• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH LATIHAN SQUAT JUMP DAN SKIPPING TERHADAP PENINGKATAN POWER TUNGKAI PADA TENDANGAN PENALTI DALAM PERMAINAN SEPAK BOLA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI 1 PURBOLINGGO LAMPUNG TIMUR TAHUN 2012/2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH LATIHAN SQUAT JUMP DAN SKIPPING TERHADAP PENINGKATAN POWER TUNGKAI PADA TENDANGAN PENALTI DALAM PERMAINAN SEPAK BOLA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI 1 PURBOLINGGO LAMPUNG TIMUR TAHUN 2012/2013"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH LATIHAN SQUAT JUMP DAN SKIPPING TERHADAP PENINGKATAN POWER TUNGKAI PADA TENDANGAN

PENALTI DALAM PERMAINAN SEPAK BOLA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI 1

PURBOLINGGO LAMPUNG TIMUR TAHUN 2012/2013

(Skripsi)

Oleh

FERDI ZULKARNAIN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ii ABSTRAK

PENGARUH LATIHAN SQUAT JUMP DAN SKIPPING TERHADAP PENINGKATAN POWER TUNGKAI PADA TENDANGAN

PENALTI DALAM PERMAINAN SEPAK BOLA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI 1

PURBOLINGGO LAMPUNG TIMUR TAHUN 2012/2013

Oleh

FERDI ZULKARNAIN 0813051021

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh latihan, antara latihan squat jump dan latihan skipping terhadap peningkatan power tungkai pada tendangan pinalti dalam permainan sepakbola siswa putra SMP Negeri 1 Purbolinggo.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan desain penelitian Pre test- Post test Group Design. Sampel sebanyak 94 siswa yang dibagi kedalam tiga kelompok yaitu, kelompok eksperimen latihan squat jumps, kelompok eksperiment latihan skipping dan kelompok kontrol. Frekuensi latihan 3 kali dalam seminggu, sebanyak 2-4 set dengan repetisi 8 kali tiap set dan waktu istirahat 2 menit tiap set. Program latihan diberikan selama 8 minggu. Teknik Analisis data yang digunakan adalah Analisis Varians dan dilanjutkan dengan uji beda.

(3)

iii

PENGARUH LATIHAN SQUAT JUMP DAN SKIPPING TERHADAP PENINGKATAN POWER TUNGKAI PADA TENDANGAN

PENALTI DALAM PERMAINAN SEPAK BOLA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI 1

PURBOLINGGO LAMPUNG TIMUR TAHUN 2012/2013

Oleh

FERDI ZULKARNAIN 0813051021

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

iv

Judul Skripsi : PENGARUH LATIHAN SQUAT JUMP DAN SKIPPING TERHADAP PENINGKATAN

POWER TUNGKAI PADA TENDANGAN PENALTI DALAM PERMAINAN SEPAK BOLA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI 1 PURBOLINGGO LAMPUNG TIMUR TAHUN 2012/2013

Nama Mahasiswa : FERDI ZULKARNAIN Nomor Pokok Mahasiswa : 0813051021

Program Studi : Penjaskes Jurusan : Ilmu Pendidikan

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pemimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Wiyono, M.Pd. Drs. Suranto, M.Kes. NIP 195701111983031002 NIP 195509291984031001

2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

(5)

v

MENGESAHKAN

Tim Penguji

Ketua : Drs. Wiyono, M.Pd. ………… Sekretaris : Drs. Suranto, M.Kes. ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Rahmat Hermawan, M.Kes. …………

Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi.Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003

(6)

vi

PERNYATAAN

Bahwa saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : FERDI ZULKARNAIN

NPM : 0813051021

Tempat tanggal lahir : Lampung Timur, 7 Januari 1990 Alamat : Purbolinggo, Lampung Timur

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Pengaruh Latihan Squat Jump dan Skipping Terhadap Peningkatan Power Tungkai pada Tendangan Penalti dalam Permainan Sepak Bola Siswa Putra Kelas VIII SMP Negeri 1 Purbolinggo Lampung Timur Tahun 2012/2013” adalah benar hasil karya penulis berdasarkan penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 12- Oktober-1 Desember 2012. Skripsi ini bukan hasil menjiplak, dan atau hasil karya orang lain. Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenarnya. Atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih.

Bandar Lampung, 19 Februari 2013

(7)

vii

SANWACANA

Segala puji dan syukur kepada ALLAH SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Latihan Squat Jump dan Skipping Terhadap Peningkatan Power Tungkai pada Tendangan Penalti dalam Permainan Sepak Bola Siswa Putra Kelas VIII SMP Negeri 1 Purbolinggo Lampung Timur Tahun 2012/2013” .

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

2. Bapak Drs. Baharudin, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

3. Bapak Dr. Rahmat Hermawan, M.Kes., selaku Pembahas yang telah memberikan bimbingan, nasehat dan saran demi perbaikan skripsi;

4. Bapak Drs. Wiyono, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing pertama yang telah member pengarahan dan bimbingan kepada penulis;

5. Bapak Drs. Suranto, M.Kes., selaku Dosen Pembimbing kedua yang telah memberikan banyak pengarahan, ilmu dan bimbingan kepada penulis. Terima kasih atas bimbingan, saran, serta nasehat dalam penulisan skripsi;

(8)

viii

7. Kepala SMP Negeri 1 Purbolinggo, Siswa-siswi, serta para dewan guru yang telah membantu dalam menyelesaikan penelitian ini;

8. Bapak dan Ibu di staf Tata Usaha FKIP Unila.yang telah membantu proses terselesaikannya skripsi ini;

9. Ayahanda Bapak Abdul Manaf dan Ibunda Sri Puji Wardingsih, yang senantiasa dengan kesabaran telah membesarkan, mendidik, memberikan motivasi, do’a dan kasih sayang, serta telah menjaga dengan segenap jiwa dan

raga;

10. Kakak dan Mbakku tersayang, yang telah memberikan dukungan, motivasi, nasehat, do’a serta kasih sayang;

11. Rekan-rekan Penjas 2008, yang tidak dapat disebutkan satu persatu namanya, kakak-kakak, mbak-mbak, adik-adik angkatan, terimakasih atas kerjasamanya;

12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu hingga terselesainya penulisan laporan ini;

Semoga ALLAH SWT melimpahkan balasan atas kebaikan dan perhatian yang diberikan kepada penulis, serta semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat. Amin…

Bandar Lampung, 19 Februari 2013 Penulis,

(9)

ix

PERSEMBAHAN

ِميِحَرلا ِنَمْحَرلا ِهَللا ِمْسِب

Alhamdulillah, atas rahmat dan hidayah-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Karya sederhana ini ku persembahkan untuk:

1. Ayah dan Ibuku, yang telah mendukungku, memberiku motivasi dalam segala hal serta memberikan kasih sayang yang teramat besar yang tak mungkin bisa ku balas dengan apapun.

2. Mbak Eka dan Mas Anto, makasih telah memberiku motivasi dan makasih sudah sayang sama adikmu yang banyak maunya ini.

3. Pak Kojat dan Bu Kasih, yang telah memberiku semangat dan bimbingan dalam penyusunan skripsiku.

4. Rekan-rekan Penjaskes 2008 yang sudah menemaniku selama ini.(Yogi, Restu, Aris, Riski, Rudi, dan semua teman-teman yang tak mungkin penulis sebutkan satu-persatuAyo, semangat ngerjain skripsinya...

5. Sahabat Teen Bro (Rekan KKN dan PPL) Aswin, Dani, Widi, Riri, Wahyu, Retna, Sari, Titis, dan Vina, makasih buat persahabatannya. Kalian adalah sahabat terbaikku.

6. Agung, Komed, Nanang, Ridho dan seluruh penghuni “Kost Putra Alfa Barokah”, makasih telah menemaniku dalam suka dan duka.

7. Almamater tercinta.

(10)

x

MOTTO

Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk

hari tua.

(Penulis)

Tiada doa yang lebih indah selain doa agar skripsi ini

cepat selesai

(Penulis)

Hidup memerlukan pengorbanan. pengorbanan

memerlukan perjuangan. Perjuangan memerlukan

ketabahan. Ketabahan memerlukan keyakinan. keyakinan

pula menentukan kejayaan. kejayaan pula akan

menentukan kebahagiaan.

(11)

xi

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur, pada tanggal 7 Januari 1990, sebagai anak bungsu dari dua bersaudara pasangan Bapak Drs. Abdul Manaf dan Ibu Sri Puji Wardiningsih, S.Pd.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis antara lain : Taman Kanak-kanak (TK) PKK Taman Fajar selesai pada tahun 1996, Sekolah Dasar (SD) di SDN 2 Taman Fajar Kec.Purbolinggo yang diselesaikan tahun 2002, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di SLTP N 1 Purbolinggo Kab. Lampung Timur diselesaikan pada tahun 2005 dan dilanjutkan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Purbolinggo Kab. Lampung Timur diselesaikan pada tahun 2008.

(12)

xii A. Pengertian Pendidikan Jasmani ... 12

(13)

xiii III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian ... 37

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 37

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Persamaan Beban Latihan ... 42

4.1 Power Tungkai Siswa yang Diberi Latihan Squat Jump ... 49

4.2 Power Tungkai Siswa yang Diberi Latihan Skipping ... 49

4.3 Power Tungkai Siswa Tanpa Diberi Latihan ... 50

4.4 Power Tungkai Siswa Diberi Latihan Squat Jump, Latihan Skipping dan Tanpa Diberi Latihan... 51

4.5 Hasil Uji Normalitas Data... 53

4.6 Hasil Uji Homogenitas Data... 53

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. lustrasi stretch reflex pada pliometrik ... 21

2.2 Otot-otot Tungkai Bawah... 28

2.3 Tips Tendangan Penalti (Sepak Bola/Futsal)... 33

3.1 Rancangan Penelitian ... 39

3.2 Vertical Jumps Test ... 45

4.1 Hasil Tes Awal dan Akhir Power Tungkai Siswa yang Diberi Latihan Squat Jump... 49

4.2 Hasil Tes Awal dan Akhir Power Tungkai Siswa yang Diberi Latihan Skipping ... 50

4.3 Hasil Tes Awal dan Akhir Power Tungkai Siswa Tanpa Diberi Latihan... 51

(16)
(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan olahraga di Indonesia sebagaimana telah diungkapkan dalam Sistem Keolahragaan Nasional (SKN) Nomor 3 Tahun 2005, bahwa kegiatan olahraga ditempuh melalui tiga pilar, yaitu olahraga pendidikan, olahraga prestasi dan olahraga masyarakat.

Olahraga masyarakat ditandai dengan gerakan memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat senantiasa terus dikembangkan dan ditingkatkan agar lebih meluas dan merata di seluruh pelosok tanah air, sehingga tercipta budaya olahraga dan iklim yang kondusif untuk mendorong peran serta aktif masyarakat dalam peningkatan kesadaran hidup sehat. Usaha untuk menciptakan upaya hidup sehat dan pentingnya kesadaran bergerak pada masyarakat, lebih-lebih pada zaman yang serba praktis dan modern ini, bila ditinggalkan maka tentu saja mempunyai implikasi timbulnya berbagai penyakit, antara lain yang sering disebut penyakit “degeneratif,” artinya timbul penyakit

(18)

pula penurunan yang dialami oleh otot, biasanya seseorang akan mengalami lemahnya kekuatan bila harus melakukan pekerjaan yang cukup berat dan dalam waktu relatif lama, sehingga badannya mudah lelah dan cepat capai. Karena itu, budaya gerak perlu dimasyarakatkan bahkan digelorakan setiap saat baik pada anak-anak, remaja dan orang dewasa. Bila budaya gerak ini menjadi bagian dari gaya hidup, niscaya masyarakat atau bangsa Indonesia akan terhindar dari berbagai penyakit dan pada gilirannya akan membawa dampak pada pengurangan anggaran pada sektor – sektor lainnya, seperti penyediaan obat-obataan, pembangunan rumah sakit dan puskesmas, serta tenaga medis untuk menangani dan melayani masyarakat yang menderita penyakit. Pada akhirnya, apabila masyarakat memiliki kehidupan atau gaya hidup sehat maka, selain dimungkinkan kondisi badan yang sehat untuk menunjang produktivitas kerja, juga prestasi pun akan meningkat.

(19)

mencapai kemenangna pentingnya kerja keras dan semangat pantang putus asa, serta untuk merebut dan menguasai bola perlu suatu keberanian dengan disertai beradu fisik. Selain itu permainan sepakbola bisa dimainkan di mana saja terutama dengan peralatan seadanya, mulai tegalan, kebun sampai lapangan, sehingga tidak heran bila cabang tersebut disenangi berbagai lapisan, mulai dari anak-anak, remaja sampai dewasa. ri keatiga jalur tersebut.

Dalam usaha meningkatkan prestasi olahraga perlu ditingkatkan unsur-unsur kondisi fisik, teknik, taktik, kematangan mental, pengalaman dalam bertanding, selanjutnya Harsono (1988 : 153 menegaskan bahwa

“Kondisi fisik atlet memegang peranan yang sangat penting dalam program latihan.” Program latihan kondisi fisik haruslah direncanakan secara baik dan sistematis dan ditujukan untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional dan sistem tubuh, sehingga dengan demikian memungkinkan atlet untuk mencapai prestasi yang lebih baik.”

Dalam olahraga, komponen dan berbagai macam kondisi fisik, sangat penting untuk semua cabang olahraga, salah satunya adalah kekuatan (strenght) penting sekali dalam hampir semua cabang olahraga terutama cabang-cabang olahraga yang banyak menuntut kekuatan otot, seperti angkat berat, dan beberapa nomor atletik. Dengan demikian kekuatan (strenght) penting bagi semua orang dan segala umur, terutama bagi orang tua. Karena itu, sendi, ligamen, dan tendonnya menjadi semakin kaku sehingga mengurangi kekuatannya. Kekuatan atau strenght ini biasanya mengacu kepada besar dan kuatnya otot-otot tubuh.

(20)

ditanamkan dalam pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga, antara lain kerjasama, disiplin, kejujuran, tanggung jawab, semangat, dan keberanian. Melalui pembelajaran pendidikan jasmani diharapkan, selain siswa memiliki berbagai keterampilan dalam cabang olahraga, juga mampu menguasai aspek-aspek mental dan sosial.

Oleh karena itu, pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Dedikbud) memberi tekanan yang sangat positif bagaimana pentingnya mata pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan yang dimulai sejak bangku Sekoah Dasar hingga ke Perguruan Tinggi. Melalui pembelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan diharapkan pembelajaran penddikan jasmani dan kesehatan dapat meningkatakan potensi individu para siswa, baik fisik maupun mental. Aktivitas para siswa atau atlet dalam mengikuti latihan merupakan salah satu usaha dan upaya untuk meningkatkan prestasi yang memiliki profesonalisme yang tinggi. Persiapan fisik harus dipandang sebagai salah satu aspek terpenting dalam latihan untuk mencapai suatu prestasi yang tinggi.

(21)

bagaimanapun siswa memiliki bakat dan kemampuan yang tinggi tentang ketrampilan bermain sepak bola tetapi tanpa didukung dengan lingkungan yang ada. Adapun yang termasuk faktor lingkungan antara lain ; guru penjas di sekolah itu sendiri, teman, orang tua dan sarana yang ada dan tentunya di dukung pula dengan metode dan pembelajaran yang sesuai.

Permainan sepak bola memiliki daya tarik tersendiri, selain salah satu cabang olahraga yang digemari atau disukai masyarakat, juga mengandung berbagai unsur antara lain sebagai suatu tontonan yang menarik, sebagai olahraga beregu yang mengandung unsur kekompakkan dan kerjasama serta olahraga yang membutuhkan tenaga dan fisik yang sangat besar bila dibandingkan dengan cabang olahraga beregu lainnya. Untuk menguasai bola dan menciptakan kesempatan mencetak gol, anggota tim harus meningkatkan kemampuan mengoper dan menerima bola dengan baik, menggiring bola sampai menembakan bola ke gawang lawan untuk menghasilkan gol. Kemampuan ini saling melengkapi satu sama lainnya karena setiap bola yang dioper harus diterima dan dikontrol oleh rekan seregunya.

Pada permainan sepakbola, kekuatan otot khususnya pada otot tungkai sangatlah diperlukan dalam mengejar, menggiring, dan mengumpan bola, terutama pada gerakan menembak bola ke arah gawang lawan, termasuk tendangan pinalti. Semua gerakan ini sangat membutuhkan kecepatan serta kekuatan otot pada tungkai seseorang atlet cabang olahraga sepakbola.

(22)

tidaklah sama dengan kekuatan yang dimiliki oleh orang lain. Hal ini disebabkan oleh banyak hal, diantaranya postur tubuh, usia, dan juga kebiasaan gerak yang dilakukan. Kekuatan ini juga sangat didukung oleh daya tahan otot yang mengacu pada suatu kelompok otot yang mampu melakukan kontraksi yang berturut-turut. Dengan demikian, seringnya melatih otot-otot dengan melakukan latihan-latihan yang berguna untuk meningkatkan kekuatan, otomatis lama-kelamaan akan menghasilkan power, dan daya tahan otot yang dilatih tersebut. Keadaan tersebut sejalan yang dikemukakan oleh Sajoto ( 1990 : 17 ) bahwa : “Daya ledak adalah

muscular power atau kemampuan seseorang untuk mempergunakan kekuatan maksimal yang dikerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya “.

Untuk menghasilkan power diperlukan kekuatan dan kecepatan.kekuatan merupakan dasar untuk pembentukan power. Harsono (1988 : 200) mengatakan : “Power terutama penting untuk cabang-cabang olahraga dimana atlet harus

mengerahkan nomor-nomor lempar dalam atletik dan melempar bola pada dalam softball. Juga dalam cabang-cabang olahraga atlet untuk menolak dengan kaki, seperti nomor-nomor lompat dalam atletik, sprint, voli ( untuk tenaga yang eksplosif seperti smash) dan nomor-nomor yang ada unsur akselerasi (percepatan) seperti balap lari, balap sepeda, yang mengharuskan mendayung, renang, dan sebagainya.kecuali itu power juga perlu untuk memukul (tinju, softball, karate, dan lain-lain) menendang (pencak silat, kempo, sepak bola, dan lain-lain), membanting (gulat, judo, dan lain-lain) dan mengangkat dengan cepat (gulat, angkat besi,dan lain-lain)”.

(23)

faktor yang dominan untuk kecepatan menendang bola ke arah gawang. Namun, berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama ini, khususnya pada siswa yang mengikuti pembinaan ekstrakurikuler sepakbola di SMP Negeri 1 Purbolinggo. Ternyata, masih banyaknya siswa yang tidak menyadari dan memperhatikan betapa pentingnya unsur fisik seperti, kecepatan, kekuatan dan ketepatan bahkan daya ledak (power) dalam melakukan tendangan ke arah gawang, terutama dalam tendangan pinalti, sehingga dari jumlah tendangan ke gawang termasuk tendangan pinalti hampir 60% bola jarang masuk ke gawang. Keadaan tersebut menimbulkan minat untuk diteliti, terutama peningkatan kemampuan tendangan pinalti setelah diberikan dua model latihan untuk meningkatkan power, yakni melalui latihan squat jump dan latihan skipping pada para siswa yang mengikuti pembinaan sepakbola di SMP Negeri 1 Purbolinggo Lampung Timur.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas tersebut maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut :

(24)

para siswa putra SMP Negeri 1 Purbolinggo Lampung Timur.masih lemah dari aspek ketepatan dan kekuatan dalam menendang bola.

2. Sebagian siswa masih terdapat tendangan yang tidak sampai ke arah gawang, bahkan melenceng ke arah lain. Hal ini menunjukkan bahwa kekuatan dan kecepatan otot tungkai pada umumnya siswa putra SMP Negeri 1 Purbolinggo Lampung Timur masih kurang.

C. Rumusan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Apakah latihan squat jump dapat meningkatkan power tungkai bagi siswa putra SMP Negeri 1 Purbolinggo Lampung Timur dalam permainan sepakbola, khususnya dalam tendangan penalti ?

2. Apakah latihan skipping dapat meningkatkan power tungkai bagi siswa putra SMP Negeri 1 Purbolinggo Lampung Timur permainan sepakbola, khususnya dalam tendangan penalti ?

3. Manakah yang lebih baik antara latihan squat jamp dan skipping terhadap peningkatan power tungkai dalam permainan sepak bola bagi siswa SMP Negeri 1 Purbolinggo Lampung Timur, khususnya dalam melakukan tendangan penalti ?

(25)

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengkaji pengaruh latihan squat jump terhadap peningkatan power tungkai . dalam permainan sepakbola bagi siswa SMP.

2. Mengkaji pengaruh latihan skipping terhadap peningkatan power tungkai dalam permainan sepakbola bagi para siswa SMP.

3. Mengetahui efektivitas antara latihan squat jamp dan latihan skipping terhadap power tungkai.

E. Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan dari penelitian ini, diharapkan membawa manfaat yang berguna :

1. Bagi pelatih sepak bola, tentang latihan squat jump dan skipping terhadap peningkatan power tungkai dan kecepatan melakukan tendangan kearah gawang pada permainan sepakbola.

(26)

3. Bagi Guru, Sebagai bahan ajar bagi para pendidik yang hendak memberi materi-materi yang berhubungan dengan cabang olahraga sepakbola.

4. Bagi siswa, mendapat pengetahuan dan keterampilan tentang sepak bola, khususnya cara melakukan tendangan penalti dengan benar tanpa terbebani faktor mental.

F. Batasan Istilah

Untuk menghindari terjadinya salah penafsiran tentang istilah yang terdapat dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan mengenai beberapa istilah, yaitu :

1. Yang dimaksud latihan dalam penelitian ini adalah suatu proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja yang dilakukan secara berulang-ulang, dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan atau pekerjaannya (Harsono,1988:101).

2. Yang dinaksud Squat Jump dalam penelitian ini adalah melakukan suatu lompatan dengan kedua kaki diluruskan dan mendarat salah satu kaki diluruskan kebelakang (A Chu,2000:123).

(27)

4. Yang dimaksud Tungkai dalam penelitian ini, adalah Tungkai terdiri dari : paha atau tungkai atas (thigh / femur), lutut (knee), tungkai bawah (leg / erus) dan kaki (foot/pes/pedis) (Ucup Y,2001:14).

5. Yang dimaksud Tendangan Penalti dalam penelitian ini, adalah tendangan yang dilakukan dari titik penalti, 12 meter didepan dan tengah gawang (Endjang, 2001:14).

6. Yang dimaksud Siswa dalam penelitian ini, adalah seseorang yang mengikuti kegiatan diingkungan sekolah (Kamus Bahasa Indonesia,2002:79).

(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.

Pendidikan Jasmani

Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan keseluruhan melalui berbagai aktivitas jasmani yang bertujuan untuk mengembangkan individu secara organik, neuromuscular, intelektual dan emosional. Selain itu melalui aktivitas jasmani dikembangkan ketrampilan motorik, pengetahuan dan prilaku hidup sehat dan aktif.

Pengertian pendidikan jasmani dalam pedoman khusus yang diterbitkan oleh Depdiknas Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah tahun 2003, mengemukakan definisi Pendidikan Jasmani sebagai berikut :

“Pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didisain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, dan sikap sportif serta kecerdasan emosi”.

(29)

Cholik Mutohir dan Rusli Lutan (1996-1997 : 16), mengembangkan definisi pendidikan jasmani sebagai berikut :

“Pendidikan jasmani adalah proses yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan jasmani kemampuan dan ketrampilan, kecerdasan dan perkembangan watak, serta kepribadian yang harmonis dalam rangka membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan pancasila

Bila disimpulkan bahwa pendidikan jasmani adalah pendidikan melalui aktitifitas jasmani yang bertujuan untuk meningkatkan perilaku hidup sehat seutuhnya serta meningkatkan keterampilan dari berbagai cabang olahraga.

B. Latihan

1. Pengertian Latihan

(30)

Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa latihan adalah aktivitas yang dilakukan secara berkelanjutan dan terorganisir dengan tujuan meningkatkan penampilan olahraga.

2. Tujuan Latihan

Pada umumnya latihan menurut Bompa dalam Suharjana (2004) bertujuan, sebgai berikut :

a. Untuk mencapai dan memperluas perkembangan fisik secara menyeluruh. Tujuan ini penting karena perkembangan fisik pada suatu tingkat yang tinggi merupakan dasar-dasar latihan.

b. Untuk menjamin dan memperbaiki perkembangan fisik khusus sebagai suatu kebutuhan yang telah ditentukan dalam aktivitas olahraga. Pemenuhan tujuan ini seperti pengembangan kekuatan, memperbaiki waktu reaksi, daya tahan otot dan fleksebilitas.

c. Untuk mengenal gerak olahraga yang telah dipilih sehingga bisa mengembangkan kapasitas penampilan lebih lanjut.

d. Untuk meningkatkan kualitas kemauan melalui latihan yang memadai dan kebiasaan yang disiplin, semangat, bersungguh-sungguh dan mengembangkan kepercayaan diri.

e. Untuk mempertahankan kesehatan yang dimiliki. Untuk melengkapi tujuan ini sebaiknya dilakukan pemeriksaan kesehatan secara periodic. f. Untuk mencegah dan mengambil tindakan pencegahan terhadap

kemungkinan terjadinya cedera.

(31)

Sedangkan tujuan khusus dari latihan, yaitu: a. Mengembangkan kepribadian

b. Mempertahankan kondisi fisik

c. Meningkatkan teknik dan koordinasi gerak

d. Meningkatkan taktik dan meningkatkan mental (Harre dalam Sudirman Husin, 1999:7)

Berdasarkan pendapat tentang tujuan latihan yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan latihan adalah untuk meningkatkan, memperbaiki dan mempertahankan kondisi fisik seseorang melalui program latihan yang dilakukan secara berkelanjutan.

3. Prinsip - Prinsip Latihan

Menurut Bomba dalam Harsono (2004) beberapa prinsip latihan yang penting difahami oleh pelatih ialah:

a. Prinsip beban berlebih (overload)

Prinsip ini mengatakan bahwa beban latihan yang diberikan kepada atlet haruslah secara periodik dan progresif ditingkatkan. Beban latihan berfungsi sebagai suatu stimulus dan mendatangkan suatu respon dari tubuh atlet. Jika pembebanan dilakukan secara optimal (tidak terlalu ringan dan juga tidak terlalu berat) maka setelah pemulihan penuh, tingakat kebugaran akan meningakat lebih tinggi dari pada tingkat sebelumnya.

b. Prinsip Individualisasi

(32)

potrensi, adaptasi dan karakteristik dalam latihannya. Sehingga program latihan harus dirancang berdasarkan perbedaan individu atas kemampuan (abilities), kebutuhan (needs) dan potensi (potencial).

c. Densitas Latihan

Densitas atau kekerapan latihan mengacu kepada hubungan yang dinyatakan antara kerja dan istirahat dalam latihan. Atau dapat pula diartikan sebagai kepadatan atau frekuensi atlet dalam melakukan suatu rangkaian (seri) rangsangan per satuan waktu.

d. Prinsip kembali asal (reversibility)

Prinsip ini mengatakan bahwa, kalau kita berhenti berlatih, tubuh kita akan kembali ke keadaan semula atau kondisinya tidak akan meningkat. Karena itu atlet dianjurkan untuk berlatih secara teratur dan berkesinambungan dengan frekuensi yang cukup tinggi.

e. Prinsip Spesifik

Prinsip ini mengatakan bahwa manfaat maksimal yang diperoleh dari rangsangan latihan hanya akan terjadi manakala rangsangan tersebut mirip atau merupakan replikasi dari gerakan-gerakan yang dilakukan dalam olahraga tersebut.

f. Perkembangan Multilateral

Prinsip ini mengajurkan agar anak usia dini jangan terlalu cepat di spesialisasikan pada satu cabang olahraga tertentu. Pengembangan secara menyeluruh ini berkaitan dengan ketrampilan gerak secara umum (general motor ability) dan pengembangan kebugaran sebagai tujuan utama yang

(33)

g. Prinsip pulih asal (recovery)

Perkembangan atlet bergantung pada pemberian istirahat yang cukup seusai latihan agar regenerasi tubuh dan dampak latihan bisa dimaksimalkan. Masa istirahat sama pentingnya dengan latihan. Latihan yang berat atau latihan dengan intensitas yang tinggi maka harus diikuti dengan proses pemulihan yang cukup lama, jika latihan dilakukan dengan intensitas yang rendah maka pemulihan berlangsung cukup singkat.

h. Variasi latihan

Kompleksnya latihan dan tingginya tingkat pembebanan dalam latihan membutuhkan variasi bentuk latihan dan metode latihan untuk mencegah kejenuhan/kebosan (boredom) berlatih. Kebosanan akan menjadi kritis apabila kurang bervariasi.

i. Intensitas latihan

Intensitas latihan adalah kualitas atau kesulitan beban latihan. Untuk mengukur intensitas tergantung pada atribut khusus yang dikembangkan atau diteskan. Misalnya kecepatan berlari diukur dalam meter per detik (m/dtk), kekuatan diukur dalam pound, kilogram atau ton. Lompat dan lempar diukur oleh tinggi, jarak atau sejumlah usaha.

j. Volume latihan.

(34)

C. Latihan Pliometrik

1. Pengertian Pliometrik

Radcliffe dan Farentinos menyatakan latihan pliometrik adalah suatu latihan yang memilki ciri khusus, yaitu kontraksi otot yang sangat kuat yang

merupakan respon dari pembebanan dinamik atau perenggangan yang cepat dari otot-otot yang terlibat. Pliometrik disebut juga dengan reflek regangan atau reflek miotik atau reflek pilanin otot (Radcliffe:1985). Chu (1992) mengatakan bahwa latihan pliometrik adalah latihan yang memungkinkan otot untuk mencapai kekuatan maksimal dalam waktu yang sesingkat mungkin.

Sedangkan menurut Johansyah (www.koni.or.id) latihan pliometrik adalah latihan untuk meningkatkan daya ledak otot dengan bentuk kombinasi latihan isometrik dan isotonik (eksentrik-kosentrik) yang mempergunakan pembebanan dinamik. Renggangan yang terjadi secara mendadak sebelum otot berkontraksi kembali atau suatu latihan yang memungkinkan otot-otot untuk mencapai kekuatan maksimal dalam waktu yang sesingkat mungkin.

Dari beberapa definisi yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa latihan pliometrik adalah latihan kekuatan yang bertujuan untuk meningkatkan daya ledak otot sehingga dapat mengoptimalkan kinerja otot dalam penampilan olahraga.

(35)

Radclifffe dan Farentinos (1999) membagi tiga kelompok latihan pliometrik, yaitu: (1) latihan untuk anggota gerakan bawah (pinggul dan tungkai), (2) latihan untuk batang tubuh, dan (3) latihan untuk anggota gerak atas.

Intensitas latihan pada metode pliometrik adalah pengontrolan dari tipe latihan yang ditampilkan, gerak pliometriknya mulai jarak dari yang sederhana ke gerakan yang kompleks dan tekanan yang lebih tinggi.

3. Konsep dan Bentuk-Bentuk Latihan Pliometrik

Konsep pliometrik berbunyi bahwa cara yang paling baik untuk mengembangkan power maksimal pada kelompok otot tertentu ialah dengan meregangkan (memanjangkan) dahulu otot-otot tersebut sebelum mengkontraksi (memendekkan) otot-otot itu secara eksplosif. Dengan kata lain, kita dapat mengerahkan lebih banyak tenaga pada suatu kelompok otot kalau kita terlebih dahulu menggerakkan otot tersebut ke arah yang berlawanan (Harsono, 2001:29).

Menurut A. Chu (2010),ada dua faktor yang terpenting dalam pliometrik yaitu;

1) elatisitas komponen otot, dimana termasuk di antara tendon dan karakteristik jembatan silang pada actin dan myosin yang menutupi serabut otot.

(36)

Elatisitas otot adalah salah satu faktor penting dalam pengertian bagaimana siklus peregangan pendek dapat lebih menghasilkan daya ledak dari sebuah kosentrik sederhana kontraksi otot. Seperti diilustrasikan di dalam gambaran pada saat melompat, otot dapat dengan cepat menyimpan tegangan yang dihasilkan pada peregangan cepat, sehingga otot memiliki sebuah bentuk energi elastis potensial. stretch reflex atau reflek renggang adalah respon diluar kemauan tubuh terhadap rangsangan dari luar yang merenggangkan otot tersebut. Sebuah contoh pada stretch reflex adalah ketika terjadi hentakan lutut dimana otot quadricep diketuk dengan palu karet. Peregangan dapat dirasakan saat otot quadriceps, yang mana memendek dalam respon.

Kumparan otot (muscles spindle) adalah bagian dalam otot yang sangat sensitif terhadap laju dan besarnya perenggangan, ketika sebuah perenggangan terdeteksi maka gerak reflek otot meningkat.

(37)

Bentuk-bentuk Latihan Pliometrik

Bentuk-bentuk latihan pliometrik begitu beragam di antaranya adalah dengan menggunakan satu kaki atau dua kaki sebagai tumpuan. Bentuk-bentuk latihan pliometrik pada penelitian ini adalah:

a. Stquat jumps

Squat jumps yang digunakan dalam penelitian ini adalah melompat

setinggi tingginya dan mendarat secara bersamaan. Pelaksanaannya dimulai dengan berdiri pada dua kaki selebar bahu, kemudian melakukan lompatan ke atas dengan sekuat-kuatnya dan setinggi tingginya dengan kedua kaki lurus pada saat melompat dan ditekuk pada saat mendarat, badan harus tetap pada garis lurus. Latihan ini merupakan bagian dari latihan hooping pada metode pliometrik yang mana pelaksanaannya memerlukan ketinggian dan kecepatan maksimal. Otot-otot yang dikembangkan pada latihan squat jumps antara lain flexors pinggul dan paha, gastronemius, gluteals, quadriceps dan hamstrings.

b. Skipping

(38)

meningkatkan power otot tungkai. Latihan ini merupakan bagian dari latihan depth jumps. Otot-otot yang dikembangkan pada latihan ini antara lain flexi paha, ekstensi lutut, aduksi dan abduksi yang melibatkan otot-otot gluteus medius dan minimus, adductor longus, brevis, magnus, minimus dan halucis.

Menurut Harsono (2001:29) yang penting ketika melakukan latihan pliometrik ialah:

1) Gerakan harus dilakukan secara eksplosif.

2) Kekerapan (rate) melakukan lompatan lebih penting dari pada jauhnya lompatan.

3)Prinsip overload dan intensitas harus diterapkan untuk menjamin perkembangan daya ledak (power).

4. Pedoman Pelaksanaan Latihan Pliometrik

Dalam latihan pliometrik ada pedoman khusus yang harus diikuti agar latihan yang dilakukan lebih tepat dan efektif. Menurut JC. Radclife dan Robert C. Farentinos diterjemahkan oleh M. Fukron H dan Muchsin Doewes dalam Cayoto (2007) menyebutkan pedoman latihan pliometrik antara lain:

Pedoman 1 : Pemanasan dan Pedinginan.

(39)

dilanjutkan dengan perenggangan selama 5 menit. Sedangakan pendinginan, dilakukan dengan berjalan selama 5 menit kemudian perenggangan selama 5 menit.

Pedoman 2 : Intensitas Tinggi

Kecepatan pelaksanaan dengan kerja maksimal sangat penting untuk memperoleh efek latihan yang optimal. Kecepatan perenggangan otot lebih penting dari pada besarnya perenggangan. Respon reflek yang dicapai makin besar jika otot diberi beban yang cepat. Karena latihan-latihan harus dilakukan dengan sungguh-sungguh (intensif).

Pedoman 3 : Beban Lebih yang Progresif

Pemberian beban yang tidak tepat dapat menggangu keefektifan latihan bahkan menyebabkan cedera, jadi pemberian beban harus dilakukan secara progresif. Beban yang digunakan pada latihan ini berupa berat badan siswa dari kemampuan maksimal selama enam puluh detik.

Pedoman 4 : Memaksimalkan Gaya dan Meminimalkan Waktu

Gaya maupun kecepatan gerak sangat penting dalam pliometrik dalam berbagai hal, titik beratnya adalah kecepatan dimana suatu aksi tertentu dapat dilakukan.

Pedoman 5 : Melakukan sejumlah Ulangan

(40)

banyak ulangan untuk latihan-latihan yang lebih ringan. Verkhosansky (1966) menyarankan 3 sampai 6 set, terutama untuk latihan-latihan lompat yang lebih berat.

Pedoman 6 : Istirahat yang Cukup

Periode istirahat 1 – 2 menit disela-sela set biasanya sudah memadai untuk sistem neuromuskuler yang mendapat tekanan karena latihan pliometrik untuk pulih kembali. Latihan pliometrik 2 – 3 kali perminggu dapat memberikan hasil optimal.

Pedoman 7 : Membangun Landasan yang Kuat.

Landasan kekuatan penting dan bermanfaat dalam pliometrik, maka suatu program latihan beban harus dirancang untuk mendukung bukannya menghambat pengembangan eksplosive power.

Pedoman 8 : Program Latihan Individualisasi.

Untuk menghasilkan hasil yang terbaik, program latihan pliometrik dapat diindividualisasikan, sehingga kita tahu seberapa banyak latihan yang dilakukan membawa manfaat.

(41)

D. Pengertian Power Otot Tungkai 1. Pengertian Power

Power atau daya ledak merupakan hasil perpaduan dari kekuatan dan

kecepatan. Daya ledak adalah salah satu unsur dari komponen kondisi fisik yaitu kemampuan biomotorik manusia yang dapat ditingkatkan sampai batas-batas tertentu dengan melakukan latihan-latihan yang sesuai.

Daya ledak adalah kemampuan otot untuk mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang amat singkat (Harsono, 2001:13). Daya ledak adalah suatu kemampuan seorang atlet untuk mengatasi suatu hambatan dengan kecepatan kontraksi yang tinggi. Daya ledak ini diperlukan di beberapa gerakan asiklis, misalnya pada atlet seperti melempar, lompat tinggi atau lompat jauh (Harre dalam cayoto (2007)). Lebih lanjut dikatakan bahwa daya ledak adalah kemampuan olahragawan untuk mengatasi tahanan dengan suatu kecepatan kontraksi tinggi.

Daya ledak ialah kombinasi antara kekuatan dan kecepatan yang merupakan dasar dari setiap melakukan aktivitas (Suhajana, 2004:9). Daya ledak atau explosive power adalah kemampuan otot atau sekelompok otot seseorang untuk mempergunakan kekuatan maksimal yang dikerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya atau sesingkat-singkatnya. Untuk kerja kekuatan maksimal yang dilakukan dalam waktu singkat ini tercermin seperti dalam aktivitas tendangan yang kuat, tolak peluru, serta gerak lain yang bersifat eksplosif.

(42)

salah satu dari komponen gerak yang sangat penting untuk melakukan aktivitas yang sangat berat karena dapat menentukan seberapa kuat orang memukul, seberapa jauh seseorang dapat melempar, seberapa cepat seseorang dapat berlari dan lainnya. Radcliffe dan Farentinos dalam cayoto (2007) menyatakan bahwa daya ledak adalah faktor utama dalam pelaksanaan segala macam ketrampilan gerak dalam berbagai cabang olahraga. Berdasarkan pada definisi-definisi yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa dua unsur penting yang menentukan kualitas daya ledak adalah kekuatan dan kecepatan.

Daya ledak penggunaannya terbagi menjadi dua golongan, yaitu: (1) Siklik adalah penggunaan power yang dilakukan secara berulang-ulang dan sama. Contohnya: berlari dan bersepeda. (2) Asiklik adalah penggunaan power yang dilakuka dalam satu gerakan saja. Contohnya: meloncat dan melempar.

2. Otot Tungkai

(43)

Otot-otot tersebut dapat dilihat pada gambar 4 halaman berikut:

Secara anatomi gerakan standing jumps dan box jumps melibatkan otot tungkai bagian atas dan otot tungkai bagian bawah sehingga semua otot yang ada pada bagian tersebut bekerja menerima beban latihan. Latihan ini melatih kekuatan dan kecepatan otot tungkai atau sering disebut power otot tungkai.

Gerakan fleksi pada paha (menekuk paha), otot-otot yang berperan adalah otot sartorius, illiacus dan gracialis. Pada gerakan ekstensi paha (meluruskan paha), otot-otot yang terlibat yaitu bisep femoris, semitedinosus (kelompok hamstring), dan juga gleuteus maksimus dan minimus. Pada

(44)

gerakan fleksi lutut dan kaki (menekuk lutut dan kaki), otot yang berperan yaitu gastronimus. Pada gerakan ekstensi lutut (meluruskan kedua lutut bersamaan), otot yang berperan yaitu otot rectus femoris, vastus lateralis, vastus medialis dan intermedialis (kelompok quadriceps).

E. Kontraksi otot

Kontraksi otot terjadi setelah otot menerima pesan dari system syaraf pusat (CNS) yaitu otak atau sumsum tulang belakang, melalui saraf efferent. Pesan dipindahkan dari sinap ke sinap, akhirnya mencapai neuromuscular junction (sambungan saraf otot) atau motor end plate (ujung lempeng motorik). Potensial aksi tersebut akan segera menyebar ke seluruh sarkolema (dinding sel otot) kemudian diteruskan ke tubulus memalui system triad atau sarco tubular system dan akhirnya rangsang ini mencapai sisterna (sarcoplasmic reticulum).

(45)

bukan dari pemecahan ATP seketika tetapi berasal dari energy yang sudah ada sebelumnya). Energi ini digunakan untuk menarik filament aktin kearah sentral, setelah itu kepala jembatan penyeberang mengikat ATP yang segera akan dipecah untuk menghasilkan energy. Enzim yang digunakan untuk memecah ATP menjadi ADP dan Pi ini disebut ATP ase myosin atau aseaktomiosin (E).

ATP--- ADP + Pi + E (untuk kontraksi)

Energi yang dihasilkan ini, sebagian untuk mengembalikan jembatan penyeberang ke posisi semula dalam rangka menarik aktin kearah tengah dan sebagian lagi disimpan untuk digunakan dalam proses “power stroke”.

Pelekatan kepala jembatan penyeberang pada active site ini akan menginduksi proses lebih lanjut yang menyebabkan kepala jembatan penyeberang melejit ke arah sental filament myosin dan menarik filamin aktin bersamanya, peristiwa ini disebut power stroke. Segera setelah lejitan ini kepala penyeberang akan kembali ke posisi semula dan mengadakan kontak lagi dengan “active site” berikutnya. Proses ini berlangsung berulang-ulang dan sampai akhirnya filament actin terdorong ke arah sentral filament myosin. Teori ini disebut teori konduksi roda pasak (ratchet theory of contraction), dalam Rahmat Hermawan (2002).

F. Sepak Bola

(46)

masing-masing berjuang untuk memasukkan bola ke gawang kelompok lawan. Masing-masing kelompok beranggotakan sebelas pemain, dan karenanya kelompok tersebut juga dinamakan kesebelasan. Sepak Bola merupakan suatu permainan yang dilakukan dengan menyepak bola dengan kaki. Di dalam memainkan sepak bola pemain dibenarkan menggunakan seluruh anggota badan kecuali tangan dan lengan dann hanya penjaga gawang yang diizinkan untuk memainkan bola dengan tangan (Sukinta dkk 1979:103). Sepak bola merupakan permainan beregu dimainakan oleh kedua kelompok, masing-masing terdiri dari sebelas pemain termasuk penjaga gawang. Susunan pemainnya dapat dibedakan menjadi barisan penyerang, barisan penghubung, dan barisan pertahanan.

Permainan sepak bola dimainkan di atas lapangan rumput yang rata, berbentuk empat persegi panjang dengan panjang 90 meter sampai 120 meter dan lebar 45 meter sampai 90 meter. Lamanya permainan sepak bola terbagi menjadi dua babak yang sama 45 menit dengan waktu istirahat 10 menit di antara dua babak tersebut.

G. Tendangan Pinalti

(47)

namun sejarah menunjukkan adanya tendangan yang gagal, walaupun dilakukan oleh pemain bola terkenal sekalipun.

Umumnya tendangan dilakukan dengan menendang bola ke arah gawang dalam sekali gerakan, namum terdapat beberapa pengecualian dimana pemain yang melakukan tendangan penalti menendang bola ke arah temannya sendiri untuk kemudian ditendang ke arah gawang, contohnya tendangan penalti yang dilakukan Robert Pires yang menendang bola ke arah Thierry Henry dalam pertandingan di Liga Utama Inggris antara Arsenal dan Tottenham

Gambar 2.3. Tips Tendangan Penalti (Sepak Bola/Futsal)

(48)

menentukan menang atau kalahnya suatu pertandingan. Jika tendangan penalti dilakukan dengan baik, maka kemungkinan terjadinya gol akan semakin besar.

Ada 2 tipe tendangan penalti : Penempatan Arah (Placer) dan Kekuatan Tendangan (Blaster). Tendangan penalti dengan kekuatan tenaga menggunakan kaki bagian dalam/punggung, sedangkan penempatan arah (Placer) dilakukan dengan menggunakan kaki bagiandalam. Penendang harus memperhatikan juga aspek phisiologi. Hal ini menjadi kunci utama dalam hal menghadapi trik-trik penjaga gawang yang melakukan gerakan-gerakan yang sekiranya akan mengganggu konsentrasi kita.

Ada beberapa konsep dasar dalam melakukan tendangan penalti. - Pada saat anda menentukan target bola pada bagian gawang, sekali anda menentukan arah, jangan merubahnya pada saat anda mulai menendang bola. - Tendang serendah mungkin jika memungkinkan, anda lebih mudah menendang kearah bagian atas mistar gawang dibanding bagian bawah mistar gawang.

- Ambilah arah satu dari 2 pojok gawang dan coba lakukan latihan berulang kali untuk mendapatkan tendangan yang bagus.

H. Kerangka Berpikir

(49)

sepakbola harus memiliki power otot tungkai yang kuat. Oleh karena itu latihan power harus menjadi salah satu menu latihan yang tidak boleh diabaikan oleh pelatih atau pun pembina ekstrakurikuler sepakbola. Banyak metode-metode latihan untuk meningkatkan power otot tungkai yang dapat diberikan kepada siswa, maka harus lebih cermat dan tepat dalam memilih metode latihan mana yang baik dan efektif untuk meningkatkan power otot tungkai siswa.

Latihan squat jumps dan skipping jumps adalah metode latihan yang dapat diberikan kepada siswa untuk meningkatkan power otottungkai dalam waktu yang relatif singkat. Kedua metode latihan ini masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan dari metode latihan squat jumps adalah dapat meningkatkan power otot tungkai dan pinggul, peralatan

yang digunakan mudah didapatkan dan gerakan latihan mudah untuk dilakukan. Sedangkan metode latihan skipping kelebihannya adalah meningkatkan power otot tungkai, meningkatkan kebugaran dan daya tahan. Sedangkan kelemahannya antara lain, selain harus menggunakan alat juga harus hati-hati dalam pelaksanaannya karena kemungkinan terjadi tali mengait kaki akan menyebabkan terjadi cedera serta cepat melelahkan sehingga harus ekstra konsentrasi.

(50)

I. Hipotesis Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2006 :71) hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasaahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Ada dua jenis hipotesis dalam penelitian yaitu hipotesis alternatif dan hipotesis nol. Adapun hipotesis yang diajukan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah :

Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, sebagai berikut:

H1 : ada peningkatan kemampuan daya ledak otot tungkai (leg power) setelah latihan : squat jump pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Purbolinggo

H0 : tidak ada peningkatan kemampuan daya ledak otot tungkai setelah latihan squat jump pada siswa SMP Negeri 1 Purbolinggo

H2 : ada. peningkatan kemampuan daya ledak otot tungkai (leg power) setelah latihan : skipping pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Purbolinggo

H0 : tidak ada peningkatan kemampuan daya ledak otot tungkai setelah latihan skipping pada siswa SMP Negeri 1 Purbolinggo

H3: Ada perbedaan antara latihan squat jamp dan latihan skipping terhadap peningkatan otot tungkai siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Purbolinggo

(51)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang bisa menggangu (Suharismi Arikunto, 1987:83).

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

1. Variabel Penelitian

Soekidjo Notoadmodjo ( 2002:70) mendefinisikan variabel sebagai ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain. Menurut Suharsimi Arikunto (2006:118) variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.

(52)

Dalam penelitian ini dikenal adanya: pre-test (tes awal), yaitu tes sebelum diberikan perlakuan dan post-test (tes akhir), yaitu tes sesudah diberikan perlakuan berupa latihan squat jump terhadap peningkatan power tungkai dalam permainan sepak bola.

2. Definisi Operasional Variabel

a. Latihan squat jumps adalah latihan melompat tanpa menggunakan bantuan alat secara berulang-ulang.

b. Latihan skipping adalah latihan dengan menggunakan bantuan tali untuk melompat ke atas secara berulang-ulang.

c. Power otot tungkai bawah adalah daya ledak yang dimiliki oleh otot-otot pada bagian tungkai bawah.

C. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ordinal pairing Pre-test,

Post-test Design.

(53)

1. Melakukan pretes kepada seluruh populasi yaitu 30 siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola.

2. Membagi subjek secara berurutan (ordinal pairing) berdasarkan ranking pretes menjadi tiga kelompok, kemudian perwakilan setiap kelompok mengambil undian untuk menentukan dua kelompok eksperimen (kelompok dengan perlakuan) dan satu kelompok kontrol.

3. Pada kedua kelompok eksperimen diberikan perlakuan/treatment (3 kali dalam seminggu, senin, rabu dan jumat) selama 8 minggu.

4. Melakukan posttest kepada ketiga kelompok untuk mengukur variabel terikat, lalu hitung meannya untuk masing-masing kelompok.

(54)

5. Menghitung perbedaan antara hasil pretest dan posttest untuk masing-masing kelompok.

6. Membandingkan perbedaan antara pretest dan posttest, apakah penerapan perlakuan (treatment) itu berkaitan dengan perubahan yang lebih besar pada kelompok eksperimen.

7. Melakukan tes statistik untuk menentukan apakah perbedaan skor yang dihitung signifikan atau perbedaan itu hanya terjadi secara kebetulan.

D. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi penelitian adalah keseluruhan dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian (Masyhuri dan Zainudin, 2009:151). Populasi menurut Suharsimi Arikunto (2006:130), adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi penelitian ini adalah siswa putra kelas VIII SMP N 1 Purbolinggo Lampung

Timur pada tahun 2012 sebanyak 94 siswa.

Adapun alasan pengambilan populasi tesebut adalah:

(55)

2. Mereka mempunyai usia yang relatif sama, kalaupun ada perbedaan atau selisih hanya sedikit

2. Sampel

Menurut Suharsimi Arikunto (1998: 120), apabila subyeknya kurang dari 100,

lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian

populasi. Karena jumlah subjek dalam penelitian ini tidak mencapai seratus

maka sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampel dari jumlah populasi yang ada, sehingga sampel dengan 94 orang siswa yang mengikuti ekstra kurikuler sepakbola SMP Negeri 1 Purbolinggo Lampung Timur sebagai subjeknya.

E. Prosedur Penelitian

Sebelum melakukan penelitian dilakukan langkah-langkah sebagai berikut ; a. Mengurus surat izin penelitian

b. Mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan c. Mempersiapkan tenaga pembantu

d. Menyusun dan mengkoordinasikan jadwal latihan.

F. Beban Latihan

Persamaan beban latihan antara standing jump dan box jumps adalah sebagai berikut:

(56)

Aktivitas Standing jumps Box jumps

Repetisi 8 X 8 X

Set 3 X 3 X

Interval istirahat 2 menit 2 menit

Intensitas Sedang Sedang

Frekuensi 3 X per minggu 3 X per minggu

Lama latihan 8 minggu 8 minggu

1. Repetisi

Repetisi adalah banyaknya ulangan latihan yang dilakukan dalam satu set. Dalam penelitian ini banyaknya repetisi dalam satu set adalah 8 kali, seperti yang disarankan oleh Radclief dan Farentinos dalam Cayoto (2007) bahwa ulangan atau repetisi berkisar antara 8-10 kali dengan semakin sedikit ulangan untuk rangkaian yang lebih berat dan lebih banyak ulangan untuk

latihan-latihan yang lebih ringan.

2. Set

Set adalah beberapa repetisi dari suatu bentuk latihan kemudian disusul dengan istirahat, kemudian mengulangi lagi repetisi seperti semula. Jumlah set dalam penelitian ini adalah 3 set dalam setiap latihan, sesuai dengan pernyataan Verkhosansky (1966) yang menyarankan 3 sampai 6 set, terutama untuk latihan-latihan lompat yang lebih berat.

3. Interval istirahat

(57)

pernyataan Brandon (2006:23), waktu istirahat 2 – 3 menit pada setiap set bagian penting dari perkembangan kekuatan.

4. Intensitas

Intensitas adalah kualitas atau tingkat kesulitan beban latihan. Tingkat intensitas dalam penelitian ini adalah “sedang”.

5. Frekuensi

Frekuensi adalah jumlah latihan yang dilakukan per minggunya. Frekuensi dalam penelitian ini sebanyak 3 kali per minggu. “latihan 2 – 3 kali per minggu dapat memberikan hasil yang optimal” (Radclief dan Farentinos

dalam Cayoto (2007)).

6. Lama latihan

Lama latihan atau panjang latihan adalah lamanya treatmen/perlakuan yang diberikan kepada siswa dalam bentuk latihan squat dan skipping Latihan ini dilakukan selama 8 minggu. Sesuai dengan pernyataan Potach dan Chu (2000): latihan pliometrik yang dilakukan 4 – 10 minggu dapat memberikan hasil yang optimal.

G. Tempat dan Waktu Penelitian

(58)

H. Teknik Pengumpulan Data

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan untuk mengumpulkan data oleh peneliti agar mempermudah pekerjaannya dengan hasil yang lebih baik sehingga data yang diperoleh mudah untuk diolah (Suharsimi Arikunto, 2006:160). Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur komponen power otot tungkai adalah tes vertical jump (sargent chalk jump), Sargent dalam Nurhasan (1986).

1. Vertical Jump

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini maka digunakan vertical

jump tes (Sargent :1924).

Adapun koefesien reliabilitas 0. 93 dan validitas 0. 78.

(59)

Pelaksanaannya adalah sebagai berikut:

Pertama peserta tes ditimbang massa tubuhnya, kemudian tangannya diolesi dengan bubuk kapur lalu berdiri di samping tembok yang sudah di beri papan ukuran dengan tangan diluruskan ke atas, jari tangan di tempelkan pada papan dan tangan satunya disilangkan ke belakang. Catat angka yang dijangkau oleh jari. Selanjutnya teste mengambil ancang-ancang untuk melakukan tolakan dengan sedikit jongkok dan melakukan tolakan setinggi mungkin dengan ujung jari menempel pada papan ukuran kemudian mendaran dengan kedua kaki. Percobaan dilakukan sebanyak tiga kali. Tester mencatat tinggi raihan pada waktu berdiri dan pada waktu meloncat. Cara menghitung skornya dengan mencatat selisih yang terbesar antara tinggi jangkauan sesudah melompat dengan tinggi jangkauan sebelum melompat, dari tiga kali percobaan. Tinggi jangakauan diukur dalam satuan cm.

2. Back Muscle Dynamometer ( Alat pengukur kekuatan otot tungkai ).

3. Pengukur Tinggi Badan

Cara mengukur tinggi badan:

a. Sebelum pengukuran dilakukan, maka semua jenis alas kaki dan topi yang

dipakai harus dilepas.

b. siswa harus berdiri tegak dan menempel dinding dengan pandangan

menghadap lurus ke depan sejajar dengan lantai, sedangkan tumit, pantat,

punggung, dan kepala bagian belakang menempel pada dinding atau pita

(60)

c. Letakkan segitiga siku-siku atau buku tebal di tas kepala dengan salah satu

sisi siku-siku menempel bagian atas kepala yang tertinngi, sedangkan

sisi-sikunya yang lain menempel pada dinding atau pita pengukur.

d. Selanjutnya bacalah hasil pengukuran pada dinding pengukur dan mencatat

tingginya pada buku yang telah tersedia.

4. Pengukur Berat Badan

Untuk Menimbang Berat Badan Alat-alat yang diperlukanTimbangan berat badan yang berkekuatan kurang lebih 100 kg,Cara menimbang berat badan:

a. Timbangan diletakkan di tempat yang datar dan terang agar mudah dibaca

hasilnya.

b. Tempat berpijak pada timbangan sebelum digunakan terlebih dahulu

diberi alas agar tidak mudah kotor.

c. Timbangan disetel terlebih dahulu sebelum digunakan

d. Selanjutnya anak disuruh berlahan-lahan berdiri tegak di atas timbangan,

muka lurus ke depan, tenang, dan tidak berpegangan pada orang atau

benda lain.

5. Buku panduan dan formulir pencatatan hasil tes.

I. Teknik Analisis Data

(61)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa:

1. Latihan squat jump berpengaruh terhadap peningkatan power tungkai . dalam permainan sepakbola, khususnya pada pelaksanaan pinalti bagi siswa SMP Negeri 1 Purbolinggo

2. Latihan skipping berpengaruh terhadap peningkatan power tungkai . dalam permainan sepakbola, khususnya pada pelaksanaan tendangan pinalti bagi siswa SMP Negeri 1 Purbolinggo

3. Latihan squat jump dan skipping tidak ada perbedaan dalam

meningkatkan power tungkai pada permainan sepakbola bagi siswa SMP Negeri 1 Purbolinggo

B. Saran

1. Bagi para guru pendidikan jasmani, pelatih dan pembina ekstrakurikuler disarankan agar menggunakan latihan squat box jumps untuk

meningkatkan daya ledak otot tungkai (power) dalam olahraga yang dominan menggunakan kaki.

(62)

maupun cabang olahraga yang dominan menggunakan tungkaiu, dalam rangka ntuk meningkatkan daya ledak otot tungkai (power).

3. Bagi peneliti yang tertarik dengan permaslahan ini disarankan untuk meneliti kembali dengan memperhatikan kelemahan-kelemahan yang ada

4. Bagi sekolah, menyediakan sarana latihan yang baik khususnya alat skipping. Selain itu, memberikan pelatihan secara berkala pada guru

tentang squat jump dan skipping, sehingga guru dapat mempraktikan dengan benar.

5. Bagi siswa, khususnya atlet sepak bola, harus memiliki pandangan bahwa latihan squat jump dan skipping adalah salah satu cara untuk

(63)

DAFTAR PUSTAKA

A.Chu Donald. 2010. Plyometrics for Youth. http://www.donchu.com/articles/ article7/. Diakses 7 Oktober 2008, 14.30 WIB.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Brandon, Raphael. 2006. Resistance Training The Next Level. London:Peak Performance

Bompa, Tudor O. (1994) Theory and Methodology of Training,The Key to Athletic Performance, second edition. Kendall/hunt Publishing company, USA.

Bowers, et Al. 1992. Sport Physiology 3rd Edition, Wm C. Brown Publisher, Dubuque, United States Of America

Depdiknas, 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Kurikulum SD/MI,

SMP/Tsanawiyah dan SMA/MA serta SMK, Jakarta, Dirjen Dikdasmen Harsono, 1988. Harsono. (1988). Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis dalam

Coaching. Jakarta. CV. Tambak Kusuma.

Harsono. 2001. Latihan Kondisi Fisik. FPOK-UPI. Bandung.

---.2004. Perencanaan Program Latihan. FPOK-UPI. Bandung.

Hermawan, Rahmat. 2002. Ilmu Faal. Bandar Lampung: Universitas Lampung. Hidayat, Imam. 1999. Biomekanika. Bandung: Institut Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Bandung.

Lampung, Universitas. 2007. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Lubis, Johansyah. Mengenal Latihan Pliometrik. http : // www.koni.or.id / files / documents / journal/4.%20Mengenal%20Latihan%20Pliometrik.pdf. Diakses 7 Oktober 2008, 15.32 WIB.

M. Sajoto. 1988. Pembinaan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Jakarta: Depdikbud.

(64)

Muhajir. 2007. Konsep Dasar Penjas. Bandung: Erlangga.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nurhasan. 1986.Tes dan Pengukuran. Jakarta: Karunika.

Plyometric Training. http://www.sport-fitnes-advisor.com/plyometric.html. Diakses 7 Oktober 2009, 15.32 WIB

Pate, Russell R; McClenaghan, Bruce and Rotella (1993) Scientific Foundations of Coaching, Saunders College publishing, Philadelphia

Sandler, David. Latihan Kekuatan untuk Atlet Ketahanan. nsca’s performance training journal. www.nsca-lift.org . volume 7 issue 2. Diakses 7 Oktober 2008, 15.32 WIB.

Gambar

Gambar 2.1. Ilustrasi stretch reflex pada pliometrik
Gambar 2,2.  Otot-otot tungkai bawah
Gambar 2.3. Tips Tendangan Penalti (Sepak Bola/Futsal)
Gambar 3.1. Rancangan Penelitian
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study karena pengumpulan variabel independen dan dependen dilakukan pada satu waktu yang tidak berkelanjutan untuk

Dari hasil analisis data diketahui bahwa: (1) kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki kemampuan yang sama dalam penguasaan nomina bahasa Jerman sebelum penerapan

Pada hari ini Senin tanggal Satu bulan Juli tahun Dua Ribu Tiga Belas , kami Panitia Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Diharapkan nantinya akan mendapatkan hasil yang terbaik dari tiap– tiap jenis model penyambungan dari preheat dan PWHT, pengujian dalam penelitian ini meliputi pengujian tarik,

P.Juliasih, A.Kamsul, 2009 ,“Kajian Teoritis Relasi Dispersi Bahan Berindeks. Bias Negatif”,Prosiding Seminar Nasional Penelitian,

Proyek Pembangunan Gedung PT.Bank Jabar Cabang Depok, Masalah Khusus : Perhitungan Volume Beton dan Analisa Biaya pada Kolom Lantai 1 Penulisan Ilmiah / Kerja Praktek, Fakultas

Sistem saluran drainase di kota Depok saat ini masih dapat dikatakan minim karena belum adanya koordinasi atau keterpaduan yang baik antara saluran drainase satu dengan saluran

produksi gula domestik terhadap permintaan gula impor di indonesia. Surya Mega