• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI EFIKASI Trichoderma harzianum SEBAGAI PENGIMBAS KETAHANAN TERHADAP PENYAKIT BUSUK PANGKAL BATANG PADA TANAMAN LADA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UJI EFIKASI Trichoderma harzianum SEBAGAI PENGIMBAS KETAHANAN TERHADAP PENYAKIT BUSUK PANGKAL BATANG PADA TANAMAN LADA"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

EFFICACY OF Trichoderma harzianum AS RESISTANCE INDUCER TO CONTROL FOOT ROT IN BLACK PEPPER

By

WIKA TRI WIDIYANTI PERTIWI

The objective of this study was to determine the efficacy of T. harzianum as resistance inducer in pepper seedling to control foot rot. The hypothesis proposed in this study was (1) T.harzianum as systemic resistance inducer can reduce the intensity of foot rot and (2) There are differences in the ability to control the disease among isolates T.harzianum. The research was carried out in the

greenhouse of Faculty of Agriculture, University of Lampung from October 2011 to March 2012. The treatments in this experiment were arranged in a completely randomized design (CRD). There were five treatments and six replications so there were 30 experimental units. The treatments consisted of (1) T. harzianum isolate 1, (2) isolate 2, (3) isolate 3, (4) isolate 4 and (5) plants without the

application of T. harzianum as a control. Observed variables were the diameter of the spots formed on the leaf and stem disease severity. All treatments used

planting media of soil and sand mixture in the ratio of 2:1. The results showed that T. harzianum was not able to induce plant resistance in black pepper against P.capsici.

(2)

ABSTRAK

UJI EFIKASI Trichoderma harzianum SEBAGAI PENGIMBAS KETAHANAN TERHADAP PENYAKIT BUSUK PANGKAL BATANG

PADA TANAMAN LADA

Oleh

WIKA TRI WIDIYANTI PERTIWI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efikasi T. harzianum sebagai pengimbas ketahanan bibit lada untuk mengendalikan penyakit BPBL. Hipotesis yang diajukan

dalam penelitian ini adalah (1) T. harzianum sebagai pengimbas ketahanan dapat

menurunkan intensitas penyakit busuk pangkal batang lada (BPBL) yang disebabkan oleh P. capsici. (2) Terdapat perbedaan kemampuan dalam mengendalikan penyakit BPBL di antara isolat T. harzianum. Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari Oktober 2011 sampai Maret 2012. Perlakuan dalam penelitian ini disusun dalam rancangan acak lengkap (RAL), yang terdiri atas lima perlakuan dengan

enam ulangan sehingga terdapat 30 satuan percobaan. Perlakuan terdiri atas (1) T. harzianum isolat 1, (2) isolat2, (3) isolat3, (4) isolat4 dan (5) kontrol tanpa T.

harzianum. Peubah yang diamati adalah diameter bercak yang terbentuk pada daun dan keparahan penyakit pada batang. Semua perlakuan menggunakan media tanam

campuran tanah dan pasir dengan perbandingan 2:1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa T.harzianum tidak mampu mengimbas ketahanan tanaman lada terhadap

P.capsici.

(3)

ABSTRAK

UJI EFIKASI Trichoderma harzianum SEBAGAI PENGIMBAS KETAHANAN TERHADAP PENYAKIT BUSUK PANGKAL BATANG PADA TANAMAN

LADA

Oleh

WIKA TRI WIDIYANTI PERTIWI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efikasi T. harzianum sebagai pengimbas ketahanan bibit lada untuk mengendalikan penyakit BPBL. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah (1) T. harzianum sebagai pengimbas ketahanan dapat

menurunkan intensitas penyakit busuk pangkal batang lada (BPBL) yang disebabkan oleh P. capsici. (2) Terdapat perbedaan kemampuan dalam mengendalikan penyakit BPBL di antara isolat T. harzianum. Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari Oktober 2011 sampai Maret 2012. Perlakuan dalam penelitian ini disusun dalam rancangan acak lengkap (RAL), yang terdiri atas lima perlakuan

dengan enam ulangan sehingga terdapat 30 satuan percobaan. Perlakuan terdiri atas (1) T. harzianum isolat 1, (2) isolat 2, (3) isolat 3, (4) isolat 4 dan (5) kontrol tanpa T.

harzianum. Peubah yang diamati adalah diameter bercak yang terbentuk pada daun dan keparahan penyakit pada batang. Semua perlakuan menggunakan media tanam campuran tanah dan pasir dengan perbandingan 2:1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

T.harzianum tidak mampu mengimbas ketahanan tanaman lada terhadap P.capsici.

(4)

ABSTRACT

EFFICACY OF Trichoderma harzianum AS RESISTANCE INDUCER TO CONTROL FOOT ROT IN BLACK PEPPER

By

WIKA TRI WIDIYANTI PERTIWI

The objective of this study was to determine the efficacy of T. harzianum as resistance inducer in pepper seedling to control foot rot. The hypothesis proposed in this study was (1) T.harzianum as systemic resistance inducer can reduce the intensity of foot rot and (2) There are differences in the ability to control the disease among isolates T.harzianum. The research was carried out in the greenhouse of Faculty of Agriculture, University of Lampung from October 2011 to March 2012. The treatments in this experiment were arranged in a completely randomized design (CRD). There were five treatments and six replications so there were 30 experimental units. The treatments consisted of (1) T. harzianum isolate 1, (2) isolate 2, (3) isolate 3, (4) isolate 4 and (5) plants without the application of T. harzianum as a control. Observed variables were the diameter of the spots formed on the leaf and stem disease severity. All treatments used planting media of soil and sand mixture in the ratio of 2:1. The results showed that T. harzianum was not able to induce plant resistance in black pepper against P.capsici.

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Trichoderma harzianum Rifai (Cook & Baker, 1983). ………….. 11

2. Uji patogenisitas terhadap hasil isolasi pada tanaman lada. .……. 17

3. Gejala penyakit BPBL pada daun. ………. 18

4. Gejala penyakit BPBL pada batang 4 hari setelah inokulasi. ……. 19

5. Isolasi dari potongan daun yang sakit. .……….. 34

6. Biakan P. capsici pada media PDA. .…..,……….……….. 34

7. Biakan T. harzianum umur 5 hari setelah inokulasi. ……….. 34

8. Perbanyakan T.harzianum pada media menir. ………... 35

9. Areal tanam lada di rumah kaca. ……… 35

10. Aplikasi T. harzianum ke media tanaman. .………. 35

11. Inokulasi P. capsicipada daun. ..………. 36

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ……….………. xiii

DAFTAR GAMBAR ………... xv

I. PENDAHULUAN 1.1Latar belakang …….……….. . 1

1.2Tujuan penelitian ………... 3

1.3Kerangka pemikiran ………... 3

1.4Hipotesis ………. 4

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1Tanaman Lada …….……….… 5

2.2Penyakit Busuk Buah Pangkal Batang Lada (BPBL) ..…..….. 6

2.3Jamur T. harzianum …...………….………... 10

III. METODE PENELITIAN 3.1Waktu dan tempat ………... 12

3.2Alat dan bahan ………... 12

3.3Rancangan percobaan dan analisis data …….………. 13

3.4Pelaksanaan ………... . 13

3.4.1 Penyiapan tanaman Lada.……… 13

3.4.2 Penyiapan biakan P. capsici …….…………..…... 13

3.4.3 Penyiapan biakan T. harzianum……… 14

3.4.4 Aplikasi T. harzianum ………... 15

3.4.5 Inokulasi P. capsici ... 15

(7)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1Hasil ………..………... 17

4.1.1 Kultur P. capsici ……… 17

4.1.2 Intensitas Penyakit pada Daun ………... 18

4.1.3 Intensitas Penyakit pada Batang ……… 19

4.2Pembahasan ………....…... 20

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ……… 22

5.2 Saran ………. … 22

DAFTAR PUSTAKA ……….. 23

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Ketahanan terimbas oleh Trichoderma spp. pada berbagai

Patosistem. ……...……….... 11

2. Skor penyakit yang digunakan untuk mengukur keparahan

Penyakit. ………. 16

3. Data pengukuran diameter nekrosis pada daun. ..……….…. 18

4. Rerata keparahan penyakit (%) pada batang. ……….. 20

5. Intensitas keparahan penyakit pada daun lada transformasi

log x. ……….….. 28

6. Intensitas keparahan penyakit pada batang lada transformasi

log x. ……….…. 28

7. Rerata diameter penyakit BPBL pada daun lada 2 HSI. ……….. 28

8. Sidik ragam diameter bercak penyakit pada daun tanaman

lada 2 HSI. ……….. 28

9. Rerata diameter penyakit BPBL pada daun lada 3 HSI. ……….. 29

10.Sidik ragam diameter bercak penyakit pada daun tanaman

lada 3 HSI. ………. 29

11.Rerata diameter penyakit BPBL pada daun lada 4 HSI ……….. 29

12.Sidik ragam diameter bercak penyakit pada daun tanaman

lada 4 HSI. ………... 29

13.Rerata diameter penyakit BPBL pada daun lada 5 HSI. ……….. 30

(9)

14.Sidik ragam diameter bercak penyakit pada daun tanaman

lada 5 HSI. ……….. 30

15.Rerata diameter penyakit BPBL pada daun lada 6 HSI. ………. 30

16.Sidik ragam diameter bercak penyakit pada daun tanaman

lada 6 HSI. ……… 30

17.Rerata keparahan penyakit BPBL pada batang lada 2 HSI. ………… 31

18.Sidik ragam keparahan penyakit pada batang tanaman

lada 2 HSI. ………. 31

19.Rerata keparahan penyakit BPBL pada batang lada 3 HSI …………. 31

20.Sidik ragam keparahan penyakit pada batang tanaman

lada 3 HSI. ………. 31

21.Rerata keparahan penyakit BPBL pada batang lada 4 HSI. ………. 32

22.Sidik ragam keparahan penyakit pada batang tanaman

lada 4 HSI. ……….…... 32

23.Rerata keparahan penyakit BPBL pada batang lada 5 HSI. …….…. 32

24.Sidik ragam keparahan penyakit pada batang tanaman

lada 5 HSI. ………. 32

25.Rerata keparahan penyakit BPBL pada batang lada 6 HSI. …………. 33

26.Sidik ragam keparahan penyakit pada batang tanaman

lada 6 HSI. ……….……. 33

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Trichoderma harzianum Rifai (Cook & Baker, 1983). ………….. 11

2. Uji patogenisitas terhadap hasil isolasi pada tanaman lada. .……. 17

3. Gejala penyakit BPBL pada daun. ………. 18

4. Gejala penyakit BPBL pada batang 4 hari setelah inokulasi. ……. 19

5. Isolasi dari potongan daun yang sakit. .……….. 34

6. Biakan P. capsici pada media PDA. .…..,……….……….. 34

7. Biakan T. harzianum umur 5 hari setelah inokulasi. ……….. 34

8. Perbanyakan T.harzianum pada media menir. ………... 35

9. Areal tanam lada di rumah kaca. ……… 35

10. Aplikasi T. harzianum ke media tanaman. .………. 35

11. Inokulasi P. capsicipada daun. ..………. 36

12. Pengamatan diameter bercak pada daun hari ke 4 setelah Inokulasi. ……… 36

(11)

DAFTAR ISI

3.4.6 Pengamatan dan pengumpulan data… .………….…..… 15

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Hasil ………..………... 17

4.1.1 Kultur P. capsici ……… 17

(12)

4.1.3 Intensitas Penyakit pada Batang ……… 19

4.2Pembahasan ………....…... 20

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ……… 22

5.2 Saran ………. … 22

DAFTAR PUSTAKA ……….. 23

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Abeysinghe, S. 2009 Systemic resistance induced by Trichoderma harzianum RU01 againts Uromyces appendiculatus on Phaseolus vulgaris. J. Natn. Sci. Foundation Sri Lanka 37 (3): 203-207.

Agrios, G.N. 2005. Plant pathology. 5th Ed. Elsevier Academic Press, Burlingkton, MA.

Alfano, G., Lewis I, M. L., Cakir, C., Bos, J. I. B., Miller, S. A., Madden, L. V., Kamoun, S., and Hoitink, H. A J. 2007. Systemic modulation of gene expression in tomato by Trichoderma hamatum 382. Phythopatology 97:429-437.

Amiono, L. 2000. Pengaruh Penggunaan Bahan Organik dan Jamur Antagonis Trichoderma spp. terhadap Penyakit Akar Bengkak. Tesis. Universitas Brawijaya. Malang.

Anonim. 2010. Teknologi unggulan tanaman lada.

http://balittri.litbang.deptan.go.id/database/unggulan/bookletlada.pdf. Diakses pada 12 September 2011.

.

Bayu, A. 2011. Musim hujan datang busuk pangkal batang mengancam.

http://ditjenbun.deptan.go.id/bbp2tpsur/.../musim%20hujan%20datang.pdf Diakses pada 1 November 2011.

BPTP Lampung, 2008. Penangkaran bibit lada unggul Natar 1. BPTP Lampung. http://www.bbp2tp.litbang.deptan.go.id/?pag=teknologi&i=30. Diakses pada 1 November 2011

Caruso, F.L. & Kue, J. 1979. Field protection of Cucumber, Watermelon and Muskmelon against Colletotrichum lagenarium by Colletotrichum lagenarium. Phytopathology, 67: 1290-1292.

Cook, R.J. & Baker, K.F. 1996. The nature and practice of biological control of plant pathogen. The American Phytopathology Society Press, St. Paul. Minnesota. USA.

Erwin, D.C. & Olaf, K.R. 1996. Phytophthora disease worldwide. APS. St Paul Minnesota.

Febriansyah. 2011. Deteksi Ketahanan Terimbas Tanaman Lada oleh

(14)

Ginting, C. 1997. Determination of the Occurrence of Suppressive Soils to Foot Rot in Black Pepper Fields. Hlm 320-325 dalam: Prosiding Kongres dan Seminar Ilmiah Perhimpunan Fitopatologi Indonesia. Palembang, 27-28 Oktober 1997.

Harman, G. E., Howell, C. R., Viterbo, A., Chet, I., and Lorito, M. 2004. Trichoderma species – oportunistic, avirulent plant symbionts. Nature Reviews Microbiology

Hoitink, H. A. J., Madden, L. V., and Dorrance, A. E. 2006. Systemic resisteance induced by Trichoderma spp.: Interactions between the host, the

pathogen, the biocontrol agent, and soil organic matter quality. Phytopathology. 96:186-189.

Horst, L. E., Locke, J., Krause, C.R., McMahon, R.W., Madden, L.V., and Hoitink, H.A. J. 2005. Supression of Botrytis blight of begonia by

Trichoderma hamatum 382 in peat and compost-amended potting mixes. Plant Diseases. 89:1195-1200.

Ivayani. 2010. Uji Beberapa Jenis Bahan Organik Starter dalam Perbanyakan Trichoderma harzianum Sebagai Agens Hayati Pengendalian

Phytophthora capsici. Skripsi, Universitas Lampung. Lampung

Kanisius, A.A. 1980. Bercocok Tanam Lada. Kanisius. Yogyakarta.

Kasim, R. 1990. Pengendalian penyakit busuk pangkal batang secara terpadu. Buletin Tanaman Industri 1 : 16-20.

Khan, J., Ooka, J. J., Miller, S. A., Madden, L. V., and Hoitink, H. A. J. 2004. Systemic resistance induced by Trichoderma hamatum 382 in cucumber against Phytophthora crown rot and leaf blight. Plant Diseases. 88:280-286.

Lo, C.T., Nelson, E.B., & Harman, G.E. 1997. Improved Biocotrol Efficacy of Trichoderma harzianum 1295–22 for Foliar Phases of Truf diseases by Use of Spray Application. Plant Diseases. 81:1132–1138.

Manohara, D., & Nurheru. 2007. Hama dan Penyakit Utama Tanaman Lada dan Pengendaliannya. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aneka

Tanaman Industri. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Diakses dari http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/wr294073.pdf pada 11 November 2011.

(15)

Pengendaliannya. Bangpro Penelitian Tanaman Perkebunan, Ditjen Perkebunan, Departemen Kehutanan dan Perkebunan

Manohara, D.,Wahid,P., Wahyuno, D., Nuryani, Y., Mustika, I., Laba, I.W., Yuhono, A.M. Rivai dan Saefudin. 2006. Status teknologi tanaman lada. Prosiding Status Teknologi Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri, Parungkuda-Sukabumi.

Muhlisah, F. 1999. Temu-temuan dan Empon-empon, Budidaya dan Manfaatnya. Kanisius, Yogyakarta.

Niken. 2008. Mengenal lebih jelas trichoderma viride. Tersedia dalam http://ayyaa.multiply.com/journal. Diakses 12 Oktober 2011.

Pracaya. 2007. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta.

Purnomo, B. 2006. Seleksi Jamur Rizosfir Non-Patogenik untuk Pengendalian Penyakit Layu Fusarium pada Tanaman Jahe di Bengkulu. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. Volume 8, No. 1, 2006.

Rismunandar & Riski, M.H. 2003. Lada : Budi Daya dan Tata Niaga Edisi Revisi. Penebar Swadaya, Jakarta.

Saksirirat, W., Punyisa, C., and Wandee, B. 2009. Induce systemic resistance of biocontrol fungus, Trichoderma spp. againts bacterial and gray leaf spot in tomatoes. Asian journal of food and agro-Industry. S99-S104.

Santoso, U. 2000. Waspadai Penyakit Busuk Pangkal Batang pada Tanaman Lada. Tersedia dalam http://www.tanindo.com/abdi11/hal3201.htm. Diakses pada 12 November 2011.

Semangun, H. 2004. Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. Gadja Mada University Press. Yogyakarta.

Suprapto. 2010. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung.

http://bbp2tp.litbang.deptan.go.id/index.php?option=com_content. Diakses pada 26 November 2011

Susanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik, Pemasyarakatan dan Pengembangannya. Kanisius. Yogyakarta. Hal 27-29

Wahyuno, D. 2009. Pengendalian Terpadu Busuk Pangkal Batang Lada. Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, Bogor.

(16)
(17)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Lada

Tanaman lada diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Piperales

Famili : Piperaceae

Genus : Piper

Spesies : Piper nigrum

Nama binomial : Piper nigrum Linn.

Batang lada terdiri atas stolon, cabang orthotrof, dan cabang plagiotrop. Stolon

adalah batang pokok tanaman dan disebut juga batang primer atau batang dasar.

Cabang orthotrof yaitu cabang dari batang pokok yang tumbuhnya vertikal,

sedangkan cabang plagiotrof merupakan bagian cabang yang mengeluarkan malai

bunga, dan buah, atau disebut juga cabang buah (Kanisius, 1980).

Tanaman lada mempunyai dua jenis akar yang dibentuk pada buku-buku setiap

ruas batang pokok dan cabang. Akar yang tumbuh di dalam tanah membentuk

akar lateral sebagai penyerap zat hara dengan kedalaman yang dangkal (Muhlisah,

(18)

Daun lada berbentuk bulat telur dengan pucuk meruncing, tunggal, bertangkai,

panjangnya 2 - 5 cm, dan membentuk aluran di bagian atasnya. Daunnya

berukuran 8 - 20 cm x 4 - 12 cm, berurat 5 - 7 helai, berwarna hijau tua, dengan

bagian atas berkilauan dan bagian bawah pucat dengan titik-titik kelenjar

(Rismunandar dan Riski, 2003).

Bunga berbentuk malai, agak menggelantung, panjangnya 3 - 25 cm, tidak

bercabang, berporos tunggal, dan terdapat sekitar 150 bunga kecil. Tumbuhnya

berhadapan dengan daun dari cabang atau ranting plagiotropis. Bunga lada dapat

berupa uniseksual, yaitu berumah satu dan berumah dua dan terletak di kanan-kiri

bakal buah. Bunga mulai membuka dari malai bagian bawah hingga ke bagian

atas. Pembukaan bunga ini akan selesai setelah 7 - 8 hari. Untuk jenis tertentu

yang berbunga hermafrodit, persarian dapat dilakukan sendiri dan berlangsung

tanpa bantuan angin atau hujan (Rismunandar dan Rizki, 2003).

Buah lada tidak bertangkai, berbentuk bulat, berbiji tunggal, berdiameter 4 - 6

mm, dan berdaging. Kulit buah lada berwarna hijau saat masih muda dan akan

berubah menjadi merah setelah masak. Buah yang berkulit hijau akan menjadi

kehitaman setelah dijemur di bawah terik sinar matahari. Panjang malai buah

dapat mencapai panjang maksimal 15 cm dan minimal 5 cm. Biji lada berukuran

rata-rata 3 - 4 mm. Embrionya sangat kecil. Berat 100 biji lada sekitar 3 - 8 gram

dengan rata-rata berat normal 4,5 gram. Biji lada ditutupi selapis daging buah

yang berlendir (Kanisius, 1980).

Lada dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di daerah yang basah, misalnya

(19)

curah hujan antara 2000 - 3000 mm/tahun. Dengan suhu antara 210 C – 270 C

pada pagi hari 260 C – 300 C pada sore hari. Umumnya tekstur tanah yang

diinginkan tanaman lada adalah liat berpasir. Selain jenis dan sifat tanah,

pertumbuhan dan produktivitas lada dipengaruhi oleh kedalaman air tanah

(Rismunandar dan Riski, 2003).

2.2 Penyakit Busuk Buah Pangkal Batang Lada (BPBL)

BPBL merupakan kendala utama dalam Budi daya tanaman lada. BPBL dapat

merusak bibit dan tanaman lada muda serta produktif. Penyakit ini dapat

menimbulkan kematian 10 - 15% tanaman (Suprapto, 2010). Selain menyerang

pangkal batang, penyakit ini juga dapat menyerang akar, daun dan buah

(Semangun, 2004).

Gejala bercak daun di lapangan umumnya timbul setelah terjadinya hujan lebat,

yaitu pada daun-daun yang letaknya dekat dengan permukaan tanah sampai

ketinggian 50 cm (Mulya et al.,1986). Daun menjadi layu dan berwarna kuning.

Setelah gejala layu muncul, biasanya penyakit berkembang dengan lebih cepat,

sehingga tanaman mati dalam waktu 10 hari. Bahkan dalam cuaca kering

tanaman dapat mati dalam waktu 3 - 4 hari. Daun-daun kering itu tetap melekat

pada pohon, berwarna hitam, sehingga tanaman yang mati tampaknya seperti

habis terbakar (Semangun, 2004).

Infeksi pada batang biasanya terjadi pada pangkal batang sampai setinggi 30 cm

dari permukaan tanah. Adanya infeksi menyebabkan terjadinya perubahan warna

(20)

jaringan yang berwarna coklat (Semangun, 1991). Pada waktu tanaman masih

menunjukkan gejala awal (kelayuan), biasanya akar-akarnya masih baik.

Penyebab penyakit busuk pangkal batang lada adalah P. capsici Leonian. Jamur

ini termasuk dalam Kingdom Chromistae, Filum Oomycota, Kelas Oomycetes,

Ordo Peronosporales, Famili Pythiaceae, dan Genus Phytopthora (Agrios, 2005).

Hifa P. capsici tidak bersepta dan mengandung banyak inti diploid. Jamur

tersebut berkembang biak dengan dua cara yaitu secara aseksual dan seksual.

Pembiakan secara aseksual terjadi dengan terbentuknya sporangium dan dalam

keadaan yang mendukung, sporangium yang telah masak dapat langsung

berkecambah membentuk tabung kecambah atau zoospora yang ber-flagella

(spora yang memiliki cambuk getar). Bentuk sporangium bervariasi dengan

perbandingan panjang dan lebar 1,3:1,8 (Semangun, 2000).

Pada musim hujan, hujan lebat yang turun akan menyebabkan turunnya suhu

tanah yang dapat memacu pembentukan spora kembara (zoospore). Karena

terbawa oleh percikan air hujan tanah yang mengandung Phytophthora banyak

yang melekat pada sisi bawah daun dan mengadakan infeksi di sini. Tetapi pada

umumnya daun akan gugur sebelum jamur menjalar sampai ke batang. Meskipun

demikian serangan pada daun tadi akan memperbanyak jamur yang berada di

bawah tanaman itu, sehingga kemungkinan terjadinya infeksi pada pangkal batang

pun menjadi semakin besar (Semangun, 2004).

Pengendalian BPBL relatif sulit dilakukan karena semua jenis lada yang bersifat

(21)

karena pendekatan pengendalian harus dilakukan secara terpadu baik secara kultur

teknis, hayati, fisik, dan kimiawi.

Pengendalian secara kultur teknis dapat dilakukan sejak awal penanaman

misalnya pengolahan tanah dan penggunaan varietas agak tahan. Bila tanaman

sudah dewasa dapat dilakukuan misalnya dengan pemangkasan pohon peneduh

secara rutin untuk mengurangi kelembaban dan melakukan penyiangan gulma

secara terbatas.

Pengendalian secara hayati dapat dilakukan dengan introduksi agens antagonis.

Introduksi agens antagonis dilakukan dengan aplikasi agens antagonis hasil

perbanyakan di laboratorium. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan populasinya

di alam agar dapat menjadi pengendali P. capsici. Aplikasi agens antagonis lebih

baik dilakukan sebelum tanam.

Secara fisik, pengendalian BPBL dapat dilakukan dengan memusnahkan tanaman

yang menunjukan gejala. Bila gejala muncul pada daun, dapat dilakukan

pemetikan lalu dikumpulkan dan dimusnahkan. Meskipun cara ini kurang efisien

tetapi dapat mengurangi sumber inokulum untuk penyakit baru. Sedangkan bila

gejala muncul berupa layunya tanaman dapat dilakukan pencabutan dan langsung

dimusnahkan misalnya dibakar.

Cara kimiawi menggunakan fungisida dilakukan bila pengendalian lain tidak

dapat menekan perkembangan penyakit. Aplikasi fungisida harus dilakukan

(22)

atau pangkal bantang, karena bila gejala layu telah muncul maka tanaman tidak

dapat diselamatkan lagi.

2.3 Jamur T. harzianum

T. harzianum merupakan agensia potensial untuk dikembangkan sebagai agens

pengendali hayati jamur-jamur patogen tular tanah (Agrios, 2005),

mengemukakan bahwa Trichoderma diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Fungi

Filum : Ascomycetes

Kelas : Ascomycetes

Ordo : Hypocreales

Famili : Moniliaceae

Genus : Trichoderma

Jamur T. harzianum mempunyai miselium yang hialin, bersepta, tegak dan

bercabang banyak serta berdinding licin. Koloni biasanya tumbuh cepat pada

media yang sesuai (Alexopoulus dan Mims 1979 dalam Niken (2008).

T. harzianum Rifai (Gambar 1) merupakan salah satu spesies Trichoderma yang

sering digunakan sebagai agensia hayati yang menginduksi ketahanan pada

tanaman.

De Meyer (1998) melaporkan bahwa T. harzianum strain T-39 dapat mengimbas

ketahanan tanaman cabai, tomat, selada dan kacang terhadap B. cinerea. Seaman

(2003) dalam Harman (2004), juga melaporkan bahwa T. harzianum strain T-22

dapat mengimbas ketahanan tomat terhadap penyakit bercak coklat yang

(23)

harzianum strain NF-9 dapat mengimbas ketahanan tanaman padi terhadap

penyakit blas yang disebabkan oleh M. Grisea (Tabel 1).

Gambar 1 . Trichoderma harzianum Rifai (Cook and Baker, 1983)

Mekanisme Trichoderma dalam menginduksi ketahanan tanaman terhadap infeksi

patogen dapat terjadi dengan berbagai cara. Menurut Saksirirat et al., (2009), induksi

ketahanan tanaman tomat terhadap penyakit bercak daun abu-abu dan penyakit bakteri

terjadi dengan adanya peningkata aktivitas e zi kiti ase da β-1,3-glukanase pada

daun tomat. Sedangkan menurut Alfano et al., (2007), induksi ketahanan tanaman

tomat terhadap Xanthomonas euvesicatoria yang disebabkan oleh T. hamatum terjadi

melalui adanya ekspresi gen yang berkaitan dengan stres biotik dan abiotik.

Tabel 1. Ketahanan terimbas oleh Trichoderma spp. pada berbagai patosistem.

Spesies dan Strain

Tanaman Patogen Bukti atau Efek

Waktu setelah Aplikasi Ref.

T. harzianum T-39

Tomat, cabai, tembakau, lettuce, bean

B. cinerea Proteksi daun 25–100% penurunan

keparahan penyakit pada daun

69% penurunan keparahan Lorito

T. harzianum T-22

Tomat A. solani Proteksi daun Sampai 80% penurunan keparahan hawar daun

Seaman (2003)

T. harzianum T-22

Jagung C. graminicola Proteksi daun 44% penurunan ukuran bilur (lesion)

Herman

et al.

(24)

Peningkatan fitoaleksin

panjang bilur et al.

(2000)

T. harzianum NF-9

Padi M. grisea, X. camp pv. Oryzae

Proteksi daun 34–50% penurunan penyakit Tong

Xu

(25)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada Oktober 2011 sampai Maret 2012 di Rumah Kaca

dan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi Tanaman Fakultas

Pertanian Universitas Lampung.

3.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu labu erlenmeyer, spatula,

cawan petri, gelas ukur, tabung reaksi, nampan plastik, alumunium foil, plastik

penutup, plastik tahan panas, jarum ose, jarum ent, pisau cutter, gunting kecil,

spidol permanen, autoklaf, pot plastik, kapas, tissu, laminar air flow, lampu

bunsen, pinset, gelas beker, pipet tetes, kertas label, mikroskop kompon,

mikroskop stereo, gelas preparat, gelas penutup, dan solatif

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu T. harzianum, P. capsici,

alkohol 70%, aquades steril, media kultur potato dextrose agar (PDA), media

menir beras dan spritus.

3.3 Rancangan Percobaan dan Analisis Data

Percobaan dilaksanakan dalam rancangan acak lengkap (RAL) dengan lima

(26)

Perlakuan dalam penelitian ini adalah empat isolat T. harzianum terbaik hasil dari

penelitian sebelumnya (Febriansyah, 2011) dan satu kontrol yaitu tanaman lada

yang tidak diberi perlakuan T. harzianum. Data hasil pengamatan dianalisis

menggunakan sidik ragam dan perbedaan nilai tengah antar perlakuan diuji

dengan uji jarak berganda Duncan (DMRT) pada α 0,05.

3.4 Pelaksanaan

3.4.1 Penyiapan tanaman lada

Bibit tanaman lada varietas belantung diambil dari Kebun Percobaan Balai

Penelitian Tanaman Rempah dan Industri (BALITRI) di Cahaya Negeri, Lampung

Utara. Bibit lada yang masih dalam polibag selanjutnya dipindahkan dalam pot

berdiameter 25 cm. Media tanam yang digunakan terdiri atas campuran tanah dan

pasir dengan perbandingan 2:1. Sebelum digunakan, media tanam terlebih dahulu

diautoklaf selama dua hari berturut turut. Setelah itu dimasukkan ke dalam pot

kira-kira 3 - 4 kg/pot. Masing-masing pot ditanami tiga bibit lada dengan total pot

sebanyak 30 pot.

3.4.2 Penyiapan biakan P. capsici

Biakan P. capsici diperoleh dari hasil isolasi dari daun yang menunjukkan gejala.

Isolasi dilakukan dengan cara memotong jaringan tanaman di antara yang sakit

dan sehat dengan ukuran kira-kira 2 x 2 mm. Potongan tersebut selanjutnya

direndam dalam larutan NaOCl 0,525 % selama 1 - 2 menit dan setelah itu dibilas

(27)

kertas tissu untuk menyerap kelebihan air. Potongan jaringan tanaman tersebut

diletakkan ke dalam satu cawan petri yang telah berisi media PDA. Setelah

kurang lebih 3 hari, biakan diamati ada atau tidak pertumbuhan jamur. Jika

terbentuk koloni pada biakan, maka miselia jamur dipindahkan ke media PDA

yang baru dengan cara memotong bagian koloni paling ujung dan direisolasi.

3.4.3 Penyiapan biakan T. harzianum

Biakan T. harzianum yang digunakan sebanyak empat isolat dari percobaan

sebelumnya oleh Febriansyah (2011). Empat isolat T. harzianum terlebih dahulu

diremajakan dan diperbanyak dengan menggunakan media PDA. Media menir

beras sebelum digunakan, terlebih dahulu dicuci, dikukus hingga setengah

matang. Media menir beras yang setengah matang kemudian dimasukkan ke

dalam kantong-kantong plastik kecil dan diautoklaf selanjutnya disimpan

semalam. Hari berikutnya dilakukan inokulasi cuplikan miselium T. harzianum

pada masing-masing kantong tersebut sebanyak tiga cuplikan perkantong.

Selanjutnya plastik diikat dan diinkubasi. Setiap dua hari dilakukan perataan

pertumbuhan T. harzianum pada media menir tersebut dengan cara memecah

gumpalan koloni T. harzianum pada media menir dengan menggunakan tangan.

Inkubasi dilakukan selama 11 hari.

3.4.4 Aplikasi T. harzianum

Aplikasi T. harzianum dilakukan dengan cara meletakkan T. harzianum hasil

(28)

biakan T. harzianum yang digunakan adalah 11 hari setelah inkubasi. Setiap pot

terdiri atas empat lubang dengan kedalaman 3 – 4 cm. Setiap pot diaplikasikan 5

gram biakan T. harzianum pada menir.

3.4.5 Inokulasi P. capsici

Lima belas hari setelah aplikasi Trichoderma dilakukan inokulasi P. capsici pada

daun. Inokulasi dilakukan dengan menempelkan cuplikan misellium P. capsici

diameter 5 mm dari biakan yang berumur 7 hari setelah inkubasi pada permukaan

bawah daun. Untuk membantu proses infeksi pada cuplikan miselium tersebut

diberi kapas yang telah dibasahi, dan kemudian disolatif sampai tepi daun agar

cuplikan tidak jatuh. Inokulasi pada batang dilakukan 1 minggu setelah inokulasi

pada daun. Pada prinsipnya inokulasi pada batang ini sama dengan inokulasi pada

daun, bedanya adalah titik inokulasi dilukai sebelum ditempel dengan cuplikan

miselium P. capsici. Pelukaan dilakukan dengan menggores batang lada dua luka

perbatang dengan panjang ± 0,5 cm, kedalamannya ± 0,1 cm. Titik inokulasi pada

batang berjarak ± 5 cm dari permukaan media tanam.

3.4.6 Pengamatan dan pengumpulan data

Pengamatan hasil inokulasi pada daun dan batang dilakukan setiap hari selama 6

hari. Pada inokulasi daun peubah yang diamati adalah diameter bercak yang

terbentuk. Pengukuran diameter bercak dilakukan secara vertical dan horizontal.

Inokulasi pada batang peubah yang diamati adalah keparahan penyakit.

Keparahan penyakit dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut

(29)

x100%

Keterangan :

Kpa : Keparahan penyakit

n : Jumlah lingkar pangkal batang yang mengalami gejala untuk tiap skor v : Skor gejala serangan

N : Jumlah sampel yang diamati V : Skor tertinggi

Skor penyakit yang digunakan untuk menghitung keparahan penyakit adalah

sebagai berikut (Sudarsono dan Ginting, 2003):

Tabel 2. Skor penyakit yang digunakan untuk mengukur keparahan penyakit.

No Skor Penyakit (x)

Keterangan

1 0 Tidak ada gejala

2 1 Timbul nekrosis sepanjang 0,5 cm atau kurang

3 2 0,5 < x ≤ 1 cm, nekrosis tidak melingkari batang

4 3 x > 1 cm, nekrosis tidak melingkari batang

5 4 Nekrosis melingkari batang

(30)

UJI EFIKASI Trichoderma harzianum SEBAGAI PENGIMBAS KETAHANAN TERHADAP PENYAKIT BUSUK PANGKAL BATANG

PADA TANAMAN LADA

Oleh

WIKA TRI WIDIYANTI

PERTIWI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PERTANIAN

pada

Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(31)

UJI EFIKASI Trichoderma harzianum SEBAGAI PENGIMBAS KETAHANAN TERHADAP PENYAKIT BUSUK PANGKAL BATANG

PADA TANAMAN LADA

(Skripsi)

Oleh

WIKA TRI WIDIYANTI PERTIWI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(32)

Perubahan tidak menjamin keberhasilan, tetapi tidak ada keberhasilan yang dicapai

tanpa perubahan

(Mario Teguh)

Bahagianya hidup tidak diukur dari seberapa banyak hal yang dimiliki, tetapi seberapa

besar rasa syukur

(Mario Teguh)

Change will not come if we wait for some other person or some other time

(Barack Obama)

Kalau miskin, kita harus bermartabat, dan kalau kaya, kita harus bermanfaat

(33)

Seiring doa dan rasa syukur kepada Allah SWT....

Kupersembahkan skripsi ini dengan rasa syukur dan kerendahan hati kepada :

Papa dan mama yang tercinta, terima kasih atas cinta, kasih sayang dan kesabaran tiada

habisnya untukku.

Untuk kakak-kakakku tersayang atas motivasi dan dukungannya.

Seseorang yang kelak akan menjadi pendamping hidup saya, terimakasih telah memberi

motivasi tiada hentinya.

Teman-temanku yang selalu mendukung dan memberi bantuan dengan ikhlas

(34)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lada (Piper nigrum Linn.) merupakan salah satu tanaman rempah yang

mempunyai nilai ekonomis tinggi. Di Indonesia, tanaman lada sebagian besar

dibudidayakan dalam bentuk perkebunan rakyat yang menyerap banyak tenaga

kerja (Manohara et al., 2006 dalam Wahyuno, 2009). Pada 2007, Indonesia

menduduki urutan keempat setelah Vietnam, India dan Brasil sebagai Negara

penghasil lada terbesar dunia. Namun selama 12 tahun terakhir, pasokan lada

Indonesia di pasar dunia semakin menurun dari 40,3% pada 1995 menjadi 18%

pada 2007 (Suprapto, 2010). Dinas Koperasi UMKM Perindustrian dan

Perdagangan (Koperindag) Lampung mencatat ekspor lada hitam daerah Sumatera

September 2010, volume ekspor lada hitam mencapai 7.251 ton lebih senilai

27,753 juta dolar namun pada bulan Oktober 2010, jumlah ekspor menurun

hingga senilai 20,628 juta dolar AS dengan volume ekspor 5.412 ton.

Penyakit busuk pangkal batang lada (BPBL) merupakan salah satu kendala dalam

budidaya lada di Indonesia. Penyakit ini tersebar luas hampir di semua

pertanaman lada di Indonesia. Penyakit BPBL disebabkan oleh Phytophthora

capsici Leonian , yang merupakan patogen tular tanah (soil borne). P. capsici

(35)

berbahaya adalah pada pangkal batang. Gejala penyakit berupa bercak berwarna

coklat kehitaman pada daun, dan perubahan warna kulit menjadi hitam secara

cepat pada batang (Manohara et al., 2000).

Penyakit BPBL biasanya dikendalikan dengan menggunakan fungisida sintetik.

Akan tetapi penggunaan fungisida sintetik akhir-akhir ini mulai dikurangi karena

dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan manusia maupun

kelestarian lingkungan akibat residu yang ditinggalkan (Santoso, 2000). Selain itu

penggunaan fungisida sintetik dapat menimbulkan resistensi sehingga dosisnya

harus selalu ditingkatkan atau diganti jenisnya (Semangun, 2004).

Beberapa dekade ini, penggunaan fungisida nabati dan agensia hayati banyak

diteliti dan dikembangkan untuk mengendalikan patogen karena pertimbangan

ekonomi dan ekologi. Salah satu agensia hayati yang banyak digunakan dalam

pengendalian penyakit adalah jamur Trichoderma spp. (Agrios, 2005).

Selama ini, peneliti Trichoderma lebih banyak memfokuskan penelitian pada

peran Trichoderma sebagai agens pengendali hayati melalui mekanisme

kompetisi, mikoparasit, lisis dan antibiosis. Namun penelitian pada beberapa

tahun terakhir menunjukkan terdapatnya mekanisme pengendalian dalam

inokulasi kompos dengan Trichoderma yaitu melalui ketahanan terimbas. Hal ini

berarti bahwa Trichoderma dapat berfungsi sebagai agensia hayati melalui

perannya sebagai inducer ketahanan tanaman (Harman et al., 2004). Febriansyah

(2011) melaporkan bahwa inokulasi Trichoderma harzianum dan bahan organik

dapat mengimbas ketahanan tanaman lada terhadap P. capsici sebagai penyebab

(36)

Pada penelitian ini diadakan pengujian ulang ketahanan tanaman lada melalui

suatu imbas tertentu, yakni induksi resistensi (induced resistance) dimana

pemicunya adalah mikroorganisme non-patogenik yaitu T. harzianum. Induksi

resistensi menggunakan mikroorganisme non-patogenik saat ini telah

dikembangkan pada tanaman lain selain lada (Purnomo, 2006 ).

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efikasi T. harzianum sebagai

pengimbas ketahanan bibit lada untuk mengendalikan penyakit BPBL.

1.3 Kerangka Pemikiran

Penyakit BPBL merupakan kendala utama dalam peningkatan produksi tanaman

lada di Indonesia dan telah menyebar pada hampir semua perkebunan lada.

Menurut Semangun (2004) kerugian yang ditimbulkan oleh penyakit ini dapat

mencapai 52%. Sedangkan menurut Kasim (1990) dalam Wahyuno, (2009) setiap

tahunnya penyakit BPBL di Indonesia menimbulkan kerugian 10 – 15%.

Sampai saat ini, belum tersedia varietas lada yang tahan terhadap penyakit BPBL,

sehingga usaha pengendalian menjadi lebih sulit. Salah satu alternatif

pengendalian yang dapat dikembangkan adalah dengan meningkatkan ketahanan

tanaman lada tehadap infeksi penyebab penyakit BPBL. Aplikasi agens hayati

Trichoderma dilaporkan dapat meningkatkan/mengimbas ketahanan (induced

resistant) tanaman terhadap patogen (Hoitink et al., 2004; Khan et al., 2004;

(37)

Pengimbasan ketahanan pada tanaman oleh Trichoderma spp belum dipahami

secara memadai karena selama ini komunitas peneliti Trichoderma memusatkan

perhatian hanya pada pengaruh langsung Trichoderma terhadap patogen terutama

pada mikroparasitisme dan antibiosis (Harman et al., 2004). T. harzianum

merupakan salah satu contoh spesies Trichoderma yang banyak dilaporkan dapat

mengimbas ketahanan tanaman terhadap patogen.

Abeysinghe (2009) melaporkan bahwa T. harzianum dapat meningkatkan

ketahanan tanaman kacang tanah terhadap Uromyces appendiculatus. De Meyer

(2008) melaporkan bahwa T. harzianum meningkatkan ketahanan tanaman tomat,

tembakau dan selada terhadap Botrytis cinerea. Sedangkan pada tanaman lada

inokulasi Trichoderma dan kompos juga dapat mengimbas ketahanan tanaman

lada terhadap penyakit BPBL (Febriansyah, 2011).

1.4 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. T. harzianum sebagai pengimbas ketahanan dapat menurunkan intensitas

penyakit Busuk Pangkal Batang Lada (BPBL) yang disebabkan oleh P.

capsici Leonian.

2. Terdapat perbedaan kemampuan dalam mengendalikan penyakit BPBL

(38)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 12 Juni 1990 di Tanjung Karang, Bandar Lampung.

Penulis merupakan anak Ketiga dari tiga bersaudara pasangan Bapak Slamet Riyadi dan

Ibu Aenah.

Pada tahun 2001 penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar SD Kartika II-5

Bandar Lampung; Sekolah Menengah Pertama SMPN 8 Bandar Lampung pada tahun

2004; dan Sekolah Menengah Atas SMA Perintis 1Bandar Lampung pada tahun 2007.

Pada tahun 2007 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Proteksi Tanaman Fakultas

Pertanian melalui jalur Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB).

Kemudian pada Tahun 2008 diintegrasikan pada Program Studi Agroteknologi.

Pada tahun akademik 2010-2011 penulis melaksanakan Praktik Umum di Balai Karantina

Pertanian Kelas 1 Panjang Bandar Lampung. Selama menjadi mahasiswa penulis pernah

menjadi pengajar kesenian di beberapa SMA Swasta di Bandar Lampung dan aktif

(39)

SANWACANA

Alhamdulillahi rabbi’alamin. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan taufik, hidayah, serta rahmat-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan

terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan

penelitian dan penulisan skripsi ini, yaitu:

1. Papa (Slamet Riyadi) dan mama (Aenah) tercinta yang telah memberikan kasih

sayang, motivasi, nasihat dan semangat yang tiada henti serta doa yang tulus

kepada penulis hingga terselesainya skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Cipta Ginting, M. Sc. selaku pembimbing utama karena

telah mengizinkan terlibat dalam penelitiannya, dan atas bimbingan, gagasan,

ilmu, arahan dan nasihat yang bermanfaat kepada penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

3. Bapak Tri Maryono, S.P.,M.Si. selaku pembimbing kedua yang telah sabar

memberikan bimbingan, kritik, saran, dan nasihat yang bermanfaat kepada

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Ir. Efri, M. S. selaku pembahas yang telah memberikan pengarahan, kritik,

saran dan nasihat yang bersifat membangun kepada penulis.

5. Bapak Prof. Dr. Ir. Subli Mujim selaku pembimbing akademik yang telah

memberikan nasihat, motivasi dan semangat kepada penulis.

6. Prof. Dr. Ir. Wan Abas Zakaria, M.S selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Lampung.

7. Dr. Ir Kuswanta Futas Hidayat, M.P selaku ketua Program Studi

Agroteknologi.

8. Seluruh Dosen Agroteknologi konsentrasi Ilmu Hama Penyakit Tumbuhan

khususnya, serta Universitas Lampung yang telah memberikan ilmu dan

(40)

9. Keluargaku mas adi, mbak dini, mbak uwik, dan mas helmi terimakasih atas

bantuan dan semangatnya.

10. Dhandi C. Putranto atas kesabaran dan ketulusan serta tidak pernah bosan

menasehati,memberi masukan, dan motivasi selama ini.

11. Rekan-rekan terdekatku Meri Lusiana,S.P. ,Riki Martina Ningsih,S.P. ,Eka

Wahyuningsih,S.P. ,Selvi Helina, S.P. ,Ovy Erfandari, S.P. ,Pman, dan Teddy

terimakasih atas ketulusan,kebersamaan dan semangat yang diberikan.

12. Teman-teman angkatan 2007 (Fajri, Badrus, Furqon, Alwi, Jaya, Yosua,

Syukur, Leo, Resma, Uswatun, Lilis, Febriana, Oviana, Juwita, Ria, Rani,

Yani, Stenia, Maria, Yuli, Kristina, Cici) serta teman-teman lain yang tidak

bisa disebutkan satu persatu, terima kasih atas semua doa, bantuan semangat

dan kebersamaan yang telah diberikan.

13. Bapak Paryadi, Mbak Uum, Mas Iwan, Mas Rahmat atas bantuannya selama

penulis menjadi mahasiswa.

14. Teman-teman sanggar tari Shesya, Lampung Dance Company, dan Teater Satu

Lampung atas motivasi dan semangat yang diberikan.

Akhirnya Penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya, semoga

Allah SWT memberikan rahmat dan Hidayah-Nya kepada pihak yang telah

membantu hingga selesainya skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat

untuk kita semua. Amien.

Bandar Lampung, 2012

(41)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa T. harzianum isolat 1, 2, 3, dan

4 tidak mengimbas ketahanan tanaman lada terhadap penyakit Busuk Pangkal

Batang (P. capsici).

5.2 Saran

Disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan dalam uji efikasi T. harzianum

sebagai pengimbas ketahanan tanaman lada terhadap busuk pangkal batang

dengan menggunakan strain yang telah diketahui sebelumnya serta menggunakan

Gambar

Gambar
Gambar 1 .  Trichoderma harzianum Rifai (Cook and Baker, 1983)
Tabel 2. Skor penyakit yang digunakan untuk mengukur keparahan penyakit.

Referensi

Dokumen terkait

Para stakeholder akan tetap secara konsisten ikut mempengaruhi perilaku dan mengarahkan, sehingga rumah sakit secara konsisten memenuhi kebutuhan dan

tak sempurna seperti yang diterangkan dalam ensiklopedia nasional Indonesia. Susunan yang keseimbangannya tidak sama persis antara satu bagian yang lain. Tampilan visual

Wawancara kepada remaja perempuan yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama tentang kebiasaan-kebiasaan mereka, serta wawancara kepada spesialis tulang dan

Hasil yang sama juga ditemukan oleh Mohideen et al., (2010) yang mengidentifikasi saponin, flavonoid, terpenoid, tanin, glikosida dan steroid dari daun

Latar belakang penelitian ini adalah diperoleh data observasi yang mengatakan bahwa kondisi fisik atlet karate Semarang dalam kondisi lemah. Data perolehan prestasi

Morfologi bentuk kota bandar mengalami penyurutan akibat proses geomorfologi alam pantai dan secara drastis terjadi perubahan orientasi dan aksesibilitas 41. Hal ini

Penelitian yang dilakukan Putra (2014) mengenai penggunaan ubi jalar varietas sukuh sebagai sumber prebiotik dalam Ppkan untuk meningkatkan kecernaan dan

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari