ABSTRAK
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERITA PENDEK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA LAGU PADA SISWA
KELAS IX SEMESTER GANJIL SMP 17.3 KATIBUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh SITI ALPIYAH
penelitian tindakan kelas berhasil, jika hasil belajar siswa mencapai kriteria ketuntasan klasikal sebesar 75%.
Hasil penelitian kemampuan menulis cerita pendek pada setiap siklus terdapat pe-ningkatan. Prasiklus siswa yang sudah mencapai KKM hanya 7 orang dengan persentase 23,33%, siswa yang belum mencapai KKM 23 orang dengan persentase 76,66%. Siklus I yang menapat nilai dengan kategori baik yaitu 3 orang siswa dengan presentase 6,66%, siswa yang mendapat nilai dengan kategori cukup adalah 15 siswa dengan presetase 10%, dan siswa yang mendapat nilai dengan kategori kurang sebanyak 12 siswa dengan presentase 40% dibandingkan dengan prasiklus mengalami kenaikan. Pada siklus II seluruh siswa telah mencapai nilai KKM, yaitu 8 orang siswa dengan kategori nilai baik sekali, 9 siswa yang mendapat nilai baik, dan 13 siswa mendapat nilai cukup. Hasil yang diperoleh mengalami peningkatan dari prasiklus ke siklus I meningkat 26,67%, sedangkan dari prasiklus ke siklus II sebesar 56,667%.
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERITA PENDEK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA LAGU PADA SISWA
KELAS IX SEMESTER GANJIL SMP 17.3 KATIBUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh SITI ALPIYAH
Penelitian Tindakan Kelas
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERITA PENDEK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA LAGU PADA SISWA
KELAS IX SEMESTER GANJIL SMP 17.3 KATIBUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
TAHUN PELAJARAN 2011/2012 (Penelitian Tindakan Kelas)
Oleh SITI ALPIYAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR GRAFIK
Grafik Halaman
4.1 Diagram Ketuntasan Siswa Menulis Cerita Pendek Pada
DAFTAR HADIR SEMINAR PROPOSAL MAHASISWA S1 DALAM JABATAN JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
SELASA,4 OKTOBER 2011
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
HALAMAN JUDUL ... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iv
HALAMAN PENGESAHAN ... v
RIWAYAT HIDUP ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
SANWACANA ... viii
MOTO ... xi
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GRAFIK ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
1.4.1 Manfaat Teoretis ... 5
1.4.2 Manfaat Praktis ... 5
II. LANDASAN TEORI ... 7
2.1 Konsep Menulis ... 7
2.1.1 Pengertian Menulis ... 7
2.1.2 Tujuan Menulis ... 8
2.1.3 Manfaat Menulis ... 10
2.2 Cerpen (Cerita Pendek) ... 14
2.2.1 Pengertian Cerpen ... 14
2.2.2 Ciri-Ciri Cerita Pendek ... 15
2.2.3 Unsur-Unsur Cerita Pendek ... 16
2.2.4 Tahapan Menulis Cerita Pendek ... 19
2.3 Media Pembelajaran Menulis Cerita Pendek ... 20
2.3.1 Pengertian Media ... 20
2.3.2 Ciri-Ciri Umum Media ... 21
2.3.3 Macam-Macam Media ... 22
2.3.4 Media Lagu dalam Pembelajaran ... 23
3.1 Rancangan Penelitian ... 25
3.2 Pelaksanaan Penelitian ... 26
3.2.1 Tempat Penelitian ... 26
3.2.2 Waktu Penelitian ... 26
3.3 Subjek Penelitian ... 27
3.4 Sumber Data ... 27
3.5 Teknik dan Alat Pengumpul Data ... 27
3.5.1 Teknik pengumpulan Data ... 27
3.5.2 Alat Pengumpul Data ... 28
3.6 Prosedur Penelitian ... 28
3.6.1 Urutan Tindakan Pembelajaran ... 28
3.7 Teknik Analisa Data ... 30
3.8 Langkah-Langkah Analisa Data ... 39
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41
4.1 Hasil Penelitian ... 41
4.1.1 Observasi Akivitas Belajar Siswa ... 41
4.1.2 Hasil Belajar ... 43
4.2 Pembahasan ... 47
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 53
5.1 Kesimpulan ... 53
5.2 Saran ... 53
Daftar Pustaka ... 55
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Indikator dan Deskriptor Kemampuan Menulis Cerita Pendek Siswa Kelas IX SMP 17.3 Katibung Lampung Selatan Tahun Pelajaran
2011/2012 ... 30
3.2 Tolok Ukur Kemampuan Menulis Cerita Pendek ... 40
4.1 Kegiatan Pembelajaran Menulis Cerita Pendek dengan Menggunakan Media Lagu pada Siswa Kelas IX SMP 17.3 Katibung Kabupaten
Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012 ... 42
4.2 Hasil Belajar Menulis Cerita Pendek Cerita Pendek dengan
Menggunakan Media Lagu pada Siswa Kelas IX SMP 17.3 Katibung KabupatenLampung Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012 ... 43
4.3 Data Ketuntasan Menulis Cerita Pendek Pendek dengan
Menggunakan Media Lagu pada Siswa Kelas IX SMP 17.3 Katibung KabupatenLampung Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012 ... 45
4.4 Skor Perolehan Menulis Cerita Pendek Pendek dengan
Menggunakan Media Lagu pada Siswa Kelas IX SMP 17.3 Katibung KabupatenLampung Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012 ... 46
4.5 Data Hasil Belajar Menulis Cerita Pendek Siswa dengan Lagu yang
Disenangi Siswa pada Siklus I ... 49
4.6 Data Hasil Belajar Menulis Cerita Pendek dengan Menggunakan
MOTO
“Jangan melihat siapa yang mengatakan, lihatlah apa yang dikatakan”
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Dr. Muhammad Fuad, M.Hum. ___________
Sekretaris : Dr. Nurlaksana Eko R., M.Pd. ___________
Penguji
Bukan Pembimbing : Eka Sofia Agustina, M.Pd. ___________
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP 196003151985031003
PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa syukur dan bahagia atas segala rahmat yang telah dilimpahkan Allah Swt, penulis mempersembahkan karya tulis ini, kepada orang-orang terkasih berikut:
1. Kedua orang tuaku tercinta dan mertua, dengan segala limpahan kasih sayang, doa, dan dorongan semangat untuk keberhasilan anaknya yang tidak mungkin dapat terbalaskan.
2. Suami terkasih, yang selalu memberi semangat dan motivasi serta kebersamaan sehingga memberi kedamaian dan keberhasilan.
3. Kedua buah hatiku, Dyoda Aliffandi M. dan Shesa Adyellayoda, yang selalu memberikan inspirasi dalam mengejar cita-cita di masa yang akan datang. 4. Dosen-dosenku yang telah membantu menyelesaikan kualiahku.
Judul PTK : Peningkatan Kemampuan Menulis Cerita Pendek dengan Menggunakan Media Lagu pada Siswa Kelas IX SMP 17.3 Katibung Kabupaten
Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012
Nama Mahasiswa : Siti Alpiyah Nomor Pokok Mahasiswa : 1013076009
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Seni Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI
1. Komisi pembimbing
Dr. Muhammad Fuad, M.Hum. Dr. Nurlaksana Eko R., M.Pd. NIP 195907221986031003 NIP 196401061988031001
2. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
SANWACANA
Dengan mengucap puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayah-Nya Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dapat
terselesaikan.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Peningkatan Kemampuan Menu-
lis Cerita Pendek dengan Menggunakan Media Lagu pada Siswa Kelas IX
se-mester Ganjil SMP 17.3 Katibung Kabupaten Lampung Selatan Tahun Pelajaran
2011- 2012” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan
di Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada.
1. Dr. Muhammad Fuad, M.Hum. selaku Pembimbing I yang telah membimbing
penulis dengan penuh kesabaran, keikhlasan, memotivasi, memberkan
peng-arahan, serta saran-saran dari penyusun proposal hingga PTK ini selesai.
2. Dr. Nurlaksana Eko R., M.Pd. selaku Pembimbing II, yang telah
memberi-kan bimbingan selama perkuliahan dan memberimemberi-kan ilmu, kritik, serta saran
demi kesempurnaan penulis PTK ini.
3. Eka Sofia Agustina, M.Pd., penguji utama yang telah memberikan masukan
berharga dalam PTK ini.
4. Dr. Edy Suyanto, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan
5. Drs. Imam Rejana, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
Universitas Lampung beserta stafnya.
6. Bapak dan Ibu dosen FKIP Universitas Lampung yang telah membekali
pe-nulis dengan ilmu dan pengetahuan selama menjalani masa perkuliahan.
7. Seluruh Staf Administrasi dan Karyawan Tata Usaha Jurusan Pendidikan
Ba-hasa dan Seni Unila yang membantu dan melayani urusan administrasi
per-kuliahan.
8. Hasan Junaedi, S.Pd. selaku Kepala Sekolah SMP 17.3 Katibung Kabupaten
Lampung Selatan yang memotivasi dan membantu kelancaran dalam
pene-litian dan penyusunan PTK ini.
9. Keluarga Besar SMP 17.3 Katibung Kabupaten Lampung Selatan, seluruh
dewan guru, karyawan, dan staf Tata Usaha.
10. Teman-teman seperjuangan terima kasih atas kerja sama dan motivasi, yang
telah kalian berikan, menemaniku dalam suka dan duka, tanpa kalian hidupku
takkan berwarna.
11. Kedua orang tuaku, mertua dan keluarga tercinta yang selalu memberikan
doa, semangat dan dukungan kepadaku.
12. Teman-teman mahasiswa S-1 dalam Jabatan Program Studi Pedidikan Bahasa
Indonesia Angkatan 2010/2011 yang telah memotivasi dan berpartisipasi
13. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan PTK ini
yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan pengorbanan bapak, ibu, ka-
kak, adik, dan teman-teman. Penulis menyadari dalam penulisan PTK ini masih
banyak kekurangan dan kesalahan, karena itu penulis mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak demi kesempurnaan PTK ini. Semoga karya ini dapat
bermanfaat bagi kita semua, khususnya dalam meningkatkan mutu pembelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah.
Bandar Lampung,
Penulis,
I. PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Pembelajaran Bahasa Indonesia meliputi empat aspek ketermpilan, yaitu
men-dengar, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek tersebut merupakan
aspek yang terintegrasi dalam pembelajaran. Walaupun dalam penyajian keempat
aspek (mendengar, berbicara, membaca, dan menulis) tersebut masih dapat
dipisahkan, karena dalam kenyataannya guru harus mampu mengidentifikasi
setiap kemampuan peserta didik. Dari keempat aspek keterampilan berbahasa
(mendengar, berbicara, membaca, dan menulis), keterampilan menulis yang sulit
dilakukan karena menulis merupakan hal yang sangat memerlukan keterampilan.
Masalah yang mengganggu untuk mengawali proses menulis biasanya adalah
pe-nyakit malas, dan belum mengetahui atau merasa bingung dari mana harus mulai
menulis, serta belum tahu manfaat menulis (Muslikhah, 2010 : 35). Hal ini sering
terjadi pada guru maupun murid. Kesulitan-kesulitan lain yang dialami, yaitu
(1) kesulitan untuk mengapresiasikan ide, gagasan, pikirannya, dalam sebuah
cerita;
(2) penyampaian materi pelajaran dengan menggunakan metode ceramah kurang
2
(3) kurang adanya media pembelajaran yang mampu menarik minat belajar siswa
dan merangsang daya kreatif siswa (Nursito, 2010:2).
Keterampilan menulis bukanlah sesuatu yang dapat diajarkan melalui uraian atau
penjelasan semata, siswa tidak akan memperoleh keterampilan menulis hanya
de-ngan duduk, mendengar penjelasan guru dan mencatat penjelasan guru.
Kete-rampilan menulis dapat ditingkatkan dengan melakukan kegiatan menulis
terus-menerus sehingga akan mempengaruhi hasil dan prestasi siswa dalam menulis.
Hasil dan prestasi akan meningkat apabila ada perubahan sikap dan tingkah laku
siswa baik pada aspek pengetahuan, keterampilan maupun psikomotor.
Dalam KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) mata pelajaran Bahasa
In-donesia tingkat Sekolah Menengah Pertama kelas IX semester ganjil terdapat
Standar Kompetensi (SK) Menulis ‘8. Mengungkapkan kembali pikiran, perasaan,
dan pengalaman dalam cerita pendek’ dan Kompetensi Dasar (KD) ‘8.2 Menulis
cerita pendek bertolak dari peristiwa yang dialami’.
Tidak sedikit siswa yang mengalami hambatan dalam mengembangkan
kete-rampilannya menulis cerita pendek. Hal ini juga dialami siswa kelas IX SMP 17.3
Katibung Kabupaten Lampung Selatan, hambatan-hambatan tersebut yaitu daya
imajinasi siswa masih kurang, diksi yang digunakan dalam menulis cerita pendek,
kesulitan menentukan tema, dan kurang dapat mengembangkan ide.
Hal ini dibuktikan dari hasil ulangan harian siswa, kemampuan menulis cerita
pendek masih rendah, 70 % siswa tidak mampu menulis cerpen. Dari 30 siswa
hanya 9 siswa yang memiliki tingkat kemampuan sedang dengan presentasi 30%,
Berdasarkan observasi pembelajaran bahasa Indonesia mengenai keterampilan
menulis cerita pendek di kelas IX SMP 17.3 Katibung Kabupaten Lampung
Selatan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru lebih cenderung ceramah
dalam menyampaikan materi pada siswa, guru hanya menerangkan
langkah-langkah menulis cerita pendek. Kemudian guru memberikan contoh berdasarkan
teks cerita pendek yang dibagikan dan memberi tugas pada siswa. Siswa disuruh
menulis sebuah cerita pendek berdasarkan sebuah teks cerita pendek yang dibaca.
Sehingga proses pembelajaran yang diterapkan oleh guru di kelas mengakibatkan
siswa kurang aktif dan menjadi malas dan sulit untuk menyampaikan ide dan
gagasan. Proses pembelajaran yang dilakukan guru ini juga dapat mengakibatkan
siswa kurang bersemangat sehingga tidak ada peningkatan dalam melakukan
menulis cerita pendek.
Beberapa faktor penghambat yang dialami siswa kelas IX SMP 17.3 Katibung
Kabupaten Lampung Selatan, yaitu (1) ketertarikan siswa dalam membuat cerita
pendek kurang karena siswa malas dan dan ramai sendiri saat berlasungnya
pembelajaran, (2) kurangnya buku tentang cerita pendek dan kumpulan cerita
pendek yang dibaca siswa, (3) siswa kurang menuangkan ide dan gagasan, (4)
kurangnya penguasaan tentang kosa kata yang dimiliki siswa.
Menurut peneliti semua permasalahan pelajaran bahasa Indonesia dalam menulis
ceita pendek di kelas IX SMP 17.3 Katibung Kabupaten Lampung Selatan harus
ada penyelesaiannya. Dibutuhkan cara pembelajaran yang benar-benar dapat
mengakumulasi semua permasalahan dan menemukan solusi yang menyeluruh
dan mengakar pada permasalahan yang ada. Yaitu dengan pemanfaatan media
keber-4
hasilan proses pembelajaran di kelas. Belajar akan lebih bermakna jika anak
mengalami sendiri apa yang dipelajarinya, bukan sekadar mengetahui informasi
dari sang guru. Oleh karena itu diperlukan sebuah media yang mampu
menjembatani siswa untuk mengalami proses pembelajaran menyenangkan.
Menurut (Trimantara, 2005:1) lagu sebagai media pembelajaran dapat
meningkat-kan keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Karena lagu dapat
digunakan untuk menciptakan suasana yang nyaman dan memberikan sugesti
yang merangsang berkembangnya imajinasi siswa. Menulis dengan cara
memberikan sugesti lewat lagu bertujuan untuk merangsang imajinasi siswa.
Media lagu digunakan sebagai pencipta suasana sugesti, stimulus, dan menjadi
jembatan bagi siswa untuk membayangkan atau menciptakan gambaran atau
kejadian berdasarkan tema lagu. Respon yang diharapkan muncul dari siswa
berupa kemampuan melihat gambaran-gambaran kejadian dengan
imajinasi-imajinasi dan logika yang dimiliki kemidian mengungkapkan kembali dalam
bentuk tulisan ceita pendek.
Berdasarkan latar belakang, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian
tindakan kelas (PTK) dengan judul “ Peningkatan Kemampuan Menulis Cerita
Pendek dengan Menggunakan Media Lagu pada Siswa Kelas IX Semester Ganjil
SMP 17.3 Katibung Kabupaten Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012”.
Penulis mencoba memanfaatkan lagu sebagai media untuk meningkatkan
kemampuan menulis cerita pendek.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti merumuskan masalah dalam
penelitian ini yaitu “bagaimanakah peningkatan kemampuan menulis cerita
pendek dengan menggunakan media lagu pada siswa kelas IX SMP 17.3 Katibung
semester ganjil Kecamatan Katibung Lampung Selatan”.
1.3Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Peningkatan Kemampuan Menulis
Cerita Pendek dengan Menggunakan Media Lagu pada Siswa kelas IX Semester
Ganjil SMP 17.3 Katibung Kabupaten Lampung Selatan tahun pelajaran
2011/2012.
1.4Manfaat Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas (PTK) ini menghasilkan dua macam manfaat teoretis
dan manfaat praktis.
1. Manfaat Teoretis
Untuk dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi pengembangan keilmuan
terutama di bidang pengajaran bahasa dan sastra Indonesia dan sebagai dasar pijakan
penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
Dilihat dari segi praktis, penelitian ini bermanfaat antara lain.
a. Mahasiswa Peneliti
1. Sebagai dasar penelitian lebih lanjut terhadap penelitian tentang kemampuan
6
2. Sebagai acuan pembanding dalam penelitian pengajaran bahasadan sastra
khususnya kemampuan menulis cerita pendek.
3. Sebagai informasi tambahan lebih lanjut untuk memperluas wawasan tentang
kemampuan menulis cerita pendek
b. Guru Bidang Studi Bahasa dan Sastra Indonesia
1. Sebagai sumber informasi bagi guru untuk memantau kemampuan yang
dimiliki siswa dalam menulis cerita pendek
2. Sebagai bahan acuan masukan dalam mengajarkan apresiasi sastra ,terutama
kemampuan menulis cerita pendek.
3. Sebagai sumber informasi bagi guru untuk memantau sejauh mana kemampuan
siswa menguasai bentuk tulisan dan gaya bahasa dalam menulis cerita pendek
dengan baik.
c. Siswa
1. Siswa dapat mengetahui sejauh mana kemampuan yang mereka miliki dalam
menulis cerita pendek.
2. Siswa dapat mengembangkan kemampuan menulis cerita pendek dalam
I. PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Pembelajaran Bahasa Indonesia meliputi empat aspek ketermpilan, yaitu
men-dengar, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek tersebut merupakan
aspek yang terintegrasi dalam pembelajaran. Walaupun dalam penyajian keempat
aspek (mendengar, berbicara, membaca, dan menulis) tersebut masih dapat
dipisahkan, karena dalam kenyataannya guru harus mampu mengidentifikasi
setiap kemampuan peserta didik. Dari keempat aspek keterampilan berbahasa
(mendengar, berbicara, membaca, dan menulis), keterampilan menulis yang sulit
dilakukan karena menulis merupakan hal yang sangat memerlukan keterampilan.
Masalah yang mengganggu untuk mengawali proses menulis biasanya adalah
pe-nyakit malas, dan belum mengetahui atau merasa bingung dari mana harus mulai
menulis, serta belum tahu manfaat menulis (Muslikhah, 2010 : 35). Hal ini sering
terjadi pada guru maupun murid. Kesulitan-kesulitan lain yang dialami, yaitu
(1) kesulitan untuk mengapresiasikan ide, gagasan, pikirannya, dalam sebuah
cerita;
(2) penyampaian materi pelajaran dengan menggunakan metode ceramah kurang
2
(3) kurang adanya media pembelajaran yang mampu menarik minat belajar siswa
dan merangsang daya kreatif siswa (Nursito, 2010:2).
Keterampilan menulis bukanlah sesuatu yang dapat diajarkan melalui uraian atau
penjelasan semata, siswa tidak akan memperoleh keterampilan menulis hanya
de-ngan duduk, mendengar penjelasan guru dan mencatat penjelasan guru.
Kete-rampilan menulis dapat ditingkatkan dengan melakukan kegiatan menulis
terus-menerus sehingga akan mempengaruhi hasil dan prestasi siswa dalam menulis.
Hasil dan prestasi akan meningkat apabila ada perubahan sikap dan tingkah laku
siswa baik pada aspek pengetahuan, keterampilan maupun psikomotor.
Dalam KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) mata pelajaran Bahasa
In-donesia tingkat Sekolah Menengah Pertama kelas IX semester ganjil terdapat
Standar Kompetensi (SK) Menulis ‘8. Mengungkapkan kembali pikiran, perasaan,
dan pengalaman dalam cerita pendek’ dan Kompetensi Dasar (KD) ‘8.2 Menulis
cerita pendek bertolak dari peristiwa yang dialami’.
Tidak sedikit siswa yang mengalami hambatan dalam mengembangkan
kete-rampilannya menulis cerita pendek. Hal ini juga dialami siswa kelas IX SMP 17.3
Katibung Kabupaten Lampung Selatan, hambatan-hambatan tersebut yaitu daya
imajinasi siswa masih kurang, diksi yang digunakan dalam menulis cerita pendek,
kesulitan menentukan tema, dan kurang dapat mengembangkan ide.
Hal ini dibuktikan dari hasil ulangan harian siswa, kemampuan menulis cerita
pendek masih rendah, 70 % siswa tidak mampu menulis cerpen. Dari 30 siswa
hanya 9 siswa yang memiliki tingkat kemampuan sedang dengan presentasi 30%,
Berdasarkan observasi pembelajaran bahasa Indonesia mengenai keterampilan
menulis cerita pendek di kelas IX SMP 17.3 Katibung Kabupaten Lampung
Selatan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru lebih cenderung ceramah
dalam menyampaikan materi pada siswa, guru hanya menerangkan
langkah-langkah menulis cerita pendek. Kemudian guru memberikan contoh berdasarkan
teks cerita pendek yang dibagikan dan memberi tugas pada siswa. Siswa disuruh
menulis sebuah cerita pendek berdasarkan sebuah teks cerita pendek yang dibaca.
Sehingga proses pembelajaran yang diterapkan oleh guru di kelas mengakibatkan
siswa kurang aktif dan menjadi malas dan sulit untuk menyampaikan ide dan
gagasan. Proses pembelajaran yang dilakukan guru ini juga dapat mengakibatkan
siswa kurang bersemangat sehingga tidak ada peningkatan dalam melakukan
menulis cerita pendek.
Beberapa faktor penghambat yang dialami siswa kelas IX SMP 17.3 Katibung
Kabupaten Lampung Selatan, yaitu (1) ketertarikan siswa dalam membuat cerita
pendek kurang karena siswa malas dan dan ramai sendiri saat berlasungnya
pembelajaran, (2) kurangnya buku tentang cerita pendek dan kumpulan cerita
pendek yang dibaca siswa, (3) siswa kurang menuangkan ide dan gagasan, (4)
kurangnya penguasaan tentang kosa kata yang dimiliki siswa.
Menurut peneliti semua permasalahan pelajaran bahasa Indonesia dalam menulis
ceita pendek di kelas IX SMP 17.3 Katibung Kabupaten Lampung Selatan harus
ada penyelesaiannya. Dibutuhkan cara pembelajaran yang benar-benar dapat
mengakumulasi semua permasalahan dan menemukan solusi yang menyeluruh
dan mengakar pada permasalahan yang ada. Yaitu dengan pemanfaatan media
keber-4
hasilan proses pembelajaran di kelas. Belajar akan lebih bermakna jika anak
mengalami sendiri apa yang dipelajarinya, bukan sekadar mengetahui informasi
dari sang guru. Oleh karena itu diperlukan sebuah media yang mampu
menjembatani siswa untuk mengalami proses pembelajaran menyenangkan.
Menurut (Trimantara, 2005:1) lagu sebagai media pembelajaran dapat
meningkat-kan keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Karena lagu dapat
digunakan untuk menciptakan suasana yang nyaman dan memberikan sugesti
yang merangsang berkembangnya imajinasi siswa. Menulis dengan cara
memberikan sugesti lewat lagu bertujuan untuk merangsang imajinasi siswa.
Media lagu digunakan sebagai pencipta suasana sugesti, stimulus, dan menjadi
jembatan bagi siswa untuk membayangkan atau menciptakan gambaran atau
kejadian berdasarkan tema lagu. Respon yang diharapkan muncul dari siswa
berupa kemampuan melihat gambaran-gambaran kejadian dengan
imajinasi-imajinasi dan logika yang dimiliki kemidian mengungkapkan kembali dalam
bentuk tulisan ceita pendek.
Berdasarkan latar belakang, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian
tindakan kelas (PTK) dengan judul “ Peningkatan Kemampuan Menulis Cerita
Pendek dengan Menggunakan Media Lagu pada Siswa Kelas IX Semester Ganjil
SMP 17.3 Katibung Kabupaten Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012”.
Penulis mencoba memanfaatkan lagu sebagai media untuk meningkatkan
kemampuan menulis cerita pendek.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti merumuskan masalah dalam
penelitian ini yaitu “bagaimanakah peningkatan kemampuan menulis cerita
pendek dengan menggunakan media lagu pada siswa kelas IX SMP 17.3 Katibung
semester ganjil Kecamatan Katibung Lampung Selatan”.
1.3Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Peningkatan Kemampuan Menulis
Cerita Pendek dengan Menggunakan Media Lagu pada Siswa kelas IX Semester
Ganjil SMP 17.3 Katibung Kabupaten Lampung Selatan tahun pelajaran
2011/2012.
1.4Manfaat Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas (PTK) ini menghasilkan dua macam manfaat teoretis
dan manfaat praktis.
1. Manfaat Teoretis
Untuk dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi pengembangan keilmuan
terutama di bidang pengajaran bahasa dan sastra Indonesia dan sebagai dasar pijakan
penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
Dilihat dari segi praktis, penelitian ini bermanfaat antara lain.
a. Mahasiswa Peneliti
1. Sebagai dasar penelitian lebih lanjut terhadap penelitian tentang kemampuan
6
2. Sebagai acuan pembanding dalam penelitian pengajaran bahasadan sastra
khususnya kemampuan menulis cerita pendek.
3. Sebagai informasi tambahan lebih lanjut untuk memperluas wawasan tentang
kemampuan menulis cerita pendek
b. Guru Bidang Studi Bahasa dan Sastra Indonesia
1. Sebagai sumber informasi bagi guru untuk memantau kemampuan yang
dimiliki siswa dalam menulis cerita pendek
2. Sebagai bahan acuan masukan dalam mengajarkan apresiasi sastra ,terutama
kemampuan menulis cerita pendek.
3. Sebagai sumber informasi bagi guru untuk memantau sejauh mana kemampuan
siswa menguasai bentuk tulisan dan gaya bahasa dalam menulis cerita pendek
dengan baik.
c. Siswa
1. Siswa dapat mengetahui sejauh mana kemampuan yang mereka miliki dalam
menulis cerita pendek.
2. Siswa dapat mengembangkan kemampuan menulis cerita pendek dalam
II. LANDASAN TEORI
2.1Konsep Menulis
Beberapa konsep yang dikemukakan para pakar dalam melakukan kegiatan
me-nulis adalah.
2.1.1 Pengertian Menulis
Menulis adalah suatu proses kegiatan pikiran manusia yang hendak
meng-ungkapkan kandungan jiwanya kepada orang lain atau kepada diri sendiri dalam
bentuk tulisan (Widyamartaya, 1991:9).
Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang
meng-gambarkan suatu bahasa yang dapat dipahami oleh seseorang sehingga orang lain
dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa
dan gambar grafik (Tarigan, 1987:11).
Menulis adalah menuangkan gagasan , pikiran, perasaan, dan pengalaman melalui
bahasa tulis (Depdiknas, 2003:6).
Menulis merupakan bentuk komunikasi untuk menyampaikan gagasan penulis
kepada khalayak pembaca yang dibatasi oleh jarak, tempat, dan waktu (Akhdiah,
8
Berdasarkan beberapa teori di atas, penulis mengacu pada pengertian menulis
yang dikeluarkan oleh Depdiknas yaitu menulis adalah menuangkan gagasan,
pi-kiran, perasaan dan pengalaman melalui bahasa tulis. Menulis cerpen
mengung-kapkan isi hati seseorang yang berupa ide, pikiran, perasaan, atau pun
penga-laman pribadi bahkan pengapenga-laman orang lain sehingga menjadi sebuah cerita yang
padu dan dapat dinikmati sekali duduk.
2.1.2 Tujuan Menulis
Tujuan menulis adalah (the writer’s intention) adalah “responsi” atau jawaban da- ri pembaca kepada penulisnya. Berdasarkan batasan di atas, dapatlah dikatakan
bahwa
a) tulisan yang bertujuan untuk memberitahukan atau mengajar disebut wacana
informatif (informative discourse);
b) tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan atau mendesak disebut wacana per-
suasif (persuasive discourse);
c) tulisan yang bertujuan untuk menghibur atau menyenangkan atau yang me-
ngandung tujuan estetik disebut tulisan literer atau wacana kesastraan (lite- rary discourse);
d) tulisan yang mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat atau berapi-api
disebut wacana ekspresif (eksfressive discourse).
Dalam praktiknya jelas sekali terlihat bahwa tujuan-tujuan yang disebutkan di atas
sering tumpang-tindih, dan setiap orang mungkin saja menambahkan tujuan lain,
dominan. Tujuan menulis yang dominan inilah yang memberi nama atas ke-
seluruhan tujuan tersebut (D’Angelo dalam Tarigan, 2008:25). Sehubungan
dengan tujuan penulisan suatu tulisan, seorang ahli merangkumnya sebagai
berikut.
a) Tujuan penugasan (assignment purpose)
Tujuan penugasan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali. Pe-
nulis menuliskan sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri (mi-
salnya siswa yang diberi tugas merangkum buku, sekretaris yang ditugaskan
membuat laporan atau notulen rapat).
b) Tujuan altruistik (altruistic purpose)
Penulis bertujuan untuk menyenangkan pembaca, menghindarkan perasaan
duka para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai
perasaan, dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah
dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu. Seseorang tidak akan dapat
menulis secara tepat guna kalau dia tidak percaya, baik secara sadar maupun
tidak bahwa pembaca atau penikmat karyanya adalah “lawan” atau “musuh”.
Tujuan altruistik adalah kunci keterbacaan sesuatu tulisan.
c) Tujuan persuasif (persuasive purpose)
Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan
yang diutarakan.
d) Tujuan informasional, tujuan penerangan (informational purpose)
Tulisan yang bertujuan memberikan informasi atau keterangan/penerangan
10
e) Tujuan pernyataan diri (self-exsfressive purpose)
Tulisan yang bertujuan memperkenalkan tau menyatakan diri sang pengarang
kepada para pembaca.
f) Tujuan kreatif (creative purpose)
Tujuan ini erat hubungan dengan tujuan pernyataan diri. Tetapi “keinginan
kreatif” di sini melebihi pernyataan diri, dam melibatkan dirinya dengan ke-
inginan mencapai norma artistik, atau seni yang ideal, seni idaman. Tulisan
yang bertujuan mencapai nilai-nilai artistik, nilai-nilai kesenian.
g) Tujuan pemecahan masalah (problem-solving purpose)
Dalam tulisan seperti ini penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi.
Penulis ingin menjelaskan, menjernihkan, menjelajahi serta meneliti secara
cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri agar dapat dimengerti
dan diterima oleh pembaca (Hartig dalam Tarigan, 2008: 25-26).
2.1.3Manfaat Menulis dalam Pembelajaran
Menulis penting dan besar kegunaannya bagi kehidupan seseorang terutama pe-
lajar. Karena setiap pelajar tidak akan lepas dari kegiatan menulis. Berikut man-
faat menulis.
1. Menulis menyumbang kecerdasan
Menurut para ahli psikolinguistik, menulis adalah suatu aktivitas yang kom-
pleks. Kompleksitas menulis terlihat pada kemampuan mengharmonikan ber-
bagai aspek. Aspek-aspek tersebut meliputi pengetahuan mengenai topik
yang akan dituliskan, menuangankan pengetahuan ke dalam racikan bahasa
penulisan. Untuk sampai pada kesanggupan seperti itu, seseorang perlu
memiliki kekayaan dan keluwesan pengungkapan, kemampuan
mengendali-kan emosi, serta menata dan mengembangmengendali-kan daya nalarnya dalam berbagai
level berpikir, dari tingkat mengingat sampai evaluasi. 2. Menulis mengembangkan daya inisiatif dan kreativitas
Di dalam kegiatan membaca, segala hal telah tersedia dalam bacaan itu untuk
dimanfaatkan. Sebaliknya dalam menulis, seseorang harus menyiapkan dan
mensuplai sendiri segala sesuatunya. Unsur mekanik tulisan yang benar se- perti pungtuasi, ejaan, diksi, pengkalimatan, pewacanaan, bahasan topik, serta
pertanyaan dan jawaban yang harus diajukan dan dipuaskannya sendiri. Agar
hasilnya enak dibaca, maka apa yang dituliskan harus ditata dengan runtut,
jelas, dan menarik.
3. Menulis menumbuhkan keberanian
Ketika menulis, seorang penulis harus berani menampilkan kediriannya, ter-
masuk pemikiran, perasaan, dan gayanya, serta menawarkannya kepada
pub-lik. Konsekuensinya, sebagai penulis harus siap dan mau melihat dengan
jer-nih pelaian serta tanggapan apa pun dari pembaca, baik yang bersifat positif
ataupun negatif.
4. Menulis mendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi. Se-
seorang menulis karena mempunyai ide, gagasan, pendapat, atau sesuatu hal
yang menurutnya perlu disampaikan dan diketahui orang lain. Tetapi apa
yang akan disampaikan itu tidak selalu dimiliki saat itu. Kondisi ini akan me-
macu seseorang untuk mencari, mengumpulkan, dan menyerap informasi un-
12
amati, berdiskusi, atau wawancara. Informasi yang telah didapat akan dijaga
sumbernya dan diorganisasikan sebaik mungkin. Upaya ini dilakukan agar
ketika diperlukan informasi itu dapat dengan mudah ditemukan dan diguna-
kan (Akhadiah, 1.4-1.5).
2.1.4 Klasifikasi Tulisan
Telah banyak ahli yang membuat klasifikasi mengenai tulisan. Pembagian tulisan
berdasarkan bentuknya adalah sebagai berikut.
1. Bentuk-bentuk objektif, yang mencakup
a) penjelasan yang terperinci mengenai proses;
b) batasan;
c) laporan;
d) dokumen;
2. Bentuk-bentuk subjektif, yang mencakup
a) otobiografi;
b) surat-surat;
c) penilaian pribadi;
d) esei informal;
e) potret/gambaran;
f) satire (Salisbury dalam Tarigan, 2008:27-28).
Juga berdasarkan bentuknya, Weayer mengkalsifikasikan tulisan sebagai berikut.
1. Eksposisi yang mencakup
a) definisi;
2. Deskripsi yang mencakup
a) deskripsi ekspositori;
b) deskripsi literatur.
3. Narasi yang mencakup
a) urutan waktu;
b) motif;
c) konflik;
d) titik pandang;
e) pusat minat.
4. Argumentasi yang mencakup
a) induksi;
b) deduksi (Tarigan, 2008:28).
Klasifikasi yang hampir bersamaan dengan klasifikasi Weayer adalah yang dibuat
oleh Morris beserta rekan-rekannya sebagai berikut.
1. Eksposisi yang mencakup 6 metode analisis
a) klasifikasi;
b) definisi;
c) eksemplifikasi;
d) sebab dan akibat;
e) komparasi dan kontras;
f) prose.
2. Argumentasi yang mencakup
14
b) persuasi informal.
3. Deskripsi yang meliputi
a) deskripsi ekspositori;
b) deskripsi artistik/literer.
4. Narasi yang meliputi
a) narasi informatif;
b) narasi artistik/literer (Morris dalam Tarigan, 2008: 29).
Berikut klasifikasi menurut ahli yang lain:
1. Tulisan kreatif yang memberi penekanan pada ekspresi diri secara pribadi,
salah satunya menulis sastra, misalnya menulis cerita pendek.
2. Tulisan ekspotori, yang mencakup:
a) penulisan surat;
b) penulisan laporan;
c) timbangan buku, resensi buku;
d) rencana penelitian (Chenfeld dalam Tarigan, 2008: 29).
2.2Cerpen (Cerita Pendek)
Beberapa pengertian cerita pendek adalah sebagai berikut:
2.2.1 Pengertian Cerpen
Cerita pendek adalah cerita yang panjangnya sekitar 5000 kata atau kira-kira 17
halaman kuarto spasi rangkap yang terpusat dan lengkap pada dirinya sendiri
Cerita pendek adalah cerita atau parasi (bukan analisis argumentatif) yang fiktif
tidak benar-benar terjadi tetapi dapat terjadi dimana saja dan kapan saja serta
relatif pendek (Sain dalam Sumarjo, 1997 : 37)
Dari pendapat di atas dapat penulis simpulkan bahwa cerita pendek adalah suatu
karangan yang bersifat fiktif yang menceritakan suatu peristiwa dalam kehidupan
pelakunya relatif singkat dan padat serta dapt dinikmati oleh penikmat sastra
seketia (sekali duduk).
2.2.2 Ciri-Ciri Cerita Pendek
Cerita pendek (cerpen) memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a) ceritanya pendek; b)
bersifat rekaan (ficion); c) bersifat naratif; dan d) memiliki kesan tunggal (Sain dalam Sumarjo, 1997:36).
Pendapat lain mengemukakan cerita pendek mengandung inspirasi pengarang
tentang konsepsinya mengenai kehidupan, baik secara langsung maupun tidak
langsung:
a) Dalam sebuah cerita pendek sebuah insiden yang terutama menguasai jalan
cerita;
b) Cerita pendek harus mempunyai seorang yang menjadi tokoh utama (Tarigan,
1995:177).
Ciri utama cerita pendek adalah singkat, padu dan intensif. Unsur-unsur cerita
pendek adalah adegan, tokoh dan gerak. Bahasa yag digunakan dalam cerita
pendek adalah harus tajam, sugestif dan menarik perhatian (Morris dalam Tarigan,
16
Berdasarkan pengertian ciri cerita pendek penulis menyimpulkan bahwa
ciri-ciri cerita pendek adalah suatu kesatuan cerita yang di dalamnya terdapat tokoh,
adegan serta bahasa yang digunakan menarik perhatian.
2.2.3 Unsur-Unsur Cerita Pendek
Sebagai hasil cipta karya sastra, cerita pendek dibangun atas dua unsur, yang
pertama adalah unsur intrinsik yaitu unsur-unsur yang membangun karya sastra
dari dalam, unsur yang kedua adalah unsur ekstrinsik yaitu unsur-unsur yang
membangun karya sastra dari luar.
Unsur intrinsik cerita pendek meliputi : (1) tema; (2) alur; (3) penokohan; (4)
latar; (5) ketegangan (suspanse); (6) sudut pandang; (7) gaya bahasa (Zulfahnur,
1997:62).
Dari beberapa pendapat di atas mengenai unsur-unsur cerita pendek, penulis ingin
meneliti kemampuan isinya menyajikan unsur-unsur tersebut ke dalam cerita
pendek melalui media lagu yang meliputi unsur tema, alur, penokohan, latar, dan
gaya bahasa.
Mengungkap tentang unsur-unsur intrinsik cerita pendek yang dikemukakan oleh
Zulfahnur, untuk lebih jelasnya akan penulis uraikan sebagai berikut:
1. Tema
Tema adalah pandangan hidup tertentu atau perasaan tertentu mengenai
kehidupan atau rangkaian nilai-nilai tertentu yang terbentuk atau membangun
Berdasarkan teori yang dikemukakan di atas tentang pengertian tema pada
da-sarnya memiliki kesamaan. Pengertian tema yang dikemukakan oleh Zulfahnur
dan pengertian tema yang diungkapkan oleh Brooks dalam Tarigan bahwa
tema yang dimaksud adalah pokok pikiran yang terdapat dalam sebuah cerita.
2. Alur
Yang dimaksud dengan alur atau plot adalah struktur gerak yang terdapat
dalam fiksi atau cerita pendek (Brooks dalam Tarigan, 1991:126).
Plot adalah rangkaian kejadian dan perbuatan, rangkaian hal-hal yang diderita
dan dikerjakan oleh pelaku yang bersangkutan (Hudson dalam Wirya, 1983:79)
Alur fiksi hendaknya diartikan tidak hanya sebagai peristiwa-peristiwa yang
diceritakan dengan panjang lebar dalam suatu rangkaian tertentu, tetapi lebih
merupakan penyusunan yang dilakukan oleh penulisannya tentang
peristiwa-peristiwa tersebut berdasarkan hubungan kausalitasnya (Sayuti,1997:19).
Plot adalah struktur penyusunan kejadian-kejadian dalam cerita tetapi disusun
secara logis (Wirya dalam Hamalik,1983:79).
Pengertian yang diungkapkan oleh beberapa pakar tersebut pada dasarnya
mempunyai kesamaan yaitu alur adalah rangkaian kejadian dan perbuatan,
rangkaian hal-hal yang diderita dan dikerjakan pelaku yang bersangkutan.
3. Perwatakan atau Penokohan
Dalam sebuah cerita fiksi selain didukung oleh adanya alur, perwatakan atau
penokohan juga sangat mendukung, yang melukiskan watak-watak tokoh
18
Perwatakan atau penokohan adalah pelukisan tokoh atau pelaku cerita melalui
sifat-sifat, sikap, dan tingkah lakunya dalam cerita (Zulfahnur, 1999:29).
Tokoh/penokohan adalah elemen struktur fisik yang melahirkan peristiwa
(Sayuti, 1994:47). Penokohan ialah bagaimana cara pengarang mengambarkan
dan mengembangkan watak tokoh-tokoh dalam sebuah cerita rekaan (Esten,
1987:27).
4. Latar
Latar adalah situasi tempat, ruang dan waktu terjadinya cerita (Zulfahnur,
1999:37). Latar adalah latar belakang fisik, unsur, tempat, dan ruang dalam
suatu cerita (Brooks dalam Tarigan,1991:136).
Latar dapat dibedakan atas atas: (a) latar waktu mengacu kepada saat terjadinya
peristiwa secara historis dalam plot; (b) latar sosial; merupakan lukisan status
yang me-nunjukkan hakikat seseorang atau beberapa orang tokoh di dalam
masyarakat yang ada disekelilingnya; (c) latar tempat; menyangkut deskripsi
tempat suatu cerita terjadi (Sayuti, 1997:80).
Pada dasarnya pengertian latar pendapat pakar di atas memiliki inti yang sama
latar yang dimaksud dalam cerita fiksi (cerpen) adalah tempat terjadinya cerita
kapan dan dimana cerita itu terjadi.
5. Suspense (ketegangan)
Suspanse atau ketegangan adalah cara menyusun suatu cerita sehingga para pembaca selalu ingin tahu apa yang akan terjadi selanjutnya (Tarigan,
melahirkan atau menciptakan suspanse dalam cerita ialah foreshadowing ‘padahan’ yakni perkenalan atau pemaparan detil-detil yang mengisyaratkan
arah yang akan dituju oleh suatu cerita (Sayuti, 1997:32).
6. Sudut Pandang
Sudut pandang adalah tempat pencerita dalam hubungannya dengan cerita, dari
sudut mana pencerita menyampaika kisahnya (Zulfahnur dalam Sudjiman,
1999:35). Sudut pandang dapat diartikan tempat pengarang di dalam cerita
dalam ia mengisahkan ceritanya (Zulfahnur, 1999:36).
Sudut pandang dapat dibedakan atas; (a) pengarang pelibat, pengarang ikut
ambil bagian dalam cerita sebagai tokoh utama atau yang lain; (b) pengarang
sebagai pengamat, posisi pengarang sebagai pengamat yang mengisahkan
pengamatannya sebagai tokoh samping; (c) pengarang serba tahu, pengarang
berada di luar cerita tapi serba tahu apa yang di rasa dan dipikirkan oleh tokoh
cerita (Shaw dalam Zulfahnur, 1999:35).
2.2.4 Tahapan Menulis Cerita Pendek
Ada beberapa tahapan atau langkah-langkah dalam menulis sebuah ceria pendek
yaitu
a) Menentukan tema cerita pendek. tema merupakan permasalah dasar yang
menjadi pusat perhatian dan akan diuraikan sehingga menjadi jelas. Tema
20
b) Mengumpulkan data-data, keterangan, informasi, dokumen yang terkait dengan
peristiwa atau pengalaman yang menjadi sumber inspirasi cerita.
c) Menentukan garis besar alur atau plot cerita. Secara bersamaan dengan tahap
ini menciptakan tokoh dan menentukan latar cerita.
d) Menetapkan titik pusat kisahan atau sudut pandang pengarang.
e) Mengembangkan garis besar cerita menjadi cerita utuh.
f) Memeriksa ejaan, diksi, dan unsur-unsur kebahasaan lainnya serta
mem-perbaikinya jika terdapat kesalahan.
2.3Media Pembelajaran Menulis Cerita Pendek
Beberapa pengertian media pembelajaran menurut para ahli
2.3.1 Pengertian Media
Media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat
merangsangnya untuk belajar (Gagne dalam Sadiman, 2005). Media adalah segala
alat fisik yang dapat menyajika pesan serta merangsang siswa untuk belajar
(Brings dalam Sadiman, 2005:6). Media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik
tercetak maupun audioisual serta peralatannya (Sadiman, 2005:7). Media adalah
metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan
komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan
Dari beberapa pengertian di atas penulis mengacu pada pendapat Hamalik.
Pen-dapat ini mempunyai maksud bahwa media lagu yang digunakan merupakan alat
untuk memudahkan penyampaian informasi dalam kegiatan belajar mengajar.
Dengan menggunakan media siswa lebih mudah menangkap tujuan pembelajaran
di sekolah serta lebih mudah menggambarkan objek yang dimaksudkan.
Berkaitan dengan penelitian kemampuan menulis cerita pendek melalui media
la-gu di SMP 17.3 katibung Kabupaten Lampung Selatan, media lala-gu yang akan
pe-nulis gunakan diharapkan dapat menunjang dan memudahkan siswa mepe-nulis
ceri-ta pendek yang sesuai seperti yang diharapkan.
2.3.2 Ciri-Ciri Umum Media
Beberapa karakteristik/ciri media pembelajaran sebagai berikut:
1) Media pembelajaran identik dengan alat peraga langsung dan tidak langsung.
2) Media pembelajaran digunakan dalam proses komunikasi proses
pembe-lajaran.
3) Media pembelajaran merupakan alat yang efektif dalam pembelajaran.
4) Media pembelajaran memiliki muatan normatif bagi kepentingan
pem-belajaran.
5) Media pembelajaran erat kaitannya dengan metode mengajar khususnya.
22
2.3.3 Macam-Macam Media
Bahwa dilihat dari jenisnya, media dibagi menjadi lima (Faturrohman dan Sutikno
dalam Badiah, 2010: 67-68) yaitu :
1) Media Audio, yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja,
seperti radio, casette recorder, dan piringan hitam.
2) Media Visual, yaitu media yang mengandalkan indra penglihatan sperti film
bisu, kartun, OHP, dan slide.
3) Media Audio Visual, yaitu media yang dapat menampilkan unsur dan gambar
bergerak seperti film suara, video casette, dan televisi.
4) Komputer dan LCD, yaitu media yang menggunakan komputer atau LCD
dalam pembelajaran.
5) Multimedia berbasis komputer dan inter-actif video. Multimedia ini secara
sederhana diartikan lebih dari satu media, ia bisa berupa kombinasi antara
teks, grafik, animasi, suara, dan video.
Dari berbagai macam-macam media yang dikemukakan, penulis menggunakan
penggabungan antara media audio-visual dan computer serta LCD untuk
pembelajaran menulis cerita pendek berdasarkan lagu. Namun penggunaan media
audio-visual memiliki keunggulan dan kelemahan. Beberapa kelebihan yang dapat
diperoleh dengan menggunakan audio-visual (lagu) diantaranya adalah.
1) menyajikan obyek belajar secara konkreat atau pesan pembelajaran secara
2) sifatnya yang audiovisual, sehingga memiliki daya tarik tersendiri dan dapat
memacu atau memotivasi pebelajaran untuk belajar;
3) sangat baik untuk pencapaian tujuan belajar psikomotorik;
4) dapat mengurangi kejenuhan belajar, terutama jika dikobinasikan dengan
tek-nik mengajar secara ceramah dan diskusi persoalan yang ditayangkan;
5) menambah daya tahan ingatan atau retensi tentang objek belajar yang
dipelajari pembelajar;
6) portable dan mudah didistribusikan
Kelemahan penggunaan audiovisual adalah
1) pengadaannya memerlukan biaya mahal;
2) tergantung pada energy listrik, sehingga tidak dapat dihidupkan disembarang
tempat;
3) sifat komunikasi searah, sehingga tidak dapat member peluang untuk
ter-jadinya umpan balik;
4) mudah tergoda untuk menayangkan kaset VCD yang bersifat hiburan
sehingga suasana belajar akan terganggu (Sanaky, 2011:103).
2.3.4 Media Lagu dalam Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran diperlukan media atau alat untuk mendukung proses
pembelajaran guna menarik perhatian siswa. Salah satu media yang diduga dapat
menarik perhatian siswa adalah media audio-visual yaitu lagu. Lagu termasuk ke
24
Lirik adalah karya sastra (puisi) yang berisi curahan perasaan pribadi, susunan
kata sebuah nyanyian. Bahwa lirik lagu merupakan karya sastra yang diciptakan
dengan bahasa sebagai medianya, yang merupakan perpaduan harmonis antara isi
yang menarik dan bahasa yang indah (Deltriana, 2005:3). Lirik lagu merupakan
suatu karya seni (budaya) yang mengekspresikan jiwa si pencipta dan
ling-kungannya.
Lagu juga merupakan syair-syair yang dinyanyikan dengan irama yang menarik
agar menjadi enak didengar. Lagu dapat menjadi curahan hati orang yang
mem-buat lagu, sehingga lagu yang dinyanyikan dapat bernuansa sedih, senang,
mau-pun jenaka.
Lagu sebagai media pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan menulis cerita
pendek dan meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan
pembe-lajaran (Trimantara, 2005:1). Karena lagu dapat digunakan untuk menciptakan
suasana yang nyaman dan memberikan sugesti yang merangsang berkembangnya
imajinasi siswa.
Media lagu digunakan sebagai pencipta suasana sugesti, stimulus, dan sekaligus
menjadi jembatan bagi siswa untuk membayangkan atau menciptakan gambaran
dan kejadian berdasarkan tema lagu. Dengan demikian siswa dapat menciptakan
sebuah cerpen berdasarkan syair lagu yang ditetapkan guru dan dapat memperoleh
III. METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Dalam penelitian ini rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian tin-
dakan kelas (PTK). Ruang lingkup penelitian ini adalah pembelajaran yang
dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara (1) merencanakan, (2) melak-
sanakan, (3) mengamati, dan (3) merefleksi tindakan secara kolaboratif dan par-
tisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil
belajar siswa meningkat (Kusumah, 2011: 9).
Penelitian tindakan Model Kurt Lewin menjadi acuan pokok atau dasar dari ada-
nya berbagai model penelitian tindakan yang lain, khususnya PTK. Dikatakan de-
mikian karena dialah yang pertama kali memperkenalkan Action Research atau
penelitian tindakan. Konsep pokok penelitian tindakan Model Kurt Lewin terdiri
dari empat komponen. Hubungan keempat kompenen tersebut dipandang sebagai
siklus yang dapat digambarkan sebagai berikut:
Bagan 3.1
Hubungan Perencanaan, Tindakan, Pengamatan, dan Refleksi. Model Kurt Lewin. Tindakan
(acting)
Pengamatan (observating) Perencanaan
(planning)
26
Penelitian tindakan kelas ini bercirikan adanya perubahan yang berlangsung seca-
ra terus menerus. Apabila pembelajaran menulis naskah drama dengan menggu-
nakan teknik pelatihan terbimbing belum meningkat pada siklus pertama, penulis
akan merencanakan tindakan siklus kedua, dan seterusnya sampai tercapai hasil
yang diharapkan. Dengan demikian, jumlah siklus tidak terikat dan tidak ditentu-
kan sampai siklus tertentu.
Pelaksanaan tindakan siklus disesuaikan dengan kebutuhan dalam upaya pening-
katan hasil pembelajaran. Jika terdapat peningkatan dalam pembelajaran yang se-
suai dengan indikator, maka siklus tersebut dapat dihentikan, meskipun masih
da-lam siklus kedua. Siklus juga dihentikan apabila dirasa tidak ada perubahan hasil
belajar dalam setiap tahapan yang telah dilalui karena akan menimbulkan kejenu-
han pada siswa.
3.2 Pelaksanaan Penelitian
Dalam melakukan penelitian meliputi beberapa aspek yaitu:
3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMP 17.3 Katibung Kabupaten Lampung Selatan Tiga
Kabupaten. SMP 17.3 Katibung memiliki 6 rombongan belajar yang terdiri atas 2
ruang kelas VII, 2 ruang kelas VIII, dan 2 ruang kelas IX.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012 terhitung
sesuai dengan jadwal pelajaran, dan penelitian akan berlangsung sampai indikator
yang telah ditentukan tercapai.
3.3 Subjek Penelitian
Subjek penelitian pada kelas IX Sekolah Menengah Pertama 17.3 Katibung
Kabupaten Lampung SelatanTahun Pelajaran 2011/2012 dengan jumlah siswa 30
siswa, yang terdiri atas 12 siswa laki-laki dan18 siswa perempuan.
3.4 Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data hasil kemampuan menulis cerita pendek dengan
memperhatikan kaidah penulisan menulis cerita pendek pada siswa kelas IX
Sekolah Menengah Pertama 17.3 Katibung Kabupaten Lampung Selatan Tahun
Pelajaran 2011/2012.
3.5 Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik dan alat pengumpul data yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut.
3.5.1 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan selama kegiatan penelitian ini berlangsung dengan
tes. Tes ini digunakan untuk mengumpulkan data nilai-nilai siswa. Hal ini dila-
kukan untuk mengetahui kemampuan menulis cerita pendek dengan
menggunakan media lagu pada siswa kelas IX SMP 17.3 Katibung Lampung
28
3.5.2 Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah tes tertulis.
3.6 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah menggunakan daur ulang
atau siklus. Setiap siklus terdiri atas empat kegiatan inti, yaitu: perencanaan, tin-
dakan observasi, dan refleksi. Kegiatan pertama penelitian didahulukan dengan
menemukan masalah dan berupaya mencari solusi berupa perencanaan perbaikan
(perenungan). Dilanjutkan dengan tindakan yang telah direncanakan sehingga
menghasilkan perbaikan untuk tindakan selanjutnya pada siklus-siklus berikutnya.
3.6.1 Urutan Tindakan Pembelajaran
Siklus I
Penyampaian materi pembelajaran pada siklus I adalah sebagai berikut.
1. Guru menyampaikan apersepsi dan menginformasikan tujuan yang hendak
dicapai melalui kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
2. Guru menjelaskan pengertian cerita pendek.
3. Guru dan siswa mengadakan tanya jawab tentang yang telah dijelaskan.
4. Siswa menyusun kerangka berdasarkan sair lagu yang disukai dan
meng-embangkannya menjadi sebuah cerita pendek
5. Siswa mengumpulkan hasil kerja masing-masing.
6. Guru dan siswa membuat kesimpulan.
Berdasarkan kajian dan hasil tes tertulis pada siklus I, guru merumuskan
ke-unggulan dan kelemahan yang ada pada siklus 1 yang akan dijadikan bahan
pertimbangan dalam pelaksanaan strategi pembelajaran pada siklus II. Pada siklus
I, penulis belum menggunakan media lagu dengan maksimal.
Siklus II
Penyampaian materi pembelajaran pada siklus II adalah sebagai berikut.
1. Guru menyampaikan apersepsi dan menginformasikan tujuan yang hendak
dicapai melalui kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
2. Guru membagikan lembar kerja kepada masing-masing siswa untuk menyele-
saikan tugasnya.
3. Guru memutarkan lagu yang berjudul Cerita Kepada Teman yang dipopulerkan
oleh Ebit G Ade melalui alat yang telah disediakan yaitu leptop dan LCD
4. Setiap siswa mengerjakan apa yang diminta guru, yaitu menulis cerita pendek
dengan berdasarkan syair lagu yang telah diputrarkan serta memperhatikan
kaidah penulisan cerita pendek.
5. Guru memberikan bimbingan kepada siswa, dengan mendatangi siswanya
satu persatu, menanyakan kesulitan yang siswa hadapi dalam menulis cerita
pendek.
6. Siswa mengumpulkan hasil kerja masing-masing.
7. Guru dan siswa membuat kesimpulan.
30
3.7 Teknik Analisa Data
Hal-hal yang dinilai dalam penelitian ini ada dua aspek, yaitu aktivitas siswa dan
efektivitas penggunaan media dan aktivitas guru. Aspek aktivitas siswa, meliputi
menentukan kelengkapan aspek formal cerpen (judul, pengarang dialog dan
narasi), kelengkapan unsur intrinsik cerpen, dan kesesuaian penggunaan bahasa
cerpen. Aspek aktivitas guru meliputi penyajian materi dan penggunaan media
[image:52.595.110.517.346.734.2]lagu.
Tabel 3.1 Indikator dan Deskriptor Kemampuan Menulis Cerita Pendek Siswa Kelas IX SMP 17.3 Katibung Lampung Selatan
Tahun Pelajaran 2011/2012
No Indikator Deskriptor Skor Sklor
Maks
1 2 3 4 5
1 Tema Dalam menulis tema terdapat unsur –
unsur pandangan hidup tertentu, perasaan tertentu, mengenai kehidupan, rangkaian nilai-nilai tertentu yang terbentuk dan membangun gagasan utama, sesuai dengan isi lagu yang telah diputarkan.
5
5 Tema hanya menunjukkan perasaan
tertentu, mengenai kehidupan, rangkaian nilai-nilai tertentu, yang terbentuk atau membangun gagasan utama, dan sesuai dengan lagu yang telah diputarkan.
4
Tema hanya menunjukkan mengenai kehidupan, rangkaian nilai-nilai tertentu, yang terbentuk atau membangun gagasan utama, dan sesuai dengan isi lagu yang telah diputarkan.
3
Tema hanya menunjukkan rangkaian nilai-nilai tertentu, yang membangun gagasan utama, dan sesuai dengan isi
No Indikator Deskriptor Skor Sklor Maks
1 2 3 4 5
Tema menunjukkan pandangan hidup tertentu, perasaan tertentu mengenai kehidupan, rangkaian nilai-nilai tertentu, yang terbentuk atau membangun gagasan utama, dan sesuai dengan lagu yang telah diputarkan, namun tidak tepat.
1
2 Alur Penulisan alur terdapat rangkaian
kejadian, perbuatan, rangkaian hal-hal yang diderita oleh pelaku yang
bersangkutan, yang ada di dalam lagu yang telah diputarkan.
5
5 Alur hannya menunjukkan perbuatan,
rangkaian hal-hal yang diderita oleh pelaku yang bersangkutan, yang ada di dalam isi lagu.
4
Alur hannya menunjukkan rangkaian hal-hal yang diderita oleh pelaku yang bersangkutan, yang ada di dalam isi lagu yang telah diputarkan.
3
Alur menunjukkan kesesuaian dengan
isi lagu yang telah diputarkan. 2
Alur menunjukkan rangkaian kejadian, perbuatan, rangkaian hal-hal yang diderita oleh pelaku yang bersangkutan, yang ada di dalam lagu yang telah diputarkan, namun tidak tepat.
1
3 Penokohan Penokohan menunjukkan beberapa sifat
yakni pelukisan tokoh atau pelaku cerita melalui sifat-sifat, sikap dan tingkah laku sesuai dengan cerita yang terdapat di dalam isi lagu yang diputarkan.
5
5 Penokohan hanya menunjukkan sikap
dan tingkah laku sesuai dengan cerita yang terdapat di dalam isi lagu yang diputarkan.
32
No Indikator Deskriptor Skor Sklor
Maks
1 2 3 4 5
Penokohan menunjukkan sikap dan tingkah laku dalam cerita, namun tidak
sesuai isi lagu yang diputarkan. 3
5 Penokohan tidak sesuai dengan isi lagu
yang diputarkan. 2
Penokohan menunjukkan pelukisan tokoh atau pelaku cerita melalui sifat-sifat, sikap dan tingkah laku dalam cerita yang terdapat di dalam lagu yang diputarkan, namun tidak tepat.
1
4 Latar Dalam penulisan latar terdapat latar
belakang fisik, unsur, tempat, dalam suatu cerita yang terdapat di dalam isi lagu yang diputarkan.
5
5 Dalam penulisan latar hannya terdapat
unsur, tempat, dalam suatu cerita yang terdapat di dalam isi lagu yang
diputarkan.
4
Latar hannya menunjukkan latar tempat, dalam suatu cerita yang terdapat di dalam
isi lagu yang diputarkan. 3
Latar menunjukkan tempat, dalam suatu cerita namun tidak ada di dalam isi lagu
yang diputarkan. 2
Latar menunjukkan latar belakang fisik, unsur, tempat, dalam suatu cerita yang terdapat di dalam isi lagu yang diputarka. Namun tidak tepat.
1
5 Suspanse
(ketegangan) Menata ketegangan dengan jelas dan memperhatikan hubungan sebab akibat dalam cerpen sehingga dapat
menimbulkan emosi jiwa pada diri pendengar/ pembaca sesuai dengan sair lagu yang diputarkan.
5
5 Menata ketegangan dengan jelas dan
memperhatikan hubungan sebab akibat dalam cerpen, tetapi kurang dapat
menimbulkan emosi jiwa diri pendengar/ pembaca, kurang sesuai dengan lagu yang diputarkan.
No Indikator Deskriptor Skor Sklor Maks
1 2 3 4 5
Menata ketegangan dengan jelas dan memperhatikan hubungan sebab akibat dalam cerpen, tetapi kurang dapat
menimbulkan emosi jiwa diri pendengar/ pembaca, kurang sesuai dengan lagu yang diputarkan.
3
Tidak menata konflik sehingga tidak terdapat hubungan sebab akibat dalam cerpen dan tidak ada gejolak yang timbul pada jiwa pendengar/pembaca dan tidak ada hubungan dengan lagu yang
diputarkan.
2
6 Sudut
Pandang Penulisan sudut pandang terdapat beberapa unsur yaitu tempat penceritaan dalam hubungannya dengan cerita, dari sudut mana pencerita menyampaikan kisahnya yang dibedakan menjadi pengara pelibat, pengarang sebagai pengamat, pengarang serba tahu dan sesuai dengan isi lagu yang diputarkan.
5
5 Sudut pandang hannya menunjukkan
pengarang sebagai pengamat, pengarang serba tahu dan sesuai dengan isi lagu yang diputarkan.
4
Sudut pandang hannya menunjukkan, pengarang serba tahu dan sesuai dengan
isi lagu yang diputarkan. 3
Sudut pandang menunjukkan pengarang serba tahu namun tidak sesuai dengan isi
lagu yang diputarkan. 2
Sudut pandang menunjukkan pengara pelibat, pengarang sebagai pengamat, pengarang serba tahu dan sesuai dengan isi lagu yang diputarkan. Namun tidak tepat.
1
Jumlah 30
34
Penjelasan Indikator Kemampuan Menulis Cerita Pendek
1) Tema
Tema merupakan hal yang terpenting dalam penulisan cerita pendek karena tema
merupakan pokok pikiran yang terdapat dalam sebuah cerita. Dengan demikian
apabila siswa menulis cerpen dengan ketentuansesuai dengan pengertian tema
yaitu tema menunjukkan pandangan hidup tertentu atau perasaan tertentu
mengenai kehidupa, rangkaian nilai-nilai tertentu yang terbentuk atau membangun
gagasan utama, sesuai dengan isi lagu yang telah diputarkan. siswa memperoleh
sekor 5. Tema menunjukkan perasaan tertentu mengenai kehidupan, rangkaian
nilai-nilai tertentu, yang terbentuk atau membangun gagasan utama, dan sesuai
dengan lagu yang telah diputarkan, siswa memperoleh sekor 4. Tema
menunjukkan mengenai kehidupan, rangkaian nilai-nilai tertentu, yang terbentuk
atau membangun gagasan utama, dan sesuai dengan isi lagu yang telah
diputarkan. siswa memperoleh sekor 3. Tema menunjukkan rangkaian nilai-nilai
tertentu, yang membangun gagasan utama, dan sesuai dengan isi lagu yang telah
diputarkan, siswa memperoleh sekor 2. Tema menunjukkan pandangan hidup
tertentu, perasaan tertentu mengenai kehidupan, rangkaian nilai-nilai tertentu,
yang terbentuk atau membangun gagasan utama, dan sesuai dengan lagu yang
telah diputarkan, namun tidak tepat. siswa memperoleh sekor 1.
2) Alur
Pada penulisan cerpen alur merupakan penyusunan yang dilakukan oleh
kausalitasnya. Maka apabila siswa dapat menyusun alur sesuai dengan yang ada
dalam alur yaitu alur merupakan rangkaian kejadian, perbuatan, rangkaian hal-hal
yang diderita oleh pelaku yang bersangkutan, yang ada di dalam lagu yang telah
diputarkan, siswa memperoleh sekor 5; 2) alur tidak menunjukkan perbuatan,
rangkaian hal-hal yang diderita oleh pelaku yang bersangkutan, yang ada di dalam
isi lagu, siswa memperoleh sekor 4; 3) alur menunjukkan rangkaian hal-hal yang
diderita oleh pelaku yang bersangkutan, yang ada di dalam isi lagu yang telah
diputarkan, siswa memperoleh sekor 3; 4) alur menunjukkan kesesuaian dengan
isi lagu yang telah diputarkan siswa memperoleh sekor 2; 5) alur menunjukkan
rangkaian kejadian, perbuatan, rangkaian hal-hal yang diderita oleh pelaku yang
bersangkutan, yang ada di dalam lagu yang telah diputarkan, namun tidak tepat.
siswa memperoleh sekor 1.
3) Penokohan
Penokohan merupakan hal yang harus ada dalam sebuah cerita karena, Dalam
sebuah cerita fiksi selain didukung oleh adanya alur, perwatakan dan penokohan
juga sangat mendukung, yang melukiskan watak-watak tokoh dalam cerita
tersebut.
Jadi apabila siswa dalam mengidentifikasi tokoh dengan jelas sesuai dengan
pengertian penokohan yaitu penokohan adalah pelukisan tokoh atau pelaku cerita
melalui sifat-sifat, sikap dan tingkah laku dalam cerita yang terdapat di dalam isi
lagu yang diputarkan, mendapatkan skor 5. Penokohan menunjukkan, pelaku
cerita melalui sifat-sifat, melalui sikap dan tingkah laku dalam cerita yang
terdapat di dalam isi lagu yang diputarkan, mendapatkan skor 4. Penokohan
36
diputarkan.mendapat skor 3. Penokohan tidak sesuaii dengan isi lagu yang
diputarkan, siswa mendapatkan skor 2. Penokohan menunjukkan pelukisan tokoh
atau pelaku cerita melalui sifat-sifat, sikap dan tingkah laku dalam cerita yang
terdapat di dalam lagu yang diputarkan, namun tidak tepat, siswa mendapatkan
skor 1.
4) Latar
Latar adalah situasi tempat, ruang dan waktu terjadinya cerita. Dalam penulisan
sebuah cerpen siswa harus mengetahui tempat, ruang dan waktu cerita yang ditulis
berdasarkan syair lagu yang telah diputarkan. Latar merupakan tempat atau waktu
terjadinya suatu peristiwa dalam sebuah karya sastra. Pada latar biasanya terdapat
lukisan latar belakang alam atau lingkungan dimana tokoh tersebut barada, dan
juga terdapat latar yang menggambarkan tingkah laku, adat dan pandangan hidup.
Jadi dalam menata latar, siswa harus mampu menyerasikan antara tokoh, alur,
dialog dan juga tema yang terdapat pada naskah drama yang telah mereka tulis.
Jadi apabila siswa dapat menata latar sesuai dengan pengertian latar yaitu latar
adalah latar belakang fisik, unsur, tempat, dalam suatu cerita yang terdapat di
dalam isi lagu yang diputarkan mendapatkan skor 5. Apabila latar menunjukkan
latar unsur, tempat, dalam suatu cerita yang terdapat di dalam isi lagu yang
diputarkan mendapatkan skor 4. Apabila latar menunjukkan latar tempat, dalam
suatu cerita yang terdapat di dalam isi lagu yang diputarkan. mendapatkan skor 3.
Apabila latar menunjukkan tempat, dalam suatu cerita namun tidak ada di dalam
latar menunjukkan latar belakang fisik, unsur, tempat, dalam suatu cerita yang
terdapat di dalam isi lagu yang diputarka. Namun tidak tepat, mendapatkan skor 1.
5) Suspense (ketegangan)
Suspanse atau ketegangan adalah cara menyusun suatu cerita sehingga para
pembaca selalu ingin tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Untuk menulis
sebuah cerpen siswa diarahkan agar dapat menyusun sebuah cerpen sesuai dengan
pengertian suspense. Indikator suspense meliputi 1) menata ketegangan dengan