I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan daerah sebagai integral dari pembangunan nasional tidak dapat
dilepaskan dari prinsip otonomi daerah. Sesuai dengan amanat Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pemerintah daerah berwenang
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas
otonomi. Pemberian otonomi luas kepada daerah diarahkan untuk mempercepat
terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan,
pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Di samping itu melalui otonomi luas,
daerah diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan memperhatikan
prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan serta
potensi dan keanekaragaman daerah.
Menurut Rozali Abdullah dalam (Panduwinata, Puja, 2007:2) Kemampuan dalam
menggali potensi ekonomi yang ada di daerah merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan penerimaan daerah. Potensi ekonomi menunjukan suatu
kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah atau
wilayah yang perlu dikembangkan dan ditingkatkan guna memberikan nilai
tambah bagi pembangunan ekonomi selanjutnya. Pembangunan nasional adalah
kegiatan yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan
2
Edwar W. Weidner Pembangunan nasional adalah proses perubahan sistem yang
direncanakan menuju ke arah perbaikan yang orientasinya pada modernisasi
pembangunan bangsa dan kemajuan pembangunan nasional. (Ibnu Syamsi,
1994:29)
Untuk mencapai pembangunan nasional, ditunjang dengan adanya keberhasilan
pembangunan di daerah. Oleh karena itu penyelenggaraan otonomi daerah saat ini
dipandang sangat penting untuk memberikan kewenangan yang luas, nyata dan
bertanggung jawab kepada daerah yang diwujudkan dengan peraturan,
pembagian, pemanfaatan sumber daya nasional serta perimbangan keuangan pusat
dan daerah. Dalam rangka pelaksanaan pembangunan daerah dibutuhkan
sumber-sumber pembiayaan yang berasal dari daerah bersangkutan. Salah satu sumber-sumber
pembiayaan pelaksanaan desentralisasi adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Sumber PAD adalah sumber keuangan daerah yang digali dari dalam wilayah
daerah. Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah Kota Metro ada 4, yaitu :
1. Pajak Daerah
2. Retribusi Daerah
3. Laba Usaha Daerah
4. Lain-lain PAD yang sah.
Kota Metro dalam menjalankan otonomi daerahnya yaitu untuk melaksanakan
kegiatan pemerintahan dan pembangunan tidak terlepas dari masalah-masalah
pembiayaan yang termasuk sebagai faktor utama. Hal ini sesuai dengan yang
diatur dalam Pasal 6 pada UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah
3
1. Pendapatan asli daerah
a. Pajak daerah
b. Retribusi daerah
c. Pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
d. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah
2. Dana perimbangan
3. Lain-lain pendapatan daerah yang sah
Kota Metro sebagai daerah pemekaran yang terbentuk pada tahun 1999 tentunya
memerlukan biaya yang besar dalam melaksanakan pembangunan daerahnya, dan
sebagai daerah otonom yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pembangunan
Pemerintah Kota Metro berusaha menggali sumber-sumber keuangan yang berasal
dari Pendapatan Asli Daerah. Untuk itu sebagai konsekuensinya pemerintah Kota
Metro dituntut agar dapat memanfaatkan potensi yang ada dalam menggali dana
sesuai kewenangan dalam mengatur rumah tangganya sendiri terutama
Pendapatan Asli Daerah. Dari sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah
mencerminkan tingkat kemandirian suatu daerah, Penerimaan sumber-sumber
PAD Kota Metro yaitu Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Laba Usaha Daerah,
4
Tabel 1. Realisasi Penerimaan PAD Kota Metro Tahun 2004-2008 (dalam rupiah).
Tahun Pajak Daerah Retribusi Daerah Laba Usaha Daerah
Lain-lain PAD
yang sah Total PAD
2004 2.099.619.681 5.746.208.478 - 3.944.134.901,56 11.789.963.060,56
2005 2.168.380.507 8.179.273.339,1 - 3.673.663.370 14.021.317.216,05
2006 2.447.578.390 10.560.120.556 254.356.641 4.464.298.154,91 17.726.383.741,91 2007 2.497.718.426 10.864.202.877,6 390.476.808 10.547.860.783,33 24.300.258.894,98 2008 2.552.490.505 12.857.933.262 520.452.000 6.086.392.712,23 22.017.268.479,23 Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Metro, 2008
Tabel 1 memperlihatkan bahwa penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kota Metro
yang terbesar berasal dari retribusi daerah, dan PAD terbesar pada tahun 2007
yang mencapai Rp. 24.300.258.894,98. Sedangkan tahun berikutnya, yaitu tahun
2008 penerimaan PAD mengalami penurunan menjadi Rp. 22.017.268.479,23.
Salah satu sumber keuangan yang diharapkan peranannya dalam meningkatkan
penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah hasil pajak daerah dan
retribusi daerah. Menurut Undang-Undang No. 34 Tahun 2000 tentang pajak
daerah dan retribusi daerah, pengertian retribusi daerah adalah pungutan daerah
sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan
atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang atau badan, dan
hasil pungutan tersebut digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah
daerah dan pembangunan daerah. Peningkatan penerimaan Pendapatan Asli
Daerah dapat dijadikan tolak ukur kemampuan pemerintah daerah dalam
menghimpun dana yang berasal dari masyarakat sehingga pemerintah daerah tidak
tergantung sepenuhnya pada pemerintah pusat dengan jalan menggali sumber
Pendapatan Asli Daerah yang berasal dari Retribusi Daerah. Retribusi Daerah
merupakan salah satu pendapatan yang potensial untuk dapat dimanfaatkan dalam
5
mengenai realisasi penerimaan retribusi daerah Kota Metro tahun anggaran
2004-2008.
Tabel 2. Realisasi Penerimaan Retribusi Daerah Kota Metro Tahun 2004-2008 (dalam rupiah).
RD 2004 2005 2006 2007 2008
Ret. Jasa Umum
4.799.250.053 7.137.102.741 9.437.427.885 9.129.551.726 11.031.656.174
Ret. Jasa Usaha
619.143.225 646.855.160 714.459.480 1.258.059.637 1.062.534.728
Ret. Perizinan Tertentu :
Ret. IMB 138.272.759 142.424.795 160.449.257 215.474.564 515.561.244
Ret. HO 68.783.900 94.977.450 92.727.400 104.677.400 121.873.000
Ret. Trayek 13.447.500 13.365.000 10.808.000 7.837.500 11.000.000 Ret. IPPT 28.145.000 29.920.930,05 7.359.500 25.959.902 29.597.775 Ret. Izin
Penutupan jalan
1.530.000 2.755.000 3.535.000 2.950.000 3.860.000
Ret. Peny. Kursus
4.046.000 4.701.000 10.732.000 450.387.000 6.876.000
Ret. Izin Pelatihan kerja
2.840.000 4.281.000 4.281.000 4.257.000 3.504.500
Ret. Izin Perkoprasian
9.010.041 9.645.263 10.176.034 9.635.398 8.291.091
Ret. Izin usaha perdagangan
26.950.000 27.105.000 30.895.000 42.207.250 42.623.750
Ret. Izin usaha angkutan
5.880.000 4.020.000 13.040.000 25.540.000 15.480.000
Ret. Izin usaha kepariwisataan
- - - - 3.250.000
Ret. Izin laik sehat
- - - - 150.000
Jumlah 5.746.208.478 8.179.273.339,1 10.560.120.556 10.864.202.877,6 12.857.933.262
Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Metro, 2008
Tabel 2, menunjukan bahwa penerimaan retribusi daerah dari berbagai macam
retribusi perizinan tertentu di Kota Metro, jumlah retribusi terbesar adalah dari
retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Dengan melihat perkembangan Kota
Metro sebagai daerah administratif yang dapat memenuhi kebutuhan rumah
6
besar, sebagai salah satu penyumbang pendapatan asli daerah dan memiliki
kontribusi terhadap PAD di Kota Metro adalah retribusi izin mendirikan
bangunan, yang pemungutan retribusinya didasarkan pada Peraturan Kota Metro
Nomor 1 Tahun 2005.
Dengan melihat perkembangan Kota Metro sebagai daerah administratif yang
dapat memenuhi kebutuhan rumah tangganya, maka untuk mendukung
penerimaan asli daerah, pemerintah Kota Metro dalam hal ini Dinas Pendapatan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Metro menetapkan target penerimaan
Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) sebagai retribusi yang cukup
potensial di Kota Metro.
Tabel 3. Target dan Realisasi Retribusi IMB Kota Metro Tahun 2004-2008
Tahun Target
(Rp.)
Realisasi (Rp.)
Tingkat Realisasi (%)
2004 150.000.000 138.272.755 92,18
2005 148.500.000 142.424.700 95,91
2006 150.000.000 160.449.200 106,97
2007 158.000.000 215.474.230 136,38
2008 336.241.740 515.561.828 153,33
Jumlah 584,77
Rata-rata 116,95
Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Metro, 2008
Tabel 3, menunjukkan bahwa tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 tingkat
realisasi mengalami peningkatan. Tingkat realisasi terendah terjadi pada
tahun 2004 yaitu sebesar 92,18 persen. Sedangkan tingkat realisasi tertinggi
7
Setiap rencana dimaksudkan untuk dapat direalisasikan dengan sebaik-baiknya.
Rencana yang baik adalah rencana yang sesuai dengan realisasinya, pengertian ini
tidak harus sama persis dengan angkanya, tetapi menggunakan batas toleransi
secara umum yaitu sebesar 10 persen, yang mengandung arti bila realisasi dengan
target terdapat selisih 10 persen dibawah atau diatas rencana secara proposional,
maka dianggap tidak terjadi penyimpangan (Ibnu Syamsi, 1988 : 209). Retribusi
Izin Mendirikan Bangunan (IMB) merupakan salah satu retribusi yang
memberikan sumbangan yang cukup berarti bagi retribusi daerah. Untuk melihat
realisasi retribusi Izin Mendirikan Bangunan dan besarnya sumbangan IMB
terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Metro dapat dilihat pada Tabel di bawah.
Tabel 4. Sumbangan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Metro Tahun 2004-2008.
Tahun Retribusi Daerah (Rp)
PAD (Rp)
Persentase (%)
2004 5.746.208.478 11.789.963.060,56 48,73
2005 8.179.273.339,1 14.021.317.216,05 58,33
2006 10.560.120.556 17.726.383.741,91 59,57
2007 10.864.202.877,6 24.300.258.894,98 44,70
2008 12.857.933.262 22.017.268.479,23 58,39
Rata-rata 53,94
Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Metro, 2008
Pada Tabel 4, terlihat bahwa selama tahun anggaran 2004-2008 sumbangan
Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Asli daerah (PAD) Kota Metro mengalami
fluktuasi. Sumbangan terendah terjadi pada tahun 2004, yaitu sebesar
Rp. 5.764.208.478 atau sebesar 48,73 persen. Sedangkan sumbangan terbesar
8
Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) di Kota Metro terbagi dalam 5 (lima)
jenis perizinan, antara lain : Fungsi I terdiri dari rumah tempat tinggal. Fungsi II
terdiri dari puskesmas dan yayasan, Fungsi III terdiri dari kantor, ruko, cucian
mobil, bengkel dan tempat usaha lainnya, Fungsi IV terdiri dari gudang, Fungsi V
terdiri dari rumah wallet, dan Fungsi Lain-Lain terdiri dari lantai jemur, teras,
lahan parkir dan pagar. Untuk dapat mengetahui rincian jumlah luas bangunan dan
jenis bangunan wajib retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) pada Dinas Tata
Kota Metro tahun 2004-2008 dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Luas Bangunan dan Jenis Bangunan Wajib Retribusi Izin Mendirikan Bangunan Kota Metro Tahun 2004-2008.
Tahun Jenis Bangunan
Jumlah (M2) Fungsi
I
(M2)
Fungsi II
(M2)
Fungsi III
(M2)
Fungsi IV
(M2)
Fungsi V
(M2)
Fungsi
Lain-Lain (M2)
2004 2.106 732 9.054 5.438 2.284,7 1.925,37 21.5402
2005 5.520 950 7.976 9.129 - 2.750 26.325
2006 5.144 1.212 14.910 7.532 - 5.557 34.355
2007 2.733 3.080 22.798 9.666,3 - 5.254 43.531
2008 9.457 1.165 76.411,5 13.180 - 11.112 111.326
Sumber : Dinas Tata Kota Metro, 2008
Pada Tabel 5, menunjukan bahwa jenis penerbitan Izin Mendirikan Bangunan
(IMB) luas bangunan dan jenis bangunan mengalami peningkatan tiap tahunnya,
sedangkan untuk Perizinan wallet berdasarkan data yang diperoleh Penulis sudah
diberhentikan oleh Pemerintah Daerah Kota Metro sejak tahun 2004 jadi untuk
tahun seterusnya tidak ada penambahan jumlah bangunan khusus untuk perizinan
9
B. Permasalahan
Retribusi pada dasarnya merupakan suatu pungutan yang dikenakan sebagai
pembayaran atas jasa yang telah diberikan, dimana manfaat jasa tersebut dapat
langsung dirasakan oleh pengguna jasa. Retribusi dibedakan menjadi tiga jenis,
yaitu Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa Usaha, Retribusi Perizinan Tertentu.
Salah satu retribusi yang berpotensi dan menunjang bagi penerimaan daerah Kota
Metro adalah Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB).
Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa Realisasi retribusi Izin Mendirikan Bangunan
yang ditetapkan Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota
Metro dari tahun 2006 sampai tahun 2008 meningkat melebihi target yang telah
ditetapkan. Hal ini dikarenakan dalam penetapan target tidak memperhatikan
potensi yang ada. Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang
diangkat dalam penelitian ini adalah :
1. Seberapa besar potensi penerimaan Retribusi IMB di Kota Metro.
2. Seberapa besar kontribusi yang diberikan dari retribusi IMB dalam
meningkatkan PAD Kota Metro.
C. Tujuan
Sesuai dengan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka tujuan dari
penulisan ini adalah :
1. Untuk mengetahui potensi penerimaan retribusi Izin Mendirikan Bangunan
(IMB) di Kota Metro.
2. Untuk mengetahui kontribusi yang diberikan dari retribusi IMB dalam
10
D. Kerangka Pemikiran
Dengan adanya otonomi daerah yang diberikan, maka dituntut adanya
kemampuan untuk mengatur dan mengurus rumah tangga daerah. Salah satu
faktor kemampuan yang dapat mendukung pelaksanaan ekonomi dan
pembangunan daerah adalah tersedianya sumber keuangan daerah yang
mencukupi. PAD terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah.
Retribusi daerah merupakan komponen PAD yang memberikan sumbangan yang
cukup besar dalam mendukung peningkatan PAD.
Kota Metro merupakan salah satu daerah otonom, hal ini sesuai dengan tujuan
pemberian otonomi daerah kepada daerah untuk meningkatkan daya guna dan
hasil guna penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan di daerah.
Untuk itu daerah dituntut untuk lebih meningkatkan sumber-sumber daerah
dengan memanfaatkan potensi ekonomi yang ada di daerah. Salah satu sumber
pendapatan yang berperan penting dalam meningkatkan pendapatan daerah adalah
retribusi daerah. Retribusi daerah ini merupakan biaya atas penggunaan
jasa/pelayanan yang telah diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada orang
pribadi/badan. Retribusi IMB merupakan komponen penerimaan retribusi daerah
yang memiliki potensi cukup baik untuk dapat terus ditingkatkan. Wajib retribusi
yaitu orang pribadi atau badan hukum yang menurut peraturan
perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi tersebut
yang harus didukung pula kerjasama dengan Dinas Pendapatan Kota Metro
11
Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Metro juga dituntut
untuk dapat melakukan pengawasan yang baik dalam pencapaian target
penerimaan retribusi izin mendirikan bangunan di Kota Metro, sehingga berbagai
langkah diharapkan dapat meningkatkan serta mengoptimalkan penerimaan
retribusi terutama retribusi IMB di Kota Metro. Dalam hal pemungutan retribusi
Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Dinas Pengelolaan Pendapatan Keuangan dan
Aset Kota Metro bekerja sama dengan Kantor Pelayanan Terpadu dalam hal
pemungutan retribusi dengan wajib retribusi. Kantor Pelayanan Terpadu
merupakan Kantor Pelayanan yang ditunjuk oleh Dinas Pengelolaan Pendapatan
Keuangan dan Aset Kota Metro untuk melakukan pemungutan Retribusi IMB
berdasarkan MoU (Surat Perjanjian) antar kedua belah pihak. Laporan yang
diberikan oleh Kantor Pelayanan Terpadu kepada Dinas Pengelolaan Pendapatan
Keuangan dan Aset Kota Metro hanya bersifat global, yaitu laporan total
keseluruhan perhitungan retribusi Izin Mendirikan Bangunan saja, tanpa adanya
rincian yang jelas mengenai jumlah wajib retribusi dan jumlah yang dibayar oleh
wajib retribusi. Kemudian Dinas Pengelolaan Pendapatan Keuangan dan Aset
Kota Metro menyetorkan ke Kas Daerah. Hal ini dapat dilihat dalam Gambar 1 di
12
Gambar 1. Alur Pemungutan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Kota Metro
E. Sistematika Penulisan
Bab I
Bab II
Bab III
Bab IV Bab V
: Pendahuluan berisikan Latar Belakang, Permasalahan, Tujuan
Penulisan, Kerangka Pemikiran, dan Sistematika Penulisan.
: Landasan Teori yang membahas dan menerangkan teori-teori yang
berkaitan dengan masalah yang diteliti.
: Metode penelitian yang berisikan tentang Jenis dan Sumber Data,
Alat Analisis Regresi Linier Sederhana, Lokasi Penelitian, dan
Gambaran Singkat Objek Penelitian.
: Hasil dan Pembahasan.
: Simpulan dan Saran.
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Kantor Pelayanan Terpadu
Kas Daerah
Dinas Pengelolaan Pendapatan Keuangan
Departemen Pendidikan RI Universitas Lampung Fakultas Ekonomi
Jl. Prof. Dr. Sumantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung 35145
ANALISIS PENERIMAAN RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) TERHADAP PAD KOTA METRO
(Skripsi)
Nama : Leni arif
NPM : 0541021035
Jurusan : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Ekonomi Publik dan Fiskal Pembimbing : M.A Irsan Dalimunthe S.E.
EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR PUSTAKA
Diefta, Prima. 2009. Potensi Penerimaan Cukai Etanol Di Provinsi Lampung Tahun 2010-2030. Skripsi Sarjana. Fakultas Ekonomi. Universitas Lampung.
Djayasinga,Marselina. 2006. Ekonomi Publik Suatu Pengantar. Penerbit Universitas Lampung
Mardiasmo. 2003. Perpajakan (edisi revisi). Penerbit Andi, Yogyakarta. Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Andi
Yogyakarta. Yogyakarta.
Nazir, Mohammad. 2003. Metodologi Penelitian. PT. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Peraturan Daerah Kota Metro Nomor 1 Tahun 2005 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan.
Peraturan Walikota Metro Nomor 19 tahun 2008 Tentang Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi Perangkat Daerah.
Prakosa, Kesit Bambang. 2003. Pajak dan Retribusi Daerah. PT Erisco. Bandung Pribadi, Andhy. 2009. Perkembangan Kinerja Keuangan Retribusi Parkir di
Kabupaten Lampung Selatan 2001-2007. Skripsi Sarjana, Fakultas Ekonomi Universitas Lampung.
Puja, Panduwinata. 2007. Analisis Penerimaan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Terhadap PAD Kota Bandar Lampung. Skripsi Sarjana, Fakultas Ekonomi Universitas Lampung.
Soelarno, Slamet. 2000. Administrasi Pendapatan Daerah. STIA LAN. Press. Jakarta.
Sugiyono. 2006. Statsitik Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung
Suparmoko. 1997. Keuangan Negara Dalam Teori Dan Praktek. BPFE. Yogyakarta.
Syamsi, Ibnu. 1988. Dasar-Dasar Kebijakan Keuangan Negara. PT. Bina Aksara, Jakarta.
Setiawan, Hery.2006.”Evaluasi Proses Pemungutan Pajak Reklame Kota
Bandar Lampung Tahun Anggaran 2001-2004”. Skripsi Sarjana,
Fakultas Ekonomi Universitas Lampung.
Unila. 2006. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Unila.Bandar Lampung.
Lampiran 1. Luas Bangunan dan Jenis Bangunan Wajib Retribusi IMB Kota Metro Tahun 2004-2008
Tahun Jenis Bangunan Luas Bangunan Retribusi Jumlah
(M2) Per Meter2 (Rp)
(Rp)
2004 Fungsi I 2.106 3.000 6.318.000
Fungsi II 732 2.500 1.830.000
Fungsi III 9.054 4.550 41.195.700
Fungsi IV 5.438 9.100 49.485.800
Fungsi V 2.284,7 16.000 36.555.200
Lain-Lain 1.925,37 1.500 2.888.055
Jumlah 138.272.755
2005 Fungsi I 5.520 3.000 16.560.000
Fungsi II 950 2.500 2.375.000
Fungsi III 7.976 4.550 36.290.800
Fungsi IV 9.129 9.100 83.073.900
Lain-Lain 2.750 1.500 4.125.000
Jumlah 142.424.700
2006
Fungsi I 5.144 3.000 15.432.000
Fungsi II 1.212 2.500 3.030.000
Fungsi III 14.910 4.550 67.840.500
Lain-Lain 5.557 1.500 8.335.500
Jumlah
160.449.200
2007 Fungsi I 2.733 3.000 8.199.000
Fungsi II 3.080 2.500 7.700.000
Fungsi III 22.798 4.550 103.730.900
Fungsi IV 9.666,3 9.100 87.963.330
Lain-Lain 5.254 1.500 7.881.000
Jumlah 215.474.230
2008 Fungsi I 9.457 3.000 28.371.000
Fungsi II 1.165 2.500 2.912.500
Fungsi III 76.411,5 4.550 347.672.325
Fungsi IV 13.180 9.100 119.938.000
Lain-Lain 11.112 1.500 16.668.000
Jumlah 515.561.825
ABSTRAK
ANALISIS PENERIMAAN RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) TERHADAP PAD KOTA METRO
Oleh Leni Arif
Dalam rangka pelaksanaan pembangunan daerah dibutuhkan sumber-sumber pembiayaan yang berasal dari daerah yang bersangkutan. Salah satu sumber pembiayaan pelaksanaan desentralisasi adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sumber PAD adalah sumber keuangan daerah yang digali dari dalam wilayah daerah, salah satunya adalah Retribusi Daerah yang digunakan untuk membiayai pembangunan untuk kepentingan bersama. Permasalahan dalam penulisan ini
adalah “ Seberapa besar potensi retribusi Izin Mendirikan Bangunan Kota Metro
“.
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui potensi retribusi izin
mendirikan bangunan kota Metro. Untuk mengetahui kontribusi yang diberikan dari penerimaan retribusi Izin Mendirikan Bangunan dalam meningkatkan PAD Kota Metro. Alat analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif kuantitatif sebagai prosedur pemecahan permasalahan yang akan diteliti dengan menggambarkan objek penelitian berdasarkan fakta yang terjadi di lapangan secara utuh.
Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan total penerimaan retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Kota Metro tahun 2004 – 2008 sama dengan
realisasi retribusi IMB tahun 2004 – 2008, sehingga dapat dilihat bahwa tidak ada penyimpangan dari hasil pemungutan yang dihasilkan oleh retribusi IMB.
Berdasarkan hasil perhitungan potensi retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Kota Metro didapatkan potensi sebesar Rp. 649.565.310 atau dengan rata-rata sebesar Rp. 129.913.062 per tahun. Selanjutnyafaktor-faktor penghambat dalam
pemungutan retribusi Izin Mendirikan Bangunan adalah sebagai berikut :
Leni Arif
Dengan demikian disarankan agar : 1). Dalam menentukan target penerimaan retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) hendaknya Pemerintah Kota Metro tidak hanya berdasarkan penerimaan sebelumnya, tetapi harus lebih
memperhatikan potensi yang ada agar penerimaan retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dapat tergali secara optimal. 2).Penambahan jumlah petugas pelaksanaan dan pengawasan retribusi, serta adanya pembagian tugas yang jelas dan merata pada petugas pelaksana pemungutan sehingga tidak ada lagi
13
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Sumber Penerimaan Daerah
Dalam pemerintahan suatu negara, pemerintah mempunyai peran dalam
perekonomiannya. Menurut R.A. Musgrave, pemerintah memiliki 3 peran dalam
perekonomian :
1. Peran Alokasi yaitu fungsi pemerintah untuk mengalokasikan dana agar lebih
optimal penggunaanya.
2. Peran Distribusi yaitu fungsi pemerintah untuk menyesuaikan pemerataan
pendapatan dan mensejahterakan masyarakat.
3. Peran Stabilisasi yaitu fungsi pemerintah untuk memberikan atau
meningkatkan kesempatan kerja. (Musgrave dalam Djayasinga, 2006:6).
Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah diperlukan adanya sumber-sumber
keuangan daerah, yang merupakan sumber dana untuk pembiayaan
pengeluaran-pengeluaran rutin dan pembangunan pemerintah daerah. Pemberian otonomi
daerah diharapkan dapat memberikan keleluasaan kepada daerah dalam
pembangunan daerah melalui usaha-usaha yang sejauh mungkin mampu
meningkatkan partisipasi aktif masyarakat, karena pada dasarnya terkandung tiga
misi utama sehubungan pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi, yaitu :
1. Menciptakan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya daerah.
14
3. Memberdayakan dan menciptakan ruang bagi masyarakat untuk ikut serta
dalam proses pembangunan ( Mardiasmo, 2002:99).
Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan
Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah, sumber-sumber keuangan daerah dapat
berasal dari :
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
PAD adalah pendapatan yang diperoleh daerah melalui usaha penggalian
sumber-sumber keuangan yang dimiliki oleh daerah. PAD merupakan salah
satu modal dasar pemerintah daerah dalam mendapatkan dana pembangunan
dan memenuhi belanja daerah. PAD terdiri dari :
a. Hasil Pajak Daerah
Pajak daerah sebagai sumber penerimaan juga menjadi alat kebijakan untuk
mengatur kegiatan perencanaan. Pemerintah memiliki wewenang untuk
mengenakan pajak atas penduduk setempat untuk membiayai layanan
masyarakat.
b. Hasil Retribusi Daerah
Retribusi daerah merupakan harga dari suatu layanan dari pemerintah
daerah, kebijakan memungut bayaran untuk barang dan jasa yang
disediakan pemerintah berpangkal pada pengertian ekonomi, seseorang
bebas menentukan besarnya layanan yang diinginkan.
c. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan.
Hasil perusahaan milik daerah ini maksudnya adalah laba perusahaan yang
15
2. Dana Perimbangan
Dana perimbangan ini adalah pembagian sumber penerimaan untuk menutupi
pengeluaran akibat adanya kegiatan pembangunan. Pembagian dalam hal ini
adalah pembagian penerimaan antara pemerintah pusat dan daerah yang
tujuannya adalah untuk mencapai perimbangan.
3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah.
Lain-lain pendapatan yang sah antara lain adalah hibah atau penerimaan dari
daerah Provinsi atau Daerah Kabupaten atau Kota lainnya, dan penerimaan ini
yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Karena tidak semua sumber pembiayaan diberikan kepada daerah maka kepada
daerah diwajibkan unntuk menggali sumber-sumber keuangannya sendiri
berdasarkan pada peraturan serta perundang-undangan yang berlaku.
Sumber-sumber keuangannya yang berasal dari daerah dikelola tanpa membebani
pemerintah pusat terutama yang merupakan komponen PAD.
B. Potensi Penerimaan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
Menurut Kesit Bambang Prakosa (2003:134) yang dimaksud dengan potensi
adalah daya, kekuatan atau kemampuan yang pantas diterima dalam keadaan
seratus persen. Potensi penerimaan dapat diukur melalui 2 (dua) pendekatan yaitu
berdasarkan fungsi permintaan dan indikator sosial ekonomi. Selanjutnya,
pengertian potensi penerimaan retribusi berdasarkan penggabungan pengertian
potensi ekonomi daerah menurut Soeparmoko (2002:99) potensi ekonomi daerah
yaitu kemampuan ekonomi daerah yang ada di daerah yang mungkin layak
16
masyarakat setempat bahkan dapat mendorong perekonomian daerah untuk
berkembang sendiri. Jadi dapat disimpulkan potensi penerimaan retribusi izin
mendirikan bangunan adalah besarnya kemampuan daerah untuk mengembangkan
penerimaan retribusi IMB untuk menjadi sumbangan pendapatan daerah. Potensi
sangat penting kegunaannya dikarenakan dengan mengetahui potensi penerimaan
retribusi IMB maka pemerintah daerah melalui dinas yang berwenang dapat
menentukan target penerimaan retribusi IMB.
C. Pengertian Pendapatan Asli Daerah
Berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, yang dimaksud dengan
pendapatan asli daerah tertuang dalam pasal 1 butir 17 Undang-undang No. 33
Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah menyebutkan bahwa “ Pendapatan Asli Daerah adalah
pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku”. Menurut Syamsi,
Ibnu (1988:213) pendapatan daerah sebenarnya memang diharapkan menjadi
penyangga utama dalam membiayai kegiatan-kegiatan daerahnya. Semakin
banyak kebutuhan daerah dapat dibiayai oleh PAD, berarti semakin tinggi kualitas
pengelolaan otonominya. PAD diharapkan semakin dapat diandalkan dan
meningkat secara riil. Untuk itu diperlukan adanya penelitian disetiap macam
PAD. Sesuai dengan ketentuan Pasal 6 Undang-undang tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah pendapatan asli daerah dapat
diperoleh melalui sumber-sumber dana yang didapat dari pajak daerah, retribusi
daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Sumber-sumber
17
pemerintah dan pembangunan untuk meningkatkan dan memeratakan
kesejahteraan rakyat.
D. Tinjauan Tentang Retribusi Daerah 1. Pengertian Retribusi Daerah
Dalam Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang pajak daerah dan
retribusi daerah dijelaskan yang dimaksud retribusi daerah adalah pemungutan
daerah sebagai pembayaran atas jasa dan pemberian izin tertentu yang khusus
disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan pribadi atau
badan. Menurut Soelarno, (1999:265) Retribusi sebagai pemungutan pemerintah
pusat atau daerah pada orang atau badan, berdasarkan norma-norma yang
ditetapkan berhubungan dengan jasa yang diberikan.
Menurut Suparmoko, (1997:94), Retribusi yaitu suatu pembayaran dari rakyat
kepada pemerintah dimana kita dapat melihat adanya hubungan antara balas jasa
yang langsung diterima dengan adanya pembayaran retribusi tersebut. Sedangkan
Menurut Mardiasmo, (2003:101) retribusi adalah pungutan daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan
dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau
badan. Retribusi Daerah merupakan salah satu jenis penerimaan daereah yang
dipungut sebagai pembayaran atau imbalan langsung atas pelayanan yang
diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada masyarakat. Pemungutan iuran retribusi
harus menganut asas manfaat (benefit principles), dimana pungutan retribusi yang
harus dibayar oleh penerima manfaat harus sama dengan nilai dari manfaat yang
18
Pengertian retribusi daerah sesuai PPRI No. 66 Tahun 2001 tentang retribusi
daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin
tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk
kepentingan orang pribadi atau badan. Retribusi daerah ditetapkan sesuai dengan
kewenangan masing-masing daerah sebagaimana diatur dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Retribusi dikelompokkan menjadi tiga macam
sesuai dengan objeknya, yaitu :
a. Retribusi jasa umum, yaitu retribusi yang disediakan atau diberikan oleh
Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta
dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Jenis-jenis retribusi jasa umum
adalah :
1) Retribusi pelayanan kesehatan
2) Retribusi pelayanan persampahan/kebersihan
3) Retribusi penggantian biaya cetak KTP dan akte catatan sipil
4) Retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum
5) Retribusi pelayanan pasar
6) Retribusi pengujian kendaraan bermotor
7) Retribusi pengujian kapal perikanan
8) Retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran
b. Retribusi jasa usaha, yaitu retribusi atas jasa yang disediakan oleh Pemerintah
Daerah dengan menganut prinsip komersial karena seyogyanya disediakan oleh
sektor swasta tetapi belum memadai tempatnya, harta yang dimiliki atau
dikuasai daerah yang belum dimanfaatkan secara penuh oleh Pemerintah
19
1) Retribusi pemakaian kekayaan daerah
2) Retribusi pasar grosir dan pertokoan
3) Retribusi tempat pelelangan
4) Retribusi terminal
5) Retribusi tempat khusus parkir
6) Retribusi penyedotan kakus
7) Retribusi rumah potong hewan
8) Retribusi penyebrangan di atas air
9) Retribusi pengelolaan limbah cair
10) Retribusi penjualan produksi usaha daerah
11) Retribusi tempat rekreasi dan olah raga
12) Retribusi tempat penginapan / villa / pesanggrahan
c. Retribusi perizinan tertentu, yaitu retribusi atas kegiatan tertentu Pemerintah
Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang
dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian, dan pengawasan
atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang,
prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum
dan menjaga kelestarian lingkungan. Jenis-jenis retribusi perizinan tertentu,
yaitu :
1) Retribusi izin mendirikan bangunan (IMB)
2) Retribusi izin tempat penjualan minuman beralkohol
3) Retribusi izin gangguan
20
Dalam menentukan besarnya masing-masing retribusi dipelukan prinsip dan
sasaran penetapan retribusi daerah. Adapun prinsip dan sasaran tersebut menurut
Mardiasmo (2003:103) adalah :
a. Untuk retribusi jasa umum, berdasarkan kebijakan daerah dengan
mempertimbangkan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan
masyarakat, dan aspek keadilan.
b. Untuk retribusi jasa usaha, berdasarkan pada tujuan untuk memperoleh
keuntungan yang layak sebagaimana keuntungan yang pantas diterima oleh
pengusaha swasta sejenis yang beroperasi secara efisien dan berorientasi pada
harga pasar.
c. Untuk retribusi perizinan tertentu, berdasarkan pada tujuan untuk menutup
sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan pemberian izin yang
bersangkutan. Mengenai penetapan tarif retribusi, dapat ditinjau kembali
paling lama 5 tahun sekali.
Karakteristik retribusi daerah adalah :
1. Retribusi dipungut oleh negara
2. Dalam pemungutan tersebut terdapat paksaan secara ekonomi
3. Dalam pemungutan tersebut diperlukan adanya prestasi secara langsung yang
dapat dituju.
4. Retribusi dikenakan pada badan atau orang yang menggunakan jasa yang
21
2. Azas Pemungutan Retribusi
Menurut Davey dalam (Pribadi, Andhy 2009:16) mengatakan bahwa azas
pemungutan retribusi terdiri dari :
1. Penilaian Kecukupan dan elastisitas, dimana sumber penerimaan itu haruslah
menghasilkan penerimaan yang besar dalam kaitannya dengan seluruh atau
sebagian biaya pelayanan yang dikeluarkan, juga dapat mencukupi untuk
membiayai kegiatan pelayanan pemerintah daerah tersebut.
2. Penilaian keadilan, menunjukkan seyogyanya retribusi bersifat regresif secara
tradisional, karena merupakan kebutuhan dasar sering kali menguntungkan
kelompok menengah atas.
3. Penilaian kemampuan administrasi berhubungan dengan kemampuan untuk
melakukan pengontrolan pemungutan, melakukan sanksi terhadap pelanggaran
retribusi dan integritas bagi pemungut.
4. Penilaian kesepakatan politis terutama pada penetapan tarif sangat sensitif
terhadap preferrensi masyarakat.
3. Syarat Pemungutan Retribusi
Agar pemungutan retribusi tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan, maka
pemungutan retribusi harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Pemungutan retribusi harus adil
Adil dalam perundang-undangan diantaranya mengenakan retribusi umum dan
merata, serta disesuaikan dengan kemampuan masing-masing.
22
Pemungutan tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi maupun
perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian
masyarakat.
c. Pemungutan retribusi harus efisien
Biaya pemungutan retribusi harus dapat ditekan sehingga lebih rendah dari
pemungutan
d. Sistem pemungutan retribusi harus sederhana
Sistem pemungutan retribusi yang sederhana akan memudahkan dan
mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban membayar retribusi.
E. Tinjauan Tentang Retribusi IMB Kota Metro 1. Pengertian Retribusi IMB
Retribusi Izin mendirikan Bangunan telah diterapkan di Kota Metro dan
merupakan penerapan dari Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah. Berdasarkan Perda Kota Metro Nomor 1 Tahun
2005 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan bahwa, IMB adalah Izin yang
diberikan dalam rangka mendirikan bangunan secara fisik berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Yang dimaksud dengan bangunan adalah
setiap susunan sesuatu yang berdiri di atas tanah atau tertumpu pada batu-batuan
landasan dengan susunan dimaksud berbentuk suatu ruangan yang terbatas
seluruhnya atau sebagian.
Kriteria pengenaan retribusi menurut UU No. 34 Tahun 2000 adalah potensinya
memadai, berarti pengenaan retribusi cukup besar sebagai salah satu sumber
23
ekonomi suatu daerah. Oleh karena itu pungutan retribusi daerah harus lebih
ditingkatkan agar pendapatan daerah akan meningkat sesuai dengan potensi yang
ada.
a. Dasar Hukum Retribusi IMB
Adapun dasar hukum pemungutan retribusi izin mendirikan bangunan sebagai
berikut :
1) Undang-Undang No. 34 Tahun 2000 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah.
2) Peraturan Pemerintah No. 66 tahun 2001 Tentang Retribusi Daerah.
3) Peraturan daerah Kota Metro No. 01 Tahun 2005 Tentang Retribusi Izin
Mendirikan Bangunan.
2. Obyek dan Subyek Retribusi
Berdasarkan pasal 2 ayat (2) Perda Kota Metro Nomor 01 Tahun 2005, yang
termasuk obyek retribusi adalah setiap jenis bangunan yang dibangun/didirikan.
Sedangkan yang dimaksud dengan subyek retribusi menurut pasal 4 Perda Kota
Metro Nomor 01 Tahun 2005 adalah setiap orang pribadi atau badan hukum yang
akan mendirikan bangunan. Golongan retribusi IMB sebagaimana dimaksud pasal
2 Perda ini termasuk golongan retribusi perizinan tertentu. Dan yang dimaksud
wajib retribusi adalah orang pribadi atau badan hukum yang menurut Peraturan
Perundang – undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran
24
3. Jenis, Fungsi, Klasifikasi dan Persyaratan Bangunan
Mengenai Jenis, fungsi, dan klasifikasi bangunan dijelaskan dalam Perda Kota
Metro No. 1 Tahun 2005, pasal 6, 7, 8 dan 9 sebagai berikut :
a. Pasal 6 Jenis Bangunan dalam wilayah Kota Metro adalah :
1) Rumah tempat tinggal dan sejenisnya.
2) Sarana Pendidikan
3) Bangunan tempat usaha
4) Bangunan tempat industri
5) Bangunan sosial
6) Bangunan sarana olah raga
7) Bangunan perkantoran
8) Bangunan Perternakan
9) Bangunan budidaya walet dan sejenisnya
10) Bangunan tower, menara air
11) Bangunan pagar, teras, lantai jemur, kolam penampungan limbah industri
dan bangunan lainnya yang bersifat penunjang bangunan utama.
12) Bangunan sarana ibadah
b. Pasal 7 Berdasarkan jenis bangunan tersebut dapat digolongkan dalam fungsi
sebagai berikut :
1) Bangunan fungsi I (satu) adalah bangunan berfungsi dan atau digunakan
untuk tempat tinggal baik bangunan permanent maupun bangunan semi
permanent.
2) Bangunan fungsi II (dua) adalah bangunan yang berfungsi dan atau
25
3) Bangunan fungsi III (tiga) adalah bangunan yang berfungsi dan atau di
pergunakan untuk usaha dagang, perkantoran, gedung bioskop, rumah
kost, cucian mobil dan bangunan lain yang sejenis baik permanent maupun
semi permanent.
4) Bangunan fungsi IV (empat) adalah bangunan yang berfungsi dan atau
dipergunakan untuk tempat industri yang meliputi pabrik dan atau tempat
pengolahan dari berbagai macam bahan dan hasil bumi serta bangunan
lainnya yang sejenis baik permanent maupun semi permanent.
5) Bangunan fungsi V (lima) adalah bangunan yang berfungsi dan atau
dipergunakan untuk budidaya burung wallet baik permanent maupun semi
permanent.
6) Bangunan lain-lain adalah bangunan yang tidak termasuk sebagaimana
dimaksud huruf a, b, c, d,dan e yang terdiri dari : bangunan pagar, halaman
parkir, lantai jemur, teras, kolam penampungan air limbah, dan bangunan
tiang pemancar radio, TV dan telepon seluler.
c. Pasal 8 terhadap bangunan fungsi I, II, III, IV, V tersebut dalam huruf a, b, c,
d, e dan f bangunan diklasifikasikan sebagai berikut :
1) Bangunan yang mempergunakan jenis material :
- Lantai : Floar, Tegel
- Rangka Atap : Kayu, Kelas III dan II
- Atap : Seng, asbes, genteng biasa, kodok, fleton atau
sejenisnya
26
2) Bangunan yang menggunakan jenis material :
- Lantai : Teraso, keramik
- Rangka Atap : Kayu kelas III dan II
- Atap : Genteng beton, flat beton
- Dinding : Batu bata, tiang beton
3) Bangunan yang menggunakan jenis material :
- Lantai : Marmer, granir
- Rangka Atap : Kayu kelas III dan II
- Atap : Genteng kramik, flat beton
- Dinding : Batu bata, tiang beton, besi
4) Bangunan yang menggunakan jenis material yang tercantum dalam huruf
a, b, dan c.
d. Syarat – syarat bangunan dijelaskan dalam pasal 9 Perda ini, syarat bangunan
antara lain :
1) Bangunan harus dibuat sesuai dengan gambar yang telah disyahkan oleh
Dinas.
2) Untuk bangunan di daerah Perkotaan dan Pasar disesuaikan dengan
keadaan medan
3) Untuk perumahan kompleks pemukiman yang sifatnya menggunakan jalan
khusus disesuaikan dengan keadaan medan/lokasi setempat.
4) Bangunan – bangunan harus menggunakan bahan – bahan yang kuat dan
baik
5) Bangunan tidak dibenarkan mempergunakan bahan – bahan yang mudah
27
6) Segala pekerjaan yang dilaksanakan pada waktu Mendirikan Bangunan
tidak boleh mendatangkan kerugian pada tanah milik orang lain.
4. Ketentuan Perizinan dan Penerbitan IMB
Permohonan sebagaiman dijelaskan dalam Pasal 10 antara lain :
a. Setiap orang atau Badan Hukum yang akan Mendirikan Bangunan harus
memperoleh Izin terlebih dahulu dari Kepala Daerah.
b. Untuk memperoleh IMB sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini harus
menyampaikan Permohonan terlebih dahulu kepada Kepala daerah melalui
Kepala Dinas.
Ketentuan perizinan diatur dalam pasal 12 Perda ini Permohonan sebagaimana
dimaksud Pasal 6 diajukan dengan melengkapi persyaratan sebagai berikut :
a. Untuk Bangunan fungsi I, II, III, IV, V dan bangunan lainnya.
1) Izin Peruntukan Penggunaan Tanah (IPPT)
2) Fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP)
3) Fotocopy bukti hak atas tanah
4) Fotocopy tanda lunas PBB terakhir
5) Surat kuasa apabila penandatanganan permohonan bukan dilakukan oleh
pemohon sendiri
6) Surat keterangan daya dukung tanah dari laboratorium dan diperhitungkan
beban terhadap bangunan yang direncanakan berlantai 4 (empat) ke atas.
b. Untuk Bangunan fungsi IV selain syarat tersebut ditambah dengan :
1) Rekomendasi akte pendirian perusahaan bagi yang bersetatus Badan
28
2) Surat pernyataan Permohonan tentang kesanggupan mematuhi
persyaratan-persyaratan teknis bangunan sesuai dengan pedoman teknis
yang ditetapkan Menteri Pekerjaan Umum, serta garis sempadan jalan
koefisien dasar bangunan dan koefisien lawan bangunan yang ditetapkan
oleh Kepala Daerah.
3) Rekaman Rencana Tata Bangunan Prasarana Kawasan Industri yang
disetujui oleh Kepala Daerah dengan menunjukkan kapling untuk
Bangunan yang bersangkutan, bagi perusahaan industri yang berlokasi di
kawasan industri.
4) Memiliki Izin Undang – Undang gangguan, kecuali bagi yang
keberadaannya wajib amdal atau yang berlokasi di dalam kawasan yang
telah ditentukan.
Penerbitan IMB diatur dalam Pasal 13 Perda ini antara lain :
1) Kepala Dinas mengadakan penelitian kelengkapan persyaratan permohonan
IMB sebagaimana dimaksud Pasal 9, 10, dan Pasal 12 Peraturan ini.
2) Jika persyaratan telah lenkap dan benar, permohonan diterima dan diberikan
bukti tanda terima.
3) Dalam jangka waktu 4 (empat) hari kerja setelah Permohonan diterima,
pejabat sebagaimana tersebut ayat (1) menetapkan besarnya retribusi yang
wajib dibayar.
4) Berdasarkan penetapan sebagaimana tersebut dalam ayat (3) Pemohon
mmembayar retribusi.
5) Setelah melunasi retribusi sebagaimana tersebut dalam ayat (4) pemohon
29
6) Setelah Bangunan selesai Pemohon wajib menyampakan laporan secara
tertulis dilengkapi dengan :
a. BAP dari pengawas yang telah diakreditasi
b. Gambar siap bangun
c. Rekaman Bukti pembayaran Retribusi.
Selanjutnya diatur dalam Pasal 14.
1) Berdasarkan laporan dan Berita Acara Pemeriksaan oleh petugas, Kepala
Dinas atas nama Kepala Daerah menertibkan IMB.
2) Jangka waktu Penerbitan Izin Mendirikan Bangunan ditetapkan selambat-
lambatnya 12 (dua belas) hari kerja terhitung sejak diterimanya laporan dan
BAP.
3) Bentuk dan macam Izin ditentukan oleh Kepala Daerah
4) Izin Mendirikan Bangunan tersebut dalam ayat (1) sekaligus berlaku bagi penggunaan bangunan.
5. Sanksi Pelanggaran IMB
Sanksi pelanggaran IMB diatur dalam Pasal 16 Perda ini, antara lain :
1) IMB dapat dibatalkan dan atau dicabut apabila :
a. Fungsi Bangunan sudah tidak sesuai dengan izin yang diberikan.
b. IMB yang dikeluarkan didasarkan atas keterangan yang tidak benar
c. Pekerjaan ditunda selama 6 bulan berturut-turut kecuali apabila menurut
pertimbangan kepala daerah penundaan pekerjaan tersebut disebabkan
alasan yang tepat.
2) Apabila si pemohon masih berkeinginan untuk melanjutkan pekerjaan yang
30
membayar tambahan biaya sebesar 25% dari ketentuan yang ditetapkan dalam
Perda ini.
3) Bangunan yang dalam pelaksanaan pekerjaannya melanggar ketentuan
sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
dapat dikenakan sanksi :
a. Kegiatan Mendirikan bangunan dihentikan
b. Bangunan disegel
c. Bangunan dibongkar
4) Terhadap Bangunan yang didirikan tanpa memiliki Izin Mendirikan
Bangunan (IMB), tetap berkewajiban untuk memiliki Izin Mendirikan
Bangunan (IMB) dengan prosedur sebagaimana diatur dalam Perda ini dan
dikenakan denda sebesar 50% x jumlah setoran menurut fungsi dan luas
bangunan sebagaimana diatur dalam Pasal !9 ayat (2) huruf a, b, c dan d.
5) Pengenaan sanksi dilaksanakan atas dasar Perintah Kepala Daerah.
6. Tata Cara Mengukur Penggunaan Jasa
Pengukuran Penggunaan jasa ini diatur dala Perda Kota Metro Nomor 01 Tahun
2005 Pasal 17 dijelaskan bahwa, Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan atas
faktor luas tanah bangunan, jumlah tingkat bangunan dan rencana penggunaan
bangunan (tarif klasifikasi).
7. Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Berdasarkan Perda Kota Metro Nomor 1 Tahun 2005 Pasal 19 ayat (2). Besarnya
31
a. Bangunan Fungsi I :
1) Bangunan fungsi I klasifikasi a Rp. 1000,-/M²
2) Bangunan fungsi I klasifikasi b Rp. 2.000,-/M²
3) Bangunan fungsi I klasifikasi c Rp. 3.500,-/M²
4) Bangunan fungsi I klasifikasi d Rp. 3.000,-/M²
b. Bangunan Fungsi II :
1) Bangunan fungsi II klasifikasi a Rp. 1.500,-/M²
2) Bangunan fungsi II klasifikasi b Rp. 1.750,-/M²
3) Bangunan fungsi II klasifikasi c Rp. 3.000,-/M²
4) Bangunan fungsi II klasifikasi d Rp. 2.500,-/M²
c. Bangunan Fungsi III :
1) Bangunan fungsi III klasifikasi a Rp. 3.250,-/M²
2) Bangunan fungsi III klasifikasi b Rp. 4.550,-/M²
3) Bangunan fungsi III klasifikasi c Rp. 5.850,-/M²
4) Bangunan fungsi III klasifikasi d Rp. 4.550,-/M²
d. Bangunan Fungsi IV :
1) Bangunan fungsi IV klasifikasi a Rp. 6.300,-/M²
2) Bangunan fungsi IV klasifikasi b Rp. 7.700,-/M²
3) Bangunan fungsi IV klasifikasi c Rp. 10.500,-/M²
4) Bangunan fungsi IV klasifikasi d Rp. 9.100,-/M²
e. Bangunan Fungsi V adalah Budidaya Wallet setiap ketinggian 4 (empat) meter
dihitung 1 (satu) lantai Rp. 16.000,-/M².
f. Terhadap bangunan lain-lain terdiri dari :
32
2) Halaman parkir dikenakan retribusi sebesar Rp. 500,-/M²
3) Lantai jemur dikenakan retribusi sebesar Rp. 1000,-/M²
4) Teras dikenakan Retribusi sebesar Rp. 1.000,-/M²
5) Kolam penampungan air limbah industri dikenakan retribusi sebesar Rp.
5.000,-/M²
6) Bangunan pemancar radio, TV, Bangunan tower, menara PLN setiap
kelipatan 6 M dihitung satu tingkat dan dikenakan tarif retribusi sebesar
Rp. 4.550,-/M²
7) Pemohon dibebankan biaya pembuatan plat nomor IMB Rp. 10.000,-
8) Biaya Administrasi sebesar Rp. 25.000,-
Berdasarkan Perda Kota Metro Nomor 01 Tahun 2005 Pasal 20 dan 21 terdapat
penambahan dari Pasal 19, antara lain :
Pasal 20
Untuk mengubah, menambah dan merombak/renovasi Bangunan dikenakan
retribusi yang tarif sama dengan yang dimaksud Pasal 19 ayat (2), (3) dan (4).
Pasal 21
1) Terhadap bangunan yang lebih dari satu tingkat maka tiap tingkat dikenakan
retribusi sebagai berikut :
a. Tingkat ke II = 1,5 x tarif lantai I menurut fungsi bangunan.
b. Tingkat ke III = 2 x tarif lantai I menurut fungsi bangunan.
c. Tingkat ke IV = 2,5 x tarif lantai I menurut fungsi bangunan
d. Terhadap bangunan tingkat ke V dan seterusnya kelipatan menurut jenjang
33
8. Tata Cara Penetapan Retribusi
Pasal 23
1) Penetapan retribusi berdasarkan SPTRD dengan menerbitkan SKRD.
2) Dalam SKTRD tidak dipenuhi oleh wajib retribusi sebagaimana mestinya
maka diterbitkan SKRD secara jabatan. SKRD, SKRD secara jabatan
sebagaimana dimaksud ayat ini dicatat dalam buku jenis retribusi
masing-masing.
3) Bentuk dan isi SKRD sebagaimana dimaksud ayat (2) ditetapkan oleh Kepala
Daerah. SKRD, SKRD secara jabatan, SKRD tambahan dan SKRD untuk
masing-masing wajib retribusi dicatat sesuai dengan NPWRD.
Pasal 24
Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan ditemukan data baru dan atau data yang
semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah retribusi yang
terutang, maka dikeluarkan SKRD tambahan.
9. Tata Cara Pemungutan dan Pembayaran Retribusi
Pasal 25
1) Pemungutan Retribusi tidak dapat diborongkan
2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD
Pasal 26
1) Pembayaran retribusi dilakukan di kas daerah melalui bank yang ditunjuk
sesuai dengan waktu yang ditentukan dengan menggunakan SKRD.
2) Dalam hal pembayaran dilakukan di bank yang ditunjuk, maka hasil
penerimaan retribusi harus disetor ke kas daerah dalam waktu tertentu yang
34
3) Tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran Retribusi diatur
dengan Keputusan Kepala Daerah.
Pasal 28
1) Pembayaran Retribusi harus dilakukan secara tunai/lunas
2) Tata cara Pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud ditetapkan oleh kepala
61
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil perhitungan potensi retribusi Izin Mendirikan Bangunan
(IMB) Kota Metro dengan menggunakan Trend Linier maka masing-masing
kalifikasi jenis bangunan diperoleh potensi sebesar sebesar Rp. 23.481.000
untuk jenis bangunan Fungsi I, Rp. 6.214.350 untuk bangunan Fungsi II, Rp.
458.433.885 untuk bangunan Fungsi III, Rp. 156.287.040 untuk bangunan
Fungsi IV, dan Rp. 5.149.035 untuk bangunan Fungsi Lain-Lain. Dengan
jumlah total sebesar Rp. 649.565.310. atau dengan rata-rata sebesar Rp.
129.913.062 per tahun.
2. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan total penerimaan retribusi atas Izin
Mendirikan Bangunan (IMB) Kota Metro tahun 2004 – 2008 sama dengan
realisasi retribusi IMB tahun 2004 – 2008, sehingga dapat dilihat bahwa tidak
ada penyimpangan dari hasil pemungutan yang dihasilkan oleh retribusi IMB.
Pada tahun 2004 didapatkan total penerimaan IMB sebesar Rp.138.272.755,
tahun 2005 sebesar Rp. 142.424.700, tahun 2006 sebesar Rp. 160.449.200,
tahun 2007 sebesar Rp. 215.474.230, tahun 2008 sebesar Rp. 515.561.825.
Hal ini berarti tidak ada penyimpangan yang terjadi.
3. Tingkat kontribusi retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Kota Metro
62
0,90 %, tahun 2007 sebesar 0,89 %, tahun 2008 sebesar 2,34 %. yang
dinyatakan dalam persentase tingkat kontribusi tahun 2004-2008 terhadap
Pendapatan Asli Daerah (PAD) yaitu sangat kurang.
4. Faktor – faktor penghambat dalam proses pemungutan retribusi Izin
Mendirikan Bangunan (IMB) adalah sebagai berikut : Kurang adanya
keterbukaan wajib retribusi dalam melaporkan perizinan mendirikan bangunan
kepada petugas/Dinas yang melakukan pemungutan retribusi IMB. Kurangnya
petugas pemungut retribusi dilapangan serta masih banyak rumah tinggal
maupun rumah tempat usaha yang tidak dapat dijangkau oleh para petugas.
B. Saran
1. Dalam menentukan target penerimaan retribusi Izin Mendirikan Bangunan
(IMB) hendaknya Pemerintah Kota Metro tidak hanya berdasarkan
penerimaan sebelumnya, tetapi harus lebih memperhatikan potensi yang ada
agar penerimaan retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dapat tergali
secara optimal.
2. Penambahan jumlah petugas pelaksanaan dan pengawasan retribusi, serta
adanya pembagian tugas yang jelas dan merata pada petugas pelaksana
pemungutan sehingga tidak ada lagi masyarakat atau wajib retribusi yang lalai
dalam memiliki IMB.
3. Perlunya penyuluhan – penyuluhan kepada masyarakat, baik yang merupakan
subyek retribusi ataupun masyarakat umum agar masyarakat lebih menyadari
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder
adalah data yang telah diolah dan diperoleh dari Dinas Pendapatan Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah Kota Metro yaitu berupa data PAD Kota Metro dan
data Retribusi Daerah Kota Metro. Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah :
1. Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Metro
Yaitu berupa data PAD Kota Metro, data Penerimaan Retribusi Daerah Kota
Metro, data Target dan Realisasi Retribusi IMB.
2. Dinas Tata Kota Metro
Yaitu berupa data jumlah Subjek Retribusi dan Bangunan tempat usaha,
Bangunan tempat tinggal, Bangunan lain-lain.
3. BPS (Badan Pusat Statistik) Kota Bandar Lampung
Yaitu berupa gambaran umum tentang daerah Kota Metro (Metro dalam
angka).
Ditambah data yang di peroleh dari studi pustaka yang akan digunakan untuk
menerangkan kondisi yang dihadapi sehingga dapat diperoleh solusi yang terbaik
yaitu dengan mempelajari literatur karya ilmiah, dan bacaan lainnya yang ada
36
B. Alat Analisis
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan analisis kualitatif
dan kuntitatif.
1) Analisis Kualitatif
Yaitu menganalisa masalah dan mencari pemecahannya dengan menggunakan
teori-teori pendukung yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
2) Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif digunakan untuk menghitung tentang potensi retribusi
IMB serta kontribusi IMB terhadap PAD Kota Metro sesuai data yang ada
dengan menggunakan metode deskriptif.
a. Analisis Regresi Linier Sederhana
Untuk mengetahu perkiraan besarnya potensi penerimaan retribusi IMB di Kota
Metro tahun 2004-2008, maka digunakan analisis Regresi Linier Sederhana.
Menurut Sugiyono persamaan regresi dapat digunakan untuk melakukan prediksi
(ramalan) bagaiman dalam variabel dependen akan terjadi bila dalam variabel
independen ditetapkan, adapun rumusnya sebagai berikut :
Y = a + bX
37
Keterangan :
Y = Subyek dalam variabel yang diprediksi a = Harga Y
b = Angka arah atau koefisien regresi
X = Subyek pada variabel indpenden yang mempunyai nilai tertentu (Sumber : Sugiyono, 2006 : 244)
b. Perhitungan Potensi penerimaan retribusi IMB dari trend digunakan persamaan
sebagai berikut :
TR = P x Q
Keterangan :
P = Harga per meter2 luas bangunan Q = Jumlah luas bangunan per meter2 (Sumber : Diefta Prima, Skripsi 2009 : 38)
Menurut Nazir (2003:560) penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam
meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem
pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa masa sekarang. Alat analisis yang
digunakan adalah metode analisis deskriptif kuantitatif sebagai prosedur
pemecahan permasalahan yang akan diteliti dengan menggambarkan objek
penelitian berdasarkan fakta yang terjadi di lapangan secara utuh dengan
menggunakan analisis berikut ini.
Kontribusi retribusi IMB terhadap Pendapatan Asli Daerah digunakan rumus
sebagai berikut :
x100%
Penerimaan Realisasi
IMB Retribusi Penerimaan
38
Tabel 6. Skala Interval Kontribusi
Persentase Tingkat Kontribusi Kriteria Kontribusi
0,00 – 10,00 % 10,01 – 20,00 % 20,01 – 30,00 % 30,01 – 40,00 % 40,01 – 50,00 %
Di atas 50 %
Sangat Kurang Kurang Sedang Cukup Baik Baik Sekali Sumber : Tim Litbang Depdagri-Fisipol UGM, 1991 dalam (Hery, 2006:34)
Sedangkan untuk kesesuaian antara rencana dan realisasi dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :
Ketepatan atau tingkat pencapaian = x100% Target
Realisasi
(Ibnu Syamsi, 1988 : 209)
a. Menurut penelitian maka penerimaan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan
dapat diketahui dengan menggunakan perhitungan di bawah ini :
Total Penerimaan = LB x Jml.Tk Bangunan x Tarif Bangunan
(Sumber : Perda Kota Metro Nomor 01, 2005 pasal 17).
Keterangan :
39
C. Lokasi Penelitian
40
Lokasi penelitian dilakukan di seluruh kecamatan di kota Metro.
1. Kecamatan Metro Pusat
Kecamatan Metro Pusat merupakan daerah yang sebagian besar digunakan
sebagai daerah perdagangan, dikarenakan banyaknya bangunan seperti ruko
bertingkat. Kecamatan Metro Pusat memiliki luas wilayah yaitu 11,71 km²
dengan jumlah penduduk 42.361 jiwa, ini merupakan kecamatan yang paling
banyak penduduknya di bandingkan kecamatan lain. Berdasarkan Rencana
Tata Ruang Wilayah Kota Metro, Kecamatan Metro pusat hanya untuk pusat
pertokoan, perdagangan skala kota, pusat pemerintahan dan kawasan
pemukiman penduduk tersebar di setiap kecamatan di Kota Metro.
2. Kecamatan Metro Selatan
Kecamatan Metro Selatan memiliki luas wilayah yaitu 14,33 km² dengan
kawasan permukiman kepadatan sedang karena kecamatan ini memiliki jumlah
penduduk tekecil yaitu sebesar 11.199 jiwa. Berdasarkan Tata Ruang Kota
Metro wilayah ini sebagian besar terdapat area persawahan 3.519 hektar.
3. Kecamatan Metro Timur
Kecamatan Metro Timur memiliki luas wilayah yaitu 11,78 km² dengan jumlah
penduduk sebesar 27.010 jiwa. Kecamatan Metro Timur ditetapkan sebagai
kawasan pendidikan dan kawasan fasilitas sosial tersebar di seluruh kecamatan
sesuai kebutuhan.
4. Kecamatan Metro Barat
Kecamatan Metro Barat memiliki luas wilayah yaitu 11,28 km² ini merupakan
wilayah terkecil berdasarkan luasnya, dengan jumlah penduduk sebesar 18.408
41
5. Kecamatan Metro Utara
Kecamatan Metro Utara memiliki luas wilayah 19,64 km² dengan jumlah
penduduk sebesar 19.470 jiwa. Berdasarkan Tata Ruang Kota Metro kawasan
ini sebagian besar digunakan sebagai pusat industri dan pergudangan.
D. Gambaran Singkat Objek Penelitian
1. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Metro.
a. Sejarah Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset daerah Kota Metro
Dalam perkembangannya Kantor Dinas Pendapatan Pengelolaan dan Aset Daerah
Kota Metro ini telah mengalami beberapa kali perubahan status. Pada awal
berdirinya kantor ini merupakan kantor DIPENDA ( Dinas Pendapatan Daerah)
Lampung Tengah. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Metro Nomor 1 Tahun
2000, tentang Susunan Kelembagaan Pemerintah Kota Metro, maka DIPENDA
(Dinas Pendapatan Daerah) diubah menjadi BAPDA ( Badan Pendapatan Daerah).
Kemudian pada tanggal 24 Juni 2003, sesuai dengan Peraturan Daerah Kota
Metro Nomor 3 Tahun 2003, tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata
Kerja Perangkat Daerah Kota Metro, maka BAPEDA ( Badan Pendapatan
Daerah) diubah kembali menjadi DIPENDA (Dinas Pendapatan Daerah).
Perubahan terakhir terjadi pada tahun 2008, berdasarkan Peraturan Daerah Nomor
7 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah
Kota Metro yang dibuat eksekutif oleh Pemerintah Kota Metro bersama DPRD
Kota Metro, yang mengubah status Dinas Pendapatan Daerah (DIPENDA)
42
Dinas ini terbentuk dari penggabungan tiga organisasi ke dalam 1(satu) dinas,
yaitu :
1. Dinas Pendapatan Daerah
2. Badan Keuangan Daerah
3. Bagian Perlengkapan
b. Tugas dan Fungsi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Metro.
Berdasarkan Peraturan Walikota Metro Nomor 19 Tahun 2008 Tentang
Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi Perangkat Daerah, Dinas Pendapatan
Pengelolaan Aset daerah Kota Metro mempunyai tugas pokok, melaksanakan
sebagian urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas
pembantuan di bidang Pendapatan, Anggaran, Perbendaharaan, Belanja Pegawai
dan Aset. Untuk melaksanakan tugas tersebut, Dinas Pendapatan Pengelolaan
keuangan dan Aset Daerah menyelenggarakan fungsi :
1. Perumusan kebijakan teknis dibidang Pendapatan, Anggaran,
Perbendaharaan, Belanja Pegawai dan Aset.
2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum dibidang
Pendapatan, Anggaran, Perbendaharaan, Belanja Pegawai dan Aset.
3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang Pendapatan, Anggaran,
Perbendaharaan, Belanja Pegawai dan Aset.
4. Penyelenggaraan kesekretariatan dinas
5. Pelaksanaan tugas Lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas
43
c. Susunan Organisasi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Metro.
Susunan organisasi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Kota Metro adalah terdiri dari :
1. Kepala Dinas
2. Sekretaris
a) Sub bagian perencanaan
b) Sub bagian keuangan
c) Sub bagian bagian umum dan kepegawaian
3. Bidang Pendapatan
a) Seksi pendataan dan penetapan
b) Seksi penagihan dan keberatan
c) Seksi pembukuan dan pelaporan pendapatan
4. Bidang Anggaran
a) Seksi pelaksanaan anggaran
b) Seksi akuntansi
c) Seksi pengendalian
5. Bidang Perbendaharaan dan Belanja Pegawai
a) Seksi perbendaharaan dan verifikasi
b) Seksi belanja pegawai
c) Seksi kas daerah
6. Bidang Aset
a) Seksi analisis kebutuhan dan standar harga
b) Seksi pengadaan
44
E.Fungsi Dinas Tata Kota Kota Metro
Berdasarkan keputusan Walikota Metro Nomor 19 Tahun 2008 tentang
Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi Perangkat Daerah, dalam melaksanakan
tugasnya Dinas Tata Kota Metro memiliki fungsi sebagai berikut :
1. Perumusan kebutuhan teknis di bidang pelaksanaan perkotaan, lingkungan
hidup, hutan kota dan pertamanan.
2. Pemberian perizinan dan pelaksanaan pelayanan umum di bidang perkotaan,
lingkungan hidup, hutan kota, dan pertamanan.
3. Penyelenggaraan tata usaha dinas sesuai dengan peraturan dan ketetapan yang
berlaku dan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Kepala Dinas.
4. Pengevaluasian hasil pelaksanaan kegiatan di bidang pelaksanaan perkotaan,
lingkungan hidup, hutan kota, dan pertamanan.
5. Penyelenggaraan pembinaan unit pelaksanaan teknis daerah.
F. Gambaran Singkat Kota Metro
Wilayah Kota Metro terletak pada bagian tengah Propinsi Lampung yang meliputi
areal daratan seluas 68,74 Km² dengan ibukota Metro. Pada tanggal 27 April
1999, Kota Metro diresmikan sebagai daerah otonom berdasarkan UU No. 12
Tahun 1999, pada saat diresmikan Kota Metro terdiri dari 2 kecamatan yang
meliputi 6 kelurahan dan 6 desa. Kemudian Berdasarkan Peraturan Daerah Kota
Metro No. 25 Tahun 2000 tentang Pemekaran Kelurahan dan Kecamatan di Kota
Metro, wilayah administrasi Pemerintah Kota Metro di mekarkan menjadi 5
kecamatan yang meliputi 22 kelurahan dengan luas wilayah masing-masing
45
1. Metro Pusat
1) Kelurahan Metro
2) Kelurahan Imopuro
3) Kelurahan Hadimulyo Barat
4) Kelurahan Hadimulyo timur
5) Kelurahan Yosomulyo
2. Metro Barat
1) Kelurahan Ganjar Agung
2) Kelurahan Ganjar Sari
3) Kelurahan Mulyojati
4) Kelurahan Mulyosari
3. Metro Timur
1) Kelurahan Iring Mulyo
2) Kelurahan Yosodadi
3) Kelurahan Yosorejo
4) Kelurahan Tejosari
5) Kelurahan Tejo Agung
4. Metro Selatan
1) Kelurahan Sumbersari
2) Kelurahan Rejomulyo
3) Kelurahan Margorejo
46
5. Metro Utara
1) Kelurahan Banjarsari
2) Kelurahan Purwasari
3) Kelurahan Purwoasri
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 1.
Gambar 2.
Gambar 3.
Gambar 4.
Alur Pemungutan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Kota Metro ...
Lokasi Penelitian ...
Grafik Kontribusi Penerimaan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Metro Tahun 2004-2008 ...
Grafik Kontribusi Penerimaan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Terhadap Retribusi Daerah (RD) Kota Metro Tahun 2004-2008 ...
12
39
50
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ...
RIWAYAT HIDUP ...
PERSEMBAHAN ...
MOTTO ...
SANWACANA ...
DAFTAR ISI ...
DAFTAR TABEL ...
DAFTAR GAMBAR ...
DAFTAR LAMPIRAN ...
I. PENDAHULUAN ...
A. Latar Belakang …..………...
B. Permasalahan ……....………...
C. Tujuan Penulisan ….………...
D. Kerangka Pemikiran .…..………...
E. Sistematika Penulisan …….………...
II. TINJAUAN PUSTAKA ...
A. Sumber Penerimaan Daerah………...
B. Potensi Penerimaan Retribusi IMB.………... C. Pengertian Pendapatan Asli Daerah... D. Tinjauan Tentang Retribusi Daerah ...
1. Pengertian Retribusi Daerah ... 2. Azas Pemungutan Retribusi... 3. Syarat Pemungutan Retribusi...
E. Tinjauan Tentang Retribusi Kota Metro... 1. Pengertian Retribusi IMB ... 2. Obyek dan Subyek Retribusi ... 3. Jenis, Fungsi, Klasifikasi dan Persyaratan ... 4. Ketentuan Perizinan dan Penerbitan ... 5. Sanksi Pelanggaran IMB ... 6. Tata Cara Mengukur Penggunaan Jasa ... 7. Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi ... 8 Tata Cara Penetapan Retribusi ... 9. Tata Pemungutan dan Pembayaran Retribusi ...
III. METODE PENELITIAN ... A. Jenis Data dan Sumber Data ... B. Alat Analisis ... C. Lokasi Peneli