UPAYA PERUM PERHUTANI DENGAN MASYRAKAT DALAM MENANGGULANGI LAJU KERUSAKAN HUTAN NEGARA MELALUI
PROGRAM PHBM
(Studi di BKPH Pujon, Rph pujon Utara, Kecamatan Pujon Kabupaten Malang)
SKRIPSI
Disusun Oleh :
NAMA MAHASISWA : MUHAMMAD ANDIKA SAINUDDING NIM : 201210050311009
JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
LEMBAR PENGESAHAN
Telah Dipertahankan Dihadapan Sidang Dewan Penguji Skripsi
Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Malang pada:
Hari : Sabtu
Tanggal : 30 bulan juli 2016
Jam : 09-10
Tempat : Meja ll Ruang 603
Dewan Penguji
1. Dr. Tri Sulistyaningsih, M.Si (...) 2. Dr. Vina Salviana S, M.Si (...) 3. Salahudin S.IP M.SI (...) 4. Muhammad Kamil, S.IP., MA (...)
Mengesahkan Dekan
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang
KATA PENGANTAR
Puji sukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa
melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul “Upaya Perum Perhutani
Dengan Masyrakat Dalam Menanggulangi Laju Kerusakan Hutan Negara Melalui Program PHBM (Study BKPH Pujon, Rphpujon Utara Kecamatan Pujon Kabupaten Malang)”. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu
Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas
Muhammadiyah Malang.
Penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya dan rasa
hormat atas segala bimbingan, pengarahan, serta dorongan yang telah diberikan
kepada penulis selama penyusunan skripsi, dengan segala kerendahan hati penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Drs. Fauzan, M.Pd Selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang
2. Dosen Pembimbing 1 Dr.Tri Sulistyaningsih, M.Si Yang Telah Membantu
Saya Dalam Penulisan Skripsi Ini.
3. Dosen Pembimbing 2 Dr Vina Salviana S, M.Si Yang Telah Membantu Saya
Dalam Penulisan Skripsi Ini.
4. Ketua Kajur Ilmu Pemerintahan Hevi Kurnia Hardini, Sip, Ma.Gov
5. Terima kasih kepada Dr. Asep Nurjaman, M.Si Selaku Dekan Fisip UMM
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI ... l
BERITA ACARA SEMINAR PROPOSAL SKRIPSI ... ll
BERITA ACARA BIMBINGAN ... lll
SURAT PERNYATAAN ... lV
ABSTRAKSI ... V
LEMBAR PENGESAHAN ... Vl
PERSEMBAHAN ... Vll
KATA PENGANTAR ... Vlll
DAFTAR ISI ... IX
BAB l PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 8
E. Definisi Konsep ... 9
F. Definisi Operasional ... 13
1. Upaya Perum Perhutani dalam menanggulangi laju kerusakan hutan. ... 14
2. Faktor-Faktor Yang Dihadapi Perum Perhutani Dalam menanggulangi laju kerusakan hutan ... 15
G. Metode Penelitian ... 16
1. Jenis Penelitian ... 16
2. Lokasi Penelitian ... 16
3. Subyek Penelitian ... 16
4. Sumber Data ... 17
5. Teknik Pengumpulan Data ... 18
BAB ll LANDASAN TEORI ... 23
A. Konsep Kehutanan ... 23
1. Pengertian hutan ... 23
2. Klarifikasi hutan ... 24
B. Upaya Perum Perhutani ... 26
C. Hutan Negara ... 30
D. Kerusakan Hutan ... 32
E. Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) ... 37
F. Konsep Kebijakan Publik ……… 42
BAB lll GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALANG ... 47
A. Geografis, Administratif dan Kondisi Fisik ... 47
B. Demografi ... 51
C. Tata Ruang Wilayah ... 51
D. Profil Umum Perhutani ... 56
E. Sejarah Perusahaan ... 57
F. Wilayah Kerja ... 60
G. Unit Kerja ... 61
H. Visi Dan Misi ... 62
I. Struktur Perum Perhutani ... 63
J. Profil Bkph Pujon ... 63
K. Toporgrafi ... 64
L. Kerjasama ... 65
BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISI DATA... 70
A. Kondisi hutan kecamatan pujon ... 70
1. Komunikasi dan Penyuluhan dengan masyarakat ... 74
2. Reboisasi Hutan ... 79
3. Patroli Preventif ... 85
BAB V PENUTUP ... 101
A. Kesimpulan ... 101
B. Saran ... 103
C. Daftar Pustaka ... 104
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Siklus Penelitian Data Kualitatif Model Interaktif ... 20
Gambar. 4.1 kondisi hutan pujon utara dilihat bawah ... 71
Gambar 4.2 kondisi hutan pujon utara dilihat dari bawah ... 72
Gambar 4.3 Kegiatan penyuluhan yang dilakukan polisi hutan Perum Perhutani kepada masyarakat pujon. ... 77
Gambar 4.4 100 Bibit Pohon Jabon Sebelum Dilakukan Penanaman kembali pada petak 64b lokasi pujon utara. ... 82
Gambar 4.5 Penanaman Jabon Yang Dilakukan Kepolisian Pujon Bersama Polisi Hutan Perum Perhutani…... 83
Gambar 4.6 Patroli rutin yang dilakukan Polisi Hutan dan Mantri Perum Perhutani pada daerah pertanian masyarat Pujon utara agar kawasan pertanian tidak meluas. ... 88
Gambar.4.7 Kegiatan patroli di sumber mata air pujon utara…………. 89
DAFTAR PUSTAKA BUKU:
Arief, Arifin 2001. Hutan dan kehutanan, Yogyakarta: kanisus
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Alam setia zain , 1997, hukum lingkungan konservasi hutan dan segi-segi hukum
pidana, rinerka cipta, jakarta
Direksi Perum Perhutani, 2007
direksi Perum Perhutani No 458 Tahun 2007 tentang upaya penanggulangan
kerusakan hutan
Fauzi Abdullah, dkk (2000). Merubah kebijakan publik. Pustaka pelajar.
Yogyakarta
Hadari, Nawawi. 2002. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Iskandar dan nugraha A, 2007 politik pengelola sumber daya hutan : issue dan
agenda mendesak. Debur press
J. Moleong, lexy. 2013. Metode penelitian kuantitatif edisi revisi. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Jana supriatna, 2008. Melestarikan alam Indonesia. Yayasan obor Indonsia.
Jakarta 2001.
Joko Widodo, 2007, Analis kebijakan publik “ konsep dan aplkasi proses kebijakan
publik” banyumedia publishing. Malang
Koentjaraningrat. 1997. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Purwanto, teguh. 1989, meningkatkan partisipasi masyarakat desa hutan dalam
pembangunan dan pelestarian hutan. jakarta :sinar grafika
Rahayu, I dan Ardani, T. 2004. Observasi dan Wawancara. Malang : Bayumedia
Publishing.
Salim, H.S 2002, dasar-dasar hukum kehutanan . jakarta : sinar grafika
Soeriaatmadja. 1997. Ilmu Lingkungan. ITB Press. Bandung
UUD
Undang-undang Pokok N0.23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
Undang-Undang Republik Indonesia No 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2013 Tentang Pencegahan
Dan Pemberantasan Kerusakan Hutan
Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1986 dan Peraturan Pemerintah Nomor 30
Tahun 2003
INTERNET:
Datu pada 2 Februari 2016
http://www.sariwaran.com/eksploitasi-alam-paru-paru-dunia/ diakses pada Selasa 03-02-2016 jam 13.53
Irwanto pada 9 maret 2012 http: //www.irwantoshut.com/kerusakan
hutan_indonesia. html diakses pada hari Rabu 30 Desember 2015 11.28
Profil Pujon http://pujon.malangkab.go.id/?page_id=5 diakses pada hari Minggu
27 Desember 2015 20.22
Perum Perhutani http://perumperhutani.com/profil/ diakses pada jum’at 04
Februari 2016 jam 14.20
Perum Perhutani http://perumperhutani.com/profil/new-milayah-kerja/ diakses
pada jum’at 04 Februari 2016 jam 14.32
Perum Perhutani http://perumperhutani.com/profil/visi-misi-budaya-perusahaan/
diakses pada jum’at 04 Februari 2016 jam 14.36 OBSERVASI
Wawancara dengan Asper Perum Perhutani BKPH Pujon tahun 2016
Wawancara dengan Mantri RPH Pujon Utara tahun 2016
Wawancara Dengan Masyarakat Tahun 2016
1
BAB l PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANGHutan adalah sumber penghasil oksigen bagi dunia. Untuk perannya sebagai
produsen oksigen tersebut, hutan mendapat gelar sebagai paru-paru dunia. Hutan
juga penyimpan cadangan air tanah terbesar di dunia. Hutan merupakan rumah bagi
jutaan makhluk hidup. Kehidupan yang berlangsung di dalam hutan menciptakan
berbagai jenis hubungan antara berbagai makhluk hidup yang ada di dalam hutan.
Hutan sebagai karunia dan anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang diamanatkan
kepada bangsa Indonesia, merupakan kekayaan yang dikuasai oleh negara dan
memberikan manfaat bagi umat manusia yang wajib disyukuri, dikelola, dan
dimanfaatkan secara optimal serta dijaga kelestariannya untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. (Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945).
Hutan merupakan salah satu bentuk dari sumber daya alam hanyati dan
memiliki ekositem yang beraneka ragam yang terkandung di dalamnya. Dalam
Undang-Undang Republik Indonesia No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan pada
Pasal 4 ayat 1 menyebutkan semua hutan di dalam wilayah Republik Indonesia
termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya adalah hutan Negara dan
dikuasai oleh Negara untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Ayat 2 Penguasaan
hutan oleh Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberi wewenang
2 dengan hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan; b.) menetapkan status wilayah
tertentu sebagai kawasan hutan atau kawasan hutan sebagai bukan kawasan hutan;
dan c.) mengatur dan menetapkan hubungan-hubungan hukum antara orang dengan
hutan, serta mengatur perbuatan-perbuatan hukum mengenai kehutanan. Ayat 3
penguasaan hutan oleh Negara tetap memperhatikan hak masyarakat hukum adat,
sepanjang kenyataannya masih ada dan diakui keberadaannya, serta tidak
bertentangan dengan kepentingan nasional1.
Hutan Indonesia merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan
berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan
alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Kawasan
hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah
untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.
Indonesia adalah negara yang mempunyai hutan yang sangat luas. Kawasan
hutan Indonesia mencapai 162 juta hektar. Lahan hutan terluas terdapat di Papua
(32,36 juta hektar). Lokasi hutan Indonesia lainnya terdapat di Kalimantan (28,23
juta hektar), Sumatera (14,65 juta hektar), Sulawesi (8,87 juta hektar), Maluku dan
Maluku Utara (4,02 juta hektar), Jawa (3,09 juta hektar), serta Bali dan Nusa
Tenggara (2,7 juta hektar) Bahkan, Indonesia adalah pemilik hutan hujan tropis
terluas ke-3 di dunia setelah Brazil dan Kongo. Keanekaragaman flora dan fauna
pada hutan hujan tropis sangat bermanfaat bagi industri farmasi, kerajinan,
pariwisata, dan ilmu pengetahuan2.
1 UU Republik Indonesia No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan
2 Dikutip Dari Datu Pada 2 Februari 2016
3 Hutan yang berada di Indonesia sebagian besar adalah hutan hujan tropis, yang
tidak saja mengandung kekayaan hayati flora dan fauna yang beraneka ragam,
tetapi juga termasuk ekosistem terkaya di dunia, sehubungan dengan
keanekaragaman kehidupan lainnya. Indonesia memiliki kawasan hutan hujan
tropis yang terbesar di asia-fasifik yaitu diperkirakan 1.148.400 kilometer persegi,
Hutan Indonesia termasuk yang paling kaya keanekaragaman hayati di dunia3.
Apabila hutan tidak dijaga kelestariannya dan hanya diambil hasil alamnya saja
akan menimbulkan kerusakan dan kepunahan, karena itu hutan secara perlahan
namun pasti menyusut keberadannya, apabila pepohonan telah di tebang,
kawasannya dirambah dan tidak cepat dilakukan penanaman kembali, oleh karena
itu diperlukan pengelolaan hutan yang baik untuk menjaga hutan agar tetap lestari.
Menurut FAO, menyebutkan laju kerusakan hutan di Indonesia mencapai
1.315.000 ha per tahun atau setiap tahunnya luas areal hutan berkurang sebesar satu
persen (1%). Berbagai LSM peduli lingkungan mengungkapkan kerusakan hutan
yang ada di Indonesia mencapai 1.600.000 – 2.000.000 ha per tahun dan lebih tinggi
lagi data yang diungkapkan oleh Greenpeace, bahwa kerusakan hutan di Indonesia
mencapai 3.800.000 ha per tahun yang sebagian besar adalah penebangan liar atau
illegal logging. Sedangkan ada ahli kehutanan yang mengungkapkan laju kerusakan
hutan di Indonesia adalah 1.080.000 ha per tahun, Karena itu pengawasan hutan
harus benar-benar diperhatikan4.
3 Dikutip Dari Purnma Sari 12-10-2001
Http://Jurnal-Ekonomi.Org/2004/04/22/Ada-Apa-Dengan-Pengelolaan-Sumber-Daya-Alam-Indonesia/ Diakses Pada Hari Senin 28 Desember 2015 Jam 09.07
4 Dikutip Irwanto, 9 Maret 2012 Http://Www.Irwantoshut.Com/Kerusakan_Hutan_Indonesia.Html
4 Salah satu yang mengalami kerusakan hutan adalah hutan yang berada di
daerah malang. Hutan yang berada didaerah malang ini mengalami kerusakan yang
memperhatinkan karena banyaknya pengelolaan yang tidak tepat sasaran seperti
perkebunan yang dilakukan oleh masyarakat yang berada di daerah Pujon utara
Kecamatan Pujon. Hutan yang berada pada daerah tersebut telah banyak dikelola
oleh kelompok masyarakat tani sebagai lahan perkebunan, akan tetapi hutan yang
berada pada daerah Pujon utara tersebut bukanlah hutan rakyat. Hutan tersebut
merupakan hutan Negara yang dimana pengelolaan dan segalanya dikuasai oleh
Negara (Undang-Undang Republik Indonesia No. 41 Tahun 1999 Tentang
Kehutanan).
Rusaknya hutan pada daerah pujon utara ini berdampak pada ekosistem hutan
maupun berdampak juga pada daerah tersebut, hal ini karena daerah pujon utara
merupakan daerah pegunungan, yang dimana daerah ini akan sangat mudah sekali
terjadi kelongsoran, karena tidak ada tanaman yang bisa menguatkan tekstur
tanahnya. Bayangkan saja hutan negara yang dikelola oleh masyarakat sebagai
lahan pertanian hampir sekitar 80%, hal ini bisa langsung kita lihat ketika masuk
kawasan Pujon utara. Banyak sekali hutan-hutan gundul akibat penyalahgunaan
pengelolaan dengan menanam sayur-sayuran yang berlebihan. Kawasan pujon utara
ini merupakan kawasan LDTI (Lapangan Dengan Tujuan Istimewa) juga merpakan
kawasan KPS ( Kawasan Perlindungan Setempat) yang dimana hutan pada daerah
tersebut harus ditanami pohon tegakan minimal 1100/hektar5.
5 Dalam hal pengelolaan hutan Negara Perum Perhutani adalah Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) yang berada dibawah naungan langsung dari Departemen
Kehutanan diberikan mandat menjadi pengelola hutan tropis yang terbaik di dunia.
Dalam misi tersebut Perum Perhutani yang antara lain mengelola hutan tropis
dengan prinsip pengelola hutan lestari, menyelenggarakan pengelolaan sumber
daya hutan bersama masyarakat, membangun Sumber Daya Manusia (SDM)
melalui perusahaan yang bersih, berwibawa, mendukung dan berperan serta dalam
pembangunan wilayah dan perekonomian nasional6.
Perum Perhutani didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun
1972, kemudian diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1978
seterusnya keberadaan dan usaha-usahanya ditetapkan kembali berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1986 dan Peraturan Pemerintah Nomor 30
Tahun 2003. Saat ini dasar hukum yang mengatur Perum Perhutani adalah
Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 20107.
Posisi Perum Perhutani sudah sejak lama selalu dihadapkan dalam persoalan
manajemen lahan dengan kepentingan masyarakat sekitar hutan. Dengan adanya
aturan mengenai kehutanan, Perhutani diserahi tugas sebagai pengelola hutan dan
produksi-produksi turunannya. Untuk fungsi menjaga, mengelola dan melindungi
berdasarkan pada PP No. 72/20108. Perum Perhutani melakukan program agar
6Dikutip 2014 By Perum Perhutani
Http://Perumperhutani.Com/Profil/Visi-Misi-Budaya-Perusahaan/ Diakses Pada Jum’at 04 Februari 2016 Jam 14.36
7 Dikutip Perum Perhutani Http://Perumperhutani.Com/Profil/ Diakses Pada Jum’at 04 Februari
2016 Jam 14.20
8Dikutip Sayfa Auliya Achidsti 16 Feb 2010
6 pengelolaan hutan menjadi lebih baik yaitu melalui program yang bersifat
membangun perkonomian.
Program yang dilakukan Perum Perhutani dalam membangun perekonomian
ialah dengan melakukan program PHBM (Pengelolaan Hutan Bersama
Masyarakat). Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat (PHBM)
adalah suatu sistem pengelolaan sumberdaya hutan yang dilakukan bersama oleh
Perum Perhutani dan masyarakat desa hutan dan atau oleh Perum Perhutani dan
masyarakat desa hutan dengan pihak yang berkepentingan (stakeholder) dengan
jiwa berbagi sehingga kepentingan bersama untuk mencapai keberlanjutan fungsi
dan manfaat sumber daya hutan dapat diwujudkan secara optimal dan proporsional.
Sejak tahun 2001 pemberdayaan masyarakat desa hutan oleh Perum Perhutani
dijadikan suatu sistem yaitu Pengelolaan Sumber Daya Hutan Bersama Masyarakat
(PHBM) merupakan kerangka dari Perhutanan Sosial dengan prinsip bersama,
berdaya, berbagj dan transparant. Desa hutan adalah desa-desa yang berbatasan
dengan hutan yang kehidupan masyarakatnya mempunyai ketergantungan dengan
hutan, oleh karena itu, petani mandiri merupakan tujuan pokok dari program
pembangunan masyarakat desa sekitar hutan tersebut.
PHBM dilakukan berbasis Desa Hutan dengan ruang lingkup di dalam dan di
luar kawasan hutan baik berbasis lahan maupun bukan lahan dengan
mempertimbangkan skala prioritas berdasarkan perencanaan partisipatif. Nilai dan
7 masukan faktor produksi yang dikontribusikan oleh masing-masing pihak
(perusahan, masyarakat, desa hutan, pihak yang berkepentingan)9.
Program PHBM ini dilakukan Perum Perhutani dengan masyarakat Pujon utara
agar mengelola hutan sesuai dengan fungsinya agar bersama-sama dapat
melestarikan hutan agar hutan lebih diperhatiakan khususnya pada daerah Pujon
utara tersebut, akan tetapi partisipasi masyarakat Pujon utara masih sangat kurang
dalam mengikuti program PHBM tersebut, hal ini karena kurangnya pengetahuan
maupun kesadaran masyarakat dalam pentingnya program PHBM yang di lakukan
Perum Perhutani.
Program yang dilakukan oleh Perum Perhutani ini didukung oleh pemerintah
daerah agar dapat membangun kesejahtraan masyarakat serta masyakat juga ikut
andil dalam hal pengelolaan hutan, tidak hanya itu masyakat juga dapat
mempelajari hutan dan manfaannya secara luas agar tidak melakukan kegiatan yang
dapat merusak hutan. Dukungan dari pemerintah sendiri ialah sebagai fasilitator
dari Perhutani dan masyakat dalam hal pelestarian dan pengembangan hutan secara
berkelanjutan agar hutan tetap terjaga dan lestari.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis berniat melakukan penelitian dengan
judul “Upaya Perum Perhutani Dengan Masyarakat Dalam Menanggulagi
Laju Kerusakan Hutan Negara Melalui Program (PHBM) ”(Studi di BKPH Pujon, RPH Pujon, Utara Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang)”
9Dikutip 2014 By Perum Perhutani Http://Bumn.Go.Id/Perhutani/Halaman/159 Diakses Pada 22
8
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan tulisan di atas penulis menganmbil rumusan masalah pada
rumusan penelitian tersebut yaitu:
1. Bagaimana upaya Perum Perhutani dengan masyarakat dalam menanggulagi
laju kerusakan hutan negara melalui program (PHBM)?
2. Permasalahan apa saja yang dihadapi Perum Perhutani dalam menanggulagi
laju kerusakan hutan negara melalui program (PHBM)?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui upaya Perum Perhutani dengan masyarakat dalam
menanggulagi laju kerusakan hutan negara melalui program (PHBM).
2. Untuk mengetahui Permasalahan apa saja yang dihadapai Perum Perhutani
dalam menanggulagi laju kerusakan hutan negara melalui program (PHBM)
D. MANFAAT PENELITIAN Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan agar dapat memberikan kontribusi positif bagi
perkembangan ilmu pemerintahan khususnya dalam rangka pengembangan teori
tentang kehutanan dalam pengelolaan hutan negara serta bisa dijadikan referensi
oleh peneliti yang tertarik meneliti dengan judul penelitian ‘upaya Perum Perhutani
dalam menanggulagi laju kerusakan hutan negara melalui program (PHBM)’ dan
9
Manfaat Praktis a. Bagi Perhutani
Sebagai rekomendasi terhadap perhutani dalam membuat kebijakan dan juga
pengambilan keputusan, serta melakukan pengawasan dan melakukan pelestarian
hutan secara efektif dan menjalin relasi komunikasi sosial dan sosialisasi
kemasyarakat agar saling mengelola hutan bersama-sama dan menghidari
terjadinya gab/kesenjangan antara perhutani dan masyarakat agar tercipta
kedamaian antara masyarakat maupun perhutani.
b. Bagi Masyarakat
Sebagai pengetahuan sekaligus pembelajaran dalam meningkatkan kesadaran
bagi masyarakat dalam melakukan pengelolaan dan mengetahui fungsi hutan yang
sebenarnya serta memberikan penjelasan kepada masyarakat bahwa setiap hutan
yang ditunjuk oleh Pemerintah yang berada didalam Republik Indonesia adalah
hutan negara, yang di mana seluruh masyarakat harus saling menjaga hutan,
melestarikannya dan mengembalikan hutan sebagaimana fungsi hutan yang
sebenarnya.
E. DEFINISI KONSEP 1. Definisi Konsep
Menurut Simon, perkembangan teori pengelolaan hutan dapat dikelompokkan
ke dalam dua kategori, yaitu kategori kehutanan konvensional dan kategori
kehutanan modern (kehutanan sosial). Kehutanan konvensional adalah Teori
pengelolaan hutan yang termasuk ke dalam kehutanan konvensional adalah
10 management (TM). Kehutanan modern adalah Kehutanan sosial adalah
pengelolaan hutan sebagai sumberdaya atau forest resource management (FRM)
dan pengelolaan hutan sebagai ekosistem atau forest ecosystem management
(FEM). Keduanya disebut juga dengan istilah lain Sustainable Forestry
Management (SFM). Ketiga teori pengelolaan hutan tersebut, secara evolutif
berkembang, sejak dari mulai penambangan kayu (TE) hingga sampai pada
pengelolaan ekosistem hutan (FEM).
Kehutanan merupakan aspek ekologis yang berada di atas permukaan bumi,
kehutanan dari segi pembentukannya terdiri dari 2 (dua) cara, yaitu terbentuk
alamiah dan buatan. Perkembangan tehnologi telah menciptakan teori yang dapat
mengembalikan fungsi hutan alam, dengan dasar tersebut pengelolaan hutan lebih
dititikberatkan kepentingan secara menyeluruh. Bumi dengan segala macam di
dalam dan di permukaan dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya oleh manusia
sebagai penghuninya. Pengelolaan hutan sebaiknya diselaraskan dengan
pengelolaan sumber daya alam yang lainnya, sehingga pemanfaatan sumber daya
dapat terjalin dengan baik dan menguntungkan10. Maka definisi konsep pada
penelitian ini adalah:
a) Upaya Perum Perhutani
Perum perhutani sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berada di
bawah naungan langsung dari Departemen Kehutanan diberikan mandat menjadi
pengelola hutan tropis yang terbaik di dunia. Dalam misi tersebut Perum Perhutani
yang antara lain mengelola hutan tropis dengan prinsip pengelola hutan lestari11.
11 Upaya yang dilakukan Perum Perhutani untuk mengurangi jumlah kerusakan hutan
yang berada didaerah Pujon ialah dengan cara memberika pengetahuan tentang
hutan dan segala fungsinya dengan melibatkan pemerintah maupun masyarakat
yang berada pada daerah Pujon, bahwa betapa pentingnya hutan dalam ekosistem
maupun dalam kehidupan manusia, jika hutan tidak dirawat dan di jaga maka hutan
menjadi rusak dan dapat menimbulkan bencana seperti longsor, banjir dll, oleh
karena itu upaya inilah yang menjadikan pengetahuan kepada masyakat agar lebih
memperhatikan hutan dan mengembalikan fungsi hutan yang seharusnya.
b) Hutan Negara
Hutan negara adalah hutan yang berada di atas tanah yang tidak dibebani hak
atas tanah. Hutan negara ini kepemilikannya ada pada negara. Segala bentuk
penguasaan dan pengelolaan harus seijin dari negara. Suatu kesatuan ekosistem
berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan
dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat
dipisahkan. Hutan adalah masyarakat tumbuhan yang kompleks, terdiri dari
pepohonan, semak, tumbuhan bawah, jasad renik tanah dan hewan. Suatu lapangan
yang ditumbuhi pepohonan dikatakan sebagai hutan apabila minimum lapangan
yang ditumbuhi pohon sekitar ¼ hektar. Kebanyakan hutan yang di Indonesia
adalah hutan negara dan tidak dapat dikelola tanpa seijin dari negara. Termasuk
hutan yang berada pada hutan yang berada di daerah pujon dan sekitarnya adalah
hutan negara dan tidak dapat dikelola oleh masyarakat secara bebas.
c) Kerusakan Hutan
Hutan yang berada di Indonesia semakin lama semakin memperhatinkan,
12 bertanggung jawab seperti kerusakan yang terjadi akibat pembakaran lahan yang
terjadi pada tahun 2015 lalu, yang dimana bencana kebakaran hutan tersebut
mengakibatkan kabut yang sangat membahayakan bagi fungsi pernafasan manusia,
tidak hanya itu kabut tersebut sampai ke negara tetangga yaitu negara Malaysia,
Tidak hanya itu hutan yang berada pada daerah pujon juga merupakan hutan yang
perlu diperhatikan oleh pihak terkait seperti Perum Perhutani sebagai pihak yang
diberikan tanggung jawab atas segara kerusakan hutan yang berada pada hutan
negara.
Hutan yang berada di daerah pujon tersebut terlihat seperti lahan pertanian
sayuran, hal ini karena penyalahgunaan lahan hutan oleh masyarakat yang berada
pada daerah tersebutlah yang mengakibatkan hutan menjadi gundul, yang dimana
hutan adalah hamparan pepohonan tapi berubah menjadi lahan pertanian oleh
karena itu kondisi hutan haruslah sangat diperhatikan oleh pihak terkait.
d) Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM)
Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) adalah suatu
sistem pengelolaan sumberdaya hutan yang dilakukan bersama oleh Perum
Perhutani dan masyarakat desa hutan dan atau oleh Perum Perhutani dan
masyarakat desa hutan dengan pihak yang berkepentingan (stakeholder) dengan
jiwa berbagi sehingga kepentingan bersama untuk mencapai keberlanjutan fungsi
dan manfaat sumber daya hutan dapat diwujudkan secara optimal dan proporsional.
Program PHBM ini bermaksud untuk meningkatkan hubungan yang harmonis
13 berbagi kewenangan dan berbagi hasil pengelolaan12 Menurut Haeruman tujuan
dilaksanakan program PHBM adalah :
1. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal dan melepaskan dari kemiskinan,
membangun pemupukan modal masyarakat.
2. Meningkatkan kemampuan teknologi dan manajemen organisasi masyarakat
lokal dalam melaksanakan PHBM.
3. Membangun PHBM secara struktural, sehingga PHBM menjadi salah satu
andalan usaha rakyat.
4. Meningkatkan keanekaragaman jenis usaha dan jenis hasil yang lebih
unggul dan tahan terhadap gejolak ekonomi.
5. Meningkatkan sediaan sumberdaya kehutanan bagi pengembangan sektor
kehutanan yang lebih luas. Ini terbentuk sebagai hasil akhir dari keberhasilan upaya
pemberdayaan masyarakat13.
F. Definisi Operasional
Definisi oprasional merupakan unsur penelitian untuk mengukur variabel
sehingga diketahui indikator dari variabel tersebut. tentunya dalam melakukan
penelitian ini haruslah ada indikator dari variabel yang ingin diteliti. Dan juga untuk
mengetahui batas variabel dari permasalahan ini. Adapun definisi oprasional dalam
penelitian ini adalah:
12 Affianto, Agus, Susanti A., Riyanto S. 2005. Nilai Finansial Dan Ekonomi Tegakan Hutan.
Dalam Awang, San Afri (Ed.). Petani, Ekonomi, Dan Konservasi Hal : 57-95.
13 Haeruman, H.2005. Kriteria Pengambilan Keputusan Di Bidang Lingkungan Hidup. Bogor:
14
1. Upaya Perum Perhutani dalam menanggulangi laju kerusakan hutan. a. Komunikasi Dengan Masyarakat/Penyuluhan.
Komunikasi ini bermaksud agar menghindari tindakan pengerusakan hutan
secara terus-menerus yang di lakukan oleh masyarakat tani daerah pujon utara
dan memberikan pengertian terhadap masyarakat pentingnya hutan serta
memberikan pemahaman Undang-undang republik indonesia nomor 18 tahun
2013 tentang pencegahan dan pemberantasan kerusakan hutan.
b. Reboisasi hutan
Reboisasi hutan ini di dilakukan pada saat musim penghujan. Dan tujuan dari
Reboisasi berguna untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia dengan
menyerap polusi dan debu dari udara yang ada pada sekitar hutan, membangun
kembali habitat dan ekosistem alam, mencegah pemanasan global dengan
menangkap karbon dioksidadari udara, serta dimanfaatkan hasilnya
(terutama kayu).
c. Patroli Preventif
Patroli ini berguna untuk mengawasi seluruh kawasan hutan agar mengurangi
dampak pencurian kayu, penebangan liar, pembakaran hutan dan hal-hal yang
mengakibatkan kerusakan hutan di daerah tersebut.
d. Menjalin Kerja Sama Melalui Program (PHBM)
Menjalin kerja sama melalui program PHBM, tujuan ini bermaksud agar
bersama-sama mengelola hutan dan melestarikan hutan dengan masyarakat agar
15
2. Faktor-Faktor Yang Dihadapi Perum Perhutani Dalam Menanggulangi Laju Kerusakan Hutan
a. Kurangnya Kesadaran Masyarakat
Kurangnya kesadaran masyarakat dalam pengelolaan hutan yang mengakibatkan
hutan banyak disalahgunakan menjadi lahan pertanian ataupun menjadi lahan
yang tidak layak terhadap hutan itu sendiri, oleh karena itu kesadaran masyarakat
sangat penting terhadap pengelolaan hutan.
b. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi masyarakat membuat masyarakat menggunakan hutan sebagai
mata pencaharian tetap, apalagi hutan ini adalah kawasan yang sangat mudah
untuk melakukan pertanian oleh karena itu masyarakat menggunakan hutan
sebagai lahan bercocok tanam untuk memenuhi khidupan manusia.
c. Kurangnya Lahan Pertanian
Kurangnya lahan pertanian ini sangat berpengaruh terhadap masyarakat dalam
pengelolaan hutan dikarenakan lahan hutan banyak di fungsikan oleh
orang-orang yang terbilang kaya dan orang-orang yang miskin tidak bisa berbuat apa-apa,
oleh karena itu banyaknya masyarakat kelas bawah menggunakan hutan negara
sebagai lahan pertanian.
d. Kurangnya Sumber Daya Manusia
Kurangnya sumber daya manusia dalam pengelolaan hutan diakibatkan karena
tingkat pendidikan yang sangat kurang, oleh karena itu banyak hutan yang di
16
A. METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang menggunakan pendekatan
kualitatif. Bogda dan Taylor mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati14.
Sedangkan menurut Suharsimi penelitian deskriptif merupakan penelitian yang
dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang
ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan.15.
Jenis penelitian ini agar menggambarkan bentuk nyata dari keadaan lapangan
yang sebenarnya dan mengetahui informasi dari pada subjek yang ada dilapangan
untuk menguatkan data pada saat penelitian pada daerah Pujon utara tersebut.
Peneliti juga mengaggambarkan permasalahan yang muncul dalam menganalisis
pada saat penelitian.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di BKPH Pujon Kecamatan Pujon, Desa Mardirjo
dan RPH Pujon Utara serta hutan Pujon Utara Kabupaten Malang, terkait dengat
subyek penelitian yang berjudul “Upaya Perum Perhutani Dengan Masyarakat
Dalam Menanggulangi Laju Kerusakan Hutan Negara Melalui Program PHBM”.
3. Subyek Penelitian
Peneliti mengharapkan agar mendapatkan data yang banyak oleh narasumber
untuk menambah data selama penelitian dilakukan. Subjek penelitian sangat
14 Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Hlm 9 15Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Dan Praktek. Jakarta: Rineka
17 penting bagi penelitin ini, karena subjek penelitian adalah orang yang mengetahui
data apa yang peneliti inginkan oleh karena itu peneliti menetapkan subjek
penelitian pada:
a. Asper Perum Peerhutani BKPH Pujon.
b. Mantri RPH Pujon Utara.
c. Masyarakat Petani Pujon Utara.
4. Sumber Data
Setiap penelitian pasti ada yang namanya sumber data, sumber data ini sebagai
bahan untuk deskripsi maupun untuk memperkaya informasi dalam mengambil
kesimpulan. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu:
a. Data Primer
Data yang diperoleh peneliti secara langsung yaitu melalui observasi lapangan
pada daerah Pujon Utara untuk mengetahui bentuk hutan yang akan diteliti apakah
benar dengan latar belakang dan permasalahan yang sebenarnya serta melakukan
wawancara pada subjek penelitian lalu dokumentasi pada daerah tersebut berupa
Foto dan Video hutan yang akan diambil pada saat penetian berlangsung untuk
menambah data-data bagi peneliti agar data dari peneliti benar-benar data yang
kongkrit dan dapat dipastikan kebenarannya.
b. Data Sekunder
Data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada, yaitu melalui
referensi seperti buku, jurnal, internet ataupun penelitian terdahulu yang sudah
ada, agar dari data tersebut penelitian lebih mudah untuk mendapatkan
sumber-sumber yang telah ada, mempermudah proses peletian, Adapun data skunder yang
18 Perum Perhutani Malang, serta peraturan yang ada pada kasus dari penelitian yang
akan dilakukan tersebut.
5. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi
Peneliti melakukan observasi atau pengamatan langsung dilapangan untuk
memahami apa yang diketahui oleh subjek penelitian yang berkaitan dengan tema
yang diangkat dalam penelitian ini. Istilah observasi diarahkan pada kegiatan
memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul. Observasi
bertujuan untuk mendapat data tentang suatu masalah sehingga diproleh
pemahaman atau sebagai alat rechecking atau pembuktian terhadap informasi
yang diperoleh sebelumnya16. Observasi lapang ini sendiri sudah dilakukan oleh
peneliti, dan sedikit mengetahui keadaan lapangan, hal ini karena peneliti sudah
pernah melakukan magang riset selama sebulan di daerah Pujon tersebut dan
mempermudah mengetahui tentang bentuk dari wilayah penetian yang akan
dilakukan.
b. Wawancara
Ada dasarnya wawancara merupakan usaha untuk mengumpulkan informasi
sebanyak mungkin melalui penajuan sejumlah pertanyaan secara lisan dari
peneliti, agar dijawab secara lisan juga oleh subjek penelitian. Lebih tepatnya
wawancara adalah prcakapan dengan maksud tertentu dalam rangka memperoleh
informasi. Percakapan tersebut dilakukan oleh dua pihak , yaitu wawancara
16 Rahayu, I Dan Ardani, T. 2004. Observasi Dan Wawancara. Malang : Bayumedia Publishing
19 (interviewer) yang mengaukan pertanyaan dan di wawancarai (interviewee) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu17.
Wawancara dalam suatu penelitian bertujuan untuk mengumpulkan
keterangan tentang kehidupan manusia dalam suatu masyarakat. Secara umum
dalam penelitian sosial, wawancara merupakan metode pembantu utama dari
metode observasi18. Wawancara ini dilakukan juga kepada subjek yang berada di
Pujon utara seperti asper, mantri maupun masyarakat yang ada disekitar pujon
utara, yang di mana menjadi tempat penelitian yang akan di lakukan.
c. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data berupa catatan, transkrip, buku,
surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya.19
Hadari Nawawi menyatakan bahwa studi dokumentasi adalah cara pengumpulan
data melalui peninggalan tertulis terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga
buku mengenai pendapat, dalil yang berhubungan dengan masalah penyelidikan20.
Pada penelitian ini ruang lingkup yang akan didokumentasi sesuai dengan
study kasus penelitian ialah di BKPH Pujon dan RPH Pujon utara, pada
dokumentasi ini peneliti menngambil beberapa dokumentasi seperti Foto/Video
hutan yang ada di Pujon utara yang akan di teliti, teknik ini sendiri agar dapat
menguatkan data dari penelitian secara fakta.
17 J. Moleong, Lexy. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
18 Koentjaraningrat. 1997. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama Hlm 129 19 Akrianto Loccit
20 Hadari, Nawawi. 2002. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University
20
6. Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif dilakukan sejak
awal sampai proses penelitian berlagsung. Penelitian ini menggunakan analisis
data yang telah dikembangkan oleh Miles dan Huberman21
Adapun analisis data meliputi:
Gambar 1.1 Siklus Penelitian Data Kualitatif Model Interaktif
Sumber: Sugiono (2010)
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data yaitu mengumpulkan data dilokasi penelitian dengan
melakukan observasi wawancara mendalqm dan mencatat dokumen dengan
menentukan stategi pengumpulan data yang pandang tepat dan menentukan
fokus serta pendalaman data pada proses proses penngumpulan data berikutnya.
Peneliti melakukan observasi dan wawancara langsung pada RPH Pujon Utara
untuk mendapatkan data yang di inginkan dalam penelitian tentang Relasi Perum
Perhutani dengan masyarakat dalam pengelolaan lahan pertanian di hutan
Negara.
21 Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta Hal 247
Pengumpulan Data Display Data
Reduksi Data
21 b. Reduksi Data
Dari lokasi penelitian, data lapangan dituangkan dalam uraian laporan yang
lengkap dan terinci. Data dan laporan lapangan kemudian direduksi, dirangkum,
dan kemudian dipilah-pilah hal yang pokok, difokuskan untuk dipilih yang
terpenting kemudian dicari tema atau polanya (melalui proses penyuntingan,
pemberian kode dan pentabelan). Reduksi data dilakukan terus menerus selama
proses penelitian berlangsung. Pada tahapan ini setelah data dipilah kemudian
disederhanakan, data yang tidak diperlukan disortir agar memberi kemudahan
dalam penampilan, penyajian, serta untuk menarik kesimpulan sementara.
c. Penyajian Data
Penyajian data ( display data ) dimasudkan agar lebih mempermudah bagi
peneliti untuk dapat melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian
tertentu dari data penelitian, Hal ini merupakan pengorganisasian data kedalam
suatu bentuk tertentu sehingga kelihatan jelas sosoknya lebih utuh Dan untuk
mengetahui bagaimana relasi Perum Perhutani dengan masyarakat dalam
pengelolaan hutan Negara. Data-data tersebut kemudian dipilah-pilah dan
disisikan untuk disortir menurut kelompoknya dan disusun sesuai dengan
katagori yang sejenis untuk ditampilkan agar selaras dengan permasalahan yang
dihadapi, termasuk kesimpulan-kesimpulan sementara diperoleh pada waktu
data direduksi.
d. Penarikan Kesimpulan
Pada penelitian kualitatif, verifikasi data dilakukan secara terus menerus
sepanjang proses penelitian dilakukan. Sejak pertama memasuki lapangan dan
22 mencari makna dari data yang dikumpulkan, yaitu mencari pola tema,
hubungan persamaan, hipotetsis dan selanjutnya dituangkan dalam bentuk
kesimpulan yang masih bersifat tentatif.
Hasil dari penarikan kesimpulan merupakan hasil penelitian untuk
menjawab fokus penelitian berdasarkan hasil analisis data. Sehingga setelah
data yang diperoleh tentang relasi perum perhutani dengan masyarakat dalam
pengelolaan lahan di hutan Negara disajikan dalam bentuk uraian dan untuk
menjawab rumusan masalah maka selanjutnya akan disimpulkan melalui
penarikan kesimpulan, temuan baru dalam penelitian yang berupa deskripsi