• Tidak ada hasil yang ditemukan

Catur Rahayu 1 , Tyas Rini S 1 , Tri Retnaningsih S 1 , Isroli 2

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 2. Rataan konsumsi pakan puyuh. Perlakuan Kunyit Ransum P0 P1 P2 Rata-rata ... gr/hr ... ... RA 26,93a 28,72a 20,11b 26,01a RB 31,51a 39,29c 20,02b 30,28b Rata-rata 29,22a 34,00b 20,07c

Keterangan : superskrip yang berbeda antar perlakuan menunjukkan berbeda nyata (P<0,05). Superskrip yang berbeda pada kolom dan baris rata-rata menunjukkan berbeda nyata (P<0,05).

Secara terpisah, pemberian kunyit pada ransum A dan ransum B menunjukkan ada pengaruh pengaruh nyata (P< 0,05) terhadap konsumsi pakan puyuh. Pemberian tepung kunyit pada saat puyuh berumur 14 hari menurunkan konsumsi pakan pada puyuh. Fenomena ini terkait dengan respon fisiologis tubuh yakni mekanisme adaptasi sel yang mendapatkan zat aditif. Pemberian kunyit dari sebelum masak kelamin (14 hari) secara terus menerus sampai akhir penelitian (240 hari) telah

Seminar Nasional Biologi 2013

Peran Biologi dalam Meningkatkan Produktivitas yang Menunjang Ketahanan Pangan

48

mengalami adaptasi metabolisme sehingga pemberian kunyit dapat mengefektifkan energi metabolisme sehingga dengan kalori yang tidak terlalu banyak tubuh sudah mampu memenuhi kebutuhan energi untuk melakukan maintenance homeostasis serta proses sintesis (anabolisme) zat-zat yang dibutuhkan sel-sel tubuh puyuh. Akibatnya, walaupun konsumsi P2 rendah namun menghasilkan bobot badan yanh sama (Tabel 4.3). Hal ini sesuai denganYuniusta et al. (2007) kunyit membantu proses metabolisme enzimatis pada tubuh puyuh karena mengandung senyawa kurkuminoid dan minyak atsiri.

Kunyit juga mengandung nutrien karbohidrat sebesar 57% dan serat kasar 7% (Natarjan dan Lewis, 1980) sehingga menjadikan persentase karbohidrat dan serat kasar pada kedua ransum menjadi meningkat yang berefek pada puyuh menjadi lebih cepat kenyang dan berhenti makan.

Rasyaf (1984) menyatakan bahwa tingginya tingkat protein yang dibutuhkan pada masa pertumbuhan digunakan untuk pembentukan jaringan-jaringan yang baru. Setelah dewasa, puyuh makan lebih banyak, sehingga makanan yang mengandung protein itu juga masuk lebih banyak. Ransum untuk periode lawyer tingkat protein dikurangi karena protein digunakan untuk mengganti jaringan-jaringan yang telah rusak dan pembentukan telur bukan untuk perkembangan jaringan [4]. Penambahan tepung kunyit didalam ransum selama satu bulan sejak puyuh berumur 210 hari (P1), menghasilkan peningkatan jumlah konsumsi ransum apabila dibandingkan dengan P0. Konsumsi pakan pada P1 yang lebih tinggi daripada P0 disebabkan oleh faktor ternak itu sendiri terhadap pakan dan faktor lingkungan.

Tabel 3. Rataan konsumsi minum puyuh. Perlakuan Kunyit Ransum P0 P1 P2 Rata-rata ... ml/hr ... ... RA 57,00 75,28 68,25 66,72 RB 51,11 64,66 66,69 60,82 Rata-rata 54,48a 70,73b 67,47ab

Keterangan : Superskrip yang sama pada baris rata-rata menunjukkan berbeda nyata (P<0,05).

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh interaksi antara jenis pakan yang berbeda dengan pemberian kunyit pada konsumsi minum puyuh. Secara terpisah, perlakuan pemberian tepung ikan juga menunjukkan hasil analisis pemberian tepung ikan pada ransum (RA dan RB) tidak berpengaruh terhadap konsumsi minum.

Pada perlakuan pemberian kunyit terdapat pengaruh nyata (P<0,05) terhada konsumsi minum. Kunyit dapat meningkatkan konsumsi minum secara nyata. Perbedaan nilai rataan pada waktu pemberian kunyit yang berbeda dapat disebabkan oleh efek kunyit yang mampu meningkatkan laju metabolisme sel tubuh, ketika metabolisme meningkat maka air yang didalamnya mengandung ion oksigen, hidrogen sekaligus pelarut zat-zat nutrien akan cenderung meningkatkan konsumsinya. Faktor lingkungan yang mungkin mempengaruhi konsumsi minum adalah temperatur. Temperatur juga mempengaruhi laju metabolisme basal tubuh. Konsumsi minum sama halnya dengan konsumsi makan, dimana puyuh akan terus minum sampai kebutuhan air terpenuhi

Keberadaan air minum dalam jumlah cukup sangat dibutuhkan oleh ternak unggas agar produksi dan pertumbuhan optimum unggas dapat tercapai, terutama untuk homestasis (menjaga metabolisme basal tubuh), sehingga vital bagi pembentukkan telur dan oviposisi, serta pertumbuhan dan perkembangan unggas menjadi optimum. Oleh sebab itulah pada penelitian ini rata-rata konsumsi air minum puyuh pada penelitian ini cukup tinggi dibandingkan dengan pustaka. Rataan suhu selama penelitian menjadikan puyuh mengkonsumsi air minum dalam jumlah banyak agar dapat menjaga metabolisme basal dan homestasis tubuh.

Hasil analisis statistik data pada tabel . menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh simultan (interaksi) antara ransum yang berbeda dengan waktu pemberian kunyit pada bobot tubuh puyuh. Secara terpisah, baik perlakuan jenis ransum maupun kunyit, tidak berpengaruh terhadap rataan bobot puyuh tersebut.

Seminar Nasional Biologi 2013

Peran Biologi dalam Meningkatkan Produktivitas yang Menunjang Ketahanan Pangan

49

Tabel 4 Rataan bobot tubuh puyuh.

Keterangan : superskrip yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata (P>0,05).

Data tersebut menunjukkan bahwa puyuh itu diberi perlakuan pemberian kunyit maupun tidak diberi dalam durasi waktu berbeda tidak menyebabkan perbedaan bobot tubuh baik yang diberi ransum tanpa tepung ikan (RA) maupun yang diberi ransum mengandung tepung ikan (RB). Adapun penyebabnya adalah pengukuran bobot badan dilakukan pada umur dewasa, sehingga puyuh yang mempunyai laju pertumbahan cepa maupun lambat telah mencapai bobot maksimal. Selain itu, kandungan energi metabolisme dan nutrien lain yang nilainya tidak terlalu jauh berbeda antara kedua jenis ransum dan sudah mencukupi kebutuhan nutrien puyuh diduga menjadi penyebab bobot badan puyuh pada semua jenis perlakuan menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Beberapa faktor yang mempengaruhi bobot badan antara lain total konsumsi nutrien yang diperoleh setiap hari, jenis ternak, umur, keadaan genetik, kondisi lingkungan setiap individu.

Perbedaan ransum (ransum A dan ransum B) tidak menyebabkan perbedaan rata-rata bobot tubuh puyuh, karena ransum A dan B berbeda dalam kandungan protein (RA = 22,76 %, RB= 25,19%), sedangkan protein ransum tersebut berlebih dan telah mencukupi kebutuhan protein puyuh dewasa sebesar 20%. Kelebihan protein pakan tidak dapat terserap dan akan di ekskresikan keluar oleh tubuh. Djulardi (2006) menyatakan bahwa zat-zat makanan yang berasal dari pakan akan dicerna dan masuk melalui kapiler-kapiler hati, sebagian asam-asam amino dan hasil-hasil zat yang mengandung nitrogen akan dibawa ke ginjal untuk di ekskresikan, dan sebagian yang lain untuk pembentukan protein telur, bulu, dan jaringan. Sisa dari energi akan disimpan dalam jaringan kulit sehingga akan menyebabkan pertambahan bobot badan.

Tabel 5.Diameter Glomerulus

Keterangan : superskrip yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata (P>0,05).

Hasil uji lanjut duncan adalah tidak ada perbedaan signifikan pemberian kunyit, tepung ikan, maupun interaksinya Fenomena ini menunjukkan bahwa kunyit dalam dosis 54 mg/hari/ekor yang diberikan secara kronik bersifat tidak toksik terhadap jaringan pada ginjal sehingga dapat dijadikan suplemen pakan yang aman.

Gambar 1. Foto-foto Perlakuan A Preparat histologi nefron puyuh dengan perbesaran 100x20 µ Perlakuan Kunyit Ransum P0 P1 P2 Rata-rata ... gr ... ... RA 170,00a 182,67a 181,33a 178,00a RB 177,67a 178,00 a 173,00a 176,22a Rata-rata 173,83a 180,33a 177,17a Perlakuan Kunyit Ransum P0 P1 P2 Rata-rata ... gr/hr ... ... RA 97,53a 100,7a 89,30a 95,61a RB 94,39a 82,28a 102,94a 93,20a Rata-rata 97,01a 94,09a 91,57a

Seminar Nasional Biologi 2013

Peran Biologi dalam Meningkatkan Produktivitas yang Menunjang Ketahanan Pangan

50

Gambar 1. Foto-foto Perlakuan B Preparat histologi nefron puyuh dengan perbesaran 100x20 µ Berurutan dari kiri ke kanan P0,P1,P2

Hasil analisis histologi dari foto-foto preparat ginjal terlihat perlakuan kunyit memacu proliferasi se-sel glomerulus. Gambar yang ditunjuka adalah glomerulus. Kunyit dapat memacu proliferasi sel-sel glomerulus namun tidak menyebabkan pertambahan diameter sel-sel-sel-sel glomerulus. Peningkatan jumlah sel glomerulus karena terjadi peningkatan konsumsi minum sehingga membutuhkan unit ekskresi yang lebih untuk menyaring darah.

SIMPULAN

1. Perbedaan ransum (ransum A dan ransum B) berpengaruh nyata terhadap rataan konsumsi pakan puyuh serta , akan tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap rataan bobot tubuh dan diameter glomerulus.

2. Pada rataan konsumsi minum, periodisasi penambahan tepung kunyit berpengaruh nyata, sedangkan rataan perbedaan ransum menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata

3. Pemberian tepung ikan dan tepung kunyit pada ransum menunjukkan adanya pengaruh simultan (interaksi) terhadap rataan konsumsi pakan puyuh, sedangkan pada bobot tubuh dan diameter glomerulus tidak terdapat interaksi.

4. Berdasarkan hasil penelitian kunyit mampu mengoptimalkan metabolisme tubuh.Pemberian kunyit pada puyuh mempengaruhi konsumsi minum dan prolifreasi sel glomerulus pemberian kunyit dan tepung ikan tidak mempengaruhi konsumsi pakan dan bobiot tubuh kunyit bersifat tidak toksik sehingga dapat digunakan untuk suplemen dalam pakan puyuh..