PRAKTIK MANAJEMEN LABA SEBELUM DAN SESUDAH INITIAL PUBLIC OFFERING
( Skripsi )
Oleh GERI ARDIKA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
Praktik Manajemen Laba sebelum dan Sesudah Initial Public Offering
Oleh Geri Ardika
Initial Public Offerings (IPO) adalah mekanisme yang harus dilakukan
perusahaan saat melakukan penawaran saham pertama kalinya kepada khalayak ramai di pasar perdana. Selain itu IPO juga memberi celah bagi manajemen perusahaan untuk dapat melakukan manajemen laba. Manajemen laba muncul sebagai konsekuensi pihak-pihak manajemen dalam pembuatan laporan keuangan demi kepentingan perusahaan itu sendiri. Manajemen laba tidak bisa diartikan sebagai upaya negatif yang merugikan, karena tidak selamanya manajemen laba selalu memanipulasi tingkat keuntungan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui apakah terdapat praktik manajemen laba satu tahun sebelum dan satu tahun sesudah IPO dilakukan.
Penelitian ini menggunakan data manajemen laba 1tahun sebelum dan 1 tahun setelah IPO. Sampel diambil sebanyak 48 perusahaan yang dilakukan secara purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui dokumentasi. Data dianalisis dengan menggunakan analisis Paired-samples T Test dengan software SPSS 17.0.
Hasil penelitian menyebutkan bahwa, untuk nilai discretionary accruals satu tahun sebelum IPO mempunyai nilai rata-rata positif. Sedangkan untuk nilai discretionary accruals satu tahun sesudah IPO mempunyai nilai rata-rata negatif, hasil ini menunjukan bahwa pada satu tahun pelaporan sebelum tanggal IPO perusahaan menaikan laba akuntansi, dan pada satu tahun pelaporan setelah tanggal IPO perusahaan menurunkan laba akuntansi. Disamping itu hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa adanya perbedaan yang signifikan dari manajemen laba sebelum IPO dengan manajemen laba setelah IPO.
iii ABSTRACT
Earning Management Practice Before And After The Initial Public Offering
By Geri Ardika
Initial Public Offerings (IPO) is a mechanism that should be done when the company first stock offering to the general public in the primary market. In addition, the IPO also gives the opportunity for the management of the company to be able to perform earnings management. Earnings management emerged as a consequence of the parties in the management of financial reporting in the
interest of the company itself. Earnings management cannot be interpreted as a negative action, since it does not always manipulate the level of earnings management profit. This study aims to determine whether there is any earnings management practices one year before and one year after IPO.
This study uses data management earnings 1 year before and 1 year after the IPO. Samples taken as many as 48 companies that conducted by purposive sampling Data collected through the documentation. Data were analyzed using analysis of paired-samples T test with SPSS 17.0 software.
The study says that, for the value of discretionary accruals one year prior to the IPO have an average value of positive. As for the value of discretionary accruals one year after the IPO has an average value is negative, these results show that in the year prior to the date of the IPO company reporting accounting profit
increase, and at one year after the date of the IPO companies reporting lower earnings accounting. Besides, the results of this study also showed that there are significant differences of earnings management prior to the IPO earnings
management after IPO.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kotabumi, pada tanggal 27 Oktober 1990, sebagai anak pertama dari
dua bersaudara, pasangan Bapak Karim dan Ibu Tuti Erwanis.
Pada tahun 1996, penulis menyelesaikan pendidikan taman Kanak-kanak (TK) di TK Tunas Harapan, Lampung Utara. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) di selesaikan pada tahun 2002 di
SD Negeri 2 Kotabumi Tengah, Lampung Utara. Tahun 2005 penulis berhasil menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 1 Kotabumi, Lampung Utara
dan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan pada tahun 2008 di MAN Kotabumi, Lampung Utara, Lampung.
Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
PERSEMBAHAN
Dengan kerendahan hati dan rasa syukur kepada ALLAH SWT yang tak henti-hentinya
melimpahkan berbagai kenikmatan-Nya, penulis mempersembahkan skripsi ini untuk : 1. Kedua orangtuaku tercinta Karim & Tuti Erwanis, motivator terbesar dalam hidupku
yang tak pernah jemu mendo’akan dan menyayangiku, atas segala pengorbanan dan
kesabaran mengatarku sampai kini.
2. Adikku, Rozalia Fitriana yang selalu selalu mendukung dan memotivasi untuk
keberhasilanku.
3. Seluruh Keluarga Besar yang selalu berdoa dan menanti keberhasilanku. 4. Saudara, Sahabat dan Teman-temanku yang selalu memberikan dukungan.
MOTO
Sesungguhnya bersama kesulitan itu pasti ada kemudahan, maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain),
SANWACANA
Assalamualaikum. Wr. Wb
Segala puji syukur penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“PRAKTIK MANAJEMEN LABA SEBELUM DAN SESUDAH INITIAL PUBLIC OFFERIN, STUDI PADA PERUSAHAAN YANG IPO DI BURSA EFEK
INDONESIA PERIODE 2009-2012” Penyusunan skripsi ini dimaksudkan guna melengkapi dan memenuhi sebagaian persyaratan untuk meraih gelar sarjana Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi di Universitas Lampung.
Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya dukungan berupa pengarahan, bimbingan, dan kerjasama semua pihak yang telah turut membantu dalam proses
menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;
2. Bapak Dr. Einde Evana, S.E., M.Si., Akt., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis dan selaku Penguji Ujian Pendadaran Mata Kuliah Universitas Lampung;
3. Ibu Yulistitya Asmaranti, S.E.,M.Si selaku Sekertaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;
4. Ibu Dr. Susi Sarumpaet, S.E., M.B.A., Akt selaku Pembimbing Utama atas
kesediaannya memberikan bimbingan dan ilmu pengetahuan yang sangat membangun dalam proses pewnyelesaikan skripsi ini;
5. Ibu Liza Alvia, S.E., M.Sc., Akt. selaku Pembimbing kedua atas kesediaanya memberikam bimbingan dan ilmu pengetahuan dan saran serta kesabaran dalam proses penyelesaian skripsi ini;
6. Ibu Dr. Rindu Rika Gamayuni, S.E., M.S.i selaku Pembimbing Akademik dan Penguji Utama pada Ujian Skripsi atas saran yang telah diberikan dalam proses penyelesaian skripsi ini;
7. Ibu Dr. Ratna Septiyanti, S.E., M.Si., Akt., dan Ibu Ninuk D. Kesumaningrum, S.E., M.Sc., Akt. selaku Penguji Ujian Pendadaran Mata Kuliah pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;
8. Seluruh dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universirtas Lampung; 9. Yang Tercinta kedua orang tuaku;
10.Yang terkasih Adikku;
11.Nissa, Febi, Jerry, Umar, Andi, Didik, Hendy, Ipeh, Danis, Nirol, Dwi, Paulina, Teman-Teman Akuntansi angkatan 2008;
13.Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;
14.Teman-Teman Akuntansi angkatan 2006 dan 2007;
15.Harun, Felix, Nuel, Wulan, Sarah, Reza, Dedi Prasetyo, Zaki, adik-adik tingkat angkatan 2009 yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu;
16.Jefri, Nevia, Bella, Devi, Teja, Satria, Anas, Elza, Jenny, Surya, adik-adik tingkat angkatan 2010;
17.Dewi, Liza, Ayu, Lisa, Nadia, Rara, Marce, Agung, Niko, adik-adik angkatan 2011; 18.Bapak Sobari, Ibu Sri, Mas Yana, Mas Yogi, Mas Leman selaku staf administrasi
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
19.Terimakasih untuk orang-orang yang sudah terlibat atau melibatkan dirinya dalam hidup saya, dan orang-orang yang terlewat disebutkan yang memiliki arti yang sama dalam kehidupan saya. Terima Kasih.
20.Semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini yang tidak dapat disebut satu-persatu, semoga amal perbuatan mendapat balasan dari ALLAH SWT.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan penelitian yang akan datang. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat dan menambah wawasan bagi kita semua.
Akhir kata Penulis Mengucapkan “Terima Kasih”.
Bandar Lampung, Januari 2015 Penulis,
DAFTAR ISI
1.2PerumusandanBatasanMasalah ... 6
1.2.1 PerumusanMasalah ... 6
1.2.2 BatasanMasalah... 6
1.3TujuandanManfaatPenelitian ... 6
1.3.1 TujuanPenelitian ... 7
1.3.2 ManfaatPenelitian ... 7
BAB IILANDASAN TEORI 2.1Teorikeagenandanasimetriinformasi ... 8
2.2Manajemenlaba (earnings management) ... 9
2.3Initial Public Offerings (IPO) ... 14
2.4ProsedurMelakukanInitial Public Offerings (IPO) ... 15
2.5PenelitianTerdahulu ... 20
2.6HipotesisPenelitian ... 22
2.6.1 ManajemenLabaperusahaansebelum IPO ... 22
2.6.2 ManajemenLabaperusahaansesudah IPO ... 23
2.7Model Penelitian ... 24
BAB IIIMETODE PENELITIAN 3.1 Sampeldan Data Penelitian ... 27
ii
3.3 MetodeAnalisis Data ... 30
3.3.1 StatistikDeskriptif ... 30
3.3.2 Paired Sampel T Test ... 30
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 HasilPenelitian ... 33
4.1.1 AnalisisStatistikDeskriptif ... 33
4.1.2 UjiNormalitasVariabelPenelitian ... 41
4.2 PengujianHipotesis ... 34
4.3 Pembahasan ... 35
4.3.1ManajemenLabaperusahaansatutahunsebelum IPO ... 35
4.3.2ManajemenLabaperusahaansatutahunsesudah IPO ... 36
4.3.3Perbedaanpraktikmanajemenlabasatutahunsebelumdengansatutahu nsesudah IPO ... 37
BAB VSIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 39
5.2 Keterbatasan Penelitian dan Saran………... . 60
DAFTAR TABEL Tabel
Halaman
3.1 Prosedur Pemilihan Sampel ... 27
4.1 Statistik Deskriptif ... 32
4.2 Hasil Uji Normalitas ... 33
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran :
1. Perusahaan Sampel Penelitian 2. Data Mentah Penelitian
3. Perhitungan Discretionary accruals Sebelum IPO 4. Perhitungan Discretionary accruals Setelah IPO 5. Input Data Penelitian
DAFTAR GAMBAR
Gambar :
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Penawaran saham perdana yang dilakukan perusahaan kepada publik (Initial
Publik Offerings) merupakan langkah awal bagi perusahaan sebelum berubah
status menjadi perusahaan go public. Guo dan Mech (2000) dalam Sulistyanto dan Wibisono (2003:1) menyatakan dalam Initial Publik Offerings terjadi fenomena
asimetri informasi dan penurunan kinerja. Asimetri informasi yang terjadi antara investor dan emiten, memaksa investor untuk mengandalkan informasi yang
tersedia dalam prospektus. Salah satu informasi yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan adalah informasi mengenai laba perusahaan.
Laporan keuangan merupakan informasi yang dipergunakan oleh banyak pihak
untuk pembuatan keputusan ekonomik, baik oleh pihak internal maupun oleh pihak eksternal perusahaan. Kegunaan laporan keuangan dalam hal ini memegang
peran sentral, untuk merepresentasikan pengukuran dan komunikasi informasi ekonomik kepada para pembuat keputusan. Tanggung jawab untuk menyiapkan
2
perusahaan untuk menyiapkan informasi, kemudian informasi tersebut akan pandangan yang benar dan fair terkait dengan kondisi keuangan dan kinerja
perusahaan. Untuk mencapai kegunaan sebagai alat bantu keputusan bagi stakeholder perusahaan, maka untuk memenuhi kebutuhan tersebut, informasi
yang ada harus relevan dan reliabel.
Laba yang dilaporkan perusahaan, digunakan sebagai sinyal kepada investor untuk melihat kinerja keuangan. Laba sebagai salah satu ukuran kinerja keuangan
diukur dengan dasar akrual. Manajer dapat menyusun laporan keuangan dengan memilih metode akuntansi atau akrual akuntansi yang meningkatkan laba dan laba yang tinggi diharapkan akan dihargai oleh investor berupa harga penawaran yang
tinggi. Terpusatnya perhatian investor pada laba seringkali membuat investor tidak memperhatikan prosedur yang digunakan perusahaan dalam menghasilkan
informasi laba. Hal ini mengakibatkan investor akan kesulitan memahami secara penuh praktik manajemen laba yang mungkin dilakukan oleh manajer, dalam
kondisi yang demikian maka suatu dorongan dan kesempatan akan muncul dan tersedia bagi manajer untuk melakukan manipulasi atau manajemen atas laba yang dilaporkan.
Manajemen laba muncul sebagai konsekuensi pihak-pihak manajemen dalam pembuatan laporan keuangan demi kepentingan perusahaan itu sendiri.
3
Berdasarkan teori keagenan dan windows of opportunity, sikap manajer dalam melakukan manipulasi atas laporan keuangan perusahaan tidak mungkin dapat
dilanjutkan dalam jangka panjang sehingga pasca penawaran perusahaan akan mengalami penurunan kinerja. Berdasarkan teori keagenan, penurunan kinerja
setelah penawaran didorong dan dimotivasi oleh sikap manajer yang memanipulasi informasi kinerja keuangan perusahaan agar saham yang ditawarkan perusahaan dinilai positif oleh pasar (Diah, 2011).
Initial Public Offerings (IPO) merupakan peristiwa yang penting bagi perusahaan,
dalam hal ini perusahaan menawarkan saham pada publik untuk yang pertama kali. Dengan melakukan IPO atau go public, perusahaan akan mendapatkan
tambahan dana yang dapat dipergunakan untuk pengembangan usahanya. Pada saat melakukan penawaran saham perdana (IPO).
Perusahaan harus menyediakan prospektus yang berisi informasi keuangan dan non keuangan. Informasi keuangan atau akuntansi berguna bagi investor dan
kreditur (dan pihak-pihak lain yang berkepentingan dengan perusahaan) untuk menilai suatu perusahaan dan untuk mengambil keputusan investasi. Informasi akuntansi yang tidak valid dapat menyebabkan investor salah mengambil
keputusan. Dengan demikian laporan keuangan sangat penting bagi investor, karena melalui media inilah investor memahami keadaan emiten di masa lalu
4
Para pemodal umumnya memiliki informasi terbatas yang diungkapkan dalam prospektus, hal ini dapat mengakibatkan investor atau calon investor harus
melakukan analisis yang menyeluruh sebelum mengambil keputusan untuk membeli (memesan) saham, dalam prospektus ini yang memberikan informasi
mengenai keuangan maupun non keuangan, seperti jumlah saham, tujuan IPO, jadwal kegiatan IPO, rencana penggunaan dan hasil IPO, pernyataan hutang dan kewajiban, kegiatan dan prospek masa depan, perpajakan dan lain sebagainya.
Maksud disajikan informasi itu adalah membantu investor atau calon investor untuk mengambil keputusan yang rasional mengenai resiko atau nilai saham yang ditawarkan perusahaan emiten (Kim et al 1995 dalam Gumanti, 2009). Selain itu
informasi tersebut digunakan sebagai salah satu sumber untuk menilai IPO, sehingga dengan adanya hubungan antara informasi akuntansi dan harga
penawaran suatu IPO maka menjurus pada suatu anggapan bahwa issuers
memiliki dorongan untuk melakukan earnings management untuk meningkatkan keuntungan yang dilaporkan di dalam laporan keuangan. Hal ini menunjukkan
adanya informasi yang tidak seimbang (asymmetry information) yang menyertai kebijakan IPO.
Selain itu IPO juga memberi celah bagi manajemen perusahaan untuk dapat melakukan manajemen laba, terbukti dengan adanya penemuan atas penipuan di
5
serangkaian proses pengalihan kepemilikan saham yang telah direncanakan PT KS beberapa tahun terakhir. Harga saham PT KS telah ditetapkan sebesar Rp 850
persaham. Jumlah saham yang dilepas ke masyarakat sebanyak 3,155 miliar saham atau setara dengan 20% dari keseluruhan saham. Perkiraan dana (kotor)
yang dapat diraih PT KS dari IPO atau penawaran umum perdana ini adalah sebesar Rp 2,68 Triliun. (Krakatau.steel.com, 11/11/2010, diakses 14 November, 2013). Baru satu sesi saja investor yang membeli saham Krakatau melalui Credit
Suisse sudah mengeruk untung besar. IPO (penawaran umum saham perdana) PT
Krakatau Steel merupakan perampokan melalui pasar modal (Republika.co.id,
12/11, diakses 14 November, 2013 ). Dari penemuan ini IPO tidak hanya
digunakan untuk mendapatkan dana untuk kelangsungan hidup perusahaan tetapi untuk mengeruk dana dari penjualan saham hanya untuk manajemen perusahaan
yang melakukan IPO.
Joni dan Jogiyanto (2009) berhasil menemukan manajemen laba disekitar IPO, yaitu perioda Tahun kedua sebelum IPO dan Tahun kelima setelah IPO.
Perusahaan melakukan manajemen laba dengan menurunkan nilai laba periode dua tahun sebelum IPO, kemudian manajemen laba dilakukan dengan menaikkan
nilai laba pada perioda satu tahun sebelum IPO. Perusahaan juga melakukan manajemen laba dengan menaikkan nilai laba perioda lima tahun setelah IPO.
Penelitian Joni dan Jogiyanto juga menemukan bahwa manajemen laba perioda 2 tahun sebelum IPO berhubungan dengan return saham dengan menggunakan kecerdasan investor sebagai pemoderasi. Koefisien hubungan manajemen laba
6
negatif. Hal ini menunjukkan bahwa manajemen laba yang tinggi menyebabkan nilai harga saham rendah ketika mempertimbangkan faktor kecerdasan investor.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini selain ingin mengetahui apakah terdapat perbedaan praktik manajemen laba yang dihitung satu
tahun sebelum dan satu tahun sesudah IPO, serta penelitian ini bertujuan ingin mengetahui apakah manajemen laba yang dilakukan satu tahun sebelum dan satu sesudah IPO menaikan atau menurunkan laba, berdasarkan hal tersebut, maka
penulis tertarik melakukan penelitian yang dengan judul sebagai berikut “Praktik Manajemen Laba sebelum dan Sesudah Initial Public Offering”.
1.2Perumusan dan Batasan Masalah 1.2.1 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas. Maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah “Apakah terdapat perbedaan praktik manajemen laba
yang dihitung menggunakan Discretionary Accruals (DA) satu tahun sebelum dan
satu tahun sesudah IPO?”.
1.2.2 Batasan Masalah
Batasan masalah dilakukan agar penelitian dan pembahasanya lebih terarah, sehingga hasilnya tidak bias dan sesuai dengan harapan peneliti. Batasan masalah
dalam penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan yang melakukan IPO
7
2. Penelitian ini hanya meneliti perbedaan praktik manajemen laba yang dihitung menggunakan Discretionary Accruals (DA) satu tahun sebelum
dan satu tahun sesudah IPO.
1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang penulis kemukakan diatas, maka dapat dijelaskan tujuan dari penelitian ini adalah: ingin mengetahui apakah terdapat praktik
manajemen laba satu tahun sebelum dan satu tahun sesudah IPO dilakukan.
1.3.2 Manfaat Penelitian 1.3.2.1Manfaat Teoritis
- Hasil penelitian ini diharapkan Dapat memperluas wawasan dan
pengetahuan serta bukti empiris mengenai manajemen laba di sekitar IPO
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
- Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan
wawasan bagi mereka yang akan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai Initial Public Offering dan manajemen laba.
1.3.2.2Manfaat Praktis
- Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai Initial Public Offering dan manajemen laba.
- Memberikan variasi hasil tentang pengukuran manajemen laba dalam laporan keuangan sesuai dengan penerapan teori-teori yang ada pada saat
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1Teori keagenan dan asimetri informasi
Teori keagenan dalam perusahaan mengidentifikasi adanya pihak-pihak dalam
perusahaan yang memiliki berbagai kepentingan untuk mencapai tujuan dalam kegiatan perusahaan. Teori ini muncul karena adanya hubungan antara prinsipal
dan agen. Teori agensi mengasumsikan bahwa semua individu bertindak atas kepentingan mereka sendiri. Pemegang saham sebagai prinsipal diasumsikan hanya tertarik kepada hasil keuangan yang bertambah atau investasi mereka di
dalam perusahaan. Para agen diasumsikan menerima kepuasan berupa kompensasi keuangan dan syarat-syarat yang menyertai dalam hubungan tersebut. Teori ini berusaha untuk menggambarkan faktor-faktor utama yang sebaiknya
dipertimbangkan dalam merancang kontrak insentif (Warsidi dan Pramuka, 2007).
Hubungan keagenan merupakan sebuah kontrak antara satu orang atau lebih
(principal) yang mempekerjakan orang lain (agen) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen tersebut (Jensen and Meckling, 1976:5) dalam Hani dkk (2008).
9
kepentingan antara prinsipal dan agen. Pihak prinsipal termotivasi mengadakan kontrak untuk meningkatkan kesejahteraan dirinya dengan profitabilitas yang
selalu meningkat sementara agen termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomis dan psikologisnya. Konflik kepentingan semakin meningkat
terutama karena prinsipal tidak memonitor aktivitas agen sehari-hari untuk memastikan bahwa agen bekerja sesuai dengan keinginan pemegang saham.
Hubungan antara prinsipal dan agen, berkaitan dengan akuntansi keuangan karena
kontrak antara prinsipal dan agen seringkali berdasar pada laporan keuangan. Laporan keuangan memiliki peranan penting dalam pengambilan keputusan. Laporan keuangan dimaksudkan untuk digunakan oleh berbagai pihak, termasuk
manajemen perusahaan sendiri. Pada kenyataannya, agen memiliki lebih banyak informasi penting mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja, dan perusahaan
secara keseluruhan. Situasi ini memicu adanya suatu kondisi yang disebut asimetri informasi. Asimetri informasi adalah suatu kondisi dimana ada
ketidakseimbangan perolehan informasi antara pihak manajemen sebagai
penyedia informasi dengan pihak pemegang saham dan stakeholders sebagai pengguna informasi (Irfan, 2002:88).
2.2Manajemen laba (earnings management)
Manajemen Laba merupakan suatu fenomena yang tidak bisa dihindari, karena fenomena terjadinya manajemen laba adalah dampak dari penggunaan dasar
10
menjadikan laporan keuangan yang benar sahih, tetapi akrual yang digunakan oleh manajer untuk mempengaruhi pemegang saham.
Manajemen laba adalah tindakan yang dilakukan oleh pihak manajemen dengan
menaikkan atau menurunkan laba yang dilaporkan dari unit yang menjadi tanggung jawabnya yang tidak mempunyai hubungan dengan kenaikan
ataupenurunan profitabilitas dalam jangka panjang. Schipper (1989) dalam Sutrisno (2002:163) mendefinisikan manajemen laba sebagai suatu intervensi dengan tujuan tertentu dalam proses pelaporan keuangan eksternal, untuk
memperoleh beberapa keuntungan privat, sedangkan Healy dan Palepu (2003:6), menyatakan bahwa manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan
pertimbangan dalam pelaporan keuangan, dan membentuk transaksi untuk mengubah laporan keuangan dengan tujuan untuk memanipulasi besaran laba kepada beberapa stakeholders tentang kinerja ekonomi yang mendasari
perusahaan, atau untuk mempengaruhi hasil perjanjian yang tergantung pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan.
Dari sudut pandang etika, Schipper (1998) dalam Sutrisno (2002) menyatakan
bahwa manajemen laba adalah suatu intervensi dengan tujuan tertentu dalam proses pelaporan keuangan eksternal, untuk memperoleh beberapa keuntungan
pribadi (sebagai lawan untuk memudahkan operasi yang netral dari proses tersebut). Deegan (2004) mendefinisikan manajemen laba sebagai tindakan seorang manajer dengan menyajikan laporan yang menaikan atau menurunkan
11
menimbulkan kenaikan (penurunan) profitabilitas ekonomi unit tersebut dalam jangka panjang. Sedangkan menurut Healy dan Palepu (2003), manajemen laba
terjadi ketika manajer menggunakan pertimbangan (judgment) dalam pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi untuk merubah laporan keuangan, dengan tujuan untuk memanipulasi besaran (magnitude) laba kepada beberapa
stakeholders tentang kinerja ekonomi perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil
perjanjian (kontrak) yang tergantung pada angka-angka akuntansi yang
dilaporkan.
Menurut Scott (2006:351) terdapat dua cara untuk memahami manajemen laba, yaitu:
1. Memahami manjemen laba sebagai perilaku oportunistik manajer untuk memaksimalkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, hutang, dan political cost.
2. Memandang manajemen laba dari perspektif efficient contracting, dimana manajemen laba memberi manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi diri
mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak.
Dengan demikian, manajer mungkin dapat mempengaruhi nilai pasar saham perusahaan melalui manajemen laba, misalnya membuat perataan laba dan pertumbuhan laba sepanjang waktu.
Pada dasarnya manajer memanage laba karena earnings atau laba telah dijadikan
12
khusus dan perusahaan (organisasi) secara umum. Scott (2006) mengemukakan beberapa motivasi terjadinya manajemen laba:
1. Bonus Purposes, manajer yang memiliki informasi atas laba bersih perusahaan akan bertindak secara opportunistik untuk melakukan manajemen laba dengan memaksimalkan laba.
2. Political Motivations, manajemen laba digunakan untuk mengurangi laba yang dilaporkan pada perusahaan publik. Perusahaan cenderung
mengurangi laba yang dilaporkan karena adanya tekanan publik yang mengakibatkan pemerintah menetapkan peraturan yang lebih ketat.
3. Taxation Motivation, motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba yang paling nyata. Berbagai metode akuntansi digunakan dengan tujuan penghematan pajak pendapatan.
4. Pergantian CEO, CEO yang mendekati masa pensiun akan cenderung menaikkan pendapatan untuk meningkatkan bonus mereka. Dan jika
kinerja perusahaan buruk, mereka akan berusaha memaksimalkan pendapatan agar tidak diberhentikan.
5. Initial Public Offering (IPO), manajer perusahaan akan melakukan
earning management agar harga sahamnya saat penawaran perdana (IPO)
lebih tinggi, sedangkan kapitalisasi modal perusahaan menjadi lebih besar.
13
mempengaruhi keputusan calon investor maka manajer berusahan manaikan laba yang dilaporkan.
Irfan (2002:89) mengungkapkan bahwa terdapat tiga teknik yang dapat digunakan
manajer dalam melakukan manajemen laba, yaitu: 1. Perubahan Metode Akuntansi
Dilakukan dengan mengubah metode akuntansi yang berbeda dengan metode sebelumnya sehingga dapat menaikkan atau menurunkan angka laba. Misalnya, dengan mengubah metode depresiasi, metode penilaian
persediaan, mengubah taksiran umur asset, dan sebagainya. 2. Memainkan Kebijakan Perkiraan Akuntansi
Dilakukan dengan cara memainkan kebijakan akuntansinya. Misalnya, mengubah kebijakan taksiran piutang tak tertagih, kebijakan perkiraan
biaya garansi, maupun kebijakan perkiraan terhadap proses pengadilan yang belum diputuskan.
3. Menggeser Periode Biaya atau Pendapatan
Kebijakan ini juga dikatakan sebagai manipulasi keputusan operasional. Misalnya, mempercepat atau menunda pengeluaran promosi sampai periode akuntansi berikutnya, kerjasama dengan vendor untuk
mempercepat atau menunda pengiriman tagihan sampai periode akuntansi berikutnya, menjual investasi sekuritas untuk memanipulasi laba, dan lain
14
2.3Initial Public Offerings (IPO)
Go public adalah peristiwa penawaran saham yang dilakukan oleh perusahaan
(emiten) kepada masyarakat umum (investor) untuk pertama kalinya (Sunariyah, 2006:200). Pengertian pertama kali menyatakan bahwa istilah go public hanya
digunakan pada waktu pertama kali perusahaan menjual saham. Arti pertama kali ini disebut pasar perdana.
Ekayanti (2007:37), mendefinisikan IPO sebagai penawaran saham dipasar perdana yang dilakukan perusahaan yang hendak go public. Undang-undang
Republik Indonesia No. 8 Tahun 1995 tentang pasar modal mendefinisikan penawaran umum sebagai kegiatan penawaran yang dilakukan emiten untuk
menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang telah diatur dalam undang-undang tersebut dan peraturan pelaksanaannya.
Menurut Klinik Go Public dan Investasi (Publikasi BEJ) dalam Suyatmin dan
Sujadi (2006:17), go public atau penawaran umum merupakan kegiatan yang dilakukan emiten untuk menjual sekuritas kepada masyarakat, berdasarkan tata cara yang diatur undang-undang dan peraturan pelaksanaannya. Bagi perusahaan
yang belum go public, awalnya saham-saham perusahaan tersebut dimiliki oleh manajer-manajernya, pegawai-pegawai kunci, dan hanya sebagian kecil yang
dimiliki investor. Sejalan dengan perkembangan perekonomian, semakin meningkat pula upaya perusahaan untuk mengembangkan usahanya dan
melakukan kegiatan dalam rangka memperoleh dana untuk ekspansi bisnis. Pada
15
atau menambah jumlah dari pemilikan dengan menerbitkan saham baru. Joni dan Jogiyanto (2009:16) menyatakan bahwa apabila saham akan dijual untuk
menambah modal, saham baru dapat dijual dengan berbagai cara berikut:
1. Dijual kepada pemegang saham yang ada (right issue)
2. Dijual kepada karyawan lewat ESOP (Employee Stock Ownership Plan).
3. Menambah saham lewat dividen yang tidak dibagi (dividend reinvestment plan).
4. Dijual langsung kepada pembeli tunggal (biasanya investor institusi)
secara privat (private repalacement). 5. Ditawarkan kepada publik (IPO).
2.4Prosedur Melakukan Initial Public Offerings (IPO)
1. Tahap Persiapan
Perusahaan yang akan melakukan IPO terlebih dahulu mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) atau Rapat Umum Pemegang Saham
Luar BIasa (RUPS-LB) untuk mendapatkan persetujuan dari pemegang saham. Dalam RUPS atau RUPS-LB tersebut diputuskan berapa modal
yang dibutuhkan dan bagaimana komposisi saham setelah IPO dilakukan. 2. Mempersiapkan Penjamin Emisi/Underwriter
Setelah mendapatkan persetujuan dari para pemegang saham untuk
melakukan IPO dalam RUPS atau RUPS-LB maka perusahaan mencari dan menunjuk perusahaan efek yang berfungsi sebagai Penjamin
16
penunjang dan lembaga penunjang berfungsi untuk membantu
mempersiapkan berbagai dokumen emisi untuk keperluan IPO tersebut.
3. Tahap Pengajuan Pernyataan Pendaftaran
Pernyataan Pendaftaran merupakan tahapan dimana calon emiten
menyerahkan dokumen yang memuat prinsip-prinsip keterbukaan dan prospektus ringkas yang berisi berbagai informasi terkait dengan
perusahaan, mulai dari company profile, kinerja operasional perusahaan
seperti, neraca rugi laba, proyeksi kinerja perusahaan serta untuk kepentingan apa dana masyarakat itu dibutuhkan. Dalam Pernyataan
pendaftaran juga harus terdapat informasi dan atau fakta materiel mengenai perusahaan yang akan melakukan penawaran umum atas efeknya. Pernyataan pendaftaran tidak hanya memuat fakta mengenai
calon emiten tetapi juga memuat pendapat dari profesi penunjang yang ada di pasar modal mengenai calon emiten tersebut baik mengenai harta
kekayaan, keuangan atau status hukum dari calon emiten tersebut.
Di BAPEPAM semua dokumen dari calon emiten yang telah diterima akan dievaluasi, BAPEPAM dapat meminta perubahan atau tambahan informasi
kepada calon emiten apabila menilai bahwa dokumen yang diajukan perlu penambahan kelengkapan mengenai kejelasan informasi,
keterbukaan, maupun aspek hukum, akuntansi, keuangan dan manajemen. Setelah melakukan evaluasi terhadap kelengkapan dokumen yang
disampaikan oleh calon emiten dan BAPEPAM menyatakan dokumen
17
Pernyataan efektif ini merupakan gerbang bagi calon emiten untuk menawarkan sahamnya kepada masyarakat. Mengenai jangka waktu
dinyatakan efektifnya Pernyataan Pendaftaran, dalam Undang-undang Pasar Modal dinyatakan bahwa Pernyataan Pendaftaran menjadi efektif
pada hari ke empat puluh lima atau pada tanggal yang lebih awal jika dinyatakan efektif oleh oleh BAPEPAM. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa BAPEPAM merupakan awal dari kegiatan suatu perusahaan atau
calon emiten di pasar modal. Selain sebagai hulu dari semua kegiatan di pasar modal BAPEPAM juga berfungsi dan bertanggungjawab dalam
melakukan pembinaan, pengaturan dan pengawasan dalam kegiatan di pasar modal sesuai dengan UU No 8 Th 1995 tentang Pasar Modal. 4. Tahap Penawaran Efek pada Pasar Perdana
Setelah pernyataan pendaftaran dinyatakan efektif oleh BAPEPAM maka efek yang dikeluarkan oleh emiten sudah boleh dipasarkan kepada
masyarakat. Mekanisme penawaran umum ini ditentukan dan diatur oleh underwriter yang ditunjuk oleh emiten. Penawaran umum inilah yang dinamakan penawaran pada Pasar Perdana.
Mekanisme awal yang perlu dilakukan oleh emiten adalah menyediakan prospektus lengkap atau prospektus final yang akan diserahkan kepada
calon investor. Dalam prospektus final ini terangkum semua informasi mengenai emiten secara lengkap sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai emiten sehingga investor dapat mengambil keputusan
18
informasi mengenai penawaran umum tersebut emiten juga akan mengumumkan prospektus ringkas yang sudah diperbaiki (apabila ada
perbaikan dari prospectus awal) pada surat kabar harian berbahasa Indonesia yang beredar secara nasional.
5. Tahap Pencatatan Efek di Bursa dan Perdagangan di Pasar Sekunder. Setelah melakukan penawaran umum maka emiten akan mencatatkan perusahaannya di bursa atau Bursa Efek Indonesia (BEI) dan atau di bursa
lain baik dalam negeri maupun di luar negeri sepanjang emiten sanggup memenuhi syarat pencatatan suatu emisi di suatu bursa dan tentu saja
sesuai dengan kebutuhan dari emiten. Pencatatan Efek di bursa inilah yang disebut dengan tahapan dimana suatu perdangan efek dari perusahaan memasuki pasar sekunder. Sebelum suatu bursa mencatatkan efek dari
emiten, bursa tersebut juga akan memeriksa kelengkapan yang diperlukan dalam rangka pencatatan efek dari emiten, dimana setiap bursa
mempunyai persyaratan tersendiri dalam rangka pencatatan suatu emisi. Dengan adanya pencatatan efek ini maka efek tersebut dapat
ditransaksikan oleh pemiliknya dimana efek tersebut dicatatkan. Bagi
emiten pencatatan di bursa ini bisa juga merupakan promosi gratis karena suatu perusahaan terbuka akan mendapatkan pemberitaan yang lebih
banyak daripada perusahaan yang bersifat tertutup. Bagi investor pencatatan perusahaan di bursa akan memberikan likuiditas yang lebih bagi efek yang dimilikinya sehingga akan mempermudah investor tersebut
19
Rotary dalam Diah (2011) menyatakan keputusan untuk go public atau tetap menjadi perusahaan privat merupakan keputusan yang penting. Jika perusahaan memutuskan untuk go public dan melemparkan sahamnya ke publik (initial public
offering), isu utama yang muncul adalah tipe saham apa yang akan dilempar,
berapa harga yang harus ditetapkan untuk selembar sahamnya, dan kapan
waktunya yang paling tepat. Persaingan harga yang wajar di pasar modal ini tergantung pada konsep efisiensi pasar modal. Pasar modal yang efisien didefinisikan sebagai pasar yang harga sekuritas-sekuritasnya telah
mencerminkan semua informasi yang relevan. Semakin cepat informasi baru tercermin pada harga sekuritas, semakin efisien pasar modal tersebut.
Bagi perusahaan, menjual saham kepada masyarakat berarti mendapat pilihan lain dalam mendapatkan modal, guna meningkatkan omset perusahaan. Bagi investor,
membeli saham perusahaan yang melakukan IPO akan memberikan alternatif lain dalam memperoleh penghasilan. Dengan membeli saham, investor akan mendapat penghasilan berupa dividen. Selain harus mendaftar ke Bapepam, perusahaan
harus mempublikasikan prospektus yang merupakan syarat wajib untuk suatu perusahaan yang hendak melakukan penawaran ke publik, hal tersebut sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bapepam. Begitu pentingnya prospektus karena mempunyai peran sebagai iklan, guna untuk menarik investor agar
membeli efek yang dijual dan didalamnya berisi tentang jadwal proses go public,
sejarah singkat perusahaan, Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga, para pengelola (komisaris dan direksi), struktur organisasi, pendapat dari konsultan
20
kebijakan dividen dan risiko. Setelah perusahaan resmi tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), perusahaan harus menunaikan kewajiban yang harus dipenuhi
yaitu menerbitkan laporan keuangan tahunan, membayar biaya go public, mengadakan RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) dan perusahaan harus
bersikap terbuka terhadap publik.
2.5Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian empiris tentang penerapan manajemen laba di sekitar IPO
telah banyak dilakukan, namun hasil yang ditemukan tidak selalu konsisten antara penelitian yang satu dengan penelitian yang lain.
Novalinda (2007) dalam Umbara (2008) melakukan penelitian dengan judul
Earnings management dan Faktor – Faktor yang Memperngaruhinya Pada Perusahaan Manufaktur yang Melakukan IPO Di Bursa Efek Jakarta Tahun 2001 – 2004, kesimpulan yang didapat adalah Terjadi praktek earnings management
pada perusahaan manufaktur yang go publik di Bursa Efek Jakarta.
Joni dan Jogiyanto (2009) berhasil menemukan manajemen laba disekitar IPO, yaitu perioda Tahun kedua sebelum IPO dan Tahun kelima setelah IPO.
Perusahaan melakukan manajemen laba dengan menurunkan nilai laba periode dua tahun sebelum IPO, kemudian manajemen laba dilakukan dengan menaikkan
21
Setiawati (2002) menguji apakah terjadi manajemen laba dalam laporan keuangan yang disajikan pada satu tahun sebelum IPO dan satu tahun setelah IPO dengan
menggunakan proxy discretionary accruals. Penelitian ini menggunakan sampel 24 perusahaan manufaktur yang go public di antara tahun 1995-2001. Hasilnya
membuktikan bahwa terjadi manajemen laba pada laporan keuangan satu tahun sebelum IPO dan satu tahun setelah IPO.
Saiful (2004) berhasil menemukan manajemen laba disekitar IPO, yaitu pada perioda dua tahun sebelum IPO, ketika IPO dan dua tahun setelah IPO. Selain itu
terdapat kinerja operasi setelah IPO rendah yang dipengaruhi oleh manajemen laba. Kemudian, ditemukan juga return saham satu tahun setelah IPO rendah,
namun dalam penelitian itu tidak berhasil menemukan hubungan antara rendahnya return saham setahun setelah IPO dengan manajemen laba disekitar IPO.
Khoirudin (2007) melakukan penelitian mengenai indikasi terjadinya manajemen
laba pada sebelum dan sesudah dilakukan penawaran umum perdana.
Penelitiannya dilakukan pada 37 perusahaan sampel yang melakukan IPO beserta tanggal IPO dalam kurun waktu 2001-2004. Hasil penelitiannya dapat
disimpulkan bahwa telah terjadi indikasi tindakan manajemen laba pada laporan keuangan perusahaan yang melakukan IPO dalam periode satu tahun sebelum dan
22
2.6Hipotesis Penelitian
2.6.1 Manajemen Laba perusahaan sebelum IPO
Manajemen laba dilakukan oleh manajer pada faktor-faktor fundamental
perusahaan, yaitu dengan intervensi pada penyusunan laporan keuangan
berdasarkan akuntansi akrual. Kinerja fundamental perusahaan tersebut digunakan oleh pemodal untuk menilai prospek perusahaan, yang tercermin pada kinerja
saham. Manajemen laba yang dilakukan manajer pada laporan keuangan tersebut akan mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan, yang selanjutnya akan
mempengaruhi kinerja saham (Wibisono, 2004).
Manajemen laba adalah campur tangan manajemen dalam proses penyusunan laporan keuangan guna mencapai tingkat laba tertentu dengan tujuan untuk
menguntungkan dirinya sendiri atau perusahaannya sendiri (Saputro dan Setiawati, 2003). Asimetri informasi yang terjadi pada saat IPO, memotivasi manajer untuk bersikap oportunistik dengan memanipulasi kinerjanya sebelum
dan pada saat penawaran (Sulistyanto dan Midiastuti, 2002). Salah satu motivasi manajemen melakukan manajemen laba adalah Penawaran saham perdana (IPO),
informasi keuangan yang ada dalam prospectus pada saat perusahaan melakukan IPO merupakan sumber informasi yang penting. Informasi ini dapat dipakai
investor untuk menilai perusahaan. Perusahaan cenderung menaikkan laba untuk mempengaruhi keputusan calon investor.
Saiful (2004) berhasil menemukan manajemen laba disekitar IPO, yaitu pada
23
(2002) yang membuktikan bahwa terjadi manajemen laba pada laporan keuangan satu tahun sebelum IPO, sedangkan Hughes (1986) dalam Scott (2006)
menunjukkan bahwa informasi seperti laba bersih dapat menjadi hal yang berguna bagi investor untuk membantu memberikan penilaian terhadap perusahaan. Hal ini
menimbulkan kemungkinan bahwa manajer dari perusahaan yang akan
melaksanakan IPO meningkatkan laba yang dilaporkan dalam prospektus dengan harapan dapat meningkatkan harga saham.
H1 : Pada satu tahun pelaporan sebelum tanggal IPO perusahaan menaikan laba akuntansi
2.6.2 Manajemen Laba perusahaan sesudah IPO
Menurut Rao (1993) dalam Saiful (2002) tidak terdapat media lain yang menyediakan informasi perusahaan yang sedang melakukan IPO, kecuali prospektus yang disyaratkan Pengawas Pasar Modal. Kelangkaan informasi
perusahaan sebelum IPO, memaksa investor potensial hanya mengandalkan prospektus sebagai sumber informasi mengenai perusahaan. Padahal prospektus
hanya menyediakan laporan keuangan dan informasi non keuangan selama tiga tahun sebelum IPO (Teoh et al. 1998 dalam Fidyati dkk, 2004).
Penelitian manajemen laba sesudah perusahaan melakukan IPO diteliti oleh
Setiawati (2002) yang membuktikan bahwa terjadi manajemen laba pada laporan keuangan satu tahun setelah IPO. Saiful (2004) yang menemukan manajemen laba
24
rendah karena dipengaruhi oleh manajemen laba. Dia juga menemukan bahwa return saham satu tahun setelah IPO rendah. Namun dia tidak berhasil
menemukan hubungan antara rendahnya return saham tersebut dengan manajemen laba di sekitar IPO. Loughran dan Ritter (1997) dalam Sulistyanto dan Wibisono (2003) menemukan bukti bahwa terdapat penurunan margin laba dan return on
asset perusahaan setelah IPO. Sulistyanto dan Prawoto (2003) menyatakan bahwa
jika manajer bersikap oportunis maka perusahaan issuer akan mengalami
penurunan kinerja (underperformance) pasca penawaran sebagai akibat manajer melakukan rekayasa keuangan. Sikap oportunis ini bertujuan untuk menaikkan
harapan investor terhadap kinerja perusahaan di masa depan dan menaikkan harga penawaran, karena setelah dua tahun pasca IPO, investor sudah mampu
mengetahui bahwa terdapat praktek manajemen laba. Investor telah menyadari
adanya manipulasi ini, sehingga praktek manajemen laba tidak bisa lagi dilakukan dan menyebabkan terjadinya penurunan kinerja saham perusahaan.
H2 : Pada satu tahun pelaporan setelah tanggal IPO perusahaan menurunkan laba akuntansi
2.7Model Penelitian
Dalam teori keagenan manajemen laba merupakan tindakan oportunis yang
dilakukan oleh manajer terhadap laporan keuangan yang dibuat dalam tiap periode
25
dikelolanya telah melakukan IPO yang mana perusahaan tersebut juga disorot oleh publik dan pemerintah. Pada umumnya manajer juga mengharapkan
tambahan bonus atau penghargaan dari hasil pengelolaannya, sehingga hal
tersebut mendorong manajer melakukan manajemen laba, sebaliknya investor atau
dalam menanamkan modalnya pada suatu perusahaan, pasti mengharapkan keuntungan berupa pengembalian yang hendak didapat dari hasil investasinya yaitu berupa return saham.
Menurut Teoh et al. (1998) dalam Perwani (2009) tidak terdapat media lain yang
menyediakan informasi perusahaan yang sedang melakukan IPO, kecuali prospektus yang disyaratkan Pengawas Pasar Modal. Kelangkaan informasi
perusahaan sebelum IPO, memaksa investor potensial hanya mengandalkan prospektus sebagai sumber informasi mengenai perusahaan. Prospektus hanya
menyediakan laporan keuangan selama tiga tahun sebelum IPO dan informasi non keuangan. Kondisi ini memberikan kesempatan bagi manajemen untuk melakukan manajemen laba supaya meningkatkan kemakmurannya, yaitu mengharapkan
harga saham akan tinggi pada saat IPO.
Gambar 2.1. Model Penelitian
H1 H2
Earnings Management Initial Public
Offering Earnings
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1Sampel dan Data Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang IPO pada tahun
2009-2012 di Bursa Efek Indonesia (BEI). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah non probability sampling, yaitu teknik
pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiono, 2009). Dalam penelitian ini perusahaan yang menjadi sampel dipilih berdasarkan Purposive
Sampling (kriteria yang dikehendaki). Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Perusahaan yang pada tahun 2009-2012 melakukan Initial Public Offering
(IPO) di Indonesia.
2. Perusahaan yang mempunyai informasi laporan keuangan lengkap
sebelum melakukan Initial Public Offering (IPO).
3. Perusahaan yang mempunyai informasi laporan keuangan lengkap sesudah melakukan Initial Public Offering (IPO).
4. Laporan keuangan dinyatakan dalam mata uang rupiah. Di karenakan penelitian dilakukan di Indonesia maka laporan keuangan yang digunakan
27
Penelitian ini menggunakan data manajemen laba 1tahun sebelum dan 1 tahun setelah IPO. Jika IPO dilakukan pada Tahun 2009 maka data manajemen laba
akan dihitung pada Tahun 2008 (sebelum IPO) dan Tahun 2010 (sesudah IPO). Dalam penelitian ini penulis menggunakan data sekunder, karena data diperoleh
secara tidak langsung atau melalui media perantara. Data penelitian didapat dari Dari Website pasar modal (www.idx.co.id) serta Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM). Tabel berikut ini menyajikan prosedur pemilihan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini.
Tabel 3.1.
Prosedur Pemilihan Sampel
Keterangan Jumlah
1. Perusahaan yang pada tahun 2009-2012 melakukan Initial Public Offering (IPO) di Indonesia.
66 Perusahaan yang tidak masuk sebagai sampel:
1. Perusahaan yang tidak mempunyai informasi laporan keuangan lengkap sebelum melakukan Initial Public Offering
2. Perusahaan yang tidak mempunyai informasi laporan keuangan lengkap sesudah melakukan Initial Public Offering.
3. Perusahaan yang dalam Laporan Keuangannya menggunakan mata uang asing (selain rupiah)
(8)
(4)
(6)
Total Sampel penelitian 48
Sumber : www.idx.co.id dan Indonesian Capital Market Directory, situs perusahaan yang bersangkutan, data diolah (diakses tanggal 10 Agustus 2014 - 5 september, 2014)
Tabel 3.1 menunjukan jumlah keseluruhan perusahaan yang pada tahun 2009-2012 melakukan Initial Public Offering (IPO) adalah 66 perusahaan. Perusahaan
yang tidak mempunyai informasi laporan keuangan lengkap sebelum melakukan Initial Public Offering adalah 8 perusahaan. Perusahaan yang tidak mempunyai
28
adalah 4 perusahaan. Perusahaan yang dalam Laporan Keuangannya menggunakan mata uang asing adalah 6 perusahaan, jadi perusahaan yang
diambil sebagai sampel 61 perusahaan. Penelitian ini menggunakan data manajemen laba 1tahun sebelum dan 1 tahun setelah IPO. Jika IPO dilakukan
pada Tahun 2009 maka data manajemen laba akan dihitung pada Tahun 2008 (sebelum IPO) dan Tahun 2010 (sesudah IPO).
3.2Operasional Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu manajemen Laba sebelum dan
sesudah Initial Public Offering (IPO). Manajemen laba diukur dengan
menggunakan Discretionary Accruals (DA), dasar akrual disepakati sebagai dasar
penyusunan laporan keuangan karena dasar akrual memang lebih rasional dan adil dibandingkan dengan dasar kas. Sesuai dengan Dechow et al. (1996) dalam Kusumawardhani dan Siregar (2009) umumnya point awal dalam pengukuran DA
adalah total akrual dimana total akrual dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu discretionary accrual dan non-discretionary accrual. Model ini tidak
menggunakan piutang dalam perhitungannya, selain penelitian ini mempunyai objek perusahaan yang pada tahun 2009-2012 melakukan Initial Public Offering (IPO) bukan khusus perusahaan perbankan, juga karena menurut Dechow et al
(1996) perubahan piutang sudah diwakilkan dengan perubahan penjualan, apabila kerugian piutang itu dihubungkan dengan proses pengukuran laba yang teliti maka
dasar perhitungan kerugian piutang adalah jumlah penjualan (pendekatan
29
kapan piutang tersebut dihapuskan. Model penghitungannya adalah sebagai berikut (Dechow et al. 1996, dalam Kusumawardhani dan Siregar, 2009),
mengukur total acrual: TAC = NI it – CFO it
Kemudian menghitung nilai nondiscretionary accrual (NDA) yang diestimasi dengan persamaan regresi berikut:
NDA = β1(1 / TAit)+ β2(ΔREV it/TA it) + β3(PPE it /TAit ) + ε
Discretionary accrual (DA) yang dihitung sebagai berikut:
DA = (TAC it /TA it) –NDA Keterangan:
DA = Discretionary accrual perusahaan i pada periode t NI it = Net income perusahaan i pada periode t
TAC it = Total accrual perusahaan i pada periode t
CFO it = Aliran arus kas operasi perusahaan i pada periode t TA it = Total aktiva perusahaan i pada periode t
ΔREV it = Perubahan penjualan perusahaan i pada periode t PPE it = Aktiva tetap perusahaan i pada periode t
εit = error
Secara empiris, nilai Discreationary Accruals dapat bernilai nol, positif, negative. Nilai nol menunjukkan manajemen laba dilakukan dengan pola perataan laba
(income smoothing). Sedangkan nilai positif menunjukkan adanya manajemen laba dengan peningkatan laba (income increasing) dan nilai negatif menunjukkan manajemen laba dengan pola penurunan laba (income decreasing) (Sulistyanto,
30
3.3Metode Analisis Data 3.3.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk memberikan deskriptif
atau variabel-variabel penelitian. Statistik deskriptif akan memberikan gambaran atau deskrepsi umum dari variabel penelitian mengenai nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum, minimum, sum. Pengujian ini dilakukan untuk
mempermudah dalam memahami variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian.
3.3.2 Paired Sampel T Test
Paired-samples T Test merupakan prosedur yang digunakan untuk
membandingkan rata-rata dua variabel dalam satu group. Artinya pula analisis ini berguna untuk melakukan pengujian terhadap dua sampel yang berhubungan atau dua sampel berpasangan. Prosedur Paired-samples T Test digunakan untuk
menguji bahwa tidak atau adanya perbedaan antara dua variabel. Data boleh terdiri atas dua pengukuran dengan subjek yang sama atau satu pengukuran
dengan beberapa subjek. (Ghozali, 2009). Paired-samples T Test dalam penelitian ini digunakan untuk menjawab permasalahan yang berbunyi “Apakah terdapat perbedaan praktik manajemen laba yang dihitung menggunakan Discretionary
Accruals (DA) sebelum dan sesudah IPO”.
Untuk memudahkan perhitungan, maka seluruh perhitungan dilakukan dengan
31
out put komputer dapat diketahui besarnya nilai P diakhir semua teknik statistik
yang diuji, dengan uji signifikansi sebagai berikut:
- Jika signifikansi (2 tailed) pada table paired sample test > 0.05 maka tidak terdapat perbedaan antar variabel
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan uraian pada pembahasan, maka penulis menarik beberapa kesimpulan
bahwa:
1. Hasil perhitungan statistik deskriptif untuk nilai discretionary accruals satu
tahun sebelum IPO mempunyai nilai rata-rata positif. Sedangkan untuk nilai discretionary accruals satu tahun sesudah IPO mempunyai nilai rata-rata
negatif, hasil ini menunjukan bahwa pada satu tahun pelaporan sebelum
tanggal IPO perusahaan menaikan laba akuntansi, hasil ini sejalan dengan penelitian Setiawati (2002) yang membuktikan bahwa terjadi manajemen laba
pada laporan keuangan satu tahun sebelum IPO. Selain itu, hasil penelitian membuktikan bahwa pada satu tahun pelaporan setelah tanggal IPO
perusahaan melakukan manajemen laba dengan menurunkan laba akuntansi,
hasil ini sejalan dengan penelitian Saiful (2004) yang menemukan manajemen laba dua tahun setelah IPO, dan juga menemukan bahwa kinerja operasi
setelah IPO rendah karena dipengaruhi oleh manajemen laba.
40
manajemen laba setelah IPO, sehingga menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan dari manajemen laba satu tahun sebelum IPO dengan manajemen
laba satu tahun setelah IPO.
5.2 Keterbatasan Penelitian dan Saran 1. Keterbatasan Penelitian
a. Penelitian ini hanya menguji dari sisi informasi akuntansi pada saat IPO terhadap manajemen laba bukan dari sisi faktor-faktor manajemen melakukan
manajemen laba.
b. Populasi penelitian ini hanya terbatas pada perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Periode 2009-2012.
2. Saran
a. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperluas dan menambah periode
yang lebih panjang lagi dalam melakukan penelitian untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat secara statistik.
b. Penelitian ini tidak melakukan pengukuran mengenai pengaruh karakteristik industri terhadap manajemen laba perusahaan, sehingga hasil penelitian ini tidak dapat mengukur kecenderungan manajemen laba yang dilakukan
perusahaan berdasarkan karakteristik industri tertentu.
c. Penelitian selanjutnya hendaknya mempertimbangkan hasil penelitian dan
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Aminul. 2007. Pendeteksian Earnings Management, Underpricing dan Pengukuran Kinerja Perusahaan yang Melakukan Kebijakan Initial Public Offerings (IPO) di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi X Unhas, 2007, Makassar.
Ardiati, Aloysia Yanti. 2005. Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Return Saham pada Perusahaan yang Diaudit oleh KAP Big 5 dan KAP Non Big 5. Jurnal Riset Indonesia, Vol 8 pp. 235-249.
Balsam, Steven; Eli Bartov; dan Marquardt Carol. 2002. Accruals Management, Investors Sophistication, and Equity Valuation: Evidence from 10-Q Filings. Journal of Accounting Research 40 (4).
Dechow, Patricia M., R.G. Sloan hal A.P. Sweeney. (1996). Causes And
Consequences Of Earnings Manipulaton: An Analysis Of Firms Subject To Enforcement Actions By The SEC. Contemporary Accounting Research 13, 1-36
Diah, Fika.2011. Hubungan Manajemen Laba Sebelum IPO dan Return Saham dengan Kecerdasan Investor sebagai Variabel Pemoderasi, Skripsi, Fakultas Diponegoro tidak dipublikasikan
Fidyati, Nisa dan Mas’ud Machfoedz. 2004. Earnings Management Analysis Toward Perfomance in Seasoned Equity Offerings Firms. Kompak No. 12 September-Desember. pp: 112-125
Fransisco, Poveda dan Maria J Pastor. 2006. Earnings Management and the Long-Run Performance of Spanish Initial Public Offerings. (online),
(www.ssrn.com)
Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
Gumanti, Tatang Ari. 2009. Earnings Management dalam Penawaran Saham Perdana di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Riset Indonesia, 4 (2), pp. 165-183.
Hani, Clearly, dan Mukhlasin. 2008. “Going Concern dan Opini Audit : Suatu
Studi Pada Perusahaan Perbankan di BEJ”. Simposium Nasional Akuntansi VI, 1221 - 1233.
Healy, P.M. dan Palepu, K.G. 2003. The Effect of Firm’ Financial Disclosure Strategies on Stock Prices. American Accounting Association, Accounting Horizons. Vol. 7 No. 1 (Maret): 1-11.
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2009. ED PSAK No. 01 (Revisi 2009). Salemba Empat. Jakarta.
Imam Sutanto, Intan. 2009. Indikasi Manajemen Laba (Earnings Management) Menjelang IPO oleh Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta, Tesis, Program Akuntansi UGM, tidak dipublikasikan.
Irfan, Ali, (2002). Pelaporan Keuangan dan Asimetri Informasi dalam Hubungan Agensi. Lintasan Ekonomi.Vol. XIX. No.2. Juli.
Jones, Charles P. 2000. Investment Analysis and Management. John Willey’s Sons 7th edition.
Joni dan Jogiyanto H. M. 2009. Hubungan Manajemen Laba Sebelum IPO dan Return Saham dengan Kecerdasan Investor sebagai Variabel Pemoderasi. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia 12(1), pp. 51-67.
Khoirudin, Muhammad. 2007. Analisis Indikasi Tindakan Manajemen Laba pada Periode Sebelum dan Sesudah Penawaran Umum Perdana, Skripsi,
Universitas Diponegoro tidak dipublikasikan.
Kusumawardhani, Niken Astria Sakina dan Siregar, Sylvia Veronica. 2009. Fenomena Manajemen laba menjelang IPO dan kaitannya dengan nilai perusahaan pasca-IPO. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) XII, Palembang.
Perwani, Mega. 2009. Earning Management Pada Perusahaan Yang Melakukan Initial Public Offering Di Bursa Efek Indonesia Periode 2001-2006, Tesis, Universitas Diponegoro tidak Dipublikasikan.
Rahmawati, Yacob S., dan Nurul Q. 2006. Pengaruh Asimetri Informasi terhadap Praktik Manajemen Laba pada Perusahaan Perbankan Publik yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi I, 23-26 Agustus 2006. Padang
Raharjono, Dominikus Agus Budi. 2005. Hubungan Manajemen Laba Menjelang IPO dengan Nilai Awal Perusahaan dan Return Saham Setelah IPO, Tesis, Program Akuntansi UGM, tidak dipublikasikan.
Saputro, Julianto Agung dan Lilis Setiawati, 2003, Kesempatan Bertumbuh dan Manajemen Laba: Uji Hipotesis Political Cost. Jurnal. Simposium Nasional Akuntansi VI, 16-17 Oktober 2003. Hal:427-437.
Scott, R. William. 2006. Financial Accounting Theory 4 th Edition, New Jersey: Prentice-Hall
Setiawati, Lilis. 2002, Manajemen Laba dan IPO di Bursa Efek Jakarta,
Simposium Nasional Akuntansi 5. Semarang 5-6 September 2002, Hal: 112-125.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV. Alfabeta.
Sulistyanto, H. Sri. 2008. “Manajemen Laba, Teori dan Model Empiris”. Jakarta: Grasindo.
Susanto dan Ekawati. (2007). Relevansi Nilai Informasi Laba dan Aliran Kas terhadap Harga Saham dalam Kaitannya dengan Siklus Hidup Perusahaan, Simposium Nasional Akuntansi IX, 23-26 Agustus 2006. Padang
Sulistyanto, H.Sri, dan Midiastuti, Pratana P., 2002. Seasoned Equity Offrerings: Benarkah Underperfomance Pasca Penawaran, Simposium Surviving Strategies to Cope With The Future, Universitas Pendidikan Atmajaya Yogyakarta, 13-14 September. Diambil dari situs artikel pendidikan network.
Sulistyanto, H. Sri dan Hudi Prawoto, 2003, Rekayasa Keuangan: Refleksi Sikap Oportunis Manajer?, Seri Kajian Ilmiah, Vol. 12/No. 1/Januari 2003
Sulistyanto, dan Wibisono, Haris. 2003. Seasoned Equity Offerings: Antara Agency Theory, Windows Of Opportunity, dan Penurunan Kinerja. Diambil dari situs artikel pendidikan network
Sunariyah, 2006, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal,Edisi Kelima,Penerbit UPP STIM YKPN
Sutrisno. 2002. Studi Manajemen Laba (Earnings Management): Evaluasi
Pandangan Profesi Akuntansi, Pembentukan, dan Motivasinya. Kompak Mei 2002, 5, pp. 158-179.
Suyatmin, dan Sujadi.2006. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat
Underpricing pada Penawaran Umum di BEJ, Benefit, Vol. 10, No. 1, pp. 11-32
Ujiyantho, Muh. Arif dan Pramuka, B. A. 2007. Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba, dan Kinerja Keuangan. Prosiding Simposium Nasional Akuntansi 10. Makassar.
Umbara, Christian Aditya. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing Pada Saat Initial Public Offerings (IPO). Skripsi Ekonomi Strata-1. Universitas Diponegoro Semarang.
Wandeca, Jenny Sevi. 2012. Analisis Pengaruh Pergantian Chief Executive Officer (CEO) Terhadap Praktek Manajemen Laba (Studi Pada Perusahaan BUMN dan Non BUMN di Bursa Efek Indonesia ). Skripsi. Universitas Lampung
Wahyuningsih, Dwi Retno. 2007. Hubungan Praktik Manajemen Laba dengan Reaksi Pasar Atas Pengumuman Informasi Laba Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Tesis. Magister Sains Akuntansi
Wibisono, Haris. (2004). Pengaruh Earnings Management Terhadap Kinerja Di Seputar SEO. Tesis S2. Magister Sains Akuntansi UNDIP. Tidak
dipublikasikan
Widiastuty, Erna. 2004. Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Return Saham, Tesis, Program Akuntansi UGM tidak dipublikasikan.
http://statistik-kesehatan.blogspot.com/2011/03/uji-t-independen-dengan-spss.html#sthash.55TnLBWW.dpuf