• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosiding SEMINAR NASIONAL BIOLOGI 2013 PERAN BIOLOGI DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS YANG MENUNJANG KETAHANAN PANGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Prosiding SEMINAR NASIONAL BIOLOGI 2013 PERAN BIOLOGI DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS YANG MENUNJANG KETAHANAN PANGAN"

Copied!
352
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Prosiding

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI

2013

“PERAN BIOLOGI DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS

YANG MENUNJANG KETAHANAN PANGAN”

Semarang, Indonesia

14 September 2013

(3)

Perpustakaan Nasional, Katalog Dalam Terbitan Prosiding Seminar Nasional Biologi;

“Peran Biologi dalam Meningkatkan Produktivitas yang Menunjang Ketahanan Pangan”

Cetakan Pertama, Desember 2013

21x29,7 cm, 349 hal ISBN : 978-602-14808-0-9 Tata Letak : Indra Gunawan Desain Cover : Maulindanir Rohman Diterbitkan oleh: JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO

Jl. Prof. H. Soedarto, SH, Tembalang Semarang 50275

Telp/Fax (024) 76480923

Dicetak oleh:

CV. Tigamedia Pratama

Jl. Prof. Soedarto, SH - LPPU UNDIP II No. 12 Tembalang - Semarang

Tel. 024 70070033

SUSUNAN PANITIA

Pengarah :

Dekan Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro

Dr. Muhammad Nur, DEA Penanggungjawab :

Ketua Jurusan Biologi FSM Undip Dr. Munifatul Izzati, MSc.

Ketua :

Dr. Tri Retnaningsih Soeprobowati, MAppSc. Sekretaris :

Dr. Jumari, MSi. Bendahara :

Dra. Riche Hariyanti, Msi. Pereview Team :

 Dr. Sri Widodo Agung Suedy, MSi.  Dr. Fuad Muhammad, MSi.  Dr. Sunarno, MSi. Editorial Team :  Indra Gunawan, ST.  Sunariyah, SE.  Widodo, SSi.  Sugiyatno, MSi.

(4)

Seminar Nasional Biologi 2013

Peran Biologi dalam Meningkatkan Produktivitas yang Menunjang Ketahanan Pangan

3

DAFTAR ISI

Susunan Panitia ... 2

Susunan Acara Seminar Nasional Biologi ... 5

Laporan Ketua Panitia ... 6

Sambutan Ketua Biologi... 8

Sambutan Dekan Fakultas Sains dan Matematika ... 9

Daftar keynote Speaker 1. Prof. Wasmen Manalu, PhD ... 10

2. Dr. Enny Yusuf W, MP ... 19

3. Masna Maya Sinta, Ssi ... 26

Daftar Pemakalah 1. Ary Susatyo Nugroho... . 31

2. Asmoro Widagdo... .. 36

3. Atip Nurwahyunani dan Mei Sulistyoningsih... 41

4. Catur Rahayu... .. 45

5. Christiana Retnaningsih... . 52

6. Eddy Soekendarsi... .. 61

7. Edwi Mahajoeno... .. 65

8. Endah Dwi Hastuti... . 76

9. Endang Kusdiyantini... . 85

10. Eny Hartadiyati Wasikin H... 91

11. Fuad Muhammad ... 97

12. Florensia Setyaningsih Purnamawati ... 104

13. Hanung Agus Mulyadi ... 117

14. Jumari ... 124

15. Lailia Nofiana ... 133

16. Lilih Khotim Perwati ... 140

17. Mochamad Hadi ... 147

18. Nanik Heru Suprapti... 150

19. Okid Parama Astirin... 154

20. Reni Rakhmawati... . 164

21. Riche Hariyati... 169

22. Rini Budi Hastuti ... 175

23. Sri Darmanti... 181

24. Sri Isdadiyanto... 190

25. Sri Utami... 194

26. Sri Pujiyanto... . 199

27. Sri Widodo Agung Suedy... . 206

28. Sugeng Maryanto... 211

29. Sugiyatno... 217

30. Tri Retnaningsih Soeprobowati... . 224

31. Tyas Rini Saraswati... . 232

32. Wedanta Kartikayudha ... 238

33. Yuliana Permata Sari... . 246

34. Zuziana Susanti... ... 251

35. Arif Umami... ... 260

36. Ayu Anintia Yuhana R... ... 264

(5)

Seminar Nasional Biologi 2013

Peran Biologi dalam Meningkatkan Produktivitas yang Menunjang Ketahanan Pangan

4

38. Eko Bambang Fitriyanto... ...276

39. Elisabeth Rani... ...279

40. Ermita Br Tarigan... ...283

41. Evi Risky Amelia... ...288

42. Fauziatul... ...294

43. Filemon Jalu Nusantara... ...299

44. Forita Dyah Arianti... ...302

45. Hernur Yoga Priyambodo... ...306

46. Kasiyati... ...310

47. Niken Wahyu Retno U... ...316

48. Nur Rochmah... ...322

49. Revita Agista Putri... ...326

50. Rikhsan Kurniatuhadi... ...333

51. Wahyu Dewi Utari... ...340

LAMPIRAN Pembagian Kelompok Diskusi Perbidang ... 335

(6)

Seminar Nasional Biologi 2013

Peran Biologi dalam Meningkatkan Produktivitas yang Menunjang Ketahanan Pangan

5

SUSUNAN ACARA SEMINAR NASIONAL BIOLOGI

PERAN BIOLOGI DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS YANG MENUNJANG KETAHANAN PANGAN

Semarang, 14 September 2013

Waktu Kegiatan Keterangan

08.00-08.50 Registrasi Peserta Panitia

08.50-08.55 Acara dimulai MC:

Tony Adillah Gumillar Dyah Palupi

08.55-09.00 Menyanyikan Lagu Indonesia Raya Panitia

09.00-09.30 Laporan Ketua Panitia Dr. Tri Retnaningsih Soeprobowati,

M.AppSc.

Sambutan Ketua Jurusan Biologi Dr. Munifatul Izzati, M.Sc.

Sambutan Dekan FSM, sekaligus

membuka acara seminar

Dr. Muhammad Nur, DEA.

09.30 - 09.45 Coffee Break

KEYNOTE SPEAKER:

Moderator : Dr Sri Pujianto, S.Si, M.Si; Notulis: Dr. Sunarno. S.Si, M.Si Asisten LCD: Dones Pratama; Elin Savitri Aviani

10.00-10.30 Materi 1. Peran Biologi dalam

meningkatkan produktivita yang menunjang ketahanan pangan

Prof. Wasmen Manalu, Ph.D.

10.30-11.00 Materi 2. Potensi virgin coconut oil

dalam peningkatan Imunitas Aves terhadap Inveksi Virua Avian Influensa

Dr. Enny Yusuf WY, M.P.

11.00-11.30 Materi 3. Biologi Tanaman Perkebunan:

Kultur jaringan beberapa tanaman perkebunan potensial

Masna Maya Sinta, S.Si.

11.30-12.00 Diskusi Peserta

12.00-13.00 Ishoma Panitia/Peserta

13.00-15.30 Presentasi Oral ( 4 BIDANG) Panitia/Peserta

Bidang I: Optimasi Produk Tumbuhan yang Menunjang Ketahanan Pangan Ruang: R. Sosialisai 1

Moderator:

Dr. Erma Prihastanti, M.Si. Notulis:

Sugiyatno, M.Si. Bidang II: Optimasi Produk Hewan yang

Menunjang Ketahanan Pangan Ruang: R. Sosialisasi 2

Moderator:

Dr. Sri Isdadiyanto, M.Si. Notulis:

Dra. SM Mardiati, M.Kes. Bidang III: Biodiversitas yang

Menunjang Ketahanan Pangan Ruang: R. Pelatihan 1

Moderator:

Dr. Sri Widodo Agung Suedy, M.Si. Notulis:

Dra. Riche Hariyati, M.Si. Bidang IV. Lingkungan dan Konservasi

yang Menunjang Ketahanan Pangan Ruang:R. Pelatihan 2

Moderator:

Dr. Jafron Wasiq Hidayat, M.Sc. Notulis:

Kasiyati,S.Si, M.Si.

(7)

Seminar Nasional Biologi 2013

Peran Biologi dalam Meningkatkan Produktivitas yang Menunjang Ketahanan Pangan

6

LAPORAN KETUA PANITIA

Yth. Bapak Dekan FSM UNDIP

Yth. Bapak/ibu Pembantu Dekan FSM UNDIP Yth. Ibu Ketua Jurusan Biologi FSM UNDIP

Yth. Bapak /ibu Ketua Jurusan/Program Studi terkait Yth. Prof. Wasmen Manalu, Ph.D.

Bapak Ibu hadirin yang saya hormati, dan mahasiswa yang saya cintai

Assalamu‘alaikum wr.wb

Salam sejahtera bagi kita semua.

Ijinkanlah atas nama panitia saya melaporkan beberapa hal berkaitan dengan Seminar Nasional Biologi 2013 yang diselenggarakan oleh Jurusan Biologi FSM, Universitas Diponegoro.

Mengacu pada Keputusan Menteri Riset dan Teknologi Nomor 193/M/Kp/IV/2010, tanggal 30 April 2010, maka ketahanan pangan merupakan fokus utama dalam Agenda Riset Nasional 2010-2014, baru kemudian diikuti fokus Energi, Teknologi Informasi dan Komunikasi, Teknologi dan Manajemen Transportasi, Teknologi Pertahanan & Keamanan, Teknologi Kesehatan dan Obat, serta Material Maju. Penguatan Sains Dasar, khususnya Biologi yang mengungkapkan keteraturan dalam fenomena hayati sangat diperlukan. Pengembangan biologi, diarahkan untuk mencapai sasaran yang mencakup: penyempurnaan basis data sumberdaya alam atau hayati; penguasaan ilmu hayati beserta aspek lingkungannya, aspek kehutanan, aspek kelautan; pengembangan ilmu manipulasi genetika tanaman dan hewani; penguasaan dan pengembangan metode kultur jaringan.

Seminar Biologi 2013 merupakan inisiasi dari seri Seminar Biologi selanjutnya yang rencananya akan digelar secara rutin. Tema tahun ini adalah PERAN BIOLOGI DALAM MENUNJANG KETAHANAN PANGAN. Pembicara kunci terdiri dari Prof. Wasmen Manalu, Ph.D. Pakar fisiologi hewan dari IPB, Dr. Enny Yusuf WY, M.Si, pakar fisiologi hewan dari Undip, dan Masna Maya Sinta, S.Si (alumni S1 Biologi Undip). Khusus untuk Seminar Biologi 2013 ini kami dedikasikan kepada bapak Drs. Koen Prasero, S.U. yang purna tugas sejak bulan Agustus 2013. Tidak dapat dipungkiri, Pak Koen yang mengawali pendirian Departemen Biologi, BP MIPA, hingga Program Magister Biologi. Terima kasih kepada para pembicara kunci yang turut mendedikasikan ilmu dan kepakarannya dalam seminar ini.

Seminar ini dihadiri oleh 225 undangan yang terdiri atas 62 pembicara dari UGM,

UNSOED, IPB, Universitas Hasanudin, UNS, UNES, IKIP PGRI Semarang, STIKes Ngudi Waluyo Semarang, Unika Semarang, UNDIP, Litbang Kemtan, BPTP, mahasiswa S1 (Biologi), S2 (Biologi, MIL, MSDP), dan selebihnya peserta. Seminar oral para peserta akan dibagi dalam 4 kelas paralel dengan topik: optimasi produk hewan untuk mendukung ketahanan pangan, optimasi produk tumbuhan guna mendukung ketahanan pangan, biodiversitas yang mendukung ketahan pangan, dan lingkungan dan konservasi yang mendukung ketahanan pangan. Disamping sesi oral juga ada sesi poster yang dipajang dan dapat didiskusikan dengan penulisnya.

Atas nama panitia, ijinkanlah kami mengucapkan terima kasih kepada Fakultas Sains dan Matematika UNDIP khususnya kepada Jurusan Biologi yang telah memberikan kepercayaan kepada kami untuk mempersipan dan melaksanakan seminar ini, dengan harapan agar perguruan tinggi tidak menjadi mercu suar, namun mampu berkontribusi dalam pengembangan ketahanan pangan. Kepada teman-teman panitia yang telah mendukung hingga terselanggaranya kegiatan ini kami ucapkan terima kasih sebesar-besarnya. Kerja keras kita yang baru dimulai setelah lebaran dengan pesimistis

kekhawatiran tidak ada peserta hingga surprise karena antusiasme dan overloaded peserta. Terima

kasih kepada seluruh partisipan atas kepercayaannya kepada kami.

Kami sudah berupaya semaksimal yang kami mampu, namun dalam keterbatasan waktu, mungkin masih banyak kekurangan dan kekeliruan. Untuk itu, mohon maaf atas segala kekurangan dan kekhilafan selama mempersiapkan hingga pelaksanaan kegiatan ini.

(8)

Seminar Nasional Biologi 2013

Peran Biologi dalam Meningkatkan Produktivitas yang Menunjang Ketahanan Pangan

7

Akhirnya, selamat berseminar semoga dapat memberikan kontribusi yang nyata dalam pengembangan ketahanan pangan.

Terima kasih

Wassalamu‘alaikum wr.wb Ketua Panitia,

(9)

Seminar Nasional Biologi 2013

Peran Biologi dalam Meningkatkan Produktivitas yang Menunjang Ketahanan Pangan

8

SAMBUTAN KETUA JURUSAN BIOLOGI FSM UNDIP

Assalamu‘alaikum wr.wb

Salam sejahtera bagi kita semua.

Menurut Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Fasli Jalal, pada tahun 2013 ini jumlah penduduk Indonesia diperkirakan mencapai 250 juta jiwa. Oleh karena itu, maka ketahanan pangan menjadi tugas berat yang harus dijadikan sebagai fokus dalam berbagai kebijakan pemerintah. Untuk mendukung tugas pemerintah

dalam menjaga ketahanan pangan, maka penelitian yang mengarah ke dukungan terhadap ketahanan pangan harus dikembangkan. Sebagai salah satu institusi yang salah satu darmanya adalah melaksanakan penelitian, maka jurusan biologi, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro pada kesempatan ini ikut berkontribusi melalui Seminar Nasional. Kegiatan ini dilaksanakan sebagai bentuk partisipasi dalam mendukung tugas pemerintah dalam menjaga ketahanan pangan tersebut. Tujuan dari kegiatan ini diantaranya adalah untuk menampung dan mempublikasikan sekaligus berbagai aspek penelitian yang berguna dalam meningkatkan produktivitas yang mendukung ketahanan pangan.

Biologi adalah ilmu yang mempunyai peranan penting apabila dikaitkan dengan ketahanan pangan. Bidang ilmu ini dapat berperan dalam mengembangkan dan meningkatkan kesuburan tanah, meningkatkan dan optimasi produktivitas pangan baik melalui penelitian dari aspek fisiologi tumbuhan maupun fisiologi hewan. Aspek biologi lain yang juga dapat mendukung ketahanan pangan diantaranya adalah pengembangan teknologi dan bioteknologi untuk menghasilkan berbagai produk pangan olahan. Aspek lingkungan juga sangat penting untuk tetap diperhatikan dalam rangka menghasilkan ketahanan pangan yang berkelanjutan. Tanpa memperhatikan lingkungan, maka ketahanan pangan yang dihasilkan akan mengalami titik akhir. Sistem ketahanan pangan yang sustainable perlu dikembangkan, dengan tetap mempertimbangkan dampak kerusakan lingkungan yang timbul akibat dari berbagai kegiatan ekonomi.

Pada acara seminar ini, akan disajikan dan dipublikasikan hasil hasil penelitian yang telah lakukan selama ini, oleh para peneliti dari berbagai Lembaga Penelitian maupun berbagai Universitas. Kegiatan semacam ini dapat dijadikan sebagai ajang pertemuan ilmiah yang menyajikan berbagai aspek penelitian yang mendukung ketahanan pangan. Kegiatan ini juga akan bermanfaat baik bagi mahasiswa maupun bagi peneliti, untuk mengetahui kemajuan kemajuan yang telah dicapai dalam penelitian dibidang ketahanan pangan.

Kepada para panitia, pembicara, pemakalah dan semua peserta seminar ini, saya mengucapkan banyak terima kasih atas kerja keras dan partisipasinya untuk mendukung pelaksanaan kegiatan seminar nasional ini.

Kegitan seminar ini tidak akan ada artinya jika hanya berhenti di level seminar saja. Hasil hasil penelitian yang telah diseminarkan ini seharusnya ditindaklanjuti dan dikembangkan lebih lanjut lagi, sehingga dapat bermanfaat langsung kepada masyarakat, dan dapat benar benar mendukung tercapainya ketahan pangan di Indonesia.

Sekali lagi saya ucapkan terimakasih yang sebanyak banyaknya, selamat berseminar, semoga sukses.

Wassalamu‘alaikum wr.wb Ketua Jurusan Biologi Dr. Munifatul Izzati, M.Sc,

(10)

Seminar Nasional Biologi 2013

Peran Biologi dalam Meningkatkan Produktivitas yang Menunjang Ketahanan Pangan

9

SAMBUTAN DEKAN FSM UNDIP

Assalamu‘alaikum wr.wb

Salam sejahtera bagi kita semua.

Kami menyambut baik dengan diadakannya Seminar Nasional yang bertemakan ―Peran Biologi dalam Meningkatkan Produktivitas yang Menunjang Ketahanan Pangan― oleh jurusan Biologi Fakultas Sains dan

Matematika, Universitas Diponegoro. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa peran biologi sangatlah penting bagi kelangsungan dan kualitas hidup

umat manusia. Para sarjana dan para ahli dalam bidang biologi diharapkan dapat memecahkan masalah sains dan teknologi di bidang pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya hayati dalam lingkup yang spesifik yang terkait langsung bagi keberlanjutan hidup dan kehidupan umat manusia antara lain masalah pangan, kesehatan, lingkungan dan energi. Peran biologi terkait pangan telah diambil menjadi topik utama seminar ini. Melalui seminar ini kami berharap terjadi pertukaran informasi, kesepahaman dan persamaan pandang, dan saling pengayaan terhadap masalah-masalah pangan yang kita hadapi kini dan prediksi masa depan. Penyelesaian masalah dalam kehidupan moderen sangatlah tergantung pada penguasaan sains dan teknologi. Penyelesaian masalah pangan pastilah datangnya dari penerapan sains. Sains untuk pangan (Food Sciences), merupakan bidang yang sangat trategis dan terbuka untuk pendekatan multidisiplin. Kami berharap seminar ini dapat menghasilkan ide-ide alternatif yang dilandasi oleh potensi akademik dengan sentuhan kreatif dan inovatif untuk menyelesaikan masalah pangan kita. Selain itu para mahasiswa, guru, dosen, peneliti dan kalangan industri yang berkecimpung dalam bidang biologi dalam kesehariannya melalui seminar ini juga diharapkan mendapat pencerahan sehingga mampu melihat sumbangsih dalam bidang lain, misalnya kimia, fisika, statistika, matematika, dan instrumentasi untuk bersama-sama menghasilkan solusi dalam bidang pangan. Kesepahaman dan pemahaman yang tinggi tentang biologi untuk pangan, diikuti dengan kerjasama dengan bidang lain serta berani fokus pada ide-ide penyelesaian yang telah terpikirkan berdasarkan kajian, kami yakin akan mengasilkan sesuatu yang sangat penting, dan berguna bagi kehidupan kita kini dan masa depan. Selamat berseminar.

Terima kasih

Wassalamu‘alaikum wr.wb Dr. Muhammad Nur, DEA

Dekan Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro

(11)

Seminar Nasional Biologi 2013

Peran Biologi dalam Meningkatkan Produktivitas yang Menunjang Ketahanan Pangan

10

Peran Biologi Dalam Peningkatan Produktivitas

Yang Menunjang Ketahanan Pangan

Wasmen Manalu dan Andriyanto

Departemen Anatomi, Fisiologi, dan Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor

Jalan Agatis, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680 HP: 08158848829; wasmenmanalu@ymail.com

1. Pendahuluan.

Jumlah penduduk Indonesia pada akhir tahun 2010 mencapai 237,6 juta jiwa, terbanyak ke-4 di dunia setelah Cina, Amerika Serikat, dan India. Pada tahun 2040, jumlah penduduk Indonesia diperkirakan akan mencapai 474 juta jiwa (BPS, 2011). Peningkatan jumlah penduduk yang pesat ini harus disertai dengan kemampuan penyediaan pangan yang sepadan sehingga kebutuhan pangan penduduk dapat terpenuhi. Jika terjadi kekurangan persediaan pangan, secara ekonomis dan politis akan mengganggu ketahanan nasional Indonesia. Pangan untuk manusia secara umum adalah bahan biologis yang dihasilkan oleh tumbuhan dan hewan. Istilah pangan ini sangat populer dengan pangan nabati dan hewani. Pangan yang akan dibahas pada makalah ini ialah pangan yang berasal atau dihasilkan oleh hewan.

Sumber pangan hewan terutama dihasilkan oleh hewan ternak dan ikan. Produksi pada hewan terdiri atas dua kategori, yaitu produksi anak atau keturunan yang akan digunakan sebagai bahan pangan (umumnya dalam bentuk daging atau ikan) dan produksi bahan yang dihasilkan oleh hewan dan dipanen sepanjang masa produksi hewan tersebut (misalnya, susu dan telur). Jadi, produksi pada kategori pertama ini sangat ditentukan oleh daya reproduksi hewan ternak dan ikan untuk menghasilkan anak yang sehat dan tumbuh baik sampai mencapai umur panen atau potong atau sampai berhasilbereproduksi kembali untuk menghasilkan bibit yang selanjutnya akan menghasilkan anak yang akan dipotong atau dipanen sebagai bahan pangan. Sementara itu, produksi pada kategori kedua (produksi bahan hasil ternak, yang utama adalah susu dan telur) sangat dipengaruhi oleh kualitas ternak penghasilnya yang merupakan gambaran kemampuan produksi. Kemampuan produksi susu dan telur sangat ditentukan oleh jumlah dan fungsionalitas sel-sel penghasil produk tersebut dan ketersediaan nutrien sebagai bahan baku untuk sintesis produk tersebut.

2. Gambaran Ketahanan Pangan Asal Hewani Nasional.

Sampai saat ini, kebutuhan pangan asal ternak Indonesia, terutama daging dan susu, masih dipenuhi melalui impor (Kementan, 2010a). Impor sapi hidup Indonesia mencapai 700.000 ekor pada tahun 2005 selain dalam bentuk daging beku (Raswa, 2005). Selain itu, pada tahun 2008, pemerintah Indonesia harus mengimpor 800.000 ton daging sapi untuk memenuhi kebutuhan daging dalam negeri. Pada tahun 2009, impor sapi bakalan yang masuk ke Indonesia mencapai 1,1 juta ekor (Kompas, 2010). Produksi susu nasional hanya mampu menyediakan 324.000 ton per tahun dari total kebutuhan 1,3 juta ton per tahun. Dengan demikian, Indonesia baru dapat menyediakan susu sebanyak 24,9% dari total kebutuhan nasional (Ditjenak, 2009).Menurut Kementan (2010b) swasembada pangan hewani terwujud apabila pemerintah RI mampu memenuhi 90% dari kebutuhan nasional.

Bahan pangan asal hewan dan ikan mengandung nutrien yang sangat dibutuhkan untuk perkembangan anak-anak untuk mencapai pertumbuhan yang optimalnya dan untuk

(12)

Seminar Nasional Biologi 2013

Peran Biologi dalam Meningkatkan Produktivitas yang Menunjang Ketahanan Pangan

11

memelihara kesehatan. Saat ini, gejala penurunan kualitas sumber daya manusia mulai terlihat. Hasil penelitian menunjukkan kualitas sumber daya manusia Indonesia berada di peringkat 110, jauh lebih buruk jika dibandingkan Singapura, Malaysia, Filipina, Tunisia, dan Vietnam (Noor, 2008). Indonesia tercatat sebagai negara dengan konsumsi pangan hewani paling rendah di Asia Tenggara. Konsumsi pangan hewani masyarakat Indonesia baru mencapai 3,4 g/orang/h, yang berasal dari daging 2,1 g, telur 0,74 g, dan susu 0,36 g (Kementan, 2010a). Hal ini berarti bahwa orang Indonesia mengkonsumsi 4,45 kg daging, 2,32 kg telur, dan 4,13 kg susu per orang per tahun. Nilai tersebut masih sangat jauh jika dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara lainnya, seperti Filipina dan Malaysia. Konsumsi pangan hewani masyarakat Filipina sudah mencapai 19 kg, bahkan masyarakat Malaysia mengkonsumsi daging sebanyak 43 kg per orang per tahun (Rasid, 2011). Selama ini konsumsi pangan hewani masyarakat Indonesia hanya sebesar 56,67% dari standar yang ditetapkan Food and Agriculture Organisation (FAO), yaitu sebesar 6 g/orang/h (Rifai, 2011). 3. Kendala Utama dalam Produksi Pangan Hewani Nasional.

Secara umum, masalah utama dalam ketahanan pangan nasional Indonesia ialah bahwa daya produksi pangan nasional kita jauh lebih rendah dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk sehingga tidak bisa memenuhi kebutuhan pangan nasional. Selain itu, masalah penting yang dihadapi peternakan nasional ialah kurangnya bibit unggul yang cocok untuk wilayah dengan iklim tropika lembap Indonesia. Usaha yang dilakukan sampai saat ini ialah impor induk dan bakalan dari daerah subtropis atau temperate yang setelah sampai dan dipelihara di Indonesia tidak dapat menunjukkan potensi genetik yang dijanjikan akibat kondisi iklim dan lingkungan yang tidak sesuai dan manajemen yang belum optimum.

Kendala utama yang dihadapi oleh dunia peternakan di Indonesia ialah populasi induk produktif yang rendah, daya reproduksi dan produksi yang rendah, serta anak-anak yang dihasilkan pun tidak tumbuh dengan optimum. Akibatnya, untuk mencapai bobot pasar, anak yang dihasilkan membutuhkan waktu pemeliharaan yang lebih lama. Masalah lainnya ialah tumbuh kembang anak dalam kandungan tidak optimum, bobot lahir di bawah normal, dan produksi susu induk yang tidak mencukupi sehingga banyak anak yang dilahirkan akhirnya mati sebelum mencapai umur penyapihan atau umur dipasarkan.

Tantangan utama bagi para ilmuwan biologi hewan di Indonesia ialah menggunakan ilmu-ilmu biologi hewan untuk meningkatkan daya reproduksi dan produksi ternak dan ikan kita untuk memenuhi permintaan untuk mendukung ketahanan pangan nasional. Tantangan tersebut terbuka lebar dalam bidang genetika dan biologi molekuler untuk menghasilkan ternak unggul dengan produksi tinggi dan daya tahan baik terhadap lingkungan dan manajemen lokal dari ternak-ternak lokal yang sudah adaptif dengan lingkungan tropika lembap. Bibit tersebut harus mampu bereproduksi dan berproduksi tinggi menyamai bibit unggul impor yang dikembangkan di daerah subtropis. Selain itu, peluang yang sangat menantang ialah meningkatkan produktivitas ternak-ternak lokal yang ada (dengan keadaan saat ini potensi genetik,daya reproduksi, dan produktivitas yang rendah) dengan memperbaiki proses biologi ternak yang akan mendukung ke perbaikan dan peningkatan produksi. Perbaikan proses biologi yang mendukung reproduksi dan produksi bisa melibatkan perbaikan jumlah dan fungsionalitas sel-sel yang terlibat dalam proses reproduksi dan produksi, perbaikan nutrisi dan transpornutrien sebagai substrat untuk sintesis produk di dalam sel, perbaikan lingkungan klimatik yang mendukung proses biologi dan fisiologi yang optimum untuk mendukung proses reproduksi dan produksi yang optimum.

(13)

Seminar Nasional Biologi 2013

Peran Biologi dalam Meningkatkan Produktivitas yang Menunjang Ketahanan Pangan

12

Produksi dalam bidang peternakan dan perikanan merupakan produk sel-sel yang terlibat dalam reproduksi dan produksi itu sendiri. Proses reproduksi pada hewan mamalia dimulai dari persiapan reproduksi induk sebelum perkawinan, fertilisasi, pertumbuhan dan perkembangan embrio sampai lahir, perkembangan anak sejak lahir sampai penyapihan, dan perkembangan anak sejak penyapihan sampai masak kelamin menjadi induk yang siap bereproduksi, dan perkembangan anak dari lahir sampai umur potong bagi ternak yang akan digunakan untuk produksi daging. Proses produksi susu pada hewan mamalia selain untuk dipanen untuk kebutuhan manusia, juga sangat menentukan keberhasilan reproduksi dan sangat dibutuhkan oleh anak mamalia sebelum penyapihan. Produksi susu sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan dan perkembangan kelenjar susu selama perkembangan dan kebuntingan dan ketersediaan nutrien pada sel-sel epitel kelenjar susu selama laktasi.

Proses reproduksi pada hewan unggas sama seperti pada ternak mamalia, yaitu dipengaruhi oleh proses persiapan reproduksi induk sebelum perkawinan, fertilisasi, pertumbuhan dan perkembangan embrio dalam telur sampai menetas, perkembangan anak sejak menetas sampai dewasa dan masak kelamin menjadi induk yang siap bereproduksi menghasilkan generasi baru. Bagi unggas yang ditujukan untuk produksi daging, produksi daging sangat dipengaruhi oleh perkembangan anak dari sejak menetas sampai umur potong. Proses reproduksi dan produksi pada ikan juga hampir sama dengan pada unggas, yaitu dipengaruhi oleh proses persiapan reproduksi induk sebelum perkawinan, fertilisasi, pertumbuhan dan perkembangan embrio dalam telur sampai larva, perkembangan larva sampai ikan dewasa dan masak kelamin menjadi induk yang siap bereproduksi menghasilkan anak yang menjadi induk lagi. Di bidang perikanan, produksi ikan yang ditujukan untuk dipanen dan dijual untuk konsumsijuga sangat dipengaruhi oleh perkembangan ikan sejak larva sampai mencapai umur panen.

4. Peningkatan Produktivitas Ternak Mamalia.

Pendekatan biologi yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan ini ialah dengan memperbaiki kondisi perkembangan anak selama di kandungan dengan memperbaiki kondisi hormonal, lingkungan uterus, dan kandungan induk. Kondisi lingkungan uterus sudah diketahui mempengaruhi perkembangan embrio dan fetus serta mempengaruhi bobot lahir dan akhirnya juga mempengaruhi pertumbuhan anak setelah lahir serta kesehatan dan kehidupan anak setelah dewasa. Hormon kebuntingan yang sama juga akan berperan dalam perangsangan pertumbuhan dan perkembangan kelenjar susu yang nantinya akan memperbaiki produksi susu induk pada waktu laktasi yang menyediakan makanan bagi anak sebelum bisa menggunakan makanan biasa setelah penyapihan. Kombinasi bobot lahir yang lebih baik dengan produksi susu induk yang lebih banyak akan mendukung pertumbuhan pascasapih sampai umur potong atau sampai dewasa memasuki fase reproduksi sebagai induk.

Sinyal utama yang mengawali proses reproduksi pada hewan ternak mamalia ialah hormon reproduksi estrogen dan progesteron. Estrogen dihasilkan oleh follikel yang sedang berkembang sebelum ovulasi pada hewan betina yang sudah masak kelamin dan oleh plasenta selama periode kebuntingan. Progesteron dihasilkan oleh korpus luteum setelah ovulasi dan selama kebuntingan dan oleh plasenta selama perkembangan kebuntingan. Hormon-hormon kebuntingan inilah yang menjadi sinyal awal yang akan memulai proses reproduksi secara komprehensif mulai dari persiapan ovum dan sperma, fertilisasi, persiapan saluran reproduksi untuk implantasi, perkembangan embrio, fetus, uterus, dan

(14)

Seminar Nasional Biologi 2013

Peran Biologi dalam Meningkatkan Produktivitas yang Menunjang Ketahanan Pangan

13

mempengaruhi aliran nutrien ke embrio dan fetus yang sedang berkembang (Fowden et al., 2006; Sferuzzi-Perri et al., 2013) dan ekspresi genetik pada embrio dan fetus (Jansson dan

Powell, 2007; Fowden et al., 2008; Fowden dan Forhead, 2009)yang selanjutnya akan

mempengaruhi bobot lahir, pertumbuhan prasapih sampai umur dewasa, dan umur potong (Etherton dan Kensinger, 1984; Guyda, 1984; Browne dan Thornburn, 1989; Evain-Brion,1994; Gicquel dan Le Bouc, 2006; Jansson dan Powell, 2007). Hormon kebuntingan yang sama juga akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kelenjar susu untuk mempersiapkan makanan bagi anak yang akan dilahirkan sehingga perkembangan prasapih menjadi lebih baik. Bagi ternak penghasil susu, perbaikan produksi hormon selama kebuntingan yang memperbaiki pertumbuhan kelenjar susu induk akan menghasilkan produksi susu induk tersebut selama laktasi.

Penelitian kelompok kami sebelumnya pada kambing dan domba di Indonesia menunjukkan bahwa rendahnya pertumbuhan prenatal, rendahnya pertumbuhan dan perkembangan kelenjar susu selama kebuntingan disebabkan oleh ketidakseimbangan serta rendahnya rasio antara hormon-hormon kebuntingan dan jumlah anak yang dikandung

selama periode kebuntingan (Manalu et al., 1996; Manalu dan Sumaryadi, 1998a; Manalu dan

Sumaryadi, 1998b; Manalu dan Sumaryadi, 1998c; Manalu dan Sumaryadi, 1998d; Manalu dan Sumaryadi, 1999). Penelitian kami telah berhasil memperbaiki kondisi hormonal induk selama kebuntingan dengan cara meningkatkan jumlah folikel dan korpus luteum dalam ovarium induk melalui teknik superovulasi yang selanjutnya akan menghasilkan dan mensekresi secara endogen hormon-hormon kebuntingan. Peningkatan sekresi endogen hormon-hormon kebuntingan ini memberikan hasil akhir perbaikan pertumbuhan embrio dan fetus selama di kandungan (Manalu et al., 1998; Manalu, 1999a,b; Adriani et al., 2007) yang akhirnya memperbaiki bobot lahir dan bobot sapih anak (Manalu et al., 2000c; Adriani et al., 2004a). Perbaikan kondisi hormonal induk secara drastis memperbaiki pertumbuhan dan

perkembangan kelenjar susu selama kebuntingan (Sudjatmogo dan Manalu, 1999; Manalu et

al., 1999; Manalu et al., 2000a) dan aktivitas enzim kunci dalam sintesis laktosa (Frimawaty dan Manalu, 1999) yang akhirnya memperbaiki produksi susu induk pada periode

laktasisebesar 59% pada domba (Manalu et al., 2000a) dan sebesar 32% pada kambing

perah PE (Adriani et al.,2004b). Perbaikan pertumbuhan kelenjar susu selama kebuntingan dan peningkatan produksi susu selama laktasi juga disebabkan oleh perbaikan kondisi kelenjar susu sampai akhir laktasi (Manalu et al., 2000b).Hasil akhir dari perbaikan bobot lahir anak dan produksi susu induk ialah peningkatan pertumbuhan dan daya hidup anak sebelum penyapihan serta pertumbuhan anak pascasapih pun menjadi jauh lebih baik (Manalu et al., 2000c). Hasil penerapan teknologi superovulasi pada kambing dan domba dalam skala peternakan kecil juga menunjukkan hasil yang sangat baik di tingkat peternak, yaitu peningkatan produktivitas anak pada umur penyapihan hampir 2 kali lipat pada induk yang disuperovulasi dibandingkan dengan kontrol (Andriyanto dan Manalu, 2011; Andriyanto dan Manalu, 2012) yang otomatis meningkatkan pendapatan dan keuntungan ekonomi hampir 2 kali lipat juga. Hasil penerapan teknologi perbaikan sekresi endogen hormon kebuntingan pada ternak kambing yang dipelihara secara lepas di daerah Kabupaten Kupang menunjukkan pertumbuhan anak yang jauh lebih baik dengan selisih bobot pada umur 7 bulan sebesar 4 kg. Anak yang dilahirkan oleh induk yang disuperovulasi sebelum kawin juga menunjukkan daya hidup dan kesehatan yang lebih baik dibandingkan dengan anak kambing yang dilahirkan oleh induk yang tidak disuperovulasi (Manaluet al., 2013). Harapannya ke depan ialah anak-anak kambing atau domba dengan pertumbuhan prenatal yang optimum yang disertai dengan dukungan produksi susu induk yang baik akan tumbuh menjadi bakalan

(15)

Seminar Nasional Biologi 2013

Peran Biologi dalam Meningkatkan Produktivitas yang Menunjang Ketahanan Pangan

14

yang unggul. Dengan demikian, anak-anak hasil penerapan teknologi ini berpotensi untuk digunakan sebagai bibit unggul dengan laju pertumbuhan yang tidak kalah dengan kambing atau domba unggul yang diimpor dari luar negeri. Penelitian kelompok kami ke depan akan mempelajari ekspresi gen-gen pertumbuhan dan marker genetik pertumbuhan yang unggul pada anak-anak kambing dan domba untuk mengevaluasi pewarisannya ke anak sehingga mendapatkan informasi potensinya untuk digunakan sebagai bibit unggul yang akan mampu tumbuh dan berkembang dan menghasilkan produk yang tinggi pada kondisi lingkungan tropika lembap dan manajemen yang berlaku saat ini.

Saat ini tim kami sedang mempelajari waktu dan dosis penyuntikan PMSGyang tepat untuk mendapatkan pertumbuhan dan perkembangan follikel dan korpus luteum yang lebih baik pada kambing untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan uterus dan plasenta untuk menopang pertumbuhan dan perkembangan embrio dan fetus yang lebih baik untuk menghasilkan anak-anak yang unggul sebagai induk maupun sebagai bakalan. Hasil sementara menunjukkan bahwa diperlukan dosis dan waktu penyuntikan yang tepat untuk mendapatkan perbaikan pertumbuhan dan perkembangan sel-sel penghasil estrogen dan progesteron yang selanjutnya diharapkan akan memperbaiki pertumbuhan uterus dan plasenta, embrio dan fetus, serta kelenjar susu (Andriyanto dan Manalu, 2013).

Hasil penelitian pada babi, dengan sifat politokus, yaitu jumlah anak sekelahiran yang banyak sampai 18 ekor,menunjukkan bahwa perbaikan sekresi endogen hormon kebuntingan sangat nyata memperbaiki pertumbuhan dan perkembangan uterus dan plasenta, embrio, dan fetus (Mege et al., 2007), dan perbaikan bobot lahir dan pertumbuhan anak prapenyapihan (Mege et al., 2006; Lapian, 2012), dan produksi susu induk (Lapian, 2012). Hasil akhirnya, mortalitas anak yang jauh lebih rendah, pertumbuhan anak sampai sapih dan umur potong menjadi lebih baik dengan kualitas daging yang lebih baik(Lapian, 2012).Hasil penelitian yang sudah dilakukan ini memberikan indikasi bahwaperformans reproduksi induk babi melalui superovulasi sebelum perkawinan dapat memperbaiki bobot lahir, menurunkan mortalitas anak sehingga meningkatkan jumlah anak yang disapih sampai potong (Lapian, 2012). Selain itu, anak-anak babi yang dilahirkan oleh induk yang disuperovulasi sebelum perkawinan mempunyai laju pertambahan bobot badan yang jauh lebih baik sehingga mencapai bobot potong (95 kg) dua minggu lebih cepat dibandingkan dengan kontrol (Lapian, 2012). Laju pertumbuhan anak yang lebih cepat dan pencapaian bobot potong yang lebih awal juga disertai dengan kualitas karkas yang baik, yaitu peningkatan bobot karkas, persentase karkas, dan loin eye area serta mempertahankan panjang karkas dan tebal lemak punggung (Lapian, 2012).

Saat ini, tim kami sedang meneliti bagaimana pola pewarisan genetik pada anak babi hasil superovulasi apakah anak tersebut dapat digunakan sebagai bibit. Selain itu juga sedang disiapkan penelitian untuk memeriksa pewarisan dan ekspresi gen-gen pertumbuhan pada anak babi hasil superovulasi induk serta mengamati daya tahan anak yang dilahirkan dalam kondisi lingkungan yang kurang baik dan infeksi penyakit untuk melihat keunggulan dalam hal kesehatan.

Hasil penelitian pada sapi perah menunjukkan bahwa penggunaan teknik superovulasi sebelum kawin untuk meningkatkan sekresi endogen hormon kebuntingan berhasil memperbaiki pertumbuhan dan perkembangan kelenjar susu dan meningkatkan produksi

susu pada sapi laktasi dara maupun pada sapi laktasi pertama mecapai 33% (Sudjatmogo et

al., 2001). Teknik superovulasi ini juga sudah digunakan untuk menciptakan anak lahir kembar

(twinning) pada sapi. Hasil penelitian pada sapi menunjukkan keberhasilan mendapatkan anak kembar pada sapi (tidak dipublikasikan). Rencana penelitian tim kami ke depan dalam

(16)

Seminar Nasional Biologi 2013

Peran Biologi dalam Meningkatkan Produktivitas yang Menunjang Ketahanan Pangan

15

pengembangan produksi sapi (daging dan susu) ialah pencarian dosis dan waktu penyuntikan PMSG yang optimum untuk meningkatkan sekresi endogen hormon kebuntingan untuk mendukung pertumbuhan anak tunggal atau anak kembar. Ke depan juga direncanakan penggunaan kombinasi hormon eksogen (somatotropin) dan superovulasi untuk perbaikan produksi susu dan pertumbuhan dan perkembangan anak kembar dalam kandungan pada sapi.

5. Peningkatan Produktivitas Ternak Unggas dan Ikan.

Pada kelompok ternak unggas, produksi terdiri atas dua, yaitu daging dan telur. Proses reproduksi dan produksi daging pada ternak unggas sama dengan pada hewan mammalia. Pertumbuhan dan perkembangan embrio dalam telur akan mempengaruhi bobot tetas dan pertumbuhan dan perkembangan anak sejak menetas sampai masak kelamin untuk menjadi induk, atau untuk unggas yang ditujukan untuk dipotong, pertumbuhan sejak menetas sampai umur potong ditentukan oleh perkembangan selama embrio dan bobot tetas serta kondisi lingkungan dan manajemen selama pertumbuhan sampai dipotong. Pada ikan, hal yang sama juga berlaku. Akan tetapi, produksi pada ikan lebih pada daya reproduksi induk untuk menghasilkan ikan yang akan dipanen untuk dikonsumsi manusia. Dalam bagian ini proses pembentukan telur yang dikemukakan berlaku secara umum untuk unggas dan ikan.

Perkembangan embrio selama dalam pengeraman sangat ditentukan oleh ketersediaan nutrien di dalam kuning telur yang akan mendukung pembelahan sel, differensiasi menjadi makhluk lengkap pada waktu menetas. Proses selama pengeraman ini juga sangat menentukan ekspresi genetik anak yang akan menentukan bobot tetas, pertumbuhan dan perkembangan sampai dewasa dan dipotong.Perlu ditekankan di sini bahwa kualitas telur sebagai bahan konsumsi atau sebagai bibit untuk menghasilkan anak sangat ditentukan oleh kandungan dan komposisi telur. Komposisi telur terdiri atas kuning telur, albumin, dan kerabang telur (pada unggas) dan selaput (pada ikan). Proses pertama pembentukan telur ialah perkembangan folikel selama masak kelamin yang dilajutkan dengan ovulasi ovum ke saluran telur. Perkembangan ovum terjadi melalui proses deposisi vitellogenin. Kalau sintesis vitellogenin tidak memadai maka proses perkembangan folikel akan terganggu. Faktor pembatas dalam perkembangan folikel ialah ketersediaan vitellogenin di ovarium. Faktor yang menentukan kualitas telur untuk dierami atau berkembang menjadi embrio (atau larva) sampai menetas sangat dipengaruhi oleh kecukupan nutrien dalam telur untuk mendukung diferensiasi, pertumbuhan, dan perkembangan embrio sampai menetas. Jadi, kualitas anak yang dihasilkan dari setiap telur dan kinerja pertumbuhan anak pascamenetas akan ditentukan oleh proses ketersediaan bahan baku dan kondisi lingkungan dalam telur selama periode inkubasi.

Vitellogenin sebagai bahan kunci dalam kualitas telur dihasilkan oleh hati. Pendekatan yang dapat dilakukan oleh para peneliti ialah perbaikan jumlah dan kualitas sel-sel hati yang terlibat dalam sintesis vitellogenin pada periode reproduksi. Selama ini, perhatian kepada sel penghasil bahan dasar tersebut tidak begitu diarahkan. Tim kami sedang mencoba melakukan pendekatan lain dalam meningkatkan produksi daging dan ikan, serta produksi telur pada unggas melalui perbaikan kondisi sel-sel hati baik melalui pendekatan biologis farmakologis maupun genetik.

Penelitian pendahuluan kami menunjukkan bahwa perbaikan kondisi sel-sel hati pada puyuh dengan suplementasi serbuk kunyit dapat meningkatkan jumlah folikel yang berkembang di ovarium, meningkatkan sintesis vitellogenin, dan meningkatkan jumlah telur

(17)

Seminar Nasional Biologi 2013

Peran Biologi dalam Meningkatkan Produktivitas yang Menunjang Ketahanan Pangan

16

pada ayam yang sedang bertelur menunjukkan pemendekan waktu dari pengeluaran satu telur dengan pengeluaran telur berikutnya (Saraswati et al., 2013b). Data penelitian pengamatan tim kami dengan menggunakan ekstrak kemangi yang diduga berpotensi memperbaiki kondisi sel-sel hati juga menunjukkan perbaikan produksi telur, ukuran dan

bobot telur pada ayampetelur (Andriyantoet al., 2013). Data pengamatan awal ini

memberikan rekomendasi untuk pencarian metode peningkatan produksi telur melalui perbaikan sel-sel hati penghasil vitellogenin yang merupakan bahan penting untuk perkembangan embrio selama pengeraman. Perbaikan ini bisa dilakukan dengan menggunakan beberapa herbal lokal yang sudah diketahui atau secara empiris telah diketahui memperbaiki sel-sel hati.

Pendekatan yang sama juga akan digunakan untuk memperbaiki daya reproduksi dan kualitas larva yang dihasilkan untuk dibesarkan dalam meningkatkan persentase sintasan larva pada ikan. Sintasan larva pada ikan masih sangat rendah dari begitu banyak telur yang diovulasikan pada saat bertelur. Dalam waktu dekat, tim kami akan melakukan penelitian perbaikan produksi dan kualitas telur dan sintasan larva pada ikan dengan memperbaiki kondisi sel-sel hati penghasil vitellogenin pada ikan.

6. Simpulan.

Para peneliti bilogi hewan mempunyai kesempatan besar dalam melakukan penelitian untuk meningkatkan produksi pangan asal hewan untuk menopang produksi pangan untuk menjamin ketahanan pangan nasional dan ketahanan nasional. Penelitian perlu difokuskan pada proses produksi itu sendiri pada tingkat seluler untuk memperbaiki ekspresi genetik yang nantinya diharapkan akan memperbaiki sintesis bahan produksi melalui peningkatan jumlah sel-sel penghasil produk, peningkatan perkakas yang terkait dalam perakitan produk tersebut, dan peningkatan transpor dan aliran bahan baku ke dalam sel tempat produk tersebut dirakit.

7. Daftar Pustaka

[1] Adriani, A. Sudono, T. Sutardi, I.K. Sutama, dan W. Manalu. 2004a. Pengaruh superovulasi dan suplementasi mineral seng dalam ransum pada induk kambing terhadap pertumbuhan anaknya. J. Pengembangan Peternakan Tropis 29:177-183.

[2] Adriani, I-K. Sutama, A. Sudono, T. Sutardi, dan W. Manalu. 2004b. Pengaruh superovulasi sebelum perkawinan dan suplementasi seng terhadap produksi susu kambing peranakan Etawah. Animal Production 6:86-94.

[3] Adriani, Adi Sudono, T. Sutardi, W. Manalu, dan I. K. Sutama. 2007. Pertumbuhan prenatal dalam kandungan kambing melalui superovulasi. Hayati 14:44-48.

[4] Andriyanto dan W. Manalu. 2011. Increasing goat productivity through the improvement of endogenous secretion of pregnant hormones using follicle stimulating hormone. Animal Production 13:89-93.

[5] Andriyanto dan W. Manalu. 2012. Peningkatan produktivitas domba pada skala peternakan rakyat melalui pemberian hormon pregnant mare serum gonadotrophin. Jurnal Veteriner 13:235-241.

[6] Andriyanto dan W. Manalu. 2013. Peningkatan produktivitas dan reproduktivitas kambing Kacang sebagai

ternak lokal unggul melalui penggunaan hormon Pregnant Mare Serum Gonadotrophin sebelum perkawinan.

Penelitian Hibah Bersaing.

[7] Andriyanto, R. Arif, M. Miftahurrohman, Y. S. Rahayu, E. Chandra, A. Fitrianingrum, R. Anggraeni, A. A. Mustika, W. Manalu. 2013. Peningkatan produktivitas ayam petelur melalui pemberian ekstrak etanol daun kemangi. JurnalVeteriner. (in press).

[8] BPS. 2011. Data biro pusat statistik jumlah penduduk Indonesia 2010. BiroPusat Statistik Republik Indonesia. Jakarta.

[9] Browne, C.A. dan G.D. Thorburn. 1989. Endocrine control of fetal growth. Biol Neonate. 55:331-46.

[10] Ditjenak. 2009. Percepatan Swasembada Daging 2010. Direktorat Jenderal Peternakan. Departemen Pertanian. Jakarta.

[11] Etherton, T.D. dan R.R. Kensinger. 1984. Endocrine regulation of fetal and postnatal meat animal growth. J. Anim. Sci. 59:511-528.

[12] Evain-Brion D. 1994. Hormonal regulation of fetal growth. Horm Res. 42:207-14.

(18)

Seminar Nasional Biologi 2013

Peran Biologi dalam Meningkatkan Produktivitas yang Menunjang Ketahanan Pangan

17

nutrient transport capacity. J Physiol. 572:5-15.

[14] Fowden A.L. A.J. Forhead, P.M.Coan, dan G.J. Burton. 2008. The placenta and intrauterine programming. J Neuroendocrinol. 20:439-50.

[15] Fowden, A.L. dan A.J. Forhead. 2009. Endocrine regulation of feto-placental growth. Hormone Researh 72:257–265.

[16] Frimawaty, E. dan W. Manalu. 1999. Milk yield and lactose synthetase activity in the mammary glands of superovulated ewes. Small Rumin. Res. 33:271-278.

[17] Gicquel, C. dan Y. Le Bouc. 2006. Hormonal regulation of fetal growth.Horm Res. 65 Suppl 3:28-33. [18] Guyda H. 1984. Hormonal regulation of fetal growth.Mead Johnson Symp Perinat Dev Med. 23:15-20.

[19] Jansson T. dan T.L. Powell. 2007. Role of the placenta in fetal programming: underlying mechanisms and potential interventional approaches.Clin Sci (Lond). 113:1-13.

[20] Kementan. 2010a. Blue print program swasembada daging sapi 2014. Direktorat Peternakan Kementrian Pertanian RI. Jakarta.

[21] Kementan. 2010b. Program percepatan swasembada daging 2014. Direktorat Jenderal Peternakan. Departemen Pertanian. Jakarta.

[22] Kompas. 2010. Tata lagi impor sapi, swasembada daging masih butuh waktu tiga tahun lagi. Artikel bisnis dan keuangan. Selasa, 26 Januari 2010. Hlm. 16.

[23] Lapian, M.T.R. 2012. Performans bakalan yang dilahirkan oleh induk babi yang diovulasi ganda dengan PMSG dan hCG sebelum pengawinan. Disertasi,Fakultas Pascasarjana IPB.

[24] Manalu, W., M.Y. Sumaryadi, dan N. Kusumorini. 1996. Effect of fetal number on the concentrations of circulating maternal serum progesterone and estradiol of does during late pregnancy. Small Ruminant Research 23:117-124.

[25] Manalu, W. dan M.Y. Sumaryadi. 1998a. Correlations of litter size and maternal serum progesterone concentration during pregnancy with mammary gland growth and development indices at parturition in Javanese thin-tail sheep. Asian-Australasian J. Anim. Sci. 11:300-306.

[26] Manalu, W. dan M.Y. Sumaryadi. 1998b. Mammary gland indices at the end of lactation in Javanese thin-tail

ewes with different litter sizes. Asian-Australasian J. Anim. Sci. 11:648-654.

[27] Manalu, W. dan M.Y. Sumaryadi. 1998c. Maternal serum progesterone concentration during gestation and mammary gland growth and development at parturition in Javanese thin-tail ewes carrying a single or multiple fetuses. Small Ruminant Res. 27:131-136.

[28] Manalu,W. dan M.Y. Sumaryadi. 1998d. Maternal serum progesterone concentration during pregnancy and lamb birth weight at parturition in Javanese thin-tail ewes with different litter sizes. Small Ruminant Res.30:163-169.

[29] Manalu, W., M.Y. Sumaryadi, Sudjatmogo, dan A.S. Satyaningtijas. 1998. Effect of superovulation on maternal serum progesterone concentration, uterine and fetal weights at weeks 7 and 15 of pregnancy in Javanese thin-tail ewes. Small Rumin. Res. 30:171-176.

[30] Manalu, W. 1999a. Correlations of serum progesterone concentration with uterine and fetal weights at weeks 7 and 15 of pregnancy in Javanese thin-tail ewes. Asian-Australasian J. Anim. Sci. 12:854-861.

[31] Manalu, W. 1999b. The effect of superovulation prior to mating on fetal growth in lambs from Javanese-thin tail ewes. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4:243-250.

[32] Manalu, W., M. Y. Sumaryadi, Sudjatmogo, dan A. S. Satyaningtijas. 1999. Mammary gland differential growth during pregnancy in superovulated Javanese thin-tail ewes. Small Ruminant Res. 33:279-284. [33] Manalu, W. dan M.Y. Sumaryadi. 1999. Correlations between lamb birth weight and the concentrations of

hormones and metabolites in the maternal serum during pregnancy. J. Agric. Sci (Cambridge) 133:227-234. [34] Manalu, W., M. Y. Sumaryadi, Sudjatmogo, dan A. S. Satyaningtijas. 2000a. The effect of superovulation of

Javanese thin-tail ewes prior to mating on lamb birth weight and preweaning growth. Asian-Australasian J. Anim. Sci. 13:292-299.

[35] Manalu, W., M. Y. Sumaryadi, Sudjatmogo, dan A. S. Satyaningtijas. 2000b. Mammary gland indices at the end of lactation in the superovulated Javanese thin-tail ewes. Asian-Australasian J. Anim. Sci. 13:440-445. [36] Manalu, W., M. Y. Sumaryadi, Sudjatmogo, dan A. S. Satyaningtijas. 2000c. Effect of superovulation prior to

mating on milk production performances during lactation in ewes. J. Dairy Sci. 83:477-483.

[37] Manalu, W. Andriyanto, A. Winarso. 2013. Peningkatan pendapatan dan keuntungan ekonomi peternak kambing di Nusa Tenggara Timur melalui perbaikan produktivitas induk dengan penerapan teknologi superovulasi sebelum perkawinan. PenelitianPenprinas MP3EI.

[38] Mege, R.A., H.S. Nasution, N. Kusumorini, dan W. Manalu. 2006. Pengaruh superovulasi terhadap produksi anak babi. Jurnal Animal Production 8:8-15.

[39] Mege, R.A., H.S. Nasution, N. Kusumorini, dan W. Manalu. 2007. Pertumbuhan dan perkembangan uterus dan plasenta babi dengan superovulasi. Hayati 14:1-6

[40] Noor RR. 2008. Politik pembangunan peternakan. Pemikiran guru besar IPB perspektif ilmu-ilmu pertanian dalam pembangunan nasional. IPB press dan Penebar swadaya.

[41] Rasid. 2011. Penduduk tak dikendalikan, ketersediaan pangan terancam. http://www.fajar.co.id [18 Maret 2011].

[42] Raswa E. 2005. Kadin Minta Impor Daging Masuk Jalur Merah. http://www.Tempointeractif.com. Kadin Minta Impor Daging Masuk Jalur Merah. Htm. [11 Maret 2008].

[43] Rifai M. 2011. Aneh.. impor daging besar konsumsi rendah. http://www.economyokezone.com [ 12 Maret 2011].

(19)

Seminar Nasional Biologi 2013

Peran Biologi dalam Meningkatkan Produktivitas yang Menunjang Ketahanan Pangan

18

[44] Saraswati, T.R., W. Manalu, D.R. Ekastuti, dan N. Kusumorini, 2013a. Changes in the physiological condition of the quail‘s liver with the advance of age. (unpublished).

[45] Saraswati, T.R., W. Manalu, D.R. Ekastuti dan N. Kusumorini, 2013b. Profile of progesterone and estriol in one ovulatory cycle in chickens supplemented with turmeric powder.

[46] Saraswati, T.R., W. Manalu, D.R. Ekastuti, dan N. Kusumorini, 2013c. The role of turmeric powder in lipid metabolism and the effect on the quality of the first quail‘s egg. J. Trop. Anim. Agric. (in press).

[47] Sferruzzi-Perri A.N., O.R. Vaughan, A.J. Forhead, dan A.L. Fowden. 2013. Hormonal and nutritional drivers of intrauterine growth. Curr Opin Clin Nutr Metab Care. 16:298-309.

[48] Sudjatmogo, B. Utomo, Subhiarta, W. Manalu, dan Ramelan. 2001. Tampilan produksi susu akibat peningkatan pertumbuhan ambing sapi perah Friesian Holstein yang disuntik pregnant mare serum gonadotrophin pada program perkawinannya. Jurnal Pengembangan Peternakan Tropis 26:8-13.

[49] Sudjatmogo dan W. Manalu. 1999. Tampilan peningkatan potensi reproduksi dan indikator pertumbuhan kelenjar ambing domba akibat superovulasi dan peningkatan kualitas pakan. Jurnal Pengembangan Peternakan Tropis 24(2):68-75.

(20)

Seminar Nasional Biologi 2013

Peran Biologi dalam Meningkatkan Produktivitas yang Menunjang Ketahanan Pangan

19

Potensi Virgin Coconut Oil Dalam Peningkatan

Imunitas Aves Terhadap Infeksi Virus

Avian Influenza

Enny Yusuf Wachidah Yuniwarti

Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Matematika UNDIP Jl. Prof. Soedharto SH, Kampus UNDIP Tembalang, Semarang

Email : enny_yusuf@yahoo.co.id

ABSTRAK

Ketahanan pangan di Indonesia sangat ditunjang oleh adanya peningkatan produktivitas pangan. Ayam pedaging merupakan jenis aves yang paling banyak dikonsumsi masyarakat sebagai sumber protein hewani. Beberapa tahun terakhir, produktivitas ayam pedaging tidak hanya ditentukan oleh adanya peningkatan bobot badan dan efisiensi pakan tetapi juga daya tahan terhadap penyakit. Avian inflenza merupakan penyakit yang masih endemik di Indonesia. Sifat virus AI yang mudah mengalami mutasi menyebabkan vaksinasi terhadap AI tidak selalu berhasil mencegah ayam dari kematian sehingga perlu dicari alternatif untuk memodulasi pakan yang tidak hanya meningkatkan bobot badan tetapi juga meningkatkan daya tahan tubuh ayam terhadap penyakit. Virgin coconut oil (VCO) merupakan bahan alam asli Indonesia, mengandung asam lemak yang berpotensi sebagai antimikrobia dan antivirus, sehingga pemberian VCO diharapkan mampu meningkatkan daya tahan tubuh ayam broiler. Penelitian ini menggunakan 40 ekor ayam pedaging umur satu hari. Design penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap pola faktorial dengan faktor pertama adalah 2 level vaksin yaitu kelompok ayam yang divaksin AI dan kelompok ayam yang tidak divaksin AI. Faktor kedua menggunakan 4 level VCO yaitu 0, 5, 10 dan 15 ml per kg pakan. Ayam pedaging umur satu hari dikelompokkan dalam 8 kelompok perlakuan dan dilakukan pengulangan dalam 5 unit percobaan. Pakan dan minum diberikan ad libitum selama 5 minggu. Penelitian yang dilakukan membuktikan bahwa pemberian VCO sebesar 10 mL/kg pakan mampu meningkatan imunitas ayam pedaging yang divaksin AI melalui peningkatan aktivitas fagositosis makrofag, jumlah limfosit, jumlah Th-CD4 serta bobot badan.

Kata kunci: VCO, Avian influenza, imunitas ayam.

1. PENDAHULUAN

Bahan alam asli Indonesia telah sejak lama digunakan oleh masyarakat Indonesia untuk

menunjang kesehatan, baik kesehatan manusia dan kesehatan hewan. Virgin coconut oil (VCO)

adalah food supplement yang dapat diproduksi secara home industry oleh petani kelapa di Indonesia

dan terbukti aman untuk dikonsumsi oleh manusia sehingga diasumsikan aman pula bagi hewan aves terutama ayam. Potensi VCO sebagai imunomodulator ditunjukkan oleh hasil uji nilai nutrisi, bahwa VCO mengandung asam laurat sebesar 51,23 %, asam miristat 17,13 %, asam palmitat 7,30 %, asam kaprilat 9,18 %, asam kaprat 7,07 %, asam oleat 5,42 %, asam stearat 2,17 % dan asam kaproat 0,51% [1]. Asam lemak jenuh pada VCO terutama asam palmitat dan asam miristat merupakan komponen fosfolipid dari limfosit T, sehingga penurunan jumlah limfosit T dapat diperbaiki dengan pemberian asam palmitat maupun asam miristat [2]. Peran limfosit penting di dalam perlindungan tubuh ayam terhadap infeksi. Limfosit B berasal dari bursa Fabricius yang akan

membuat antibodi sedang limfosit T berasal dari thymus dan berkembang menjadi limfosit T. Jumlah

limfosit didalam sirkulasi darah tepi memberi gambaran tentang derajat daya tahan tubuh ayam. Semakin rendah jumlah limfosit, maka virus semakin mudah masuk ke dalam tubuh karena daya tahan tubuh melemah [3]. Perkembangan limfosit memerlukan energi yang berasal dari proses metabolisme [4], VCO dapat menghasilkan tambahan energi metabolisme melalui resirkulasi ke dalam hepar melalui arteri hepatika [5]. Asam lemak jenuh yang terkandung dalam VCO juga

merupakan cascade signal reseptor protein G dalam mengaktifkan enzim adenilat siklase yang

berperan dalam kerja hormon peptida seperti hormon thyroid dan insulin [2]. Pemberian VCO akan

meningkatkan sekresi hormon thyroid sebesar 20%. Peningkatan hormon thyroid ini akan

(21)

Seminar Nasional Biologi 2013

Peran Biologi dalam Meningkatkan Produktivitas yang Menunjang Ketahanan Pangan

20

efisien dan akan membantu tubuh untuk melindungi dari keadaan sakit serta mempercepat proses kesembuhan [6].

Wabah penyakit Avian Influenza (AI) yang menyerang berbagai jenis unggas terutama ayam, disebabkan oleh virus Avian influenza tipe A. Sub tipe H5N1 merupakan highly pathogenic avian influenza (HPAI) merupakan penyakit pada unggas yang sangat mudah menular dan bersifat zoonosis, sehingga ditetapkan oleh Office International des Epizooties (OIE), yaitu organisasi dunia untuk kesehatan hewan, sebagai salah satu penyakit hewan menular yang harus dilaporkan (notifiable disease) [7]. Kemampuan virus AI untuk mengalami mutasi dan reasorsi genetik memungkinkan virus untuk berubah sifat antigenik, patogenisitas serta spesifitas hospesnya. Sifat virus AI tersebut menyebabkan vaksinasi terhadap AI yang diberikan pada ayam tidak selalu dapat melindungi ayam dari serangan virus AI [8]. Kondisi manajemen dan level biosekuriti yang sangat bervariasi pada berbagai peternakan ayam pedaging menyebabkan perlunya alternatif pencegahan penyakit avian influenza pada ayam pedaging melalui peningkatan fungsi sistem kekebalan tubuh. Terjadinya gangguan pada fungsi sistem kekebalan tubuh dapat dimodifikasi dengan pemberian senyawa biologis yang mampu mengaktifkan jalur utama dalam sistem kekebalan tubuh untuk merangsang respon imun non spesifik [9]. Beberapa imunomodulator secara alami ada dalam tubuh, dan beberapa di antaranya tersedia dalam sediaan farmakologis [10]. sehingga perlu diteliti lebih

lanjut potensi VCO sebagai imunomodulator pada ayam yang diinfeksi virus Avian influenza.

2. BAHAN DAN CARA KERJA

Penelitian ini menggunakan 40 ekor ayam pedaging strain Cobb umur satu hari, yang dibagi dalam delapan kelompok perlakuan, masing-masing perlakuan dilakukan lima kali ulangan. Empat kelompok perlakuan pertama adalah kelompok ayam yang tidak divaksin AI dan diberi VCO dengan taraf pemberian 0, 5, 10, 15 mL/ kg pakan. Empat kelompok perlakuan berikutnya adalah kelompok ayam yang divaksin AI dan diberi VCO dengan taraf pemberian 0, 5, 10, 15 mL/ kg pakan. Setiap

taraf perlakuan VCO dicampur dengan pakan kontrol yaitu BR1-CP dan diberikan secara ad libitum.

VCO yang digunakan didapatkan dari pabrik sehingga konsistensi kualitasnya terjamin, vaksinasi AI sub type H5N1 diberikan kepada kelompok ayam yang divaksinasi secara intramuscular sebesar 0,5 mL tiap ekor.

Penelitian ini menggunakan pola faktorial dengan faktor pertama adalah 2 level vaksin yaitu kelompok ayam yang divaksin AI dan kelompok ayam yang tidak divaksin AI. Faktor kedua menggunakan 4 taraf VCO yaitu 0, 5, 10 dan 15 ml VCO per kg pakan. Perlakuan selama 5 minggu dan data yang didapat selanjutnya dianalisis dengan ANOVA dan uji lanjut menggunakan uji LSD [11].

Penentuan aktivitas fagositosis makrofag ayam diawali dengan isolasi makrofag dari limpa [12],

kemudian dihancurkan dengan larutan RPMI (Roswell Park Memorial Institute/ media culture).

Larutan disentrifuge 650 rpm, 40C, selama 10 menit, pelet diambil dan disentrifuge 650 rpm, 40C, selama 10 menit, kemudian pellet ditambah medium komplit yang berisi larutan RPMI, PBS, Penstrep dan fungison. Suspensi kemudian dikultur selama 24 jam dalam inkubator CO2, ditambahkan latex, diwarnai dengan giemsa, jumlah makrofag yang tidak fagosit latex dan yang sedang fagosist latex, dihitung dibawah mikroskop. Persentase aktivitas fagositosis didapat dari jumlah makrofag yang fagosit dibagi jumlah makrofag seluruhnya dikalikan 100%.

Penentuan jumlah limfosit dihitung dari preparat apus darah. Darah ayam dikoleksi pada akhir perlakuan, diambil dari vena sayap dan ditampung pada tabung 2 ml untuk pembuatan preparat apus darah. Pembuatan preparat apus darah (blood smear) diawali dengan membuat apusan darah pada object glass, kemudian difiksasi dengan metanol, diwarnai dengan giemsa, cuci dengan air dan dibiarkan kering pada suhu ruang. Setelah kering diamati dibawah mikroskop dan dihitung persentase limfosit yang didapat [13]. Penentuan ratio heterofil/ limfosit didapat dengan membagi jumlah heterofil dengan jumlah limfosit. Konsumsi pakan ayam per ekor dan bobot badan didapat dengan melakukan penimbangan.

Penentuan jumlah CD4 menggunakan metode flowcytometri. Metode ini diawali dengan melakukan reaksi darah lengkap dengan antibodi monoclonal terkonyugasi flourokrom yang akan terikat secara spesifik pada antigen permukaan sel. Sampel yang telah terwarnai kemudian ditambah

(22)

Seminar Nasional Biologi 2013

Peran Biologi dalam Meningkatkan Produktivitas yang Menunjang Ketahanan Pangan

21

larutan FACS untuk melisiskan eritrosit pada kondisi hipotonis tetapi aman bagi leukosit, kemudian sample dianalisa secara flowcytometry. Preparasi sample dimulai dengan pengambilan sample darah secara aseptic dari vena sayap kemudian sample darah ditampung pada tabung vacuntainer berantikoagulan K3EDTA. Sampel darah siap diperiksa, kemudian specimen dipipet (reversing) ke

dalam tabung falcon berisi beads sebanyak 50 μL. Ditambahkan 4 μL CD4 PE anti chicken, dicampur homogen pada vortex mixer, kemudian diinkubasi 15 menit 20 – 250 C pada ruang gelap. Larutan FACS diencerkan dengan mengambil 50 μL larutan pelisis 10x FACS dengan aquades sebanyak 450 μL kemudian campur homogen. Setelah waktu inkubasi selesai, sample ditambah 450 μL reagen FACS (1x) yang sudah diencerkan. Dicampur homogen kemudian diinkubasi 15 menit 20 – 250 C pada ruang gelap. Setelah masa inkubasi selesai, dilakukan analisa menggunakan alat FACS Flowcytometer [14].

3. PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah limfosit ayam pedaging yang divaksinasi AI lebih tinggi dibanding ayam yang tidak divaksinasi AI, begitu pula pemberian VCO sebesar 10 mL/kg pakan pada ayam yang divaksinasi AI menunjukkan jumlah yang paling banyak dibanding pemberian VCO tanpa divaksinasi AI (Gambar 1). Analisis statistik dengan pola faktorial menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (P<0.05) antara ayam yang divaksinasi AI maupun yang tidak divaksinasi AI. Perlakuan dengan VCO juga menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0.05) antara perlakuan yang diberi VCO dan yang tidak diberi VCO. Jumlah limfosit dipengaruhi secara nyata (P<0.05) oleh interaksi antara pemberian VCO dan vaksinasi AI [15].

Vaksinasi AI meningkatkan jumlah limfosit melalui aktivasi proliferasi, VCO terutama pada konsentrasi 10 mL/ kg pakan meningkatkan jumlah limfosit melalui tiga jalur, jalur pertama, berhubungan dengan kandungan asam lemak, terutama asam palmitat dan miristat yang terkandung

dalam VCO diperlukan sebagai raw material untuk sintesis fosfolipid limfosit. Jalur kedua,

berhubungan dengan semua proses sintesis tersebut yang memerlukan energi dan VCO menyediakan energi lebih cepat serta lebih banyak karena asam lemak rantai sedang dan molekul monogliserid akan langsung masuk ke dalam sirkulasi sistemik untuk menggunakan efek dan aksi sistemiknya. Resirkulasi ke dalam hepar melalui arteri hepatika akan melepaskan tambahan energi dari coconut oil.

Gambar 1. Jumlah limfosit ayam yang divaksinasi AI dan tidak divaksinasi AI setelah pemberian VCO pada dosis 0, 5, 10 dan 15 mL/kg pakan

Jalur ketiga, berhubungan dengan VCO terutama asam laurat yang dapat dikonversi menjadi monolaurin atau gliseromonolaurat yang mampu meningkatkan sensitivitas limfosit terhadap reseptor IL-2 sehingga terjadi lymphoproliferation karena IL-2 merupakan cytokine yang disekresi oleh limfosit

(23)

Seminar Nasional Biologi 2013

Peran Biologi dalam Meningkatkan Produktivitas yang Menunjang Ketahanan Pangan

22

Th dan Tc yang akan menstimulasi proliferasi limfosit T. Peningkatan jumlah limfosit sebagai akibat pemberian VCO, terutama pada dosis 10 mL/ kg pakan, akan mempengaruhi jumlah Th-CD4 dan aktivitas fagositosis makrofag.

EFEK TERHADAP AKTIVITAS FAGOSITOSIS MAKROFAG

Makrofag merupakan pertahanan pertama dalam melawan penyakit, dan aktivitas fagositosis makrofag akan meningkat dengan adanya antibodi, karena antibodi ini berperan sebagai opsonin [16]. Pemberian VCO sebesar 10mL/ kg pakan pada ayam yang divaksin AI mampu meningkatkan persentase aktivitas fagositosis makrofag dibanding dengan ayam yang tanpa pemberian VCO [17].

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa VCO potensial sebagai agent antivirusdan antibakteri [18].

Asam lemak dalam VCO juga potensial sebagai antivirus [19] dan sebagai imunostimulant [20]. Asam

lemak jenuh pada VCO terutama asam palmitat dan asam miristat merupakan komponen phospholipid dari sel T, sehingga penurunan jumlah limfosit T dapat diperbaiki dengan pemberian asam palmitat maupun asam miristat [2]. Meningkatnya limfosit menyebabkan jumlah antigen yang dapat diproses meningkat dan titer antibodi yang dihasilkan menjadi lebih tinggi sehingga terjadi peningkatan aktivasi fagositosis makrofag [5].

Vaksinasi mendatangkan respons antibodi humoral dan intensitas respon antibodi berbeda-beda pada tiap spesies aves. Respons imun terhadap protein neuraminidase dapat berkontribusi untuk perlindungan, tapi kekebalan terhadap protein internal virus umumnya tidak protektif [21]. Respons antibodi humoral merupakan sumber utama perlindungan. Antibodi terhadap protein HA merupakan antibodi yang paling penting karena dapat menetralkan virus dan mencegah virus memulai infeksi. Netralisasi meliputi pemblokiran ikatan virus ke sel inang dan dapat bekerja pada proses lain yang terlibat dalam masuknya virus. Antibodi terhadap protein NA memiliki beberapa efek perlindungan karena berperan untuk memperlambat penyebaran virus [22]. Vaksinasi flu burung pada ayam juga terbukti meningkatkan jumlah limfosit Th [23], dan virus flu burung juga terbukti meningkatkan aktivasi limfosit ayam [24]. Pada cell-mediated immune responses, sel T bereaksi secara langsung melawan antigen yang telah dipresentasikan ke permukaan sel. Sel T dapat membunuh virus karena virus dipresentasikan ke permukaan sel inang sebagai viral antigen. Pada kasus yang berbeda, sel T memproduksi signal molekul yang mengaktivasi makrofag untuk membunuh mikroorganisme melalui proses fagositosis [25]. Fagositosis merupakan fase akhir pemusnahan mikroorganisme, virus yang sudah ada di dalam sel dibunuh dan dipecah oleh lisosom. Nurisi dan sejumlah faktor lingkungan mampu memodulasi fungsi makrofag [26].

EFEK TERHADAP JUMLAH LIMFOSIT DAN CD4

Ayam mempunyai dua jenis limfosit utama yaitu limfosit B atau sel B dan limfosit T atau sel T. Sel B dan sel T terspesialisasi bagi jenis antigen yang berlainan dan kedua jenis sel tersebut melakukan aktivitas pertahanan yang berbeda namun saling melengkapi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa peran limfosit penting didalam perlindungan tubuh ayam terhadap infeksi. Limfosit B berasal dari bursa fabricius yang akan membuat antibodi sedang limfosit T berasal dari thymus dan berkembang menjadi sel T [3]. Limfosit Th (T-helper) akan mengenali antigen melalui MHC kelas II (major histocompatibility complex) yang terdapat pada permukaan sel makrofag [27]. MHC berperan sebagai molekul penyaji antigen bagi sel T sedang makrofag bertindak sebagai

antigen presenting cell (APC). Interaksi antara Th dengan APC akan semakin meningkat dengan adanya protein permukaan sel T yang disebut CD 4 (cluster of differentiate) yang terdapat pada sebagian besar sel T helper [28].

Pemberian VCO sebesar 10 mL/kg pakan pada ayam yang divaksin AI maupun yang tidak divaksin AI mampu meningkatkan jumlah limfosit tetapi kemudian jumlah limfosit mengalami penurunan pada pemberian VCO 15 ml/kg pakan. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemberian VCO meningkatkan proliferasi limfosit melalui pembentukan phospholipid serta terjadinya stimulasi pada receptor IL-2. Peningkatan jumlah limfosit juga terjadi akibat interaksi pemberian vaksin dan VCO, karena peningkatan T limfosit yang distimulasi oleh pemberian VCO akan meningkatkan Th yang selanjutnya akan menstimulasi sekresi antibodi dari sel B limfosit. Penurunan jumlah limfosit pada pemberian VCO 15 ml/kg pakan, karena terjadinya perubahan struktur lipid yang akan merubah

Referensi

Dokumen terkait

Ketahanan  pangan  nasional  tersebut  dapat  dilakukan  dengan  mengembangkan  sistem  pembangunan  pertanian  dan  perdesaan  terpadu,  dimana  pengembangan 

Skripsi ini menjelaskan tentang peran dari organisasi pangan dan pertanian terhadap ketahanan pangan indonesia, sepak terjang FAO membantu masalah pangan di indonesia..

Pengambilan tema &#34;PEMANFAATAN SUMBER DAYA LOKAL MENUJU KEMANDIRIAN PANGAN NASIONAL&#34; pada kegiatan seminar nasional yang ke-5 Fakultas Pertanian Universitas

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala Rahmat dan Berkat- Nya, sehingga prosiding hasil Seminar Nasional Biologi XXIV tahun 2017 dengan

Gusti R Sadimantara dan Muhidin (Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo) Upaya Peningkatan Produktivitas Padi Menuju Swasembada Pangan Berkelanjutan

Seminar Nasional Biologi 2013 diselenggarakan pada tanggal 22 dan 23 Desember 2013 di Banda Aceh, dengan tema “Peranan Biologi dan Pembelajarn Berdasarkan kurikulum 2013

ISBN 978-602-18237-1-2 Seminar Nasional Biologi & Pembelajaran Biologi Rehena, J.F Ambon, 26 Oktober 2017 92 Bionomik Nyamuk Anopheles serta Hubungannya dengan Prevalensi dan Case

Referensi terkait indikator dari variabel eksogen atau endogen No Sumber Variabel Indikator 1 Badan Ketahanan Nasional 2014 Ketahanan pangan Ketersediaan,