• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Kualitas Lulusan Pendidikan Kese

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Makalah Kualitas Lulusan Pendidikan Kese"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehidupan suatu bangsa erat sekali kaitannya dengan tingkat pendidikan. Pendidikan bukan hanya sekedar mengawetkan budaya dan meneruskannya dari generasi ke generasi, akan tetapi juga diharapkan dapat mengubah dan mengembangkan pengetahuan.

Pendidikan merupakan usaha yang sengaja secara sadar dan terencana untuk membantu meningkatkan perkembangan potensi dan kemampuan anak agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya sebagai seorang individu dan sebagai warga negara/masyarakat, dengan memilih isi (materi), strategi kegiatan, dan teknik penilaian yang sesuai.

Berbagai jalur pendidikan kini dapat kita jumpai salah satunya adalah pendidikan kesetaraan atau sekolah paket. Pendidikan kesetaraan ini merupakan kegiatan yang dapat dilaksanakan dalam pendidikan luar sekolah sebagai suatu sub sistem pendidikan non formal. Pendidikan kesetaraan ini meliputi Program Paket A setara SD/MI, Program Paket B setara SMP/MTs, dan Program Paket C setara SMA/MA yang dapat diselenggarakan melalui Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), Pusat kegiatan belajar Masyarakat (PKBM), atau satuan sejenis lainnya.

(2)

1.2 Rumusan Masalah

Beragam proses demi memajukan pendidikan di Indonesia terus dikembangkan demi mendapatkan hasil yang diinginkan. Baik melalui jalur formal maupun non-formal. Dalam jalur non-formal salah satunya adalah melalui pendidikan kesataraan atau yang sering disebut dengan sekolah paket. Dalam makalah ini akan dikupas tentang kualitas pendidikan kesetaraan atau sekolah paket.

1.3 Tujuan Penulisan

(3)

BAB III PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pendidikan Kesetaraan

Pendidikan Kesetaraan merupakan salah satu jenis pendidikan Nonformal yang berstruktur dan berjenjang. Memberikan kompetensi minimal bidang akademik dan lebih memiliki kompetensi kecakapan hidup. Memberikan kompetensi kecakapan hidup agar lulusannya mampu hidup mandiri dan belajar sepanjang hayat. Tujuannya adalah untuk menyiapkan lulusannya siap untuk memasuki dunia kerja.

Dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional menyebutkan bahwa jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan mengganti.

Berkenaan dengan hal tersebut di atas, maka salah satu upaya yang ditempuh untuk memperluas akses pendidikan guna mendukung pendidikan sepanjang hayat adalah melalui pendidikan kesetaraan. Pendidikan kesetaraan inipun mencangkup Paket A (setara SD), Paket B (setara SMP) dan Paket C (setara SMU).

2.2 Program Pendidikan Kesetaraan

1. Program Paket A (Setara Sekolah Dasar)

(4)

atau berminat dan memilih pendidikan kesetaraan untuk ketuntasan pendidikan. Pemegang ijazah Program Paket A memiliki hak eligibilitas yang sama dengan pemegang ijazah SD/MI.

2. PROGRAM PAKET B (SETARA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA) Program Paket B adalah program pendidikan dasar pada jalur pendidikan nonformal setara SMP/MTs bagi siapapun yang terkendala ke pendidikan formal atau berminat dan memilih pendidikan kesetaraan untuk ketuntasan pendidikan dasar. Pemegang ijazah Program Paket B memiliki hak eligibilitas yang sama dengan pemegang ijazah SMP/MTs.

3. PROGRAM PAKET C (SETARA SEKOLAH MENENGAH ATAS)

Program Paket C adalah program pendidikan menengah pada jalur pendidikan nonformal setara SMA/MA bagi siapapun yang terkendala ke pendidikan formal atau berminat dan memilih pendidikan kesetaraan untuk ketuntasan pendidikan menengah. Pemegang ijazah Program Paket C memiliki hak eligibilitas yang sama dengan pemegang ijazah SMA/MA.

2.3 Fungsi Pendidikan Kesetaraan

Pendidikan kesetaraan sendiri memiliki fungsi yaitu mengembangkan potensi diri peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan akademik dan keterampilan fungsional dan pengembangan sikap dan kepribadian profesional.

2.4 Tujuan Pendidikan Kesetaraan

(5)

1. Menjamin penyelesaian pendidikan dasar yang bermutu bagi anak yang kurang beruntung: putus sekolah, putus lanjut, tidak pernah sekolah, minoritas etnik, dan anak yang bermukim di desa terbelakang, miskin, bermasalah secara sosial, terpencil atau sulit dicapai karena letak geografi s dan atau keterbatasan transportasi dalam rangka memberi kontribusi terhadap peningkatan APM dan APK pendidikan dasar minimal 2% – 5% dalam mempercepat susksesnya wajar sembilan tahun.

2. Menjamin pemenuhan kebutuhan belajar bagi semua warga masyarakat usia produktif melalui akses yang adil pada program-program belajar dan kecakapan hidup.

3. Memberikan kontribusi terhadap peningkatan rata-rata lama pendidikan bagi masyarakat Indonesia minimal 9 tahun sehingga mampu meningkatkan Human Development Index (HDI) dan upaya menghapus ketidakadilan

gender dalam pendidikan dasar dan menengah.

4. Memberikan peluang kepada warga masyarakat yang ingin menuntaskan pendidikan setara SD/MI dan SMP/MTs atau yang sederajat dengan mutu yang baik

5. Melayani peserta didik yang memerlukan pendidikan akademik dan kecakapan hidup secara fleksibel untuk mengaktualisasikan diri sekaligus meningkatkan mutu kehidupannya.

2.5 Sasaran Pendidikan Kesetaraan

1. Kelompok masyarakat usia 15 – 44 yang belum tuntas wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun.

(6)

3. Penduduk yang terkendala ke jalur formal karena berbagai hal berikut: a. Potensi khusus seperti pemusik, atlet, pelukis dll,

b. Waktu seperti pengrajin, buruh, dan pekerja lainnya,

c. Geografi seperti etnik minoritas, suku terasing dan terisolir,

d. Ekonomi seperti penduduk miskin dari kalangan petani, nelayan, penduduk kumuh dan miskin perkotaan, pekerja rumah tangga, dan tenaga kerja wanita,

e. Keyakinan seperti warga pondok pesantren yang tidak menyelenggarakan pendidikan formal (madrasah), bermasalah sosial/hukum seperti anak jalanan, korban Napza, dan anak Lapas.

2.6 Kendala Dalam Pendidikan Kesetaraan

Dalam pendidikan kesetaraan memiliki beberapa kendala antara lain: 1. Bagi peserta belajar:

2. lokasi tempat tinggal warga belajar saling berjauhan sehingga sulit mendapatkan satu kelompok sebanyak 40 orang warga belajar,

3. latar belakang sosial ekonomi warga belajar lemah sehingga frekuensi kehadirannya sangat rendah

4. warga belajar menjadi pencari nafkah keluarga, mereka hanya belajar kalau waktu mengizinkan

5. motivasi belajar rendah, mereka berpendapat tanpa belajarpun mereka sudah mendapatkan uang.

(7)

1. sulit mendapatkan tutor yang memiliki latar belakang keguruan, khususnya tutor IPA dan Bahasa Inggris

2. honorarium yang diterima tutor tidak memadai

3. usaha peningkatan kemempuan Tutor tidak merata, banyak Tutor yang tidak pernah ditatar dan tempat tinggal Tutor jauh dari warga belajar.

2. Kurangnya Sarana:

1. jumlah modul terbatas, misalnya 1 modul untuk 3 orang warga belajar, yang seharusnya 1 modul untuk tiap warga belajar, akibatnya mereka sukar untuk dapat melaksanakan proses belajar mandiri

2. terbatasnya jumlah buku yang dapat menambah wawasan warga belajar

3. kurang dimanfaatkannya sarana belajar lokal atau yang tersedia di lokasi kegiatan.

3. Kurangnya Prasarana:

1. belum memiliki gedung sendiri

2. lokasi gedung sekolah jauh dari tempat tinggal warga belajar 3. fasailitas belajar kurang memadai.

4. Kesulitan dalam Perhebtanas:

1. terbatasnya jumlah tenaga yang handal yang mampu menangani Perhabnatas

2. pendaftaran peserta ujian yang sering terlambat

(8)

4. data peserta yang sering berubah-ubah, akibatnya menghambat dalam membuat pengumuman kelulusan

5. longgarnya pengawasan, akibatnya di beberapa daeah ditemukan adanya kesenjangan pelaksanaan

6. terlambatnya pengumuman akibat terlambat pengembalian Lembar Jawaban Kerja (LJK) dari daerah ke pusat, yang dapat mengakibatkan kurang kepercayaan peserta pada sistem yang dibangun

2.7 Kualitas Lulusan Pendidikan Kesetaraan

(9)

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pendidikan Kesetaraan merupakan pendidikan nonformal yang mencakup program Paket A setara SD/MI, Paket B setara SMP/MTs, dan Paket C setara SMA/MA dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan, keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional peserta didik.

Dalam pelaksanaannya pendidikan kesetaraan juga memperhatikan kualitas lulusannya terbukti dengan berbagai cirikhas yang mengharuskan peserta didiknya memiliki keterampilan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, memiliki keterampilan untuk menghadapi dunia kerja serta keterampilan untuk berwirausaha.

3.2 Saran

(10)

DAFTAR PUSTAKA

http://imalovejian.wordpress.com/2011/11/24/makalah-program-kesetaraan/

http://aswendo2dwitantyanov.wordpress.com/2012/05/14/pendidikan-kesetaraan-2/ http://arminaven.blogspot.com/2011/06/pendidikan-kesetaraan-program-kejar.html http://nie07independent.wordpress.com/konsep-pendidikan/

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillah segala puji hanya milik Allah SWT karena berkat taufiq, hidayah, dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Efektivitas

SATUAN KERJA : DINAS SOSIAL, TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN SANGGAU TAHUN ANGGARAN : 2016.. No Kegiatan Volume

Oleh yang demikian, pelbagai pendekatan aplikasi wakaf tunai telah dibina dan sedang dibina oleh pihak bertanggungjawab bagi memastikan berwakaf dalam bentuk

Penerapan konsep green building diharapkan tidak hanya diterapkan pada. bangunan-bangunan komersial saja, namun juga pada berbagai bangunan

Dari temuan hasil dilapangan tentang peringkat indeks loyalitas konsumen indonesia yang dikeluarkan majalah SWA dan badan survei MARS ( 2005-2009 ).. Hal inilah yang membuat

Adapun tujuan dan ruang lingkup kesehatan lingkungan secara khusus meliputi usaha-usaha perbaikan atau pengendalian terhadap lingkungan hidup manusia,

KETUA PENGAWAS: Sila pungut KESELURUHAN kertas soalan h i (tanpa diceraikan mana-mana muka surat) dan mana-mana kertas soalan peperiksaan ini yang berlebihan untuk

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Direktur Jenderal Perbendaharaan tentang Perubahan atas Keputusan Direktur