• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manfaat Program Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) Dalam Meningkatkan Ketahanan Pangan Rumah Tangga di Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Manfaat Program Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) Dalam Meningkatkan Ketahanan Pangan Rumah Tangga di Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

Manfaat Program Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) Dalam Meningkatkan Ketahanan Pangan Rumah Tangga di Kecamatan Natar

Kabupaten Lampung Selatan

Oleh

Feby Liestya Kusuma1), Fembriarti Erry Prasmatiwi2), Yaktiworo Indriani2) ABSTRAK

Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL) merupakan program yang diberikan pemerintah untuk meningkatkan kebutuhan pangan dan gizi keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) tingkat ketahanan pangan rumah tangga peserta dan non peserta program MKRPL, (2) faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat ketahanan pangan rumah tangga, serta (3) manfaat program MKRPL dalam meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pancasila Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Sampel penelitian ini adalah seluruh rumah tangga peserta program MKRPL yaitu 30 rumah tangga, serta 30 rumah tangga non peserta MKRPL yang diambil secara acak sederhana. Ketahanan pangan rumah tangga diukur dengan menggabungkan dua indikator silang antara pangsa pengeluaran pangan dan konsumsi energi rumah tangga. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan dan manfaat program MKRPL dalam meningkatkan ketahanan pangan di analisis dengan model ordinal logit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) ketahanan pangan rumah tangga yang termasuk dalam peserta program MKRPL berada dalam kriteria tahan pangan, kurang pangan, rentan pangan, rawan pangan berturut-turut adalah sebesar 16,67% , 33,33%, 20,00% dan 30,00%, sedangkan pada non peserta program MKRPL masing-masing sebesar 6,67%, 20,00%, 40,00%, dan 33,33%, (2) faktor yang berpengaruh terhadap tingkat ketahanan pangan rumah tangga adalah harga telur dan pendidikan ibu rumah tangga, (3) Program MKRPL dapat menambah ketersediaan sayuran namun belum bermanfaat secara nyata dalam meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga pada musim kemarau.

Kata Kunci : MKRPL, ketahanan pangan, rumah tangga.

(2)

BENEFIT PROGRAM OF THE MODEL OF SUSTAINABLE FOOD HOME REGION IN IMPROVING HOUSEHOLD FOOD SECURITY IN NATAR

SUB DISTRICT OF SOUTH LAMPUNG REGENCY

By

Feby Liestya Kusuma1), Fembriarti Erry Prasmatiwi2), Yaktiworo Indriani2) ABSTRACT

The Model of Sustainable food home region (MKRPL) is a program provided by the government to improve food and nutrition needs of the family. This study aims to determine (1) the level of household food security program of MKRPL participants and non-participants, (2) the factors that affect the level of household food security, and (3) MKRPL program benefits in improving household food security. The research was conducted at Pancasila Village, Natar Subdistrict of South Lampung Regency. All of the 30 MKRPL Program household participants were involved in this research, along with 30 households of non-participants taken by simple random sampling. Household food security was measured by combining the two indicators, namely food expenditure and household energy adequacy level. Factors that affect food security and the benefits of MKRPL program in improving food security was analyzed by ordinal logit model. The results showed that (1) the household food security that categorized as food secure, lack of food, food vulnerable, and food insecure of the MKRPL participant households amounted to 16.67%; 33.33%; 20.00% dan 30.00%, whereas of the non-participant was 6.67%; 20.00%; 40.00% dan 33.33%, (2) factor that influenced on the level of household food security was the price of eggs and housewife education; and (3) MKRPL program was useful in fulfilling the needs of vegetables in the rainy season, but has not been able to improve the food security of its members.

Keywords: food security, household, MKRPL

(3)

MANFAAT PROGRAM MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (MKRPL) DALAM MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA DI

KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

Oleh

Feby Liestya Kusuma

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

pada

Jurusan Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Metro pada tanggal 23 Februari 1991 dari pasangan Bapak Yuda dan Ibu Aik Cahyati. Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara. Penulis menyelesaikan studi tingkat Taman Kanak-kanak (TK) Insan Kamil Bandar Jaya tahun 1998, Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 2 Karang Endah pada tahun 2003, Tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 5

Terbanggi Besar, Lampung Tengah pada tahun 2006, dan tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 6 Kota Tasikmalaya pada tahun 2009. Pada tahun yang sama penulis diterima di Universitas Lampung Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian.

Selama menjadi mahasiswa Universitas Lampung penulis melakukan kegiatan Home Stay pada bulan Januari 2010 di Desa Bandar Sribawono Kabupaten

Lampung Timur. Pada bulan Januari 2012 penulis melaksanakan Praktek Umum di PT. PERTANI (Persero) Cabang Pemasaran Lampung, Rawa Laut dan

(7)

SAN WACANA

Assalamu`alaikum Wr.Wb

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Manfaat Program Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL) dalam Meningkatkan Ketahanan Pangan Rumah Tangga di Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan”. Penulis menyadari bahwa penulis tidak dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa bantuan, nasihat, serta saran-saran yang membangun dari

berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Fembriarti E. Prasmatiwi, M.P.sebagai pembimbing pertama sekaligus selaku ketua Jurusan Agribisnis Universitas Lampung, atas bimbingan,

masukan, arahan, dan nasihat yang telah diberikan.

2. Dr. Ir. Yaktiworo Indriani, M.Sc. selaku pembimbing kedua yang telah bersedia meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing penulis serta memberikan masukan, arahan, dan nasihat kepada penulis.

(8)

5. Kedua orangtua penulis tercinta, papa dan mama serta adik-adikku tersayang Agung Prakarsa Kusuma, Tasya Arsyita Kusuma dan Maula Rahma Kusuma yang selalu memberikan doa, semangat dan dukungan selama ini yang tak akan tergantikan oleh apapun.

6. Seluruh Dosen dan Karyawan di Jurusan Agribisnis, atas semua bantuan yang telah diberikan.

7. Sahabat seperjuangan Febriyanti, Khairunnisa Noviantari, Peni Rosepa, Yunica Safitri, Novi Kurniawati, Andy Ringgita, Citra Dara dan Willi Akbar. 8. Teman-teman Agribisnis 2009 Maya, Syaida Ahmad, Meta, Adam, Amalia

Karina, Denisa, Wayan, Rinaldy, Hilman dan seluruh Agribisnis 2009 lainnya.

9. Rekan-rekan Agribisnis 2007 – 2011 terima kasih atas segala bantuannya. 10. Teman-teman yang selalu menemani, menghibur dan memberikan semangat

Gita, Kiki, Rahma, Epui, Agata, Ani, Debaiii, Ciul, Susi.

11. Seluruh pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu per satu, semoga Allah SWT membalas semua kebaikan kalian selama ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, akan tetapi penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Wassalamu`alaikum Wr.Wb.

Bandar Lampung, Juni 2015

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 5

C. Kegunaan Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka ... 7

1. Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL) ... 7

2. Tahapan Pelaksanaan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari ... 9

3. Konsep Ketahanan Pangan ... 11

4. Pengukuran Ketahanan Pangan ... 15

a. Tingkat kecukupan konsumsi energi ... 16

b. Pangsa pengeluaran pangan ... 18

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Ketahanan Pangan ... 19

6. Manfaat Program Model Kawasan Rumah Pangan Lestari ... 20

7. Ordinal Logit ... 21

B. Kajian Penelitian Terdahulu ... 23

C. Kerangka Pemikiran ... 27

D. Hipotesis ... 28

III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional ... 30

B. Lokasi Penelitian, Responden, dan Waktu Penelitian ... 33

(10)

D. Metode Analisis Data ... 35

1. Metode Analisis Ketahanan Pangan ... 35

2. Metode Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Ketahanan Pangan ... 37

3. Manfaat Program Model Kawasan Rumah Pangan Lestari dalam Meningkatkan Ketahanan Pangan ... 41

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan ... 42

B. Keadaan Umum Kecamatan Natar ... 44

C. Keadaan Umum Desa Pancasila ... 46

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Responden ... 49

1. Umur ... 49

2. Pendidikan ... 50

3. Jumlah Anggota Rumah Tangga ... 51

4. Jenis Pekerjaan ... 52

5. Pendapatan Rumah Tangga ... 52

B. Ketahanan Pangan ... 54

1. Pangsa Pengeluaran Pangan ... 54

2. Konsumsi Energi ... 58

3. Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga ... 61

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga ... 63

1. Harga telur ... 65

2. Pendidikan ibu rumah tangga ... 66

3. Pendapatan rumah tangga ... 66

4. Jumlah anggota rumah tangga ... 66

5. Harga beras ... 67

6. Dummy keanggotaan program MKRPL... 67

D. Manfaat Program Model Kawasan Rumah Pangan Lestari ... 67

VI. KESIMPULAN A. Kesimpulan ... 70

B. Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 72

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Derajat ketahanan pangan rumah tangga tangga ... 15 2. Angka kecukupan gizi 2012 perkapita perhari menurut kelompok

umur dan jenis kelamin ... 17 3. Kajian penelitian terdahulu ... 24 4. Produksi dan luas lahan ditingkat petani berbagai komoditas tanaman

pangan di Kabupaten Lampung Selatan tahun 2011 ... 43 5. Sebaran penduduk berdasarkan desa di Kecamatan Natar 2012 ... 45 6. Sebaran luas tanam dan produksi padi dan jagung di Kecamatan Natar

Kabupaten Lampung Selatan, 2011 ... 46 7. Sebaran jumlah responden berdasarkan kelompok umur di Desa

Pancasila ... 49 8. Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan formal ... 50 9. Sebaran besar anggota rumah tangga di Desa Pancasila ... 51

10.Sebaran kepala dan ibu rumah tangga berdasarkan jenis pekerjaan

sampingan ... 52 11.Rata-rata pendapatan rumah tangga angota program MKRPL dan

non anggota MKRPL di Desa Pancasila ... 53 12.Rata-rata pangsa pengeluaran pangan dan nonpangan rumah tangga

(Rp/bln) ... 55 13.Pangsa pengeluaran pangan rumah tangga peserta dan non peserta

MKRPL di Desa Pancasil ... 57 14.Distribusi rata-rata tingkat kecukupan energi (TKE) rumah tangga

(12)

15.Distribusi konsumsi energi rumah tangga perkapita perhari ... 60 16.Distribusi rumah tangga menurut tingkat kecukupan energi di Desa

Pancasila ... 60 17.Distribusi tingkat ketahanan pangan rumah tangga di Desa Pancasila 61 18.Hasil analisis regresi ordinal logit faktor-faktor yang mempengaruhi

(13)

LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Tabel 19. Identitas responden peserta Program MKRPL ... 76

2. Tabel 20. Identitas responden non peserta Program MKRPL ... 77

3. Tabel 21. Pendapatan rumah tangga peserta Program MKRPL ... 78

4. Tabel 22. Pendapatan rumah tangga non peserta Program MKRPL .. 79

5. Tabel 23. Pengeluaran rumah tangga peserta Program MKRPL ... 80

6. Tabel 24. Pengeluaran rumah tangga non peserta Program MKRPL ... 81

7. Tabel 25. Pangsa pengeluaran pangan rumah tangga peserta Program MKRPL ... 82

8. Tabel 26. Pangsa pengeluaran pangan rumah tangga non peserta Program MKRPL ... 83

9. Tabel 27. Tingkat kecukupan energi rumah tangga responden peserta Program MKRPL ... 84

10.Tabel 28. Tingkat kecukupan energi rumah tangga responden non peserta Program MKRPL ... 85

11.Tabel 29. Pola pangan harapan (PPH) peserta Program MKRPL ... 86

(14)

13.Tabel 31. Tingkat ketahanan pangan rumah tangga peserta Program

MKRPL ... 88 14.Tabel 32. Tingkat ketahanan pangan rumah tangga non peserta Program

MKRPL ... 89 15.Tabel 33. Analisis regresi ordinal logit faktor yang mempengaruhi

ketahanan pangan rumah tangga ... 90 16.Tabel 34. Hasil analisis regresi ordinal logit faktor-faktor yang

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka pemikiran manfaat program Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL) dalam meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga petani di Desa Pancasila Kecamatan Natar Kabupaten

(16)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pertanian merupakan sektor yang dapat memberikan kontribusi cukup besar terhadap perekonomian Indonesia yang merupakan penyumbang terbesar ke dua setelah sektor industri terhadap pendapatan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Perkembangan sektor industri dalam pengolahannya juga tidak terlepas dari sektor pertanian yang merupakan bahan baku dari sektor industri.

Pertanian adalah suatu usaha atau kegiatan budidaya yang meliputi bidang tanaman, peternakan dan perikanan serta faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi produksinya seperti iklim, tanah, hama dan penyakit, dan

(17)

dengan adanya kebijakan pemerintah mengenai diversifikasi pangan maka pemerintah menganjurkan masyarakat untuk mengkonsumsi bahan makanan pokok selain beras untuk memenuhi kebutuhan gizi seimbang.

Penyelengaraan tentang pangan di Indonesia diatur oleh Undang-Undang Pangan Nomor 18 Tahun 2012 pengganti Undang-Undang No.7 tahun 1996. Undang-Undang No.18 Tahun 2012 tentang pangan mengungkapkan bahwa ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan dan budaya masyarakat untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan. Terpenuhinya pangan untuk semua rumah tangga merupakan tujuan dan sasaran dari ketahanan pangan Indonesia. Ketahanan pangan merupakan salah satu prioritas dalam pembangunan nasional. Sistem ketahanan pangan bertujuan untuk menjamin tersedianya pangan dan gizi masyarakat. Untuk mewujudkan ketahanan pangan suatu daerah maka harus ada kerjasama antara pemerintah dengan masyarakat.

Alih fungsi lahan pertanian dan pertambahan penduduk yang terjadi,

(18)

Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL) adalah suatu model rumah pangan yang dibangun dalam satu kawasan (RT/RW, desa, kecamatan) dengan prinsip pemanfaatan lahan pekarangan yang ramah lingkungan untuk

pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga, menghemat pengeluaran, dan peningkatan pendapatan, serta akan meningkatkan kesejahteraan melalui partisipasi masyarakat (Masganti dkk., 2012). Tujuan dari program MKRPL adalah untuk meningkatkan kebutuhan pangan dan gizi melalui pemanfaatan pekarangan dan mengembangkan kegiatan ekonomi produktif keluarga sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan serta menciptakan lingkungan hijau yang bersih dan sehat (Deptan, 2013).

Provinsi Lampung memiliki pekarangan yang cukup luas mencapai 239,5 ha yang dapat menciptakan ketahanan pangan dan kesejahteraan rakyat (Masganti dkk., 2012). Untuk memanfaatkan pekarangan tersebut dapat dilakukan melalui program model kawasan rumah pangan lestari (MKRPL). Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan berkoordinasi dengan pemerintah pusat,

(19)

meningkatkan daya beli rumah tangga terhadap konsumsi pangan yang lebih berkualitas.

Program MKRPL yang diterapkan di Desa Pancasila Kecamatan Natar adalah penanaman tanaman sayuran seperti selada, tomat, cabai, kemangi, terong, bayam, katuk, kangkung dan lain-lain yang ditanam di halaman rumah dengan menggunakan polybag serta budidaya ikan lele dan nila dengan kolam yang terbuat dari plastik polybag. Selain itu terdapat kebun bibit yang dikelola oleh semua anggota untuk menjaga keberlanjutan pemanfaatan pekarangan dan bibit-bibit tersebut juga dapat di jual untuk menambah uang kas kelompok.

Ketahanan pangan meliputi tiga unsur pokok yaitu ketersediaan pangan, distribusi, dan konsumsi. Sistem ketersediaan pangan mencakup pengaturan kestabilan dan kesinambungan penyediaan pangan yang berasal dari produksi dalam negeri, cadangan pangan, impor dan ekspor. Dilihat dari komponen ketersediaan, Kabupaten Lampung Selatan merupakan daerah penghasil pangan pokok antara lain padi dan jagung sehingga rumah tangga dapat langsung memperolehnya tanpa melalui pembelian. Sistem distribusi untuk menjamin aksesibilitas penduduk terhadap pangan serta stabilitas harga pangan. Sistem distribusi pada Kabupaten Lampung Selatan dapat dikatakan sudah cukup baik dilihat dari mudahnya setiap rumah tangga mendapatkan pangan dan transportasi yang sudah cukup memadai. Selain itu, hampir

seluruh penduduk merupakan petani sehingga masyarakat dapat dengan mudah mendapatkan pangan tanpa harus melalui pembelian. Sistem konsumsi

(20)

menjamin setiap individu memperoleh pangan dalam jumlah, mutu gizi, keamanan, dan keragaman sesuai kebutuhan. Sistem konsumsi rumah tangga di Kabupaten Lampung Selatan dapat dikatakan sudah dapat mencukupi kebutuhan konsumsi dan gizi yang dibutuhkan setiap masing–masing rumah tangga.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka terdapat beberapa permasalahan yang akan dijawab dalam penelitian ini yaitu:

(1) Bagaimana tingkat ketahanan pangan rumah tangga peserta dan non peserta program MKRPL di Desa Pancasila Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan?

(2) Faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi ketahanan pangan rumah tangga di Desa Pancasila Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan? (3) Bagaimana manfaat MKRPL dalam meningkatkan ketahanan pangan

rumah tangga di Desa Pancasila Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan?

B.Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang ada, penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui tingkat ketahanan pangan rumah tangga peserta dan non

peserta program MKRPL di Desa Pancasila Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.

(21)

(3) Menganalisis manfaat MKRPL dalam meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga di Desa Pancasila Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.

C.Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini dapat berguna untuk:

(22)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

A.Tinjauan Pustaka

1. Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL)

Pemerintah Republik Indonesia memiliki program yang disebut Rumah Pangan Lestari (RPL). Rumah Pangan Lestari (RPL) adalah rumah penduduk yang mengusahakan pekarangan secara intensif untuk dimanfaatkan dengan berbagai sumberdaya lokal secara bijaksana yang menjamin kesinambungan penyediaan bahan pangan rumah tangga yang berkualitas dan beragam. Apabila RPL dikembangkan dalam skala luas, berbasis dusun (kampung), desa, atau wilayah lain yang memungkinkan penerapan prinsip Rumah Pangan Lestari (RPL) maka disebut dengan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL). Program MKRPL merupakan kegiatan yang mendorong warga untuk mengembangkan tanaman pangan maupun peternakan dan perikanan skala kecil dengan

memanfaatkan lahan pekarangan rumah (Deptan, 2013).

Komoditas yang dikembangkan dalam program MKRPL adalah komoditas pangan seperti tanaman sayuran, ternak dan budidaya ikan. Sayuran merupakan pangan sumber vitamin (A dan C), mineral (besi, dan kalsium), dan air. Adapun ternak dan ikan adalah sumber protein hewani yang sangat baik. Tujuan

(23)

(a) Memenuhi kebutuhan pangan dan gizi melalui optimalisasi pemanfaatan pekarangan secara lestari.

(b) Meningkatkan kemampuan keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan pekarangan di perkotaan maupun di perdesaan untuk budidaya tanaman pangan, buah, sayuran dan tanaman obat keluarga, pemeliharaan ternak dan ikan serta diversifikasi pangan.

(c) Mengembangkan sumber benih/bibit untuk menjaga keberlanjutan

pemanfaatan pekarangan dan melakukan pelestarian tanaman pangan lokal untuk masa depan.

(d) Mengembangkan kegiatan ekonomi produktif keluarga sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan keluarga dan menciptakan lingkungan hijau yang bersih dan sehat secara mandiri.

Program MKRPL merupakan terobosan dalam menghadapi perubahan iklim melalui pemanfaatan pekarangan dalam mendukung ketersediaan serta diversifikasi pangan.

(24)

2. Tahapan Pelaksanaan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL)

Tahapan pelaksanaan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL) dapat dilakukan sesuai situasi dan kondisi lokasi yang dijadikan tempat pelaksanaan MKRPL. Tahapan perencanaan dan pelaksanaan MKRPL adalah sebagai berikut (Deptan, 2013):

(1) Penentuan loksi dan kelompok masyarakat yang akan menjadi pelaksa dalam kegiatan.

Penentuan lokasi dan kelompok masyarakat dilakukan melalui konsultasi dan koordinasi dengan dinas dan instans terkait yang berwenang di Pemerintah Daerah setempat. Dilakukan juga observasi lapang terkait sumberdaya fisik lingkungan, sumberdaya manusia, teknologi dan sosial ekonomi.

(2) Identifikasi kebutuhan dan peran kelompok masyarakat

(25)

tersebut akan bekerjasama dengan harmonis dan didampingi oleh Dinas Pertanian (Penyuluh) dan Tim BPTP.

(3) Penentuan rencana kegiatan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL)

Rencana kegiatan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL) meliputi

(a) Desain kebun bibit serta tempat pembuatan kompos dan media tanam. Dilakukan pula rancangan manajemen pengelolaan dari kebun bibit dan tempat pembuatan kompos/media tanam tersebut.

(b) Lokasi, desain, penataan dan manajemen pengelolaan pekarangan atau area terbuka sebagai MKRPL beserta lingkungan kawasan

lingkungannya. Rencana tersebut akan dimonitoring dan dievaluasi secara berkala untuk melihat apakah target telah tercapai atau belum dan menentukan modifikasi atau perbaikan yang diperlukan agar target yang telah disusun dapat tercapai.

(4) Peningkatan kapasitas sumberdaya manusia

Peningkatan kapasitas sumberdaya manusia meliputi Training of Trainers (TOT) dan pelatihan-pelatihan lainnya yang diperlukan sesuai hasil diskusi dan identifikasi kebutuhan, seperti pelatihan pembibitan, penyemaian benih, pembuatan media tanam dan lain-lain.

(5) Pelaksanaan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL)

(26)

(6) Peningkatan kinerja Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL) Untuk peningkatan kinerja MKRPL dilakukan monitoring dan evaluasi secara bersama-sama oleh kelompok masyarakat dan tim pendamping secara berkala. Kemudian akan dilakukan modifikasi dan perbaikan hal-hal yang dianggap kurang baik.

3. Konsep Ketahanan Pangan

Undang-Undang No.18 Tahun 2012 tentang pangan mengungkapkan bahwa ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan dan budaya masyarakat untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan. Ketahanan pangan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, swasta dan masyarakat. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah sebagai penyelenggara pelayanan, pangaturan, pembinaan, pengendalian dan pengawasan, dan masyarakat sebagai penyelenggara usaha-usaha penyediaan, distribusi, dan konsumsi pangan

(Husodo dan Muchtadi, 2004).

(27)

(a) Ketersediaan pangan

Ketersediaan pangan adalah tersedianya pangan dari hasil produksi dalam negeri dan atau dari sumber lain. Penyediaan pangan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri. Ketersediaan pangan dapat mencerminkan ketahanan pangan dalam suatu bangsa.

Kecukupan ketersediaan dapat dilihat dari pangsa pengeluaran pangan rumah tangga. Besarnya pengeluaran pangan berbanding terbalik dengan besarnya pendapatan rumah tangga. Semakin tinggi pangsa pengeluaran maka mencerminkan tingkat pendapatan yang rendah dan semakin rendah pangsa pengeluaran maka mencerminkan tingkat pendapatan yang tinggi. Tingkat pendapatan merupakan hal yang penting dalam mendukung rumah tangga untuk dapat memenuhi kebutuhan pangan. Oleh karena itu, tingkat pendapatan akan mencerminkan persediaan pangan. Pendapatan yang rendah akan mencerminkan adanya persediaan pangan yang kurang cukup atau daya beli yang rendah, begitu pula sebaliknya (Purwaningsih, 2008). Ketersediaan pangan merupakan dimensi waktu dari ketahanan pangan yang terbagi dalam kerawanan pangan kronis dan kerawanan pangan transitori. Kerawanan pangan kronis adalah ketidakcukupan pangan secara menetap akibat ketidakmampuan rumah tangga untuk memperolah pangan yang dibutuhkan melalui pembelian maupun melalui produksi sendiri.

(28)

adanya bencana alam yang menyebabkan ketidakstabilan harga pangan, produksi atau pendapatan.

Dalam suatu rumah tangga salah satu cara untuk mempertahankan ketersediaan pangan dalam jangka waktu tertentu adalah dengan

mengkombinasikan bahan makanan pokok misalnya pangan pokok beras dengan umbi-umbian (ubi kayu, ubi jalar, jagung, dll) (Yunita dkk.,2011).

(b) Distribusi pangan

Pemerataan ketersediaan pangan memerlukan pendistribusian pangan ke seluruh wilayah dan rumah tangga. Distribusi pangan mencakup

aksesibilitas atau keterjangkauan pangan. Dalam distribusi pangan memerlukan penyediaan transportasi dan infrastruktur lain yang dapat mendukung dan melancarkan pendistribusian pangan sehingga

pendistribusian pangan dapat merata pada seluruh daerah.

Ketersediaan pangan di suatu daerah mungkin mencukupi, akan tetapi tidak semua rumah tangga memiliki akses yang memadai baik secara kuantitas maupun keragaman pangan. Akses pangan tergantung pada daya beli rumah tangga yang ditentukan oleh penghidupan rumah tangga tersebut.

(29)

berkesinambungan, sewaktu-waktu dapat berubah, menjadi tidak berkecukupan, tidak stabil dan daya beli menjadi sangat terbatas yang menyebabkan tetap miskin dan rentan terhadap kerawanan pangan (World Food Programme, 2009).

Terdapat dua kategori akses yang diukur berdasarkan pemilikan lahan yaitu akses langsung dan akses tidak langsung. Dan cara rumah tangga

memperoleh pangan juga dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu produksi sendiri dan membeli.

(c) Konsumsi pangan

Konsumsi pangan adalah semua makanan yang dimakan oleh masing-masing anggota rumah tangga. Konsumsi berhubungan dengan

pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam memiliki pemahaman atas pangan, gizi dan kesehatan yang baik, sehingga dapat mengelola

konsumsinya secara optimal. Konsumsi pangan rumah tangga dapat dilihat dari data pengeluaran untuk konsumsi makanan sehari-hari sehingga dapat diukur tingkat kecukupan energi per kapitanya (Tim Penelitian PPK-LIPI, 2004).

Pemerintah membuat cadangan pangan yang dilakukan untuk

(30)

4. Pengukuran Ketahanan Pangan

[image:30.595.125.509.279.384.2]

Pengukuran ketahan pangan dapat dilakukan dengan cara menggabungkan dua indikator silang antara pengeluaran pangan dan konsumsi energi rumah tangga dengan indikator yang telah dikembangkan oleh Jonsson dan Toole menggunakan kriteria seperti yang disajikan pada Tabel 1 (Maxwell et all., 2000).

Tabel 1. Derajat ketahanan pangan rumah tangga Konsumsi Energi per

unit ekuivalen dewasa

Pangsa pengeluaran pangan Rendah (<60%

pengeluaran total )

Tinggi (≥60% pengeluaran total) Cukup (>80%

kecukupan energi) Tahan pangan Rentan pangan Kurang (≤80%

kecukupan energi) Kurang pangan Rawan pangan

Sumber : Jonsson dan Toole dalam Maxwell, et all (2000)

Untuk mengetahui konsumsi pangan yang telah lalu dapat digunakan metode recall yaitu mengingat kembali jumlah dan jenis makanan selama 24 jam yang

lalu. Metode recall dilakukan dua atau tiga kali pada hari yang tidak berurutan untuk mengetahui kebiasaan setiap individu/anggota rumah tangga dan untuk menghindari besar dan jenis makanan yang sama dalam waktu yang berurutan. Setelah data tentang jenis makanan dan berat makanan diperoleh, maka dapat di cari kandungan zat gizi makanan menggunakan daftar komposisi bahan

(31)

(a) Tingkat kecukupan konsumsi energi

Zat gizi yang diperlukan tubuh yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air yang diperoleh dari makanan yang dikonsumsi setiap hari. Kebutuhan pangan hanya diperlukan secukupnya tidak kekurangan dan tidak kelebihan dari yang dibutuhkan. Kecukupan pangan dapat diukur dengan menggunakan Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan.

Angka Kecukupan Gizi (AKG) adalah suatu kecukupan rata – rata zat gizi setiap hari bagi semua orang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, dan aktivitas untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal

(Indriani, 2007).

AKG = Berat Badan (kg)

Berat Badan Standar dalam tabel (kg) � AKG dalam tabel

Kecukupan gizi adalah jumlah gizi yang harus dipenuhi seseorang atau rata

– rata kelompok orang agar dapat hidup sehat dan aktif dalam aktivitas sehari – hari secara produktif dengan satuan kalori atau kilokalori. Kecukupan energi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, status fisiologis, kegiatan, efek termik, iklim dan adaptasi. Tingkat kecukupan gizi (TKG) adalah perbandingan antara konsumsi zat gizi yang dicapai dibandingkan dengan angka kecukupan gizi yang dianjurkan, dihitung dalam persen.

TKG = Konsumsi Zat Gizi

(32)

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2013, standar angka kecukupan energi per kapita per hari menurut

[image:32.595.152.445.223.614.2]

kelompok umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 2.

Table 2. Angka kecukupan gizi 2012 perkapita perhari menurut kelompok umur dan jenis kelamin

Umur Berat Tinggi AKE badan(kg) badan(cm)

Anak

0-5 bl 6 61 550

6-11 bl 9 71 725

1-3 th 13 91 1125

4-6 th 19 112 1600

7-9 th 27 130 1850

Laki-laki

10-12 th 34 142 2100

13-15 th 46 158 2475

16-18 th 56 165 2675

19-29 th 60 168 2725

30-49 th 62 168 2625

50-64 th 62 168 2325

65-79 th 60 168 1900

80+ th 58 58 168 1525

Perempuan

10-12 th 36 145 2000

13-15 th 46 155 2125

16-18 th 50 158 2125

19-29 th 54 159 2250

30-49 th 55 159 2150

50-64 th 55 159 1900

65-79 th 54 159 1550

80+ th 53 159 1425

Hamil (+an)

Trimester 1 180

Trimester 2 300

Trimester 3 300

Menyusui (+an)

6 bl pertama 330

6 bl kedua 400

Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2013

Rumah tangga dikatakan cukup mengkonsumsi energi apabila rumah tangga tersebut mengkonsumsi energi > 80 persen dari syarat kecukupan energi

(33)

dari syarat kecukupan energi (AKE) berarti rumah tangga tersebut kurang mengkonsumsi energi.

(b)Pangsa pengeluaran pangan

Pangsa pengeluaran pangan diperoleh dari jumlah pengeluaran rumah tangga untuk belanja pangan dibandingkan dengan jumlah total pengeluaran rumah tangga (pangan dan nonpangan).

Secara sistematis dapat ditulis sebagai berikut: PPP = PP

TP � 100%

Dimana:

PPP = Pangsa Pengeluaran Pangan (%) PP = Pengeluaran Pangan (Rp/bln) TP = Total Pengeluaran RT (Rp/bln)

Pengeluaran rumah tangga sesungguhnya bersumber dari tingkat pendapatan yang telah diperoleh, sehingga besarnya pangsa pengeluaran pangan

menunjukkan besarnya tingkat pendapatan rumah tangga tersebut. Rumah tangga dengan tingkat pendapatan yang rendah akan memiliki pangsa pengeluaran pangan yang tinggi. Sebaliknya rumah tangga dengan

(34)

Perbedaan proporsi pengeluaran, baik pangan maupun non pangan antara rumah tangga tahan dan kurang pangan dengan rumah tangga rentan dan rawan pangan, cukup besar (hampir dua kali lipat). Pada setiap tingkat ketahanan pangan rumah tangga, pengeluaran rumah tangga untuk makanan dan minuman siap saji menunjukkan proporsi tertinggi dibanding dengan kelompok pangan lain. Kondisi ini menunjukkan terjadinya perubahan konsumsi rumah tangga yang mengarah pada pola makan di luar rumah. Semakin tidak tahan pangan suatu rumah trangga, maka semakin tinggi pengeluaran untuk tembakau, atau rumah tangga rawan pangan mempunyai alokasi pengeluaran tembakau yang paling banyak dibanding dengan kelompok rumah tangga lainnya (Purwaningsih dkk., 2010).

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat ketahanan pangan

Pendapatan berpengaruh terhadap daya beli dan perilaku manusia dalam mengkonsumsi pangan. Rendahnya pendapatan rumah tangga yang berada dalam kemiskinan merupakan salah satu penyebab rendahnya konsumsi pangan dan gizi (Hidayati, 2011). Komponen penting dalam ketahanan pangan adalah ketersediaan dan akses terhadap pangan.

(35)

Menurut Harper, Deaton, dan Driskel (1986) besar anggota rumah tangga juga berpengaruh terhadap kondisi pangan dan gizi pada masing-masing rumah tangga. Rumah tangga yang berpendapatan rendah dengan jumlah anggota rumah tangga yang besar akan lebih sulit dalam mencukupi kebutuhan pangan dan gizi. Sebaliknya, rumah tangga dengan jumlah anggota yang lebih sedikit akan lebih mudah dalam memilih, membuat, dan menyediakan bahan makanan sehingga kebutuhan pangan dan gizi dapat mudah terpenuhi.

Anggraini (2013) menyatakan bahwa harga beras mempunyai pengaruh nyata terhadap tingkat ketahanan pangan. Harga beras memiliki koefisien yang bernilai negatif yang berarti bahwa setiap terjadi peningkatan pada harga beras akan menyebabkan peluang rumah tangga untuk menderita rawan pangan semakin tinggi. Sama seperti hasil penelitian Desfaryani (2012) yang mengungkapkan bahwa harga pangan seperti beras mempengaruhi derajat ketahanan pangan rumah tangga. Hasil penelitian Sianipar, Hartono, dan

Hutapea (2012) juga menyimpulkan bahwa harga telur berpengaruh nyata dalam tingkat ketahanan pangan.

6. Manfaat Program Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL)

(36)

optimalisasi pemanfaatan pekarangan melalui konsep MKRPL dilakukan dengan pendampingan oleh penyuluh pendamping.

Program MKRPL dapat mengurangi pengeluaran konsumsi pangan,

pengurangan pengeluaran kelompok pangan terbesar adalah kelompok pangan sayuran. Pengurangan pengeluaran konsumsi pangan dapat meningkatkan daya beli rumah tangga terhadap konsumsi pangan yang lebih berkualitas dan untuk konsumsi non pangan (Purwanti, Saptana dan Suharyono, 2012).

Manfaat lain dari program MKRPL adalah untuk meningkatkatkan konsumsi energi rumah tangga, memperoleh sayuran yang kebersihannya terjamin dan bermutu karena terhindar dari penggunaan pestisida, memberdayakan pekarangan untuk tanaman sayuran dan kolam, serta dapat mengembangkan usaha pembibitan.

7. Ordinal Logit

Analisis regresi digunakan untuk menganalisis data variabel berupa data kuantitatif, namun terdapat juga variabel dengan menggunakan data kualitatif. Untuk kasus variabel dengan data kualitatif dapat digunakan regresi logit baik yang menggunakan skala nominal maupun ordinal (Yuwono, 2005).

(37)

Model logit dinyatakan sebagai berikut : Pi = F (Zi) = F (α + βXi)

= F (α + β1X1+ β2X2+ β3X3+ β4X4+ β5X5+ β6X6+ β7X7) Dimana :

Pi = probabilitas dimana individu akan memilih suatu pilihan pada Xi tertentu, terletak antara 0 dan 1 dan P adalah non linier terhadap Z.

Zi = peluang rumah tangga ke-i untuk memiliki tingkat ketahanan pangan tertentu.

Untuk melihat masing-masing variabel independen secara terpisah

mempengaruhi variabel dependen dilakukan uji Wald atau uji Z-stat dalam regresi logistik ordinal. Z-stat dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut: H0 = variabel independen tidak mempengaruhi variabel dependen

dimana a1= a2 =….=an=0 (tidak signifikan)

H1 = variabel independen mempengaruhi variabel dependen dimana terdapat i yang merupakan ai≠0 (signifikan)

Ho akan diterima atau ditolak dapat dilihat dari nilai Z-stat pada masing-masing

variabel independen dibandingkan dengan tingkat nyata (α). H0 akan ditolak apabila Z-stat< α dan H0 tidak ditolak apabila Z-stat> α.

Untuk menguji semua variabel independen dalam model logistik ordinal

bersama-sama mempengaruhi variabel dependen atau tidak, maka digunakan uji Likelihood Ratio.

(38)

H1: β ≠ 0 berarti semua variabel independen secara serentak mempengaaruhi variabel dependen

Untuk melihat seberapa besar variasi dalam variabel dependen dapat dijelaskan secara bersama-sama oleh variabel dependen, dan untuk melihat seberapa baik model dapat dijelaskan variabel dependen, maka statistik menggunakan R-square (R2). Semakin tinggi nilai R-square maka menunjukkan model semakin mampu menjelaskan variabel dependen. Oleh karena itu nilai R-square yang tinggi sangat diharapkan dalam suatu penelitian.

B.Kajian Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu menganalisis mengenai ketahanan pangan yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Salah satunya adalah penelitian Mulyani dan Mandamdari (2012), mengenai peran wanita dalam mewujudkan ketahanan pangan rumah tangga di Kabupaten Banyumas metode yang digunakan adalah mengukur derajat ketahanan pangan. Hasil dari

(39)
[image:39.595.129.517.211.674.2]

Penelitian terdahulu menjadi salah satu acuan dalam melakukan penelitian sehingga dapat memperkaya teori yang dapat digunakan dalam penelitian. Kajian penelitian terdahulu dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Kajian penelitian terdahulu No Nama

Peneliti

Judul dan Metode Analisis Hasil Peneliti 1 2 Ilham dan Sinaga (2007) Afriyanto (2010)

Judul : Penggunaan pangsa pengeluaran pangan sebagai indikator komposit ketahanan pangan

Metode analisis: -Mengukur pangsa

pengeluaran pangan -Pendekatan ekonometrika

teknik ordinary least squares

-Pendekatan deskriptif dengan teknik tabulasi dan grafik

Judul : Analisis pengaruh stok beras, luas panen, rata-rata produksi, harga beras, dan konsumsi beras terhadap ketahanan pangan di Jawa Tengah

Metode analisis:

Analisis data panel dengan membandingkan perilaku ketersediaan beras di tiap kabupaten/kota di Jawa Tengah

-Ketahanan individu

ditentukan oleh fisik, ekonomi seseorang dan akses informasi yang direfleksikan oleh tingkat pendidikan, kesadaran hidup sehat, pengetahuan tentang gizi, pola asuh dalam keluarga, dan gaya hidup -Pangsa pengeluaran pangan

layak dijadikan indikator ketahanan pangan karena memiliki hubungan yang erat dengan berbagai ukuran ketahanan pangan yaitu tingkat konsumsi,

keanekaragaman pangan dan pendapatan.

-Variabel luas panen dan rata-rata produksi berpengaruh positif dan signifikan terhadap ketahanan pangan sedangkan variabel stok beras

(40)
[image:40.595.130.524.101.753.2]

Tabel 3. Lanjutan No Nama

Peneliti

Judul dan Metode Analisis Hasil Peneliti 3 4 5 Purwaningsih, dkk. (2010) Desfaryani (2012) Mulyani dan Mandamdari (2012)

Judul : Pola pengeluaran pangan rumah tangga menurut tingkat ketahanan pangan di Provinsi Jawa Tengah

Metode analisis: -Mengukur pangsa

pengeluaran pangan dan kecukupan energi

Judul : Analisis ketahanan pangan rumah tangga petani padi di Kabupaten Lampung Tengah

Metode analisis: -Mengukur pangsa

pengeluaran -Logistik ordinal

Judul : Peran wanita tani dalam mewujudkan ketahanan pangan rumah tangga di Kabupaten Banyumas

Metode analisis: Mengukur derajat

ketahanan pangan dimana indikator diestimasi dengan menghitung jumlah jenis pangan

-Perbedaan proporsi pengeluaran antara rumah tangga tahan dan kurang pangan dengan rumah tangga rentan dan rawan pangan cukup besar, pengeluaran rumah tangga untuk makanan dan minuman menunjukan proporsi tertinggi

dibandingkan dengan kelompok pangan lain.

- Ketahanan pangan rumah tangga tahan pangan di Kabupaten Lampung Tengah sebesar 45,83%, sedangkan untuk kurang pangan, rentan pangan, dan rawan pangan masing-masing sebesar 39,58%, 6,25%, dan 8,33% - Faktor yang berpengaruh

positif terhadap ketahanan pangan rumah tangga petani padi adalah etnis, sedangkan jumlah anggota rumah tangga, harga beras, harga gula, harga minyak, dan harga tempe berpengaruh negatif.

- Derajat ketahanan pangan keluarga wanita tani di Desa Gununglurah termasuk dalam kategori tahan pangan (59,77) dan yang termasuk rawan pangan 40,23%

- Faktor yang mempengaruhi adalah pendapatan rumah tangga, pendapatan wanita tani, jumlah anggota keluarga, dan Dummy balita

(41)
[image:41.595.144.532.113.683.2]

Tabel 3. Lanjutan No Nama

Peneliti

Judul dan Metode Analisis Hasil Peneliti

6 7 8 Anggraini (2013) Putri (2013) Yuliana (2013)

Judul : Analisis ketahanan pangan rumah tangga petani kopi di

Kabupaten Lampung Barat

Metode anlisis: -Mengukur pangsa

pengeluaran -Logistik ordinal

Judul : Pendapatan usaha tani jagung dan ketahanan pangan rumah tangga petani di kec. Simpang kab. Ogan Komering Ulu (Oku) Selatan

Metode analisis: -Pendapatan

-Metode pengukuran -Metode belanja pangan

Judul : Ketahanan pangan RT nelayan di Kecamatan Teluk Betung Selatan Kota Bandar Lampung

Metode analisis: -Ricall

-Menghitung pangsa pengeluaran dan konsumsi energi

-Ordinal logit

-Rumah tangga petani kopi di Kabupaten Lampung Barat yang tahan pangan sebesar 15,09%, sedangkan kriteria kurang pangan, rentan pangan, dan rawan pangan masing-masing sebesar 11,32%, 62,26%, dan 11,32%

-Faktor yang berpengaruh terhadap tingkat ketahanan pangan rumah tangga petani kopi adalah pendapatan rumah tangga dan harga beras.

- Ketahanan pangan rumah tangga petani jagung berada pada kriteria 18,33% tahan pangan, 65% kurang pangan, 5% rentan pangan dan 11,66% rawan pangan

- Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ketahanan pangan rumah tangga petani jagung adalah jumlah keluarga dan pengeluaran pangan yang memiliki pengaruh nyata.

-Ketahanan pangan rumah tangga nelayan di kelurahan kangkung berada dalam kriteria tahan pangan sebesar 56,86%, dan rawan pangan sebesar 43, 14%

-Faktor-faktor yang berpengaruh positif terhadap ketahanan pangan rumah tangga nelayan adalah pengeluaran rumah tangga dan pengetahuan gizi ibu rumah tangga, dan yang

(42)

C.Kerangka Pemikiran

Ketahanan pangan rumah tangga merupakan keadaan dimana rumah tangga tercukupi suatu kebutuhan pangannya baik dalam jumlah, mutu, aman, merata, dan terjangkau. Ketahanan pangan terdiri dari tiga komponen yang saling berkaitan yaitu ketersediaan, distribusi, dan konsumsi.

Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL) adalah suatu model rumah pangan yang dibangun dalam satu kawasan dengan prinsip pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan. Kegiatan optimalisasi pemanfaatan pekarangan melalui konsep MKRPL dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga, menghemat pengeluaran serta untuk meningkatkan kesejahteraan rumah tangga.

Dalam memilih jenis pangan untuk dikonsumsi, jumlah anggota rumah tangga akan mempengaruhi banyaknya jenis pangan yang dapat tersedia dan

dikonsumsi oleh anggota rumah tangga. Jika jumlah pangan dalam suatu rumah tangga dianggap tetap maka semakin banyaknya anggota rumah tangga

menjadikan semakin sedikit jumlah makanan yang dapat dikonsumsi oleh tiap-tiap orang di dalam suatu unit rumah tangga. Selain itu, pendidikan ibu rumah tangga menjadi faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan karena terkait dengan seberapa besar dan jenis pangan apa saja yang sebaiknya harus dikonsumsi oleh anggota rumah tangga lainnya.

(43)

tangga akan mudah untuk memperoleh pangan dan sebaliknya. Pangan yang dibutuhkan akan mudah untuk diperoleh apabila harga pangan rendah. Dimana semakin rendah harga pangan maka pangan yang dapat dibeli semakin banyak.

Tingkat ketahanan pangan dapat dinilai dengan menggunakan indikator silang Maxwell et all (2000) antara pangsa pengeluaran pangan dan konsumsi energi dan faktor apa saja yang berpengaruh terhadap tingkat ketahanan pangan rumah tangga petani di Kabupaten Lampung Selatan tersebut dengan melihat

karakteristik sosial ekonomi yang ada.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka kerangka pemikiran analisis ketahanan pangan tingkat rumah tangga petani di Kabupaten Lampung Selatan dapat dilihat pada Gambar 1.

D.Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran, maka disusun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu

1. Diduga tingkat ketahanan pangan rumah tangga peserta program MKRPL lebih tahan pangan dibandingkan dengan rumah tangga non peserta program MKRPL

2. Diduga faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat ketahanan pangan rumah tangga adalah pendapatan, pendidikan ibu rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, harga beras, harga telur, dan dummy variabel keanggotaan. 3. Diduga program MKRPL dapat berpengaruh positif dalam meningkatkan

(44)
[image:44.595.112.533.83.551.2]

Gambar 1. Kerangka pemikiran manfaat program Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL) dalam meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga di Desa Pancasila Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan

Keterangan :

= Bagian yang diteliti = Bagian yang tidak diteliti

Distribusi Akses pangan

Ketersediaan Konsumsi

Kecukupan energi

Non MKRPL Program MKRPL

Rumah Tangga

Pangsa pengeluaran

Ketahanan pangan RT petani:

-Tahan pangan -Kurang pangan -Rentan pangan -Rawan pangan

Faktor – faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan: -Pendapatan -Pendidikan ibu RT -Jumlah anggota RT -Harga beras -Harga telur -Dummy variabel

keanggotaan Ketahanan Pangan

(45)

III. METODE PENELITIAN

A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional

Konsep dasar dan batasan operasional dalam penelitian ini mencakup seluruh definisi yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian.

Rumah tangga adalah sekelompok orang yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak serta anggota rumah tangga lain yang hidupnya tergantung dari sumber pendapatan.

Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL) adalah rumah penduduk yang mengusahakan pekarangan secara intensif untuk dimanfaatkan dengan berbagai sumberdaya yang menjamin kesinambungan penyediaan bahan pangan rumah tangga yang berkualitas dan beragam.

(46)

Tingkat ketahanan pangan rumah tangga adalah pencapaian ketahanan pangan suatu rumah tangga, yang diukur dengan indikator klasifikasi silang antara pangsa pengeluaran pangan dan tingkat kecukupan energi.

Pangsa pengeluaran pangan adalah perbandingan antara pengeluaran rumah tangga untuk belanja pangan dengan total pengeluaran yang diukur dalam persen.

Angka kecukupan gizi adalah suatu kecukupan rata–rata zat gizi setiap hari bagi semua orang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, dan aktivitas untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal.

Tingkat kecukupan energi adalah perbandingan antara jumlah energi yang di asup dan jumlah energi yang dianjurkan.

Pendapatan rumah tangga adalah hasil penjumlahan pendapatan usahatani dan pendapatan nonpertanian.

Pengeluaran adalah besarnya jumlah uang yang dikeluarkan oleh seluruh anggota rumah tangga, yang meliputi pengeluaran pangan dan nonpangan, yang diukur dalam satuan Rp/bln.

Pengeluaran pangan adalah besarnya jumlah uang yang dikeluarkan untuk konsumsi pangan semua anggota rumah tangga, yang diukur dalam satuan Rp/bln.

(47)

rekreasi, dan lain-lain semua anggota rumah tangga, yang diukur dalam satuan Rp/bln.

Faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan adalah karakteristik masyarakat yang meliputi pendapatan, pendidikan, jumlah anggota rumah tangga, harga beras, dan harga telur.

Pendidikan ibu rumah tangga adalah pendidikan formal yang mempunyai tingkatan yang berurutan serta tersusun secara hirarki mulai dari pendidikan dasar hingga tingkat yang paling tinggi. Pendidikan ini diukur dari lamanya ibu rumah tangga mengikuti pendidikan formal berdasarkan jumlah tahun sukses.

Jumlah anggota rumah tangga adalah total orang atau anggota yang menjadi tanggungan kepala rumah tangga dan tinggal dalam satu rumah.

Harga adalah nilai tukar yang disamakan dengan uang atau barang lain untuk manfaat yang diperoleh dari suatu barang atau jasa pada waktu tertentu.

Program ketahanan pangan adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan persediaan tanaman pangan. Anggota MKRPL dinilai dengan dummy angka 1, sedangkan non anggota MKRPL dinilai 0.

Konsumsi pangan merupakan jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Konsumsi semua jenis pangan kemudian

(48)

B.Lokasi Penelitian, Responden, dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Pancasila Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Pemilihan lokasi penelitian dan kelompok tani dilakukan secara sengaja (purposive). Kelompok tani ini dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa hanya terdapat satu kelompok tani di daerah penelitian tersebut yang mendapatkan program MKRPL yaitu Kelompok Tani Agung Lestari. Rumah tangga yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah rumah tangga anggota Kelompok Tani Agung Lestari yang berada di Dusun dua. Jumlah anggota kelompok tani yang mengikuti program MKRPL adalah sebanyak 20 rumah tang tetapi karena adanya pengembangan maka anggota yang mengikuti program MKRPL bertambah 10 rumah tangga, sehingga anggota yang mengikuti program MKRPL di Desa Pancasila saat ini menjadi 30 rumah tangga yang secara keseluruhan dijadikan sampel.

Sebagai pembanding 30 sampel diambil secara acak dari rumah tangga yang tidak mengikuti program MKRPL yang berasal dari Dusun empat. Dusun empat dipilih sebagai pembanding secara sengaja karena pekerjaan masyarakat sama dengan dusun dua yaitu rata-rata bekerja sebagai petani. Dengan

(49)

C.Metode Penelitian, Jenis Data dan Pengambilan Data

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survai. Metode survai merupakan suatu informasi yang dikumpulkan dan diambil bukan dari semua populasi atau kelompok yang dipelajari. Populasi yang dijadikan sasaran dalam penelitian ini adalah rumah tangga petani yang berada di daerah penelitian. Penelitian ini menggunakan tiga teknik dalam pengambilan data yaitu:

(1) Pencatatan, yang merupakan pengumpulan data dengan mencatat data yang telah ada pada instansi terkait.

(2) Observasi, yang merupakan pengumpulan data dengan mengamati secara langsung objek penelitian.

(3) Wawancara, yang merupakan pengumpulan data dengan cara meminta keterangan melalui daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah dipersiapkan sebelumnya.

(50)

D.Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Metode analisis deskriptif

kualitatif digunakan untuk mengukur tingkat ketahanan pangan rumah tangga peserta dan non peserta MKRPL. Metode kuantitatif digunakan untuk melihat manfaat MKRPL dalam meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat ketahanan pangan rumah tangga.

1. Metode analisis ketahanan pangan

Metode recall digunakan untuk mengetahui konsumsi pangan yang telah lalu (24 jam yang lalu) dan setiap jenis makanan tersebut dihitung berat dan

kandungan energinya. Metode recall dilakukan dua kali kemudian di rata-rata pada hari yang tidak berurutan untuk mengetahui kebiasaan setiap

individu/anggota rumah tangga dan untuk menghindari besar dan jenis makanan yang sama dalam waktu yang berurutan.

Untuk menganalisis tingkat ketahanan pangan rumah tangga dilakukan dengan menggunakan pengukuran yang dikembangkan oleh Johnsson dan Toole (1991) dalam Maxwell, et all (2000). Pengukuran ini menggunakan indikator silang antara pangsa pengeluaran dan tingkat kecukupan energi rumah tangga.

Adapun rumus untuk menghitung pangsa pengeluaran pangan sebagai berikut:

(51)

Dimana:

PPP = Pangsa Pengeluaran Pangan (%) PP = Pengeluaran Pangan (Rp/bulan) TP = Total Pengeluaran (Rp/bulan)

Perhitungan tingkat kecukupan gizi rumah tangga dapat dirumuskan sebagai berikut :

TKG = Konsumsi zat gizi

angka kecukupan zat gizi� 100%

Perhitungan AKG dengan rumus :

AKG = Berat Badan

Berat Badan Standar � AKG dalam tabel

Dari persilangan antara pangsa pengeluaran pangan dan konsumsi energi di atas maka terdapat kriteria derajat ketahanan pangan sebagai berikut: (a) Rumah tangga tahan pangan yaitu bila proporsi pengeluaran pangan

rendah (< 60 persen pengeluaran rumah tangga) dan cukup mengonsumsi energi (> 80 persen dari syarat kecukupan energi)

(b) Rumah tangga kurang pangan yaitu bila proporsi pengeluaran pangan rendah (< 60 persen pengeluaran rumah tangga) dan kurang mengonsumsi

energi (≤ 80 persen dari syarat kecukupan energi)

(c) Rumah tangga rentan pangan yaitu bila proporsi pengeluaran pangan

(52)

(d) Rumah tangga rawan pangan yaitu bila proporsi pengeluaran pangan tinggi

(≥ 60 persen pengeluaran rumah tangga) dan kurang mengonsumsi energi

(≤ 80 persen dari syarat kecukupan energi).

2. Metode analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat ketahanan pangan

Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat ketahanan pangan digunakan model Logistik Ordinal. Variabel dependen atau terikat berskala data berbentuk ordinal. Model Logit merupakan fungsi logistik probabilitas kumulatif. Model Logistik Ordinal dinyatakan sebagai berikut:

Pi = F (Zi) = F (α + β1X1+ β2X2+ β3X3 + β4X4 + β5X5)

P� = 1

1 +� (−∝+���1 +�2�2 +�3�3 +⋯ ����)

e = Bilangan dasar logaritma 2,718

Pi adalah probabilitas dimana individu akan memilih suatu pilihan pada Xi tertentu, terletak antara 0 dan 1 dan P adalah non linier terhadap Z. Dalam analisis, variabel terikat Y yang memiliki 4 level atau jenjang maka ada yang dijadikan sebagai reference event atau kontrol. Model ini mengasumsikan adanya hubungan linier untuk setiap logit dan garis regresi yang sejajar sehingga model regresi untuk setiap logit memiliki konstanta berbeda tetapi parameter regresinya sama. Y mempunyai 4 level sehingga didapatkan 3 model regresi.

Persamaan regresi ordinal logit sebagai berikut:

(53)

Dimana :

Di = Probabilitas P1 = P(Y=4) untuk rumah tangga tahan pangan Probabilitas P2 = P(Y=3) untuk rumah tangga kurang pangan Probabilitas P3 = P(Y=2) untuk rumah tangga rentan pangan Probabilitas P4 = P(Y=1) untuk rumah tangga rawan pangan d0 =Intersept

di = Koefisien regresi parameter yang ditaksir (i= 1 s/d 5)

Dalam penelitian ini, digunakan variabel-variabel independen yang merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat ketahanan pangan rumah tangga petani, variabel-variabel tersebut adalah :

X1 = Pendapatan rumah tangga (Rp/thn) X2 = Pendidikan ibu rumah tangga (tahun) X3 = Jumlah anggota rumah tangga (orang) X4 = Harga beras (Rp)

X5 = Harga telur (Rp)

D = Dummy variabel di mana D = 1 jika peserta MKRPL D = 0 jika bukan peserta MKRPL

Untuk mengetahui ketepatan model yang dinyatakan dengan berapa persen variabel dependen dijelaskan oleh variabel independen yang dimasukkan ke dalam model regresi maka digunakan uji Likelihood Ratio Index (LRI).

(54)

Keterangan :

LRI = Likelihood Ratio Index

ln L = nilai maksimum dari log- Likelihood function tanpa

restriksi(melibatkan semua parameter termasuk variabel bebas) ln Lo = nilai maksimum dari log-Likelihood function dengan retriksi (tanpa

melibatkan variabel bebas/nilai koefisien dari semua parameterβi= 0) Signifikansi dari tiap variabel independen terhadap variabel dependennya dapat dilihat dari statistik uji LR dan uji Wald.Dalam pengujian serentak, uji

signifikansi model dapat menggunakan Likelihood-Ratio test.Likelihood-Ratio test digunakan untuk mengetahui pengaruh semua varibel independen secara

bersama-sama terhadap variabel dependen.

LR = -2 [ln Lo – ln L] Keterangan:

LR = Likelihood Ratio

ln L = nilai maksimum dari log- Likelihood function tanpa restriksi (melibatkan semua parameter termasuk variabel bebas)

ln Lo = nilai maksimum dari log- s dengan retriksi (tanpa melibatkanvariabel bebas atau nilai koefisien dari semua parameter βi= 0)

Untuk menguji pengaruh semua variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen dengan hipotesis sebagai berikut:

(55)

LR dibandingkan dengan Chi Square tabel (χ2). Jika LR hitung >Chi Square

tabel (χ2) pada taraf α = 10% berarti Ho ditolak atau variabel independen yang diuji secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

Untuk menguji masing-masing variabel independen yang terdapat dalam model dapat dilakukan dengan melakukan uji Wald dengan cara membagi nilai

dugaan peubah dengan simpangan bakunya. Uji Wald digunakan untuk menguji pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Uji Wald didapat dengan membandingkan estimasi maximum

likelihood dari parameter β1, β2,…βi dengan estimasi dari standar error

(Darnah, 2011). Perbandingan ini dapat dibandingkan dengan distribusi normal. Dalam kasus ini, uji statistiknya adalah :

Wald =

(��)�

Dimana (SE)β adalah standar error dari estimasi maximum likelihood.

Hipotesis yang diuji adalah:

H0 : βi = 0 dengan i = 1,2,3,….,k, berarti variabel independen ke-i tidak berpengaruh terhadap variabel dependen

H1 : βi ≠ 0, dengan i = 1, 2, …, k, berarti variabel independen ke-i berpengaruh terhadap variabel dependen

W hitung (Wald) = [β/SE]2 = Z

(56)

disimpulkan bahwa variabel independen yang diuji secara individu berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

H0 : d = 0 H1 : d > 0

Uji hipotesis manfaat program MKRPL dalam meningkatkan ketahanan pangan adalah jika koefisien dummy variabel keanggotaan (d) bernilai positif dan signifikan.

Dalam penelitian ini, terdapat empat kategori tingkat ketahanan pangan sehingga terdapat tiga konstanta dan satu yang berperan sebagai

pembandingnya yakni rawan pangan. Rumah tangga yang rentan pangan sebagai konstanta 2, rumah tangga yang kurang pangan sebagai konstanta 3, dan untuk rumah tangga yang tahan pangan sebagai konstanta 4.

3. Manfaat program MKRPL dalam meningkatkan ketahanan pangan

(57)

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Provinsi Lampung merupakan penghubung utama lalu lintas Pulau Sumatera dan Pulau Jawa, dan sebaliknya. Provinsi Lampung memiliki 12 kabupaten dan 2 kota. Provinsi Lampung berada antara 3o45’ dan 6o Lintang Selatan serta 105o45’ dan 103o48’ Bujur Timur.

A.Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

Ibu kota Kabupaten Lampung Selatan adalah kalianda. Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14’ sampai dengan 105,45’ Bujur Timur dan 5,15’

sampai dengan 6’ Lintang Selatan. Daerah kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah lain di Indonesia merupakan daerah dengan iklim tropis.

(58)

Wilayah Kabupaten Lampung Selatan mempunyai batas-batas sebagai berikut: -Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah Kabupaten Lampung Tengah dan

Lampung Timur

-Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah Kabupaten Pesawaran -Sebelah Selatan berbatasan dengan Selat Sunda

-Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Jawa

Kabupaten Lampung Selatan merupakan daerah tropis, dengan curah hujan rata-rata 161,7 mm/bulan dan rata-rata jumlah hari hujan 15 hari/bulan. Temperaturnya berselang antara 21,3oC sampai 33,0oC.

[image:58.595.133.478.552.663.2]

Dalam bidang pertanian Kabupaten Lampung Selatan merupakan salah satu daerah produksi padi dan jagung di Provinsi Lampung. Tanaman lain yang di produksi di Kabupaten Lampung Selatan antara lain adalah ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kacang hijau, dan kacang kedelai. Produksi tanaman pangan di Kabupaten Lampung Selatan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Produksi dan luas lahan ditingkat petani berbagai komoditas tanaman pangan di Kabupaten Lampung Selatan tahun 2011

Jenis tanaman Luas lahan (ha) Produksi (ton)

Padi 81.801 406.142

Jagung 116.632 599.598

Ubi kayu 6.751 154.696

Ubi jalar 341 3.375

Kacang tanah 463 3.019

kedelai 1.714 1.975

Kacang hijau 297 275

Sumber : BPS Propinsi Lampung, 2012

(59)

Hal ini menunujukkan bahwa banyak petani di Kabupaten Lampung Selatan yang menanam komoditi jagung.

B.Keadaan Umum Kecamatan Natar

Kecamatan Natar merupakan salah satu bagian dari Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Natar memiliki luas wilayah 279,29 km2 atau 27.929 ha yang terdiri dari 26 desa/kelurahan. Kecamatan Natar terletak diantara Kabupaten Lampung Tengah dengan Kota Bandar Lampung.

Batas - batas wilayah Kecamatan Natar adalah

-Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Tegineneng

-Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Negri Katon dan Gedong Tataan -Sebelah Selatan berbatasan dengan Kotamadya Bandar Lampung

-Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Jati Agung dan Metro Kibang

(60)
[image:60.595.132.469.115.485.2]

Tabel 5. Sebaran penduduk berdasarkan desa di Kecamatan Natar 2012

No Desa Penduduk

Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Merak Batin 7.219 7.211 14.430

2 Haji Mena 7.542 7.420 14.962

3 Sidosari 2.222 2.067 4.289

4 Pemanggilan 4.089 3.889 7.978

5 Natar 7.544 7.219 14.763

6 Muara Putih 2.728 2.507 5.235

7 Negara Ratu 6.447 6.059 12.506

8 Tanjung Sari 4.697 4.836 9.533

9 Bumisari 3.985 4.109 8.094

10 Candimas 4.701 5.810 10.511

11 Branti Raya 5.949 6.000 11.949

12 Haduyang 3.405 3.000 6.405

13 Banjar Negeri 2.267 2.200 4.467

14 Mandah 2.088 2.242 4.330

15 Rulung Helok 1.157 1.130 2.287

16 Bandar Rejo 1.634 1.628 3.262

17 Sukadamai 3.595 3.412 7.007

18 Purwosari 1.700 1.587 3.287

19 Pancasila 1.420 1.374 2.794

20 Rejo Sari 1.992 1.920 3.912

21 Rulung Raya 2.267 2.240 4.507

22 Krawang Sari 2.077 1.993 4.070

23 Rulung Mulya 888 791 1.679

24 Rulung Sari 1.789 1.795 3.584

25 Way Sari 662 601 1.263

26 Kali Sari 3.241 3.046 6.287

Jumlah 87.305 86.086 173.391 Sumber: Demografi Kecamatan, 2013

(61)

Tabel 6. Sebaran luas tanam dan produksi padi dan jagung di Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan, 2011

Jenis tanaman Luas tanam (ha) Produksi (ton)

Padi 5.502 29.661,0

Jagung 6.802 46.253,6

Sumber : Demografi Kecamatan, 2013

C. Keadaan Umum Desa Pancasila

Desa Pancasila merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Natar. Desa pancasila memiliki luas wilayah sebesar 11.088 ha. Jarak antara Desa

Pancasila dengan Kecamatan Natar ± 15 km dan jarak antara Desa Pancasila dengan Ibukota Kabupaten Lampung Selatan ± 90 km. Batas wilayah Desa Pancasila sebagai berikut:

-Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Bandar Rejo -Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Muara Putih -Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Krawang Sari -Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Rejomulyo

Jumlah penduduk Desa Pancasila pada tahun 2011 sebesar 2.777 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 1.411 jiwa (50,8 %) dan perempuan sebanyak 1.366 jiwa (49,2%). Penduduk Desa Pancasila mayoritas berpendidikan SLTP yaitu 808 jiwa.

Sebagian besar penduduk Desa Pancasila bermata pencaharian sebagai petani (1754 jiwa). Mata pencaharian merupakan sumber pendapatan keluarga yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Kecilnya

(62)

membelanjakan pendapatannya untuk konsumsi rumah tangga. Masyarakat yang bekerja sebagai petani akan menggunakan hasil pertaniannya untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan apabila hasil pertanian tersebut berlebih maka kelebihannya tersebut akan dijual untuk membeli kebutuhan rumah tangga lainnya.

Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL) adalah suatu model rumah pangan yang dibangun dalam satu kawasan dengan prinsip pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga, menghemat pengeluaran dan peningkatan pendapatan, serta akan meningkatkan kesejahteraan melalui partisipasi masyarakat. Kegiatan

optimalisasi pemanfaatan pekarangan melalui konsep MKRPL dilakukan dengan pendampingan oleh penyuluh pendamping. Selain pemanfaatan pekarangan, diarahkan juga untuk pemberdayaan kemampuan kelompok wanita membudayakan pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang dan aman (B2SA) dan kegiatan usaha pengolahan pangan rumah tangga untuk menyediakan pangan yang lebih beragam.

(63)

20KK. Kooperator ditentukan berdasarkan kepemilikan luas lahan pekarangan dan berada dalam satu kawasan.

Di Desa Pancasila terdapat Kebun Bibit Desa (KBD) yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan bibit, dan jenis tanaman yang ditanam

mempertimbangkan pemenuhan kebutuhan pangan, gizi keluarga, dan

(64)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Ketahanan pangan rumah tangga di Desa Pancasila Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan yang termasuk dalam peserta program MKRPL berada dalam kriteria tahan pangan, kurang pangan, rentan pangan, rawan pangan berturut-turut adalah sebesar 16,67% , 33,33%, 20,00% dan 30,00%. Kriteria tahan pangan, kurang pangan, rentan pangan, dan rawan pangan pada non peserta program MKRPL masing-masing sebesar 6,67%, 20,00%, 40,00%, dan 33,33%.

2. Faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan rumah tangga di Desa Pancasila Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan adalah harga telur dan pendidikan ibu rumah tangga.

(65)

B.Saran

1. Program MKRPL di Desa Pancasila pada saat musim kemarau tanaman tidak terurus dikarenakan tidak tersedianya air yang cukup untuk menyiram tanaman. Bagi pemerintah atau instansi terkait perlu adanya pendampingan untuk ketersediaan air dan pemanfaatan sumur bor secara optimal supaya pada saat musim kemarau rumah tangga peserta program MKRPL dapat tetap memelihara tanaman tersebut.

(66)

DAFTAR PUSTAKA

Afriyanto, D. 2010. Analisis pengaruh stok beras, luas panen, rata-rata produksi, harga beras, dan jumlah konsumsi beras terhadap ketahanan pangan di jawa tengah. Skripsi. Fakultas Ekonomi. Universitas Diponegoro. Semarang. Anggraini, M. 2013. Analisis ketahanan pangan rumah tangga petani kopi di

Kabupaten Lampung Barat. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Badan Pusat Statistika Propinsi Lampung. 2012. Kabupaten Lampung Selatan Dalam Angka. BPS Propinsi Lampung. Bandar Lampung.

Darnah. 2011. Regresi logistik ordinal untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku sexual remaja. Jurnal Eksponensial.Volume 2, No.1. FMIPA Universitas Mulawarman. Samarinda.

Departeman Pertanian. 2013. Kawasan rumah pangan lestari.

http://jakarta.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&view =category&layout=blog&id=75&Itemid=127. Diakses tanggal 13 Januari 2014. Pukul 19.45 wib.

Desfaryani, R. 2012. Ketahanan pangan rumah tangga petani padi di Kabupaten Lampung Tengah. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Fattah, L. 2006. Dinamika pembangunan pertanian dan pedesaan. Kerjasama Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Lampung Mangkurat dengan Banua, Kalimantan Barat.

Harper, L.J., B.J. Deaton, dan J.A. Driskel. 1986. Pangan, gizi, dan pertanian. Diterjemahkan oleh Suhardjo UI Press. Jakarta. 256 hal.

Hidayati, A.N. 2011. Analisis tingkat ketahanan pangan dan kesejahteraan rumah tangga petani di Kecamatan Metro Utara. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung.

(67)

Ilham, N. dan B.M. Sinaga. 2008. Penggunaan pangsa pengeluaran pangan sebagai indikator komposit ketahanan pangan. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor. Indriani, Y. 2007. Gizi dan pangan. Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Bandar Lampung.

Kecamatan Natar. 2011. Data Monografi Kecamatan Natar. Kabupaten Lampung Selatan.

Masganti, Joko S.U, Alvin Y, Kiswanto, Reli H, Nasriati, Fauziah Y.A, Asropi. 2012. Geliat dan perkembangan MKRPL di Bumi Lampung. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung. Bandar Lampung.

Maxwell, D; C. Levin; M.A. Klemeseau; M.Rull; S.Morris and C.Aliadeke. 2000. Urban livelihoods and food nutrition security in greater accra,ghana. Ifpri in collaborative with noguchi memorial for medical research and world health organiz

Gambar

Tabel 1. Derajat ketahanan pangan rumah tangga
Table 2. Angka kecukupan gizi 2012 perkapita perhari menurut kelompok umur dan jenis kelamin
Tabel 3. Kajian penelitian terdahulu
Tabel 3. Lanjutan
+5

Referensi

Dokumen terkait

2 Ada siswa menanyakan hal-hal yang belum dipahami namun kurang sesuai dengan materi yang dipelajari.. 1 Tidak ada siswa yang menanyakan hal-hal yang belum dipahami sesuai

• Menganalisis informasi dan data-data yang diperoleh tentang masalah ekonomi dan sistem ekonomi untuk membuat pola hubungan antara masalah ekonomi dengan sistem ekonomi

Basuki Pratama Engineering Dengan PT Hitachi Construction Machinery Indonesia bahwa seringkali terjadi gesekan antara kepentingan perusahaan dengan kesejahteraan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran kepala sekolah sebagai motivator di SMK Muhammadiyah 3 Makassar, untuk mengetahui kinerja guru dan pegawai di SMK Muhammadiyah

Populasi dapat didefinisikan pada mereka yang hidup pada area geografis yang spesifik (contoh : tetangga, komunitas, kota atau negara) atau mereka kelompok

Sebelum penelitian ini dilakukan maka diselenggarakannya desiminasi dalam bentuk pelatihan kepada guru kimia SMA/MA di wilayah Propinsi Sumatera Utara, tepatnya di

Berdasarkan pada hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa perlakuan D dengan nilai 11,55% merupakan perlakuan terbaik dan dianjurkan untuk meningkatkan

Dengan nama ALLOH yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLOH SWT, atas segala rahmat dan karunia-NYA sehingga dapat menyelesaikan