• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Matematika UNDIP Jl. Prof. Sudharto, SH Tembalang Semarang 50275

ABSTRAK

Dalam mempertahankan keamanan pangan pada pembangunan nasional yang berkelanjutan, diperlukan perhatian pada pangan yang berasal dari laut (seafood) termasuk kerang hijau (Perna Viridis

Linnaeus) dari ancaman bahaya logam berat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa kandungan logam

berat Pb pada kerang hijau (Perna Viridis Linnaeus) di beberapa pasar di kota Semarang, Jawa Tengah. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2011 - Maret 2012. Metode penelitian dengan sistematik random sampling pada 10 pasar di kota Semarang. Analisa data yang digunakan adalah Analisis Deskriptif dengan membandingkan kandungan Pb pada kerang hijau dengan ketentuan menurut SNI (2009). Uji kandungan logam berat dianalisis menggunakan atomic absorption spektrometer (AAS) di laboratorium Kimia Analitik Universitas Diponegoro. Hasil penelitian menunjukkan adanya kandungan logam berat (Pb) pada daging kerang hijau berkisar antara 39,7619 mg/kg - 55,0481 mg/kg dan telah melebihi nilai ambang batas yang ditentukan oleh SNI:1mg/kg

Kata kunci : Logam berat timbal (Pb), kerang hijau (Perna Viridis Linnaeus), pasar kota Semarang

1. PENDAHULUAN

Berkembang pesatnya industri di daerah Semarang telah mengakibatkan timbulnya pencemaran lingkungan, termasuk tercemarnya perairan yang ada pada daerah dekat kawasan Industri. Pencemaran ini mengakibatkan penurunan kualitas air baik secara fisik, kimia, maupun biologi. Perairan yang tercemar dapat mengakibatkan biota yang hidup di perairan tersebut terkontaminasi oleh zat pencemar yang dapat berdampak negatif pada biota perairan, termasuk ikan, kekerangan, dan biota lainnya sebagai bahan makanan yang konsumsi masyarakat (Adjtas, 2008).

Bahan pencemar yang sangat potensial berasal dari limbah logam berat, termasuk logam berat Pb, Cd, maupun Cr (Nanik, 2008), akan terakumulasi pada biota, salah satunya adalah kerang hijau (Perna viridis ). Hal ini disebabkan cara makan dari kerang hijau adalah dengan cara menyaring air atau filter feeder. Sifat kerang lebih banyak menetap (ceccile) dan bukan termasuk organisme migratori, sehingga biota ini sering digunakan sebagai hewan uji dalam pemantauan tingkat akumulasi logam berat pada organisme laut. Salah satu logam berat yang berbahaya adalah Pb yang merupakan logam berat non essential bersifat nuerotoksik dan bisa mengalami bioakumulasi. Logam berat Pb dapat terakumulasi dan tinggal dalam jaringan tubuh organisme dalam jangka waktu lama sebagi racun yang terakumulasi (Jimmy, 2002).

Jenis kerang hijau (Perna viridis) yang dijual di beberapa pasar Semarang pada umumnya berasal dari Pantai Utara Semarang dan sekitarnya, untuk itu perlu diadakan penelitian apakah kerang hijau yang dijual di pasar Semarang telah mengandung logam berat, khususnya logam berat Pb dan apakah telah terjadi bioakumulasi yang sudah melebihi batas ambang yang ditentukan SNI 2009.

2. METODA PENELITIAN

Penelitian ini dimulai pada bulan Agustus 2011 sampai dengan Maret 2012. Lokasi pengambilan sampel menggunakan sistematik random sampling yaitu pada 10 pasar di Kota

Seminar Nasional Biologi 2013

Peran Biologi dalam Meningkatkan Produktivitas yang Menunjang Ketahanan Pangan

151

Semarang, yang dianggap mewakili berbagai kecamatan di kota Semarang, Propinsi Jawa Tengah. Sepuluh pasar tersebut yaitu Pasar Langgar, Pasar Karang Ayu, Pasar Johar, Pasar Genuk, Pasar Gayamasari, Pasar Bom Lama, Pasar Peterongan, Pasar Banyumanik, Pasar Pedurungan, Pasar Sampangan. Pengambilan sampel kerang hijau di pasar dengan cara membeli pada masing-masing pasar sebanyak 500 gr. Sampel kerang yang sudah diperoleh dari penjual kemudian dimasukkan kedalam plastik lalu dicuci dengan air untuk membersihkan kerang dari batu, kerikil, dan kotoran yang menempel. Sampel direbus menggunakan air mendidih untuk memisahkan bagian cangkang dan daging kerang. Daging kerang diambil sebanyak 50 gr, kemudian dioven pada suhu 100 ºC sampai mendapatkan berat kering (Radojevic and Bashin,1999). Sampel kerang kemudian dianalisis kandungan Pb nya menggunakan alat Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS) di Laboratorium Kimia Analitik Universitas Diponergoro Semarang. Analisis data kandungan logam berat Pb secara deskriptif kuantitatif yaitu kandungan Pb yang diperoleh dibandingkan dengan nilai ambang batas kandungan Pb ditentukan oleh SNI tahun 2009.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kerang hijau (Perna viridis) merupakan salah satu jenis kerang yang termasuk golongan molusca yang pada umumnya hidup di laut. Kerang hijau umunya menempel pada substrat yang keras seperti kayu, batu, atau lumpur keras dengan bantuan byssus. Kerang hijau merupakan kerang yang mempunyai cangkang yang tipis, keduanya simetris dan umbonya melengkung kedepan. Cangkang berukuran lebih panjang daripada umbonya (Vakily, 1989).

Sifat kerang yang umumnya hidup menetap di dasar perairan dan cara makannya secara filter feeder, sehinggga mempunyai kemampuan untuk mengakumulasi bahan-bahan polutan seperti bakteri dan logam berat. Hal itulah yang menyebabkan kelas bivalvia ini dapat mengakumulasi logam berat Pb yang tinggi seperti yang ditemukan di beberapa pasar di kota Semarang (Tabel 1).

Tabel 1: Hasil analisis logam berat Pb pada daging kerang hijau (Perna viridis)

Lokasi Sampling Ulangan

(ppm) Ulangan (ppm) Ulangan (ppm) Rata-Rata (ppm) Pasar Langgar 55.5288 54.5673 55.2885 55.0481

Pasar karang Ayu 58.6364 54.7727 55.9091 56.3636

Pasar Johar 55.2885 56.7308 55.5288 55.7692

Pasar Genuk 48.3796 50.0000 46.2963 48.1481

Pasar Gayamsari 39.5238 43.8095 41.9048 41.6667

Pasar Bom Lama 41.7431 38.5321 40.5963 40.3669

Pasar Peterongan 45.7944 45.5607 44.3925 45.0934

Pasar Banyumanik 54.0000 50.7000 54.3000 53.1000

Pasar Pedurungan 39.0476 40.2381 39.7619 39.7619

Pasar Sampangan 41.2621 38.3495 41.5049 40.5339

Sebenarnya kerang hijau merupakan kerang yang mempunyai kandungan nutrisi yang tinggi membantu meningkatkan kesehatan dan memberikan perlindungan terhadap kanker usus besar. Merupakan sumber yang sangat baik untuk Vitamin B12 yang dapat membantu pembentukan sel darah merah dan diperlukan untuk metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Kerang hijau mengandung asam lemak Omega 3 yang dapat mengurangi timbulnya sindrom pramenstruasi, memperlambat pertumbuhan tumor, kanker, membantu mencegah arthritis dan mengatasi gangguan kulit. Kerang hijau pada saat ini sudah banyak yang diekspor pada berbagai mancanegara terutama ke daerah Eropa, salah satu yang berhasil mengembangkan budidaya domestik untuk kerang hijau adalah Banten dan Cirebon.

Namun demikian, terjadinya pencemaran oleh loham Pb khususnya di lingkungan perairan menyebabkan terakumulasinya logam tersebut pada daging kerang hijau, seperti yang terlihat pada Tabel 1. Logam Pb adalah logam yang lunak kebiruan atau kelabu keperakan yang lazim terdapat pada endapan sulfit yang tercampur mineral-mineral lain terutama seng dan tembaga. Logam Pb

Seminar Nasional Biologi 2013

Peran Biologi dalam Meningkatkan Produktivitas yang Menunjang Ketahanan Pangan

152

biasannya digunakan dalam produksi baterai penyimpan untuk mobil, produk-produk logam, amunisi, pelapis kabel, dan solder, bahan kimia pewarna, dan lain-lainnya (Palar, 2008).

Jika masuk ke dalam tubuh organisme, logam Pb merupakan logam yang bersifat neurotoksin dan terakumulasi dalam tubuh manusia dan hewan sehingga dapat menimbulkan bahaya dalam tubuh semakin meningkat. Menurut Underwood dan Day (2001), Pb biasannya dianggap sebagai racun yang bersifat akumulatif tergantung levelnya. Logam berat Pb yang terlarut dalam badan perairan pada konsentrasi tertentu akan berubah fungsi menjadi sumber racun bagi organisme perairan. Daya racun yang ditimbulkan oleh logam berat Pb terhadap semua biota perairan tidak sama, namun kehancuran dari satu kelompok dapat menjadikan terputusnya mata rantai kehidupan.

Terjadinya pencemaran logam Pb khususnya di lingkungan perairan kebanyakan bersumber dari aktifitas manusia yang mengekstrasi dan mengeksploitasi logam tersebut, seperti hasil buangan limbah pabrik, industri dan lain-lain. Logam Pb biasanya mengalami proses biotransformasi dan bioakumulasi dalam organisme hidup, masuk ke dalam tubuh pada saat mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi logam tersebut. Kandungan dalam jaringan terus meningkat sesuai dengan kenaikan konsentrasi Pb dalam air dan lamanya organisme tersebut berada dalam perairan yang tercemar Pb. Hal ini disebabkan karena organisme air tidak mampu meregulasi Pb yang masuk kedalam tubuh organisme (Darmono, 1996).

Berdasarkan hasil penelitian kandungan Pb pada kerang hijau yang diambil dari beberapa pasar di Semarang, ternyata kandungannya tinggi berkisar antara 39,7619 mg/kg – 55,0481 mg/kg. Jika dibandingkan dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) 2009, kadar maksimum Pb pada kekerangan: 1 mg/kg, yang berarti kerang hijau yang ditemukan pada beberapa pasar disemarang telah melebihi batas ambang yang ditentukan. Menurut standart WHO kandungan Pb yang ditemukan pada kerang hijau ini, telah melebihi batas ambang yang ditentukan, karena batas konsumsi daging kerang yang mengandung Pb per minggunya untuk orang dewasa sebesar 50 µg/kg berat badan dan untuk anak-anak 25µg/kg berat badan. Berdasarkan data tersebut diatas maka diperlukan penanganan lebih lanjut untuk kerang yang diambil dari berbagai pasar di kota Semarang yaitu harus dilakukan proses purifikasi (pencucian) agar sebelum dikonsumsi oleh masyarakat, kerang tersebut bebas dari logam berat Pb.

SIMPULAN DAN SARAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerang hijau yang berasal dari 10 pasar di kota Semarang telah mengandung logam berat Pb yang tinggi dan sudah melebihi batas ambang konsumsi mingguan yang ditetapkan oleh WHO.

SARAN

 Logam berat Pb sangat berbahaya bersifat neurotiksin sehingga jika ingin mengkonsumsi kerang hijau yeng berasal dari pasar Semarang diperlukan proses purifikasi terlebih dahulu.  Perlu penelitian lebih lanjut pemasaran dari kerang hijau yang mengandung logam berat Pb

mulai dari sumber pengambilannya sampai pada konsumen pemakainya.

 Perlu penelitian lebih lanjut bagaimana proses purifikasi yang tepat untuk mengamankan kerang hijau dari bahaya logam berat khususnya Pb.

UCAPAN TERIMA KASIH

Saya ucapkan terima kasih kepada Laboratorium Ekologi dan Biosistematik yang telah memberikan fasilitas dalam penelitian ini dan ucapan terima kasih juga kepada Laboratorium Kimia Analitik FSM UNDIP yang membantu didalam analisis kandungan logam berat serta kami ucapkan juga kepada Saudara Chairil Insani yang telah membantu di dalam pengambilan data di lapangan.

DAFTAR PUSTAKA

[1]. Atdjas, D. 2008. Dampak Kadar Cadmium (Cd) dalam Tubuh Kerang Hijau (Perna viridis) Didaerah Tambak Muara

Seminar Nasional Biologi 2013

Peran Biologi dalam Meningkatkan Produktivitas yang Menunjang Ketahanan Pangan

153

[2]. Badan Standarisasi Nasional, 2009. SNI Nomor 3460.1-2009 mengenai Syarat Mutu dan keamanan Pangan. Senayan-Jakarta.

[3]. Darmono. 1995. Logam Dalam Sistem Makhluk Hidup. Ui Press: Jakarta

[4]. _______, 2011. Lingkungan Hidup dan Pencemaran: Hubungannya Dengan Toksikologi Senyawa Logam. UI Press: Jakarta.

[5]. Jimmy, M. dan Asnawati. 2002. Profi Kandungan Logam Berat Kadmium (Cd) dan Krom (Cr) dalam Daging Kupang

Beras (Tellina versicolor). Jurusan Kimia FMIPA Universitas Jember: Jember.

[6]. Nanik, H.S. 2008. Kandungan Chromium pada Perairan, Sedimen, dan Kerang Darah (Anadara granosa) di wilayah Pantai Sekitar Muara Sungai Sayung, Desa Morosari Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Bioma Vol. 10, No,2, Hal 53-56.

[7]. Palar, H.2008. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta: Jakarta.

[8]. Radojevic, M. And V.N. Bashin,1999. Practical Environment Analysis. The Royal Society of Chemistry, Cornwall,U.K. [9]. Underwood, A.L. dan Day, R.A., (2011), “Analisis Kimia Kuantitatif”, Edisi VI, Penerbit Erlangga, Jakarta.

[10]. Vakily, J.M. 1989. The Biological and Culture of Mussels of The Genus Perna. Manila.

[11]. World Health Organization (WHO). 2006. Evaluation of certain food contaminant: sixty-fourth report of the Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives. Rome: Italy.

Seminar Nasional Biologi 2013

Peran Biologi dalam Meningkatkan Produktivitas yang Menunjang Ketahanan Pangan

154