• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN PENGUASAAN KONSEP SENYAWA HIDROKARBON SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DISERTAI STRATEGI PROBLEM POSING DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN PENGUASAAN KONSEP SENYAWA HIDROKARBON SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DISERTAI STRATEGI PROBLEM POSING DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar dan mengajar merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Kedua kegiatan tersebut merupakan proses pembelajaran. Dari proses pembelajaran ini akan diperoleh suatu hasil yang pada umumnya disebut hasil belajar. Untuk mewujudkan proses pembelajaran yang lebih bermakna dengan penguasaan konsep kimia yang baik, guru harus kreatif dan inovatif dalam mengembangkan strategi pembelajaran. Kegiatan pembelajaran dirancang sedemikian rupa untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar siswa, siswa dengan guru dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Pengalaman belajar yang dimaksudkan dapat terwujud melalui penggunaan strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Siswa bukan lagi sebagai objek pembelajaran melainkan sebagai subjek pembelajaran sehingga siswa aktif untuk mencapai tujuan pembelajaran khususnya pada pelajaran kimia.

(2)

perubahannya, menanamkan metode ilmiah, dan mengembangkan kemampuan dalam mengajukan gagasan-gagasan. Ilmu kimia dibagun melalui pengembangan keterampilan-keterampilan proses sains yang merupakan alat pemecahan masalah. Keterampilan-keterampilan proses sains di atas harus ditumbuhkan dalam diri siswa SMA sesuai dengan taraf perkembangan pemikirannya.

Berdasarkan hasil observasi dengan guru mata pelajaran kimia kelas X di SMA Negeri 13 Bandar Lampung terlihat bahwa kegiatan pembelajaran masih berpusat pada guru dan siswa belum terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Selain itu juga siswa yang kurang kemampuan menganalisis soal-soal latihan menyebabkan kesulitan dalam memahami materi pelajaran yang diberikan.

(3)

menggunakan istila-istilah dalam tata bahasa Yunani (tata nama trivial senyawa hidrokarbon) dan bahasa simbolik (rumus kimia senyawa hidrokarbon).

Untuk mendukung tercapainya kompetensi dasar tersebut, diperlukan model pembelajaran yang dapat melibatkan siswa aktif yakni dengan model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran kelompok, untuk setiap kelompok mempunyai anggota yang heterogen. Pembelajaran kooperatif ini merupakan suatu model yang setiap anggota kelompok telah mencapai tujuan individu apabila kelompoknya telah berhasil. Dengan kata lain kemampuan anggota tergantung dengan keberhasilan kelompoknya. Untuk mencapai tujuan individu dalam kelompok, sangat

dipengaruhi oleh keaktifan anggota kelompok dalam memahami materi pelajaran, menyelesaikan tugas atau kegiatan lain untuk keberhasilan kelompoknya.

Salah satu model pembelajaran kooperatif, yaitu model pembelajaran koopertaif tipe STAD. Pembelajaran Kooperatif tipe STAD, merupakan model

(4)

hidrokarbon dan dapat menerapkannya dalam menyelesaikan soal-soal yang berkaitan.

Dalam hai ini, diperlukan strategi pembelajaran yang mampu menuntun siswa dalam menguasai konsep materi ketika menyelesaikan soal-soal. Salah satu strategi pembelajarannya adalah strategi problem posing. Problem posing

merupakan pembelajaran yang mengharuskan siswa menyusun pertanyaan sendiri atau memecah suatu soal menjadi pertanyaan-pertanyaan yang lebih sederhana yang mengacu pada penyelesaian soal tersebut (Herdian; 2009). Strategi Problem posing adalah suatu bentuk pendekatan dalam pembelajaran yang menekankan pada perumusan soal, yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir

matematis atau menggunakan pola pikir matematis. Strategi problem posing juga dapat membangkitkan nalar siswa sehingga siswa kreatif dan akhirnya diharapkan siswa dapat berpikir logis dan kritis (Syam; 2008). Menurut Suyitno dalam Herdian (2009), keunggulan strategi problem posing adalah (1) Memberi

penguatan terhadap konsep yang diterima atau memperkaya konsep-konsep dasar, (2) Diharapkan mampu melatih siswa meningkatkan kemampuan dalam belajar, dan (3) Orientasi pembelajaran yaitu investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah.

(5)

diskusi, (7) menyimpulkantopik pembelajaran, (8) pemberian kuis dan (9) penghargaan kelompok.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Isti Hardiyanti K (2011), telah dibuktikan bahwa pendekatan problem posing dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan pemahaman konsep pada pelajaran matematika. Kemudian berdasarkan penelitian pada mata pelajaran kimia yang dilakukan oleh Sri Rahayu (2004), menunjukkan bahwa adanya peningkatan aktivitas

psikomotorik siswa dan aktivitas pembelajaran problem posing pada pokok materi kesetimbangan kimia.

Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian mengenai “Perbedaan Penguasaan Konsep Senyawa Hidrokarbon Siswa Antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD disertai Strategi Problem Posing dengan Pembelajaran Konvensional”.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah ada perbedaan rata-rata nilai penguasaan konsep Senyawa hidrokarbon antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD disertai strategi problem posing dengan pembelajaran konvensional siswa kelas X SMA Negeri 13 Bandar Lampung?

(6)

tinggi daripada pembelajaran konvensional siswa kelas X SMA Negeri 13 Bandar Lampung?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan :

1. Ada tidaknya perbedaan rata-rata nilai penguasaan konsep senyawa hidrokarbon antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD disertai strategi problem posing dengan pembelajaran konvensional siswa kelas X SMA Negeri 13 Bandar Lampung.

2. Rata-rata nilai penguasaan konsep senyawa hidrokarbon manakah yang lebih tinggi antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD disertai strategi problem posing dengan pembelajaran konvensional siswa kelas X SMA Negeri 13 Bandar Lampung.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, sebagai berikut : 1. Guru mata pelajaran kimia

Sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan dan penerapan model pembelajaran dan media pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran kimia, terutama pada materi pokok hidrokarbon. 2. Sekolah

(7)

3. Siswa

Memberdayakan siswa untuk berlatih kerja sama dan tanggung jawab dalam diskusi kelompok serta membantu meningkatkan pemahaman konsep pada materi pokok hidrokarbon.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Agar penelitian ini mencapai sasaran sebagaimana yang telah dirumuskan, maka ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada :

1. Penguasaan konsep senyawa hidrokarbon diperoleh melalui nilai posttest 2. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan strategi problem posing

merupakan bagian dari belajar konstruktivisme dimana siswa aktif terlebih dahulu mencari pengetahuan sesuai dengan cara berpikirnya, berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya kemudian menemukan permasalahan-permasalahan yang sulit mereka pahami untuk didiskusikan dengan teman dalam kelompoknya maupun dengan guru. 3. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang diterapkan di SMA

Negeri 13 Bandar Lampung, yaitu pembelajaran dengan metode ceramah diskusi dan ekperimen.

(8)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang didasari asas gotong royong dan kerjasama sesuai dengan kehidupan masyarakat Indonesia yang sangat mengutamakan asas gotong royong dalam kehidupan sehari-hari. Dengan belajar hidup bergotong royong atau bersama-sama berarti peduli dan belajar berbagi pikiran, perasaan dan pengalaman kepada orang lain. Banyak ahli yang telah mencoba mengemukakan pengertian pembelajaran kooperatif. Menurut Lie (2007:12) :

Pembelajaran kooperatif atau pembelajaran gotong royong adalah sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas terstruktur, di mana dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator.

Dalam pengertian lain, Trianto (2009:42) menyatakan “pembelajaran kooperatif

adalah sekelompok dari strategi yang melibatkan siswa untuk berkolaborasi untuk mencapai tujuan tertentu.” Manusia merupakan individu yang berbeda satu sama lain yang memiliki derajat potensi, latar belakang historis, serta harapan masa depan yang berbeda. Karena adanya perbedaan ini, manusia yang satu

(9)

Seperti yang diungkapkan oleh Nurhadi (2004:60):

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang saling mencerdaskan, saling menyayangi dan saling tenggang rasa antar sesama siswa sebagai latihan untuk hidup dalam masyarakat nyata, sehingga sumber belajar bukan hanya dari guru dan buku ajar tetapi juga sesama siswa.

Selanjutnya Ibrahim dkk (2000:9) menyatakan:

Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerjasama saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur

penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain. Sedangkan Abdurrahman (1999:122) mengatakan:

Nilai hasil belajar kelompok ditentukan oleh rata-rata hasil belajar individu Pembelajaran kooperatif menampakkan wujudnya dalam bentuk belajar kelompok. Dalam belajar kooperatif anak tidak diperkenankan

mendominasi atau menggantungkan diri pada orang lain, tiap anggota kelompok dituntut untuk memberikan urunan bagi keberhasilan kelompok. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan pembelajaran kooperatif adalah salah satu strategi pembelajaran, dimana siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari empat orang atau lebih yang heterogen untuk bekerja-sama, saling membantu diantara anggota kelompok untuk menyelesaikan tugas bersama. Dengan pembelajaran kooperatif ini siswa belajar berkolaborasi untuk mengembaangkan pengetahuan dan keterampilan dalam suasana belajar kelompok yang nantinya dapat mencapai potensi yang optimal.

Akan tetapi para pengajar sangat enggan menerapkan pembelajaran di kelas dengan azas gotong royong. Lie (2007) mengemukakan beberapa alasan mengapa para pengajar enggan menerapkan azas tersebut, demikian di antaranya :

(10)

2. Adanya siswa yang tidak suka belajar berkelompok, lebih memilih belajar secara individu.

3. Siswa yang malas lebih mengandalkan temannya yang tekun dan siswa yang tekun merasa dituntut bekerja secara ekstra dalam kelompoknya.

4. Adanya perasaan minder bagi siswa yang kurang mampu belajar bersama siswa yang lebih pandai.

Hal-hal tersebut di atas dapat dikendalikan oleh pembelajaran kooperatif, karena pembelajaran kooperatif memiliki unsur-unsur tertentu untuk memungkinkan proses belajar dan pembelajaran di kelas secara efektif.

Lie (2007) mengemukakan, “tidak semua kelompok dapat disebut sebagai pembelajaran.” Untuk mencapai hasil yang maksimal, kerja kelompok harus memiliki unsur-unsur di bawah ini :

1. Saling ketergantungan positif

(11)

2. Tanggung jawab perseorangan

Dalam pembelajaran kooperatif, pada saat seorang pengajar akan me-laksanakan kegiatan belajar mengajar tidak boleh tanpa persiapan. Seorang tenaga pengajar harus mempersiapkan sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota kelompok memiliki tugas masing-masing-masing-masing dan harus ber-tanggung jawab agar bisa menyelesaikan tugas selanjutnya.

3. Tatap muka

Dalam pembelajaran kelompok setiap anggota diberi kesempatan untuk berdiskusi dan bertatap muka. Sehingga untuk memperoleh kesimpulan tidak berasal dari satu kepala namun dari hasil pemikiran beberapa kepala. Dimana masing-masing kepala menyumbangkan hasil pemikirannya yang berasal dari latar belakang keluarga, sosial, ekonomi, agama, ras, dan suku yang berbeda. Dari proses yang demikian mereka dapat memperoleh hasil yang maksimal karena berasal dari beberapa pendapat tidak dari satu penadapat saja. Selain itu dari masing-masing anggota kelompok timbul sikap mampu menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan orang lain untuk mengisi kekurangannya masing-masing.

4. Komunikasi antar anggota

(12)

5. Evaluasi proses kelompok

Pengevaluasian proses kerja kelompok tidak perlu diadakan setiap ada kerja kelompok. Namun pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus untuk kelompok yang hendak dievaluasi. Pengevaluasian berfungsi untuk me-ningkatkan efektifitas kerja sama antar anggota kelompok.

Dari uraian di atas, maka dengan pembelajaran kooperatif akan lebih mampu memotivasi siswa untuk menjadi aktif dalam pembelajaran. Dengan kelompok belajar akan terjadi saling tukar pikiran, tidak ada lagi kesenjangan antar siswa karena semuanya saling berinteraksi satu sama lainnya. Karena anggotanya ber-sifat heterogen, siswa yang pandai dapat memberikan masukan bagi temannya yang berkemampuan rendah dan siswa yang berkemampuan rendah memperoleh banyak keuntungan belajar dengan rekannya yang pandai. Di dalam kelompok akan terlaksana kerjasama yang maksimal sehingga dapat menutupi kekurangan dari anggota kelompok.

Menurut Lungdren dalam Ibrahim (2000), manfaat dari pembelajaran kooperatif bagi siswa yang berprestasi rendah antara lain :

1. Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas 2. Rasa harga diri lebih tinggi

3. Memperbaiki sikap terhadap ilmu pengetahuan dan sekolah 4. Memperbaiki kehadiran

5. Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar 6. Perselisihan antar pribadi kurang

7. Sikap apatis kurang

8. Pemahaman lebih mendalam 9. Motivasi lebih mendalam 10. Hasil belajar lebih baik

(13)

pem-belajaran kooperatif didorong untuk bekerjasama pada tugas bersama untuk men-capai suatu penghargaan bersama. Menurut Ibrahim dkk (2000) pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Siswa bekerjasama dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.

2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

3. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin berbeda-beda.

4. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.

Langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif ditunjukan pada Tabel 1 sebagai berikut :

Tabel 1. Enam langkah/fase dalam model pembelajaran kooperatif

Langkah/Fase Kegiatan Guru

a. Fase 1

Menyampaikan informasi

Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa.

b. Fase 2

Menyajikan Informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa lewat bahan bacaan.

c. Fase 3

Mengorganisasikan siswa dalam kelompok bekerja dan belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok belajar agar melakukan transisi secara efisien.

d. Fase 4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

e. Fase 5 Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari/masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

f. Fase 6

Memberikan penghargaan

(14)

Bentuk-bentuk pembelajaran kooperatif meliputi: Student Teams Achievement Division (STAD), Team Games Tournament (TGT), Group Investigation (GI), Team Accelerated Instruction (TAI), dan Cooperative Integrated Reading Compotition (CIRC).

B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams

Achievement Division)

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkins, dan merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana diterapkan dimana siswa dibagi dalam

kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 6 orang yang bersifat heterogen. Guru yang menggunakan STAD mengacu kepada belajar kelompok siswa yang menyajikan informasi akademik baru kepada siswa menggunakan presentasi verbal atau teks.

Menurut Kunandar (2007:364) :

(15)

Dalam melaksanakan pembelajaran mengunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ada beberapa tahap yang harus dilakukan yaitu:

1. Presentasi kelas

Materi yang disampaikan pada saat presentasi kelas biasa menggunakan pengajaran langsung atau diskusi yang dipimpin oleh guru. Presentasi kelas ini sama dengan pengajaran biasa hanya berbeda pada pemfokusan terhadap STAD. Pada pendahuluan ditekankan pada apa yang akan dipelajari siswa dalam tugas kelompok. Siswa harus memperhatikan dengan baik selama presentasi kelas karena akan membantu siswa dalam tes, dan skor tes mereka dapat dimasukkan.

2. Belajar kelompok (Tim)

Siswa belajar dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas-tugas yang di-berikan guru dan untuk lebih memantapkan pemahaman terhadap materi yang telah diberikan oleh guru. Dalam model kooperatif tipe STAD ini satu

kelompok terdiri dari 4 sampai 5 orang anggota kelompok, setiap anggota kelompok harus bertanggung jawab atas keberhasilan anggota kelompok mereka. Setiap anggota kelompok harus membantu satu sama lain dan ber-tanggung jawab agar setiap anggota kelompoknya benar-benar memahami materi yang dipelajari karena keberhasilan individu mempengaruhi

keberhasilan kelompoknya. 3. Kuis/tes

(16)

mem-bantu satu sama lain dan harus mengerjakan soal secara individu. Kuis/tes diadakan setiap individu yang mempengaruhi keberhasilan kelompoknya. 4. Poin peningkatan individu

Poin peningkatan adalah memberikan kepada siswa sasaran yang dapat dicapai jika mereka bekerja lebih giat dan memperhatikan prestasi yang lebih baik jika dibandingkan dengan yang dicapai sebelumnya. Setiap siswa diberi skor awal yang diperoleh dari tes sebelumnya. Hasil tes setiap siswa diberi poin peningkatan yang ditentukan berdasarkan selisih skor tes terdahulu (skor tes awal dan skor tes akhir). Selisih skor siswa tersebut kemudian diberi poin berdasarkan tabel skor perkembangan dibawah ini sehingga diperoleh skor individu. Skor individu setiap anggota kelompok memberi sumbangan kepada skor kelompok. Kriteria pemberian poin peningkatan dapat dilihat pada Tabel cara perhitungan skor perkembangan individu berikut:

Tabel 2. Cara perhitungan skor perkembangan individu

Skor Penilaian Skor Perkembangan

Lebih dari 10 poin dibawah skor awal 5 10 poin sampai 1 poin dibawah skor awal 10 Skor kuis sampai 10 poin sampai diatas skor awal 20 Lebih dari 10 poin dari skor awal 30 Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor awal) 30

Skor awal adalah skor yang diperoleh sebelum kuis/tes, jadi skor awal disini menggunakan nilai tes sebelumnya.

5. Penghargaan kelompok

(17)

Untuk peningkatan skor kelompok digunakan rumus Slavin (1995)

NK =Jumlah poin peningkatan setiap anggota kelompokBanyaknya anggota kelompok

Keterangan : NK = Nilai kelompok

Kelompok yang memperoleh poin sesuai dengan kriteria yang telah di-tetapkan berhak mendapatkan penghargaan berdasarkan Tabel berikut Slavin (1995).

Tabel 3. Kriteria Penghargaan Kelompok

Kriteria Predikat Kelompok

Nk < 15 Tim cukup bagus

15 < Nk<25 Tim bagus

Nk > 25 Tim sangat bagus

Penghargaan pada kelompok terdiri atas tiga tingkat sesuai dengan nilai perkembangan yang diperoleh kelompok yaitu:

a. Tim sangat bagus diberikan bagi kelompok yang memperoleh skor rata-rata 25

b. Tim bagus diberikan bagi kelompok yang memperoleh skor rata-rata 20 c. Tim cukup bagus diberikan bagi kelompok yang memperoleh skor

rata-rata 15

C. Strategi Problem Posing

(18)

kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan soal-soal. Dalam hal ini peserta didik perlu harus menguasai materi dan urutan penyelesaian soal secara mendetail. Hal tersebut akan dicapai jika peserta didik memperkaya khasanah pengetahuan-nya tidak hapengetahuan-nya dari guru melainkan perlu secara mandiri.

Salah satu alternatif strategi pembelajaran yang dapat mengembangkan

kemampuan berpikir matematis atau menggunakan pola pikir matematis adalah problem posing. Menurut Suryanto (1998), problem posing dalam bahasa inggris sebagai padanan katanya digunakan istilah “pembentukan soal”. Pembentukan

soal mencakup dua macam kegiatan yaitu:

1) Pembentukan soal baru atau pembentukan soal dari situasi atau dari pengalaman siswa, dan

2) Pembentukan soal dari soal lain yang sudah ada. Menurut Silver dalam Suryanto (1998):

Pembentukan soal adalah perumusan soal sederhana atau perumusan soal yang sudah ada dengan perubahan soal yang sederhana sehingga soal tersebut dapat diselesaikan. Ini terjadi pada soal-soal yang rumit.

Sedangkan menurut As’ari (1999) mengatakan:

(19)

Langkah-langkah strategi problem posing adalah sebagai berikut:

a. Guru menjelaskan materi pelajaran kepada para peserta didik dapat meng-gunaan alat peraga untuk memperjelas konsep.

b. Guru memberikan latihan soal secukupnya.

c. Peserta didik diminta mengajukan 1 atau 2 buah soal yang menantang dan peserta didik yang bersangkutan harus mampu menyelesaikannya. Tugas ini dapat pula dilakukan secara berkelompok.

d. Secara acak guru menyuruh peserta didik untuk menyajikan soal temuannya di depan kelas. Dalam hal ini, guru dapat menentukan peserta didik secara selektif berdasarkan bobot soal yang diajukan oleh peserta didik.

e. Guru memberikan tugas rumah secara individual.

Keunggulan strategi problem posing menurut Silver dalam English (1997) adalah: 1. Bermanfaat pada perkembangan pengetahuan dan pemahaman anak

terhadap konsep-konsep penting.

2. Mendorong siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajarnya. 3. Meningkatkan semangat keingintahuan siswa.

D. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD disertai Strategi Problem Posing

(20)

kelompoknya maupun dengan guru. Pembelajaran yang dirancang ini memberi kondisi untuk terjadinya interaksi optimal baik antara siswa dengan guru. Siswa dapat mengelola sendiri pembelajarannya dan diharapkan akan terjadi pertukaran pengatahuan antar siswa dalam kelompoknya. Pertukaran pengetahuan dalam satu kelompok optimis akan terjadi dengan kondisi kelompok sebagai suatu tempat dimana keberhasilan anggota kelompok adalah tanggung jawab bersama. Dengan demikian tidak terjadi persaingan sempit antar siswa dalam satu

kelompok, melainkan diharapkan terjadinya persaingan yang sehat antar kelompok.

Berikut ini langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Slavin (2009) adalah:

1. Siswa mendapat penjelasan mengenai apa yang akan mereka pelajari danmengapa hal itu penting.

2. Siswa dikenalkan dengan topik pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai.

3. Siswa dibagi ke dalam kelompok belajar yang terdiri dari empat atau limasiswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras, dan etnisitas.

4. Siswa bekerja dalam tim untuk menguasai materi dengan mendiskusikan lembar kegiatan.

5. Siswa mengerjakan kuis secara individual.

6. Setiap kelompok diberi penghargaan berdasarkan perolehan poin kemajuan individual dari skor awal ke skor kuis berikutnya.

Sedangkan langkah-langkah pembelajaran dengan strategi problem posing menurut Suryanto dalam Nursalam (2008) :

1. Siswa diberi contoh perumusan soal dengan beberapa taraf kesukaran, baik kesulitan isi matematika maupun kesulitan bahasanya.

2. Siswa disediakan beberapa situasi yang berupa informasi tertulis, benda manipulatif, gambar, atau yang lainnya, kemudian siswa berlatih

merumuskan soal dengan situasi yang ada.

(21)

4. Siswa berlatih menyelesaikan soal-soal yang dirumuskan temannya sendiri.

Menurut Isti (2011) dalam penelitiannya, dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah pembelajaran melalui pembelajaran model koopertif tipe STAD disertai strategi problem posing adalah sebagai berikut :

1. Menginformasikan Tujuan dan Motivasi

Siswa mendapat penjelasan mengenai apa yang akan mereka pelajari, kompetensi yang akan dicapai siswa, dan mengapa hal itu penting. 2. Menginformasikan Topik Pembelajaran

Siswa diberi apersepsi terkait dengan topik yang akan diajarkan kemudian guru menginformasikan topik pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai. Penyampaian topik ini dapat membantu siswa dalam

menyatakan ulang sebuah konsep, mengklasifikasi obyek-obyek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya), memberi contoh dan noncontoh dari konsep, menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi

matematis dan mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep. 3. Pembentukan Kelompok

Siswa dibagi ke dalam kelompok belajar yang terdiri dari empat atau lima siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah). Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta kesetaraan jender.

4. Diskusi Kelompok

(22)

bahwa setiap anggotanya memahami materi, soal yang dibuat serta

penyelesaiannya. Saat siswa berdiskusi, guru membimbing dan mengarahkan siswa yang mengalami kesulitan. Diskusi kelompok ini membantu siswa dalam menyatakan ulang sebuah konsep, mengklasifikasi obyek-obyek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya), memberi contoh dan non-contoh dari konsep, menyajikan konsep dalam berbagai bentuk

representasi matematis, mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep, menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu, serta mengaplikasikan konsep.

5. Memberikan Contoh Membuat Soal

Guru memberikan contoh soal dari materi yang telah diajarkan serta cara membuat soal dan penyelesaiannya. Siswa dipersilakan bertanya jika belum jelas terhadap penjelasan guru. Langkah ini dapat membantu siswa dalam memberi contoh dan non-contoh dari konsep, menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu, serta mengaplikasikan konsep pemecahan masalah (soal).

6. Mempresentasikan Hasil Diskusi

Beberapa kelompok mempresentasikan hasil diskusi. Siswa yang lain diberi kesempatan untuk bertanya atau menanggapi kelompok yang presentasi. 7. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan

memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari. Langkah ini dapat membantu siswa dalam menyatakan ulang sebuah konsep. 8. Pemberian Kuis

(23)

siswa diminta untuk membuat soal dan penyelesaiannya. Dengan membuat pertanyaan, siswa dapat memperkuat kemampuannya dalam menyatakan ulang sebuah konsep, mengklasifikasi obyek-obyek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya), memberi contoh dan non-contoh dari konsep, menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis, mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep, menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu, serta meng- aplikasikan konsep.

9. Penghargaan Kelompok

Setiap kelompok diberi penghargaan berdasarkan perolehan poin kemajuan individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.

Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dipadukan dengan strategi problem posing siswa akan lebih aktif dalam proses pembelajaran, siswa lebih memahami dan menerapkan konsep pelajaran dalam memecahakan permasalahan dan peran guru yang awalnya sebagai satu-satunya sumber ilmu bergeser sebagai fasilitator atau mediator dalam pemebelajaran. Sehingga siswa tidak hanya menghafalkan konsep pelajaran untuk menyelesaikan suatu

permasalahan yang dihadapi, baik kaitannya dengan materi yang dibelajarkan atau masalah dalam kehidupan sehari-hari atau pun ilmu-ilmu lain. Selain itu

(24)

E. Pembelajaran Konvensional

Menurut Sudaryo (1990) bahwa secara tradisional (konvensional) mengajar diartikan sebagai upaya penyampaian atau penanaman pengetahuan pada anak. Dalam pengertian ini anak sebagai obyek yang sifatnya pasif, pengajaran berpusat pada guru (teacher oriented) dan guru memegang peranan utama dalam proses pembelajaran. Dalam pengajaran ini guru mengkomunikasikan pengetahuannya kepada siswa dalam bentuk pokok bahasan dalam beberapa silabus, sedangkan cara penyampaiannya dengan metode ceramah.

Roy Killen dalam buku Wina Sanjaya (2006) mengemukakan bahwa ada dua pendekatan dalam pembelajaran yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centred approaches) dalam hal ini pendekatan konvensional dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student-centred approaches). Menurut Wardoyo dalam buku yang sama menyatakan bahwa pengajaran tradisional adalah pengajaran yang diberikan kepada siswa secara bersama-sama dan juga

pengajaran tradisional adalah pengajaran yang pada umumnya kita lakukan sehari-hari.

F. Penguasaan Konsep

Menurut Sagala (2003) definisi konsep adalah:

(25)

Konsep merupakan pokok utama yang mendasari keseluruhan sebagai hasil ber-pikir abstrak manusia terhadap benda, peristiwa, fakta yang menerangkan banyak pengalaman. Pemahaman dan penguasaan konsep akan memberikan suatu apli-kasi dari konsep tersebut, yaitu membebaskan suatu stimulus yang spesifik se-hingga dapat digunakan dalam segala situasi dan stimulus yang mengandung kon-sep tersebut. Jika belajar tanpa konkon-sep, proses belajar mengajar tidak akan ber-hasil. Hanya dengan bantuan konsep, proses belajar mengajar dapat ditingkatkan lebih maksimal.

(26)

G. LKS (Lembar Kerja Siswa)

LKS merupakan lembaran-lembaran yang berisi materi pelajaran, tujuan percobaan, alat dan bahan, petunjuk praktikum, hasil pengamatan, serta diskusi berupa pertanyaan-pertanyaan yang disusun secara kronologis untuk

memudahkan siswa dalam membangun konsep. LKS ini digunakan sebagai salah satu media pembelajaran yang dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk mengajak siswa mengkonsruksi konsep.

Penggunaan LKS dalam pembelajaran akan memudahkan guru untuk menyampaikan materi pelajaran dan mengefisienkan waktu, serta akan

menimbulkan interaksi antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran. Menurut Sriyono (1992), LKS merupakan salah satu bentuk program yang berlandaskan atas tugas yang harus diselesaikan dan berfungsi sebagai alat untuk mengalihkan pengetahuan dan keterampilan sehingga mampu mempercepat tumbuhnya minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

Menurut Sudjana (2002), fungsi LKS adalah :

a. Sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif. b. Sebagai alat bantu untuk melengkapi proses belajar mengajar supaya lebih menarik perhatian siswa.

c. Untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian yang diberikan guru.

d. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru tetapi lebih aktif dalam pembelajaran.

e. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan pada siswa. f. Untuk mempertinggi mutu belajar mengajar, karena hasil belajar yang dicapai siswa akan tahan lama karena siswa dituntun untuk mengemukakan pendapat

dan menganalisis pertanyaan dalam LKS sehingga pelajaran mempunyai nilai tinggi.

Manfaat dan tujuan LKS, menurut Priyanto dan Harnoko (1997) : a. Mengefektifkan siswa dalam proses belajar mengajar.

(27)

c. Melatih siswa untuk menemukan dan mengembangan proses belajar mengajar. d. Sebagai pedoman bagi guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran. e. Membantu guru dalam menyusun pelajaran.

f. Membantu siswa dalam menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar.

g. Membantu siswa untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.

h. Memadukan konsep-konsep terdahulu hingga ditemukan konsep-konsep baru Pada proses pembelajaran, LKS digunakan sebagai sarana pembelajaran untuk menuntun siswa dari suatu materi pokok atau sub materi pokok yang telah atau sedang disajikan. Melalui LKS siswa dituntut mengemukakan pendapat dan mampu mengambil kesimpulan. Dalam hal ini LKS merupakan salah satu media pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.

H. Kerangka Pemikiran

Pembelajaran kimia adalah proses interaksi antara siswa dengan guru dan juga sumber belajar untuk membantu siswa dapat belajar kimia dengan baik. Salah satu tujuan pembelajaran kimia pada pendidikan menengah adalah agar peserta didik memiliki kemampuan memahami konsep kimia, menjelaskan keterkaitan anatarkonsep dan mengaplikasikan konsep.

Salah satu upaya pemahaman konsep yakni melalui penerapan model

(28)

penguasaan konsep senyawa hidrokarbon yang diberi model pembelajaran kooperatif tipe STAD disertai strategi Problem Posing lebih tinggi dari pembelajaran konvensional.

I. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

1. Siswa kelas X1 dan X3 semester genap SMA Negeri 13 Bandar Lampung T.A. 2011/2012 yang menjadi subjek penelitian mempunyai kemampuan dasar yang sama dalam penguasaan konsep kimia.

2. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi peningkatan penguasaan konsep dan materi pokok senyawa hidrokarbon siswa kelas X semester genap SMA Negeri 13 Bandar Lampung T.A. 2011/2012 diabaikan.

3. Perbedaan penguasaan konsep hidrokarbon semata-mata karena perbedaan perlakuan dalam proses pembelajaran.

J. Hipotesis Umum

Sebagai pemandu dalam melakukan analisis maka perlu disusun hipotesis umum. Hipotesis umum dalam penelitian ini jika kedua kelas eksperimen diberi

(29)

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 13 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011-2012 yang berjumlah 241 siswa dan tersebar dalam tujuh kelas, yaitu X1, X2, X3, X4, X5, X6, dan X7.

2. Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu. Pertimbangan yang diambil adalah dua kelas tersebut adalah kelas X1 dan kelas X3, kemudian ditentukan kelas X1 sebagai kelompok eksperimen I yang diberi model pembelajaran kooperatif tipe STAD disertai strategi problem posing, sedangkan kelas X3 adalah kelompok eksperimen II yang diberi pembelajaran konvensional.

B. Variabel Penelitian

(30)

(ekperimen 2). Sebagai variabel terikat adalah nilai tes penguasaan konsep senyawa hidrokarbon.

C. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang bersifat kuantitatif yaitu hasil tes setelah pembelajaran diterapkan (posttest).

Sumber data diperoleh dengan metode tes, untuk memperoleh data primer yang bersifat kuantitatif yaitu data hasil tes yang digunakan untuk analisis pengujian hipotesis. Sumber data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :

a. Data hasil posttest kelas eksperimen I b. Data hasil posttest kelas eksperimen II

D. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan The Matching-Only Posttest-Only Kontrol Group Design, yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan penguasaan konsep hidrokarbon antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD disertai strategi problem posing dengan pembelajaran konvensional, yaitu dengan mengadakan keseimbangan kondisi terhadap kedua kelompok (kelompok eksperimen I dan kelompok eksperimen II). Desain ini menggunakan teknik perbedaan rata-rata nilai posttest kelompok eksperimen I dan kelompok eksperimen II setelah diadakan perlakuan atau eksperimen yang lebih lanjut, karena teknik

(31)

Tabel 4. Desain Penelitian

Kelas Perlakuan Postes

Ekperimen I M1 O

Ekperimen II M2 O

O adalah posttest yang diberikan setelah perlakuan. M1 adalah perlakuan berupa pembelajaran kooperatif tipe STAD disertai strategi problem posing dan M2 perlakuan berupa pembelajaran konvensional.

E. Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan berupa soal-soal posttest untuk mengetahui penguasaan konsep siswa pada materi senyawa hidrokarbon. Dalam pelaksanaannya kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II diberikan soal yang sama. Soal postest yang digunakan terdiri dari 20 soal pilihan jamak dan 5 soal essay. Soal tersebut dirancang sesuai dengan kebutuhan untuk memperoleh data kuantitatif penguasaan konsep siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD disertai strategi problem posing dan pembelajaran konvensional.

Penelitian ini menggunakan Validitas isi. Adapun pengujian validitas isi ini dilakukan dengan cara judgment. Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan menelaah kisi-kisi, terutama kesesuaian antara tujuan penelitian, tujuan

(32)

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan pada penelitian ini adalah: 1. Tahap Prapenelitian

a. Mengadakan observasi ke sekolah untuk mendapatkan informasi tentang keadaan sekolah, data siswa, informasi tentang KKM, data nilai uji blok kelas X, jadwal dan tata tertib sekolah, serta sarana-prasarana yang ada di sekolah yang dapat digunakan sebagai sarana pendukung pelaksanaan penelitian.

b. Menentukan dua kelas sebagai kelas sampel.

c. Menyiapkan perangkat pembelajaran yang digunakan selama proses pembelajaran di kelas.

d. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan materi pokok yang akan diteliti, yaitu materi pokok senyawa hidrokarbon.

e. Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) yang disesuaikan dengan tahapan pembelajaran.

f. Membuat soal-soal posttest.

2. Tahap Pembelajaran

(33)

Urutan prosedur pelaksanaannya pembelajaran sebagai berikut :

a. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar pada materi hidrokarbon sesuai dengan model pembelajaran yang telah ditetapkan di masing-masing kelas b. Memberikan posttest dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen

dan kelas kontrol. c. Analisis data

d. Penulisan pembahasan dan simpulan

Adapun langkah-langkah penelitian tersebut ditunjukkan pada alur penelitian sebagai berikut :

Gambar 1. Alur penelitian

Konvensional Tahap persiapan dan

observasi

Penetapan Populasi dan sampel

Mempersiapkan Perangkat Pembelajaran

Kelas Eksperimen I Kelas Eksperimen II

STAD-problem

posing Posttest

Analisis data

(34)

Kegiatan yang dilaksanakan pada kedua kelas dapat dilihat pada Tabel 5 berikut : Tabel 5. Rancangan kegiatan kedua kelas eksperimen

No. Pertemuan Ke- Kegiatan

1 1, 2, 3, 4, 5, 6 dan 7 Pelaksanaan pembelajaran

2 8 Posttest

Berdasarkan pada program semester yang dimiliki guru mata pelajaran kimia kelas X tercantum jumlah jam pelajaran yang dialokasikan untuk materi

hidrokarbon sebanyak 16 jam pelajaran. Pada penelitian ini akan dialokasikan 2 jam pelajaran untuk posttest. Artinya ada 14 jam pelajaran yang akan digunakan sebagai tahap perlakuan. Dari 14 jam pelajaran tersebut dibagi menjadi 7 kali pertemuan mengingat dalam satu minggu terdapat 4 jam pelajaran kimia di kelas X.

G. Teknik analisis data

Tujuan analisis data yang dikumpulkan adalah untuk memberikan makna atau arti yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah, tujuan, dan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.

Nilai akhir posttest dirumuskan sebagai berikut:

Nilai Akhir = ∑ skor yang diperoleh siswaskor maksimum ×

Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan uji normalitas, uji homogenitas dua varians.

1. Uji Normalitas

(35)

2 H0 : data penelitian berdistribusi normal H1 : data penelitian tidak berdistribusi normal

Untuk uji normalitas data digunakan rumus sebagai berikut

χ = ∑ �� − ����

Ei = frekuensi yang diharapkan

a) Membandingkan harga Chi–kuadrat dengan tabel Chi–kuadrat χ dengan taraf signifikan 5%.

b) Menarik kesimpulan, jika χℎ� �� < χ �� maka data berdistribusi normal atau terima H0

2. Uji Homogenitas

Uji ini untuk mengetahui apakah data yang dibandingkan memiliki nilai rata-rata dan varians identik. Hipotesis untuk uji Homogenitas :

H0 = data penelitian mempunyai variansi yang homogen H1 = data penelitian mempunyai variansi yang tidak homogen

Keterangan:

(36)

s12 = varians kelas eksperimen I s22 = varians kelas eksperimen II

Kriteria pengujian adalah terima hipotesis Ho jika: F(1-α)(n1-1)< F < F1/2α(n1-1, n2-1) (Sudjana, 2002:249).

3. Uji Perbedaan Dua Rata-rata

a. Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan rumusan statistik uji perbedaan dua rata-rata. Rumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut : H0: Rata-rata nilai penguasaan konsep senyawa hidrokarbon yang diberi

model pembelajaran kooperatif tipe STAD disertai strategi problem posing lebih rendah atau sama dengan penguasaan konsep pembelajaran konvensional siswa SMA Negeri 13 Bandar Lampung.

H1: Rata-rata nilai penguasaan konsep senyawa hidrokarbon yang diberi model pembelajaran kooperatif tipe STAD disertai strategi problem posing lebih tinggi dibandingkan dengan yang diberi pembelajaran konvensional siswa SMA Negeri 13 Bandar Lampung.

b. Statistik yang digunakan untuk uji ini berdasarkan Sudjana (2002) adalah:

2

rata-rata nilai kelas eksperimen I rata-rata nilai kelas eksperimen II

(37)

n1 = jumlah anggota kelas eksperimen I n2 = jumlah anggota kelas eksperimen II a. Menentukan level signifikan, yaitu 0,05. b. Menentukan daerah penolakan hipotesis

Apabila :

t hitung > t tabel : Ho ditolak dan H1 diterima

t hitung < t tabel : Ho diterima dan H1 ditolak

Mencari harga t tabel pada tabel distribusi student dengan level signifikan 0,05 dan df = n1+n2-2.

(38)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dpat disimpulkan bahwa:

1. Ada perbedaan nilai rata-rata penguasaan konsep senyawa hidrokarbon antara yang diberi model pembelajaran kooperatif tipe STAD disertai strategi

problem posing dengan yang diberi model pembelajaran konvensional siswa SMA Negeri 13 Bandar Lampung.

2. Rata-rata nilai penguasaan konsep senyawa hidrokarbon yang diberi model pembelajaran kooperatif tipe STAD disertai strategi problem posing lebih tinggi dari pada rata-rata nilai penguasaan konsep senyawa hidrokarbon yang diberi model pembelajaran konvensional SMA Negeri 13 Bandar Lampung.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa :

1. Bagi calon peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian agar lebih

memperhatikan pengelolaan waktu dalam proses pembelajaran sehingga

pembelajaran lebih maksimal serta memperhatikan pengelolaan kelas yang

lebih terencana dan terorganisasi.

2. Dalam proses pembelajaran harus melibatkan siswa secara aktif untuk ikut

(39)

yang dipelajari (termotivasi) dan berusaha untuk mengaplikasikan,

mengkomunikasikan ilmunya, sehingga kemampuan pemahaman konsep

sebagai tujuan dalam belajar dapat tercapai.

3. Siswa harus memiliki refrensi buku yang lebih banyak dalam mengaplikasikan pembelajaran dan menggabungkan beberapa konsep dalam menyelesaikan permasalahan.

4. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD disertai strategi problem posing dapat dijadikan sebagai alternatif pembelajaran kimia untuk

(40)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Ali, M. 1992. Strategi Penelitian Pendidikan. Angkasa. Bandung.

Arikunto, S. 1997. Penilaian Program Pendidikan. Edisi III. Bina Aksara. Jakarta. As’ari, A. 1999. Pembelajaran matematika dengan pendekatan problem posing.

Buletin pelangi pendidikan volume 2 tahun 1999/ 2000. Depdiknas. Jakarta.

Djamarah, S.B., dan A. Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

English, Lyn D. 1997. Promoting a Problem Posing Classroom. Tersedia di http://www.highbeam.com. Diakses pada tanggal 25 November 2009. Hardiyanti K, Isti. 2011. Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika

Melalui Pendekatan Problem Posing dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Tersedia di http://eprints.uny.ac.id. Diakses pada tanggal 18 Desember 2011.

Herdian. 2009. Model Pembelajaran Problem Posing. Tersedia di

http://herdy07.wordpress.com/2009/04/19/model-pembelajaran-problemposing. Diakses pada tanggal 20 November 2009.

Ibrahim, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Universitas Negeri Surabaya. Surabaya.

Kunandar. 2007. Guru Profesional. Rajawali Pers. Jakarta.

Lie, A. 2007. Cooperatif Learning(Mempraktikkan Kooperatif Learning di Ruang-Ruang Kelas). Gramedia, Jakarta.

(41)

Priyanto dan Harnoko. 1997. Perangkat Pembelajaran. Depdikbud. Jakarta. Sagala, S. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung. Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Kencana Prenada Media. Jakarta.

Silver, Edward A, et al. 1996. Posing Mathematical Problems: An Exploratory Study. Journal for Research in Mathematics Education. 27(III). Hlm 293.

Slavin, R.E. 2009. Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktek (terjemahan). Nusa Media. Bandung.

Sriyono. 1992. Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. Rineka Cipta. Jakarta. Sudaryo. 1990. Strategi Belajar Mengajar. IKIP Semarang Press. Semarang. Sudjana. 2002. Metode Statistika Edisi keenam. PT. Tarsito. Bandung. Sugiyono. 2002. Statistika untuk Penelitian. CV. Alfabeta. Bandung.

Suryanto. 1998. Pembentukan Soal Dalam Pembelajaran Matematika. Makalah Disampaikan Dalam Seminar Nasional Upaya-Upaya Meningkatkan Peran Pendidikan Matetatika Dalam Menghadapi Era Globalisasi 4 April 1988. Syam, H. 2008. A Problem Posing Approach That Have Cooperative

Instructional Background to Increase Mathematics Instructional Effectiveness. Tersedia di http://karyailmiah.um.ac.id/index.php/ disertasi/article/view/863. Diakses pada tanggal 20 November 2009.

(42)

PERBEDAAN PENGUASAAN KONSEP SENYAWA HIDROKARBON SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

DISERTAI STRATEGI PROBLEM POSING DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL

Skripsi

Oleh JONI SAPUTRA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(43)

PERBEDAAN PENGUASAAN KONSEP SENYAWA HIDROKARBON SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

DISERTAI STRATEGI PROBLEM POSING DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL

Oleh JONI SAPUTRA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Pendidikan MIPA

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(44)

ABSTRAK

PERBEDAAN PENGUASAAN KONSEP SENYAWA HIDROKARBON SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

DISERTAI STRATEGI PROBLEM POSING DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL

Oleh JONI SAPUTRA

Berdasarkan hasil observasi dengan guru mata pelajaran kimia kelas X di SMA Negeri 13 Bandar Lampung terlihat bahwa kegiatan pembelajaran masih berpusat pada guru dan siswa belum terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang mampu melibatkan siswa dalam proses pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif. Pada proses pembelajaran ini peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD disertai strategi problem posing dengan pembelajaran konvensional.

(45)

tahun ajaran 2011/2012. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah 30 orang siswa kelas X1 sebagai kelas eksperimen 1 dan 30 orang siswa kelas X7 sebagai kelas eksperimen 2. Desain penelitian yang digunakan adalah The Matching-Only Posttest-Only Kontrol Group Design.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) ada perbedaan penguasaan konsep senyawa hidrokarbon siswa antara pembelajaran kooperatif tipe STAD disertai strategi problem posing dan pembelajaran konvensional dan (2) rata-rata penguasaan konsep senyawa hidrokarbon siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD disertai strategi problem posing lebih tinggi dari pada rata-rata penguasaan konsep siswa pada materi senyawa hidrokarbon dengan menggunakan pembelajaran konvensional.

(46)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “ Perbedaan Penguasaan Konsep Hidrokarbon

Siswa Antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD disertai Strategi Problem Posing dengan Pembelajaran Konvensional” sebagai salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M. Si., selaku Dekan FKIP UNILA. 2. Bapak Dr.Caswita, M. Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA. 3. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M. Si., selaku Ketua Prodi Pendidikan Kimia. 4. Bapak Drs. Tasviri Efkar, M.S., selaku pembimbing I dan Pembimbing Akademik yang telah memberikan masukan, semangat, bimbingan dan membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.

5. Ibu Dra. Ila Rosilawati, M.Si., selaku Pembimbing II atas segala keikhlasan dan kesabarannya untuk membantu penulis dalam menyusun skripsi ini. 6. Ibu Dr. Ratu Beta Rudibyani, M. Si., selaku pembahas yang telah banyak

memberikan masukan, dan saran dalam proses penulisan skripsi ini.

(47)

8. Ungkapan rasa hormat dan sembah sujud yang tulus ananda sampaikan kepada Ayahanda dan Ibunda atas jerih payah yang tak kenal lelah membesarkan dan mendidik dengan sabar penuh tauladan dan selalu mendo’akan ananda.

9. Udo yanto, Wo yeti, Dongah alek beserta masing-masing keluarga, adikku Hendra serta keponakanku Angga, Rizki, Afri, Nailai, Andre., merupakan mutiara hatiku semoga menjadi anak yang sholeh dan sholeha.

10.Awanda Zulpikar dan keluarga, keluarga Minan Ernawati yang telah memberi peluang, dorongan, bimbingan, dan bantuan selama saya menyelesaikan studi (semoga Allah SWT meridoi, Amin).

11.Rekan seperjuangan di P. Kimia ’07 dan teman PPL atas kebersamaan dan kerjasamanya, semoga persahabatan kita tidak lekang dimakan oleh usia. Amin. Keluarga besar UKM Pramuka Unila: Pembina Gudep dan kakak-kakakku, yang telah memberikan arahan, motivasi dan pengalaman yang berharga. Rekan seperjuangan di racana: Arif, Tangguh, Sigit, Sahrul, Nisa, Dian dan Lista, atas rasa persaudaraan dan dukungan dan adik-adikku atas kebersamaannya yang kan silih berganti semoga saling mengingatkan semangat persaudaraan.

Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi apa yang telah dilakukan dan tulisan ini bukan sekedar curahan fikiran yang tertoreh dalam kertas putih tak berwarna yang sebelumnya tidak berarti apa-apa dan akan berlalu begitu saja, tetapi sebagai ladang amal ibadah untuk kita semua. Amin

Bandar Lampung, 2012

Penulis,

(48)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif ... 8

B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 14

C. Strategi Problem Posing ... 17

D. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD disertai Stategi Problem Posing ... 19

E. Pembelajaran Konvensional ... 24

F. Penguasaan Konsep ... 24

G. LKS (Lembar Kerja Siswa) ... 26

H. Kerangka Pemikiran ... 27

(49)

J. Hipotesis Umum ... 28

(50)

8. Rubrik soal Posttest ... 196

9. Daftar Nilai Uji Blok ... 204

10. Daftar Nilai Posttest ... 205

11. Perhitungan Data ... 206

12. Pembagian Kelompok Kelas Eksperimen 1 ... 216

13. Point Peningkatan Individu dan Penghargaan Kelompok Kelas Eksperimen 1 ... 218

14. Lembar Kinerja Guru Kelas Ekperimen 1 ... 219

15. Lembar Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen 1 ... 226

16. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian... 240

(51)

MOTTO

Dan katakanlah,”Kebenaran telah datang dan yang batil telah

lenyap,”Sesungguh, yang batil itu pasti leyap.

(Al-

Isra’

: 81)

Jadilah kamu manusia yang pada kelahiranmu semua orang tertawa

bahagia, tetapi hanya kamu sendiri yang menangis; dan pada

kematianmu semua orang menangis sedih, tetapi

hanya kamu sendiri yang tersenyum

(Mahatma Gandhi)

Kesadaran adalah matahari, kesabaran adalah bumi, keberanian

menjadi cakrawala, dan perjuangan adalah pelaksanaan kata-

kata”

(Paman Doblang-album Kantata Takwa 1990)

Kalau engkau tidak bisa menjadi batang nyiur yang tegar

Jadilah segumpal rumput tetapi mampu memperindah taman

(Sandi Racana Putera Saburai)

(52)

DAFTAR TABEL

TABEL Halaman

1. Enam langkah/fase dalam model pembelajaran kooperatif ... 13

2. Cara perhitungan skor perkembangan individu ... 16

3. Kriteria penghargaan kelompok ... 17

4. Desain penelitian ... 31

5. Rancangan kegiatan kedua kelas ... 34

6. Perolehan nilai penguasaan konsep hidrokarbon siswa di kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II ... 38

7. Hasil uji normalitas nilai posttest kelas eksperimen I dan eksperimen II 40

(53)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Alur penelitian ... 33 2. Grafik nilai rata-rata perolehan nilai posttest penguasaan

(54)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Tasviri Efkar, M.S. ...

Sekretaris : Dra. Ila Rosilawati, M.Si. ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Ratu Betta R, M.Si ...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M. Si. NIP. 19600315 198503 1 003

(55)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan rasa syukur kehadirat Allah SWT

Skripsi ini saya persembahkan kepada :

Kedua orang tuaku Emak dan Bak kutercinta yang selalu memberi

cinta kasih sayang dengan tulus dan sepenuh hati,memberi semangat,

dan lantunan

do’amu, kasih sayang

serta pengorbanan

yang tak ternilai, tercurah penuh keikhlasan,

mengantarkan ananda mencapai

keberhasilan.

Udo (Supiyanto), Wo (Yeti Novasari), Dongah (Alek Sander), dan Adikku

(Hendra Yusepa), ananda mengucapkan terima kasih atas

segala do’a, motivasi, dan dukungannya.

Keponakanku (angga, rizki, afri, naila, dan andre)

senyum dan kecerian menjadi penyemangat dalam hari-hari awandamu.

Seluruh Keluarga Besar yang senan

tiasa mendo’akan

dan memberikan arahan, serta motivasi yang selalu kuingat.

Seseorang yang akan menemani, baik suka maupun duka yang akan

menjadi pelabuhan tambatan hati yang terakhir

(56)

RIWAYAT HIDUP

Joni Saputra dilahirkan di sebuah Desa Negeri Ratu di Kecamatan Pesisir Utara, Lampung Barat pada hari Minggu tanggal 10 Januari 1988. Terlahir anak keempat dari lima bersaudara sebagai anugrah dari pasangan Bapak Supriyadi dan Ibu Unaini.

Pendidikan formal yang telah ditempuh dimulai dari Sekolah Dasar (SD) yaitu di SD Negeri 1 Negeri Ratu Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten Lampung Barat dan selesai tahun 2001, Sekolah Menengah Pertama (SMP) yaitu di SMP Negeri 1 Pesisir Utara Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten Lampung Barat dan selesai tahun 2004, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) yaitu di SMA Negeri 1 Lemong Kecamatan Lemong Kabupaten Lampung Barat dan lulus tahun 2007. Kemudian pada tahun 2007, penulis diterima sebagai mahasiswa Pendidikan Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Tahun 2009 penulis mengikuti Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ke Jakarta, Bandung dan Yogyakarta dan pada tahun 2011 melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 13 Bandar Lampung.

(57)

amanah menjabat Bidang Rumah Tangga, 2009-2010 mejabat Dewan Diklat Putra, dan pada periode 2010-2011 penulis terpilih sebagai ketua UKM pramuka Unila masa bakti 2010-2011.

Selain pendidikan formal, penulis juga aktif mengikuti beberapa pelatihan, seminar dan pengabdian, seperti :

1. Latihan Kepemimpinan Dasar (Ladiksar) UKM Pramuka Universitas Lampung, tahun 2007.

2. Orientasi Dewan Racana (ODR) UMK Pramuka Universitas Lampung, tahun 2008.

3. Latihan Keterampilan Manajemen Kepemimpinan Tingkat Dasar (LKMK-TD) UKM Pramuka Universitas Lampung, tahun 2007.

4. Latihan Kepemimpinan dan Manajemen Islam Tingkat Dasar (LKMI-TD) UKMF FPPI Universitas Lampung, tahun 2008.

5. Pembentukan Satgas Pramuka Peduli Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Lampung, tahun 2010.

6. Pendidikan Instruktur Muda Racana VI Tingkat Nasional yang dilaksanakan Universitas Negeri Yogyakarta bekerjasama dengan Gerakan Pramuka Kwartir Nasional, tahun 2010.

Seminar dan Pengabdian :

(58)

3. Panitia Lokabina Karana Adhiguna (LKA) UKM Pramuka Universitas Lampung, tahun 2007, 2008, 2009 dan 2010.

4. Panitia Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar bekerjasama dengan UKM Pramuka Universitas Lampung dan Kwartir Cabang Kota Bandar Lampung, tahun 2007 dan 2008.

5. Panitia Kemah Bakti Racana Nasional III (Kembaranas III) UKM Pramuka Universitas Lampung, tahun 2009.

6. Panitia Latihan Pengembangan Kepemimpinan Tingkat Dasar (LPK-TD) UKM Pramuka Universitas Lampung, tahun 2010.

7. Panitia Temu Pembina Pramuka Perguruan Tinggi Tingkat Nasional bekerjasama dengan Universitas Lampung dan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, tahun 2010.

8. Peserta Raimuna Cabang Kota Bandar Lampung, tahun 2008.

9. Pembina Pendamping Regu Penggalang Lomba Tingkat II Kwartir Ranting Kedaton dan Lomba Tingkat III Kwartir Cabang Kota Bandar Lampung, tahun 2012.

10. Seminar Pendidikan Islam Daerah “Grand Design Mentoring Agama Islam

(59)

PERNYATAAN

Dengan ini Saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan Saya juga tidak terdapat karya atau pen-dapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila ternyata kelak dikemudian hari terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan Saya di atas, maka Saya akan bertanggung jawab sepenuhnya.

Bandar Lampung, 19 November 2012

(60)

Judul Skripsi : Perbedaan Penguasaan Konsep Hidrokarbon Siswa Antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD disertai Strategi Problem Posing dengan

Pembelajaran Konvensional

Nama Mahasiswa : Joni Saputra

No. Pokok Mahasiswa : 0743023028

Program Studi : Pendidikan Kimia

Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Drs. Tasviri Efkar, M.S. Dra. Ila Rosilawati, M.Si.

NIP. 195810041987031001 NIP. 196507171990032001

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Gambar

Tabel 1. Enam langkah/fase dalam model pembelajaran kooperatif
Tabel 2.  Cara perhitungan skor perkembangan individu
Tabel 3. Kriteria Penghargaan Kelompok
Tabel 4. Desain Penelitian
+4

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk untuk mengetahui apakah melalui pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan hasil

Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui hubungan antara berbagai tipe budaya organisasi, komitmen organisasi tersebut dengan turnover intention (keinginan

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan Islam

Perdebabatan seputar pendidikan memang tidak pernah pudar, seiring bertambahnya waktu serta mengarah ke masyarakat yang lebih mapan. Sejak sebelum merdeka hingga

Sejak tahun 1976, kerja sama yang dilakukan ASEAN telah mencakup program pemberian preferensi perdagangan, joint ventures, ekspor impor komoditas pangan dan energi, dan dalam

Dalam aspek penataan ruang kerja ada beberapa hal yang terkait yaitu pencahayaan, suara, warna dan juga letak dari perabotan dn alat kerja kantor. 1) Pencahayaan

Aplikasi Pencarian Rute Terpendek Tempat Wisata Di Kota Pekanbaru menggunakan Algoritma Floyd Warshall ini dapat membantu wisatawan serta masyarakat memberikan

Luar dalem udah hafal lah yaaa hihi  buat dede oke elu duluan yang wisuda fine. maacih buat kegilaan yang udah elu ajarin yes jangan kapok temenan sama