• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENAMBAHAN VITAMIN C PADA PAKAN BUATAN TERHADAP IMUNITAS IKAN PATIN (Pangasianodon hyphopthalmus) YANG DIINFEKSI DENGAN Aeromonas hydrophila

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENAMBAHAN VITAMIN C PADA PAKAN BUATAN TERHADAP IMUNITAS IKAN PATIN (Pangasianodon hyphopthalmus) YANG DIINFEKSI DENGAN Aeromonas hydrophila"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

EFFECT OF DIETARY VITAMIN C ADDITION FOR CATFISH (Pangasianodon hyphopthalmus) IMMUNITY THAT INFECTED BY

Aeromonas hydrophila

By

M. HASYIM ASHARI

Catfish is one freshwater fish species economically that is now being cultivated by fish farmers in Indonesia. One of the constraints of the catfish farming is a disease caused by Aeromonas hydrophila. The use of the addition of vitamin C in the study to prevent bone deformities, improve growth, preventing the negative effects of environmental disturbance or stress, accelerate wound healing and enhance natural immunity against bacterial infections. The purpose of this study was to determine effect of adding vitamin C in the dietary made from velvet bean meal surly toward survival in catfish. The model used is the RAL design with the addition of Vitamin C treatment (0 g / kg of feed, 0.5 g / kg of feed; 1 g / kg of feed, 1.5 g / kg of feed and 2 g / kg of feed), which maintained a solid stocking 10 fish / aquarium for 21 days. The results showed that the addition of Vitamin C in the diet significantly influenced survival catfish. The best dose of Vitamin C in the addition of feed to produce a survival rate, the highest is 1 gram / kg of feed.

(2)

ABSTRAK

PENGARUH PENAMBAHAN VITAMIN C PADA PAKAN BUATAN TERHADAP IMUNITAS IKAN PATIN (Pangasianodon hyphopthalmus) YANG DIINFEKSI DENGAN Aeromonas hydrophila

Oleh

M. HASYIM ASHARI

Ikan patin adalah salah satu jenis ikan ekonomis air tawar yang kini banyak dibudidayakan oleh petani ikan di Indonesia. Salah satu kendala budidaya ikan patin adalah penyakit yang disebabkan bakteri Aeromonas hydrophila. Penggunaan penambahan vitamin C dalam penelitian untuk mencegah kelainan bentuk tulang, meningkatkan pertumbuhan, mencegah pengaruh negatif dari gangguan lingkungan atau stress, mempercepat penyembuhan luka dan meningkatkan kekebalan alami melawan infeksi bakteri. Tujuan dari penelitian adalah mengetahui pengaruh penambahan vitamin C di dalam pakan buatan yang berbahan baku tepung biji koro benguk terhadap sintasan pada ikan patin. Model rancangan yang digunakan adalah RAL dengan perlakuan penambahan Vitamin C (0 gram/kg pakan; 0,5 gram/kg pakan; 1 gram/kg pakan; 1,5 gram/kg pakan dan 2 gram/kg pakan) yang dipelihara dengan padat tebar 10 ekor/akuarium selama 21 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan Vitamin C dalam pakan berpengaruh nyata terhadap sintasan ikan patin. Dosis terbaik penambahan Vitamin C dalam pakan untuk menghasilkan sintasan (Survival Rate) tertinggi adalah 1 gram/kg pakan.

(3)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ikan patin (Pangasianodon hyphophthalmus) adalah salah satu jenis ikan ekonomis air tawar yang kini banyak dibudidayakan oleh petani ikan di Indonesia. Patin menjadi ikan ekonomis sudah sejak lama, terutama di Sumatera dan Kalimantan. Ikan yang dagingnya lezat dan gurih serta ukuran yang cukup besar ini hidup di sungai dan danau Kalimantan, Sumatera, dan Jawa (Kordi, 2005).

(4)

2 Salah satu bahan baku yang sering digunakan dalam formulasi pakan ikan adalah tepung kedelai. Harga kedelai relatif mahal dikarenakan merupakan bahan baku impor. Untuk mengurangi ketergantungan terhadap tepung kedelai dalam pemakaian formulasi pakan, maka perlu dicari alternatif sumber bahan baku lokal yang mudah diperoleh, ketersediaan berkesinambungan dan mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi.

(5)

3 Kendala lain yang muncul pada budidaya ikan adalah timbulnya penyakit. Penyakit yang menyerang ikan tropis air tawar umumnya adalah bakteri. Penyakit akibat infeksi bakteri di Indonesia ternyata dapat mengakibatkan kematian sekitar 50-100% (Supriyadi dan Taufik, 1981; Supriyadi dan Rukyani, 1990; Taufik, 1992). Salah satu bakteri yang menginfeksi ikan patin adalah Aeromonas hydrophila.

Untuk mengatasi permasalahan akibat serangan agen patogenik pada ikan, para petani maupun pengusaha ikan banyak menggunakan berbagai bahan-bahan kimia maupun antibiotik dalam pengendalian penyakit tersebut. Namun, penggunaan bahan kimia dan antibiotik secara terus menerus dengan dosis yang kurang tepat, dapat menimbulkan strain bakteri yang resisten dan bahaya yang ditimbulkan terhadap lingkungan sekitarnya (Mariyono dan Sudana, 2002). Oleh karena itu, diperlukan solusi alternatif untuk mengurangi penggunaan antibiotik dan bahan kimia. Sebaiknya dipilih cara yang dapat meningkatkan ketahanan tubuh ikan secara efektif tetapi biayanya murah, mudah didapat, ramah terhadap lingkungan dan tidak menyebabkan resistensi terhadap bakteri.

(6)

4 mempercepat penyembuhan luka dan meningkatkan kekebalan alami melawan infeksi bakteri (Navarre dan Havler, 1998).

Dengan pertimbangan di atas, maka perlu adanya pengkajian penambahan vitamin C dalam formulasi pakan yang berbasis biji koro benguk yang dapat meningkatkan sintasan pada ikan patin.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan vitamin C di dalam pakan buatan yang berbahan baku tepung biji koro benguk terhadap imunitas ikan patin (Pangasianodon hyphophthalmus).

C. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi ilmiah mengenai manfaat penambahan vitamin C di dalam pakan buatan yang berbahan baku tepung biji koro benguk terhadap imunitas ikan patin (Pangasianodon hyphophthalmus).

D. Kerangka Pemikiran

(7)

5 Tingginya harga pakan buatan diakibatkan mahalnya harga bahan pakan, salah satunya adalah bahan baku berupa tepung kedelai. Untuk menanggulangi masalah tersebut maka perlu adanya pemanfaatan bahan lain yang dapat menggantikan ataupun mengurangi penggunaan tepung kedelai dalam pakan buatan. Bahan tersebut harus memiliki kondisi nutrisi yang tidak jauh berbeda dengan kandungan tepung kedelai.

Salah satu bahan baku lokal yang memiliki kandungan nutrient yang tidak jauh berbeda dengan tepung kedelai yaitu tepung biji koro benguk. Mengacu pada penelitian sebelumnya (Veroka, 2010) bahwa tepung biji koro benguk dapat menggantikan tepung kedelai sebesar 75%. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan sehingga formulasi subtitusi tepung kedelai terhadap tepung biji koro benguk yang diberikan hanya menggunakan satu perlakuan.

(8)

6 Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pertahanan tubuh ikan patin adalah dengan penambahan vitamin C pada pakan. Vitamin C atau yang biasa disebut asam askorbat sudah lama dikenal dapat digunakan sebagai suplemen yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh khususnya dalam kondisi ikan stress (Masumoto et al, 1992).

Vitamin C diketahui dapat meningkatkan ketahanan tubuh ikan dengan cara membantu memelihara fungsi sel-sel fagosit melalui peningkatan kegiatan kemotaktik neutrofil dan makrofag serta mobilitas fagosit yang secara keseluruhan berpengaruh langsung terhadap pembentukan sel-sel fagosit (Nuranto, 1991). Vitamin C juga berperan dalam sintesa protein yang diperlukan dalam pembentukan respon imun.

(9)

7

[image:9.595.122.505.91.553.2]

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Usaha Budidaya Ikan Patin

Timbulnya penyakit (serangan bakteri A. hydrophila)

Meningkatkan pertahanan tubuh pada ikan

Vitamin C +

Pakan Biji Koro Benguk

Meningkatkan sistem imun ikan

Hasil panen tinggi Sintasan tinggi

Bahan imunostimulan

(10)

8

E. Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

H0 = τi = 0 : pada selang kepercayaan 95%, tidak ada pengaruh penambahan vitamin C di dalam pakan buatan yang berbahan baku tepung biji koro benguk (Mucuna pruriens) terhadap imunitas ikan patin (Pangasianodon hyphophthalmus).

(11)

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Biologi Ikan Patin

1. Klasifikasi dan Morfologi

Klasifikasi ikan patin menurut Rainboth (1996) dalam Savela (2004), adalah sebagai berikut :

Filum : Chordata Kelas : Pisces Subkelas : Teleostei Ordo : Ostariophysi Subordo : Siluroidea Family : Pangasidae Genus : Pangasionodon

Spesies : Pangasionodon hypophthalmus

Mulut Sirip punggung Sirip lemak Sirip ekor

Mata

[image:11.595.117.508.331.727.2]

Sirip dada Sirip perut Sirip dubur

(12)

10 Ikan patin mempunyai sirip punggung 1 jari-jari keras yang berubah menjadi patil yang besar dan bergerigi dibelakangnya, sedangkan jari-jari lunak 6-7 buah. Pada permukaan punggung terdapat sirip lemak yang ukurannya sangat kecil. Sirip dubur agak panjang dan mempunyai 30-33 jari-jari lunak. Sirip perut terdapat 6 jari-jari lunak. Sedangkan sirip dada terdapat 1 jari-jari keras yang berubah menjadi patil dan 12-13 jari-jari lunak. Sirip ekor bercagak dan bentuknya simetris (Ghufran, 2005).

Ikan patin mempunyai bentuk tubuh memanjang, agak pipih, tidak bersisik, kepala kecil, mata kecil, serta mulut diujung kepala dan lebar. Panjang tubuh ikan patin dapat mencapai ukuran 120 cm. Warna tubuh ikan patin pada bagian punggung keabu-abuan atau kebiru-biruan dan bagian perut putih keperak-perakan (Susanto dan Khairul, 2007).

2. Habitat

(13)

11

3. Pakan dan Kebiasaan Makan

Ikan patin merupakan jenis ikan omnivora (pemakan segala, hewan dan tumbuhan) dan cenderung bersifat karnivora (pemakan hewan). Di alam, ikan patin memakan ikan-ikan kecil, cacing, detritus, serangga, biji-bijian, potongan daun tumbuh-tumbuhan, rumput-rumputan, udang-udang kecil dan moluska. Dalam pemeliharaannya ikan patin dapat diberi pakan buatan (artificial foods), yaitu berupa pelet (Ghufron, 2005).

Makanan ikan patin berubah sejalan dengan pertambahan umur dan perkembangannya. Benih ikan patin yang berumur 20 hari sanggup memakan plankton (pakan alami) berukuran 0,5 – 2,0 mm. Benih yang cukup besar atau benih tua mulai menyantap makanan alami yang berukuran lebih besar, misalnya Paramecium, naupli Artemia, Cladocera, Sida sp., Diaphanasoma sp., Dapnia sp., Moina sp., Bosmina sp., Chidorus sp., dan Copepoda. (Usniarie, 2008).

B. Aeromonas hydrophila

Berikut adalah klasifikasi Aeromonas hydrophila (Seshadri et al., 2006): Filum : Prokaryota

Kingdom : Bacteria Kelas : Proteobacteria Ordo : Aeromonadales Family : Aeromonadaceae Genus : Aeromonas

(14)
[image:14.595.117.513.90.278.2]

12 http://www.microbiologyatlas.kvl.dk

Gambar 3. Aeromonas hydrophila

A. hydrophila biasanya berukuran 0,7-1,8 x 1,0-1,5 µm, bersifat motil dengan flagella tunggal di salah satu ujungnya, memiliki badan nukleus, ribosom, mesosom, dan dinding sel, berbentuk batang sampai dengan kokus dengan ujung membulat, fakultatif anaerob dan bersifat mesofilik dengan suhu optimum 20-30ºC (Ghufran, 2004). A. hydrophila bersifat gram negatif, motil, berbentuk batang pendek, tidak berspora, umum terdapat di perairan tawar, tetapi mampu menyebabkan penyakit pada beberapa jenis ikan air payau (Zauhari, 2006).

(15)

13 Ikan yang terserang bakteri A. hydrophila akan memperlihatkan gejala-gejala seperti warna tubuh gelap, mata rusak dan agak menonjol, sisik terkelupas, seluruh siripnya rusak, insang berwarna merah keputihan, sulit bernafas, kulit menjadi kasat dan timbul pendarahan yang selanjutnya diikuti dengan luka-luka borok, perut kembung dan bila dibedah akan terlihat pendarahan pada hati, ginjal dan limfa (Kordi, 2005).

C.Vitamin C

Vitamin C adalah nutrien yang dibutuhkan untuk proses fisiologis hewan, termasuk ikan dan merupakan nutrien esensial. Vitamin C merupakan senyawa yang mudah larut dalam air dan merupakan unsur yang ditambahkan dalam pakan. Hal ini disebabkan karena ikan tidak mampu mensintesis vitamin C di dalam tubuhnya (Masumoto et al. 1991)

Kebutuhan vitamin pada umumnya didasarkan pada tingkat minimum tetapi dapat mendukung pertumbuhan maksimum, atau untuk mencegah gejala-gejala defisiensi. Terjadinya gejala defisiensi vitamin C pada ikan disebabkan kurang tersedianya senyawa ini dalam pakan yang diberikan (Robinson, 1984).

Besarnya kebutuhan vitamin C dipengaruhi oleh laju pertumbuhan, tahap kematangan gonad, formulasi pakan, penyakit dan stress, serta kondisi lingkungan (Robinson, 1984). Sehingga dibutuhkan sumber vitamin C dari luar untuk pertumbuhan normal.

(16)

14 al. (1991), vitamin C sangat penting dalam meningkatkan ketahanan tubuh karena vitamin C berperan menjaga bentuk reduksi ion Cu sebagai kofaktor yang dibutuhkan oleh enzim dopamin beta-hydroxylase dan menekan produksi non adrenalin dan adrenalin pada proses cathecholamine (memacu produksi glukosa darah untuk dipakai sebagai energi).

Vitamin C dapat meningkatkan ketahanan tubuh ikan dengan cara membantu memelihara fungsi sel-sel fagosit melalui peningkatan kegiatan kemotaktik neutrofil dan makrofag serta mobilitas fagosit dan kegiatan tersebut berpengaruh langsung terhadap pembentukan sel-sel fagosit (Nuranto, 1991). Selain itu vitamin C juga berperan dalam sintesa protein yang diperlukan dalam pembentukan respon imun.

(17)

15

D. Imunitas

Imunitas merupakan suatu kemampuan tubuh untuk melawan hampir semua organisme atau patogen yang cenderung merusak jaringan dan organ tubuh. Suatu kemampuan tubuh untuk membentuk imunitas spesifik yang sangat kuat untuk melawan agen penyerbu yang bersifat mematikan seperti bakteri, virus, toksin dan bahkan jaringan asing yang berasal dari organisme lain. Imunitas dapat dihasilkan oleh sistem imun khusus yang membentuk antibodi dan mengaktifkan limposit yang mampu menyerang dan menghancurkan organisme spesifik atau toksin (Guyton, 1997).

Sistem imun pada ikan umumnya hampir sama dengan hewan vertebrata lain, perbedaannya hanya terletak pada organ pembentuknya, proses pembentukan, serta jenis dan komponen imunnya. Sistem ini sangat tergantung pada suhu dan dipengaruhi faktor lingkungan. Organ pembentuk respon imun dan darah dikenal sebagai organ limphomieloid karena jaringan lymphoid dan myeloid bergabung menjadi satu. Jaringan tersebut terutama terbentuk dari jaringan granulopoietik yang kaya dengan enzim lisozim yang diduga mempunyai peran penting dalam reaksi kekebalan tubuh. Pada ikan, jaringan pembentuk darah terdapat dalam stroma limpa dan intersitium ginjal. Selain itu juga dibagian tepi hati dan submukosa usus (Angka et al, 1990).

(18)

16 menghadapi serangan berbagai mikroorganisme, walaupun tubuh tidak pernah terpapar sebelumnya (Bratawidjaja, 2000; Kresno, 1996).

E.Sel Darah

Darah tersusun atas sel darah dan plasma darah. Sel darah terdiri dari sel darah merah (eritrosit) dan sel darah putih (leukosit). Volume darah pada ikan lebih sedikit dibandingkan dengan vertebrata yang lain, yaitu sekitar 5% dari berat tubuhnya (Angka et al, 1990). Darah mengalami perubahan-perubahan yang sangat serius khususnya bila terkena infeksi oleh bakteri, dalam hal ini Bacterial Haemorragic Septicemia (Amlachler, 1970; Snieszko et al, 1971; Lesmanawati, 2006).

(19)

17

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai dengan November 2011, bertempat di Laboratorium Basah Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

B. Alat dan Bahan Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : akuarium ukuran 60 cm x 40 cm x 40 cm sebanyak 15 buah, ember, serokan, peralatan aerasi, selang sipon, ember, scoopnet, baskom, timbangan digital, alat semprot (sprayer), kertas label, nampan, jarum suntik (spuit) 1 cc 23G, tabung eppendorf 1,5 ml, sarung tangan, masker, handuk bersih, mikropipet, tabung reaksi, labu erlenmeyer, cawan petri, jarum ose, bunsen, hemositometer, kaca obyek, kaca penutup, spektrofotometer, vortex, hot plate stirrer, mikroskop, autoclave, kertas kopi, plastik tahan panas, thermometer, pH meter, dan DO meter. (Lampiran 1.)

(20)

18 biakan bakteri A. hydrophila, media TSA, media TSB, alkohol 70%, larutan EDTA 10%, methanol, larutan Turk (larutan asam asetat glacial 96%+larutan gentian violet 1%+aquades), giemsa, aquades, garam, dan minyak imersi.

C. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lima perlakuan dan tiga kali ulangan. Perlakuan yang digunakan adalah sebagai berikut :

Perlakuan A : Tanpa penambahan vitamin C (kontrol).

Perlakuan B : Penambahan vitamin C dengan dosis 0,5 g/kg pakan. Perlakuan C : Penambahan vitamin C dengan dosis 1 g/kg pakan. Perlakuan D : Penambahan vitamin C dengan dosis 1,5 g/kg pakan. Perlakuan E : Penambahan vitamin C dengan dosis 2 g/kg pakan.

(21)
[image:21.595.113.515.99.306.2]

19 Tabel 1. Bahan Baku Formulasi Pakan

Bahan Pakan

Perlakuan (gram/ 1 Kg pakan) A

(kontrol)

B C D E

Tepung ikan 300 300 300 300 300

Tepung biji koro benguk 262,5 262,5 262,5 262,5 262,5

Tepung kedelai 87,5 87,5 87,5 87,5 87,5

Vitamin C 0 0,5 1 1,5 2

Tepung jagung 200 200 200 200 200

Minyak jagung 30 30 30 30 30

Minyak ikan 30 30 30 30 30

Premix 20 20 20 20 20

Tepung tapioka 70 70 70 70 70

Jumlah 1000 1000,5 1001 1001,5 1002

Model linear Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang digunakan adalah sebagai berikut :

Yij = µ + τi + εij

Keterangan :

I = Perlakuan A, B, C, D dan E

J = Ulangan 1, 2, 3

Yij = Nilai pengamatan dari pemberian pakan dengan persentase Vitamin C yang berbeda ke-i terhadap imunitas ikan patin pada ulangan ke-j

µ = Nilai tengah pengamatan

τi = Pengaruh pemberian pakan dengan persentase vitamin C yang

berbeda ke-i terhadap imunitas ikan patin.

εij = Pengaruh galat percobaan pada pemberian pakan dengan

(22)

20 Uji F digunakan untuk menguji perbedaan antar perlakuan digunakan pada taraf kepercayaan 95% pada penelitian ini dan akan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) jika perlakuan berbeda nyata (Steel dan Torrie, 1991).

D. Prosedur Penelitian

1. Persiapan

1.a. Pembuatan Pakan

Pembuatan tepung biji koro benguk meliputi : biji koro benguk kering direndam, dicuci hingga bersih, dijemur pada panas matahari selama 2 hari, kemudian digiling. Pembuatan pakan meliputi : Semua bahan baku dicampur lalu diaduk kemudian dicetak dan selanjutnya dikeringkan sehingga menjadi pelet yang siap diberikan pada ikan patin (Lampiran 3.).

1.b. Pengadaan Pakan Vitamin C

Pakan yang telah jadi ditimbang dengan menggunakan timbangan digital. Vitamin C diencerkan dengan menggunakan air dan disemprotkan ke pakan sesuai dosis perlakuan, selanjutnya dikeringanginkan selama 2 jam (Lampiran 4.)

1.c. Sterilisasi Alat dan Bahan

(23)

21

1.d. Persiapan Wadah dan Ikan Uji

Ikan uji yang digunakan dalam penelitian adalah ikan patin ukuran 10-15 cm dengan berat sekitar 7-8 gr yang berasal dari satu tempat budidaya. Ikan uji direndam terlebih dahulu dalam larutan garam dengan konsentrasi 5 ppm selama 5 menit sebelum dimasukkan dalam akuarium pemeliharaan. Perendaman bertujuan untuk mengurangi stres serta melepaskan ektoparasit yang menempel.

Akuarium yang digunakan berukuran 60x40x40 cm3 dengan ketinggian air 30 cm dan diaerasi kuat selama 24 jam. Sebelum digunakan, akuarium dicuci dengan sabun dan didesinfeksi menggunakan Chlorin kemudian dikeringkan lalu dibilas hingga air bersih. Ikan uji ditebar sebanyak 10 ekor untuk setiap akuarium. Penentuan perlakuan pada masing-masing akuarium dilakukan secara acak.

2. Pelaksanaan Penelitian

2.a. Uji LD50

Uji LD50 dilakukan untuk mengetahui konsenterasi bakteri yang dapat menyebabkan kematian ikan uji sebanyak 50% dari populasi awal. Konsentrasi bakteri yang diperoleh akan digunakan pada uji tantang.

(24)

22 selama 7 hari dengan menghitung jumlah ikan yang mati. Penghitungan LD50 menurut Lesmanawati (2006):

Kematian di atas 50% - 50 Selang proporsi =

Kematian di atas 50% - kematian di bawah 50% Log negatif LD50 = Log negatif konsentrasi di atas 50% + selang proporsi

2.b. Pemberian Pakan Vitamin C

Ikan uji diadaptasi terlebih dahulu selama 7 hari sebelum perlakuan dan diberi pakan komersil tanpa penambahan vitamin C kemudian dipelihara selama 21 hari untuk setiap perlakuan dengan frekuensi pemberian pakan sebanyak 2 kali sehari pukul 08.00 dan 16.00 WIB disesuaikan dengan feeding rate (FR) 3% dari bobot ikan patin.

2.c. Uji Tantang

Uji tantang dilakukan pada hari ke-15, ikan yang diberi pakan Vitamin C dan kontrol disuntikkan bakteri A. hydrophila dengan konsentrasi kepadatan yang dihasilkan dari uji LD50 sebanyak 0,1 ml/ekor secara intramuscular. Pengamatan dilakukan selama seminggu yaitu hari ke-15 sampai ke-21 dengan menghitung mortalitas ikan, kemudian dihitung sintasannya.

3. Pengumpulan Data

(25)

23

3.a. Sintasan

Sintasan adalah jumlah ikan patin yang hidup dibandingkan dengan jumlah ikan patin pada saat awal tebar dan dikalikan dengan 100%. Sintasan digunakan untuk mengetahui berapa besar persentase ikan yang hidup selama proses penelitian. Menurut Effendie (1997), Sintasan dapat dinyatakan dengan rumus :

SR = Nt x 100% No

Keterangan : SR : Sintasan

Nt : Jumlah ikan pada akhir penelitian N0 : Jumlah ikan pada awal penelitian

3.b. Perhitungan Total Leukosit (Blaxhall and Daisley, 1973):

1. Bilik hitung haemocytometer dan kaca penutupnya dibersihkan dengan etanol, kemudian kaca penutup dipasang pada haemocytometer.

2. Sampel darah dihisap dengan pipet berskala sampai 0,5 dilanjutkan dengan menghisap larutan turk (acetic acid glasial 1-1,5 ml; gentian violet 0,1 gr; aquades 100 ml) sampai skala 11 (pengenceran 1:20), kemudian digoyangkan selama 3 menit agar bercampur homogen.

(26)

24 4. Bilik hitung tersebut diletakkan di bawah mikroskop menggunakan

pembesaran lemah.

5. Penghitungan dilakukan pada 4 kotak besar haemocytometer.

3.c. Kualitas Air

Untuk menjaga kualitas air selama penilitian dilakukan penyiponan dan pergantian air sebanyak 20% dari volume air setiap hari. Parameter kualitas air yang diukur adalah suhu, DO dan pH. Pengukuran kualitas air tersebut dilakukan dua kali sehari pada pagi dan sore hari, mulai dari masa pemeliharaan sampai masa pengamatan kegiatan penelitian berlangsung.

4. Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian dianalisis dengan menggunakan Analisis Ragam pada selang kepercayaan 95%. Apabila dalam analisis didapat hasil yang berbeda nyata, maka dilakukan uji lanjut dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada selang kepercayaan 95%.

(27)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Adapun simpulan yang diperoleh adalah adanya pengaruh penambahan Vitamin C terhadap peningkatan sistem imun ikan patin yang diuji tantang dengan A. hydrophilla yang ditandai dengan peningkatan total leukosit tertinggi pada perlakuan C (penambahan Vitamin C 1 gram/Kg pakan).

B. Saran

(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pemikiran ... 7

2. Ikan Patin ... 9

3. Aeromonas Hydrophla ... 12

4. Leukosit pada pengamatan dengan perbesaran 10x ... 26

5. Pengamatan Total Leukosit ... 30

(38)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 4

C. Manfaat Penelitian ... 4

D. Kerangka Pemikiran ... 4

E. Hipotesis ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A.Biologi Ikan Patin (Pangasionodon hypophthalmus) ... 9

1. Klasifikasi dan Morfologi ... 9

2. Habitat ... 10

3. Pakan dan Kebiasaan Makan ... 11

B. Aeromonas hydrophila ... 11

C.Vitamin C ... 13

D.Imunitas ... 15

E. Sel Darah ... 16

III. METODE PENELITIAN ... 17

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 17

B. Alat dan Bahan Penelitian ... 17

C. Rancangan Penelitian ... 18

D. Prosedur Penelitian ... 20

1. Persiapan Penelitian ... 20

1.a. Pembuatan Pakan... 20

1.b. Pengadaan Pakan Vitamin C ... 20

(39)

1.d. Persiapan Wadah dan Ikan Uji ... 21

2. Pelaksanaan Penelitian ... 21

2.a. Uji LD50 ... 21

2.b. Pemberian Pakan Vitamin C ... 22

2.c. Uji Tantang ... 22

3. Pengumpulan Data ... 22

3.a. Sintasan ... 23

3.b. Perhitungan Total Leukosit ... 23

3.c. Kualitas Air ... 24

4. Analisis Data ... 24

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

A. Uji LD50 ... 25

B. Pemeriksaan Darah (Total Leukosit) ... 26

C. Sintasan atau SR (Survival Rate) ... 31

D. Kualitas Air ... 32

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 34

A. Simpulan ... 34

B. Saran ... 34

DAFTAR PUSTAKA ... 35

(40)

36

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto dan Liviawaty, 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 89 halaman.

Amlacher. E. 1970. Textbook of Fish Disease. Conroy D. A, R. L. Herman (ed) TFH Publ. Neptune. New York 302p.

Anderson. 1992. Immunostimulants, Ajduvants and Vaccine Carrier in Fish: Application to Aquaculture. Ann. Rev. Fish Dis 2: 281-307.

Angka, S. L, BP Priosoeryanto, BW. Lay dan E. Harris. 2004. Penyakit Motile Aeromonas Septicemia pada Ikan Lele Dumbo : Upaya Pencegahan dan Pengobatannya dengan Fitofarmaka. Forum pascasarjana. 27: 339-350

Asada, K. 1992. Ascorbate Peroxidase-Hydrogen Peroxydescavenging Enzyme in Plants.dalam: Physiologia Plantarum. 85:23241

Baisel, W. R. 1982. Single Nutriens and immunity. Am. J. Clin. Nutrition, 35(2):5-23.

Blaxhall and K.W Dasley. 1973. Dasley. Routine Haemathological Methods for Use With Fish Blood. Jurnal Fish. Biology, 5: 577-581.

Bratawidjaja KG. 2000. Imunologi dasar. Edisi IV. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. hal. 3-105.

Effendie, M. I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta. 159 hal.

Fatmawati, F. 2010. Subtitusi Tepung Kedelai Dengan Tepung Biji Koro Benguk (Mucuna pruriens) Pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus).[Skripsi]. Universitas Lampung: Lampung.

Fahry, Bima. 2009. Bakteri Aeromonas sp. http/el-fahribimantara.blog.htm. diakses 15 Maret 2011 18.30 WIB

(41)

37 Guyton, A.C dan J.E. Hall. 1997. BUKU AJAR-Fisiologi Kedokteran (Text Book

Medical Physiology). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 543-549.

Hariyatmi. 2004. Kemampuan vitamin C sebagai antioksidan Terhadap radikal bebas pada lanjut usia. Jurnal MIPA vol 14 No.1.Surakarta. UMS

Ikada, S. 1991. The Crucial Role of Vitamin C in Fish Farming. Bulletin Gold Coin Aquaculture. 13 (12): 1-13

Irianto, A. 2002. A Study of Probiotics Effective for the Control of Aeromonas salmonicida Infection in Fish. PhD. Thesis. Heriot-Watt University. Edinburgh, UK.

Johnny, F., Zafran, D. Roza, dan K. Mahardhika. 2003. Hematologi Beberapa Spesies Ikan Laut Budidaya. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Volume 9 Nomor 4: 63-71.

Kabata, Z. 1985. Parasit dan Penyakit Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Kamiso H.N. 1990. Audiovisual Vaksinasi Penyakit Bakterial pada Ikan. PAU-Bioteknologi UGM, Yogyakarta.

Kordi, K.; Ghufran, H. 2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. PT. Sadi Mahasatya. Jakarta. 194hal.

Kordi, G. H. K. 2005. Budidaya Ikan Patin. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta.

Kresno SM. 1996. Imunologi : Diagnosis dan Prosedur Laboratorium. Edisi III. Jakarta Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, hal. 3-41.

Lesmanawati, W. 2006. Potensi Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) Sebagai Antibakteri dan Imunostimulan Pada Ikan Patin (Pangasionodon hypophthalmus) yang Diinfeksi Aeromonas hydrophila. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor.

Linder, M. C. 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. Penerjemah Aminuddin Parakkasi. Universitas Indonesia. Jakarta.

Masumoto, T., H. Hosokawa and S. Shimeno. 1991. Ascorbyc Acid Role in Aquaculture Nutrition, p.42-48. In Procceding of The Aquaculture Feed Prossecing and Nitrion Workshop. Dean M. Akiyama and Ronnie K. H. Tan (ed). American Soybean Association, Singapura.

(42)

38 Murtidjo, B. A. 2001. Pedoman Meramu Pakan Ikan. Kanisius : Yogyakarta.

Navvare, O. dan J. E. Halver. 1989. Diseases Resistance and Humoral Antibody Production in Rainbow Trout Fed High Levels of Vitamin C. Aquaculture, 79: 207-221

Nuranto. 1991. Pengaruh Vitamin C Terhadap Pertumbuhan Ikan Lele (Clarias batrachus). Tesis Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. 73hal

Robinson, H. E. 1984. Vitamin Requirenment, p.21-25 In E. H. Robinson and T. T. Lovell (ed). Nutrision and Fedding of Channel Catfish (Revised). Southearn Regional Seedlings. Aquaculture 161 : 427-436

Rukhyani, A., E. Sislvis., A. Sunarto dan Taukhid. 1997. Peningkatan Respon Kebal Non-spesifik pada Ikan Lele (Clarias sp) dengan pemberian immunostimulan (β-Glucan). Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Volume III No.1.

Sandes. K. 1991. Studies On Vitamin C in Fish Nutrient. Fisheries and Marine Biology. University of Bergen. Norway. 32 p.

Sunaryo. 2009. Performas Itik Pejantan Tegal Akibat Pemberian Ransum Yang Mengandung Berbagai Hasil Olahan Koro Benguk (Mucuna Pruriens Var Utilis). UPT Perpustakaan Universitas Sebelas Maret. Solo.

Supriyadi, H. 2000. Sistem Pertahanan Tubuh Pada Ikan. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar. Jakarta

Supriyadi, H dan P, Taufik. 1981. Identifikasi dan Cara Penanggulangan Penyakit Bakterial pada Ikan Lele (Clarias batrachus). Bull. Perik. I (3):447-454. Supriyadi, H. dan A. Rukyani. 1990. Immunopropilaksis dengan Cara Vaksinasi

pada Usaha Budidaya Ikan. Seminar Nasional Ke II, Penyakit Ikan dan Udang, Bogor. 16-18 Januari 1990.

Susanto, H dan Khairul A, 2007. Budidaya Ikan Patin. Penebar Swadaya. Jakarta Steel, R.G.D dan J.H. Torrie. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika. P.T

Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Tizard I. 1988. An Introduction to Veterinary Immunology. Second Ed. WB. Saunders Company. Philadelphia. 363 ps.

Usniarie. 2008. Budidaya Ikan Patin. Diakses dari :

(43)

39 Veroka, S. 2010. Pemanfaatan Tepung Biji Koro Benguk (Mucuna Pruriens) Sebagai Subtitusi Tepung Kedelai Pada Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Patin Siam (Pangasius Hyphopthalmus). Skripsi: Universitas Lampung.

Wahyuningsih, Sri PA. 2001. Pengaruh Imunostimulan B-Glucan Terhadap Jumlah Total Leukosit Pada Ikan Nila Merah (Oreochromis sp.). Jurnal penelitian Medika Eksakta Vol 2. No 1.

(44)

Judul : PENGARUH PENAMBAHAN VITAMIN C PADA PAKAN BUATAN TERHADAP IMUNITAS IKAN PATIN

(Pangasianodon hyphopthalmus) YANG DIINFEKSI DENGAN Aeromonas hydrophila

NPM : 0614111046 Jurusan : Budidaya Perairan Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Limin Santoso, S.Pi., M.Si, Wardiyanto, S.Pi, M.P.

NIP. 197703272005011001 NIP. 196907052001121001

MENGETAHUI,

Ketua Jurusan Budidaya Perairan Universitas Lampung

Ir. Siti Hudaidah, M.Sc.

(45)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Limin Santoso, S.Pi., M.Si. ...

SeKretaris : Wardiyanto, S.Pi., M.P. ...

Penguji Utama : Tarsim, S.Pi., M.Si. ...

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP. 196108261987021001

(46)

“Tak ada yang jatuh dari langit dengan cuma cuma

Semua itu karena usaha dan do’a”

(Dewa 19)

Never Say Never

(47)

Kupersembahkan karya kecilku ini kepada ayah dan bunda yang selalu membimbingku dengan penuh kasih sayang

Mbak dan mamas ku yang selalu mendo’akan dan memberikan

nasehat-nasehatnya

Almamater tercinta “Universitas Lampung”

Skripsi ini juga kupersembahkan kepada mereka sahabatku yang dengan ketulusan dan kesabarannya menemani hari-hari

yang melelahkan ini menhadi hari yang menyenangkan

(48)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di desa Sari Bakti Kecamatan Seputih Banyak Kabupaten Lampung Tengah tanggal 02 Desember 1986 sebagai anak kedua, dari Bapak Agus Susanto dan Ibu Siti Toiyibah.

Pendidikan formal penulis diawali di Sekolah Dasar Negeri Bratasena Mandiri pada tahun 1993-1999 yang dilanjutkan di Sekolah Lanjut Tingkat Pertama Negeri 1 Gedung Meneng Tulang Bawang Pada tahun 1999-2002 dan di Madrasah Aliyah Negeri 2 Metro pada tahun 2002-2005. Pada tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SMPTN).

Selama kuliah penulis pernah menjadi asisten dosen (asdos) pada mata kuliah Budidaya Air Tawar tahun 2011 dan Budidaya Ikan Hias tahun 2011. Penulis melakukan Praktik Umum (PU) di Loka Riset Pemuliaan dan Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar (LRPTBPAT) Sukamandi, Subang Jawa Baeat pada tahun 2010. Tugas akhir dalam pendidikan perkuliahandiselesaikan dengan menulis

skripsi berjudul “PENGARUH PENAMBAHAN VITAMIN C PADA PAKAN

(49)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

judul “Pengaruh Penambahan Vitamin C Pada Pakan Buatan Terhadap Imunitas

Ikan Patin (Pangasianodon hyphopthalmus) Yang Diinfeaksi Dengan Aeromonas hydrophila” disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

Perikanan di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

2. Ibu Ir. Siti Hudaidah M.Si. selaku Ketua Jurusan Program Studi Budidaya Perairan.

3. Bapak Limin Santoso, S.Pi., M.Si. selaku Pembimbing Utama atas bimbingan, kritik serta saran dalam proses penyusunan skripsi.

4. Bapak Wardiyanto, S.Pi., M.P. selaku Pembimbing Kedua atas bimbingan, kritik serta saran dalam proses penyusunan skripsi.

(50)

6. Bapak Suparmono S.Pi., M.Si. selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan dukungan, bimbingan dan nasehat selama kuliah maupun dalam penyelesaian skripsi.

7. Ibu, ayah, kakak, adik dan seluruh keluargaku yang selalu menjadi motivator, terima kasih atas do’a dan kasih sayangnya.

8. Anak-anak saung HIDRILA yang tidak bisa disebut kan satu persatu, yang selalu menemani hari-hariku penuh dengan keceriaan.

9. Teman-teman yang membantu dalam menyelesaikan skripsi ini (Devira, Tutut, Tia, Hume, Cuwi, Bang Bowo, Septa) yang selalu memberikan bantuan ilmu dan tenaganya baik mulai dari mulai penelitian sampai selesainya skripsi ini.

10.Teman-teman seperjuangan seangkatan 2006, kakak-kakak tingkat 2004 dan 2005 serta adik-adik ku semua dari 2007 sampai 2011 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas sumbangan doa dan pemikirannya.

Semoga Allah SWT. memberikan berkat, rahmat dan hidayah-Nya serta

kemuliaan-Nya atas kebaikan dan pengorbanan bagi kita semua. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Bandar Lampung, Februari 2012 Penulis,

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.  Ikan Patin
Gambar 3. Aeromonas hydrophila
Tabel 1. Bahan Baku Formulasi Pakan

Referensi

Dokumen terkait

In many cases, back analyses of underground excavations instabilities using numerical modelling have been widely used to estimate the rock mass long-term strength. In this approach

Ketebalan endapan piroklastika Merapi 2006 adalah antara 2 m hingga 3 m, yaitu di kawasan wisata Kali Adem, Bebeng, serta Kali Opak dan sekitarnya, mengubur

dibutuhkan pasien. Berikan makanan yang terpilih udah dikonsultasikan dengan ahli gizi. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kolaborasi. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan

Pada masa Orde Baru politik luar negeri Indonesia lebih condong kepada negara-negara Blok Barat dalam rangka mendapatkan pinjaman dana dari negera-negara tersebut untuk

digester dapat menghambat produksi biogás. Penggunaan digester dua tahap memisahkan beberapa tahap reaksi. Tahap hidrolisis, asidogenesis , dan asetogenesis terjadi

Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan kebiasaan merokok kepala keluarga pada bayi penderita ISPA (lihat tabel 4.3)6. Penelitian Seeman-Lewis

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulakan bahwa tidak terdapat hubungan antara kualitas hidup dengan karakteristik responden pasien diabetes melitus di

bijaksana, lemah >< kuat, buruk >< baik, dan kejahatan >< kebaikan tetapi pada akhirnya kejahatan dapat dikalahkan oleh kebajikan, (2) sugesti