke dalam proses pembuatan produk yang mana komponennya

tidak jelas dibedakan pada produk akhir.

- Kaporit [Ca (Ocl)2)

Digunakan dalam proses pengolahan air, membunuh bakteri (menghambat

(43)

- Asam Sulfat (H2SO4)

Bahan ini digunakan untuk membebaskan dan menghilangkan gas-gas

yang terlarut dalam air.

- Filter Aid

Berfungsi untuk melapisi filter paper sewaktu proses penyaringan sympel

syrup di filter press, memperbesar pori-pori filter paper sehingga

mempermudah filtrasi dan menahan carbon aktif sehingga tidak lolos ke

final syrup tank.

- Karbon Aktif

Digunakan pada pembuatan syrup untuk menjernihkan larutan gula dan

menghilangkan bau-bau asing.

- Kerikil

Berfungsi sebagai media penyaring pada sand filter diproses pengolahan

air agar dapat menyaring benda-benda asing yang larut dalam air olahan.

- Caustik Soda (NaOH)

Dipakai pada proses pencucian botol pada bottle washer sebagai deterjen.

- Bahan Kimia Lainnya

Misalnya Poly Aluminium Chlorine (PAC), kapur, Cl2, KMnO4.

c. Bahan Tambahan

Bahan tambahan adalah bahan-bahan yang dibutuhkan guna meningkatkan

mutu suatu produk atau suatu bahan dimana bahan ini merupakan bagian dari

(44)

terdapat pada PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Medan pada umumnya

dibutuhkan pada proses packing, yaitu :

- Botol

Botol adalah bahan pengemas minuman ringan yang dihasilkan oleh PT.

Coca-Cola Bottling Indonesia Medan yang siap dipasarkan.

- Crown Cork (penutup botol)

Digunakan untuk menutup botol minuman ringan.

- Crate (Peti Plastik)

Berfungsi sebagai tempat penyusunan botol-botol dengan kapasitas 24

botol percrate. Crate yang dipakai ada yaitu :

Full Depth

Crate ini dipakai untuk produk Coca-Cola, Sprite, Fanta dan Frestea

dengan berat rata-rata kurang lebih dari 1,8-1,9 kg/buah.

- Karton

Digunakan sebagai tempat pengepakan minuman yang dikemas dalam

botol plastik.

2. 8. Uraian Proses

Berdasarkan cara pembuatannya, minuman yang diproduksi PT.

Coca-Cola Bottling Indonesia Medan dapat dikelompokan atas 2 kelompok besar yakni

kelompok Coca-Cola, Sprite, dan Fanta serta kelompok Frestea. Coca-Cola,

Sprite, Fanta yang mengalami proses pembuatan yang sama, hanya komposisi

(45)

Adapun proses pembuatan dan pembotolan Coca-Cola, Sprite, dan Fanta

di perusahaan ini mengalami beberapa tahapan, seperti terlihat pada Gambar 2.2 :

WATER PRODUCT AND PART II 25 L/jam

CO

Gambar 2.2. Blok Diagram Pembuatan Soft Drink

Uraian dari proses pengolahan air hingga pembotolan adalah sebagai berikut:

1. Proses Pengolahan Air (Water Treatment)

Air merupakan salah satu bahan baku utama dalam pembuatan minuman

pada PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Medan. Air diperoleh dari 4 sumur bor

dengan kedalaman 100-200 m dari sumur dan dengan kedalaman ini diharapkan

air sumur tersebut tidak mengandung zat-zat organik atau bebas dari pencemaran.

Air yang diperoleh dengan bantuan pompa raw meter yang berkapasitas 22

(46)

Air dari sumur akan dipompa ke alat degasifier yang sebelumnya

diinjeksikan H2SO4 dengan tujuan mengubah CO2 sehingga mudah dibebaskan

dan menghilangkan gas-gas yang terlarut dalam air.

Dari degasifier air masuk ke dalam fluclator tank/reaction tank.

Sebelumnya ditambahkan Poly Aluminium Chlorine (PAC), kapur dan Cl2 10%.

PAC berfungsi untuk mengendapkan senyawa-senyawa organik. Kapur berfungsi

untuk menaikan besar Ph, karena semakin besar Ph maka kecepatan

mengendapkann semakin besar. Sementara Cl2 berfungsi sebagai antiseptik untuk

mematikan kuman-kuman bakteri dan standart chlorine dalam air, dimana standart

chlorine dalam air adalah 6-10 ppm. Pada fluclator tank terjadi pengendapan floc

dimana akan mengendap kebawah, sementara air pada bagian atas akan dialirkan

ke sand filter. Jarak antara permukaan air dengan floc dijaga lebih kurang 1-1,25

m untuk mempertahankan kejernihan air.

Di sand filter air akan disaring. Ada 3 sand filter tetapi yang digunakan

hanya 2, sementara yang satu lagi sebagai cadangan. Sebagian filter digunakan

kerikil dengan ukuran sebagai berikut :

- Lapisan I dengan ukuran 2-3 m

- Lapisan II dngan ukuran 1-2 m

- Lapisan III dengan ukuran 0.5-1 m

Total lapisan tebalnya lebih kurang ¾ dari tinggi sand filter. Setiap hari

setelah produksi akan dilakukan back wash yang berfungsi untuk menghilangkan

partikel/kotoran dalam sand filter. Sementara setiap 3 bulan sekali kerikil-kerikil

(47)

Dari sand filter air dialirkan ke storage tank. Setelah air sampai ketinggian

maksimum, pompa air dari sumur akan mati secara otomatis dan akan hidup

kembali apabila telah mencapai tinggi maksimum.

Kemudian air dialirkan lagi ke buffer tank dan sebelumnya ditambahkan

chlorine 10 %. Tujuannya adalah untuk membunuh sisa-sisa dari bakteri-bakteri

yang masih terdapat di dalam air yang telah diolah.

Dari buffer tank ini, air dilewatkan melalui carbon filter untuk menyerap

chlorine dan partikel-partikel kecil. Kadar Cl2 setelah melewati carbon filter

adalah 0 ppm. Setelah itu air dilewatkan melalui polisher filter sebagi proses

penyaringan akhir.

Air hasil pengolahan (treated water) inilah yang dipakai untuk proses

produksi pembuatan Coca-Cola, Sprite, Fanta, dan Frestea. Pada tiap tahapan

proses pengolahan akan diambil sampel air untuk diperiksa oleh bagian Quality

Control di laboratorium untuk memastikan bahwa air hasil pengolahan akan

memenuhi persyaratan yang ditentukan.

2. Proses Pembuatan Syrup

Treated Water dari hot water tank dialirkan ke tangki pelarut dan

didalamnnya dimasukkan gula sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan.

Perbandingan air dan gula berdasarkan pada derajat kemanisan (Brix) yang

ditentukan. Temperatur air untuk melarutkan lebih kurang 800C. Ke dalam tangki

pelarut tersebut juga dimasukkan karbon aktif untuk menyerap bau dan

menurunkan warna sehingga larutan menjadi jernih. Pelarutan gula dan air

(48)

homogen. Hasil pelarutan ini disebut syrup dasar telah memenuhi syarat yang

telah ditentukan.

Setelah semua larut, langkah selanjutnya adalah penyaringan/filtrasi.

Sebelumnya dilakukan precoating (pelapisan awal) untuk membentuk lapiasan

pada filter paper. Air treated dialairkan ke tangki precoting yaitu sebuah tangki

kecil yang terbuat dari stainless steel yang dilengkapai oleh sebuah agigator. Lalu

kedalamnya ditambahkan filter aid. Cairan dari tangki precoating disirkulasikan

melalui filter sampai semua filter aid menempel pada filter paper dengan baik.

Syrup dasar akan dialirkan ke filter dan disirkulasikan sampai filternya bersih.

Syrup dasar yang telah disaring dimasukkan ke tangki pencampur.

Sebelumnya didinginkan sampai temperatur 20-250C. Pada tangki pencampur

dimasukan concentrate Coca-Cola, demikian juga untuk Sprite dan Fanta. Setelah

semua part dituangkan, campuran syrup dasar diaduk selama lebih kurang 1 jam.

Pada syrup akhir, derajat kemanisan diperiksa kembali agar tercapai tingkat

kemanisan yang sesuai dengan standar yang ditentukan.

3. Proses Pemurnian CO2

CO2 yang dipakai adalah CO2 yang dibeli dari PT. Aneka Gas Medan dan

UD. Mulya Perkasa Medan. CO2 ini kemungkinan besar masih mengandung

zat/gas lain sehingga mengurangi kemurnian CO2. Untuk itu CO2 perlu

dimurnikan terlebih dahulu sebelum digunakan dengan cara sebagai berikut :

- Tabung-tabung CO2 pada bagian atasnya harus disemprot dengan air

terlebih dahulu supaya selang-selang penghubung tidak membeku, bila

(49)

- CO2 kemudian dialirkan lagi ke dalam tabung yang berisi KMnO4

berfungsi mengikat zat impurity (kotoran).

- CO2 kemudian dialirkankan lagi ke dalam tabung yang berisi air.

Tujuannya untuk memurnikan CO2 agar KMnO4 tidak terbawa pada proses

selanjutnya.

- Tahap selanjutnya adalah melewatkan CO2 pada tabung yang berisi karbon

dengan tujuan untuk menghilangkan bau yang tidak diinginkan.

- Terakhir CO2 disaring pada filter sehingga kotoran yang tersisa dapat

tertahan.

- CO2 yang telah melalui tahapan diatas adalah CO2 yang telah dimurnikan

dan dapat digunakan dalam proses pencampuran.

4. Proses Pencampuran air, Syrup dan CO2

Proses paramix adalah proses pencampuran dari air, syrup akhir dan CO2

sehingga diperoleh minuman ringan (beverage) yang siap untuk diisi kemasannya.

Air dari treated water dan syrup akhir bersamaan masuk ke mesin

pencampuran. Air sebelumnya didearasi di Daerator. Dearasi adalah proses

pengeluaran udara dari dalam air yang digunakan untuk membuat minuman

sehingga mempermudah proses karborasi dan membantu mempelancar pengisian.

Jadi dearasi ini bertujuan untuk memisahkan gas oksigen di dalam air sehingga

CO2 mudah larut di dalamnya. Air masuk ke daerator dimana tekanan daerator

(50)

Syrup akhir langsung di masukkan ke dalam gelas syrup. Dengan

perbandingan tertentu, air dan syrup akhir dircampur.

Hasil pencampuran didinginkan sehingga temperatur lebih kurang 0-10C

dengan medium pendingin gelikol. Hal ini dilakukan karena semakin rendah

temperatur campuran, semakin tinggi absorpsi CO2.

Campuran kemudian dimasukan ke karbonasi. Karbonasi adalah proses

pelarutan CO2 dalam suatu cairan. Gas CO2 yang dimurnikan di masukkan ke

karbonator dimana tekanannya dikendalikan oleh alat Taylor. Alat taylor

mengukur temperatur campuran cairan dan dikonversikan ke dalam tekanan CO2

yang dibutuhkan agar air dapat mengabsorbsi CO2 hingga kandungan tertentu.

Produk yang keluar dari karbonator inilah yang disebut beverage dan diteruskan

kemesin filter dan crowner.

5. Proses Pembotolan

Proses pembotolan mengalami beberapa tahap, yaitu :

a. Pencucian Botol

Botol-botol yang digunakan untuk pengisian minuman harus bersih

(bebas kuman), tidak rusak atau pecah. Untuk itu botol-botol sebelum digunakan

harus dicuci terlebih dahulu.

Botol bekas yang datang dari pasar (setelah dikonsumsi konsumen)

ataupun botol baru masuk ke mesin pencuci botol, terlebih dahulu disortir.

Tujuannya untuk memeriksa apakah ada botol-botol yang terlalu kotor atau rusak.

Botol yang terlalu kotor akan dipisahkan untuk dicuci secara manual terlebih

(51)

conveyor, botol-botol dimasukkan ke dalam mesin pencucian botol yang cara

kerjanya adalah sebagai berikut :

- Botol dibilas menggunakan air yang disirkulasi kembali dari air tahap

pembilasan akhir. Air ini umumnya mengandung sedikit sisa caustik yang

dapat membantu pembilasan awal. Air dipanaskan sampai temperatur lebih

kurang 450C.

- Setelah melalui pembilasan awal, kotoran-kotoran di bagian dalam dan di

luar botol yang tidak terlalu lekat akan terlepas. Botol-botol kemudian akan

masuk ke tangki perendam caustic I. Larutan di dalam tangki I harus

bersuhu lebih kurang 560C, dan konsentrasi caustic lebih kurang 2,5 %.

- Botol-botol kemudian bergerak ke tangki perendam caustic II yang suhunya

lebih panas yaitu lebih kurang 780C. Botol akan disemprot di bagian

dalamnya untuk dibersihkan.

- Botol kemudian melalui tangki perendam yang berisi air yang disirkulasi

dari treated dan mengalami penyemprotan luar dan dalam sebanyak 2 kali.

- Botol-botol yang telah dicuci dialirkan dengan menggunakan conveyor ke

mesin filter dan crowner. Sebelum botol diperiksa oleh inspektor untuk

mengetahui apakah botol sudah memenuhi syarat. Botol yang masih kotor

atau cacat akan disisihkan.

b. Pengisian Minuman Ke Botol

Proses pengisian minuman ke dalam botol adalah sebagai berikut :

(52)

- Pembukaan filling valve bertujuan agar tekanan yang ada pada mesin dapat

dipindahkan ke botol.

- Setelah selesai pengisian, kran pengisian di tutup.

- Pembuangan udara yang masih tersisa di dalam ruangan botol bagian atas

ditujukan untuk menghindari timbulnya buih sehingga sejumlah minuman

keluar dari dalam botol yang mengakibatkan isinya menjadi kurang. Hal

ini bisa terjadi karena adanya perbedaan tekanan.

c. Penutupan Botol Minuman

Botol yang telah berisi minuman selanjutnya ditutup dengan menggunakan

crowner machine, yang fungsinya untuk menutup botol.

Botol yang sudah di tutup selalu dicek oleh inspektor. Inspeksi akan

mensortir minuman yang tidak memenuhi syarat, misalnya retak, volume botol

yang kurang bagus atau berlebih dan sebagainya. Minuman tersebut lalu

disisihkan sebagai reject produk. Produk ini tidak boleh dijual, sedangkan

minuman yang baik (lolos dari sortiran) akan dibawa ke tempat pengepakan

melalui conveyor.

d. Pemberian Kode Produksi dan Pengepakan

Sebelum sampai ketempat pengepakan, botol diberi kode produksi oleh

coding machine dan diperiksa oleh inspektor. Produk yang tidak memenuhi syarat

disisihkan untuk dibuang. Ditempat pengepakan botol dimasukan oleh operator ke

dalam crate dan disusun di atas pallet. Forklift akan membawa pallet yang telah

(53)

2.9. Mesin dan Peralatan

2. 9. 1. Mesin Produksi

Didalam menjalankan kegiatan-kegiatan proses produksinya PT. Coca

Cola Bottling Indonesia Medan memanfaatkan berbagai macam mesin. Adapun

mesin-mesin yang digunakan adalah sebagai berikut:

2.9.1.1. Bagian Water Treatment

1. CO2 Degasifier

Produksi : Jaeger K.G

Tipe/desain : 8 E 11

Tahun Konstruksi : 1986

Daya : 2,5 Kw

Voltase : 380 Volt

Phase : 3 phasa

Putaran : 1400 rpm

Kuat Arus : 6 Ampere

Cos α : 0,85

Kapasitas : Min 25 m3/jam, max 60 m3/jam

Berat Kosong : 900 kg

Tinggi : 5100 mm

Fungsi : Mengubah CO2 sehingga mudah dibebaskan serta

(54)

2. Deep Well Pump

Produksi : KSB

Tipe/desain : CORA 50-55/7

Putaran : 2400 rpm

Daya : 5.5 Kw

Kuat Arus : 4.5 Ampere

Tegangan : 380 Volt, 3 Phasa, Cos 0.85

Tahun Konstruksi : 1987

Kapasitas : 22 m3/jam

Fungsi : Memompa air dari dalam tanah.

3. Reaction Tank

Produksi : BPN Jacobus Tannady

Tahun Konstruksi : 1972

Kapasitas : 130 m3/jam

Tinggi : 6150 mm

Fungsi : Mengendapkan senyawa organik

4. Back Wash Pump

Produksi : KSB

Tipe/desain : ETA 65-160 NA

Putaran : 1400 rpm

Daya : 2.5 Kw

Kuat Arus : 1.5 Ampere

(55)

Tahun Konstruksi : 1971

Kapasitas : 50 m3/jam

Fungsi : Memompa air ke dalam sand filter

5. Storage Tank

Produksi : BPN Jacobus Tannady

Kapasitas : 127 m3

Tinggi : 3200 mm

Fungsi : Menampung air hasil olahan.

6. Storage Tank

Produksi : Braith Waite & Co

Tipe/desain : 763

Tahun Konstruksi : 1984

Kapasitas : 229118 L

Tinggi : 3660 mm

Fungsi : Menampung air hasil olahan

7. Hydrophore Tank

Produksi : PT. Atmindo KSB

Tahun Konstruksi : 1972

Kapasitas : 5 m3

Tinggi : 3430 mm

Fungsi : Memberikan tekanan pada air agar mudah

(56)

8. Sand Filter

Produksi : Degremant

Tipe/desain : FV 2B-20

Tahun Konstruksi : 1971

Kapasitas : 5 m3/jam

Fungsi : Menyaring air.

2.9.1.2. Bagian Soft Drink Bottling Hall

1. Paramix

Produksi : H & K

Tipe/desain : CM 7 7 30/2

Putaran : 1400 rpm

Daya : 2.5 Kw

Kuat Arus : 1.5 Ampere

Tegangan : 380 Volt, 3 Phasa, Cos 0.8

Tahun Konstruksi : 1989

Kapasitas : 6000 L

Fungsi : Tempat dilakukannya pencampuran sirup akhir

dan air.

2. Dearation Tank

Produksi : H & K

Tipe/desain : Engasungs Tank

(57)

Kapasitas : 840 L

Fungsi : Melepaskan O2 dan air

3. Washing Machine

Produksi : H & K Brazil

Tipe/desain : OMEGA LAVANA DM 12-24. 105

Putaran : 1480 rpm

Daya : 15 Kw

Kuat Arus : 12.5 Ampere

Tegangan : 380 Volt, 3 Phasa, Cos 0.8

Tahun Konstruksi : 1992

Kapasitas : 20.000 Botol/jam

Fungsi : Mencuci botol

4. Carbonation Tank

Produksi : H & K

Tipe/desain : Karbonisier Tank

Tahun Konstruksi : 1989

Kapasitas : 840 L

Fungsi : Memasukkan CO2 ke campuran syrup dengan air

5. Glass Sylinder For Water

Produksi : H & K

Tahun Konstruksi : 1989

Diameter : 450 mm

Tinggi : 400 mm

(58)

6. . Glass Sylinder For Syrup

Produksi : H & K

Tahun Konstruksi : 1989

Diameter : 450 mm

Tinggi : 400 mm

Fungsi : Menampung syrup akhir

7. Filler dan Crowner

Produksi : H & K

Tipe/desain : (V) V F 34/10

Tahun Konstruksi : 1989

Kapasitas : 18.000 botol/jam

Putaran : 1400 rpm

Daya : 7,5 Kw

Kuat Arus : 6 Ampere

Tegangan : 380 Volt, 3 Phasa, Cos 0.85

Fungsi : Pengisian minuman ringan dan penutupan botol

8. Coding Machine

Produksi : Makro Print Ltd

Tipe/desain : SWMT

Kuat Arus : 0.6 Ampere

Tegangan : 220 Volt, 1 Phasa, Cos 0.9

Tahun Konstruksi : 1984

Kapasitas : 18.000 botol/jam

(59)

9. Carbon Coller

Produksi : H & K

Tipe/desain : Eurocal 18 SN

Tahun Konstruksi : 1989

Kapasitas : 7 m3/jam

Fungsi : Mendinginkan campuran air dan syrup untuk

memudahkan pengabsorbsian CO2

10. Hot Water Tank

Produksi : Indolaval

Tahun Konstruksi : 1989

Kapasitas : 8 m3

Diameter : 1700 mm

Tinggi : 4750 mm

Fungsi : Tempat penyimpanan air yang selesai dipanaskan

11. Heat Exchanger

Produksi : Alval-Laval

Tipe/desain : SME

Tahun Konstruksi : 1989

Kapasitas : 12 L

Fungsi : Pengatur panas

12. Carbon Filter

Produksi : PT. Super Andalas Stell

(60)

Kapasitas : 10 m3/jam

Diameter : 1100 mm

Tinggi : 2400 mm

Fungsi : Menyaring Chlorine dan partikel-partikel kecil

13. Water Polisher

Produksi : Cuno Merioen

Tipe/desain : 50 C

Diameter : 205 mm

Tinggi : 700 mm

Fungsi : Melakukan Penyaringan akhir pada air olahan

14. Water Buffer Tank

Produksi : PT. Super Andalas Stell

Kapasitas : 12 m3

Diameter : 2196 mm

Tinggi : 400 mm

Fungsi : Tempat penambahan kembali zat chlorine

15. KMnO4 Tank

Kapasitas : 0,124 m3

Diameter : 331 mm

Tinggi : 1440 mm

(61)

16. Water Trap Filter

Kapasitas : 0, 124 m3

Diameter : 331 mm

Tinggi : 21440 mm

Fungsi : Memurnikan CO2 agar KMnO4 tidak terbawa

pada proses selanjutnya.

17. Carbon Tank

Kapasitas : 0,124 m3

Diameter : 331 mm

Tinggi : 1440 mm

Fungsi : Menghilangkan bau yang tidak diinginkan

18. Filter Paper

Diameter : 168 mm

Tinggi : 1440 mm

Daya : 2.5 kW

Arus : 1.5 Ampere

Tegangan : 380 Volt, 3 Phasa, Cos 0.85

Fungsi : Menyaring dan menahan kotoran

19. Syrup Filter

Produksi : H & K

Tipe/desain : Getra 500

Tahun Konstruksi : 1989

(62)

Kuat Arus : 1.5 Ampere

Tegangan : 380 Volt, 3 Phasa, Cos 0.85

Kapasitas : 4000 L/jam

Fungsi : Menyaring sirup dari kotoran

20. Precoting Tank

Produksi : Libbrecht

Kapasitas : 1000 L

Diameter : 1000 mm

Tinggi : 1200 mm

Putaran : 1480 rpm

Daya : 5.5 kW

Kuat Arus : 4 Ampere

Tegangan : 380 Volt, 3 Phasa, Cos 0.85

Fungsi : Tempat membentuk lapisan yang ada pada filter

paper.

21. Sugar Dissolving Tank

Produksi : Hoeksma & Velt B V

Tipe/desain : Cilcon

Tahun Konstruksi : 1983

Putaran : 1480 rpm

Daya : 5.5 kW

Kuat Arus : 4 Ampere

(63)

Kapasitas : 6800 L (netto 6200 L)

Fungsi : Tempat pelarutan gula dalam air

22. Finish Syrup Tank

Produksi : Hoeksma & Velt B V

Tipe/desain : Cilcon

Tahun Konstruksi : 1984

Kapasitas : 6800 L (netto 6200 L)

Putaran : 1480 rpm

Daya : 5.5 kW

Kuat Arus : 4 Ampere

Tegangan : 380 Volt, 3 Phasa, Cos 0.85

Fungsi : Menyimpan sirup yang telah selesai diolah

2.9.1.3. Power House

1. Generator

Produksi : Catlepilar

Tahun Konstruksi : 2000

Jumlah : 2 Unit

Daya : 2.5 Mega Watt

Tegangan : 380 Volt, 3 Phasa, Cos 0.88

Type/ desain : AT 400 MB 5/4

(64)

2. Boiler 1

Produksi : SACM

Type/desain : FIT

Tahun Konstruksi : 1971

Kapasitas : 4000 kg/jam

Output : 15 Bar

Bahan Bakar : Solar

Fungsi : Penghasil Panas

3. Boiler 2

Produksi : Standart Fasel

Type/ desain : DH 500 X 10

Tahun Konstruksi : 1981

Kapasitas : 5000 Kg/jam

Output : 10 Bar

Bahan Bakar : Solar atau natural gas

Fungsi : Penghasil panas

2.9.2. Peralatan (Equipment)

Didalam menjalankan kegiatan-kegiatan proses produksinya PT. Coca

Cola Bottling Indonesia Medan memanfaatkan beberapa alat (equipment). Adapun

alat-alat yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Conveyor

Gambar

Tabel. 2. 1. Jumlah Tenaga Kerja PT. Coca-Cola Bottling Medan
Tabel 2.2. Rata – rata Jumlah ... (lanjutan)
Tabel 2. 4. Rata – rata Jumlah Pemakaian CO2/unit Produksi
Gambar 2.2. Blok Diagram Pembuatan Soft Drink
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang telah dijelaskan, hipotesis yang diterima pada penelitian ini adalah H1 yaitu, gaya kepemimpinan berpengaruh signifikan

(B) Pilih Scoring Dan Interpretasi Jasa Psikolog ( Termasuk Layanan Otomatis ) Atas Dasar Bukti Validitas Program Dan Prosedur Serta Pertimbangan Lain Yang Sesuai.

Based on to research result, writer suggest to Puskesmas Halmahera Semarang that is to add the amount of active health volunteer need delegation 1 (one) health volunteer

1 markah diberi bagijawapan yang didapati dengan menggunakan nilai yang kurang tepat daripada bahagian ~oalan. Biasanya diikuti dengan tanda v dengan catatan kuantiti yang

Manajer Investasi dapat melakukan investasi pada Efek derivatif tanpa harus terlebih dahulu memiliki Efek yang menjadi aset dasar ( underlying ) dari derivatif tersebut

1.3 Calon persendirian yang mengulang dalam tempoh 3 tahun dari tarikh akhir menduduki peperiksaan SPM dan mendapat keputusan G (GAGAL) atau T (TIDAK

Dalam penelitian ini, data primer adalah data yang didapat langsung dari masyarakat sebagai sumber pertama dengan melalui penelitian lapangan, yang mengambil

Universitas Muhammadiyah Makassar didirikan oleh Pemimpin Wilayah Muhammadiyah Sulawesi Selatan dan Tenggara sebagai hasil karya Panitia Pendiri yang dibentuk pada Musyawarah