• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Pengetahuan Siswa SMA Negeri I Medan Terhadap Penggunaan Mikroskop

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tingkat Pengetahuan Siswa SMA Negeri I Medan Terhadap Penggunaan Mikroskop"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMA NEGERI I MEDAN TERHADAP PENGGUNAAN MIKROSKOP

Oleh :

HERWINDO AHMAD 070100008

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMA NEGERI I MEDAN TERHADAP PENGGUNAAN MIKROSKOP

”Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran”

Oleh :

HERWINDO AHMAD NIM: 070100008

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMA NEGERI I MEDAN TERHADAP PENGGUNAAN MIKROSKOP

Nama : Herwindo Ahmad NIM : 070100008

Pembimbing Penguji I

(dr. Zairul Arifin, Sp.A, DAFK) (dr. Deske Muhadi Rangkuti, Sp.PD) NIP: 194604061969021001 NIP: 197112272005001002

Penguji II

(dr. Lambok Siahaan, MKT) NIP: 197110052001121001

Medan, 15 Desember 2010 Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(4)

NIP:195402201980111001

ABSTRAK

Menurut bentuk dan struktur selnya, makhluk hidup dibedakan menjadi dua yaitu makhluk hidup bersel banyak dan makhluk hidup bersel satu, makhluk ini tidak dapat dilihat dengan mata. Salah satu alat bantu yang sering digunakan dalam penelitian atau pengamatan tentang organisme yang tidak dapat dilihat dengan mata, terutama dalam bidang biologi dan kedokteran adalah mikroskop. SMA Negeri I Medan pada tahun 2010 sudah memiliki 20 unit mikroskop. Materi pelajaran mengenai mikroskop sudah diajarkan, tetapi dari hasil wawancara terhadap terhadap 10 siswa, diketahui bahwa 7 dari 10 siswa tersebut masih ada yang tidak bisa menggunakan mikroskop dengan baik. Dengan adanya masalah tersebut maka dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa SMA Negeri I Medan terhadap penggunaan mikroskop.

Penelitian ini menggunakan metode “Deskriptif”. Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2010 di SMA Negeri I Medan, dengan menggunakan teknik stratified random sampling, sampel yang digunakan sebanyak 220 orang. Data dikumpulkan dengan memberikan kuesioner, kemudian hasil ditabulasi dan dilakukan pengolahan pada tiap-tiap jawaban. Skor masing-masing kemudian dianalisa, yang hasilnya dihasilkan dalam bentuk presentase, kemudian diinterpretasikan dengan skala kualitatif dengan kriteria tinggi (>75%), menengah (50-75%), rendah (5-40%), dan tidak berpengetahuan (<5%).

Setelah dilakukan penelitian didapatkan data dari 220 responden mengenai tingkat pengetahuan siswa SMA Negeri I Medan terhadap penggunaan mikroskop. Hasil rata-rata adalah menengah (57,3%).

Hal ini dapat disebabkan kurangnya informasi dari guru mengenai langkah-langkah menggunakan mikroskop yang benar, ataupun siswa kurang memahami apa yang disampaikan oleh guru. Untuk itu, perlu ditingkatkan penjelasan mengenai langkah-langkah dan hal-hal yang perlu diperhatikan ketika menggunakan mikroskop.

(5)

ABSTRACT

According to the form and structures of the cell, the living organism is classified into living organism with more cell and with one cell where the last one is not visible. One of tool used in this research or in observation about the invisible organism in biology and medical science is microscope. SMA Negeri I Medan in 2010 has 20 units of microscope. The subject about microscope had taught but the interview of 10 students, 7 of them still indicated who can not used the microscope. Based on the problem, a research was conducted to study the knowledge level of the student of SMA Negeri I Medan in using microscope.

This research applies the descriptive method. This research was conducted in July 2010 at SMA Negeri I Medan using the stratified random sampling where the sample is 220 persons. The data was collected by questionnaire and be tabulated and processed for each answer. The scores were analyzed and the results are presented in percentage form and interprated by qualitative scale with the higher criteria (>75%), medium (50-75%), lower (5-40%) and without knowledge (<5%).

Based on the research indicated that data of 220 respondents about the knowledge level of student of SMA Negeri I Medan in using microscope. The average is medium (57,3%).

This caused by the lack of information from the teacher about the steps in using microscope or the student did not understand about what the teacher told. Therefore, it must to provide the explanation about the steps and anything must be considered when using microscope.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha

Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh kelulusan sarjana kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Karya tulis ilmiah ini berjudul “TINGKAT PENGETAHUAN SISWA

SMA NEGERI I MEDAN TERHADAP PENGGUNAAN MIKROSKOP”.

Dalam penyelesaian penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak menerima

bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan rasa

terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak dr. Zairul Arifin, Sp.A, DAFK, selaku dosen pembimbing yang telah

banyak memberi arahan dan masukan kepada penulis, sehingga karya tulis

ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.

3. dr. Deske Muhadi Rangkuti, Sp.PD, selaku dosen penguji I, dr. Iqbal

Nasution, Sp.B, selaku dosen penguji II pada seminar proposal dan dr.

Lambok Siahaan, MKT selaku dosen penguji II pada seminar hasil yang telah

bersedia menguji dan memberikan masukan serta saran kepada penulis.

4. Ibu Hj. Rebekka Girsang, selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Medan yang

telah banyak membantu penelitian ini sehingga dapat selesai dengan baik.

5. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara.

6. Rasa hormat dan terima kasih yang tiada terhingga saya persembahkan

kepada kedua orang tua penulis, ayahanda drs. H. Suherman, MSP dan

ibunda dr. Hj. Cut Zuliati Muli, M.Kes dan kakanda Dilla Fitria, S.Ked atas

doa, perhatian dan dukungan yang tak putus-putusnya sebagai bentuk kasih

(7)

7. Rasa hormat yang tiada terhingga saya persembahkan kepada Bapak Donald

Nababan atas dorongan moril yang tiada hentinya kepada penulis, sehingga

karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.

8. Siswa SMA Negeri I Medan yang telah meluangkan waktu untuk menjawab

kuesioner pada penelitian ini.

9. Hanako, Meriza, Adit, Indah, Dina, Adel, Fadhil, Ardiana Annisa, Oji, serta

seluruh teman-teman Stambuk 2007 yang tidak bisa saya sebutkan satu

persatu, terima kasih atas dukungan dan bantuannya.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna.

Untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang

membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah

ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, 20 November 2010

Penulis,

Herwindo Ahmad

NIM. 070100008

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR SINGKATAN ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian. ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Pengetahuan ... 4

2.1.1. Tingkatan pengetahuan ... 5

2.2. Mikroskop ... 6

2.2.1. Sejarah Mikroskop ... 6

2.2.2. Pembagian Mikroskop ... 8

2.2.3. Mikroskop Cahaya ... 8

2.2.4. Langkah-langkah Menggunakan Mikroskop ... 11

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL ... 14

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 14

3.2. Defenisi Operasional ... 14

3.2.1. Pengetahuan ... 14

3.2.2. Mikroskop... 15

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 16

4.1. Rancangan Penelitian... 16

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 16

4.2.1. Lokasi Penelitian ... 16

(9)

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 16

4.3.1. Populasi Penelitian ... 16

4.3.2. Sampel Penelitian... 16

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 17

4.4.1. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 18

4.5 Metode Analisis Data ... 19

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 20

5.1. Hasil Penelitian... 20

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 20

5.1.2. Deskripsi Karateristik Responden... 21

5.1.3. Distribusi Pengetahuan Responden... 22

5.2. Pembahasan ... 30

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 32

6.1. Kesimpulan ... 32

6.2. Saran ... 33

DAFTAR PUSTAKA ... 34

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

4.1 Uji validitas dan reliabilitas kuesioner... 18

5.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin.. 21

5.2 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan umur... 21

5.3 Distribusi frekuensi pengetahuan responden terhadap penggunaan

mikroskop... 22

5.4 Distribusi frekuensi jawaban responden terhadap pertanyaan nomor 1

tentang pengertian mikroskop... 22

5.5 Distribusi frekuensi jawaban responden terhadap pertanyaan nomor 2

tentang pembagian mikroskop... 23

5.6 Distribusi frekuensi jawaban responden terhadap pertanyaan nomor 3

tentang istilah alat untuk meletakkan benda... 23

5.7 Distribusi frekuensi jawaban responden terhadap pertanyaan nomor 4

tentang jenis lensa mikroskop... 24

5.8 Distribusi frekuensi jawaban responden terhadap pertanyaan nomor 5

tentang jenis pembesaran lensa objektif... 24

5.9 Distribusi frekuensi jawaban responden terhadap pertanyaan nomor 6

tentang nama alat pemutar mikroskop... 25

5.10 Distribusi frekuensi jawaban responden terhadap pertanyaan nomor 7

tentang cara membawa mikroskop yang benar... 25

5.11 Distribusi frekuensi jawaban responden terhadap pertanyaan nomor 8

tentang posisi pengamat yang benar... 26

5.12 Distribusi frekuensi jawaban responden terhadap pertanyaan nomor 9

tentang posisi mata pengamat yang benar... 26

5.13 Distribusi frekuensi jawaban responden terhadap pertanyaan nomor 10

tentang cara membersihkan lensa mikroskop... 27

5.14 Distribusi frekuensi jawaban responden terhadap pertanyaan nomor 11

(11)

5.15 Distribusi frekuensi jawaban responden terhadap pertanyaan nomor 12

tentang pembesaran awal... 28

5.16 Distribusi frekuensi jawaban responden terhadap pertanyaan nomor 13

tentang bagian awal yang diputar saat mengatur fokus... 28

5.17 Distribusi frekuensi jawaban responden terhadap pertanyaan nomor 14

tentang tindakan jika ingin melihat gambar lebih besar lagi... 29

5.18 Distribusi frekuensi jawaban responden terhadap pertanyaan nomor 15

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1. Bagian-bagian mikroskop... 11

(13)

DAFTAR SINGKATAN

FK Fakultas Kedokteran

IPA Ilmu Pengetahuan Alam

IPS Ilmu Pengetahuan Sosial

KB Keluarga Berencana

MA Madrasah Aliyah

MI Madrasah Ibtidayah

MTs Madrasah Tsanawiyah

SD Sekolah Dasar

SMA Sekolah Menengah Atas

SMP Sekolah Menengah Pertama

SPSS Statistical Product and Service Solution

USU Universitas Sumatera Utara

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

1 Daftar riwayat hidup

2 Lembar penjelasan kepada calon subjek penelitian

3 Lembar persetujuan (informed consent)

4 Kuesioner penelitian

5 Surat ijin penelitian

6 Ethical clearance

7 Data induk penelitian

8 Karateristik Responden

(15)

NIP:195402201980111001

ABSTRAK

Menurut bentuk dan struktur selnya, makhluk hidup dibedakan menjadi dua yaitu makhluk hidup bersel banyak dan makhluk hidup bersel satu, makhluk ini tidak dapat dilihat dengan mata. Salah satu alat bantu yang sering digunakan dalam penelitian atau pengamatan tentang organisme yang tidak dapat dilihat dengan mata, terutama dalam bidang biologi dan kedokteran adalah mikroskop. SMA Negeri I Medan pada tahun 2010 sudah memiliki 20 unit mikroskop. Materi pelajaran mengenai mikroskop sudah diajarkan, tetapi dari hasil wawancara terhadap terhadap 10 siswa, diketahui bahwa 7 dari 10 siswa tersebut masih ada yang tidak bisa menggunakan mikroskop dengan baik. Dengan adanya masalah tersebut maka dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa SMA Negeri I Medan terhadap penggunaan mikroskop.

Penelitian ini menggunakan metode “Deskriptif”. Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2010 di SMA Negeri I Medan, dengan menggunakan teknik stratified random sampling, sampel yang digunakan sebanyak 220 orang. Data dikumpulkan dengan memberikan kuesioner, kemudian hasil ditabulasi dan dilakukan pengolahan pada tiap-tiap jawaban. Skor masing-masing kemudian dianalisa, yang hasilnya dihasilkan dalam bentuk presentase, kemudian diinterpretasikan dengan skala kualitatif dengan kriteria tinggi (>75%), menengah (50-75%), rendah (5-40%), dan tidak berpengetahuan (<5%).

Setelah dilakukan penelitian didapatkan data dari 220 responden mengenai tingkat pengetahuan siswa SMA Negeri I Medan terhadap penggunaan mikroskop. Hasil rata-rata adalah menengah (57,3%).

Hal ini dapat disebabkan kurangnya informasi dari guru mengenai langkah-langkah menggunakan mikroskop yang benar, ataupun siswa kurang memahami apa yang disampaikan oleh guru. Untuk itu, perlu ditingkatkan penjelasan mengenai langkah-langkah dan hal-hal yang perlu diperhatikan ketika menggunakan mikroskop.

(16)

ABSTRACT

According to the form and structures of the cell, the living organism is classified into living organism with more cell and with one cell where the last one is not visible. One of tool used in this research or in observation about the invisible organism in biology and medical science is microscope. SMA Negeri I Medan in 2010 has 20 units of microscope. The subject about microscope had taught but the interview of 10 students, 7 of them still indicated who can not used the microscope. Based on the problem, a research was conducted to study the knowledge level of the student of SMA Negeri I Medan in using microscope.

This research applies the descriptive method. This research was conducted in July 2010 at SMA Negeri I Medan using the stratified random sampling where the sample is 220 persons. The data was collected by questionnaire and be tabulated and processed for each answer. The scores were analyzed and the results are presented in percentage form and interprated by qualitative scale with the higher criteria (>75%), medium (50-75%), lower (5-40%) and without knowledge (<5%).

Based on the research indicated that data of 220 respondents about the knowledge level of student of SMA Negeri I Medan in using microscope. The average is medium (57,3%).

This caused by the lack of information from the teacher about the steps in using microscope or the student did not understand about what the teacher told. Therefore, it must to provide the explanation about the steps and anything must be considered when using microscope.

(17)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut bentuk dan struktur selnya, makhluk hidup dibedakan menjadi dua

yaitu makhluk hidup bersel banyak dan makhluk hidup bersel satu, makhluk ini

tidak dapat dilihat dengan mata kita, karena panca indera manusia memiliki

kemampuan yang terbatas. Oleh karena itu banyak masalah mengenai benda atau

organisme yang akan diamati hanya bisa dilakukan dengan alat bantu. Salah satu

alat bantu yang sering digunakan dalam penelitian atau pengamatan tentang

organisme yang tidak dapat dilihat dengan mata, terutama dalam bidang biologi

dan kedokteran adalah mikroskop (bahasa latin micro diartikan kecil dan scopium

berarti penglihatan). Mikroskop sering digunakan untuk meningkatkan

kemampuan daya pisah atau kemampuan melihat seseorang sehingga

memungkinkan dapat mengamati objek yang halus dan tidak dapat dilihat dengan

mata terbuka (Dwidjoseputro, 1994).

Mikroskop pertama kali ditemukan pada tahun 1632 oleh seorang ilmuan

berkebangsaan Belanda bernama Antony Van Leuwenhoek yang memakai lensa

sederhana berukuran diameter 270 mm. Pada tahun 1880 telah dibuat compound

microscope, selanjutnya tahun 1903 diperkenalkan mikroskop gelap (dark-field microscope), ultraviolet illumination (1925), electron microscope (1940) dan phase contrast microscope pada tahun 1944 (Gabriel, 1996).

Di Indonesia, tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah

Menengah Atas (SMA) sudah banyak dilengkapi oleh fasilitas laboratorium

biologi dengan menggunakan alat bantu mikroskop. Pemerintah telah membuat

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 Tanggal 28 Juni

2007 tentang standar sarana dan prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah

Ibtidayah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah

(SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA) yang

menyatakan bahwa sebuah SMA/MA sekurang-kurangnya memiliki prasarana

(18)

ruang laboratorium komputer, ruang laboratorium bahasa. Ruang laboratorium

biologi berfungsi sebagai tempat berlangsungnya kegiatan pembelajaran biologi

secara praktek yang memerlukan peralatan khusus. Ruang laboratorium biologi

memiliki fasilitas yang memungkinkan pencahayaan memadai untuk membaca

buku dan mengamati obyek percobaan. Ruang laboratorium ini harus dilengkapi

oleh beberapa sarana, salah satunya adalah mikroskop. Mikroskop yang tersedia

di laboratorium biologi ini dapat berupa mikroskop monokuler dan mikroskop

binokuler dengan jumlah minimum 6 buah mikroskop tiap ruangan laboratorium.

Di SMA Regina Pacis Bogor, praktikum biologi merupakan bagian dari

kurikulum. Sehingga kegiatan ini bersifat wajib dan siswa sangat antusias

mengikuti kegiatan ini, karena mereka banyak belajar hal-hal baru yang tidak

mereka duga sebelumnya (Pacis, 2010). Terbentuknya suatu perilaku baru,

dimulai pada domain kognitif, dalam arti subjek tahu terlebih dahulu terhadap

stimulus yang berupa materi/objek di luarnya, dalam hal ini adalah alat mikroskop

(Notoatmodjo, 2005).

Di Sumatera Utara, yang terdiri dari 33 kabupaten, terdapat 1265 Sekolah

Menengah Atas (SMA) dan Madrasah Aliyah (MA) baik negeri maupun swasta.

Di Medan, terdapat 21 SMA negeri dan 185 SMA swasta serta 3 Madrasah Aliyah

negeri dan 25 Madrasah Aliyah swasta. Pada umumnya, seluruh SMA dan MA di

Medan telah memiliki laboratorium dengan fasilitas mikroskop (Dinas Pendidikan

Provinsi Sumatera Utara, 2010). Menurut Kepala Tata Usaha SMA Negeri I

Medan bahwa pada tahun 2010 SMA ini sudah memiliki 20 unit mikroskop untuk

melengkapi laboratorium biologi.

Selain itu juga diperoleh informasi bahwa pada bulan Februari 2010, jumlah

siswa kelas X berjumlah 283 orang, jumlah siswa kelas XI berjumlah 557 dengan

siswa kelas IPA berjumlah 471 orang dan siswa kelas IPS berjumlah 86 orang,

dan jumlah siswa kelas XII berjumlah 550 orang dengan siswa kelas IPA

berjumlah 474 orang dan siswa kelas IPS berjumlah 76 orang. Total jumlah guru

adalah 108 orang dan 10 orang diantaranya adalah guru biologi yang mengajar

(19)

Berdasarkan hasil wawancara awal yang dilakukan terhadap beberapa orang

guru biologi, diketahui bahwa materi pelajaran mengenai mikroskop sudah

diajarkan dan tentunya semua siswa diharapkan mengetahui mikroskop dan bisa

menggunakan mikroskop dengan benar. Tetapi dari hasil wawancara terhadap 10

siswa, diketahui bahwa 7 dari 10 siswa tersebut masih ada yang tidak bisa

menggunakan mikroskop dengan baik.

Berdasarkan hal di atas, penulis tertarik untuk melihat tingkat pengetahuan

siswa SMA Negeri I Medan terhadap penggunaan mikroskop.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi permasalahan dalam

penelitian ini adalah bagaimanakah tingkat pengetahuan siswa SMA Negeri I

Medan terhadap penggunaan mikroskop.

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa SMA

Negeri I Medan terhadap penggunaan mikroskop.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai wadah untuk menambah pengalaman dan memperkaya wawasan

penulis khususnya dalam bidang penelitian.

2. Sebagai masukan bagi SMA Negeri I Medan tentang tingkat pengetahuan

siswa terhadap penggunaan mikroskop dan sebagai dasar dalam pengambilan

(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah individu

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Proses penginderaan ini

terjadi melalui kemampuan pancaindera manusia yakni penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang

sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).

Dari hasil penelitian Rogers (1974), sebelum orang mengadopsi perilaku

baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan,

yakni :

a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

b. Interest, yaitu subjek mulai merasa tertarik kepada stimulus atau objek. Di sini sikap subjek sudah mulai muncul.

c. Evaluation, di sini subjek akan menimbang-nimbang baik dan tidaknya

stimulus terhadap dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah jauh lebih

baik lagi.

d. Trial, subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang

dikehendaki oleh stimulus. Di sini subjek mulai mencoba perilaku baru.

e. Adoption, di sini subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Namun demikian, dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa

perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut. Apabila

penerimaan atau perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini yang

didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku

tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku

tersebut tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran, maka tidak akan

(21)

2.1.1. Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan,

yakni :

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur tentang orang

tersebut tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan,

menguraikan, mendefinisikan, menyatakan.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut

secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan terhadap

objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat

diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,

prinsip dalam konteks atau situasi lain.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur

organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini

dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan

(22)

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis merujuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun suatu

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun,

merencanakan, meringkaskan, dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau

rumusan-rumusan yang telah ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian tersebut

berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan

kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya, dapat membandingkan anak-anak

yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi, dapat menafsirkan

penyebab ibu-ibu tidak mau ikut KB (Keluarga Berencana).

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau

responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin di ketahui atau diukur dapat

disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas (Notoatmodjo,2007).

2.2. Mikroskop

2.2.1. Sejarah Mikroskop

Mikroskop merupakan suatu alat bantu yang memungkinkan kita untuk

dapat mengamati obyek yang berukuran sangat kecil. Alat ini membantu

memecahkan persoalan manusia tentang organisme yang berukuran kecil.

Mikrobiologi adalah ilmu pengetahuan tentang perikehidupan makhluk-makhluk

kecil yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop (berasal dari

bahasa Yunani, micros berarti kecil, bios adalah hidup, logos adalah ilmu,

(23)

pertama kali mengetahui adanya dunia mikroorganisme tersebut (Dwidjoseputro,

1978).

Bentuk kehidupan dari dunia mikroba yang pertama kali beliau amati adalah

bekteri atau kuman. Dari pengamatan tersebut Anthonie Van leeuwenhoek

berhasil menemukan suatu bentuk kehidupan yang tidak dapat dilihat dengan mata

telanjang. Bentuk kehidupan tersebut kemudian dinamakan animal cules, yang

tidak lain adalah bakteri atau kuman. Leeuwenhoek menggambarkan bentuk

kehidupan temuannya, yaitu bulat atau kokus, batang atau basil, dan spiral yang

sampai saat ini digunakan sebagai bentuk dasar morfologi bakteri.

Dengan mikroskop ciptaannya ia dapat melihat bentuk makhluk-makhluk

kecil yang sebelumnya tidak diduga sama sekali keberadaannya. Mikroskop

buatan Leeuwenhoek itu memberikan pembesaran sampai 300 kali. Hasil

pengamatan tersebut berasal dari berbagai objek seperti air selokan, air hujan,

kotoran gigi, potongan rambut, dan kerokan kuku (Dzen, 2003).

Antara tahun 1674 sampai 1683 ia terus menerus mengadakan hubungan

dengan lembaga Royal Society di Inggris. Ia melaporkan hal-hal yang diamatinya

dengan mikroskop itu kepada lembaga tersebut. Laporan-laporan itu disertai

dengan gambar-gambar mikroorganisme yang beraneka ragam. Di dalam sejarah

mikrobiologi, Leeuwenhoek dapat dianggap sebagai penemu mikroskop

(Dwidjoseputro, 1978).

Sementara itu, Robert Hooke (1665) seorang ilmuan asal Inggris, juga

melakukan pengamatan dengan menggunakan mikroskop terhadap sel tumbuhan

dan jaringan hewan (Gabriel, 1996). Selanjutnya pada tahun 1838-1839, Mathias

Schleiden dan Theodor Schwann melakukan penelitian terhadap sel makhluk

hidup dan disimpulkan bahwa semua makhluk hidup tersusun dari sel-sel (Dzen,

2003).

Pada abad XIX ahli optika menawarkan mikroskop untuk dijual ke segala

penjuru kota-kota Eropa (Gabriel, 1996). Pada tahun 1880 telah dibuat mikroskop

kompoun (compound microscope), dan pada tahun 1903 diperkenalkan mikroskop

(24)

microscope yang diperkenalkan pada tahun 1940, dan phase contrast microscope pada tahun 1944 (Gabriel, 1996).

1.2.2. Pembagian Mikroskop

Berdasarkan perkembangan fisika dan elektronika, mikroskop dibagi dalam

dua kelompok besar, mikroskop cahaya dan mikroskop elektron. Sesuai dengan

kemajuan ilmu dan teknologi, mikroskop juga mengalami perkembangan yang

amat pesat dan saat ini selain mikroskop yang yang mampu memperbesar objek

pengamatan sampai ribuan kali, para ahli berhasil menciptakan mikroskop

elektron, yang mampu memperbesar objek pengamatan menjadi ratusan ribu kali.

Dengan mikroskop elektron memungkinkan dapat diamatinya bagian-bagian sel,

misalnya inti sel, mitokondria, badan golgi, dan sebagainya (Dzen, 2003).

1.2.3. Mikroskop Cahaya

Disebut demikian karena mikroskop ini menggunakan cahaya matahari atau

lampu sebagai sumber cahaya. Pada dasarnya mikroskop cahaya bekerja sebagai

suatu alat pembesar tingkat dua. Suatu lensa objektif melakukan pembesaran

awal, dan suatu lensa okuler ditempatkan sedemikian rupa sehingga memperbesar

bayangan pertama untuk kedua kalinya. Pembesaran seluruhnya diperoleh dengan

mengalikan kekuatan pembesaran lensa objektif dan lensa okuler (Leeson, 1996).

Mikroskop ini disebut juga sebagai compound microscope yang biasa dilakukan

untuk pemeriksaan rutin. Mikroskop sinar memiliki bagian-bagian seperti system

optic, bagian badan (body), dan penyangga (stand) (Dzen, 2003).

a. Sistem optik

Sistem optik merupakan susunan lensa yang terletak dalam tabung yang

terdiri dari external dan internal tube. Pada ujung bawah external tube terdapat

bagian-bagian yang dapat diputar-putar atau disebut sebagai revolving nose piece.

Pada bagian ini, terdapat lensa objektif dengan beberapa macam pembesaran,

yaitu :

(25)

3. Oil immersion objective, memiliki fokus 1,2-2 mm dengan pembesaran 97-100 kali.

Dalam pemeriksaan mikrobiologis secara rutin digunakan lensa objektif yang

mampu memperbesar objek penglihatan 97-100 kali dengan menambahkan

minyak emersi di antara gelas objek dan lensa objektif. Penambahan minyak

emersi berguna untuk menghilangkan udara yang terletak di antara lensa objektif

dengan gelas objek, sehingga sinar yang masuk ke dalam lensa objektif tidak

dibiaskan.

Pada ujung internal tube terdapat lensa okuler yang mempunyai fungsi :

1. Untuk memperbesar bayangan yang telah dibentuk oleh lensa objektif.

2. Membentuk bayangan yang sesungguhnya dari bayangan yang dibentuk oleh

lensa objektif.

3. Dapat digunakan untuk pemberian tanda, pengukuran skala, dan lain-lain.

Menurut pembesarannya, diketahui beberapa macam lensa okuler, yaitu

pembesaran 5x, 10x, dan 15x. Saat ini, diketahui ada mikroskop yang memiliki

satu lensa okuler (monokuler), dua lensa okuler (binokuler), dan tiga lensa okuler

(trinokuler).

b. Bagian badan mikroskop (body)

Fungsi utama bagian ini adalah menyangga sistem optik. Pada bagian

mikroskop terdapat :

1. Makrometer, yaitu pengatur kasar tabung lensa.

2. Mikrometer, yaitu pengatur halus tabung lensa

3. Alat pengatur tinggi rendahnya kondensor

4. Alat perlengkapan pembantu, yaitu kaca cermin, iris diafragma, dan

kondensor.

Kaca cermin terletak di bawah kondensor. Cermin tersebut mempunyai dua

permukaan, yaitu permukaan yang datar (plane) yang gunanya untuk menangkap

sinar sejajar yaitu sinar matahari dan permukaan yang cekung yang gunanya untuk

menangkap sinar yang datangnya tidak sejajar, yaitu sinar yang berasal dari

lampu. Untuk mikroskop produksi terbaru, sebagai sumber cahaya sudah tidak

(26)

Iris diafragma gunanya untuk mengatur intensitas sinar yang masuk ke objek

pengamatan yang diperiksa. Di bawah iris diafragma, terdapat filter berwarna biru

yang gunanya untuk mengurangi kelebihan komponen sinar tertentu dari sumber

cahaya yang digunakan.

Kondensor merupakan bagian susunan lensa yang fungsinya untuk

memfokuskan sinar dari sumber cahaya pada gelas objek. Pada pemeriksaan

mikrobiologis yang menggunakan lensa objektif dengan pembesaran 97-100 kali

dan minyak emersi, posisi kondensor harus setinggi mungkin, maksudnya agar

sinar yang masuk intensitasnya cukup.

c. Penyangga (stand)

Pada bagian ini terdapat landasan yang berfungsi sebagai stabilisator yang

pada umumnya berbentuk tapal kuda (limb atau arm) yang gunanya untuk

mendapatkan kedudukan yang enak bagi pemeriksa. Pada penyangga, juga

terdapat meja (stage) untuk meletakkan atau menempatakan gelas objek yang

akan diperiksa. Bagian tengah meja berlubang, gunanya adalah sebagai jalan sinar

yang datang dari kondensor ke gelas objek terus ke mata pemeriksa melalui lensa

objektif dan lensa okuler. Dikenal dua macam meja, yaitu (Dzen, 2003) :

1. Tipe terfiksasi. Pada tipe ini terdapat dua klip penjepit untuk menjepit gelas

objek sehingga gelas objek tersebut tidak dapat bergerak.

2. Tipe mekanik yang dapat digerakkan ke kanan dan ke kiri serta ke depan dan

(27)

Sumber : UNUD, 2008.

Gambar 2.1. Bagian-bagian Mikroskop

2.2.4. Langkah-langkah Menggunakan Mikroskop

Langkah-langkah mengunakan Mikroskop dengan benar adalah (Wijaya,

2006):

1. Membawa mikroskop dengan hati-hati dengan cara memegang lengan

mikroskop dengan 1 tangan dan tangan lain digunakan untuk menyangga

dasar mikroskop. Kemudian rendahkan dan letakkan pada meja yang datar.

2. Duduklah pada tempat yang nyaman. Bila menggunakan mikroskop cahaya,

maka carilah tempat yang cukup sinar. Perhatikan dan posisikan lengan

mikroskop berseberangan dengan tubuh dengan cara memutar bagian kepala

(28)

3. Sebelum menempatkan slide preparat pada meja preparat, gunakan tombol

pengatur kasar (makrometer) untuk menurunkan meja preparat sampai posisi

paling bawah. Perhatikan arah putaran. Aturlah cermin pada bagian bawah

sampai ada cahaya yang memantul, melewati diafragma sehingga terlihat dari

lensa okuler. Perhatikan, titik fokus mata setiap orang berbeda-beda, sehingga

setiap orang harus mencari sendiri pencahayaan sesuai kondisi mata.

4. Letakkan slide preparat di atas meja preparat dengan baik. Pastikan slide pada

posisi yang telah disediakan (bagian berbentuk siku) dan tahan dengan

penjepit.

5. Pastikan bahwa pembesaran lensa objektif adalah pembesaran paling rendah

(biasanya 10 kali). Jika belum, maka putar knob lensa objektif itu untuk

mendapatkan pembesaran paling rendah.

6. Mulailah melakukan pengamatan dengan mengatur fokus amatan, yaitu

dengan memutar tombol pengatur kasar (makrometer) sampai mendapat

bayangan benda yang jelas sesuai mata. Perhatian, biasakan membuka kedua

mata saat mengamati, agar tidak terjadi kerusakan/gangguan pada mata.

7. Geserlah siku penahan preparat untuk mengamati berbagai sisi preparat.

Pastikan bahwa kita mendapatkan bayangan dari bagian preparat yang akan

kita amati.

8. Untuk mendapatkan perbesaran yang lebih, putar kembali knob lensa objektif

sampai perbesaran lensa berikutnya (biasanya 40 kali). Untuk mendapatkan

perbesaran berikutnya, biasanya arah putar knob adalah berlawanan arah

jarum jam.

9. Lakukan kembali pengamatan seperti pada tahap 7. Tetapi perhatikan,

panjang tabung lensa objektif lebih panjang dari sebelumnya dan hampir

berimpit dengan preparat. Agar saat mencari fokus bayangan lensa tidak

menekan preparat, maka gunakan tombol pemutar halus (mikrometer). Jika

lensa menekan preparat, maka slide bisa pecah.

10. Jika telah mendapat bayangan gambar yang paling jelas, gambarlah bayangan

(29)

11. Jika telah selesai dan akan mengakhiri pengamatan, turunkan meja preparat

dengan memutar tombol pengatur kasar sampai posisi paling bawah. Ingat

dan perhatikan arah putaran, jangan sampai justru memutar ke arah atas.

Setelah itu putar knob lensa objektif sampai lensa perbesaran paling rendah,

lalu ambil slide preparat.

12. Simpan kembali mikroskop pada tempatnya.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan mikroskop adalah

(IPB, 2010) :

1. Peganglah erat-erat lengan atau badan mikroskop dengan tangan kanan,

sedangkan tangan kiri digunakan untuk menyangga kaki mikroskop agar

mikroskop tidak jatuh.

2. Meja preparat diposisikan tetap horisontal untuk mencegah agar preparat

(slide) tidak jatuh.

3. Bersihkan lensa mikroskop dengan menggunakan kertas lensa/tissue atau kain

lap flanel.

4. Pengamatan sebaiknya dilihat dengan menggunakan kedua mata (untuk

mikroskop dengan dua lensa okuler/binokuler)

5. Gunakanlah perbesaran lemah terlebih dahulu, kemudian setelah obyek yang

akan anda amati ditemukan, gunakan perbesaran yang lebih besar

6. Bersihkan semua kotoran yang ada pada mikroskop dengan menggunakan

(30)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka kerangka konsep dalam

penelitian ini adalah :

Gambar 3.1. Kerangka konsep penelitian

3.2. Defenisi Operasional

No. Variabel Defenisi operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

1. Pengetahuan Segala sesuatu yang

diketahui responden mengenai mikroskop dan penggunaannya.

Kuesioner a. Tinggi

b. Menengah c. Rendah d. Tidak

berpengetahuan

Ordinal

3.2.1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah segala informasi yang diketahui (hasil tahu) siswa SMA

Negeri I Medan mengenai mikroskop dan penggunaannya. Pengukuran

pengetahuan dilakukan dengan cara ukur menggunakan angket dengan alat ukur

berupa kuesioner. Pertanyaan dibuat dalam bentuk pertanyaan tertutup dengan

jumlah pertanyaan sebanyak 15 pertanyaan. Hasil ukur didapat berdasarkan total

nilai yang diperoleh dari 15 pertanyaan, dengan total nilai maksimum adalah 15.

a. Jika jawaban benar, maka diberi nilai 1.

b. Jika jawaban salah, maka diberi nilai 0. Pengetahuan siswa

SMA Negeri I Medan

(31)

Skala pengukuran dilakukan dengan menggunakan skala kategorikal berupa

skala ordinal. Pengetahuan responden kemudian dikategorikan menjadi empat

kategori yaitu tinggi, menengah, rendah, dan tidak berpengetahuan dengan

perincian nilai sebagai berikut (Pratomo, 1986) :

a. Kategori tinggi, apabila responden mempunyai skor > 75% atau mempunyai

total nilai > 11.

b. Kategori menengah, apabila apabila responden mempunyai skor 50% - 75%

atau mempunyai total nilai 8-11.

c. Kategori rendah, apabila responden mempunyai skor 5% - 40% atau

mempunyai total nilai 4-7.

d. Tidak berpengetahuan, apabila responden mempunyai skor < 5% atau

mempunyai total nilai ≤ 3.

3.2.1. Mikroskop

Mikroskop merupakan suatu alat bantu yang digunakan oleh siswa SMA

Negeri I Medan yang memungkinkan untuk dapat mengamati obyek yang

(32)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survei yang bersifat deskriptif, dengan

pendekatan cross sectional, yaitu untuk menggambarkan perilaku siswa SMA

Negeri I Medan terhadap penggunaan mikroskop, yang mana data variabel bebas

dan terikat diambil dalam waktu yang sama.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri I Medan. Adapun alasan pemilihan

lokasi penelitian adalah sebagai berikut:

1. SMA Negeri I Medan terletak di pusat kota.

2. SMA Negeri I Medan memiliki fasilitas mikroskop di laboratoriumnya

dengan jumlah yang memadai.

3. Belum pernah dilakukan penelitian serupa di sekolah ini.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2010.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII IPA SMA

Negeri I Medan yang berjumlah 474 orang (data diambil pada bulan Februari

2010).

4.3.2. Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini diambil secara stratified random sampling.

(33)

N n =

1 + N (d2) Keterangan :

n = Besar sampel N = Jumlah populasi

d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (0,05)

N n =

1 + N (d2)

474 n =

1 + 474 (0,052) n = 217 orang

Berdasarkan rumus diatas peneliti akan mengambil sampel sebanyak 217

orang, untuk mempermudah maka digenapkan menjadi 220 orang.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder.

Data primer diperoleh langsung dari responden melalui pengisian kuesioner,

sedangkan data sekunder diperoleh dari Kantor Tata Usaha SMA Negeri I Medan

yang meliputi jumlah siswa di sekolah tersebut. Instrumen berupa kuesioner

sebagai alat bantu dalam pengumpulan data yang terdiri dari

pertanyaan-pertanyaan tertutup yang meliputi pengetahuan responden terhadap penggunaan

(34)

4.4.1. Uji validitas dan reliabilitas

Kuesioner yang dipergunakan dalam penelitian ini telah diuji validitas

dengan menggunakan uji Cronbach (Cronbach Alpha) dengan program SPSS.

Sampel dalam uji validitas ini memiliki karakter yang sama dengan sampel dalam

penelitian ini, yaitu siswa SMA Negeri 4 Medan. Jumlah sampel yang digunakan

dalam uji validitas ini adalah 20 orang. Hasil uji validitas dan reliabilitas dapat

dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Uji validitas dan reliabilitas kuesioner

Variabel Nomor

pertanyaan

Total Pearson Correlation

Status Alpha Status

Pengetahuan 1 0,715 Valid 0,938 Reliabel

2 0,672 Valid Reliabel

3 0,715 Valid Reliabel

4 0,654 Valid Reliabel

5 0,744 Valid Reliabel

6 0,640 Valid Reliabel

7 0,660 Valid Reliabel

8 0,833 Valid Reliabel

9 0,684 Valid Reliabel

10 0,767 Valid Reliabel

11 0,745 Valid Reliabel

12 0,843 Valid Reliabel

13 0,858 Valid Reliabel

14 0,664 Valid Reliabel

(35)

4.5. Metode Analisis Data

Setelah data terkumpul dan diolah dengan menggunakan program SPSS

(Statistical Product and Service Solution), data tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tabel distribusi frekuensi, kemudian dianalisis dan membandingkan hasil

(36)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

SMA Negeri 1 Medan berdiri pada Tanggal 18 Agustus 1950 sampai

dengan 1 September 1950 di jalan Teuku Umar No.1 Medan. Namun karena saat

itu aksi polisional Belanda sangat gencar, SMA Negeri 1 Medan pun dipindahkan

lagi ke jalan Seram Baru.

Tahun 1965-1966, SMA Negeri 1 Medan pindah lagi ke jalan Cik Ditiro

No.1 Medan karena sesuatu hal, hingga saat ini, SMA Negeri 1 Medan masih

berada di alamat yang sama.

SMA Negeri I Medan memiliki batas wilayah:

Sebelah Utara : Berbatasan dengan Rumah penduduk

Sebelah Barat : Berbatasan dengan Jalan Teuku Cik Di Tiro

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kantor Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera

Utara.

(37)

5.1.2 Deskripsi Karateristik Responden

Dalam penelitian ini, responden yang diteliti sebanyak 220 siswa kelas XII

SMA Negeri I Medan dan masih berstatus pelajar dan aktif bersekolah. Gambaran

karakteristik responden yang diamati yaitu pengetahuan para siswa SMA tersebut

terhadap penggunaan mikroskop.

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi %

Laki-laki 92 41,8

Perempuan 128 58,2

Total 220 100

Pada tabel 5.1 dapat dilihat bahwa responden yang terpilih paling banyak

adalah berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 128 orang (58,2%).

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan umur

Umur (tahun) Frekuensi %

15

16 17

10

54

150

4,5

24,5

68,2

18 6 2,7

Total 220 100

Pada tabel 5.2 dapat dilihat bahwa responden yang terpilih paling banyak

(38)

5.1.3 Distribusi Pengetahuan Responden

Setelah dilakukan penelitian dengan metode cross-sectional menggunakan

instrumen kuesioner, didapatkan distribusi tingkat pengetahuan siswa SMA

Negeri I Medan terhadap penggunaan mikroskop pada tabel 5.3.

Tabel 5.3. Distribusi frekuensi pengetahuan responden terhadap penggunaan mikroskop

No Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)

1 Tinggi 55 25

2 Menengah 126 57,3

3 Rendah 37 16,8

4 Tidak Berpengetahuan 2 0,9

Total 220 100

Dari tabel 5.3 dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan responden paling

banyak adalah menengah, yaitu sebanyak 126 orang (57,3%). Responden dengan

tingkat pengetahuan tinggi yaitu sebanyak 55 orang (25%), responden dengan

tingkat pengetahuan rendah yaitu sebanyak 37 orang (16,8%) dan responden yang

tidak berpengetahuan yaitu sebanyak 2 orang (0,9%).

Sedangkan distribusi frekuensi tiap-tiap pertanyaan dari responden adalah

sebagai berikut :

Tabel 5.4. Distribusi frekuensi jawaban responden terhadap pertanyaan nomor 1 tentang pengertian mikroskop

Jawaban Frekuensi %

Benar 220 100

Salah 0 0

Total 220 100

Dari tabel 5.4. dapat dilihat bahwa semua responden mempunyai jawaban

(39)

Tabel 5.5. Distribusi frekuensi jawaban responden terhadap pertanyaan nomor 2 tentang pembagian mikroskop

Jawaban Frekuensi %

Benar 199 90,5

Salah 21 9,5

Total 220 100

Dari tabel 5.5. dapat dilihat bahwa responden paling banyak mempunyai

jawaban benar tentang pembagian mikroskop, yaitu sebanyak 199 orang (90,5%).

Sedangkan responden yang mempunyai jawaban salah, yaitu sebanyak 21 orang

(9,5%).

Tabel 5.6. Distribusi frekuensi jawaban responden terhadap pertanyaan nomor 3 tentang istilah alat untuk meletakkan benda

Jawaban Frekuensi %

Benar 124 56,4

Salah 96 43,6

Total 220 100

Dari tabel 5.6. dapat dilihat bahwa responden paling banyak mempunyai

jawaban benar tentang istilah alat untuk meletakkan benda, yaitu sebanyak 124

orang (56,4%). Sedangkan responden yang mempunyai jawaban salah, yaitu

sebanyak 96 orang (43,6%).

Tabel 5.7. Distribusi frekuensi jawaban responden terhadap pertanyaan nomor 4 tentang jenis lensa mikroskop

Jawaban Frekuensi %

Benar 150 68,2

Salah 70 31,8

(40)

Dari tabel 5.7. dapat dilihat bahwa responden paling banyak mempunyai

jawaban benar tentang jenis lensa mikroskop, yaitu sebanyak 150 orang (68,2%).

Sedangkan responden yang mempunyai jawaban salah, yaitu sebanyak 70 orang

(31,8%).

Tabel 5.8. Distribusi frekuensi jawaban responden terhadap pertanyaan nomor 5 tentang jenis pembesaran lensa objektif

Jawaban Frekuensi %

Benar 115 52,3

Salah 105 47,7

Total 220 100

Dari tabel 5.8. dapat dilihat bahwa responden paling banyak mempunyai

jawaban benar tentang jenis pembesaran lensa objektif, yaitu sebanyak 115 orang

(52,3%). Sedangkan responden yang mempunyai jawaban salah, yaitu sebanyak

105 orang (47,7%).

Tabel 5.9. Distribusi frekuensi jawaban responden terhadap pertanyaan nomor 6 tentang nama alat pemutar mikroskop

Jawaban Frekuensi %

Benar 195 88,6

Salah 25 11,4

Total 220 100

Dari tabel 5.9. dapat dilihat bahwa responden paling banyak mempunyai

jawaban benar tentang nama alat pemutar mikroskop, yaitu sebanyak 195 orang

(88,6%). Sedangkan responden yang mempunyai jawaban salah, yaitu sebanyak

(41)

Tabel 5.10. Distribusi frekuensi jawaban responden terhadap pertanyaan nomor 7 tentang cara membawa mikroskop yang benar

Jawaban Frekuensi %

Benar 214 97,3

Salah 6 2,7

Total 220 100

Dari tabel 5.10. dapat dilihat bahwa responden paling banyak mempunyai

jawaban benar tentang cara membawa mikroskop yang benar, yaitu sebanyak 214

orang (97,3%). Sedangkan responden yang mempunyai jawaban salah, yaitu

sebanyak 6 orang (2,7%).

Tabel 5.11. Distribusi frekuensi jawaban responden terhadap pertanyaan nomor 8 tentang posisi pengamat yang benar

Jawaban Frekuensi %

Benar 42 19,1

Salah 178 80,9

Total 220 100

Dari tabel 5.11. dapat dilihat bahwa responden paling banyak mempunyai

jawaban salah tentang jenis lensa mikroskop, yaitu sebanyak 178 orang (80,9%).

Sedangkan responden yang mempunyai jawaban benar, yaitu sebanyak 42 orang

(19,1%).

Tabel 5.12. Distribusi frekuensi jawaban responden terhadap pertanyaan nomor 9 tentang posisi mata pengamat yang benar

Jawaban Frekuensi %

Benar 68 30,9

Salah 152 69,1

(42)

Dari tabel 5.12. dapat dilihat bahwa responden paling banyak mempunyai

jawaban salah tentang posisi mata pengamat yang benar, yaitu sebanyak 152

orang (69,1%). Sedangkan responden yang mempunyai jawaban benar, yaitu

sebanyak 68 orang (30,9%).

Tabel 5.13. Distribusi frekuensi jawaban responden terhadap pertanyaan nomor 10 tentang cara membersihkan lensa mikroskop

Jawaban Frekuensi %

Benar 186 84,5

Salah 34 15,5

Total 220 100

Dari tabel 5.13. dapat dilihat bahwa responden paling banyak mempunyai

jawaban benar tentang cara membersihkan lensa mikroskop, yaitu sebanyak 186

orang (84,5%). Sedangkan responden yang mempunyai jawaban salah, yaitu

sebanyak 34 orang (15,5%).

Tabel 5.14. Distribusi frekuensi jawaban responden terhadap pertanyaan nomor 11 tentang tindakan jika gambar terlihat masih gelap

Jawaban Frekuensi %

Benar 172 78,2

Salah 48 21,8

Total 220 100

Dari tabel 5.14. dapat dilihat bahwa responden paling banyak mempunyai

jawaban benar tentang tindakan jika gambar terlihat masih gelap, yaitu sebanyak

172 orang (78,2%). Sedangkan responden yang mempunyai jawaban salah, yaitu

(43)

Tabel 5.15. Distribusi frekuensi jawaban responden terhadap pertanyaan nomor 12 tentang pembesaran awal

Jawaban Frekuensi %

Benar 157 71,4

Salah 63 28,6

Total 220 100

Dari tabel 5.15. dapat dilihat bahwa responden paling banyak mempunyai

jawaban benar tentang pembesaran awal, yaitu sebanyak 157 orang (71,4%).

Sedangkan responden yang mempunyai jawaban salah, yaitu sebanyak 63 orang

(28,6%).

Tabel 5.16. Distribusi frekuensi jawaban responden terhadap pertanyaan nomor 13 tentang bagian awal yang diputar saat mengatur fokus

Jawaban Frekuensi %

Benar 102 46,4

Salah 118 53,6

Total 220 100

Dari tabel 5.16. dapat dilihat bahwa responden paling banyak mempunyai

jawaban salah tentang bagian awal yang diputar saat mengatur fokus, yaitu

sebanyak 118 orang (53,6%). Sedangkan responden yang mempunyai jawaban

(44)

Tabel 5.17. Distribusi frekuensi jawaban responden terhadap pertanyaan nomor 14 tentang tindakan jika ingin melihat gambar lebih besar lagi

Jawaban Frekuensi %

Benar 73 33,2

Salah 147 66,8

Total 220 100

Dari tabel 5.17. dapat dilihat bahwa responden paling banyak mempunyai

jawaban salah tentang tindakan jika ingin melihat gambar lebih besar lagi, yaitu

sebanyak 147 orang (66,8%). Sedangkan responden yang mempunyai jawaban

benar, yaitu sebanyak 73 orang (33,2%).

Tabel 5.18. Distribusi frekuensi jawaban responden terhadap pertanyaan nomor 15 tentang cairan yang ditambahkan

Jawaban Frekuensi %

Benar 50 22,7

Salah 170 77,3

Total 220 100

Dari tabel 5.18. dapat dilihat bahwa responden paling banyak mempunyai

jawaban salah tentang cairan yang ditambahkan, yaitu sebanyak 170 orang

(77,3%). Sedangkan responden yang mempunyai jawaban benar, yaitu sebanyak

(45)

5.2. Pembahasan

Setelah dilakukan penelitian, diketahui bahwa tingkat pengetahuan

responden paling banyak adalah menengah, yaitu sebanyak 126 orang (57,3%)

diikuti dengan responden dengan tingkat pengetahuan tinggi, yaitu sebanyak 55

orang (25%). Namun demikian, dari 220 orang responden yang diteliti masih

ditemukan responden dengan tingkat pengetahuan yang rendah, yaitu sebanyak 37

orang (16,8%) bahkan responden dalam kelompok tidak berpengetahuan yaitu 2

orang (0,9%).

Berdasarkan jawaban responden terhadap pertanyaan dapat diketahui

bahwa masih ada jawaban responden yang salah terhadap pertanyaan-pertanyaan

yang berhubungan dengan mikroskop. Seperti pertanyaan nomor 8 tentang posisi

pengamat yang benar ketika melihat mikroskop terdapat responden paling banyak

menjawab salah yaitu 178 orang (80,9%). Pertanyaan nomor 9 mengenai posisi

mata yang benar saat melihat benda yang akan diamati dengan mikroskop,

terdapat responden paling banyak menjawab salah yaitu 152 orang (69,1%).

Pengetahuan yang kurang tentang posisi pengamat ketika melihat

mikroskop dan posisi mata pengamat saat melihat mikroskop kemungkinan

disebabkan oleh beberapa hal antara lain, kurangnya informasi dari guru mengenai

langkah-langkah menggunakan mikroskop yang benar, kurangnya pengawasan

dari guru saat praktikum dilaksanakan, atau siswa kurang memahami apa yang

disampaikan oleh guru tentang posisi pengamat dan posisi mata pengamat.

Posisi pengamat serta posisi mata pengamat yang salah saat menggunakan

mikroskop dapat menimbulkan rasa tidak nyaman saat menggunakan mikroskop.

Rasa tidak nyaman ini dapat mengakibatkan kelelahan kerja yang akhirnya dapat

menimbulkan kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak

terduga dan tidak diharapkan. Keletihan dan kelemahan daya tahan tubuh serta

sikap dan perilaku kerja yang tidak baik dapat menimbulkan perbuatan yang

berbahaya (unsafe act) yang dapat menyebabkan timbulnya kecelakaan kerja

(46)

Selain jawaban salah terhadap pertanyaan nomor 8 dan nomor 9 di atas,

juga ditemukan jawaban yang salah terhadap pertanyaan nomor 13, 14 dan 15.

Pertanyaan nomor 13 tentang bagian yang diputar terlebih dahulu saat mengatur

fokus bayangan awal pada mikroskop terdapat responden paling banyak

menjawab salah yaitu 118 orang (53,6%). Pertanyaan nomor 14 tentang tindakan

yang benar jika ingin melihat gambar lebih besar lagi terdapat responden paling

banyak menjawab salah yaitu 147 orang (66,8%). Pertanyaan nomor 15 tentang

cairan yang ditambahkan jika ingin menggunakan pembesaran 100 kali terdapat

responden paling banyak menjawab salah yaitu 170 orang (77,3%).

Kesalahan memutar bagian pada mikroskop untuk mengatur fokus

bayangan awal, kesalahan tindakan yang dilakukan jika ingin melihat gambar

lebih besar lagi, serta kesalahan menambahkan cairan ketika ingin menggunakan

pembesaran 100 kali dapat menyebabkan terganggunya proses pembelajaran

menggunakan mikroskop seperti kesulitan untuk melihat objek yang akan diamati.

Tindakan yang seharusnya dilakukan untuk mengatasi kesulitan melihat

objek adalah memulai pengamatan dengan mengatur fokus amatan, yaitu dengan

memutar tombol pengatur kasar (makrometer) sampai mendapat bayangan benda

yang jelas sesuai mata. Jika ingin mendapatkan perbesaran yang lebih, maka hal

yang perlu dilakukan adalah memutar kembali knob lensa objektif sampai

perbesaran lensa berikutnya (Wijaya, 2006). Dalam pemeriksaan mikrobiologis

secara rutin digunakan lensa objektif yang mampu memperbesar objek

penglihatan 97-100 kali dengan menambahkan minyak emersi di antara gelas

objek dan lensa objektif. Penambahan minyak emersi berguna untuk

menghilangkan udara yang terletak di antara lensa objektif dengan gelas objek,

(47)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa dari 220 orang responden,

sebanyak 92 orang responden adalah laki-laki dan 128 responden

adalah perempuan.

2. Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa dari 220 orang responden,

responden yang terpilih paling banyak adalah berumur 17 tahun, yaitu

sebanyak 150 orang. Responden yang berumur 15 tahun adalah

sebanyak 10 orang, responden yang berumur 16 tahun sebanyak 54

orang, dan responden yang berumur 18 tahun sebanyak 6 orang.

3. Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa tingkat pengetahuan

responden paling banyak adalah menengah, yaitu sebanyak 126 orang

(57,3%).

4. Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa responden paling banyak

menjawab salah yaitu pada pertanyaan nomor 8 tentang posisi

pengamat yang benar ketika melihat mikroskop, pertanyaan nomor 9

mengenai posisi mata yang benar saat melihat benda yang akan

diamati dengan mikroskop, pertanyaan nomor 13 tentang bagian yang

diputar terlebih dahulu saat mengatur fokus bayangan awal pada

mikroskop, pertanyaan nomor 14 tentang tindakan yang benar jika

ingin melihat gambar lebih besar lagi dan pertanyaan nomor 15

tentang cairan yang ditambahkan jika ingin menggunakan pembesaran

100 kali. Kesalahan ini akan menyebabkan timbulnya kelelahan kerja

dan terganggunya proses pembelajaran menggunakan mikroskop

(48)

6.2 Saran

1. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti menyarankan perlu

ditingkatkan penjelasan mengenai langkah-langkah dan hal-hal yang

perlu diperhatikan ketika menggunakan mikroskop khususnya tentang

posisi pengamat serta posisi mata pengamat yang benar saat

menggunakan mikroskop, bagian yang diputar untuk mengatur fokus

bayangan awal, tindakan yang dilakukan jika ingin melihat gambar

lebih besar lagi, serta cairan yang ditambahkan ketika ingin

menggunakan pembesaran 100 kali.

2. Bagi peneliti dimasa yang akan datang jumlah sampel hendaknya

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Kesehatan dan Keselamatan

Kerja

Laboratorium Kesehatan. Available from:

http:/

[Accesed 1 November 2010]

Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara. 2010. Penetapan Sekolah/Madrasah

Penyelenggara Ujian dan Menggabung Tingkat SMA, MA, dan SMK pada Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2009/2010.

Dwijosoeputro, D. 1994. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia.

Dwijosoeputro, D. 1978. Sejarah Mikrobiologi. Dalam: Dwijosoeputro, D.

Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Penerbit Djambatan, 1-9.

Dzen, Sjoekoer. M, dkk. 2003. Bakteriologik Medik. Malang: Bayumedia.

Gabriel, J.F. 1996. Fisika Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

IPB. 2010. Mikroskop dan Penggunaannya. Available from:

Leeson, C. Roland. 1996. Buku Ajar Histologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC.

Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: PT Rineka

Cipta.

Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka

(50)

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2007. 2007. Standar

Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidayah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah

(SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA). Available from:

Pratomo, H. 1986. Defenisi Operasional dari Variabel. Dalam: Pratomo, H.

Pedoman Pembuatan Usulan Penelitian Bidang Kesehatan Masyarakat dan Keluarga Berencana/Kependudukan. Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan RI PMU Pengembangan FKM di

Indonesia, 24-26.

Regina Pacis. 2007. Laboratorium Biologi. Available From:

2010]

UNUD. 2008. Teknik-teknik untuk Mempelajari Sel. Available From:

[Accesed 11 March 2010]

Wahyuni, A. S. 2007. Statistika Kedokteran. Jakarta: Bamboedoea

Communication.

Wijaya, Agung. 2006. IPA Terpadu VII B untuk Sekolah Menengah Pertama dan

(51)

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Herwindo Ahmad

Tempat/Tanggal Lahir : Medan/17 Juni 1990

Agama : Islam

Alamat : Jl. Mega No. 35 Tj. Rejo Medan Sunggal 20122

Riwayat Pendidikan :

1. TK Tadika Puri Medan (1994-1995)

2. Sekolah Dasar Kemala Bhayangkari I Medan

(1995-2001)

3. Sekolah Menengah Pertama Negeri I Medan

(2001-2004)

4. Sekolah Menengah Atas Negeri I Medan (2004 –

2007)

5. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(2007 – sekarang)

(52)

LAMPIRAN 2

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Assalamualaikum Wr. Wb/Salam Sejahtera

Nama Saya Herwindo Ahmad, sedang menjalani pendidikan Kedokteran

di Program S1 Ilmu Kedokteran FK USU. Saya sedang melakukan penelitian

yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Siswa SMA Negeri I Medan terhadap

Penggunaan Mikroskop”.

Menurut bentuk dan struktur selnya, makhluk hidup dibedakan menjadi

dua yaitu makhluk hidup bersel banyak dan makhluk hidup bersel satu, makhluk

ini tidak dapat dilihat dengan mata kita, karena panca indera manusia memiliki

kemampuan yang terbatas. Oleh karena itu banyak masalah mengenai benda atau

organisme yang akan diamati hanya bisa dilakukan dengan alat bantu.

Salah satu alat bantu yang sering digunakan dalam penelitian atau

pengamatan tentang organisme yang tidak dapat dilihat dengan mata, terutama

dalam bidang biologi dan kedokteran adalah mikroskop (bahasa latin micro

diartikan kecil dan scopium berarti penglihatan). Mikroskop sering digunakan

untuk meningkatkan kemampuan daya pisah atau kemampuan melihat seseorang

sehingga memungkinkan dapat mengamati objek yang halus dan tidak dapat

dilihat dengan mata terbuka (Dwidjoseputro, 1994).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa SMA

Negeri I Medan terhadap penggunaan mikroskop. Adapun manfaat dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut sebagai wadah untuk menambah pengalaman

dan memperkaya wawasan penulis khususnya dalam bidang penelitian dan

sebagai masukan bagi SMA Negeri I Medan tentang tingkat pengetahuan siswa

terhadap penggunaan mikroskop dan sebagai dasar dalam pengambilan kebijakan

(53)

Saya akan membagikan kuesioner/daftar pertanyaan kepada adik-adik

sekalian mengenai penggunaan mikroskop yang akan adik isi dengan menjawab

pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner tersebut. Jawaban dari adik tersebut

akan dijamin kerahasiaannya dan jawaban tersebut digunakan untuk kepentingan

penelitian saya, tidak ada hubungannya dengan nilai rapor adik-adik sekalian.

Untuk penelitian ini adik-adik tidak akan dikenakan biaya apapun. Bila adik-adik

membutuhkan penjelasan dapat menghubungi saya :

Nama : Herwindo Ahmad

Alamat : Jl. Mega No. 35 Tj. Rejo Medan Sunggal 20122

No. HP : 085275017511

Terima kasih saya ucapkan kepada adik-adik yang telah ikut

berpartisipasi pada penelitian ini. Keikutsertaan adik-adik dalam penelitian ini

akan menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi ilmu pengetahuan.

Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini

diharapkan adik-adik bersedia mengisi lembar persetujuan yang telah saya

siapkan.

Medan, 2010

Peneliti

(54)

LAMPIRAN 3

LEMBAR PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Tempat/ Tgl. Lahir : Alamat :

Dengan ini menyatakan SETUJU/MENOLAK untuk menjawab pertanyaan yang diajukan peneliti pada kuesioner-kuesioner yang tertera untuk disertakan ke dalam data penelitian.

Medan, 2010 Peneliti, Yang Membuat Pernyataan

(Herwindo Ahmad) ( )

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Tempat/ Tgl. Lahir : Alamat :

Dengan ini menyatakan bahwa data yang diisi dalam pertanyaan kuesioner adalah benar adanya. Dan saya bersedia memberikan pernyataan saya untuk dijadikan bahan penelitian tanpa ada paksaan dari pihak manapun.

Medan, 2010

Tertanda

(55)

LAMPIRAN 4

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMA NEGERI I MEDAN TERHADAP PENGGUNAAN MIKROSKOP

I. Identitas Responden

Nama :

Jenis Kelamin :

Umur :

Kelas :

II. Pertanyaan tentang Pengetahuan

Petunjuk!

Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang saudara anggap benar.

1. Apakah yang dimaksud dengan mikroskop?

a. Alat yang digunakan untuk mengamati obyek yang berukuran sangat kecil. b. Alat yang digunakan untuk melihat benda-benda yang jauh.

c. Alat yang digunakan untuk mengukur suhu tubuh.

d. Alat yang digunakan untuk menentukan kecepatan suatu benda.

2. Mikroskop terbagi atas dua kelompok besar, yaitu : a. Mikroskop terang dan mikroskop gelap.

b. Mikroskop cahaya dan mikroskop elektron. c. Mikroskop cahaya dan mikroskop gelap. d. Mikroskop sinar dan mikroskop lampu.

3. Apakah istilah alat untuk meletakkan benda yang akan dilihat di bawah

mikroskop? a. Gelas objek. b. Gelas ukur. c. Kaca penglihat. d. Gelas subjek.

4. Lensa yang terdapat pada mikroskop adalah :

a. Lensa cembung, lensa cekung, lensa datar,dan lensa objektif. b. Lensa objektif dan lensa okuler.

c. Lensa bikonkav dan lensa bikonveks.

d. Lensa objektif, lensa cembung, dan lensa okuler.

Gambar

Gambar 3.1. Kerangka konsep penelitian
Tabel 4.1. Uji validitas dan reliabilitas kuesioner Variabel Nomor Total Status
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
Tabel 5.3. Distribusi frekuensi pengetahuan responden terhadap penggunaan mikroskop
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada bidang matematika Integral dapat diaplikasikan dalam banyak hal, diantaranya: - Menghitung luas suatu luasan dengan menggunakan integral tertentu. - Menentukan volume

Istilah kualitas habitat menunjukkan kemampuan lingkungan untuk memberikan kondisi khusus tepat untuk individu dan populasi secara terus menerus. Kualitas

diutus Baginda Sultan menceritakan maksud kedatangannya, yaitu meminta Pendekar Penantang untuk menemui Baginda Sultan dan melaksanakan titah Baginda Sultan melawan Pendekar

Alkitab mengatakan bahwa bila kita pada akhirnya dapat melihat Yesus dengan sempurna, kita akan menjadi seperti Dia secara sempurna : “ Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang

1) Proses belajar mengajar sebelum dimulai yaitu guru mengucapkan salam, menyuruh siswa berdo’a dan menga bsen siswa.. 2) Guru menyampaikan kompetensi dasar dan

Secara umum, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah mendapatkan gambaran mengenai pengaruh adaptasi sosial terhadap integrasi masyarakat di

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden tidak mengalami komplikasi persalinan (62,8%), 52,6% berusia 20-35 tahun, 31,2% memiliki paritas &lt;4 orang, 32%

Maksud dari penelitian yang dilakukan ini adalah untuk memperoleh dan mengumpulkan data atau keterangan yang relevan dengan permasalahan yang akan diteliti