ABSTRAK
PENGARUH CIRCUIT TRAINING ADANBTERHADAPKETERAMPILANGERAK DASAR GULING LENTING
PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BANDAR SRIBHAWONO
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Oleh
MUHAMAD RUDIYANTO
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh circuit training A dan B terhadap keterampilan gerak dasar guling lenting pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Bandar Sribhawono dan untuk mengetahui jenispos circuit trainingyang memberikan pengaruh lebih baik dalam upaya meningkatkan keterampilan gerak dasar guling lenting pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Bandar Sribhawono.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Sampel yang digunakan adalah siswa kelas X di SMA N 1 Bandar Sribhawono yang berjumlah 32 siswa. Pengumpulan data menggunakan teknik tes yaitu tes gerak dasar guling lenting.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan Jasmani adalah fase dari program pendidikan keseluruhan yang memberikan
kontribusi, terutama melalui pengalaman gerak, untuk pertumbuhan dan perkembangan
secara utuh untuk tiap anak. Pendidikan Jasmani didefinisikan sebagai pendidikan dan
melalui gerak dan harus dilaksanakan dengan cara-cara yang tepat agar memiliki makna bagi
anak. Pendidikan Jasmani merupakan program pembelajaran yang memberikan perhatian
yang proporsional dan memadai pada domain-domain pembelajaran, yaitu psikomotor,
kognitif, dan afektif.
Salah satu materi Pendidikan Jasmani adalah senam. Senam merupakan terjemahan dari kata
Gymnastiek (bahasaBelanda) dan Gymnastic (bahasa Inggris), atau bahasa Yunani, yaitu Gymnos yang berarti telanjang atau setengah telanjang. Pada zaman Yunani kuno Gymnastic dilakukan dengan tidak memakai pakaian atau dengan badan telanjang. Hal ini dimaksudkan
agar dapat melakukan gerakan-gerakan yang bebas dan sempurna. Senam dapat didefinisikan
sebagai latihan jasmani yang diciptakan dengan sengaja, disusun secara sistematis dan
dilakukan secara sadar dengan tujuan untuk membentuk dan mengembangkan pribadi secara
sadar dengan tujuan untuk membentuk dan mengembangkan pribadi secara harmonis.
Olahraga senam merupakan olahraga dasar yang mengacu pada gerak yang dikerjakan
dengan kombinasi terpadu dan menjelma dari setiap bagian anggota tubuh dari kemampuan
komponen motorik, seperti kekuatan, kecepatan, keseimbangan, kelenturan, dan ketepatan.
tidak menggunakan peralatan khusus.Salah satunya gerakan senam lantai yaitu guling lenting
(neckspring).
Guling lenting adalah bentuk gerakan tubuh melenting kedepan atas yang di mulai dari dahi
dilanjutkan melenting ke atas, kepala, bahu, pinggang, pinggul, dan kedua tungkai serta
kedua lengan ikut melenting ke atas pula, sampai pada kedua kaki mendarat secara
bersama-sama. Dalam melakukan guling lenting dibutuhkan kekuatan otot perut yang dapat
melemparkan kedua kaki sekaligus sehingga seluruh badan terangkat atau terungkit keatas.
Gerakan guling lenting merupakan aktivitas yang melatih kekuatan otot perut, tangan dan
kaki serta melatih koordinasi gerakan kaki dan lentingan badan.Cara melakukan gerakan
guling lenting sebagai berikut :
1) Berdiri tegak dengan kedua lengan lurus di samping badan, pandangan ke depan.
2) Langkah kaki kiri ke depan satu langkah, kemudian lutut tungkai kiri ditekuk, dan
tungkai kanan lurus di belakang.
3) Angkat kedua tangan ke depan, bungkukan badan, letakan kedua telapak tangan pada
matras.
4) Tekuk kedua siku ke samping, masukkan kepala diantara dua tangan, posisi kedua
telapak tangan dan letak dahi segaris lurus.
5) Lemparkan kaki kanan keatas depan, di susul oleh lentingan tungkai kaki kiri, pinggul
dan tubuh mengikuti lentingan ke atas, kedua lengan lurus ke atas depan.
6) Kedua kaki rapat dan mendarat di matras secara bersama-sama.
Dalam prakteknnya siswa kurang tertarik dan kurang minatnya mengikuti mata pelajaran
senam lantai khususnya materi guling lenting.Selain itu kurangnya peralatan senam sering
dibuat menjadi alasan seorang guru tidak mengajarkan pelajaran senam disekolah. Pola
pelajaran yang kurang variatif dan cenderung membosankan membuat siswa menjadi malas
dalam mempelajari pelajaran senam khususnya pada gerak dasar guling lenting. Kesulitan
siswa dalam melakukan pelajaran senam khususnya gerak dasar guling lenting menyebabkan
kendala pada mata pelajaran senam, selanjutnya pelajaran berjalan tidak efektif. Untuk itu
perlu mengadakan perbaikan dalam metode atau model pembelajaran dengan menggunakan
circuit training agar tercapai keberhasilan pembelajaran.
Circuit training adalah suatu jenis program latihan yang berinterval di mana latihan kekuatan digabungkan dengan latihan aerobic, yang juga menggabungkan manfaat dari kelenturan dan
kekuatan fisik. “Circuit” di sini berarti beberapa kelompok olahraga atau pos yang berada di
area dan harus diselesaikan dengan cepat. Tiap peserta harus menyelesaikan satu pos dahulu
sebelum ke pos lainnya. Dari bentuk latihan tersebut, circuit training bertujuan untuk meningkatkan keterampilan gerak dasar guling lenting.
Oleh karena itu untuk mengatasi masalah-masalah tersebut para siswa harus berlatih secara
baik dan teratur dengan bentuk latihan yang tepat. Gerak dasar guling lenting dengan model
latihan circuit training tersebut merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan gerak dasar guling lenting. Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas,
maka penelitian ini mengambil judul ” Pengaruh Circuit TrainingA Dan B Terhadap Keterampilan Gerak Dasar Guling Lenting SMA Negeri 1 Bandar Sribhawono Tahun
Dengan harapan melalui penelitian ini akan tercapai pembelajaran senam khususnya pada
senam artistik gerakan guling lenting yang efektif sekaligus menyenangkan.Dan tujuan
utama dalam mengajarkan pembelajaran gerak tersebut adalah pengembangan pembelajaran
untuk berpartisipasi dalam kegiatan olahraga, serta membantu dirinya bertindak efektif dan
efisien dalam pelaksanaan tugas sehari-harinya.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah penulis kemukakan, maka permasalahan yang
timbul dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Masih kurangnya kemampuan gerak dasar guling lenting (neckspring) pada siswa SMAN
1 Bandar Sribhawono.
2. Kurang minatnyasiswa mengikuti dan mempelajari mata pelajaran Pendidikan Jasmani
khususnya materi senam lantai guling lenting (neckspring).
3. Pembelajarangerak dasar guling lenting (neckspring) belum berjalan efektif di SMAN 1
Bandar Sribhawono.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, untuk memudahkan penelitian
perlu pembatasan yang berdasarkan tujuan dari penelitian ini, adapun pembatasan masalah
tersebut adalah
1. Populasi adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Bandar Sribhawono tahun pelajaran
2. Treatment yang akan diberikan terdiri dari dua jenis circuit trainingyang berbeda; 1) circuit trainingdengan 6 pos latihan sirkuit A dan 2) circuit trainingdengan 6 pos latihan sirkuit B.
3. Variabel yang akan ditingkatkan adalah keterampilan gerak dasar guling lenting
(neckspring).
D. Rumusan Masalah
Sesuai latar belakang, identifikasi masalah,dan pembatasan masalah di atas, maka masalah
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh circuit trainingdengan 6 pos latihan sirkuit Aterhadap keterampilan
gerak dasar guling lenting (neckspring) pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Bandar
Sribhawono?
2. Apakah ada pengaruh circuit trainingdengan 6 pos latihan sirkuit B terhadap keterampilan gerak dasar guling lenting (neckspring) pada siswa kelas X SMA Negeri 1
Bandar Sribhawono?
3. Manakah yang lebih memiliki pengaruh atau efektif untuk meningkatkan keterampilan
gerak dasar guling lenting (neckspring) pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Bandar
Sribhawono?
E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh circuit trainingdengan 6 pos latihan sirkuit A terhadap keterampilan gerak dasar guling lenting (neckspring) pada siswa kelas X SMA Negeri 1
Bandar Sribhawono.
2. Untuk mengetahui pengaruh circuit trainingdengan 6 pos latihan sirkuit B terhadap keterampilan gerak dasar guling lenting (neckspring) pada siswa kelas X SMA Negeri 1
Bandar Sribhawono.
3. Untuk mengetahui jenispos circuit trainingyang memberikan pengaruh lebih baik dalam
upaya meningkatkan keterampilan gerak dasar guling lenting (neckspring) pada siswa
kelas X SMA Negeri 1 Bandar Sribhawono.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi bagi pihak-pihak dibawah ini, antara
lain:
1. Bagi Peneliti
Sebagai sarana pembelajaran bagi peneliti dalam mempraktikkan ilmu yang telah dipelajari
selama perkuliahan serta dapat mengetahui bagaimana meningkatkan keterampilan gerak
dasar guling lenting (neckspring) dengan latihan circuit training dan juga memberikan pengalaman berharga untuk pembelajaran Pendidikan Jasmani di masa yang akan datang.
Dengan adanya penelitian ini diharapkan siswa dapat termotivasi untuk belajar Pendidikan
Jasmani dan meningkatkan keterampilan senam khususnya gerak dasar guling lenting
(neckspring).
3. Bagi Guru
Dapat memberikan masukan dan sumbangan pemikiran yang dapat memotivasi untuk
dapat belajar Pendidikan Jasmani.
4. Bagi Pelatih
Sebagai bahan evaluasi serta rujukan dalam meningkatkan kegiatan pembinaan prestasi di
I. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendidikan Jasmani
Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani dan keterampilan berfikir psikis. Dalam pelaksanaannya, aktifitas jasmani dipakai sebagai wahana atau pengalaman belajar, dan
melalui pengalaman itulah peserta didik tumbuh dan berkembang untuk mencapai tujuan pendidikan. Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani, permainan atau olahraga yang terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan.
Menurut (Abdul Gafur, 1983:8-9) yang dikembangkan oleh penulis(Cholik Mutohir, 1992) dalam (www.google.com/pengertianpendidikan jasmani/mr. abe007 blog.htm)
Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan dan kesegaran jasmani, kemampuan dan keterampilan, kecerdasan dan perkembangan watak serta kepribadian yang harmonis dalam rangka pembentukan manusia Indonesia berkualitas berdasarkan Pancasila.
Berdasarkan kurikulum (2004 :1)Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berfikir kritis, stabilitas emosional, keterampilan
(sikap-mental-emosional-spiritual-sosial), dan pembiasaan pola hidup sehat yang merangsang pertumbuhan serta perkembangan yang seimbang.
Adapun tujuan Pendidikan Jasmani adalah sebagai berikut :
1. Meletakkan landasan karakter yang kuat melalui internalisasi nilai dalam Pendidikan Jasmani.
2. Membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai, sikap sosial dan toleransi dalam konteks kemajemukan budaya, etnis dan agama.
3. Menumbuhkan kemampuan berfikir kritis melalui tugas-tugas pembelajaran Pendidikan Jasmani.
4. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerjasama, percaya diri, dan demokratis melalui aktivitas jasmani.
5. Mengembangkan keterampilan gerak dan keterampilan teknik serta strategi berbagai
permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, senam, aktivitas ritmik, akuatik (aktivitas air) dan pendidikan luar kelas (Outdoor education).
6. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan
pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani.
7. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri dan orang lain. 8. Mengetahui dan memahami konsep aktivitas jasmani sebagai informasi untuk mencapai
kesehatan, kebugaran dan pola hidup sehat.
Sukintaka (1978) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan Pendidikan Jasmani adalah suatu proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungan melalui aktifitas jasmani yang dikelola secara sistematis untuk membentuk manusia seutuhnya. Manusia Indonesia
seutuhnya dapat diartikan sebagai manusia yang mempunyai kepribadian yang baik, kepribadian ini terdiri dari empat aspek yaitu religius, sosial, psikis dan fisik. Aspek religius berhubungan dengan manusia dengan Tuhan, yang berarti manusia yang beriman. Aspek
sosial mempunyai arti bahwa manusia itu selalu ada ketergantungan dengan manusia lain. Aspek psikis yang berkenaan dengan daya fikir, penalaran dan emosi, sedangkan aspek fisik berkenaan dengan kondisi tubuh dan kemampuan motorik. Apabila keempat aspek kepribadian berkembang dengan baik, maka dapat dikatakan sebagai manusia yang utuh.
B. Senam
Senam yang dikenal dalam bahasa Indonesia sebagai salah satu cabang olahraga merupakan
terjemahan langsung dari bahasa Inggris Gymnastics, atau Belanda Gymnastiek. Gymnastics sendiri adalah bahasa aslinya merupakan serapan kata dari bahasa Yunani,Gymnos, yang berarti telanjang. Orang Yunani kuno melakukan latihan senam diruangan khusus yang disebut ”Gymnasium” atau Gymnasion”. Tujuannya ialah untuk mendapatkan kekuatan dan keindahan jasmani. Cara berpakaiannya minim atau telanjang maksudnya agar dapat leluasa bergerak. Menurut Hidayat (1988) yang dikembangkan oleh Ade Jubaedi (2008 : 9) dalam
Imam Hidayat (1995) yang dikembangkan oleh Ade Jubaedi (2008 : 10) dalam buku senam 1 mendefinisikan senam sebagai: ”suatu latihan tubuh yang dipilih dan dikonstruk dengan sengaja, dilakukan secara sadar dan terencana, disusun secara sistematis dengan tujuan
meningkatkan kesegaran jasmani, mengembangkan keterampilan,dan menanamkan nilai-nilai mental spiritual”.Sedangkan Peter H. Werner (1994) yang dikembangkan oleh Ade Jubaedi (2008 : 10) dalam buku senam 1 mengatakan: ”Gymnastics my be globally defined as any physical exercises on the floor or apparatus that is designed to promote endurance, sternght, flexibility, agility, coordination,and body control”. Dalam terjemahannya: ”senam dapat diartikan sebagai bentuk latihan tubuh pada lantai pada alat yang dirancang untuk meningkatkan daya tahan, kekuatan, kelentukan, kelincahan, koordinasi dan kontrol tubuh.
Maka senam merupakan aktivitas fisik yang dilakukan baik sebagai cabang olahraga tersendiri maupun sebagai latihan untuk cabang olahraga lainnya yang memerlukan
keleluasaan gerak sehingga perlu dilakukan dengan telanjang atau setengah telanjang.. Berlainan dengan cabang olahraga lain umumnya yang mengukur hasil aktivitasnya pada obyek tertentu, dan bertujuan meningkatkan kesegaran jasmani,
mengembangkanketerampilan,dan menanamkan nilai-nilai mental spiritual. Senam mengacu pada bentuk gerak yang dikerjakan dengan kombinasi terpadu dan menjelma dari setiap bagian anggota tubuh dari komponen-komponen kemampuan motorik seperti: kekuatan, kecepatan, keseimbangan, kelentukan, kelincahan, daya tahan, dan ketepatan.
2. Menambah pengetahuan dan pengertian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perkembangan dan kondisi badan.
3. Menambah kemampuan untuk menilai bagaimana gerakan itu seharusnya.
4. Menambah kelentukan, kekuatan, daya tahan,ketrampilan, dan efisiensi gerak. 5. Menambah kemampuan mempelajari motor-skill.
6. Menambah kemampuan untuk relax.
C. Guling Lenting (Neckspring)
Guling lenting (neckspring) adalah bentuk gerakan tubuh melenting kedepan atas yang dimulai dari dahi dilanjutkan melenting ke atas, kepala, bahu, pinggang, pinggul, dan kedua
tungkai serta kedua lengan ikut melenting ke atas, sampai pada kedua kaki mendarat secara bersama-sama. Dalam melakukan guling lenting, membutuhkan kekuatan otot perut yang dapat melemparkan kedua kaki sekaligus sehingga seluruh badan terangkat atau terungkit
keatas.Gerakan guling lenting ini merupakan aktivitas yang melatih kekuatan otot perut, tangan dan kaki serta melatih koordinasi gerakan kaki dan lentingan badan.
Cara melakukan gerakan guling lenting sebagai berikut :
1. Sikap permulaan
Berdiri tegak dengan kedua lengan lurus di samping badan, pandangan ke depan. 2. Gerakan
a. Langkah kaki kiri ke depan satu langkah, kemudian lutut tungkai kiri ditekuk, dan tungkai kanan lurus di belakang.
c. Tekuk kedua siku ke samping, masukkan kepala di antara dua tangan, posisi kedua telapak tangan dan letak dahi segiris lurus.
3. Sikap akhir
a. Lemparkan kaki kanan keatas depan, di susul oleh lentingan tungkai kaki kiri, pinggul dan tubuh mengikuti lentingan ke atas, kedua lengan lurus ke atas depan.
b. Kedua kaki rapat dan mendarat di matras secara bersama-sama.
c. Kembali ke sikap awal.
Guling lenting merupakan bentuk latihan atau gerakan yang pada hakekatnya “melemparkan” dan melentingkan titik berat badan setinggi-tingginya. Sebagaimana diketahui bahwa titik
berat badan berada di pusar. Rangkaian senam pada guling lenting adalah termasuk senam lantai yang membutuhkan kekuatan, ketangkasan, dan keseimbangan. Latihan ini membutuhkan kelemasan sendi pinggul (pangkal paha), punggung, pinggang, sehingga badan
dapat membusur. Yang diutamakan dalam gerakan ini adalah lemparan kaki dan mengangkat atau mendorong titik berat badan ke atas.
D. Pengembangan Keterampilan Motorik
Keterampilan gerak adalah kemampuan untuk melakukan gerakan secara efisien dan efektif. Keterampilan gerak merupakan perwujudan dari kualitas koordinasi dan kontrol atas bagian-bagian yang telibat dalam gerakan. Semakin komplek pola gerak yang harus dilakukan
semakin komplek pula koordinasi dan kontrol tubuh yang harus dilakukan, dan ini berarti makin sulit juga untuk dilakukan.Gerak keterampilan adalah gerak yang mengikuti pola atau bentuk tertentu yang memerlukan koordinasi dan kontrol sebagian atau seluruh tubuh yang
Keterampilan gerak diperoleh melalui proses belajar yaitu dengan cara memahami gerakan dan melakukan gerakan berulang-ulang yang disertai dengan kesadaran fikir akan benar atau
tidaknya gerakan yang dilakukan. Belajar gerak adalah belajar yang diwujudkan melalui respon-respon muscular dan di ekspresikan dalam gerak tubuh. Yang dipelajari di dalam belajar gerak adalah pola-pola gerak mempelajari gerakan olahraga, seorang atlet berusaha
untuk mengerti gerakan yang dipelajari kemudian apa yang dimengerti itu dikomandokan kepada otot-otot tubuh untuk mewujudkan dalam gerakan tubuh secara keseluruhan atau hanya sebagian sesuai dengan pola gerakan yang dipelajari.
Suatu proses belajar keterampilan gerak berlangsung dalam suatu rangkaian kejadian dari
waktu ke waktu dan dalam prosesnya melibatkan sistem syaraf, otak dan ingatan. Tugas utama dari proses pembelajaran motorik adalah menerima dan menginterpretasikan informasi tentang gerakan-gerakan yang akan dipelajari kemudian mengolah dan menyusun
informasi-informasi tersebut sedemikian rupa sehingga memungkinkan realisasi gerakan secara optimal dalam bentuk keterampilan. Jadi belajar motorik dapat menghasilkan perubahan yang relatif permanen, yaitu Perubahan yang dapat bertahan dalam jangka waktu yang relatif lama.
Berdasar pada teori yang ada maka jika guru Penjas ingin mempersiapkan siswanya agar terampil dalam senam, maka salah satu jalan yang bisa ditempuh adalah dengan mengembangkan terlebih dahulu pola gerak dasarnya. Lutan (1988) menjelaskan bahwa
Karakteristik dasar dasar senam berlandaskan pada beberapa keterampilan dasar dominan sebagai berikut :
1. Keterampilan Lokomotor
Agus Mahendra(2001: 31) menyebutkan bahwa lokomotor diartikan sebagai gerak berpindah tempat, seperti jalan, lari, lompat, brderap, jingkat, leaping, skipping, dan sliding. Dalam senam, gerak-gerak di atas sangat penting digunakan bahkan ditambah
beberapa gerak berpindah lain, seperti berguling, merangkak, berjalan dengan tangan, serta beberapa keterampilan tumbling seperti skip, handspring, neckspring, baling-baling, atau flic-flac. Melatih macam-macam keterampilan lokomotor dalam pelajaran senam , akan sangat berguna dalam menanamkan dasar pembentukan keterampilan senam. Oleh
karena itu diperlukan perhatian khusus dari guru agarmacam-macam gerak lokomotor bisa diajarkan, terutama yang berkaitan dengan keterampilan senam. Sebagai upaya untuk memperkaya variasi gerak lokomotor, guru bisa menggabungkan secara cerdik dengan
konsep gerak dalam hal waktu, ruang dan kualitasnya. 2. Keterampilan Non-Lokomotor
Agus Mahendra(2001: 32) keterampilan non-lokomotor adalah gerakan yang tidak
berpindah tempat, mengandalkan ruas-ruas persendian tubuh yang membentuk posisi-posisi berbeda yang tetap tinggal di satu titik. Contoh–contoh gerakan non-lokomotoradalah melenting, meliuk, membengkok, dsb. Untuk mengambil manfaat yang
optimal dari gerak-gerak non-lokomotor, pelajaran senam perlu memanfaatkannya untuk melatih atau mengembangkan kelentukan dan keseimbagan.
Agus Mahendra(2001: 33) keterampilan manipulatif sering diartikan sebagai kemampuan untuk memanipulasi objek tertentu dengan anggota tubuh: tangan, kaki atau kepala. Dalam senam artistic, keterampilan ini jarang ditemui kecuali bahwa beberapa alat perlu
dipegang dengan tangan pesenam seperti menggunakan bola, tali, pita, gada, dan simpai daam senam ritmik.
Dalam proses untuk menyempurnakan suatu keterampilan motorik berlangsung dalam tiga
tahapan yaitu : a) Tahap Kognitif b) Tahap Fiksasi c) Tahap Otomatis. 1. Tahap Kognitif
Merupakan tahap awal dalam belajar gerak keterampilan motorik. Dalam tahap ini peserta didik harus memahami mengenai hakikat kegiatan yang akan dilakukan. Peserta didik harus
memeperoleh gambaran yang jelas baik secara verbal maupun visual mengenai tugas gerakan atau model teknik yang kan dipelajari agar dapat membuat rencana pelaksanaan yang tepat. 2. Tahap Fiksasi
Pada tahap ini , pengembangan keterampilan dilakukan peserta didik melalui tahap praktek secara teratur agar perubahan perilaku gerak menjadi permanen. Selama latihan, peserta didik membutuhkan semangat dan umpan balik untuk mengetahui apa yang
dilakukan itu benar atau salah. Lebih penting lagi peserta didik dapat mengkoreksi kesalahan. Pola gerakan sudah sampai pada taraf merangkaikan urutan-urutan gerakan yang didapatkan secara keseluruhan dan harus dilakukan secara berulang-ulang sehingga
penguasaan terhadap gerakan akan semakin meningkat. 3. Tahap Otomatis
terjadi suatu kondisi reflek bersyarat, yaitu terjadinya pengerahan tenaga mendekati pola gerak reflek yang sangat efisien dan hanya akan melibatkan unsur motor unit yang benar-benar diperlukan untuk gerakan yang diinginkan. Pada tahap ini kontrol terhadap gerakan
semakin tepat dan penampilan semakin konsisten dan cermat.
Penampilan gerak yang konsisten dan cermat pada tahap otomatis dapat dilihat dari ciri-ciri
khusus sebagai berikut:
1. Antisipasi gerakan mengarah pada kemampuan otomatis dan irama gerakan terlihat nyata.
2. Penampilan gerakan dapat dilakukan diberbagai situasi dan kondisi yang berubah-ubah
tanpa menghilangkan kelancaran dan kemulusan gerakan.
3. Proses dan hasil gerakan diperlihatkan dalam penampilan yang konstan.
E. Teori Latihan
1. Pengertian Latihan
Latihansangat penting dilakukan dalam membantu peningkatan kemampuan melakukan aktivitas olahraga. Untuk memungkinkan peningkatan prestasi, latihan haruslah
berpedoman teori serta prinsip latihan tertentu.Tanpa melakukan latihan yang rutin maka mustahil atlet/peserta didik akan memperoleh prestasi yang diharapkan. Suatu latihan apapun bentuknya, jika dilakukan dengan benar akan memberikan suatu perubahan pada
Menurut Nossek dalam Suharjana (2004: 13) latihan adalah proses untuk pengembangan penampilan olahraga yang komplek dengan memakai isi latihan, metode latihan, tindakan organisasional yang sesuai dengan tujuan.
Latihan menurut Bompa dalam Suharjana (2004: 13) latihan merupakan aktivitas olahraga yang sistematik dalam waktu yang lama, ditingkatkan secara progresif dan individual yang mengarah kepada cirri-ciri fungsi psikologis dan fisiologis manusia untuk
mencapai sasaran yang ditentukan.
Sedangkan Harsono(1988 :101) bahwa latihan adalah suatu proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja yang dilakukan secara berulang-ulang dengan kian hari kian
menambah jumlah beban latihan atau pekerjannya.Latihan fisik yang dilakukan dengan sistematis, berulang-ulang dan terprogram akan memberi dampak positif bagi tubuh, seperti hal berikut :
a. Jantung akan membesar, lebih kuat, penambahan volume jantung. b. Bertambahnya jumlah pembulu kapiler disekitar otot.
c. Bertambahnya kemampuan darah membawa oksigen.
d. Bertambahnya kemampuan sel otot menghasilkan energi e. Bertambah besarnya ukuran otot.
Harsono (2004:40) menyatakan secara umum tujuan latihan yaitu untuk mengembangkan
latihan untuk cabang olahraga yang bersangkutan. Untuk mencapai hal tersebut perhatikan beberapa aspek latihan berikut:
a. Latihan fisik (Physical training)
Latihan ditujukan untuk perkembangan fisik secara menyeluruh, karena olahraga sangat membutuhkan kondisi fisik yang prima.
b. Latihan Teknik (Technical Training)
Latihan untuk mempermahir teknik- yang diperlukan pada saat bertanding, baik teknik yang telah ada atau mempelajari teknik baru.
c. Latihan taktik (Tactical Training)
Latihan untuk menumbuh kembangkan inteprestasi atau daya tafsir siswa. Teknik-teknik
gerakan dengan baik haruslah dituangkan dan diorganisir dalam pola-pola permainan, bentuk-bentuk dan formasi-formasi permainan serta strategi dan taktik pertahanan dan penyerangan sehuingga berkembang menjadi satu kesatuan gerak yang sempurna.
d. Latihan Mental (Physcological Training)
Latihan untuk mempertinggi efisiensi mental siswa, terutama bila siswa berada dalam posisi dan situasi stress yang kompleks. Tanpa memiliki mental yang bagus dapat
dipastikan akan sulit mengatasi kondisi tersebut.
2. Prinsip-Prinsip Latihan
a. Prinsip Overload (Beban Lebih)
Prinsip ini mengatakan bahwa beban yang diberikan kepada anak harus dilakukan secara periodik dan progresif (meningkat). Kalau beban latihan tidak pernah ditambah maka
berapa lamapun dan berapa seringpun anak berlatih, prestasi tak mungkin akan meningkat. Namun demikian, kalau beban latihan terus menerus bertambah tanpa ada peluang-peluang untuk istirahat performanya pun mungkin tidak akan meningkat secara progresif.
b. Prinsip Reversibility (Kembali Asal)
Prinsip ini mengatakan bahwa kalau kita berhenti berlatih, tubuh kita akan kembali ke keadaan semula atau kondisinya tidak akan meningkat. Jika beban latihan yang sama terus menerus pada anak maka terjadi penambahan awal dalam kesegaran kesuatu tingkat dan
kemudian akan tetap pada tingkat itu. Sekali tubuh telah menyesuaikan terhadap beban latihan tertentu, proses penyesuaian ini terhenti.
c. Prinsip Spesifikasi atau Kekhususan
Prinsip kekhususan meliputi kekhususan terhadap kelompok otot atau sistem energi yang akan dikembangkan. Prinsip ini mengatakan bahwa manfaat maksimal yang bisa diperoleh dari rangsangan latihan hanya akan terjadi manakala rangsangan tersebut mirip
atau merupakan replika dari gerakan-gerakan yang dilakukan dalam olahraga tersebut. d. Prinsip Progressive Resistance (Beban Bertambah)
Prinsip beban bertambah dapat dilakukan dengan meningkatkan beban (penambahan set,
repetisi, frekuensi, atau lama latihan) secara bertahap dalam suatu program latihan sehingga terjadi progressive ( kemajuan)
Pemberian latihan yang akan dilaksanakan hendaknya memperhatikan kekhususan individu. Sesuai dengan kemampuan masing – masing, karena setiap orang mempunyai ciri yang berbeda baik secara mental maupun fisik.
3. Komponen Sistem Latihan
Pada setiap kegiatan latihan perlu memperhatikan langkah-langkah berikut:
a. Pemanasan (Warm-Up)
Pemanasan tubuh (warming up) penting dilakukan sebelum berlatih. Banyak pelatihan kurang memberikan perhatian khusus perihal peranan dan fungsi latihan pemanasan yang benar dan betul. Latihan pemanasan yang dikemas dengan benar akan
memberikan pengaruh positif pada proses kerja organ tubuh, mekanisme peredaran darah, dan pernapasan. Itu semua akan berpengaruh langsung untuk kerja berat selanjutnya.Lutan (2002: 40) menjelaskan bahwa tujuan pemanasan ini adalah untuk
mempersiapkan fisik dan psikis, mengadakan perubahan dalam fungsi organ tubuh, guna menghadapi kegiatan fisik yang lebih berat. Adapun kegunaan pemanasan itu sendiri
adalah untuk: 1) menghindari diri kemungkinan cedera, 2) mengkoordinasikan gerakan
yang mulus, 3) menyesuaikan diri organ tubuh untuk bekerja lebih berat, dan 4) kesiapan
mental kian meningkat. Pemanasan mempunyai manfaat yang utama ialah untuk
menghindari kemungkinan terkena cedera otot dan sendi.Pelaksanaan pemanasan dapat dilakukan dengan lari-lari kecil atau jogging keliling lapangan, lari jarak pendek yang bervariasi seperti lari sambil angkat paha/lutut, lari mundur, lari maju dan ke samping ataupun alternatif lainnya agar menarik bagi anak. Selain itu pemanasan dengan
b. Latihan Inti
Latihan inti berisikan serangkaian latihan yang sudah disiapkan sesuai dengan tujuan latihan. Latihan inti biasanya memakan waktu antara 20-60 menit, dengan intensitas
latihan yang telah disesuaikan. Dalam penelitian ini tujuan penelitian adalah peningkatan kelentukan agar kemampuan mengambil bola dapat berkembang dengan baik. Latihan peregangan yang diberikan terdiri dari dua kelompok, yaitu kelompok
dengan latihan peregangan statis dan kelompok lainnya latihan peregangan kontraksi-relaksasi (PNF).
c. Pendinginan (Cooling-Down)
Tujuan pendinginan adalah untuk mengembalikan kondisi fisik dan psikis peserta
latihan kekeadaan semula. Kegiatan ini bermanfaat untuk mencegah otot terasa pegal dan kaku.
F. Circuit Training (Latihan Sirkuit)
Circuit training adalah salah satu cara yang dapat memperbaiki secara serempak tingkat fitness secara keseluruhan dalam tubuh kita meliputi komponen biomotorik dasar. Circuit training ialah suatu jenis program latihan yang berinterval dimana latihan kekuatan digabungkan dengan latihan aerobic, yang juga menggabungkan manfaat dari kelenturan dan kekuatan fisik. “Cirkuit” di sini berarti beberapa kelompok olahraga atau pos yang berada di area dan harus diselesaikan dengan cepat. Menurut Bompa (1994) dalam
Menurut Sajoto (1995) latihan sirkuit adalah suatu program latihan terdiri dari beberapa stasiun dan di setiap stasiun seorang atlet melakukan jenis latihan yang telah ditentukan. Satu sirkuit latihan dikatakan selesai, bila seorang atlet telah menyelesaikn latihan di semua
stasiun sesuai dengan dosis yang telah ditetapkan.
Soekarman (1987) bahwa latihan sirkuit adalah suatu program latihan yang dikombinasikan
dari beberapa item-item latihan yang tujuannya dalam melakukan suatu latihan tidak akan membosankan dan lebih efisien. Latihan sirkuit akan tercakup latihan untuk: 1) kekuatan otot, 2) ketahanan otot, 3) kelentukan, 4) kelincahan, 5) keseimbangan dan 6) ketahanan jantung paru. Latihan-latihan harus merupakan siklus sehingga tidak membosankan. Latihan
sirkuit biasanya satu sirkuit ada 6 sampai 15 stasiun, berlangsung selama 10-20 menit. Istirahat dari stasiun ke lainnya 15-20 detik.
Menurut Suharjana (2004: 69) circuit trainingmerupakan bentuk latihan yang terdiri dari beberapa pos latihan yang dilakukan secara berurutan dari pos satu sampai pos terakhir. Jumlah pos antara 8-16 pos dengan istirahat dilakukan pada jeda anatar pos satu dengan yang lainya. Bentuk latihan biasanya disusun dalam lingkaran dan terdiri dari beberapa pos.
Dengan sedikit kecerdikan dan kreatifitas pelatih akan dapat mendesain suatu sirkuit yang paling cocok untuk cabang olahraganya.
1. Sirkuit pendek terdiri dari 6 latihan, normal terdiri 9 latihan dan panjang terdiri 12 latihan. Total lama latihan antara 10-30 menit, biasanya dilakukan tiga putaran.
2. Kebutuhan fisik harus ditingkatkan secara progresif dan perorangan.
3. Karena satu set terdiri dari pos-pos, maka disusun latihan yang penting, beberapa atlet diikutsertakan secara simultan.
4. Sirkuit harus disusun untuk otot-otot secara bergantian.
5. Keperluan latihan perlu diatur secara teliti dengan memperhatikan waktu atau jumlah ulangan yang dilakukan.
6. Meningkatkan unsur-unsur latihan, waktu utuk melakukan sirkuit dapat dikurangi tanpa mengubah jumlah ulangan atau beban, atau menambah beban atau jumlah ulangan.
7. Interval istirahat diantara sirkuit kira-kira dua menit tetapi dapat berubah sesuai dengan kebutuhan atlet. Metode denyut nadi dapat digunakan untuk menghitung interval istirahat. Jika jumlah nadi di bawah 120 kali, sirkuit lanjutan dapat dimulai.
8. Latihan beban (weight training)
Harsono (2004:26) menyatakan secara umum circuit training yaitu suatu sistem yang dapat memperbaiki secara serempak fitnes keseluruhan dari tubuh, yaitu unsur-unsur
power, daya tahan, kekuatan, kelincahan, kecepatan, dan lain – lain komponen fisik. Karena itu bentuk-bentuk latihan dalam latihan circuit training biasanya merupakan kombinasi dari semua unsur fisik.
Menurut penelitian yang ada, selama 8-20 minggu menjalankan circuit training, menunjukkan peningkatan kapasitas paru-paru sebesar 4-8%. Kapasitas paru-paru yang tinggi biasa digunakan untuk menyatakan tingkat kebugaran seseorang. Program latihan
dikombinasikan dengan olahraga aerobik seperti lari atau bersepeda. Latihan sirkuit biasa dilakukan di tempat terbuka (outbond) yang terdiri dari beberapa pos, pada tiap posnya menekankan pada latihan kekuatan dengan repetisi tertentu kemudian diselingi dengan
latihan aerobik selama beberapa detik sampai dengan menit untuk menuju ke pos berikutnya.
Langkah-langkah dalam melakukan circuit training atau latihan sirkuit menurut Bompa (1994) dalam (http://skulwork-nytha.blogspot.com/2012/03/
makalah-tentang-circuit-training.html)adalah:
1. Dalam suatu area tertentu ditentukan beberapa pos, misalnya 6 pos. 2. Di setiap pos, siswa diharuskan melakukan suatu bentuk latihan tertentu
3. Biasanya berbentuk latihan kondisi fisik seperti kekuatan, daya tahan, kelincahan, daya tahan dan sebagainya.
4. Latihan dapat dilakukan tanpa atau dengan menggunakan bobot atau beban.
5. Bentuk-bentuk latihan setiap pos antara lain seperti lari, push up, sit up, back up, squat jump, lempar bola, naik turun tambang, squat thrust, rowing, dan lari 200 meter secepatnya.
Keuntungan dan kekurangan circuit training menurut (http://skulwork-nytha.blogspot.com/2012/03/makalah-tentang-circuit-training.html) adalah:
1. Keuntungan Circuit Training
a. Melatih kekuatan jantung dan menurunkan tekanan darah sama baiknya dengan latihan aerobic.
b. Melatih semua anggota tubuh (total body workout).
d. Membentuk otot yang terdefinisi jelas dan kering.
e. Waktu yang digunakan untuk circuit training lebih cepat daripada waktu yang digunakan untuk game.
f. Tidak memerlukan alat game yang mahal.
g. Dapat disesuaikan diberbagai area atau tempat latihan. 2. Kekurangan Circuit Training
Meskipun latihan sirkuit sangat cocok untuk mengembangkan daya tahan kekuatan atau ketahanan otot lokal, akan tetapi hal ini kurang cocok untuk membangun massal otot. Walaupun beberapa keuntungan kekuatan potensial, latihan sirkuit akan memberikan hasil yang kurang dalam cara kekuatan maksimal dibandingkan langsung latihan beban.
Durasi dari beberapa stasiun rangkaian pelatihan dapat di wilayah 45 sampai 60 detik, dan dalam beberapa kasus selama dua menit.
Selanjutnya Harsono (1988: 228) juga menjelaskan bahwa ada beberapa keuntungan berlatih dengan circuit training sebagai berikut:
1. Meningkatkan berbagai komponen kondisi fisik secara serempak dalam waktu yang
relatif singkat
2. Setiap atlet dapat berlatih menurut kemajuannya masing-masing 3. Setiap atlet dapat mengobservasi dan menilai kemajuannya sendiri 4. Latihan mudah diawasi
Akan tetapi walaupun demikian, ada kelemahan dari sistem latihan circuit training seperti yang dikatakan Harsono (1988: 230) bahwa sesuai dengan sifatnya dan pelaksanaan latihannya, beban latihan dalam circuit training tidak bisa dibuat seberat latihan yang diberikan dalam latihan kondisi fisik khusus. Oleh karena itu, setiap unsur fisik tidak akan bisa berkembang sama optimalnya dengan perkembangan melalui latihan kondisi fisik khusus, kecuali stamina.
G. Jenis Latihan Circuit Training
Dalam latihan sirkuit ini dibagi menjadi 2 (dua) kelompok yaitu kelompok A dengan 6 pos latihan fisik dan kelompok Bdengan 6 pos latihan keterampilan senam.Dua jenis latihan
sirkuit yang diberikan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Latihan Sirkuit A
Latihan sirkuit A ini terdiri dari 6 pos yang tujuannya melatih kondisi fisik siswa, yaitu
kekuatan, dayatahan otot lengan, bahu dan juga kaki yang sangat diperlukan dalam pelaksanaan gerakan guling lenting (neckspring).
Adapun item pos yang dibuat adalah : a. Push up
b. Sit up c. Back up d. Squat jump
e. Naik turun bangku f. Squat thrust
Sit up Back up Squat jump
Gambar 1. Latihan Sirkuit A
2) Latihan Sirkuit B
Latihan sirkuit B ini terdiri dari 6 pos keterampilan senam lainnya. Latihan-latihan tersebut merupakan gerakan-gerakan dasar yang harus dikuasai siswa agar dapat menguasai gerakan guling lenting (neckspring).
Adapun item pos yang dibuat adalah :
a. Roll Depan b. Kayang c. Tiger Sprong
d. Sikap Lilin e. Tidur Bangun f. Handstand
Tiger sprong Sikap lilin
Gambar 2. Latihan Sirkuit B
B. Kerangka Pikir
Dalam suatu kerangka pemikiran harus memuat suatu teori sebagai arahan untuk
membimbing penelitian ini dalam memilih data yang relevan dan menganalisis data yang diperoleh secara sistematis.
Dalam mempelajari gerak keterampilan olahraga, anak akan berusaha untuk mengerti
gerakan yang akan di pelajari, selanjutnya memberi perintah pada otot-otot tubuhnya untuk mewujudkan dalam gerakan yang sesuai dengan pola gerakan yang dipelajari. Dengan demikian belajar keterampilan gerak merupakan proses yang berbentuk kegiatan mengamati, menirukan, berulang-ulang menerapkan pola gerak-gerak tertentu pada situasi yang dihadapi,
dan juga dalam bentuk kegiatan-kegiatan menciptakan pola gerak baru untuk tujuan tertentu.Dalam proses belajar keterampilan gerak, selain banyak unsur fisik yang terlihat, ada pula unsur psikis, yaitu emosi dan perasaan yang terlibat didalamnya.Kedua unsur psikis
Berdasarkan uraian di atas, menjadi jelas bahwa tujuan utama belajar keterampilan gerak adalah untuk meningkatkan keterampilan gerak yaitu perubahan prilaku yang bersifat psikomotor dan perubahan itu dapat ditafsirkan dalam perubahan penguasaan keterampilan
gerak suatu cabang olahraga.
Selain perubahan yang bersifat psikomotor perubahan itu juga bersifat kognitif dan afektif,
karena selain itu berlatih pola gerak, adapun belajar memahami konsep dan peraturannya serta nilai-nilai yang terkandung di dalam cabang olahraga tersebut.
Maka dapat diketahui bahwa guling lentingadalah suatu aktivitas yang tidak mudah dan tidak
sulit juga. Apabila sudah mengetahui teknik dan bisa melakukanguling lentingjuga bisa menjadi gerakan atau aktivitas yang menyenangkan,mengasikkan,dan juga mendorong koordinasi kerja otot, dan juga memberikan tantangan dan merupakan tuntutan dasar senam
lantai.
C. Hipotesis
Hipotesis menurut Margono (2007:67) adalah jawaban sementara terhadap masalah
penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin atau paling tinggi tingkat kebenarannya. Selanjutnya Husaini Usman (2008:38) juga menyebutkan bahwa hipotesis ialah pernyataan atau jawaban sementara terhadap rumusan penelitian yang dikemukakan.
H1 :Ada pengaruh circuit trainingdengan 6 pos latihan sirkuit A terhadap keterampilan gerak
dasar guling lenting (neckspring) pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Bandar Sribhawono.
H2 :Ada pengaruh circuit trainingdengan 6 pos latihan sirkuit B terhadap keterampilan gerak
dasar guling lenting (neckspring) pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Bandar Sribhawono.
I. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan suatu cara tertentu yang digunakan untuk meneliti suatu permasalahan sehingga mendapatkan hasil atau tujuan yang diinginkan.Menurut Arikunto (1991 : 3) penelitian eksperimen adalah suatu penelitian yang selalu dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat dari suatu perlakuan.
[image:34.612.89.447.531.607.2]Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui beda pengaruh latihan circuit trainingdengan 6 pos latihan sirkuit A dan circuit training dengan 6 pos latihan sirkuit Bterhadap keterampilan gerak dasar guling lenting (neckspring). Maka metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen perbandingan yaitu untuk mengetahui pengaruh setiap variabel bebas terhadap variabel terikat. Rancangan penelitian yang digunakan “pre-test and post-test design”.
Gambar 3. Rancangan Penelitian.
Keterangan :
P : Populasi
Pre test
P OP
X1
X2
T1
Post test T2
S : Sampel
Pretest : Tes awal guling lenting (neckspring) OP : Ordinal pairing
X 1 : Kelas eksperimen dengan latihan sirkuit A X 2 : Kelas eksperimen dengan latihan sirkuit B T1 : circuit training6 pos latihan sirkuit A T2 : circuit training6 pos latihan sirkuit B Posttest : Tes akhir guling lenting (neckspring)
Pembagian kelompok eksperimen didasarkan hasil gerak dasar guling lenting pada tes awal yang dirangking, kemudian subyek yang memiliki kemampuan setara dipasang-pasangkan ke dalam kelompok A dan kelompok B. Dengan demikian kedua kelompok tersebut sebelum diberi perlakuan mempunyai kemampuan yang sama. Apabila pada tes akhir terdapat perbedaan, maka hal ini disebabkan oleh pengaruh perlakuan yang diberikan. Adapun pembagian kelompok dalam penelitian ini dengan cara ordinal pairing sebagai berikut :
Keterangan:
A = Kelompok eksperimen
B = Kelompok kontrol
[image:35.612.91.408.497.632.2]1,2,3 dst = Rangking (hasil tes awal) OP = Ordinal pairing
Gambar 4. Skema Pembagian Kelompok dengan Cara Ordinal Pairing. B. Variabel Penelitian Dan Data
Variabel penelitian adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 1991). Variabel dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
a. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang nilai-nilainya tidak tergantung pada variabel lainya yang menggunakan untuk menerangkan dan meramalkan nilai variabel yang dilambangkan dengan (X). Adapun variabel bebas dalam penelitian ini yaitu
1). Circuit training6 pos sirkuit A(X1). 2). Circuit training6 pos latihan sirkuit B (X2). b. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang nilai-nilainyatergantung pada variabel lainya dan merupakan variabel yang diterangkan nilainya, lambangkan dengan (Y). Adapun variabel terikat dalam penelitian ini yaitu keterampilan gerak dasar guling lenting (neckspring).
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Menurut Arikunto (1991) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Bandar Sribhawono yang berjumlah 160 siswa.
Menurut Arikunto (1991) sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Arikunto(1991) mengemukakan bahwa untuk sekedar ancer-ancer, maka apabila subyek kurang dari 100, lebih baik di ambil semua sehingga penelitianya merupakan penelitian populasi. Tetapi, jika jumlah subyek besar, dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih. Maka diambil secara acak 20% dari populasi, yaitu 32 siswa.
D. Prosedur Penelitian
Sebelum melakukan penelitian dilakukan langkah-langkah sebagai berikut ; 1. Mengurus surat izin penelitian
2. Mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan 3. Mempersiapkan tenaga pembantu
4. Membagi kelompok
5. Menyusun dan mengkoordinasikan jadwal latihan.
E. Jenis Data
Menurut sumber pengambilannya, data dibedakan atas dua, yaitu data primer dan data sekunder.
1. Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang memerlukannya. data primer disebut juga data asli atau data baru.
F. Teknik Pengumpulan Data
Untuk pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik tes. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok (Arikunto,2001).Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini diadakan tes keterampilan gerak dasar guling lenting (neckspring).
G. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaanya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2010). Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes keterampilan gerak dasar guling lenting (neckspring)dengan instrumen sebagai berikut :
Instrumen Penilaian
Tabel 1. Penilaian keterampilan gerak dasar guling lenting
(Indikator) Persiapan
1.Posisi badan
dan tangan Badan berdiri tegak dengan kedua lengan lurus di samping badan 5 Badan berdiri tegak dengan satu lengan lurus di samping badan 4 Badan berdiri tegak dengan kedua lengan lurus di belakang badan 3 Badan bungkuk dengan kedua lengan di samping badan 2 Badan bungkuk dengan kedua lengan lurus di belakang badan 1 2.Posisi
pandangan Pandangan ke depan Pandangan ke depan dan ke bawah 4 5 Pandangan ke depan dan ke atas 3 Pandangan ke samping kanan dan
ke kiri 2
Pandangan kemana-mana 1
Pelaksanaan
1.Posisi kaki Langkah kaki kiri ke depan satu
langkah 5
Langkah kaki kiri ke depan dua
langkah 4
Langkah kaki kanan ke depan satu
langkah 3
Langkah kaki kanan ke depan dua
langkah 2
Langkah kaki kanan ke depan tiga
langkah 1
2.Posisi lutut
dan tungkai Lutut tungkai kiri ditekuk, dan tungkai kanan lurus di belakang 5 Lutut tungkai kiri ditekuk, dan tungkai kanan di tekukke belakang 4 Lutut tungkai kanan ditekuk, dan tungkai kiri lurus di belakang 3 Lutut tungkai kanan ditekuk, dan tungkai kiriditekuk di belakang 2 Lutut tungkai kananlurus, dan tungkai kiri ditekuk di belakang 1 3.Posisi tangan
dan badan Angkat kedua tangan ke depan, bungkukan badan 5 Angkat satu tangan ke depan,
bungkukan badan 4
Angkat kedua tangan ke depan,
badan tidak bungkukan 3
kedua tangan tidak di angkat ke depan, badan tidak di bungkukan 1 4.posisi telapak
tangan meletakan kedua telapak tangan pada matras 5 meletakan satu telapak tangan
pada matras 4
meletakan kedua telapak tangan di
samping matras 3
meletakan kedua telapak tangan di
bawah matras. 2
Tidak meletakan kedua telapak
tangan pada matras. 1
5.posisi siku Tekuk kedua siku ke samping 5 Tekuk satu siku ke samping 4 Tekuk kedua siku ke kebelakang 3 Tekuk satu siku ke belakang 2 Tidak menekuk kedua siku ke
samping 1
6.posisi kepala Masukkan kepala di antara dua tangan, posisi kedua telapak tangan dan letak dahi segaris lurus 5 Masukkan kepala di antara dua tangan, posisi kedua telapak tangan dan letak dahi segaris ke samping
4
Masukkan kepala di antara dua tangan, posisi kedua telapak tangan tidak di matras dan letak dahi segaris lurus
3
Masukkan kepala di antara satu tangan, posisi kedua telapak tangan dan letak dahi segaris ke samping
2
Masukkan kepala di antara satu tangan, posisi kedua telapak tangan tidak di matras dan letak dahi segaris ke samping
1
7.posisi kaki Lemparkan kaki kanan keatas
depan 5
Lemparkan kaki kiri keatas depan 4 Lemparkan kaki kanan keatas
samping 3
Lemparkan kaki kiri keatas
samping 2
Tidak melemparkan kaki kanan
8.posisi tungkai
dan badan Di susul oleh lentingan tungkai kaki kiri, pinggul dan tubuh mengikuti lentingan ke atas 5 Di susul oleh lentingan tungkai kaki kiri, pinggul dan tubuh tidak mengikuti lentingan ke atas 4 Di susul oleh lentingan tungkai kaki kiri, pinggulmengikuti
lentingan ke atas 3
Di susul oleh lentingan tungkai kaki kiri mengikuti lentingan ke
atas 2
Tidak di susul oleh lentingan tungkai kaki kiri, pinggul dan tubuh mengikuti lentingan ke atas 1 9.posisi lengan Kedua lengan lurus ke atas depan 5
Kedua lengan tidak lurus ke atas
depan 4
Kedua lengan ditekuk ke atas
depan 3
Kedua lengan ditekuk ke atas
samping 2
Kedua lengan ditekuk ke bawah
depan 1
Sikap Akhir
1.posisi kaki Kedua kaki rapat dan mendarat di matras secara bersama-sama 5 Kedua kaki rapat dan mendarat di matras tidak secara bersama-sama 4 Kedua kaki tidak rapat dan mendarat di matras secara
bersama-sama 3
Kedua kaki tidak rapat dan mendarat di matras tidak secara
bersama-sama 2
Kedua kaki tidak rapat dan mendarat di luar matras tidak
secara bersama-sama 1
2.posisi tangan
Kedua tangan di samping badan 5 Satu tangan di samping badan 4 Kedua tangan di depan badan 3 Satutangan di depan badan 2 Kedua tangan tidak di samping
badan 1
3.posisi badan
Keseimbangan badan terjaga 5 Keseimbangan badan sedikit
Keseimbangan badan berat ke
depan 3
Keseimbangan badan berat ke
belakang 2
Keseimbangan badan tidak ada
dan terjatuh badanya 1
4.posisi pandangan
Pandangan ke depan 5
Pandangan ke kebawah depan 4 Pandangan ke atas depan 3 Pandangan ke kanan dan kekiri 2 Pandangan ke kemana-mana 1
[image:42.612.69.472.103.276.2]Diadopsi dariBarbara L Viera (2000)
Tabel 2. Format Penilaian Keterampilan Gerak Dasar Guling Lenting.
No Indikator Deskriptor Skor 1 2 3 4 5
1 Persiapan 1 Berdiri tegak dengan kedua lengan
lurus di samping badan
2 Pandangan ke depan
2 Pelaksanaan 3 Langkah kaki kiri ke depan satu
langkah
4 Lutut tungkai kiri ditekuk, dan
tungkai kanan lurus di belakang 5 Angkat kedua tangan ke depan,
bungkukan badan
6 Letakan kedua telapak tangan pada
matras.
7 Tekuk kedua siku ke samping 8 Masukkan kepala di antara dua
tangan, posisi kedua telapak tangan dan letak dahi segaris lurus
9 Lemparkan kaki kanan keatas
depan
10 Di susul oleh lentingan tungkai kaki kiri, pinggul dan tubuh mengikuti lentingan ke atas
11 Kedua lengan lurus ke atas depan 3 Sikap akhir 12 Kedua kaki rapat dan mendarat di
13 Kedua tangan di samping badan 14 Jaga Keseimbangan badan 15 Pandangan ke depan
Wissel (2000:74)
Keterangan :
1. Setiap tindakan yang dilakukan diberikan tanda ceklis (√ ) pada kolom skor nilai: 5 = baik sekali; 4 = baik; 3 = cukup, 2 = kurang; 1 = kurang sekali.
2. Skor nilai siswa merupakan skor mentah, skor mentah tersebut dirubah untuk memperoleh nilai prestasi sebagai ketuntasan belajardengan rentang nilai 10 sampai 100, dengan rumus :
100 maksimal
skor
siswa skor perolehan
Nilai x
Contoh : Siswa memperoleh skor 30. Maka nilai siswa tersebut 40
100 75 30
Nilai x (Arikunto, 1991 : 242 )
H. Teknik Analisis Data
Analisis data atau pengolahan data merupakan suatu langkah penting dalam suatu penelitian. Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah diolah dan dianalisis untuk dapat memberikan informasi yang menjadi tujuan dari penelitian ini.
1. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh informasi apakah kedua kelompok sampel memiliki varians yang homogen atau tidak. Menurut Sudjana (2005:250) untuk pengujian homogenitas digunakan rumus sebagai berikut:
Terkecil Varians
Terbesar Varians
F
Membandingkan nilai F hitung dengan F tabel dengan rumus Dk pembilang : n-1 (untuk varians terbesar)
Dk penyebut : n-1 (untuk varians terkecil) Taraf signifikan ( 0.05) maka dicari pada tabel F. Didapat dari tabel F
Dengan kriteria pengujian
Jika : F hitung ≥ F tabel berarti tidak homogen F hitung ≤ F tabel berarti homogen
Pengujian homogenitas ini bila F hitung lebih kecil (<) dari F tabel maka data tersebut mempunyai varians yang homogen. Tapi sebaliknya bila
F hitung (>) dari F tabel maka kedua kelompok mempunyai varians yang berbeda.
2. Uji Normalitas
a. Pengamatan
X
1,
X
2,...,
X
n dijadikan bilangan bakuZ
1,
Z
2,...,
Z
ndengan menggunakan rumus SD Z i i X x Keterangan :SD : Simpangan baku Z : Skor baku
x : Row skor
X : Rata-rata
b. Untuk tiap bilangan baku ini dengan menggunakan daftar distribusi normal baku.
Kemudian di hitung peluang
F
(
Z
i)
P
(
Z
Z
i)
c. Selanjutnya dihitung
Z
1,
Z
2,...,
Z
n yang lebih kecil atau sama denganZ
i kalau proporsiini dinyatakan dengan
S
(
Z
i)
makan Z yang Z Z Z banyaknya Z
S n i
i
.. , ,..., ...
)
( 1 2
d. Hitung selisih
F
(
Z
i)
S
(
Z
i)
kemudian tentukan harga mutlaknya.e. Ambil harga paling besar di antara harga mutlak selisih tersebut. Sebutlah harga
terbesar ini dengan
L
0. Setelah hargaL
0, nilai hasil perhitungan tersebut dibandingkandengan nilai kritis
L
0 untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 0,05. Kaidah pengujianjika harga
L
0< L tabel maka data tersebut berdistribusi normal sedangkan jikaL
0>L tabel,Menurut Sugiyono (2008: 197) pengujian hipotesis yang sampelnya berkorelasi/berpasangan, misalnya membandingkan sebelum dan sesudah treatment atau perlakuan atau membandingkan antar kelompok eksperimen, maka digunakan t-test sample related. Dengan distribusi t tabel untuk α=0,05 dan derajat kebebasan (dk) = n1+n2-2. Kaidah pengujian jika t hitung ≥ t tabel atau t hitung ≤ - t tabel berarti maka tolak Ho, dan terima Ha. Adapun rumus
yang digunakan adalah sebagai berikut :
2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2 1 hitung n 1 n 1 . 2 n n .S 1 -n .S 1 -n X -X t
Menurut Suharsimi Arikunto (1997: 275) untuk menganalisis data hasil eksperimen yang menggunakan pre-test dan post test design, dengan level α=0,05 dan derajat kebebasan = N-1. Kaidah pengujian jika t hitung ≥ t tabel atau t hitung ≤ - t tabel berarti maka tolak Ho, dan terima Ha. Adapun rumus yang berlaku adalah sebagai berikut :
N 1
N Xd t 2 hitungMd
N dMd
Keterangan:
Md : Mean dari perbedaan pre-test dengan post test Xd : Deviasi masing-masing subjek (d-Md) ∑ Xd2 : Jumlah kuadrat deviasi
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan analasis dan pembahasan dari hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Ada pengaruh circuit training dengan 6 pos latihan fisik terhadap keterampilan gerak
dasar guling lenting (neckspring) pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Bandar
Sribhawono.
2. Ada pengaruh circuit training dengan 6 pos latihan keterampilan senam terhadap
keterampilan gerak dasar guling lenting (neckspring) pada siswa kelas X SMA Negeri 1
Bandar Sribhawono.
3. Circuit training dengan 6 pos latihan keterampilan senam memberikan pengaruh lebih baik
dibandingkan Circuit training dengan 6 pos latihanfisik dalam upaya meningkatkan
keterampilan gerak dasar guling lenting (neckspring) pada siswa kelas X SMA Negeri 1
Bandar Sribhawono.
Berdasarkan kesimpulan dalam penelitian ini, maka penulis menyarankan untuk dijadikan
bahan masukan bagi :
1. Bagi para peneliti lainnya, khususnya bagi mahasiswa Pendidikan Jasmani dan
Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dapat terus menerus memperbaiki
penelitian dalam melakukan penelitian selanjutnya.
2. Bagi siswa agar dapat meningkatkan keterampilan belajar Penjaskesnya.
3. Bagi guru dapat digunakan latihan circuit training dengan melatih keterampilan senam
penunjang untuk dapat meningkatkan gerakan guling lenting.
4. Bagi pelatihbahwa jenis latihan ini dapat dijadikan salah satu acuan dalam program
PENGARUHCIRCUITTRAININGADANBTERHADAPKETERAMPILANGERAK DASAR GULING LENTING
PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BANDAR SRIBHAWONO
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Oleh
MUHAMAD RUDIYANTO
Skripsi
Sebagai Salah SatuSyaratUntukMendapatkanGelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
FakultasKeguruan Dan IlmuPendidikan Program StudiPendidikanJasmani Dan Kesehatan
JurusanIlmuPendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. LatihanSirkuit A... 29
2. LatihanSirkuit B ... 30
3 . Rancangan Penelitian ... 33
4. Skema Pembagian Kelompok Dengan Cara Ordinal Pairing ... 34
5. Gafik Hasil Penelitian Kelompok SirkuitA ... 48
6. Grafik Hasil Penelitian Kelompok Sirkuit B ... 48
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
MOTTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
RIWAYAT HIDUP ... vii
SANWACANA ... viii
DAFTAR ISI... x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Pembatasan Masalah ... 5
D.Rumusan Masalah ... 5
E.Tujuan Penelitian ... 6
F. Manfaat Penelitian ... 6
B. Senam ... 10
C. GulingLenting (neckspring) ... 12
D. Pengembangan Keterampilan Motorik ... 14
E. TeoriLatihan ... 18
F. Circuit Training (LatihanSirkuit)……….. ... 23
G. JenisLatihanCircuit Training………... ... 28
H.Kerangka Pikir ... 30
I.Hipotesis... 32
III. METODOLOGI PENELITIAN A.MetodePenelitian ... 33
B.VariabelPenelitian Dan Data ... 35
C. Populasi Dan Sampel ... 35
D. Prosedurpenelitian ... 36
E. Jenis Data ... 36
F. JenisPengumpulan Data ... 37
G.InstrumenPenelitian ... 37
H. TeknikAnalisis Data ... 42
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 47
B. Pembahasan ... 52
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 55
B. Saran ... 55
DAFTAR PUSTAKA ... 57
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1991. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
Dimyati, Mudjiono. 2009. Belajar Dan Pembelajaran. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
Jubaedi, Ade. 2008.Bahan Ajar Senam 1. Bandar Lampung.
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran
Pendidikan Jasmani Sekolah Menengah Atas Dan Madrasah Aliyah. Jakarta.
Sutoto, Mukholid Agus, Aminah Siti. 1991. Pendidikan Permainan Anak Dan Aktivitas Ritmik. Penerbit Universitas Terbuka, Depdikbud. Jakarta.
http://skulwork-nytha.blogspot.com/2012/03/makalah-tentang-circuit-training.html www.Google.Com/pengertianPendidikan Jasmani/Mr. Abe007 blog.htm
Lutan, rusli. 2002. Olahraga dan Etika : Fair Play. Penerbit Direktorat Pemberdayaan Ilmu pengetahuan Dan Teknologi Olahraga, Direktorat Jenderal Olahraga, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta
Sulistianta, Heru.2012.Dasar-Dasar Kepelatihan.Bandar Lampung
Mahendra, Agus. 2001. Pembelajaran Senam. Penerbit Direktorat Jenderal Olahraga
Depdiknas, Jakarta
Mukholid, Agus.2007.Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan.Penerbit Yudhistira.Jakarta
http://fajar-agni-fauzan.blogspot.com/2012/04/metode-latihan-fisik.html
Sukintaka, kamtomo Ndong, Soeharno.1978. Permainan Dan Metodik Buku 1. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. Jakarta.
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Penerbit Tarsito. Bandung. Sugiyono. 2006. Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung
Suharjana. 2004. Kebugaran Jasmani. FIK UNY. Yogyakarta.
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Penilaian keterampilan gerak dasar guling lenting ... 38
2. Format Penilaian Keterampilan Gerak Dsar Guling Lenting ... 41
3. Distribusi Frekuensi Data Gerak Dasar Guling Lenting ... 47
4. Hasil Analisis Uji Normalitas ... 50
5.HasilAnalisisUjiHomogenitas... 50
Judul Skripsi : PENGARUH CIRCUIT TRAINING A DAN B TERHADAP KETERAMPILAN GERAK DASAR GULING LENTING PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BANDAR SRIBHAWONO TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Nama Mahasiswa : MUHAMAD RUDIYANTO
NomorPokokmahasiswa : 0813051030
Program Studi : Pendidikan Jasmani
Jurusan : Ilmu Pendidikan
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Pembimbing I PembimbingII
Dr. Marta Dinata, M.Pd Drs. Suranto M.Kes
NIP. 19670325 199703 1 002 NIP.19550929 198403 1 003
2. Ketua Jurusan Imu Pendidikan
Drs. BaharuddinRisyak, M.Pd.
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua :Dr. Marta Dinata, M.Pd...
Sekretaris :Drs.Suranto, M.Kes...
Penguji
Bukan Pembimbing :HeruSulistianta, S.Pd. M.Or ...
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. Hi.BujangRahman, M.Si NIP. 19600315 198503 1 003
MOTTO
Janganpernahtakutmencoba.Kegagalantakdatangkarenakamujatuhkebawah, namundatangkarenakamutakbangkitberdiri
(Penulis)
Saya Akan MenggunakanWaktuSebaikMungkinKarenaWaktuTidak Akan BerputarKembali
(Penulis)
Berhentihabiskanwaktumumelihatkembaliapaygtelahhilang di masalalu. Hidupiniberjalankedepanbukanbelakang. KarenaKetikamimpimubelumjugaterwujud, janganputusasa.Petikpelajarandarisetiapkegagalan, berusahalebihkeras, danselaluberdoa.
PERNYATAAN
Bahwa saya yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : MuhamadRudiyanto
NPM : 0813051030
Tempat tanggal lahir : MataramBaru, 04 januari 1989
Alamat : Desa Mataram Baru, Kecamatan Mataram Baru, Kabupaten Lampung Timur
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Pengaruh Circuit Training A Dan B
Terhadap Keterampilan Gerak Dasar Guling Lenting Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Bandar Sribhawono Tahun Pelajaran 2012/2013 ”adalah benar-benar hasil karya penulis berdasarkan penelitian yang dilaksanakan pada tanggal8 September 2012. Skripsi ini bukan hasil plagiat, ataupun hasil karya orang lain.
Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenar-benarnya,
apabiladikemudianhariterjadikesalahan, penulisbersediamenerimasanksiakademiksebagaimana yang berlaku di Universitas Lampung.
Bandar Lampung, Februari2013
PERSEMBAHAN
PujisyukurpenulisucapakankepadaAllah SWTatas semuaanugerah yang
telahdiberikankepadaku,karyatulissederhanainikupersembahkankepada:
Ayah handa H. Sukirno dan Ibunda Hj. Sumiyem,
adik-adikku yang kusayangi (sela ayu lestari dan novita septiana),
yang telah slalu mendampingiku dan mendukungku sampai saat ini
serta seluruhkeluarga, sahabatdanteman-teman yang telah
membantu & mendoakan,
selalu mengharapkan hal yang terbaik
”untukku”.
Terimakasih atas segala kasih sayang dan perhatian kalian
Sehingga membuat aku semakin dewasa, kuat dalam menjalani hidup
serta bertanggung jawab...
AlmamaterTercinta
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernamalengkapMuhamadRudiyanto, dilahirkan di MataramBarupada
tanggal 4 januari 1989 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis
dilahirkan dari pasangan Bapak H. Sukirnodan Ibu Hj. Sumiyem.
Pendidikan formal yang telah ditempuh penulisantara lain:
Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 1 MataramBarudanselesaipadatahun2002. Kemudianmasuk
SMP Kosgoro Bandar Sribhawonopada tahun 2002 dan lulus pada tahun 2005. Kemudian masuk
Sekolah Menengah Atas SMA Negeri 1 Bandar Sribhawono pada tahun 2005 dan selesai pada
tahun 2008.
Pada tahun 2008, penulis diterima sebagai mahasiswa pada Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung pada Program Studi Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan
SANWACANA
Puji Syukur penulis haturkan ke pada ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulisan sk