• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanggap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Jagung Manis (Zea mays Saccharata Sturt.) Terhadap Pemberian Pupuk Anorganik Cair Dan Umur Pemangkasan Daun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tanggap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Jagung Manis (Zea mays Saccharata Sturt.) Terhadap Pemberian Pupuk Anorganik Cair Dan Umur Pemangkasan Daun"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN

JAGUNG MANIS (Zea mays

Saccharata

Sturt.)

TERHADAP

PEMBERIAN PUPUK ANORGANIK CAIR DAN

UMUR PEMANGKASAN DAUN

SKRIPSI

Oleh :

RIMNA REGINA SIANIPAR 080301074 / BDP - AGRONOMI

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN

JAGUNG MANIS (Zea mays

Saccharata

Sturt.)

TERHADAP

PEMBERIAN PUPUK ANORGANIK CAIR DAN

UMUR PEMANGKASAN DAUN

SKRIPSI

Oleh :

RIMNA REGINA SIANIPAR 080301074 / BDP - AGRONOMI

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul Skripsi : Tanggap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Manis (Zea mays Saccharata Sturt.) Terhadap Pemberian Pupuk Anorganik Cair dan Umur Pemangkasan Daun

Nama : Rimna Regina Sianipar NIM : 080301074

Departemen : Agroekoteknologi Program Studi : Agronomi

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ir. Hj Ferry Ezra T. Sitepu, SP. MSi Ketua Anggota

Mengetahui,

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Tanggap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Manis

(Zea mays Saccharata Sturt.) Terhadap Pemberian Pupuk Anorganik Cair dan

Umur Pemangkasan Daun”.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ir. Hj. Sabar Ginting, MS. dan Bapak Ferry Ezra T. Sitepu, SP. MSi. selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis dari mulai menetapkan judul, melakukan penelitian sampai pada penulisan skripsi ini.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi seluruh pihak yang memerlukan.

Medan, April 2012

(5)

RIWAYAT HIDUP

Rimna Regina Sianipar dilahirkan di Medan pada tanggal 21 September 1990 dari pasangan Bapak Victor Hotman Sianipar dan Ibu Sri Ukur Dewanti Ginting. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah diperoleh penulis antara lain : tahun 1996-2002 menempuh pendidikan dasar di SD St. Thomas 5, Medan; tahun 1996-2002-2005 menempuh pendidikan di SMP St. Thomas 4, Medan; tahun 2005-2008 menempuh pendidikan di SMA St. Thomas 1, Medan; tahun 2008 lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur SNMPTN. Penulis memilih program studi Agronomi, Fakultas Pertanian.

(6)

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesa Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman ... 4

Syarat Tumbuh Tanah ... 6

Iklim ... 7

Pupuk Anorganik Cair ... 8

Pemangkasan Daun ... 9

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu ... 14

Bahan dan Alat ... 14

Metode Penelitian ... 14

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan ... 17

Pengapuran... 17

Penyiapan Benih ... 17

Pemupukan Dasar ... 17

Penanaman Benih ... 17

Pemupukan... 18

Pemangkasan Daun ... 18

Pemeliharaan Tanaman Penyiraman ... 18

Penyulaman ... 18

Penjarangan ... 18

Penyiangan ... 19

Pembumbunan ... 19

(7)

Panen ... 19

Pengamatan Parameter Tinggi Tanaman (cm) ... 20

Jumlah daun (helai) ... 20

Klorofil Daun ... 20

Umur Panen ... 20

Diameter Tongkol ... 20

Panjang Tongkol ... 21

Bobot tongkol per sampel ... 21

Bobot tongkol per plot ... 21

Bobot Biomassa ... 21

(8)

DAFTAR TABEL

Hal.

1. Perbandingan tinggi tanaman pada umur 2MST – 7MST ... 27

2. Umur berbunga ... 28

3. Jumlah klorofil daun ... 30

4. Umur panen ... 31

5. Diameter tongkol ... 31

6. Panjang tongkol ... 32

7. Bobot tongkol ... 32

8. Bobot biomassa ... 33

(9)

DAFTAR GAMBAR

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal.

1. Deskripsi Tanaman Jagung Manis Varietas Bonanza ... 48

2. Bagan Penelitian ... 50

3. Bagan Satu Plot dan Pengambilan Sampel... 51

4. Rencana Kegiatan Penelitian ... 53

5. Kebutuhan Pupuk Dasar Urea ... 54

6. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 2MST (cm) ... 54

7. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2MST (cm) ... 54

8. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 3MST (cm) ... 55

9. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 3MST (cm) ... 55

10. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 4MST (cm) ... 55

11. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 4MST (cm) ... 55

12. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 5MST (cm) ... 56

13. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 5MST (cm) ... 56

14. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 6MST (cm) ... 56

15. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 6MST (cm) ... 56

16. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 7MST (cm) ... 57

17. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 7MST (cm) ... 57

18. Data Pengamatan Umur Berbunga (hari) ... 58

19. Daftar Sidik Ragam Umur Berbunga ... 58

20. Data Pengamatan Klorofil Daun ... 58

21. Daftar Sidik Ragam Klorofil Daun ... 58

(11)

23. Daftar Sidik Ragam Umur Panen... 59

24. Data Pengamatan Diameter Tongkol ... 59

25. Daftar Sidik Ragam Diameter Tongkol ... 59

26. Data Pengamatan Panjang Tongkol ... 60

27. Daftar Sidik Ragam Panjang Tongkol ... 60

28. Data Pengamatan Bobot Tongkol ... 60

29. Daftar Sidik Ragam Bobot Tongkol ... 60

30. Data Pengamatan Bobot Biomassa Tanaman... 61

31. Daftar Sidik Ragam Bobot Biomassa Tanaman ... 61

32. Data Pengamatan Indeks Panen ... 61

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman jagung yang masuk ke Indonesia belum dapat dipastikan, tetapi pendapat umum menyatakan bahwa tanaman ini masuk ke Indonesia sekitar 3-4 abad yang lalu oleh orang-orang Portugis dan Spanyol melalui India dan Tiongkok. Pertanaman jagung di Indonesia terutama terdapat di Jawa, Madura dan Sulawesi. Hingga saat ini tanaman jagung merupakan tanaman makanan yang penting di daerah tropis dan subtropis. Luas pertanaman jagung di dunia menempati urutan ke-3 setelah tanaman gandum dan padi (Ginting,dkk, 1995).

Banyak jenis tanaman jagung yang dibudidayakan di Sumatera Utara, salah satunya adalah jagung manis. Bila dibandingkan antara jagung pipilan kering dan jagung manis, penelitian jagung manis masih tergolong sedikit dan pada umumnya produksi masih rendah. Menurut Purwono dan Hartono (2007) hampir semua bagian dari tanaman jagung manis memiliki nilai ekonomis. Beberapa bagian tanaman yang dapat dimanfaatkan diantaranya batang, dan daun muda untuk pakan ternak, batang dan daun tua (setelah panen) untuk pupuk hijau / kompos, batang dan daun kering sebagai bahan bakar pengganti kayu bakar, buah jagung muda untuk sayuran, perkedel, bakwan dan berbagai macam olahan makanan lainnya.

Jagung manis banyak digemari masyarakat karena rasanya manis. Menurut Palungkun (1995) tanaman jagung manis terdapat cukup banyak gula bebas dan pati, yang merupakan polimer dari gula tersebut, kandungan gula pada jagung manis sekitar 5-6% sedangkan pada jagung biasa sekitar 2-3% .

(13)

dilakukan secara benar. Sebenarnya kandungan unsur hara pada pupuk cair identik dengan kandungan unsur hara pada pupuk majemuk. Hanya saja, faktor sifat fisik dan sifat kimia tanah tidak dijadikan sebagai faktor utama. Sebagai faktor utamanya adalah manfaat tiap unsur hara yang dikandung oleh pupuk cair bagi perkembangan dan peningkatan hasil panen.

Pupuk cair adalah salah satu jenis pupuk yang dapat diserap oleh tanaman dengan cepat sehingga tanaman menjadi subur dan jagur. Karena tanaman jagung terlalu subur, mengakibatkan pertumbuhan vegetatif akan menonjol. Menurut Nassaruddin (2004) jagung juga dipengaruhi oleh faktor internal seperti daun, yang mempunyai peranan penting dalam penyerapan cahaya matahari sebagai sumber utama energi dalam proses fotosintesis yang diproduksi oleh daun akan distribusikan pada fase vegetatif aktif, akan merata keseluruh jaringan tanaman. Sedangkan fase generatif berlangsung maka sebagian besar hasil asimilasi akan ditranslokasikan ke bagian jaringan penyimpanan sehingga dapat menyebabkan terjadinya persaingan antara bagian vegetatif maupun bagian organ generatif tanaman, terutama dalam memanfaatkan hasil-hasil asimilasi dari sumber ke bagian sink atau pengguna.

Penuaan daun atau pengaruh saling menutupi antara daun akan berpengaruh terhadap penyerapan terhadap radiasi surya dan akan berpengaruh terhadap laju produksi asimilat. Daun yang mengalami penuaan atau saling menutupi mungkin akan berubah fungsi dari produsen asimilat menjadi pengguna asimilat. Hasil pemangkasan dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul respon pertumbuhan dan produksi tanaman jagung manis (Zea mays Saccharata

(14)

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mendapatkan dosis pupuk cair anorganik yang tepat dan umur pemangkasan daun yang sesuai terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung manis (Zea mays Saccharata Sturt.).

Hipotesa Penelitian

Ada perbedaan yang nyata pada pertumbuhan dan produksi jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) akibat perbedaan dosis pupuk organik cair dan

pemangkasan daun serta interaksi kedua faktor tersebut. Kegunaan Penelitian

(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Sistematika dari tanaman jagung manis dalam (Purwono dan Hartono, 2007) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Sub Divisio : Angiospermae Class : Monocotyledoneae Ordo : Graminales

Family : Graminaceae Genus : Zea

Species : Zea mays Saccharata Sturt.

Pada waktu tanaman berbunga jantan maka radius akarnya kurang lebih 100 cm dengan kedalaman dapat mencapai kurang lebih 75 cm. Akar adventif ini dapat berjumlah 20 - 30 akar. Dari akar adventif ini akan tumbuh akar - akar lateral dan diujung akar adventif dan lateral terdapat bulu - bulu akar, biasanya umurnya sangat pendek. (Ginting,dkk, 1995).

Tinggi tanaman jagung manis tidak banyak berbeda dengab jagung biasa, namun lebih pendek. Rataan tinggi tanaman jagung antara 1-3m diatas permukaan tanah. Khusus untuk jagung manis tingginya berkisar 1,5m – 2m dari atas permukaan tanah. Diameter jagung

manis 3cm – 4cm yang terdiri dari beberapa ruas (Leonard and Martin, 1963; Warisno, 1998; Muhadjir, 1988).

(16)

dibatasi oleh lidah daun yang berguna untuk menghalangi masuknya air hujan atau embun ke dalam pelepah. Daunnya berkisar 10 – 20 helai tiap tanaman. Epidermis daun bagian atas biasanya berambut halus yang berguna untuk adaptasi tumbuhan terhadap transpirasi. Kemiringan daun sangat bervariasi antar genotif dan kedudukan daun yang berkisar dari hampir datar sampai tegak (Rukmana, 2007).

Tanaman jagung manis termasuk monoceous, pada satu tanaman terdapat bunga jantan dan betina letaknya terpisah. Bunga jantan dalam bentuk malai terletak di pucuk tanaman, sedang bunga betina pada tongkol yang terletak kira-kira pada pertengahan tinggi batang. Tepung sari dihasilkan malai 1-3 hari sebelum rambut tongkol keluar, rambut tongkol ini berfungsi sebagai tempat melekatnya serbuk sari agar penyerbukan dapat berlangsung. Tepung sari mudah diterbangkan angin. Dari satu malai dapat menghasilkan 250 juta tepung sari. Tepung sari ini akan menyerbuki rambut tongkol. Apabila dalam satu tongkol terdapat 500 rambut tongkol maka inilah yang akan diserbuki sehingga diperoleh 500 biji dalam satu tongkol dari hasil penyerbukan. Karena letak bunga terpisah dan tepung sari mudah diterbangkan angin maka pembuahan berasal dari tanaman tetangga. Hal ini dikenal dengan penyerbukan silang. Pada tanaman jagung penyerbukan silang sebesar 95% dan penyerbukan sendiri sebesar 5%. (Purwono dan Hartono, 2007).

Biji jagung berkeping tunggal, berderet rapi pada tongkolnya. Pada setiap tanaman jagung ada satu tongkol, kadang - kadang ada yang dua. Setiap tongkol terdapat 10 - 14 deret biji jagung yang terdiri dari 200 - 400 butir biji jagung. (Suprapto dan Marzuki, 2005).

(17)

Kandungan lemak pada jagung ini lebih tinggi dibandingkan jagung lain. Kandungan air sebanyak 73,9% dan setiap 100g jagung manis mengandung 100 IU vit.A; 9mg ascorbic acid; 0,17 thiamin; 0,06 riboflavin dan 1,67 niacin (Palungkun, 1995).

Syarat Tumbuh

Tanah

Jagung manis tumbuh baik pada berbagai jenis tanah. Tanah liat lebih disukai karena mampu menahan lengas yang tinggi. Tanaman ini peka terhadap tanah masam dan tumbuh baik pada kisaran ph 6,0 -6,8 dan agak toleran terhadap kondisi basa (Rubatzky dan

Yamaguchi, 1998).

Jagung umumnya ditanam di dataran rendah, di lahan sawah tadah hujan maupun sawah irigasi. tetapi terdapat juga didaerah dataran tinggi pada ketinggian 1000 -1800 m di atas permukaan laut. Tanah dengan kemiringan sampai 8 % masih dapat ditanami jagung dengan arah barisan tegak lurus terhadap miringnya tanah, dengan maksud untuk mencegah erosi yang terjadi pada waktu turun hujan besar. (Rukmana, 2007).

Iklim

Menurut Hudson and Anton (1981), faktor iklim yang paling mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah curah hujan dan suhu. Jumlah dan sebaran curah hujan merupakan faktor lingkungan yang memberikan faktor terbesar terhadap kualitas jagung manis. Secara umum sweet corn memerlukan curah hujan sebanyak 200 – 300 mm/bulan.

Jagung manis juga dapat hidup baik di daerah yang beriklim panas dan di daerah beriklim sedang. Tumbuh baik pada temperatur 23 - 27˚C, dengan suhu harian 15 - 32˚C dan mendapat sinar matahari yang cukup pada saat pertumbuhannya (Suprapto, 2001).

Pupuk Cair Anorganik Potensi

(18)

hara esensial yang seimbang, sangat dibutuhkan dalam pembentukan bunga, pembesaran buah dan umbi. Sangat baik untuk semua jenis tanaman hortikultura, tanaman pangan dan perkebunan. Pupuk cair ini mengandung N-total 9,87%, P2O5-total 6,12%, K2O 12,26%, Cu 3900 ppm, Zn 17,00 ppm, Co 15,00 ppm, Mo 12,30 ppm, Pb 123,00 ppm, B 6,29 ppm. Pupuk ini berfungsi untuk merangsang pembentukan bunga dan pembesaran buah meningkatkan produksi dan memperbaiki kualitas hasil panen berupa buah.

Pemakaian pupuk ini disukai karena pupuk anorganik sangat praktis dalam pemakaiannya dan penyediannya mudah didapat, dapat disimpan lama, diperlukan dalam jumlah sedikit dan kandungan haranya dapat segera disediakan untuk tanaman. Unsur hara makro relatif lebih banyak digunakan/dibutuhkan. Sedangkan unsur hara mikro dibutuhkan dalam jumlah yang lebih sedikit. Jadi tidak bisa hanya mengandalkan unsur hara mikro saja untuk mendorong pertumbuhan dan produksi tanaman tetapi juga harus diperhatikan pemberian unsur hara makro dengan dosis yang tepat. Keunggulan pupuk buatan yaitu kandungan hara dalam pupuk anorganik dibuat secara tepat, pemberiannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan tanaman, mudah dijumpai karena tersedia dalam jumlah yang banyak, praktis dalam transportasi dan menghemat ongkos angkut, dan beberapa jenis pupuk anorganik dapat langsung diaplikasikan sehingga menghemat waktu (Prihmantoro, 1999).

Tanaman semusim umumnya berumur pendek dan ditanam dengan jarak tanam rapat, maka pemupukan dilakukan melalui daun dengan pupuk yang disebut dengan pupuk daun. Pemupukan lewat daun ini umumnya dilakukan dengan cara melarutkan pupuk tersebut ke dalam air lalu larutan pupuk tersebut disemprotkan ke permukaan daun (Prihmantoro, 2005).

(19)

penyemprotan pupuk daun bisa dipercepat atau diperpendek interval waktunya (Osman, 1996).

Dosis dan waktu penyemprotan adalah hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan pupuk daun. Dosis yang tepat untuk setiap tanaman berbeda sesuai dengan jenis dan sesuai tanaman. Pemberian pupuk daun yang tepat adalah antara jam 7-9 pagi atau 3-5 sore dengan catatan tidak terjadi hujan. Pemberian pupuk daun sebaiknya tidak diberikan pada malam hari, panas terik atau menjelang hujan. Pupuk daun sebaiknya diberikan pada saat ada cahaya matahari karena cahaya secara langsung merangsang penyerapan hara melalui daun (Lingga dan Marsono, 2004).

Dosis anjuran pupuk cair anorganik potensi untuk tanaman jagung adalah 72 cc/ 36 liter untuk luas lahan 4000 m2 .

Dalam pemakaian pupuk daun dikenal istilah konsentrasi pupuk atau kepekatan larutan pupuk. Besarnya konsentrasi pupuk daun dinyatakan dalam bobot pupuk daun yang harus dilarutkan kedalam satuan volume air. Contohnya, pada kemasan pupuk daun tertera angka konsentrasi 2 gram per liter air, artinya pupuk sebanyak 2 gram harus dilrutkan kedalam 1 liter air. Supaya lebih praktis, saat dilapangan, ukuran bobot pupuk daun dapat diubah kedalam satuan yang lebih gampang digunakan, misalnya sendok makan. Penentuan besarnya volume air dapat diketahui dengan membaca skala pada alat semprot. Angka konsentrasi ini selalu dicantumkan pada kemasan pupuk. Jika konsentrasi pupuk daun yang digunakan melebihi konsentrasi yang disarankan, daun akan terbakar (Novizan, 2002). Pemangkasan Daun

(20)

Perompesan untuk memacu pembungaan dilakukan dengan membuang bagian vegetatif yang tidak produktif terutama daun-daun dibawah tongkol, sehingga energi atau bahan makanan yang dihasilkan akan mengalir pada pembungaan dan pembuahan, dengan demikian perkembangan tongkol akan lebih cepat. Waktu perompesan pada daun sangat menentukan efektivitas dalam penimbunan fotosintat sehingga dapat menekan masa vegetatif agar buah yang dihasilkan akan lebih baik. Waktu penimbunan asimilat untuk perkembangan tongkol terjadi pada saat sebelum dan sesudah pembungaan. Perompesan daun dilakukan untuk mengurangi adanya persaingan antara organ-organ reproduktif dalam memanfaatkan asimilat yang ada (William dan Joseph, 1997)

Distribusi fotosintat dalam tanaman menunjukkan hubungan antara produksi fotosintat oleh daun sebagai source dan kebutuhan asimilat oleh sink karena itu karakteristik tumbuh tanaman, tahapan pertumbuhan daun, perkembangan tanaman dapat mempengaruhi distribusi hasil metabolisme (Geiger, 1987). Kemampuan sink untuk mengimpor hasil asimilat berkaitan dengan ukuran sink, tingkat pertumbuhan, aktivitas metabolik dan tingkat respirasi. Daun pada saat flush memiliki ukuran sink yang besar sehingga hasil fotosintesis dialirkan ke daun flush. Kebanyakan penelitian mengenai perubahan source dan sink melibatkan manipulasi tanaman seperti penguguran buah, pengguguran daun, dan perlakuan naungan (Dickson, et al, 2000).

(21)

Setelah pemangkasan , maka menyebabkan jumlah daun berkurang dan berkurangnya proses fotosintesis. Cadangan makanan berupa karbohidrat akan dialihkan untuk pertumbuhan tunas baru (Denison, 1979). Setelah tanaman dipangkas, maka bagian tanaman yang tersisa harus cepat membentuk daun baru agar fotosintesis dan proses metabolisme lainnya dapat berjalan lancar.

Pemanfaatan hasil ikutan tanaman jagung berupa batang dan daun yang masih muda, dikenal sebagai jerami jagung dimanfaatkan sebagai hijauan pakan ternak sudah banyak dilakukan petani, namun belum seluruhnya optimal pemanfaatannya (disnak-jatim, 2010).

Menurut Sukasman (1988) pemangkasan bertujuan untuk memacu pertumbuhan vegetatif, menekan pertumbuhan generatif serta mengubah pertumbuhan batang tunggal dan besar menjadi berbatang banyak dan rendah, selain itu pemangkasan dapat mempengaruhi pertunasan karena pemangkasan pada pucuk batang akan mempengaruhi kesimbangan zat pengatur tumbuh alami di daerah ketiak daun. Menurut Sutarno (1982) perubahan keseimbangan zat pengatur tumbuh alami tersebut akan merangsang pertumbuhan tunas baru.

(22)

hasil asimilat berkaitan dengan ukuran sink, tingkat pertumbuhan, aktivitas metabolik dan tingkat respirasi.

Pada tanaman yang dipangkas, daun-daun yang saling menutupi akan berkurang yang kemudian akan meningkatkan jumlah energi cahaya yang diterima oleh tanaman. Hal ini berakibat pada peningkatan proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman karena daun-daun yang tertinggal akan melakukan proses fotosintesis yang lebih tinggi daripada proses respirasi (Olasantan, 2008).

Pemangkasan pada tanaman akan menyebabkan tajuk tanaman terbuka sehingga meningkatkan jumlah cahaya yang diterima oleh bagian-bagian tanaman. Cahaya memegang peranan penting dalam pertumbuhan tanaman disamping air dan unsur hara. Pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan tanaman berhubungan langsung dengan laju fotosintesis. Letak daun pada batang membedakan umur dan tingkat fotosintesis. Semakin tua daun, tingkat fotosintesis semakin menurun. Pemangkasan terhadap daun yang masih aktif berfotosintesis dan aktif mensuplay pengisian biji akan memberikan pengaruh berbeda dengan pemangkasan terhadap daun yang tidak aktif (Kays, 1985)

(23)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di lahan masyarakat Jl. Setia Budi, Kelurahan Simpang Selayang, Kecamatan Medan Tuntungan dengan ketinggian tempat ± 25 m di atas permukaan laut pada bulan Februari sampai April 2012.

Bahan dan Alat

Bahan dalam penelitian ini adalah benih jagung manis, pupuk cair dan fungisida (Dithane M-45 2 g/L air).

Alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, gembor, tugal, tali raffia, gembor, meteran, gunting/cutter, pacak sampel, alat tulis, kalkulator, timbangan, dan peralatan lainnya yang mendukung penelitian ini.

Metode Penelitian

Adapun rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor perlakuan, yaitu:

Faktor I = Pemangkasan daun (P) dengan 4 taraf: P0 = tanpa pemangkasan (kontrol) P1 = Pemangkasan 15 hst

P2 = Pemangkasan 30 hst P3 = Pemangkasan 45 hst

Faktor II =Dosis pupuk cair(M) dengan 3 taraf: M0 = tanpa pupuk (kontrol)

(24)

Sehingga diperoleh 12 kombinasi perlakuan, yaitu: P0M0 P0M1 P0M2

P1M0 P1M1 P1M2 P2M0 P2M1 P2M2 P3M0 P3M1 P3M2

Jumlah Ulangan : 3 Jumlah Plot : 36

Luas Plot : 300 cm x 150 cm Jumlah tanaman perplot : 24tanaman

Jumlah seluruh tanaman : 864tanaman Jumlah sample perplot : 5 tanaman Jumlah seluruh sample : 180 tanaman Jarak antar plot : 50 cm Jarak antar ulangan : 75 cm

Jarak Tanam : 75 cm x 25 cm.

Data hasil penelitian dianalisa dengan menggunakan sidik ragam berdasarkan model linier : Yijk = µ + ρi+ αj + βk + (αβ)jk + εijk

Yijk = Hasil pengamatan pada unit percobaan dalam blok ke-i dengan perlakuan pemangkasan daun pada taraf ke-j dan dosis pupuk anorganik pada taraf ke-k. i = blok 1, 2, 3

j = perlakuan pertama 1, 2, 3 k = perlakuan kedua 1, 2, 3, 4 µ = Nilai tengah.

ρi = Efek blok ke-i.

(25)

βk = Efek dari perlakuan dosis pupuk an-organik pada taraf ke-k.

(αβ)jk = Efek interaksi antara pemangkasan daun pada taraf ke-j dan dosis pupuk anorganik pada taraf ke-k.

εijk = Pengaruh galat percobaan dari blok taraf ke- i yang mendapat perlakuan pemangkasan daun pada taraf ke-j dan dosis pupuk an-organik pada taraf ke-k. Data analisis sidik ragan (Anova) yang diikuti dengan uji lanjutan menggunakan uji

(26)

PELAKSANAAN PENELITIAN

Penyiapan Lahan

Diukur areal pertanaman yang akan digunakan, tanah dicangkul sedalam ± 20 cm lalu diratakan sampai gembur dan sisa tanaman/gulma yang ada dibersihkan. Kemudian dibuat petak penanaman dengan ukuran permukaan setiap plot 300x150 cm dengan jarak antar plot 50 cm dan antar blok 75 cm. Bagan penelitian dapat dilihat pada lampiran 2 dan bagan penanaman pada plot pada lampiran 3.

Pengapuran

Berdasarkan lampiran 5. hasil analisis tanah, pH tanah pada areal penanaman adalah 6,8 sehingga tidak dilakukan pengapuran karena sudah sesuai dengan pH tanah untuk tanaman jagung manis.

Penyiapan Benih

Varietas yang digunakan adalah bibit jagung varietas bonanza. Benih ini telah mendapat perlakuan seed treatment dengan Ridhomil untuk mencegah penyakit bulai.

Pemupukan Dasar

Pemupukan dasar dilakukan saat penanaman benih. Pupuk yang diberikan adalah setengah dosis urea 65,25 g/plot. Hal ini didasarkan pada lampiran 6. analisa tanah yang menyatakan bahwa N termasuk kategori rendah sehingga perlu diberikan pupuk dasar.

Penanaman Benih

Tanah ditugal sedalam 3 cm, dengan jarak tanam 75x25 cm pada petak berukuran 300x150 cm. Benih jagung manis ditanam dengan metode tugal dengan menanam 2 benih per lubang tanam.

Pemupukan

(27)

dengan air sebanyak 1 liter, lalu disemprotkan ke daun dan seluruh bagian tumbuhan sampai basah merata dan tidak menetes dengan menggunakan handsprayer sesuai dengan masing-masing perlakuan yaitu 0 cc/liter, 2 cc/liter dan 4 cc/liter. Pemupukan diaplikasikan sebanyak lima kali dengan interval 7 hari sekali.

Pemangkasan Daun

Daun yang dipangkas adalah daun bagian bawah yang telah mengembang sempurna dengan pemangkasan 2 daun. Pemangkasan dilakukan sesuai perlakuan yaiutu tanpa pemangkasan, saat tanaman berumur 15HST, 30 HST dan 45HST.

Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman jagung meliputi beberapa hal: − Penyiraman

Penyiraman dilakukan pada sore hari. Apabila terjadi hujan maka tanaman tidak perlu disiram.

Penyisipan

Penyisipan dilakukan pada 10 HST karena adanya pertumbuhan tanaman yang tidak normal.

Penjarangan

Penjarangan dilakukan dengan memotong tanaman yang tumbuh perlubang tanam dan menyisakan satu tanaman. Penjarangan dilakukan pada saat tanaman berumur 2 MST. − Penyiangan

Penyiangan dilakukan 2 kali pada umur 2MST dan 5MST. Penyiangan dilakukan secara manual maupun alat sesuai dengan kondisi lahan.

Pembumbunan

(28)

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian penyakit dilakukan dengan sistem pengendalian secara kimia dengan fungisida Dithane M-45 2 g/L air yang disemprotkan ke tanaman sebanyak dua kali pada saat tanaman berumur 4MST dan 5MST.

Panen

Panen dilakukan saat biji pada tongkol mencapai kriteria panen seperti pada saat fase matang susu dan matang tepung atau kira-kira 14 - 21 hari setelah rambut jagung muncul, rambut telah berwarna coklat dan mengering, biji yang telah berkembang penuh sampai ke ujung tongkol dan mencapai ukuran maksimal dengan kondisi biji lunak, berisi cairan seperti susu, keruh dan kental dan bila ditekan dengan kuku akan mengeluarkan cairan seperti susu.Pemanenan dilakukan dengan mematahkan tongkol jagung.

Pengamatan Parameter

Parameter yang diamati meliputi beberapa hal: Tinggi Tanaman (cm)

Pengukuran tinggi tanaman dimulai dari pangkal bawah sampai ujung daun terpanjang dengan menggunakan meteran, untuk menghindari kekeliruan dibuat pacak sampel. Pengukuran dilakukan mulai 2 MST dengan interval 2 minggu hingga bunga jantan keluar 75% .

Umur Berbunga (hari)

(29)

Klorofil Daun (unit/6 mm3)

Diukur dengan menggunakan alat klorofilmeter dengan cara menjepit daun tengah tanaman pada bagian pangkal, tengah, dan ujung daun kemudian dirata-ratakan. Pengukuran dilakukan pada saat tanaman panen.

Umur Panen (hari)

Dimulai dari saat tanam sampai biji pada tongkol telah menunjukkan kriteria panen yaitu, rambut (silk) berwarna cokelat, tongkol telah berisi biji yang telah berkembang penuh sampai ke ujung tongkol dan mencapai ukuran maksimal dengan kondisi biji lunak, berisi cairan seperti susu, keruh dan kental dan bila ditekan dengan kuku akan mengeluarkan cairan seperti susu. Panen dilakukan pada saat fase matang susu dan matang tepung atau kira-kira 14 - 21 hari setelah rambut jagung muncul.

Diameter Tongkol (cm)

Diameter tongkol diukur pada bagian tengah dengan mempergunakan jangka sorong, setelah kelobot dikelupas.

Panjang Tongkol (cm)

Panjang tongkol diukur mulai dari pangkal tongkol sampai ujung tongkol dengan menggunakan mistar, setelah kelobot dikupas

Bobot Tongkol per sampel (g)

Penimbangan dilakukan setelah jagung dipanen dan kelobot dikupas. Tongkol ditimbang dengan menggunakan timbangan

Bobot Biomassa

(30)

Indeks Panen

Indeks panen dihitung dengan rumus: Indeks panen = Bobot tongkol / sampel

(31)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tinggi Tanaman (cm)

Data pengamatan dan daftar sidik ragam tinggi tanaman 2-7 MST dapat dilihat pada Lampiran 8-19. Dari analisis daftar sidik ragam diketahui bahwa perlakuan pemberian pupuk anorganik cair dan pemangkasan berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman. Interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman.

[image:31.595.76.476.377.498.2]

Rataan dosis pupuk anorganik cair dan pemangkasan terhadap tinggi tanaman dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rataan tinggi tanaman (cm) pada berbagai dosis pupuk anorganik cair dan pemangkasan pada umur 7 MST

Pemangkasan (hst/tanaman)

Pupuk Anorganik Cair

(cc/l.air) Rataan pemangkasan M0 = 0 M1 = 2 M2 = 4

P0 = 0 211,73 220,43 230,59 73,64 P1 = 15 221,52 214,44 215,93 72,43 P2 = 30 217,11 215,89 203,47 70,72 P3 = 45 207,96 214,11 211,67 70,41 Rataan pemupukan 71,53 72,07 71,80

Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pupuk anorganik cair dan pemangkasan menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan pada parameter tinggi tanaman. Dari tabel 1 diketahui bahwa tinggi tanaman tertinggi diperoleh pada perlakuan POM2 yaitu sebesar 230,59 cm , sedangkan tinggi tanaman terendah diperoleh pada perlakuan P3MO yaitu sebesar 207,96 cm.

Umur Berbunga (hari)

(32)

anorganik cair dan pemangkasan berpengaruh tidak nyata terhadap umur berbunga tanaman. Interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap umur berbunga tanaman.

[image:32.595.75.461.211.334.2]

Rataan dosis pupuk anorganik cair dan pemangkasan terhadap umur berbunga dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rataan umur berbunga tanaman (cm) pada berbagai dosis pupuk anorganik cair dan pemangkasan

Pemangkasan (hst/tanaman)

Pupuk Anorganik Cair

(cc/l.air) Rataan pemangkasan M0 = 0 M1 = 2 M2 = 4

P0 = 0 52,33 52,00 52,00 17,37 P1 = 15 51,67 51,67 52,00 17,26 P2 = 30 51,00 51,33 51,67 17,11 P3 = 45 51,00 51,33 50,67 17,00 Rataan pemupukan 17,17 17,19 17,19

Tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pupuk anorganik cair dan pemangkasan menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan pada parameter umur berbunga tanaman. Dari tabel 2 diketahui bahwa umur berbunga tertinggi diperoleh pada perlakuan POMO dan POM1 yaitu sebesar 52,33 , sedangkan umur berbunga terendah diperoleh pada perlakuan P3M2 yaitu sebesar 50,67 .

Jumlah Klorofil Daun (unit/6mm³)

Data pengamatan dan daftar sidik ragam klorofil daun dapat dilihat pada Lampiran 22-23. Dari analisis daftar sidik ragam diketahui bahwa perlakuan pemberian pupuk anorganik cair dan pemangkasan berpengaruh tidak nyata terhadap klorofil daun tanaman. Interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap klorofil daun tanaman.

(33)
[image:33.595.74.484.102.222.2]

Tabel 3. Rataan klorofil daun tanaman (cm) pada berbagai dosis pupuk anorganik cair dan pemangkasan

Pemangkasan (hst/tanaman)

Pupuk Anorganik Cair

(cc/l.air) Rataan pemangkasan M0 = 0 M1 = 2 M2 = 4

P0 = 0 55,25 56,28 56,33 18,65 P1 = 15 57,13 56,84 56,37 18,93 P2 = 30 58,37 58,99 59,04 19,60 P3 = 45 59,25 60,19 61,03 20,05 Rataan pemupukan 19,17 19,36 19,40

Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pupuk anorganik cair dan pemangkasan menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan pada parameter klorofil daun tanaman. Dari tabel 3 diketahui bahwa jumlah klorofil terbanyak diperoleh pada perlakuan P3M2 yaitu sebesar 61,03, sedangkan jumlah klorofil terkecil diperoleh pada perlakuan POM1 yaitu sebesar 55,25.

Umur Panen (hari)

Data pengamatan dan daftar sidik ragam umur panen dapat dilihat pada Lampiran 24-25. Dari analisis daftar sidik ragam diketahui bahwa perlakuan pemberian pupuk anorganik cair dan pemangkasan berpengaruh tidak nyata terhadap umur panen tanaman. Interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap umur panen tanaman.

[image:33.595.75.478.605.728.2]

Rataan dosis pupuk anorganik cair dan pemangkasan terhadap umur panen dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan umur panen tanaman (cm) pada berbagai dosis pupuk anorganik cair dan pemangkasan

Pemangkasan (hst/tanaman)

Pupuk Anorganik Cair

(cc/l.air) Rataan pemangkasan M0 = 0 M1 = 2 M2 = 4

(34)

Tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pupuk anorganik cair dan pemangkasan menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan pada parameter umur panen tanaman. Dari tabel 4 diketahui bahwa umur panen tertinggi diperoleh pada perlakuan POMO, POM1, POM2 dan P1M2 yaitu sebesar 70,00, sedangkan umur panen terendah diperoleh pada perlakuan P3M1 yaitu sebesar 68,67.

Diameter Tongkol (cm)

Data pengamatan dan daftar sidik ragam diameter tongkol dapat dilihat pada Lampiran 26-27. Dari analisis daftar sidik ragam diketahui bahwa perlakuan pemberian pupuk anorganik cair dan pemangkasan berpengaruh tidak nyata terhadap diameter tongkol tanaman. Interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap diameter tongkol tanaman.

[image:34.595.72.475.461.581.2]

Rataan dosis pupuk anorganik cair dan pemangkasan terhadap diameter tongkol dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan diameter tongkol tanaman (cm) pada berbagai dosis pupuk anorganik cair dan pemangkasan

Pemangkasan (hst/tanaman)

Pupuk Anorganik Cair

(cc/l.air) Rataan pemangkasan M0 = 0 M1 = 2 M2 = 4

P0 = 0 4,51 4,57 4,53 1,51 P1 = 15 4,53 4,71 4,71 1,55 P2 = 30 4,76 4,66 4,71 1,57 P3 = 45 4,75 4,88 4,66 1,59 Rataan pemupukan 1,55 1,57 1,55

(35)

Panjang Tongkol (cm)

Data pengamatan dan daftar sidik ragam panjang tongkol dapat dilihat pada Lampiran 28-29. Dari analisis daftar sidik ragam diketahui bahwa perlakuan pemberian pupuk anorganik cair dan pemangkasan berpengaruh tidak nyata terhadap panjang tongkol tanaman. Interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap panjang tongkol tanaman.

[image:35.595.72.507.295.416.2]

Rataan dosis pupuk anorganik cair dan pemangkasan terhadap panjang tongkol dapat dilihat pada Tabel 6

Tabel 6. Rataan panjang tongkol tanaman (cm) pada berbagai dosis pupuk anorganik cair dan pemangkasan

Pemangkasan (hst/tanaman)

Pupuk Anorganik Cair

(cc/l.air) Rataan pemangkasan M0 = 0 M1 = 2 M2 = 4

P0 = 0 20,49 20,91 20,66 6,90 P1 = 15 21,41 20,91 21,76 7,12 P2 = 30 22,45 20,62 21,23 7,15 P3 = 45 21,39 21,87 21,58 7,20 Rataan pemupukan 7,15 7,03 7,10

Tabel 6 menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pupuk anorganik cair dan pemangkasan menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan pada parameter panjang tongkol tanaman. Dari tabel 6 diketahui bahwa panjang tongkol tertinggi diperoleh pada perlakuan P3M1 yaitu sebesar 21,87, sedangkan panjang tongkol terendah diperoleh pada perlakuan POMO yaitu sebesar 20,49.

Bobot Tongkol per sampel (g)

(36)
[image:36.595.75.476.158.277.2]

Rataan dosis pupuk anorganik cair dan pemangkasan terhadap bobot tongkol per sampel tanaman dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Rataan bobot tongkol per sampel tanaman (g) pada berbagai dosis pupuk anorganik cair dan pemangkasan

Pemangkasan (hst/tanaman)

Pupuk Anorganik Cair

(cc/l.air) Rataan pemangkasan M0 = 0 M1 = 2 M2 = 4

P0 = 0 250,00 279,33 267,00 88,48 P1 = 15 278,33 263,33 287,33 92,11 P2 = 30 282,00 274,00 279,00 92,78 P3 = 45 260,33 309,00 271,67 93,44 Rataan pemupukan 89,22 93,81 92,08

Tabel 7 menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pupuk anorganik cair dan pemangkasan menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan pada parameter bobot tongkol per sampel tanaman. Dari tabel 7 diketahui bahwa bobot tongkol per sampel terbesar diperoleh pada perlakuan P3M1 yaitu sebesar 309,00, sedangkan bobot tongkol per sampel terkecil diperoleh pada perlakuan POMO yaitu sebesar 250,00.

Bobot Biomassa (g)

Data pengamatan dan daftar sidik ragam bobot biomassa per sampel tanaman dapat dilihat pada Lampiran 32-33. Dari analisis daftar sidik ragam diketahui bahwa perlakuan pemberian pupuk anorganik cair dan pemangkasan berpengaruh tidak nyata terhadap bobot biomassa per sampel tanaman. Interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap bobot biomassa per sampel tanaman.

(37)
[image:37.595.76.456.101.219.2]

Tabel 8. Rataan bobot biomassa per sampel tanaman (g) pada berbagai dosis pupuk anorganik cair dan pemangkasan

Pemangkasan (hst/tanaman)

Pupuk Anorganik Cair

(cc/l.air) Rataan pemangkasan M0 = 0 M1 = 2 M2 = 4

P0 = 0 616,67 676,67 700,00 221,48 P1 = 15 740,00 716,67 806,67 251,48 P2 = 30 750,00 790,00 760,00 255,56 P3 = 45 726,67 866,67 766,67 262,22 Rataan pemupukan 236,11 254,17 252,78

Tabel 8 menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pupuk anorganik cair dan pemangkasan menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan pada parameter bobot biomassa per sampel tanaman. Dari tabel 8 diketahui bahwa bobot biomassa per sampel terbesar diperoleh pada perlakuan P3M1 yaitu sebesar 866,67, sedangkan bobot biomassa per sampel terkecil diperoleh pada perlakuan POMO yaitu sebesar 616,67.

Indeks Panen

Data pengamatan dan daftar sidik ragam indeks panen tanaman dapat dilihat pada Lampiran 34-35. Dari analisis daftar sidik ragam diketahui bahwa perlakuan pemberian pupuk anorganik cair dan pemangkasan berpengaruh tidak nyata terhadap indeks panen tanaman. Interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap indeks panen tanaman.

[image:37.595.73.468.619.742.2]

Rataan dosis pupuk anorganik cair dan pemangkasan terhadap indeks panen tanaman dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Rataan indeks panen tanaman pada berbagai dosis pupuk anorganik cair dan pemangkasan

Pemangkasan (hst/tanaman)

Pupuk Anorganik Cair

(cc/l.air) Rataan pemangkasan M0 = 0 M1 = 2 M2 = 4

(38)
(39)

Pembahasan

Pengaruh Pemberian Pupuk Anorganik Cair Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi

jagung manis(Zea mays Saccharata Sturt.)

Pengaruh pemberian pupuk anorganik cair tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman.

Dari hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa, perlakuan pemberian pupuk anorganik cair tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 2-7 MST, umur berbunga dan klorofil daun. Dari tabel rataan tinggi tanaman umur 7 MST diperoleh bahwa perlakuan M0 dan M1 terjadi peningkatan tinggi tanaman sebesar 0,7% dan antara perlakuan M1 dan M2 terjadi penurunan tinggi tanaman sebesar 0,3%. Dari tabel rataan umur berbunga tanaman diperoleh bahwa perlakuan M0 dan M1 terjadi peningkatan umur berbunga sebesar 0,1% dan antara perlakuan M1 dan M2 terjadi tidak terjadi peningkatan maupun penurunan umur berbunga. Dari tabel rataan klorofil daun tanaman diperoleh bahwa perlakuan M0 dan M1 terjadi peningkatan klorofil daun sebesar 0,9% dan antara perlakuan M1 dan M2 terjadi peningkatan klorofil daun sebesar 0,2%. Hal ini diduga pertumbuhan tinggi tanaman, umur berbunga dan klorofil daun lebih dipengaruhi lingkungan dan kesuburan tanah seperti nitrogen, air, dan cahaya. Hal ini didukung oleh pernyataan dari Gardner dan Pierce (1991) menyatakan nitrogen, air dan cahaya mempunyai pengaruh nyata terhadap pertumbuhan batang, penyinaran yang gelap dapat meningkatkan auksin sehingga dapat terjadi etiolasi sedangkan penyinaran kuat dapat menurunkan auksin sehingga mengurangi tinggi tanaman.

(40)

diameter tongkol diperoleh bahwa perlakuan M0 dan M1 terjadi peningkatan diameter tongkol sebesar 1,2% dan antara perlakuan M1 dan M2 terjadi penurunan diameter tongkol sebesar 1,2%. Dari tabel rataan panjang tongkol diperoleh bahwa perlakuan M0 dan M1 terjadi penurunan panjang tongkol sebesar 1,6% dan antara perlakuan M1 dan M2 terjadi peningkatan panjang tongkol sebesar 0,9%. Dari tabel rataan bobot tongkol diperoleh bahwa perlakuan M0 dan M1 terjadi peningkatan bobot tongkol sebesar 5,1% dan antara perlakuan M1 dan M2 terjadi penurunan bobot tongkol sebesar 1,8%. Dari tabel rataan bobot biomassa tanaman diperoleh bahwa perlakuan M0 dan M1 terjadi peningkatan bobot biomassa sebesar 7,6% dan antara perlakuan M1 dan M2 terjadi penurunan bobot biomassa sebesar 0,5%. Dari tabel rataan indeks panen diperoleh bahwa perlakuan M0 dan M1 terjadi penurunan indeks panen sebesar 0,13% dan antara perlakuan M1 dan M2 tidak terjadi peningkatan maupun penurunan. Hal ini diduga diameter tongkol, panjang tongkol, bobot tongkol, bobot biomassa dan indeks panen menunjukkan tidak adanya penambahan pupuk pada perlakuan M0 membuat tanaman kekurangan unsur hara yang berperan penting dalam pengisian biji. Perlakuan M1 dan M2 menunjukkan hasil yang lebih baik. Hal ini didukung oleh pernyataan dari Gardner dan Pierce (1991) menyatakan Kandungan unsur hara pada pupuk daun identik dengan kandungan unsur hara pada pupuk majemuk. Bahkan pupuk daun sering lebih lengkap karena ditambah oleh beberapa unsur mikro daun bagi perkembangan tanaman dan peningkatan hasil panen.

(41)

lebih sedikit. Jadi tidak bisa hanya mengandalkan unsur hara mikro saja untuk mendorong pertumbuhan dan produksi tanaman tetapi juga harus diperhatikan pemberian unsur hara makro dengan dosis yang tepat.

Penggunaan pupuk cair tidak berpengaruh nyata terhadap seluruh parameter diduga disebabkan karena pengaruh suhu udara yang tinggi sehingga stomata pada daun menutup dan pupuk cair yang diberikan tidak dapat terserap kedalam daun. Hal ini didukung oleh pernyataan Novizan (2002) yang menytakan bahwa stomata berfungsi untuk mengatur penguapan air dari tanaman sehingga aliran air dari akar sampai ke daun. Saat suhu udara terlalu panas, stomata akan menutup sehingga tanaman tidak akan mengalami kekeringan. Selain itu penyemprotan pada suhu tinggi, sangat tidak disarankan melakukan penyemprotan pupuk daun., karena akan menyebabkan kerusakan pada daun. Sesuai dengan pendapat Novizan (2002) yang menyatakan bahwa tidak disarankan menyemprot pupuk daun pada saat suhu udara sedang panas karena konsentrasi larutan pupuk yang sampai kedaun cepat meningkat sehingga daun dapat terbakar.

Pengaruh Pemangkasan Daun Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi jagung manis

(Zea mays Saccharata Sturt.)

Pengaruh pemangkasan daun tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman.

Dari hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa, perlakuan pemangkasan daun tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, umur berbunga dan klorofil daun. Dari tabel rataan tinggi tanaman diperoleh bahwa dimana antara perlakuan P0 dan P1 terjadi penurunan tinggi tanaman sebesar 1,6%, antara perlakuan P1 dan P2 terjadi penurunan tinggi

(42)

penurunan umur berbunga sebesar 0,8% dan antara perlakuan P1 dan P3 terjadi penurunan umur berbunga sebesar 1,5%. Dari tabel rataan klorofil daun diperoleh bahwa dimana antara perlakuan P0 dan P1 terjadi peningkatan klorofil daun sebesar 1,5%, antara perlakuan P1 dan

P2 terjadi peningkatan klorofil daun sebesar 3,5% dan antara perlakuan P1 dan P3 terjadi peningkatan klorofil daun sebesar 5,9%. Meskipun berpengaruh tidak nyata, menurut hasil penelitian memperlihatkan adanya kecenderungan bahwa pengaruh pemangkasan daun menghasilkan tanaman yang lebih rendah, umur tanaman berbunga, umur panen yang lebih cepat serta bobot biomassa lebih rendah dibandingkan pengaruh tanpa pemangkasan daun. Hal ini sesuai dengan Sukasman (1988) pemangkasan bertujuan untuk memacu pertumbuhan vegetatif, menekan pertumbuhan generatif serta mengubah pertumbuhan batang tunggal dan menjadi rendah.

Dari hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa, perlakuan pemangkasan daun tidak berpengaruh nyata terhadap umur panen, bobot biomassa, diameter tongkol, panjang tongkol, bobot tongkol dan indeks panen. Dari tabel rataan umur panen diperoleh bahwa dimana antara perlakuan P0 dan P1 terjadi penurunan umur panen sebesar 0,4%, antara

perlakuan P1 dan P2 terjadi penurunan umur panen sebesar 0,3% dan antara perlakuan P1 dan P3 terjadi penurunan umur panen sebesar 1,1%. Dari tabel rataan bobot biomassa tanaman diperoleh bahwa dimana antara perlakuan P0 dan P1 terjadi peningkatan bobot biomassa tanaman sebesar 13,5%, antara perlakuan P1 dan P2 terjadi peningkatan bobot

biomassa tanaman sebesar 1,6% dan antara perlakuan P1 dan P3 terjadi peningkatan bobot biomassa tanaman sebesar 4,2%. Dari tabel rataan diameter tongkol diperoleh bahwa dimana antara perlakuan P0 dan P1 terjadi peningkatan diameter tongkol sebesar 2,6%, antara

(43)

tongkol sebesar 3,1%, antara perlakuan P1 dan P2 terjadi peningkatan panjang tongkol

sebesar 0,4% dan antara perlakuan P1 dan P3 terjadi panjang tongkol sebesar 1,1%. Dari tabel rataan bobot tongkol diperoleh bahwa dimana antara perlakuan P0 dan P1 terjadi peningkatan bobot tongkol sebesar 4,1%, antara perlakuan P1 dan P2 terjadi peningkatan

bobot tongkol sebesar 0,7% dan antara perlakuan P1 dan P3 terjadi peningkatan bobot tongkol sebesar 1,4%. Dari tabel rataan indeks panen diperoleh bahwa dimana antara perlakuan P0 dan P1 terjadi penurunan bobot tongkol sebesar 7,6%, antara perlakuan P1 dan

P2 tidak terjadi peningkatan maupun penurunan indeks panen dan antara perlakuan P1 dan P3 tidak terjadi peningkatan maupun penurunan indeks panen. Meskipun berpengaruh tidak nyata, menurut hasil penelitian memperlihatkan adanya kecenderungan bahwa pengaruh pemangkasan daun menghasilkan diameter tongkol, panjang dan bobot tongkol yang lebih berat dibandingkan pengaruh tanpa pemangkasan daun. Panjang tongkol akan menentukan berat tongkol yang berkaitan erat dengan hasil bersih jagung manis. Semakin panjang tongkol akan semakin meningkat hasil bersih jagung manis, begitu juga dengan diameter tongkol. Berat tongkol ditentukan oleh panjang tongkol dan diameter tongkol. Semakin panjang tongkol dan semakin besar diameter tongkol akan mempengaruhi berat tongkol yang dihasilkan. Peningkatan berat tongkol berhubungan erat dengan besar fotosintat yang dialirkan ke bagian tongkol. Apabila transpor fotosintat kebagian tongkol tinggi maka akan semakin besar tongkol yang dihasilkan.Hal ini sesuai dengan Geiger (1987) distribusi asimilat pada tanaman dapat dipengaruhi oleh berkurangnya daun yang berfungsi sebagai source dalam distribusi hasil fotosintesis dan metabolisme. Perbedaan fase pertumbuhan tanaman pada saat tanaman didominasi oleh pertumbuhan vegetatif dan pada saat tanaman memasuki fase generatif turut mempengaruhi hasil asimilat.

(44)

pertambahan ukuran fisik tanaman, misalnya tinggi tanaman. Peningkatan pertumbuhan yang terjadi setelah pemangkasan menunjukkan bahwa dapat menekan pertumbuhan vegetatif tanaman. Jadi, pada kenyataannya pemangkasan merupakan proses pengkerdilan, walau bagian-bagian tanaman tertentu dapat bertambah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Harjadi (1989) yang menyatakan bahwa tujuan pemangkasan tanaman adalah untuk mengendalikan ukuran serta meningkatkan produksi dan mutu tanaman.

Interaksi Antara Pemberian Pupuk Anorganik Cair Dan Pemangkasan Daun Terhadap

Pertumbuhan Dan Produksi jagung manis(Zea mays Saccharata Sturt.)

(45)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pemberian pupuk anorganik cair berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman, umur berbunga, klorofil daun, umur panen, diameter tongkol, panjang tongkol, bobot tongkol, bobot biomassa dan indeks panen.

2. Ada peningkatan hasil produksi pada perlakuan 2cc/liter dan pada umur pemangkasan 45hst.

3. Interaksi antara pupuk anorganik cair dan pemangkasan berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter pengamatan.

Saran

(46)

DAFTAR PUSTAKA

Disnak-jatim, 2010. Memanfaatkan Jerami Jagung Sebagai Pakan Ternak. http://www.disnak-jatim.co.id [1 Februari 2011].

Gardner, F.P., R.B. Pearce dan R.L. Mitchell. 1991. Physiology of Crop Plants (Fisiologi Tanaman Budidaya, alih bahasa oleh Herawati Susilo). University of Indonesia Press, Jakarta.

Ginting, O. 1994. Pengaruh Pemangkasan Dini (Early Defoliation) Terhadap Produksi Beberapa Varietas Tanaman Jagung (Zea mays L.). Kultura No 131 tahun ke-xxv. Fakultas Pertanian USU. Medan

Ginting, S., R.K. Damanik., O. Ginting dan M.P.L. Tobing. 1995. Diktat Mata Kuliah Agronomi Tanaman Makanan I. Fakultas Pertanian USU. Medan

Denison, E. L. 1979. Principles of Horticulture Second Edition. The Macmillan Company. New York. 483 hal

Dickson, RE, Tomlinson PT, and Isebrands JG. 2000. Partitioning of Current Photosynthate to different chemical in leaves, stem and roots of nothern red oakseedling during episodic growth. Can. J. Of Forest Res. 30:1308-1317

Geiger, DR. 1987. Understanding interactions of source and sink regions of plants. Plant Physiol. Biochem. 26:483-492

Harjadi, S. S. 1989. Dasar-Dasar Hortikultura. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian-IPB. Bogor. 505 hal

Hudson, T.H and M.K. Anton. 1981. Plant Science Growth Development and Latilization at Cultivated Plant.Development of Environmental HorticultureUniversity of California Janick, J. 1972. Horticultural Science Second Edition. W.H. Freeman and Company. San

Fransisco. 586 hal

Kays, S. J. 1985. The phisiology of yield in the sweet potato. p79-174. In J. C. Bouwkamp (Ed). Sweet Potato product: A natural resource for the tropics. CRC Press, Inc. Boca Raton, Florida

Leonard, W.H. and J.H. Martin. 1963. Cereal Crops. New York, The Mc Millan Publ. Co. Inc. Dalam Sweet Corn Baby Corn. Penebar Swadaya. Jakarta

Lingga, P. 1993. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta

Lingga, P dan Marsono. 2007. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta

Muhadjir, S. 1988. Jagung. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor Nasaruddin, S. 2004. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta

(47)

Olasantan, F. O. And A. W. Salau.2008. Effect of Pruning on Growth, Leaf Yield and Pood Yields of Okra (Abelmoschus esculentus L.) Moench.). Journal of Agricultural Science. Vol 146: 93-102

Osman, F. 1996. Memupuk Padi dan Palawija. Penebar Swadaya. Jakarta Palungkun, R. 1995 Sweet Corn dan Baby Corn. Penebar Swadaya. Jakarta Prihmantoro, H. 1999. Memupuk Tanaman Sayur. Penebar Swadaya. Jakarta . 2005. Memupuk Tanaman Sayur. Penebar Swadaya. Jakarta

Purwono, M dan Hartono. 2007. Bertanam Jagung Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta

Rubatzky, V.E dan M. Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia 1. Institut Teknologi Bandung. Bandung

Rukmana, R. 2007. Usahatani Jagung. Kanisius, Yogyakarta.

Steel, R. G. D. Dan J. H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika (Pendekatan Biometrik) Penerjemah B. Sumantri. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Sukasman. 1988. Pemangkasan Pada Tanaman Teh Menghasilkan. Prosiding Pemangkasan Teh Gambung 12 Desember 1988. Hal 49-64

Suprapto, H. S. 2001. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya. Jakarta

Sutarno, H. 1982. Pengaruh Pemangkasa Terhadap Pertambahan Tunas Amaranthus tricolor L. Bul. Penel. Hort. IX (3):1-5

Sutedjo dan A. G. Kartasapoetra. 1994. Pupuk dan Cara Pemupukan. Bineka Aksara. Jakarta Tim Penulis PS. 1993. Sweet Corn – Baby Corn. Penebar Swadaya. Jakarta

Warisno. 1998. Budidaya Jagung Hibrida. Kanisius. Yogyakarta

Weaver, R. J. 1972. Plant Growth Substances in Agriculture. W. H. Freeman and Co. Ltd. San Fransisco. 594 hal

(48)

Lampiran 1. Deskripsi Jagung Manis Varietas Bonanza Asal : East West Seed Thailand Silsilah : G-126 (F) x G-133 (M) Golongan varietas : hibrida silang tunggal Bentuk tanaman : tegak

Tinggi tanaman : 220 – 250 cm Kekuatan akar pada tanaman dewasa : kuat

Ketahanan terhadap kerebahan : Tahan Bentuk penampang batang : bulat

Diameter batang : 2,0 – 3,0 cm Warna batang : hijau

Ruas pembuahan : 5 – 6 ruas

Bentuk daun : panjang agak tegak

Ukuran daun : panjang 85,0 – 95,0 cm, lebar 8,5 – 10,0 cm Tepi daun : rata

Bentuk ujung daun : lancip Warna daun : hijau tua Permukaan daun : berbulu

Bentuk malai (tassel) : tegak bersusun Warna malai (anther) : putih bening Warna rambut : hijau muda

Umur mulai keluar bunga betina : 55 – 60 hari setelah tanam Umur panen : 82 – 84 hari setelah tanam Bentuk tongkol : silindris

Ukuran tongkol : panjang 20 ,0 – 22,0 cm, diameter 5,3 – 5,5 cm Berat per tongkol dengan kelobot : 467 – 495 g

Berat per tongkol tanpa kelobot : 300 – 325 g Jumlah tongkol per tanaman : 1 – 2 tongkol Tinggi tongkol dari permukaan tanah : 80 – 115 cm Warna kelobot : hijau

Baris biji : rapat Warna biji : kuning Tekstur biji : halus Rasa biji : manis Kadar gula : 13 – 15o brix Jumlah baris biji : 16 – 18 baris Berat 1.000 biji : 175 – 200 g Daya simpan tongkol dengan kelobot

pada suhu kamar (siang 29 – 31oC,

malam 25 – 27oC) : 3 – 4 hari setelah panen Hasil tongkol dengan kelobot : 33,0 – 34,5 ton/ha

Jumlah populasi per hektar : 53.000 tanaman (2 benih per lubang) Kebutuhan benih per hektar : 9,4 – 10,6 g

Keterangan : beradaptasi dengan baik di dataran tinggi dengan altitude 900 – 1.200 m dpl

Pengusul : PT. East West Seed Indonesia

Peneliti : Jim Lothlop (East West Seed Thailand), Tukiman Misidi dan Abdul Kohar (PT. East West Seed Indonesia)

(49)

Lampiran 2. Bagan Penelitian

Ulangan I Ulangan II Ulangan III

300 cm 75 cm 150 cm 25 cm U

B T

S

P0M2

P1M1

P2M2

P1M0

P1M0

P1M2

P0M0

P3M0

P3M0

P0M0

P2M0

P3M1

P2M0

P3M1

P3M0

P0M1

P2M0

P2M1

P0M2

P3M1

P1M0

P2M1

P3M2

P2M2

P3M2

P2M2

P1M1

P0M0

P3M2

P0M1

(50)

X X X X

X X X X

X X X X

X X X X

X X X X

X X X X

Lampiran 3.Bagan satu plot dan pengambilan sampel

300 cm

37,5 cm 75 cm 12,5cm

150 cm

Ket. Sampel diambil secara acak lima tanaman dari setiap plot

(51)

No Kegiatan Minggu

ke-1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Persiapan Lahan X

2 Pengapuran

3 Persiapan Benih X

4 Pemupukan Dasar X

5 Penanaman X

6 Aplikasi Pupuk anorganik cair X X X X X

7 Pemangkasan Daun X X X

8 Pemeliharaan Tanaman

-Penyiraman X X X X X X X

-Penyisipan X

-Penjarangan X

-Pembumbunan X

-Penyiangan X X

-Pengendalian Penyakit X X

9 Pemanenan X

10 Pengamatan Parameter

- Tinggi Tanaman (cm) X X X X X X

- Umur Berbunga (hari) X

- Klorofil Daun (unit/6 mm3) X

- Umur Panen (hari) X

- Diameter Tongkol (cm) X

- Panjang Tongkol (cm) X

- Bobot Tongkol (g) X

- Bobot Biomassa (g) X

- Indeks Panen X

(52)

Lampiran 5. Kebutuhan Pupuk Dasar Urea

Luas plot : 3m x 1,5m = 4,5m2

Dosia Anjuran : 435 kg Urea / ha (Tim Penulis, 1995) : 435000 g/ha = x

10.000 4,5m2 X = 195,75g/plot

Diberikan 1/3 pada saat tanam = 195,75g/plot 3

= 65,25 g/plot

Diberikan 2/3 pada saat tanam = 2 X 195,75g/plot 3

(53)

Lampiran 8. Data Pengamatan Tinggi Tanaman Pada 2MST (cm)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

P0M0 27,88 29,76 28,1 85,74 28,58 P0M1 28,5 29,88 30,3 88,68 29,56 P0M2 26,46 29,64 28,32 84,42 28,14 P1M0 32,1 26,9 27,7 86,7 28,90 P1M1 28,14 28,9 29,32 86,36 28,79 P1M2 26,66 30,22 28,78 85,66 28,55 P2M0 24,6 27,86 25,56 78,02 26,01 P2M1 27,86 26,94 28,68 83,48 27,83 P2M2 28,34 27,96 29,06 85,36 28,45 P3M0 30,5 22,82 28,9 82,22 27,41 P3M1 25,06 29,42 26,92 81,4 27,13 P3M2 25,18 26,3 28,68 80,16 26,72 Total 331,28 336,6 340,32 1008,2 Rataan 27,61 28,05 28,36 28,01

Lampiran 9. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman Pada 2MST

Sumber db JK KT F F.05 Ket. Blok 2 3,44 1,72 0,45 3,44 tn Perlakuan 11 34,42 3,13 0,81 2,26 tn Pemangkasan 3 20,66 6,89 1,78 3,05 tn Pemupukan 2 2,21 1,11 0,29 3,44 tn Interaksi 6 11,55 1,93 0,50 2,55 tn

Error 22 84,91 3,86

(54)

Lampiran 10. Data Pengamatan Tinggi Tanaman Pada 3MST (cm) Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

P0M0 43,56 53,9 52,5 149,96 49,99 P0M1 50,28 54,78 54,98 160,04 53,35 P0M2 47,8 53,42 54,52 155,74 51,91 P1M0 38,26 51,58 49,12 138,96 46,32 P1M1 54,52 46,8 46,04 147,36 49,12 P1M2 60,98 48,9 51,22 161,1 53,70 P2M0 44,1 42,58 55,6 142,28 47,43 P2M1 47,82 50,6 47,28 145,7 48,57 P2M2 51,98 38,1 54,9 144,98 48,33 P3M0 58,18 40,2 44,98 143,36 47,79 P3M1 50,32 52,84 51,14 154,3 51,43 P3M2 42,1 49,86 41,44 133,4 44,47 Total 589,9 583,56 603,72 1777,18 Rataan 49,16 48,63 50,31 49,37

Lampiran 11. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman Pada 3MST

Sumber db JK KT F F.05 Ket. Blok 2 17,71 8,86 0,24 3,44 tn Perlakuan 11 261,28 23,75 0,65 2,26 tn Pemangkasan 3 85,92 28,64 0,79 3,05 tn Pemupukan 2 45,93 22,97 0,63 3,44 tn Interaksi 6 129,42 21,57 0,59 2,55 tn Error 22 801,48 36,43

Total 35 1080,47 Keterangan : tn = tidak nyata

(55)

Lampiran 12. Data Pengamatan Tinggi Tanaman Pada 4MST (cm)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

P0M0 73,71 85,24 86,9 245,85 81,95 P0M1 80,08 88,11 90,96 259,15 86,38 P0M2 82,6 86,9 89,5 259 86,33 P1M0 72,48 84,24 80,18 236,9 78,97 P1M1 86,36 79,2 79,23 244,79 81,60 P1M2 94,64 80,52 85,11 260,27 86,76 P2M0 84,62 75,8 91,2 251,62 83,87 P2M1 87,22 83,08 87,56 257,86 85,95 P2M2 90,7 70,7 89,6 251 83,67 P3M0 93,3 73,34 83,62 250,26 83,42 P3M1 89,78 85,11 84,98 259,87 86,62 P3M2 76,54 79,91 75,84 232,29 77,43 Total 1012,03 972,15 1024,68 3008,86 Rataan 84,34 81,01 85,39 83,58

Lampiran 13. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman Pada 4MST

Sumber db JK KT F F.05 Ket. Blok 2 125,27 62,64 1,56 3,44 tn Perlakuan 11 318,72 28,97 0,72 2,26 tn Pemangkasan 3 45,37 15,12 0,38 3,05 tn Pemupukan 2 57,18 28,59 0,71 3,44 tn Interaksi 6 216,17 36,03 0,90 2,55 tn Error 22 883,39 40,15

Total 35 1327,39

(56)

Lampiran 14. Data Pengamatan Tinggi Tanaman Pada 5MST (cm)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

P0M0 104,7 125,76 128,11 358,57 119,52 P0M1 132,42 114,5 121,2 368,12 122,71 P0M2 136,98 127,88 131,56 396,42 132,14 P1M0 116,74 137,04 124,06 377,84 125,95 P1M1 114,72 129,96 129,86 374,54 124,85 P1M2 110,74 127,64 135,2 373,58 124,53 P2M0 126,74 105,38 106,8 338,92 112,97 P2M1 119,7 127,71 127,14 374,55 124,85 P2M2 110,66 128,54 111,21 350,41 116,80 P3M0 112,3 103,88 141,11 357,29 119,10 P3M1 115,46 125,86 126,62 367,94 122,65 P3M2 110,22 123,1 127,24 360,56 120,19 Total 1411,38 1477,25 1510,11 4398,74 Rataan 117,615 123,1042 125,8425 122,1872

Lampiran 15. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman Pada 5MST

Sumber db JK KT F F.05 Ket. Blok 2 421,28 210,64 1,99 3,44 tn Perlakuan 11 803,52 73,05 0,69 2,26 tn Pemangkasan 3 301,58 100,53 0,95 3,05 tn Pemupukan 2 142,07 71,04 0,67 3,44 tn Interaksi 6 359,87 59,98 0,57 2,55 tn Error 22 2325,52 105,71

Total 35 3550,33 Keterangan : tn = tidak nyata

(57)

Lampiran 16. Data Pengamatan Tinggi Tanaman Pada 6MST (cm) Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

P0M0 154,92 165,76 167,24 487,92 162,64 P0M1 176,96 159,44 168,11 504,51 168,17 P0M2 194,58 166,88 163,21 524,67 174,89 P1M0 157,4 182,17 174,55 514,12 171,37 P1M1 169,48 168,91 168,06 506,45 168,82 P1M2 160,54 171,14 166,2 497,88 165,96 P2M0 169,48 167,22 150,81 487,51 162,50 P2M1 205,2 145,37 169,14 519,71 173,24 P2M2 141,96 167,78 160,77 470,51 156,84 P3M0 152,82 169,53 174,18 496,53 165,51 P3M1 166,82 143,88 171,63 482,33 160,78 P3M2 161,68 166,86 169,34 497,88 165,96 Total 2011,84 1974,94 2003,24 5990,02 Rataan 167,65 164,58 166,94 166,39

Lampiran 17. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman Pada 6MST

Sumber db JK KT F F.05 Ket. Blok 2 62,12 31,06 0,16 3,44 tn Perlakuan 11 918,32 83,48 0,43 2,26 tn Pemangkasan 3 182,77 60,92 0,32 3,05 tn Pemupukan 2 34,30 17,15 0,09 3,44 tn Interaksi 6 701,25 116,87 0,60 2,55 tn Error 22 4251,25 193,24

Total 35 5231,69 Keterangan : tn = tidak nyata

(58)

Lampiran 18. Data Pengamatan Tinggi Tanaman Pada 7MST (cm) Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

P0M0 190,88 221,04 223,26 635,18 211,73 P0M1 215,88 227,02 218,4 661,3 220,43 P0M2 243,12 221,6 227,04 691,76 230,59 P1M0 202,44 216,64 245,48 664,56 221,52 P1M1 208,96 222,48 211,88 643,32 214,44 P1M2 206,72 208,86 232,2 647,78 215,93 P2M0 217,5 213,64 220,2 651,34 217,11 P2M1 234,76 181,88 231,04 647,68 215,89 P2M2 192,92 184 233,5 610,42 203,47 P3M0 199,92 214,92 209,04 623,88 207,96 P3M1 207,42 211,94 222,96 642,32 214,11 P3M2 202,9 220,92 211,18 635 211,67 Total 2523,42 2544,94 2686,18 7754,54 Rataan 210,285 212,0783 223,8483 215,4039

Lampiran 19. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman Pada 7MST

Sumber db JK KT F F.05 Ket. Blok 2 1302,85 651,43 3,05 3,44 tn Perlakuan 11 1573,51 143,05 0,67 2,26 tn Pemangkasan 3 556,03 185,34 0,87 3,05 tn Pemupukan 2 16,11 8,05 0,04 3,44 tn Interaksi 6 1001,38 166,90 0,78 2,55 tn Error 22 4693,81 213,35

Total 35 7570,17 Keterangan : tn = tidak nyata

(59)

Lampiran 20. Data Pengamatan Umur Berbunga (hari)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

P0M0 52 52 53 157 52,33 P0M1 52 52 52 156 52,00 P0M2 53 51 52 156 52,00 P1M0 51 52 52 155 51,67 P1M1 50 53 52 155 51,67 P1M2 52 52 52 156 52,00 P2M0 52 51 50 153 51,00 P2M1 52 51 51 154 51,33 P2M2 52 52 51 155 51,67 P3M0 51 52 50 153 51,00 P3M1 53 51 50 154 51,33 P3M2 50 51 51 152 50,67 Total 620 620 616 1856 Rataan 52 52 51 52

Lampiran 21. Daftar Sidik Ragam Umur Berbunga

Sumber db JK KT F F.05 Ket. Blok 2 0,89 0,44 0,55 3,44 tn Perlakuan 11 8,22 0,75 0,92 2,26 tn Pemangkasan 3 6,44 2,15 2,66 3,05 tn Pemupukan 2 0,06 0,03 0,03 3,44 tn Interaksi 6 1,72 0,29 0,36 2,55 tn Error 22 17,78 0,81

Total 35 26,89 Keterangan : tn = tidak nyata

(60)

Lampiran 22. Data Pengamatan Klorofil Daun (unit/6mm³)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

P0M0 55,6 56,26 53,9 165,76 55,25 P0M1 60,36 55,92 52,56 168,84 56,28 P0M2 57,8 58,42 52,78 169 56,33 P1M0 59,66 54,58 57,14 171,38 57,13 P1M1 58,32 58,26 53,94 170,52 56,84 P1M2 57,28 53,1 58,72 169,1 56,37 P2M0 61,26 61,08 52,76 175,1 58,37 P2M1 53,24 65,76 57,98 176,98 58,99 P2M2 59,24 58,96 58,92 177,12 59,04 P3M0 60,36 59,12 58,28 177,76 59,25 P3M1 59,14 55,9 65,52 180,56 60,19 P3M2 60,02 62,92 60,14 183,08 61,03 Total 702,28 700,28 682,64 2085,2 Rataan 58,52 58,36 56,89 57,92

Lampiran 23. Daftar Sidik Ragam Klorofil Daun

Sumber db JK KT F F.05 Ket. Blok 2 19,47 9,73 0,83 3,44 tn Perlakuan 11 107,10 9,74 0,83 2,26 tn Pemangkasan 3 98,42 32,81 2,79 3,05 tn Pemupukan 2 3,29 1,65 0,14 3,44 tn Interaksi 6 5,39 0,90 0,08 2,55 tn Error 22 258,44 11,75

Total 35 385,01 Keterangan : tn = tidak nyata

(61)

Lampiran 24. Data Pengamatan Umur Panen (hari)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

P0M0 70 69 71 210 70,00 P0M1 70 70 70 210 70,00 P0M2 71 69 70 210 70,00 P1M0 69 69 70 208 69,33 P1M1 68 71 70 209 69,67 P1M2 71 70 69 210 70,00 P2M0 69 69 70 208 69,33 P2M1 70 70 69 209 69,67 P2M2 69 70 69 208 69,33 P3M0 69 70 68 207 69,00 P3M1 69 69 68 206 68,67 P3M2 68 70 69 207 69,00 Total 833 836 833 2502 Rataan 69 70 69 70

Lampiran 25. Daftar Sidik Ragam Umur Panen

Sumber db JK KT F F.05 Ket. Blok 2 0,50 0,25 0,31 3,44 tn Perlakuan 11 7,00 0,64 0,80 2,26 tn Pemangkasan 3 5,89 1,96 2,47 3,05 tn Pemupukan 2 0,17 0,08 0,10 3,44 tn Interaksi 6 0,94 0,16 0,20 2,55 tn Error 22 17,50 0,80

Total 35 25,00 Keterangan : tn = tidak nyata

(62)

Lampiran 26. Data Pengamatan Diameter Tongkol (cm)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

P0M0 4,20 4,64 4,70 13,54 4,51 P0M1 4,61 4,53 4,57 13,71 4,57 P0M2 4,66 4,32 4,62 13,60 4,53 P1M0 4,59 4,41 4,58 13,58 4,53 P1M1 4,66 4,91 4,56 14,13 4,71 P1M2 4,82 4,71 4,61 14,14 4,71 P2M0 4,79 4,65 4,83 14,27 4,76 P2M1 4,49 4,71 4,79 13,99 4,66 P2M2 4,72 4,52 4,89 14,13 4,71 P3M0 4,65 4,71 4,88 14,24 4,75 P3M1 5,21 4,61 4,82 14,64 4,88 P3M2 4,87 4,43 4,68 13,98 4,66 Total 56,25 55,16 56,53 167,95 Rataan 4,69 4,60 4,71 4,67

Lampiran 27. Daftar Sidik Ragam Diameter Tongkol

Sumber db JK KT F F.05 Ket. Blok 2 0,09 0,04 1,39 3,44 tn Perlakuan 11 0,41 0,04 1,20 2,26 tn Pemangkasan 3 0,25 0,08 2,66 3,05 tn Pemupukan 2 0,03 0,02 0,50 3,44 tn Interaksi 6 0,13 0,02 0,70 2,55 tn Error 22 0,69 0,03

Total 35 1,19

(63)

Lampiran 28. Data Pengamatan Panjang Tongkol (cm)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

P0M0 21,86 19,16 20,46 61,48 20,49 P0M1 19,8 21,3 21,62 62,72 20,91 P0M2 20,54 20,46 20,98 61,98 20,66 P1M0 22,1 20,78 21,34 64,22 21,41 P1M1 18,76 22 21,96 62,72 20,91 P1M2 21,32 22,3 21,66 65,28 21,76 P2M0 23,11 22,36 21,89 67,36 22,45 P2M1 22,43 20,74 18,7 61,87 20,62 P2M2 20,98 21,1 21,62 63,7 21,23 P3M0 20,58 22,38 21,2 64,16 21,39 P3M1 20,84 22,84 21,92 65,6 21,87 P3M2 21,8 21,58 21,36 64,74 21,58 Total 254,12 257 254,71 765,83 Rataan 21,18 21,42 21,23 21,27

Lampiran 29. Daftar Sidik Ragam Panjang Tongkol

Sumber db JK KT F F.05 Ket. Blok 2 0,39 0,19 0,17 3,44 tn Perlakuan 11 11,35 1,03 0,90 2,26 tn Pemangkasan 3 4,43 1,48 1,28 3,05 tn Pemupukan 2 0,80 0,40 0,35 3,44 tn Interaksi 6 6,13 1,02 0,89 2,55 tn Error 22 25,33 1,15

Total 35 37,07 Keterangan : tn = tidak nyata

(64)

Lampiran 30. Data Pengamatan Berat Tongkol (g)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

P0M0 233 232 285 750 250,00 P0M1 259 284 295 838 279,33 P0M2 284 281 236 801 267,00 P1M0 267 290 278 835 278,33 P1M1 240 254 296 790 263,33 P1M2 294 258 310 862 287,33 P2M0 284 283 279 846 282,00 P2M1 296 268 258 822 274,00 P2M2 293 275 269 837 279,00 P3M0 295 242 244 781 260,33 P3M1 352 282 293 927 309,00 P3M2 277 266 272 815 271,67 Total 3374 3215 3315 9904 Rataan 281,17 267,92 276,25 275,11

Lampiran 31. Daftar Sidik Ragam Berat Tongkol

Sumber db JK KT F F.05 Ket. Blok 2 1076,72 538,36 0,98 3,44 tn Perlakuan 11 7365,56 669,60 1,22 2,26 tn Pemangkasan 3 1193,33 397,78 0,72 3,05 tn Pemupukan 2 1157,72 578,86 1,05 3,44 tn Interaksi 6 5014,50 835,75 1,52 2,55 tn Error 22 12071,28 548,69

Total 35 20513,56 Keterangan : tn = tidak nyata

(65)

Lampiran 32. Data Pengamatan Bobot Biomassa (g)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

P0M0 720 630 500 1850 616,67 P0M1 640 700 690 2030 676,67 P0M2 560 790 750 2100 700,00 P1M0 860 700 660 2220 740,00 P1M1 840 610 700 2150 716,67 P1M2 880 690 850 2420 806,67 P2M0 700 860 690 2250 750,00 P2M1 660 760 950 2370 790,00 P2M2 780 800 700 2280 760,00 P3M0 680 590 910 2180 726,67 P3M1 930 860 810 2600 866,67 P3M2 740 790 770 2300 766,67 Total 8990 8780 8980 26750 Rataan 749 732 748 743

Lampiran 33. Daftar Sidik Ragam Bobot Biomassa

Sumber db JK KT F F.05 Ket. Blok 2 2338,89 1169,44 0,10 3,44 tn Perlakuan 11 136897,22 12445,20 1,07 2,26 tn Pemangkasan 3 78919,44 26306,48 2,27 3,05 tn Pemupukan 2 21805,56 10902,78 0,94 3,44 tn Interaksi 6 36172,22 6028,70 0,52 2,55 tn Error 22 254727,78 11578,54

Total 35 393963,89 Keterangan :

Gambar

Tabel 1.  Rataan tinggi tanaman (cm) pada berbagai dosis pupuk anorganik cair  dan pemangkasan pada umur  7 MST
Tabel 2.  Rataan umur berbunga tanaman (cm) pada berbagai dosis pupuk anorganik cair  dan pemangkasan
Tabel 4.  Rataan umur panen tanaman (cm) pada berbagai dosis pupuk anorganik cair  dan pemangkasan
Tabel 5.  Rataan diameter tongkol tanaman (cm) pada berbagai dosis pupuk anorganik cair  dan pemangkasan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pemberian pupuk anorganik nyata meningkatkan tinggi tanaman 6 MST, jumlah cabang 6 MST, umur berbunga, umur panen, bobot segar akar, bobot kering akar, bobot segar tajuk, bobot

Berdasarkan hasil analisis ragam (Tabel 1) terlihat bahwa perlakuan dosis pupuk secara signifikan mempengaruhi tinggi tanaman, lebar daun, dan kandungan klorofil

Dari analisa ragam dapat dijelaskan bahwa pada perlakuan pupuk anorganik pengamatan diameter tongkol antar perlakuan tidak berbeda nyata, hal ini diduga pH tanah

Dari hasil analisis data parameter diameter tongkol, berat tongkol pertanaman dan berat tongkol per plot menunjukkan pengaruh nyata, tetapi pada parameter tersebut

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) dosis pupuk cair bio-slurry 25 dan 75 l/ha berpengaruh terhadap panjang tongkol, namun belum mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil,

Bobot segar tongkol tanpa klobot yang dihasilkan tanaman jagung manis perlakuanjarak tanamdan dosis pupuk menghasilkan bobot segar tongkol tanpa klobot yang

Perlakuan pengelolaan pupuk dengan pupuk organik dan anorganik pada tanaman Jagung Manado Kuning, tidak berpengaruh yang nyata terhadap panjang tongkol, diameter tongkol

Berdasarkan hasil penelitian, bobot kering total tanaman jagung manis pada perlakuan pupuk organik cair dengan dosis 400 ml petak -1 memiliki bobot kering total