WAKTU APLIKASI Trichoderma harzianum Rifai DALAM BERBAGAI SUBSTRAT UNTUK MENEKAN PENYAKIT REBAH SEMAI
(Sclerotium rolfsii Sacc.) PADA TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merill) DI LAPANGAN
SKRIPSI
OLEH:
ILHAM ROH TUAH DAMANIK 060302019
HPT
DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
M E D A N
WAKTU APLIKASI Trichoderma harzianum Rifai DALAM BERBAGAI SUBSTRAT UNTUK MENEKAN PENYAKIT REBAH SEMAI
(Sclerotium rolfsii Sacc.) PADA TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merill) DI LAPANGAN
SKRIPSI
OLEH:
ILHAM ROH TUAH DAMANIK 060302019
HPT
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatra Utara, Medan.
Disejui oleh: Komisi pembimbing
(Ir. Mukhtar Iskandar Pinem, M.Agr) (Ir. Lahmuddin Lubis, MP)
Ketua Anggota
DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
M E D A N
ABSTRACT
Ilham Roh Tuah Damanik,“ The time application
Trichoderma harzianum Rifai in some substrat to supress Sclerotium rolfsii Sacc.
on soybean (Glycine max (L.) Merill) in Field”, supervisor by Ir. Mukhtar Iskandar Pinem, M. Agr. And Ir. Lahmuddin Lubis, MP. This aims of
the research was to know The best time application Trichoderma harzianum Rifai with substrat to supress Sclerotium rolfsii Sacc. on soybean. This research was done in BPTP , Medan at August until December 2010. This reseach use factorial randomized blok design, the treatment were the time aplication and substrat of
Trichoderma harzianum RifaI with 12 treatments combination and 3 replications.
The research showed the highest disease incidence at S0T1 and S0T2 (control) was 10.02 % and the lowest at S1T1 was 0,71%. The highest production was at
S1T1 (bran and the time aplication one week befor inokulasi
Sclerotium rolfsii Sacc.) with 50,50g/plant and the lowest at S0T1 (control) with
ABSTRAK
Ilham Roh Tuah Damanik, “Waktu Aplikasi Trichoderma harzianum
Rifai dalam Berbagai Substrat Untuk Menekan Penyakit Busuk pangkal batang (Sclerotium rolfsii sacc.) Pada Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merill Di Lapangan”, dibawah bimbingan Ir. Mukhtar Iskandar Pinem, M.Agr dan Ir. Lahmuddin Lubis, MP. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
RIWAYAT HIDUP
‘Ilham Roh Tuah Damanik’ lahir di Medan, 25 Januari 1989 anak dari
Bapak Edy Supian Damanik dan Ibu Angriani Mawar Siregar. Penulis merupakan
anak pertama dari 3 (tiga) bersaudara.
Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah:
- Tahun 2000 lulus dari SD Negeri No. 158309 Pandan, Tapanuli Tengah.
- Tahun 2003 lulus dari SLTP Swasta Al - Muslimin Pandan, Tapanuli
Tengah.
- Tahun 2006 lulus dari SMU Negeri 2 Matauli Pandan, Tapanuli Tengah
- Tahun 2006 diterima sebagai mahasiswa di Departemen Ilmu Hama dan
Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,
Medan melalui jalur SPMB (seleksi penerimaan mahasiswa baru)
Kegiatan akademis yang diikuti penulis adalah sebagai berikut:
- Anggota Ikatan Mahasiswa PerlindunganTanaman (IMAPTAN) tahun
2006 – 2010
- Anggota Komunitas Muslim HPT (Komus) 2006 – 2010
- Mengikuti pelatihan Dasar Kepemimpinan dari PJK USU pada tahun 2007
- Asisten Laboratorium Dasar Perlindungan Tanaman (sub – hama) periode
2008-2010,
- Asisten Laboratorium Dasar Perlindungan Hutan (sub- hama) periode
2009 - 2010
- Pengurus Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) pada tahun 2008-2009
- Melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PTPN IV Kebun Bah
Jambi pada bulan Juni - Juli 2010 dan melaksanakan penelitian di Balai
Pengkajian Teknologi Tanaman Pangan Medan mulai bulan Agustus -
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat rahmat-Nya Penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan sebaik-baiknya.
Adapun judul dari skripsi ini adalah : " WAKTU APLIKASI
Trichoderma harzianum Rifai DALAM BERBAGAI SUBSTRAT UNTUK
MENEKAN PENYAKIT BUSUK PANGKAL BATANG (Sclerotium rolfsii Sacc.) PADA TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merill) DI LAPANGAN". Merupakan salah satu syarat
untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Departemen Hama dan Penyakit
Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
komisi Pembimbing Ir. Mukhtar Iskandar Pinem, M.Agr selaku ketua,
Ir. Lahmuddin Lubis, MP selaku anggota, Ir. Loso Winarto selaku pembimbing
lapangan dan juga kepada Alm. Ir. Kasmal Arifin, MSi yang telah membantu,
mengarahkan dan memberi saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan tulisan ini.
Akhir kata penulis menguapkan terima kasih dan semoga tulisan ini
bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Feberuari 2011
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
PENDAHULUAN
Fisiologi Trichoderma harzianum Rifai………..10
Persiapan media tanam ... 19
Penyediaan jamur Trichoderma harzianum Rifai ... 20
Membuat isolat Trichoderma harzianum Rifai dalam media substrat ... 20
Pelaksanaan penelitian... 20
Aplikasi Trichoderma harzianum Rifai...20
Inokulasi Sclerotium rolfsii Sacc...20
Pemeliharaan...21
Parameter Pengamatan ... 21
Kerapatan Konidia Trichoderma harzianum Rifai...21
Kejadian Penyakit(%) ... 22
Banyaknya Sklerotia ... 22
Produksi...23
HASIL DAN PEMBAHASAN Kerapatan konidia Trichoderma harzianum Rifai dalam Masing – masing substrat...23
DAFTAR TABEL
No Judul Hlm
1. Tabel kerapatan konidia Trichoderma harzianum dalam
masing masing substrat ... 23
2. Tabel beda rataan kejadian penyakit Sclerotium rolfsii. ... 24
3. Tabel rataan jumlah Sclerotia yang terbentuk...29
DAFTAR GAMBAR
No Judul Hlm
1 Sclerotia ... ……6
2 Sclerotium rolfsii Sacc menyerang tanaman. ... ……7
3 Trichoderma harzianum ... ……9
4 Histogram faktor substrat terhadap serangan S. rolfsii Sacc ………. .26
5 Histogram faktor waktu terhadap serangan S. rolfsii Sacc ………….…..27
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Hlm
1. Bagan Penelitian ... 38
2. Diskripsi Varietas Tanaman ... 40
3. Data persentase penyakit S. rolfsii Sacc (%) 3 HSI ... 41
4. Data persentase penyakit S. rolfsii Sacc (%) 6 HSI ... 43
5. Data persentase penyakit S. rolfsii Sacc (%) 9 HSI ... 46
6. Data persentase penyakit S. rolfsii Sacc (%) 12 HSI ... 50
7. Data persentase penyakit S. rolfsii Sacc (%) 15 HSI ... 54
8. Data persentase penyakit S. rolfsii Sacc (%) 18 HSI ... 58
9. Data persentase penyakit S. rolfsii Sacc (%) 21 HSI ... 52
10. Data persentase penyakit S. rolfsii Sacc (%) 24 HSI ... 66
11. Data Jumlah Sclerotia…...………...70
12. Data Produksi………...74
ABSTRACT
Ilham Roh Tuah Damanik,“ The time application
Trichoderma harzianum Rifai in some substrat to supress Sclerotium rolfsii Sacc.
on soybean (Glycine max (L.) Merill) in Field”, supervisor by Ir. Mukhtar Iskandar Pinem, M. Agr. And Ir. Lahmuddin Lubis, MP. This aims of
the research was to know The best time application Trichoderma harzianum Rifai with substrat to supress Sclerotium rolfsii Sacc. on soybean. This research was done in BPTP , Medan at August until December 2010. This reseach use factorial randomized blok design, the treatment were the time aplication and substrat of
Trichoderma harzianum RifaI with 12 treatments combination and 3 replications.
The research showed the highest disease incidence at S0T1 and S0T2 (control) was 10.02 % and the lowest at S1T1 was 0,71%. The highest production was at
S1T1 (bran and the time aplication one week befor inokulasi
Sclerotium rolfsii Sacc.) with 50,50g/plant and the lowest at S0T1 (control) with
ABSTRAK
Ilham Roh Tuah Damanik, “Waktu Aplikasi Trichoderma harzianum
Rifai dalam Berbagai Substrat Untuk Menekan Penyakit Busuk pangkal batang (Sclerotium rolfsii sacc.) Pada Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merill Di Lapangan”, dibawah bimbingan Ir. Mukhtar Iskandar Pinem, M.Agr dan Ir. Lahmuddin Lubis, MP. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
PENDAHULUAN
Latar belakang
Sejumlah jenis tanaman penting yang diusahakan di Indonesia berasal dari
tempat lain di dunia. Tanaman kedelai diduga berasal dari dataran cina . Sumber
genetik (plasma nulfah) tanaman kedelai tumbuh di daerah pegunungan cina
bagian tengah dan barat, serta dataran rendah disekitarnya. Pada masa jaya kedelai
di Cina, publisitas tanaman ini dikenal dengan ”Cow from China” atau sapi dari
negri china, karena biji kedelai digunakan sebagai pengganti susu dinegara
tersebut.
Kedelai merupakan komuditas pertanian yang sangat dibutuhkan di
Indonesia. Baik sebagai bahan makanan manusia, pakan ternak, bahan baku
industri maupun bahan penyegar. Bahkan dalam tatanan perdagangan pasar
internasional, kedelai merupakan komuditas ekspor berupa minyak nabati, pakan
ternak dan lain-lain di berbagai negara di dunia (Rukmana dan Yuyun, 1996).
Penyakit layu sclerotium disebabkan oleh jamur Sclerotium rolfsii Sacc,
yang disebut juga Corticium rolfsii (sacc) curzii. Miseliumnya berupa benang -
benang putih, dan akhirnya menjadi warna coklat. Sclerotium ini mudah sekali
lepas dan terangkut oleh air sehingga menyebar ke tanaman lain
Penyakit layu Sclerotium menyebabkan pada pangkal batang terdapat
benang putih menyerupai buluh. Benang tersebut berubah bentuk menjadi butir -
butir bulat atau jorong yang berwarna coklat. Serangan berat yang dapat
Saat ini pengendalian hayati semakin mendapat perhatian dalam
perlindungan tanaman dari serangan organisme pengganggu. Pengendalian hayati
adalah cara pengendalian yang ramah lingkungan dan prospektif dikembangkan
untuk mengurangi penggunaan fungisida kimia yang semakin mahal. Dalam
pengendalian hayati digunakan berbagai jenis mikroba yang bersifat antagonis
terhadap patogen, sehingga mampu berperan sebagai biopestisida. Mikroba
antagonis secara alami telah ada di lingkungan habitat tanaman, sehingga dapat
dieksplotasi (Machmud et al. dalam Rahayu. 2008).
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji antagonisme jamur
Trichoderma harzianum Rifai dalam berbagai substrat untuk menekan penyakit
rebah semai (Sclerotium rolfsii Sacc) pada tanaman kedelai (Glycine max (L)
Merill.) di lapangan.
Hipotesis Penelitian
1. Jamur Trichoderma harzianum Rifai mampu menghambat perkembangan
jamur Sclerotium rolfsii Sacc.
2. Beberapa substrat jamur mampu meningkatkan perkembangan jamur
Trichoderma harzianum Rifai
3. Terdapat interaksi waktu aplikasi dan substrat terhadap perkembangan
Kegunaan Penelitian
1. Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di
Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, Medan.
TINJAUAN PUSTAKA
Biologi Sclerotium rolfsii
Biologi penyebab penyakit rebah semai ini dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
Species : Sclerotium rolfsii sacc.
Jamur mempunyai miselium yang terdiri dari benang, berwarna putih
tersusun seperti bulu atau kipas. Jamur ini tidak membentuk spora untuk
pemencaran dan mempertahankan diri, jamur membentuk sclerotium yang
semula berwarna putih, kelak menjadi coklat, dengan garis tengah ± 1 mm.
Butiran ini mudah sekali lepas dan terangkut oleh air (Semangun, 1993).
Sclerotium sp. merupakan jamur tular tanah yang dapat bertahan lama
dalam bentuk sclerotia di dalam tanah, pupuk kandang, dan sisa-sisa tanaman
sakit. Di samping itu jamur tersebut dapat menyebar melalui air irigasi dan benih.
Pada lahan yang ditanami secara terus menerus dengan tanaman inang dari
efektif untuk mengendalikan Sclerotium sp. adalah dengan pergiliran
tanaman menggunakan tanaman yang bukan inang dari jamur tersebut (Hartati
dkk, 2008)
Sclerotium rolfsii mampu menginfeksi tanaman jika jumlah miselia yang
tumbuh cukup banyak. Untuk mendukung pertumbuhan miselia secara optimal
diperlukan nutrisi yang berasal dari bahan organik sebab di alam sclerotia atau
hifa berdinding tebal biasanya berasosiasi dengan sisa tanaman atau bertahan
hidup sebagai saprofit pada bahan organik. Beberapa sumber bahan organik yang
berasal dari sekam, gabah, biji kapas, dan jagung digunakan dalam penelitian ini
untuk mengetahui media terbaik untuk perbanyakan patogen dan mampu
menopang hidup jamur-jamur patogen tersebut sebelum menginfeksi tanaman
sehingga patogenisitasnya tetap tinggi ketika dipakai untuk pengujian - pengujian
di rumah kaca (Yulianti dan Suhara, 2010).
Penyakit rebah semai kedelai yang disebabkan oleh Sclerotium rolfsii
merupakan penyakit penting pada kedelai di lahan rawa pasang surut.
Trichoderma harzianum merupakan jamur antagonis yang baik dalam
mengendalikan penyakit tersebut. Media yang baik untuk perbanyakan dan
penyimpanan sampai jangka waktu enam bulan bagi T. harzianum adalah media
beras + 0,02 persen pepton serta menir jagung. Penyakit rebah semai kedelai
diketahui menyerang tanaman muda. Oleh karena itu perlindungan tanaman
kedelai dari serangan penyebab rebah semai kedelai dengan Trichoderma harus
A B
Gbr.1. Sclerotium rolfsii (a. Sclerotium rolfsii pada PDA b. Gambar Sclerotia)
Sumber
Diakses tanggal 06 juni 2010
Gejala Serangan
Tanaman yang sakit layu dan menguning perlahan-lahan. Pada pangkal
batang dan permukaan tanah di dekatnya terdapat benang-benang jamur berwarna
putih seperti bulu. Benang-benang ini kemudian membentuk sklerotium atau
gumpalan benang yang berwarna putih akhirnya menjadi cokelat seperti biji sawi
dengan garis tengah 1-1,5 mm. Karena mempunyai dinding yang keras, sclerotia
dapat dipakai untuk mempertahankan diri terhadap kekeringan, suhu tinggi dan
lain-lain yang merugikan (Semangun, 1993).
Bagian tanaman yang terinfeksi biasanya pangkal batang akan bewarna
coklat gelap dikelilingi oleh sclerotia yabng berbentuk butiran kecil mengatakan
bahwa sclerotia dapat bertahan di dalam tanah sampai 7 tahun. Oleh karena itu
penyakit busuk batang yang disebabkan oleh patogeni masih sulit untuk
Gbr.2. Gejala serangan Sclerotium rolfsii pada tanaman kedelai Foto langsung
Daur Penyakit
Pada musim hujan miselium berada pada jaringan yang terinfeksi atau sisa
tanaman. Itu biasanya muncul sebagai sclerotia. Sclerotia tersebar oleh kultur
teknik (tanah terinfeksi dan alat yang terkontaminasi), infeksi terjadi pada saat
transplanting, air (khususnya irigasi), angin, dan mungkin oleh biji. Selanjutnya,
presentasi dari sclerotia mungkin terbawa oleh domba dan ternak lain
(Ferriera and Boley, 2006).
S. rolfsii mampu menginfeksi tanaman jika jumlah miselia yang tumbuh
cukup banyak. Untuk mendukung pertumbuhan miselia secara optimal diperlukan
nutrisi yang berasal dari bahan organik sebab di alam sclerotia atau hifa
berdinding tebal biasanya berasosiasi dengan sisa tanaman atau bertahan hidup
sebagai saprofit pada bahan organik. (Ferreira and Boley, 2006).
Sclerotium mempunyai kulit yang kuat sehingga tahan terhadap suhu
tinggi dan kekeringan. Di daam tanah sklerotium dapat bertahan sampai 6 – 7
akan berkecambah dengan cepat jika kembali berada dalam lingkungan yang
lembab (Semangun, 1993).
Pengendalian
Pengendalian S. rolfsii selama ini hanya secara mekanis dengan mencabut
dan membuang tanaman yang sakit. Cara pengendalian tersebut kurang efektif
karena patogen masih mampu bertahan lama di dalam tanah, dengan membentuk
organ pembiakan, yaitu sklerotia. Sklerotia merupakan pemampatan dari
himpunan miselia jamur, warnanya kecoklatan, berbentuk butiran kecil dengan
diameter 1 mm, berkulit keras, dan mampu bertahan lama (dorman) di tanah dan
residu tanaman. Punja (1988) menyatakan bahwa S. rolfsii dapat dikendalikan
melalui beberapa cara seperti aplikasi fungisida, solarisasi tanah, rotasi tanaman,
dan penggunaan mikroorganisme antagonis dalam upaya pengendalian penyakit
secara hayati (Rahayu, 2008).
Trichoderma harzianum Rifai
Biologi Trichoderma harzianum Rifai
Menurut Agrios (1996), jamur ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Sub divisio : Deuteromycotina
Kelas : Hyphomycetes
Ordo : Moniliales
Famili : Moniliaceae
Genus : Trichoderma
Koloni pada medium OA (Oat Agar) mencapai diameter lebih dari 5 cm
dalam waktu 9 hari, semula berwarna hialin, kemudian menjadi putih kehijauan
dan selanjutnya hijau redup terutama pada bagian yang menunjukkan banyak
terdapat konidia. Sebaliknya koloni tidak berwarna. Konidiofor dapat bercabang
menyerupai piramida, yaitu pada bagian bawah cabang lateral yang berulang
ulang, sedangkan kearah ujung percabangan menjadi bertambah pendek. Fialid
tampak langsing dan panjang terutama pada aspeks dari cabang, dan berukuran 18
x 2,5 μm. Konidia berbentuk semi bulat hingga oval pendek, berukuran (2,8 - 3,2)
x (2 ,5-2,8) m, dan berdinding halus. Klamidospora umumnya ditemukan dalam
miselia dari koloni yang sudah tua, terletak interkalar dan kadang-kadang
terminal, umumnya berbentuk bulat, berwarna hialin, dan berdinding halus
(Gandjar dkk, 1999).
Konidia
Fialides
Konidiofor
Ekologi Trichoderma harzianum Rifai
Sebaran jamur parasit nekrotrof antagonis ini sangat luas. Jamur
Trichoderma harzianum dapat dijumpai pada berbagai jenis tanah, termasuk jenis
tanah geluh lempung, berpasir, tanah hutan, atau tanah sawah. Juga sering
dijumpai pada daerah relatif hangat sampai pada ketinggian 3.450 m. Selain itu,
jamur antagonis telah ditemui pada rhizosfer Pinus contorta, tembakau, kentang,
bit gula, gandum, dan rerumputan, pada jerami dan kayu, pada Agaricus
bisporus, Sklerotium rolfsii, kertas, tekstil, dan minyak. Bahkan jamur antagonis
ini dapat menjadi pakan dari kutu Pygmephorus mesembrinae dan P. quadratus
(Soesanto, 2008).
Konidium T. harzianum berkecambah pada kelembapan tanah antara -100
sampai -70 bar dan optimum pada kelembapan 30% di tanah. Perkecambahan
jamur memerlukan sumber nutrisi luar dan CO2 pada kondisi miskin nutrisi.
Bahkan pada kondisi asam, presentase perkecambahannya lebih besar bila
dibandingkan dengan kondisi netral. Suhu optimum untuk pertumbuhannya pada
kisaran 15 - 35 ºC, dengan rerata suhu yang terbaik pada 30-36 ºC. Jamur
mempunyai daya hambat tertinggi pada pH 5 - 6,4, sedangkan pH optimumnya
antara 3,7 - 4,7 pada tekanan CO2 normal. Jamur antagonis ini mampu
menguraikan pati dan selulosa serta herbisida dialat di dalam tanah meskipun
Fisiologi Trichoderma harzianum Rifai
Trichoderma spp. adalah jamur yang terdapat pada hampir semua tanah
dan habitat beragam. Dalam tanah, Trichoderma spp. adalah jamur yang paling
lazim sering ditemukan. Mereka disukai oleh kehadiran tingkat tinggi akar
tanaman, dimana Trichoderma spp. mudah menginfeksi . Beberapa strain rizosfer
sangat kompeten, yaitu mampu menginfeksi dan tumbuh di akar sebagaimana
yang Trichoderma spp. lakukan. Strain rizosfer yang paling kuat kompeten dapat
ditambahkan ke tanah atau bibit dengan metode apapun. Setelah Trichoderma spp.
masuk dan kontak dengan akar, Trichoderma spp. menginfeksi permukaan akar
atau korteks, tergantung pada strain. Dengan demikian, jika ditambahkan sebagai
perlakuan benih, strain terbaik akan menginfeksi permukaan akar bahkan ketika
akar satu meter atau lebih di bawah permukaan tanah dan mereka bisa bertahan di
angka berguna hingga 18 bulan setelah aplikasi. Namun, sebagian besar strain
kurang memiliki kemampuan dalam hal ini (Harman, 2000).
Mekanisme pengendalian jamur fitopatogenik dilakukan melalui interaksi
hifa langsung. Setelah konidia Trichoderma harzianum di introduksikan ketanah,
akan tumbuh kecambah konidianya di sekitar perakaran tanaman. Mekanisme
jamur fitopatogen meliputi:
- Mikoparasitik.
Mikoparasitik adalah kemampuan menjadi parasit bagi jamur patogen.
- Antibiosis
Antibiosis adalah kemampuan menghasilkan antibiotik seperti
melalui pengrusakan terhadap permebilitas memban sel, dan enzim
chitinase, lamiarinase, yang dapat menyebabkan lisis dinding sel.
- Kompetisi untuk memperoleh nutrisi dan tempat
- Menghancurkan dinding sel jamur patogen, seperti enzim kitinase dan
b-1-3-glukanase. Akibatnya, hifa jamur patogen akan rusak protoplasmanya
dan jamur akan mati (Harman, 2000).
Dalam menghasilkan berbagai bentuk spora, zat anti jamur maupun anti
bakteri, jamur antagonis dipengaruhi oleh substrat atau media organik tempat
tumbuhnya. Kombinasi jamur anta-gonis dan media organik yang tepat harus
digunakan agar dapat menekan penyakit dengan baik. Penekanan penyakit dapat
efektif dengan menyelubungi sejumlah kecil kombinasi jamur antagonis dan
media organik yang tepat langsung pada biji dibandingkan jika diaplikasikan
langsung pada tanah (Syatrawati, 2008).
Keberadaan spora yang hidup dari jamur dipengaruhi oleh kualitas
substrat tempatnya memperoleh nutrisi. Sehingga kesesuaian suatu jamur dengan
media tempat tumbuhnya menentukan persentase jumlah spora hidup yang
dihasilkan. Dalam penelitian ini media polong kacang tanah memberikan hasil
yang terbaik karena rata-rata jumlah koloni per ml yang dihasilkan tertinggi dari
semua perlakuan. Karena polong kacang tanah mampu menghasilkan spora hidup
Substrat Serbuk Sergaji
Kayu adalah sumber karbon dan karbon dibutuhkan oleh jamur sebagai
sumber energi dan untuk membangun massa sel . Secara umum, kayu
mengandung selulosa, hemiselulosa, lignin, pentosan dan sebagainya.
Unsur-unsur tersebut terdapat pada dinding sel kayu. Bagian yang terbesar adalah
selulosa sebagai contoh, kayu albasia memiliki kandungan selulosa sebesar 48.33
% dan lignin sebesar 27.28 %. Sedangkan menurut Abdurrahim dkk (1981), kayu
jati memiliki kandungan kimia berupa selulosa sebesar 47.5 %, lignin 29.9 %, dan
pentosan 14.4 %. Hemiselulosa adalah bagian penyusun dinding sel yang
mengandung karbohidrat. Kadarnya bervariasi antara 6-40 %. Unsur ini sulit
dicerna mikroba, walaupun bisa hanya 45-90 %. Selulosa dan hemiselulosa
setelah diurai akan berubah menjadi bahan yang lebih sederhana hingga bisa
dijadikan nutrisi. Kedua unsur ini akhirnya berubah menjadi glukosa dan air serta
produk lain. Selain hemiselulosa lignin juga tahan terhadap penguraian mikroba
sehingga proses pelapukan kayu menjadi lebih lambat. Oleh karena itu, kayu yang
mengandung lignin tinggi tidak disarankan untuk digunakan (Hamdiyati, 2000).
Tongkol Jagung
Tanaman jagung termasuk jenis tanaman pangan yang diketahui banyak
mengandung serat kasar dimana tersusun atas senyawa
kompleks lignin, hemiselulose dan selulose (lignoselulose), dan masing-masing
merupakan senyawa-senyawa yang potensial dapat dikonversi
sumber karbon yang dapat digunakan mikroorganisme sebagai substrat dalam
proses fermentasi untuk mengahsilkan produk yang mempunyai nilai ekonomi
tinggi (Soeprijanto dkk, 2008).
Dedak
Dedak padi adalah limbah dari penggilingan padi yang umumnya hanya
digunakan sebagai pakan ternak. Di dalam dedak padi yang telah distabilisasi
ditemukan sekitar 33,0 %-40,0 % serat makanan. Produk-produk beras dan
turunannya diketahui mempunyai sifat tidak mendatangkan alergi, mudah dicerna,
bebas gluten, dan kaya karbohidrat kompleks. Keunggulan keunggulan tersebut
menjadikan dedak sebagai salah satu produk ikutan beras sangat berguna pangan
alternatif manusia. Industri roti dan kue bisa memanfaatkan dedak sebagai
substitusi tepung terigu sehingga bisa menghasilkan produk roti/kue yang sehat
karena kaya serat (Irianingrum, 2009).
Dedak padi merupakan sisa penumbukan atau penggilingan padi, kualitas
dedak halus dipengaruhi oleh banyaknya kulit gabah yang tercampus didalamnya
yang mengandung serat kasarantara 11 - 19 %. Dedak padi sisusun oleh 3 bagian
bahan asal yaitu kulit gabah, selaput putih dan bahan pati, bahan pati sebagian
besar berasal dari karbohidrat yang mudah dicerna. Lebih lanjut dinyatakan bahwa
kandungan nutrisi dari dedak padi tergantung dari penimbangan ketiga komponen
asalnya tersebut (Prawastiri dkk, 2006).
Dedak padi merupakan hasil ikutan penggilingan padi yang berasal dari
gabah menjadi beras akan menghasilkan dedak padi kira-kira sebanyak 10%
pecahan-pecahan beras atau menir sebanyak 17%, tepung beras 3%, sekam 20%
dan berasnya sendiri 50%. Persentase tersebut sangat bervariasi tergantung pada
varietas dan umur padi, derajat penggilingan serta penyosohannya
(Grist dalam Irianingrum, 2009).
Serat tidak hanya untuk mengatasi masalah konstipasi. Karena dalam
saluran pencernaan sifatnya menjadi menyerupai spons, serat makanan pun
mengoptimalkan fungsi sistem pencernaan. Di sepanjang kolon serat bertindak
sebagai permukaan yang absorptif, yang akan menyerap cairan. Serat buah dan
sayuran mengikat air dalam jumlah berlainan. Serat dedak mengikat 2 - 6 g air per
gram berat kering, serat wortel dan serat apel menyerap air 30 kali beratnya
sendiri. Serat biji-bijian mengikat lebih banyak air daripada buah dan sayuran
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Percobaan
Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Sumatera Utara, Medan. Dengan ketinggian setempat 25 m dpl. Penelitian
dimulai bulan Agustus sampai Desember 2010.
Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan yaitu : benih kedelai, tongkol jagung,
dedak, serbuk gergaji, top soil, air, polibag, aquades, Trichoderma harzianum,
Sclerotium rolfsii Sacc, PDA, clorox, jagung giling, plastik tahan panas, karet.
Adapun alat yang digunakan yaitu : Autoclave, inkubator, erlenmeyer,
gelas ukur, gembor, mikroskop, cangkul, timbangan, handsprayer,
haemocytometer, luv, pensil, pulpen, blender, dan counter hand.
Metoda Penelitian
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode Rancangan Acak
Kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor yaitu :
Faktor I : Substrat Trichoderma harzianum Rifai (T)
S0 : Kontrol (tanpa perlakuan)
S1 : Dedak dengan dosis 25 g/tan
S2 : Serbuk gergaji dengan dosis 25 g/tan
Faktor II : Waktu aplikasi Trichoderma harzianum Rifai (T)
T1 : Seminggu sebelum inokulasi Sclerotium rolfsii Sacc.
T2 : Bersamaan dengan inokulasi Sclerotium rolfsii Sacc.
T3 : Seminggu setelah inokulasi Sclerotium rolfsii Sacc.
Kombinasi Perlakuan :
S0T1 S0T2 S0T3
S1T1 S1T2 S1T3
S2T1 S2T2 S2T3
S3T1 S3T2 S3T3
Jumlah kombinasi perlakuan (tanaman) = 12
Jumlah ulangan (r) = (t-1) (r-1) ≥ 15
(12-1) (r-1) ≥ 15
11(r-1) ≥ 15
11r ≥ 15 +11
r ≥ 26 : 11
r ≥ 2,6
r ≈ 3
Jumlah ulangan = 3
Kombinasi perlakukan : 12 perlakuan
Jumlah tanaman per plot : 4 tanaman
Jumlah plot : 36 plot
Jumlah tanaman seluruhnya : 144 tanaman
Model linier yang digunakan adalah :
Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + ∈ijk
Keterangan :
Yijk = Respon tanaman yang diamati
µ = Nilai tengah umum (rataan)
αi = Pengaruh taraf ke – i dari faktor I
βj = Pengaruh taraf ke – j dari faktor II
(αβ) = pengaruh interaksi taraf ke – i dari faktor A dan taraf ke – j dari faktor B
Єijk = pengaruh sisa (galat percobaan ) taraf ke – i dari faktor A dan taraf ke– j
dari faktor B pada ulangan ke k
Dimana
i = 1,2,3,4 j = 1,2,3 k = 1,2,3
Selanjutnya bila hasil analisis sidik ragam menunjukkan hasil yang nyata
maka akan dilanjutkan dengan uji jarak duncan (DMRT).
Persiapan Penelitian
Penyediaan sumber inokulum Sclerotium rolfsii Sacc.
Sumber inokulum diambil dari tanaman kedelai yang terserang
Sclerotium rolfsii Sacc.. Bagian yang terinfeksi seperti akar dan batang
dibersihkan dengan air steril, lalu dipotong – potong (0,5 cm), kemudian
disterilkan dengan klorox 1 % selama 3 menit. Dibersihkan dengan air steril.
Selanjutnya potongan tersebut dikeringkan diatas tissue dan ditanam dalam media
PDA. Media tersebut disimpan dalam inkubator.
Setelah misellium Sclerotium rolfsii Sacc. Tumbuh, diisolasi kembali
untuk mendapatkan biakan murni. Kemudian Sclerotium rolfsii Sacc. dibiakkan
didalam 15 gr/ biakan jagung sebagai substrat.
Persiapan Benih
Benih kedelai sebelum ditanam terlebih dahulu mendapat perlakuan benih
(seed treatment) dengan cara direndam dengan air steril di dalam beaker glass
selama ± 10 – 15 menit. Kemudian benih ditanam kedalam polybag yang telah
dipersiapkan.
Persiapan Media Tanam
Tanah top soil dan kompos yang akan digunakan 3:1 diayak terlebih
dahulu kemudian diaduk rata. Hal ini bertujuan agar unsur hara yang diberikan
merata pada masing-masing polibag. Kemudian tanah disterilisasi dengan
Penyediaan Jamur Trichoderma harzianum Rifai
Isolat Trichoderma harzianum diperoleh dari Balai Pengembangan
Proteksi Tanaman Perkebunan. Isolat Trichoderma harzianum kemudian ditanam
di dalam media PDA dan diinkubasi selama 3 hari untuk memperoleh biakan
murni.
Pembuatan Isolat Trichoderma harzianum dalam Media Substrat
Diambil dedak halus, serbuk gergaji, tongkol jagung yang telah dihaluskan
sebanyak 1 kg, substrat tersebut dimasukkan dalam kantong plasti sebanyak
25 gr/kantong plastik dan disterilkan dalam autoclav ± 15 menit pada tekanan 1,5
atm. Setelah seluruh media steril dan dingin, biakan murni Trichoderma
harzianum dimasukkan kedalam masing – masing media substrat dan kemudian di
inkubasikan pada suhu 26 °C selama ± 10 – 14 hari dan siap diaplikasikan.
Pelaksanaan Penelitian
Aplikasi Trichoderma harzianum
Aplikasi Trichoderma harzianum dilakukan sesuai dengan perlakuan yaitu
1 minggu sebelum, bersamaan dan satu minggu setelah inokulasi S. Rolfsii (sesuai
perlakuan) dengan cara menabur di polibag.
Inokulasi Sclerotium rolfsii Sacc.
Inokulasi S. rolfsii dilakukan 2 minggu setelah tanam yaitu dengan cara
menaburkan 15 gr/polibag inokulum S. rolfsii ke sekitar pangkal batang tanaman
Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman yang dilakukan meliputi penyiraman, penyiangan
gulma, pemupukan dan pengendalian hama.
Penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi hari dan sore hari
apabila kondisi tanah kering. Namun jika terjadi hujan, penyiraman tidak
dilakukan. Penyiraman cukup dilakukan disekitar perakaran tanaman.
Parameter Pengamatan
Kerapatan konidia Trichoderma harzianum dalam masing masing substrat
Dihitung kerapatan pada masing - masing media substrat dengan
menggunakan haemocytometer sehingga dapat diketahui berapa kerapatan kondia
pada masing masing media substrat, Jumlah spora dicatat dan dihitung dengan
rumus :
Jumlah spora = Rata-rata spora x d x 10 6
80 x 0,25
Keterangan : d = pengencer
80 = jumlah kotak kecil yang dihitung
0, 25 = kostanta
Kejadian Penyakit Sclerotium rolfsii Sacc.
Kejadian penyakit (Diseases incidance) ditentukan dengan rumus :
KP = n x 100 %
N
KP = Kejadian Penyakit
n = Jumlah tanaman terserang
N = Jumlah keseluruhan tanaman
Pengamatan kejadian penyakit tanaman yang terserang S. rolfsii dilakukan
sebanyak 8 kali pada pagi hari dimulai satu minggu setelah aplikasi S. rolfsii
dengan interval pengamatan 3 hari. Pengamatan terhadap tanaman yang terserang
dilakukan dengan mengamati gejala yang tampak dengan mengunakan Luv yaitu
pada bagian pangkal batang atau leher akar yang rusak ditandai dengan
perkembangan miselium berwarnah putih yang mengililingi jaringan tersebut
lebih berwarna gelap dan berlekuk (Tindaon, 2008).
Banyaknya sclerotia
Dihitung banyaknya sclerotia yang berada pada pangkal batang tanaman
yang terserang dan yang berada di tanah.
Produksi
Produksi kedelai dihitung dengan menimbang biji kedelai per tanaman
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Kerapatan konidia Trichoderma harzianum dalam masing masing substrat
Dari hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa kerapatan konidia
Trichoderma harzianum dapat kita lihat pada tabel 1.
Table 1.: Kerapatan konidia Trichoderma harzianum dalam masing masing substrat
Jenis Substrat Jumlah Konidia
Dedak 0,16 x 1010
Serbuk gergaji 0,002 x 1010 Tongkol jagung 1,37 x 1010
Dari tabel 1. Diketahui bahwa substrat yang paling baik sebagai media
perbanyakan Trichoderma harzianum adalah tongkol jagung dengan kerapatan
konidia tertinggi yaitu sebanyak 1,37 x 1010, kemudian dedak sebanyak 0,16 x
1010 dan terendah pada serbuk gergaji sebanyak 0,002 x 1010. Hal ini dikarenakan
pada tongkol jagung masih terdapat sisa jagung yang melekat, sehingga jagung
tersebut mengandung nilai nutrisi yang tinggi, dapat meningkatkan jumlah dari
spora Trichoderma harzianum. Pada serbuk gergaji, nutrisi begitu rendah karena
pada serbuk gergaji mengandung lebih sedikit jumlah spora. Hal ini sesuai dengan
Syatrawati (2008) yang menyatakan bahwa keberadaan spora yang hidup dari
jamur dipengaruhi oleh kualitas substrat tempatnya memperoleh nutrisi. Sehingga
kesesuaian suatu jamur dengan media tempat tumbuhnya menentukan persentase
2. Kejadian penyakit Sclerotium rolfsii.
Hasil analisis sidik ragam kejadian penyakit terhadap faktor substrat, waktu
aplikasi dan interaksi antara substrat dengan waktu aplikasi dapat dilihat dari tabel
dibawah ini:
Table 2.: Beda Rataan Kejadian penyakit Sclerotium rolfsii.
Keterangan : Angka yang diikuti dengan notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Jarak Duncan.
a. Pengaruh 3 jenis substrat Trichoderma harzianum terhadap persentase serangan S. rolfsii pada tanaman kacang kedelai.
Dari analisis sidik ragam (lampiran 3-9) Pengaruh 3 jenis substrat
Trichoderma harzianum terhadap persentase serangan S. rolfsii pada 3 HSI tidak
berbeda nyata, karena belum ditemukannya tanaman yang terinfeksi S. rolfsii.
Pada pengamatan ke 6 HSI, 9 HSI sampai dengan 24 HSI menunjukkan berbeda
sangat nyata terhadap perlakuan.
Berdasarkan tabel 2. (faktor substrat) Perlakuan kontrol S0 pada 24 MSI
berbeda sangat nyata terhadap perlakuan lainnya, selain itu perlakuan S0
menunjukkan serangan S. Rolfsi tertinggi pada akhir pengamatan rataan kejadian
penyakit sebesar 29,63 % .
Dari hasil pengamatan terakhir berdasarkan kejadian penyakit pada masing
– masing substrat pada S1 (dedak) berbeda sangat nyata dengan substrat yang
lain dengan kejadian penyakit sebesar 11,26 %, pada S3 (Tongkol jagung)
kejadian penyakit sebesar 18,40 % dan pada S2 (serbuk gergaji) sebesar 20,36
%, Trichoderma harzianum dapat berkembang dengan baik pada media dedak
dilapangan sehingga efektif untuk menegendalikan S. rolfsii, hal ini sesuai dengan
literatur Syatrawati (2008) yang menyatakan bahwa substrat atau media organik
tempat tumbuh jamur antagonis berpengaruh dalam menghasilkan berbagai bentuk
spora, zat anti jamur maupun anti bakteri. Kombinasi jamur antagonis dan media
Untuk melihat perbedaan yang nyata antara tiga substrat terhadap kejadian
penyakit S. rolfsii dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Gambar 4 : Histogram Pengaruh 3 jenis substrat Trichoderma harzianum terhadap persentase serangan S. rolfsii pada tanaman kacang kedelai.
b. Pengaruh waktu aplikasi Trichoderma harzianum terhadap persentase serangan S. rolfsii Sacc pada tanaman kacang kedelai.
Dari tabel 2. Pada faktor waktu aplikasi Trichoderma harzianum dapat
kita lihat bahwa pada 3 HSI ketiga perlakuan tidak berbeda nyata antar perlakuan,
kemudian pada pengamatan 6 HSI, 9 HSI, 12 HSI hingga di akhir pengamatan
ketiga perlakuan menunjukkan berbeda sangat nyata antara satu dengan lainnya,
kejadian penyakit tertinggi yaitu pada T3 sebesar 26,43 %, terendah pada T1
sebesar 14,48 %, dan pada T2 sebesar 18,82% .
Berdasarkan uji jarak duncan pada tabel 2. Dapat di lihat bahwa waktu
aplikasi Trichoderma harzianum yang paling baik yaitu pada T1 ( seminggu
sebelum inokulasi) hal ini dikarenakan Trichoderma telah berkembang dengan
baik ditanah sebelum Sclerotium rolfsii melakukan infeksi, sementara pada T3
kejadian penyakit begitu besar karena Sclerotium rolfsii lebih dahulu berkembang
ditanah membentuk miselium dan melakukan infeksi pada tanaman, sehingga
yang menyatakan bahwa S. rolfsii mampu menginfeksi tanaman jika jumlah
miselia yang tumbuh cukup banyak. Untuk mendukung pertumbuhan miselia
secara optimal diperlukan nutrisi yang berasal dari bahan organik sebab di alam
sklerotia atau hifa berdinding tebal biasanya berasosiasi dengan sisa tanaman atau
bertahan hidup sebagai saprofit pada bahan organik.
Untuk melihat perbedaan yang nyata antara waktu aplikasi
Trichoderma harzianum terhadap kejadian penyakit S. rolfsii dapat dilihat pada
gambar dibawah ini :
Gambar 5 : Histogram Pengaruh waktu aplikasi Trichoderma harzianum terhadap kejadian penyakit S. rolfsii pada tanaman kacang kedelai.
c. Pengaruh Faktor Interaksi Penggunaan substrat (S) dengan Waktu aplikasi (T) Terhadap Kejadian penyakit (KP) Sclerotium rolfsii.
Data pengamatan menunjukkan bahwa pada kontrol lebih banyak
terserang S. rolfsii dibandingkan perlakuan menggunakan jamur antagonis
Trichoderma harzianum . Dimana perlakuan terbaik pada perlakuan S1T1 terjadi
serangan terendah pada akhir pengamatan yaitu sebesar 0,71 % kemudian tiap
perlakuan S3T1 2,84%, S2T1 3,60%, dan S2T2 2,15 %, S3T2 6,42 %, S1T2 3,60
Dari tabel 2. Dapat dilihat pada 3 HSI penyakit belum menunjukkan
gejala, kemudian pada 6 MSI sudah mulai tampak gejala tapi tidak berbeda nyata
antar setiap perlakuan. Pada 9 MSI, 12 MSI, 15 MSI sampai akhir pengamatan,
terlihat penyakit Sclerotium berkembang sangat cepat dan berbeda nyata pada
perlakuan. Pada pengamatan 21 - 24 MSI serangan Sclerotium rolfsii sudah mulai
berhenti dengan kejadian penyakit yang tetap.
Pengaruh persentase serangan Sclerotium rolfsii Sacc dari interaksi antara
substrat dan waktu aplikasi Trichoderma harzianum pada tanaman kedelai dapat
dilihat pada gambar dibawah ini:
3. Jumlah Sclerotia yang terbentuk
Hasil analisis sidik ragam jumlah sklerotia yang terbentuk terhadap factor
substrat, waktu aplikasi dan interaksi antara substrat dengan waktu aplikasi dapat
dilihat dari tabel dibawah ini:
Table 3.: Jumlah Sclerotia yang terbentuk
Keterangan : Angka yang diikuti dengan notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Jarak Duncan.
Pelakuan Jumlah Sclerotia
a. Pengaruh 3 jenis substrat Trichoderma harzianum terhadap pembentukan sclerotia pada tanaman kacang kedelai.
Dari tabel 3. Faktor S diketahui bahwa jumlah sclerotia yang
terbentuk pada tiap perlakuan berbeda sangat nyata dengan perlakuan, banyaknya
sclerotia yang terbentuk yaitu pada perlakuan S0 yaitu tanpa diberi jamur
antagonis (Trichoderma harzianum) 16,84. Jumlah sclerotia terkecil yaitu terdapat
pada perlakuan S1 hal 5,54 ini dikarenakan jamur antagonis berkembang baik di
areal pertanaman pada substrat dedak.
b. Pengaruh waktu aplikasi Trichoderma harzianum terhadap pembentukan sclerotia pada tanaman kacang kedelai.
Dari tabel 3. Faktor T diketahui bahwa jumlah sclerotia yang terbentuk pada
tiap perlakuan berbeda sangat nyata dengan perlakuan, banyaknya sclerotia yang
terbentuk yaitu pada perlakuan T3 yaitu aplikasi jamur antagonis (Trichoderma
harzianum) seminggu setelah inokulasi sebanyak 11,98. Jumlah sclerotia terendah
yaitu terdapat pada perlakuan T1 8,30 hal ini dikarenakan jamur antagonis lebih
dahulu di inokulasikan pada tanaman sehingga sebelum patogen berkembang,
jamur antagonis telah tumbuh dan berkembang terlebih dahulu di tanah sebelum
jamur antagonis berkembang.
c. Pengaruh waktu aplikasi Trichoderma harzianum terhadap pembentukan sclerotia pada tanaman kacang kedelai.
Dari analisis sidik ragam Tabel 3. Diketahui bahwa perlakuan S1T1 ,
menunjukkan jumlah sclerotia yang paling sedikit yaitu sebanyak 0,67 dan jumlah
tanaman yang terserang pada S0T1 tinggi yaitu sebesar 10.02 sehingga sclerotia
yang terbentuk banyak.
4. Produksi
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam produksi terhadap fakor substrat,
waktu aplikasi dan interaksi antara substrat dengan waktu aplikasi dapat dilihat
dari tabel dibawah ini:
Tabel 4. Rataan produksi kacang kedelai gr/tanaman
Keterangan : Angka yang diikuti dengan notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Jarak Duncan.
Pelakuan Rataan gr/tanaman
a. Pengaruh 3 jenis substrat Trichoderma harzianum terhadap produksi.
Dari tabel 3. diketahui bahwa produksi kedelai pertanaman pada tiap
perlakuan berbeda sangat nyata, produksi tertinggi terdapat pada perlakuan S1
yaitu sebanyak 18.03gr terendah yaitu pada perlakuan S0 sebanyak 6.22gr. pada
perlakuan S2 hasil produksi sebanyak 14.89gr dan S3 sebanyak 14.95gr
b. Pengaruh waktu aplikasi Trichoderma harzianum terhadap produksi.
Dari tabel 3. diketahui bahwa produksi kedelai pertanaman pada tiap
perlakuan berbeda sangat nyata dengan perlakuan, produksi tertinggi
terdapatpada perlakuan S1 yaitu sebanyak 16.45gr terendah yaitu pada perlakuan
S0 sebanyak 8.66gr. pada perlakuan S2 hasil produksi sebanyak 15.45gr.
c. Pengaruh substrat dan waktu aplikasi Trichoderma harzianum terhadap terhadap produksi.
Dari tabel 4. diketahui bahwa rataan produksi kering tertinggi yaitu
terdapat pada perlakuan S1T1 yaitu sebesar 51 gr/tanaman. Sedangkan produksi
terendah yaitu terdapat pada perlakuan S0T1 sebesar 2,92gr. Produksi terendah
yang terdapat pada perlakuan S0T1 dikarenakan bahwa kejadian penyakit terbesar
terdapat pada perlakuan tersebut.
Pada perlakua S1T1 memperoleh hasil produksi tertinggi sebesar 51gr,
hal ini dikarebakan pada perlakuan S1T1 merupakan perlakuan yang serangan
penyakit sclerotiumnya terkecil dari perlakuan leinnya yaitu sebesar 0%, sehingga
perlakuan ini dapat menghasilkan produksi tertinggi.
Pengaruh persentase serangan Sclerotium rolfsii Sacc dari interaksi antara
Gambar 7 : Histogram Pengaruh penggunaan substrat dan waktu aplikasi Trichoderma harzianum terhadap produksi pada tanaman
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Jumlah spora terbanyak terdapat pada substrat tongkol jagung yaitu
sebanyak 1,37 x 1010, kemudian dedak . 0,16 x 1010 dan serbuk gergaji
0,002 x 1010
2. Persentase serangan tertinggi pada faktor substrat yaitu pada perlakuan S0
(kontrol) 29,63% dan terendah pada S1 (dedak) 11,26%. Persentese
serangan tertinggi pada faktor waktu aplikasi terdapat pada T3 ( seminggu
setelah inokulasi) 26,43%, terendah pada T1 (seminggu sebelum
inokulasi) sebesar 14,48%.
3. Persentase serangan (%) tertinggi pada interaksi waktu aplikasi dengan
substrat yaitu pada perlakuan S0T1 (kontrol) dan S0T2 (kontrol) yaitu
10,02% dan terendah terdapat pada S1T1 (dedak dan aplikasi seminggu
sebelum inokulasi Sclerotium rolfsii Sacc. ) yaitu 0,71 %.
4. Produksi tertinggi yaitu terdapat pada perlakuan S1T1 (dedak dan aplikasi
seminggu sebelum inokulasi Sclerotium rolfsii Sacc. ) yaitu 50,50gr dan
terendah pada perlakuan S0T1 (kontrol) yaitu 2,92gr
Saran
Diperlukan adanya penelitian lebih lanjut terhadap persentase serangan
dan intensitas serangan Sclerotium rolfsii Sacc pada tanaman kacang-kacangan
DAFTAR PUSTAKA
Agrios, G. N. 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Edisi Ketiga. Terjemahan M. Busnia. UGM-Press, Yogyakarta.
Bangun, M.K. 1994. Perancangan Percobaan Untuk Pertanian. Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Fachruddin L. 2000. Budidaya Kacang Kacangan. Kanisius. Yogyakarta.
Ferriera, S A., and R.A. Boley,. 2006. Sclerotium rolfsii. http:/www.extento.edu (14 April 2010).
Gandjar, I., Robert A.S., Karin V.D., Ariyanti O., dan Iman S., 1999. Pengenalan
Kapang Tropik Umum. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Hamdiyati Y. 1998. Trichoderma spp, Including T. harzianum, T. viride. T,
kongii, T hamatum. And other spp.
Diakses 20 mei 2010
___________. 2000. Serbuk Gergaji Kayu dan Biji Jagung sebagai Media dalam
Pembuatan Bibit Induk. Diakses dari
Tanggal 20 Februari 2011.
Hartati S.Y, E. Taufik, Supriadi dan N. Karyani. 2008. Karakteristik fisiologis
isolat Sclerotium sp. asal tanaman sambiloto 25 Jurnal Littri 14(1),
Maret 2008. Hlm. 25 – 29 (05 Mei 2010
Harman, G. E. , 2000. Trichoderma spp. 20 Mei 2010
Herminingsih A. 2011. Manfaat Serat Dalam Menu Makanan. Staf Pengajar
Program FMA Universitas Mercu Buana diakses dari
Irianingrum R. 2009. Kandungan Asam Fitat dan Kualitas Dedak Padi yang Disimpan Dalam Keadaan Anaerob. Skripsi, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian. Bogor
Prawastiwi W.D, J. Achmadi dan Nurwantoro. 2006. Populasi Mikroba Sisa Susu
Pada Peralatan Unit Pendingin Susu Akibat Lama Penyimpanan dan Aras Penambahan Dedak Padi. Dalam jurnal J.Indon.Trop.Anim.Agric.
31 [1] March 2006. Fakultas Peternakan Universitas Dipenegoro, Semarang.
Prayudi, B. dan A Budiman. 2008. Sclerotium rolfsii control using Trichoderma spp. Dalam jurnal Seminar Teknologi Sistem Usahatani Lahan Rawa dan Lahan Kering, Amuntai (Indonesia), 22-23 Sep 1995 BALITRA Banjarbaru. Diakses dari 2010.
Punja, Z.K. 1988. Sclerotium (Athelia) rolfsii, a pathogen of many plant species. Advances in Plant Pathology. 6:523-535.
Rahayu, M. 2008. Efikasi Isolat Pseudomonas Flourescens Terhadap Penyakit
Rebah Semai Pada Kedelai. Jurnal
Retno Irianingrum. 2009. Kandungan Asam Fitat dan Kualitas Dedak Padi
yang Disimpan dalam Keadaan Anaerob. Skripsi. Departemen Ilmu
Nutrisi dan Teknologi Pakan. Fakultas Peternakan Institut Pertanian. Bogor.
Rukmana R, Yuyun Yuniarsih. 1996. Kedelai. Kanisius. Yogyakarta
Sastrosupadi, A., 2000. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian. Kanisius, Jakarta. hlm. 102.
Semangun, H. 1993. Penyakit – Penyakit Penting Tanaman Pangan di Indonesia. Universitas Gaja Mada. Yogyakarta Hal 128 – 129 , 182 – 183.
Soeprijanto, Tianika R, dan Ira P. 2008. Biokonversi Selulose dari Limbah
Tongkol Jagung Menjadi Glukosa Menggunakan Jamur Aspergilus Niger.
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya
Soesanto, L. , 2008. Pengantar Pengendalian hayati Penyakit Tanaman
Suplemen ke Gulma dan nematode. Rajawali-Press, Jakarta. Hal.292 -
Kegiatan Pengembangan PHT Tanaman Perkebunan. Diakses dari
Http://
Syatrawati. 2008. Produksi Senyawa Biofungisida Berbahan Aktif Gliocladium
sp. Pada Berbagai Medium Limbah Organik. Jurnal Agrisistem,
Desember 2008, Vol. 4 No. 2. Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.
Tindaon H. 2008. Pengaruh Jamur Antagonis Trchoderma harzianum dan Pupuk Organik Untuk Mengendalikan Patoden Tular Tanah Sclerotium rolfsii Sacc. Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L.) Di Rumah Kaca. USU Repository. Medan
Winarsi. S. 2006. Penggunaan Gliocliocladium virens dan pupuk kandang untuk
pengendalian Sclerotium rolfsii Penyebab penyakit busuk pangkal batang pada Kacang Tanah. Dalam Jurnal Akta Agrosia Vol. 9 no.1 hlm 56 –no
jan jun 2006
Yulianti. T dan C. Suhara. 2010. Patogenitas Sclerotium rolfsii, Rhizoctonia
solani, DAN R. bataticola Dari Beberapa Sumber Inokulum Terhadap Kecambahan Wijen (sesenum\ indicum L.).
di
Faktor I : Substrat Trichoderma harzianum Rifai (T) S0 : Kontrol (tanpa perlakuan)
S1 : Dedak dengan dosis 25 g/tanaman
S2 : Serbuk gergaji dengan dosis 25 g/tanaman
S3 : Tongkol Jagung dengan dosis 25 g/tanaman
Faktor II : Waktu aplikasi Trichoderma harzianum Rifai (T)
T1 : Seminggu sebelum inokulasi Sclerotium rolfsii Sacc.
T2 : Bersamaan dengan inokulasi Sclerotium rolfsii Sacc.
T3 : Seminggu setelah inokulasi Sclerotium rolfsii Sacc.
DESKRIPSI KEDELAI VARIETAS ANJASMORO
Nama Varietas : Anjasmoro
Kategori : Varietas unggul nasional (released variety)
SK : 537/Kpts/TP.240/10/2001 tanggal 22 Oktober tahun 2001
Tahun : 2001
Tetua : Seleksi massa dari populasi galur murni MANSURIA Potensi Hasil : 2.25-2.03 ton/ha
Pemulia : Takashi Sanbuichi, Nagaaki Sekiya, Jamaluddin M, Susanto, Darman M.Arsyad, Muchlish Adie
Nama galur : MANSURIA 395-49-4
Warna hipokotil : Ungu Warna epikotil : Ungu
Warna daun : Hijau
Warna bulu : Putih
Warna bunga : Ungu
Warna polong masak : Coklat muda Warna kulit biji : Kuning
Warna hilum : Kuning kecoklatan Tipe pertumbuhan : Determinate
Bentuk daun : Oval
Ukuran daun : Lebar
Perkecambahan : 78-76% Tinggi tanaman : 64-68 cm Jumlah cabang : 2.9-5.6 Jumlah buku pada
batang utama
: 12.9-14.8
Umur berbunga : 35.7-39.4 hari Umur masak : 82.5-92.5 hari Berat 100 biji : 14.8-15.3 gram Kandungan protein : 41.78-42.05% Kandungan lemak : 17.12-18.60% Ketahanan terhadap
Tabel Dwikasta
Keragaman db JK KT F.Hit F.05 F.01
Uji Jarak Duncan Faktor Waktu (T)
Sy 0.39
P 2 3 4
SSR 0.05 2.93 3.08 3.17
LSR 0.05 1.15 1.21 1.24
Perlakuan T2 T1 T3
Rataan 2.12 4.29 9.15
·A ·B
Tabel Dwikasta
Keragaman Db JK KT F.Hit F.05 F.01
Uji Jarak Duncan Faktor Waktu (T)
Sy 0.34
P 2 3 4
SSR 0.05 2.93 3.08 3.17
LSR 0.05 1.00 1.05 1.08
Perlakuan T1 T2 T3
Rataan 5.89 6.46 10.75
·A ·B
Uji Jarak Duncan 9HSI faktor interaksi Sx T
Sy 0.68
P 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
SSR 0.05 2.93 3.08 3.17 3.24 3.29 3.32 3.35 3.37 3.39 3.40 3.42 3.43
LSR 0.05 2.00 2.10 2.16 2.21 2.25 2.27 2.29 2.30 2.32 2.32 2.34 2.34
Perlakuan S3T1 S1T1 S1T3 S2T1 S2T2 S3T2 S3T3 S1T2 S2T3 S0T2 S0T1 S0T3
Rataan 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 2.15 2.15 5.05 5.05 5.74 6.42
a
b
Tabel Dwikasta
Keragaman db JK KT F.Hit F.05 F.01
Uji Jarak Duncan Faktor Waktu (T)
Sy 0.43
P 2 3 4
SSR 0.05 2.93 3.08 3.17
LSR 0.05 1.25 1.32 1.36
Perlakuan T1 T2 T3
Rataan 7.32 9.88 16.85
A
B
Uji Jarak Duncan 12HSI faktor interaksi B x T
Sy 0.86
P 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
SSR 0.05 2.93 3.08 3.17 3.24 3.29 3.32 3.35 3.37 3.39 3.40 3.42 3.43
LSR 0.05 2.51 2.64 2.71 2.77 2.82 2.84 2.87 2.88 2.90 2.91 2.93 2.94
Perlakuan S3T2 S1T1 S3T1 S2T1 S1T3 S1T2 S2T2 S3T3 S2T3 S0T1 S0T2 S0T3
Rataan 0.71 0.71 0.71 0.71 2.15 2.15 2.15 5.74 6.42 7.63 8.16 8.16
a
Tabel Dwikasta
Keragaman db JK KT F.Hit F.05 F.01
Faktor Waktu (T)
Sy 0.62
P 2 3 4
SSR 0.05 2.93 3.08 3.17
LSR 0.05 1.80 1.89 1.95
Perlakuan T1 T2 T3
Rataan 10.61 12.96 22.07
A
Uji Jarak Duncan 15HSI faktor interaksi B x T
Sy 1.23 2.08 2.17 2.27
P 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
SSR 0.05 2.93 3.08 3.17 3.24 3.29 3.32 3.35 3.37 3.39 3.40 3.42 3.43
LSR 0.05 3.60 3.79 3.90 3.99 4.05 4.08 4.12 4.15 4.17 4.18 4.21 4.22
Perlakuan S1T1 S2T2 S2T1 S3T1 S3T2 S1T2 S1T3 S3T3 S0T3 S0T2 S0T1 S2T3
Rataan 0.71 2.15 2.15 2.15 2.84 3.60 3.60 8.08 8.16 8.69 9.13 9.58
a
Tabel Dwikasta
Keragaman db JK KT F.Hit F.05 F.01
Uji Jarak Duncan Faktor Waktu (T)
Sy 0.70
P 2 3 4
SSR 0.05 2.93 3.08 3.17
LSR 0.05 2.05 2.15 2.22
Perlakuan T1 T2 T3
Rataan 13.30 13.39 24.50
Uji Jarak Duncan 18 HSI faktor interaksi Sx T
Sy 1.40 2.00 2.09
P 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
SSR 0.05 2.93 3.08 3.17 3.24 3.29 3.32 3.35 3.37 3.39 3.40 3.42 3.43
LSR 0.05 4.10 4.31 4.43 4.53 4.60 4.64 4.68 4.71 4.74 4.75 4.78 4.80
Perlakuan S1T1 S3T1 S2T2 S3T2 S1T2 S1T3 S2T1 S3T3 S0T3 S0T2 S2T3 S0T1
Rataan 0.71 2.15 2.15 2.84 3.60 4.82 4.97 9.13 9.13 9.13 9.58 10.02
Tabel Dwikasta
Keragaman db JK KT F.Hit F.05 F.01
Uji Jarak Duncan Faktor Waktu (T)
Sy 0.46
P 2 3 4
SSR 0.05 2.93 3.08 3.17
LSR 0.05 1.35 1.42 1.46
Perlakuan T1 T2 T3
Rataan 14.48 18.82 26.43
·A
Uji Jarak Duncan 21 HSI faktor interaksi Sx T
Sy 0.92
P 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
SSR 0.05 2.93 3.08 3.17 3.24 3.29 3.32 3.35 3.37 3.39 3.40 3.42 3.43
LSR 0.05 2.69 2.83 2.91 2.98 3.02 3.05 3.08 3.10 3.12 3.12 3.14 3.15
Perlakuan S1T1 S3T1 S1T2 S2T2 S2T1 S3T2 S1T3 S3T3 S2T3 S0T3 S0T2 S0T1
Rataan 0.71 2.84 3.60 5.05 5.74 6.42 6.95 9.13 9.58 9.58 10.02 10.02
a
Tabel Dwikasta
Keragaman db JK KT F.Hit F.05 F.01
Uji Jarak Duncan Faktor Waktu (T)
Sy 0.46
P 2 3 4
SSR 0.05 2.93 3.08 3.17
LSR 0.05 1.35 1.42 1.46
Perlakuan T1 T2 T3
Rataan 14.48 18.82 26.43
·A
Uji Jarak Duncan 24 HSI faktor interaksi Sx T
Sy 0.92
P 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
SSR 0.05 2.93 3.08 3.17 3.24 3.29 3.32 3.35 3.37 3.39 3.40 3.42 3.43
LSR 0.05 2.69 2.83 2.91 2.98 3.02 3.05 3.08 3.10 3.12 3.12 3.14 3.15
Perlakuan S1T1 S3T1 S1T2 S2T2 S2T1 S3T2 S1T3 S3T3 S2T3 S0T3 S0T2 S0T1
Rataan 0.71 2.84 3.60 5.05 5.74 6.42 6.95 9.13 9.58 9.58 10.02 10.02
a
Tabel Dwikasta
Keragaman db JK KT F.Hit F.05 F.01
Uji Jarak Duncan Faktor Waktu (T)
Sy 0.10
P 2 3 4
SSR 0.05 2.93 3.08 3.17
LSR 0.05 0.28 0.30 0.31
Perlakuan T1 T2 T3
Rataan 8.31 8.47 11.985
A
Jumlsh sclerotia
Uji Jarak Duncan faktor interaksi Sx T
Sy 0.33
P 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
SSR 0.05 2.93 3.08 3.17 3.24 3.29 3.32 3.35 3.37 3.39 3.40 3.42 3.43
LSR 0.05 0.98 1.03 1.06 1.08 1.10 1.11 1.12 1.13 1.13 1.14 1.14 1.15
Perlakuan S1T1 S3T1 S3T2 S2T2 S1T2 S1T3 S2T1 S3T3 S2T3 S0T2 S0T3 S0T1
Rataan 1.00 1.48 1.76 2.04 2.08 2.45 2.79 3.53 4.35 5.40 5.65 5.81
a
b c
d
e f
Tanaman SUBSTRAT
Keragaman db JK KT F.Hit F.05 F.01
Uji Jarak Duncan Faktor Waktu (T)
Sy 0.61
P 2 3 4
SSR 0.05 2.93 3.08 3.17
LSR 0.05 1.79 1.88 1.94
Perlakuan T3 T2 T1
Rataan 8.66 15.45 16.45
A B
Uji Jarak Duncan PRODUKSI
faktor interaksi Sx T
Sy 0.74
P 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
SSR 0.05 2.93 3.08 3.17 3.24 3.29 3.32 3.35 3.37 3.39 3.40 3.42 3.43
LSR 0.05 2.17 2.28 2.34 2.40 2.43 2.45 2.48 2.49 2.51 2.51 2.53 2.54
Perlakuan S0T1 S0T3 S2T3 S3T3 S0T2 S1T3 S1T2 S2T2 S2T1 S3T2 S3T1 S1T1
Rataan 1.49 2.06 2.14 2.62 2.67 4.73 6.10 6.32 6.44 5.51 6.81 7.20
a
Lampiran 10: Foto Penelitian
a. Foto Trichoderma harzianum Rifai dalam media biak PDA
c. Foto Sclerotium rolfsii dalam substrat jagung