• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI KELOMPOK PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 JATIBARU KECAMATAN TANJUNG BINTANG LAMPUNG SELATAN TAHUN AJARAN 2013/2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI KELOMPOK PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 JATIBARU KECAMATAN TANJUNG BINTANG LAMPUNG SELATAN TAHUN AJARAN 2013/2014"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI KELOMPOK PADA SISWA

KELAS IV SD NEGERI 3 JATIBARU KECAMATAN TANJUNG BINTANG LAMPUNG SELATAN

TAHUN AJARAN 2013/2014

Oleh Eka Firayogi

Penelitian ini dilatar belakangi rendahnya aktivitas dan hasil belajar PKn siswa kelas IV SD Negeri 3 Jatibaru Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan. Tujuan penelitian untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar PKn siswa kelas IV SD Negeri 3 Jatibaru

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dua siklus, tiap siklus terdiri dari tahapan-tahapan yang terdiri atas 1) perencanaan, 2) pelaksanaan, 3) observasi dan 4) refleksi. Analisis data yang digunakan adalah kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari lembar observasi aktivitas siswa dan guru dalam proses belajar mengajar dan untuk data kuantitatif melalui hasil tes formatif.

Observasi aktivitas belajar siswa siklus I dengan nilai 57,13% kategori cukup, pada siklus II 76,78% dengan kategori baik, meningkat sebesar 19,65%. Hasil belajar siswa siklus I dengan nilai rata-rata 66,87, siklus II menjadi 79,72 dengan peningkatan 12,85. Hasil kerja kelompok pada siklus I dengan nilai tertinggi 85, siklus II menjadi 95, dengan peningkatan 10 serta pencapaian KKM yang semula siklus I hanya 68,95%, dan silkus II menjadi 95,83%.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran PKN dengan menggunakan metode diskusi kelompok sangat efektif meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Peneliti dilahirkan di Palembang pada tanggal 14 Februari 1976, sebagai anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak Sugapar dan Ibu Sukartini (Alm).

Pendidikan formal peneliti diawali dari Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 1 Ketapang, di Lampung Utara Tahun 1978/1988, kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP negeri Tegineneng, Lampung Selatan tahun 1990/1991, dan Lulus SMA Wijaya di Bandar Lampung pada tahun 1993/1994 kemudian peneliti melanjutkan ke Fakultas Akademi Keuangan dan Perbankan Diploma III di Yogyakarta Lulus Tahun 1997.

(7)

MOTO

. . . Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya

(QS Al Baqarah: 286, Al An'am: 152)

. . . Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sampai mereka berusaha mengubahnya sendiri

(QS Al Anfaal: 53, Ar Ra'd: 11)

(8)

PERSEMBAHAN

Seiring rasa syukur kepada Allah Yang Maha Esa. Hanya berkat rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, penelitian ini dapat terlaksana dan ini dapat diselesaikan.

Laporan Penelitian Tindakan Kelas ini saya persembahkan kepada :

1. Bapak dan Ibu tercinta terima kasih telah memberikan kasih sayang yang tulus dan telah memberikan dukungan baik moril maupun materiel

2. Keluarga, suami tercinta, Mulyadi yang telah ikut memberikan dukungan semangat dan motifasi.

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Hasil Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar ... 8

B. Aktivitas Belajar ... 10

C. Hasil Belajar ... 11

D. Pembelajaran PKn di Sekolah Dasar ... 13

E. Metode Diskusi Kelompok ... 15

1. Metode Belajar ... 15

2. Metode Diskusi ... 15

3. Metode Dikusi Kelompok ... 16

4. Langkah-langkah Pelaksanaan Diskusi Kelompok ... 17

5. Bentuk-bentuk Diskusi Kelompok ... 18

(10)

8. Keuntungan Diskusi Kelompok Kecil (Buzz Group

Discussion) ... 24

9. Kekurangan Diskusi Kelompok ... 20

10.Langkah-langkah Diskusi Kelompok Kecil (Buzz Group Discussion) ... 24

F. Hipotesis ... 26

BAB III METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian ... 27

1. Tempat Penelitian ... 27

2. Waktu Penelitian ... 27

B. Subjek Penelitian C. Metode dan Prosedur Penelitian ... 27

D. Tehnik Pengumpulan Data ... 31

E. Alat Pengumpulan Data ... 31

F. Analisa Data ... 32

G. Indikator Keberhasilan... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 35

1. Siklus I ... 35

a. Pertemuan Pertama ... 36

b. Pertemuan Kedua ... 43

2. Siklus II ... 50

a. Pertemuan Pertama ... 51

b. Pertemuan Kedua ... 56

B. Pembahasan ... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 66

B. Saran ... 67

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Perolehan Nilai Semester I Kelas IV TP. 2013/2014 ... 4

3.1 Penilaian Aktivitas Belajar Siswa ... 32

3.2 Penilaian Kinerja Guru ... 33

3.3 Kriteria Ketuntasan Siswa dalam Presentase ... 34

4.1 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pertemuan Pertama Siklus I ... 38

4.2 Hasil Observasi Aktivitas Guru Pertemuan Pertama Siklus I ... 40

4.3 Hasil Belajar Siswa Pertemuan Pertama Siklus I ... 41

4.4 Hasil Kerja Kelompok Pertemuan Pertama Siklus I... 42

4.5 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pertemuan Kedua Siklus I ... 45

4.6 Hasil Observasi Aktivitas Guru Pertemuan Kedua Siklus I ... 47

4.7 Hasil Belajar Siswa Pertemuan Kedua Siklus I ... 48

4.8 Hasil Kerja Kelompok Pertemuan Kedua Siklus I ... 49

4.9 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pertemuan Pertama Siklus II ... 52

4.10 Hasil Observasi Aktivitas Guru Pertemuan Pertama Siklus II ... 53

4.11 Hasil Belajar Siswa Pertemuan Pertama Siklus II ... 55

4.12 Hasil Belajar Kelompok Pertemuan Pertama Siklus II ... 56

(12)

4.14 Hasil Observasi Aktivitas Guru Pertemuan Kedua Siklus II ... 59

4.15 Hasil Belajar Siswa Pertemuan Kedua Siklus II... 61

4.16 Hasil Belajar Kelompok Pertemuan Kedua Siklus II ... 62

4.17 Rekapitulasi Nilai Aktivitas Belajar Siklus I dan II ... 63

4.18 Rekapitulasi HasiL Observasi Aktivitas Guru Siklus I dan II ... 64

(13)

DAFTAR GAMBAR

(14)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem pendidikan di Indonesia pada era globalisasi ini ternyata telah mengalami banyak perubahan. Perubahan-perubahan itu terjadi karena telah dilakukan berbagai macam pembaharuan dalam dunia pendidikan diantaranya adanya perubahan kurikulum pendidikan mulai dari cara belajar siswa aktif sampai dengan kurikulum berbasis kompetensi. Akibat perubahan-perubahan itu dunia pendidikan di Indonesia semakin mengalami banyak kemajuan dibidang kegiatan pembelajaran yang tidak hanya terpusat kepada guru salah satu contohnya yaitu kurikulum berbasis kompetensi dimana tenaga pendidik memiliki kemampuan sesuai dengan jalur pendidikan yang dijalaninya.

(15)

2

apabila produk pendidikan atau lulusannya dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat, bangsa dan negara.

Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses interaksi atau hubungan timbal batik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran. Guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar mengajar merupakan pemegang peran yang sangat penting. Guru bukan hanya sekedar penyampai materi saja, tetapi harus dapat menjadi pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar. Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar mengajar, gurulah yang mengarahkan bagaimana proses pembelajaran itu dilaksanakan. Guru harus dapat menciptakan suasana belajar yang afektif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan lebih mudah dimengerti oleh siswa.

Guru secara langsung dapat mempengaruhi, membina, dan meningkatkan kecerdasan serta keterampilan siswa. Untuk mengatasi permasalahan di atas dan guna mencapai tujuan pendidikan secara maksimal peran guru sangatlah penting dan diharapkan guru memiliki model-model pembelajaran yang baik dan tepat serta sesuai dengan konsep-konsep mata pelajaran yang akan disampaikan. Untuk itu diperlukan suatu upaya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran, salah satunya adalah dengan memilih strategi atau cara dalam menyampaikan materi pelajaran agar diperoleh peningkatan hasil belajar siswa.

(16)

3

memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara yang baik, yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Berdasarkan tujuan tersebut maka diperlukan upaya oleh guru untuk mewujudkan pembelajaran PPKn secara maksimal dengan membimbing siswa untuk bersama-sama terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan membantu siswa berkembang sesuai dengan taraf intelektualnya sehingga dapat menguatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang akan diajarkan.

Suprayekti (2004:7) mengemukakan bahwa hasil belajar siswa sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya keterampilan guru dalam mengajar, mengelola tahapan pembelajaran, pemanfaatan metode, penggunaan media dan mengalokasikan tindakan mengajar demi terciptanya tujuan pembelajaran. Peran guru dalam pendidikan menjadi kunci keberhasilan dalam misi pendidikan dan pembelajaran di sekolah.

(17)

4

Berdasarkan pengalaman penulis di lapangan terhadap pembelajaran PKn pada semester genap tahun pelajaran 2012-2013 khususnya di kelas IV SDN 3 Jatibaru Kecamatan Tanjung Bintang diperoleh gambaran bahwa selama ini guru banyak menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi dan hanya mengerjakan tugas-tugas yang ada pada buku pegangan siswa, tanpa menggunakan metode pembelajaran lain yang dapat membantu siswa dalam menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan mata pelajaran tersebut. Guru juga kurang memberikan kesempatan pada siswa untuk lebih aktif dan berusaha menemukan sendiri jawaban atas permasalahan yang terdapat dalam pelajaran, sehingga nilai rata-rata mata pelajaran PKn sangat rendah yang hanya mencapai nilai rata-rata 55,55 masih kurang dari nilai KKM sebesar 62,00 hanya terdapat 17 dari 36 siswa atau baru mencapai 47,22% dari target sebesar 85% yang telah ditetapkan. Adapun data hasil ulangan semester I tahun pelajaran 2013/2014 dari 36 siswa adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1 Perolehan Nilai Semester I Kelas IV TP. 2013/2014

No Nilai Banyak Siswa Jumlah

1 1 - -

2 2 - -

3 3 - -

4 4 5 20

5 5 13 65

6 6 12 72

7 7 5 35

8 8 1 8

9 9 - -

10 10 - -

Total Jumlah Nilai 200

(18)

5

Metode pembelajaran diskusi kelompok berfungsi sebagai sarana dalam proses pembelajaran agar peserta didik dapat meningkatkan partisipasi dan aktivitas untuk mencapai sendiri materi (informasi) pelajaran dari buku pelajaran atau dapat mencari informasi lain yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, penulis ingin mengembangkan penggunaan metode diskusi kelompok pada mata pelajaran PKn di kelas IV SDN 3 Jatibaru Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan.

B. Indentifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan permasalahan yang muncul sebagai berikut:

1. Guru banyak menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi dan hanya mengerjakan tugas-tugas yang ada pada buku pegangan siswa

2. Kurangnya aktivitas siswa dalam mencari jawaban atas permasalahan yang terdapat dalam pelajaran PKn.

(19)

6

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah yang muncul sebagai berikut:

1. Bagaimanakah meningkatkan aktivitas belajar siswa dengan metode diskusi kelompok mata pelajaran PKn pada siswa Kelas IV SDN 3 Jatibaru kecamatan Tanjung Bintang Lampung Selatan tahun pelajaran 2013-2014?.

2. Bagaimanakah meningkatkan hasil belajar siswa dengan metode diskusi kelompok mata pelajaran PKn pada siswa Kelas IV SDN 3 Jatibaru kecamatan Tanjung Bintang Lampung Selatan tahun pelajaran 2013-2014?

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Meningkatkan aktivitas belajar PKn pada siswa kelas IV SDN3 Jatibaru Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan.

2. Meningkatkan hasil belajar PKn pada siswa kelas IV SDN 3 Jatibaru Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan.

E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Siswa

(20)

7

2. Bagi Guru

Dapat menambah wawasan dan pengalaman yang baru dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar yang lebih baik lagi, serta dapat lebih profesional dan memahami akan manfaat digunakannya metode pembelajaran yang bervariasi sehingga diharapkan menjadi guru yang lebih kreatif dalam melakukan proses pembelajaran dan lebih jauh lagi diharapkan metode ini dapat diterapkan pada mata pelajaran yang lain. 3 . Bagi Sekolah

(21)

II. KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar

Belajar merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan kehidupan manusia. Kegiatan belajar merupakan dasar dari setiap siswa untuk memahami suatu mata pelajaran di sekolah dan suatu aktivitas yang di dalamnya terdapat sebuah proses dari tidak tahu menjadi tahu, tidak mengerti menjadi mengerti, tidak bisa menjadi bisa untuk mencapai hasil yang optimal.

Menurut Rahadi (2004: 7) belajar merupakan usaha yang dilakukan seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya untuk mengubah perilaku. Sejalan dengan pendapat tersebut menurut Winkel (2004: 36) belajar merupakan suatu proses psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif subjek dengan lingkungan dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman ketrampilan nilai sikap yang bersifat konstan atau menetap.

(22)

9

menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajarkan kepada siswa untuk menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar.

Guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut (Nur, 2002: 8).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa belajar itu adalah usaha yang dilakukan seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman ketrampilan nilai sikap yang bersifat konstan atau menetap.

B. Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan belajar mengajar siswa karena pada prinsipnya belajar adalah berbuat, “learning by doing” (Sardiman, 2001: 92). Setiap orang yang belajar harus aktif, tanpa adanya aktivitas maka proses belajar tidak mungkin terjadi. Aktivitas merupakan bagian yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Sardiman (2001: 93) mengemukakan bahwa: pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku. Jadi tidak ada kegiatan belajar kalau tidak ada aktivitas.

(23)

10

siswa baik kegiatan jasmani maupun kegiatan rohani yang mendukung keberhasilan belajar. Semakin banyak aktivitas yang dilakukan oleh siswa, diharapkan siswa akan semakin memahami dan menguasai pelajaran yang disampaikan guru. Aktivitas siswa tidak hanya cukup mendengarkan dan mencatat seperti lazimnya terdapat di sekolah-sekolah pada umumnya.

Dalam proses pembelajaran, guru perlu membangkitkan aktivitas siswa dalam berfikir maupun berbuat. Slameto (2004:36) menyatakan bahwa penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa sendiri, kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi dipikirkan, diolah kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda seperti: mengajukan pertanyaan, menyatakan pendapat, dan membuat kesimpulan bersama guru.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka penulis menyimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah segala bentuk kegiatan belajar siswa baik kegiatan jasmani maupun rohani yang mendukung keberhasilan belajar yang baik sehingga menghasilkan suatu perubahan yang positif sebagai hasil belajar yang dicapai.

(24)

11

kemampuan berfikir kritis, dan suasana pembelajaran di kelas menjadi hidup dan dinamis.

Siswa dikatakan aktif belajar jika dalam belajarnya mengerjakan sesuatu yang sesuai dengan tujuan belajarnya, memberikan tanggapan terhadap suatu peristiwa dan mengalami atau turut merasakan sesuatu dalam proses belajarnya. Untuk itu aktivitas siswa dalam pembelajaran perlu diperhatikan.

Beberapa aktivitas siswa yang tidak sesuai dengan kegiatan pembelajaran dimana siswa tidak terlibat dalam kegiatan yang berkaitan dengan pembelajaran seperti: 1) berbicara yang tidak berhubungan dengan pembelajaran, 2) tidak mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, 3) mengerjakan tugas orang lain, 4) mengganggu teman kelompok, 5) mencari perhatian.

C. Hasil Belajar

Hasil belajar digunakan guru untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat menyerap materi pembelajaran yang telah diberikan. Melalui hasil belajar tersebut dapat diambil beberapa tindak lanjut seperti perbaikan (remidial) bagi peserta didik, perbaikan program dan proses pembelajaran, dan pelaporan pada akhir proses belajar.

(25)

12

Winkel (2004: 226) yang dikutip oleh Sudjana (2005: 22) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar, belajar itu sendiri merupakan perubahan yang terjadi dalam tingkah laku manusia dan proses tersebut tidak akan terjadi apabila tidak ada suatu yang mendorong pribadi yang bersangkutan.

Menurut Hamalik (2005: 155) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 3), hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar.

Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran.

Berdasarkan teori Taksonomi Bloom dalam (Sudjana, 2007: 116) hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Perinciannya adalah sebagai berikut:

a. Ranah Kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian. b. Ranah Afektif

Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi, dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.

c. Ranah Psikomotor

(26)

13

Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka penulis menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang, serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya, karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.

D. Pembelajaran PKn di Sekolah Dasar

(27)

14

golongan sehingga perbedaan pemikiran, pendapat atau kepentingan di atas melalui musyawarah dan mufakat, serta perilaku yang mendukung upaya untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Mata pelajaran PKn terdiri dari dimensi pengetahuan Kewarganegaraan (civics knowledge) yang mencakup bidang politik, hukum, dan moral. Dimensi ketrampilan Kewarganegaraan (civics skill) meliputi ketrampilan, partisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dimensi nilai-nilai Kewarganegaraan (civics values) mencakup antara lain percaya diri, komitmen, penguasaan atas nilai religius, norma dan moral luhur, nilai keadilan, demokratis, toleransi, kebebasan individual, kebebasan berbicara, kebebasan pers, kebebasan berserikat dan berkumpul dan perlindungan terhadap minoritas (Depdiknas, 2003: 2).

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa PKn merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan terpaan moral yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala sosial, khususnya yang berkaitan dengan moral serta perilaku manusia. Pendidikan Kewarganegaraan termasuk pelajaran bidang ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari teori-teori serta perihal sosial yang ada di sekitar lingkungan masyarakat kita.

E. Metode Diskusi Kelompok

1. Metode Belajar

Menurut Nana Sudjana (2005: 76), “Metode pembelajaran ialah

(28)

15

menyatakan, “Metode pembelajaran adalah cara-cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses pembelajaran pada diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan.

Berdasarkan pengertian metode pembelajaran yang dikemukakan tersebut di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan suatu cara atau strategi yang dilakukan oleh seorang guru agar terjadi proses belajar pada diri siswa untuk mencapai tujuan.

2. Metode Diskusi

Hasibuan, dkk (2000: 97) mendefinisikan ”Diskusi adalah suatu percakapan atau pembicaraan antara dua orang atau lebih.” Pengertian yang dikemukakan diatas, mengindikasikan bahwa diskusi tidak terlepas dari percakapan. Namun, perlu diketahui tidak semua percakapan dapat dikategorikan menjadi sebuah diskusi. Terdapat syarat yang harus dipenuhi dengan tujuan agar pembicaraan menjadi bermanfaat dan berlangsung secara efektif. Suatu percakapan dapat dikatakan menjadi sebuah diskusi apabila terjadi dalam sebuah kelompok, berlangsung dalam interaksi secara bebas, mempunyai tujuan tertentu dan berlangsung dalam proses teratur dan sistematis.

(29)

16

atau problema, dimana para peserta diskusi dengan jujur berusaha untuk mencapai atau memperoleh suatu keputusan atau pendapat yang disepakati bersama.

3. Metode Diskusi Kelompok

Moh. Uzer Usman (2005: 94) menyatakan bahwa diskusi kelompok merupakan suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan atau pemecahan masalah.

Menurut Suryosubroto (dalam Trianto 2007: 117) “diskusi adalah suatu percakapan ilmiah oleh beberapa orang yang tergabung dalam satu kelompok, untuk saling bertukar pendapat tentang suatu masalah atau bersama-sama mencari pemecahan mendapatkan jawaban dan kebenaran atas suatu masalah.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka penulis menyimpulkan diskusi kelompok adalah suatu proses bimbingan yang teratur yang melibatkan murid-murid guna mendapatkan suatu kesempatan untuk saling bertukar pendapat tentang suatu masalah atau bersama-sama mencari pemecahan mendapatkan jawaban dan kebenaran atas suatu masalah.

Menurut Djamarah (2005: 159) yang perlu diperhatikan guru dalam diskusi kelompok di kelas yaitu:

(30)

17

1) Pemilihan topik atau masalah yang akan didiskusikan. Untuk ini tiga hal yang perlu dipertimbangkan, adalah (1) minat anak didik, (2) kemampuan anak didik, (3) bermakna.

2) Pada permulaan diskusi, kelompok dapat menentukan apa yang dapat diharapkan dari hasil diskusi, dan dapat memecahkan topik menjadi sub topik untuk diteliti sebelumnya.

3) Diskusi kelompok harus dipersiapkan secara baik, diperlukan nara sumber, pertanyaan kunci dan bahan yang tepat untuk mengatur jalannya diskusi, yang bertujuan membimbing dan memberi stimulasi pada tanggapan siswa.

4) Dalam mempersiapkan diskusi, ditetapkan dulu besarnya kelompok. 5) Pengaturan tempat duduk.

Untuk meningkatkan perhatian dan partisipasi, siswa harus duduk saling berhadapan sehingga dapat saling melihat atau memandang.

4. Langkah-Langkah Pelaksanaan Teknik Diskusi Kelompok

Menurut Romlah (1989: 99), pelaksanaan diskusi kelompok meliputi tiga langkah yaitu sebagai berikut:

a. Tahap perencanaan, fasilitator melaksanakan lima macam hal, yaitu: 1) Merumuskan tujuan diskusi.

(31)

18

3) Melihat pengalaman dan perkembangan siswa, apakah memerlukan pengarahan-pengarahan yang jelas, tugas yang sederhana dan waktu diskusi yang lebih pendek, atau sebaliknya.

4) Memperhitungkan waktu yang tersedia untuk kegiatan diskusi 5) Mengemukakan hasil yang diharapkan dari diskusi, misalnya

rangkuman, kesimpulan-kesimpulan atau pemecahan masalah. b. Tahap pelaksanaan

Guru memberikan tugas yang harus didiskusikan, waktu yang tersedia untuk mendiskusikan tugas itu, dan memberitahu cara melaporkan tugas.

c. Tahap penilaian

Guru meminta hasil diskusi kelompok dan memberikan komentar mengenai proses diskusi dan membicarakannya dengan kelompok.

5. Bentuk-bentuk Diskusi Kelompok

Menurut Roestiyah (1991: 8) jenis-jenis diskusi ada beberapa macam yaitu:

a. Whole-group, suatu diskusi dimana anggota kelompok yang tidak lebih dari 15 (lima belas) orang.

b. Buzz-group, suatu kelompok besar dibagi menjadi 2 (dua) sampai 8 (delapan) kelompok yang lebih kecil jika diperlukan kelompok kecil ini diminta melaporkan apa hasil diskusi itu pada kelompok besar. c. Panel, pada panel dimana satu kelompok kecil (antara 3 sampai 6

(32)

19

susunan semi lingkaran dihadapakan pada satu kelompok besar peserta lainnya.

d. Symposium, teknik ini menyerupai panel, hanya sifatnya lebih formal. Dalam teknik ini peranan moderator tidaklah seaktif seperti pada panel. Moderator lebih banyak mengkordinir pembicaraan saja. e. Caologium, adalah cara berdiskusi yang dijalankan oleh satu atau

beberapa orang narasumber, yang berpendapat, menjawab pertanyaan- pertanyaan, tetapi tidak dalam bentuk pidato. Dalam bentuk wawancara dengan narasumber tentang pendapatnya mengenai suatu masalah, kemudian mengundang pertanyaan-pertanyaan tambahan dari para pendengar.

f. Informal-Debate, dalam diskusi ini dilaksanakan dengan membagi kelompok menjadi dua tim yang sama kuat dan jumlahnya agar seimbang. Kedua tim ini mendiskusikan subjek yang cocok untuk diperdebatkan dengan tidak menggunakan banyak peraturan, sehingga jalannya perdebatan lebih bebas.

(33)

20

Menurut Sanjaya (2006: 157) macam-macam jenis diskusi kelompok antara lain :

a. Diskusi Kelas, disebut juga diskusi kelompok adalah proses pemecahan masalah yang dilakukan oleh seluruh anggota kelas sebagai peserta diskusi. Prosedur yang digunakan dalam jenis diskusi ini pertama, guru membagi tugas sebagai pelaksanaan diskusi, siapa yang akan menjadi moderator dan penulis. Kedua, sumber masalah (guru, siswa, atau ahli tertentu dari luar) memaparkan masalah yang harus dipecahkan selama 10-15 menit. Ketiga, siswa diberi kesempatan untuk menanggapi permasalahan setelah mendaftar pada moderator. Keempat, sumber masalah memberi tanggapan dan kelima, moderator menyimpulkan hasil diskusi.

b. Diskusi Kelompok Kecil, dilakukan dengan membagi siswa dalam kelompok-kelompok. Jumlah anggota kelompok antara 3-5 orang. Pelaksanaannya dimulai dengan guru menyajikan permasalahan secara umum, kemudian masalah tersebut dibagi-bagi kedalam submasalah yang dipecahkan oleh setiap kelompok kecil. Selesai diskusi dalam kelompok kecil, ketua kelompok mempresentasikan hasil diskusinya. c. Simposium, adalah metode mengajar dengan membahas suatu

(34)

21

pembacaan kesimpulan hasil kerja tim perumus yang telah ditentukan sebelumnya.

d. Diskusi Panel, adalah pembahasan suatu masalah yang dilakukan oleh beberapa orang panelis yang biasanya terdiri dari 4-5 orang dihadapan audiens.Diskusi panel berbeda dengan jenis diskusi lainnya. Dalam diskusi panel audiens tidak terlibat secara langsung, tetapi berperan hanya sekedar peninjau para penelis yang sedang melaksanakan diskusi. Oleh sebab itu, agar diskusi panel efektip perlu digabungkan dengan metode lain, misalnya dengan metode penugasan. Siswa disuruh untuk merumuskan hasil pembahasan dalam diskusi.

(35)

22

6. Pengertian Diskusi Kelompok Kecil (Buzz Group Discussion)

Teknik kelompok buzz digunakan dalam kegiatan pembelajaran pemecahan masalah yang di dalamnya mengandung bagian-bagian khusus dalam masalah itu. Kegiatan belajar biasanya dilakukan melalui diskusi dalam kelompok-kelompok kecil (sub-groups) dengan jumlah anggota masing-masing kelompok sekitar 3-4 orang. Kelompok-kelompok kecil itu melakukan kegiatan diskusi dalam waktu singkat tentang bagian-bagian khusus dari masalah yang dihadapi oleh kelompok besar. (Sudjana, 2005: 122).

Diskusi kelompok kecil (buzz group discusion) adalah sebuah kelompok besar yang berkumpul dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil sekitar 4 sampai 6 orang, untuk mendiskusikan masalah tertentu dalam waktu yang singkat, misalnya 5 menit atau tidak lebih dari 15 menit. Sesi buzz kemudian harus ditindaklanjuti dengan diskusi kelas utuh untuk menyimpulkan hasil temuan. Seorang pemimpin yang telah ditunjuk oleh masing-masing kelompok buzz melaporkan temuannya ke kelompok besar. Lalu sebuah daftar dapat dibuat dengan menggabungkan ide-ide yang berguna dari setiap kelompok.

7. Tujuan Diskusi Kelompok Kecil (Buzz Group Discussion)

(36)

23

a. Membina kerjasama.

b. Meningkatkan partisipasi di antara semua anggota kelompok. c. Mengaktifkan pengetahuan sebelumnya dari peserta didik. d. Berfungsi sebagai metode untuk pemecahan masalah. e. Mendorong refleksi kelompok.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari diskusi kelompok kecil (buzz group discussion) yaitu berfungsi sebagai metode untuk pemecahan masalah, membina kerjasama dan berpartisipasi dalam sebuah kelompok, membantu melatih berpikir ketika berinteraksi dengan orang lain.

8. Keuntungan Diskusi Kelompok Kecil (Buzz Group Discussion)

Menurut Sudjana (2005: 124) menyatakan bahwa keuntungan dari diskusi kelompok kecil (buzz group discussion) adalah sebagai berikut: a. Peserta didik yang kurang bisa menyampaikan pendapat dalam

kelompok belajar dibantu untuk berbicara dalam kelompok kecil. b. Menumbuhkan suasana yang akrab, penuh perhatian terhadap pendapat

orang lain, dan mungkin akan menyenangkan.

c. Dapat menghimpun berbagai pendapat tentang bagian-bagian masalah dalam waktu singkat.

d. Dapat digunakan bersama teknik lain sehingga penggunaan teknik ini bervariasi.

(37)

24

Berdasarkan hal tersebut maka keuntungan dari diskusi kelompok yaitu membantu peserta didik untuk bisa menyampaikan gagasan atau pendapat di dalam kelompok, menumbuhkan suasana akrab dan menyenangkan, mendorong tiap anggota untuk berpartisipasi dalam diskusi, dapat digunakan bersama teknik lain sehingga penggunaan teknik lebih bervariasi.

9. Kekurangan Diskusi Kelompok

a. Pemindahan informasi dari guru ke siswa atau antar siswa akan memerlukan waktu yang relatif lebih lama dibandingkan dengan demonstrasi atau metode ceramah, karena jumlah sasaran yang terlibat dalam diskusi terbatas.

b. Terdapat peserta yang dominan berbicara atau bahkan kurang berbicara sama sekali (Sudjana, 2005: 125).

10.Langkah-Langkah Diskusi Kelompok Kecil (Buzz Group Discussion) Berikut ini beberapa pendapat mengenai langkah-langkah diskusi kelompok kecil (buzz group discussion). Sudjana (2005: 123) menyatakan bahwa langkah-langkah diskusi kelompok adalah sebagai berikut:

a. Guru mungkin bersama peserta didik, memilih dan menentukan masalah dan bagian-bagian masalah yang akan dibahas dan perlu dipecahkan dalam kegiatan belajar.

(38)

25

peserta dalam setiap kelompok kecil disesuaikan dengan jumlah bagian masalah yang akan dibahas.

c. Guru membagikan bagian-bagian masalah kepada masing-masing kelompok kecil. Satu kelompok membahas satu bagian masalah. Selanjutnya, pendidik menjelaskan tentang tugas kelompok yang harus dilakukan, waktu pembahasan (biasanya 5-15 menit), pemilihan pelapor, dan lain sebagainya.

d. Kelompok-kelompok kecil berdiskusi untuk membahas bagian masalah yang telah ditentukan. Para peserta didik dalam kelompok kecil itu memperjelas bagian masalah, serta memberikan saran-saran untuk pemecahannya.

e. Apabila waktu yang ditentukan telah selesai, pendidik mengundang kelompok-kelompok kecil untuk berkumpul kembali dalam kelompok besar, kemudian mempersilahkan para pelapor dari masing-masing kelompok kecil secara bergiliran untuk menyampaikan laporannya kepada kelompok besar.

f. Guru atau seorang peserta didik yang ditunjuk, mencatat pokok- pokok laporan yang telah disampaikan. Selanjutnya para peserta didik diminta untuk menambah, mengurangi, atau mengomentari laporan itu.

(39)

26

h. Pendidik bersama peserta didik dapat mengajukan kemungkinan kegiatan lanjutan yang dapat dilakukan berdasarkan hasil diskusi dan selanjutnya melakukan evaluasi terhadap proses dan hasil diskusi itu.

Dalam penelitian ini jenis diskusi kelompok yang akan digunakan adalah Diskusi Kelompok Kecil (Buzz Group Discussion). Teknik kelompok buzz digunakan dalam kegiatan pembelajaran pemecahan masalah yang di dalamnya mengandung bagian-bagian khusus dalam masalah itu. Kegiatan belajar biasanya dilakukan melalui diskusi dalam kelompok-kelompok kecil (sub-groups) dengan jumlah anggota masing-masing kelompok sekitar 3-4 orang. Kelompok-kelompok kecil itu melakukan kegiatan diskusi dalam waktu singkat tentang bagian-bagian khusus dari masalah yang dihadapi oleh kelompok besar (Sudjana, 2005: 122).

F. Hipotesis

(40)

III. METODE PENELITIAN

A. Seting Penelitian

1. Tempat Penelitian

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada Sekolah Dasar Negeri 3 Jatibaru Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan pada siswa kelas IV.

2. Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan selama tiga bulan sejak tanggal 21 Januari 2014 sampai dengan tanggal 21 April 2014.

B. Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan secara berulang-ulang dalam bentuk siklus. Subjek penelitian ini adalah peneliti selaku guru dibantu oleh teman sejawat dan siswa kelas IV SDN 3 Jatibaru dengan jumlah siswa 36 orang yang terdiri dari laki-laki (23 orang) dan perempuan (13 orang).

C. Metode dan Prosedur Penelitian

(41)

28

[image:41.595.205.426.245.520.2]

(observation), dan 4) refleksi (reflection) (Kemmis dan McTaggart dalam Arikunto, 2010: 56). Dalam PTK siklus selalu berulang, bila terdapat masalah baru atau masalah lama yang belum tuntas dipecahkan, maka dilanjutkan ke siklus kedua dengan langkah yang sama seperti pada siklus pertama, seperti tersaji dalam gambar berikut:

Gambar 3.1 Siklus PTK

Sumber : Diadaptasi dari Kemmis dan McTaggart dalam Arikunto (2010: 93)

Prosedur penelitian tindakan yang dilaksanakan terdiri dari dua siklus. Tiap siklus terdiri dari 2 kali, dengan rencana pelaksanaan sebagai berikut: 1. Siklus Pertama

Siklus pertama dilakukan melalui tahap-tahap. Siklus 1

Siklus 2

(42)

29

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini dilakukan penetapan materi pelajaran, meliputi standar kompetensi, menyusun silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menyusun LKS dan soal tes formatif

b. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini terdiri atas tahap pendahuluan dengan kegiatan apersepsi guna membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran serta menginformasikan hal yang penting untuk memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang konsep-konsep yang akan mereka pelajari, dilanjutkan dengan proses diskusi kelompok dan diakhiri dengan menyimpulkan materi pembelajaran dan melakukan evaluasi untuk mengumpulkan hasil dari pembelajaran.

c. Observasi

Observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi, yang bertujuan untuk mengumpulkan data selama proses pembelajaran dan prosedur berdasarkan masalah dan tujuan pembelajaran.

d. Refleksi

(43)

30

2. Siklus Kedua

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini dilakukan penetapan materi pelajaran menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menyusun LKS dan soal tes formatif b. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan siklus ini dimulai dengan membuat Rencana Perbaikan Pembelajaran dan menyiapkan bahan pembelajaran berdasarkan hasil perbaikan pada siklus kesatu.

1) Pendahuluan

Dimulai dengan apersepsi guna membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik serta menginformasikan kembali hal-hal penting untuk memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang konsep-konsep yang akan mereka pelajari.

2) Inti

Pada tahap ini terdiri atas tahap pendahuluan dengan kegiatan penyajian sekilas materi pembelajaran dilanjutkan dengan kegiatan inti yaitu diskusi kelompok.

3) Penutup

(44)

31

c. Observasi

Observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi, dan pengumpulan data untuk dilakukan analisis data dengan menggunakan format pengolahan data.

d. Refleksi

Setelah dilakukan analisis data dan keberhasilan belajar siswa, peneliti membandingkan analisis data siklus kesatu dan analisis data siklus kedua dan kemudian mengambil kesimpulan.

D. Tehnik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data yang dilakukan yaitu non tes dan tes. Pengumpulan data dengan cara non tes dilakukan untuk mengamati aktivitas siswa serta kinerja guru dalam pembelajaran dengan observasi dan tes dilakukan untuk memperoleh data hasil belajar, dengan cara guru melakukan tes formatif dengan memberikan soal-soal tertulis sedangkan

E. Alat Pengumpulan Data

Untuk mempermudah penelitian, peneliti menggunakan alat bantu pengumpulan data. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data berupa:

1. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dan Aktivitas Guru

(45)

32

2. Tes hasil belajar

Instrumen ini digunakan untuk menjaring data mengenai peningkatan hasil belajar siswa khususnya mengenai penguasaan terhadap materi yang diajarkan dengan metode diskusi kelompok.

F. Analisa Data

Analisa data yang digunakan adalah kuantitatif dan kualitatif. Data yang telah diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis dengan tahapan-tahapan:

1. Data Kualitatif

Analisa data kualitatif digunakan untuk menganalisis data yang menunjukkan dinamika proses yaitu tentang aktivitas belajar siswa dan kinerja guru selama pembelajaran berlangsung.

a. Nilai aktivitas belajar siswa

Nilai aktivitas belajar siswa diperoleh dengan rumus:

NS = x100

maksimal Skor

perolehan

Skor

NS : Nilai Siswa

[image:45.595.149.478.582.714.2]

(Adaptasi dari Purwanto, 2008: 102)

Tabel 3.1. Penilaian Aktivitas Belajar Siswa

No Rentang Nilai Kategori

1 0 - 20 Sangat kurang

2 21 - 40 Kurang

3 41 - 60 Cukup

4 61 - 80 Baik

5 81 - 100 Sangat baik

(46)

33

b. Nilai Kinerja guru

Nilai kinerja guru diperoleh dengan rumus:

NS = x100

maksimal Skor

perolehan

Skor

NS : Nilai guru

[image:46.595.148.473.285.416.2]

(Adaptasi dari Purwanto, 2008: 102) Tabel 3.2. Penilaian Kinerja Guru

No Rentang Nilai Kategori

1 0 - 20 Sangat kurang

2 21 - 40 Kurang

3 41 - 60 Cukup

4 61 - 80 Baik

5 81 - 100 Sangat baik

(Dimodifikasi dari Purwanto, 2008: 7.8)

Kedua hasil data tersebut dianalisis secara deskriptif dengan menampilkan hasil data yang digambarkan dalam tabel, dan dari analisis yang telah dideskripsikan kemudian dibuat refleksinya dan disimpulkan.

2. Data Kuantitatif

Analisa data kuantitatif digunakan untuk mengetahui kemajuan hasil belajar siswa terhadap penguasaanmateri yang telah dipelajari, yang diperoleh dari tes formatif. Hasil tes formatif nantinya akan dihitung menggunakan rumus:

a. Nilai individu

(47)

34

Keterangan:

N : Nilai siswa (Adaptasi dari Purwanto, 2008: 102) b. Nilai rata-rata

siswa jumlah siswa n keseluruha nilai jumlah X

X : nilai rata-rata siswa

(Diadiopsi dari Muncarno, 2009: 15) c. Nilai Klasikal

% 100 siswa seluruh jumlah tuntas yang siswa jumlah x P Keterangan:

[image:47.595.152.474.448.581.2]

P : Persentase ketuntasan siswa

Tabel 3.3 Kriteria Ketuntasan Siswa dalam persentase

No Tingkat ketuntasan (%) Kategori

1 < 20 Sangat kurang

2 20-39 Kurang

3 40-59 Cukup

4 60-79 Baik

5 80-100 Sangat baik

(Dimodifikasi dari Aqib, dkk, 2009: 41)

G. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini dilihat dari: 1. Peningkatan aktivitas belajar pada setiap siklusnya mencapai > 80%.

(48)

66

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari kegiatan perbaikan pembelajaran ini adalah :

1. Penggunaan metode diskusi kelompok dalam pembelajaran dengan pokok bahasan pemerintahan tingkat pusat dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Pada siklus I dengan nilai aktivitas siswa 57,13% kategori cukup meningkat pada siklus II menjadi 76,78% kategori baik dengan peningkatan sebesar 19,65%.

(49)

67

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka dapat disarankan:

1. Kepada guru, untuk dapat menggunakan metode diskusi kelompok dalam proses pembelajaran berdasarkan hasil dari penerapan metode diskusi kelompok terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa serta diharapkan metode ini juga dapat diterapkan oleh guru mata pelajaran lain.

(50)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, 2006, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Rineka Cipta, Jakarta.

Agib Zainab, dkk., 2006. Metode Pembelajaran. Irama Wijaya. Bandung.

Arikunto, 2010, Prosedur Penelitian:Suatu Pendekatan Praktik. Edisai 3.Rineka Cipta. Jakarta.

Baharudin dan Nur, Esa2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Ar Ru 22 Media. Jakarta

Bahri, Syaiful dan Zain, Aswan 2006. Strategi Belajar dan Pembelajaran. Renika Cipta. Jakarta.

Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Dimyati dan Moedjiono, 2002. Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta. Djamarah. Syaiful. 2005. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukasi Suatu

Pendekatan Teoritis Psikologis. Rineka Cipta. Jakarta.

Gagne Robert M.1992. Essential og Learning for Instructioan. Terjemahan Abdillah Hanafi dan Abdul Manan. Usaha Nasional. Surabaya.

Hamalik, 1994, Kurikulum dan Pembelajaran, Bumi Aksara, Jakarta.

Hasibuan, dkk. 2000. Proses Belajar Mengajar. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Ichsan, 2010, Dasar-dasar Kependidikan. Rineka Cipta, Jakarta.

Masidjo. 1995. Penelitian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah. Yogya: Kanisius

Muhibbin S. 1995. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Remaja Rosdakarya. Bandung.

(51)

Nur, 2006. Metode Pembelajaran Kooperatife. Dirjen Dikti. Jakarta.

Kasim, 2013, 'Kurikulum 2013 Menekankan Praktik, Bukan Hafalan', diakses dari: http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/eduaction/13/12/11/ mxn1xq-kurikulum-2013-menekankan-praktik-bukan-hafalan.

Purwanto. 2008. Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan Pendidikan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Rahadi, 2004, Media Pembelajaran, Depdiknas, Jakarta.

Reigeluth, 2003, Instructional Design Theories and Model: An Overview of Their Curent Status.Lawren Erlaum Associate, London.

Roestiyah NK, 1991, Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Romlah, T. 1989. Teori dan Praktek Bimbingan Kelompok. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

Sanjaya, 2006, Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Kencana Prenada Media, Jakarta.

Sardiman, A.M., 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Raja Giafindo Persada, Jakarta.

Slameto, 1995. Perkembangan Peserta Didik, PJJ SI PGSD Universitas Lampung, Bandar Lampung.

Slameto. 2004. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. PT Rineka Cipta. Cet. Ke-4. Jakarta.

Sudjana, 2001. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Sudjana, Nana. 2005. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru Algesindo. Bandung.

Sudjana, 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, PT. Imperial Bhakti Utama, Jakarta.

Suprayekti 2004. Interaksi Belajar Mengajar. Direktorat Tenaga Kependidikan. Jakarta.

Sutikno. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Prospect. Bandung.

(52)

Usman, Moh Uzer. 2005. Menjadi Guru Profesional. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Winkel, W.S. 2004. Psikologi Pengajaran. Gramedia. Jakarta.

Gambar

Tabel                                                                                                           Halaman
Tabel 1.1 Perolehan Nilai Semester I Kelas IV TP. 2013/2014
Gambar 3.1 Siklus PTK
Tabel 3.1. Penilaian Aktivitas Belajar Siswa
+3

Referensi

Dokumen terkait

Perlakuan antara level dedak padi DP l% dan DP 5% tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap beberapa parameter kualitas silase yaitu bahan organik, abu, bahan

Tahap ikonik, yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan dimana pengetahuan itu direpresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual (visual

yang digunakan adalah semen portland.. Filler Yang Berbeda Terhadap Nilai Marshall. Adhi Karya Perkasa di Patumbak. 3) Agregat halus pasir dan abu batu yang

Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa kualitas informasi tidak berpengaruh positif signifikan terhadap manfaat yang dirasakan, namun berpengaruh positif signifikan

Dengan demikian proses pencatatan rekening air dapat bekerja secara efektif, data dapat langsung diterima oleh kantor pusat, dan konsumen juga dapat langsung

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar pengamatan keterlaksanaan pembelajaran, lembar pengamatan aktivitas siswa, lembar tes hasil belajar, dan

Dari permasalahan di atas, mengingat sangat pentingnya peranan jarak tanam dan pemupukan unsur hara N dan S sebagai unsur hara yang dapat meningkatkan mutu dan kualitas

Pendidikan prasekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan tinggi, pendidikan luar sekolah dan pendidikan kejuruan terus ditingkatkan pemeratan kualitas