• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAYANG ANBIYA : SUNTINGAN TEKS DISERTAI ANALISIS STRUKTURAL KISAH NABI IBRAHIM. Ainul Fitriyah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAYANG ANBIYA : SUNTINGAN TEKS DISERTAI ANALISIS STRUKTURAL KISAH NABI IBRAHIM. Ainul Fitriyah"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

LAYANG ANBIYA : SUNTINGAN TEKS

DISERTAI ANALISIS STRUKTURAL KISAH NABI IBRAHIM Ainul Fitriyah

Penelitian ini bertujuanuntuk mendapatkan suntingan teks Layang Anbiya yang bersih dari kesalahan tulis atau salin dan mengungkap struktur kisah Ibrahim dalam naskah Layang Anbiya meliputi tokoh, penokohan, tema, latar, dan amanat. Metode yang digunakan adalah metode suntingan teks gabungan karena naskah Layang Anbiya ini merupakan naskah jamak yang memiliki masing-masing kekurangan dan kelebihan dengan bobot yang sama. Metode gabungan ini berusaha membetulkan kesalahan- kesalahan kecil dan ketidakajegan dengan menggabungkan dua naskah, yaitu naskah A dan naskah B dengan bobot kesaksian yang sama. Teori yang digunakan adalah teori struktural Robert Stanton. Penelitian ini menghasilkan beberapa temuan. Pertama, suntingan teks telah tersedia dalam wujud teks yang baik dengan bobot kesaksian yang sama dari naskah A dan naskah B. Kedua, bentuk-bentuk kesalahan salin atau tulis yang telah dilakukan perbaikan meliputi, lakuna dengan 27 kesalahan pada naskah A dan 15 kesalahan pada naskah B; adisi dengan 8 kesalahan pada naskah A dan 10 kesalahan pada naskah B; substitusi dengan 48 kesalahan pada naskah A dan 16 kesalahan pada naskah B; transposisi dengan 1 kesalahan pada naskah A dan 1 kesalahan pada naskah B; ditografi dengan 9 kesalahan pada naskah A dan 5 kesalahan pada naskah B. Bentuk- bentuk yang salah ditandai dan dilakukan pembenaran pada catatan kaki. Ketiga, analisis kisah nabi Ibrahim menggunakan teori struktural menghasilkan tokoh, penokohan, tema, latar, dan amanat teks Layang Anbiya yang ada di Kabupaten Lamongan.

Kata kunci : Layang Anbiya, Nabi Ibrahim, struktural, suntingan teks, Nabi Ibrahim PENDAHULUAN

Naskah merupakan salah satu warisan budaya leluhur bangsa yang diturunkan secara turun temurun sejak dulu sampai sekarang ini. Naskah mempunyai nilai yang sangat besar yang tersimpan di perpustakaan, museum, dan juga kolektor pribadi yang tersebar di dalam negeri ataupun di luar negeri.

Penyimpanan sebuah naskah tidak diperlakukan dengan sembarangan, sebab naskah merupakan kitab yang usianya sudah sangat tua, bahannya mudah lapuk, yang perlu untuk dilestarikan. Oleh karena itu, tempat penyimpanan naskah yang sesuai adalah sebuah instansi dengan mempunyai misi untuk melestarikan budaya peninggalan benda-benda kuno leluhur bangsa.

Sebuah naskah berisi tentang tradisi masyarakat yang menjadi pijakan dalam suatu kehidupan. Selain itu naskah merupakan bentuk penggambaran pengalaman kolektif suatu bangsa di masa lampau. Penulisan terhadap naskah penting untuk dilakukan, mengingat sebuah naskah memuat berbagai ilmu pengetahuan, terutama pesan dan nilai yang terkandung di dalamnya sebagai bekal membentuk karakter bangsa.

Naskah yang menjadi data penelitian filologi ini, dipandang sebagai hasil dari cipta rasa dan ide serta gagasan sebuah masyarakat. Selain itu naskah Layang Anbiya ini

(2)

juga berisi mengenai ilmu tasawuf, dikarenakan teks yang terdapat di dalamnya mengandung keutuhan pesan. Pengetahuan tentang ilmu tasawuf sangat diperlukan sebagai bekal pengetahuan manusia dalam mendapatkan tuntunan hidupnya. Naskah jenis ini kebanyakan mengenai kisah tokoh-tokoh yang memiliki peran penting dalam peradaban Islam.

Kajian terpenting dalam filologi, di samping menghasilkan suntingan teks yang baik, juga analisis terhadap isi teks dengan pertanggungjawaban ilmiah. Teks yang telah dianalisis dengan menggunakan pendekatan interdisipliner, nantinya dapat diambil manfaatnya secara optimal apabila diinformasikan secara luas.

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti mengkaji naskah yang berisi tentang kisah para nabi yang sarat akan nilai moral sebagai bentuk bekal hidup sikap manusia di dunia, yaitu naskah Layang Anbiya yang ada di Kabupaten Lamongan. Naskah Layang Anbiya yang penulis teliti ini berisi tentang kisah 25 Nabi yang diutus Allah untuk memberikan tuntunan hidup kepada umat manusia di dunia ini agar dapat selalu menjalankan perintah dan meninggalkan larangan Tuhan. Pada zamannya, naskah Layang Anbiya yang ada di kabupaten Lamongan ini digunakan oleh Kanjeng Sunan Drajat beserta sahabat-sahabatnya untuk menyebarkan agama Islam di daerah pesisir Lamongan dengan metode dakwah pembacaan dalam bentuk tembang macapatan. Naskah Layang Anbiya yang awalnya digunakan oleh Sunan Drajat dalam menyebarkan agama Islam di bumi Lamongan ini, lantas seiring berjalannya zaman, Layang Anbiya sering dibacakan oleh masyarakat sekitar pesisir Lamongan saat ada hajatan besar seperti khitanan, hamil, dan jagong bayi dalam tembang macapatan. Namun kini tradisi yang semacam itu telah lama ditinggalkan dikarenakan sudah tidak ada lagi generasi keturunan Sunan Drajat yang meneruskan tradisi masyarakat Lamongan tersebut. Hilangnya tradisi ini dikarenakan tidak ada lagi yang bisa melantunkan tembang macapat sebagaimana biasanya.

Kandungan isi yang terdapat dalam naskah Layang Anbiya yang ada di Kabupaten Lamongan ini mengungkapkan sejarah, fatwa-fatwa yang dikemas dalam pesan moral terbingkai pada cerita awal kejadian alam semesta yang dimulai dari Ruh Muhammad, Jan Ibnu Jan, Tapel Adam, Nabi Adam A.S, Babu Hawa, Nabi Sist, Qobil Habil, Nabi Idris A.S, Nabi Nuh A.S, Nabi Hud A.S, Nabi Sholeh A.S, Nabi Ibrahim A.S, Nabi Ismail A.S, Nabi Ishaq A.S, Nabi Luth A.S, Nabi Ya‟qub A.S, Nabi Yusuf A.S, Nabi Musa A.S, Nabi Daud A.S, Nabi Sulaiman A.S, Nabi Zakariya A.S, Nabi Yahya A.S, Nabi Ayub A.S, Nabi Yunus A.S, Iskandar Zulkarnain, Ashabul Kahfi, Nabi Isa A.S, Nabi Muhammad S.A.W, sampai tanda-tanda datangnya hari kiamat.

Naskah Layang Anbiya di Kabupaten Lamongan ini merupakan karya sastra yang bercorak tembang dan berfungsi sebagai media dakwah untuk menyalurkan ajaran Islam. Berangkat dari pemahaman tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji naskah ini. Bagi penulis teks Layang Anbiya ini justru dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan. Oleh karena itu, penulis berusaha membahas naskah ini secara filologis serta dengan mengaitkan teori sastra strukturalime di dalamnya.

(3)

Kabupaten Lamongan ini belum pernah digarap secara khusus dalam bidang filologis, sehingga belum dihasilkan suntingan teks yang baik yang bersih dari kesalahan salin atau tulis. Pada hakikatnya naskah ini cukup representatif dikaji dalam berbagai sudut pandang interdisipliner : ilmu sastra, linguistik, historigrafi, filsafat, tasawuf, dan lain-lain. Selain itu naskah Layang Anbiya di Kabupaten Lamongan ini relatif cukup tua, maka usaha pelestarian dan penyelamatannya perlu dilakukan. Diharapkan setelah naskah ini disunting, maka dapat memberi sumbangan pada ilmu lain, yakni dari ilmu sastra.

Penelitian ini hanya menganalisis kisah Nabi Ibrahim dalam teks Layang Anbiya dikarenakan kisah kisah ini dianggap kompleks dengan urutan proses hidup manusia dibandingkan dengan kisah nabi yang lain pada teks Layang Anbiya ini. Selain itu kisah Nabi Ibrahim juga dianggap kompleks dengan permasalahan kehidupan manusia yang dapat dicerminkan pada masyarakat secara umummenggunakan teori sastra struktural dari Robert Stanton berupa tokoh dan penokohan, tema, latar, dan amanat. Naskah Layang Anbiya di Kabupaten Lamongan ini juga memiliki karakter khas dari segi pemilihan gramatikalnya. Terdapat beberapa kata yang membedakan karakter bahasa pada masing-masing naskah. Penggunaan perbedaan karakter bahasa pada masing-masing naskah ini dapat menunjukkan rentang waktu penulisan atau penyalinan naskah satu dengan naskah yang lain. Selain itu penggunaan karakter gramatikal yang khas juga menunjukkan bahwa terdapat tujuan tertentu, sebagai contohnya penggunaan gramatikal nini digunakan untuk sebutan perempuan budak, dan gramatikal dewi digunakan untuk sebutan perempuan dari kalangan atas.

Berdasarkan hasil studi pustaka yang dilakukan, penelitian tentang Serat Anbiya pernah dilakukan oleh Jamila Wijayanti tahun 2007 dengan judul Struktur dan Makna Serat Layang Anbiya. Penelitian ini membahas tentang kisah nabi Adam. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan deskripsi struktur, makna, dan fungsi yang terdapat dalam Serat Layang Anbiya. Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif kualitatif. Data dalam penelitian ini berupa teks tembang macapat yang terdapat dalam naskah Serat Layang Anbiya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Serat Layang Anbiya menceritakan kisah Nabi Adam yang memiliki tema religius

Terdapat penelitian dengan studi kasus Penciptaan alam semesta oleh Mudho‟afah (2013) dengan judul Penciptaan Alam Semesta dalam Naskah Layang Anbiya. Penelitian tersebut lebih mengarah pada kisah penciptaan alam semesta dan tidak disertai dengan metode filologis.Dengan adanya beberapa penelitian yang berkaitan dengan kisah para Nabi dan asal usul alam semesta dalam naskah yang serupa, maka penelitian ini berusaha mengkaji naskah Layang Anbiya di Kabupaten Lamongan secara filologis dengan mengungkapkan bentuk struktural kisah Nabi Ibrahim yang ada di dalam naskah Layang Anbiya di Kabupaten Lamongan.

METODE

Metode penelitian disesuaikan dengan objek sasaran yang diteliti. Penelitian ini dilakukan dengan dua metode yaitu pertama, metode penelitian naskah mendeskripsikan langkah kerja penelitian filologi mulai dari penentuan sasaran penelitian, inventarisasi naskah, observasi pendahuluan, kegiatan transliterasi, serta

(4)

terjemahan. Kedua, metode suntingan naskah dilakukan untuk menghasilkan teks yang paling baik, representatif, dan bersih dari kesalahan sesuai dengan tujuan penelitian.

(1) Penentuan Sasaran Penelitian. Tahap pertama kerja seorang peneliti adalah menentukan sasaran penelitian. Tahap ini berhubungan dengan kemampuan penelitian terhadap pengenalan aksara, bahasa, maupun bentuk naskah. Dengan demikian, penentuan sasaran penelitian mengerucut pada naskah Jawa yang beraksara Pegon di Lamongan, Jawa Timur.

(2) Inventarisasi naskah. Peneliti mengkaji naskah yang ada di museum dan kolektor pribadi, karena naskah tersebut masih jarang dijadikan bahan objek penelitian maupun dibaca oleh orang lain selain individu yang memiliki atau menyimpan naskah tersebut. Terlebih naskah tersebut kondisinya telah korup, sehingga penting untuk segera diselamatkan. Akhirnya peneliti memutuskan untuk mengkaji naskah Layang Anbiya yang tersimpan di museum Sunan Drajat, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan dan naskah Layang Anbiya yang tersimpan di kediaman kolektor Haji Rahmad Dasy di Desa Kranji, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan. Peneliti mencari naskah yang serupa atau penelitian-penelitian lain yang sekiranya serupa melalui studi pustaka ke tempat asal naskah disimpan, museum, dan perpustakaan. Adapun studi pustaka sejauh ini dilakukan sebatas pada lingkup museum dan kediaman pemilik naskah di Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan. Berdasarkan pencarian serta informasi dari narasumber penjaga museum Sunan Drajat ditemukan hanya satu naskah serupa yang berada di kediaman warga sebagai naskah koleksi pribadi. Naskah dengan nama yang sama Layang Anbiya disimpan di rumah Haji Rahmad Dasy yang beralamatkan desa Kranji, kecamatan Paciran, kabupaten Lamongan. Dengan demikian, peneliti menggolongkan Layang Anbiya di kabupaten Lamongan sebagai naskah jamak.

(3) Observasi Pendahuluan. Pada tahap observasi ini dilakukan pembacaan naskah dengan menyusun deskripsi naskah secara kodikologis. Identifikasi naskah yang dilakukan oleh Hermansoemantri (1986: 2) yaitu mendeskripsikan judul naskah, nomor naskah, tempat penyimpanan naskah, asal naskah, keadaan naskah, ukuran naskah, tebal naskah, jumlah halaman, jumlah baris perhalaman, huruf, aksara, tulisan, cara penulisan, bahan naskah, bahasa naskah, bentuk teks, umur naskah, pengarang, asal-usul naskah, serta ikhtisar teks.

(4) Transliterasi. Transkripsi dan transliterasi dilakukan secara bersamaan dalam filologi. Hal itu perlu dilakukan untuk mengetahui isi cerita dalam naskah. Transkripsi adalah salinan huruf tanpa mengubah bahasa yang digunakan dalam naskah. Basuki, dkk (2004:54) menjelaskan perbedaan transkripsi dan transliterasi. Transkripsi adalah pengubahan teks dari satu ejaan ke ejaan yang lain. Sedangkan transliterasi adalah penggantian jenis tulisan huruf demi huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain.

(5) Terjemahan. Terjemahan merupakan proses pemindahan arti dari satu teks dengan meperhatikan pesan yang terkandung pada teks asli, dan diungkapkan kembali menggunakan bahasa yang berbeda (Suryani, 2012:87). Terjemahan bertujuan untuk memudahkan masyarakat memahami isi dari suatu naskah, sehingga masyarakat yang tidak memahami bahasa asli naskah dapat mengetahui isisnya. Penerjemahan dalam teks Layang Anbiya menggunakan

(5)

model terjemahan setengah bebas yang tidak terikat oleh struktur kata namun tetap tidak mengurangi atau menambahi makna yang terkandung di dalam teks. HASIL DAN PEMBAHASAN

Suntingan Teks

Metode Suntingan Naskah. Berdasarkan studi lapangan dan katalog, ditemukan naskah yang sama atau serupa dengan naskah Layang Anbiya yang tersimpan di kediaman kolektor Haji Rahmad Dasy yang beralamatkan di desa Kranji, kecamatan Paciran, kabupaten Lamongan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa naskah Layang Anbiya merupakan naskah jamak. Dalam penelitian ini digunakan metode gabungan. Metode gabungan yaitu membetulkan kesalahan kesalahan kecil dan ketidakajegan dengan menggabungkan beberapa naskah sebagai saksi bacaan yang betul (Baried dkk, 1994: 67). Dilakukannya metode gabungan ini untuk memberi kebermanfaatan lebih bagi pembaca atas naskah tersebut. Selain itu peneliti menggunakan metode gabungan dikarenakan naskah Layang Anbiya yang ada di Kabupaten ini memiliki kekurangan dan kelebihan dengan bobot yang sama sehingga dibutuhkan kesaksian dengan porsi yang sama dalam tahap penyuntingan teks.

Peneliti menggunakan metode gabungan dalam menyunting teks LA. Metode ini dijadikan satu-satunya jalan untuk menyelamatkan teks dari berbagai kontaminasi dan kesalahan penulis. Selain itu, berupaya untuk mengelakkan adanya variasi yang mungkin bisa didiskusikan oleh peneliti selanjutnya. Menyunting teks adalah mengeluarkan sebuah teks yang representative dari berbagai naskah yang mempunyai judul ynag sama, atau berlainan judul tetapi mengandung teks yang sama (Piah, 1989:143). Dengan memanfaatkan aparat kritik, pembaca dibantu mengatasi kesulitan tekstual atau yang berhubungan dengan penafsiran. Penyalinan sebuah teks bisa saja terjadi kesalahan penulisan, baik itu sengaja maupun tidak sengaja. Oleh karena itu untuk mendapatkan teks yang mendekati aslinya, seorang filolog perlu melakukan kegiatan kritik teks. Kritik teks merupakan suatu kegiatan perbaikan teks maupun pembersihan teks dari kesalahan.

Kritik teks adalah suatu langkah penelitian naskah untuk memberikan penilaian atau evaluasi terhadap teks, dengan cara meneliti, membandingkan teks yang satu dengan teks lainnya, serta menentukan teks manakah yang paling baik untuk dijadikan bahan suntingan (Basuki, dkk, 2004 : 39). Kritik teks bukanlah untuk mendapatkan teks yang asli, namun pada tahap penyalinan teks sehingga hanya pada batas ketidakajegan teks yang perlu ditunjukkan kesalahannya.Kritik teks naskah LA akan menerbitkan naskah dengan memperbaiki kesalahan – kesalahan kecil dan ketidakajegan, sedangkan ejaannya disesuaikan dengan ketentuan dalam kamus. Kesalahan tulis yang terdapat pada naskah LA adalah lakuna, adisi, subtitusi, dan transposisi. Kesalahan tersebut diperbaiki dengan menggunakan beberapa kamu, yaitu (1) Kamus Bausastra Jawa – Indonesia Jilid I oleh S.Prawiroatmojo, (2) Kamus Bausastra Jawa – Indonesia Jilid II oleh S.Prawiroatmojo Djamaris (2002 : 34-35) kesalahan-kesalahan yang biasanya ditemukan dalam naskah adalah sebagai berikut: (1) Lakuna adalah kesalahan salin atau tulis yang berupa pengurangan huruf atau bunyi, suku kata, frasa, klausa, kalimat, dan paragraf. Terdapat 27 kesalahan pada naskah A dan 15 kesalahan pada naskah B. (2) Adisi adalah kesalahan salin atau tulis yang berupa penambahan huruf atau bunyi, suku kata, kata, frasa, klausa, kalimat, dan paragraf. Terdapat 8 kesalahan pada naskah

(6)

A dan 10 kesalahan pada naskah B. (3) Ditografi adalah kesalahan salin atau tulis yang berupa perangkapan huruf atau bunyi, suku kata, kata, frasa, klausa, kalimat, dan paragraf. Terdapat 9 kesalahan pada naskah A dan 5 kesalahan pada naskah B. (4) Subtitusi adalah kesalahan salin atau tulis yang berupa penggantian huruf atau bunyi, suku kata, kata, frasa, klausa, kalimat, dan paragraf. Terdapat 48 kesalahan pada naskah A dan 16 kesalahan pada naskah B. (5) Transposisi adalah kesalahan salin atau tulis yang berupa pemindahan huruf atau bunyi, suku kata, kata, frasa, klausa, kalimat, dan paragraf. Terdapat 1 kesalahan pada naskah A dan 1 kesalahan pada naskah B. Analisis Struktural

Analisis struktural merupakan proses pembahasan unsur pada struktur karya sastra dengan melihat hubungan antar unsur tersebut. Teori sastra yang digunakan dalam analisis struktural ini adalah teori struktural Robert Stanton yang membagi unsur intrinsik karya sastra menjadi dua bagian, yaitu fakta cerita (alur, tokoh, latar, dan tema) dan sarana cerita (judul, sudut pandang, gaya bahasa dan nada, simbolisme, dan ironi) (Stanton, 2012:22). Penelitian ini membahas mengenai tokoh, penokohan, tema, latar, dan amanat.

Tidak semua teks dalam naskah Layang Anbiya dianalisis menggunakan teori struktural. Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu sehingga dipilih satu bagian teks dengan kisah Nabi Ibrahim. Alasan pemilihan kisah Nabi Ibrahim karena kisah ini dianggap kompleks dengan urutan proses hidup manusia dibandingkan dengan kisah nabi yang lain pada teks Layang Anbiya ini. Selain itu kisah Nabi Ibrahim juga dianggap kompleks dengan permasalahan kehidupan manusia yang dapat dicerminkan pada masyarakat secara umum.

Tokoh merupakan individu-individu yang yang muncul dalam cerita (Stanton, 2012:33). Sebuah karya sastra tanpa adanya tokoh tidak akan dapat tersampaikan bagian cerita tersebut kepada pembaca. Penokohan merupakan sifat yang dimiliki tokoh dalam cerita ( Stanton, 2012 : 33). Sifat tokoh dapat diungkapkan melalui perilaku, perkataannya maupunn melalui penjelasan pengarang akan dijelaskan dalam teks. Berikut adalah penokohan dalam cerita Nabi Ibrahim A.S :

(1) Raja Namrud adalah raja yang memimpin negara Babul. Raja Namrud adalah orang kafir dan menyembah berhala. Raja Namrud adalah raja yang ingin ditaati, yang gagah perkasa. Memiliki kekuasaan dan memliki sifat sombong. Selain itu Raja Namrud juga mudah marah jika ada orang yang tidak mau taat dengan kehendaknya.

(2) Ki Patih Amad adalah Patih yang selalu mendampingi Raja Namrud. Patih yang setia terhadap Namrud. Diceritakan Ki Patih Amad adalah patih yang selalu duduk di sebelah kanan Raja Namrud. Patih Amad adalah orang kepercayaan Raja Namrud. Patih Amad adalah Patih yang sangat taat kepada Raja Namrud, segala perintah rajanya selalu ia kerjakan.

(3) Ki Patih Najar adalah patih dari Raja Namrud yang juga setia kepada rajanya. Diceritakan dalam kisah ini, Patih Najar adalah patih yang selalu berani, yang duduknya berada di sisi sebelah kiri Raja Namrud pada saat diadakan perkumpulan. Namun pada sebuah malam saat tiga hari Raja Namrud melarang rakyatnya untuk bersenggama, Ki Patih Najar melanggar itu, ia bersenggama dengan istrinya. Ki Patih Najar sangat takut nantinya perbuatannya diketahui oleh

(7)

Raja Namrud. Tidak lama kemudian istrinya Patih Najar hamil dan melahirkan seorang bayi yang dinamai Ibrahim.

(4) Istri Ki Patih Najar. Pada kisah Nabi Ibrahim dalam naskah LA, istri dari Ki Patih Najar tidak disebutkan namanya. Namun tokoh ini sangat memiliki peran penting sebagai seorang ibu yang akan melahirkan orang besar. Istri Ki Patih Najar adalah ibu dari Nabi Ibrahim. Di saat malam larangan Raja Namrud kepada orang di negara Babul untuk bersenggama, istri Ki Patih Najar sedang kasmaran kepada suaminya, hingga istri Ki Patih Najar hamil, dan menyembunyikan kelahiran anaknya dan pergi ke hutan. Ia pun melahirkan di dalam hutan dan meninggalkan anaknya sendirian di dalam hutan. Istri Ki Patih Najar mengaku bahwa ia telah keguguran dan membuang anaknya ke hutan, serta telah di makan oleh harimau hutan.

(5) Ibrahim adalah anak dari Ki Patih Najar dan istrinya. Kelahiran Ibrahim inilah yang membuat Raja Namrud ketakutan atas ahli nujumnya yang mengatakan bahwa akan lahir bayi laki – laki yang nantinya menjadi musuh Raja Namrud dan akan merusak tatananan leluhur yang telah lama menyembah berhala. Sejak bayi Ibrahim hidup di dalam gua. Ia dilahirkan oleh ibunya di gua di dalam hutan. Setelah melahirkan Ibrahim, ibunya meninggalkannya. Akhirnya Ibrahim dirawat oleh malaikat hingga remaja. Nabi Ibrahim adalah nabi yang Allah turunkan di tengah – tengah orang kafir di negara Babul, yang saat itu di pimpin oleh raja kafir yang bernama Raja Namrud. Ibrahim memiliki sifat pemberani, tidak takut akan segala ancaman Raja Namrud. Nabi Ibrahim taat kepada Tuhannya. Dia memiliki hati yang sangat sabar saat harus menyerukan agama suci ke beberapa negara yang ia kunjungi. Selain itu, Nabi Ibrahim juga memiliki keikhlasan yang luar biasa, saat putra semata wayangnya harus dikurbankan untuk disembelih atas perintah Tuhannya.

(6) Dewi Sara adalah istri dari Nabi Ibrahim yang berasal dari negara Syam (dalam teks disebut sebagai negara Ngesam). Dewi Sara adalah istri pertama Nabi Ibrahim. Pernikahan mereka awalnya tidak disetujui oleh oleh ayahnya yang merupakan Raja di negara Syam. Namun karena ancaman Dewi Sara yang akan bunuh diri jika pernikahannya tidak disetujui, Ayahnya akhirnya mengiyakan permintaan Dewi Sara untuk ikut agama Ibrahim, begitu pula dengan ayahnya. Akhirnya semua orang di negara Syam masuk agama suci. Dewi Sara adalah orang yang setia, sabar, dan memikirkan perasaan suaminya. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa Dewi Sara hanyalah perempuan biasa yang juga memiliki rasa cemburu terhadap madunya, Putri Anzar yang telah mendapatkan anak dari nabi Ibrahim, yakni nabi Ismail

(7) Nini Anzar adalah budak yang dibeli oleh Dewi Sara sebagai hadiah untuk Nabi Ibrahim yang telah lama tidak pulang demi menyebar agama suci. Dewi Sara nantinya menyuruh Nabi Ibrahim untuk menikah dengan Nini Anzar. Setelah menikah dengan Ibrahim, Putri Anzar pun hamil. Kehamilan Putri Anzar membuat Dewi Sara cemburu. Dewi Sara pun meminta agar nabi Ibrahim membawa Putri Anzar pergi dari rumah selepas ia melahirkan. Akhirnya Nini Anzar pun dibawa oleh Nabi Ibrahim ke Mekkah, tanah tandus yang tidak memiliki sumber air. Putri Anzar dan bayi Ismail pun ditinggal oleh Ibrahim. Putri adalah gambaran seorang hamba yang taat pada Tuhannya, istri yang selalu taat pada suami, dan ibu yang menyayangi anaknya hingga mau berkorban untuk anaknya dengan berlari-lari hanya untuk mencarikan anaknya minum.

(8)

(8) Ismail adalah anak dari Nini Anzar dan Nabi Ibrahim. Sejak bayi Ismail tinggal di Mekkah, di sebuah tempat yang tandus, dan akhirnya mendapatkan mukjizat berupa air zam – zam dari hasil hentakan kaki Ismail, saat dirinya kehausan, sumber air di Mekkah. Ketika Ismail sudah menginjak remaja, Allah Ta‟ala memerintah Ibrahim untuk menyembelih Ismail. Berkat keikhalasan mereka berdua, Ismail pun diganti dengan seekor domba. Ismail adalah gambaran hamba yang taat pada perintah Tuhannya, dan anak yang taat pada perintah orang tuanya. Tema merupakan aspek cerita yang sejajar dengan „makna‟ dalam pengalaman manusia ( Stanton, 2012 : 36). Tema adalah makna yang terkandung dalam cerita. Untuk dapat menentukan tema sebuah karya sastra yakni dengan menarik benang merah dari isi cerita.

Tema kisah Nabi Ibrahim pada naskah Layang Anbiya adalah seruan terhadap orang – orang kafir yang masih mengikuti kepercayaan leluhurnya untuk menyembah berhala. Oleh sebab itu lahirnya Nabi Ibrahim untuk meluruskan akidah dan keimanan orang – orang di tanah Babul yang dipimpin oleh seorang Raja bernama Raja Namrud. Ibrahim juga akan mengajak orang – orang di sekitar tanah Babul untuk memeluk agama yang suci dan menyembah Allah Ta‟ala.

Latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita, semesta yang berinteraksi dengan peristiwa- peristiwa yang sedang berlangsung (Stanton, 2012:35). Latar dalam cerita terbagi atas tiga bagian yaitu latar tempat, latar suasana, dan waktu. Latar tempat menyangkut deskripsi tempat suatu peristiwa cerita terjadi (Stanton, 2012:35). cerita Nabi Ibrahim A.S berlatar tempat di Negara Babul, Negara Ngesam, Baitul Muqadas, Mekkah, Desa Rajham, Negara Raidhol, Negara Kelab, Negara Jabara. Latar suasana menyangkut deskripsi suasana dalam karya sastra (Stanton, 2012 : 35). Latar suasana terdapat di beberapa bagian, yaitu : (1) Suasana senang digambarkan pada saat nabi Ibrahim dipilih oleh Putri Dewi Sara sebagai calon suaminya. Pada kutipan tertulis bahwa nabi Ibrahim dengan tegas memperkenalkan dirinya pada sang raja, ayah dari Putri Dewi Sara. (2) Suasana sedih digambarkan pada saat nabi Ibrahim mendapatkan perintah dari Allah Ta‟ala untuk mengurbankan anak semata wayangnya, nabi Ismail untuk ia sembelih sendiri. Hal itu merupakan keputusan yang berat bagi nabi Ibrahim. Namun karena rasa baktinya pada Allah, nabi Ibrahim tetap mentaati perintah Tuhannya. (3) Suasana menegangkan digambarkan saat nabi Ibrahim dihakimi oleh raja Namrud beserta semua bala tentaranya. Bahkan, ayahnya, Patih Najar juga ikut andil menghukum Nabi Ibrahim yang telah menghancurkan seluruh berhala orang Babul. Disiapkan seluruh perlengkapan yang dibutuhkan, mulai dari kayu hingga minyak untuk membakar. (4) Suasana romantis digambarkan pada saat Putri Dewi Sara menjatuhkan pilihan hatinya pada seorang yang laki-laki yang baru saja ditemuinya itu. Laki-laki yang berasal dari negara Babul. Putri Dewi Sara jatuh cinta pada pandangan pertama kepada nabi Ibrahim. Untuk menandai bahwa Putri Dewi Sara jatuh hati pada Nabi Ibrahim, Putri Dewi Sara melemparkan sapu tangannya dipundaknya Nabi Ibrahim. Hal itu dilakukannnya, agar Nabi Ibrahim mengembalikan sapu tangan itu dihadapan Putri Dewi Sara. Latar waktu mengacu pada saat terjadi peristiwa, dalam plot, secara historis (Stanton, 2012 : 35). Tengah malam. Pada malam hari, saat para nujum sudah meramal bahwa akan lahir bayi laki-laki yang akan menghnacurkan raja Namrud,

(9)

Patih Najar berjaga di istana. Saat itulah, istrinya datang dengan menanggung asmara pada suaminya. Disaat itulah turun cahaya nurbuat pada istrinya Patih Najar. Siang hari. Di siang hari, setelah Patih Najar bersenggama, istrinya pulang agar tidak ketahuan oleh Raja Namrud. Padahal saat itu telah ada janin dalam diri istri Patih Najar, yang nantinya lahir nabi Ibrahim.

Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca. Untuk dapat mengetahui amanat dalam sebuah cerita yakni dengan melihat sebuah peristiwa yang telah terjadi. Amanat yang terdapat pada cerita Nabi Ibrahim A.S dalam naskah Layang Anbiya adalah: Manusia akan tersesat tanpa petunjuk Allah Ta‟ala, Allah akan memberikan petunjuk atau jalan bagi hamba-Nya yang mau meminta kepada-Nya; Mintalah pertolongan hanya kepada Allah Ta‟ala; Selalu ikhlas dalam menjalankan perintah dari Allah Ta‟ala.

SIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap naskah Layang Anbiya di Kabupaten Lamongan, maka simpulan yang dihasilkan adalah sebagai berikut : (1) Suntingan teks LA sudah representatif dan bersih dari kesalahan. Adanya kritik teks Layang Anbiya menghasilkan beberapa kesalahan salin atau tulis diantaranya ; lakuna (pengurangan huruf, kata, dan suku kata) dengan 27 kesalahan pada naskah A dan 15 kesalahan pada naskah B ; adisi (penambahan huruf, kata, dan suku kata) dengan 8 kesalahan pada naskah A dan 10 kesalahan pada naskah B ; substitusi ( pergantian huruf, kata, dan suku kata) dengan 48 kesalahan pada naskah A dan 16 kesalahan pada naskah B ; transposisi ( pemindahan huruf, kata, dan suku kata) dengan 1 kesalahan pada naskah A dan 1 kesalahan pada naskah B ; ditografi ( pengulangan huruf, kata, dan suku kata) dengan 9 kesalahan pada naskah A dan 5 kesalahan pada naskah B. Selain itu terdapat 910 data perbadingan teks naskah A dan naskah B. (2) Analisis struktur menghasilkan lima unsur yaitu tokoh dan penokohan, tema, latar, dan amanat. Di dalam teks LA, kisah Ibrahim terdapat 8 tokoh yaitu Raja Namrud (yang memiliki sifat sombong, seorang raja yang selalu disegani oleh raja yang lain, raja yang gagah dan perkasa), Ki Patih Amad (yang memiliki sifat taat pada tuannya), Ki Patih Najar (yang memiliki sifat taat pada tuannya, setia pada kepercayaannya), Istri Ki Patih Najar (yang memiliki sifat setia pada agamanya, takut pada rajanya), Ibrahim (yang memiliki sifat taat pada Tuhannya, berani memberantas kejahiliyahan kaum Namrud, memiliki hati belas kasihan).

DAFTAR PUSTAKA

Ansari, Ismail. 2011. “Metodologi Pandidikan Al-Ibrah Dalam Al-Qur‟an: Kajian Historis Pedagogis Terhadap Kisah Nabi Ibrahim Dalam Surah Maryam Ayat 42-48” DIALOG: Jurnal Ilmiyah., No.1.

Baried, Barorroh dkk. 1985. Pengantar Teori Filologi. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Basuki, Anhari. 2004. Pengantar Filologi. Semarang: Fasindo Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Diponegoro.

(10)

Amsterdam: Menno Hertzberger & Co.

Dasuki, Sholeh. 1992. Suplemen Perkuliahan Metode Penelitian Filologi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Djamaris, Edwar. 2002. Metode Penelitian Filologi. Jakarta: Manasco. Hartoko, Dick dan B.Rahmanto. 1984. Pemandu di Dunia Sastra. Yogyakarya: Kanisius. Hermansoemantri, Emuch. 1986. Identifikasi Naskah.Bandung: Universitas

Padjajaran.

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul, “ Upaya

Dari sejarah Trowulan sendiri dengan jelas dapat diketahui adanya dua hal pokok, yaitu: Bahwa penduduk daerah Trowulan adalah penduduk penda- tang baru dalam pengertian

dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Pengembangan Video Pembelajaran Menggunakan Sparkol Videoscribe pada Mata Pelajaran Pemrograman

KURIKULUM SEMESTER GENAP PROGRAM STUDI MANAJEMEN MUSIK INDUSTRI. etika

Mendapat sekurang-kurangnya Tahap 4 (Band 4) dalam Malaysian University English Test

Segala puji bagi Allah SWT atas rahmat, petunjuk dan kemudahan yang telah diberikan dalam penyusun skripsi yang berjudul “ Pengetahuan, Sikap, dan Awareness Mahasiswa

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 20121.

Hasil pengamatan daya tumbuh kembali (recovery ability) pada Tabel 7 menunjukkan bahwa varietas Salumpikit menampilkan daya tumbuh kembali yang putatif toleran