• Tidak ada hasil yang ditemukan

KINERJA PENYULUH BADAN SEKSI PENGELOLAAN TAMAN NASIONAL WILAYAH II BENGKUNAT (SPTN II BENGKUNAT) DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KINERJA PENYULUH BADAN SEKSI PENGELOLAAN TAMAN NASIONAL WILAYAH II BENGKUNAT (SPTN II BENGKUNAT) DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

EXTENSION PERFORMANCE MANAGEMENT AGENCY SECTION NATIONAL PARK REGION II BENGKUNAT

( SPTN II BENGKUNAT ) IN THE COMMUNITY IN BUKIT BARISAN SELATAN NATIONAL PARK

BY

LENI OLANDARI

Community empowerment is one of the programs announced by the government in order to make the people who are skilled and economically independent . In this community empowerment indispensable role of extension workers . National Park Management Section Region II Bengkunat ( SPTN II Bengkunat ) is one of the government agencies in charge of preserving the national park one way to educate more people around TNBBS . However TNBBS extension has not shown the maximum results , this is because the number of extension workers are very minimal , facilities and infrastructure are inadequate and difficult to provide understanding to the public about the importance of conserving the forest .

(2)

and explain how the performance extension Agency Management Section of the National Park Region II Bengkunat ( SPTN II Bengkunat ) in community empowerment in TNBBS .

These results indicate that the performance of forestry extension SPTN II Bengkunat ineffective and inefficient is evident from improved public welfare . Based on 10 indicators that have been established 6 indicators are not met while 4 indicators are met but has not run with the maximum . Such as the alleged investigators to the difficult to providing an understanding of the importance of forest benefits and inadequate infrastructure became several factors who make the poor performance of the instructor.

(3)

ABSTRAK

KINERJA PENYULUH BADAN SEKSI PENGELOLAAN TAMAN NASIONAL WILAYAH II BENGKUNAT

(SPTN II BENGKUNAT) DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN

Oleh

LENI OLANDARI

Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu program yang dicanangkan oleh pemerintah guna menjadikan masyarakat yang terampil dan mandiri secara ekonomi. Dalam pemberdayaan masyarakat ini peran penyuluh sangat diperlukan. Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Bengkunat (SPTN II Bengkunat) merupakan salah satu badan pemerintah yang bertugas menjaga kelestarian kawasan taman nasional salah satunya dengan cara memberikan penyuluhan kepada masyarakat di sekitar TNBBS. Namun penyuluhan di TNBBS ini belum menunjukkan hasil yang maksimal, hal ini dikarenakan jumlah tenaga penyuluh yang sangat minimal, sarana dan prasarana yang kurang memadai serta sulitnya memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai pentingnya menjaga kelestarian hutan.

(4)

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan menjelaskan kinerja yang dilakukan oleh Penyuluh Badan Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Bengkunat (SPTN II Bengkunat) dalam pemberdayaan masyarakat di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Metode penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Tipe penelitiannya adalah tipe kualitatif yang dideskriptifkan yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh gambaran serta memahami dan menjelaskan bagaimana kinerja penyuluh Badan Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Bengkunat (SPTN II Bengkunat) dalam pemberdayaan masyarakat di TNBBS.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja penyuluh kehutanan SPTN II Bengkunat tidak menunjukkan hasil yang maksimal. Berdasarkan 10 indikator yang telah ditetapkan 6 indikator tidak terpenuhi sementara 4 indikator terpenuhi namun belum berjalan dengan maksimal. Seperti dugaan peneliti tenaga penyuluh yang sangat minimal, sulitnya memberikan pemahaman kepada masyarakat akan pentingnya manfaat hutan serta sarana dan prasarana kurang memadai menjadi beberapa faktor buruknya kinerja penyuluh.

Kata kunci: Kinerja, Pemberdayaan Masyarakat.

(5)
(6)
(7)

iv DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(8)

iii DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Daftar Informan ... 38

2. Luas Resort SPTN II Bengkunat ... 46

3. Data Kelompok Tani Panji Lestari………..54

4. Data Temuan Gangguan di TNBBS Tahun 2013………85

(9)
(10)
(11)
(12)
(13)

PERSEMBAHAN

Ku persembahkan karya kecil ini kepada:

Wanita terhebat yang akan selalu hadir dalam hidup ku meskipun kini hanya tinggal nama. Wanita yang mengajarkan saya arti ketabahan, kesabaran dan perjuangan yang sesungguhnya. Terlahir dari rahimmu

adalah anugerah terbesar yang diberikan Tuhan kepadaku, 22 tahun bersamamu adalah waktu terindah yang pernah hadir dalam hidupku. Bidadari kecil mu kini telah dewasa dan menjadi seorang sarjana aku tahu

kau pun bahagia melihatku dari sana. Terima kasih untuk mu pengobat luka. Terima kasih untukmu Ibunda ku tercinta…..

Ayahanda tercinta Sirajuddin sebagai tanda terima kasih dan baktiku.

Adikku tercinta Eca Endika sosok yang sangat tegar dan dewasa. Terima kasih sudah menjadi adik yang luar biasa untuk ku, kakak dan ibu yang

sempurna untuk Ria.

Adikku tersayang Ria Indiska, gadis kecil yang polos dan lugu yang selalu membuatku tertawa bahagia. Terima kasih sudah menjadi pelipur duka

disaat kesedihan datang melanda.

(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Krui, Kabupaten Pesisir Barat pada tanggal 22 Oktober 1994, anak pertama dari tiga bersaudara, buah cinta dari Bapak Sirajuddin dan Ibu Khodijah (Almarhumah).

Jenjang Akademik Penulis dimulai dengan menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) Negeri Sukarame, Kecamatan Bengkunat Kabupaten Pesisir Barat pada tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Bengkunat, pada Tahun 2008, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 1 Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat yang diselesaikan pada tahun 2011.

(15)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “Kinerja Penyuluh Badan Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II

Bengkunat (SPTN II Bengkunat) Dalam Pemberdayaan Masyarakat di Taman

Nasional Bukit Barisan Selatan”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang terlibat di dalamnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dan moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Allah SWT atas segala yang telah engkau berikan kepada hamba, baik rezeki, kesehatan, kekuatan, kesabaran daan semangat yang tiada henti. Hingga hamba dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M. Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. A. Effendi, MM selaku Pembantu Dekan I, Prof. Dr. Yulianti, M.S selaku Pemabntu Dekan II, Drs. Pairul Syah, MH selaku Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

(16)

menyelesaikan skripsi ini. Semoga bapak senantiasa diberikan kesehatan oleh Allah swt.

5. Bapak Drs. Yana Ekana PS, M. Si. Selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan ilmu dan arahan dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih atas segala ilmu yang telah diberikan dan juga terima kasih untuk kesabarannya selama ini menghadapi penulis yang hampir setiap hari menemui bapak untuk revisi. Bapak sehat terus ya pak, jangan sakit-sakit lagi ya paak.

6. Bapak R. Sigit Krisbintoro M.IP selaku dosen pendamping yang telah mendampingi penulis selama pak yana tidak bisa mendampingi karena sakit terima kasih bapak atas segala bantuannya.

7. Bapak syafarudin, S.Sos, M.A selaku dosen pembimbing akademik penulis, terimakasih untuk semua bimbingan dan motivasinya pak, tidak hanya mengajarkan tentang ilmu perkualiahan tetapi juga mengajarkan bagaimana bertahan dalam kesulitan hidup, terimakasih.

8. Dosen-dosen Jurusan Ilmu Pemerintahan, Ibu Ari Darmastuti, Pak Amantoto Dwijono, Pak Pitoyo Budiono, Pak Budi Harjo, Pak Ismono Hadi, Pak Suwondo, Pak Piping, Pak Arizka Warganegara, Pak Robi Cahyadi, Pak Budi Kurniawan, Bapak Syaririef Makhya, Pak Hertanto, Ibu Dwi Wahyu Handayani dan Bapak Maulana Mukhlis. Terima kasih sudah memberikan ilmu kepada penulis. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kesehatan kepada Bapak, Ibu. Amin...

(17)

diberikan kepada penulis. Mamak Amir terima kasih telah bersedia mendampingi penulis mulai dari pra riset hingga turun lapangan. Mbak Waroh terima kasih sudah bersedia membantu penulis dalam melakukan penelitian.

10. Kedua orang tua ku tercinta, Ibu Khodijah (Alm) dan Bapak Sirajuddin terima kasih atas segala pengorbanan dan perjuangannya selama ini yang tidak pernah kenal lelah. Terima Kasih atas segala do’a yang telah diberikan

kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

11. Kedua adikku tersayang Ngah Eca dan Kakak Ria terima kasih atas segala canda dan tawanya yang selalu menghibur penulis selama menyelesaikan skripsi ini.

12. Terima Kasih yang tak terhingga untuk seluruh keluarga besar ku Dongah Edi dan Kaka Nurul, Udo Arsyad dan Kaka Is, Ngah Len dan Pak Ngah kamsir, Cik Via dan Pak cik Sam, Ina Tuha, Pak Balak dan Ina Balak, Ina Lunik beserta sepupu-sepupu yang lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

13. Kahutku Yuanita, terima kasih untuk segalanya. Terima kasih telah menjadi salah satu sahabat terbaik, yang selalu ada disamping penulis dalam keadaan sesulit apapun. Terima kasih telah bersedia menjadi supir harian selama 4 tahun.

(18)

15. Sahabatku Panggih Gotam VD, pung makasih yaa udah jadi sahabat yang paling baik, pengertian, sabar dan paling kalem diantara kita ber 4,hahaha. Makasih buat support dan talangan dananya kalau kita lagi ada acara.

16. Abang aku Jimmy, Makasih ya bang udah mau dengerin semua curhatan gw selama ini. Cepet beres ya bang skripsi lo biar kita bisa wisuda bareng-bareng. Makasi juga buata temen-temen baru yang selalu lo bawa ke kostan bang Rendi, Bang Arif, Bang Tresno dll

17. Teman-teman KKN Srimulyo Koiriyah, Ecul, Pico, Rika, Mbak Ika, Kanjeng Kodri, Bang Jaya, Bang Herman dan Ridho. Makasih kalian telah memberikan warna baru dalam hidup saya selama 40 hari

18. Teman-teman Kosan Villa Selmon Dewi, Anggun, Vina, Mbak Sayu, Mbak Jen, Tika, Heni, Rani, Amoy, Bang Daniel, Bang Rio, Bang Destra, Bang Eko, Bang Briyan, Robert, dll terima kasih sudah menjadi teman dan tetangga yang baik.

19. Teman-teman SMANSA Krui Ngah Penda, Andung Linda, Andung Leni, Minan Serly, Ngah Fera, Cik Dessy, Mamak Hajjul, Opie. Terima Kasih telah menjadi teman seperjuangan selama di Bandar Lampung

(19)

21. Kakak-kakak tingkat dan adik-adik tingkatku : Dongah Ricky kakak pembimbing kami yang selalu meluangkan waktu untuk membimbing dan membantu dalam segala kesibukan waktunya, makasih Dongah. Bang Roby, Bang Okta, Bang Eki, Bang Lian, Bang Riyan, Mbak Siska, Mbak Yoan, Mbak Eta dan Nevia. Terima kasih atas semua perhatian, bantuan, masukan dan doa dari kalian.

22. Seluruh karyawan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik : Pak Lukman, Bu Riyanti, Mba Nurma, Mba Iin, Pakde Jumadi, Pak Herman, Pak Napoleon, Pak Syamsuri. Terimakasih atas bantuan nya selama ini. Mas-mas sama Mba sekretaris pak yana di Pasca, terima kasih.

23. Almamaterku Tercinta, Universitas Lampung.

Penulis berdoa semoga Allah SWT dapat membalas semua kebaikan, bantuan dan doa yang telah diberikan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, Agustus 2015

Penulis,

(20)

i DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Kegunaan Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA A.Konsep Kinerja... 9

1. Pengertian Kinerja ... 10

2. Pengukuran Kinerja ... 12

3. Indikator Kinerja ... 13

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja ... 17

B. Tinjauan Tentang Penyuluh Kehutanan ... 18

1. Pengertian Penyuluh Kehutanan ... 18

2. Peran Penyuluh Kehutanan ... 19

3. Peran Penyuluh Kehutanan SPTN II Bengkunat ... 21

C. Tinjauan Tentang Pemberdayaan Masyarakat ... 24

D. Tinjauan Tentang Taman Nasional Bukit Barisan Selatan ... 26

(21)

ii

F. Teknik Pengumpulan Data ... 39

G. Teknik Pengolahan Data ... 42

H. Teknik Analisis Data ... 43

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum SPTN II Bengkunat ... 47

B. Visi dan Misi SPTN II Bengkunat ... 48

C. Program dan Kegiatan SPTN II Bengkunat ... 49

D. Tupoksi Penyuluh SPTN II Bengkunat ... 52

E. Kewajiban penyuluh SPTN II Bengkunat ... 53

F. Akses Menuju SPTN II Bengkunat………..54 G. Data Pemberdayaan Masyarakat………...55 H. Struktur Organisasi………....56 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kinerja Penyuluh SPTN II Bengkunat dalam Pemberdayaan Masyarakat ... 57

B. Analisis FaktorFaktor Penghambat Kinerja Penyuluh dalam Pemberdayaan Masyarakat ... 77

C. Matrik Kinerja Penyuluh SPTN II Bengkunat Dalam Pemberdayaan Masyarakat ... 87

VI. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 94

B. Saran ... 96

(22)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penyuluh kehutanan memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan kehutanan di Indonesia. Penyuluh kehutanan berperan dalam mengubah sikap dan perilaku masyarakat agar masyarakat turut mendukung pembangunan kehutanan di Indonesia. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, bahwa penyuluh kehutanan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta mengubah sikap dan perilaku masyarakat agar mau dan mampu mendukung pembangunan kehutanan atas dasar iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta sadar akan pentingnya sumber daya hutan bagi kehidupan manusia.

(23)

2

berorientasi pada upaya pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan hutan berkelanjutan bertujuan memandirikan masyarakat sehingga masyarakat dapat berperan aktif dalam pengelolaan hutan berkelanjutan yang berdampak pada peningkatan kesejahteraannya. Sehingga apabila masyarakat sudah memiliki kesadaraan akan pentingnya menjaga kelestarian hutan dan perekonomian masyarakat sudah baik, maka masyarakat akan ikut serta dalam mendukung pembangunan kehutanan.

Penyuluh kehutanan harus bisa menjalankan tugas dan kewajibannya secara maksimal agar tercapainya tujuan dari penyuluhan kehutanan itu sendiri yaitu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta mengubah sikap dan perilaku masyarakat agar mau dan mampu mendukung pembangunan kehutanan atas dasar iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta sadar akan pentingnya sumber daya hutan bagi kehidupan manusia, namun demikian masih ada penyuluh kehutanan yang kinerjanya belum memuaskan. Keadaan tersebut dikarenakan penyuluh kehutanan belum melaksanakan peranan dan fungsinya secara maksimal, hal itu diakibatkan oleh banyak faktor salah satunya adalah kurangnya sarana dan prasarana. Seperti halnya yang terjadi di Kecamatan Sekotong Kabupaten Lombok Barat.

“Peranan dan fungsi penyuluh di Kecamatan Sekotong Kabupaten Lombok Barat dapat dikatakan belum maksimal. Ini diakibatkan banyaknya kendala-kendala yang dihadapi penyuluh dalam kegiatan penyuluhan adalah kurangnya sarana dan prasarana, informasi penyuluh dan sulitnya mengumpulkan petani”.

(24)

3

Dari pernyataan di atas diketahui bahwa ada banyak faktor yang menyebabkan buruknya kinerja penyuluh kehutanan dalam menjalankan tugasnya. Faktor lain yang menyebabkan buruknya kinerja penyuluh kehutanan adalah rendahnya kemampuan dan kompetensi dari penyuluh. Seperti penjelasan di bawah ini:

“Hasil monitoring dan evaluasi (monev) menunjukkan bahwa tingkat pemahaman penyuluh kehutanan terhadap peraturan, juklak, dan juknis kegiatan teknis kehutanan masih termasuk rendah atau rata-rata sebesar 37%. Sampel diambil terhadap 46 orang penyuluh kehutanan di kabupaten dan UPT PHKA di 6 provinsi (Riau, Kalsel, Lampung, DIY, Sulsel dan Bali). Komposisi sampel penyuluh kehutanan yaitu dari UPT PHKA (5 orang), Bakorluh/Dishut Provinsi (12 orang) dan Bapeluh/Dishut Kabupaten (29 orang).”

(http://www.bp2sdmk.dephut.go.id/emagazine/index.php/umum/8- siapkah-penyuluh-kehutanan-mendampingi-kegiatan-kehutanan-di-lapangan.html di akses pada 17 April 2015 Pukul 14.53 WIB)

Dari data di atas dapat dilihat bahwa kemampuan dan kompetensi penyuluh kehutanan dalam memahami tupoksinya sangat diperlukan. Karena tupoksi tersebut akan dijadikan landasan dalam menyusun seluruh agenda dan program-program yang akan dijalankan oleh penyuluh, apabila penyuluh tidak dapat memahami tupoksinya dengan baik, maka pemberdayaan masyarakat tidak akan dapat tercapai.

(25)

4

Seperti halnya pemberdayaan masyarakat yang terjadi di Desa Tunggul Boyok Kecamatan Bonti Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat.

“Faktor- faktor penghambat pemberdayaan masyarakat berupa: kondisi jalan yang belum memadai, perladangan berpindah yang masih di lakukan sebagian masyarakat, letak desa di dalam kawasan hutan, kurangnya tenaga penyuluh kehutanan di Kabupaten Sanggau, dan adanya kebijakan pemerintah di era otonomi yang tidak menjadikan program penyuluhan kehutanan sebagai prioritas bagi pemberdayaan masyarakat di dalam dan sekitar hutan”.

(Berdasarkan penelitian Iskandar dkk dalam bentuk jurnal tesis 2013: 1)

Dari keterangan di atas ternyata banyak faktor yang menghambat terlaksananya pemberdayaan masyarakat. Oleh sebab itu program pemberdayaan masyarakat ini harus melibatkan seluruh stakeholders yang ada mulai dari pemerintah baik pemerintah pusat atau daerah, pihak swasta, dan juga masyarakat. Apabila kegiatan pemberdayaan masyarakat ini hanya dibebankan kepada penyuluh saja tentu tidak akan memberikan hasil yang maksimal.

Buruknya kinerja penyuluh kehutanan dibeberapa tempat yang telah disebutkan di atas tidak berarti bahwa seluruh penyuluh kehutanan tidak berhasil dalam menjalankan tugasnya. Ada beberapa daerah di Indonesia dimana penyuluhan yang dilakukan kepada masyarakat memperoleh hasil

yang menggembirakan. Salah satu contohnya adalah penyuluhan yang dilakukan di Desa Galungan Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng Provinsi

(26)

5

“Kegiatan pemberdayaan masyarakat di KPH Bali Tengah dilaksanakan oleh BUMDes Wana Amerta melalui UPT Kehutanannya. UPT kehutanan inilah yang bekerja sama dengan penyuluh kehutanan dan KPH Bali Tengah dalam upaya pemberdayaan masyarakat di desa Galungan. Kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan UPT kehutanan dan penyuluh kehutanan beserta KPH Bali tengah adalah pengembangan ekowisata berupa jogging track ke Bukit Catu yang merupakan bagian dari hutan Desa. Meski belum beroperasi penuh seperti yang direncanakan, kegiatan tersebut telah mulai memberikan peluang bagi masyarakat sekitar untuk berusaha dalam bidang penjualan makanan dan penyediaan lahan parkir. Diharapkan, ekowisata Bukit Catu dan kegiatan pembangunan kehutanan lainnya oleh BUMDes Wana Amerta ini terus berkembang dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan dan dengan dukungan dari para pihak terkait termasuk KPH, Pemerintah Kabupaten dan pihak lainnya”

(http//www.bp2sdmk.dephut.go.id/index.php/berita1/290-sukses-

kolaborasi-antara-penyuluh-kth-dan-kph-bali-tengah-dalam-pemberdayaan-masyarakat di akses pada 18 April 2015 Pukul 06.41 WIB)

(27)

6

Jika penyuluh kehutanan di Desa Galungan berhasil lalu apakah kegiatan penyuluh kehutanan di daerah lain juga memberikan hasil yang maksimal. Seperti penyuluh kehutanan di Kecamatan Bengkunat Kabupaten Pesisir Barat tepatnya di Badan Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Bengkunat (SPTN II Bengkunat). Apakah penyuluh kehutanan di SPTN II Bengkunat ini bisa menjalankan tupoksinya secara maksimal sehingga mencapai kinerja yang memuaskan.

Badan Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Bengkunat (SPTN II Bengkunat) merupakan badan yang didirikan oleh pemerintah untuk menjaga kelestarian Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) yang berada di wilayah Kabupaten Pesisir Barat. Bentang alam (Landscape) Bukit Barisan Selatan berpusat di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) di ujung selatan pulau Sumatera Indonesia. Taman Nasional Bukit Barisan Selatan merupakan kawasan lindung terbesar ketiga (3.560 km2) di Sumatera dan memanjang 150 km sepanjang Pegunungan Barisan (4031’-5057’ S dan 1030 34’-1040 43 E) mencakup dua provinsi di Sumatera yaitu Lampung dan Bengkulu. Taman ini didirikan pada tahun 1982 meskipun telah ditetapkan sebagai cagar alam sejak 1932. (Rencana Kerja Tahunan Wildlife Conservation Society Indonesia Program (RKT WCS-IP) di Balai TNBBS 2014).

(28)

7

Kurangnya peran dari penyuluh SPTN II Bengkunat ini disebabkan oleh berbagai macam faktor salah satunya adalah sulitnya memberikan pemahaman kepada masyarakat di sekitar kawasan taman nasional. Selain itu jumlah tenaga penyuluh yang tidak memadai juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kurangnya peran penyuluh dalam pemberdayaan masyarakat.

Berdasarkan penjelasan serta permasalahan-permasalahan di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang “Kinerja Penyuluh Badan

Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Bengkunat (SPTN II Bengkunat) Dalam Pemberdayaan Masyarakat Di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan”.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini sesuai dengan penjelasan latar belakang di atas adalah sebagai berikut:

(29)

8

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan kinerja yang dilakukan oleh Penyuluh Badan Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Bengkunat (SPTN II Bengkunat) Dalam Pemberdayaan Masyarakat Di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan”.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini meliputi kegunaan teoritis dan praktis, yaitu : 1. Secara Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi perkembangan ilmu pemerintahan, serta dapat dijadikan sebagai salah satu bahan bacaan dalam menganalisis Kinerja Penyuluh Badan Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Bengkunat (SPTN IIBengkunat) Dalam Pemberdayaan Masyarakat Di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.

2. Secara Praktis

(30)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kinerja

Kinerja merupakan tingkat pencapaian atau prestasi yang bisa diraih oleh pegawai atau suatu organisasi berdasarkan indikator-indikator kinerja yang telah ditentukan. Mengukur keberhasilan kinerja, baik kinerja pegawai atau kinerja sebuah organisasi sangatlah diperlukan hal ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang telah diraih. Sehingga setelah diketahui bagaimana tingkat kinerja yang telah dicapai bisa dilakukan evaluasi.

(31)

10

Konsep kinerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep kinerja menurut Indra Bastian (Fahmi, 2013: 128) menyatakan bahwa kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/ program/ kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, fungsi, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema yang strategis (strategic planning) suatu organisasi. Sehingga dalam penelitian ini peneliti akan melihat kinerja penyuluh berdasarkan tugas pokok dan fungsi dari penyuluh.

1. Pengertian Kinerja

Menurut Fahmi (2013: 127) kinerja adalah hasil yang diperoleh oleh suatu organisasi baik organisasi tersebut bersifat profit oriented dan non profit oriented yang dihasilkan selama satu periode waktu, sedangkan menurut

Indra Bastian (Fahmi, 2013: 128) menyatakan bahwa kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/ program/ kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, fungsi, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema yang strategis (strategic planning) suatu organisasi.

(32)

11

Kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut.

Sedangkan menurut Amstrong dan Baron (Wibowo, 2008: 7), kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi pada ekonomi. Bernardin dan Russel (Ruky, 2002: 15) memberikan pengertian kinerja sebagai berikut : “performance is defined as the record of outcomes produced on a specified job function or activity during time

period”. Prestasi atau kinerja adalah catatan tentang hasil-hasil yang

diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan selama kurun waktu tertentu, dalam definisi ini, aspek yang ditekankan oleh kedua pengarang tersebut adalah catatan tentang outcome atau hasil akhir yang diperoleh setelah suatu pekerjaan atau aktivitas dijalankan selama kurun waktu tertentu, dengan demikian kinerja hanya mengacu pada serangkaian hasil yang diperoleh seorang pegawai selama periode tertentu dan tidak termasuk karakteristik pribadi pegawai yang dinilai.

Handayaningrat (2004: 19), mengartikan bahwa kinerja merupakan cara menjalankan tugas dan hasil yang diperoleh. Kinerja adalah cara atau tindakan dimana suatu tindakan atau tugas dilakukan. Kinerja dapat pula diartikan sebagai setiap gerakan, perbuatan, pelaksanaaan, kegiatan atau tindakan sadar yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan atau target tertentu.

(33)

12

telah ditentukan. SPTN II Bengkunat merupakan badan yang memiliki tugas untuk menjaga kelestarian Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). Untuk melihat sejauh mana hasil yang telah dicapai oleh penyuluh SPTN II Bengkunat dalam melaksanakan tugasnya maka dilakukan pengukuran kinerja, dengan dilakukannya pengukuran kinerja tersebut kita dapat mengetahui hasil yang dicapai oleh penyuluh SPTN II Bengkunat tersebut.

2. Pengukuran Kinerja

Menurut Mahsun (2006: 26), pengukuran kinerja adalah suatu metode atau alat yang digunakan untuk mencatat dan menilai pencapaian pelaksanaan kegiatan berdasarkan tujuan, sasaran dan strategi sehingga dapat diketahui kemajuan organisasi serta meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas. Pengukuran kinerja pegawai ataupun organisasi sangat penting dilakukan karena tanpa dilakukan pengukuran kinerja maka kita tidak akan tahu sejauh mana hasil yang telah dicapai oleh pegawai maupun suatu organisasi. Dalam penelitian ini kinerja yang akan diukur adalah kinerja penyuluh SPTN II Bengkunat.

(34)

13

keterkaitan antara strategi berorientasi pelanggan dan tujuan dengan tindakan.

Pengukuran kinerja yang tepat dapat dilakukan dengan cara:

1. Memastikan bahwa persyaratan yang diinginkan pelanggan telah terpenuhi;

2. Mengusahakan standar kinerja untuk menciptakan perbandingan; 3. Mengusahakan jarak bagi orang untuk memonitor tingkat kinerja; 4. Menetapkan arti penting masalah kualitas dan menemukan apa yang

perlu prioritas perhatian;

5. Menghindari konsekuensi dari rendahnya kualitas; 6. Memertimbangkan penggunaan sumber daya;

7. Mengusahakan umpan balik untuk mendorong usaha perbaikan.

Dalam mengukur kinerja pegawai ataupun kinerja organisasi diperlukan indikator pengukuran kinerja, karena indikator merupakan acuan dan juga pedoman dalam melakukan pengukuran kinerja. Di bawah ini akan dijelaskan beberapa indikator dalam mengukur kinerja.

3. Indikator Kinerja

(35)

14

a. Produktivitas, bahwa produktivitas tidak hanya mengukur tingkat efisiensi, tetapi juga mengukur efektifitas pelayanan dan pada umumnya dipahami sebagai ratio antara input dan output.

b. Kualitas layanan, cenderung menjadi penting dalam menjelaskan kinerja organisasi pelayanan publik. Banyak pandangan negatif yang terbentuk mengenai organisasi publik muncul karena ketidakpuasan publik pada kualitas.

c. Responsivitas, yaitu kemampuan birokrasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, dan mengembangkan program–program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.

d. Responsibilitas, yaitu menjelaskan bahwa pelaksanaan kegiatan harus dilakukan sesuai dengan prinsip–prinsip administrasi yang benar dan kebijakan birokrasi baik yang eksplisit maupun yang implisit.

e. Akuntabilitas, maksudnya bahwa seberapa besar kebijakan dan kegiatan birokrasi tunduk kepada para pejabat politik yang dipilih oleh rakyat, dimana para pejabat politik tersebut dengan sendirinya akan selalu memprioritaskan kepentingan rakyat.

Sementara menurut Kumorotomo (Pasolong, 2014: 180) indikator kinerja untuk dijadikan pedoman dalam menilai kinerja birokrasi publik, antara lain:

a. Efisiensi

Efisiensi menyangkut pertimbangan tentang keberhasilan organisasi pelayanan publik mendapatkan laba, memanfaatkan faktor-faktor produksi serta pertimbangan yang berasal dari rasionalitas ekonomis. Apabila diterapkan secara objektif, kriteria seperti likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas merupakan kriteria efisiensi yang sangat relevan.

b. Efektivitas

Apakah tujuan dari didirikannya organisasi pelayanan publik tercapai? Hal tersebut erat kaitannya dengan rasionalitas teknis, nilai, misi, tujuan organisasi, serta fungsi agen pembangunan. c. Keadilan

Keadilan mempertanyakan distribusi dan alokasi layanan yang diselenggarakan oleh organisasi pelayanan publik. Kriteria ini erat kaitannya dengan konsep ketercukupan atau kepantasan. Keduanya mempersoalkan apakah tingkat efektivitas tertentu, kebutuhan dan nilai–nilai dalam masyarakat dapat terpenuhi. Isu-isu yang menyangkut pemerataan pembangunan, layanan pada kelompok pinggiran dan sebagainya, akan mampu dijawab melalui kriteria ini.

d. Daya Tanggap

(36)

15

sebab itu, kriteria organisasi tersebut secara keseluruahan harus dapat dipertanggungjawabkan secara transparan demi memenuhi kriteria daya tanggap ini.

Menurut Mahmudi (2010: 155-156), indikator kinerja merupakan sarana atau alat (means) untuk mengukur hasil suatu aktivitas, kegiatan atau proses dan bukan hasil atau tujuan itu sendiri (ends). Peran indikator kinerja bagi pegawai ataupun organisasi sektor publik adalah memberikan tanda atau rambu-rambu bagi manajer atau pihak luar untuk menilai kinerja organisasi.

Secara umum, indikator kinerja memiliki peran antara lain: a. Membantu memerbaiki praktik manajemen.

b. Meningkatkan akuntabilitas manajemen dengan memberikan tanggungjawab secara eksplisit dan pemberian bukti atas suatu keberhasilan atau kegagalan.

c. Memberikan dasar untuk melakukan perencanaan kebijakan dan pengendalian.

d. Memberikan informasi yang esensial kepada manajemen sehingga memungkinkan bagi manajemen untuk melakukan pengendalian kinerja disemua level organisasi.

e. Memberikan dasar untuk pemberian kompensasi kepada staf.

Menurut Moeheriono (2012: 36) berdasarkan jenisnya, indikator kinerja dapat dibedakan menjadi:

1. Indikator Kualitatif

Indikator ini menggantikan angka dengan menggunakan bentuk kualitatif. Nilai yang diberikan berupa suatu kelompok derajat kualitatif yang berurutan dalam bentuk rentang skala.

2. Indikator Kuantitas Absolut

Indikator ini cenderung selalu menggunakan angka absolut yaitu angka bilangan positif nol, dan negatif, termasuk dalam bentuk pecahan desimal.

3. Indikator Persentase

Indikator ini menggunakan perbandingan atau proporsi angka absolut dari suatu yang akan diukur dengan total populasinya. Persentase umumnya berupa angka positif termasuk dalam bentuk pecahan atau desimal.

(37)

16

Indikator ini mengggunakan perbandingan absolut dan suatu yang akan diukur dengan angka absolut lainnya yang terkait.

5. Indikator Rata-rata

Indikator ini biasanya menggunakan bentuk rata-rata angka dari sejumlah kejadian atau populasi. Angka rata-rata ini berarti membagi total angka untuk sejumlah kejadian atau suatu populasi kemudian dibagi dengan jumlah kejadiannya atau jumlah populasinya.

6. Indikator Indeks

Indikator ini menggunakan gabungan angka-angka indikator lainnya yang dihimpun melalui suatu formula maupun pembobotan pada masing-masing variabelnya.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka peneliti akan menggunakan indikator jenis kualitatif dalam melakukan penelitian. Artinya peneliti akan memaparkan data-data secara terperinci dan sistematis sehingga bisa diketahui kinerja penyuluh dari SPTN II Bengkunat tersebut baik, cukup baik atau kurang baik. Peneliti menggunakan indikator jenis kualitatif ini karena menurut peneliti indikator kualitatif bisa memberikan hasil yang lebih terperinci.

(38)

17

melihat bagaimana penyuluh kehutanan SPTN II Bengkunat mewujudkan tujuan pokok dan fungsi (tupoksi)penyuluh kehutanan dalam melaksanakan program pemberdayaan.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Menurut Armstrong dan Baron (Wibowo, 2011: 100), faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja yaitu sebagai berikut:

a. Personal factor, ditunjukan oleh tingkat keterampilan, kompetensi yang dimiliki, motivasi dan komitmen individu.

b. Leadership factor, ditentukan oleh kualitas, dorongan, bimbingan dan dukungan yang dilakukan manajer dan team leader.

c. Team factor, ditunjukan oleh kualitas dukungan yang diberikan oleh rekan kerja.

d. System factor, ditunjukan oleh adanya sistem kerja dan fasilitas yang diberikan oleh organisasi.

e. Contextual/situational factor, ditunjukan oleh tingginya tingkat tekanan dan perubahan lingkungan internal dan eksternal.

(39)

18

B. Tinjauan Tentang Penyuluh Kehutanan

1. Pengertian Penyuluh Kehutanan

Penyuluh kehutanan merupakan seseorang yang memiliki tugas dalam pemberdayaan masyarakat di sekitar kawasan hutan agar masyarakat memiliki kesadaran serta mendukung pembangunan kehutanan. Penyuluh kehutanan merupakan salah satu faktor dalam kelestarian hutan, oleh karena itu penyuluh kehutanan harus memiliki kepedulian yang besar terhadap masyarakat binaannya agar masyarakat ikut terlibat dalam menjaga kawasan hutan.

(40)

19

2. Peran Penyuluh Kehutanan

Penyuluh memiliki peran yang sangat vital dalam usaha pelestarian hutan. Sebagai ujung tombak dalam usaha pelestarian kehutanan, penyuluh harus dapat memahami serta melaksanakan segala kegiatan yang berkaitan dengan pelestarian hutan. Sesuai dengan amanah dalam UU No. 41 Tahun 1999 tentang kehutanan, bahwa setiap jenis kegiatan pembangunan kehutanan baik aspek perencanaan hutan, rehabilitasi hutan/lahan, pemanfaatan hutan, serta perlindungan hutan dan konservasi alam semuanya memerlukan dukungan penyuluhan kehutanan. Sehingga otomatis peran penyuluh kehutanan dalam setiap kegiatan kehutanan sangat diperlukan.

(41)

20

a. Sebagai pendidik atau guru

Seorang penyuluh harus dapat memberikan pengetahuan atau cara-cara baru (inovasi ) dalam meningkatkan produksi dan sekaligus taraf hidup masyarakat.

b. Sebagai pemimpin

Seorang penyuluh harus dapat membimbing dan memotivasi masyarakat sasaran penyuluhan agar mau mengubah cara berpikir dan cara kerja sehingga mau dan mampu menerapkan cara- cara baru yang lebih berdaya guna dan berhasil guna.

c. Sebagai penasehat

seorang penyuluh harus memiliki ketrampilan dan keahlian untuk memilih alternatif perubahan yang tepat, yang secara teknis dapat dilaksanakan dan secara ekonomis menguntungkan. Selain itu seorang penyuluh harus dapat berperan melayani, memberi petunjuk dan contoh dalam bentuk peragaan (mengerjakan sendiri) dalam memecahkan suatu masalah yang sedang dihadapi.

Wiharta dkk, (1997: 15) menambahkan, selaras dengan peran penyuluh kehutanan, maka setiap penyuluh kehutanan harus memiliki kualifikasi sebagai berikut:

a. Kemampuan Berkomunikasi b. Memiliki sikap

c. Memiliki Kemampuan Pengetahuan dan atau Keahlian d. Karakter Sosial Budaya Pernyuluh.

Sementara Onong (Iskandar dkk, 2013: 4) menyatakan:

“peran dari penyuluh kehutanan adalah bagian dari tindakan komunikasi yang dipengaruhi oleh berbagai factor dalam kehidupan dan perkembangan dirinya. Pendidikan formal dan non formal akan memberikan kemampuan untuk merumuskan konsep yang hendak disampaikan, pengalaman memberikan warna pribadi yang khas terhadap isi pesan (field of experience), lingkungan sosial menentukan nilai- nilai yang mengatur hubungan komunikator (penyuluh) dan komunikan (masyarakat hutan) namun pengaruh yang paling menentukan dalam memberikan konteks terhadap peristiwa komunikasi adalah datangnya dari faktor kebudayaan (sandi, lambang dan cara yang

(42)

21

Muljono (2011: 1) mengemukakan, penyuluhan kehutanan pada hakekatnya adalah upaya pemberdayaan masyarakat, dunia usaha, aparat pemerintah pusat dan daerah, serta pihak-pihak lain yang terkait dengan pembangunan kehutanan. Kegiatan penyuluhan kehutanan menjadi investasi dalam mengamankan dan melestarikan sumberdaya hutan sebagai aset negara dan upaya mensejahterakan masyarakat.

Muljono (2011: 6) menjelaskan pula kriteria keberhasilan penyuluh kehutanan dalam proses pemberdayaan masyarakat berupa: terbentuk dan berkembangnya kelembagaan masyarakat di wilayah kerjanya. Selanjutnya dijelaskan indikator yang mencirikan telah terbentuk dan berkembangnya kelembagaan masyarakat yang kuat dan mandiri yaitu dengan kriteria ; 1. Terbentuknya Kelompok Tani dengan SDM anggota masyarakat yang mantap; 2. Memiliki organisasi dan pengurus serta mempunyai tujuan yang jelas dan tertulis; 3. Memiliki kemampuan managerial dan kesepakatan/ aturan adat yang di taati bersama.

3. Peran Penyuluh Kehutanan SPTN II Bengkunat

(43)

22

Kehutanan, penyuluhan kehutanan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta mengubah sikap dan perilaku masyarakat agar mau dan mampu mendukung pembangunan kehutanan atas dasar iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta sadar akan pentingnya sumber daya hutan bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu masyarakat juga harus terlibat aktif dalam menjaga kelestarian Taman Nasional Bukit Barisan Selatan agar tercapainya tujuan penyuluhan tersebut. Karena penyelenggaraan penyuluhan kehutanan bukan hanya tugas penyuluh semata tetapi juga menjadi tugas pihak swasta dan juga masyarakat.

Menurut Surat Keputusan Kepala Balai Besar TNBBS no.SK.10./ BBTNBBS-1/2014 Tanggal 20 Januari 2014 tugas pokok dan fungsi penyuluh kehutanan non Pegawai Negeri Sipil pada Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan adalah sebagai berikut:

1. Menyebarluaskan informasi pembangunan kehutanan di wilayah kerjanya dengan cara menyampaikan visi, misi, tujuan, strategi dan prinsip dari pembangunan kehutanan;

2. Memfasilitasi penumbuhan dan pengembangan kelembagaan kelompok masyarakat (Kelompok Tani Hutan/ Kelompok Swadaya Masyarakat/ Kader Konservasi/ Kelompok Profesi/ Kelompok Pecinta Alam/ Saka Wanabakti);

3. Mendorong peran serta masyarakat sasaran dalam pembangunan kehutanan di wilayah kerjanya;

4. Menumbuhkembangkan jiwa kepemimpinan, kewirausahaan dan kemampuan manajerial kelompok masyarakat;

5. Memfasilitasi kelompok masyarakat dalam penyusunan RDK/RDKK di wilayah kerjanya;

6. Memfasilitasi kelompok masyarakat dalam mengakses teknologi, informasi pasar, peluang usaha dan permodalan;

7. Memfasilitasi kelompok masyarakat untuk menyusun rencana usaha bersama;

(44)

23

Kinerja penyuluh SPTN II Bengkunat akan dikatakan baik apabila penyuluh menjalankan seluruh tupoksi dari penyuluh itu sendiri. Karena tupoksi merupakan acuan bagi penyuluh dalam menjalankan setiap kegiatannya, sehingga apabila tupoksi penyuluh berjalan dengan baik maka kinerja penyuluh juga akan baik begitu juga sebaliknya apabila tupoksi penyuluh tidak berjalan dengan baik maka kinerjanya juga tidak akan baik. Maka dari itu tupoksi penyuluh SPTN II Bengkunat akan dijadikan acuan bagi peneliti untuk melihat kinerja penyuluh SPTN II Bengkunat.

Selain melaksanakan tupoksinya penyuluh juga melaksanakan kewajiban. Menurut Surat Keputusan Kepala Balai Besar TNBBS no.SK.10./ BBTNBBS-1/2014 Tanggal 20 Januari 2014 kewajiban penyuluh kehutanan non pegawai negeri sipil pada Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan adalah sebagai berikut:

1. Mengikuti secara aktif kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan oleh Balai Besar TNBBS dan mitra Balai Besar TNBBS dalam rangka pemberdayaan masyarakat;

2. Membantu kegiatan Penyuluh Kehutanan Balai Besar TNBBS dalam rangka pemberdayaan masyarakat;

3. Mendampingi kelompok tani binaan Balai Besar TNBBS di wilayah kerjanya masing-masing;

4. Membuat rencana kerja tahunan yang disampaikan kepada Kepala Balai Besar TNBBS diketahui Kepala SPTN masing-masing paling lambat tanggal 10 bulan Januari tahun berjalan dan ditembuskan kepada Koordinator Penyuluh Kehutanan Balai Besar TNBBS; 5. Membuat laporan kegiatan penyuluhan yang disampaikan kepada

Kepala Balai Besar TNBBS diketahui Kepala SPTN masing-masing paling lambat setiap tanggal 5 bulan berikutnya dan ditembuskan kepada Koordinator Penyuluh Kehutanan Balai Besar TNBBS; 6. Mengikuti pertemuan dalam rangka koordinasi kegiatan penyuluhan

lingkup Balai Besar TNBBS setiap 3 (tiga) bulan di bawah koordinasi kepala Bidang Teknis Konservasi TN;

(45)

24

Di samping melaksanakan tupoksinya penyuluh juga memiliki kewajiban yang harus dilaksanakan. Penyuluh SPTN II Bengkunat harus mampu menjalankan seluruh kewajibannya. Baik itu kewajiban kepada masyarakat binaannya maupun kewajiban kepada kantor Balai Besar TNBBS, karena kepatuhan penyuluh dalam melaksanakan kewajibannya merupakan salah satu ukuran dari kinerja penyuluh. Apabila penyuluh melaksanakan tupoksi dan kewajiban dengan baik maka kelestarian Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) akan terjaga. Dan untuk mengetahui lebih jelas mengenai Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) di bawah ini akan dipaparkan mengenai Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) secara lebih rinci.

C. Tinjauan Tentang Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat sehingga masyarakat dapat mendukung pembangunan kehutanan yang berkelanjutan. Pemberdayaan masyarakat menitikberatkan pada pengembangan kemampuan masyarakat sehingga masyarakat bisa menjadi masyarakat yang mandiri. Dalam pemberdayaan masyarakat, masyarakat harus ikut terlibat aktif dalam setiap kegiatan yang direncanakan oleh pemerintah agar tercipta masyarakat mandiri serta sejahtera secara ekonomi.

(46)

25

merupakan suatu proses yang berjalan secara terus-menerus. Chafid (2005: 32) memaparkan istilah pemberdayaan (empowerment) muncul hampir bersamaan dengan adanya kesadaran pada perlunya partisipasi masyarakat dalam pembangunan.

Mawardi (2007: 26) menyatakan pemberdayaan masyarakat sebagai suatu proses yang mengembangkan dan memperkuat kemampuan masyarakat untuk terus terlibat dalam proses pembangunan yang berlangsung secara dinamis sehingga masyarakat dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi serta dapat mengambil keputusan secara bebas dan mandiri. Mawardi (2007: 89) selanjutnya menjelaskan bahwa pemberdayaan masyarakat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti: saling tidak mempercayai, kurang daya inovasi/kreativitas, mudah pasrah/putus asa, cita-cita rendah, wawasan yang sangat sempit, familisme, tergantung pada bantuan pemerintah, sangat terikat pada tempat kediamannya dan tidak bersedia menempatan diri sebagai orang lain.

Sumardjo (1999: 89) menyebutkan ciri-ciri warga masyarakat berdaya yaitu:

1. Mampu memahami diri dan potensinya,mampu merencanakan (mengantisipasi kondisi perubahan ke depan)

2. Mampu mengarahkan dirinya sendiri 3. Memiliki kekuatan untuk berunding

4. Memiliki kemampuan yang memadai dalam melakukan kerjasama yang saling menguntungkan, dan

5. Bertanggungjawab atas tindakannya.

(47)

26

berenergi, mampu bekerjasama, tahu berbagai alternatif, mampu mengambil keputusan, berani mengambil resiko, mampu mencari dan menangkap informasi dan mampu bertindak sesuai dengan situasi. Proses pemberdayaan yang melahirkan masyarakat yang memiliki sifat seperti yang diharapkan harus dilakukan secara berkesinambungan dengan mengoptimalkan partisipasi masyarakat secara bertanggungjawab.

Pemberdayaan masyarakat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh penyuluh SPTN II Bengkunat di kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). Pemberdayaan yang dilakukan bertujuan agar masyarakat yang berada di sekitar kawasan taman nasional memperoleh pengetahuan tentang pentingnya ikut terlibat dalam pembangunan kehutanan yang berkelanjutan. Selain itu pemberdayaan masyarakat juga dilakukan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat agar masyarakat mandiri secara ekonomi. Masyarakat disekitar kawasan taman nasional memerlukan perhatian khusus dari pemerintah khususnya perhatian dari penyuluh kehutanan karena masih banyak masyarakat yang belum sadar akan pentingnya arti hutan bagi kehidupan.

D. Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS)

(48)

27

pariwisata, dan rekreasi. Menurut laporan TNBBS dalam Yulianti (2009: 6) menyebutkan bahwa kawasan lindung Bukit Barisan Selatan memperoleh status sebagai Kawasan Pelestarian Alam pada tanggal I April 1979. Kemudian ditetapkan sebagai taman nasional melalui Surat Pernyataan Menteri Pertanian No. 736/Mentan/X/1982 pada tanggal 14 Oktober 1982. Melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 185/Kpts-II/1997 tanggal 31 Maret 1997, statusnya berubah menjadi Balai Taman Nasional Bukit Barisan selatan.

Menurut UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya, suatu taman nasional dikelola dengan sisitem zonasi yang menjadi penunjang penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, penangkaran, rekreasi dan wisata. Zonasi adalah penetapan zona atau blok pengelolaan kawasan konservasi sesuai dengan fungsi dan peruntukannya.

Pembagian zonasi yang terdapat dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1990, yaitu:

1. Zona Inti

Zona inti merupakan bagian kawasan taman nasional yang mutlak dilindungi dan tidak diperbolehkan adanya perubahan apapun oleh aktivitas manusia.

2. Zona Pemanfaatan

Zona pemanfaatan merupakan bagian kawasan taman nasional yang dijadikan pusat rekreasi dan kunjungan wisata.

3. Zona Lainnya

Zona lainnya merupakan zona yang tidak termasuk dalam zona inti ataupun zona pemanfaatan, tetapi ditetapkan sebagai zona tertentu sesuai dengan kondisi alamnya. Misalnya, zona rimba, zona pemanfaatan tradisional, dan zona rehabilitasi.

(49)

28

perundang-undangan dan rencana pengelolaan TNBBS serta pertimbangan–pertimbangan efektif lainnya yang berkaitan dengan kondisi perkembangan TNBBS, sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat sekitar kawasan, serta kemampuan pengelola TNBBS, maka dilaksanakan revisi zonasi kawasan TNBBS melalui Surat No. 139/VI-BTNBBS/2003. Zonasinya terbagi menjadi:

1. Zona Inti

Luas kawasan zona inti secara keseluruhan di TNBBS kurang lebih adalah 53,25% dari luas taman nasional. Zona ini terbagi menjadi 5 (lima) bagian yang tersebar diseluruh taman nasional. Keberadaan zona ini berfungsi untuk menjaga satwa-satwa langka, diantaranya badak sumatera, harimau sumatera, gajah sumatera dan tapir.

2. Zona Rimba

Luas kawasan zona rimba di TNBBS adalah 40,64% dari luas taman nasional. Zona ini terbuka untuk pemanfaatan terbatas dalam bentuk rekreasi alam dan kegiatan pendidikan. Tidak banyak bangunan dan jalan setapak dibuat pada zona ini agar pemanfaatan tidak mengubah lingkungan alam.

3. Zona Pemanfaatan Intensif

Kurang lebih 1,57% dari luas taman nasional tersedia tersedia untuk pemanfaatan intensif. Zona ini dapat berupa tempat rekreasi, jalan, taman parkir, atau pun tempat berkemah, dengan luasan yang dibatasi dan ditandai dengan jelas.

4. Zona Pemanfaatan Khusus

Kurang lebih 0,02 % dari luas taman nasional termasuk ke dalam zona khusus. Zona ini berfungsi untuk memecahkan isolasi area yang berada dibagian baarat kawasan taman nasional, dan mendukung kegiatan wisata alam melalui keterhubungan antarobjek wisata di zona-zona pemanfaatan

5. Zona Pemanfaatan Tradisional

0,09% dari luas taman nasional memiliki potensi sumberdaya alam hayati yang secara rutin dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan belum bersifat komersial. Pemanfaatan hasil berupa hasil hutan non kayu getah damar dan buah durian

6. Zona Rehabilitasi

(50)

29

7. Zona Situs Budaya dan Sejarah

Seluas kurang lebih 0,08% dari luas taman nasional yang terletak disekitar Way Menula Lampung Barat terdapat makam yang dipercaya dan dikeramatkan oleh masyarakat setempat. Daerah ini sering dikunjungi dan dijadikan sebagai tempat ziarah, bertapa, atau semedi baik oleh masyarakat setempat atau pun masyarakat dari luar daerah. Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) mengalami deforestasi dari tahun ke tahun. Menurut Suyadi (2011: 195) penggundulan hutan di TNBBS di mulai sejak tahun 1960an. Hasil tersebut di perkuat oleh data yang menunjukan bahwa sebelum 1972 tutupan hutan seluas 46.100 ha atau sekitar 13% dari luas hutan di TNBBS telah hilang. Rata-rata laju deforestasi sejak 1972 hingga 2006 adalah 0,64% per tahun. Hanya sekitar 67.225 ha hutan yang tersisa pada 2006 dari 310.670 ha hutan pada tahun 1972, atau sekitar 22% tutupan hutan telah hilang sejak 1972 hingga 2006. Laju deforestasi di TNBBS paling tinggi di hutan perbukitan (9.01 km2/tahun), kemudian hutan dataran rendah (7.55 km2/tahun), dan hutan pegunungan (3.43 km2/tahun). Deforestasi tertinggi terjadi pada dekade pertama (1972-1985), setiap tahunnya seluas 28 km2 hutan dibabat habis, kemudian pada dekade berikutnya (1986-1996) deforestasi hanya 15 km2/tahun, namun pada dekade terakhir deforestasi meningkat kembali (21 km2/tahun).

(51)

30

E. Kerangka Pikir

Kinerja merupakan hasil yang dicapai suatu individu (pegawai) atau suatu organisasi berdasarkan indikator yang telah ditentukan. Dalam penelitian ini, kinerja yang dimaksud adalah kinerja penyuluh (pegawai) SPTN II Bengkunat dalam pemberdayaan masyarakat di kawasan TNBBS. SPTN II Bengkunat memiliki tiga bidang dalam usaha menjaga dan melestarikan kawasan taman nasional yaitu bidang penyuluhan, polisi kehutanan, serta Pengamat Ekosistem Hutan (PEH). Namun dalam penelitian ini peneliti hanya akan meneliti kinerja penyuluh saja.

(52)

31

Indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tupoksi Penyuluh SPTN II Bengkunat:

- Penyuluh memfasilitasi penumbuhan dan pengembangan kelembagaan kelompok masyarakat

- Penyuluh memfasilitasi kelompok masyarakat dalam mengakses teknologi dan mengetahui informasi pasar

- Memfasilitasi kelompok masyarakat mengetahui peluang usaha dan permodalan

- Memfasilitasi kelompok masyarakat untuk menyusun rencana usaha bersamaMemfasilitasi kelompok masyarakat menyusun RDK/RDKK di wilayah kerjanya

- Menyebarluaskan informasi pembangunan kehutanan di wilayah kerjanya dengan cara :

- menyampaikan visi dan misi

- menyampaikan tujuan, strategi dan prinsip dari pembangunan kehutanan

- Penyuluh membimbing dan memberikan solusi kepada kelompok masyarakat dalam mengambil keputusan untuk mengembangkan usahanya.

- Penyuluh mendorong peran masyarakat dalam pembangunan kehutanan

(53)

32

(54)

33

Bagan 1. Kerangka pikir dalam penelitian ini:

Kinerja Penyuluh SPTN II Bengkunat

Tidak Maksimal Indikator Pengukuran Kinerja Penyuluh:

Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) Penyuluh

- Penyuluh memfasilitasi penumbuhan dan pengembangan kelembagaan kelompok masyarakat

- Penyuluh memfasilitasi kelompok masyarakat dalam mengakses teknologi dan mengetahui informasi pasar

- Memfasilitasi kelompok masyarakat mengetahui peluang usaha dan permodalan

- Memfasilitasi kelompok masyarakat untuk menyusun rencana usaha bersama

- Memfasilitasi kelompok masyarakat menyusun RDK/RDKK di wilayah kerjanya

- Menyebarluaskan informasi pembangunan kehutanan di wilayah kerjanya dengan cara :

- menyampaikan visi dan misi

- menyampaikan tujuan, strategi dan prinsip dari pembangunan kehutanan

- Penyuluh membimbing dan memberikan solusi kepada kelompok masyarakat dalam mengambil keputusan untuk mengembangkan usahanya.

- Penyuluh mendorong peran masyarakat dalam pembangunan kehutanan

- Penyuluh mampu menumbuhkembangkan jiwa kepemimpinan, kewirausahaan dan kemampuan manajerial kelompok masyarakat.

(55)

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Metode penelitian yang peneliti gunakan adalah metode penelitian kualitatif. Tipe penelitiannya adalah tipe kualitatif yang dideskriptifkan yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh gambaran serta memahami dan menjelaskan bagaimana kinerja penyuluh Badan Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Bengkunat (SPTN II Bengkunat) dalam pemberdayaan masyarakat di kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Tipe penelitian kualitatif digunakan karena penelitian kualitatif dapat memberikan gambaran yang lebih sistematis, faktual, akurat dan terperinci.

(56)

35

Menurut Usman (2009: 130) penelitian deskriptif kualitatif diuraikan dengan kata-kata menurut pedapat responden, apa adanya sesuai dengan pertanyaan penelitiannya kemudian dianalisis pula dengan kata-kata apa yang melatar belakangi responden berperilaku (berpikir, berperasaan, dan bertindak) seperti itu tidak seperti lainnya direduksi, ditriangulasi, disimpulkan (diberi makna oleh peneliti), dan diverifikasi (dikonsultasikan kembali kepada responden dan teman sejawat).

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian dalam penelitian kualitatif sangat diperlukan karena fokus penelitian akan mengarahkan serta membatasi penelitian yang akan kita lakukan sehingga tujuan penelitian kita dapat tercapai. Fokus penelitian harus diungkapkan secara terperinci dan operasional untuk mempermudah peneliti sebelum melaksanakan observasi. Fokus penelitian adalah garis besar dari penelitian, jadi observasi serta analisa hasil penelitian akan lebih terarah.

(57)

36

2013: 128) menyatakan bahwa kinerja dapat dilihat dari tingkat pencapaian sasaran, tujuan, fungsi, misi dan juga visi.

Indikator pengukuran kinerja penyuluh:

Tupoksi penyuluh SPTN II Bengkunat

- Penyuluh memfasilitasi penumbuhan dan pengembangan kelembagaan kelompok masyarakat

- Penyuluh memfasilitasi kelompok masyarakat dalam mengakses teknologi dan mengetahui informasi pasar

- Memfasilitasi kelompok masyarakat mengetahui peluang usaha dan permodalan

- Memfasilitasi kelompok masyarakat untuk menyusun rencana usaha bersama - Memfasilitasi kelompok masyarakat menyusun RDK/RDKK di wilayah

kerjanya

- Menyebarluaskan informasi pembangunan kehutanan di wilayah kerjanya dengan cara :

a. menyampaikan visi dan misi

b. menyampaikan tujuan, strategi dan prinsip dari pembangunan kehutanan.

- Penyuluh membimbing dan memberikan solusi kepada kelompok masyarakat dalam mengambil keputusan untuk mengembangkan usahanya.

- Penyuluh mendorong peran masyarakat dalam pembangunan kehutanan - Penyuluh mampu menumbuhkembangkan jiwa kepemimpinan,

(58)

37

C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kantor Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Bengkunat (SPTN II Bengkunat) yang beralamat di Jl. Lintas Barat Pekon Ngaras Kecamatan Bengkunat Kabupaten Pesisir Barat.

D. Sumber Informasi

Sumber informasi dalam penelitian kualitatif disebut informan. Informan merupakan orang yang memahami dan mengetahui segala informasi tentang permasalahan yang akan kita teliti. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik purposive sampling dalam penentuan informan. Artinya peneliti menentukan siapa saja pihak-pihak yang akan dijadikan informan dalam penelitian ini berdasarkan kapasitas mereka dalam permasalahan yang dihadapi peneliti.

Menurut Sugiyono (2005: 63) Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Sampel ditetapkan secara sengaja oleh peneliti, dalam hubungan ini lazimnya dinyatakan atas kriteria- kriteria atau pertimbangan-pertimbangan tertentu, jadi tidak melalui proses pemilihan sebagaimana yang dilakukan dalam teknik random. Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(59)

38

Tabel 1. Daftar Informan

No

Nama Informan Jumlah

Informan

1 Penyuluh SPTN II Bengkunat 1

2 Kepala Seksi SPTN II Bengkunat 1

3 Masyarakat setempat 7

Jumlah 9

Berdasarkan data diatas maka informan pada penelitian ini adalah 1 penyuluh SPTN II Bengkunat, 1 kepala seksi SPTN II Bengkunat, dan 7 masyarakat maka informan pada penelitian ini berjumlah 9 jiwa.

E. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini ada 2 (dua) jenis data yaitu data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

(60)

39

b. Data Sekunder

Menurut Indiartono dan Supomo (Purhantara, 2010: 79) data Sekunder merupakan data atau informasi yang diperoleh secara tidak langsung dari obyek penelitian bersifat publik, yang terdiri atas: struktur organisasi data kearsipan, dokumen, laporan-laporan serta buku-buku dan lain sebagainya yang berkenaan dengan penelitian ini. Sehingga data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari dokumen-dokumen, catatan-catatan, laporan-laporan, maupun arsip-arsip resmi yang diperoleh dari kantor SPTN II Bengkunat.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam proses penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Untuk mengumpulkan data dengan seakurat mungkin mengenai variabel yang akan dikaji, peneliti menggunakan empat teknik pengumpulan data yaitu:

a. Wawancara

(61)

40

serta untuk memperoleh realita objek yang diteliti. Wawancara merupakan instrument kunci pada penelitian ini sehingga wawancara merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan dalam penelitian ini.

Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara dengan kepala SPTN II Bengkunat dimana wawancara tersebut bersifat terbuka dimana narasumber atau informan diberikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan secara bebas. Selain melakukan wawancara dengan kepala SPTN II Bengkunat peneliti juga melakukan wawancara dengan penyuluh SPTN II Bengkunat wawancara dengan penyuluh ini merupakan wawancara yang paling penting karena penyuluhlah informan yang paling memiliki kapasitas dalam permasalahan ini. Selain kepala seksi dan penyuluh wawancara juga dilakukan kepada masyarakat di desa Tanjung Meneng dimana desa ini merupakan salah satu desa binaan dari penyuluh SPTN II Bengkunat.

(62)

41

b. Observasi

Observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan langsung terhadap objek penelitian. Peneliti melihat langsung daerah yang menjadi wilayah kerja dari penyuluh SPTN II Bengkunat. Observasi ini dilakukan untuk mendukung data hasil wawancara.

Dalam penelitian ini peneliti turun langsung kelapangan dimana peneliti mendatangi salah satu desa binaan penyuluh SPTN II Bengkunat yaitu desa Tanjung Meneng. Selama melakukan observasi tersebut peneliti melihat langsung bagaimana pemberdayaan yang dilakukan penyuluh kehutanan di desa tersebut.

c. Penelitian Pustaka

Penelitian pustaka merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini. Data diperoleh melalui hasil bacaan buku-buku, majalah, internet dan sumber bacaan lainnya yang erat relevansinya dengan masalah yang sedang diteliti.

d. Dokumentasi

(63)

42

data dengan metode ini akan dilakukan peneliti dengan cara melihat dan menganalisis dokumen-dokumen yang diperoleh dari kantor SPTN II Bengkunat.

Dalam penelitian ini peneliti memperoleh data-data berupa dokumentasi dari kantor SPTN II Bengkunat sendiri. Peneliti mengumpulkan data berupa dokumen-dokumen kemudian peneliti memilih data-data yang berhubungan atau relevan dengan penelitian ini.

G. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data dilakukan setelah tahap pengumpulan data diperoleh. Adapun teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini, meliputi:

1. Tahapan Editing

Editing yaitu teknik mengolah data dengan cara meneliti kembali data yang diperoleh untuk menjamin validitasnya serta dapat segera diproses lebih lanjut. Tahapan editing yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini, yakni menyajikan hasil wawancara dan dokumentasi yang disajikan dengan menggunakan kalimat yang baku dan mudah dimengerti. Peneliti menyederhanakan kembali data-data hasil wawancara, maupun data dari dokumen yang didapat dari kantor SPTN II Bengkunat.

(64)

43

Interpretasi adalah upaya untuk memperoleh arti dan makna lebih mendalam terhadap hasil penelitian yang sedang dilakukan. Adapun proses interpretasi data dalam penelitian ini yaitu dengan menghubungkan hasil wawancara kepada informan dan meninjau hasil penelitian secara kritis dengan teori yang relevan dan informasi akurat yang diperoleh di lapangan.

H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dilakukan untuk menyederhanakan data kedalam bentuk yang lebih mudah dipahami dan diinterpretasikan. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara deskriptif kualitatif untuk menganalisa data dengan cara memaparkan, mengelola, menggambarkan dan menafsirkan hasil penelitian dengan susunan kata-kata dan kalimat sebagai jawaban atas permasalahan yang diteliti.

(65)

44

1. Data Reducation (reduksi data) merupakan data yang diperoleh dilapangan dan jumlahnya cukup banyak. Maka dari itu, perlu dicatat secara teliti dan rinci. Semakin lama peneliti berada di lapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Oleh karena itu, perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan hal-hal yang penting. Mencari tema dan polanya. Maka, dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.

Reduksi data dalam penelitian ini adalah peneliti memilih data-data yang berkaitan dan relevan dalam penelitian. Peneliti hanya memilih hal-hal yang penting dan juga pokok sehingga penelitian ini akan lebih terfokus. Peneliti juga hanya hanya mengumpulkan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian ini jadi tidak semua jenis dokumen dimasukkan dalam penelitian ini.

2. Data Display (penyajian data) dilakukan setelah data direduksi dengan cara menyajikan data. Miles dan Habberman dalam Satori (2009: 219) menyatakan :”the most frequent form display data for qualitative

research data in the past has been narrative text” (frekuensi yang

(66)

45

data dapat terorganisirkan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan mudah dipahami.

Dalam penelitian ini data disajikan dalam bentuk kualitatif deskriptif. Artinya peneliti memaparkan data-data secara terperinci dan sejelas mungkin agar hasil penelitian ini dapat dipahami oleh orang lain. Peneliti memaparkan data-data hasil wawancara maupun data dari observasi langsung dan juga data dari dokumen-dokumen yang ada di kantor SPTN II Bengkunat.

(67)

46

(68)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Gambaran Umum Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Bengkunat (SPTN II Bengkunat)

Taman Nasional Bukit Barisan Selatan memiliki daerah pembagian wilayah yang terdiri dari 2 bidang 4 seksi dan 17 resort. Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Bengkunat (SPTN II Bengkunat) merupakan salah satu seksi yang terdapat di Bidang Pengelolaan Taman Nasional Wilayah 1 Semaka (BPTN I Semaka). SPTN II Bengkunat memiliki 4 resort yaitu resort way haru, resort pemerihan, resort ngambur dan resort biha. Luas total dari wilayah SPTN II Bengkunat adalah 88.673 Ha.

Tabel 2. Luas Resort SPTN II Bengkunat

(69)

48

B. Visi dan Misi SPTN II Bengkunat

Taman Nasional Bukit Barisan Selatan adalah kawasan pelestarian alam dan benteng terakhir hutan hujan tropis di Provinsi Lampung yang memiliki potensi sumber daya alam hayati dan non hayati yang cukup tinggi serta ekosistem lengkap mulai dari ekosistem pantai, hutan hujan dataran rendah sampai hutan hujan pegunungan. Potensi kawasan TNBBS diharapkan mampu berfungsi sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan serta mendukung pembangunan daerah yang berkelanjutan mengingat TNBBS merupakan Daerah Tangkapan Air (cathment area) bagi DAS Semaka dan Semaka DS. Oleh karena itu Kawasan TNBBS perlu dikelola dengan sebaik-baiknya, terarah, terencana, sesuai dengan daya dukungnya dan peraturan perundang-undangan.

Sebagaimana visi dan misi, sasaran program serta kebijakan prioritas, program dan kegiatan Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam yang harus ditindaklanjuti oleh seluruh unit-unit pelaksana teknisnya, maka Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan telah menetapkan visi Tahun 2010 – 2014 adalah :

“Terwujudnya Taman Nasional Bukit Barisan Selatan sebagai Situs Warisan

Gambar

Tabel 1. Daftar Informan
Tabel 5. Data Kelompok Tani Panji Lestari 2015

Referensi

Dokumen terkait

Pemimpin pendidikan memiliki tanggung jawab untuk menciptakan kultur organisasi serta iklim yang kondusif bagi upaya meningkatkan pertumbuhan dan mempertinggi pengembangan

Sementara pada pasal 55 ayat (1), dijelaskan Penyelesaian sengketa Perbankan Syariah dilakukan oleh pengadilan dalam lingkungan Peradilan Agama, sedangkan ayat (2),

Sedangkan kendala yang dihadapi dalam menjaga semangat kolektivitas antar anggota koperasi yaitu kesibukan para anggota sehingga tidak bisa menghadiri forum RAT dan kajian,

Di dalam teks LA, kisah Ibrahim terdapat 8 tokoh yaitu Raja Namrud (yang memiliki sifat sombong, seorang raja yang selalu disegani oleh raja yang lain, raja yang gagah dan

Perbedaan dengan penelitian sebelumnya yaitu peneliti mengkaji tentang aspek yang mempengaruhi kinerja pelayanan perpustakaan, baik yang bersumber dari pribadi pustakawan

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana tingkatan literasi informasi mahasiswa/i pada tingkat pertama, Manfaat penelitian ini adalah dapat membantu

Hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan sebanyak tiga siklus dengan menggunakan strategi pembelajaran Small Group Work pada pembelajaran Matematika

Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara penilaian daya tanggap dengan minat untuk kunjungan ulang pasien di Poliklinik interna rumah sakit gunung maria