POLA SEGREGASI KARAKTER AGRONOMI KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill) GENERASI F2 HASIL PERSILANGAN
WILIS X MALANG 2521
(Skripsi)
Oleh
SIGIT ARDIANSYAH
UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Mumbang Jaya, Kecamatan Jabung, Lampung Timur
pada tanggal 03 Agustus 1989 sebagai anak ke-lima dari lima bersaudara
pasangan Bapak Suhardi dan Ibu Rukiyem. Penulis mengawali pendidikan formal
di SD Negeri Mumbang Jaya Kecamatan Jabung tahun 1996, SLTP Gula Putih
Mataram tahun 2002, SMA Negeri 10 Bandar Lampung tahun 2005, dan pada
tahun 2008 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas
Lampung Program Studi Agroteknologi melalui Penelusuran Kemampuan
Akademik dan Bakat (PKAB).
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten praktikum mata
kuliah Teknologi Benih tahun 2011 dan Pemuliaan Tanaman tahun 2012. Penulis
juga pernah mengikuti kegiatan antara lain : Training Emotional Spiritual
Quotient (ESQ) di Bandar Lampung tahun 2011 sebagai peserta dan Optimalisasi
Keterampilan Mahasiswa Dalam Penulisan Artikel Ilmiah tahun 2012 sebagai
peserta. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata di Kelurahan Ganjar Asri
Kecamatan Metro Barat pada tahun 2011 dan Praktik Umum di PTP Nusantara
Kepenatan yang akan segera hilang dan kebanggaan di dalam hati serta puji syukur terpanjat kepada-Nya, kupersembahkan karya sederhanaku ini dengan
tulus dan ikhlas untuk orang-orang yang menyayangiku, berdoa, dan selalu menunggu keberhasilanku: Bapak, Ibu, Kakak, dan Adikku
Keberhasilan kita tidak hanya diukur dari seberapa besar dan tinggi daratan impian yang bisa kita capai di akhir perjalanan,
Tetapi keberhasilan kita dinilai dari kualitas dari perjalanan kita.
Bila kita menjaga kualitas perjalanan harian kita, kapan pun perjalanan kita akan berakhir dengan baik.
~Mario Teguh~
Ukuran tubuhmu tidak penting, ukuran otakmu cukup penting ukuran hatimu itulah yang terpenting
~BC Gorbes~
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Ir. Nyimas Sa’diyah, M.P., selaku Pembimbing Utama dan selaku
Pembimbing Akademik yang telah memberikan perhatian, pemikiran, dan
semangat untuk meningkatkan kemampuan akademik penulis, dan bimbingan
yang sangat membangun selama penulis melakukan perkuliahan, penelitian,
dan penyelesaian skripsi.
2. Ibu Dr. Ir. Maimun Barmawi, M.S., selaku Pembimbing Kedua atas saran,
bimbingan, nasihat, kritik, arahan, koreksi, dan perhatian yang diberikan
kepada penulis selama melakukan penelitian dan dalam rangka penyelesaian
skripsi.
3. Bapak Dr. Ir. Erwin Yuliadi, M.Sc., selaku Penguji atas masukan dan
saran-saran yang berharga dalam menyempurnakan skripsi ini.
4. Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P., selaku Ketua Program Studi
Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
5. Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian
iii 6. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Agroteknologi Universitas Lampung yang
telah memberikan wawasan dan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi
penulis.
7. Rekan-rekan selama penelitian: Andika Yushardi, Elida Yantama, Lindiana,
Maylinda Widiastuti, Sri Hartati, dan Wastudiawan, atas persaudaraan,
kebersamaan, dan bantuannya sehingga dapat diselesaikannya skripsi ini.
8. Teman-teman penulis Agroteknologi angkatan 2008 yang telah memberikan
persahabatan, saran, motivasi, dan semangat kepada penulis selama
perkuliahan di Universitas Lampung.
9. Teman-teman di Madukoro, atas persaudaraan, kebersamaan, dan bantuannya
sehingga dapat diselesaikannya skripsi ini.
10.Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan orang lain yang
membacanya.
Bandar Lampung, 15 Agustus 2012
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... viii
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Landasan Teori ... 4
1.5 Kerangka Pemikiran ... 6
1.6 Hipotesis ... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9
2.1 Tanaman Kedelai ... 9
2.1.1 Taksonomi dan Morfologi ... 9
2.1.2 Syarat Tumbuh Kedelai ... 11
2.2 Varietas Kedelai ... 11
2.3 Karakter Tanaman ... 12
2.4 Pola Pewarisan ... 13
vii
III. BAHAN DAN METODE ... 17
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 17
3.2 Bahan dan Alat ... 17
3.3 Metode Penelitian ... 18
3.3.1 Uji Khi-Kuadrat Untuk Distribusi Normal ... 18
3.3.2 Uji Khi-Kuadrat Untuk Menguji Nisbah Mendel dan Modifikasinya ... 20
3.4 Pelaksanaan Penelitian ... 21
3.4.1 Penentuan Jumlah Populasi Tanaman ... 21
3.4.2 Persiapan Lahan ... 22
3.4.3 Penanaman ... 23
3.4.4 Pemupukan ... 23
3.4.5 Pemeliharaan Tanaman ... 23
3.4.6 Pemanenan ... 24
3.5 Pengamatan ... 24
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 26
4.1 Hasil Penelitian ... 26
4.2 Pembahasan ... 35
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 39
5.1 Kesimpulan ... 39
5.2 Saran ... 39
DAFTAR PUSTAKA ... 40
LAMPIRAN ... 43
ABSTRACT
SEGREGATION PATTERN OF SOYBEAN (Glycine max (L.) Merrill) AGRONOMIC CHARACTERS F2 GENERATION FROM THE RESULT
OF CROSSING WILIS X MALANG 2521
By
SIGIT ARDIANSYAH
Soybean production in Indonesia is still low so it is necessary to improve soybean
production. One of the efforts to increase soybean production is by using high
yielding variety from crossing two elders. Crossing two elders who have
characters with different properties in F2 generations will get into segregation.
The segregation pattern of a character is one of the genetic parameters that need to
be known in its relation to the selection process. This research aims to know the
distribution and patterns of segregation and the number of genes that regulate F2
generation of soybean agronomic characters from crossing result of Wilis x
Malang 2521.
The research was conducted at the Experimental Farm of the Faculty of
Agriculture, Lampung University, from November 2011 to February 2012 and the
observation was continued in Plant Breeding and Seed LaboratoryLampung
University. This research laid the experimental design without repetition. The
data analysis was chi-square test for normal distribution and chi-square test for
was flowering lifetimes, harvest lifetimes, plant height, number of productive
branches, number of pods per plant, weight of 100 seeds, and seed weight per
plant.
The results showed the character of flowering lifetimes, plant height, 100 seed
weight and seed weight per plant in F2 populations were normally distributed,
whereas the character of harvest lifetimes, number of productive branches, and
number of pods per plant did not distributed normally. The number of genes that
controlled it were two genes dominant-recessive epistasis with the ratio 13: 3 for
harvesting lifetimes character, two genes that are duplicate recessiveepistasis with
the ratio 9: 7 for character of number of productive branches, and one gene is
ABSTRAK
POLA SEGREGASI KARAKTER AGRONOMI KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill) GENERASI F2 HASIL PERSILANGAN
WILIS X MALANG 2521
Oleh
SIGIT ARDIANSYAH
Produksi kedelai di Indonesia masih rendah sehingga perlu dilakukan peningkatan
produksi kedelai. Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi kedelai adalah
dengan menggunakan varietas unggul hasil persilangan dua tetua. Persilangan
dua tetua yang mempunyai karakter dengan sifat berbeda pada generasi F2 akan
mengalami segregasi. Pola segregasi suatu karakter merupakan salah satu
parameter genetik yang perlu diketahui dalam hubungannya dengan proses
seleksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebaran dan pola segregasi
serta jumlah gen yang mengatur karakter agronomi kedelai generasi F2 hasil
persilangan Wilis x Malang 2521.
Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas
Lampung dari bulan November 2011 sampai dengan Februari 2012 dan
pengamatan dilanjutkan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman,
Universitas Lampung. Penelitian ini ditata dengan rancangan percobaan tanpa
ulangan. Analisis data yang dilakukan yaitu uji khi-kuadrat untuk distribusi
Sigit Ardiansyah
Karakter yang diamati adalah umur berbunga, umur panen, tinggi tanaman,
jumlah cabang produktif, jumlah polong per tanaman, bobot 100 biji, dan bobot
biji per tanaman.
Hasil penelitian menunjukkan karakter umur berbunga, tinggi tanaman, bobot 100
biji dan bobot biji per tanaman pada populasi F2 berdistribusi normal, sedangkan
karakter umur panen, jumlah cabang produktif, dan jumlah polong per tanaman
tidak berdistribusi normal. Jumlah gen yang mengendalikannya yaitu dua gen
yang bersifat epistasis dominan-resesif dengan nisbah 13 : 3 untuk karakter umur
panen, dua gen yang bersifat epistasis resesif duplikat dengan nisbah 9 : 7 untuk
karakter jumlah cabang produktif, dan satu gen yang bersifat dominan sempurna
POLA SEGREGASI KARAKTER AGRONOMI KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill) GENERASI F2 HASIL PERSILANGAN
WILIS X MALANG 2521
Oleh
SIGIT ARDIANSYAH
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN
Pada
Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian
UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Sebaran frekuensi populasi F2 hasil persilangan Wilis x Malang
2521 untuk karakter umur berbunga. ... 28
2. Sebaran frekuensi populasi F2 hasil persilangan Wilis x Malang
2521 untuk karakter tinggi tanaman. ... 29
3. Sebaran frekuensi populasi F2 hasil persilangan Wilis x Malang
2521 untuk karakter bobot 100 biji. ... 29
4. Sebaran frekuensi populasi F2 hasil persilangan Wilis x Malang
2521 untuk karakter bobot biji per tanaman. ... 30
5. Sebaran frekuensi populasi F2 hasil persilangan Wilis x Malang
2521 untuk karakter umur panen. ... 32
6. Sebaran frekuensi populasi F2 hasil persilangan Wilis x Malang
2521 untuk karakter jumlah cabang produktif. ... 33
7. Sebaran frekuensi populasi F2 hasil persilangan Wilis x Malang
2521 untuk karakter jumlah polong per tanaman. ... 33
MENGESAHKAN
1. Tim penguji
Pembimbing Utama : Dr.Ir. Nyimas Sa’diyah, M.P. ...
Anggota
Pembimbing : Dr.Ir. Maimun Barmawi, M.S. ...
Penguji
Bukan Pembimbing : Dr. Ir. Erwin Yuliadi, M.Sc. ...
2. Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 196108261987021001
Judul Skripsi : POLA SEGREGASI KARAKTER
AGRONOMI KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill) GENERASI F2 HASIL
PERSILANGAN WILIS X MALANG 2521
Nama Mahasiswa : Sigit Ardiansyah
Nomor Pokok Mahasiswa : 0814013070
Program Studi : Agroteknologi
Fakultas : Pertanian
Menyetujui,
1. Komisi Pembimbing
Dr.Ir. Nyimas Sa’diyah, M.P. Dr.Ir. Maimun Barmawi, M.S. NIP 196002131986102001 NIP 195005151981032001
2. Ketua Program Studi Agroteknologi
Dr. Ir. Kuswanta F. Hidayat, M.P. NIP 196411181989021002
I. PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Kedelai ( Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu tanaman penghasil
protein dan lemak nabati yang cukup penting untuk memenuhi nutrisi tubuh
manusia. Bagi industri pengolahan pangan di Indonesia kedelai banyak
digunakan sebagai bahan baku pembuatan tahu, tempe, dan kecap. Kebutuhan
akan kedelai meningkat setiap tahunnya, sejalan dengan meningkatnya
pertumbuhan penduduk yang meningkat sebesar 1,49% (BPS, 2011).
Kebutuhan rata-rata biji kedelai di Indonesia mencapai 2,7 juta ton per tahun.
Sementara, produksi kedelai nasional tahun 2011 sebesar 851.286 ton biji kering,
turun sebanyak 55.745 ton dibandingkan dengan produksi tahun 2010 yang
sebesar 907.031 ton. Angka Ramalan I produksi kedelai tahun 2012 sebesar
779.741 ton biji kering (BPS, 2012). Produksi kedelai di Indonesia masih rendah
hanya mampu menutupi kebutuhan kedelai sebesar 40% sedangkan 60% nya
ditutupi oleh impor.
Untuk memenuhi konsumsi dalam negeri, produksi kedelai harus terus
ditingkatkan. Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi dan kualitas kedelai
adalah melalui program pemuliaan tanaman dengan perakitan varietas unggul
2
persilangan antartetua. Persilangan antartetua yang memiliki perbedaan sifat
merupakan salah satu langkah untuk perbaikan karakter suatu tanaman, karena
pada persilangan terjadi penggabungan sifat yang dimiliki oleh masing-masing
tetua. Wilis mempunyai keunggulan daya hasil tinggi, namun rentan terhadap
virus CPMMV (Cowpea Mild Mottle Virus) sedangkan Malang mempunyai
keunggulan tahan terhadap virus CPMMV (Barmawi, 2007). Diharapkan hasil
persilangan akan menghasilkan populasi yang memiliki daya hasil tinggi dan
tahan terhadap virus CPMMV.
Persilangan dua tetua yang mempunyai karakter dengan sifat berbeda pada
generasi F2 tanaman akan mengalami segregasi sesuai dengan hukum Mendel.
Aksi dan interaksi gen yang berbeda akan membuat pola segregasi berbeda (Murti
dkk, 2004). Menurut Baihaki (2000), benih F2 hasil persilangan yang
bersegregasi, persentase heterozigot pada F2 adalah 50%. Menurut Christiana
(1996), tingkat segregasi dan rekombinan yang luas pada generasi F2
tergambarkan melalui sebaran frekuensi genotipenya, yang dapat digunakan
sebagai penduga pola pewarisan sifat dan jumlah gen yang terlibat dalam
pengendali suatu sifat atau karakter.
Dalam program pemuliaan tanaman terdapat tiga hal yang harus diperhatikan
yaitu karakter yang akan dikembangkan, pewarisan karakter yang akan
dikembangkan, serta keberadaan sumber plasma nutfah yang membawa karakter
tersebut. Karakter tanaman dikelompokan menjadi dua yaitu karakter kualitatif,
karakter yang dikendalikan oleh sedikit gen dan karakter kuantitatif, karakter yang
3
Penelitian Sriwidarti (2011) menunjukkan bahwa karakter panjang polong, jumlah
biji per polong, jumlah polong per tanaman, bobot biji per tanaman dan bobot 100
biji pada kacang panjang merupakan karakter kuantitatif yang menyebar normal
dengan satu puncak. Demikian pula, hasil penelitian Sofiari dan Kirana dkk.
(2009) menunjukkan bahwa analisis pola segregasi dan distribusi beberapa
karakter cabai seperti umur berbunga, panjang buah, bobot buah per tanaman, dan
jumlah buah per tanaman menunjukkan karakter kuantitatif.
Menurut Alia dkk. (2004), pola segregasi suatu karakter merupakan salah satu
parameter genetik yang perlu diketahui dalam hubungannya proses seleksi dan
penggabungan karakter-karakter penting dalam suatu genotipe. Pendugaan pola
segregasi dan jumlah gen yang terlibat dalam pembentukan suatu karakter akan
memberi pertimbangan dalam seleksi.
1.2 Rumusan Masalah
Penelitian ini dilakukan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah penyebaran karakter agronomi kedelai generasi F2 hasil
persilangan Wilis x Malang 2521.
2. Bagaimana pola segregasi dan berapa gen yang mengendalikan karakter
4
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah yang telah disusun, maka tujuan
penelitian sebagai berikut:
1. Mengetahui penyebaran karakter agronomi kedelai generasi F2 hasil
persilangan Wilis x Malang 2521.
2. Mengetahui pola segregasi dan jumlah gen yang mengatur karakter agronomi
kedelai generasi F2 hasil persilangan Wilis x Malang 2521.
1.4 Landasan Teori
Penjelasan teoretis terhadap pertanyaan-pertanyaan yang telah dikemukakan
adalah sebagai berikut:
Kedelai merupakan tanaman yang memiliki tipe pembungaan menyerbuk sendiri,
sehingga untuk memperluas variasi genetiknya dapat dilakukan dengan
persilangan. Persilangan merupakan proses penting dalam pemuliaan, karena
persilangan berfungsi sebagai sumber untuk menimbulkan keragaman genetik
pada keturunannya di samping berpotensi menghasilkan galur homozigot yang
menjadi landasan perakitan varietas baru yang memiliki keragaman genetik yang
luas dan disertai dengan berbagai karakter yang diinginkan (Barmawi, 2007).
Sumber keragaman genetik dapat diperoleh melalui kegiatan introduksi,
persilangan, mutasi, atau melalui proses transgenik. Persilangan tetua yang masih
heterozigot akan menghasilkan turunan F1 yang beragam, sedangkan tetua yang
telah homozigot menghasilkan turunan F1 yang seragam dan segregasi akan
5
puncak keragaman genetik dicapai pada populasi F2 karena terdiri atas semua
kombinasi genotipe dengan frekuensi yang tetap untuk semua karakter induk yang
bersegregasi. Adanya segregasi akan menghasilkan keragaman genetik yang
perlu diseleksi dan dievaluasi sesuai dengan tujuan pemuliaan (Sofiari dan Kirana,
2009).
Pewarisan sifat dari tetua kepada keturunannya dikendalikan oleh sejumlah gen
dengan aksi gen tertentu. Menurut Welsh (1991), tipe aksi gen dapat dibedakan
menjadi dua yaitu interaksi antar-alel pada lokus yang berbeda (interlokus) dan
interaksi antar-alel pada lokus yang sama (intralokus). Interaksi intralokus
dominan akan menghasilkan perbandingan segregasi fenotipe 3 : 1 pada keturunan
F2, sedangkan tidak ada dominansi menghasilkan nisbah 1 : 2 : 1. Pada interlokus
akan menghasilkan nisbah 12 : 3 : 1 untuk epistasis dominan, 9 : 3 : 4 untuk
epistasis resesif, 15 : 1 untuk duplikat epistasis dominan, 9 : 7 untuk duplikat
epistasis resesif, dan 13 : 3 untuk interaksi inhibitor.
Karakter agronomi merupakan karakter tanaman yang berdasarkan morfologi dan
hasil tanaman (Rachmadi, 2000). Secara umum karakter tanaman dibagi menjadi
dua yaitu karakter kualitatif dan karakter kuantitatif (Baihaki, 2000). Karakter
kuantitatif merupakan karakter yang dikendalikan oleh banyak gen dan sangat
dipengaruhi oleh lingkungan (Kirana dkk., 2005), sedangkan karakter kualitatif
merupakan karakter yang umumnya dikendalikan oleh sedikit gen dan tidak atau
sedikit dipengaruhi oleh lingkungan (Murti dkk., 2004). Menurut Baihaki (2000),
karakter kualitatif merupakan karakter yang perkembangannya dikondisikan oleh
6
daun, dan bagian tanaman lainnya termasuk dalam kelompok karakter kualitatif.
Karakter kuantitatif merupakan karakter yang dikendalikan oleh banyak gen yang
masing-masing gen berkontribusi terhadap penampilan, dan masing-masing gen
kontribusinya tidak besar. Yang termasuk dalam karakter kuantitatif diantaranya
tinggi tanaman, jumlah butir, kandungan protein biji, umur berbunga, umur panen,
dan hasil biji.
Menurut Allard (1995), ciri yang dapat digunakan untuk membedakan karakter
kualitatif dan kuantitatif adalah dengan melakukan uji normalitas data pada
karakter-karakter yang diamati. Hasil penelitian Wibowo (2002) menunjukkan
bahwa sebaran frekuensi tinggi tanaman dan jumlah polong hampa kedelai
generasi F2 membentuk kurva normal yang sebarannya kontinu, yang berarti
bahwa ekspresi karakter tinggi tanaman bersifat poligenik, sedangkan jumlah
cabang total dan jumlah cabang produktif bersifat oligogenik. Penelitian
Anderson dkk. (1993) menunjukkan bahwa jumlah polong dan jumlah biji kacang
tanah bersifat dominan dan dikendalikan oleh gen monogenik.
1.5 Kerangka Pemikiran
Dari landasan teori yang telah dikemukakan, maka disusun kerangka pemikiran
sebagai berikut:
Produksi kedelai di Indonesia saat ini belum dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat Indonesia, kebutuhan akan kedelai menyebabkan Indonesia harus
7
beberapa hal. Salah satunya tidak digunakannya varietas unggul bermutu dalam
penanaman sehingga hasil yang didapatkan tidak maksimum.
Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu dan produksi kedelai adalah melalui
kegiatan pemuliaan dengan persilangan, dari persilangan diharapkan dapat
menghasilkan zuriat-zuriat yang memiliki karakter-karakter tanaman kedelai yang
diinginkan. Pada penelitian ini benih yang digunakan adalah benih kedelai Wilis
yang termasuk salah satu varietas unggul yang berproduksi tinggi namun rentan
terhadap serangan virus di lapangan seperti serangan virus CPMMV. Oleh sebab
itu, perlu dilakukan perakitan tanaman kedelai yang tahan virus dan daya hasil
tinggi. Salah satu upayanya yaitu dengan menyilangkan tanaman kedelai Wilis
dengan Malang 2521 yang mempunyai ketahanan terhadap virus tersebut.
Persilangan dua tetua yang mempunyai karakter dengan sifat berbeda pada
generasi F2 tanaman akan mengalami segregasi. Dari pola segregasi akan
diketahui bagaimana pewarisan karakter agronomi kedelai generasi F2 hasil
persilangan antara Wilis x Malang 2521. Karakter agronomi merupakan karakter
tanaman yang berdasarkan morfologi dan hasil tanaman sehingga berkontribusi
pada nilai ekonomi.
Karakter suatu tanaman dibagi menjadi dua yaitu karakter kualitatif dan karakter
kuantitatif. Karakter kualitatif pada umumnya dikendalikan oleh sedikit gen.
Karakter yang dikendalikan sedikit gen akan memiliki sebaran diskontinu dengan
dua, tiga atau empat puncak, tergantung pada banyaknya gen yang mengendalikan
karakter tersebut. Karakter kuantitatif pada umumnya dikendalikan oleh banyak
8
panen, tinggi tanaman, jumlah cabang produktif, jumlah polong per tanaman,
bobot biji per tanaman, dan bobot 100 biji termasuk karakter kuantitatif. Hal yang
dapat dilakukan untuk membedakan karakter kualitatif maupun karakter
kuantitatif yaitu dengan melakukan uji normalitas data pada karakter-karakter
yang diamati.
1.6 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, maka hipotesis yang
diajukan sebagai berikut:
1. Karakter agronomi kedelai (umur berbunga, umur panen, tinggi tanaman,
jumlah cabang produktif, jumlah polong per tanaman, bobot biji per tanaman,
dan bobot 100 biji) pada generasi F2 hasil persilangan Wilis x Malang 2521
menyebar normal.
2. Karakter agronomi kedelai (umur berbunga, umur panen, tinggi tanaman,
jumlah cabang produktif, jumlah polong per tanaman, bobot biji per tanaman,
dan bobot 100 biji) pada generasi F2 hasil persilangan Wilis x Malang 2521
tidak mengikuti pola pewarisan Mendel dan penyimpangan pewarisan Mendel,
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Kedelai
2.1.1 Taksonomi dan Morfologi
Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman
pangan dari famili Leguminosae yang berumur pendek. Secara taksonomi
tanaman kedelai diklasifikasikan ke dalam kelas Dicotyledonae, ordo Polypetales,
familli Leguminosae, Spesies Glycine max [L.] Merrill (Rukamana dan Yuniarsih,
1996).
Kedelai merupakan tanaman dikotil semusim dengan percabangan sedikit, sistem
perakaran akar tunggang, dan batang berkambium. Kedelai dapat berubah
penampilan menjadi tumbuhan setengah merambat dalam keadaan pencahayaan
rendah (Sutomo, 2011). Tanaman kedelai mempunyai struktur perakaran yang
terdiri atas akar lembaga, akar tunggang, dan akar serabut. Pada tanah subur
panjang akar tanaman dapat mencapai kedalaman 2 m. Namun rata-rata
pertumbuhan akar hanya mencapai kedalaman 20—50 cm (Adisarwanto, 2005).
Kedelai berdasarkan morfologinya termasuk tanaman perdu. Batang tanaman
kedelai tumbuh hingga ketinggian 30—100 cm dari permukaan tanah. Batang
10
memiliki tiga tipe pertumbuhan, yaitu tipe determinate, indeterminate, dan
semideterminate (Suprapto,1998).
Tanaman kedelai memiliki dua jenis daun, yaitu daun tunggal dan daun trifoliate.
Daun kedelai memiliki dua bentuk yaitu berbentuk oval dan lancip, perbedaan
bentuk daun ini dipengaruhi oleh faktor genetik. Setiap daun memiliki trichome
yang berwarna cerah dengan jumlah yang bervariasi. Tanaman kedelai mulai
berbunga rata-rata umur 5—7 minggu setelah tanam. Tangkai bunga umumnya
muncul pada ketiak daun. Bunga pertama akan muncul pada buku ke lima atau ke
enam. Kondisi suhu yang tinggi dengan kelembaban yang rendah akan
merangsang pembentukan bunga. Jumlah bunga pada setiap tanaman bervariasi
antara 20—25 bunga. Bunga tanaman kedelai dapat dibedakan menjadi dua yaitu
warna putih dan ungu (Adisarwanto, 2005).
Bunga kedelai berbentuk seperti kupu-kupu, terdiri atas kelopak, tajuk, benang
sari (anteredium) dan kepala putik (stigma). Warna mahkota bunga kedelai putih
atau ungu tergantung dari varietasnya. Bunga jantan pada kedelai terdiri atas
sembilan benang sari yang membentuk tabung benang sari. Bila bunga masih
kuncup, kedudukan kepala sari berada di bawah kepala putik, tetapi pada saat
kepala sari menjelang pecah tangkai sari memanjang sehingga kepala sari
menyentuh kepala putik yang menyebabkan terjadi penyerbukan pada saat bunga
masih tertutup menjelang mekar (Kasno dkk., 1992). Polong kedelai pertama kali
terbentuk setelah 7—10 hari munculnya bunga pertama. Jumlah polong pada
setiap bukunya beragam antara 1—10 polong setiap kelompoknya. Pada setiap
11
2.1.2 Syarat Tumbuh Kedelai
Tanaman kedelai dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah dengan syarat drainase
dan aerasi tanah cukup baik serta ketersediaan air yang cukup selama masa
pertumbuhan (Sutomo, 2011). Tanaman kedelai dapat tumbuh dengan baik di
dataran rendah hingga daerah dengan ketinggian 900 m dpl. Untuk tumbuh
dengan baik tanaman kedelai membutuhkan temperatur antara 25—27 °C,
kelembaban 65%, penyinaran matahari 12 jam/hari, dan curah hujan paling
optimum 100—200 mm/bulan (Rukmana dan Yuniarsih, 1996). Tanaman kedelai
cocok pada lahan dengan kesuburan tinggi. Agar dapat tumbuh dengan baik,
kedelai membutuhkan lahan dengan kisaran pH 5,8—7 (Kanisius, 1989).
2.2 Varietas kedelai
Kedelai varietas Wilis dilepas tanggal 21 Juli 1983 berdasarkan SK Mentan
TP240/519/Kpts/7/1983, nomor induk B 3034. Varietas ini merupakan hasil
seleksi keturunan persilangan Orba x No. 1682 dan hasil rata-rata sebesar 1,6
ton/ha. Warna hipokotilnya ungu, warna batang hijau, warna daun hijau tua,
warna bulu coklat tua, warna bunga ungu, warna kulit biji kuning, warna polong
tua coklat tua, warna hylum coklat tua, tipe tumbuh determinate, umur berbunga
±39 hari, umur matang 85–90 hari, tinggi tanaman ± 50 cm, bentuk biji oval dan
agak pipih, bobot 100 biji ± 10 g, kandungan protein sebesar 37%, dan kandungan
minyak 18%. Varietas ini tahan rebah, agak tahan karat daun dan virus
12
Kedelai Malang 2521 dicirikan dengan warna testa biji berwarna kehijauan,
tanaman akan membelit jika ternaungi dan kedelai ini termasuk kedelai yang
tahan terhadap serangan virus CPMMV (Barmawi, 2007).
2.3 Karakter Tanaman
Karakter tanaman adalah sifat-sifat yang muncul pada tanaman. Menurut
Komariah dkk. (2007), suatu karakter dikendalikan oleh sejumlah gen dan aksi
gen tertentu. Jumlah dan aksi gen yang mengendalikan suatu karakter akan
menentukan mudah tidaknya karakter tersebut diwariskan.
Karakter tanaman dibagi menjadi dua yaitu karakter kualitatif dan karakter
kuantitatif. Karakter kualitatif merupakan karakter yang tidak dipengaruhi oleh
lingkungan, karakter ini dikendalikan oleh sedikit gen sedangkan karakter
kuantitatif merupakan karakter yang dikendalikan oleh banyak gen (Rachmadi,
2000). Penanganan karakter kuantitatif dalam pemuliaan tidak sesederhana
karakter kualitatif yang dapat diarahkan dengan menggunakan nisbah Mendel.
Ciri yang dapat digunakan untuk membedakan karakter kuantitatif dan karakter
kualitatif menurut Allard (1995) adalah
1. Pada karakter kuantitatif terdapat ragam kontinu pada kurva sebaran frekuensi
di dalam generasi bersegregasi.
2. Pada karakter kualitatif terdapat ragam terputus pada kurva sebaran frekuensi
13
2.4 Pola Pewarisan
Kedelai merupakan tanaman diploid yang menyerbuk sendiri. Tanaman sebagai
organisme diploid memiliki dua set kromosom, keduanya dapat saling bergabung
membentuk gen dengan dua alel yang berbeda (Fehr, 1987). Menurut Crowder
(1997), sesuai dengan mekanismenya setiap kali terjadi penyerbukan sendiri maka
frekuensi alel homozigot akan meningkat sedangkan alel heterozigot akan
menurun frekuensinya.
Fenotipe suatu individu ditentukan oleh genotipenya dan pengaruh lingkungan,
yang dinyatakan sebagai fenotipe = genotipe + lingkungan. Fenotipe mengacu
pada penampilan atau pengukuran karakter, genotipe mengacu pada gen yang
mengendalikan karakter, sedangkan lingkungan meliputi seluruh faktor luar yang
dapat mempengaruhi penampilan gen yang mengendalikan karakter, seperti
kelembaban, kesuburan tanah, suhu, dan tindakan manusia (Fehr, 1987).
Penampilan suatu tanaman dengan tanaman lainnya pada dasarnya akan berbeda.
Perbedaan yang ditimbulkan dari suatu penampilan tanaman akan menimbulkan
variasi atau keragaman. Keragaman suatu karakter tanaman disebabkan oleh
variabilitas genetik, penyusun populasi, variabilitas lingkungan, dan variabilitas
interaksi genotipe x lingkungan (Rahmadi, 2000).
Pewarisan sifat tidak selalu mengikuti pewarisan Mendel. Penyimpangan
terhadap pewarisan Mendel dapat terjadi disebabkan adanya interaksi antar-alel
pada lokus yang sama yang disebut dengan dominan tak sempurna. Nisbah pada
14
berbeda yang biasa disebut dengan epistasis. Pada interaksi ini akan dihasilkan
nisbah 12:3:1 jika interaksi interlokus epistasi dominan, 9:3:4 untuk epistasi
resesif, 15:1 untuk duplikat epistasis dominan, 9:7 untuk duplikat epistasis resesif,
dan 13:3 untuk interaksi dominan dan resesif (Stansfield, 1991).
2.5 Modifikasi Nisbah Mendel
Secara garis besar modifikasi nisbah Mendel dapat dibedakan menjadi dua
kelompok, yaitu modifikasi nisbah 3 : 1 dan modifikasi nisbah 9 : 3 : 3 : 1.
1. Modifikasi Nisbah 3 : 1
a. Semi dominansi
Peristiwa semi dominansi terjadi apabila suatu gen dominan tidak menutupi
pengaruh alel resesifnya dengan sempurna, sehingga pada individu heterozigot
akan muncul. Dengan demikian, individu heterozigot akan memiliki fenotipe
yang berbeda dengan fenotipe individu homozigot dominan. Akibatnya, pada
generasi F2 tidak didapatkan nisbah fenotipe 3 : 1, tetapi menjadi 1 : 2 : 1 seperti
halnya nisbah genotipe.
b. Kodominansi
Seperti halnya semi dominansi, peristiwa kodominansi akan menghasilkan nisbah
fenotipe 1 : 2 : 1 pada generasi F2. Bedanya, kodominansi tidak memunculkan
sifat antara pada individu heterozigot, tetapi menghasilkan sifat yang merupakan
hasil ekspresi masing-masing alel. Dengan perkataan lain, kedua alel akan
15
2. Modifikasi Nisbah 9 : 3 : 3 : 1
Modifikasi nisbah 9 : 3 : 3 : 1 disebabkan oleh peristiwa yang dinamakan
epistasis, yaitu penutupan ekspresi suatu gen non-alelik. Jadi, dalam hal ini suatu
gen bersifat dominan terhadap gen lain yang bukan alelnya. Ada beberapa macam
epistasis, masing-masing menghasilkan nisbah fenotipe yang berbeda pada
generasi F2.
a. Epistasis resesif
Peristiwa epistasis resesif terjadi apabila alel resesif pada satu lokus menekan
penampakan fenotipe pada lokus yang lain. Akibat peristiwa ini, pada generasi
F2 akan diperoleh nisbah fenotipe 9 : 3 : 4.
b. Epistasis dominan
Pada peristiwa epistasis dominan terjadi apabila alel dominan pada satu lokus
mempengaruhi penampakan fenotipe dari gen lokus lain. Nisbah fenotipe pada
generasi F2 dengan adanya epistasis dominan adalah 12 : 3 : 1.
c. Epistasis resesif ganda
Apabila homozigot resesif pada dua lokus mempengaruhi penampakan fenotipe
yang sama. Epistasis ini menghasilkan nisbah fenotipe 9 : 7 pada generasi F2.
d. Epistasis dominan ganda
Terjadi apabila dua gen berperan hampir sama dan saling menggantikan.
16
e. Epistasis domian-resesif
Epistasis dominan-resesif terjadi apabila gen dominan pada satu lokus dan gen
resesif pada lokus lain mempengaruhi penampakan fenotipe yang sama. Epistasis
ini menghasilkan nisbah fenotipe 13 : 3.
f. Epistasis gen duplikat dengan efek kumulatif
Terjadi apabila gen bukan alel bekerja secara aditif untuk menampakkan sifat
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai dengan Februari
2012. Penanaman dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas
Lampung. Ketinggian tempat percobaan 100—150 dpl dengan jenis tanah
Ultisol. Pengamatan setelah panen dilakukan di Laboratorium Benih dan
Pemuliaan Tanaman, Universitas Lampung.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kedelai F2 hasil persilangan
Wilis x Malang 2521, benih tetua Wilis, benih tetua Malang 2521, insektisida
berbahan aktif karbofuran, pestisida berbahan aktif deltametrin, fungisida
berbahan aktif mankozep 80%, pupuk Urea 50 kg/ha, SP-36 100 kg/ha, KCl 100
kg/ha, dan pupuk organik.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: cangkul, meteran, tali rafia,
gunting, patok, tugal, gembor, kertas label, benang, plastik, golok, paranet, mistar,
18
3.3 Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan rancangan percobaan tanpa ulangan karena benih
yang digunakan adalah benih F2 yang masih mengalami segregasi (Baihaki,
2000), sehingga benih belum homozigot secara genetik. Analisis data yang
dilakukan meliputi uji khi-kuadrat untuk distribusi normal dan uji khi-kuadrat
untuk menguji nisbah Mendel dan modifikasinya (goodnes of fit).
3.3.1 Uji Khi-Kuadrat Untuk Distribusi Normal
Pengujian kesesuaian distribusi normal digunakan uji khi-kuadrat (Gomez dan
Gomez, 1995). Adapun tahapan perhitungannya adalah sebagai berikut :
[image:34.595.111.450.458.624.2]1. Andaikan n sebagai banyaknya pengamatan dalam gugus data dan dibuatkan
tabel frekuensi
2. Rataan ( ̅ dan ragam ( dihitung dari tabel frekuensi
a. Rata-rata :
b. Ragam :
3. Nilai Z baku, untuk batas terendah (Zi) dan batas tertinggi (Zh) dihitung dengan
cara sebagai berikut:
19
4. Peluang setiap kelas ditentukan dengan rumus:
Pi = P(Zi < X < Zh)
5. Frekuensi harapan dari setiap kelas dihitung dengan rumus:
Fi = (n)(Pi)
6. Khi-kuadrat untuk distribusi normal dihitung sebagai berikut
∑
Keterangan : Xi : Nilai kelas ke-i
fi : Frekuensi kelas ke-i
p : Banyaknya kelas
Hipotesis pertama (H0) menduga bahwa uji khi kuadrat untuk distribusi normal
karakter agronomi kedelai generasi F2 hasil persilangan Wilis x Malang 2521
berdistribusi normal; dengan demikian H0 diterima bila X2hitung< X2 tabel.
Sebaliknya, H0 ditolak bila X2hitung >X2 tabelberarti bahwa uji khi kuadrat untuk
distribusi normal karakter agronomi kedelai generasi F2 hasil persilangan Wilis x
Malang 2521 tidak berdistribusi normal.
Apabila dari uji khi kuadrat untuk distribusi normal menyebar normal dilakukan
uji setangkup dan kemenjuluran (Walpole, 1993).
̅ ̃
Keterangan : ̅ : Rata-rata
̃ : Median
s : Simpangan baku
20
Apabila hasil uji setangkup dan kemenjuluran bernilai nol dapat dikatakan sebaran
data yang diuji setangkup sempurna. Tetapi, jika hasil uji setangkup dan
kemenjuluran bernilai antara -3 dan +3 dapat dikatakan sebaran data yang diuji
menjulur ke kanan bila bernilai positif dan menjulur ke kiri bila bernilai negatif.
3.3.2. Uji Khi-Kuadrat Untuk Menguji Nisbah Mendel dan Modifikasinya
Pengujian kesesuaian antara nilai pengamatan dan nilai harapan digunakan uji
khi-kuadrat yang tergantung dari banyaknya kelas (Gomez dan Gomez, 1995).
a. Dua kelas
∑ |
b. Lebih dari dua kelas
∑
Keterangan :
i = 1, 2, 3, ...n DK= n-1
oi = Jumlah pengamatan ke-i berdasarkan hasil pengamatan
ei =Jumlah pengamatan ke-i yang diharapkan berdasarkan hipotesis
Hipotesis pertama (H0) menduga bahwa pola segregasi karakter agronomi kedelai
generasi F2 hasil persilangan Wilis x Malang 2521 sesuai dengan nisbah Mendel
atau modifikasinya; dengan demikian H0 diterima bila X2hitung< X2 tabel. dan
[image:36.595.112.459.313.596.2]21
agronomi kedelai generasi F2 hasil persilangan Wilis x Malang 2521 tidak sesuai
dengan hukum Mendel atau modifikasinya.
Andaikan gen pengendali bersifat sederhana, maka populasi F2 akan dicocokkan
terhadap beberapa nisbah, menurut (Stansfileld dan Susan, 2006), jika distribusi
penampilan populasi F2 menunjukkan:
1. Dua kelas : maka kemungkinan nisbah yang terjadi adalah 3:1 (satu gen
dominan penuh), 9:7 (dua gen epistasis resesif duplikat), 13:3 (dua gen
epistasis dominan resesif), atau 15:1 (dua gen epistasis dominan duplikat).
2. Tiga kelas : maka kemungkinan nisbah yang terjadi adalah 1:2:1 (satu gen
dominan tidak sempurna), 9:3:4 (dua gen epistasis resesif), 9:6:1 (dua gen
dengan efek kumulatif), atau 12:3:1 (dua gen epistasis dominan).
3. Empat Kelas : maka nisbah fenotipe kemungkinannya adalah 9:3:3:1 (dua gen
dominan penuh).
3.4 Pelaksanaan Penelitian
3.4.1 Penentuan Jumlah Populasi Tanaman
Menurut Barmawi (1998), ada beberapa alasan dalam penentuan besarnya
populasi F2 minimum agar diperoleh minimal satu genotipe yang diinginkan dari
populasi yang ditelaah dan menjamin segregasi yang diharapkan.
Beberapa alasan tersebut apabila:
a. Karakter yang diamati mahal dan pengamatannya membutuhkan waktu lama.
b. Dugaan kontrol genetik dari karakter tersebut sederhana dan jumlah gen yang
22
Rumus yang digunakan untuk penentuan jumlah populasi F2 minimum adalah
sebagai berikut Baihaki (2000).
Keterangan:
n : Jumlah tanaman yang dibutuhkan F :
q : Peluang kegagalan memperoleh genotipe yang diinginkan
Adapun jumlah populasi F2 minimum tanaman kedelai adalah
n : 71,4286 tanaman ~ 80 tanaman.
Jadi benih yang ditanam dalam penelitian sebanyak 80 benih kedelai generasi F2
persilangan Wilis x Malang2521, namun dari 80 benih yang ditanam yang dapat
tumbuh sebanyak 57 tanaman.
3.4.2 Persiapan Lahan
Persiapan lahan dilakukan dengan pengolahan lahan sampai lahan gembur dengan
mencangkul tanah sedalam 20—30 cm. Petak percobaan dibuat dengan ukuran 5
23
3.4.3 Penanaman
Penanaman dilakukan dengan cara menugal tanah sedalam 3—5 cm dengan jarak
tanam 20 cm dalam barisan dan 60 cm antarbaris. Benih yang ditanam sebanyak
80 butir yaitu benih kedelai hasil persilangan Wilis x Malang 2521. Setiap lubang
tanam diisi satu butir benih. Sebelum benih diletakkan pada lubang tanam,
terlebih dahulu lubang tanam diberi Furadan 3G. Setelah itu benih diletakkan
pada lubang tanam lalu ditutup dengan pupuk organik. Kedelai yang telah
ditanam per baris diberi tanda dengan bambu yang telah diberi keterangan benih
yang ditanam. Setelah benih tumbuh tiap tanaman diberi label, yang berisi nomor
genotipe tanaman.
3.4.4 Pemupukan
Pupuk yang digunakan adalah Urea 50 kg/ha, SP36 100 kg/ha, dan KCl 100
kg/ha. Pemupukan dengan Urea dilakukan dua kali pada saat tanaman berumur
15 hst dan saat tanaman memasuki fase pembungaan. Pemberian pupuk SP36 100
kg/ha, dan KCl 100 dilakukan satu kali pada saat tanaman berumur 15 hst.
Pemberian pupuk dengan cara membuat lubang ± 15 cm dari baris tanaman dan
pemberian urea dipisahkan dari lubang SP-36 dan KCl, setelah selesai diberi
pupuk, tugalan ditimbun kembali dengan tanah.
3.4.5 Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman yang dilakukan terdiri atas penyiangan gulma ,
penyiraman, dan pengendalian hama dan penyakit. Penyiangan dilakukan secara
mekanis dengan mencabut rumput yang tumbuh dilahan. Penyiraman dilakukan
24
secara kimia yaitu dengan penyemprotan pestisida decis, berbahan aktif
deltametrin dan fungisida dithane, berbahan aktif mankozep 80% yang
diaplikasikan secara tentatif.
3.4.6 Pemanenan
Pemanenan dilakukan pada saat polong tanaman masak penuh dengan ciri 95%
polong berwarna kecoklatan, batang mengering serta daun sudah mulai mengering
dan rontok. Pemanenan dilakukan dengan cara pencabutan tanaman yang akan
dipanen. Lalu dimasukan kedalam kantung yang terbuat dari koran.
3.5 Pengamatan
Peubah yang diamati dalam penelitian ini terdiri atas :
1. Tinggi tanaman (cm), pengukuran tinggi tanaman dimulai dari leher akar
hingga titik tumbuh tanaman yang dilakukan setelah panen.
2. Umur tanaman berbunga, dihitung berdasarkan jumlah hari sejak tanam sampai
tanaman berbunga pertama kali.
3. Umur panen, pengamatan umur panen dihitung berdasarkan jumlah hari sejak
tanam sampai tanaman dipanen.
4. Jumlah cabang produktif, pengamatan jumlah cabang produktif dihitung
berdasarkan banyaknya cabang tanaman yang dapat menghasilkan polong.
5. Jumlah polong per tanaman, yaitu jumlah seluruh polong yang dihasilkan per
tanaman.
6. Bobot 100 biji per tanaman yaitu, pengamatan dilakukan dengan mengambil
100 biji secara acak, penimbangan dilakukan dengan timbangan analitik pada
25
7. Bobot biji per tanaman, dihitung berdasarkan jumlah biji keseluruhan yang ada
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil analisis data dapat disimpulkan:
1. Sebaran frekuensi karakter umur berbunga, tinggi tanaman, bobot 100 biji dan
bobot biji per tanaman pada populasi F2 menyebar normal sedangkan sebaran
frekuensi untuk karakter umur panen, jumlah cabang produktif dan jumlah
polong per tanaman menyebar tidak normal.
2. Karakter umur panen dikendalikan oleh dua gen yang bersifat epistasis
dominan-resesif dengan nisbah 13 : 3, jumlah cabang produktif dikendalikan
oleh dua gen yang bersifat epistasis resesif duplikat dengan nisbah 9 : 7, dan
jumlah polong per tanaman dikendalikan oleh satu gen yang bersifat dominan
sempurna dengan nisbah 3 : 1.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap karakter yang diamati,
peneliti menyarankan agar dalam pengamatan lebih intensif lagi dan sebaiknya
DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto, T. 2005. Kedelai : Budidaya dengan Pemupukan yang Efektif dan Pengoptimalan Peran Bintil Akar. Penebar Swadaya. Jakarta. 107 hlm.
Anderson, W. F., M.S. Fitzner, T.G. Isleib. 1993. Combining Ability for Large Pod and Seed Traits in Peanut. Peanut 20(1): 49-52
Allard, R.W. 1995. Principles of Plant Breeding. John Wiley and Sons, Inc, New York. 485 pp
Kanisius, A.A. 1989. Kedelai. Kanisius. Yogyakarta. 83 hlm.
Alia, Y., A. Baihaki, N. Hermiati, dan Y. Yuwariah. 2004. Pola Pewarisan Karakter Jumlah Berkas Pembuluh Kedelai. Zuriat 15 (1): 4-30
Assadi, Soemartono, M, Woerjono dan H. Jumanto. 2003. Kendali genetik ketahanan kedelai terhadap penyakit virus kerdil (soybean stunt virus). Zuriat 14 (2): 1-21
Badan Pusat Statistik. 2011. Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi. Edisi 17 Katalog BPS 9199017. 110 hlm
Badan Pusat Statistik. 2012. Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Tanaman
Kedelai Seluruh Provinsi. http://www.bps.go.id/tnmn pgn.php. Diakses 17
Juli 2012.
Baihaki, A. 2000. Teknik Rancangan dan Analisis Penelitian Pemuliaan. Universitas Padjajaran : Bandung. 91 hlm
Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi). 2011. “Varietas Unggul Kedelai”.
http://www.litbang.deptan.go.id/varietas/?l=300&k=310&n=&t=&sv=. Diakses 25 Oktober 2011.
Barmawi, M. 1998. Hubungan antara Ketahanan Tanaman Kedelai Terhadap Lalat Kacang (Ophiomyia phaseoli Tryon) dengan aktivitas Peroksidase
dan Penentuan Pola Pewarisannya. Disertasi. UNPAD : Bandung. 118
41
Barmawi, M. 2007. Pola Segregasi dan Heritabilitas Sifat Ketahanan Kedelai terhadap Cowpea Mild Mottle Virus Populasi Willis x MLG2521. J. HPT Tropika. Vol. 7, No. f: 48 – 52
Christiana, A. L. 1996. Pewarisan Sifat Ketahanan Kedelai Terhadap Serangan
(Ophyomia phaseoli) Tryon di Dalam Kurungan Kasa. Skripsi. Universitas
Padjajaran. Bandung. 64 hlm
Crowder, L. V, 1997. Genetika Tumbuhan. Diterjemahkan dari Plant Genetics
oleh Lilik kusdiati. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 499 hlm.
Fehr, W.R, 1987. Principles of Cultifar Development Vol. 1 Theory and
Technique. Macmillan Pub. Co. New York. 536 pp.
Gomez, K. A. dan A. A. Gomez. 1995. Statistical procedures for Agriculture Research. An IRRI Book. John Wiley & Sons. Sixth Edition. New York. 688 hlm.
Kirana, R.,R. Setiamihardja, N. Hermiati, dan A. H. Permadi. 2005. Pewarisan Karakter Jumlah Bunga Tiap nodus Hasil Persilangan Capsicum annum L. dengan Capsicum cinese. Zuriat 15(2):140-149.
Kasno, A., M.Dahlan, dan Hasnam. 1992.Pemuliaan Tanaman
Kacang-Kacangan. Balai Penelitian Tanaman Pangan Malang, Jawa Timur. 439
hlm
Komariah, A., A. Baihaki, R Setiamiharja dan S. Djakasutami. 2007. Pola Pewarisan Aktivitas Nitrat Reduktase pada Daun dan Akar, serta Kadar N
Total Tanaman sebagai Karakter Penciri Toleransi terhadap Genangan.
Zuriat 18(1): 46—55
Murti, RH., T. Kurniawati, dan Nasrullah. 2004. Pola Pewarisan Karakter Buah Tomat. Zuriat 15(2):140-149
Rachmadi, M. 2000. Pengantar Pemuliaan Tanaman Membiak Vegetatif. Universitas Padjajaran : Bandung. 116 hlm.
Rukamana, M.,dan Y. Yuniarsih. 1996. Kedelai Budidaya dan Pascapanen. Penebar Swadaya. Jakarta. 34 hlm.
Sofiari, E. dan R. Kirana (2009). Analisis Pola Segregasi dan Distribusi Beberapa Karakter Cabai. J. Hort. 19(3):255-263
Sriwidarti. 2011. Pola Pewarisan Karakter Kualitatif dan Kuantitatif Kacang
Panjang Keturunan Testa Coklat x Testa Hitam. Tesis. Unila. Bandar
42
Stansfiled W dan Susan Elrod. 2006. Genetika. Edisi keempat. Erlangga. Jakarta. 328 hlm.
Stansfiled W. 1991. Genetika. Edisi kedua. Erlangga. Jakarta. 417 hlm.
Suprapto, HS. 1998. Bertanam Kedelai. Penebar Swadaya. Jakarta. 74 hlm.
Sutomo, 2011. Budidya Tanaman Kedelai Unggul. http://www. gerbangpertanian. com/2010/04/budidaya-tanaman-kedelai-unggul.html. Diakses tanggal 25 Oktober 2011
Walpole, R.E. 1993. Pengantar Statistika. Edisi ketiga.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 515 hlm.
Welsh, J.R. 1991. Fundamental of Plant Genetic and Breeding (Dasar-dasar Genetika dan Pemuliaan Tanaman alih bahasa Mogea, J.P.). Erlangga. Jakarta. 224 hlm.
Wibowo, C. S. 2002. Pendugaan Parameter Genetik Karakter Toleran Naungan pada Generasi F2 Hasil Persilangan Kedelai (Glycine max (L.) Merr).