ANALISIS PRODUKTIVITAS DENGAN MENGGUNAKAN
METODE MARVIN E.MUNDEL PADA
PT. COCA-COLA BOTTLING INDONESIA MEDAN
DRAFT TUGAS SARJANA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri
Oleh :
SAHAT ADI WARDANA SIMANGUNSONG
020413032
P R O G R A M P E N D I D I K A N S A R J A N A E K S T E N SI D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I
F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISIS PRODUKTIVITAS DENGAN MENGGUNAKAN
METODE MARVIN E.MUNDEL PADA
PT. COCA-COLA BOTTLING INDONESIA MEDAN
DRAFT TUGAS SARJANA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri
Oleh :
SAHAT ADI WARDANA SIMANGUNSONG
020413032
Disetujui Oleh:
Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,
(Ir. Ukurta Tarigan, MT) (Tuti Sarma Sinaga, ST, MT)
P R O G R A M P E N D I D I K A N S A R J A N A E K S T E N SI D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I
F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BERITA ACARA BIMBINGAN TUGAS SARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS : TEKNIK
PROGRAM : S-1/ EKSTENSI
DEPARTEMEN : TEKNIK INDUSTRI
NAMA MAHASISWA : SAHAT ADI WARDANA SIMANGUNSONG
NIM : 020413032
JUDUL TUGAS SARJANA : ANALISIS RODUKTIFITAS DENGAN
MENGGUNAKAN METODE MARVIN E.MUNDEL
PADA PT.COCA- COLA BOTTLING
INDONESIA MEDAN
DOSEN PEMBIMBING : TUTI SARMA SINAGA, ST. MT
TANGGAL MATERI BIMBINGAN PARAF KETERANGAN
Medan, Juli 2008
PEMBIMBING,
BERITA ACARA BIMBINGAN TUGAS SARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS : TEKNIK
PROGRAM : S-1/ EKSTENSI
DEPARTEMEN : TEKNIK INDUSTRI
NAMA MAHASISWA : SAHAT ADI WARDANA SIMANGUNSONG
NIM : 020413032
JUDUL TUGAS SARJANA : ANALISIS DAN PERANCANGAN
PRODUKTIFITAS DENGAN MENGGUNAKAN
METODE MARVIN E.MUNDEL PADA
COLA BOTTLING INDONESIA MEDAN
DOSEN PEMBIMBING : IR. UKURTA TARIGAN, MT
TANGGAL MATERI BIMBINGAN PARAF KETERANGAN
Medan, Juli 2008
PEMBIMBING,
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas Berkat, Kasih dan anugerah-Nya yang telah diberikan kepada penulis,
sehingga dapat menyelesaikan Tugas Sarjana ini dengan baik.
Judul dari Tugas Sarjana ini adalah “ Analisis Produktivitas dengan
Menggunakan Metode Marvin E. Mundel pada PT. Coca-Cola Bottling Indonesia
Medan sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan di Departemen
Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Medan.
Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk merencanakan tingkat
produktifitas yang lebih baik lagi pada perusahaan, khususnya untuk meraih laba
yang lebih tinggi pada PT.Coca-Cola Bottling Indonesia Medan.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh
sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran guna kesempurnaan laporan ini.
Penulis berharap laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang
membaca laporan ini.
Universitas Sumatera Utara
Medan, Juli 2008
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak baik fisik
maupun moril selama menyelesaikan laporan ini, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT, selaku Ketua Departemen Teknik Industri,
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara Medan.
2. Bapak Ir. Sugih Arto, MM, selaku koordinator Tugas Sarjana Departemen
Teknik Industri, Universitas Sumatera Utara Medan.
3. Bapak Ir. Ukurta Tarigan, MT, dan Ibu Tuti Sarma Sinaga, ST. MT, selaku
Dosen Pembimbing I dan II atas bimbingan dan motivasinya selama penulis
menyelesaikan Tugas Sarjana ini
4. Orang tua penulis yang mencurahkan seluruh dukungannya dan perhatiannya
kepada penulis hingga Tugas Sarjana ini selesai.
5. Bapak Ahmad Nasoha selaku Humas di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia
Medan yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis untuk
melaksanakan penelitian di PT.Coca-Cola Bottling Indonesia Medan.
6. Bapak Darma yang telah banyak memberikan waktu selaku pembimbing
penulis di PT.Coca-Cola Bottling Indonesia Medan.
7. Seluruh Rekan-rekan Mahasiswa Teknik Industri Ekstensi Stambuk 2002 yang
telah memberikan motivasi dan bantuan informasi yang penulis butuhkan
DAFTAR ISI
BAB HALAMAN
LEMBAR PENGESAHAN
SERTIFIKAT SEMINAR
KATA PENGANTAR ... i
UCAPAN TERIMA KASIH ... ii
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... x
RINGKASAN ... xi
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ... I-1
1.2. Rumusan Masalah ... I-2
1.3. Tujuan dan Sasaran Penelitian ... I-2
1.4. Manfaat Penelitian ... I-2
1.5. Batasan dan Asumsi ... I-3
1.6. Sistematika Penulisan Laporan Tugas Sarjana ... I-4
II. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Perusahaan... II-1
2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-3
2.3. Struktur Organisasi Perusahaan ... II-4
2.5. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... II-13
2.5.1. Jumlah Tenaga Kerja... II-13
2.5.2 Jam Kerja ... II-14
2.6. Sistem Pengupahan ... II-15
2.7. Proses Produksi ... II-17
2.7.1. Standar Mutu Produk ... II-17
2.7.2. Bahan Yang Digunakan ... II-17
2.8. Uraian Proses ... II-22
2.9. Mesin dan Peralatan ... II-31
2.9.1. Mesin Produksi ... II-31
2.9.2. Peralatan (Equipment) ... II-42
2.9.3. Utilitas ... II-43
2.9.4. Safety & Fire Protection ... II-45
2.9.5. Waste Treatment ... II-46
III. LANDASAN TEORI
3.1. Pengertian Produktivitas ... III-1
3.2. Penyebab Penurunan Produktivitas Pada Perusahaan ... 1II-3
3.3. Ruang Lingkup Produktivitas ... III-4
3.4. Siklus Produktivitas ... III-6
3.5. Manfaat Pengukuran Produktivitas ... III-7
3.6. Persyaratan Kondisional Pengukuran Produktivitas ... III-9
3.7. Model Pengukuran Produktivitas ... III-11
3.9. Konsep Dasar Pengukuran Produktivitas Angka Indeks ... III-12
3.10. Pengukuran Produktivitas Berdasarkan Angka Marvin E. Mundel III-13
3.11. Evaluasi Sistem produktivitas Perusahaan ... III-17
3.12. Perencanaan Peningkatan produktivitas Perusahaan ... III-19
3.13. Inflasi/Deflasi ... III-19
3.14. Depresiasi ... III-22
IV. METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... IV-1
4.2. Rancangan Penelitian ... IV-1
4.3. Tujuan Penelitian ... IV-4
4.4. Pengumpulan Data ... IV-4
4.5. Pengolahan Data ... IV-5
4.6. Analisis dan Evaluasi ... IV-6
4.7. Kesimpulan dan Saran... IV-7
V. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1. Pengumpulan Data ... V-1
5.1.1. Metode Pengumpulan Data ... V-1
5.1.2. Data Jam Kerja ... V-1
5.1.3. Depresiasi Mesin dan Peralatan ... V-3
5.1.4. Data Biaya Energi ... V-5
5.1.5. Data Biaya Bahan Baku ... V-6
5.1.6. Data Biaya Tenaga Kerja setiap Bulan ... V-7
5.1.8. Data Tenaga Kerja Tidak Tetap ... V-8
5.2. Pengolahan Data... V-10
5.2.1. Perhitungan Deflator ... V-10
5.2.1.1. Perhitungan Deflator untuk Input Partial dari Capital
Cost (R1P1) ... V-10
5.2.1.2. Perhitungan Deflator Biaya Energi ... V-12
5.2.1.3. Perhitungan Deflator Biaya Bahan Baku ... V-13
5.2.1.4. Perhitungan Deflator Biaya Tenaga Kerja ... V-14
5.2.1.5. Perhitungan Deflator Biaya Perawatan ... V-16
5.2.2. Perhitungan Harga Konstan ... V-17
5.2.2.1. Harga Konstan Masukan Capital Cost ... V-18
5.2.2.2. Harga Konstan Masukan Biaya Energi ... V-19
5.2.2.3. Harga Konstan Masukan Biaya Bahan Baku ... V-20
5.2.2.4. Harga Konstan Masukan Tenaga Kerja ... V-21
5.2.2.5. Harga Konstan Masukan Biaya Pemeliharaan ... V-22
5.2.3. Perhitungan Resources Input Partial (R1P) ... V-23
5.2.3.1. Input Partial dari Capital Cost ... V-23
5.2.3.2. Input Partial dari Energi, Bahan Baku, Pemeliharaan
Mesin dan Peralatan serta Tenaga Kerja Tak Tetap... V-24
5.2.3.3. Input Partial dari Tenaga Kerja Tidak Tetap ... V-25
5.2.3.4. Perhitungan R1P Total ... V-26
5.2.4. Perhitungan Agregat Output Partial (AOP) ... V-27
(AOP1) ... V-27
5.2.4.2. Perhitungan Agregat Output of Direct Labor
Recovery (AOP2) ... V-29
5.2.4.3. Perhitungan Agregat Output dari Tenaga Kerja
Tidak Tetap (AOP3) ... V-30
5.2.4.4. Perhitungan AOP Total ... V-31
VI. ANALISA DAN EVELUASI
6.1. Analisa ... VI-1
6.1.1. Indeks Produktivitas ... VI-3
6.1.2. Indeks Parsial ... VI-5
6.1.2.1. Produktivitas Modal ... VI-5
6.1.2.2. Produktivitas Energi ... VI-7
6.1.2.3. Produktivitas Pemeliharaan Mesin ... VI-9
6.1.2.4. Produktivitas Tenaga Kerja ... VI-10
6.1.2.5. Produktivitas Bahan ... VI-12
6.2. Evaluasi ... VI-14
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan ... VII-1
7.2. Saran ... VII-2
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1. Jumlah Tenaga Kerja PT.Coca-cola Bottling Indonesia Medan ... II-13
2.2. Rata-rata Jumlah Pemakaian Gula/Unit Produksi ... II-18
2.3. Rata-rata Jumlah Pemakaian Concentrate/unit Produksi ... II-19
2.4. Rata-rata Jumlah Pemakaian CO2/unit Produksi ... II-20
5.1. Jam Kerja Tersedia Tahun 2007 ... V-1
5.2. Total Input Partial dari Capital Cost (RIP1) ... V-4
5.3. Data Biaya Energi Tahun 2007 ... V-5
5.4. Data Biaya Bahan Baku Tahun 2007 ... V-6
5.5. Data Biaya Tenaga Kerja Tahun 2007 ... V-7
5.6. Data Biaya Pemeliharaan Mesin dan Peralatan Tahun 2007 ... V-8
5.7. Data Jam Kerja Tidak Tetap Tahun 2007 ... V-9
5.8. Deflator untuk Input Partial dari Capitas cost Tahun 2007 ... V-10
5.9. Deflator untuk Biaya Energi Tahun 2007 ... V-12
5.10. Deflator untuk Biaya Bahan Baku Tahun 2007 ... V-13
5.11. Deflator untuk Biaya Tenaga Kerja Tahun 2007 ... V-15
5.12. Deflator untuk Biaya PerawatanTahun 2007 ... V-16
5.13. Perhitungan Harga Konstan Capital Cost Tahun 2007 ... V-18
5.14. Perhitungan Harga Konstan Masukan Energi Tahun 2007 ... V-20
5.16. Perhitungan Harga Konstan Masukan Tenaga Kerja Tahun 2007 ... V-21
5.17. Perhitungan Harga Konstan Masukan Biaya Pemeliharaan Tahun 2007 .... V-22
5.18. Total input Partial dari Capital Cost (RIP1) Tahun 2007 ... V-23
5.19. Input Partial dari Energi, Pemeliharaan, Masin dan Peralatan
Serta Tenaga Kerja 2007 ... V-24
5.20. Input Partial dari Tenaga Kerja Tidak Tetap (RIP3) ... V-25
5.21. Perhitungan RIP Total Tahun 2007... V-26
5.22. Jumlah Produksi Coca-cola dan Sprite Tahun 2007 ... V-27
5.23. Total Biaya Kapital, energi, Pemeliharaan dan Bahan Tahun 2007 ... V-28
5.24. Agregat Output Partial (AOP) Tahun 2007... V-29
5.25. Agregat Output of Direct Labor Recovery (AOP2)Tahun 2007 ... V-29
5.26. Agregat Output Tenaga Kerja Tidak Tetap (AOP3)Tahun 2007 ... V-30
5.27. Total Agregat Output Partial Tahun 2007 ... V-31
6.1. Indeks produktivitas Tahun 2007 ... VI-3
6.2. Indeks Produktivitas Modal Setiap Periode Pengukuran Tahun 2007 ... VI-6
6.3. Indeks Produktivitas Energi Setiap Periode Pengukuran Tahun 2007 ... VI-7
6.4. Indeks Produktivitas Pemeliharaan Mesin dan Peralatan Setiap Periode
Pengukuran Tahun 2007 ... VI-9
6.5. Indeks Produktivitas Tenaga Kerja Setiap Periode Pengukuran
Tahun 2007 ... VI-10
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Struktur Organisasi PT.Coca-cola Bottling Indonesia Medan ... II-5
2.2. Blok Diagram Pembuatan Soft Drink ... II-23
3.1. Model Siklus Produktifitas ”MEPI”... III-6
4.1. Tahapan-tahapan Penelitian ... IV-3
4.2. Blok Diagram Pengolahan Data ... IV-6
5.1. Indeks Harga Konsumen (IHK) Tahun 2007 ... V-11
5.2. Indeks Harga Energi Tahun 2007 ... V-13
5.3. Indeks Harga Bahan Baku Tahun 2007 ... V-14
5.4. Indeks Harga Tenaga Kerja Tahun 2007 ... V-15
5.5. Indeks Harga Perawatan Tahun 2007 ... V-17
6.1. Diagram Tulang Ikan Produktifitas Perusahaan ... VI-3
RINGKASAN
Produktifitas adalah hasil yang ingin dicapai dengan seluruh daya yang digunakan atau dengan kata lain seluruh output (keluaran) dari perusahaan dibagi dengan input (masukkan)dari perusahaan.
Dalam penelitian ini PT. Coca-cola Bottling Indonesia Medan ingin mencapai laba atau profit yang tinggi dan hal ini dapat dicapai dengan mempertimbangkan masukkan biaya energi, tenaga kerja, modal, pemeliharaan mesin dan bahan baku dalam perusahaan tersebut..
Langkah yang dilakukan untuk memecahkan masalah ini adalah mengumpulkan data indeks harga dari Biro Statistik dan mengumpulkan data perusahaan berupa data input dan data output perusahaan, data yang diperoleh dari perusahaan antara lain: data biaya bahan baku, tenaga kerja, pemeliharaan mesin/peralatan, dan data pemakaian energi. Data yang sudah didapatkan kemudian diolah dengan menggunakan metode Marvin E.Mundel. Adapun tahapan-tahapan yang digunakan untuk mengolah data yang didapatkan adalah menghitung deflator indeks harga dari setiap item, menghitung input partial dari capital cost, mengitung input partial dari tenaga kerja langsung, energi, bahan baku, pemeliharaan mesin/peralatan, menghitung input partial tenaga kerja tidak langsung, manghitung output partial modal, menghitung output partial dari buruh tetap, menghitung output partial dari buruh tidak langsung.
RINGKASAN
Produktifitas adalah hasil yang ingin dicapai dengan seluruh daya yang digunakan atau dengan kata lain seluruh output (keluaran) dari perusahaan dibagi dengan input (masukkan)dari perusahaan.
Dalam penelitian ini PT. Coca-cola Bottling Indonesia Medan ingin mencapai laba atau profit yang tinggi dan hal ini dapat dicapai dengan mempertimbangkan masukkan biaya energi, tenaga kerja, modal, pemeliharaan mesin dan bahan baku dalam perusahaan tersebut..
Langkah yang dilakukan untuk memecahkan masalah ini adalah mengumpulkan data indeks harga dari Biro Statistik dan mengumpulkan data perusahaan berupa data input dan data output perusahaan, data yang diperoleh dari perusahaan antara lain: data biaya bahan baku, tenaga kerja, pemeliharaan mesin/peralatan, dan data pemakaian energi. Data yang sudah didapatkan kemudian diolah dengan menggunakan metode Marvin E.Mundel. Adapun tahapan-tahapan yang digunakan untuk mengolah data yang didapatkan adalah menghitung deflator indeks harga dari setiap item, menghitung input partial dari capital cost, mengitung input partial dari tenaga kerja langsung, energi, bahan baku, pemeliharaan mesin/peralatan, menghitung input partial tenaga kerja tidak langsung, manghitung output partial modal, menghitung output partial dari buruh tetap, menghitung output partial dari buruh tidak langsung.
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Masalah
Produktivitas sangat peka terhadap daya saing, tingkat inflasi dan standart
kehidupan masyarakat. Keberasilan suatu perusahaan dalam menjalankan
usahanya dapat dilihat dari bagaimana perusahaan tersebut menggunakan dan
mengolah segala sumber daya yang dimiliki.
Semakin efisien sebuah perusahaan mengolah sumber daya yang ada
semakin besar pula perusahaan memperoleh laba yang merupakan suatu
keharusan bagi sebuah perusahaan untuk menghadapi persaingan. Hal ini
dimungkinkan karena perusahaan dapat bersaing dengan perusahaan lain dalam
menawarkan harga kepada konsumen.
PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Medan, yang bergerak dalam industri
minuman ringan saat ini memiliki kondisi mesin dan peralatan sekitar 75% dalam
menghasilkan output dikarenakan peralatan dan mesin-mesin yang dimiliki sudah
tua sehingga kurang optimal dalam berproduksi.
Dengan menganalisa produktivitas diharapkan diketahui
kelemahan-kelemahan dalam operasional PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Medan, sehingga
dapat dirumuskan strategi-strategi yang tepat untuk memperbaikinya. Jika PT.
Coca-Cola Bottling Indonesia Medan tidak melakukan perbaikan dalam
karenanya perusahaan tersebut tidak memiliki daya tahan yang kuat untuk
menanggung kenaikan biaya yang lebih tinggi.
Untuk dapat mengetahui bagaimana tingkat produktivitas PT. Coca-Cola
Bottling Indonesia Medan maka perlu dilakukan suatu upaya pengukuran
produktivitas
I.2. Rumusan Masalah
PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Medan selalu mempunyai tujuan untuk
meraih laba seoptimum mungkin bagi sejumlah modal yang dikeluarkan. Adapun
permasalahan yang dihadapi perusahaan ini adalah kondisi mesin dan peralatan
yang saat ini sudah mencapai 75%. Dan dalam penelitian ini, akan ditinjau
bagaimana melakukan pengukuran tingkat produktivitas sehingga dapat diketahui
faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produktivitas dalam mengolah input
menjadi output. Untuk itu diperlukan analisis yang memberikan informasi tentang
tingkat produktivitas perusahaan.
I.3. Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini dilaksanakan adalah untuk:
1. Menganalisis tingkat produktivitas perusahaan selama periode pengukuran.
2. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
Tujuan khusus penelitian ini dilaksanakan adalah untuk:
Adapun yang menjadi tujuan khusus penelitian ini adalah suatu kesempatan untuk
melatih keterampilan dalam bidang ilmu yang ditekuni secara khusus untuk
melengkapi tugas sarjana.
I.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian dan perencanaan produktifitas perusahaan
ini adalah:
1. Bagi Perusahaan
a. Bahan perbandingan serta sumbangan pemikiran dalam menganalisis
tingkat produktivitas PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Medan, sehinga
perusahaan dapat menilai faktor-faktor yang mempegaruhi tingkat
produktivitas perusahaan.
b. Analisa dan perencanaan produktivitas berguna untuk pengembangan
perusahaan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
c. Memberikan masukan penelitian produktivitas pada industri pengolahan
minuman ringan Coca-Cola.
2. Bagi Mahasiswa
Penelitian ini adalah suatu kesempatan untuk melatih keterampilan dalam
bidang ilmu yang ditekuni secara khusus untuk melengkapi tugas sarjana.
I.5. Batasan dan Asumsi
1. Analisis produktivitas ini dengan menggunakan metode Marvin E.Mundel.
Data yang diamati antara bulan Januari sampai dengan Desember 2007.
2. Analisis produktivitas hanya pada pabrik di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia
Medan.
3. Untuk Produktivitas parsial yang diteliti adalah, produktivitas tenaga kerja,
modal, energi, bahan serta pemeliharaan mesin/peralatan dan dalam satuan
Rupiah.
Adapun asumsi yang dipergunakan adalah:
1. Kondisi perekonomian dan tingkat inflasi negara dalam keadaan stabil pada
batas-batas yang ditolerir atau wajar.
2. Kegiatan produksi berjalan normal
3. Tenaga kerja tidak berubah dan dianggap sudah menguasai tugas.
I.6. Siatematika Penulisan Tugas Akhir
Sistematika penulisan tugas akhir adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian. Pembatasan masalah, asumsi dan
sistematika penulisan.
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Bab ini menguraikan gambaran ringkas tentang objek studi
meliputi sejarah perusahaan, bidang usaha, struktur organisasi,
BAB III LANDASAN TEORI
Bab ini menguraikan konsep dan teori yang berkaitan dengan
masalah dam metode pemecahan yang dibahas dalam penelitian
ini. Dasar teori diproleh dari buku-buku literatur yang berhubungan
dengan teori-teori pengukuran produktivitas metode Marvin
E.Mundel.
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi metodologi yang dipergunakan untuk mencapai
tujuan penelitian ini yang meliputi tahapan-tahapan penelitian dan
penjelasan tiap tahapan secara ringkas.
BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Bab ini menyajikan proses serta hasil pengumpulan data yang
dibutuhkan untuk pemecahan masalah baik itu data primer maupun
data sekunder dan proses serta hasil pengolahan data.
BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH
Bab ini mengemukakan hasil analisa dan evaluasi yang dilakukan
terhadap data yang diperoleh.
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini menyajikan kesimpulan dari hasil penelitian serta
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2. 1. Sejarah Perusahaan
Coca-Cola merupakan produk minuman ringan yang dikenal dengan soft
drink. Pertumbuhan Coca-Cola sebagai minuman ringan dan salah satu merek
minuman ringan yang terkenal di dunia tentu tidak terlepas dari permulaan awal
pertumbuhannya. Sejarah produk Coca-Cola semula berawal pada bulan Mei 1886
di Atlanta, Georgia, Amerika Serikat, ketika seorang ahli farmasi dan ahli
minuman Dr. Jhon Styth Pemberton memformulasikan suatu ramuan khusus
dengan gula murni menjadi sirup dan beraroma segar dan berwarna karamel yang
kemudian dikenal dengan Coca-Cola.
Seiring dengan perjalanan waktu, Coca-Cola semakin berkembang dan
digemari masyarakat, maka timbul ide dari Joseph Beidenharn untuk
membotolkan Coca-Cola. Sejak tahun 1990 distribusi Coca-Cola secara
meyakinkan meluas sampai keluar negri. Pada tahun 1907 pembangunan
pabrik-pabrik pembotolan Coca-Cola di luar negeri mulai digiatkan. Pembangunan
dilakukan dengan cara memakai Franchise System, yaitu sistem kerja sama saling
menguntungkan antara dua perusahaan ( The Coca-Cola Company dengan Pabrik
Minuman) yang sama sekali terpisah modal kepemilikan dan manajemen.
Coca-Cola mulai diperdagangkan di Indonesia pada tahun 1927 ketika
Nederland Indische Mineral Water Fabriek (Pabrik Air Mineral Hindia Belanda)
zaman penjajahan Jepang (1942-1945), tetapi setelah kemerdekaan Indonesia,
pabrik tersebut beroperasi di bawah nama The Indonesia Bootles Ltd. NV (IBL)
dengan status perusahaan nasional. Tahun 1971 IBL menjalin kerjasama dengan
tiga perusahaan Jepang, yaitu Mitsui Toatsu Chemical Inc, Mitsui & Co. Ltd dan
Mikuni Coca-Cola Bottling Co. membentuk PT. Djaya Beverages Bootling
Company (DBBBC).
Sampai sekarang tercatat ada 11 pabrik Coca-Cola yang beroperasi di
berbagai propinsi di Indonesia. Pabrik-pabrik ini diberi lisensi oleh The
Coca-Cola Company di Atlanta, Georgia, Amerika Serikat untuk memproduksi, dengan
perwakilannya di Indonesia adalah PT. Coca-Cola Indonesia.
Kesebelas pabrik pembotolan tersebut adalah :
1. Tahun 1971 : PT. Djaya Beverages Bottling Company, Jakarta.
2. Tahun 1973 : PT. Brasseris Del Indonesia, Medan.
3. Tahun 1976 : PT. Tirtalina Bootling Company, Surabaya.
4. Tahun 1978 : PT. Coca-Cola Pan Java Bottling Company, Semarang.
5. Tahun 1951 : PT. Tirta Permata Sari Bottling Company, Ujung Pandang.
6. Tahun 1983 : PT. Tirta Mukti Indah Bottling Company, Bandung.
7. Tahun 1985 : PT. Tribana Jaya Nusantara Bottling Company,. Padang.
8. Tahun 1985 : PT. Banyu Agung Sejahtera Bottling Company, Denpasar.
9. Tahun 1985 : PT. Swarna Dipa Mekar Bottling Company, Tanjung Karang.
10. Tahun 1985 : PT. Bangun Wenang Beverage Company, Menado.
11. Tahun 1991 : PT. Eka Ticma Manunggal Bottling Company, Banjarmasin.
Tahun 1995 Coca-Cola Amatil milik Australia yang merupakan
pemasaran produk The Coca-Cola Company mengambil alih semua pabrik
pembotolan Coca-Cola Company di Indonesia kecuali Manado.
2. 2. Ruang Lingkup Bidang Usaha
PT. Coca-Cola Bottling Indonesia mulai dirintis pada tahun 1973 oleh PT.
Braseries Del Indonesia, perusahaan PMA Prancis. Produk andalan perusahaan ini
sebenarnya Bir, Coca-Cola, Sprite dan Fanta merupakan produk sampingan. Pada
tahun 1982 PT. Brasseries Del Indonesia diambil alih oleh PT. Multi Bintang
Indonesia yang juga produsen bir terkenal di Indonesia.
PT. Coca-Cola Bottling Indonesia pada mulanya didirikan dengan nama
PT. Pan Java Bottling Company. Perusahaan ini didirikan oleh P. Hutabarat lalu
beliau memberikan kepercayaan kepada Mugijanto, seorang karyawan muda PT.
Panatraco Ltd, Jakarta untuk mengengola. Pada tahap awal, kegiatan perusahaan
ini adalah sebagai penyalur minuman Coca-Cola, Sprite dan Fanta untuk daerah
Medan, Aceh dan sekitarnya. Karena pelanggan sering mengeluh akan persediaan
produk yang kurang akibat keterlambatan barang, maka pada tanggal 5 Desember
1976 didirikan pabrik pembotolan PT. Coca-Cola Amatil Indonesia yang salah
satunya berada di Medan. Saat ini PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Medan
mempunyai 630 orang karyawan yang terbagi dalam berbagai bidang dan
memproduksi 3 macam jenis miniman ringan (sof drink) yang berkarbonat, yaitu
Coca-Cola, Sprite, Fanta dan 1 macam jenis minuman teh botol Frestea yang
terbagi dalam berbagi macam ukuran (193 ml, 296 ml dan 220 ml) dalam
2.3. Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi merupakan kerangka organisasi yang ditetapkan untuk
proses manajerial sistem dan pola tingkah laku yang muncul di dalam praktek
penyelenggaraan organisasi dan manajemen. Penyusunan struktur organisasi
sangat penting guna membantu pengaturan dan pengarahan usaha-usaha
organisasi sehingga memudahkan koordinasi dan konsistensi dengan
tujuan-tujuan organisasi.
PT. Coca-Cola Botlling Indonesia Medan berstruktur organisasi
horizontal/ organic setelah mengalami reorganisasi pada April 2004. Reorganisasi
adalah proses perombakan struktur organisasi sehingga perusahaan lebih efisien
dalam bertindak. Sifat organisasinya berubah dari desentralisasi menjadi
sentralisasi. Peran struktur organisasi yang ramping (horizontal) ini akan
mempermudah pengawasan dan dapat memangkas biaya birokrasi yang rumit
dalam perusahaan dengan penghapusan level organisasi yang tidak perlu
(Kotler,2004).
Struktur yang dimiliki dan dijalankan perusahaan Coca-Cola Regional
Medan adalah struktur fungsional dan garis, seperti terlihat pada Gambar 2.1.
Struktur organisasi fungsional dan garis berada dalam satu garis komando,
dimana masing-masing bawahan wajib melaksanakan instruksi dan bertanggung
jawab kepada atasannya sesuai dengan instruksi yang diterimanya. Pimpinan
(General Manager) langsung membawahi setiap manager sedangkan staff
2.4. Pembagian Tugas Dan Tanggung Jawab
Berikut ini adalah uraian tugas dan tanggung jawab setiap bagian-bagian
yang ada di perusahaan :
1. General Manager
a. Menentukan dan merumuskan kebijaksanaan utama dalam usaha
pencapaian tujuan umum perusahaan.
b. Mengkoordinir dan mengawasi tugas-tugas yang didelegasikan kepada
manager-manager dan menjalin hubungan yang baik dengan mereka.
c. Membuat peraturan-peraturan intern pada perusahaan yang tidak
bertentangan dengan undang-undang yang ditetapkan.
2. Secretary
a. Menyelenggarakan surat-menyurat yang berhubungan dengan perusahaan.
b. Mengatur hubungan dengan pihak luar atau tamu.
c. Menyusun dokumentasi.
d. Bertanggung jawab kepada General Manager
3. Human Resources Manager
a. Menerjemahkan strategi perusahaan ke dalam strategi SDM.
b. Menumbuhkan kepuasan karyawan terutama terhadap gaji (Base Salary
and Variabel Salary), bonus, tunjangan kerja (Inature).
c. Mencari info Best Practice dalam pelatihan, pengembangan karyawan dan
manajemen karir dari perusahaan lain.
e. Membantu dalam administrasi karyawan termasuk masalah pelaksanaan
hukum.
f. Membantu Industrial Affairs Manager, Public Relation Manager, Training
Manager, dan Remuneration Manager (Menangani masalah pengupahan)
g. Bertanggung jawab kepada General Manager.
4. Finance Manager
a. Membantu pencapaian sasaran keuangan perusahaan dengan
mempersiapkan laporan keuangan yang terkonsolidasi secara tepat waktu
dan akurat.
b. Membantu General Manager mengumpulkan/menyusun data untuk
rencana finansial jangka pendek maupun jangka panjang.
c. Membawahi Financial Accounting Manager, Manajement Accounting
Manager, Examiner Accounting Manager, Purchasing/ Procurement
Supervisor, Tax Office.
d. Bertanggung jawab kepada General Manager.
5. General Sales and Marketing Manager
a. Mengorganisasi dan mengontrol pendistribusian/pemasaran produk agar
target penjualan dan market share dapat tercapai.
b. Bertanggung jawab menyediakan informasi pasar yang akurat dan up to
date.
c. Membawahi Area Manager Medan (Koordinator penjualan di Medan),
System (CSS Mgr), Distribution Service System (DSS Mgr), Marketing
Development (MD Mgr).
d. Bertanggung jawab kepada General Manager.
6. Technical Operation Manager
a. Mengkoordinir dan mengawasi setiap bagian yang ada di bawahnya
misalnya processing, teknik, raw material, dan administrasi produksi.
b. Merencanakan, mengawasi dan mengatur produksi perusahaan agar sesuai
dengan spesifikasi dan standar mutu yang telah ditentukan.
c. Membawahi Production Manager, Maintenance Engineering Manager,
Warehouse and Transp. Manager, Demand and O.P Manager, Quality
Assurance Manager, Quality Management System Manager.
d. Bertanggung jawab kepada General Manager.
7. Business Service Manager
a. Mengawasi rencana dan pelaksanaan program jasa pelayanan dan
pengadaan sarana kendaraan/mobil Coca-Cola bagi karyawan.
b. Mengadakan bimbingan, pengarahan, serta pengendalian kepada
karyawan-karyawan jasa perusahaan sehingga aktivitas mereka dapat
diarahkan kepada tercapainya pekerjaan yang efektif, efisien dan lancar.
c. Membawahi IS Application Manager, CDE Manager dan Fleet Manager.
d. Bertanggung jawab kepada General Manager
8. Cold Drink Equipment Manager
a. Melakukan pembelian cold dink equipment
c. Bertanggung jawab kepada General Manager
9. Information System Manager
a. Mengawasi progam pelayanan umum dan pemelihaaan lokasi pabrik
b. Mengawasi penyelesaian izin, rekomendasi dari instalasi pemerintah
c. Betanggung jawab kepada HRD Manager
10. Extenal Affair Officer
a. Menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat
b. Meminta dana untuk mengadakan kegiatan amal bagi masyaakat
c. Bertanggung jawab kepada HRD Manager
11. Taining Coordinator
a. Mengadakan pelatihan
b. Memilih peserta pelatihan
c. Bertanggung jawab kepada HRD Manager
12. Financial Accountant
a. Mengumpulkan dana dan menyusun data keuangan perusahaan
b. Mengatur cash flow untuk perusahaan
c. Bertanggung jawab kepada Finance Manager
13. Management Accountant
a. Membuat pembukuan keuangan di perusahaan
b. Memperoleh data keuangan dari departemen lain di perusahaan
c. Bertanggung jawab kepada Finance Manager
14. Examier Accountant
b. Mengatur cash flow untuk luar kota
c. Bertanggung jawab kepada Finance Manager
15. Purchasing Supervisor
a. Melakukan pembelian bahan baku, bahan penolong dan bahan tambahan
b. Menyetujui ataupun membatalkan pembelian bahan
c. Bertanggung jawab kepada Finance Manager
16. Tax Officer
a. Mengaudit mengenai kebutuhan akan karyawan
b. Mengajukan usulan untuk menambah atau mengurangi karyawan
c. Bertanggung jawab kepada Finance Manager
17. Area Manager Medan
a. Mendayagunakan seluruh aparat dan peralatan yang ada di warehouse di
Medan secara optimal dan efisien
b. Memberhentikan sales-sales di Medan yang dianggap melanggar
peraturan perusahaan
c. Bertanggung jawab kepada General sales Manager
18. Area Manager Out town
a. Mendayagunakan seluruh aparat dan yang ada di warehouse di luar kota
secara optimal
b. Memberhentikan sales-sales di Medan yang dianggap melanggar
peraturan perusahaan
19. Channel Manager
a. Mengawasi penjualan produk pada distributor di dalam kota
b. Memberhentikan sales-sales di Medan yang dianggap melanggar peraturan
perusahaaan
c. Bertanggung jawab kepada Genaral sales Manager
20. Fleet Manager
a. Mengawasi pendistribusian keperluan produksi di lantai pabrik
b. Mengatur pendistribusian keperluan produksi
c. Bertanggung jawab kepada General sales Manager
21. Dealer Manager
a. Mengembangkan dealer-dealer di wilayah pemasaran
b. Mengklaim dealer-dealer yang melanggar perjanjian bersama
c. Bertanggung jawab kepada General Sales Manager
22. Production Manager
a. Membuat laporan produksi secara periodic mengenai mutu dan jumlah
produk apakah sesuai dengan yang telah ditentukan
b. Mengkoordinir kegiatan-kegiatan dalam bidang pemerosesan bahan baku
menjadi produk jadi
c. Bertanggung jawab kepada Technical Operation Manager
23. Technical Part and Row Material Manager
a. Mengawasi peralatan dan mesin produksi
b. Mengajukan usulan untuk pengadaan suku cadang dan keperluan mesin.
24. Engineering Manager
a. Mengontrol aktivitas yang berhubungan dengan keteknikan untuk
meyakinkan agar target produksi dapat tercapai
b. Memonitor aktivitas yang berhubungan dengan keteknikan
c. Bertanggung jawab kepada Technical Operation Manager
25. Personal Administration Manager
a. Mengawasi serta membuat laporan mengenai prestasi kerja para karyawan
b. Mengajukan promosi untuk karyawan
c. Bertanggung jawab kepada Technical Operation Manager
26. Quality Assurance Manager
a. Meneliti, memeriksa dan menganalisa mutu bahan baku maupun produk
jadi
b. Memisahkan bahan baku maupun produk yang tidak sesuai dengan standar
yang telah ditentukan
c. Bertanggung jawab kepada Technical Operation Manager
27. PPIC Manager
a. Merencanakan dan mengontrol kebutuhan untuk kegiatan proses produksi
b. Bertanggung jawab kepada Technical Operation Manager
28. Technical & Desktop Support
a. Mengumpulkan informasi-informasi bisnis yang dibutuhkan perusahaan
b. Meminta informasi yang dibutuhkan dari departemen lainnya di
perusahaan
2.5. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja
2.5.1. Jumlah Tenaga Kerja
Tenaga kerja di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan direkrut
dari tenaga kerja bangsa Indonesia sendiri. Sebagian besar tenaga kerja di bagian
produksi dan pemasaran direkrut dari penduduk sekitar pabrik.
Jumlah tenaga kerja pada PT. Coca-Cola Bottling Medan sampai pada
bulan Desember 2006 sebanyak 627 orang karyawan. Perincian jumlah karyawan
tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel. 2. 1. Jumlah Tenaga Kerja PT. Coca-Cola Bottling Medan
Departement Jumlah Karyawan
1. General Administration 9 orang
2. Finance and Accounting 14 orang
3. Human Resources 26 orang
4. Sales and Marketing 408 orang
5. Production 170 orang
Total 627 orang
Sumber : PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Medan
Status karyawan pada perusahaan ini mempunyai status sebagai berikut :
a. Karyawan bulanan (tetap) dengan gaji/upah dibayar sekali sebulan sesuai
dengan klasifikasi penggajian yang dibagi-bagi dalam golongan tertentu.
minggu sesuai dengan standart upah yang berlaku di perusahaan dengan
berpedoman pada ketentuan upah minimum yang ditetapkan pemerintah.
c. Karyawan honorer/kontrak dengan upah yang ditetapkan berdasarkan
dokumen perjanjian kontrak secara individu.
2.5.2. Jam Kerja
Agar perusahaan dapat berjalan lancar dan optimal dalam melaksanakan
operasional pabrik untuk mencapai tujuan maka diperlukan pengaturan waktu jam
kerja yang baik.
Sesuai dengan peraturan Depnaker bahwa jam kerja seorang karyawan
adalah 40 jam perminggu, selebihnya diperkirakan jam kerja lembur. Pengaturan
jam kerja normal untuk karyawan adalah sebagai berikut:
1. Semua karyawan kecuali karyawan di departemen marketing, security dan
kamar mesin hari kerjanya adalah hari Senin sampai dengan hari Jumat
dengan jam kerja sebagai berikut :
Jam 08.00 - 12.00 WIB Waktu Kerja
Jam 12.00 - 13.00 WIB Waktu Istirahat
Jam 13.00 - 17.00 WIB Waktu Kerja
2. Untuk Departemen Marketing, jam kerja untuk hari Senin sampai Jumat
adalah :
Jam 08.00 - 12.00 WIB
Jam 12.00 - 13.00 WIB
Jam 13.00 - 17.00 WIB
a. Bagian Security (Departemen Human Resources Development) dan
kamar mesin (Departement Production), jam kerja dibagi atas tiga shift
setiap hari yakni :
Shift I : Jam 06.00 – 14.00 WIB
Shift II : Jam 14.00 – 22.00 WIB
Shift III : Jam 22.00 – 06.00 WIB
Untuk bagian security satu shift terdiri dari empat orang dengan pergantian
setiap dua hari sekali, sedangkan untuk kamar mesin, pergantian shift setiap lima
hari sekali dan satu shift hanya satu orang yang bekerja.
2.6. Sistem pengupahan
Gaji/upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari perusahaan
kepada karyawan untuk suatu pekerjaan yang telah dilakukan yang dinilai dalam
bentuk perjanjian atau undang-undang. Banyak cara atau sistem pembayaran
gaji/upah yang digunakan oleh perusahaan. Setiap perusahaan memakai sistem
yang berbeda-beda, dengan dasar sistem tersebut akan membawa keuntungan bagi
perusahaan tanpa merugikan karyawan.
Sistem pengupahan di perusahaan ini dibedakan atas :
a. Untuk karyawan bulanan dan honorer menerima gaji setiap bulan sekali
pada tiap tanggal 25.
b. Untuk karyawan harian menerima gaji dua minggu sekali.
Bagi setiap karyawan yang bekerja diluar jam kerja normal, akan
Upah lembur =
173 1
x gaji pokok x jumlah jam lembur
Berdasarkan ketentuan Depnaker jam kerja sebulan adalah 173 jam.
Perhitungan jam lemburnya adalah :
a. Untuk hari biasa :
- Jam lembur pertama dikali 1,5 x upah
- Jam lembur selebihnya dikali 2 x upah lembur
b. Untuk hari Sabtu/libur :
- Jam pertama dikali 2 x upah lembur
- Jam kedelapan dikali 3 x upah lembur
- Jam kesembilan dan seterusnya dikali 4 x upah lembur
c. Untuk karyawan yang lembur diberikan juga tambahan uang makan lembur
sebesar
- Untuk lembur 3 jam pertama diberikan uang makan senilai 1 kali
makan.
- Untuk jam lembur berikutnya akan ditambah lagi uang makan senilai
1 kali makan (setiap 5 jam berikutnya).
Khusus untuk bagian Marketing tidak diperhitungkan lembur apabila
bekerja di luar jam kerja yang telah ditentukan, tetapi mereka akan mendapat
2.7. Proses Produksi
Dalam melaksanakan suatu aktivitas produksi pada perusahaan, tentunya
tidak terlepas dari bahan-bahan yang digunakan dan jenis produk yang akan
dibuat. Oleh sebab itu PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Medan menggunakan
bahan baku utama, bahan penolong dan bahan tambahan.
2. 7. 1. Standar Mutu Produk
PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Medan sangat mengutamakan kualitas
standar mutu produk. Dalam setiap kali memproduksi Coca-Cola, Sprite, Fanta
dan Frestea dilakukan pemeriksaan produk, mulai dari water tretment, sympel
syrup, final syrup, dan beverage (hasil minuman ringan). Adapun yang menjadi
standar mutu produk PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Medan adalah :
- Kemurnian (purity)
- Rasa (taste)
- Bau (odor)
- Penampakan
Pemeriksaan dilakukan dalam 1 jam setiap kali produksi untuk melihat
hasil standar mutu produk. Pemeriksaan dilakukan di laboratorium.
2. 7. 2. Bahan Yang Digunakan
a. Bahan Baku
Bahan baku adalah bahan utama yang digunakan dalam pembuatan
produk, ikut dalam proses produksi dan memiliki persentase terbesar
utama. Adapun bahan baku yang digunakan PT. Coca-Cola Bottling Indonesia
Medan dalam pembuatan minuman ringan ini adalah :
- Air
Air diperoleh dari sumur bor dengan kedalaman 100-200 meter untuk
kemudian diolah sebelum digunakan dalam proses produksi, maupun oleh
kebutuhan sehari-hari perusahaan.
Air diperoleh dari sumur bor yang dikategorikan menjadi 2 jenis :
1. Treated Water
Digunakan untuk produksi, keperluan air minum kantin, dan kantor.
2. Untreated Water
Digunakan untuk keperluan kamar mandi, pencucian ruangan,
pekarangan dan lain – lain.
- Gula
Gula yang digunakan haruslah memenuhi standar yang telah ditetapkan
atau gula murni, diantaranya adalah gula yang memiliki kadar 99,99% dan
bebas dari kotoran. Gula diperoleh dari Australia, Thailand dan China.
Rata – rata kebutuhan gula yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2. Rata – rata Jumlah Pemakaian Gula/unit Produksi
Jenis Produksi Jumlah Gula (Kg) Keterangan
Coca-Cola
Sprite
Fanta Strawbery
Fanta Melon
203.225
258.081
292.65
259.20
Untuk Produksi
Tabel 2.2. Rata – rata Jumlah ... (lanjutan)
Jenis Produksi Jumlah Gula (Kg) Keterangan
Fanta Creamy
Concentrate dibeli dari PT. Coca-Cola Indonesia Jakarta (satu-satunya
perusahaan yang menyediakan bahan ini untuk Coca-Cola Company di
Indonesia). Concentrate terdiri dari 3 jenis yaitu Concentrate (Part I, Part
II dan Part III). Concentrate berfungsi sebagai bahan pengawet dan
pemberi rasa. Rata-rata kebutuhan Concentrate per unit produksi yang
digunakan dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2. 3. Rata-rata Jumlah Pemakaian Concentrate/Unit Produksi
Jenis
- Carbon Dioksida (CO2)
Carbon dioksida (CO2) merupakan bahan baku yang berfungsi sebagai
penyegar dan pengawet minuman. Selain dari itu secara kualitas berfungsi
untuk menunjukkan ciri dari Coca-Cola itu sendiri. CO2 dibeli dari PT.
Aneka Gas dan UD. Mulya Perkasa di Medan. Rata-rata penggunaan CO2
dapat dilihat pada Tabel 2.4.
Tabel 2. 4. Rata – rata Jumlah Pemakaian CO2/unit Produksi
Jenis Produksi Jumlah Pemakaian
CO2(Kg)
Untuk Produksi 1
Satuan Unit
Sumber : Departemen QA (Laboratorium) PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Medan
b. Bahan Penolong
Bahan penolong adalah bahan yang digunakan dalam proses produksi
dan ditambahkan ke dalam proses pembuatan produk yang mana komponennya
tidak jelas dibedakan pada produk akhir.
- Kaporit [Ca (Ocl)2)
Digunakan dalam proses pengolahan air, membunuh bakteri (menghambat
- Asam Sulfat (H2SO4)
Bahan ini digunakan untuk membebaskan dan menghilangkan gas-gas
yang terlarut dalam air.
- Filter Aid
Berfungsi untuk melapisi filter paper sewaktu proses penyaringan sympel
syrup di filter press, memperbesar pori-pori filter paper sehingga
mempermudah filtrasi dan menahan carbon aktif sehingga tidak lolos ke
final syrup tank.
- Karbon Aktif
Digunakan pada pembuatan syrup untuk menjernihkan larutan gula dan
menghilangkan bau-bau asing.
- Kerikil
Berfungsi sebagai media penyaring pada sand filter diproses pengolahan
air agar dapat menyaring benda-benda asing yang larut dalam air olahan.
- Caustik Soda (NaOH)
Dipakai pada proses pencucian botol pada bottle washer sebagai deterjen.
- Bahan Kimia Lainnya
Misalnya Poly Aluminium Chlorine (PAC), kapur, Cl2, KMnO4.
c. Bahan Tambahan
Bahan tambahan adalah bahan-bahan yang dibutuhkan guna meningkatkan
mutu suatu produk atau suatu bahan dimana bahan ini merupakan bagian dari
terdapat pada PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Medan pada umumnya
dibutuhkan pada proses packing, yaitu :
- Botol
Botol adalah bahan pengemas minuman ringan yang dihasilkan oleh PT.
Coca-Cola Bottling Indonesia Medan yang siap dipasarkan.
- Crown Cork (penutup botol)
Digunakan untuk menutup botol minuman ringan.
- Crate (Peti Plastik)
Berfungsi sebagai tempat penyusunan botol-botol dengan kapasitas 24
botol percrate. Crate yang dipakai ada yaitu :
Full Depth
Crate ini dipakai untuk produk Coca-Cola, Sprite, Fanta dan Frestea
dengan berat rata-rata kurang lebih dari 1,8-1,9 kg/buah.
- Karton
Digunakan sebagai tempat pengepakan minuman yang dikemas dalam
botol plastik.
2. 8. Uraian Proses
Berdasarkan cara pembuatannya, minuman yang diproduksi PT.
Coca-Cola Bottling Indonesia Medan dapat dikelompokan atas 2 kelompok besar yakni
kelompok Coca-Cola, Sprite, dan Fanta serta kelompok Frestea. Coca-Cola,
Sprite, Fanta yang mengalami proses pembuatan yang sama, hanya komposisi
Adapun proses pembuatan dan pembotolan Coca-Cola, Sprite, dan Fanta
di perusahaan ini mengalami beberapa tahapan, seperti terlihat pada Gambar 2.2 :
WATER PRODUCT AND PART II 25 L/jam
CO
Gambar 2.2. Blok Diagram Pembuatan Soft Drink
Uraian dari proses pengolahan air hingga pembotolan adalah sebagai berikut:
1. Proses Pengolahan Air (Water Treatment)
Air merupakan salah satu bahan baku utama dalam pembuatan minuman
pada PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Medan. Air diperoleh dari 4 sumur bor
dengan kedalaman 100-200 m dari sumur dan dengan kedalaman ini diharapkan
air sumur tersebut tidak mengandung zat-zat organik atau bebas dari pencemaran.
Air yang diperoleh dengan bantuan pompa raw meter yang berkapasitas 22
Air dari sumur akan dipompa ke alat degasifier yang sebelumnya
diinjeksikan H2SO4 dengan tujuan mengubah CO2 sehingga mudah dibebaskan
dan menghilangkan gas-gas yang terlarut dalam air.
Dari degasifier air masuk ke dalam fluclator tank/reaction tank.
Sebelumnya ditambahkan Poly Aluminium Chlorine (PAC), kapur dan Cl2 10%.
PAC berfungsi untuk mengendapkan senyawa-senyawa organik. Kapur berfungsi
untuk menaikan besar Ph, karena semakin besar Ph maka kecepatan
mengendapkann semakin besar. Sementara Cl2 berfungsi sebagai antiseptik untuk
mematikan kuman-kuman bakteri dan standart chlorine dalam air, dimana standart
chlorine dalam air adalah 6-10 ppm. Pada fluclator tank terjadi pengendapan floc
dimana akan mengendap kebawah, sementara air pada bagian atas akan dialirkan
ke sand filter. Jarak antara permukaan air dengan floc dijaga lebih kurang 1-1,25
m untuk mempertahankan kejernihan air.
Di sand filter air akan disaring. Ada 3 sand filter tetapi yang digunakan
hanya 2, sementara yang satu lagi sebagai cadangan. Sebagian filter digunakan
kerikil dengan ukuran sebagai berikut :
- Lapisan I dengan ukuran 2-3 m
- Lapisan II dngan ukuran 1-2 m
- Lapisan III dengan ukuran 0.5-1 m
Total lapisan tebalnya lebih kurang ¾ dari tinggi sand filter. Setiap hari
setelah produksi akan dilakukan back wash yang berfungsi untuk menghilangkan
partikel/kotoran dalam sand filter. Sementara setiap 3 bulan sekali kerikil-kerikil
Dari sand filter air dialirkan ke storage tank. Setelah air sampai ketinggian
maksimum, pompa air dari sumur akan mati secara otomatis dan akan hidup
kembali apabila telah mencapai tinggi maksimum.
Kemudian air dialirkan lagi ke buffer tank dan sebelumnya ditambahkan
chlorine 10 %. Tujuannya adalah untuk membunuh sisa-sisa dari bakteri-bakteri
yang masih terdapat di dalam air yang telah diolah.
Dari buffer tank ini, air dilewatkan melalui carbon filter untuk menyerap
chlorine dan partikel-partikel kecil. Kadar Cl2 setelah melewati carbon filter
adalah 0 ppm. Setelah itu air dilewatkan melalui polisher filter sebagi proses
penyaringan akhir.
Air hasil pengolahan (treated water) inilah yang dipakai untuk proses
produksi pembuatan Coca-Cola, Sprite, Fanta, dan Frestea. Pada tiap tahapan
proses pengolahan akan diambil sampel air untuk diperiksa oleh bagian Quality
Control di laboratorium untuk memastikan bahwa air hasil pengolahan akan
memenuhi persyaratan yang ditentukan.
2. Proses Pembuatan Syrup
Treated Water dari hot water tank dialirkan ke tangki pelarut dan
didalamnnya dimasukkan gula sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan.
Perbandingan air dan gula berdasarkan pada derajat kemanisan (Brix) yang
ditentukan. Temperatur air untuk melarutkan lebih kurang 800C. Ke dalam tangki
pelarut tersebut juga dimasukkan karbon aktif untuk menyerap bau dan
menurunkan warna sehingga larutan menjadi jernih. Pelarutan gula dan air
homogen. Hasil pelarutan ini disebut syrup dasar telah memenuhi syarat yang
telah ditentukan.
Setelah semua larut, langkah selanjutnya adalah penyaringan/filtrasi.
Sebelumnya dilakukan precoating (pelapisan awal) untuk membentuk lapiasan
pada filter paper. Air treated dialairkan ke tangki precoting yaitu sebuah tangki
kecil yang terbuat dari stainless steel yang dilengkapai oleh sebuah agigator. Lalu
kedalamnya ditambahkan filter aid. Cairan dari tangki precoating disirkulasikan
melalui filter sampai semua filter aid menempel pada filter paper dengan baik.
Syrup dasar akan dialirkan ke filter dan disirkulasikan sampai filternya bersih.
Syrup dasar yang telah disaring dimasukkan ke tangki pencampur.
Sebelumnya didinginkan sampai temperatur 20-250C. Pada tangki pencampur
dimasukan concentrate Coca-Cola, demikian juga untuk Sprite dan Fanta. Setelah
semua part dituangkan, campuran syrup dasar diaduk selama lebih kurang 1 jam.
Pada syrup akhir, derajat kemanisan diperiksa kembali agar tercapai tingkat
kemanisan yang sesuai dengan standar yang ditentukan.
3. Proses Pemurnian CO2
CO2 yang dipakai adalah CO2 yang dibeli dari PT. Aneka Gas Medan dan
UD. Mulya Perkasa Medan. CO2 ini kemungkinan besar masih mengandung
zat/gas lain sehingga mengurangi kemurnian CO2. Untuk itu CO2 perlu
dimurnikan terlebih dahulu sebelum digunakan dengan cara sebagai berikut :
- Tabung-tabung CO2 pada bagian atasnya harus disemprot dengan air
terlebih dahulu supaya selang-selang penghubung tidak membeku, bila
- CO2 kemudian dialirkan lagi ke dalam tabung yang berisi KMnO4
berfungsi mengikat zat impurity (kotoran).
- CO2 kemudian dialirkankan lagi ke dalam tabung yang berisi air.
Tujuannya untuk memurnikan CO2 agar KMnO4 tidak terbawa pada proses
selanjutnya.
- Tahap selanjutnya adalah melewatkan CO2 pada tabung yang berisi karbon
dengan tujuan untuk menghilangkan bau yang tidak diinginkan.
- Terakhir CO2 disaring pada filter sehingga kotoran yang tersisa dapat
tertahan.
- CO2 yang telah melalui tahapan diatas adalah CO2 yang telah dimurnikan
dan dapat digunakan dalam proses pencampuran.
4. Proses Pencampuran air, Syrup dan CO2
Proses paramix adalah proses pencampuran dari air, syrup akhir dan CO2
sehingga diperoleh minuman ringan (beverage) yang siap untuk diisi kemasannya.
Air dari treated water dan syrup akhir bersamaan masuk ke mesin
pencampuran. Air sebelumnya didearasi di Daerator. Dearasi adalah proses
pengeluaran udara dari dalam air yang digunakan untuk membuat minuman
sehingga mempermudah proses karborasi dan membantu mempelancar pengisian.
Jadi dearasi ini bertujuan untuk memisahkan gas oksigen di dalam air sehingga
CO2 mudah larut di dalamnya. Air masuk ke daerator dimana tekanan daerator
Syrup akhir langsung di masukkan ke dalam gelas syrup. Dengan
perbandingan tertentu, air dan syrup akhir dircampur.
Hasil pencampuran didinginkan sehingga temperatur lebih kurang 0-10C
dengan medium pendingin gelikol. Hal ini dilakukan karena semakin rendah
temperatur campuran, semakin tinggi absorpsi CO2.
Campuran kemudian dimasukan ke karbonasi. Karbonasi adalah proses
pelarutan CO2 dalam suatu cairan. Gas CO2 yang dimurnikan di masukkan ke
karbonator dimana tekanannya dikendalikan oleh alat Taylor. Alat taylor
mengukur temperatur campuran cairan dan dikonversikan ke dalam tekanan CO2
yang dibutuhkan agar air dapat mengabsorbsi CO2 hingga kandungan tertentu.
Produk yang keluar dari karbonator inilah yang disebut beverage dan diteruskan
kemesin filter dan crowner.
5. Proses Pembotolan
Proses pembotolan mengalami beberapa tahap, yaitu :
a. Pencucian Botol
Botol-botol yang digunakan untuk pengisian minuman harus bersih
(bebas kuman), tidak rusak atau pecah. Untuk itu botol-botol sebelum digunakan
harus dicuci terlebih dahulu.
Botol bekas yang datang dari pasar (setelah dikonsumsi konsumen)
ataupun botol baru masuk ke mesin pencuci botol, terlebih dahulu disortir.
Tujuannya untuk memeriksa apakah ada botol-botol yang terlalu kotor atau rusak.
Botol yang terlalu kotor akan dipisahkan untuk dicuci secara manual terlebih
conveyor, botol-botol dimasukkan ke dalam mesin pencucian botol yang cara
kerjanya adalah sebagai berikut :
- Botol dibilas menggunakan air yang disirkulasi kembali dari air tahap
pembilasan akhir. Air ini umumnya mengandung sedikit sisa caustik yang
dapat membantu pembilasan awal. Air dipanaskan sampai temperatur lebih
kurang 450C.
- Setelah melalui pembilasan awal, kotoran-kotoran di bagian dalam dan di
luar botol yang tidak terlalu lekat akan terlepas. Botol-botol kemudian akan
masuk ke tangki perendam caustic I. Larutan di dalam tangki I harus
bersuhu lebih kurang 560C, dan konsentrasi caustic lebih kurang 2,5 %.
- Botol-botol kemudian bergerak ke tangki perendam caustic II yang suhunya
lebih panas yaitu lebih kurang 780C. Botol akan disemprot di bagian
dalamnya untuk dibersihkan.
- Botol kemudian melalui tangki perendam yang berisi air yang disirkulasi
dari treated dan mengalami penyemprotan luar dan dalam sebanyak 2 kali.
- Botol-botol yang telah dicuci dialirkan dengan menggunakan conveyor ke
mesin filter dan crowner. Sebelum botol diperiksa oleh inspektor untuk
mengetahui apakah botol sudah memenuhi syarat. Botol yang masih kotor
atau cacat akan disisihkan.
b. Pengisian Minuman Ke Botol
Proses pengisian minuman ke dalam botol adalah sebagai berikut :
- Pembukaan filling valve bertujuan agar tekanan yang ada pada mesin dapat
dipindahkan ke botol.
- Setelah selesai pengisian, kran pengisian di tutup.
- Pembuangan udara yang masih tersisa di dalam ruangan botol bagian atas
ditujukan untuk menghindari timbulnya buih sehingga sejumlah minuman
keluar dari dalam botol yang mengakibatkan isinya menjadi kurang. Hal
ini bisa terjadi karena adanya perbedaan tekanan.
c. Penutupan Botol Minuman
Botol yang telah berisi minuman selanjutnya ditutup dengan menggunakan
crowner machine, yang fungsinya untuk menutup botol.
Botol yang sudah di tutup selalu dicek oleh inspektor. Inspeksi akan
mensortir minuman yang tidak memenuhi syarat, misalnya retak, volume botol
yang kurang bagus atau berlebih dan sebagainya. Minuman tersebut lalu
disisihkan sebagai reject produk. Produk ini tidak boleh dijual, sedangkan
minuman yang baik (lolos dari sortiran) akan dibawa ke tempat pengepakan
melalui conveyor.
d. Pemberian Kode Produksi dan Pengepakan
Sebelum sampai ketempat pengepakan, botol diberi kode produksi oleh
coding machine dan diperiksa oleh inspektor. Produk yang tidak memenuhi syarat
disisihkan untuk dibuang. Ditempat pengepakan botol dimasukan oleh operator ke
dalam crate dan disusun di atas pallet. Forklift akan membawa pallet yang telah
2.9. Mesin dan Peralatan
2. 9. 1. Mesin Produksi
Didalam menjalankan kegiatan-kegiatan proses produksinya PT. Coca
Cola Bottling Indonesia Medan memanfaatkan berbagai macam mesin. Adapun
mesin-mesin yang digunakan adalah sebagai berikut:
2.9.1.1. Bagian Water Treatment
1. CO2 Degasifier
Produksi : Jaeger K.G
Tipe/desain : 8 E 11
Tahun Konstruksi : 1986
Daya : 2,5 Kw
Voltase : 380 Volt
Phase : 3 phasa
Putaran : 1400 rpm
Kuat Arus : 6 Ampere
Cos α : 0,85
Kapasitas : Min 25 m3/jam, max 60 m3/jam
Berat Kosong : 900 kg
Tinggi : 5100 mm
Fungsi : Mengubah CO2 sehingga mudah dibebaskan serta
2. Deep Well Pump
Produksi : KSB
Tipe/desain : CORA 50-55/7
Putaran : 2400 rpm
Daya : 5.5 Kw
Kuat Arus : 4.5 Ampere
Tegangan : 380 Volt, 3 Phasa, Cos 0.85
Tahun Konstruksi : 1987
Kapasitas : 22 m3/jam
Fungsi : Memompa air dari dalam tanah.
3. Reaction Tank
Produksi : BPN Jacobus Tannady
Tahun Konstruksi : 1972
Kapasitas : 130 m3/jam
Tinggi : 6150 mm
Fungsi : Mengendapkan senyawa organik
4. Back Wash Pump
Produksi : KSB
Tipe/desain : ETA 65-160 NA
Putaran : 1400 rpm
Daya : 2.5 Kw
Kuat Arus : 1.5 Ampere
Tahun Konstruksi : 1971
Kapasitas : 50 m3/jam
Fungsi : Memompa air ke dalam sand filter
5. Storage Tank
Produksi : BPN Jacobus Tannady
Kapasitas : 127 m3
Tinggi : 3200 mm
Fungsi : Menampung air hasil olahan.
6. Storage Tank
Produksi : Braith Waite & Co
Tipe/desain : 763
Tahun Konstruksi : 1984
Kapasitas : 229118 L
Tinggi : 3660 mm
Fungsi : Menampung air hasil olahan
7. Hydrophore Tank
Produksi : PT. Atmindo KSB
Tahun Konstruksi : 1972
Kapasitas : 5 m3
Tinggi : 3430 mm
Fungsi : Memberikan tekanan pada air agar mudah
8. Sand Filter
Produksi : Degremant
Tipe/desain : FV 2B-20
Tahun Konstruksi : 1971
Kapasitas : 5 m3/jam
Fungsi : Menyaring air.
2.9.1.2. Bagian Soft Drink Bottling Hall
1. Paramix
Produksi : H & K
Tipe/desain : CM 7 7 30/2
Putaran : 1400 rpm
Daya : 2.5 Kw
Kuat Arus : 1.5 Ampere
Tegangan : 380 Volt, 3 Phasa, Cos 0.8
Tahun Konstruksi : 1989
Kapasitas : 6000 L
Fungsi : Tempat dilakukannya pencampuran sirup akhir
dan air.
2. Dearation Tank
Produksi : H & K
Tipe/desain : Engasungs Tank
Kapasitas : 840 L
Fungsi : Melepaskan O2 dan air
3. Washing Machine
Produksi : H & K Brazil
Tipe/desain : OMEGA LAVANA DM 12-24. 105
Putaran : 1480 rpm
Daya : 15 Kw
Kuat Arus : 12.5 Ampere
Tegangan : 380 Volt, 3 Phasa, Cos 0.8
Tahun Konstruksi : 1992
Kapasitas : 20.000 Botol/jam
Fungsi : Mencuci botol
4. Carbonation Tank
Produksi : H & K
Tipe/desain : Karbonisier Tank
Tahun Konstruksi : 1989
Kapasitas : 840 L
Fungsi : Memasukkan CO2 ke campuran syrup dengan air
5. Glass Sylinder For Water
Produksi : H & K
Tahun Konstruksi : 1989
Diameter : 450 mm
Tinggi : 400 mm
6. . Glass Sylinder For Syrup
Produksi : H & K
Tahun Konstruksi : 1989
Diameter : 450 mm
Tinggi : 400 mm
Fungsi : Menampung syrup akhir
7. Filler dan Crowner
Produksi : H & K
Tipe/desain : (V) V F 34/10
Tahun Konstruksi : 1989
Kapasitas : 18.000 botol/jam
Putaran : 1400 rpm
Daya : 7,5 Kw
Kuat Arus : 6 Ampere
Tegangan : 380 Volt, 3 Phasa, Cos 0.85
Fungsi : Pengisian minuman ringan dan penutupan botol
8. Coding Machine
Produksi : Makro Print Ltd
Tipe/desain : SWMT
Kuat Arus : 0.6 Ampere
Tegangan : 220 Volt, 1 Phasa, Cos 0.9
Tahun Konstruksi : 1984
Kapasitas : 18.000 botol/jam
9. Carbon Coller
Produksi : H & K
Tipe/desain : Eurocal 18 SN
Tahun Konstruksi : 1989
Kapasitas : 7 m3/jam
Fungsi : Mendinginkan campuran air dan syrup untuk
memudahkan pengabsorbsian CO2
10. Hot Water Tank
Produksi : Indolaval
Tahun Konstruksi : 1989
Kapasitas : 8 m3
Diameter : 1700 mm
Tinggi : 4750 mm
Fungsi : Tempat penyimpanan air yang selesai dipanaskan
11. Heat Exchanger
Produksi : Alval-Laval
Tipe/desain : SME
Tahun Konstruksi : 1989
Kapasitas : 12 L
Fungsi : Pengatur panas
12. Carbon Filter
Produksi : PT. Super Andalas Stell
Kapasitas : 10 m3/jam
Diameter : 1100 mm
Tinggi : 2400 mm
Fungsi : Menyaring Chlorine dan partikel-partikel kecil
13. Water Polisher
Produksi : Cuno Merioen
Tipe/desain : 50 C
Diameter : 205 mm
Tinggi : 700 mm
Fungsi : Melakukan Penyaringan akhir pada air olahan
14. Water Buffer Tank
Produksi : PT. Super Andalas Stell
Kapasitas : 12 m3
Diameter : 2196 mm
Tinggi : 400 mm
Fungsi : Tempat penambahan kembali zat chlorine
15. KMnO4 Tank
Kapasitas : 0,124 m3
Diameter : 331 mm
Tinggi : 1440 mm
16. Water Trap Filter
Kapasitas : 0, 124 m3
Diameter : 331 mm
Tinggi : 21440 mm
Fungsi : Memurnikan CO2 agar KMnO4 tidak terbawa
pada proses selanjutnya.
17. Carbon Tank
Kapasitas : 0,124 m3
Diameter : 331 mm
Tinggi : 1440 mm
Fungsi : Menghilangkan bau yang tidak diinginkan
18. Filter Paper
Diameter : 168 mm
Tinggi : 1440 mm
Daya : 2.5 kW
Arus : 1.5 Ampere
Tegangan : 380 Volt, 3 Phasa, Cos 0.85
Fungsi : Menyaring dan menahan kotoran
19. Syrup Filter
Produksi : H & K
Tipe/desain : Getra 500
Tahun Konstruksi : 1989
Kuat Arus : 1.5 Ampere
Tegangan : 380 Volt, 3 Phasa, Cos 0.85
Kapasitas : 4000 L/jam
Fungsi : Menyaring sirup dari kotoran
20. Precoting Tank
Produksi : Libbrecht
Kapasitas : 1000 L
Diameter : 1000 mm
Tinggi : 1200 mm
Putaran : 1480 rpm
Daya : 5.5 kW
Kuat Arus : 4 Ampere
Tegangan : 380 Volt, 3 Phasa, Cos 0.85
Fungsi : Tempat membentuk lapisan yang ada pada filter
paper.
21. Sugar Dissolving Tank
Produksi : Hoeksma & Velt B V
Tipe/desain : Cilcon
Tahun Konstruksi : 1983
Putaran : 1480 rpm
Daya : 5.5 kW
Kuat Arus : 4 Ampere
Kapasitas : 6800 L (netto 6200 L)
Fungsi : Tempat pelarutan gula dalam air
22. Finish Syrup Tank
Produksi : Hoeksma & Velt B V
Tipe/desain : Cilcon
Tahun Konstruksi : 1984
Kapasitas : 6800 L (netto 6200 L)
Putaran : 1480 rpm
Daya : 5.5 kW
Kuat Arus : 4 Ampere
Tegangan : 380 Volt, 3 Phasa, Cos 0.85
Fungsi : Menyimpan sirup yang telah selesai diolah
2.9.1.3. Power House
1. Generator
Produksi : Catlepilar
Tahun Konstruksi : 2000
Jumlah : 2 Unit
Daya : 2.5 Mega Watt
Tegangan : 380 Volt, 3 Phasa, Cos 0.88
Type/ desain : AT 400 MB 5/4
2. Boiler 1
Produksi : SACM
Type/desain : FIT
Tahun Konstruksi : 1971
Kapasitas : 4000 kg/jam
Output : 15 Bar
Bahan Bakar : Solar
Fungsi : Penghasil Panas
3. Boiler 2
Produksi : Standart Fasel
Type/ desain : DH 500 X 10
Tahun Konstruksi : 1981
Kapasitas : 5000 Kg/jam
Output : 10 Bar
Bahan Bakar : Solar atau natural gas
Fungsi : Penghasil panas
2.9.2. Peralatan (Equipment)
Didalam menjalankan kegiatan-kegiatan proses produksinya PT. Coca
Cola Bottling Indonesia Medan memanfaatkan beberapa alat (equipment). Adapun
alat-alat yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Conveyor