• Tidak ada hasil yang ditemukan

RANCANG BANGUN PENGUAT BIOPOTENSIAL ELEKTROKARDIOGRAFI (EKG) BERBASIS IC AD620

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "RANCANG BANGUN PENGUAT BIOPOTENSIAL ELEKTROKARDIOGRAFI (EKG) BERBASIS IC AD620"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

DESIGN OF BIOPOTENTIAL AMPLIFIER

ELECTROCARDIOGRAPHY (ECG) BASED ON IC AD620

By

IMAM NASIQIN

The electrical activity of heart is the basis of electrocardiography (ECG) in monitoring heart condition. ECG circuit consists of biopotential amplifier using IC AD620, bandpass filters, notch filter and non-inverting amplifier. Biopotential amplifier circuit of an ECG instrumentation become a major component in this research. All the characteristics of this circuit is tested using a signal generator and the output of the ECG component was observed using an oscilloscope. The results of the research are biopotential amplifier capable to amplify weak bioelectric signals up to 23 times, bandpass filter type Sallen-Key passing signal frequency from 0,05 Hz to 110 Hz. Notch filter Wien-Bridge type capable of suppressing noise interference 50 Hz electric network of -29,95 dB. Non-inverting amplifier capable amplifies the signal up to 28 times. ECG circuits tested using an oscilloscope to read the ECG signals on leads I, II and III.

Keyword : Bandpass filter, Electrocardiography (ECG), IC AD620, Notch filter.

(2)

ABSTRAK

RANCANG BANGUN PENGUAT BIOPOTENSIAL ELEKTROKARDIOGRAFI (EKG) BERBASIS IC AD620

Oleh IMAM NASIQIN

Aktivitas listrik jantung menjadi dasar Elektrokardiografi (EKG) dalam mengamati kondisi jantung. Rangkaian EKG terdiri dari penguat biopotensial menggunakan IC AD620, bandpass filter, notch filter dan penguat non-inverting. Rangkaian penguat biopotensial dari sebuah instrumentasi EKG menjadi komponen utama dalam penelitian ini. Semua rangkaian ini diuji karakteristiknya menggunakan signal generator sebagai pembangkit sinyal dan keluaran dari komponen EKG diamati menggunakan osiloskop. Diperoleh hasil dari penguat biopotensial mampu menguatkan sinyal lemah biolistrik hingga 23 kali penguatan, bandpass filter tipe Sallen-Key mampu meloloskan frekuensi sinyal dari 0,05 Hz - 110 Hz. Notch filter tipe Wien-Bridge mampu menekan noise interferensi jaringan listrik 50 Hz sebesar -29,95 dB. Penguat non-inverting mampu menguatkan sinyal hingga 28 kali penguatan. Pengujian rangkaian EKG menggunakan osiloskop untuk membaca sinyal EKG pada lead I, II, dan III.

(3)

RANCANG BANGUN PENGUAT BIOPOTENSIAL ELEKTROKARDIOGRAFI (EKG) BERBASIS IC AD620

Oleh

IMAM NASIQIN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA SAINS

Pada

Jurusan Fisika

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

(4)

Jirdul

Skripli,..''':"'''

:.:' ''':l'::"

:: ' \ama Mahasiswa

' r.: .:

\omor Pokok'Mahasiswa . .'..:

-;urusan

: slxlElS

{rif

Su rtonor .$i$i., :i}tr*$it'M$$*i

\TP

19710909'2CI0012,l',00tr, ""rt"

.:::-,,.'..11.t,:..: ,. :..:,.,.,..: ...

:

NANCAXC BANGIIN FEI\IGUff 'BIOrcTEBTSIAL'

:..;FJ

OKARDIOGRAFI.{fiKG''BEABASISAD6}$

: lmam Nasiqin

:081704t036

:

:

Maiematikq darr.Iknu PengetahuanAlam , :,1-,,,:.:

ii€rriius Ahmad'Psuzio $"Si., M.T:

MP

19801010200501

t

002

2;: Ketna Jurusan Fisil{c F}VIIPA

ti;:s.sii",h&$i.

(5)

::':. :,

. t, t...)l

(6)
(7)

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Imam Nasiqin dilahirkan pada tanggal

14 Oktober 1990 dilahirkan di Kotabumi Kabupaten Lampung

Utara dan merupakan anak pertama dari dua bersaudara

pasangan dari Bapak Sahid dan Ibu kamiyati.

Penulis memulai perjalanan sekolah berawal dari taman kanak (TK) di TK islam

Al-muhajirin dan lulus pada tahun 1996 kemudian melanjutkan ke sekolah di

SDN 1 Semuli Jaya hingga lulus pada tahun 2002. Selanjutnya melanjutkan

sekolah di SMPN 1 Abung Semuli lulus pada Tahun 2005 dan melanjutkan

sekolah di SMAN 1 Abung Semuli lulus pada tahun 2008. Setalah lulus dari SMA

kemudian penulis melanjutkan kuliah di Jurusan Fisika FMIPA Universitas

Lampung Melalui jalur SNMPTN. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam

berbagai organisasi. Penulis tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Fisika

(HIMAFI) sebagai anggota SAINTEK periode 2009 - 2010, UKM Rohani Islam

(ROIS) Fakultas MIPA sebagai Ketua Biro Bimbingan Baca quran (BBQ) periode

2010-2011 dan Lembaga Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Fakultas MIPA

sebagai Ketua DPM periode 2011-2012. Selain aktif di organisasi penulis juga

aktif dalam bidang akademik , Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum yaitu

Fisika Dasar I, Fisika Dasar II, Pemogram komputer, Elektronika Dasar I,

(8)

viii

dan Sistem Transmisi Data. Selain itu penulis juga aktif menjadi pengurus

Laboratorium Pemodelan Fisika. Penulis pernah mengikuti lomba ON-MIPA PT

2009 di yogyakarta dan tahun 2012 mengikuti lomba OSN-PTI yang diadakan

oleh PT. Pertamina dalam bidang riset dan lolos seleksi tingkat regional Sumatra

bagian selatan.

Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di PT. Pertamina (Persero)

RU III Plaju – Sungai Gerong dengan judul “Sistem Pengontrolan Level Caustic

Colomn-202 di Unit Purification Polypropylane PT. Pertamina (Persero) RU III

(9)

ix

MOTTO

Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudhan. Maka apabila engkau

telah selesai (dari sesuatu urusan) tetaplah berkerja keras (untuk urusan yang lain), dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap”

(QS. Al-Insyiroh : 6-8)

“Sebaik

-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain

kita tidak dapat mengubah masa lalu tapi kita dapat

(10)

x

Bismillahirrohmanirrohim

Aku Persembahkan Karya sederhana ini kepada :

Orang Tuaku

(Bapak Sahid dan Mamak Kamiyati)

Jazakallah atas segalanya yang telah diberikan

untuk ku..

Untuk adik tercinta ku Anis Rohmiati (

Kuning

) yang

selalu mendukung ku..

(11)

xi

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT berkat rahmat dan hidayah Nya, sehingga penulis

dapat menyelesaikan kuliah dan skripsi dengan baik. Judul skripsi ini adalah

RANCANG BANGUN PENGUAT BIOPOTENSIAL ELEKTROKARDIOGRAFI (EKG) BERBASIS IC AD620”. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad

SAW, keluarga dan pengikutnya.

Skripsi ini dilaksanakan pada bulan April 2015 sampai bulan Mei 2015 bertempat

di Laboratorium Elektronika Dasar Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

Penekanan skripsi ini adalah menciptakan alat elektrokrdiografi yang berfungsi

pendeteksi aktivitas jantung secara akurat dengan menggunakan komponen

sederhana dan mudah didapatkan dipasaran. Penulis menyadari bahwa penyajian

skripsi ini masih banyak kekurangan dalam penulisan maupun referensi data. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai

pihak demi perbaikan dan penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat

menjadi rujukan untuk penelitian berikutnya agar lebih sempurna dan dapat

memperkaya khasanah ilmu pengetahuan.

Bandar Lampung, 27 Juni 2015

(12)

xii

SANWACANA

Alhamdullillah , penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan dengan

baik berkat dorongan, bantuan dan motivasi dari berbagai pihak, oleh karena itu

pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Arif Surtono, M.Si., M.Eng. sebagai pembimbing I yang telah

memberikan ide skripsi dan bimbingan sejak awal hingga penelitian ini

selesai dan senantiasa memberikan nasehat agar dapat bersikap lebih baik

dan berfikir lebih maju

2. Bapak Gurum Ahmad Pauzi, S.Si., M.T. atas kesediannya menjadi

Pembimbing II yang senantiasa memberikan masukan-masukan serta

nasehat untuk menyelesaikan tugas akhir.

3. Bapak Drs. Amir Supriyanto, M.Si. atas kesediaannya sebagai Penguji

yang telah mengoreksi kekurangan, memberi kritik dan saran selama

penulisan skripsi.

4. Ibu Dra. Dwi Asmi,Ph.D. selaku Pembimbing Akademik (PA) yang

memberikan bimbingan serta nasehat dari awal perkuliahan sampai

menyelesaikan tugas akhir.

5. Ibu Dr. Yanti Yulianti, M.Si. selaku ketua jurusan Fisika.

(13)

xiii

7. Para sahabat: Agustiawan, Julay, Nurma, Firda, Ilfa, Bang Feb, Oliv, Muji,

Cho, Ulum, Fina, Itun, Ningrum, Harjono, Riza, Dio, Fitri, Ali

Akbar,Encep.

8. Seluruh adik-adik angkatan 2009, 2010, 2011, 2012, 2013, 2014 atas

dukungannya.

9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah

membatu penulis selama menyelesaikan Skripsi.

Semoga Allah SWT memberi balasan atas segala usaha yang telah dilakukan oleh

berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat selasai dan bermanfaat.

Bandar Lampung,

(14)

xiv

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

HALAMAN JUDUL ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

PERNYATAAN ... vi

RIWAYAT HIDUP ... vii

MOTTO ... ix

PERSEMBAHAN ... x

KATA PENGANTAR ... xi

SANWACANA ... xii

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR TABEL ... xx

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Batasan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian sebelumnya ... 6

(15)

xv

2. Biolistrik ... 9

3. Aktifitas Listrik Jantung ... 14

4. Potensial Listrik Jantung... 16

5. Prinsip Dasar Pengukuran Elektrokardiografi ... 18

6. Gelombang Jantung ... 22

7. Sensor Bioelektroda ... 26

8. Buffer ... 28

9. Penguat Biolistrik ... 29

10. IC Penguat Instrumentasi AD620 ... 32

11. Driven Right Leg ... 34

12. Filter ... 36

13. Penguat Akhir ... 45

III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 47

B. Alat dan Bahan ... 47

C. Prosedur Penelitian ... 48

D. Metode Analisis 1. Pengujian Penguat Biolistrik ... 57

2. Pengujian Filter Analog ... 58

3. Pengujian Penguat Akhir ... 58

5. Pengujian Akuisisi Sinyal Elektrokardiografi ... 59

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Penguat Biopotensial ... 60

2. Bandpass filter ... 63

3. Notch filter 50 Hz ... 68

4. Penguat non-inverting (tak membalik) ... 72

5. Akuisisi sinyal elektrokardiografi ... 74

V. KESIMPULAN A. Kesimpulan ... 78

B. Saran ... 78

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Posisi jantung dalam tubuh ... 7

Gambar 2.Bagian-bagian jantung... 8

Gambar 3. Tingkat konsentrasi ion K+, Na+, Cl-, dan ion-ion protein di dalam dan luar sel (dalam mol/L) .

...

10

Gambar 4. Model potensial istirahat (a) Ion K+ menyebar dari H ke L, menghasilkan beda potensial (lapisan dipol) sepanjang membran dan menghasilkan potensial. (b) keadaan seimbang... 11

Gambar 5.Gelombang aktifitas listrik sel saraf ... 12

Gambar 6. Transmisi impuls saraf sepanjang akson. (a) potensial istirahat akson sekitar – 80 mV. (b) rangsangan pada bagian kiri menyebabkan depolarisasi membran. (c) Arus positif mengalir pada tepi leading. (d dan e) Sementara itu, ion K+ keluar dari inti akson dan memulihkan potensial istirahat (repolarisasi membran). Tegangan yang berpindah sepanjang saraf adalah potensial aksi ... 13

Gambar 7. Bentuk gelombang potensial aksi dari (a) saraf akson (b) sel otot kerangka (c) sel otot jantung ... 14

Gambar 8. Penjalaran Depolarisasi ... 16

Gambar 9. Skema potensial aksi turun pada dinding jantung. Beberapa arus ion, diindikasikan oleh lingkaran, yang melalui torso diindikasikan sebagai resistor. ... 17

Gambar 10. Distribusi potensial bagian dada pada saat ventrikel depolarisasi separuh. Electrode yang diletakkan di titik A, B, dan C mengindikasikan potensial pada saat itu ... 17

Gambar 11. Lead standar bipolar ... 19

Gambar 12. Lead Ekstremitas unipolar ditingkatkan. ... 20

(17)

xvii

Gambar 14. Sinyal Elektrokardiografi Normal ... 22

Gambar 15. Gelombang P ... 23

Gambar 16. Gelombang Q. ... 24

Gambar 17. Gelombang R. ... 24

Gambar 18. Gelombang S ... 25

Gambar 19 Gelombang T. ... 25

Gambar 20 (a) bagian-bagian Elektroda. (b) Elektroda ... 26

Gambar 21. Model rangkaian ekivalen elektroda ... 27

Gambar 22. Rangkaian ekivalen elektoda paralel ... 28

Gambar 23 Rangkaian Buffer ... 28

Gambar 24 Penguat instrumentasi ... 30

Gambar 25. Konfigurasi pin AD620 ... 32

Gambar 26 Skematik sederhana AD620 ... 33

Gambar 27 Rangkaian AD620 untuk monitoring ... 34

Gambar 28. Rangkaian Driven Right Leg... 35

Gambar 29. Rangkaian Driven Right Leg dengan factorβ ... 36

Gambar 30. Rangkaian Ekuivelen Driven Right Leg ... 36

Gambar 31. Bandpass filter dengan gain maksimal pada frekuensi resonansi fr.. ... 37

Gambar 32. Rangkaian bandpass filter pita lebar . ... 39

Gambar 33. Respon Frekuensi bandpass filter ... 40

Gambar 34. Rangkaian bandpass pita sempit ... 41

Gambar 35. Respon frekuensi bandpass pita sempit.. ... 41

Gambar 36. Respon frekuensi tapis takik ... 42

(18)

xviii

Gambar 38.Tapis takik dari bandpass filter dan inverting adder. ... 44

Gambar 39. Rangkaian Penguat non-inverting. ... 45

Gambar 40. Diagram alir penelitian. ... 49

Gambar 41. Diagram alir perancangan komponen EKG ... 50

Gambar 42. Rangkaian AD620 ... 52

Gambar 43. Rangkaian penguat biopotensial AD620 ... 53

Gambar 44. Rangkaian Bandpass Filter. ... 54

Gambar 45. Rangkaian Notch Filter wein bridge 50 Hz ... 55

Gambar 46. Rangkaian penguat non-inverting ... 57

Gambar 47. Osiloskop. ... 59

Gambar 48. Perangkat elektrokardiografi berbasis IC AD620 ... 60

Gambar 49. Rangkaian pengujian pada penguat biopotensial ... 61

Gambar 50. Grafik hubungan antara pengutan (dB)dan Rg (kΩ) ... 63

Gambar 51. Rangkaian pengujian bandpass filter ... 63

Gambar 52. Respon bandpass filter pada frekuensi 80 Hz ... 66

Gambar 53. Respon frekuensi bandpass filter pada frekuensi 110 Hz ... 66

Gambar 54. (a) Respon frekuensi pada frekuensi 115 Hz, (b) respon frekuensi pada frekuensi 120 Hz ... 67

Gambar 55. Grafik hubungan frekuensi dan gain (dB) ... 67

Gambar 56. Rangkaian notch filter wein bridge 50 Hz ... 68

Gambar 57. Respon frekuensi notch filter wein bridge pada frekuensi 45 Hz ... 70

Gambar 58. Respon frekuensi notch filter wein bridge pada frekuensi 50 Hz ... 70

(19)

xix

Gambar 60. Hubungan Frekuensi dan gain (dB) ... 71

Gambar 61. Rangkaian penguat non-inverting ... 72

Gambar 62. Hubungan tegangan masukan dan keluaran ... 73

Gambar 63. Sinyal EKG pada lead I (a) objek 1

(b) Objek 2 (c) Objek 3 ... 74

Gambar 64.Sinyal EKG lead 1 ... 74

Gambar 65. Sinyal EKG lead II ... 75

Gambar 66. Sinyal EKG pada lead II (a) Objek 1

(b) Objek 2 (c) Objek 3 ... 75

Gambar 67. Sinyal EKG lead III ... 76

Gambar 65. Sinyal EKG pada lead III (a) Objek 1

(20)

xx

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Pengujian penguat biolistrik ... 58

Tabel 3.2 Pengujian Filter Analog ... 58

Tabel 3.3 Pengujian penguat akhir ... 59

Tabel 4.1 Hasil pengujian penguatan pada rangkain penguat biopotensial ... 62

Table 4.2 Hasil pengujian bandpass filter... 64

Table 4.3 Data hasil pengujian rangkaian notch filter wein bridge ... 69

(21)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jantung merupakan salah satu organ tubuh yang sangat vital, karena jantung

berfungsi untuk memompakan darah ke seluruh jaringan tubuh. Jika terjadi

gangguan pada jantung maka akan berdampak negatif terhadap organ vital tubuh

lainnya seperti ginjal dan otak. Apabila hal tidak diindentifikasi secara dini maka

akan dapat berakibat pada kematian. Kematian yang disebabkan oleh penyakit

jantung tergolong dalam penyakit tak menular dengan angka kematiannya

mengalami peningkatan setiap tahunnya (Depkes, 2011).

Tingginya angka kematian yang disebabkan oleh jantung membuat penelitian

yang berkaitan dengan analisis isyarat jantung menjadi topik yang cukup menarik

dan semakin berkembang dewasa ini. Berkaitan dengan hal tersebut, perlu dibuat

alat yang digunakan untuk mengetahui aktivitas kerja jantung yang disebut

elektrokardiografi (EKG) (Nazmah, 2011).

EKG akan menghasilkan suatu grafik sinyal jantung atau rekaman aktivitas

jantung pada kertas milimiter yang disebut elektrokadiogram. Elektrokardiogram

(22)

2

jantung. Untuk memperoleh rekaman EKG beberapa elektroda dipasang pada

permukaan tubuh manusia sebab tubuh adalah konduktor yang baik. Perekaman

ini dilakukan dengan menempelkan elektroda-elektroda pada lokasi tertentu yang

disebut sadapan (lead) pada permukaan kulit. Sinyal yang didapatkan dari hasil

perekaman ini masih dipengaruhi oleh noise atau derau diantaranya interferensi jaringan listrik, gangguan kontak elektroda, kontraksi otot dan gangguan peralatan

yang digunakan. Noise interferensi jaringan listrik pada sinyal EKG yaitu mempunyai frekuensi 50/60 Hz.

Noise pada sinyal EKG dari interferensi jaringan listrik dapat diminimalkan dengan menggunakan filter yang didesain sedemikian rupa sehingga mampu

memisahkan sinyal dari noise. Filter takik (Notch filter) dapat digunakan sebagai

peredam interferensi jaringan listrik 50 Hz. Sinyal EKG yang telah dipisahkan

dari noise selanjutnya dapat didiagnosis oleh seorang dokter ahli jantung (Chavan,et.all, 2004).

Pada jantung terdapat aktivitas potensial listrik dengan nilai tegangan sebesar 0.05

mV– 4 mV. Tegangan yang dihasilkan oleh jantung inilah yang menjadi dasar

pengukuran tahap awal untuk membaca aktivitas jantung. Selain tegangan,

potensial listrik jantung juga memiliki nilai frekuensi yang dapat diamati oleh

peneliti. Besarnya frekuensi yang dihasilkan oleh aktivitas jantung adalah 0,05 Hz

(23)

3

Dengan latar belakang tersebut, pada penelitian ini telah dirancang rangkaian

elektrokardiografi berbasis IC AD620 sebagai penguat awal yang digunakan

untuk membaca sinyal jantung. Hal ini dikarenakan IC AD620 memiliki nilai

Common Mode Rejection Ratio ( CMRR ) yang memenuhi syarat minimal sebesar 90 dB dan untuk menguatkan tegangan jantung yang berorde millivolt hanya

membutuhkan satu resistor eksternal untuk mengatur gain 1 sampai 1000. Kemudian untuk memilih frekuensi dari sinyal jantung maka digunakan bandpass

filter. Jenis bandpass filter yang digunakan pada penelitian ini adalah bandpass filter sallen key dengan rentang frekuensi 0,05 Hz – 110 Hz.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat diperoleh rumusan masalah sebagai

berikut.

1. Dibutuhkan sebuah instrumentasi untuk membaca sinyal biolistrik jantung

menggunakan komponen yang mudah ditemukan di pasaran dengan biaya

terjangkau.

2. Tegangan sinyal biolistrik yang dihasilkan oleh jantung sebesar 0,05 – 4 mV

sehingga dibutuhkan penguat instrumentasi yang mampu menguatkan sinyal

biolistrik jantung dengan nilai CMRR (Common Mode Rejection Ratio) yang

tinggi agar dapat menekan tegangan common mode sekecil-kecilnya .

3. Sinyal biolistrik jantung memiliki nilai frekuensi 0,05 – 110 Hz yang sangat

(24)

4

frekuensi 50 Hz sehingga dibutuhkan filter yang mampu meloloskan frekuensi

0,05 – 110 Hz dan mampu menekan frekuensi 50 Hz dari interferensi jaringan

listrik.

C. Batasan Masalah

Untuk menghindari bahasan masalah menjadi lebih jauh, batasan masalah

penelitian adalah sebagai berikut.

1. Perancangan alat ini hanya digunakan untuk mendeteksi sinyal biolistrik yang

dihasilkan oleh jantung pada lead standar bipolar ( Lead I, II dan III) dan

menampilkan sinyal EKG pada osiloskop.

2. Perancangan rangkaian elektrokardiografi menggunakan IC AD620 sebagai

komponen utama penguat instrumentasi karena memenuhi standar nilai

minimal CMRR (common mode rejection ratio) yang dibutuhkan sebesar 90

dB.

3. Filter aktif yang digunakan pada penelitian ini ada 2 jenis yaitu bandpass filter

sebagai filter yang meloloskan frekuensi 0,05 Hz – 110 Hz dan notch Filter

sebagai filter untuk menekan frekuensi 50 Hz.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mengaplikasikan rangkaian penguat instrumentasi (AD620) sebagai penguat

sinyal biolistrik jantung yang mempunyai nilai Common Mode Rejection Ratio

(25)

5

2. Merancang rangkaian filter aktif yang mampu meloloskan frekuensi 0,05 Hz

sampai 110 Hz dan menekan frekuensi 50 Hz dari interferensi listrik.

3. Merancang perangkat instrumentasi elektrokardiografi (EKG) menggunakan

komponen yang mudah didapatkan di pasaran.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah tersedianya perangkat elektrokardiografi

sederhana dengan biaya terjangkau namun memiliki nilai akurasi pembacaan

(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Sebelumnya

Penelitian terkait elektrokardiografi telah dilakukan oleh beberapa peneliti

diantaranya adalah pembuatan elektrokardiografi (EKG) teknologi hibrid

menggunakan komponen surface mounting device (SMD) oleh Darmansyah dkk. (2006). Komponen SMD digunakan untuk merancang penguat dan filter

pada EKG, sehingga dihasilkan rangkaian EKG yang memiliki ukuran jauh

lebih kecil daripada rangkaian EKG yang telah ada tanpa mengurangi kinerja

dari instrumen elektronika tersebut. Penguat instrumentasi yang dirancang

mampu menguatkan sinyal sebesar 100 kali penguatan dan memberikan

CMRR sebesar 2500 dB. Rangkaian filter yang terdiri dari low pass filter dan notch filter mampu meredam frekuensi yang tidak diinginkan. Rancangan alat ini dapat bekerja dengan baik, hanya perlu ditambahkan perekam data atau

akuisisi data yang mampu langsung terintegrasi pada alat dan penggunaan

kabel yang lemah noise (low noise) akan dapat mengurangi noise yang terjadi

sehingga menghasilkan hasil yang lebih baik.

Selanjutnya Agung (2005) juga melakukan penelitian terkait realisasi

elektrokardiografi. Pada hasil pengujian komponen penyusun perangkat keras

(27)

7

terjadi pada tapis takik yaitu penekanan pada frekuensi takiknya tidak bisa nol

sehingga derau dari jala-jala listrik masih bisa memasuki rangkaian. Pada tapis

lolos pita penguatan pada lolos pita tidak benar-benar rata terutama di dekat

frekuensi potong bawah (low cut-off frequency).

Widodo (2010) membuat sistem akusisi EKG menggunakan USB untuk

deteksi aritmia. Pengolahan sinyal menggunakan bandpass filter dan low pass

filter orde 2 untuk meloloskan sinyal biolistrik jantung. Hasil pengujian dari komponen menunjukan penggunaan penguat amplifier dan pengkondisian

sinyal dibutuhkan pada masing-masing lead dan dibutuhkannya notch filter

untuk menekan interferensi jaringan listrik PLN.

Teori Dasar

1. Jantung

Jantung merupakan salah satu dari organ tubuh yang sangat vital yang

bertugas memompakan darah ke seluruh jaringan tubuh. Jantung terletak

dalam rongga dada agak sebelah kiri, di antara paru-paru kanan dan paru-paru

kiri. Massanya kurang lebih 300 gram, besarnya sebesar kepalan tangan.

(28)

8

Jantung adalah satu otot tunggal yang terdiri dari lapisan endothelium. Jantung

terletak di dalam rongga torakik, di balik tulang dada. Struktur jantung

berbelok ke bawah dan sedikit ke arah kiri. Jantung hampir sepenuhnya

diselubungi oleh paru-paru, namun tertutup oleh selaput ganda yang bernama

perikardium, yang tertempel pada diafragma. Lapisan pertama menempel

sangat erat kepada jantung, sedangkan lapisan luarnya lebih longgar dan

berair, untuk menghindari gesekan antar organ dalam tubuh yang terjadi

karena gerakan memompa konstan jantung. Jantung dijaga ditempatnya oleh

pembuluh-pembuluh darah yang meliputi daerah jantung yang merata/datar,

seperti didasar dan disamping. Dua garis pembelah (terbentuk dari otot) pada

lapisan luar jantung menunjukkan letak dinding pemisah diantara serambi dan

bilik jantung (Nazmah, 2011).

(29)

9

2. Biolistrik

Biolistrik merupakan fenomena sel. Sel-sel jaringan tubuh manusia mampu

menghasilkan potensial listrik yang merupakan lapisan tipis muatan positif

pada permukaan luar dan muatan negatif pada permukaan dalam bidang

batas/membrane (Carr, 2001). Di seluruh permukaan atau membran neuron

dalam sel terdapat beda potensial (tegangan) yang disebabkan adanya ion

negatif yang lebih di bagian dalam membran daripada di luar. Pada kondisi

ini, neuron dikatakan terpolarisasi. Bagian dalam sel biasanya mempunyai

tegangan 60-90 mV lebih negatif daripada di bagian luar sel. Beda potensial

ini disebut potensial istirahat neuron.

Fenomena potensial listrik yang terjadi pada membran sel ini telah

dirumuskan dalam sebuah persamaan Nernst (Malmivou, 1995):

Vk = -

�� �� ln

��,�

� ,�

Keterangan : Vk = Tegangan Nersnt ( mV )

R = Konstanta gas [ 8.314 J/(mol.K)]

T = Temperatur [ K (Kelvin) ]

Zk = Valensi ion ke-k

F = Konstanta Faraday [ 9.649 x 104 C/mol]

Ci,k = Konsentrasi ion k di dalam sel (mol/L)

(30)
[image:30.595.173.468.88.331.2]

10

Gambar 3.Tingkat konsentrasi ion K+, Na+, Cl-, dan ion-ion protein di dalam dan luar sel (dalam mol/L). Di dalam sel lebih negatif dibandingkan di luar sekitar 60-90 mV dengan medan listrik E. (Cameron, 1978).

Gambar 3 menunjukkan konsentrasi skematis dari berbagai ion di dalam dan

di luar suatu membran akson. Ketika neuron dirangsang, terjadi perubahan

potensial sesaat yang besar pada potensial istirahat di titik rangsangan.

Potensial ini disebut potensial aksi, yang menyebar sepanjang akson. Potensial

aksi adalah metode utama transmisi sinyal di dalam tubuh. Stimulasi ini dapat

disebabkan oleh rangsangan secara fisik dan berbagai reaksi kimia seperti

panas, dingin, cahaya, suara, dan bau. Jika rangsangan ini berupa sinyal listrik,

hanya diperlukan sekitar 20 mV melintasi membran untuk memulai potensial

aksi.

Potensial istirahat dapat dijelaskan dengan menggunakan model suatu

(31)

11

K+ dan ion Cl-. Diasumsikan bahwa membran memungkinkan ion K+

melewatinya tetapi tidak mengizinkan lewatnya ion Cl ˉ. Ion K+ menyebar

bolak-balik melintasi membran, namun, transfer bersih berlangsung dari

daerah konsentrasi tinggi (H) ke wilayah konsentrasi rendah (L). Akhirnya

akibat dari gerakan ini menyebabkan kelebihan muatan positif di L dan

kelebihan muatan negatif di H. Muatan tersebut berbentuk lapisan pada

membran yang berfungsi untuk menghasilkan medan listrik yang menghambat

aliran ion K+ dari H ke L. Pada akhirnya ada suatu keseimbangan (Gambar

4b). Secara kualitatif, potensial istirahat sebuah saraf ada karena membran

bersifat impermeable (tidak dapat dilewati) terhadap ions A- (protein) yang berukuran besar, dan membran tersebut bersifat permeable (dapat dilewati) untuk ion K+, Na+, dan ion Clˉ. Hal ini ditunjukkan pada Gambar 4.

Gambar 4. Model potensial istirahat (a) Ion K+ menyebar dari H ke L, menghasilkan beda potensial (lapisan dipol) sepanjang membran dan menghasilkan potensial. (b) keadaan seimbang (Cameron, 1978).

Jika ada impuls, maka butir-butir membran akan berubah dan ion-ion Na+

akan masuk dari luar sel ke dalam sel. Hal ini menyebabkan dalam sel akan

[image:31.595.151.474.414.590.2]
(32)

12

Keadaan ini disebut depolarisasi. Gangguan ini sedikit mempengaruhi

potensial membran, dan cepat kembali pada nilai istirahatnya sekitar 70 mV.

Jika rangsangan tersebut kuat, menyebabkan terjadinya depolarisasi dari

-90mV menjadi -50 mV ( potensial ambang). Gelombang aktifitas listrik sel

saraf ditunjukkan pada Gambar 5.

Gambar 5. Gelombang aktifitas listrik sel saraf

Terjadinya depolarisasi menyebabkan perubahan potensial menjadi terbuka.

Ion-ion Na+ mengalir masuk ke dalam sel dengan cepat dan dalam jumlah

banyak, sehingga menimbulkan arus listrik. Aliran Na+ menyebabkan

terjadinya perubahan potensial listrik menjadi +40mV. Setelah depolarisasi,

saluran Na+ tertutup selama 1 ms sampai membran tidak dapat dirangsang

lagi. Perubahan transien pada potensial listrik diantara membran disebut

potensial aksi. Setelah mencapai puncak mekanisme pengangkutan di dalam

sel membran dengan cepat mengembalikan ion Na+ ke luar sel sehingga

membran kembali ke keadaan potensial istirahat.

Skema akson menyebarkan potensial aksi ditunjukkan pada Gambar 6. Grafik

dari potensial yang diukur antara titik P dan bagian luar akson juga

(33)

13

(Gambar 6a). Jika ujung kiri akson dirangsang, dinding membran menjadi

menyerap ion Na+ dan ion ini berjalan melalui membran, hal ini menyebabkan

terjadinya depolarisasi. Bagian dalamnya sesaat menjadi bermuatan positif

dengan tegangan sekitar 50 mV. Potensial aksi di bagian yang dirangsang

[image:33.595.151.497.329.626.2]

menyebabkan pergerakan ion, seperti yang ditunjukkan oleh tanda panah pada

Gambar 6b, yang menyebabkan depolarisasi di bagian sebelah kanan (Gambar

6c, 6d, dan 6e). Sementara itu di titik rangsangan asal telah pulih (repolarisasi)

karena ion K+ telah pindah keluar untuk mengembalikan potensial istirahat

(Gambar 6c,6d, dan 6e).

(34)

14

Potensial aksi kebanyakan neuron dan sel-sel otot, berlangsung selama

beberapa mili detik, namun potensi aksi untuk otot jantung berlangsung lama

sekitar 150-300 mili detik (Gambar 7).

Gambar 7. Bentuk gelombang potensial aksi dari (a) saraf akson (b) sel otot kerangka (c) sel otot jantung. Skala waktu masing-masing berbeda. (Cameron, 1978).

3. Aktifitas Listrik Jantung

Jantung mempunyai aktifitas listrik meliputi: Nodus Sinoatrium, Nodus atrioventrikel, Berkas His dan Serabut Purkinje, inilah point penting dalam pembacaan EKG. Listrik jantung dihasilkan oleh adanya reaksi sel jantung

dengan ion Na+. Sel membran otot jantung (miokardium) berbeda dengan saraf

dan otot bergaris. Saraf dan otot bergaris memerlukan rangsangan supaya ion

Na+ masuk ke dalam sel, proses masuknya ion Na+ ke dalam sel disebut proses

depolarisasi. Sedangkan depolarisasi pada sel otot jantung, ion Na+ mudah

[image:34.595.149.477.168.400.2]
(35)

15

ion Na+ akan masuk lagi ke dalam sel yang disebut depolarisasi spontan.

Depolarisasi spontan ini menghasilkan gelombang depolarisasi untuk seluruh

otot miokardium. Depolarisasi sel membran otot jantung oleh perambatan

potensial aksi menghasilkan kontraksi otot sehingga terjadi denyut jantung.

Gerakan ritmis jantung dikendalikan oleh sebuah sinyal listrik yang

diprakarsai oleh rangsangan spontan dari sel-sel otot khusus yang terletak di

atrium kanan. Sel-sel ini membentuk sinoatrial (SA) node, atau alat pacu jantung alami (Gambar 8). SA node berdetak secara berkala sekitar 72 kali per

menit. Namun, laju detak dapat ditingkatkan atau dikurangi dengan saraf

eksternal untuk mengetahui respon jantung terhadap kebutuhan darah tubuh

serta rangsangan lainnya. Sinyal listrik dari SA node memulai depolarisasi

saraf dan otot dari kedua atrium, menyebabkan atrium berkontraksi dan

memompa darah ke dalam ventrikel. Sehingga terjadilah repolarisasi dari

atrium tersebut. Sinyal listrik kemudian lolos ke atrioventrikular (AV) node, yang mengawali depolarisasi ventrikel kanan dan kiri, menyebabkan mereka

kontrak dan memaksa darah masuk ke dalam paru dan sirkulasi umum. Saraf

dan otot ventrikel kemudian mengalami repolarisasi dan siklus dimulai lagi.

(36)

16

Gambar 8. Penjalaran Depolarisasi (Cameron, 1978)

Keterangan:

1. SA node memulai gelombang depolarisasi dari atrium kanan ke atrium

kiri dalam 70 detik –> terjadi kontraksi atrium.

2. Gelombang depolarisasi berlanjut ke AV node –> AV node mengalami

depolarisasi.

3. Gelombang dari AV node melalui bundle of his (BH) dan diteruskan ke

bundle branch (BB) –> BB mengalami depolarisasi.

4. Diteruskan ke jaringan purkinje –> endokardium –> berakhir di

epikardium –> terjadi kontraksi otot jantung.

5. Setelah repolarisasi, miokardium mengalami relaksasi.

4. Potensial Listrik Jantung

Hubungan antara pemompaan jantung dengan potensi listrik pada kulit dapat

dipahami dengan mempertimbangkan perambatan potensial aksi di dalam

(37)

17

Gambar 9. Skema potensial aksi turun pada dinding jantung. Beberapa arus ion, diindikasikan oleh lingkaran, yang melalui torso diindikasikan sebagai resistor. Potensial aktif (Cameron, 1978).

Aliran arus yang dihasilkan tubuh memulai terjadinya penurunan potensi

seperti yang ditunjukkan skema pada resistor. Pada gambar 10 menunjukkan

bahwa potensial diukur pada permukaan tubuh bergantung pada lokasi

elektroda. Bentuk garis potensial ditunjukkan pada gambar 8 hampir sama

dengan yang diperoleh dari sebuah dipol listrik.

(38)

18

Garis ekuipotensial pada waktu lain dalam siklus jantung juga bisa

direpresentasikan oleh dipol listrik, namun dipol untuk waktu yang berbeda

dalam siklus akan berbeda ukuran dan orientasi. Potensial listrik (jantung)

yang diukur pada permukaan tubuh hanyalah proyeksi sesaat dari vektor dipol

listrik dalam arah tertentu. Vektor dipol listrik tersebut merupakan fungsi

perubahan dari waktu. Potensial listrik diproyeksikan sama dengan dipole

listrik tersebut. Model dipol listrik jantung ini pertama kali diusulkan oleh AC

Waller pada tahun 1889 (Cameron, 1978).

5. Prinsip Dasar Pengukuran Elektrokardiografi

Untuk mendapatkan sinyal jantung manusia dilakukan dengan cara

menempelkan elektroda ditubuh manusia. Istilah “lead” didefinisikan sebagai susunan spasial sepasang elektroda atau suatu pasangan elektroda yang

merupakan kombinasi beberapa elektroda melalui jaringan resistif (resistive

network). Satu lead ditandai “+” dan yang lain ditandai “-“. Penempatan elektroda menentukan arah rekaman lead yang disebut sumbu lead atau

sudut lead. Sumbu ditentukan oleh arah dari elektroda negatif ke elektroda

positif. Alat EKG menghitung besarnya beda potensial listrik antara

elektroda positif dan elektroda negatif (Bao, 2003). Dalam lead 12 lead

dikelompokkan menjadi 3, yaitu sebagai berikut :

a) Lead Standar Bipolar atau dikenal dengan lead Einthoven, yaitu

lead I, lead II , dan lead III.

(39)

19

c) Lead Precordial (Lead Dada) atau lead Wilson, yaitu V1, V2, V3, V4, V5 dan V6.

a. Lead Standar Bipolar

Lead standar bipolar merekam perbedaan potensial dari 2 elektrode. Lead

[image:39.595.158.510.240.447.2]

ini terlihat seperti gambar 11.

Gambar 11. Lead standar bipolar (Widodo, 2000)

1. Lead I = merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan

tangan kiri (LA). Tangan kanan pada potensial (-) dan tangan kiri

pada potensial (+).

2. Lead II : merekam beda potensial antara tangan kanan (RA)

dengan kaki kiri (LF). Tangan kanan pada potensial (-) dan kaki

kiri pada potensial (+).

3. Lead III : merekam beda potensial antara tangan kiri (LA) dengan

kaki kiri (LF). Tangan kiri pada potensial (-) dan kaki kiri pada

(40)

20

b. Lead Standar Unipolar (Augmented Extremity Leads)

Lead ini mengukur tegangan suatu titik ukur terhadap tegangan rerata dua

titik lainnya, menggabungkan kombinasi dua polar sehingga menghasilkan

aVR, aVL dan aVF seperti gambar 12.

Gambar 12. Lead Ekstremitas unipolar ditingkatkan (Widodo, 2000)

Lead aVL dihasilkan dari perbedaan antara muatan LA yang dibuat

bermuatan positif dengan RA dan LF yang dibuat indifferent sehingga

listrik bergerak ke arah -30 derajat (sudutnya ke arah lateral kiri). Dengan

demikian, bagian lateral jantung dapat dilihat juga oleh Lead aVL.

Lead aVF dihasilkan dari perbedaan antara muatan LF yang dibuat

bermuatan positif dengan RA dan LA dibuat indifferent sehingga listrik

bergerak ke arah positif 90 derajat (tepat ke arah inferior). Dengan

demikian, bagian inferior jantung selain lead II dan III dapat juga dilihat

(41)

21

Lead aVR dihasilkan dari perbedaan antara muatan RA yang dibuat

bermuatan positif dengan LA dan LF dibuat indifferent sehingga listrik

bergerak ke arah berlawanan dengan arah listrik jantung -150 derajat (ke

arah ekstrem).

Lead - lead ini belum cukup sempurna untuk mengamati adanya kelainan

di seluruh permukaan jantung. Oleh karena itu, sudut pandang akan

dilengkapi dengan lead prekordial (lead dada).

c. Lead Precordial ( Lead Dada )

Lead prekordial V1, V2, V3, V4, V5, dan V6 ditempatkan secara langsung

di dada. Karena terletak dekat jantung, 6 lead itu tidak memerlukan

augmentasi. Terminal sentral Wilson digunakan untuk elektrode negatif,

dan lead-lead tersebut dianggap unipolar. Lead prekordial memandang

aktivitas jantung di bidang horizontal. Sumbu kelistrikan jantung di bidang

horizontal disebut sebagai sumbu Z. Penempatan prekordial lead

ditunjukkan pada gambar 13.

(42)

22

Lead V1, V2, dan V3 disebut sebagai lead prekordial kanan sedangkan

V4, V5, dan V6 disebut sebagai lead prekordial kiri.

6. Gelombang Jantung

Sebuah EKG yang khas melacak detak jantung normal (atau siklus jantung)

terdiri atas gelombang P, gelombang Q, gelombang R, gelombang S dan

gelombang T. Garis dasar elektrokardiogram dikenal sebagai garis isolistrik.

Khasnya, garis isolistrik diukur sebagai porsi pelacakan menyusul gelombang

[image:42.595.213.430.373.586.2]

T dan mendahului gelombang P berikutnya.

Gambar 14. Sinyal Elektrokardiografi Normal (Nazmah, 2011)

a. Gelombang P

Selama depolarisasi atrium normal, vektor listrik utama diarahkan dari

(43)

23

Vektor ini akan membentuk gelombang P pada rekaman EKG, yang tegak

pada lead II, III, dan aVF (karena aktivitas kelistrikan umum sedang

menuju elektrode positif di lead-lead itu), dan membalik di lead aVR

(karena vektor ini sedang berlalu dari elektrode positif untuk lead itu).

Sebuah gelombang P harus tegak di lead II dan aVF dan terbalik di lead

aVR untuk menandakan irama jantung sebagai Irama Sinus.Hubungan

antara gelombang P dan kompleks QRS membantu membedakan sejumlah

aritmia jantung.Bentuk dan durasi gelombang P dapat menandakan

pembesaran atrium (Nazmah, 2011).

Gambar 15. Gelombang P (Nazmah, 2011)

b. Gelombang Q

Gelombang Q adalah gelombang pada EKG yang menggambarkan adanya

aktivitas listrik jantung yang sedang terjadi di septal ventrikel, dengan

depolarisasi otot ventrikel. Gelombang Q merupakan gelombang yang

terdefleksi negatif pertama setelah gelombang P. Pada keadaan normal

gelombang Q tidak boleh melebihi 1/3 atau 25 % dari gelombang R

(44)
[image:44.595.294.364.84.188.2]

24

Gambar 16. Gelombang Q (Nazmah, 2011)

c. Gelombang R

Gelombang R adalah gelombang positif pertama setelah gelombang Q dan

merupakan bagian gambaran gelombang EKG yang terjadi pada saat otot

ventrikel mengalami depolarisasi. Pada keadaan normal gelombang EKG

memiliki gelombang R kecil di V1 sampai V6 (Nazmah, 2011).

Gambar 17. Gelombang R (Nazmah, 2011)

d. Gelombang S

Gelombang S adalah gelombang negatif kedua setelah gelombang R.

Gelombang S merupakan bagian dari gambaran gelombang EKG yang

[image:44.595.275.387.408.545.2]
(45)
[image:45.595.281.380.84.219.2]

25

Gambar 18. Gelombang S (Nazmah, 2011)

e. Gelombang T

Gelombang T menggambarkan repolarisasi ventrikel. Interval dari awal

kompleks QRS ke puncak gelombang T disebut sebagai periode refraksi

absolut. Separuh terakhir gelombang T disebut sebagai periode refraksi

relatif (peride vulnerabel). Pada sebagian besar lead, gelombang T positif.

Namun, gelombang T negatif normal di lead aVR. Lead V1 bisa memiliki

gelombang T yang positif, negatif, atau bifase. Disamping itu, tidak umum

untuk mendapatkan gelombang T negatif terisolasi di lead III, aVL,atau

Ava (Nazmah, 2011).

[image:45.595.276.383.563.695.2]
(46)

26

7. Sensor Bioelektroda

Sensor yang digunakan untuk mendeteksi denyut jantung adalah sensor

elektroda. Elektroda adalah sensor atau tranduser yang mengubah energi ionis

dari sinyal jantung menjadi energi elektris untuk akuisisi dan pengolahan

datanya (Aston, 1990). Elektroda ini ditempelkan pada permukaan kulit pasien

pada lokasi yang sudah ditentukan yang disebut sandapan atau leads. Salah

satu elektroda yang digunakan untuk EKG adalah perak-perak klorida

(Ag-AgCl) seperti ditunjukkan pada gambar 20.

(a) (b)

Gambar 20. (a) bagian-bagian Elektroda (b) Elektroda (Komang, 2009)

Elektroda ini tersusun atas logam perak (Ag) dan garam logam perak kloride

(AgCl). Suatu pasta atau jelly elektrolit dengan konsentrasi ionik tinggi

dilapiskan antara logam elektroda ( berbentuk keping tipis perak ) dan kulit,

digunakan untuk menaikkan kondukvitasnya (Bao, 2003). Kombinasi ionik

dari pasta (jelly) dan perak elektroda membentuk larutan lokal logam di dalam

pasta (sebagai antarmuka elektroda-kulit atau elektroda-elaktrolit). Sehingga

perak (Ag) melarut ke dalam larutan pasta menghasilkan ion-ion Ag+ dengan

persamaan reaksi :

(47)

-27

Keseimbangan ionik berlangsung bila medan listrik terbentuk dengan cara

ion-ion terlarut terimbangi oleh gaya-gaya listrik dari gradein konstrasi. Ion

Akibatnya terbentuk sebuah lapisan monomolekul ion-ion Ag+ pada

permukaan elektroda dan lapisan ion-ion Cl- didekatnya. Kombinasi

lapisan-lapisan itu disebut elektroda lapisan-lapisan ganda (elektrode double layer) dan terjadi

potensial jatuh (drop potensial) E pada lapisan ini yang disebut potensial

setengah sel (helf-cell potensial). Pada kasus elektroda Ag-AgCl potensial setengah sel sebesar 0,8 V.

Adanya lapisan ganda muatan berlawanan tanda pada elektroda maka

terbentuklah sebuah kapasitor C. Namun karena elektroda Ag-AgCl bersifat

lebih mirip dengan elektorda tak-terpolarisasi maka komponen utama

impedensinya adalah resistor, misalkan R1. Berdasarkan hal tersebut,

elektroda dapat dimodelkan dengan rangkaian ekivalen seperti gambar 21.

Gambar 21. Model rangkaian ekivalen elektroda (Townsend, 2001)

Model rangkaian ekivalan seri ini perlu dimodifikasi karena nilai impedansi

elektrode tidak meningkat hingga tak terbatas ketika frekuensi cenderung nol.

Sehingga perlu ditambahkan resistor paralel terhadap kapasitor (C). Nilai-nilai

R1, R2 dan C tergantung pada daerah elektroda, kondisi permukaan, densitas

arus dan jenis dan konsentrasi elektroda pasta digunakan. ( Nilai tipikal adalah

(48)

28

Gambar 22. Rangkaian ekivalen elektoda paralel (Townsend, 2001)

8. Buffer

Buffer adalah rangkaian yang nilai masukan sama dengan hasil keluaran.

Buffer memiliki fungsi sebagai pengikut tegangan, pengikut sumber, pengikut

gain satuan, pengikut buffer atau penguat isolasi (Coughlin and Driscoll,

1993). Buffer digunakan untuk menghindari efek pembebanan pada Vo

[image:48.595.163.461.87.158.2]

sehingga tetap terjaga Vo = Ei . Rangkaian buffer seperti pada gambar 23.

Gambar 23. Rangkaian Buffer

Dengan metode hubungan singkat antara jalur input non-inverting dan jalur

output operasional amplifier (op-amp) maka diperoleh perhitungan matematis

sebagai berikut.

Vout≈ Vin (1)

Sehingga didapat nilai penguatan tegangan (Av) sebagai berikut;

Av = ��

(49)

29

Dari persamaan 2 terlihat bahwa rangkaian operasional amplifier di atas tidak

memilki faktor penguatan tegangan ( Av = 1) atau tidak terjadi penguatan

tegangan. Rangkaian buffer menghasilkan penguatan +1.

Rangkaian buffer sangat menguntungkan karena suatu penguatan dengan

masukan hambatan (impedensi input) yang sangat tinggi dan keluaran

hambatan (impedensi output) yang sangat rendah. Jika sumber tegangan yang impedansi internalnya sangat besar dihubungkan dengan penguat yang

impedansi inputnya rendah, maka sinyal tegangan dari sumber akan melemah

(karena efek pembebanan, pembagi tegangan) dan sinyal dengan kandungan

frekuensi rendah melemah.

9. Penguat Biolistrik

Sinyal keluaran yang lemah dari sensor biolistrik selalu butuh untuk dikuatkan

sebelum memasuki proses selanjutnya, dalam hal ini dapat diwujudkan dengan

menggunakan penguat instrumentasi (Rangan, 1992). Penguat instrumentasi

merupakan solusi diantara masalah gain yang tinggi dan masukan impedensi

tinggi. Rangkaian ini menggunakan 3 penguat operasional, A1, A2 dan A3.

Dua penguat (A1 dan A2) terhubung dengan penguat tak-membalik mengikuti

konfigurasi, sedangkan penguat A3 terhubung pada rangkaian diferensial

(50)
[image:50.595.139.504.93.267.2]

30

Gambar 24. Penguat instrumentasi (Carr, 2001)

Ketidak sempurnaan IC penguat instrumentasi ini dapat menghilangkan output

dari common mode voltage dinyatakan dalam CMRR :

CMRR (dB) = 20 log (3)

Pada rangkaian ini dapat dianalisis gain dari A3 dengan mengatur R4 = R5 =

R6 = R7. Dan juga kita asumsikan bahwa E1 adalah tegangan masukan dari

penguat tak-membalik dari Penguat A1 dan E2 adalah tegangan masukan dari

penguat tak membalik dari penguat A2, dan E4 adalah keluaran dari A1. Untuk

mencari nilai E3 dan E4 menggunakan persamaan,

E3 = E2 ( + 1 ) – ( E1 ) (4)

E4 = E1 ( + 1 ) – E2 ( (5)

Jika kita atur R2=R3 dan kemudian didistribusi kedalam persamaan diatas (4)

(51)

31

( E3 – E4 ) = ( E2 - E1 ) ( + 1 ) – ( E2– E1 ) ( )

( E3 – E4 ) = ( E2 - E 1 ) ( + 1 + )

( E3 – E4 ) = ( E2 - E 1 ) ( + 1 ) (6)

Untuk nilai gain Av = (

� ) sehingga;

Av = (

) = (

+ 1 )

Av = (

+ 1 ) (7)

Gain tegangan dari penguat A1/A2 dapat kita dapatkan dari persamaan gain

pada persamaan Av, tetapi pada nilai gain dari A3 tidak nol. Gain dari penguat

seperti pada gambar 24 adalah dengan memberikan fungsi ;

Av = (

+ 1 ) (

) (8)

Pada hasil praktiknya mengikuti persamaan-persamaan pengamatan; R2 = R3,

R4 = R6, R5 = R7. Jika nilai dari R2 dan R3 tidak bernilai sama, maka akan

menimbulkan sedikit pengaruh pada CMRR sehingga menghasilkan sebuah

gain error. Perbedaan kecil resistor pada rangkaian A3 dapat menurunkan CMRR, oleh karena banyak digunakan potensiometer pada R7 (Carr, 2001).

Penguat instrumentasi biasa digunakan dalam biomedis karena beberapa

faktor diantaranya : kemampuan untuk memperoleh nilai gain tinggi dengan

nilai hambatan rendah, nilai masukan impedensi sangat tinggi, dan nilai

(52)

32

Pada penelitian ini akan dilakukan pengukuran terhadap aktifitas sinyal

biolistrik yang dikeluarkan oleh tubuh berkisar 0,5 sampai 4 mV dan memiliki

frekuensi sekitar 0,05 sampai 110 Hz. Sinyal biolistrik ini sangat mudah

terganggu noise. Oleh karena itu dibutuhkan penguatan awal untuk

menguatkan sinyal tersebut.

10.IC Penguat Instrumentasi AD620

Penguat instrumentasi dalam dunia medis disebut juga dengan penguat

biopotensial. Penguat biopotensial yang digunakan pada penelitian ini sudah

dalam bentuk satu paket IC yaitu AD620. IC AD620 mempunyai spesifikasi

yang diperlukan dalam penelitian ini. Berikut konfigurasi pin dari IC AD620

adalah seperti gambar 25.

Gambar 25. Konfigurasi pin AD620 ( Datasheet AD620 )

IC AD620 hanya membutuhkan satu resistor eksternal untuk mengatur gain

dari 1 sampai 1000. IC ini memiliki CMRR 110 dB pada Gain = 10 dan

CMRR 130 dB pada Gain = 100 atau Gain = 1000. Nilai CMRR yang dimiliki

oleh IC AD620 telah memenuhi syarat minimal sebesar 90 dB (Chen, 2008).

(53)

33

Gambar 26. Skematik sederhana AD620 (Datasheet AD620)

AD620 adalah penguat biolistrik yang dimodifikasi dari penguat instrumentasi

klasik dengan 3 penguat. Gain atau penguat differansial dari masukan ke

keluaran A1 atau A2 diberikan dengan persamaan :

� =

� +�

+ 1 (9)

A3 merupakan substractor dengan gain G = 1 yang dapat menghilangkan

derau mode-bersama. Nilai resistor eksternal RG menentukan transkonduktansi

penguat awal (preamp stage). Derau tegangan input IC AD620 berkurang

terhadap frekuensi sebesar 9 nV/ Hz , terutama ditentukan oleh arus kolektor

dan resistansi basis inputnya. Resistor penguat internal R1 dan R2 bernilai

tetap 24,7 kΩ sehingga penguatan IC dapat diatur secara akurat menggunakan

resistor eksternal RG sesuai dengan persamaan,

1

4

,

49

G

R

k

G

(10)
(54)

34

1 4 , 49

  

G k

RG (11)

Pada datasheet AD620 juga terdapat skematik rangkaian untuk memonitor

[image:54.595.143.513.215.373.2]

Elektrokardiografi seperti ditunjukkan pada Gambar 27 berikut ini.

Gambar 27. Rangkaian AD620 untuk monitoring EKG (datasheet AD620)

11.Driven Right Leg

Sinyal dari tubuh terdiri dari sinyal diferensial dan sinyal common mode.

Sinyal common mode dari tubuh adalah sinyal yang tidak diinginkan. Pada

kenyataannya nilai CMRR dari diferensial amplifier terbatas. Untuk

memperbesar CMRR ditambahkan Driven Right Leg Circuit yang berfungsi memperbesar faktor feedback sehingga memperkecil penguatan common mode. Penguat ini terdiri dari tiga buah penguat dan tujuh buah resistor.

Bagian pertama rangkaian terdiri dari dua buah penguat tak-membalik yang

terhubung bersama dan mengurangi hubungan ke ground (R1 = R2). Bagian

(55)

35

tinggi, karena Op-Amp ideal memiliki impedensi input tak hingga (Bao,

2003).

Pada banyak sistem instrumentasi EKG modern, elektroda referensi (kaki

kanan,RL) tidak digroundkan. Namun kaki kanan dihubungkan ke keluaran

[image:55.595.176.471.236.440.2]

sebuah Om-Amp tambahan lihat gambar 28.

Gambar 28. Rangkaian Driven Right Leg (Negal, 1995)

Tegangan mode bersama pada tubuh dideteksi oleh rerata dua buah resistor

R3, dibalikkan (interved), diperkuat lalu diumpan balik ke kaki kanan. Umpan

balik negatif ini memaksa (drives) tegangan mode bersama menjadi kecil.

Arus pergeseran di dalam tubuh tidak mengalir ke ground tetapi ke rangkaian

keluaran Om-Amp untuk memperkecil tegangan mode bersama (Bao, 2003;

Webster, 1998; Nagel, 1995).

Rangkaian pada gambar 29 dapat memperkecil penguatan sinyal common

mode yang masuk ke penguat biolistrik. Sinyal common mode dideteksi pada

(56)

36

tubuh. Dengan faktor β yang digunakan yaitu 40 kali. Kapasitor Cc berfungsi

[image:56.595.222.418.142.247.2]

untuk meredam derau frekuensi tinggi (Gunawan, 2011).

Gambar 29. Rangkaian Driven Right Leg dengan factor β

Dengan prinsip thevenin maka rangkaian pada gambar dapat di ubah menjadi

rangkaian ekuivalen sehingga menjadi seperti gambar 30.

Gambar 30. Rangkaian Ekuivelen Driven Right Leg

Sinyal common mode paling dominan berasal dari interferensi jaringan listrik

50 Hz oleh karena Notch Filter digunakan untuk meredam derau dengan

frekuensi diatas 50 Hz (Gunawan, 2011).

12.Filter

Filter adalah rangkaian yang digunakan untuk memisahkan sinyal gelombang

pada frekuensi dasarnya (Chen,1990). Filter pada umumnya tersusun atas

komponen pasif dan aktif seperti kapasitor, resistor, induktor, amplifier atau

[image:56.595.218.425.345.458.2]
(57)

37

digunakan untuk melawatkan dan menahan frekuensi tertentu yaitu low pass filter, high pass filter, band pass filter, dan Notch filter. Pada penelitian ini menggunakan bandpass filter dan filter takik (Notch filter). Bandpass filter digunakan untuk meloloskan Frekuensi sinyal EKG dengan nilai 0,05 Hz –

110 Hz karena bandpass filter kombinasi dari low pass filter dan high pass filter. Sedangkan notch filter digunakan untuk menekan frekuensi 50 Hz dari interferensi jaringan listrik PLN.

a. Bandpass filter

Bandpass filter merupakan filter pemilih frekuensi yang meloloskan atau memilih satu bagian dari seluruh frekuensi. Respon frekuensi ternormalisasi

[image:57.595.183.429.411.562.2]

bandpass filter ditunjukkan pada Gambar 31.

Gambar 31. Bandpass filter dengan gain maksimal pada frekuensi resonansi fr (Coughlin dan Driscoll, 1993)

(58)

38

atas fH (higher cutoff frequency) adalah nilai frekuensi di atas frekuensi resonansi ketika gain sama dengan 0,707.

Rentang frekuensi antara fL dan fH disebut bandwidth (B), dinyatakan dengan persamaan

B = fH - fL (12)

Jika nilai fH dan fL diketahui maka frekuensi resonansi dapat dihitung dengan

persamaan,

fr =

f

L

f

H (13)

Jika frekuensi resonansi (fr) dan bandwidht (B), yang diketahui, maka frekuensi cutoff dapat diperoleh dengan persamaan,

fL =

2 4 2 2 B f B r

= fL =

�√� � � � (14)

fH = fL + B= fH = ,7 7

�√� � � � (15)

faktor kualitas (Q) adalah perbandingan frekuensi resonansi dan bandwidth atau sebuah ukuran selektivitas bandpass filter.

Q = B fr

(16)

Semakin tinggi nilai Q mengindikasikan bahwa sebuah filter memilih satu pita

lebih kecil dari frekuensi (lebih selektif). Berdasarkan kualitas frekuensi ini

(59)

39

Bandpass pita lebar (wideband filter) mempunyai bandwidth 2 atau lebih kelipatan frekuensi resonansi atau memiliki faktor kualitas Q

0,5. Sementara

bandpass pita sempit (narrowband filter) memiliki faktor kualitas Q > 0,5 dan biasanya dapat dibuat dengan satu tahap op-amp (single stage).

Secara umum bandpass filter pita lebar (Q ≤ 0,5) terdiri dari sebuah low dan high filter. Frekuensi cut-off dari potongan low dan high pass tidak harus tumpang tindih dan masing-masing harus mempunyai passband gain yang

sama. Selanjutnya frekuensi cutoff low pass filter harus 10 kali atau lebih frekuensi cutoff high filter. Untuk lowpass dan highpass filter bertingkat mempunyai karekteristik yaitu frekuensi cutoff low filter hanya ditentukan oleh high pass filter. Frekuensi cutoff high filter hanya diatur oleh low pass filter. Gain akan maksimal di frekuensi resonansi, dan bernilai sama untuk passband gain dari masing-masing filter. Gambar 32 di bawah ini adalah

[image:59.595.139.483.494.607.2]

contoh rangkaian bandpass pita lebar dan respon frekuensinya.

Gambar 32.Rangkaian bandpass filter pita lebar

-+ OP-77 3 2 6 7 4 15 k 7.5 k 0.005 uF Ei + -7.5 k 0.01 uF

LPF Orde 2

-+ OP-77 3 2 6 7 4 Rf=R2 Vo 0.05 uF

HPF Orde 2 15 k 0.05 uF

(60)

40

[image:60.595.151.475.83.263.2]

(b)

Gambar 33. Respon frekuensinya bandpass filter (Coughlin and Driscoll, 1993)

Bagian pertama (stage 1) adalah rangkaian tapis lolos bawah dengan frekuensi

potong fC2 . Keluarannya dihubungkan secara seri dengan masukan bagian kedua (stage 2) yang merupakan tapis lolos tinggi dengan frekuensi potong

fC1. Dengan begitu tapis hanya akan melewatkan/meloloskan sinyal yang masuk dalam rentang frekuensi antara fC1 dan fC2.

Bandpass pita sempit (Narrowband pass filter) hanya menggunakan satu op-amp. Bandpass ini akan mempunyai gain maksimum dari frekuensi resonansi

(61)
[image:61.595.199.437.85.229.2]

41

Gambar 34. Rangkaian bandpass pita sempit (Coughlin and Driscoll, 1993)

Pada kasus tertentu, tapis lolos bidang digunakan hanya untuk meloloskan

[image:61.595.146.477.400.590.2]

sinyal pada frekuensi resonansinya fr , sementara sinyal di luar frekuensi resonansi akan dilemahkan sehingga respon frekuensi tapis menjadi seperti

Gambar 35.

Gambar 35. Respon frekuensi bandpass pita sempit

Sifat bandpass pita sempit ditentukan dengan beberapa persamaan sederhana. bandwidth tapis (B) ditentukan oleh resistor (R) dan dua kapasitor yang sama (C) dengan persamaan :

-+

OP77 3

2

6 C=0.015 uF

2R = 42.42k C=0.015 uF

Rr = 3.03 k R = 21.21 k

Ei

(62)

42 B = RC 0.1591 (17) dengan, Q = B fr (18)

Gain maksimal dari 1 pada fr, dengan ketentuan bahwa resitor feedback 2R adalah 2 kali nilai resistor R input. Frekuensi resonans fr ditentukan oleh

resistor Rr sebagai berikut :

Rr =

1 2Q

R

2 (19)

Jika diberikan nilai-nilai komponen rangkaian, maka frekuensi resonans dapat

dihitung dengan :

fr =

r

R R 1 RC

0.1125 (20)

b. Filter Takik (Notch Filter)

[image:62.595.186.439.523.699.2]

Respon frekuensi tapis takik seperti Gambar 36 di bawah ini.

(63)

43

Gain pada lolos pita (passband) sebesar 1 atau 0 dB. Persamaan-persamaan untuk Q, B, fL, fH, dan fr sama dengan pada kasus tapis lolos pita. Rangkaian

tapis takik dibuat dengan menggabungkan tapis lolos pita dan penjumlah

[image:63.595.152.472.204.329.2]

rangkaian (Gambar 37).

Gambar 37. Rangkaian tapis takik (Coughlin and Driscoll, 1993)

Prinsip kerja rangkaian adalah mengurangkan keluaran bandpass filter dari sinyal semula. Keluaran dari bagian bandpass filter mendekati nol. Oleh karena itu input Ei diteruskan melalui resistor input penjumlah R1 agar Vo

menuju nilai –Ei. Sehingga Vo = -Ei pada bagian bawah dan atas lolos pita dari

tapis takik.

Anggaplah bahwa frekuensi dari Ei diatur ke frekuensi resonans dari

komponen tapis lolos bidang-sempit. Ei akan keluar dari lolos bidang sebagai

–Ei dan kemudian dibalikkan oleh R1 dan R agar Vo menjadi +Ei. Namun Ei

dikirim melalui R2 agar Vo menjadi –Ei. Akibatnya Vo menanggapi kedua

input penjumlah dan menjadi Vo = Ei – Ei = 0 V pada frekuensi resonans fr.

Secara praktek Vo mendekati nol hanya pada fr. Kedalaman takik tapis

bergantung pada seberapa sama nilai-nilai resistor dan kapasitor pada tapis

lolos bidangnya. -+ R2=R R1=R R Narrow bandpass filter

fr, Q, Av = 1

-Ei pada fr

Ei

(64)

44

Tapis takik terbentuk dari 2 langkah yaitu membuat bandpass filter yang memiliki frekuensi sama, bandwidht dan akibatnya Q (faktor kualitas) sebagai

filter takik (Coughlin and Driscoll, 1993). Filter yang digunakan pada

penelitian ini adalah filter takik (notch filter) Wein Bridge seperti pada gambar

38.

[image:64.595.177.464.242.404.2]

.

Gambar 38. Rangkaian notch filter Wien bridge 50 Hz

Gambar 38 adalah rangkaian dari filter takik. Filter ini digunakan untuk

melemahkan frekuensi 50 Hz dari interferensi jaringan listrik. Jenis filter takik

yang digunakan adalah filter takik Wien bridge. Filter ini terdiri dari 5 resistor

yang bernilai sama R1 = R2 = R3 = R4 = R5 dan 2 kapasitor dengan nilai yang

sama C1 = C2. Dengan menentukan nilai kapasitor maka akan didapatkan

besarnya nilai resistor yang akan digunakan pada rangkaian Wien Bridge.

Persamaan yang digunakan pada filter takik.

fr =

(65)

45

13.Penguat Akhir

Pada penelitian ini sinyal EKG akan diperkuat menggunakan penguat

non-inverting. Karena bagian penguat instrumentasi (menggunakan AD620

sebagai penguat awal) sinyal EKG dikuatkan sebesar 23 kali maka penguat

akhir sebesar 28 kali agar diperoleh penguatan 644 kali. Penguat akhir akan

direalisasikan menggunakan penguat tak-membalik seperti gambar 39.

Gambar 39. Rangkaian Penguat non-inverting

Rangkaian non-inverting ini hampir sama dengan rangkaian inverting hanya perbedaannya adalah terletak pada tegangan masukan dari masukan non-inverting, Rumusnya seperti berikut :

Vo = ��+�

Ei (22)

Sehingga menjadi ;

Vo = ( ��

+ 1

)E

i (23)

Hasil tegangan output non-inveriting ini akan lebih dari satu dan selalu positif.

Untuk nilai gain pada rangkaian non-inverting dapat di peroleh dengan menggunakan persamaan berikut,

A =

= (

��

(66)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret - Mei 2015 dan tempat

pelaksanaan penelitian ini di Laboratorium Elektronika Jurusan Fisika

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

B. Alat dan Bahan Penelitian

Penelitian ini menggunakan alat dan bahan sebagai berikut.

a. Alat elektrik dan mekanik yang digunakan dalam penelitian ini sebagai

berikut :

1. Solder, bor listrik, timah, penyedot timah, kabel penghubung

digunakan untuk membuat rangkaian alat.

2. Osiloskop digunakan untuk menampilkan gelombang dari sinyal listrik

jantung.

3. PC atau Laptop digunakan sebagai membuat program dan sebagai

media visual dan simulasi software multisim 12.

4. Catu daya digunakan sebagai sumber tegangan.

5. Multimeter digital digunakan untuk menguji dan mengukur

(67)

48

b. Bahan-bahan elektronik yang digunakan adalah sebagai berikut.

1. IC AD620 digunakan sebagai penguat differensial dari lead elektroda

EKG dan merupakan penguat awal (pre-amplifier) sinyal EKG.

2. IC LM741 digunakan sebagai penguat sinyal dan filter sinyal

3. IC Op-07 sebagai penguat driven right leg

4. IC Op27 sebagai IC penguat bandpass filter , notch filter dan penguat

non-inverting.

5. Sensor Elektroda EKG digunakan sebagai sensor detektor sinyal

elektrokardiografi.

6. Resistor digunakan sebagai penghambat arus atau pembagi tegangan.

7. Dioda digunakan sebagai penyearah AC ke DC.

8. Kabel head digunakan koneksi sensor ke rangkian.

9. PCB digunakan sebagai tempat memasang komponen elektronik.

C. Prosedur Penelitian

Pada prosedur penelitian ini dilakukan beberapa langkah dalam perancangan

alat dengan tujuan agar dapat mengetahui tahapan-tahapan dalam mengerjakan

alat sampai dengan selesai. Diagram alir penelitian untuk merealisasikan

rangkaian seperti pada Gambar 40

(68)
[image:68.595.253.456.103.513.2]

49

Gambar 40. Diagram Alir Penelitian

Penelitian ini diawali dengan mempelajari sistem kerja dari elektrokardiografi

(EKG) dengan mengumpulkan bahan-bahan yang berhubungan EKG.

Perancangan sistem dapat dilakukan setelah memahami sistem kerja EKG

baik secara teori maupun non-teori. Pengujian sistem dilakukan dengan

menggunakan software dan menggunakan osiloskop. Jika hasil yang

didapatkan sesuai dengan teori yang telah dipelajari maka selanjutnya akan

disusun menjadi laporan penelitan.

Mempelajari sistem kerja EKG

Mulai

Merangkai Komponen Elektronika Perancangan Sistem

Pengujian Hardware

Selesai Ya

Tidak Berhasil

(69)

50

1. Perancanga

Gambar

Gambar 3.Tingkat konsentrasi ion K +, Na+, Cl-, dan ion-ion protein di dalam dan luar sel (dalam mol/L)
Gambar 4. Model potensial istirahat (a) Ion K+ menyebar dari H ke L, menghasilkan beda potensial (lapisan dipol) sepanjang membran dan menghasilkan potensial
Gambar 6b, yang menyebabkan depolarisasi di bagian sebelah kanan (Gambar
Gambar 7. Bentuk gelombang potensial aksi dari (a) saraf akson (b) sel otot kerangka (c) sel otot jantung
+7

Referensi

Dokumen terkait

Temuan pada jasa restoran dalam penelitian ini mengonfirmasi temuan Arora dan Singer (2006) pada bisnis restoran yang menyatakan bahwa konsumen akan merekomendasikan penyedia

Penulis melakukan wawancara dengan pihak UPT Bimbingan Konseling untuk melihat apa permasalahan yang ada dan kebutuhan yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis dari pengaruh profitabilitas, sales growth, dan ukuran perusahaan terhadap pengungkapan Corporate Social

Oleh karena itu, untuk dapat melakukan shooting akurat peneliti berupaya untuk meningkatkan kemampuan akurasi shooting siswa yang mengikuti Ekstrakulikluer Futsal

Kami menyambut baik dengan diadakannya Seminar Nasional yang bertemakan ― Peran Biologi dalam Meningkatkan Produktivitas yang Menunjang Ketahanan Pangan ― oleh

Pengambilan data dilakukan di tiga taman kota di Jakarta Selatan dengan kualitas udara yang diduga berbeda, yaitu Taman Kota Gandaria Tengah, Taman Kota Martha Tiahahu

3 Sekiranya anda atau keluarga anda ada gejala-gejala penyakit seperti demam, tindakan yang pertama adalah pergi ke fasilitas pelayanan kesehatan misalnya puskesmas

yang dianggap sebagai penanda infeksi bakteri akut adalah jumlah leukosit, hitung jenis, laju endap darah, dan berbagai adalah jumlah leukosit, hitung jenis, laju endap darah,