• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Faktor Personal dan Manajemen K3 terhadap Tindakan Tidak Aman di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Faktor Personal dan Manajemen K3 terhadap Tindakan Tidak Aman di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai Tahun 2014"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH FAKTOR PERSONAL DAN MANAJEMEN K3 TERHADAP TINDAKAN TIDAK AMAN (UNSAFE ACTION) PADA PEKERJA

DI PT. INTI BENUA PERKASATAMA DUMAI

TESIS

Oleh

ELISA HAFRIDA 127032058/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

(2)

THE INFLUENCE OF PERSONAL FACTORS AND K3 MANAGEMENT ON UNSAFE ACTION OF THE EMPLOYEES AT PT. INTI BENUA

PERKASATAMA, DUMAI

THESIS

By

ELISA HAFRIDA 127032058/IKM

MAGISTER OF PUBLIC HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

PENGARUH FAKTOR PERSONAL DAN MANAJEMEN K3 TERHADAP TINDAKAN TIDAK AMAN (UNSAFE ACTION) PADA PEKERJA

DI PT. INTI BENUA PERKASATAMA DUMAI

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Kesehatan Kerja pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

ELISA HAFRIDA 127032058/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

(4)

Judul Tesis : PENGARUH FAKTOR PERSONAL DAN MANAJEMEN K3 TERHADAP TINDAKAN TIDAK AMAN (UNSAFE ACTION) PADA PEKERJA DI PT. INTI BENUA

PERKASATAMA DUMAI

Nama Mahasiswa : Elisa Hafrida

Nomor Induk Mahasiswa : 127032058 Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Kesehatan Kerja

Tanggal Lulus : 21 Juli 2014

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dra. Lina Tarigan, Apt, M.S) Anggota

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S) (Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, M.S.I.E)

(5)

Telah Diuji

Pada Tanggal : 21 Juli 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, M.S.I.E Anggota : 1. Dra. Lina Tarigan, Apt, M.S

(6)

PERNYATAAN

PENGARUH FAKTOR PERSONAL DAN MANAJEMEN K3 TERHADAP TINDAKAN TIDAK AMAN (UNSAFE ACTION) PADA PEKERJA

DI PT. INTI BENUA PERKASATAMA DUMAI

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 21 Juli 2014

(7)

ABSTRAK

Tindakan tidak aman adalah kegagalan dalam mengikuti persyaratan dan prosedur-prosedur kerja yang benar sehingga menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja. Sebanyak 80%-85% kecelakaan kerja disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan faktor manusia. Angka kecelakaan kerja yang terjadi di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai tahun 2012 terdapat 21 kasus dengan 16 kasus karena tindakan tidak aman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor personal dan manajemen K3 terhadap tindakan tidak aman pada pekerja di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai. Jenis penelitian yang digunakan adalah studi analitik observasional dengan desain studi cross sectional. Populasinya adalah seluruh pekerja bagian pengolahan di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai tahun 2014 sebanyak 94 orang dan sampel sebanyak 48 orang. Penarikan sampel menggunakan simple random sampling. Analisa data yang dilakukan adalah univariat dan bivariat dengan uji korelasi rank spearman.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor personal (pengetahuan K3, pelatihan K3, beban kerja, kelelahan) dan manajemen K3 memiliki pengaruh negatif yang signifikan dengan tindakan tidak aman (unsafe action). Penelitian ini menyarankan kepada pihak perusahaan agar melakukan audit manajemen K3, membuat peraturan dan kebijakan K3 yang lebih tegas, meningkatkan pengawasan K3, melatih budaya kerja aman terhadap seluruh pekerja, menyesuaikan kebutuhan produksi dengan kemampuan pekerja dalam menyelesaikan tugasnya serta memperbaiki beberapa ketidaksesuaian desain tempat kerja.

(8)

ABSTRACT

Unsafe action is the failure in fulfilling the correct work requirements and pocedures so that it can cause job accidence. 80% -85% of job accidence is caused by human negligence or error. The rate of job accidence at PT. Inti Benua Perkasatama, Dumai in 2012, was 21 cases with 26 cases of unsafe actions. The objective of the research was to find out the influence personal factors and K3 management on unsafe actions of the employees at PT. Inti Benua Perkasatama, Dumai. The research used observational analytic method with cross-sectional design. The population was 94 employees who worked at PT. Inti Benua Perkasatama, Dumai in 2014, and 48 of them were used as the samples, taken by using simple random sampling technique. The data were analyzed by using univariat and bivariat analyses with Spearman Rank Correlation test. The result of the research showed that personal factors (knowledge of K3, training about K3, workload and fatigue) and K3 management had negative and significant influence on unsafe action). It is recomended that the management of the company audit the management of K3, make a firm regulation and policy of K3, improve the supervision of K3, train the culture of safe work to all employees, adjust the need for production to employees capability of accomplishing their tasks, and improve some inappropriate designs of work site.

(9)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan

penyusunan tesis ini dengan judul Pengaruh Faktor Personal dan Manajemen K3 terhadap Tindakan Tidak Aman di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai Tahun 2014.

Penulisan tesis ini sebagai suatu syarat akademik untuk menyelesaikan

pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi

Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

Dalam menyusun tesis ini, penulis mendapat dukungan dan bimbingan dari

berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM & H, M.Sc (CTM), Sp.A (K) selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Unversitas Sumatera Utara Medan.

3. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara Medan.

4. Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, M.S.I.E selaku ketua komisi pembimbing dan

(10)

penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan

waktu untuk penulis dari proposal hingga penulisan tesis selesai.

5. Dr. Halinda Sari Lubis, M.K.K.K selaku ketua komisi penguji dan Dr. Mhd.

Makmur Sinaga, M.S selaku anggota komisi penguji yang telah banyak

memberikan saran dan bimbingan selama penulisan tesis ini.

6. Seluruh dosen Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan yang telah banyak memberikan

ilmu dan pengetahuan baru kepada penulis.

7. Manajer di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai yang telah menyetujui tempat

penelitian ini beserta seluruh staff dan karyawan khususnya para responden yang

telah membantu lancarnya penelitian ini.

8. Rekan-rekan mahasiswa di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan

khususnya minat studi Kesehatan Kerja.

9. Ayahanda tercinta H. M. Adam Yusman dan ibunda tercinta Hj. Rosmidah

Chairah Rambe beserta kedua adikku tersayang Balqis Juniana, SPsi dan M.

Rizky Hidayat, ST yang telah memberikan dorongan dan inspirasi bagi penulis

untuk menyelesaikan tesis ini.

10. Secara khusus kepada suami tercinta Nirwan Ferdian, SH dan kedua anakku

tersayang Nasywa Ibni Salsabila dan Ezra Ferdy Ramadhan yang senantiasa

memberikan dukungan dan do’a serta pengertian dan kasih sayang sehingga

(11)

11. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang juga telah

memberikan kontribusi dalam penyusunan tesis ini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan dan kelemahan,

untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi

kesempurnaan tesis ini.

Medan, 21 Juli 2014

Penulis

Elisa Hafrida

(12)

RIWAYAT HIDUP

Elisa Hafrida, lahir di Dumai pada tanggal 06 Februari 1980, anak pertama

dari tiga bersaudara. Putri dari ayahanda H. M. Adam Yusman dan ibunda Hj.

Rosmidah Chairah Rambe. Menikah dengan Nirwan Ferdian, memilik dua orang

anak yang bernama Nasywa Ibni Salsabila (putri) dan Ezra Ferdy Ramadhan (putra).

Sekarang tinggal di Jalan Prof. M. Yamin No. 109 Kelurahan Pangkalan Sesai

Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai.

Memulai pendidikan di TK. Tunas Harapan II Bukit Datuk Dumai lulus

tahun 1986, SD Negeri 003 Pangkalan Sesai Dumai lulus tahun 1992, SMPN 2

Pangkalan Sesai Dumai lulus tahun 1995, kemudian melanjutkan pendidikan di SMU

YKPP UP II Bukit Datuk Dumai lulus tahun 1998. Pendidikan Diploma III

Keperawatan Sehat Binjai lulus tahun 2001, dan di tahun 2002 melanjutkan Strata 1

Kesehatan Masyarakat di FKM USU Medan lulus tahun 2004. Pada tahun 2012

sampai sekarang penulis melanjutkan pendidikan pada Program Studi Strata 2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Kerja FKM USU Medan.

Penulis pernah bekerja di Rumah Sakit Haji Mina Medan tahun 2001, di

Akademi Kebidanan Sehat Medan tahun 2004, di Akademi Keperawatan Sri Bunga

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1 Tujuam Umum ... 6

1.3.2 Tujuan Khusus ... 6

1.4 Hipotesis ... 7

1.5 Manfaat Penelitian ... 7

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Faktor Personal ... 8

2.1.1 Pengetahuan K3 ... 8

2.1.2 Pelatihan K3 ... 11

2.1.3 Beban Kerja ... 13

2.1.4 Kelelahan ... 16

2.2 Manajemen K3 ... 19

2.3 Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action) ... 24

2.2.1 Definisi Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action) ... 24

2.2.2 Jenis-jenis Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action) ... 25

2.2.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action) ... 25

2.4 Landasan Teori ... 27

2.5 Kerangka Konsep ... 28

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 29

3.1 Jenis Penelitian ... 29

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29

3.3 Populasi dan Sampel ... 29

(14)

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 30

3.4.1 Data Primer ... 30

3.4.2 Data Sekunder ... 31

3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 31

3.5.1 Variabel Penelitian ... 31

3.5.2 Definisi Operasional ... 32

3.6 Metode Pengukuran ... 33

3.7 Metode Analisis Data ... 33

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 35

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 35

4.2 Analisis Univariat ... 36

4.2.1 Karakteristik Responden ... 36

4.2.2 Faktor Personal (Pengetahuan K3) ... 37

4.2.3 Faktor Personal (Pelatihan K3) ... 38

4.2.4 Faktor Personal (Beban Kerja) ... 38

4.2.5 Faktor Personal (Kelelahan) ... 39

4.2.6 Manajemen K3 ... 39

4.2.7 Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action) ... 39

4.3 Analisis Bivariat ... 40

4.3.1 Pengaruh Faktor Personal (Pengetahuan K3) terhadap Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action) ... 40

4.3.2 Pengaruh Faktor Personal (Pelatihan K3) terhadap Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action) ... 40

4.3.3 Pengaruh Faktor Personal (Beban Kerja) terhadap Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action)... 41

4.3.4 Pengaruh Faktor Personal (Kelelahan) terhadap Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action) ... 42

4.3.5 Pengaruh Manajemen K3 terhadap Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action) ... 42

BAB 5. PEMBAHASAN ... ... . 44

5.1 Pengaruh Faktor Personal (Pengetahuan K3) terhadap Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action) ... 44

5.2 Pengaruh Faktor Personal (Pelatihan K3) terhadap Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action) ... 45

5.3 Pengaruh Faktor Personal (Beban Kerja) terhadap Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action)... 46

5.4 Pengaruh Faktor Personal (Kelelahan) terhadap Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action) ... 48

(15)

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 53

6.1. Kesimpulan ... 53

6.2. Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 55

(16)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1.1. Jumlah Kecelakaan Kerja Akibat Unsafe Action dan Unsafe

Condition di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai Tahun 2010-2012 ... 5

3.1. Jumlah Karyawan pada setiap Bagian di PT. Inti Benua Perkasatama

Dumai Tahun 2014 ... 30

3.2. Aspek Pengukuran Variabel Penelitian ... 33

4.1. Distribusi Frekuensi berdasarkan Karakteristik Responden di PT. Inti

Benua Perkasatama Dumai Tahun 2014 ... 36

4.2. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Faktor Personal (Pengetahuan K3) di PT.Inti Benua Perkasatama Dumai Tahun 2014. . 37

4.3. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Faktor Personal

(Pelatihan K3) di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai Tahun 2014 .... 38

4.4. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Faktor Personal (Beban

Kerja) di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai Tahun 2014 ... 38

4.5. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Faktor Personal

(Kelelahan) di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai Tahun 2014 ... 39

4.6. Distribusi Frekuensi berdasarkan Persepsi Responden tentang

Manajemen K3 di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai Tahun 2014 .... 39

4.7. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Tindakan Tidak Aman

di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai Tahun 2014 ... 39

4.8. Pengaruh Faktor Personal (Pengetahuan K3) terhadap Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action) di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai

Tahun 2014 ... 40

4.9. Pengaruh Faktor Personal (Pelatihan K3) terhadap Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action) di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai Tahun

(17)

4.10. Pengaruh Faktor Personal (Beban Kerja) terhadap Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action) di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai Tahun

2014 ... 41

4.11. Pengaruh Faktor Personal (Kelelahan) terhadap Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action) di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai Tahun

2014 ... 42

4.12. Pengaruh Manajemen K3 terhadap Tindakan Tidak Aman (Unsafe

(18)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

2.1. A model of Contributing Factors in Accident Causation (CFAC)

dari Sanders dan Shaw, diadaptasi dari Sanders (1993) ... 27

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 59

2. Surat Pernyataan Kesediaan Responden (Informed Concern) ... 70

3. Data Hasil Pengukuran ... 61

4. Master Data Penelitian ... 78

5. Hasil Analisis Penelitian ... 79

6. Dokumentasi Penelitian ... 83

7. Kebijakan HACCP, Mutu, Lingkungan dan K3 ... 85

8. Hasil Pengukuran Pencahayaan di Tempat Kerja dari UPTD Balai Hiperkes dan Keselamatan Kerja Padang ... 86

9. Hasil Pengukuran Getaran dari UPTD Balai Hiperkes dan Keselamatan Kerja Padang ... 87

10. Hasil Pengukuran Iklim Kerja Panas (ISBB) dari UPTD Balai Hiperkes dan Keselamatan Kerja Padang ... 88

11. Hasil Pengukuran Debu Total Lingkungan Kerja dari UPTD Balai Hiperkes dan Keselamatan Kerja Padang ... 89

12. Surat Izin Survei Pendahuluan ... ... 90

13. Surat Balasan Izin Survei Pendahuluan ... 91

14. Surat Izin Penelitian ... 92

(20)

ABSTRAK

Tindakan tidak aman adalah kegagalan dalam mengikuti persyaratan dan prosedur-prosedur kerja yang benar sehingga menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja. Sebanyak 80%-85% kecelakaan kerja disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan faktor manusia. Angka kecelakaan kerja yang terjadi di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai tahun 2012 terdapat 21 kasus dengan 16 kasus karena tindakan tidak aman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor personal dan manajemen K3 terhadap tindakan tidak aman pada pekerja di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai. Jenis penelitian yang digunakan adalah studi analitik observasional dengan desain studi cross sectional. Populasinya adalah seluruh pekerja bagian pengolahan di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai tahun 2014 sebanyak 94 orang dan sampel sebanyak 48 orang. Penarikan sampel menggunakan simple random sampling. Analisa data yang dilakukan adalah univariat dan bivariat dengan uji korelasi rank spearman.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor personal (pengetahuan K3, pelatihan K3, beban kerja, kelelahan) dan manajemen K3 memiliki pengaruh negatif yang signifikan dengan tindakan tidak aman (unsafe action). Penelitian ini menyarankan kepada pihak perusahaan agar melakukan audit manajemen K3, membuat peraturan dan kebijakan K3 yang lebih tegas, meningkatkan pengawasan K3, melatih budaya kerja aman terhadap seluruh pekerja, menyesuaikan kebutuhan produksi dengan kemampuan pekerja dalam menyelesaikan tugasnya serta memperbaiki beberapa ketidaksesuaian desain tempat kerja.

(21)

ABSTRACT

Unsafe action is the failure in fulfilling the correct work requirements and pocedures so that it can cause job accidence. 80% -85% of job accidence is caused by human negligence or error. The rate of job accidence at PT. Inti Benua Perkasatama, Dumai in 2012, was 21 cases with 26 cases of unsafe actions. The objective of the research was to find out the influence personal factors and K3 management on unsafe actions of the employees at PT. Inti Benua Perkasatama, Dumai. The research used observational analytic method with cross-sectional design. The population was 94 employees who worked at PT. Inti Benua Perkasatama, Dumai in 2014, and 48 of them were used as the samples, taken by using simple random sampling technique. The data were analyzed by using univariat and bivariat analyses with Spearman Rank Correlation test. The result of the research showed that personal factors (knowledge of K3, training about K3, workload and fatigue) and K3 management had negative and significant influence on unsafe action). It is recomended that the management of the company audit the management of K3, make a firm regulation and policy of K3, improve the supervision of K3, train the culture of safe work to all employees, adjust the need for production to employees capability of accomplishing their tasks, and improve some inappropriate designs of work site.

(22)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tenaga kerja merupakan komponen terpenting dalam pelaksanaan proyek

dan merupakan aset yang menentukan bagi perusahaan. Oleh sebab itu dalam

menjalankan bisnis usaha yang aman, maka penerapan K3 (Keselamatan dan

Kesehatan Kerja) harus dilaksanakan secara konsisten, sesuai dengan UU

Keselamatan Kerja No.1 Tahun 1970 dan UU Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003

menyatakan bahwa pengusaha wajib melindungi pekerja dan potensi bahaya yang

dihadapinya.

Kecelakaan industri adalah kejadian kecelakaan yang terjadi di tempat kerja,

khususnya di lingkungan industri. Kecelakaan industri secara umum disebabkan oleh

2 (dua) hal pokok yaitu tindakan tidak aman (unsafe action) dan kondisi tidak aman

(unsafe condition). Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor manusia

memegang peranan penting timbulnya kecelakaan kerja. Hasil penelitian menyatakan

bahwa 80%-85% kecelakaan kerja disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan faktor

manusia (Depkes RI, 2004).

Tindakan tidak aman (unsafe action) adalah kegagalan (human failure)

dalam mengikuti persyaratan dan prosedur-prosedur kerja yang benar sehingga

menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja, seperti : tindakan tanpa kualifikasi dan

(23)

dalam menyelamatkan peralatan, bekerja dengan kecepatan yang berbahaya,

kegagalan pada peringatan, menghindari atau memindahkan peralatan keselamatan

kerja, menggunakan peralatan yang tidak layak, menggunakan peralatan tertentu

untuk tujuan lain yang menyimpang, bekerja di tempat yang berbahaya tanpa

perlindungan dan peringatan yang tepat, memperbaiki peralatan secara salah, bekerja

dengan kasar, menggunakan pakaian yang tidak aman ketika bekerja, dan mengambil

posisi kerja yang tidak selamat. Faktor personal merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi terbentuknya tindakan tidak aman (unsafe action). Faktor-faktor

personal tersebut antara lain : tingkat kemampuan, kesadaran, pengalaman, pelatihan,

kepribadian, beban fisik, usia, kelelahan, motivasi, kecanduan alkohol atau

obat-obatan, penyakit, kecerdasan, tekanan kerja dan kepuasan kerja (Winarsunu, 2008).

Data kecelakaan kerja di negara maju seperti USA sebagaimana yang

dinyatakan oleh Levy et.al. (2011), bahwa tenaga kerja yang mengalami kecelakaan

kerja sebanyak 3,7 juta orang dan yang meninggal sebanyak 5.214 orang. Laporan

ILO menyatakan setiap hari terjadi kecelakaan kerja yang mengakibatkan korban

fatal kurang lebih 6000 kasus, sementara di Indonesia dari setiap 100.000 tenaga

kerja terdapat 20 orang menderita kecelakaan kerja fatal (www.metrotvnews.com,

2013).

Data Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi di Indonesia

menyebutkan bahwa sampai tahun 2012 tidak kurang dari enam pekerja meninggal

(24)

dibandingkan negara Eropa hanya sebanyak dua orang meninggal dunia per hari

karena kecelakaan kerja (www.suarapembaruan.com, 2013).

Dinas Tenaga Kerja Provinsi Riau mencacat tingkat kecelakaan kerja di

sepanjang tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar kurang lebih 300 orang

dibandingkan tahun sebelumnya. Data itu tercatat sebanyak 1.608 kasus, sementara di

tahun lalu hanya 1.310 orang

Selama bulan Januari-Desember 2012, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Dumai mencatat data kecelakaan kerja yang terjadi berjumlah 86 kasus. Empat orang

di antaranya menyebabkan korban meninggal dunia dan sebagian besar luka-luka atau

cacat pada salah satu bagian tubuh. Kepala bidang Syarat dan Pengawasan Kerja

Disnakertrans Dumai, mengatakan bahwa kebanyakan kecelakaan kerja terjadi akibat

kelalaian manusia yang bekerja tanpa alat keselamatan kerja, padahal mesin produksi

pabrik dan penggunaannya sudah memenuhi persyaratan K3 dan berstandar layak

untuk beroperasi.

Beberapa hasil penelitian di Indonesia menemukan bahwa angka kecelakaan

kerja akibat tindakan tidak aman (unsafe action) menjadi mayoritas di antara

penyebab kecelakaan kerja lainnya. Hasil penelitian Maanaiya (2005), bahwa 46,8%

dari 111 responden sering melakukan tindakan tidak aman, sebanyak 51,4% di

antaranya berpengetahuan baik, dan 50,5% di antaranya mengalami kelelahan tinggi.

Hasil penelitian Bessie (2006), yang melakukan penelitian pada dua divisi berbeda di

sebuah perusahaan menemukan 78,3% dari 129 responden pernah melakukan

(25)

tidak aman. Jenis tindakan tidak aman yang sering dilakukan adalah bekerja dengan

postur janggal, yaitu sebesar 19,4% dari 101 responden dan 22,8% dari 81 responden.

Hasil penelitian Irawati (2008), sebanyak 82,4% dari 85 responden pernah melakukan

tindakan tidak aman, 49,4% di antaranya berada pada range usia 19-23 tahun, 72,9%

bekerja kurang dari 5 tahun, 63,5% memiliki pengetahuan yang baik mengenai

bahaya potensial, dan 70,6% di antaranya kurang mendapatkan pelatihan K3. Hasil

penelitian Gandhatama (2009), yang menunjukkan bahwa tindakan tidak aman yang

paling banyak dilakukan oleh pekerja adalah tidak menggunakan alat pelindung diri

dengan unsafe act index sebesar 95%. Penelitian Haqi (2013), yang dilakukan di PT.

X Surabaya juga menunjukkan bahwa sebagian besar kecelakaan disebabkan oleh

unsafe action (51,7%). Analisis terhadap faktor penyebab tindakan tidak aman

dilakukan dengan pendekatan HFACS (Human Factors Analysis And Classification

System). Variabel yang berpengaruh terhadap terjadinya unsafe action adalah tipe

kepribadian, motivasi pekerja, kesiapan pekerja, tingkat pengetahuan dan pelatihan

K3. Unsafe action yang banyak dilakukan adalah perencanaan operasi yang kurang

optimal.

PT. Inti Benua Perkasatama Dumai merupakan perusahaan produksi minyak

goreng yang telah berdiri selama hampir 16 tahun. Didirikan pada tahun 1998,

perusahaan ini memulai bisnisnya dengan menempatkan kantor dan pabriknya di

Dumai, Riau. Dalam menjalankan proses bisnisnya, setiap hari bagian produksi tidak

(26)

Tabel 1.1 Jumlah Kecelakaan Kerja akibat Unsafe Action dan Unsafe Condition di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai Tahun 2010-2012

No. Penyebab

Kecelakaan Kerja

Jumlah Kecelakaan Kerja

Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012

1. Unsafe Action 8 20 16

2. Unsafe Condition 2 8 5

Total 10 28 21

Sumber : Laporan Kecelakaan PT. Inti Benua Perkasatama Dumai Tahun 2013.

Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat bahwa angka kecelakaan kerja yang

terjadi di perusahaan ini pada tahun 2010 terdapat 10 kasus dengan 8 kasus karena

tindakan tidak aman (unsafe action), tahun 2011 terdapat 28 kasus dengan 20 kasus

karena tindakan tidak aman (unsafe action) dan tahun 2012 terdapat 21 kasus dengan

16 kasus karena tindakan tidak aman (unsafe action).

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan selama seminggu di perusahaan

tersebut, ditemukan sebanyak 6 orang pekerja yang diobservasi telah melakukan

tindakan tidak aman, di antaranya 3 orang tidak menggunakan alat pelindung diri

secara lengkap sesuai dengan peraturan yang berlaku, 1 orang bekerja tidak

melakukan pengamanan dan 2 orang bekerja dengan posisi tubuh yang salah. Hasil

wawacara terhadap 6 orang tersebut, sebanyak 6 orang dengan latar belakang

pendidikan SMA, 6 orang dengan pengalaman kerja < 5 tahun dan 3 orang yang

sudah pernah mendapatkan pelatihan.

Dari hal di atas dapat dilihat bahwa masih adanya ditemukan kasus tindakan

tidak aman (unsafe action) pada pekerja, padahal pihak perusahaan sudah

mengupayakan program K3 berjalan dengan baik sebagai upaya untuk meminimkan

(27)

tentang pengaruh faktor personal dan manajemen K3 terhadap tindakan tidak aman

(unsafe action) pada pekerja di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai Tahun 2014.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan

dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh faktor personal dan manajemen K3

terhadap tindakan tidak aman (unsafe action) pada pekerja di PT. Inti Benua

Perkasatama Dumai Tahun 2014.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh faktor personal dan manajemen K3 terhadap

tindakan tidak aman (unsafe action) pada pekerja di PT. Inti Benua Perkasatama

Dumai Tahun 2014.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengaruh faktor personal (pengetahuan K3, pelatihan K3,

beban kerja dan kelelahan) terhadap tindakan tidak aman (unsafe action) pada

pekerja di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai Tahun 2014.

2. Untuk mengetahui pengaruh manajemen K3 terhadap tindakan tidak aman

(28)

1.4. Hipotesis

1. Ada pengaruh faktor personal (pengetahuan K3, pelatihan K3, beban kerja dan

kelelahan) terhadap tindakan tidak aman (unsafe action) pada pekerja di PT. Inti

Benua Perkasatama Dumai Tahun 2014.

1. Ada pengaruh manajemen K3 terhadap tindakan tidak aman (unsafe action) pada

pekerja di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai Tahun 2014.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Sumber informasi bagi pihak perusahaan untuk mengembangkan program K3

yang dilaksanakan dalam rangka menurunkan angka kecelakaan kerja sehingga

mencapai Zerro Accident.

2. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan metodologi

penelitian mengenai tindakan tidak aman (unsafe action) sebagai penyebab

terjadinya kecelakaan kerja.

3. Menambah wawasan ilmu pengetahuan kesehatan masyarakat, khususnya di

(29)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Faktor Personal

Faktor personal adalah faktor-faktor yang timbul dari dalam individu. Mc

Dougall menekankan pentingnya faktor personal dalam menentukan interaksi sosial

dalam membentuk perilaku individu. Menurutnya, faktor-faktor personal sangat

menentukan perilaku manusia. Faktor personal adalah salah satu sebab atau faktor

yang mendasari kejadian kecelakaan dan berasal dari manusia atau para pekerjanya

sendiri (Purnomo, 2010).

2.1.1. Pengetahuan K3

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

panca indra manusia, yaitu: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan

raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman

orang lain, media massa maupun lingkungan. Pengetahuan merupakan domain yang

sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan

sebagai dukungan dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun sikap dan perilaku

setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan fakta yang

mendukung tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).

Rogers (1974), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku

(30)

1. Awarenes, dimana orang tersebut menyadari pengetahuan terlebih dahulu terhadap

stimulus (objek).

2. Interest, dimana orang mulai tertarik pada stimulus.

3. Evaluation, merupakan suatu keadaan mempertimbangkan terhadap baik buruknya

stimulus tersebut bagi dirinya.

4. Trial, dimana orang telah mulai mecoba perilaku baru.

5. Adaptation, dimana orang telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan

kesadaran dan sikap.

Notoatmodjo mengemukakan bahwa domain kognitif mempunyai enam

tingkatan. Pengetahuan mempunyai tingkatan sebagai berikut :

a. Tahu (Know)

Kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari, dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Cara kerja untuk mengukur

bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan,

menguraikan, mengidentifikasikan dan mengatakan.

b. Memahami (Comprehention)

Kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan

dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (Aplication)

Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau

kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai pengguna

(31)

d. Analisis (Analysis)

Kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek dalam suatu

komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu

sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti

kata kerja mengelompokkan, menggambarkan, memisahkan.

e. Sintesis (Synthesis)

Kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk keseluruhan

yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau objek tersebut

berdasarkan suatu cerita yang sudah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria

yang sudah ada (Notoatmodjo, 2003).

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau

responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat

disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan, sebagai berikut : (Arikunto, 2006).

a. Tingkat pengetahuan baik bila skor > 75 % - 100 %

b. Tingkat pengetahuan cukup bila skor 60 % - 75 %

(32)

2.1.2. Pelatihan K3

Menurut Mathis (2002), pelatihan adalah suatu proses dimana orang-orang

mencapai kemampuan tertentu untuk membantu mencapai tujuan organisasi. Oleh

karena itu, proses ini terikat dengan berbagai tujuan organisasi, pelatihan dapat

dipandang secara sempit maupun luas. Secara terbatas, pelatihan menyediakan para

pegawai dengan pengetahuan yang spesifik dan dapat diketahui serta keterampilan

yang digunakan dalam pekerjaan mereka saat ini. Payaman Simanjuntak (2005),

mendefinisikan pelatihan merupakan bagian dari investasi SDM (human investment)

untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan kerja, dan dengan demikian

meningkatkan kinerja pegawai. Pelatihan biasanya dilakukan dengan kurikulum yang

disesuaikan dengan kebutuhan jabatan, diberikan dalam waktu yang relatif pendek,

untuk membekali seseorang dengan keterampilan kerja. Pelatihan didefinisikan oleh

Ivancevich sebagai “usaha untuk meningkatkan kinerja pegawai dalam pekerjaannya

sekarang atau dalam pekerjaan lain yang akan dijabatnya segera”. Selanjutnya,

sehubungan dengan definisinya tersebut, Ivancevich (2008), mengemukakan

sejumlah butir penting yang diuraikan di bawah ini: pelatihan (training) adalah

“sebuah proses sistematis untuk mengubah perilaku kerja seorang/sekelompok

pegawai dalam usaha meningkatkan kinerja organisasi”. Pelatihan terkait dengan

keterampilan dan kemampuan yang diperlukan untuk pekerjaan yang sekarang

dilakukan. Pelatihan berorientasi ke masa sekarang dan membantu pegawai untuk

menguasai keterampilan dan kemampuan (kompetensi) yang spesifik untuk berhasil

(33)

mengajarkan karyawan baru atau yang ada sekarang, keterampilan dasar yang mereka

butuhkan untuk menjalankan pekerjaan mereka”. Pelatihan merupakan salah satu

usaha dalam meningkatkan mutu sumber daya manusia dalam dunia kerja. Karyawan,

baik yang baru ataupun yang sudah bekerja perlu mengikuti pelatihan karena adanya

tuntutan pekerjaan yang dapat berubah akibat perubahan lingkungan kerja, strategi,

dan lain sebagainya.

Tujuan umum pelatihan sebagai berikut : (1) untuk mengembangkan

keahlian, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan lebih efektif;

(2) untuk mengembangkan pengetahuan, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan

secara rasional; dan (3) untuk mengembangkan sikap, sehingga menimbulkan

kemauan kerjasama dengan teman-teman pegawai dan dengan manajemen

(pimpinan). Sedangkan komponen-komponen pelatihan sebagaimana dijelaskan oleh

Mangkunegara (2005), terdiri dari :

1. Tujuan dan sasaran pelatihan dan pengembangan harus jelas dan dapat di ukur

2. Para pelatih (trainer) harus ahlinya yang berkualitas memadai (profesional)

3. Materi pelatihan dan pengembangan harus disesuaikan dengan tujuan yang hendak

dicapai.

4. Peserta pelatihan dan pengembangan (trainers) harus memenuhi persyaratan yang

ditentukan.

Dalam pengembangan program pelatihan, agar pelatihan dapat bermanfaat

(34)

kebutuhan, tahap pelaksanaan pelatihan dan tahap evaluasi. Atau dengan istilah lain

ada fase perencanaan pelatihan, fase pelaksanaan pelatihan dan fase pasca pelatihan.

Mangkunegara (2005), menjelaskan bahwa tahapan-tahapan dalam pelatihan dan

pengembangan meliputi : (1) mengidentifikasi kebutuhan pelatihan / need assesment ;

(2) menetapkan tujuan dan sasaran pelatihan; (3) menetapkan kriteria keberhasilan

dengan alat ukurnya; (4) menetapkan metode pelatihan; (5) mengadakan percobaan

(try out) dan revisi; dan (6) mengimplementasikan dan mengevaluasi.

2.1.3. Beban Kerja

Beban kerja merupakan beban yang dialami oleh tenaga kerja sebagai akibat

pekerjaan yang dilakukannya. Beban kerja sangatlah berpengaruh terhadap

produktifitas dan efisiensi tenaga kerja, beban kerja juga merupakan salah satu faktor

yang dapat mempengaruhi tingkat keselamatan dan kesehatan para pekerja. Beban

kerja adalah besaran pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan/unit organisasi

dan merupakan hasil kali antara volume kerja dan norma waktu (Utomo, 2008).

Sedangkan Philips (2000), mendefinisikan beban kerja sebagai reaksi tubuh manusia

ketika melakukan pekerjaan eksternal. Widyanti (2010), mendefinisikan beban kerja

sebagai perbedaan antara kemampuan pekerja dengan tuntutan pekerjaan yang harus

dihadapi. Mengingat kerja manusia bersifat mental dan fisik, maka masing-masing

mempunyai tingkat pembebanan yang berbeda-beda.

Beban kerja yang terlalu berlebihan menimbulkan kelelahan baik

fisik maupun mental dan reaksi-reaksi emosional seperti sakit kepala,

(35)

dimana pekerjaan yang terjadi karena pengurangan gerak akan menimbulkan

kebosanan dan rasa monoton yang disebut dengan kelelahan psikis (boredom), yaitu

suatu keadaan yang kompleks yang ditandai oleh menurunnya penggiatan pusat

syaraf yang disertai dengan munculnya perasaan-perasaan kelelahan, keletihan,

kelesuan dan berkurangnya kewaspadaan. Kebosanan dalam kerja rutin sehari-hari

karena tugas atau pekerjaan yang terlalu sedikit mengakibatkan kurangnya perhatian

pada pekerjaan sehingga secara potensial membahayakan pekerja (Prihatini, 2007).

Beban kerja terdiri dari beban kerja fisik dan mental. Beban kerja fisik diukur

beradasarkan cardiovascular load (CVL). Pengukuran denyut nadi selama bekerja

merupakan suatu metode untuk menilai cardiovascular load (CVL). Salah satu

peralatan yang dapat digunakan untuk menghitung denyut nadi adalah telemetri

dengan menggunakan rangsangan Electro Cardio Graph (ECG). Apabila peralatan

tersebut tidak tersedia, maka dapat dicatat secara manual memakai stopwatch dengan

metode 10 denyut (Kilbon, 1992). Dengan metode tersebut dapat dihitung denyut

nadi kerja sebagai berikut :

Denyut Nadi (denyut/menit) = 10 denyut X 60

Waktu Perhitungan

Kategori beban fisik kerja berdasarkan perhitungan denyut nadi kerja, yaitu :

1. Ringan : 75 – 100 x/i

2. Sedang : 100 – 125 x/i

(36)

5. Sangat Berat Sekali : > 175 x/i

NASA - Task Load Index (NASA-TLX) merupakan suatu metoda pengukuran

subjektif untuk mengetahui beban kerja mental pekerja dalam melakukan pekerjaan.

Model ini dikembangkan oleh badan penerbangan dan ruang angkasa Amerika

Serikat (NASA Ames Research Center). NASA – Task Load Index adalah prosedur

rating multi dimensional, yang membagi workload atas dasar rata-rata pembebanan

enam (6) subskala, yaitu :

1. Kebutuhan fisik (Physical Demand)

Seberapa besar aktivitas fisik yang dibutuhkan (misalnya : mendorong, menarik,

memutar, mengendalikan, dan mengkatifkan) ?

2. Kebutuhan Mental (Mental Demand)

Seberapa tinggi aktivitas mental dan perceptual dibutuhkan ( misalnya : berpikir,

memutuskan, menghitung, menghapal, melihat, dan mencari)? Apakah tugas

tersebut sederhana atau kompleks, mudah atau sulit ?

3. Kebutuhan Waktu (Temporal Demand)

Seberapa tertekankah anda karena batas waktu yang diberikan untuk mengerjakan

tugas tersebut? Apakah kecepatan kerja anda rendah/tinggi ?

4. Performansi (Performance)

Seberapa sukseskah anda dalam mencapai tujuan pekerjaan yang telah ditetapkan

(37)

5. Usaha (Effort)

Seberapa keras anda harus bekerja (secara fisik dan mental) untuk mencapai

tingkat performansi yang telah anda capai ?

6. Tingkat Stres (Frustation Level)

Seberapa terganggu, bosan, menjengkelkan, atau stress anda, saat mengerjakan

tugas tersebut ?

2.1.4. Kelelahan

Kelelahan (fatigue) merupakan suatu perasaan yang bersifat subyektif.

Istilah kelelahan mengarah pada kondisi melemahnya tenaga untuk melakukan suatu

kegiatan (Budiono, 2000). Menurut Nurmianto (2003), kelelahan kerja akan

menurunkan kinerja dan menambah tingkat kesalahan kerja, meningkatnya kesalahan

kerja akan memberikan peluang terjadinya kecelakaan kerja dalam industri.

Sedangkan Wignjosoebroto (2003), mengemukakan bahwa kelelahan akibat kerja

seringkali diartikan sebagai proses menurunnya efisiensi, performance kerja, dan

berkurangnya kekuatan atau ketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan kegiatan

yang harus dilakukan.

Berdasarkan waktu terjadinya kelelahan, maka kelelahan dibedakan menjadi

2 (dua), yaitu :

1. Kelelahan Akut

Kelelahan akut adalah kelelahan yang terjadi dengan cepat yang pada umumnya

(38)

2. Kelelahan Kronis

Kelelahan kronis adalah kelelahan yang terjadi bila kelelahan berlangsung setiap

hari dan berkepanjangan. Kelelahan kronis merupakan kelelahan yang terjadi

sepanjang hari dalam jangka waktu yang lama dan kadang-kadang terjadi sebelum

melakukan pekerjaan, seperti perasaan kebencian yang bersumber dari

terganggunya emosi. Gejala yang nampak jelas akibat kelelahan kronis antara lain

: (a). Meningkatnya emosi dan rasa jengkel sehingga orang menjadi kurang toleran

atau asosial terhadap orang lain ; (b). Munculnya sikap apatis terhadap orang lain ;

(c). Depresi berat, dan lain-lain (Budiono, 2000).

Berdasarkan penyebab terjadinya kelelahan, maka kelelahan dibedakan

menjadi 2 (dua) yaitu :

1. Kelelahan Fisiologis

Kelelahan fisiologis adalah kelelahan yang disebabkan oleh faktor fisik di tempat

kerja antara lain oleh suhu dan kebisingan. Dari segi fisiologis, tubuh manusia

dianggap sebagai mesin yang mengkonsumsi bahan bakar dan memberi out put

berupa tenaga yang berguna untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari. Kerja fisik

yang continue dipengaruhi oleh faktor lingkungan fisik, misalnya : penerangan,

kebisingan, panas, dan suhu.

2. Kelelahan Psikologis

Kelelahan psikologis adalah kelelahan yang disebabkan oleh faktor psikologis.

(39)

atau perbuatan alam memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti : suasana kerja,

interaksi dengan sesama pekerja maupun dengan atasan.

Berdasarkan proses terjadinya kelelahan, maka kelelahan dibedakan

menjadi 2 (dua) yaitu :

1. Kelelahan Otot

Kelelahan otot adalah suatu penurunan kapasitas otot dalam bekerja akibat

kontraksi yang berulang.Kontraksi otot yang berlangsung lama mengakibatkan

keadaan yang disebut dengan kelelahan otot.Otot yang lelah menunjukkan

kurangnya kekuatan, bertambahnya waktu kontraksi dan relaksasi, berkurangnya

koordinasi serta otot menjadi bergetar.

2. Kelelahan Umum

Kelelahan umum adalah suatu perasaan yang menyebabkan yang disertai adanya

penurunan kesiagaan dan kelambanan pada setiap aktivitas. Perasaan adanya

kelelahan secara umum dapat ditandai dengan berbagai kondisi antara lain : lelah

pada organ penglihatan, mengantuk, stress menyebabkan pikiran tegang, rasa

malas bekerja, menurunnya motivasi kerja yang diakibatkan oleh kelelahan fisik

dan psikis.

Deteksi atau penilaian kelelahan kerja dapat dilakukan dengan berbagai cara

antara lain :

a. Kualitas dan kuantitas hasil kerja

(40)

menilai kualitas pekerjaan seperti, jumlah yang ditolak, kesalahan, kerusakan

material, dan lain-lain.

b. Pencatat perasaan subyektif kelelahan kerja, yaitu dengan cara kuesioner alat ukur

perasaan kelelahan kerja (KAUPKK).

c. Pengukuran gelombang listrik pada otak dengan Electroenchepalography (EEG).

d. Uji mental, pada metode ini konsentrasi merupakan salah satu pendekatan yang

digunakan untuk menguji ketelitian dan kecepatan dalam menyelesaikan

pekerjaan. Bourdon wiersman test merupakan salah satu alat yang dapat digunakan

untuk menguji kecepatan, ketelitian, dan konsentrasi.

e. Uji psikomotor (Psycomotor test) dapat dilakukan dengan cara melibatkan fungsi

persepsi, interprestasi dan reaksi motor dengan menggunakan alat digital reaction

timer dan flicker fussion.

2.2. Manajemen K3

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah

bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka

pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat

kerja yang aman, efisien dan produktif (Peraturan Pemerintah RI No. 50 Tahun

2012). Pelaksanaan SMK3 dalam Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tersebut

dilakukan dengan tujuan :

1. Untuk meningkatkan efektifitas perlindungan K3 dengan cara : terencana,

(41)

2. Untuk mencegah kecelakaan kerja dan mengurangi penyakit akibat kerja, dengan

melibatkan : manajemen, tenaga kerja/pekerja dan serikat pekerja.

SMK3 diwajibkan bagi perusahaan, mempekerjakan lebih dari 100 orang

dan mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi. Untuk itu perusahaan diwajibkan

menyusun rencana K3, dalam menyusun rencana K3 tersebut, pengusaha melibatkan

Ahli K3, Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3), Wakil Pekerja

dan Pihak Lain yang terkait. Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (SMK3) berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 50 Tahun 2012

yaitu Penetapan Kebijakan K3, Perencanaan K3, Pelaksanaan Rencana K3,

Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3 serta Peninjauan dan Peningkatan Kinerja

SMK3.

Penerapan SMK3 berdasarkan prinsip standar OHSAS 18001 : 2008 yang

terdiri dari lima prinsip, yaitu :

a. Kebijakan K3

Manajemen perusahaan memiliki komitmen untuk patuh terhadap peraturan

perundangan K3, mencegah kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, dan pencemaran.

Wewenang yang dimiliki manajemen puncak adalah memberi sanksi kepada

karyawan yang bekerja dan investor di area pabrik tidak menggunakan alat

keselamatan kerja.

b. Perencanaan

(42)

menerapkan SMK3 di perusahaan. Perusahaan melakukan identifikasi bahaya,

penilaian risiko, dan pengendalian risiko K3 serta menanggulangi limbah terhadap

pengendalian dampak lingkungan.

c. Pelaksanaan

Struktur dan tanggung jawab pelaksanaan SMK3 di perusahaan dengan

dibentuknya tim P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja) yang

merupakan bagian dari divisi keselamatan lingkungan dan damkar. Tim P2K3 adalah

tim yang memiliki kewenangan, tanggung jawab, menyediakan sumber daya manusia,

sarana dan prasarana yang berkaitan tentang pelaksanaan SMK3 dengan manajemen

perusahaan. Program-program yang dilakukan perusahaan sebagai pelaksanaan

SMK3 dan keselamatan lingkungan diantaranya program kesehatan, program

keselamatan, dan program lingkungan. Program keselamatan yang dilakukan di

antaranya memasang rambu-rambu penggunaan alat pelindung diri di setiap area

kerja, rambu-rambu peringatan akan bahaya kerja yang akan terjadi, menerapkan

toolbox meeting, memberikan dan menyediakan alat pelindung diri bagi tenaga kerja

secara gratis, sosialisasi dan rapat panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja

(P2K3), mengadakan pelatihan K3 tentang P3K dan pelatihan tanggap darurat,

melakukan patroli control setiap pagi selama jam kerja, dan penyedian alat pemadam

kebakaran di setiap area kerja serta pemberian jalur evakuasi atau jalur hijau.

Program peduli lingkungan yang diterapkan meliputi pengolahan limbah cair dan

penggunaan kembali hasil limbah cair, penyediaan tempat sampah dan area

(43)

d. Pemeriksaan dan tindakan perbaikan

Pemeriksaan SMK3 yang dilakukan adalah dengan memantau dan mengukur

faktor lingkungan kerja termasuk peralatan yang digunakan dan dampak terhadap

lingkungan. Pemantauan dan pengukuran meliputi pencatatan informasi dan kejadian

yang terjadi di lapangan secara kualitatif dan kuantitatif, melaksanakan audit K3

secara periodik. Tindakan perbaikan yang dilakukan meliputi patroli kontrol,

mengevaluasi peraturan SMK3 yang diterapkan, melaporkan insiden yang terjadi di

lapangan, mengidentifikasi pelaksanaan perbaikan seperti mendatangkan tim dari luar

untuk pengujian emisi dan sertifikasi peralatan pabrik, melaporkan, perawatan alat

keselamatan seperti alat pemadam kebakaran, dan mengevaluasi tentang penggunaan

alat pelindung diri.

e. Kaji ulang manajemen

Pengkajian ulang manajemen yang diterapkan dilakukan untuk menjamin

kesinambungan antara perencananan, pelaksanaan dan perbaikan berjalan sesuai yang

diharapkan. Pengkajian ulang manajemen dilakukan dengan menyelengarakan rapat

dan tinjauan antara tim P2K3 dengan manajemen puncak seperti direksi dan kepala

divisi lainnya.

Lima prinsip penerapan SMK3 yang telah diterapkan untuk terus dilakukan

perbaikan berkelanjutan oleh manajemen perusahaan. Perbaikan berkelanjutan

dilakukan agar kesinambungan penerapan SMK3 dapat ditingkatkan sehingga

(44)

manusia, material dan lingkungan, sehingga menghasilkan penghargaan zero

accident.

Potensi bahaya kerja yang teridentifikasi yaitu dengan kategori dominan low

risk atau L menunjukkan bahwa program SMK3 di lingkungan kerja yang sudah

memliki SMK3 dan penghargaan zero accident lebih ditingkatkan dalam

penerapannya agar dapat diminimalisir dan mengantisipasi potensi bahaya yang

akan terjadi. Pengawasan lebih ketat terhadap penerapan SMK3 yaitu dengan

menerapkan juga reward terhadap karyawan yang patuh dan punishment terhadap

karyawan yang melanggar, sehingga karyawan peduli akan keselamatan dan

kesehatan kerja. Peraturan yang lebih ketat terhadap karyawan yang melanggar

aturan dari penerapan SMK3 seperti penggunaan APD dan bertindak serta bekerja

dengan peduli keselamatan dan kesehatan bukan karena unsafe behaviour.

Untuk menerapkan Sistem Manajemen K3, setiap perusahaan diwajibkan

untuk membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3). P2K3

adalah badan pembantu di tempat kerja yang merupakan wadah kerjasama antara

pengusaha dan pekerja untuk mengembangkan kerjasama, saling pengertian dan

partisipasi efektif dalam penerapan keselamatan dan kesehatan kerja. P2K3

mempunyai tugas memberikan saran dan petimbangan baik diminta maupun tidak,

kepada pengusaha atau pengurus mengenai masalah keselamatan dan kesehatan kerja.

Sastrohadiwiryo (2005), menyatakan Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja adalah bagian dari sistem manajemen yang mencakup struktur

(45)

dan sumber daya yang dibutuhkan dalam hal pengembangan, penerapan,

pencapaian, pengkajian, serta pemeliharaan kebijakan kesehatan dan keselamatan

kerja dengan tujuan mengendalikan risiko yang behubungan dengan kegiatan

produksi/kerja untuk menciptakan tempat kerja yang aman, efisien dan produktif

bagi pekerja maupun orang lain yang berada di dalam lingkungan tersebut. Tujuan

dan sistem manajemen K3 adalah menciptakan suatu sistem dengan tujuan untuk

mencegah dan mengurangi kecelakaan serta penyakit yang diakibatkan oleh

pekerjaan, menciptakan lingkungan kerja yang aman, efisien, dan produktif, dimana

program ini merupakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja yang

melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi, dan lingkungan yang

terintegrasi.

2.3. Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action)

2.3.1. Definisi Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action)

Tindakan tidak aman (unsafe action) adalah kegagalan (human failure)

dalam mengikuti persyaratan dan prosedur-prosedur kerja yang benar sehingga

menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja, seperti : tindakan tanpa kualifikasi dan

otoritas, kurang atau tidak menggunakan perlengkapan perlindungan diri, kegagalan

dalam menyelamatkan peralatan, bekerja dengan kecepatan yang berbahaya,

kegagalan pada peringatan, menghindari atau memindahkan peralatan keselamatan

kerja, menggunakan peralatan yang tidak layak, menggunakan peralatan tertentu

untuk tujuan lain yang menyimpang, bekerja di tempat yang berbahaya tanpa

(46)

dengan kasar, menggunakan pakaian yang tidak aman ketika bekerja, dan mengambil

posisi kerja yang tidak selamat (Winarsunu, 2008).

2.3.2. Jenis-jenis Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action)

Menurut Pratiwi (2012), yang mengutip pendapat Bird and Germain bahwa

jenis-jenis tindakan tidak aman (unsafe action) terdiri dari :

1. Mengoperasikan peralatan tanpa otoritas.

2. Gagal untuk mengingatkan.

3. Gagal untuk mengamankan.

4. Pengoperasian dengan kecepatan yang tidak sesuai.

5. Membuat peralatan safety menjadi menjadi tidak beroperasi.

6. Memindahkan peralatan safety.

7. Menggunakan peralatan yang rusak.

8. Menggunakan peralatan secara tidak benar.

9. Tidak menggunakan alat pelindung diri.

10. Loading barang yang salah.

11. Penempatan barang yang salah.

12. Pengangkatan yang salah.

13. Memperbaiki peralatan pada saat beroperasi.

2.3.3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action)

Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya tindakan tidak aman (unsafe

action) adalah sangat kompleks, di mana di dalamnya melibatkan faktor-faktor yang

sangat luas, yaitu : manajemen, sosial, psikologis dan human-machine-enviroment

(47)

menggambarkan bahwa tindakan tidak aman (unsafe action) tidak dapat dilepaskan

dari faktor-faktor yang berasal dari manusianya sendiri dan lingkungan organisasinya.

Tindakan tidak aman (unsafe action) terjadi melalui 3 (tiga) fase yang

bekerja secara bertahap, yaitu :

1. Tingkat Manajemen

Manajemen sangat mempengaruhi terbentuknya tindakan tidak aman (unsafe

action). Di antaranya dengan tidak tegasnya program keselamatan dan kesehatan

kerja di perusahaan serta perawatan mesi-mesin yang digunakan.

2. Aspek-aspek lingkungan fisik, psikologis dan sosiologis dari pekerjaan

Lingkungan fisik seperti temperatur ruang kerja, taraf kebisingan, kelembaban dan

tata letak ruang kerja, desain peralatan seperti kontrol, display, kesesuaian,

peringatan terhadap bahaya, bahaya aliran listrik, bahaya mesin, dan lain-lain.

Sedangkan lingkungan sosial dan psikologis seperti norma kelompok, komunikasi

antar kelompok, semangat kerja, serikat pekerja, dan sebagainya. Aspek-aspek

lingkungan fisik, psikologis, dan sosiologis dari pekerjaan akan mempengaruhi

tingkat kelelahan, konsentrasi dan keleluasaan ruang gerak pekerja.

3. Individu

Karakteristik individu dapat mempengaruhi perilakunya dalam bekerja.

Unsur-unsur karakteristik individu antara lain : tingkat kemampuan, kesadaran,

pengalaman, pelatihan K3, kepribadian, beban kerja, usia, kelelahan, motivasi,

kecanduan alkohol atau obat-obatan, penyakit, kecerdasan, tekanan kerja dan

(48)
[image:48.612.111.515.124.569.2]

2.4. Landasan Teori

Gambar 2.1. A model of Contributing Factors in Accident Causation (CFAC) dari Sanders dan Shaw, diadaptasi dari Sanders (1993)

Pada gambar 2.1. tersebut dapat dipahami bahwa terjadinya kecelakaan kerja

sangat besar kemungkinannya ditentukan oleh tindakan tidak aman (unsafe action),

namun demikian faktor tersebut bukanlah satu-satunya faktor karena masih banyak

Management : Management Policies Safety Orientation Production Presure Incentive Systems Management Style Decision Centralization Staffing Resource Availability Accident Employee Development Coordination Organizational Structure.

Physical Environment :

Noise,Temperature, Huminidity,Illumination, Work-space dimensions, Architectural aspects, Acceleration, Pollutants, Distractions.

Equipment Design :

Controls, Displays, Compatibility, Visibility, Guarding, Warnings, Electrical Hazards, Mechanical Hazards, Thermal Hazards, Workplace arrangement, VDT screen layout.

Work Itself :

(49)

faktor sebelumnya yang menyebabkan terbentuknya tindakan tidak aman.

Penyebabnya tidak tunggal, tetapi melibatkan banyak faktor di mana terbentuknya

setiap faktor secara berurutan akan memunculkan faktor berikutnya, demikian

seterusnya sampai memunculkan tindakan tidak aman yang dipercayai sebagai unsur

dominan terjadinya kecelakaan kerja.

2.5. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Keterangan : = Diteliti

[image:49.612.110.517.248.631.2]

= Tidak diteliti

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian Faktor Personal :

1. Pengetahuan K3 2. Pelatihan K3 3. Beban Kerja 4. Kelelahan

Tindakan Tidak Aman

(Unsafe ction) Manajemen K3

Kondisi Tempat Kerja :

Lingkungan fisik,

psikologis dan sosiologis

(50)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah studi analitik observasional dengan

desain studi cross sectional.

3. 2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai sejak

bulan April sampai dengan bulan Mei tahun 2014.

3. 3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja bagian pengolahan di

PT. Inti Benua Perkasatama Dumai tahun 2014 sebanyak 94 orang.

3.3.2. Sampel

Jenis penarikan sampel yang digunakan adalah Simple Random Sampling.

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Slovin (Notoatmodjo, 2003),

sebagai berikut : n = N

1 + N (d) 2

Keterangan : n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

(51)

Hasil perhitungan besar sampel adalah :

n = 94

1 + 94 (0,1) 2

= 48 orang

Kemudian didapat besarnya sampel per cluster dengan menggunakan rumus

Sampling Fraction Per Cluster menurut (Notoatmodjo, 2003), sebagai berikut :

n group = Jumlah populasi/ group x n sampel

[image:51.612.117.526.377.573.2]

Jumlah populasi (N)

Tabel 3.1. Jumlah Karyawan pada setiap Bagian di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai Tahun 2014

No. Nama Bagian Jumlah

Populasi Perhitungan

Jumlah Sampel 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Refinery Boiler Turbine Project/Maintenance WTFW WWT Sparepart Pengapalan Bongkaran Kapal

Bongkaran Mobil Minyak Hopper 21 19 9 5 2 4 1 14 10 2 7

21 / 94 x 48 19 / 94 x 48 9 / 94 x 48 5 / 94 x 48 2 / 94 x 48 4 / 94 x 48 1 / 94 x 48 14 / 94 x 48 10 / 94 x 48 2 / 94 x 48 7 / 94 x 48

10 9 5 3 1 2 1 7 5 1 4

Total 94 48

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer berisi data variabel faktor personal (pengetahuan K3, pelatihan

(52)

aman (unsafe action). Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner.

Variabel pengetahuan K3 dan manajemen K3 menggunakan kuesioner yang diadopsi

dari penelitian Zulliyanti, S (2010); variabel beban kerja menggunakan kuesioner

NASA TLX (Task Load Index) Hancock and Meshkati (1988); variabel kelelahan

menggunakan kuesioner Subjective Self Rating Test dari Industrial Fatique Research

Committe (IFRC) Jepang; dan variabel tindakan tidak aman (unsafe action)

menggunakan lembar panduan observasi dari perusahaan.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder berupa data kecelakaan kerja akibat tindakan tidak aman

(unsafe action) dan data lingkungan fisik diperoleh dari PT. Inti Benua Perkasatama

Dumai.

3.5. Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini terdiri dari variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen), yaitu :

1. Variabel bebas (independen) adalah variabel yang keberadaannya mempengaruhi

variabel terikat (dependen). Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah faktor

personal (pengetahuan K3, pelatihan K3, beban kerja, kelelahan) dan manajemen

K3.

2. Variabel terikat (dependen) adalah variabel yang keberadaannya dipengaruhi oleh

variabel bebas (independen). Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah

(53)

3.5.2. Definisi Operasional

Definisi operasional dari variabel pada penelitian ini adalah : 1. Faktor Personal

a. Pengetahuan K3 adalah segala sesuatu yang diketahui pekerja tentang

keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja.

b. Pelatihan K3 adalah kegiatan perbaikan dan pengembangan pengetahuan, sikap

dan tindakan pekerja tentang keselamatan dan kesehatan kerja yang pernah

diikuti.

c. Beban kerja adalah kemampuan tubuh pekerja dalam menerima pekerjaan.

d. Kelelahan adalah menurunnya kapasitas dan ketahanan kerja yang disebabkan

oleh beban kerja yang dialami pekerja.

2. Manajemen K3 adalah persepsi pekerja tentang penerapan manajemen K3,

meliputi : penetapan kebijakan K3, perencanaan K3, pelaksanaan rencana K3,

pemantauan dan evaluasi kinerja K3 dalam peninjauan dan peningkatan kinerja

SMK3.

3. Tindakan tidak aman (unsafe action) adalah tindakan yang tidak sesuai prosedur

(54)
[image:54.612.113.526.167.494.2]

3.6. Metode Pengukuran

Tabel 3.2. Aspek Pengukuran Variabel Penelitian

Variabel Alat

Ukur

Skala

Ukur Hasil Ukur I. Independen

1.1.Faktor Personal

1. Pengetahuan K3 Kuesioner Ordinal 1. Baik (skor ≥ 76%) 2. Cukup (skor 56 - 75%) 3. Kurang (skor ≤ 55%) 2. Pelatihan K3 Kuesioner Ordinal 1. Baik (skor ≥ 76%)

2 . Cukup (skor 56 - 75%)

3. Kurang (skor ≤ 55%) 3. Beban Kerja Kuesioner Ordinal 1. Berat (skor ≥ 76%)

2. Sedang (skor 56 – 75%)

3. Ringan (skor ≤55%) 4. Kelelahan Kuesioner Ordinal 1. Tinggi (skor ≥ 50%)

2. Rendah (skor < 50%)

1.2.Manajemen K3 Kuesioner Ordinal 1. Baik (skor ≥ 76%) 2. Cukup (skor 56 - 75%) 3. Kurang (skor ≤ 55%)

II.Dependen

Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action

Observasi Ordinal 1. Tinggi (skor ≥ 50%) 2. Rendah (skor < 50%)

3.7. Metode Analisis Data

Setelah data dikumpulkan selanjutnya akan dianalisis dengan menggunakan

teknik analisa, sebagai berikut:

1. Analisis Univariat, yaitu analisis yang menitikberatkan pada penggambaran atau

deskripsi data yang telah diperoleh. Menggambarkan distribusi frekuensi dan

(55)

2. Analisis Bivariat, yaitu analisis lanjutan untuk menunjukkan keterkaitan,

hubungan timbal balik atau besar-kecilnya korelasi yang diselidiki antara variabel

bebas dan variabel terikat. Analisis yang digunakan adalah Korelasi Rank

(56)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

PT. Inti Benua Perkasatama Dumai didirikan pada tahun 1998, beralamatkan

di Jl. Datuk Laksamana Kelurahan Buluh Kasap Kecamatan Dumai Timur Kota

Dumai. Perusahaan ini merupakan perusahaan produksi minyak goreng yang

mengolah kelapa sawit atau disebut CPO (Crude Palm Oil) dan CPKO (Crude Palm

Kernel Oil). Lokasi terletak di sekitar area pelabuhan dengan total area 2,9 hektar

dengan jumlah karyawan sebanyak 214 orang.

PT. Inti Benua Perkasatama Dumai sebagai perusahaan yang mengolah

minyak kelapa sawit dan turunannya bertekad menjadi perusahaan kelas dunia

dengan memberikan kepuasan kepada pelanggan dan mengelola lingkungan secara

konsisten dan berkesinambungan sesuai dengan misi perusahaan yang berwawasan

lingkungan dan K3.

Untuk mencapai hal tersebut dilakukan melalui usaha-usaha sebagai berikut:

1. Mengolah minyak kelapa sawit dan turunannya yang aman dengan menggunakan

bahan mentah yang bermutu tinggi, melalui pengujian yang akurat, kontrol dan

pengawasan yang cermat terhadap proses produksi dengan menerapkan prinsip

HACCP yang konsisten.

2. Melakukan inovasi secara berkelanjutan untuk mengembangkan produk yang

(57)

3. Dalam kegiatan mengolah CPO dan CPKO bersifat proaktif mengelola

lingkungan dan memberikan dampak positif ke masyarakat sekitar.

4. Mematuhi peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya yang berlaku

sesuai dengan kegiatan proses pengolahan CPO dan CPKO serta turunannya.

5. Secara berkesinambungan meningkatkan kinerja pengelolaan lingkungan dengan

menerapkan prinsip pencegahan pencemaran.

6. Memberikan pelatihan dan informasi tentang keselamatan dan kesehatan kerja

kepada semua karyawan, kontraktor dan yang lainnya yang bekerja untuk

perusahaan.

7. Menerapkan dan mengembangkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan

kerja dengan benar, tepat dan konsisten.

8. Komitmen untuk pencegahan cidera dan sakit penyakit akibat kerja dan

peningkatan berkelanjutan manajemen dan kinerja K3.

4.2. Analisis Univariat

[image:57.612.115.525.546.696.2]

4.2.1. Karakteristik Responden

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi berdasarkan Karakteristik Responden di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai Tahun 2014

No. Karakteristik Responden Jumlah (n) Persentase (%)

1. Usia

24-26 tahun 15 31.3

27-29 tahun 30-32 tahun 33-35 tahun 36-38 tahun 39-41 tahun 42-45 tahun 11 7 8 3 3 1 22.9 14.6 16.7 6.3 6.3 2.1

(58)

Tabel 4.1 (Lanjutan)

No. Karakteristik Responden Jumlah (n) Persentase (%)

2. Jenis Kelamin

Pria 48 100.0

Total 48 100.0

3. Pendidikan Terakhir

SMA 48 100.0

Total 48 100.0

4. Status Kerja

Tetap 48 100.0

Total 48 100.0

5. Masa Kerja

≥ 5 tahun 7 14.6

< 5 tahun 41 85.4

Total 48 100.0

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik responden di PT. Inti

Benua Perkasatama Dumai Tahun 2014 mayoritas berusia 24-26 tahun sebanyak 15

orang (31.3%), berjenis kelamin pria sebanyak 48 orang (100.0%), berpendidikan

terakhir SMA sebanyak 48 orang (100.0%), berstatus kerja tetap sebanyak 48 orang

(100.0%) dan masa kerja < 5 tahun sebanyak 41 orang (85.4%).

[image:58.612.114.526.139.369.2]

4.2.2. Faktor Personal (Pengetahuan K3)

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Faktor Personal (Pengetahuan K3) di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai Tahun 2014

No. Faktor Personal Jumlah (n) Persentase

(%) Pengetahuan K3 1. 2. 3. Baik Cukup Kurang 4 34 10 8.4 70.8 20.8

[image:58.612.113.526.141.367.2]
(59)

Gambar

Tabel 1.1 Jumlah Kecelakaan Kerja akibat Unsafe Action dan Unsafe Condition
Gambar 2.1. A model of Contributing Factors in Accident Causation (CFAC) dari Sanders dan Shaw, diadaptasi dari Sanders (1993)
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 3.1. Jumlah Karyawan pada setiap Bagian di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai Tahun 2014
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian produk berupa media software pemilihan jurusan di SMA untuk siswa kelas VIII SMP memiliki kriteria sangat baik dan tidak perlu revisi.. Data

Metodologi pembuatan mesin ini adalah perancangan komponen mesin menggunakan konstruksi sederhana, bahan yang digunakan adalah bahan yang sudah tersedia

26 Amalinda Savirani, dkk., Demokrasi di Indonesia: Antara Patronase dan Populisme (Jogjakarta: UGM-Universitas Oslo, 2014), 10.. Grafik di atas menunjukkan bahwa pelayanan

Terimakasih untuk seluruh masyarakat Tengger di Desa Argosari telah menerima saya dengan sangat ramah, khususnya kepada 100 responden saya yang bersedia menjadi obyek

Gambar 29: Paparan Urusetia Kertas Cadangan Permohonan Penyelidikan (BK-16a) Mesyuarat JKTPP untuk pilihan mesyuarat Pemilihan rekod Mesyuarat JKTPP yang telah dihantar

Pintu utama ialah akses utama menuju bagian dalam rumah, sedangkan pintu curi digunakan sebagai akses bagi anggota keluarga yang wanita untuk berpindah ruang sehingga tidak

Secara umum baik hasil survei 2016 maupun 2017 menunjukkan bahwa publik yang mengakses lembaga keuangan/non-keungan memiliki tingkat pemahaman terhadap TPPT lebih baik dari

Lebih lanjut untuk mengetahui keeretan hubungan diketahui melalui koefisien kendall’s tau sebesar 0,163 dikonsultasikan dengan interval koefesien keeratan hubungan masuk