ASPEK TEKNIS
Pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya direncanakan untuk mencakup empat
sektor yaitu Pengembangan Permukiman, Penataan Bangunan Dan Lingkungan,
Pengembangan Air Minum, serta Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman
yang terdiri dari Air Limbah, dan Persampahan dan Drainase Lingkungan. Pada tahapan
perencanaan usulan-usulan kegiatannya dimulai dengan penjabaran aspek-aspek
teknis untuk tiap-tiap sektornya yang meliputi:
Pemetaan isu-isu strategis yang mempengaruhi,
Penjabaran kondisi eksisting sebagai baseline awal perencanaan; Permasalahan dan tantangan yang harus diantisipasi; dan
Analisis kebutuhan dan pengkajian terhadap program-program sektoral,
Analisis kebutuhan kegiatan tersebut dilaksankan dengan mempertimbangkan kriteria
kesiapan pelaksanaan kegiatan untuk selanjutnya dapat dirumuskan usulan-usulan
program dan kegiatan yang dibutuhkan.
6.1. PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
Sub bidang permukiman direncanakan dan dikembangkan
untuk mendapatkan satu kondisi Kabupaten Dairi yang layak
huni, aman, nyaman. Setiap warga masyarakat diharapkan
memiliki akses kepada kondisi permukiman tersebut di atas.
Perencanaan dan pengembangan ini meliputi pengembangan
prasarana, sarana dasar perkotaan, pengembangan
berpenghasilan rendah (MBR). Perencanaan dan pengembangan permukiman juga
mempertimbangkan dengan baik aspek sosial budaya dan lingkungan serta kearifan
lokal.
6.1.1.Arah Kebijakan dan Lingkup Kegiatan
1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional.
2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.
3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.
4. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan.
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.
Mengacu pada Permen PU No. 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Pekerjaan Umum maka Direktorat Pengembangan Permukiman
mempunyai tugas di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pembinaan teknik
dan pengawasan teknik, serta standardisasi teknis dibidang pengembangan
permukiman. Adapun fungsi Direktorat Pengembangan Permukiman adalah:
a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan permukiman di
perkotaan dan perdesaan;
b. Pembinaan Teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan kawasan
permukiman baru di perkotaan dan pengembangan kawasan perdesaan potensial;
c. Pembinaan Teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas
permukiman kumuh termasuk peremajaan kawasan dan pembangunan rumah
d. Pembinaan Teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas
permukiman di kawasan tertinggal, terpencil, daerah perbatasan dan pulau-pulau
kecil termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;
e. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan kelembagaan
dan peran serta masyarakat di bidang pengembangan permukiman;
6.1.2.Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan
a. Isu Strategis, Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman
Dinamika pembangunan Kabupaten Dairi yang semakin intens tentunya diarahkan
untuk mendukung fungsi dan peran kota baik secara internal maupun eksternal.
Perumahan dan permukiman sebagai salah satu sektor pembangunan memerlukan
perhatian serius, melalui skenario umum pembangunan perumahan dan
permukiman diharapkan dapat menjawab isu-isu pokok permasalahan perumahan
dan permukiman yang berkembang di Kabupaten Dairi.
Mencermati data yang telah ditabulasi, fakta lapangan yang terlihat saat
obervasi/survey, informasi yang tersampaikan pada saat konsultasi publik serta
cermatan analisis terhadap data - data sekunder, teridentifikasi kondisi – kondisi
aktual yang terkait dengan rencana penataan ruang Kabupaten Dairi. Pada tahun
2015 Pemerintah Kabupaten Dairi telah menetapkan kawasan kumuh perkotaan
yang berada di daerah Kabupaten Dairi, Isu dan permasalahan serta tantangan
Tabel. 6.1. Tabel Isu, Permasalahan dan Program Strategis
No. Permasalahan Isu Program Strategis
1. Backlog
• Penyediaan rumah dikuasai oleh mekanisme pasar
2. Permukiman Informal •(s.d.a)
•Relokasi
•Peremajaan kota/kawasan
3. Permukiman Kumuh •Penyediaan PSU
•Rehab rumah •Relokasi
•Peremajaan kota/kawasan
4. Alih Fungsi Rumah •Penyusunan Perda Perumahan
•Pembuatan sistem sanksi
b. Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman
Luas wilayah Kabupaten Dairi seluas 192.780 ha, didominasi kawasan hutan seluas
75.216 ha atau sekitar 39,02 %, selanjutnya penggunaan lahan untuk perkebunan
seluas 32.270 ha atau sekitar 16,74 %, perkebunan rakyat seluas 30.908 ha atau
sekitar 16,03 %, ladang/huma seluas 18.614 ha atau sekitar 9,66 %, sawah seluas
10.225 ha atau sekitar 5,31 %, pekarangan/bangunan seluas 8.005 ha atau sekitar
4,15 %, lahan tidak diusahai seluas 7.913 ha atau sekitar 4,11 %, padang rumput
seluas 3.833 ha atau sekitar 1,99 % , kolam/tebat seluas 87 ha atau sekitar 0,05 %,
lain-lain seluas 5.682 ha atau sekitar 2,74 %.
Kawasan permukiman di Kabupaten Dairi pada umumnya dapat dikembangkan
pada seluruh wilayah kota, terutama pada lahan yang realitif datar (0 – 8%) dan
telah mempunyai jaringan jalan. Namun untuk mendukung rencana struktur tata
ruang yang telah ditetapkan maka pengembangan kawasan permukiman
tertutama diarahkan pada jalan utama kolektor primer dan pusat-pusat Pelayanan
Pengembangan kawasan perumahan dan permukiman baru di Kabupaten Dairi di
arahkan diluar pusat kegiatan sekarang ini. Sampai dengan tahun 2015 perumahan
permukiman terdiri dari perumahan padat, sedang dan rendah. (a.) Perumahan
Kepadatan Tinggi (b.) Perumahan Kepadatan Sedang (c.) Perumahan Kepadatan
Rendah.
Pada dasarnya, setiap penggunaan lahan tidak dibenarkan penggunaan yang
bercampur baur. Akan tetapi tata guna lahan dengan penggunaan tunggal untuk
kawasan permukiman hampir tidak mungkin dilakukan mengingat :
a. Kawasan perumahan adalah kawasan permukiman bagi penduduk;
b. Dalam kawasan permukiman selalu dibutuhkan adanya sarana-sarana
pelengkap yang disebut dengan istilah “penyempurna”;
c. Disamping itu masih diperlukan adanya jaringan fasilitas kebutuhan sehari-hari
berupa toko-toko.
Dengan demikian, pembagian tata guna lahan pada kawasan perumahan tidak
bersifat kaku atau murni kawasan perumahan. Didalamnya dengan diatur
sedemikian rupa sehingga tidak merusak tata lingkungan, dapat saja diijinkan
didirikan bangunan khusus. Penggunaan tanah bagi kawasan perumahan diperinci
sebagai berikut :
a. Perumahan Type Besar :
• Jenis penggunaan yang diijinkan antara lain : bangunan perumahan besar
renggang dengan konstruksi permanen, bangunan perumahan flat, bangunan
kantor renggang, bangunan dengan jenis kegiatan sosial, atau perdagangan
atau administrasi;
• Garis sempadan bangunan depan sekurang-kurangnya 5 meter;
• Jenis penggunaan yang dilarang antara lain : bangunan perumahan
sedang renggang dengan konstruksi permanen, bangunan perumahan
berhimpitan terdiri atas dua rumah (kopel), bangunan kantor berhimpitan,
bangunan rumah sedang berhimpitan/gandeng lebih dari dua rumah;
• Luas persil 400 – 600 M2 atau lebih.
b. Perumahan Type Sedang :
• Jenis penggunaan yang diijinkan antara lain : bangunan perumahan
sedang renggang dengan konstruksi permanen, bangunan perumahan flat,
bangunan perumahan berhimpitan terdiri atas dua rumah (kopel); bangunan
kantor berhimpitan;
• Garis sempadan bangunan depan sekurang-kurangnya 5 meter;
• Garis sempadan bangunan belakang sekurang-kurangnya 2 meter;
• Jenis penggunaan yang dilarang antara lain : bangunan perumahan
dengan konstruksi semi permanen dan sementara, bangunan rumah
sedang berhimpitan/gandeng lebih dari dua rumah; bangunan perumahan
besar renggang, bangunan bertingkat, Luas persil 200 – 400 M2 atau lebih.
c. Perumahan Type Kecil :
• Jenis penggunaan yang diijinkan antara lain : bangunan perumahan dengan
konstruksi semi permanen dan sementara, bangunan perumahan berhimpitan
terdiri atas dua rumah (kopel), bangunan rumah sedang berhimpitan/gandeng
lebih dari dua rumah, bangunan kantor berhimpitan;
• Garis sempadan bangunan depan sekurang-kurangnya 3 meter;
• Jenis penggunaan yang dilarang antara lain : bangunan perumahan flat,
bangunan bertingkat, bangunan perumahan besar renggang;
Gambar 6.1. Kondisi Eksisting Perumahan dan Permukiman
Kawasan permukiman padat penduduk; Kec. Sidikalang; Sumbul; Parbuluan; Tigalingga; Tanah Pinem
Sebagan besar jalan di Kabupaten Dairi sudah mendapatkan fasilitas pembangunan
infrastruktur jalan baik pada jalan lingkar luar dan dalam kota, namun di beberapa
kawasan seperti pada kawasan pedalaman baik pada perkotaan maupun perdesaan di
setiap Kecamatan yang ada di Kabupaten Dairi memiliki kondisi jalan dan saluran drainase
yang dalam kondisi rusat ringan dan rusak berat.
Gambar. 6.3. Kondisi Infrastruktur Permukiman di Kawasan Perkotaan Kab. Dairi
6.1.3.Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman
Apabila dianalisa dari beberapa aspek seperti pembiayaan, kelembagaan, perencanaan,
operasional, regulasi dan dukungan masyarakat, maka sumber permasalahan diidentifikasi
1. Masih terbatasnya dana APBD Kabupaten Dairi untuk dapat memenuhi standar
pelayanan minimal permukiman kota. Lebih jauh lagi, setiap sarana dan prasarana
yang dibangun akan mengalami kendala pembiayaan perawatan.
2. Rendahnya peran serta masyarakat dalam pemeliharaan dan perawatan prasarana
yang telah dibangun.
3. Resistensi masyarakat yang tinggi atas kesediaan untuk menyediakan lahan apabila
harus dibangun sarana dan prasarana di lingkungannya. Hal ini akhirnya
menyebabkan terbatasnya kawasan siap bangun (KASIBA) dan lingkungan siap
bangun (LISIBA) bagi masyarakat.
Gambar. 6.4. Target Capaian 0% Kota Tanpa Kumuh 2019
Proyeksi Kebutuhan Perumahan dan Permukiman
Pemerintah telah menyadari pentingnya suatu pendekatan yang terintegrasi untuk
perumahan dan lingkungannya melalui beberapa program yang meliputi penanganan
pada rehabilitasi dan pengelolaan daerah perumahan yang sudah ada dan pengelolaan
daerah perumahan yang sudah ada dan menjadikannya tempat tinggal yang lebih baik.
Prediksi kebutuhan rumah di Kabupaten Dairi dihitung dengan menggunakan pendekatan
sebagai berikut :
a. Satu unit hunian akan ditempati oleh satu keluarga (1 unit = 1 KK)
b. Prediksi jumlah KK ditentukan dengan membagi jumlah penduduk dengan rata-rata
jumlah jiwa / KK, yaitu 5 jiwa / KK.
Tabel. 6.2. Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman di Perkotaan Untuk 5 Tahunan
No Uraian Unit Kebutuhan
Tahun I Tahun II Tahun III Tahun IV Tahun V Ket
1 Jumlah
Penduduk Jiwa 276.238 279.507 282.815 645.196 652.831 Kepadatan
Penduduk Jiwa/Km² 143,29 144,99 146,71 334,68 338,65
Proyeksi Persebaran Penduduk Miskin
Jiwa/Km² 68,524 34,262 22,841 17,131 13,705
2
Sumber : Hasil Analisa
Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian
dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan
permukiman perkotaan di Kabupaten Dairi dikembangkan di kawasan perkotaan
Sidikalang, Sitinjo, Sumbul, Tigalingga dan Parongil.
Tabel. 6.3. Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman di Perdesaan Untuk 5 Tahunan
No Uraian Unit Kebutuhan
Tahun I Tahun II Tahun III Tahun IV Tahun V Ket
1 JumlahPenduduk Jiwa 276.238 279.507 282.815 645.196 652.831 Kepadatan
Penduduk Jiwa/Km² 143,29 144,99 146,71 334,68 338,65
2
Kawasan Kecamatan3 Kecamatan3 Kecamatan3 Kecamatan3 Kecamatan3
Sumber : Hasil Analisa
Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk
pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat
permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan
Mengingat desa-desa di Kabupaten Dairi jumlahnya relatif banyak, mencapai 169
desa/kelurahan, maka sistem perdesaan diarahkan sebagai berikut:
• Sistem dusun memiliki pusat dusun;
• Terdapat satu pusat bagi setiap desa;
• Beberapa desa memiliki pusat pelayanan/Desa Pusat Pertumbuhan (DPP);
• Perdesaan yang lokasinya strategis, langsung berhubungan dengan ibukota kecamatan
(IKK);
• Perdesaan yang membentuk sistem keterkaitan, diorientasikan berhubungan langsung
dengan pusat kota.
Pengembangan kawasan permukiman perdesaan di Kabupaten Dairi diarahkan pada
pengembangan Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D). Selain KTP2D,
pengembangan permukiman perdesaan diarahkan pada pengembangan kawasan
agropolitan dan menetapkan Sitinjo sebagai pusat kawasan. Pengembangan kawasan
permukiman perdesaan di Kabupaten Dairi diarahkan di Kecamatan Silahisabungan,
Pegagan Hilir, Parbuluan, Berampu, Lae Parira, Siempat Nempu, Siempat Nempu Hulu,
Siempat Nempu Hilir, Gunung Sitember dan Tanah Pinem.
Berdasarkan hasil analisa permasalahan diatas, maka sejumlah alternatif berhasil
diidentifikasi yakni:
1. Dilakukan langkah perencanaan, dimulai dari penyusunan master plan
pengembangan permukiman Kabupaten Dairi, penyusunan database perumahan dan
permukiman Kabupaten Dairi, diikuti oleh perencanaan turunan mulai dari
penyusunan DED hingga studi AMDAL
2. Dilakukan kampanye, promosi dan sosialisasi di seluruh wilayah Kabupaten Dairi bagi
masyarakat untuk turut memelihara dan mengelola sarana dan prasarana
3. Berdasarkan analisa terhadap kepadatan penduduk dan persentasi masyarakat miskin,
perlu dilakukan peningkatan cakupan dan kualitas sarana dan prasarana dasar
permukiman untuk meningkatkan kualitas permukiman.
Setelah mempertimbangkan kemampuan pembiayaan dan skala prioritas, maka
direkomendasikan bahwa kegiatan yang perlu dilaksanakan adalah:
1. Dilakukan langkah perencanaan, dimulai dari penyusunan master plan
pengembangan permukiman Kabupaten Dairi, diikuti oleh perencanaan turunan
mulai dari penyusunan DED hingga studi AMDAL
2. Dilakukan konsolidasi dukungan masyarakat dalam melakukan pemeliharaan sarana
dan prasarana dasar permukiman, serta kesediaan masyarakat untuk melakukan
konsolidasi tanah pada kawasan yang akan diremajakan.
3. Dilakukan pembangunan sarana dan prasarana dasar permukiman untuk
meningkatkan kualitas permukiman.
4. Dilakukan pembangunan RUSUNAWA pada kawasan padat dan kumuh.
5. Dilakukan pembangunan KASIBA – LISIBA, diutamakan pada kawasan yang telah
Gambar. 6.5. Ilustrasi Penanganan Kawasan
6.1.4.Program-Program Sektor Pengembangan Permukiman
Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan
perkotaan dan kawasan perdesaan. Pembangunan dan Pengembangan Kawasan
Permukiman Perkotaan terdiri dari:
• Peningkatan Kualitas Kawasan Permukiman Kumuh • Permukiman Kembali Kawasan Permukiman Kumuh
Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan terdiri dari:
• Pembangunan dan Pengembangan Kws Permukiman Perdesaan Potensial
• Pembangunan dan Pengembangan Kws Permukiman Perdesaan Berbasis
Komunitas/Masyarakat.
Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman Khusus terdiri dari:
• Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman Pasca Bencana
• Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman Perbatasan/Pulau
Infrastruktur Pendukung Kegiatan Ekonomi dan Sosial (RISE)
Infrastruktur Perdesaan (PPIP)
Keswadayaan Masyarakat
Selain kegiatan fisik di atas program/kegiatan pengembangan permukiman dapat berupa
kegiatan non-fisik seperti Pendampingan Penyusunan Rencana Kawasan Permukiman.
6.1.5.Usulan Program dan Kegiatan
Sistem Prasarana yang diusulkan:
a. Penataan dan Peremajaan di Kawasan Perkotaan;
b. Penataan dan Peremajaandi Kawasan Perdesaan;
c. Pembangunan RUSUNAWA di perkotaan;
d. Pembangunan Lasiba-Kasiba pada Kawasan Nelayan/Tambak Ikan dipantai danau
toba;
e. Pembangunan prasarana dasar permukiman dalam bentuk pembangunan jalan
setapak;
f. Urban Renewal di kawasan kumuh inti kota;
g. Program Penataan dan Peremajaan Kawasan;
h. Program Penyediaan Infrastruktur Primer;
i. Program Pengembangan Permukiman;
j. Program Pengembangan Sarana Permukiman;
Gambar. 6.6. Kawasan Sidikalang merupakan Kawasan Permukiman Kumuh Penangan Kawasan Pasar Tradisonal
Penanganan Infrastruktur Sarana jalan
6.2. PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan
yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian
pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan,
baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik
bangunan gedung dan lingkungannya. Undang-undang Nomor 28
tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, dan Peraturan Pemerintah
Nomor 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 28 tahun
2002 tentang Bangunan Gedung serta pelaksanaan lebih detail di bawahnya
mengamanatkan bahwa penyelenggaraan bangunan gedung merupakan kewenangan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan hanya bangunan gedung negara yang
merupakan kewenangan Pemerintah Pusat. Selain itu, Undang-undang Nomor 4 tahun
1992 tentang Perumahan dan Permukiman menggariskan bahwa peningkatan kualitas
lingkungan permukiman dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan bertahap mengacu
kepada Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan sebagai penjabaran Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW).
6.2.1.Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan
Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan
sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk
mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya
wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya.
Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada Undang-undang dan
peraturan antara lain:
1. UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.
2. UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.
3. PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang
4. Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan
dan Lingkungan.
5. Permen PU No.14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang.
6.2.2.Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan.
a) Isu Strategis
Pertumbuhan kota dapat terjadi melalui 2 (dua) proses, pertama kota yang tumbuh tanpa
perencanaan dan kedua kota yang tumbuh dan berkembang dengan perencanaan.
Kota yang tumbuh tanpa perencanaan dan terbangun secara alamiah pada akhirnya akan
menimbulkan dampak yang luas. Kota yang tumbuh dengan perencanaan relatif lebih
teratur dan tertata dengan dampak yang lebih minimal.
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mengamanatkan bahwa
rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota merupakan dasar untuk penerbitan perizinan
lokasi pembangunan dan administrasi pertanahan yang mempunyai jangka waktu rencana
selama 20 (dua puluh) tahun dan dapat dievaluasi minimal 5 (lima) tahun sekali.
Perkembangan kota, modernisasi. Sebagian kawasan bangunan di Kabupaten Dairi dalam
bentuk perumahan dan permukiman, perdagangan dan jasa, perkantoran dan fasilitas
Tabel. 6.4. Isu Strategis sektor PBL di Kabupaten Dairi
NO Kegiatan Sektor PBL Isu Strategis Sektor PBL KETERANGAN
1
Penataan Lingkungan Permukiman
a. Pengendalian pemanfaatan ruang melalui RTBL b. Mengatasi tingginya frekuensi kejadian kebakaran di
perkotaan
c. Pemenuhan kebutuhan ruang terbuka publik dan ruang terbuka hijau (RTH) di perkotaan;
d. Revitalisasi dan pelestarian lingkungan permukiman tradisional dan bangunan bersejarah berpotensi wisata untuk menunjang tumbuh kembangnya ekonomi local
e. Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan Standar Pelayanan Minimal; f. Pelibatan pemerintah daerah dan swasta serta
masyarakat dalam penataan bangunan dan lingkungan
g. Isu strategis PBL ini terkait dengan dokumen-dokumen seperti RTR, skenario pembangunan daerah, RTBL yang disusun berdasar skala prioritas dan manfaat dari rencana tindak yang meliputi a) Revitalisasi, b) RTH, c) Bangunan
Tradisional/bersejarah dan d) penanggulangan kebakaran, bagi pencapaian terwujudnya
pembangunan lingkungan permukiman yang layak huni, berjati diri, produktif dan berkelanjutan
2
penyelenggaraan bangunan Gedung dan Rumah Negara
a. Tertib pembangunan dan keandalan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan)
b. Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dengan perda bangunan gedung di Kabupaten Dairi c. Tantangan untuk mewujudkan bangunan gedung
yang fungsional, tertib, andal dan mengacu pada isu lingkungan/ berkelanjutan
d. Tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung dan rumah Negara
e. Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan gedung dan rumah Negara
b) Kondisi Eksisting
• Kawasan Permukiman
Kawasan perumahan yang terdapat di Kab. Dairi, meliputi kawasan permukiman
kumuh, perumahan kepadatan tinggi, sedang dan rendah. Kawasan perumahan
kumuh pada umumnya terdapat pada kawasan perkotaan.
• Kawasan Kantor Pemerintah
Kabupaten Dairi saat ini memiliki kantor pemerintahan yang tersebar di seluruh
masing-masing wilayah, sedangkan kawasan perkantoran dinas-dinas/Satuan Kerja
Perangkat Daerah tersebar di beberapa lokasi.
• Kawasan Perdagangan dan Jasa
Adapun pemanfaatan lahan untuk kegiatan perdagangan dan jasa di Kab. Dairi,
meliputi: pasar, pusat perbelanjaan, pertokoan, dan pedagang kaki lima (PKL).
• Kawasan Pariwisata/ Budaya
Potensi pariwisata yang memanfaatkan keindahan alam di wilayah silahisabungan
terdapat di wilayah desa berikut ini:
Desa Silalahi
• Kawasan Ruang Terbuka Hijau
Ruang Terbuka Hijau (RTH) kabupaten Dairi yang ada saat ini berlokasi pada
kawasan perkotaan seperti di kawasan perkotaan sitinjo dan sidikalang.
Kawasan Hutan Lindung, meliputi tersebar di beberapa kawasan seperti yang tersebut
pada bab sebelumnya.
Tabel. 6.5. Peraturan Daerah Bupati terkait Penataan Bangunan dan Lingkungan
Kabupaten Dairi
c) Permasalahan dan Tantangan
Permasalahan yang dihadapi dalam Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kabupaten
Dairi antara lain :
1. Belum tersusunnya dokumen perencanaan yang lebih rinci, yang merupakan acuan
untuk melaksanakan pembangunan.
2. Masih dibutuhkannya dukungan bantuan teknis dalam Penataan Bangunan dan
Lingkungan masih terbatas, yang merupakan acuan dalam implementasi di lapangan.
3. Rentannya bangunan-bangunan di Kabupaten Dairi terhadap bahaya kebakaran
khususnya pada kawasan kumuh perkotaan.
Penyediaan RTH berdasarkan luas wilayah di perkotaan adalah sebagai berikut:
• RTH di perkotaan terdiri dari RTH Publik (milik pemerintah dan terbuka untuk umum)
dan RTH Privat (milik perorangan atau institusi);
• Proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30% yang terdiri dari
20% RTH publik dan 10% RTH privat;
• Apabila luas RTH baik publik maupun privat di kota yang bersangkutan telah memiliki
total luas lebih besar dari peraturan atau perundangan yang berlaku, maka proporsi
tersebut harus tetap dipertahankan keberadaannya.
RTH di Kabupaten Dairi diarahkan di Kawasan Perkotaan Sidikalang (Kecamatan Sidikalang
dan Sitinjo), Sumbul, Tigalingga dan Parongil berupa taman kota dan kawasan pertanian.
Dari segi pemanfaatannya, RTH berfungsi sebagai penyejuk dan elemen estetika
lingkungan serta sebagian dimanfaatkan untuk sarana rekreasi dan olahraga baik pada
skala lingkungan maupun kota, disamping itu ada juga yang bersifat privat seperti jalur
hijau dan fasilitas taman yang ada disepanjang perumahan (pola perumahan linier)
disepanjang jalan atau yang ada di tempat rekreasi, seperti Taman Wisata Iman (TWI)
Sitinjo.
Kriteria Ruang Terbuka Hijau (RTH) kawasan perkotaan, yaitu:
• Memiliki fungsi sebagai mitigasi bencana, sosial dan ekologis;
• Penyediaan RTH di perkotaan terdiri dari RTH publik (milik pemerintah dan terbuka
untuk umum) dan RTH privat (milik perorangan atau institusi);
• Proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30% yang terdiri dari
• Lokasi sasaran RTH kawasan perkotaan termasuk di dalamnya hutan kota antara lain
di kawasan permukiman, industri, tepi sungai/jalan yang berada di kawasan
perkotaan;
• Persentase luas hutan kota paling sedikit 10% dari wilayah perkotaan dan atau
disesuaikan dengan kondisi setempat.
6.2.3.Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Pada dasarnya, permasalahan teknis Penataan Bangunan dan Lingkungan juga adalah
masalah pada Sub Bidang Perumahan dan Permukiman dan Sub Bidang lain. Sehingga
analisis pada Sub Bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan akan fokus pada masalah
perencanaan dan pemberdayaan.
Dilakukan perkuatan terhadap aspek perencanaan dan paralel terhadap perkuatan
kelembagaan dan koordinasi (berupa pembentukan sejumlah Tim Pokja). Diharapkan
apabila kedua langkah diatas berhasil, maka pengembangan Sistem PBL beserta seluruh
investasi yang ditanam akan memberikan hasil guna dan daya guna yang maksimal.
6.2.4.Program dan Kriteria Kesiapan Pengembangan PBL
Berdasarkan permasalahan yang ada dan analisa kebutuhan yang terdapad di Kabupaten
Dairi, untuk Pemerintah Kabupaten Dairi telah memprogramkan penataan bangunan dan
lingkungan yang meliputi output/sub output :
1. Draft NSPK Daerah Bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan
2. Aksesibilitas Bangunan Gedung dan Lingkungan
3. Draft NSPK Daerah Bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan
4. Bangunan Gedung dan Negara
5. Rehabilitasi Bangunan Bersejarah
6. Sarana dan Prasarana Lingkungan Permukiman (Revitalisasi Kawasan)
8. Sarana dan Prasarana Lingkungan Permukiman (Penataan Lingkungan Permukiman
tradisional/Bersejarah)
6.2.5.Usulan Program dan Kegiatan
Khusus untuk penataan lingkungan permukiman, sudah dicakup oleh Sub Bidang
Pengembangan Permukiman. Oleh karena itu usulan program bersifat non teknis dan
mengingat sejumlah keterbatasan Pemerintah Kabupaten Dairi, maka usulan program
akan meliputi:
1. Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Bangunan Gedung
Pembinaan Pengelolaan Bangunan Gedung
Pembinaan Ruang Terbuka Hijau
Pembinaan Kelembagaan dan Kemitraan
Pembinaan Penataan Kawasan
Fasilitasi Penguatan Pemda
Fasilitasi Penguatan Kapasitas Masyarakat dan Dunia Usaha
Pembinaan Lainnya
Pengawasan dan Evaluasi Kinerja Bidang Penataan Bangunan
2. Penyelenggaraan Bangunan Gedung
Bangunan Gedung Pusaka/Tradisional
Bangunan Gedung Hijau
Bangunan Gedung Mitigasi Bencana
Bangunan Gedung Perbatasan
3. Penyelenggaraan Penataan Bangunan
Penataan Bangunan Kawasan Strategis Nasional
Penataan Bangunan Kawasan Rawan Bencana
Penataan Bangunan Kawasan Hijau
Penataan Bangunan Kawasan Destinasi Wisata
4. Penyelenggaraan Penataan Bangunan Kawasan Khusus
Penataan RTH
Penataan Bangunan Kebun Raya
Penataan Kota Hijau
Penataan Kota Pusaka
6.3. Sistem Penyediaan Air Minum
6.3.1. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan
Penyelenggaraan pengembangan SPAM adalah kegiatan
merencanakan, melaksanakan konstruksi, mengelola, memelihara,
merehabilitasi, memantau, dan/atau mengevaluasi sistem fisik
(teknik) dan non fisik penyediaan air minum. Penyelenggara
pengembangan SPAM adalah badan usaha milik negara
(BUMN)/badan usaha milik daerah (BUMD), koperasi, badan usaha
swasta, dan/atau kelompok masyarakat yang melakukan penyelenggaraan pengembangan
sistem penyediaan air minum. Penyelenggaraan SPAM dapat melibatkan peran serta
masyarakat dalam pengelolaan SPAM berupa pemeliharaan, perlindungan sumber air
baku, penertiban sambungan liar, dan sosialisasi dalam penyelenggaraan SPAM.
Beberapa peraturan perundangan yang menjadi dasar dalam pengembangan sistem
penyediaan air minum (SPAM) antara lain:
1. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air;
2. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan
3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan
Strategi Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum;
4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.
6.3.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan,dan Tantangan
a) Isu Strategis
Tabel. 6.6. Isu Strategis dan Tindak Lanjut SPAM
No. Isu - Isu Strategis Kebutuhan Penanganan
1 Tarif air minum, belum Full Cost Recovery (FCR), sehingga konsep pengelolaan pengusahaan air minum, tidak optimal
Perlunya Pembinaan Teknis Pengusahaan Air Minum secara terus menerus, baik kepada PDAM, dan terutama pada Pemda sebagai pemilik.
2 masih memiliki Idle Capacity yang belum termamfaatkan
Perlunya optimalisasi SPAM terbangun 3 Belum meratanya pengembangan air minum di
seluruh kawasan, dengan masih banyaknya desa dan IKK rawan air minum.
Perlunya kegiatan Pengembangan SPAM Desa dan IKK Rawan Air .
4 Besarnya biaya investasi air minum, sehingga perlu ada investor lain selain Pemerintah pusat, provinsi dan Pemerintah Daerah. Di sisi lain, Pemda belum berani mengajukan Proposal Pengembangan SPAM secara menyeluruh dengan Alternatif pembiayaan lain diluar APBN (contoh : melalui pinjaman perbankan).
Perlunya Pembinaan Teknis Pengusahaan Air Minum secara terus menerus kepada Pemda serta pengembangan Alternatif Pembiayaan melalui Pinjaman Perbankan, KPS, serta Penyertaan Modal Pemerintah
Sumber : Hasil Analisa 2015.
b) Kondisi Eksisting Pelayanan Air Minum
Pada dasarnya kebutuhan air minum penduduk Kabupaten Dairi sudah terpenuhi
dalam segi akses untuk mendapatkan air. Akan tetapi dalam pemahaman terhadap
Kabupaten Dairi. Untuk menjawab kebijakan 1 yang diamanatkan oleh Permen PU No.
20 Tahun 2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum (KSNP-SPAM) yang mana mengatakan “peningkatan cakupan
dan kualitas air minum bagi seluruh masyarakat Indonesia”. Kemampuan PDAM
dalam melayani permintaan air penduduk suatu kota terlihat dari banyaknya
pelanggan yang menggunakan jasa PDAM tersebut. Adapun SPAM yang dikelola oleh
PDAM Tirta Nciho beserta sumbernya adalah :
Tabel. 6.7. Kondisi PDAM Tirta Nciho
CAKUPAN PELAYANAN
TINGKAT
KEHILANGAN TARIF JUMLAH
PENDUDUK TERLAYANI
% AIR (%) Rp. / M3 PELANGGAN (JIWA)
(UNIT SL)
1 TIRTA NCIHO DAIRI 21,1 49,5 737 9.571 57.426 SAKIT
No. PDAM KINERJA
Tabel. 6.8. Persentase RT Menurut Sumber Air Minum
Kabupaten/Kota
Air Kemasan
Leding
Pompa
Sumur
Mata Air
Lainnya (sungai,
hujan)
Kabupaten
1. D a i r i 3,43 11,21 2,69 2,55 48,06 32,05
Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum dan Kabupaten Dairi (%), 2013
Tabel. 6.9. SPAM yang dikelola oleh PDAM Tirta Nciho
No Kecamatan Sumber Debit (l/det)
1 Kota Sidikalang Lae Nuaha 70
Lae Mbulan 15
Lae Sitiotio 15
Lae Cimberrah 50
2 Cabang Sumbul Invaliden 3
Sikunikan 2
Tanjung Beringin 10
3 Cabang Tiga Lingga Lau Lubuk 2
Lau Sigara - Sigara 3
Lau Sibengkurung 10
4 Cabang Parongil Lae Puccu 5
5 Cabang Lae Parira Lae Tarumbang – 1 2
Lae Tarumbang – 2 5
7 Cabang Bakkal Pangaribuan 3
8 Cabang Tualang
-Bertung
Lae Simbora
3
9 Cabang Tanah Pinem Lau Salabulan 3
10 Cabang Kuta Buluh
kec. Tanah Pinem
Lau Doh
2
Gambar. 6.8. Sumber Air Baku, Sungai dll di Kab. Dairi
Tabel. 6.10. Sambungan Rumah Per Unit PDAM Nciho
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Apr. 2014
Kab. Dairi
PDAM Tirta
Nchiho 7,783 8,569 8,722 9,055 9,322 9,620 10,183 10,591 10,650 10,810 KABUPATEN
-KOTA UNIT PENGELOLA
TAHUN - JUMLAH SAMBUNGAN RUMAH
Kebutuhan air untuk Rumah Tangga yang telah terlayani PDAM Tirta Nciho adalah 10.237
Pelanggan atau sekitar 15,5 % dari 65.820 Rumah tangga di Kabupaten Dairi dengan
jumlah air yang terjual 2.028.723 m3. Adapun jumlah pelanggan air minum Kabupaten
dairi dapat terlihat pada Tabel berikut.
Tabel. 6.11. Jumlah pelanggan Air Minum hingga Bulan Oktober 2013
No Jenis Pelanggan Jumlah Aktif Bulan Sept
2 Instansi 96 52 96 9.327
3 Niaga Besar 11 5 11 1.595
4 Niaga Kecil 365 77 358 8.677
5 Rumah Tangga A 3.740 783 3.848 56.867
6 Rumah Tangga B 6.440 364 6.389 116.548
7 Sosial 144 26 145 8.540
8 Total 10.797 1.311 10.848 201.580
9 Hidaran Umum (HU) 3 637 3
-10 Jumlah Bulan Sept 2013 10.794 1.948 10.800 1.827.143
11 Jumlah Bulan Okt 2013 10.800 1.948 10.851 2.028.723
Jumlah Pelanggan Kabupaten Dairi yang dikelola PDAM tirta Nciho dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel. 6.12. Jumlah Pelanggan Kabupaten Dairi yang dikelola PDAM Tirta Nciho
No Kecamatan Jumlah Pelanggan
1 Kota Sidikalang 2.565
a. Kalang Simbara 503
b. Batang Beruh 1.972
c. Desa Bintang 130
d. Desa Blang Malum 143
e. Ht. Gambir 310
f. Desa Kalang Simbara 127
g. Kelurahan Ht. Gambir 645
2 Kecamatan Sumbul 595
Tanjung Beringin 54
3 Tanah Pinem 81
Tiga Lingga / Lau Mil 641
T. Lingga Kota 776
Kedebrek / Gunung Sayang 333
4 Bakkal 382
5 Lae Parira 347
a. Lumben Sihite 255
6 Parogil 768
Jumlah 4.232
1. SPAM Ibukota Kabupaten
SPAM Ibukota Kabupaten Sidikalang termasuk SPAM Jaringan Perpipaan. Beberapa Desa
yang tidak terlayani masih mengelola air secara langsung dan menggunakan bukan
jaringan perpipaan yaitu dengan memanfaatkan sumber air secara langsung (Sumur, Mata
Air dan Air Hujan). Kabupaten Dairi memiliki fasilitas pelayanan air bersih bagi
masyarakatnya. Kebutuhan air bersih Dairi dikelola oleh PDAM Tirta Nciho Kabupaten
Dairi. Dalam pengelolaannya, PDAM hingga akhir 2011 mencatat telah memproduksi
5.909.760 m3, dengan distribusi terpakai berkisar 2.821.294 m3 dan yang hilang 3.088.466
m3. Tiap bulannya PDAM Tirta Nciho kabupaten Dairi memproduksi 492.480 m3. Sistem
Penyediaan Air Minum (SPAM) jaringan perpipaan yang dikelola oleh Perusahaan Daerah
Air Minum (PDAM) Tirta Nciho untuk pelayanan ibukota Kabupaten Dairi secara teknis
dapat dijelaskan sebagai berikut :
Unit
Air Baku
Unit
Produksi
Unit
Distribusi
Unit Pelayanan
a) Unit Air Baku
Unit air baku untuk mencukupi kapasitas produksi sebesar 150 lt/ det dalam melayani
penduduk kota Sidikalang sebanyak 6.181 pelanggan. Adapun sumber air baku yang
diperoleh berasal beberapa sungai, diantaranya :
a. Lae Nuaha dengan Debit 70 l/det
b. Lae Mbulan dengan Debit 15 l/det
c. Lae Sitiotio dengan Debit 15 l/det
d. Lae Cimberah dengan Debit 50 l/det
b) Unit Produksi
Unit produksi yang dibangun dan dioperasikan oleh PDAM Kabupaten Dairi dalam
pemenuhan distribusi air minum ke pelanggan masing-masing dicukupi oleh mata air
yang tidak berinterkoneksi dalam satu pengolahan, tetapi didistribusikan ke daerah
pelayanan dengan jenis campuran yaitu antara Instalasi Pengolahan Saringan Pasir Cepat
(SPC) dan Saringan Pasir Lambat (SPL) dan Bangunan Penangkap (Broncaptering) dengan
Tabel. 6.13. Sumber Air Baku Wilayah Pelayanan PDAM Tirta Nciho
3 Lae Sitiotio 15 10 SPL
4 Lae Cimberrah 50 40 SPL
Sumber : PDAM Tirta Nciho, 2013
c) Unit Distribusi
Sistem distribusi yang dibangun dan dioperasikan oleh PDAM Kabupaten Dairi untuk
pelayanan masyarakat kota Dairi adalah secara grafitasi dan perpompaan dengan jaringan
perpipaan dengan prinsip sistem loop yang menggunakan pipa High Density Polivynil
Ethylene (HDPE) diameter 250 mm – 30 mm yang dipasang sepanjang 66,40 km.
d) Unit Layanan
i. Tingkat Cakupan
Pelayanan air minum PDAM Kabupaten Dairi sebesar 6.181 pelanggan dengan jenis
pelanggan Industri, Instansi, Niaga Besar, Niaga Kecil, Rumah tangga A, Rumah
Tangga B dan Soial. Saat ini cakupan pelayanan kota sidikalang masih melayani 8
Desa dari 11 Desa yang terdapat di Kota Sidikalang, yaitu : Desa Kalang, Desa Bintang,
Desa Belang Malum, Desa Kuta Gambir, Desa Huta Rakyat, Desa Kalang Simbara, Desa
Batang Beruh dan Sidikalang. Desa yang belum terlayani oleh PDAM Tirta Nciho saat
ini masih menggunakan sumber air yang dikelola langsung oleh masyarakat dengan
memanfaat sumber air secara langsung (Sumur, Mata Air dan Air Hujan).
ii. Kontinuitas Pelayanan
Kontinuitas pendistribusian air minum ke pelanggan didistribusikan selama 22 jam/hr
dan memasang pipa sepanjang 31,40 km.
Penjualan air hingga tahun 2012 sebesar 2.821.294 m3 / Tahun dengan penjualan air
rata – rata 2.821.294 m3 / bulan. Produksi yang dihasilkan adalah 492.480 m3 / bulan.
iv. Tingkat Kebocoran Air
Tingkat kebocoran air pada Tahun 2012 tiap bulannya mengalami peningkatan dan
penurunan. Hal ini dapat dilihat pada tabel Produksi dan Pemakaian Air Minum per
Bulan dan grafik tingkat kebocoran air.
Tabel. 6.14. Produksi dan Pemakaian Air
No Bulan Produksi
(m3)
Distribusi (m3)
Terjual Hilang
1 Januari 492.480 210.541 281.939
2 Februari 492.480 208.690 283.790
3 Maret 492.480 210.967 281.513
4 April 492.480 211.877 280.603
5 Mei 492.480 226.406 266.074
6 Juni 492.480 232.755 259.725
7 Juli 492.480 247.714 244.766
8 Agustus 492.480 260.681 231.799
9 September 492.480 261.241 231.239
10 Oktober 492.480 247.548 244.932
11 Nopember 492.480 256.802 235.678
12 Desember 492.480 246.408 246.408
Jumlah 5.909.760 2.821.294 3.088.466
2. SPAM Ibu Kota Kecamatan
SPAM IKK terdiri dari jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan (BJP). Jaringan
perpipaan SPAM IKK dikelola langsung oleh PDAM Tirta Nciho. Sedangkan bukan jaringan
perpipaan (BJP) dikelola oleh masyarakat.
a) Jaringan Perpipaan
SPAM IKK yang dikelola oleh PDAM Tirta Nciho terdiri dari beberapa IKK, yaitu :
1. Cabang Sumbul Kecamatan Sumbul (sudah Dilayani oleh PDAM)
2. Cabang Tiga Lingga Kecamatan Tiga Lingga
3. Cabang Parongil Kecamatan Silima Pungga – Pungga
4. Cabang Lae Parira Kecamatan Lae Parira
5. Unit Sukandebi Kecamatan Tiga Lingga
6. Unit Bakkal Kecamatan Siempat Nempu
7. Unit Tualang – Bertung
8. Unit Tanah Pinem Kecamatan Tanah Pinem
9. Unit Kuta Buluh kecamatan Tanah Pinem
Adapun Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) jaringan perpipaan yang dikelola oleh
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Nciho untuk pelayanan ibukota
Kabupaten Dairi secara teknis dapat dijelaskan sebagai berikut :
Unit Air Baku
Unit Produksi Unit Distribusi
Unit Pelayanan
PDAM Kabupaten Dairi melayani akses air minum jaringan perpipaan untuk 9
(Sembilan) Ibukota Kecamatan yang diuraikan pada tabel berikut:
Tabel. 6.15. Kondisi Eksisting Pelayanan SPAM IKK Cab. Tiga Lingga
No Uraian Cabang Sumbul Cabang Tiga Lingga Cabang Parongil
1. Unit Air Baku • Jenis Sumber • Kap.pengambilan
Mata air / Sungai 15 l/det
Mata air / Sungai 15 l/det
Mata air / Sungai IPA dan Tanpa
Pipa PVC diameter 50 mm – 100 mm Bak Pelepas Tekan Gravitasi
Pipa PVC diameter 50 mm – 100 mm
Desa Parongil 948 Pelanggan
22 jam / hr
Tabel. 6.16. Kondisi Eksisting Pelayanan SPAM IKK Kabupaten Dairi Unit Sukandebi
No Uraian Cabang Lae Parira Unit Sukandebi Unit Bakkal 1. Unit Air Baku
• Jenis Sumber • Kap.pengambilan
Mata air / Sungai 12 l/det
Mata air / Sungai IPA dan Tanpa
Pipa PVC diameter 50 mm – 100 mm Bak Pelepas Tekan Gravitasi
Pipa PVC diameter 50 mm – 100 mm Bak Pelepas Tekan Gravitasi
Pipa PVC diameter 50 mm – 100 mm Sumber : PDAM Tirta Nciho, 2013
Tabel. 6.17. Kondisi Eksisting Pelayanan SPAM IKK Kabupaten Dairi Unit Tanah Pinem
No. Uraian Unit Tualang
-Bertung Unit Tanah Pinem Unit Kuta Buluh 1. Unit Air Baku
• Jenis Sumber
3. SPAM Perdesaan/Desa Rawan Air
a) Jaringan Perpipaan
Akses air minum masyarakat di Kabupaten Dairi melalui jaringan perpipaan
non-PDAM pada tahun 2012 masih sangat rendah. Adapun program-program yang
mempunyai kontribusi dalam pembangunan sarana dan prasarana air bersih di
Kabupaten Dairi antara lain:
1. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-Mandiri)
2. Bantuan Keuangan Provinsi (BKP)
3. Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP)
4. Project Concern International (PCI)
b) SPAM Bukan Jaringan Perpipaan
SPAM Bukan Jaringan Perpipaan (BJP) jika dilihat dari akses dan kualitasnya dapat
dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu: (1) BJP Terlindungi, dan (2) BJP Tidak Terlindungi.
Berdasarkan data yang diterbitkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Dairi mengenai
SPAM Bukan Jaringan Perpipaan, untuk BJP Terlindungi diklasifikasikan menjadi 3
(tiga) kelompok antara lain: Pompa, Sumur Terlindungi, dan Mata Air Terlindungi.
Sedangkan untuk BJP Tidak Terlindungi diklasifikasikan menjadi 5 (lima) kelompok
antara lain: Air Hujan, Sumur Tak Terlindungi, Mata Air Tak Terlindungi, Sungai, dan
Tabel. 6.18. Sumber Akses Pelayanan SPAM Bukan Jaringan Perpipaan (BJP)
No Nama Sungai /
Mata Air
Sungai Sileu – leu Parsaoran Kec. Sumbul
500 KK
BJP Tak
Terlindungi
2 Aek Mata Mata Air Barisan nauli Kec.Sumbul
225 KK
3 Aek Lae Tanggiang
Mata Air Pegagan Julu VIII kec. Sumbul
300 KK
4 Lae Panjajadin Mata Air Pandan Kec. Tiga Lingga
105 KK
5 Mual Mata Mata Air Sosor Lontung 580 KK
6 Aek Lumbun Julu Mata Air Lae Sering Kec. Siempat Nempu Hilir
307 KK
7 Aek Pinggar Mata Air Perjuangan kec. Sumbul
250 KK
8 Mual Siregar Mata Air Banjar Toba kec. Berampu
200 KK
9 Aek Bakkal Lama Mata Air Sipoltong Kec. Siempat Nempu Hulu
305 KK
10 Mual Simanuk – Manuk
Mata Air Pargambiran Kec. Sumbul
Mata Air Pegagan Julu V Kec. Sumbul
600 KK
12 Lae Dumpang Mata Air Kuta Gugung Kec. Sumbul
40 KK
13 Tunjang Mata Air Tanah Pinem Kec. Tanah pinem
1322 KK
14 Aek Nauli Mata Air Silalahi III Kec. Silalahi
239 KK
c) Permasalahan dan Tantangan
Dengan dikeluarkannya UU No.7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air dimana pada
Pasal 5 disebutkan bahwa Negara menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air
bagi kebutuhan pokok minimal sehari-hari guna memenuhi kehidupannya yang sehat,
bersih dan produktif, maka saat ini menjadi permasalahan bagi Pemerintah Kabupaten
Dairi karena masih kurangnya kapasitas produksi air PDAM disamping kinerja
pelayanan dan prasarana yang belum optimal, sehingga masyarakat yang menjadi
pelanggan tidak mendapat kepuasan, dan yang bukan pelanggan mengalami
kesulitan dalam memenuhi kebutuhannya dan terpaksa menggunakan air yang kotor
untuk mencuci dan mandi, khususnya pada wilayah Sidikalang dan sekitarnya.
Kendala lain yang dihadapi dalam pelayanan air kepada masyarakat adalah karena
pelayanan air minum masih dilakukan oleh PDAM Tirta Nciho Kabupaten Dairi, Sumber Akses Pelayanan SPAM Bukan Jaringan Perpipaan (BJP) Lae Dumpang Kuta Gugung Kec. Sumbul (a) Aek Nauli Silalahi III Kec. Silalahi (b)
Gambar. 6.12 Sumber Akses Pelayanan SPAM Bukan Jaringan Perpipaan (BJP) Aek Bakkal Lama Sipoltong Kec. Siempat Nempu Hulu (a)
sehingga akan menimbulkan kesulitan bagi Pemerintah Kabupaten Dairi dalam
penyaluran dana APBD yang diperlukan untuk pengembangan air minum.
6.3.3. Analisis Kebutuhan Sistem Penyediaan Air Minum
Dari hasil analisa pemilihan metode terbaik untuk proyeksi jumlah penduduk di Kabupaten
Dairi diperoleh kelayakan metode geometri sebagai metode terpilih dalam pemroyeksian
jumlah penduduk hingga akhir periode perencanaan hingga tahun 2033. Adapun
rekapitulasi hasil jumlah proyeksi menggunakan metode Geometri disajikan pada Tabel
berikut:
Tabel. 6.19. Proyeksi Jumlah Penduduk Kabupaten Dairi Hingga Tahun 2033
Uraian Tahun Proyeksi (Jiwa)
2013 2017 2022 2027 2032
Sidikalang 49.254 51.600 54.058 56.633 59.330
Berampu 8.104 8.411 8.812 9.232 9.672
Sitinjo 11.446 11.880 12.446 13.039 13.660
Parbuluan 21.290 22.098 23.150 24.253 25.408
Sumbul 40.249 41.775 43.765 45.850 48.034
Silahisabungan 4.515 4.686 4.909 5.143 5.388
Silima Sipungga
-Pungga 12.775 13.260 13.891 14.553 15.246
Lae Parira 13.701 14.221 14.898 15.608 16.351
Siempat Nempu 18.157 18.846 18.846 20.684 21.669
Siempat Nempu Hulu 17.838 18.515 19.397 20.321 21.289
Siempat Nempu Hilir 10.527 10.926 11.446 11.991 12.563
Tigalingga 21.645 22.465 23.536 24.657 25.831
Gunung Sitembar 9.179 9.527 9.981 10.456 10.954
Pegagan Hilir 14.886 15.450 16.186 16.957 17.765
1. Proyeksi Kebutuhan Air
Estimasi kebutuhan air bersih di Kabupaten Dairi di dasarkan kepada kebutuhan domestic
dan non domestic masyarakat. Tingkat pelayanan air minum digolongkan menjadi:
1.
Golongan Domestik• Rumah Tangga • HU/ KU
2. Golongan Non Domestik
• Perkantoran
• Fasiltas Umum/ Sosial • Industri
• Komersial
Sesuai dengan keperluan perencanaan sistem penyediaan air baku maka dilakukan
penetapan dua pengertian yang ada kaitannya dengan fluktuasi pelayanan air, yaitu:
1. Faktor Harian Puncak (Daily Peak Factor)
Qharimaksimum = kebutuhan air maksimum pada suatu hari
= fmh x Qharirata-rata
= 1,4 - 1,7 (untuk negara 4 musim)
= 1,1 - 1,4 (untuk negara tropis)
Untuk wilayah studi Kabupaten Dairi, ditetapkan fmh = 1,2
Qharimaksimum = 1,2 x Qharirata-rata
2. Faktor Jam Puncak (Hourly Peak Factor)
Qjampuncak = air maksimum pada saat tertentu dalam satu hari
= fp x Qharirata-rata
fp = 2,0 - 3,5 (untuk negara 4 musim)
= 1,5 - 2,5 (untuk negara tropis)
Untuk wilayah studi Kabupaten Dairi, ditetapkan fp = 1,75
Beberapa asumsi yang diambil dalam melakukan pendekatan Demand dan Supply Wilayah
Kabupaten Dairi Tahun 2012 – 2026 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel. 6.20. Asumsi yang Digunakan dalam Analisis Demand Supply
No. Uraian Asumsi
A. Asumsi Demand
Konsumsi Air
Sambungan Rumah (SR) 120 L/org/hari
Kran/Hidran Umum 30 L/org/hari
Non Domestik 15 % dari kebutuhan domestik
B. Asumsi Supply
1. Unit Produksi - Penyediaan air bersih bersumber dari unit
produksi PDAM Kab Dairi dan unit-unit SPAM Perpipaan Non PDAM di Kab Dairi
- Tidak ada penambahan kapasitas unit produksi
*)
- Terjadi penyusutan kapasitas produksi 2 % per tahun
2. Pelayanan Domestik SR : HU 80 % : 20 %
3. Desain Aliran
- Faktor Hari Maksimum (Fh-max) 1,2 x Qr - Faktor Jam Puncak (Fj-max) 1,75 x Qr
4. Pelayanan Sambungan Langganan
- Sambungan Rumah (SR) Ratio berdasarkan Kecamatan
- Kran/Hidran Umum 100 jiwa
5. Kehilangan Air - Angka kebocoran pada unit PDAM Kabupaten
Dairi riil saat ini (2011) yaitu 32,9%
- Perbaikan kebocoran pada unit PDAM Kab Dairi dilakukan secara bertahap, yaitu sesuai kondisi riil (32,9 %) pada awal masa perencanaan dan menurun secara bertahap hingga 20 % pada akhir tahun perencanaan
2. Kebutuhan Air Domestik
Kebutuhan air domestik adalah kebutuhan air bersih untuk pemenuhan kegiatan
sehari-hari atau rumah tangga seperti untuk minum, memasak, kesehatan individu (mandi, cuci
dan sebagainya), menyiram tanaman, halaman, pengangkutan air buangan (buangan
dapur dan toilet).
Standar kebutuhan domestik yang akan digunakan dalam rangka proyeksi kebutuhan air
minum di Kabupaten Dairi sampai dengan tahun 2032 ditentukan berdasarkan Konsumsi
Jaringan Perpipaan Domestik (KJPD), yaitu air yang terdistribusikan (Qd) oleh pengelola
SPAM (m3/bln dijadikan m3/hari ), dikurangi volume kebocoran (prosentase kebocoran
(A%)xQd), dibagi dengan jumlah jiwa terlayani (Pt). Untuk pelanggan PDAM Kabupaten
Dairi. Berdasarkan hasil audit kinerja PDAM Tirta Nciho rata-rata konsumsi air adalah 80
liter/org/hari. Kondisi ini digunakan untuk mengestimasikan kebutuhan air minum di
Kabupaten Dairi. Bagi sambungan rumah (SR) dan 30 liter/orang/hari untuk kran
umum/hidran umum. Pelayanan SR : HU direncanakan 80 % : 20 %.
3. Kebutuhan Air Non Domestik
Kebutuhan air non domestik adalah kebutuhan air bersih yang digunakan untuk beberapa
kegiatan seperti:
a. Kebutuhan institusional, adalah kebutuhan air bersih untuk kegiatan perkantoran, dan
tempat pendidikan dan sekolah.
b. Kebutuhan komersial dan industri, adalah kebutuhan air bersih untuk kegiatan hotel,
pasar, pertokoan, restoran. Sedangkan kebutuhan air bersih untuk industri biasanya
digunakan untuk air pendingin, air pada boiler untuk pemanas, bahan baku proses,
dan untuk kepentingan karyawannya. Besarnya kebutuhan air tergantung besar/
kecilnya industri tersebut.
c. Kebutuhan fasilitas umum, adalah kebutuhan air bersih untuk kegiatan
Asumsi kebutuhan air minum non domestik yang digunakan dalam proyeksi kebutuhan air
minum Kabupaten Dairi adalah tambahan 15 % dari kebutuhan air domestik, asumsi ini
digunakan berdasarkan Permen PU No. 18/2007.
4. Kehilangan Air
Permasalahan kehilangan air/kebocoran air merupakan masalah yang sampai saat ini
masih dihadapi oleh PDAM Kabupaten Dairi. Kehilangan air/kebocoran air atau biasa
disebut sebagai air tak berekening (ATR)/NRW/Un-accounted for water merupakan air
yang tidak menghasilkan penerimaan bagi PDAM, dimana komponen utama air tak
berekening adalah:
a. Konsumsi resmi tak berekening, terdiri dari:
- Konsumsi bermeter tak berekening - Konsumsi tak bermeter tak berekening b. Kehilangan air
- Kehilangan air administratif/non fisik/teknis (konsumsi tak resmi/pencurian air, ketidakakuratan meter pelanggan, dan kesalahan penanganan data/lemahnya
pencatatan).
- Kehilangan air fisik/teknis (kebocoran pada jaringan distribusi, kebocoran dan luapan pada reservoir, kebocoran pada pipa dinas hingga meter pelanggan).
5. Proyeksi Kebutuhan Air Tiap Zona Pelayanan
Seperti yang kita lihat pada kondisi eksisting bahwa tidak semua kecamatan yang terlayani
akses air minumnya oleh PDAM Kabupaten Dairi. Akan tetapi didalam perhitungan
kebutuhan air minum penduduk untuk wilayah yang belum terlayani PDAM akan tetap
diperhitungkan proporsi antara pelayanan dari SPAM IKK, Peripaan Non-PDAM, dan BJP
Kebutuhan air minum tiap-tiap zona perlu diperhitungkan untuk sebagai dasar dalam
menyusun program/rancangan pengembangan SPAM di kabupaten Dairi. Rincian
Kebutuhan air minum di tiap-tiap zona pelayanan dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel. 6.21. Proyeksi Kebutuhan Air Minum IKK Sidikalang Tahun 2013-2032
No. Uraian Satuan Tahun Proyeksi
2013 2017 2022 2027 2032
1
Total Penduduk
Administratif jiwa 49.254 51.600 54.058 56.633 59.330
2
Penduduk Areal
Pelayanan jiwa 28.555 36.263 40.272 42.190 44.200
3
Dilayani jiwa 377 29.010 32.217 33.752 35.360
6
Perbandingan SR :
HU % 70%:30% 80%:20% 85%:15% 90%:10% 95%:5%
7
Penduduk Dilayani
SR jiwa 264 23.208 27.385 30.377 33.592
8
Penduduk Dilayani
HU jiwa 113 5.802 4.833 3.375 1.768
9
Kebutuhan Air Per
Kapita untuk SR ltr/org/hari 120 120 120 120 120
10
Kebutuhan Air Per
Kapita untuk HU ltr/org/hari 40 40 40 40 40
11
Kebutuhan Air
Rumah Tangga ltr/dt 0,42 34,92 40,27 43,75 47,47
12
Kebutuhan Air Non
Domestik 30% ltr/dt 0,13 10,48 12,08 13,13 14,24
13
Jumlah Kebutuhan
Air ltr/dt 0,54 45,40 52,35 56,88 61,716
14
Alokasi Kehilangan
Air (20%) ltr/dt 0,11 9,08 10,47 11,38 12,34
15
Total Kebutuhan Air
Rata-Rata ltr/dt 0,65 54,47 62,82 68,25 74,06
16 Kebutuhan Air Hari
Maksimum (F = 1,15) ltr/dt 0,75 62,65 72,25 78,49 85,17
18 Jumlah SR unit 44 3.868 5.477 7.594 8.398
19
Jumlah Orang per
HU 60 60 50 40 40
20 Jumlah HU unit 2 97 97 84 44
Tabel. 6.22. Proyeksi Kebutuhan Air Minum IKK Berampu Tahun 2013-2032
No. Uraian Satuan Tahun Proyeksi
2013 2017 2022 2027 2032
1
Total Penduduk
Administratif jiwa 8.104 8.411 8.812 9.232 9.672
2
Penduduk Areal
Pelayanan jiwa 1.609 2.187 3.346 3.506 3.673
3
Dilayani jiwa 1 1.750 2.677 2.805 2.938
6 Perbandingan SR : HU % 70%:30% 80%:20% 85%:15% 90%:10% 95%:5%
7 Penduduk Dilayani SR jiwa 1 1.400 2.276 2.524 2.791
8 Penduduk Dilayani HU jiwa 0 350 402 280 147
9
Kebutuhan Air Per
Kapita untuk SR ltr/org/hari 120 120 120 120 120
10
Kebutuhan Air Per
Kapita untuk HU ltr/org/hari 40 40 40 40 40
11
Kebutuhan Air Rumah
Tangga ltr/dt 0,00 2,11 3,35 3,64 3,94
12
Kebutuhan Air Non
Domestik 30% ltr/dt 0,00 0,63 1,00 1,09 1,18
13 Jumlah Kebutuhan Air ltr/dt 0,00 2,74 4,35 4,73 5,1283
14
Alokasi Kehilangan Air
(20%) ltr/dt 0,00 0,55 0,87 0,95 1,03
15
Total Kebutuhan Air
Rata-Rata ltr/dt 0,00 3,29 5,22 5,67 6,15
16 Kebutuhan Air Hari
Maksimum (F = 1,15) ltr/dt 0,00 3,78 6,00 6,52 7,08
17 Jumlah Orang per SR 6 6 5 4 4
18 Jumlah SR unit 0 233 455 631 698
19 Jumlah Orang per HU 60 60 50 40 40
Tabel. 6.23. Proyeksi Kebutuhan Air Minum IKK Sitinjo Tahun 2013-2032
No. Uraian Satuan Tahun Proyeksi
2013 2017 2022 2027 2032
1
Total Penduduk
Administratif jiwa 11.446 11.880 12.446 13.039 13.660
2
Penduduk Areal
Pelayanan jiwa 4.122 6.026 10.219 10.706 11.216
3
Dilayani jiwa - 4.821 8.175 8.565 8.973
6 Perbandingan SR : HU % 70%:30% 80%:20% 85%:15% 90%:10% 95%:5%
7 Penduduk Dilayani SR jiwa - 3.857 6.949 7.708 8.524
8 Penduduk Dilayani HU jiwa - 964 1.226 856 449
9
Kebutuhan Air Per
Kapita untuk SR ltr/org/hari 120 120 120 120 120
10
Kebutuhan Air Per
Kapita untuk HU ltr/org/hari 40 40 40 40 40
11
Kebutuhan Air Rumah
Tangga ltr/dt - 5,80 10,22 11,10 12,05
12
Kebutuhan Air Non
Domestik 30% ltr/dt - 1,74 3,07 3,33 3,61
13 Jumlah Kebutuhan Air ltr/dt - 7,54 13,28 14,43 15,661
14
Alokasi Kehilangan Air
(20%) ltr/dt - 1,51 2,66 2,89 3,13
15
Total Kebutuhan Air
Rata-Rata ltr/dt - 9,05 15,94 17,32 18,79
16 Kebutuhan Air Hari
Maksimum (F = 1,15) ltr/dt - 10,41 18,33 19,92 21,61
17 Jumlah Orang per SR 6 6 5 4 4
18 Jumlah SR unit - 643 1.390 1.927 2.131
19 Jumlah Orang per HU 60 60 50 40 40
Tabel. 6.24. Proyeksi Kebutuhan Air Minum IKK Parbuluan Tahun 2013-2032
No. Uraian Satuan Tahun Proyeksi
2013 2017 2022 2027 2032
1
Total Penduduk
Administratif jiwa 21.290 22.098 23.150 24.253 25.408
2
Penduduk Areal
Pelayanan jiwa 2.011 3.801 6.041 8.326 8.722
3
Jumlah Desa/
Kelurahan 1 3 4 5 5
4 Cakupan Pelayanan % 51 80 80 80 80
5
Penduduk yang
Dilayani jiwa 1.035 3.041 4.833 6.661 6.978
6 Perbandingan SR : HU % 70%:30% 80%:20% 85%:15% 90%:10% 95%:5%
7 Penduduk Dilayani SR jiwa 725 2.433 4.108 5.995 6.629
8 Penduduk Dilayani HU jiwa 311 608 725 666 349
9
Kebutuhan Air Per
Kapita untuk SR ltr/org/hari 120 120 120 120 120
10
Kebutuhan Air Per
Kapita untuk HU ltr/org/hari 40 40 40 40 40
11
Kebutuhan Air Rumah
Tangga ltr/dt 1,15 3,66 6,04 8,63 9,37
12
Kebutuhan Air Non
Domestik 30% ltr/dt 0,35 1,10 1,81 2,59 2,81
13 Jumlah Kebutuhan Air ltr/dt 1,50 4,76 7,85 11,22 12,179
14
Alokasi Kehilangan Air
(20%) ltr/dt 0,30 0,95 1,57 2,24 2,44
15
Total Kebutuhan Air
Rata-Rata ltr/dt 1,79 5,71 9,42 13,47 14,61
16 Kebutuhan Air Hari
Maksimum (F = 1,15) ltr/dt 2,06 6,57 10,84 15,49 16,81
17 Jumlah Orang per SR 6 6 5 4 4
18 Jumlah SR unit 121 405 822 1.499 1.657
19 Jumlah Orang per HU 60 60 50 40 40
Tabel 6.25. Proyeksi Kebutuhan Air Minum IKK Sumbul Tahun 2013-2032
No. Uraian Satuan Tahun Proyeksi
2013 2017 2022 2027 2032
1
Total Penduduk
Administratif jiwa 40.249 41.775 43.765 45.850 48.034
2
Penduduk Areal
Pelayanan jiwa 8.097 14.035 21.610 26.671 33.230
3
Jumlah Desa/
Kelurahan 2 5 8 10 12
4 Cakupan Pelayanan % 28 80 80 80 80
5
Penduduk yang
Dilayani jiwa 2.254 11.228 17.288 21.337 26.584
6 Perbandingan SR : HU % 70%:30% 80%:20% 85%:15% 90%:10% 95%:5%
7 Penduduk Dilayani SR jiwa 1.578 8.982 14.695 19.203 25.254
8 Penduduk Dilayani HU jiwa 676 2.246 2.593 2.134 1.329
9
Kebutuhan Air Per
Kapita untuk SR ltr/org/hari 120 120 120 120 120
10
Kebutuhan Air Per
Kapita untuk HU ltr/org/hari 40 40 40 40 40
11
Kebutuhan Air Rumah
Tangga ltr/dt 2,50 13,52 21,61 27,66 35,69
12
Kebutuhan Air Non
Domestik 30% ltr/dt 0,75 4,05 6,48 8,30 10,71
13 Jumlah Kebutuhan Air ltr/dt 3,26 17,57 28,09 35,96 46,398
14
Alokasi Kehilangan Air
(20%) ltr/dt 0,65 3,51 5,62 7,19 9,28
15
Total Kebutuhan Air
Rata-Rata ltr/dt 3,91 21,08 33,71 43,15 55,68
16 Kebutuhan Air Hari
Maksimum (F = 1,15) ltr/dt 4,49 24,25 38,77 49,62 64,03
17 Jumlah Orang per SR 6 6 5 4 4
18 Jumlah SR unit 263 1.497 2.939 4.801 6.314
19 Jumlah Orang per HU 60 60 50 40 40
Tabel 6.26. Proyeksi Kebutuhan Air Minum IKK Silahisabungan Tahun 2013-2032
No. Uraian Satuan Tahun Proyeksi
2013 2017 2022 2027 2032
1
Total Penduduk
Administratif jiwa 4.515 4.686 4.909 5.143 5.388
2
Penduduk Areal
Pelayanan jiwa 1.077 2.150 3.354 3.514 3.681
3
Dilayani jiwa - 1.720 2.683 2.811 2.945
6
Perbandingan SR :
HU % 70%:30% 80%:20% 85%:15% 90%:10% 95%:5%
7 Penduduk Dilayani SR jiwa - 1.376 2.281 2.530 2.798
8
Penduduk Dilayani
HU jiwa - 344 402 281 147
9
Kebutuhan Air Per
Kapita untuk SR ltr/org/hari 120 120 120 120 120
10
Kebutuhan Air Per
Kapita untuk HU ltr/org/hari 40 40 40 40 40
11
Kebutuhan Air Rumah
Tangga ltr/dt - 2,07 3,35 3,64 3,95
12
Kebutuhan Air Non
Domestik 30% ltr/dt - 0,62 1,01 1,09 1,19
13 Jumlah Kebutuhan Air ltr/dt - 2,69 4,36 4,74 5,14
14
Alokasi Kehilangan
Air (20%) ltr/dt - 0,54 0,87 0,95 1,03
15
Total Kebutuhan Air
Rata-Rata ltr/dt - 3,23 5,23 5,68 6,17
16 Kebutuhan Air Hari
Maksimum (F = 1,15) ltr/dt - 3,71 6,02 6,54 7,09
17 Jumlah Orang per SR 6 6 5 4 4
18 Jumlah SR unit - 229 456 632 699
19 Jumlah Orang per HU 60 60 50 40 40
Tabel 6.27 Proyeksi Kebutuhan Air Minum IKK Silima Sipungga - Pungga Tahun 2013-2032
No. Uraian Satuan Tahun Proyeksi
2013 2017 2022 2027 2032
1
Total Penduduk
Administratif jiwa 12.775 13.260 13.891 14.553 15.246
2
Penduduk Areal
Pelayanan jiwa 1.625 3.286 3.898 4.996 5.234
3
Jumlah Desa/
Kelurahan 1 2 3 4 4
4 Cakupan Pelayanan % 278 80 80 80 80
5
Penduduk yang
Dilayani jiwa 4.520 2.629 3.119 3.997 4.187
6 Perbandingan SR : HU % 70%:30% 80%:20% 85%:15% 90%:10% 95%:5%
7 Penduduk Dilayani SR jiwa 3.164 2.103 2.651 3.597 3.978
8 Penduduk Dilayani HU jiwa 1.356 526 468 400 209
9
Kebutuhan Air Per
Kapita untuk SR ltr/org/hari 120 120 120 120 120
10
Kebutuhan Air Per
Kapita untuk HU ltr/org/hari 40 40 40 40 40
11
Kebutuhan Air Rumah
Tangga ltr/dt 5,02 3,16 3,90 5,18 5,62
12
Kebutuhan Air Non
Domestik 30% ltr/dt 1,51 0,95 1,17 1,55 1,69
13 Jumlah Kebutuhan Air ltr/dt 6,53 4,11 5,07 6,74 7,3081
14
Alokasi Kehilangan Air
(20%) ltr/dt 1,31 0,82 1,01 1,35 1,46
15
Total Kebutuhan Air
Rata-Rata ltr/dt 7,83 4,94 6,08 8,08 8,77
16 Kebutuhan Air Hari
Maksimum (F = 1,15) ltr/dt 9,01 5,68 6,99 9,29 10,09
17 Jumlah Orang per SR 6 6 5 4 4
18 Jumlah SR unit 527 351 530 899 994
19 Jumlah Orang per HU 60 60 50 40 40
Tabel 6.28. Proyeksi Kebutuhan Air Minum IKK Lae Parira Tahun 2013-2032
No. Uraian Satuan Tahun Proyeksi
2013 2017 2022 2027 2032
1
Total Penduduk
Administratif jiwa 13.701 14.221 14.898 15.608 16.351
2
Penduduk Areal
Pelayanan jiwa 962 2.824 6.911 7.240 7.585
3
Dilayani jiwa - 2.260 5.529 5.792 6.068
6 Perbandingan SR : HU % 70%:30% 80%:20% 85%:15% 90%:10% 95%:5%
7 Penduduk Dilayani SR jiwa - 1.808 4.700 5.213 5.765
8 Penduduk Dilayani HU jiwa - 452 829 579 303
9
Kebutuhan Air Per
Kapita untuk SR ltr/org/hari 120 120 120 120 120
10
Kebutuhan Air Per
Kapita untuk HU ltr/org/hari 40 40 40 40 40
11
Kebutuhan Air Rumah
Tangga ltr/dt - 2,72 6,91 7,51 8,15
12
Kebutuhan Air Non
Domestik 30% ltr/dt - 0,82 2,07 2,25 2,44
13 Jumlah Kebutuhan Air ltr/dt - 3,54 8,98 9,76 10,591
14
Alokasi Kehilangan Air
(20%) ltr/dt - 0,71 1,80 1,95 2,12
15
Total Kebutuhan Air
Rata-Rata ltr/dt - 4,24 10,78 11,71 12,71
16 Kebutuhan Air Hari
Maksimum (F = 1,15) ltr/dt - 4,88 12,40 13,47 14,62
17 Jumlah Orang per SR 6 6 5 4 4
18 Jumlah SR unit - 301 940 1.303 1.441
19 Jumlah Orang per HU 60 60 50 40 40
Tabel 6.29. Proyeksi Kebutuhan Air Minum IKK Siempat Nempu Tahun 2013-2032
No
. Uraian Satuan
Tahun Proyeksi
2013 2017 2022 2027 2032
1
Total Penduduk
Administratif jiwa 18.157 18.846 18.846 20.684 21.669
2
Penduduk Areal
Pelayanan jiwa 524 1.691 4.713 4.937 5.172
3
Dilayani jiwa - 1.353 3.770 3.950 4.138
6 Perbandingan SR : HU %
7 Penduduk Dilayani SR jiwa - 1.082 3.205 3.555 3.931
8
Tangga ltr/dt - 1,63 4,71 5,12 5,56
12
Kebutuhan Air Non
Domestik 30% ltr/dt - 0,49 1,41 1,54 1,67
13 Jumlah Kebutuhan Air ltr/dt - 2,12 6,13 6,66 7,2223
14
Alokasi Kehilangan Air
(20%) ltr/dt - 0,42 1,23 1,33 1,44
15
Total Kebutuhan Air
Rata-Rata ltr/dt - 2,54 7,35 7,99 8,67
16 Kebutuhan Air Hari
Maksimum (F = 1,15) ltr/dt - 2,92 8,45 9,19 9,97
17 Jumlah Orang per SR 6 6 5 4 4
18 Jumlah SR unit - 180 641 889 983
19 Jumlah Orang per HU 60 60 50 40 40
Tabel 6.30. Proyeksi Kebutuhan Air Minum IKK Siempat Nempu Hulu Tahun 2013-2032
No
. Uraian Satuan
Tahun Proyeksi
2013 2017 2022 2027 2032
1
Total Penduduk
Administratif jiwa 17.838 18.515 19.397 20.321 21.289
2
Penduduk Areal
Pelayanan jiwa 1.561 2.667 4.587 4.805 5.034
3
Dilayani jiwa - 2.134 3.669 3.844 4.027
6 Perbandingan SR : HU %
7 Penduduk Dilayani SR jiwa - 1.707 3.119 3.460 3.826
8 Penduduk Dilayani HU jiwa - 427 550 384 201
9
Tangga ltr/dt - 2,57 4,59 4,98 5,41
12
Kebutuhan Air Non
Domestik 30% ltr/dt - 0,77 1,38 1,49 1,62
13 Jumlah Kebutuhan Air ltr/dt - 3,34 5,96 6,48 7,0289
14
Alokasi Kehilangan Air
(20%) ltr/dt - 0,67 1,19 1,30 1,41
15
Total Kebutuhan Air
Rata-Rata ltr/dt - 4,01 7,16 7,77 8,43
16 Kebutuhan Air Hari
Maksimum (F = 1,15) ltr/dt - 4,61 8,23 8,94 9,70
17 Jumlah Orang per SR 6 6 5 4 4
18 Jumlah SR unit - 285 624 865 956
19 Jumlah Orang per HU 60 60 50 40 40