• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR KEWIRAUSAHAAN SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DAN THINK PAIR AND SHARE (TPS) DENGAN MEMPERATIKAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA SISWA KELAS X SMK NEGERI 1 METRO TAHUN PELAJARAN 20

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR KEWIRAUSAHAAN SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DAN THINK PAIR AND SHARE (TPS) DENGAN MEMPERATIKAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA SISWA KELAS X SMK NEGERI 1 METRO TAHUN PELAJARAN 20"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR KEWIRAUSAHAAN SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED

HEADS TOGETHER (NHT) DAN THINK PAIR AND SHARE (TPS) DENGAN MEMPERHATIKAN MOTIVASI BERPRESTASI

PADA SISWA KELAS X SMK NEGERI 1 METRO TAHUN PELAJARAN 2011-2012

(Skripsi)

Oleh

DINAR SAPTA PUTRI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR KEWIRAUSAHAAN SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED

HEADS TOGETHER (NHT) DAN THINK PAIR AND SHARE (TPS) DENGAN MEMPERATIKAN MOTIVASI BERPRESTASI

PADA SISWA KELAS X SMK NEGERI 1 METRO TAHUN PELAJARAN 2011-2012

Oleh

DINAR SAPTA PUTRI

Penelitian ini mengkaji tentang perbandingan hasil belajar kewirausahaan siswa melalui metode pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heas Together (NHT) dan Think Pair and Share (TPS) dengan memperhatikan motivasi berprestasi siswa kelas X semester genap SMK Negeri 1 Metro. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian komparatif dengan pendekatan eksperimen. Populasi penelitian berjumlah 334 orang siswa dengan sampel 60 siswa. Teknik sampling dalam penelitian ini adalah teknik cluster random sampling. Teknik pengambilan data yaitu dengan angket dan teknik tes. Pengujian hipotesis

menggunakan rumus analisis varians dua jalan dan t-test dua sampel independen. Hasil analisis menunjukkan: (1) Terdapat perbedaan antara rata-rata hasil belajar kewirausahaan siswa yang pembelajarannya menggunakan metode kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dibandingkan dengan yang pembelajarannya menggunakan tipe Think Pairs and Share (TPS), yang ditunjukkan dengan perhitungan Fhitung 8,879> Ftabel 4,11, (2) Rata-rata hasil belajar kewirausahaan siswa yang pembelajarannya menggunakan metode kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) lebih tinggi dibandingkan dengan yang pembelajarannya menggunakan tipe Think Pair and Share (TPS) pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi yang ditunjukkan dengan perhitungan thitung 2,305> ttabel 2,101, (3) Rata-rata hasil belajar kewirausahaan siswa yang pembelajarannya menggunakan metode kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) lebih tinggi dibandingkan dengan yang pembelajarannya menggunakan tipe Think Pair and Share (TPS) pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah, yang ditunjukan dengan perhitungan thitung 1,921 < ttabel 2,101.

(3)

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR KEWIRAUSAHAAN SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED

HEADS TOGETHER (NHT) DAN THINK PAIR AND SHARE (TPS) DENGAN MEMPERHATIKAN MOTIVASI BERPRESTASI

PADA SISWA KELAS X SMK NEGERI 1 METRO

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR KEWIRAUSAHAAN SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED

HEADS TOGETHER (NHT) DAN THINK PAIR AND SHARE (TPS) DENGAN MEMPERHATIKAN MOTIVASI BERPRESTASI

PADA SISWA KELAS X SMK NEGERI 1 METRO TAHUN PELAJARAN 2011-2012

Oleh

DINAR SAPTA PUTRI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Ekonomi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR KEWIRAUSAHAAN SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED

HEADS TOGETHER (NHT) DAN THINK PAIR AND SHARE (TPS) DENGAN MEMPERHATIKAN MOTIVASI BERPRESTASI

PADA SISWA KELAS X SMK NEGERI 1 METRO

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

Lampung

(4)

Judul Skripsi

Dr. Hi Eddy Purnomo, M. Pd NIP. 19530330 1983031001

Ketua Jurusan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Drs. Hi. Buchori Asyik, M.S NIP. 19560108 1985031002

: STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR KEWIRAUSAHAAN SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DAN THINK PAIR AND SHARE (TPS) DENGAN MEMPERHATIKAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA SISWA KELAS X SMK NEGERI 1 METRO TAHUN PELAJARAN 2011-2012

:

Dinar Sapta Putri

ahasiswa : 0813031020

: Pendidikan Ekonomi : Pendidikan IPS

: Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Pembimbing II

Eddy Purnomo, M. Pd. Drs. Hi. Nurdin, M. Si 530330 1983031001 NIP. 19600817 1986031003

2. Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Pendidikan Ekonomi

Buchori Asyik, M.Si. Drs. Hi. Nurdin, M.Si.

031002 NIP. 19600817 1986031003

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR KEWIRAUSAHAAN SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DAN THINK PAIR AND SHARE (TPS) DENGAN MEMPERHATIKAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA SISWA KELAS X SMK

(5)

MENGESAHKAN

1.

Tim Penguji

Ketua : Dr. Hi. Eddy Purnomo, M. Pd. ...

Sekertaris : Drs. Hi. Nurdin, M. Si. ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Darwin Bangun, M. Pd. ...

2.

Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP. 196003151985031003

(6)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, adalah: 1. Nama : Dinar Sapta Putri 2. NPM : 0813031020

3. Program Studi : Pendidikan Ekonomi

4. Jurusan/Fakultas : Pendidikan IPS/ FKIP Unila

5. Alamat : Jl. Komarudin Gang Perintis 2 Sukajaya Raja Basa Jaya Kec. Raja Basa Bandar Lampung

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali disebutkan di dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, Juli 2012

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Taman Endah pada tanggal 15 Oktober 1989, yang merupakan anak ketujuh dari tujuh bersaudara dari pasangan bapak Suradji Purwowiyoto dan Ibu Sri Ngatin

Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 1 Taman Endah diselesaikan pada tahun 2001, kemudian dilanjutkan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Purbolinggo diselesaikan pada tahun 2004, selanjutnya pendidikan Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Metro yang diselesaikan pada tahun 2007.

Pada tahun 2008 penulis diterima sebagai mahasiswa di Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Program Studi Pendidikan Ekonomi melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN)

(8)

MOTTO

Tuhan Bersama Mahasiswa Tingkat Akhir. (Anonim)

Yang dibutuhkan dalam mengerjakan skripsi adalah inspirasi , inspirasi adalah ilham, datangnya dari Allah, tidak serta merta datang begitu saja, jadi mendekatlah padaNya,

banyak ibadah, puasa dan shadaqoh misalnya. (Haryo Wicaksono)

Jangan katakan masalahmu besar, tapi katakan Tuhanmu Maha Besar.

(Anonim)

Sinau sing rajin nduk... (Suradji Purwowiyoto)

Yang bisa dilakukan seorang makluk bernama manusia terhadap mimpi-mimpi dan keyakinannya adalah mereka hanya tinggal mempercayainya.

(Donny Dhirgantoro)

Jika belum bisa membahagiakan orang lain, minimal jangan menyakitinya. (Nurdin)

Skripsi tidak hanya belajar teori. (Retno Yuni Wicaksono)

Rasa malas dalam mengerjakan skripsi itu semacam variabel pengganggu, seperti semut yang memakan biji Phaseolus radiatus, pada eksperimen pertumbuhan kacang hijau.

(9)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan rasa syukur kehadirat Allah S.W.T, atas berkat, rahmat, dan hidayah Nyalah skripsi ini dapat diselesaikan.

Shalawat serta salam kepada Rasulullah Nabi Besar Muhammad S.A.W, skripsi ini kupersembahkan kepada:

Keluarga tercinta, bapak (Alm) dan ibu (telapak kaki surgaku), kalau ada balasan untuk setiap baik yang kulakukan saat ini, semuanya untuk bapak dan ibu ...

aku kangen…

Buat masku dan mbakku…terimakasih atas segala kasih sayang dan perhatian yang sangat berarti…terimakasih karena mau direpotin, dan ceritakan apa-apa yang belum

kuketahui ya mas…ya mbak…peluk dan cium juga untuk keponakanku sayang.

Terima kasih untuk keluarga besarku Pardiman Merto Dikromo dan Keluraga Besar Suro Darmo yang selalu memberikan doa, keceriaan, mendukung dan menantikan

keberhasilanku.

Terimakasih juga buat sahabat-sahabat ecotion 08 yangmemberi motivasi dan memberi semangat yang kadang “nggak karuan dan nggak jelas” tapi kalian

selalu dihatiku.

Seseorang yang kelak menjadi pendampingku di masa depan.

Para pendidik yang kuhormati.

(10)

SANWACANA

Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi dengan judul “Studi Perbandingan Hasil Belajar Kewirausahaan Siswa

Melalui Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)

Dan Think Pair And Share (TPS) dengan Memperhatikan Motivasi Berprestasi

Pada Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Metro Tahun Pelajaran 2011-2012" adalah

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi

Pendidikan Ekonomi Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini tidak lepas dari

bantuan, bimbingan, motivasi, saran dan kritik yang telah diberikan oleh semua

pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih

seluruhnya kepada :

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila.

2. Bapak Dr. M. Thoha B.S. Jaya, M.S., selaku pembantu Dekan I FKIP Unila.

3. Bapak Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku pembantu Dekan II FKIP Unila.

(11)

5. Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial FKIP Unila.

6. Bapak Dr. Hi. Eddy Purnomo, M.Pd., selaku Pembimbing I dan Pembimbing

Akademik yang telah banyak meluangkan waktu untuk penyelesaian skripsi

ini. Terima kasih atas segala ilmu dan pengetahuan yang telah Bapak berikan

kepada penulis.

7. Bapak Drs. Hi. Nurdin, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung dan

pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, motivasi, arahan serta

tausiyah yang berarti bagi kehidupan penulis.

8. Bapak Drs. Darwin Bangun, M.Pd., yang telah bersedia menjadi pembahas

penulis. Terima kasih atas semua pengorbanan untuk membantu penulis

dalam penyelesaian skripsi.

9. Bapak dan Ibu Dosen FKIP Universitas Lampung khususnya Program Studi

Pendidikan Ekonomi terima kasih atas bantuan dan bimbingannya serta tiada

henti-hentinya mengingatkan Penulis untuk terus belajar dan belajar.

10. Ayahanda Suradji Purwowiyoto dan Ibunda Sringatin, serta kakak-kakakku,

mas Bambang, mbak Ndari, mbak Niken, mbak Ambar, mas Putut, dan mas

Haryo yang telah mendukung dan menyayangi serta berdoa untuk

keberhasilanku.

11. Untuk kakak iparku mbak Lis, mas Kicuk, mas Kandar, mas Yusuf, mbak

Erna dan mbak Retno, serta keponakan-keponakanku yang telah banyak

membantu dan memotivasi ku dalam penyusunan skripsi ini serta membuat

(12)

12. Untuk teman-teman seperjuanganku ECOUTION 2008 REGULER dan

MANDIRI, terimakasih atas do’a dan dukungannya, serta Sahabat Topsy

Turvyku Olips, Yaya, Nesti, Maya, Anggia, Kiki, Dyah, Fadila, Ria, Yuli,

dan Metra, terimakasih atas kebersamaan dan kekompakan selama ini, kalian

sudah seperti keluargaku sendiri.

13. Seluruh Kakak tingkat serta adik-adik tingkat 2007, 2009, 2010 dan 2011

yang sudah berkarya maupun yang masih berusaha berkarya semoga sukses.

14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan di atas kertas ini namun

penulis berterimakasih atas semuanya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena

itu kritik dan saran yang bersifat membangun akan penulis terima dengan tangan

terbuka dan ucapan terimakasih. Namun demikian, penulis berharap semoga

tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada

khususnya.

Bandar Lampung, Juli 2012 Penulis

(13)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang dan Masalah

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagaamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan peserta didik, masyarakat, bangsa dan negara.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional (Depdiknas, 2003), telah mengamanatkan bahwa :

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggungjawab.

Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan kualitas manusia

seutuhnya, adalah misi pendidikan yang menjadi tanggung jawab setiap guru.

Guru tidak cukup hanya menyampaikan materi pengetahuan kepada siswa di

kelas, tetapi juga dituntut untuk meningkatkan nilai-nilai pendidikan yang

(14)

2 pembelajaran yang paling sesuai untuk diterapkan dibidang ilmu dan level

pendidikan tertentu.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai salah satu lembaga pendidikan

yang mempunyai tujuan untuk menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan

kerja serta mengembangkan sikap profesional, menyiapkan siswa agar mampu

memilih karier, mampu berkompetisi dan mampu mengembangkan diri,

menyiapkan tenaga tingkat menengah untuk mengisi kebutuhan dunia usaha

dan industri pada saat ini maupun masa yang akan datang, dan menyiapkan

tamatan agar menjadi warga negara yang produktif, adaptif, serta kreatif.

Apapun jenis pendidikan pada sekolah menengah kejuruan tidak lain muara

dari lulusannya agar mereka memiliki kemampuan dan keterampilan di dalam

bidang keahlian tertentu, selanjutnya mampu dan terampil diaplikasi untuk

dunia kerja. Upaya yang dilakukan pihak sekolah menengah kejuruan salah

satunya adalah dengan memberikan mata pelajaran Kewirausahaan.

Tujuan mata pelajaran kewirausahaan ialah siswa tidak hanya memahami

konsep-konsep tetapi juga agar peserta didik memiliki kemampuan memahami

dunia usaha dalam kehidupan sehari-hari, terutama yang terjadi di lingkungan

masyarakat. Proses belajar mengajar di sekolah-sekolah khususnya SMK

seharusnya berlangsung menarik, aktivitas siswa sebagai pelajar selalu antusias

dalam mengikuti setiap mata pelajaran. Namun pada kenyataanya di lapangan

menunjukkan lain, kegiatan pembelajaran yang seharusnya menarik, penuh

(15)

Kondisi serupa juga dialami SMK Negeri 1 Metro. Berdasarkan penelitian

pendahuluan di SMK Negeri 1 Metro pada tahun pelajaran 2011-2012 yaitu:

1) Pembelajaran masih berpusat pada guru, proses pembelajaran

kewirausahaan masih sering menggunakan metode klasikal, yaitu guru

menerangkan kemudian siswa mendengar, mencatat, dan latihan.

2) Pengetahuan guru tentang metode pembelajaran masih kurang. Karena

kurangnya variasi, siswa sering merasa bosan/jenuh sehingga siswa

menjadi pasif dan hasil belajarnya pun kurang maksimal. Muara kegiatan

pembelajaran adalah pencapaian tujuan pembelajaran yang tercermin pada

pencapaian hasil belajar.

Berikut disajikan hasil belajar mata pelajaran kewirausahaan pada siswa kelas

X SMK Negeri 1 Metro.

Tabel 1: Hasil Ujian MID Semester Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Metro TP 20011/2012

No. Kelas

Interval Nilai Jumlah Siswa

(16)

4 Berdasarkan Tabel 1, dapat diketahui bahwa hasil belajar kewirausahaan siswa

masih tergolong rendah yaitu siswa yang mencapai kriteria ketuntasan

minimum (KKM) yang berlaku di SMK Negeri 1 Metro yaitu sebesar 68 hanya

152 siswa dari jumlah siswa 334 siswa atau hanya 45,51%. Dari data tersebut

dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar kewirausahaan siswa kelas X

semester genap SMK Negeri 1 Metro Tahun Pelajaran 2011/2012 masih

kurang baik. Hal ini didukung oleh pendapat Djamarah, (2000: 18), ”apabila

bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 65% dikuasai oleh siswa maka

persentase keberhasilan siswa pada mata pelajaran tersebut tergolong rendah

dan proses pembelajaran kurang efektif.”

Peran guru di dalam proses pembelajaran sangat dominan, guru aktif

sedangkan siswa bersikap pasif sehingga proses pembelajaran kurang

melibatkan peran siswa. Kondisi ini ditunjukkan dengan jumlah siswa yang

bertanya sangat sedikit, kurang adanya keberanian untuk berpendapat yang

berbeda dengan pendapat guru, cenderung bersikap pasif dan merasa cukup

menerima materi yang telah dipersiapkan oleh guru.

Selain itu, berdasarkan wawancara dengan guru mata pelajaran, siswa SMK

Negeri 1 Metro masih memiliki motivasi berprestasi yang rendah. Hal ini dapat

dilihat dari sikap siswa yang kurang antusias dalam belajar dan sikap terhadap

tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Siswa mudah mengeluh bila guru

memberikan tugas yang dirasa berat. Rendahnya motivasi berprestasi siswa

membuat proses belajar menjadi terhambat, karena motivasi berprestasi

(17)

pada kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar yang dikehendaki.

Motivasi berprestasi siswa dapat dibangun dengan memberikan suatu

kepercayaan kepada siswa dalam menyelesaikan permasalahan sendiri,

memberikan penghargaan terhadap pencapaian hasil belajar yang baik, dan

masih banyak cara lainnya.

Salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran

kewirausahaan, maka peneliti tertarik meneliti keefektifan pembelajaran

kooperatif. Peneliti menerapkan dua macam metode pembelajaran kooperatif

yang yaitu Numbered Heads Together (NHT) dan Think Pair and Share (TPS).

Salah satu alasan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together

(NHT) dalam penelitian ini karena pembelajaran lebih berpusat kepada peserta

didik, dan peserta didik melakukan aktivitas pembelajaran secara maksimal.

Sementara penggunaan pembelajaran kooperatif tipeThink Pair Share (TPS)

digunakan dalam penelitian ini karena dapat mengembangkan kemampuan

mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan

membandingkannya dengan ide-ide orang lain.

Numbered Heads Together (NHT) merupakan metode pembelajaran kooperatif

yang dikembangkan oleh Spencer Kagan dimana metode pembelajaran ini

memberikan kesempatan peserta didik untuk saling membagikan ide-ide dan

mempertimbangkan jawaban yang tepat. NHT dapat digunakan untuk

mengecek pemahaman anak terhadap mata pelajaran dengan cara melibatkan

lebih banyak peserta didik menelaah materi yang tercakup sehingga dapat

(18)

6 pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah sebagai berikut: 1) Penomoran, 2)

Pengajuan Pertanyaan, 3) Berpikir Bersama dan 4) Pemberian Jawaban

Metode pembelajaran Think Pair and Share (TPS) yang dikembangkan oleh

Frank Lyman adalah tipe metode pembelajaran kooperatif yang diartikan

sebagai Berpikir-Berpasangan-Berbagi. TPS memberikan kesempatan peserta

didik untuk bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain, melatih dalam

mengoptimalkan potensi,dan dapat membuat variasi suasana pola diskusi kelas.

Dalam diskusi tersebut, TPS dapat memberikan waktu yang lebih banyak ke

peserta didik dalam berfikir, merespon, dan saling membantu.

Tahapan pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share adalah sebagai

berikut: 1) Berpikir (Think), 2)Berpasangan (Pair) dan 3) Berbagi (Share).

Berdasarkan uraian diatas, tampak bahwa kedua metode tersebut menitik

beratkan pada aktivitas belajar siswa. Namun, ada yang membedakan yaitu

pada metode NHT terdapat tahap penomoran yang memacu siswa termotivasi

untuk belajar menguasai materi dan mengerjakan soal dengan

sungguh-sungguh. Para siswa menyadari bahwa adanya nomor siswa yang dipanggil

secara acak merupakan sesuatu yang selalu mereka hadapi setiap saat, akan

tetapi dengan pembelajaran tipe Numbered Heads Together(NHT), mereka

akan membangun ketergantungan atau kepercayaan dalam kelompok sehingga

jika nomor ia dipanggil, maka ia telah memiliki kesiapan dan rasa percaya diri

untuk tampil di depan kelas. Pembelajaran kooperatif tipe NHT juga

melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi dan mengecek

(19)

Tahap penomoran pada metode pembelajaran NHT tidak terdapat pada metode

pembelajaran TPS, Pembelajaran kooperatif tipe TPS melibatkan lebih sedikit

siswa dan memberikan waktu yang banyak kepada siswa dan pasangannya

untuk berpikir (think dan pair) sebelum berbagi (share) dengan seluruh kelas

berdasarkan pasangan masing-masing pada metode ini siswa lebih dituntut

untuk berpikir secara mandiri.

Sesuai dengan pemaparan mengenai motivasi berprestasi yang membuat siswa

lebih bersemangat dalam belajar, maka perlu diinvestigasi metode

pembelajaran yang paling sesuai untuk mempelajari kewirausahaan di level

SMK. Ada dua metode pembelajaran kooperatif yang akan diterapkan yaitu

tipe Numbered Heads Together (NHT) dan tipe Think Pair and Share (TPS)

pada dua kelas. Pemilihan kedua metode tersebut dianggap mampu

meningkatkan hasil belajar kewirausahaan dengan memperhatikan motivasi

berprestasi.

Berkaitan dengan permasalahan yang diuraikan, maka penelitian ini

mengambil judul sebagai berikut:

“Studi Perbandingan Hasil Belajar Kewirausahaan Siswa Melalui Metode

Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Dan

Think Pairs and Share (TPS) Dengan Memperhatikan Motivasi

Berprestasi Pada Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Metro Tahun Pelajaran

(20)

8

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian diatas, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut.

1. Kebiasaan pembelajaran masih didominasi oleh guru dengan pendekatan

klasikal.

2. Hasil belajar kewirausahaan tergolong rendah, hal ini terlihat dari tidak

tercapainya kriteria ketuntasan belajar minimum.

3. Guru kurang memiliki pengetahuan tentang metode-metode pembelajaran

kooperatif yang menarik dan dapat disesuaikan dengan materi yang akan

diajarkan.

4. Partisipasi siswa secara aktif dalam proses pembelajaran masih sangat

rendah.

5. Kurangnya semangat berkompetisi siswa dalam proses belajar.

6. Kurangnya motivasi siswa untuk mencapai prestasi yang lebih baik.

C.Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dipaparkan,

tampak bahwa hasil belajar kewirausahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor,

baik dalam maupun dari luar individu siswa. Penelitian dibatasi pada kajian

membandingkan penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Numbered

Head Together (NHT) dengan tipe Think Pair and Share (TPS) dengan

memperhatikan pengaruh variabel moderator yaitu motivasi berprestasi. Pokok

(21)

D.Perumusan Masalah

Berdasarkan Latar belakang masalah, identifikasi, dan pembatasan masalah,

maka permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Apakah terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar kewirausahaan siswa yang

diajar menggunakan metode pembelajaran tipe NHT dibandingkan siswa

yang diajar menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe TPS?

b. Apakah rata-rata hasil belajar kewirausahaan yang pembelajarannya

menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih tinggi

dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan metode pembelajaran

kooperatif tipe TPS pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi?

c. Apakah rata-rata hasil belajar kewirausahaan yang pembelajarannya

menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih rendah

dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan metode pembelajaran

kooperatif tipe TPS pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah?

E.Tujuan Penelitian

Tujuan diadakan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan rata-rata hasil belajar

kewirausahaan antara siswa yang diberikan metode pembelajaran tipe NHT

(22)

10 2. Mengetahui keefektifan metode pembelajaran NHT dibandingkan metode

pembelajaran TPS dalam pencapaian hasil belajar kewirausahaan pada siswa

yang memiliki motivasi berprestasi tinggi.

3. Mengetahui keefektifan metode pembelajaran TPS dibandingkan metode

pembelajaran NHT dalam pencapaian hasil belajar kewirausahaan pada

siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah.

F. Kegunaan Penelitian

Secara teoritis kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Sumbangan pemikiran bagi guru mata pelajaran kewirausahaan tentang

alternatif strategi pembelajaran yang lebih menarik dan tidak monoton serta

menciptakan suasana kerjasama yang kondusif bagi siswa, yaitu metode

pembelajaran tipe NHT dan tipe TPS untuk meningkatkan hasil belajar.

2. Memberikan wawasan pengetahuan kepada siswa tentang strategi dalam

belajar sehingga dapat meningkatkan hasil belajar, dan mengatasi suasana

belajar yang monoton sehingga membuat jenuh.

Secara praktis:

1. Sebagai acuan dan bahan pertimbangan bagi guru dan calon guru mata

pelajaran kewirausahaan tentang penggunaan metode pembelajaran

kooperatif yang tepat.

2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi peneliti yang akan

(23)

3. Dapat membantu siswa dalam penguasaan materi dan dapar meningkatkan

hasil belajar siswa.

4. Sebagai sumber informasi bagi peneliti lain dalam bidang pembelajaran.

G.Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah:

1. objek penelitian ini adalah hasil belajar, metode pembelajaran kooperatif

tipe NHT dan TPS serta motivasi berprestasi siswa.

2. subjek penelitian ini adalah siswa kelas X SMK Negeri 1 Metro, semester

genap tahun pelajaran 2011/2012.

3. tempat penelitian ini adalah di SMK Negeri 1 Metro.

4. waktu penelitian ini dilaksanakan pada semester genap Tahun Pelajaran

(24)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1.Belajar dan Hasil Belajar

Belajar adalah suatu proses memperoleh pengalaman baru yang dapat

mempengaruhi atau bahkan mengubah perilaku seseorang menjadi lebih

baik. Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan

dengan tujuan pendidikan. Hal ini didukung oleh pendapat sebagai berikut:

belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

(Slameto, 2003: 2)

Howard L. Kingskey dalam (Syaiful Bahri Djamarah, 2002: 13) mengatakan bahwa:

learning is the process by which behavior (in the brader sense) is

originated or changed through practice or training.”

Belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan

(25)

Slameto (2003: 3) mengatakan ciri-ciri suatu perubahan tingkah perilaku

berupa:

1) Perubahan yang terjadi secara sadar.

2) Perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan fungsional. 3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara. 5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, dan 6) Perubahan mencakup seluruh aspek perilaku.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, belajar adalah suatu proses usaha

yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

yang merupakan hasil dari pengalaman dalam interaksi dengan

lingkungannya. Perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan

kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, daya pikir, dan

kemampuan yang didapat melalui latihan atau pengalaman.

Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh banyak faktor. Nasution dan

kawan-kawan dalam Djamarah (2002: 142) menyatakan bahwa, faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar antara lain sebagai berikut :

1. Faktor yang berasal dari dalam diri siswa ( intern) yaitu :

a) Fisiologis yang meliputi; kondisi fisiologis dan kondisi panca indra. b)Psikologis yang meliputi; minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan

kemampuan kognitif.

2. faktor yang berasal dari luar diri siswa (ekstern) yaitu:

a) Lingkungan yang meliputi lingkungan alami (lingkungan hidup dan lingkungan sekolah) dan lingkungan sosial budaya.

b)Instrumental yang meliputi kurikulum, program, sarana, dan fasilitas, serta guru.

Menurut A. Suhaenah Suparno (2001:42-49), faktor-faktor yang menjadi

masalah belajar yang dihadapi siswa dapat dikategorikan ke dalam dua

faktor, yaitu:

1. Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri pembelajar (internal) yang bersifat psikologis diantaranya (a) mereka sukar mencerna karena

(26)

14 nilai yang diperoleh rendah, (c) pembelajar mengakui bahwa sulit untuk mendisiplinkan diri didalam belajar, (d) pembelajar mengeluh tidak bisa konsentrasi, (e) mereka mengakui tidak cukup tekun untuk mengerjakan sesuatu khususnya belajar, (f) konsep diri yang rendah.

2. Faktor-faktor yang bersifat dari luar (eksternal) adalah (a) kemampuan sosial ekonomi atau keadaan sosial ekonomi, (b) kekurangmampuan pengajar menguasai materi dan strategi pembelajaran, (c) tugas-tugas nonakademik, (d) kurang memperoleh dukungan dari orang-orang sekitar, lingkungan fisik, kesulitan belajar yang bersumber dari lembaga pendidikan itu sendiri, (d) kesulitan yang terjadi dimasyarakat.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia

menerima pengalaman belajarnya. Kingsley (Sudjana, 2001: 22) membagi

tiga macam hasil belajar, yaitu : (a) keterampilan dan kebiasaan; (b)

pengetahuan dan pengertian; (c) sikap dan cita-cita yang masing-masing

golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah.

Hasil belajar ialah adanya perubahan tingkah laku. Bukti bahwa seseorang

telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut,

misalnya dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi

mengerti (Hamalik, 2004:30). Tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah

aspek. Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek

tersebut.

Adapun aspek-aspek itu adalah sebagai berikut: 1. Pengetahuan

9. Etis dan budi pekerti 10. Sikap

(27)

Kalau seseorang telah melakukan perbuatan belajar maka akan terlihat

perubahan dalam salah satu atau beberapa aspek tingkah laku tersebut

(Hamalik: 30). Hasil belajar dalam kelas harus dapat dilaksanakan kedalam

situasi-situasi di luar sekolah. Dengan kata lain, murid dapat menstrafer

hasil belajar itu kedalam situasi-situasi yang sesungguhnya didalam

masyarakat. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 4) bahwa: “hasil belajar

merupakan hasil dari suatu interksi belajar dan tindak mengajar. Hasil

belajar itu untuk sebagian adalah karena berkat tindak guru, pencapaian

tujuan pembelajaran, pada bagian lain merupakan peningkatan kemampuan

mental siswa”.

Berdasarkan pendapat di atas, hasil belajar adalah suatu perubahan ke arah

yang lebih baik yang dicapai seseorang setelah menempuh proses belajar.

Hasil belajar merupakan suatu hal yang diperoleh siswa melalui proses

belajar yang terlihat salah satunya dari nilai yang diperoleh setelah

mengikuti tes. Hasil belajar memiliki arti penting dalam proses

pembelajaran di sekolah yang dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan

proses tersebut.

2. Metode Pembelajaran Kooperatif

Menurut Slavin dalam (Isjoni, 2009: 12), Cooperatif Learning adalah suatu

metode pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam

kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan

struktur kelompok heterogen. Sedangkan Sunal dan Hans dalam (Isjoni,

(28)

16 pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi

dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama dalam proses

pembelajaran.

Cooperatif Learning atau Pembelajaran Kooperatif adalah salah satu bentuk

pembelajaran yang berdasarkan pada faham konstruktivisme. Cooperatif

Learning merupakan strategi belajar dengan jumlah siswa sebagai anggota

kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam

menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus

saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi

pelajaran. Dalam cooperatif learning, belajar dikatakan belum selesai jika

salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.

Joyce dan Will dalam Rusman (2011: 132) metode pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Ia juga mengatakan bahwa metode pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih metode pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk

mencapai tujuannya. Metode pembelajaran juga biasanya disusun berdasarkan prinsip atau teori pengetahuan.

Metode pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan

prosedur yang sistematis dalam mengoganisasikan pengalaman belajar

untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi

para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan

aktivitas belajar mengajar (Trianto, 2007: 7). Merujuk pada definisi tersebut

dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran memberikan kerangka

konseptual yang menggambarkan prosedur sistematik dalam

(29)

Fungsi metode pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi perancang

pengajaran dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran. Pemilihan

metode pembelajaran sangat dipengaruhi oleh sifat materi yang akan

diajarkan, tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran tersebut, serta

tingkat kemampuan peserta didik. Beberapa macam metode pembelajaran

yang sering digunakan guru dalam mengajar yaitu: pengajaran langsung

(direct instruction), pembelajaran kooperatif, pengajaran berdasarkan

masalah (problem base instruction), dan diskusi.

Beberapa ciri Cooperatif Learning adalah (Isjoni, 2009: 20) yaitu:

a. Setiap anggota memiliki peran.

b. Terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa.

c. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya.

d. Guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok.

e. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.

Mengacu pada pendapat tersebut maka dengan Cooperatif Learning, para

siswa dapat membuat kemajuan besar ke arah pengembangan sikap, nilai,

dan tingkah laku yang memungkinkan mereka berpartisipasi dalam

komunitas mereka dengan cara-cara yang sesuai dengan tujuan utama

Cooperatif Learning, yaitu untuk memperoleh pengetahuan dari sesama

temannya. Jadi, tidak lagi pengetahuan itu dari gurunya, dengan belajar

kelompok seorang teman haruslah memberikan kesempatan kepada teman

yang lainnya untuk mengemukakan pendapatnya dengan cara menghargai

pendapat orang lain, saling mengoreksi kesalahan, dan saling membetulkan

(30)

18 Faktor-faktor yang memberikan kontribusi terhadap efek pencapaian

pembelajaran kooperatif:

1. Tujuan Kelompok dan Tanggung Jawab Individual

Pentingnya tujuan kelompok dan tanggung jawab individu adalah dalam memberikan insentif kepada siswa untuk saling membantu satu sama lain dan untuk saling mendorong untuk melakukan usaha yang maksimal.

2. Interaksi Kelompok Terstruktur

Penghargaan kelompok dan tanggung jawab individu sangat berpengaruh terhadap hasil pencapaian pembelajaran kooperatif, ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa dengan menstruktur secara cermat interaksi di antara para siswa kelompok kooperatif juga dapat menjadi efektif,

misalnya dengan siswa diberikan “lembar berfikir” untuk mengingatkan

mereka untuk memperoleh skor tim dan kuis setiap minggu. (Slavin, 2009: 80)

Unsur-unsur Metode Pembelajaran Kooperatif

1) Saling ketergantungan positif

Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha tiap anggotanya.

Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu

menyusun tugas sedemikian rupa, sehingga setiap anggota kelompok

harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai

tujuan mereka.

2) Tanggungjawab Perseorangan

Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas

dan pola penilaian dibuat menurut prosedur pembelajaran kooperatif,

setiap siswa akan merasa bertanggungjawab untuk melakukan yang

terbaik. Tingkat keberhasilan bergantung pada persiapan guru dalam

menyusun tugas untuk siswa.

3) Tatap Muka

Kegiatan interaksi ini akan membentuk kombinasi yang sesuai dan

(31)

kesempatan untuk saling mengenal dan menerima satu sama lain dalam

kegiatan tatap muka dan interaksi pribadi.

4) Komunikasi Antaranggota

Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para

anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan meraka untuk

mengutarakan pendapat mereka. Namun, tidak semua siswa mempunyai

keahlian mendengarkan dan berbicara. Maka pengajar perlu mengajarkan

cara-cara berkomunikasi yang baik.

5) Evaluasi Proses Kelompok

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk

mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar

selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif yaitu:

1. Fase-1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Tingkah Laku Guru:

Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada

pelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar.

2. Fase-2 Menyajikan informasi

Tingkah Laku Guru:

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demontrasi atau

lewat bahan bacaan.

3. Fase-3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar

Tingkah Laku Guru:

(32)

20 kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan

transisi secara efisien

4. Fase-4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Tingkah Laku Guru:

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka

mengerjakan tugas mereka.

5. Fase-5 Evaluasi

Tingkah Laku Guru:

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau

masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

6. Fase-6 Memberikan penghargaan

Tingkah Laku Guru:

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil

belajar individu dan kelompok.

Bannet dalam (Isjoni, 2009: 41) menyatakan bahwa ada lima unsur dasar

yang dapat membedakan pembelajaran kooperatif dengan kerja kelompok

yaitu:

1. Positive Interdependence, yaitu hubungan timbal balik yang didasari adanya kepentingan yang sama atau perasaan diantara anggota kelompok dimana keberhasilan seseorang merupakan keberhasilan yang lain pula atau sebaliknya.

2. Interaction Face to face, yaitu interaksi yang langsung terjadi antar siswa tanpa adanya perantara.

3. Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam anggota kelompok sehingga siswa termotivasi untuk membantu temannya, karena tujuan pembelajaran kooperatif adalah menjadikan setiap anggota kelompoknya menjadi lebih kuat pribadinya.

(33)

5. Meningkatkan keterampilan bekerja sama dalam memecahkan masalah (proses kelompok), yaitu tujuan terpenting yang diharapkan dapat dicapai dalam pembelajaran kooperatif adalah siswa belajar keterampilan

bekerjasama dan berhubungan ini adalaha keterampilan yang penting dan sangat diperlukan di masyarakat.

3. Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

Number Head Together adalah suatu Metode pembelajaran yang lebih

mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan

melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan

di depan kelas (Rahayu, 2006). NHT pertama kali dikenalkan oleh Spencer

Kagan dkk (1993). Metode NHT adalah bagian dari Metode pembelajaran

kooperatif struktural, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang

dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur Kagan

menghendaki agar para siswa bekerja saling bergantung pada

kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. Struktur tersebut dikembangkan sebagai

bahan alternatif dari sruktur kelas tradisional seperti mangacungkan tangan

terlebih dahulu untuk kemudian ditunjuk oleh guru untuk menjawab

pertanyaan yang telah dilontarkan.

Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam

pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu :

1. Hasil belajar akademik stuktural: Bertujuan untuk meningkatkan kinerja

siswa dalam tugas-tugas akademik

2. Pengakuan adanya keragaman: Bertujuan agar siswa dapat menerima

(34)

22 3. Pengembangan keterampilan social: Bertujuan untuk mengembangkan

keterampilan sosial siswa.

Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya,

menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat,

bekerja dalam kelompok dan sebagainya. Penerapan pembelajaran

kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen dalam Ibrahim (2000: 29),

dengan tiga langkah utama yaitu :

a) Pembentukan kelompok;

b) Diskusi masalah;

c) Tukar jawaban antar kelompok

Langkah-langkah tersebut kemudian berkembang menjadi sebagai berikut: 1. Guru mempersiapkan bahan diskusi untuk tiap-tiap kelompok berupa

lembar kerja siswa dan number card untuk setiap siswa.

2. Siswa dibagi dalam kelompok yang beranggotakan 4-6 orang. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar.

3. Setiap kelompok mengkondisikan posisi duduk kelompoknya sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. Kemudian siswa dibagi lembar kerja. 4. Siswa melakukan diskusi dalam kelompok untuk mengerjakan lembar

kerja siswa. Guru mengawasi jalannya diskusi dan memberikan 5. Pengarahan kepada kelompok yang mengalami kesulitan. 6. Kemudian, siswa saling berbagi mengenai bagian yang dibaca/

dikerjakan masing-masing. Dalam kegiatan ini siswa bisa saling melengkapi dan berinteraksi satu sama lain. Setiap kelompok memastikan seluruh anggotanya memahami dan mengerjakan soal. 7. Setelah diskusi selesai, guru menyebut salah satu nomor dan para siswa

dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan maju bergiliran di depan kelas untuk menjawab pertanyaan pada lembar kerja dan pertanyaan lain. Kelompok lain meyimak dan menanggapi.

8. Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi.

9. Kemudian guru memberikan kuis. Siswa tidak diizinkan untuk bekerjasama.

(35)

tepat. Selain itu teknik ini mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka. Maksud dari kepala bernomor yaitu setiap anak mendapatkan nomor tertentu, dan setiap nomor mendapatkaan kesempatan yang sama untuk menunjukkan kemampuan mereka dalam menguasai materi.

Metode ini, siswa tidak hanya sekedar paham konsep yang diberikan, tetapi

juga memiliki kemampuan untuk bersosialisasi dengan teman-temannya,

belajar mengemukakan pendapat dan menghargai pendapat teman, rasa

kepedulian pada teman satu kelompok agar dapat menguasai konsep

tersebut, siswa dapat saling berbagi ilmu dan informasi, suasana kelas yang

rileks dan menyenangkan serta tidak terdapatnya siswa yang mendominasi

dalam kegiatan pembelajaran karena semua siswa memiliki peluang yang

sama untuk tampil menjawab pertanyaan.

Ada beberapa manfaat pada metode pembelajaran kooperatif tipe NHT

terhadap siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh Lundgren

dalam Ibrahim (2000: 18), antara lain adalah

1. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi 2. Memperbaiki kehadiran

3. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar 4. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil

5. Konflik antara pribadi berkurang 6. Pemahaman yang lebih mendalam

7. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi 8. Hasil belajar lebih tinggi

Kelemahan Metode Cooperative Learning tipe Numbered Heads together:

1. Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.

2. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh gurU.

3. Suasana kelas sulit dikontrol oleh guru.

(36)

24

4. Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair and Share (TPS)

Metode pembelajaran Think-Pair- Share dikembangkan oleh Frank Lyman

dkk dari Universitas Maryland pada tahun 1985. Metode pembelajaran

Think-Pair-Share dapat mengembangkan keterampilan berfikir dan

menjawab dalam komunikasi antara satu dengan yang lain, serta bekerja

saling membantu dalam kelompok kecil. Hal ini sesuai dengan pengertian

dari metode pembelajaran Think-Pair-Share itu sendiri, sebagaimana yang

dikemukakan oleh Lie (2002:57) bahwa, “Think-Pair-Share adalah

pembelajaran yang memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri dan

bekerjasama dengan orang lain. Dalam hal ini, guru sangat berperan penting

untuk membimbing siswa melakukan diskusi, sehingga terciptanya suasana

belajar yang lebih hidup, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

Metode pembelajaran Think-Pair-Share, siswa secara langsung dapat

memecahkan masalah, memahami suatu materi secara berkelompok dan

saling membantu antara satu dengan yang lainnya, membuat kesimpulan

(diskusi) serta mempresentasikan di depan kelas sebagai salah satu langkah

evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.

Sesuai dengan namanya, berikut ini adalah tahapan-tahapan yang diterapkan

dalam TPS (Think-Pair-Share):

 Tahap 1: Think (berfikir)

Guru mengajukan pertanyaan atau isu yan berhubungan dengan

pelajaran. Kemudian siswa diminta untuk memikirkan jawaban

(37)

 Tahap 2: Pairing (berpasangan)

Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa yang lain untuk

mendiskusikan apa yang telah dipikirkan pada tahap pertama. Interaksi

selama periode ini dapat menghasilkan jawaban bersama jika pertanyaan

telah diajukan atau penyampaian ide bersama jika isu khusus telah

diidentifikasi. Biasanya guru mengijinkan tidak lebih dari 4 atau 5 menit

untuk berpasangan.

Untuk lebih jelasnya disini akan dijelaskan langkah-langkah pada tahap

ke-2 ini adalah:

a) Langkah 1 : Bekerja berpasangan. Tim atau kelompok dibagi dalam

pasangan-pasangan. Satu siswa di dalam pasangan itu mengerjakan

lembar kegiatan atau masalah, sementara siswa yang lain membantu

atau melatih

b) Langkah 2 : Pelatih mengecek. Siswa yang menjadi pelatih

mengecek pekerjaan partnernya. Apabila pelatih dan partnernya itu

tidak sependapat terhadap suatu jawaban atau ide, mereka boleh

meminta petunjuk dari pasangan lain

c) Langkah 3 : Pelatih memuji. Apabila pelatih dan partner sependapat,

pelatih memberikan pujian.

d) Langkah 4 : Bertukar peran. Seluruh partner bertukar peran dan

mengulangi langkah 1-3 sampai semuanya setuju dangan jawaban

(38)

26  Tahap 3: Sharing (berbagi).

Pada tahap akhir, guru meminta pasangan-pasangan tersebut untuk

berbagi atau bekerja sama dengan kelas secara keseluruhan mengenai

yang telah mereka bicarakan. Langkah ini efektif jika guru bekeliling

kelas dari pasangan yang satu kepasangan yang lain, sehingga

seperempat atau separuh dari pasangan-pasangan tersebut memperoleh

kesempatan untuk melaporkan.

(ariffadholi.blogspot.com/2010/09/metode-tps-think-pair-share.html)

Ada empat prinsip kerja dari TPS yaitu sebagai berikut:

1. Saling ketergantungan positif diantara siswa sehingga siswa mampu belajar dari siswa lain.

2. Tanggung jawab individual. Setiap siswa bertanggung jawab atas gagasannya karena akan dikemukakan pada pasangannya dan pada seluruh kelas.

3. Partisipasi seimbang. Setiap siswa akan memiliki kesempatan yang sama untuk berbagi (mengungkapkan pendapatnya) baik dengan pasangannya maupun dengan seluruh siswa di kelas.

4. Interaksi sesama. Semua siswa akan aktif dalam mengungkapkan pendapat dan interaksi mengungkapkan pendapat dan mendengarkan sehingga akan menciptakan interaksi yang tinggi.

(http://www.Eazhull.Org.uk/nlc/think_pair_share tps.Htm)

5. Mata Pelajaran Kewirausahaan

Secara umum mata pelajaran kewirausahaan mempunyai karakteristik yang

unik dan sedikit berbeda dari mata pelajaran lain. Mata pelajaran

kewirausahaan bertujuan agar peserta didik dapat mengaktualisasikan diri

dalam perilaku wirausaha. Isi mata pelajaran kewirausahaan difokuskan

pada perilaku wirausaha sebagai fenomena empiris yang terjadi di

(39)

dituntut lebih aktif untuk mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di

lingkungannya. Pembelajaran kewirausahaan dapat menghasilkan perilaku

wirausaha dan jiwa kepemimpinan, yang sangat terkait dengan cara

mengelola usaha untuk membekali peserta didik agar dapat berusaha secara

mandiri.

Mata pelajaran kewirausahaan bertujuan agar peserta didik memiliki

kemampuan sebagai berikut:

1. Memahami dunia usaha dalam kehidupan sehari-hari, terutama yang terjadi di lingkungan masyarakat.

2. Berwirausaha dalam bidangnya

3. Menerapkan perilaku kerja prestatif dalam kehidupannya 4. Mengaktualisasikan sikap dan perilaku wirausaha.

Ruang lingkup mata pelajaran kewirausahaan di SMK kelas X meliputi

aspek-aspek sebagai berikut.

1. Sikap dan perilaku wirausaha

2. Kepemimpinan dan perilaku prestatif 3. Solusi masalah

4. Pembuatan keputusan.

(Peraturan Menteri No.22 Tahun 2006 mengenai Tujuan dan Ruang Lingkup Mata Pelajaran Kewirausahaan)

Menurut Robin kewirausahaan adalah suatu proses seseorang guna mengejar

peluang- peluang memenuhi kebutuhan dan keinginan melalui inovasi,

tanpa memperhatikan sumber daya yang mereka kendalikan. Zimmerer

mengartikan kewirausahaan sebagai suatu proses penerapan kreativitas dan

inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk

(40)

28 Tujuan Pendidikan kewirausahaan di SMK ialah bertujuan untuk

meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta

keterampilan hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lanjut. Agar dapat

bekerja secara efektif dan efisien serta mengembangkan keahlian dan

keterampilan, mereka harus memiliki: stamina yang tinggi, menguasai

bidang keahliannya dan dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi,

memiliki etos kerja yang tinggi,dan mampu berkomunikasisesuai dengan

tuntutan pekerjaannya, serta memiliki kemampuan mengembangkan diri.

Ruang Lingkup mata pelajaran Kewirausahaan di SMK kelas X semester

genap ialah juga tentang menerapkan jiwa kepemimpinan. Dan salah satu

kompetensi dasarnya ialah menunjukkan sikap pantang menyerah dan ulet.

Sikap pantang menyerah dan ulet dapat ditunjukkan dengan kegiatan usaha

yang dilakukan dengan semangat, tidak putus asa, selalu ingin maju, dan

selalu mencari sesuatu yang baru sesuai dengan instrumen yg telah

ditetapkan.

Berikut ini adalah Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) mata

pelajaran kewirausahaan kelas X .

Tabel 2 : Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kewirausahaan Kelas X

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 2. Menerapkan Jiwa

Kepemimpinan

2.1 Sikap pantang menyerah dan ulet 2.2 Mengelola Konflik

(41)

Adapun isi program pendidikan kewirausahaan di sekolah menurut Akhmad

Sudrajat yang dapat diinternalisasikan melalui berbagai aspek,yaitu.

1. Pendidikan Kewirausahaan Terintegrasi Dalam Seluruh Mata Pelajaran Pendidikan kewirausahaan terintegrasi di dalam proses pembelajaran adalah penginternalisasian nilai-nilai kewirausahaan ke dalam

pembelajaran sehingga hasilnya diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, terbentuknya karakter wirausaha dan pembiasaan nilai-nilai kewirausahaan ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran.

2. Pendidikan Kewirausahaan yang Terpadu Dalam Kegiatan Ekstra Kurikuler

Kegiatan Ekstra Kurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah.

3. Pendidikan Kewirausahaan Melalui Pengembangan Diri

Kegiatan pengembangan diri merupakan upaya pembentukan karakter termasuk karakter wirausaha dan kepribadian peserta didik yang dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling berkenaan dengan masalah pribadi dan kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan

pengembangan karir, serta kegiatan ekstra kurikuler.

4. Perubahan Pelaksanaan Pembelajaran Kewirausahaan dari Teori ke Praktik

Mata pelajaran kewirausahaan merupakan mata pelajaran yang secara langsung (eksplisit) mengenalkan nilai-nilai kewirausahaan, dan sampai taraf tertentu menjadikan peserta didik peduli dan menginternalisasi nilai-nilai tersebut.

5. Pengintegrasian Pendidikan Kewirausahaan ke dalam Bahan/Buku Ajar Bahan/buku ajar merupakan komponen pembelajaran yang paling berpengaruh terhadap apa yang sesungguhnya terjadi pada proses pembelajaran

(Pusat Kurikulum Balitbang Kemendiknas: 2010)

Fungsi mata pelajaran kewirausahaan ialah untuk memberikan bekal

wawasan dan ketrampilan kepada peserta didik tentang konsep- konsep

usaha, pengelolaan usaha, dan aspek-aspeknya dalam rangka menyiapkan

kemampuan serta pengembangan sikap profesional peserta didik dalam

(42)

30 berwirausaha di bidang keahliannya masing- masing. Para siswa

mendapatkan bekal pengetahuan yang cukup tentang berwirausaha dengan

diterapkannya pendidikan kewirausahaan/entrepreneurship di

sekolah-sekolah. Melalui bekal pengetahuan tersebut setelah tamat nanti mereka

diharapkan

dapat memanfaatkannya untuk melakukan usaha secara mandiri dan dapat

memberikan dorongan yang positif bagi pengembangan minat

berwiraswasta siswa.

6. Motivasi Berprestasi

Motivasi berasal dari bahasa latin movere yang artinya menggerakkan,

sedangkan menurut pendapat Sardiman (2007: 75) motivasi ialah

keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan

kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan

yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang

dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.

Motivasi erat kaitannya dengan suatu tujuan. Munculnya motivasi

mempengaruhi adanya kegiatan untuk pencapaian suatu tujuan.

Sehubungan dengan hal tersebut ada tiga fungsi motivasi menurut Sardiman

(2007: 85)

1) Mendorong manusia untuk berbuat.

2) Menentukan arah perbuatan.

(43)

Motivasi menurut Sumadi Suryabarata adalah suatu keadaan yang terdapat

dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas

tertentu guna mencapai tujuan. Sementara itu Gates dan kawan-kawan

mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu kondisi fisiologis dan

psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang mengatur tindakannya

dengan cara tertentu. dalam ( Djaali,2000:130)

Mc. Clelland dalam Hasibuan (2003: 162) mengelompokkan tiga kebutuhan

manusia yang dapat memberikan motivasi, yaitu

1. Kebutuhan akan prestasi (need for achievement = n. Ach) merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat kerja seseorang yang akan mendorong seseorang untuk mengembangkan kreativitas dan

mengarahkan semua kemampuan yang dimiliki demi mencapai prestasi kerja.

2. Kebutuhan akan afiliasi (need for affiliation = n. Aff.) merupakan daya penggerak yang akan memotivasi semangat bekerja seseorang.

3. Kebutuhan akan kekuasaan ( need for power = n. Pow.) merupakan daya penggerrak yang memotivasi semangat serta mengarahkan semua

kemampuan demi mencapai kekuasaan yang terbaik dalam organisasi.

Kebutuhan berprestasi (need fo achievement) adalah perilaku atau usaha

untuk mencapai keberhasilan dalam suatu ukuran keunggulan (McClelland,

1991:8). Selanjutnya kebutuhan untuk berprestasi didefinisikan menjadi

empat kharakter, yaitu:

1. Mempunyai keinginan yang kuat untuk bertanggung jawab pada dirinya dalam menyelesaikan masalah dan tugas-tugas yang dibebankan

padanya.

2. Mempunyai kecenderungan menetapkan tujuan-tujuan dan prestasi yang lebih sulit dan menghitung risikonya.

3. Mempunyai keinginan kuat untuk berkonsentrasi dalam tugas-tugas dan 4. Berfikir dalam menyelesaikan tugas. (Steers dan Porter, 1991: 8)

Menurut McClelland yang dikutip oleh Djaali (2000: 132) motivasi

(44)

32 berprestasi) yang terdapat dalam diri siswa yang mendorongnya untuk

melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan tertentu

(berprestasi setinggi mungkin). Bila kemauan itu terkait dengan masalah

belajar, dimana dalam diri seseorang munbutuhan akan keberhasilan dalam

belajar, maka akan timbul energi dalam dirinya untuk bergerak melakukan

pekerjaan-pekerjaan yang mengarah pada pencapaian tujuan belajar. Bila

kemauannya besar, maka akan menimbulkan dorongan yang kuat. Dalam

kondisi inilah maka seseorang dikatakan memiliki motivasi berprestasi

tinggi.

McClelland dalam “The Encyclopedia Dictionary of Psychology” yang

disusun oleh Hare dan Lamb dalam ( Djaali, 2000: 133) mengungkapkan

bahwa motivasi berprestasi merupakan suatu motivasi yang berhubungan

dengan pencapaian standar kepandaian atau standar keahlian. Sedangkan

menurut Heckhausen dalam (Djaali,2000: 133), motivasi berprestasi adalah

suatu dorongan yang terdapat dalam diri siswa sehingga ia selalu berusaha

dan berjuang untuk meningkatkan atau memelihara kemampuannya setinggi

mungkin dalam semua aktivitas dengan menggunakan standar keunggulan.

Standar keunggulan ini, menurut Heckhausen terbagi atas tiga komponen

yaitu standar keunggulan tugas, standar keunggulan diri, dan standar

keunggulan siswa lain. Standar keunggulan tugas adalah standar yang

berhubungan dengan pencapaian tugas sebaik-baiknya. Standar keunggulan

diri adalah standar yang berhubungan dengan pencapaian prestasi yang lebih

(45)

Sedangkan standar keunggulan siswa lain adalah standar keunggulan yang

berhubungan dengan pencapaian prestasi yang lebih tinggi dibandingkan

dengan prestasi yang dicapai siswa lain (misalnya teman sekelas)

Djaali (2008: 150) juga berpendapat bahwa motivasi berprestasi adalah

motivasi seseorang untuk berbuat lebih baik dari apa yang pernah dibuat

atau diraih sebelumnya maupun yang dibuat atau diraih orang lain.

Orang-orang yang memiliki dorongan ini akan berkembang dan tumbuh, serta ingin

maju menelusuri tangga keberhasilan. Karakteristik individu yang motivasi

berprestasinya tinggi menurut Johnson, Schwitzgebel dan Kalb dalam (

Djaali, 2000: 141) yaitu:

1. Menyukai situasi atau tugas-tugas yang menuntut tanggung jawab pribadi atas hasil-hasilnya dan bukan atas dasar untung-untungan, nasib, atau kebetulan.

2. Memilih tujuan yang realistik tapi menantang, daripada tujuan-tujuan yang terlalu mudah dicapai atau terlalu besar risikonya.

3. Mencari situasi atau pekerjaan dimana ia memperoleh umpan balik dengan segera dan nyata untuk menentukan baik atau tidaknya hasil pekerjaanya.

4. Senang bekerja sendiri dan bersaing untuk mengungguli orang lain. 5. Mampu menangguhkan pemuasan keinginannya demi masa depan yang

lebih baik.

6. Tidak tergugah untuk sekedar mendapatkan uang, status, atau keuntungan lainnya, ia akan mencarinya apabila hal-hal tersebut merupakan lambang suatu prestasi, suatu ukuran keberhasilan.

Motivasi berprestasi merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan

keberhasilan dalam belajar. Besar kecilnya pengaruh tersebut tergantung

pada intensitasnya. Klausmeier dalam ( Djaali: 2000: 142) menyatakan

bahwa perbedaan dalam intensitas motivasi berprestasi (need to achieve)

ditinjukan dalam berbagai tingkatan prestasi yang dicapai oleh berbagai

(46)

34 kondisi lingkungan misalnya guru, orang tua dan kondisi murid itu sendiri.

Dalam hubungan ini yang dikutip oleh Djaali mengatakan sebagai berikut:

“The theory of achievement motivation....does not say that there should be

a general relationship between achievement motivation and academic

performance. On the contrary, it states that under certain conditions, there

will be a strong relationship, under other conditions there will be no

relationship”.

Memperhatikan pendapat di atas bahwa siswa yang motivasi berprestasinya

tinggi hanya akan mencapai prestasi akademis yang tinggi apabila:

1. Rasa takutnya akan kegagalan lebih rendah daripada keingintahuannya

untuk berhasil.

2. Tugas-tugas di dalam kelas cukup memberikan tantangan, tidak terlalu

mudah tapi juga tidak terlalu sukar, sehingga memberikan kesempatan

untuk berhasil.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi berprestasi

adalah daya keadaan yang ada dalam diri seseorang yang timbul karena

adanya suatu kebutuhan yang ada dalam diri seseorang karena adanya suatu

kebutuhan untuk mencapai kesuksesan dan kebutuhan untuk menghindari

kegagalan yang ditandai oleh antusiasme belajar, tekun dan kemauan keras

untuk belajar, gemar belajar materi pelajaran, mempunyai gairah untuk

belajar, mempunyai rasa senang dalam belajar, adanya suka kerja sama, dan

(47)

B. Penelitian yang Relevan

Tabel 3. Penelitian yang Relevan

(48)

36 belajar siswa dari siklus ke siklus. Pada siklus I skor yang diperoleh adalah 15 dan skor maksimalnya 24, dengan persentase nilai rata-rata 62,5% dan termasuk dalam kategori kurang baik. Pada siklus II skor yang diperoleh adalah18 dan skor maksimalnya 24, dengan persentase nilai rata-rata 74,5% dan (studi pada siswa kelas XI penjualan SMK Wisnuwardhana Malang

C. Kerangka Pikir

Variabel bebas (independent) dalam penelitian ini adalah penerapan metode

pembelajaran kooperatif, yaitu kooperatif tipe Numbered Heads Together

(NHT) dan Kooperatif tipe Think Pair and Share (TPS). Variabel terikat

(dependen) dalam penelitian ini adalah hasil belajar kewirausahaan siswa

melalui kedua metode pembelajaran tersebut. Hasil belajar dengan menerapkan

kooperatif tipe NHT dan hasil belajar kewirausahaan dengan menerapkan

kooperatif tipe TPS. Variabel moderator dalam penelitian ini adalaha motivasi

berprestasi dalam mata pelajaran kewirausahaan.

1. Terdapat Perbedaan Rata-Rata Hasil belajar Kewirausahaan Melalui

Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Dibandingkan Tipe TPS

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan

adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan

(49)

diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan

dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan

kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam

kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran

berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk

memecahkan masalah.

Pembelajaran kooperatif memiliki berbagai tipe, dua diantaranya ialah tipe

Numbered Heads Together (NHT) dan Tipe Think Pair and Share (TPS).

Kedua metode tersebut mempunyai langkah-langkah yang sedikit berbeda

namun tetap berada dalam satu jalur yaitu pembelajaran dalam kelompok yang

berpusat pada siswa (Student Centered), bukan seperti metode belajar

konvensional yang berpusat pada guru (Teacher Centered). Dalam metode

pembelajaran kooperatif guru hanya bertugas sebagai fasilitator.

Metode pembelajaran NHT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif

yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi

pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan

akademik. Metode pembelajaran kooperatif ini memberi kesempatan kepada

siswa untuk saling membagikan ide-ide dan pertimbangan jawaban yang paling

tepat. Adanya tukar jawaban antar kelompok, mengakibatkan semakin banyak

ide-ide yang muncul, sehingga pemahaman siswa semakin mendalam.

Langkah- langkah dalam metode pembelajaran tipe NHT yaitu, guru

membentuk kelompok yang anggotanya heterogen, kemudian guru mengajukan

(50)

38 guru juga memberikan nomor urut masing-masing siswa dalam satu kelompok,

kemudian siswa berinteraksi dengan teman satu kelompok untuk

menyelesaikan tugas, lalu guru memanggil salah satu nomor untuk

mempresentasikan jawaban di depan kelas, langkah terakhir adalah guru

bersama siswa menyimpulkan jawaban yang tepat dan menyimpulkan materi

yang sedang dibahas.

Pembelajaran kooperatif tipe TPS memberikan waktu yang banyak kepada

siswa dan pasangannya untuk berpikir (think dan pair) sebelum berbagi (share)

dengan seluruh kelas berdasarkan pasangan masing-masing. Metode

Pembelajaran kooperatif tipe ini menggunakan metode diskusi berpasangan

yang dilanjutkan dengan diskusi pleno. Dengan metode pembelajaran ini siswa

dilatih bagaimana mengutarakan pendapat dan siswa juga belajar menghargai

pendapat orang lain dengan tetap mengacu pada materi/tujuan pembelajaran.

Langkah-langkah metode pembelajaran tipe TPS dimulai dengan guru

menyampaikan isi materi dan kompetensi yang ingin dicapai setelah itu siswa

diberikan waktu untuk berfikir (Think) tentang materi yang disampaikan guru.

Kemudian siswa diminta berpasangan dengan pasangannya (pair) dan

mengutarakan hasil pemikiran masing-masing. Guru memimpin pleno kecil

diskusi, tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas.

Kemudian guru bersama-sama siswa memberi kesimpulan.

Berbeda dengan NHT yang melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah

materi dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut, TPS

Gambar

Tabel 1: Hasil Ujian MID Semester Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Metro
Tabel 2 : Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kewirausahaan Kelas
Tabel 3. Penelitian yang Relevan
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Siti Faridah (991510201023), Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Jember, Judul &#34;Analisis Ekonomi dan Prospek Pengembangan

Comments/justifications for changes: A new conceptual model and encoding for temporal concepts is developed as part of SWE Common instead of importing ISO 19108.. The reasons for

[r]

memengaruhi dan membentuk individu e-lifestyle Valentine and Powers (2013) Generation Y Value and Lifestyle Segments Segmentasi Generasi Y One way anova Sampel :

Saya merasa kebutuhan saya dengan membeli produk smartphone Samsung terpuaskan dengan pilihan yang saya gunakan

• Database management systems (DBMS) menyediakan metode untuk representasi data secara digital, prosedur untuk desain sistem dan menangani data besar, terutama pengaksesan

Sehubungan dengan akan dilaksanakannya klarifikasi dan negosiasi dan dengan berakhirnya masa sanggah, untuk itu kami mengundang Direktur Utama / Pimpinan Perusahaan

Universitas