• Tidak ada hasil yang ditemukan

Total copepoda yang berhasil diidentifikasi sebanyak 24 jenis yang terdiri dari 18 jenis

calanoida, satu jenis poecilostomatoida, tiga jenis cyclopoida, dan dua jenis harpacticoida. Jenis-jenis copepoda di perairan Pesisir Pemalang secara lebih lanjut tersaji pada Tabel 1a dan b.

Tabel 1a. Jenis-Jenis Copepoda di Perairan Pesisir Kabupaten Pemalang (Oktober-November 2012), Jawa Tengah.

Ordo Spesies Oktober 2012 November 2012

St1 St2 St3 St4 St5 St6 St7 St8 St9 St10

Calanoida Candacia discaudata - - - - - - - - -

Undinula vulgaris - - - - - - - - - Canthocalanus pauper - - - - - Centropages brevifurcus - - - - - Centropages furcatus - - - - - - Pseudodiaptomus incisus - - - - Acartia erythrea - - Acartia Pacifica Pontella tridactyla - - - - - - Pontellopsis inflatodigitata - - - - - - - - Temora discaudata - - - - - - Tortanus forcipatus - - - - - Labidocera javaensis - - - Calanopia discaudata - - - - Parvocalanus crassirostris - - Acrocalanus gibber Subeucalanus subcrassus - Subeucalanus crassus - - - - - - -

Poecilostomatoida Corycaeus asiaticus -

Cyclopoida Oithona brevicornis - - - -

Copilia quadrata - - - - - - - - -

Sapphirina sp - - - - - - - - -

Harpacticoida Euterpina acutiforns - - - - - - -

Microsetella sp - - - - - -

Total jenis 12 11 13 18 11 12 13 10 12 10

Tabel 1a. Jenis-Jenis Copepoda di Perairan Pesisir Kabupaten Pemalang (Januari-Februari 2013), Jawa Tengah.

Ordo Spesies Januari 2013 Februari 2013

11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Calanoida Candacia discaudata - - -

Undinula vulgaris - - - - - - Canthocalanus pauper - - Centropages brevifurcus - - - - - Centropages furcatus - - - - - - - Pseudodiaptomus incisus - - - - Acartia erythrea - Acartia Pacifica - - - - Pontella tridactyla - - - Pontellopsis inflatodigitata - - - - - Temora discaudata - - - - - Tortanus forcipatus - - - - - - - - Labidocera javaensis - - - - Calanopia discaudata - - - - - - - - - - Parvocalanus crassirostris - - - - - - - - Acrocalanus gibber Subeucalanus subcrassus - - - Subeucalanus crassus - - - - - - - - -

Poecilostomatoida Corycaeus asiaticus

Cyclopoida Oithona brevicornis

Copilia quadrata - - - - - - - -

Sapphirina sp - - - - - - - - - -

Harpacticoida Euterpina acutiforns - - -

Microsetella sp - - -

Total Jenis 10 12 11 12 10 12 18 15 17 12

Seminar Nasional Biologi 2013

Peran Biologi dalam Meningkatkan Produktivitas yang Menunjang Ketahanan Pangan

120

Berdasarkan Tabel 1, terlihat bahwa pada umumnya copepoda yang ada di perairan pesisir Kabupaten Pemalang termasuk copepoda estuarin dan neritik meskipun beberapa diantaranya terdapat jenis Copepoda oseanik seperti Undinula vulgaris, Subeucalanus crassus dan S. subcrassus. Hal ini sesuai dengan Arinardi et al., (1997) yang menyatakan bahwa Copepoda jenis neritik menjadi kelompok dominan di perairan Laut Jawa. Copepoda di perairan pesisir Kabupaten Pemalang sebagian besar merupakan Copepoda neritik meskipun ada beberapa yang termasuk jenis oseanik. Hal ini terkait dengan lokasi penelitian yang termasuk perairan pesisir (estuarin) dan terdapat sungai besar dari Desa Mojo sehingga massa air yang ada merupakan campuran antara massa air dari sungai dan laut yang berada di sekitarnya. Ditemukannya Copepoda oseanik jenis Subeucalanus crassus dan S. subcrassus di daerah estuarin baik pada bulan Oktober 2012 dan November 2012 (musim peralihan II) maupun pada bulan Januari 2013 dan Februari 2013 (musim barat) mengindikasikan besarnya pegaruh dari laut lepas (Laut Cina Selatan) yang mulai memasuki perairan Laut Jawa pada musim peralihan II dan semakin menguat intensitasnya pada musim barat.

Berdasarkan distribusi geografinya, komposisi copeppoda yang ditemukan di perairan pesisir Kabupaten Pemalang termasuk jenis yang distribusinya berada di Samudera Hindia dan Samudera Pasifik seperti jenis Acartia erythrea, A. Pacifica, dan Acrocalanus gibber. Hal ini diduga terkait dengan adanya arus musim. Pada bulan Juni-Agustus (musim timur) arus akan bergerak dari arah timur masuk ke barat yang membawa massa air dari Samudera Hindia melalui Laut Banda menuju ke Laut Flores dan masuk ke Laut Jawa bahkan diduga sebagian masuk ke Laut China, pada musim peralihan II (September-November) arus dari timur mulai melemah dan memasuki musim barat (Desember-Februari) arus musim barat bergerak dari Laut Cina Selatan menuju Laut Jawa dan Flores yang berlangsung secara dinamis sehingga massa air yang di dalamnya terdapat zooplankton ikut terdistribusi mengikuti perjalanan arus. Hal ini sesuai dengan Wyrkti (1961); Rahardjo & Ilahude (1965); Gordon (2005) yang menyatakan bahwa kondisi arus permukaan di Perairan Indonesia (laut terbuka) sangat dipengaruhi oleh musim termasuk perairan di sekitar Laut Jawa yang dipengaruhi oleh musim barat dan musim timur serta musim-musim peralihan diantara keduanya. Lebih lanjut Arinardi et al., (1996) menjabarkan bahwa kondisi arus musim ini disebabkan karena letak geografis Indonesia dan angin musim. Pada musim barat dan musim timur, angin berhembus dengan kecepatan mencapai 30-45 km/jam selama tiga bulan. Posisi Laut Cina Selatan, Selat Karimata, Laut Jawa, Laut Flores, Laut Banda Selatan dan Laut Arafura ternyata hampir berhimpit dengan sumbu bertiupnya angin. Sehingga pada musim barat, arus musim dari Laut Cina Selatan masuk ke Laut Jawa terus menuju ke Laut Flores, Laut Banda Selatan, Laut Arafura dan sebagai arus kompensasi ada dua yaitu satu menuju ke Samudera Pasifik dan satunya lagi menuju Samudera Hindia. Arus yang menuju ke Samudera Pasifik berasal dari Laut Flores melalui Laut Banda Utara, Laut Seram dan Laut Halmahera, sedangkan untuk arus yang menuju ke Samudera Hindia berasal dari Laut Banda Selatan lewat Laut Timor. Mulyadi (1997) melaporkan bahwa Jenis Labidocera javaensis merupakan spesies baru (new species) dari perairan Tegal. Lebih lanjut Mulyadi (2004) menjelaskan bahwa jenis Pseudodiaptomus incisus ada di Laut Jawa tetapi sebelumnya tercatat sebagai spesies endemik Laut Cina Selatan. Jenis copepoda Labidocera javaensis dan Pseudodiaptomus incisus juga ditemukan di perairan Berau, Kalimantan Timur (Fitriya, 2011). Ditemukannya jenis Pseudodiaptomus incisus di perairan Pemalang mengindikasikan bahwa distribusinya semakin menyebar tidak hanya endemik di Laut Cina Selatan. Begitu juga dengan ditemukannya jenis Labidocera javaensis di pesisir Pemalang yang sebelumnya merupakan spesies baru dari perairan Tegal, mengindikasikan bahwa distribusinya sampai ke perairan Pemalang. Hal ini sangat memungkinkan karena topografi perairannya saling berdekatan antara perairan Tegal dan perairan Pemalang.

Kelimpahan Copepoda berkisar antara 159-919 ind/m3 dengan rata-rata mencapai 438±214,2 ind/m3 (Gambar 2). Berdasarkan Gambar 2. terlihat bahwa Kelimpahan tertinggi terjadi di Stasiun 5. Lokasi tersebut terletak di daerah muara sungai dari Desa Mojo. Tingginya kelimpahan copepoda di lokasi tersebut diduga terkait dengan melimpahnya fitoplankton sebagai pakan alaminya. Calbet (2005) melaporkan bahwa pada suatu tingkat tropi dari proses ekologi, Copepoda akan memanfaatkan kondisi melimpahnya fitoplankton di perairan sebagai makanan utama. Seiring dengan blooming atau peningkatan pertama kali kelimpahan fitoplankton pada waktu itu, maka beberapa saat kemudian akan diikuti dengan melimpahnya zooplankton. Kecepatan antara pertumbuhan fitoplankton dan zooplankton akan beriringan sampai pada kondisi tertentu. Pada saat

Seminar Nasional Biologi 2013

Peran Biologi dalam Meningkatkan Produktivitas yang Menunjang Ketahanan Pangan

121

terjadi peningkatan pertumbuhan fitoplankton, kandungan unsur hara di perairan akan menurun dimana pada saat yang bersamaan atau sesaat setelah terjadi blooming fitoplankton terjadi proses rantai makanan yaitu proses pemangsaan oleh zooplankton. Lebih lanjut Asriyana & Yuliana (2012) menjabarkan bahwa biomassa zooplankton ditentukan oleh jumlah substansi atau energi yang dimanfaatkan oleh zooplankton berupa biomassa fitoplankton atau bakteri atau detritus organik.

Gambar 2. Kelimpahan Total Copepoda di Perairan Pesisir Kabupaten Pemalang (Ind/m3).

Copepoda yang mendominasi adalah ordo calanoida jenis Acartia erythrea dan dari ordo poecilostomatoida jenis Corycaeus asiaticus. Kelimpahan tertinggi Acartia erythrea mencapai 300 ind/m3 dan Corycaeus asiaticus sebesar 314 ind/m3 (Gambar 3). Terlihat bahwa Copepoda yang dominan adalah jenis Acartia erythrea, Acartia pacifica, Acrocalanus gibber, Corycaeus asiaticus, Canthocalanus pauper dan Subeucalanus subcrassus. Tingginya kelimpahan Copepoda jenis tersebut diduga terkait dengan kondisi temperatur dan salinitas di perairan yang mendukung pertumbuhannya. Mulyadi (2004) menyampaikan bahwa beberapa jenis copepoda Acartia erythrea, Acartia pacifica dan Acrocalanus gibber termasuk dalam kelompok yang lebih toleran terhadap salinitas (euryhaline). Barnes (1974) menyatakan bahwa copepoda jenis Acartia termasuk copepoda khas perairan pesisir yang ditemukan dalam jumlah yang melimpah.

Seminar Nasional Biologi 2013

Peran Biologi dalam Meningkatkan Produktivitas yang Menunjang Ketahanan Pangan

122

Gambar 3. Kelimpahan Copepoda di Perairan Pesisir Kabupaten Pemalang. SIMPULAN

Jenis-jenis copepoda di perairan pesisir Kabupaten Pemalang sebanyak 24 jenis copepoda yang terdiri dari 18 jenis calanoida, satu jenis poecilostomatoida, tiga jenis cyclopoida, dan dua jenis harpactocoida. Kelimpahan copepoda berkisar antara 159-919 ind/m3 dengan rata-rata 438±214,2 ind/m3. Kelimpahan tertinggi terjadi di Stasiun 5 (919 ind/m3) dan paling rendah di Stasiun 6 (159 ind/m3). Copepoda yang mendominasi adalah ordo calanoida jenis Acartia erythrea dan dari ordo poecilostomatoida jenis Corycaeus asiaticus. Kelimpahan tertinggi Acartia erythrea mencapai 300

Seminar Nasional Biologi 2013

Peran Biologi dalam Meningkatkan Produktivitas yang Menunjang Ketahanan Pangan

123

ind/m3 dan Corycaeus asiaticus sebesar 314 ind/m3. Hal ini mengindikasikan bahwa spesies tersebut memiliki distribusi yang luas dibanding spesies yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

[1]. Arinardi, O.H. 1990. Zooplankton di Perairan Pantai Kartini, Jawa Tengah. Oseanologi di Indonesia 23:13-23.

[2]. Arinardi, O.H., Trimaningsih., Riyono, S.H., and E. Asnaryanti. 1996. Kisaran Kelimpahan dan Komposisi Plankton

Predominan di Perairan Kawasan Tengah Indonesia. P2O-LIPI. 94pp.

[3]. Arinardi, O.H. 1997. Status pengetahuan plankton di Indonesia. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia 30: 63-95. [4]. Asriyana & Yuliana. 2012. Produktivitas Perairan. Bumi Aksara. 278hal.

[5]. Calbet, A.,Atenza, d.,Broglio, E., Alcaraz, M.,Vaque, D. 2006. Trophic Ecology of Calanoides acutus in Gerlache Strait and Bellingshausen Sea Waters (Antartica, December 2002). Polar Biol, 29:510-518.

[6]. Endrawati, H., M. Zainuri., E. Kusdiyantini., dan H.P. Kusumaningrum. 2007. Struktur komunitas copepoda di Perairan Jepara. Ilmu Kelautan 12(4):193-198.

[7]. Fitriya, N., R. Kaswadji., & Mulyadi. 2011. Komposisi kopepoda di perairan Berau, Kalimantan Timur. Oseanologi dan

Limnologi di Indonesia 37(2):355-368.

[8]. Gordon, A.L. 2005. Oceanography of The Indonesian Seas and Their Throughflow. Oceanography 18 (4): 14-18. [9]. Inoue, T., Suda, Y., Sano, M. 2005. Food habits of fishes in the surf zone of a sandy beach at Sanrimatsubara, Fukuoka

Prefecture, Japan. Ichthyological Reseacrh 52: 9-14.

[10]. Mulyadi, 1997. Three new species of pontellidae (Copepod, Calanoida) from coastal waters of Java, Indonesia.

Crustaceana 70(6):653-675.

[11]. Mulyadi. 2002. The calanoid copepods family pontellidae from Indonesian waters. With Notes on Its species-groups. Treubia, 32 :1-167.

[12]. Mulyadi, 2004. Calanoid copepods in Indonesian waters. Nagano Natural Environmental Foundation. Published by Research Centre for Biology, Indonesian Institute of Sciences, Bogor, Indonesia:195 pp.[13]. Nontji, A. 2008. Plankton

Laut. LIPI Press. Jakarta. 331p.

[14]. Rahardjo. G. and A.G. Ilahude 1965. Temperature and salinity observations in the Java Sea. Baruna Exped. I, Sect,

A.B.C (1): 77-116.

[15]. Satria, H. 2010. Distribusi, kelimpahan dan jenis-jenis plankton di lokasi sekitar rumpon dasar Pantai Utara, Pekalongan. Prosiding Semnas Biologi. Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010. 22 pp.

[16]. Syahailatua, A. 2006. Ikan-ikan suku Clupeidae di Teluk Ambon: diversitas, variasi panjang, dan kondisi relatif.

Ichthyos 5(1):7-14.

[17]. Wickstead, J.H. 1965. An introduction to the study of tropical plankton. HutchinsonTrop. Monogr: 160 hal. [18]. Wyrkti, 1961. Physical Oceanography of the Southeast Asian Waters. Naga Report 2:1-195pp.

[19]. Yamaji, I. E. 1984. Illustrations of the marine plankton of Japan. Hoikusha Publishing Co., LTD, Japan, 536pp.

[20]. Zainuri, M., H. Endrawati., Widianingsih., Irwani. 2008. Produktivitas biomassa copepoda di perairan Demak. Ilmu

Seminar Nasional Biologi 2013

Peran Biologi dalam Meningkatkan Produktivitas yang Menunjang Ketahanan Pangan

124

Kearifan Lokal Masyarakat Samin Dalam Menjaga Ketahanan