• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaru Pemberian Beberapa Variasi Pupuk TSP Pada Komposisi Media Kotoran Ayam Dengan Pupuk Urea Terhadap Laju Pertumbuhan Populasi Rotifera (Brochionus Plicatilis)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaru Pemberian Beberapa Variasi Pupuk TSP Pada Komposisi Media Kotoran Ayam Dengan Pupuk Urea Terhadap Laju Pertumbuhan Populasi Rotifera (Brochionus Plicatilis)"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN BEBERAPA VARIASI PUPUK TSP PADA KOMPOSISI MEDIA KOTORAN AYAM DENGAN PUPUK UREA

TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN POPULASI ROTIFERA (Brachionus plicatilis)

SKRIPSI

OLEH

EKA WAHYUNI 030805006

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGARUH PEMBERIAN BEBERAPA VARIASI PUPUK TSP PADA KOMPOSISI MEDIA KOTORAN AYAM DENGAN PUPUK UREA

TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN POPULASI ROTIFERA (Brachionus plicatilis)

SKRIPSI

EKA WAHYUNI 030805006

Diajukan untuk melengkapi dan memenuhi syarat mencapai gelar sarjana Sains

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : PENGARUH PEMBERIAN BEBERAPA VARIASI PUPUK TSP PADA KOMPOSISI MEDIA

KOTORAN AYAM DENGAN PUPUK UREA TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN POPULASI ROTIFERA (Brachionus plicatilis)

Kategori : SKRIPSI

Nama : EKA WAHYUNI

Nomor Induk Mahasiswa : 030805006

Program Studi : SARJANA (S1) BIOLOGI

Departemen : BIOLOGI

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di

Medan, September 2007

Komisi Pembimbing :

Pembimbing I

Drs. Arlen H.J., M.Si. NIP 131 882 288

Diketahui/Disetujui oleh

Departemen Biologi FMIPA USU Ketua,

(4)

PERNYATAAN

PENGARUH PEMBERIAN BEBERAPA VARIASI PUPUK TSP PADA KOMPOSISI MEDIA KOTORAN AYAM DENGAN PUPUK UREA TERHADAP

LAJU PERTUMBUHAN POPULASI ROTIFER (Brachionus plicatilis)

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, September 2007

(5)

PENGHARGAAN

Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang atas berkat, rahmat, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “ Pengaruh Pemberian Beberapa Variasi Pupuk TSP Pada Komposisi Media Kotoran Ayam Dengan Pupuk Urea Terhadap Laju Pertumbuhan Populasi Rotifera (Brachionus plicatilis) ”.Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Drs. Arlen H.J., M.Si selaku dosen pembimbing I, dosen penasehat akademik dan yang selama ini telah menjadi figur Bapak bagi penulis dan seluruh anak-anak beliau di Biologi, khususnya di Bidang Ekologi Hewan dan Ibu Hesti Wahyuningsih S.Si, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, motivasi, arahan, serta dukungannya hingga selesainya skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada Bapak Drs. Nursal M.Si; Ibu Mayang Sari Yeanny, S.Si, M.Si dan Ibu Masitta Tanjung, S.Si, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.

Kepada Bapak Dr. Dwi Suryanto M.Sc selaku ketua Departemen Biologi, Ibu Nunuk Priyani M.Sc selaku sekretaris Dept. Biologi. Bapak dan Ibu staf pengajar Dept. Biologi FMIPA USU. Ibu Roslina Ginting dan Bang Erwin selaku pagawai Dept. Biologi, serta Ibu Nurhasni Muluk dan Bapak Sukirmanto selaku analis dan laboran di laboratorium Dept. Biologi yang telah memberikan bantuan kepada penulis.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta (Eddy dan Suriyami) yang telah memberikan doa, perhatian, serta cinta dan kasih sayangnya kepada penulis, dan seluruh keluarga besarku atas doa dan dukungannya.

(6)

ABSTRAK

Penelitian mengenai " Pengaruh Pemberian Beberapa Variasi Pupuk TSP Pada Komposisi Media Kotoran Ayam Dengan Pupuk Urea Terhadap Laju Pertumbuhan Populasi Rotifera (Brachionus plicatilis)”. telah dilaksanakan mulai April sampai Mei 2007. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ekologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatra Utara. Penelitian ini menggunakan metoda Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial dengan 4 media perlakuan dan 6 ulangan. Penghitungan sampel dilakukan sebanyak tiga kali pada masing-masing media perlakuan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju pertumbuhan populasi B. plicatilis yang paling baik dijumpai pada media M2 sebesar 0,718 ind. x 10-3 x hari-1 diikuti oleh media M0 (kontrol) yaitu sebesar 0,628 ind. x 10-3 x hari-1 dan media M3 sebesar 0,584 ind. x 10-3 x hari-1. Sedangkan laju pertumbuhan populasi yang kurang baik ditemukan pada media M1 sebesar 0,598 ind. x 10-3 x hari-1

Hasil analisa statistik menunjukkan bahwa media kultur yang digunakan berpengaruh sangat nyata (P > 0,05) terhadap rata-rata laju pertumbuhan antara masing-masing media perlakuan.

(7)

The Effect of TSP Fertilizers Variation with Mixing Medium of Chiken Manure and Urea Fertilizers with Growth Rate of Rotifera Brachionus plicatilis

ABSTRACT

A study of The Effect of TSP Fertilizers Variation with Mixing Medium of Chiken Manure and Urea Fertilizers with Growth Rate of Rotifera Brachionus plicatilis has been conducted from April until Mei 2007. The research was carried out at Animal Ecology Laboratorium at Biology Department, Mathematic and Natural Science Faculty, North Sumatera University. The research used Factorial Complete Randomized Design with 4 treatments medium and 6 replications. The sample was counted three times at each replications treatment medium.

The result indicated that the best growth of B. plicatilis population was found in M2 medium with number 0,718 ind. x 10-3 x day-1. Followed by M0 (control) medium with 0,628 ind. x 10-3 x day-1 and then M3 medium with 0,618 ind. x 10-3 x day-1. But the worst growth rate was found ind M1 medium with number 0,598 ind. x 10-3 x day-1

Base on statiscal analysis result showed that culture medium was highly significant (P > 0,05) to average of growth rate between each treatment medium.

.

(8)

DAFTAR ISI

halaman

Persetujuan ii

Pernyataan iii

Penghargaan iv

Abstrak v

Abstract vi

Daftar Isi vii

Daftar Tabel viii

Daftar Gambar ix

Daftar Lampiran x

Bab 1 Pendahuluan 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Permasalahan 3

1.3 Tujuan 3

1.4 Hipotesis 3

1.5 Manfaat 3

Bab 2 Tinjauan Pustaka 4

2.1 Klasifikasi 4

2.2 Morfologi 5

2.3 Daur Hidup dan Reproduksi Rotifera B. plicatilis 6

2.4 Ekologi 7

2.5 Intensitas cahaya 8

2.6 Peranan Pupuk Dalam Pembudidayaan Rotifera

B. plicatilis 9

Bab 3 Bahan Dan Metode

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian 11

3.2 Persiapan Strain B. plicatilis 11

3.3 Persiapan Media Pakan Untuk B. plicatilis 11

3.4 Laju Pertumbuhan B. plicatilis 12

3.5 Metode Penelitian 13

3.6 Analisis Data 13

Bab 4 Hasil dan Pembahasan

4.1 Rata-rata Pertambahan Jumlah Populasi B. plicatilis 14 4.2 Laju Pertumbuhan Rotifera (Brachionus plicatilis) 16

Bab 5 Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan 20

5.2 Saran 20

(9)

DAFTAR TABEL

halaman

Tabel 1 Komposisi mineral dan kandungan air beberapa jenis kotoran

ternak dan unggas 10

Tabel 2 Beberapa jenis pupuk nitrogen dan pupuk posfor beserta kadar

haranya 11

Tabel 3 Rata-rata laju pertumbuhan jumlah populasi Rotifera B. plicatilis (ind. x 10-3 x hari-1) pada empat perlakuan media 14 Tabel 4 Laju pertumbuhan jumlah populasi B. plicatilis (ind. x 10-3 x

hari-1) pada beberapa variasi TSP pada media kotoran ayam

dan pupuk Urea 16

Tabel 5 Rata-rata laju pertumbuhan jumlah populasi B. plicatilis (ind. x 10-3 x hari-1) pada perlakuan waktu pengamatan 18 Tabel 6 Rata-rata laju pertumbuhan jumlah populasi B. plicatilis (ind.

(10)

DAFTAR GAMBAR

halaman

Gambar 1 Anatomi B. plicatilis 5

Gambar 2 Skema siklus hidup dan reproduksi Rotifera B. plicatilis 7 Gambar 3 Grafik rata-rata pertambahan jumlah populasi B. plicatilis

(ind/ml) pada media campuran kotoran ayam dengan

pupuk Urea dan TSP 15

Gambar 4 Grafik Laju Pertumbuhan Populasi B. plicatilis (ind. x 10 -3

x hari-1

17 ) pada Beberapa Media Campuran Kotoran Ayam

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

halaman

Lampiran A Bagan alir persiapan media pakan untuk B. plicatilis 23

Lampiran B Bagan alir laju pertumbuhan Rotifera B. plicatilis 24 Lampiran C Bagan posisi/letak media perlakuan berdasarkan sistem

Randomisasi 25

Lampiran D Jumlah populasi B. plicatilis (ind/ml) pada beberapa tingkat variasi TSP selama waktu pengamatan

(H = 2 hari) 26

Lampiran E Data fisik dan kimia media pada beberapa tingkat variasi

TSP pada campuran kotoran ayam dan pupuk urea 27 Lampiran F Pertambahan jumlah populasi B. plicatilis (ind./ml)

pada beberapa tingkat variasi TSP selama waktu

pengamatan (H= 2 hari) 28

Lampiran G Uji statistik laju pertumbuhan jumlah populasi

B. plicatilis (ind. x 10-3 x hari-1) pada beberapa tingkat variasi TSP selama waktu pengamatan 29 Lampiran H Analisis sidik ragam RAL Faktorial laju pertumbuhan

jumlah populasi B. plicatilis (ind. x 10-3 x hari-1) pada

beberapa tingkat variasi TSP 30

Lampiran I Foto alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian 34

Lampiran J Foto-foto pelaksanaan penelitian 36

(12)

ABSTRAK

Penelitian mengenai " Pengaruh Pemberian Beberapa Variasi Pupuk TSP Pada Komposisi Media Kotoran Ayam Dengan Pupuk Urea Terhadap Laju Pertumbuhan Populasi Rotifera (Brachionus plicatilis)”. telah dilaksanakan mulai April sampai Mei 2007. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ekologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatra Utara. Penelitian ini menggunakan metoda Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial dengan 4 media perlakuan dan 6 ulangan. Penghitungan sampel dilakukan sebanyak tiga kali pada masing-masing media perlakuan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju pertumbuhan populasi B. plicatilis yang paling baik dijumpai pada media M2 sebesar 0,718 ind. x 10-3 x hari-1 diikuti oleh media M0 (kontrol) yaitu sebesar 0,628 ind. x 10-3 x hari-1 dan media M3 sebesar 0,584 ind. x 10-3 x hari-1. Sedangkan laju pertumbuhan populasi yang kurang baik ditemukan pada media M1 sebesar 0,598 ind. x 10-3 x hari-1

Hasil analisa statistik menunjukkan bahwa media kultur yang digunakan berpengaruh sangat nyata (P > 0,05) terhadap rata-rata laju pertumbuhan antara masing-masing media perlakuan.

(13)

The Effect of TSP Fertilizers Variation with Mixing Medium of Chiken Manure and Urea Fertilizers with Growth Rate of Rotifera Brachionus plicatilis

ABSTRACT

A study of The Effect of TSP Fertilizers Variation with Mixing Medium of Chiken Manure and Urea Fertilizers with Growth Rate of Rotifera Brachionus plicatilis has been conducted from April until Mei 2007. The research was carried out at Animal Ecology Laboratorium at Biology Department, Mathematic and Natural Science Faculty, North Sumatera University. The research used Factorial Complete Randomized Design with 4 treatments medium and 6 replications. The sample was counted three times at each replications treatment medium.

The result indicated that the best growth of B. plicatilis population was found in M2 medium with number 0,718 ind. x 10-3 x day-1. Followed by M0 (control) medium with 0,628 ind. x 10-3 x day-1 and then M3 medium with 0,618 ind. x 10-3 x day-1. But the worst growth rate was found ind M1 medium with number 0,598 ind. x 10-3 x day-1

Base on statiscal analysis result showed that culture medium was highly significant (P > 0,05) to average of growth rate between each treatment medium.

.

(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Di Indonesia, khususnya Sumatera Utara perkembangan di bidang sub sektor

perikanan, seperti budidaya ikan air tawar, air payau, maupun laut cukup besar.

Namun demikian sering ditemui permasalahan dalam pembenihan ikan, yaitu

tingginya tingkat kematian dari larva ikan, hal ini umumnya disebabkan karena

kekurangan makanan pada saat kritis, yaitu pada masa penggantian makanan dari

kuning telur ke makanan lain. Untuk mengatasi tingginya kematian ikan pada stadia

larva ini perlu disediakan makanan yang bisa dikonsumsi oleh larva ikan. Menurut

Sumawidjaja (1981) makanan yang diberikan untuk larva ikan harus memenuhi

beberapa syarat, diantaranya adalah : ukuran makan yang diberikan harus lebih kecil

dari bukaan mulut larva (benih) ikan tersebut, kualitas baik, terdapat dalam jumlah

banyak, makanan harus bergerak aktif karena larva pada stadia awal masih relatif

pasif dan mudah diperoleh. Selanjutnya dijelaskan bahwa makanan alami bagi larva

ikan yang terbaik (makanan awal) setelah pergantian makanan dari kuning telur

adalah Rotifera, diantaranya dari genus Brachionus.

Diani (1995) menjelaskan bahwa dalam usaha pembenihan ikan, Rotifera

sangat diperlukan untuk pakan awal larva yang baru menetas dan bahkan selama

pemeliharaan pra larva hingga mencapai benih. Rotifera dari jenis B. plicatilis

merupakan organisme dari golongan zooplankton dan jasad pakan penting bagi jenis

ikan laut atau ikan air payau. Rotifera B. plicatilis pada mulanya di Jepang dianggap

sebagai hewan liar yang berbahaya bagi tambak ikan, karena menjadi pemangsa

fitoplankton yang menyebabkan oksigen terlarut di dalamnya menjadi sangat rendah

dan mengakibatkan matinya budidaya ikan. Di tahun 1963 Rotifera diketahui sangat

baik sebagai pakan larva ikan (Mustahal, 1995) dan sejak saat itu berkembanglah studi

(15)

Yunus et al. (1996) menyatakan bahwa Rotifera memiliki beberapa kelebihan

dibandingkan dengan pakan buatan, terutama dalam hal ukuran yang relatif kecil,

tetap bertahan di kolam air dan tidak mengendap, bergerak dengan kecepatan rendah

dan laju perkembangbiakan yang cukup tinggi. Selanjutnya Diani & Sa’diah, (1995)

menjelaskan bahwa pemilihan B. plicatilis sebagai pasok pakan disebabkan karena

mempunyai sifat sebagai berikut : gerakannya lambat, mudah dibudidayakan, mudah

dicerna dan mudah ditingkatkan nilai gizinya dengan berbagai minyak ikan.

Mustahal (1995) menyatakan bahwa produksi Rotifera B. plicatilis sangat

tergantung pada suplai pakannya, jika pakan banyak tersedia maka produksi Rotifera

juga akan menjadi banyak. Selanjutnya Aslianti (1995) menjelaskan bahwa untuk

meningkatkan ketersediaan pakan hidup (Rotifera) selama pemeliharaan larva

tergantung sepenuhnya dari ketersediaan pakan alami, karena ditinjau dari nilai

gizinya pakan hidup cenderung bergizi lebih tinggi bila diberi pakan dari jenis

Chlorella.

Menurut Sutejo (1995) pupuk Urea dan TSP dapat meningkatkan populasi

jasad renik karena banyak mengandung nitrogen dan fosfor. Berdasarkan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Muliani pada tahun 2000 diperoleh laju pertumbuhan

Rotifera (B. plicatilis) tertinggi pada media dengan pemupukan 2 mg/l urea ditambah

2 mg/l TSP.

Isnansetyo & Kurniastuty (1995) menyatakan bahwa kultur B. plicatilis juga

memerlukan pencahayaan, pada umumnya pencahayaan untuk mengkultur selama ini

hanya mengandalkan cahaya matahari, sehingga tidak jarang terjadi penurunan

produksi apabila cahaya matahari kurang memadai. Untuk mengatasi hal tersebut

ternyata lampu TL atau lampu sorot juga dapat digunakan. Selanjutnya Djarijah

(1995) menjelaskan bahwa Rotifera dapat tumbuh subur pada pemberian intensitas

cahaya yang cukup disamping kandungan bahan organik dan anorganik pada suatu

media. Sehubungan dengan hal di atas maka dilakukan penelitian tentang “Pengaruh

Pemberian Beberapa Variasi Pupuk TSP Pada Komposisi Media Kotoran Ayam

(16)

1.2Permasalahan

Dalam rangka memenuhi pakan alami untuk usaha budidaya perikanan telah

banyak dilakukan teknik kultur dalam memproduksi B. plicatilis. Namun sebegitu

jauh belum diketahui pada tingkat variasi TSP berapakah laju pertumbuhan

populasinya yang lebih baik.

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tingkat variasi TSP

terhadap laju pertumbuhan populasi B. plicatilis.

1.4Hipotesis Penelitian

Pertumbuhan populasi B. plicatilis dipengaruhi oleh tingkat variasi TSP yang

diperlakukan.

1.5Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang diperoleh dapat dimanfaatkan sebagai :

a. Bahan informasi bagi instansi terkait yang membutuhkan teknik penyediaan pakan alami ikan.

b. Bahan informasi dalam memanfaatkan kotoran ternak dalam pembudidayaan

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi

Ciri khas yang merupakan dasar pemberian nama Rotatoria atau Rotifera adalah

terdapatnya suatu bangunan yang disebut korona. Korona ini bentuknya bulat dan

berbulu-bulu getar, yang memberikan gambaran seperti sebuah roda (Mujiman, 1998 ;

Djarijah, 1995). Menurut Villegas (1982) dalam Isnansetyo & Kurniastuty (1995)

Brachionus plicatilis merupakan salah satu Rotifera yang diklasifikasikan berdasarkan tingkat hirarkinya sebagai berikut :

Phylum

Kelas

Ordo

Subordo

Familia

Genus

Spesies :

:

:

:

:

:

:

Trochelminthes

Rotifera

Monogonata

Ploima

Brachionidae

Brachionus

B. plicatilis Muller

Selain B. plicatilis dikenal juga beberapa spesies lain dari Brachionus, antara

lain : B. mulleri, B. angularis, B. calyciflorus, B. urceolaris, B. leydigi, B.

quadridentatus, B. pterodinoides, B. rubeus, B. pala, B. punctatus, B. quadratus, dan B. mollis (Isnansetyo & Kurniastuty, 1995 ; Mujiman, 1998). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Dahril pada tahun 1996 pada kolam-kolam ikan

air tawar di Pekan Baru ditemukan 5 spesies Rotifera, yaitu spesies B. calyciflorus, B.

(18)

2.2Morfologi

Tubuh umumnya tidak berwarna atau transparan, mempunyai indra seperti bintik mata

(Hyman, 1951). Ukuran tubuh genus Brachionus berkisar antara 50-300 mikron.

Tubuh terbagi menjadi tiga bagian, yaitu kepala, badan dan kaki atau ekor (Gambar

1). Pada bagian kepala terdapat enam buah duri, diantaranya terdapat sepasang duri

yang panjang dibagian tengah. Ujung bagian depan dilengkapi dengan gelang-gelang

silia yang kelihatan seperti spiral, disebut dengan korona yang berfungsi untuk

memasukkan makanan ke dalam mulut (Isnansetyo & Kurniastuty, 1995).

Selanjutnya Dahril (1996) menjelaskan bahwa duri yang disebut dengan occipital

spine berdasarkan bentuk, ukuran dan jumlahnya dapat dijadikan sebagai indikator untuk mengenal jenis Rotifera.

Antara jenis jantan dan betina terdapat perbedaan bentuk yang menyolok.

Yang jantan mempunyai bentuk tubuh yang jauh lebih kecil daripada yang betina, lagi

pula mengalami degenerasi. Yang jantan biasanya hanya muncul pada musim-musim

tertentu saja. Sedangkan yang betina hampir selamanya berkembang biak secara

partenogenesis (tanpa kawin). Dalam banyak hal, yang jantan jarang sekali muncul.

Bahkan banyak diantara jenisnya yang tidak kita kenal pejantannya. Mereka hidup

(19)

2.3Daur Hidup dan Reproduksi Rotifera B. plicatilis

Djuhanda (1980) mengatakan bahwa sistem reproduksi rotifera ini terjadi secara

seksual (kawin) dan aseksual (partenogenesis). Secara seksual, organ reproduksi

betina terdiri dari ovarium, yolk gland dan oviduct, sedangkan organ reproduksi pada

jantan terdiri dari satu testis yang dihubungkan oleh satu saluran sperma ke penis.

Dari hasil penelitian Snell dan Garman (1966) dalam Dahril (1996)

menyimpulkan bahwa perkembangan rotifera secara kawin atau tidak kawin

sebenarnya terjadi pada waktu yang hampir bersamaan. Peristiwa perkawinan Rotifera

B. plicatilis akan sangat bergantung pada peluang terjadinya kontak antara B. plicatilis jantan dengan B. plicatilis betina. Pada saat populasi meningkat, jumlah jantan

semakin banyak maka peluang untuk terjadinya perkawinan akan semakin besar.

Apalagi B. plicatilis betina yang mana dalam waktu satu jam saja setelah telur

menetas ia telah mampu mengawini B. plicatilis betina.

Selanjutnya Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut (1995)

menjelaskan bahwa daur hidup B. plicatilis adalah unik, dimana dalam keadaan

normal, B. plicatilis berkembang secara parthenogenesis (bertelur tanpa kawin).

B. plicatilis betina yang amiktik akan menghasilkan telur yang akan berkembang menjadi betina – amiktik pula. Namun dalam keadaan yang tidak normal, misalnya

terjadi perubahan salinitas, suhu air, intensitas cahaya dan kualitas pakan maka telur

B. plicatilis betina- amiktik tadi dapat menetas menjadi betina- miktik. Betina- miktik

ini kemudian akan menghasilkan telur yang kemudian akan berkembang menjadi

hewan jantan. Bila B. plicatilis jantan dan betina- mikitk tersebut kawin, maka betina-

miktik akan menghasilkan telur- kista (dormant egg) yang tahan terhadap kondisi

perairan yang jelek dan tahan terhadap kekeringan. Telur kista ini akan dapat menetas

lagi bila keadaan perairan telah menjadi normal kembali.

Isnansetyo & Kurniastuty (1995) mengatakan bahwa telur istirahat yang

dihasilkan oleh betina-miktik akan menetas menjadi betina amiktik dan antara betina

miktik dan amiktik tidak dapat dibedakan secara eksternal. Selanjutnya Mujiman

(1998) mengatakan bahwa B. plicatilis yang jantan hanya muncul pada musim- musim

(20)

partenogenesis (tanpa kawin) dan dalam banyak hal yang jantan jarang sekali muncul,

bahkan banyak diantara jenisnya tidak dikenal pejantannya. Untuk lebih jelasnya

siklus hidup dan Reproduksi Rotifera B. plicatilis dapat dilihat pada gambar. 2

dibawah ini :

Gambar 2. Skema siklus hidup dan reproduksi Rotifera B. plicatilis menurut Barnes (1987).

2.4 Ekologi

(21)

Mujiman, 1998). Menurut Landau (1992) dan Cole (1993) B. plicatilis umumnya

banyak terdapat pada perairan laut.

B. plicatilis merupakan rotifera yang bersifat planktonik dan dapat muncul didalam suksesi tertentu terutama berkaitan erat dengan musim yang merupakan

kondisi yang eksternal (Hyman, 1951; Djarijah, 1995). Sedangkan Isnansetyo &

Kurniastuty (1995) menjelaskan bahwa B. plicatilis besifat euthermal, dimana pada

suhu 15 oC masih dapat tumbuh, tetapi tidak dapat bereproduksi dengan baik

sedangkan pada suhu dibawah 10 oC akan membentuk telur istirahat. Kenaikan suhu

antara 22- 30 oC merupakan kisaran suhu optimum untuk pertumbuan dan reproduksi.

Disamping itu B. plicatilis juga bersifat euryhalin. Kadar garam airnya tergantung

pada jenis Brachionus. Untuk jenis air tawar dengan sendirinya dapat kita pelihara di

air tawar. Sedangkan untuk jenis air asin, ada yang dapat hidup baik pada kadar garam

antara 15-18 permil, dan ada pula yang masih dapat hidup baik pada kadar garam

antara 28-30 permil (Mujiman, 1998).

Umumnya rotifera planktonik secara normal membutuhkan O2 yang cukup

tinggi. Namun genus Brachionus yaitu B. plicatilis dapat bertahan pada kondisi yang

anaerob dan mampu bertahan pada konsentrasi oksigen terlarut yang sangat rendah

untuk jangka panjang (Pennak, 1978). Lite & Whitney (1925) dalam Hyman (1951)

menemukan bahwa aerasi pada telur istirahat B. plicatilis dapat menyebabkan sel

embrio berkembang. Akan tetapi cangkang yang membungkus embrio tidak dapat

pecah sehingga embrio tidak dapat keluar atau menetas.

2.5Intensitas Cahaya

Ayodhyoa (1981) mengatakan bahwa peristiwa berkumpulnya zooplankton di bawah

lampu dapat dibedakan sebagai berikut :

• peristiwa langsung, yaitu zooplankton yang karena cahaya lalu berkumpul di sekitar lampu.

(22)

Selanjutnya dikatakan bahwa timbulnya tanggapan positif (phototaxis positive)

zooplankton terhadap cahaya dapat disebabkan antara lain oleh adanya keinginan

untuk makan ataupun berkumpul dengan teman sejenisnya. Sedangkan menurut

Abdullah (1971) tertariknya zooplankton pada cahaya antara lain : tertarik pada

makanan yang berkumpul disekitar lampu, adanya perubahan suhu air sebagai akibat

dari pemanasan lampu serta waktu dan intensitas cahaya. Menurut Isnansetyo &

Kurniastuty (1995) penetrasi cahaya juga sangat mempengaruhi perkembangbiakan

Brachionus plicatilis, bila intensitas cahaya kurang, sedangkan kepadatan pakan, jenis pakan dan salinitas mencukupi perkembangbiakannya juga agak lambat.

2.6Peranan Pupuk Dalam Pembudidayaan Rotifera B. plicatilis

Rotifera merupakan organisme yang sangat menyukai memakan organisme lain

dengan ukuran tubuh lebih kecil yang banyak hidup pada perairan yang telah

tersuspensi bahan organik, seperti ganggang renik, ragi, bakteri, dan protozoa

(Djarijah, 1995). Sehubungan dengan hal tersebut penambahan pupuk ke dalam kolam

akan mempersubur kehidupan jasad renik. Pupuk organik dengan kandungan nitrogen

yang banyak akan merangsang kegiatan jasad renik, karena jasad renik memerlukan

nitrogen untuk kehidupan dan perkembangannya (Mustahal, 1995).

Setyamidjaja (1986) menyatakan bahwa pemakaian pupuk organik untuk

bahan media kultur, terutama yang berasal dari kotoran ternak akan memberikan

keuntungan, yaitu dapat merangsang pertumbuhan mikroorganisme, diantaranya

adalah pupuk organik dari kotoran ayam yang mempunyai kandungan unsur hara

cukup tinggi, karena bagian yang cair (urins) bercampur dengan bagian yang padat.

Selain itu pupuk kotoran ayam dan pupuk kandang pada umumnya adalah pupuk yang

lengkap karena mengandung hampir semua unsur hara yang bekerja secara

perlahan-lahan dalam jangka waktu yang lama. Komposisi mineral dan kandungan air kotoran

(23)

Tabel 1. Komposisi mineral dan kandungan air beberapa jenis kotoran ternak dan unggas

Jenis ternak Kadar zat dan air dalam %

Nitrogen Fosfor Kalium Air

Kuda

- padat 0,55 0,30 0,40 75

- cair 1,40 0,02 1,60 90

Sapi

-padat 0,40 0,20 0,10 85

-cair 1,00 0,50 1,50 92

Kerbau

-padat 0,60 0,30 0,34 85

-cair 1,00 0,15 1,50 92

Kambing

-padat 0,60 0,30 0,17 60

-cair 1,50 0,13 1,80 85

Domba

-padat 0,75 0,50 0,45 60

-cair 1,35 0,05 2,10 85

Babi

-padat 0,95 0,35 0,40 80

- cair 0,40 0,10 0,45 87

Ayam

- padat dan cair 1,00 0,80 0,40 55

Sumber : Lingga (1995)

Berdasarkan kandungan unsur hara, pupuk urea dan TSP termasuk pupuk

tunggal, karena hanya mengandung satu macam unsur hara. Urea hanya mengandung

N sedangkan TSP hanya mengandung P. Urea dan TSP termasuk pupuk buatan

(pupuk anorganik) yang berkadar hara tinggi (Sutejo, 1995). Urea terbuat dari gas

amoniak dan gas asam arang yang mengandung zat N 46%. TSP berupa bubuk

berwarna abu-abu dan mengandung zat P 14-20% (Lingga, 1995).

Tabel 2. Beberapa jenis pupuk nitrogen dan fosfor beserta kadar haranya

Jenis pupuk Kadar N (%) Kadar P (%)

Zwavelzure ammoniak Urea Chilisalpeter Natronsalpeter Kalkammonsalpeter Kalkstikastof

Superposfat/ Enkel uperposfat (ES) Dubble Superposfat (DS)

Triple Superposfat (TSP) Posfat Cirebon

Fused Magnesium posfat (EMP)

20 – 21 45 – 46 14 – 16

16 20 20 -21 - - - - - - - - - - - 18 – 20 36 – 40 48 – 54 25 – 28

(24)

BAB 3

BAHAN DAN METODE

3.1Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan April – Mei 2007 di Laboratorium Ekologi

Hewan Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Sumatera Utara Medan.

3.2Persiapan strain Brachionus plicatilis

Bibit B. plicatilis yang diperlakukan diperoleh dari tempat pembibitan massal

pakan alami ikan di Loka Budidaya Laut Tanjung Riau Batam. Bibit Rotifera

(B. plicatilis) dalam bentuk tidak aktif dimasukkan ke dalam wadah (stoples) yang

berisi air yang telah diaerasi ± 2 jam sebelum digunakan untuk perlakuan.

3.3Persiapan media Perlakuan (pakan)

Media pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah campuran kotoran ayam

dengan pupuk Urea dan TSP. Kotoran ayam dikeringkan terlebih dahulu di bawah

sinar matahari, kemudian kotoran ayam yang telah kering dan pupuk Urea serta TSP

dihaluskan dan diayak, selanjutnya ditimbang dengan perlakuan variasi media sebagai

berikut:

M0 = Kontrol (Kotoran Ayam 100 mg/l + Pupuk Urea 2 mg/l + Pupuk TSP 2 mg/l)

M1 = Kotoran Ayam 100 mg/l + Pupuk Urea 2 mg/l + Pupuk TSP 1 mg/l

M2 = Kotoran Ayam 100 mg/l + Pupuk Urea 2 mg/l + Pupuk TSP 1,5 mg/l

M3 = Kotoran Ayam 100 mg/l + Pupuk Urea 2 mg/l + Pupuk TSP 2,5 mg/l

(25)

Kemudian dimasukkan air kolam yang disaring dengan kain saringan yang

halus sebanyak 25 liter ke dalam suatu wadah (ember). Selanjutnya ditambahkan NaCl

sebanyak 25 g/l dan diaduk hingga homogen. Setelah homogen air kolam tersebut

dibagi ke dalam 24 stoples, dimana masing-masing stoples berisi 1 liter. Kotoran

ayam dengan pupuk urea dan TSP yang telah ditimbang dimasukkan dalam kain

strimin dan dicelupkan menggantung ke dalam stoples. Masing-masing stoples ditutup

dengan kain kasa untuk mencegah masuknya serangga atau hewan lain. Kemudian

dibiarkan selama 7 hari agar air media ditumbuhi oleh jasad renik yang merupakan

makanan B. plicatilis. Setelah 7 hari dimasukkan bibit B. plicatilis dari wadah bibit

murni ke dalam masing-masing media perlakuan sebanyak 25 individu. Kemudian

Stoples media ditutup kembali dengan kain kasa. Salinitas media dipertahankan

antara 25-26 o/o, pH antara 7,5-8,5 dan DO > 1,5 mg/l. Selanjutnya stoples media

diletakkan secara random pada rak lemari yang tertutup dan lampu TL 20 Watt

dengan jarak ke botol media perlakuan sekitar 23 cm (Isnansetyo & Kurniastuty,

1985).

3.4. Laju pertumbuhan Brachionus plicatilis

Pengamatan dan penghitungan laju pertumbuhan populasi dilakukan sekali dalam 2

hari selama 14 hari (7 x pengamatan). Hal ini berdasarkan lama hidup B. plicatilis,

yaitu selama 12-19 hari (Hyman, 1951) dan berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan oleh Rusfian (1988) dan Muliani (2000). B. plicatilis diambil dari

masing-masing media perlakuan dengan menggunakan pipet serologi 20 ml. Sebelum

dilakukan pengambilan, air media terlebih dahulu diaduk perlahan-lahan dengan

batang pengaduk kaca supaya B. plicatilis tersebar merata sehingga dapat mewakili

semua B. plicatilis yang terdapat di dalam media. Pipet Serologi yang mengandung

B. plicatilis diterawangkan pada sinar lampu kemudian dihitung dengan mata telanjang. Cara ini sesuai dengan yang dilakukan Balai Penelitian dan Pengembangan

Budidaya Laut Serang, serta Isnansetyo & Kurniastuty (1985). Penghitungan

pertumbuhan populasi dilakukan sebanyak 3 kali sebagai ulangan untuk

masing-masing media perlakuan. Setelah dilakukan penghitungan maka B. plicatilis

(26)

3.5Metoda Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

dengan analisis Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan 4 perlakuan dan 6

ulangan.

3.6Analisis Data

Kepadatan populasi dihitung dengan merata-ratakan jumlah 3 kali hasil

pengambilan sampel. Laju pertumbuhan dihitung dengan menggunakan rumus

menurut Fogg (1975) sebagai berikut :

K LnNt LnNo

t

=

-dimana :

K = Laju pertumbuhan (ind. x 10-3 x hari-1 Nt = Kepadatan populasi saat t

)

No = Kepadatan populasi awal t = Waktu (hari)

Data kepadatan yang diperoleh dianalisis lanjut (statistik) dengan

menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial, jika berbeda nyata

(27)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Rata-rata pertambahan jumlah populasi B. plicatilis (ind/ml) pada media campuran kotoran ayam dengan pupuk Urea dan TSP

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap rata-rata pertambahan jumlah populasi

B. plicatilis pada beberapa media campuran kotoran ayam dengan pupuk Urea dan TSP selama waktu pengamatan didapat hasil yang cukup bervariasi, seperti terlihat

pada Tabel 3 dan Gambar 3 berikut ini:

Tabel 3. Rata-rata Pertambahan Jumlah Populasi B. plicatilis pada Beberapa Media Campuran Kotoran Ayam dengan Pupuk Urea dan TSP Selama Waktu Pengamatan.

Waktu Pengamatan Media dan Rata-rata Pertambahan Populasi

M0 M1 M2 M3

Hari ke-0 0,025 0,025 0,025 0,025

Hari ke-2 0,833 0,721 1,333 0,833

Hari ke-4 0,944 0,887 1,333 1,055

Hari ke-6 1,277 1,221 1,833 1,227

Hari ke-8 1,388 1,277 2,500 1,610

Hari ke-10 0,888 0,777 1,277 0,778

Hari ke-12 0,883 0,666 0,944 0,666

Hari ke-14 0,666 0,610 0,721 0,555

Total 5,877 5,258 8,543 5,829 Rata-rata 0,979 0,883 1,424 0,964

Keterangan : M0 = 100 mg/l kotoran ayam + 2 mg/l Urea + 2 mg/l TSP M1 = 100 mg/l kotoran ayam + 2 mg/l Urea + 1 mg/l TSP

M2 = 100 mg/l kotoran ayam + 2 mg/l Urea + 1,5 mg/l TSP M3 = 100 mg/l kotoran ayam + 2 mg/l Urea + 2,5 mg/l TSP

Dari Tabel 3 di atas terlihat bahwa rata-rata pertambahan jumlah populasi B.

plicatilis secara keseluruhan pertambahan maksimum didapatkan pada pengamatan hari ke 8 untuk semua media, sedangkan pada pada pengamatan hari ke 10 telah

terlihat penurunan pertambahannya. Untuk lebih jelasnya rata-rata pertambahan

(28)

Keadaan ini disebabkan telah terjadinya penurunan ketersediaan makanan bagi

Brachionus pada waktu pengamatan hari ke 10. Hal ini sesuai dengan yang

dikemukakan oleh Mujiman (1998) yang menyatakan bahwa pemupukan untuk

ketersediaan bahan makanan bagi B. plicatilis dalam media pada umumnya hanya

tersedia untuk waktu 5-7 hari, jika dilakukan pemupukan susulan setiap 5-6 hari sekali

maka kepadatan Brachionus dapat dipertahankan tetap tinggi sampai lebih dari satu

bulan.

Gambar 3. Grafik rata-rata pertambahan jumlah populasi B. plicatilis (ind/ml) pada media campuran kotoran ayam dengan pupuk Urea dan TSP

Berdasarkan rata-rata pertambahan jumlah populasi B. plicatilis (Tabel 3 dan Gambar 3) terlihat bahwa media yang terbaik adalah media M2, yaitu dengan puncak

kepadatan populasi mencapai angka sebesar 2,500 ind/ml, sedangkan M1 merupakan

media yang mencapai puncak kepadatan populasi terendah, yaitu sebesar 1,227

ind/ml. Terjadinya perbedaan rata-rata pertambahan jumlah populasi tersebut

disebabkan oleh adanya perbedaan kombinasi media campuran kotoran ayam dengan

pupuk Urea dan TSP. Hal ini disebabkan karena media kultur M2 yang dipupuk

dengan kombinasi antara 100 mg/l kotoran ayam + 2 mg/l Urea +1,5 mg/l TSP ini

menyebabkan tersedianya pakan (fitoplankton) yang cukup bagi pertumbuhan B.

0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0

0 2 4 6 8 10 12 14

(29)

pemberian pupuk Urea dan TSP yang seimbang sangat menentukan terhadap

pertumbuhan fitoplankton sebagai sumber bahan makanan dari B. plicatilis, keadaan

ini disebabkan karena pupuk urea dengan kandungan unsur N sekitar 46% dan pupuk

TSP dengan kandungan unsur P sekitar 14-20% dapat meningkatkan metabolisme

fitoplankton, sehingga berkembang biak dengan cepat.

4.2 Laju Pertumbuhan Populasi B. plicatilis

Dari hasil analisis data pertambahan jumlah populasi B. plicatilis yang telah dilakukan

didapatkan laju pertumbuhan populasi B. plicatilis pada beberapa media campuran

kotoran ayam dengan pupuk Urea dan TSP selama waktu pengamatan didapat hasil

yang cukup bervariasi, seperti terlihat pada Tabel 4 dan Gambar 4 di bawah ini.

Tabel 4. Rata-rata Laju Pertumbuhan Populasi B. plicatilis (ind x 10-3 x hari-1) pada Beberapa Media Campuran Kotoran Ayam dengan

Pupuk Urea dan TSP Selama Waktu Pengamatan

Waktu Pengamatan Media Dan Laju Pertumbuhan

M0 M1 M2 M3

Hari ke-2 1,685 1,617 1,940 1,675

Hari ke-4 0,790 0,818 0,987 0,910

Hari ke-6 0,632 0,633 0,711 0,643

Hari ke-8 0,494 0,481 0,581 0,502

Hari ke-10 0,345 0,244 0,383 0,249

Hari ke-12 0,253 0,253 0,254 0,197

Hari ke-14 0,200 0,159 0,170 0,161

Total 4,399 4,187 5,026 4,337

Rata-rata 0,628 0,598 0,718 0,620

Keterangan : M0 = 100 mg/l kotoran ayam + 2 mg/l Urea + 2 mg/l TSP M1 = 100 mg/l kotoran ayam + 2 mg/l Urea + 1 mg/l TSP

M2 = 100 mg/l kotoran ayam + 2 mg/l Urea + 1,5 mg/l TSP M3 = 100 mg/l kotoran ayam + 2 mg/l Urea + 2,5 mg/l TSP

Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa laju pertumbuhan populasi B. plicatilis

selama waktu pengamatan didapatkan yang paling tinggi pada perlakuan dengan

media M2, yaitu dengan nilai rata-rata sebesar 0,718 ind. x 10-3 x hari-1, dan laju

pertumbuhan populasi yang paling kecil pada media M1, yaitu dengan nilai rata-rata

sebesar 0,598 ind. x 10-3 x hari-1. Berdasarkan hasil yang didapatkan ternyata pada

media M2 memiliki laju pertumbuhan jumlah populasi yang lebih tinggi dari pada M0

(30)

Muliani tahun 2000. Hal ini disebabkan karena pemberian konsentrasi Urea dan TSP

yang digunakan pada media M2 merupakan konsentrasi optimum dalam penelitian ini

terhadap laju pertumbuhan populasi B. plicatilis dibanding dengan media M0, M1

dan M3. Menurut Mujiman (1998) pemberian pupuk TSP (posfor) yang paling baik

adalah sedikit lebih rendah dari pemberian pupuk Urea (nitrogen), sehingga proses

metabolisme dan pertumbuhan fitoplankton yang dibutuhkan sebagai sumber bahan

makanan Brachionus dapat berlangsung dengan baik. Selanjutnya Mustahal (1995)

menjelaskan bahwa pemberian pupuk dengan kandungan nitrogen yang banyak akan

[image:30.595.150.499.289.521.2]

merangsang kegiatan jasad renik untuk kehidupan dan perkembangbiakannya.

Gambar 4. Grafik Laju Pertumbuhan Populasi B. plicatilis (ind x 10-3 x hari-1) pada Beberapa Media Campuran Kotoran Ayam dengan Pupuk Urea dan TSP Selama Waktu Pengamatan

Laju pertumbuhan populasi B. plicatilis pada ke empat media perlakuan

berdasarkan waktu pengamatan didapatkan laju pertumbuhan populasi yang paling

tinggi adalah pada waktu pengamatan hari ke 2 , dan cenderung mengalami penurunan

sampai hari ke-14. (seperti terlihat pada Gambar 4). Hal ini disebabkan karena telah

berkurangnya ketersediaan nutrien (jasad renik) sebagai bahan makanan B. plicatilis,

sehingga tidak dapat lagi mendukung kehidupan dan perkembangbiakan B. plicatilis.

Keadaan ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Mujiman (1998) dan Priyambodo

0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 2.0 2.1

0 2 4 6 8 10 12 14

(31)

sangat menentukan terhadap laju pertumbuhan populasinya, apabila terjadi

kekurangan nutrien dalam bahan media dapat menyebabkan terjadinya penurunan laju

pertumbuhannya.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap laju pertumbuhan populasi B. plicatilis

pada keempat media perlakuan selama waktu penelitian, setelah dianalisis secara

statistik ternyata diantara waktu pengamatan dan komposisi media yang berbeda

menunjukkan perbedaan yang sangat nyata, oleh karena itu kedua perlakuan tersebut

dilanjutkan dengan uji beda rata-rata Duncan dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat

[image:31.595.106.510.334.500.2]

pada Tabel 5 dan Tabel 6 di bawah ini.

Tabel 5. Rata-rata laju pertumbuhan populasi B. plicatilis (ind x 10-3x hari-1) pada perlakuan waktu pengamatan

Waktu pengamatan Rata-rata

Hari ke-2 1,729a

Hari ke–4 0,876a

Hari ke- 6 0,652a

Hari ke-8 0,514a

Hari ke-10 0,305b

Hari ke-12 0,235b

Hari ke-14 0,172b

Keterangan : Angka-angka pada kolom yang diikuti oleh huruf kecil yang sama adalah tidak berbeda nyata menurut DNMRT pada tingkat 5%.

,

Dari Tabel 5 di atas terlihat bahwa laju pertumbuhan populasi Rotifera

B. plicatilis pada pengamatan hari ke-2, hari ke-4, hari ke-6, dan hari ke-8 berbeda sangat nyata dengan pengamatan hari ke- 10, hari ke-12 dan hari ke-14. Sedangkan

antara waktu pengamatan, hari ke-2, hari ke-4, hari ke-6 dan hari ke-8 tidak berbeda

nyata, demikian juga antara waktu pengamatan hari 10, hari 12 dan hari

ke-14. Keadaan ini disebabkan karena telah terjadi penurunan ketersediaan bahan

makanan bagi B. plicatilis pada waktu pengamatan hari ke 10 hingga hari ke 14.

Menurut Mujiman (1998) laju pertumbuhan B. plicatilis cenderung akan mengalami

penurunan sejalan dengan berkurangnya ketersediaan jasad renik (fitoplankton) di

(32)
[image:32.595.105.510.111.220.2]

Tabel 6. Rata-rata laju pertumbuhan jumlah populasi B. plicatilis (ind. x 10

-3

x hari-1) pada empat perlakuan media

Media Rata-rata

M0 0,628b

M1 0,598 b

M2 0,718 a

M3 0,618 b

Dari Tabel 6 diatas terlihat bahwa laju pertumbuhan jumlah populasi B.

plicatilis pada perlakuan media menunjukkan bahwa media M2 berbeda sangat nyata dengan media M0, M1 dan M3, sedangkan media M0, M1 dan M3 tidak berbeda

nyata. Keadaan ini menunjukkan bahwa komposisi media M2 dalam penelitian ini

merupakan media yang baik dan secara optimum dapat mendukung kelangsungan

hidup dan perkembangbiakan B. plicatilis. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh

Priyambodo (2001), bahwa media yang cocok bagi kultur Brachionus dapat

mendukung kehidupan dan perkembangbiakannya secara maksimum, yaitu dalam

jangka waktu 5-7 hari paling sedikit 10 kali lipat dari jumlah individu yang dikultur

(33)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan tentang pengaruh pemberian beberapa

variasi TSP dengan media campuran kotoran ayam dengan pupuk urea tehadap laju

pertumbuhan populasi B. plicatilis, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

a) Rata-rata pertambahan jumlah populasi B. plicatilis tertinggi pada pengamatan

hari ke 8 yaitu pada media M2 sebesar 2,5 individu/ml.

b) Laju pertumbuhan populasi B. plicatilis berdasarkan waktu pengamatan

didapatkan pada pengamatan hari ke-2, hari ke-4, hari ke-6, dan hari ke-8

berbeda sangat nyata dengan pengamatan hari 10, hari 12 dan hari

ke-14. Sedangkan antara waktu pengamatan, hari ke-2, hari ke-4, hari ke-6 dan

hari 8 tidak berbeda nyata, demikian juga antara waktu pengamatan hari

ke-10, hari ke-12 dan hari ke-14.

c) Laju pertumbuhan populasi B. plicatilis pada empat perlakuan media diperoleh

perlakuan dengan media M2 (0,718 ind. x 10-3 x hari-1) berbeda sangat nyata

dengan media M0 (0,628 ind. x 10-3 x hari-1), M1 (0,618 ind. x 10-3 x hari-1)

dan M3 (0,598 ind. x 10-3 x hari-1), sedangkan media M0, M1 dan M3 tidak

berbeda nyata.

5.2. Saran

Dari hasil yang telah didapatkan selama penelitian maka disarankan agar

dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pemberian pupuk TSP dengan variasi

konsentrasi dengan kisaran yang lebih kecil, yaitu 1,25 mg/l, dan 1,75 mg/l, sehingga

didapatkan komposisi TSP yang lebih optimal terhadap laju pertumbuhan populasi B.

(34)

Disaring

Dibungkus kain strimin

Dicelupkan NaCl

Lampiran A. Bagan alir persiapan media pakan untuk B. plicatilis

Air kolam

Stoples/botol

Kotoran ayam + pupuk Urea + pupuk TSP

Sumber pakan

(35)

Ditutup dengan kain kasa

Diberi cahaya 20 watt

Dibiarkan selama satu minggu

Dimasukkan bibit B. plicatilis sebanyak 25 individu

Dilakukan pengamatan dan penghitungan setiap 2 hari selama 14 hari

B. plicatilis diambil dengan pipet serologi 20 ml

Diamati dibawah sinar lampu

Dihitung dengan mata telanjang

Lampiran B. Bagan alir laju Pertumbuhan B. plicatilis

Media Perlakuan

Media Perlakuan Setelah satu minggu

Pipet Serologi 20 ml

(36)

LAMPIRAN C. Bagan Posisi/Letak Media Perlakuan Berdasarkan Sistem Randomisasi

RAK 1 RAK 2

RAK 3 RAK 4

M0 (2) M0 (4) M0 (1)

M0 (6) M0 (3)

M0 (5)

Lampu TL 20 Watt

M1 (4) M1 (5)

M1 (6) M1 (3)

M1 (2) M1 (1)

Lampu TL 20 Watt

M3 (6) M3 (5)

M3 (3) M2 (5)

M2 (6) M2 (1)

M3 (4) M3 (2)

M3 (1) M2 (4)

M2 (2) M2 (3)

(37)
(38)

Lampiran D . jumlah populasi Brachionus plicatilis (individu/ml) pada beberapa tingkat variasi TSP selama waktu pengamatan (H = 2 hari).

Perlakuan Waktu Pengamatan

H0 H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

Media Ulangan x 1 2 3 x 1 2 3 x 1 2 3 x 1 2 3 x 1 2 3 x 1 2 3 x 1 2 3 x M0 1 0,025 1 0 0 0,333 0 0 0 0,000 0 0 1 0,333 0 0 2 0,667 0 0 1 0,333 1 0 1 0,667 1 1 0 0,677

2 0,025 1 3 1 1,333 3 2 0 1,667 3 2 1 2,000 0 2 1 1,000 1 2 0 1,000 1 2 1 1,333 0 0 0 0,000 3 0,025 1 2 0 1,000 0 1 2 1,000 4 1 0 1,667 3 1 1 1,667 1 1 0 0,667 1 0 2 1,000 1 2 1 1,333 4 0,025 1 0 2 1,000 1 1 1 1,000 3 0 2 1,667 1 2 1 1,333 0 1 2 1,000 0 0 0 0,000 1 0 0 0,333 5 0,025 0 1 0 0,333 0 1 2 1,000 0 0 3 1,000 3 1 1 1,667 1 0 1 0,667 0 3 1 1,333 1 1 1 1,000 6 0,025 1 0 2 1,000 0 0 3 1,000 0 1 2 1,000 4 0 2 2,000 3 1 1 1,667 0 0 2 0,667 0 1 1 0,667

Total 0,150 4,999 5,667 7,665 8,331 5,331 4,998 4,000

Rata-rata 0,025 0,833 0,944 1,277 1,388 0,888 0,883 0,666

M1 1 0,025 1 1 0 0,667 0 1 0 0,333 0 2 1 1,000 0 2 1 1,000 0 0 0 0,000 3 0 0 1,000 0 0 0 0,000 2 0,025 2 0 1 1,000 1 0 0 0,333 1 0 1 0,667 1 1 1 1,000 1 3 1 1,667 0 0 2 0,667 0 0 0 0,000 3 0,025 1 0 0 0,333 0 2 1 1,000 2 1 1 1,333 3 0 0 1,000 0 0 0 0,000 1 1 1 1,000 0 1 0 0,333 4 0,025 2 1 1 1,333 3 1 1 1,667 3 1 1 1,667 2 1 2 1,667 2 1 0 1,000 1 0 2 1,000 2 2 0 1,333 5 0,025 0 0 1 0,333 0 1 0 0,333 2 1 3 2,000 4 3 1 2,333 1 0 0 0,333 0 0 0 0,000 0 0 1 0,333 6 0,025 1 0 1 0,667 2 2 0 1,333 1 0 1 0,667 2 0 0 0,667 0 3 2 1,667 0 0 2 0,667 3 1 1 1,667

Total 0,150 4,331 4,998 7,331 7,665 4,665 4,334 3,665

Rata-rata 0,025 0,721 0,883 1,221 1,277 0,777 0,722 0,610

M2 1 0,025 0 3 1 1,333 2 1 1 1,333 3 2 1 2,000 5 3 1 3,000 4 3 1 2,667 0 1 2 1,000 1 1 3 1,667 2 0,025 2 0 1 1,000 0 2 1 1,000 1 1 2 1,667 2 0 3 1,667 3 0 0 1,000 0 0 0 0,000 0 0 0 0,000 3 0,025 1 1 0 0,667 1 2 0 1,000 4 1 2 2,333 2 3 1 2,000 0 1 3 1,333 1 3 2 2,000 0 1 1 0,667 4 0,025 0 1 3 1,333 1 1 2 1,333 3 0 1 1,333 3 0 2 1,667 2 1 1 0,667 0 1 3 1,333 0 0 0 0,000 5 0,025 2 3 3 2,667 3 1 2 2,000 4 1 2 2,333 5 4 7 5,333 0 2 1 1,000 0 0 2 0,333 2 2 1 1,667 6 0,025 0 2 1 1,000 1 1 2 1,333 0 1 3 1,333 1 3 0 1,333 1 1 1 1,000 1 1 1 1,000 0 1 1 0,667

Total 0,150 7,998 7,999 10,998 14,998 7,665 5,666 4,668

Rata-rata 0,025 1,333 1,333 1,833 2,500 1,277 0,944 0,778

(39)

4 0,025 0 1 0 0,333 1 2 0 1,000 3 1 1 1,667 5 2 1 0,667 3 1 1 1,667 0 0 0 0,000 2 1 1 1,333 5 0,025 2 0 2 1,333 3 1 0 1,333 0 1 2 1,000 1 1 0 0,667 0 0 0 0,000 2 0 1 1,000 0 0 3 1,000 6 0,025 2 0 1 1,000 3 0 0 1,000 1 0 1 0,667 2 2 1 1,667 3 0 2 1,667 0 0 1 0,333 0 0 0 0,000

Total 0,150 4,998 6,332 7,664 9,663 4,668 3,999 3,333

Rata-rata 0,025 0,833 1,055 1,227 1,610 0,778 0,666 0,555

(40)

Lampiran E. Data fisik dan kimia media pada beberapa tingkat variasi TSP selama waktu pengamatan.

Suhu (0C) pH (%) Salinitas (0/00) Oksigen

terlarut (mg/l)

M0 25-26 8,37 25,4 5,0

M1 27 8,34 25,5 4,8

M2 25-26 8,38 25,4 5,2

(41)

Lampiran F. Pertambahan jumlah populasi B. plicatilis (ind./ml) pada beberapa tingkat variasi TSP selama waktu pengamatan (H= 2 hari).

Perlakuan Waktu Pengamatan

Media Ulangan H0 H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

M0 1

2 3 4 5 6

0,025 0,333 0,000 0,333 0,667 0,333 0,667 0,667

0,025 1,333 1,667 2,000 1,000 1,000 1,333 0,000

0,025 1,000 1,000 1,667 1,667 0,667 1,000 1,333

0,025 1,000 1,000 1,667 1,333 1,000 0,000 0,333

0,025 0,333 1,000 1,000 1,667 0,667 1,333 1,000

0,025 1,000 1,000 1,000 2,000 1,667 0,667 0,667

Total 0,150 4,999 5,667 7,665 8,331 5,331 4,998 4,000 Rata-rata 0,025 0,833 0,944 1,277 1,388 0,888 0,883 0,666

M1 1

2 3 4 5 6

0,025 0,667 0,333 1,000 1,000 0,000 1,000 0,000

0,025 1,000 0,333 0,667 1,000 1,667 0,333 0,000

0,025 0,333 1,000 1,333 1,000 0,000 1,000 0,333

0,025 1,333 1,667 1,667 1,667 1,000 1,000 1,333

0,025 0,333 0,333 2,000 2,333 0,333 0,000 0,333

0,025 0,667 1,333 0,667 0,667 1,667 0,667 1,667

Total 0,150 4,331 4,998 7,331 7,665 4,665 3,999 3,665 Rata-rata 0,025 0,721 0,887 1,221 1,277 0,777 0,666 0,610

M2 1

2 3 4 5 6

0,025 1,333 1,333 2,000 3,000 2,667 1,000 1,667

0,025 1,000 1,000 1,667 1,667 1,000 0,000 0,000

0,025 0,667 1,000 2,333 2,000 1,333 2,000 0,333

0,025 1,333 1,333 1,333 1,667 0,667 1,333 0,000

0,025 2,667 2,000 2,333 5,333 1,000 0,333 1,667

0,025 1,000 1,333 1,333 1,333 1,000 1,000 0,667

Total 0,150 7,998 7,999 10,998 14,998 7,665 5,666 4,331 Rata-rata 0,025 1,333 1,333 1,833 2,500 1,277 0,944 0,721

M3 1

2 3 4

0,025 0,667 0,333 0,667 0,667 0,667 0,000 0,667

0,025 0,333 1,000 1,000 1,333 0,000 1,333 0,000

0,025 1,333 1,667 2,667 2,667 0,667 1,333 0,333

0,025 0,333 1,000 1,667 2,667 1,667 0,000 1,333

5 6

0,025 1,333 1,333 1,000 0,667 0,000 1,000 1,000

0,025 1,000 1,000 0,667 1,667 1,667 0,333 0,000

Total 0,150 4,998 6,332 7,664 9,663 4,668 3,999 3,333 Rata-rata 0,025 0,833 1,055 1,227 1,610 0,778 0,666 0,555

(42)

Lampiran G. Uji statistik laju pertumbuhan jumlah populasi B. plicatilis (ind. x 10-3 x hari-1) pada beberapa tingkat variasi TSP selama waktu pengamatan

Perlakuan Waktu Pengamatan

Media Ulangan H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

M0 1

2 3 4 5 6

1,295 0,000 0,431 0,410 0,259 0,274 0,234

1,987 1,050 0,730 0,461 0,368 0,331 0,000

1,844 0,922 0,700 0,525 0,328 0,307 0,284

1,844 0,922 0,700 0,497 0,368 0,000 0,185

1,295 0,922 0,615 0,525 0,328 0,331 0,263

1,844 0,922 0,615 0,547 0,420 0,274 0,234

Total 10,109 4,738 3,791 2,965 2,071 1,517 1,200 26,391 Rata-rata 1,685 0,790 0,632 0,494 0,345 0,253 0,200 0,628

M1 1

2 3 4 5 6

1,642 0,647 0,615 0,461 0,000 0,307 0,000

1,844 0,647 0,547 0,461 0,420 0,216 0,000

1,295 0,922 0,662 0,461 0,000 0,307 0,185

1,987 1,050 0,700 0,525 0,368 0,307 0,284

1,295 0,647 0,730 0,567 0,259 0,000 0,185

1,642 0,994 0,547 0,410 0,420 0,274 0,300

Total 9,702 4,907 3,801 2,885 1,467 1,411 0,954 25,130 Rata-rata 1,617 0,818 0,633 0,481 0,244 0,235 0,159 0,598

M2 1

2 3 4 5 6

1,987 0,994 0,730 0,598 0,467 0,307 0,300

1,844 0,922 0,700 0,525 0,368 0,000 0,000

1,642 0,922 0,756 0,670 0,397 0,365 0,185

1,987 0,994 0,662 0,525 0,328 0,331 0,000

2,334 1,095 0,756 0,670 0,368 0,216 0,300

1,844 0,994 0,662 0,497 0,368 0,307 0,234

Total 11,638 5,921 4,266 3,485 2,296 1,526 1,019 30,151 Rata-rata 1,940 0,987 0,711 0,581 0,383 0,254 0,170 0,718

M3 1

2 3 4 5 6

1,642 0,647 0,547 0,410 0,328 0,000 0,234

1,295 0,922 0,615 0,497 0,000 0,331 0,000

1,987 1,050 0,778 0,584 0,328 0,331 0,185

1,295 0,922 0,700 0,584 0,420 0,000 0,284

1,987 0,994 0,615 0,410 0,000 0,307 0,263

1,844 0,922 0,547 0,525 0,420 0,216 0,000

Total 10,050 5,457 3,802 3,010 1,496 1,185 0,966 25,966 Rata-rata 1,675 0,910 0,634 0,502 0,249 0,197 0,161 0,618 Total 41,502 21,023 15,660 12,345 7,330 5,639 4,139 107,638 Rataan 1,729 0,876 0,652 0,514 0,305 0,235 0,172

(43)

Lampiran H. Analisis sidik ragam RAL Faktorial laju pertumbuhan jumlah populasi Brachionus plicatilis (ind. x 10-3 x hari-1) pada beberapa tingkat variasi TSP.

DB Perlakuan = P – 1 = (4 x 7) – 1 = 27

DB H = H – 1 = 7 – 1 = 6

DB M = M – 1 = 4 – 1 = 3

DB Total = (txn) – 1 = (4 x 7 x 6) - 1 = 167

DB Galat = t (n – 1) = (7 x 4) (6 – 1) = 140

FK = (

6 7 4 ) 638 , 107 ( x

x = 68,964

JK Total = (1,987 )2 + (0,994)2 +...+ (0,000)2

= 115,757 – 68,9

– 68,964

= 40, 944

JK Perlakuan =

6 954 , 54 ) 925 , 0 ( ... ) 146 , 5 ( ) 088 , 10

( 2 + 2 + + 2 −

= 111,713 – 68,749

= 42,749

JK Galat = 46,793 – 42,964

= 4,044

JK H =

6 4 964 , 68 ) 139 , 4 ( ... ) 023 , 21 ( ) 502 , 41

( 2 2 2

x

− +

+ +

= 111,028 – 68,964

= 42,064

JK M =

6 7 964 , 68 ) 966 , 25 ( ) 391 , 26 ( ) 130 , 25 ( ) 151 , 30

( 2 2 2 2

x

− +

+ +

= 69,317 – 68,964

(44)

JK H x M = 42,749 – 42,064 – 0,353

= 0,332

KT Perlakuan =

Perlakuan DB Perlakuan JK = 27 749 , 42 = 1,583

KT H =

H DB H JK = 6 064 , 42 = 7,011

KT M =

M DB M JK = 3 353 , 0 = 0,018

KT H x M =

M x H DB M x H JK = 18 332 , 0 = 0,018

KT Galat =

Galat DB Galat JK = 140 044 , 4 = 0,029

FH P =

G KT P KT = 029 , 0 583 , 1 = 54,586

FH H =

G KT H KT = 029 , 0 011 , 7 = 241,759

FH M =

G KT M KT = 029 , 0 018 , 0 = 4,069

FH H x M =

(45)

Analisis sidik ragam RAL Faktorial laju pertumbuhan jumlah populasi Brachionus plicatilis (ind. x 10-3 x hari-1) pada beberapa tingkat variasi TSP.

JK DB JK KT FH F 0,5 F 0,1

Perlakuan 27 42,749 1,583 54,586**

H 6 42,064 7,011 241,759**

M 3 0,353 0,118 4,069**

H x M 18 0,332 0,018 0,621tn

Galat 140 4,044 0,029

Total 167 46,793

Sx = n x t Galat KT = 6 4 029 , 0

x = 0,035

Beda rata-rata Waktu (Hari) Media/ Rata-rata 1,729 (H1) 0,876 (H2) 0,652 (H3) 0,514 (H4) 0,305 (H5) 0,235 (H6) 0,172 (H7) SSR 5% SSR 1% LSR 5% LSR 1%

(H1)1,729 --- --- --- --- ---

(H2) 0,876 0,853** 2,77 3,64 0,097 0,127

(H3) 0,652 1,077** 0,224** 2,92 3,80 0,102 0,133

(H4) 0,514 1,215* 0,362** 0,138** 3,02 3,90 0,106 0,136 (H5) 0,305 1,424** 0,571** 0,347** 0,107tn 3,09 3,98 0,108 0,139 (H6) 0,235 1,494** 0,641** 0,417** 0,279** 0,070tn 3,15 4,04 0,110 0,141 (H7) 0,172 1,557** 0,704** 0,480** 0,342** 0,133* 0,063tn 3,19 4,09 0,112 0,143

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

1,729 0,876 0,652 0,514 0,305 0,235 0,172

(46)

Sx =

n x t

Galat KT

=

6 7

029 , 0

x = 0,026

Beda rata-rata Perlakuan (M) Rata-rata 0,718

(M2)

0,628 (M0)

0,618 (M3)

0,598 (M1)

SSR 5%

SSR 1%

LSR 5%

LSR 1%

(M2) 0,718 --- --- --- --- ---

(MO) 0,628 0,090tn --- 2,77 3,64 0,072 0,095

(M3) 0,618 0,100tn 0,010tn --- 2,92 3,80 0,076 0,099

(M1) 0,598 0,120** 0,030tn 0,020tn --- 3,02 3,90 0,078 0,101

M2 M0 M3 M1

0,718

(47)

Lampiran I. Alat dan Bahan yang digunakan dalam penelitian

Kotoran Ayam Pupuk TSP

Pupuk Urea

(48)

B. plicatilis dengan perbesaran 400 kali

(49)

Lampiran J. Foto-foto pelaksanaan penelitian

Pengambilan B. plicatilis menggunakan pipet serologi 20 ml

(50)

Gambar

Gambar 1. Morfologi Brachionus plicatilis
Gambar 2. Skema siklus hidup dan reproduksi Rotifera B. plicatilis  menurut                        Barnes (1987)
Tabel 2. Beberapa jenis pupuk nitrogen dan fosfor beserta kadar haranya
Tabel 3.       Rata-rata Pertambahan Jumlah Populasi B. plicatilis pada Beberapa Media Campuran Kotoran  Ayam dengan Pupuk Urea dan TSP Selama Waktu  Pengamatan
+6

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Ruthinaya 2014 dengan judul Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Luas Pengungkapan Corporate Social Responsibility

Prinsip memudahkan di sini bermaksud memberi kemudahan dalam perkara-perkara furu’ sahaja, manakala dalam perkara usul yang merupakan asas-asas agama, aliran wasatiyah

Gerak pada dasarnya merupakan fungsionalisasi dari tubuh manusia (anggota gerak bagian kepala, badan, tangan, dan kaki), ruang secara umum (ruang gerak yang terdiri dari

Laporan kerja praktik ini dapat memberikan informasi bagi masyarakat luas dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya untuk lebih mengetahui mekanisme jua beli

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, karena berkat rahmat dan karunia-Nya lah sehingga penulis

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,

Menurut Ahmedani (2011) tiga tingkatan dari stigma yaitu stigma diri (self-stigma), stigma sosial (social stigma), dan stigma profesional (professional stigma) stigma ini

Prinsip kerja dari relai tersebut ialah mendeteksi adanya arus lebih yang melebihi nilai setting yang telah ditentukan, baik yang disebabkan oleh adanya gangguan