• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DAMPAK PENGELOLAAN SAMPAH DI TPA BAKUNG TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT (Studi Kasus Warga Rt 01 Lk 03 TPA Bakung Kecamatan Teluk Betung Barat Bandar Lampung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS DAMPAK PENGELOLAAN SAMPAH DI TPA BAKUNG TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT (Studi Kasus Warga Rt 01 Lk 03 TPA Bakung Kecamatan Teluk Betung Barat Bandar Lampung)"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

IMPACT ANALYSIS WASTE MANAGEMENT AT TPA

BAKUNG AT HEALTH COMMUNITY

(Case Study Resident Of RT 01 LK 03 TPA Bakung Sub-district Teluk Betung West Bandar Lampung)

By

Suzi Grace Hilda

The city of Bandar Lampung is the capital of Lampung Province, made up of 20 districts with an area of 197,22 km and a population of 879,651 in habitants with a population den city of 4.460 in habitants/km. This condition trigger the problem of waste. Patent life consumptive also experienced by majority of the population Lampung population mobility and with high income level diverse that causes city Lampung be a city of developing waste. Having problems common research is also aimed at the impact of the waste management in TPA against public health. In this study used qualitative research method in which the dwarf in the determination of the informants using technique samples is done by taking the subject intentionally, that is competent and understands the problems. While the techniques of data collections is done using data collections techniques by using the dwarf observation, documentation and interviews. Data analysis techniques using qualitative analysis by means of the reduction of data, presenting and with drawing the conclusions or verivication.

The research concluded final disposal place TPA Bakung still not use sanitary landfill but still using open dumping or disposal open where trashes only in one location was left open without security and actions after the site full. Dump like this one is not yet. At first the waste management in TPA Bakung use system provides the impact on public health, a disease that suffered namely skin diseases respiratory infections, diarrhea, scarlet fever. On the issue of the government implement waste management by means of recycling waste but has not been realized.

(2)

ABSTRAK

ANALISIS DAMPAK PENGELOLAAN SAMPAH DI TPA

BAKUNG TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT

(Studi Kasus Warga Rt 01 Lk 03 TPA Bakung Kecamatan Teluk Betung

Barat Bandar Lampung) Oleh

Suzi Grace Hilda

Kota Bandar Lampung yang merupakan ibu kota Provinsi Lampung, terdiri dari 20 Kecamatan dengan luas 197,22 km² dan populasi 879.651 jiwa dengan kepadatan 4.460 jiwa/ km². Kondisi ini memicu permasalahan terhadap sampah. Pola hidup konsumtif juga dialami oleh sebagian besar penduduk Bandar Lampung dengan mobilitas penduduk yang tinggi serta tingkat pendapatan beragam yang menyebabkan kota Bandar Lampung menjadi kota sedang berkembang yang memiliki permasalahan sampah.secara umum penelitian ini bertujuan unutuk menganlisis dampak pengelolaan sampah di TPA terhadap kesehatan masyarakat. Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian kualitatif dimana tekhnik penentuan informan menggunakan tekhnk sampel yang dilakukan dengan mengambil subyek secara sengaja, yaitu yang berkompeten dan memahami permasalahan. Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan tekhnik observasi, dokumentasi dan interview. Teknik analisis data menggunakan analisis kualitatif dengan cara mereduksi data, menyajikan dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

Hasil penelitian menyimpulkan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bakung belum menggunakan sanitary landfill tetapi masih menggunakan open dumping atau pembuangan terbuka dimana sampah hanya dihamparkan pada satu lokasi dibiarkan terbuka tanpa pengamanan dan tindakan setelah lokasi tersebut penuh. Pembuangan sampah seperti ini sangat tidak maksimal. Pada awalnya pengelolaan sampah di TPA Bakung menggunakan system sanitary landfill namun pada kenyataannya tidak hal ini disebabkan karena berbagai kendala yaitu keterbatasan lahan untuk TPA,jumlah tenaga kerja, biaya yang dibutuhkan, terkendala dengan jumlah kendaraan serta kondisi peralatan yang telah tua,oleh karena itu system open dumping yang digunakan.Namun pengelolaan TPA dengan cara seperti itu belum sesuai dengan kaidah-kaidah yang ramah lingkungan. Hal ini memberikan dampak terhadap kesehatan masyarakat. Penyakit yang diderita yaitu penyakit kulit, infeksi saluran pernapasan, diare, demam berdarah. Mengenai masalah tersebut pemerintah melakukan penanganan sampah dengan cara mendaur ulang sampah namun belum terealisasi.

(3)

ANALISIS DAMPAK PENGELOLAAN SAMPAH DI TPA BAKUNG TERHADAP KESEHATAN MAYARAKAT

(Studi Kasus Warga RT 01, LK 03, TPA Bakung, Kecamatan Teluk Betung Barat Bandar Lampung)

Oleh

SUZI GRACE HILDA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA SOSIOLOGI

Pada Jurusan Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Suzi Grace Hilda, anak ketiga dari empat bersaudara. Orang tua bernama Erick Prahari dan Kasimora. Penulis dilahirkan di Tanjung Karang, Kota Bandar Lampung pada tanggal 24 Januari 1990.

Pendidikan yang pernah ditempuh oleh penulis:

1. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) Negeri 3 Segala Mider dan diselesaikan pada tahun 2002.

2. Pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 7 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2005.

3. Pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 16 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2008.

(8)

1. Anggota Bidang Hubungan Masyarakat HMJ Sosiologi FISIP Unila tahun 2008 - 2009

2. Anggota Bidang Minat dan Bakat HMJ Sosiologi FISP UNILA tahun 2009 - 2010

(9)

MOTO

Lebih Baik Berwajah Buruk Dari Pada

Berkelakuan Buruk

(Suzi Grace Hilda)

Datanglah Sebagai Embun Pagi Yang Sejuk Dan

Bukan Sebagai Badai Yang Memecah Gelombang

(10)

PERSEMBAHAN

Dengan Penuh Rasa Syukur kupersembahkan karyaku ini untuk:

Allah SWT

Terimakasih telah memberikan nikmat yang luar biasa hingga detik ini.

Kedua orang tuaku

Ayahku Erick Prahari dan Ibuku Kashmora

Terimakasih atas motivasi yang tidak pernah putus di dalam doa, kasih sayang tulus yang selalu menjadi semangat bagiku, dan dengan penuh kesabaran tetap

membekali aku dalam pendidikan dan iman

Kakak dan Adikku

Mbak Uti, Kak Njon, adik Beil.

Keluarga Besar Bakar Indera Kaharudin dan Parmadi

Almamater tercinta Universitas Lampung

(11)

SANWACANA

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini berjudul “Analisis Dampak Pengelolaan Sampah di TPA Bakung Terhadap Kesehatan Masyarakat”. Studi pada warga RT 01 LK 03 Kelurahan Bakung Kecamatan Teluk Betung Barat Bandar Lampung. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana sosiologi pada Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Lampung. Skripsi ini tidak dapat terselesaikan dengan kerja keras saya sendiri, namun banyak pihak yang memberikan bimbingan, motivasi serta dukungan agar skripsi ini bias selesai tepat waktu. Pada kesempatan ini dengan rasa penuh hormat dan ketulusan hati penulissampaikanterimakasihkepada:

1. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si. selaku Dekan FISIP, PD1, PD2, PD3. 2. Bapak Drs. Susetyo, M.Si. selaku Ketua Jurusan Sosiologi, Ibu Dra. Anita

Darmayanti, M.H. selakuSekertarisJurusan Sosiologi. Bapak Benjamin, dan Mbak Siti juga.

3. Ibu Endry Fatimaningsih, S. Sos, M. Si. Selaku pembimbing akademik

(12)

memberikan saran serta kebijaksanaan agar skripsi initer selesaikan dengan baik dan tepat waktu.

6. Dosen-dosenku Bu Erna, Pak I Gede, Pak Ikram, Bu Anita, Pak Syani, Bu Endry, Pak Suwarno, Bung Pay, Bu Paras, Bu Dewi, Bu Yuni, Pak Hartoyo, Pak Bintang, dan Pak Gun.

7. Pak Hepni, S.Sos selaku Kepala Desa yang sudah memberi begitu banyak informasi bagi saya, dan kelima informanku yang sudah sangat baik dan dengan ramah menyambut kedatangan saya di Desa Bakung, terimakasih. 8. Kedua orang tuaku yang selaluku cintai dan selalu menjadi semangat

hidupku, doa kalian sangat berarti bagiku.

9. Keluarga besarku, Etek, Uwo, Mbok, sepupu – sepupuku tercinta, Jay, El, Uling, Nopoy, Eg Nonggeng, terimakasih atas semagat yang kalian berikan. 10. Teman – teman Sosiologi 08 sahabat-sahabat terbaikku Wera Auliag Sistira,

Febrika Sari, Natalia Desi Saputri, Nestri Wulandari, Silvia Rina Rakanita, Helena Ratih. Serta teman – teman seangkatanku yang lainnya, Panji, Yan, Aseng, Toleng, Mijwad, Jambrong, Adit, Arwin, Nino My Raul Lemos, Saddam Organisatoris dan masih banyak yang lainnya. Terimakasih banyak atas bantuannya, senang mempunyai teman seperti kalian.

11. Adek-adek Sosiologi 09 dan 010 tidak bisa saya sebutin satu per satu.

(13)

Gimbal, Jeprek Jenggot, Alan Idiot, Sinta Gilo, dan semuanya. Makasih atas support dan kongekan yang diberikan.

14. Untuk genter makasih makssiii bangett sudah bantuin dari awal sampai akhir, selalu mau direpotin dan disusahin, koe pokokek debess lahh, hehe

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung,02 Desember 2013 Penulis,

(14)

DAFTAR ISI

C. Tujuan Penelitian ...12

D. Manfaat Penelitian ...12

1. Secara Praktis ...12

2. Secara Teoritis ...12

II. TINJAUAN PUSTAKA ...13

A. Tinjauan tentang Sampah ...13

1. Pengertian Sampah ...13

a. Karakteristik Sampah ...14

b. Sumber Sampah. ...16

c. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Sampah ...18

d. Pengaruh Sampah Terhadap Kesehatan Manusia ...19

e. Pengaruh Sampah Terhadap Lingkungan ...21

B. Pengelolaan Sampah ...24

C. Unsur – Unsur Pokok Pengelolaan Sampah. ...26

1. Penyimpanan Sampah ...26

(15)

D. Tinjauan Tentang TPA ...35

1. Pengertian TPA ...35

2. Persyaratan Lokasi ...36

3. Persiapan Lahan TPA ...37

E. Definisi Kesehatan Mayarakat...37

F. Ruang Lingkup Kesehatan Mayarakat. ...40

G. Kerangka Pikir. ...41

III. METODE PENELITIAN . ...46

A. Tipe Penelitian ...46

B. Fokus Penelitian ...49

C. Lokasi Penelitian ...50

D. Jenis Dan Sumber Data.. ...50

E. Teknik Penentuan Informan ...51

F. Teknik Pengumpulan Data ...52

G. Teknik Analisis Data. ...52

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ...54

A. Gambaran Lokasi Kelurahan Bakung ...54

B. Luas Areal Kelurahan Bakung ...55

C. Potensi Sumber Daya Air ...56

D. Potensi Sumber Daya Manusia. ...57

E. Potensi Kelembagaan.. ...61

F. Kelembagaan Ekonomi...61

G. Prasarana Kesehatan ...62

H. Kesehatan Masyarakat ...64

I. Gambaran Lokasi TPA Bakung ...66

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ...69

A. Hasil Wawancara.. ...69

1. Pelaksanaan Standar Pelayanan Pengelolaan Sampah di Tempat Pembuangan Akhir.. ...89

2. Sumber Sampah Dan Jenis Sampah Di TPA Bakung ...95

3. Tanggapan Masyarakat Tentang Dampak Pengelolaan Sampah Terhadap Kesehatan Masyarakat ...96

4. Upaya Yang Dilakukan Pemerintah Untuk Mengelola Sampah ...106

VI. SIMPULAN DAN SARAN ...110

A. Kesimpulan ...110

(16)

LAMPIRAN

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Luas Areal Kelurahan Bakung ...55

2. Sumber Air Minum ...56

3. Jumlah Penduduk ...57

4. Tingkat Pendidikan. ...58

5. Mata Pencaharian Pokok ...59

6. Jumlah Penduduk Menurut Agama ...60

7. Etnis. ...60

8. Jumlah Lembaga Kemasyarakatan. ...61

9. Jumlah Kelembagaan Ekonomi ...62

10. Jumlah Prasarana Kesehatan. ...63

11. Lembaga Pendidikan ...63

12. Prilaku Hidup Bersih Dan Sehat. ...64

13. Kualitas Ibu Hamil. ...64

14. Cakupan Imunisasi ...65

(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu tujuan utama pembangunan nasional adalah pembangunan dibidang kesehatan. Pembangunan dibidang kesehatan bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang sehat jasmani, rohani dan sosial serta dapat berproduktifitas secara optimal. Sedangkan menurut sistem kesehatan nasional tujuan pembangunan dibidang kesehatan adalah tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk. (Notoatmojo, 2007 : 165)

Dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu faktor keturunan, perilaku, pelayanan kesehatan dan lingkungan dimana faktor mempunyai pengaruh yang sangat besar sehingga perlu adanya pencegahan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi, atau mungkin dapat mempengaruhi derajat kesehatan manusia. (Notoatmodjo, 2007 :96)

(19)

bahkan internasional. Dampak negatif dari pengelolaan sampah yang tidak baik adalah dapat menganggu kelestarian fungsi lingkungan, baik lingkungan pemukiman , hutan, persawahan, sungai, lautan serta dapat menjadi tempat berkembang biak vektor penyakit seperti serangga dan tikus, gangguan estetika, dan juga menimbulkan bau yang tidak sedap.

Potensi bahaya kesehatan yang ditimbulkan akibat sampah seperti penyakit diare, kolera, tifus, penyakit kulit, serta penyakit yang disebabkan oleh sampah beracun, contoh yang terjadi di Jepang kira-kira 40.000 orang meninggal akibat mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi oleh raksa (Hg). Raksa ini berasal dari sampah yang dibuang ke laut oleh pabrik yang memproduksi baterai dan akumulator.

Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya. Dari sudut pandang kesehatan lingkungan, pengelolaan sampah dipandang baik jika sampah tersebut tidak menjadi media berkembang biaknya bibit penyakit serta sampah tersebut tidak menjadi medium perantara menyebarluasnya suatu penyakit. Syarat lainnya yang harus dipenuhi, yaitu tidak mencemari udara, air dan tanah, tidak menimbulkan bau (tidak mengganggu nilai estetika), tidak menimbulkan kebakaran dan yang lainnya (Aswar, 1986).

(20)

berkembang, daerah perkotaan dengan daerah pedesaan, dan antara daerah perumahan dengan daerah industry. Untuk mendapat tingkat efektifitas dan efisiensi yang tinggi, proses pengelolaannya harus disertai dengan upaya pemanfaatan limbah Rumah Tangga (sampah). Sehingga diharapkan mampu memberi keuntungan berupa nilai tambah. Untuk itu pemilihan cara dan teknologi harus tepat guna dan sasarannya. Selain itu, perlu partisipasi aktif dari masyarakat sebagai penyuplai Sumber sampah.

Salah satu tempat yang berpotensi menghasilkan sampah adalah pemukiman. Pemukiman sebagai salah satu tempat dimana masyarakat tinggal dan melakukan aktifitas dimana setiap aktifitas yang dilakukan dapat menghasilkan sampah.Peningkatan sampah yang terjadi seiring dengan laju pertumbuhan penduduk beserta aktivitasnya yang secara alamiah bertambah dari waktu ke waktu. Sementara pembangunan sarana dan prasarana belum mampu mengejar kebutuhan lingkungan, dan laju pertumbuhan penduduk yang berkembang lebih cepat dari kemampuan pemerintah untuk menanggulangi sampah.

(21)

Didaerah pemukiman biasanya didominasi oleh sampah kemasan dibanding dengan sampah organikya. Pada umumnya masyarakat memandang sampah sebagai sisa kegiatan manusia yang tidak bermanfaat dan cenderung harus dibuang . warga kerap membayar mahal agar rumahnya bebas dari sampah, membuangnya jauh-jauh dari rumah tanpa memperdulikan apa yang akan terjadi di kemudian hari.

Meningkatnya volume sampah yang dihasilkan oleh masyarakat urban disebabakan oleh kurangnya kemampuan pemerintah daerah dalam mengelola sampah. Masalah sampah juga disebabkan oleh kecendrungan masyarakat kota yang memiliki gaya hidup konsumtif. Hal itu terutama dilakukan oleh masyarakat kelas menengah keatas. Kelas menengah atas lebih memilih membeli barang dengan kemasan yang bagus tetapi sulit didaur ulang.

Meningkatnya volume sampah dapat disaksikan dari Kota Denpasar, yaitu pada tahun 2002 rata-rata produksi sampah sekitar 2.114 m3/hari yang bersumber dari sampah rumah tangga, sampah sejenis sampah rumah tangga, dan sampah spesifik. Dalam jangka waktu 4 tahun, yaitu tahun 2006, jumlah produksi sampah telah meningkat menjadi 2.200 m3/hari (Tim Kota Sanitasi Kota Denpasar, 2007).

(22)

Persoalan sampah juga menjadi hal utama di Provinsi Lampung, salah satunya Kota Bandarlampung. Sejalan dengan perkembangan dan pertumbuhan Kota Bandarlampung pelayanan kepada masyarakat menjadi sangat penting. Salah satu pelayanan yang diberikan Pemerintah Kota Bandarlampung adalah kebersihan. Permasalahan dibidang kebersihan dan pertamanan meliputi, penyediaan sarana dan prasarana kebersihan.

Kota Bandarlampung sebagai Ibu Kota Privinsi Lampung telah menjadikan Kota Bandarlampung sebagai pusat kegiatan pemerintahan,social, politik, pendidikan, dan kebudayaan sekaligus merupakan pusat perekonomian, perdagangan,dan jasa. Untuk itu, Kota Bandarlampung juga akan merasakan akibat langsung dari perubahan lingkungan. Dimana dari tahun ketahun semakin meningkatnya permintaan masyarakat terhadap penyediaan fasilitas umum.

Dikota Bandar Lampung produksi sampah pada tahun 2000 sebanyak 1kg perharinya dan terdapat peningkatan rata-rata sebesar 0.05 kg setiap tahunnya. Pada tahun 2011 di prediksi setiap orang akan menghasilkan sampah sebanyak 1,5 kg perhari.(Dinas Kebersihan Kota Bandar Lampung,2008).

(23)

karena kebersihan dan persampahan bukan harus menjadi monopoli dinas kebersihan dan pertamanan.

Namun pada prakteknya, tindakan 3M (Mengurangi, Menggunakan kembali, dan Mendaur ulang) belum terlalu disadari oleh masyarakat. Mengangap bahwa tanggung-jawab kebersihan lingkungan berada ditangan pemerintah kota. Masalah ini akan terlihat semakin rumit bila masyarakat dan Pemerintah Kota tidak saling sejalan.

(24)

Pengangkutan sampah dari TPS ke TPA merupakan kegiatan selanjutnya yang perlu dipikirkan. Memindahkan sampah dari tempat pembuangan sementara yang hanaya ditimbun dan tidak ditempatkan pada tempat penampungan akan menyebabkan kesulitan pada saat memindahkan sampah tersebut. Proses pemindahan tersebut harus dilakaukan dengan cepat agar tidak mengganggu kelancaran lalu lintas dan penggunan truk pengangkut menjadi efisien. Pengangkutan dari TPS ke TPA banyak dilakukan dengan menggunakan truk bak terbuka dan sudah bocor, sehingga sering terjadi smpah dan cairan sampah yang diangkut tersebar di sekitar rute perjalanan. Hal ini menjadikan keindahan kota terganggu karena sampah tercecer dan bau yang ditimbulkan akan menganggu pernapasan. Hal terakhir dari aspek teknis yang perlu diketahi adalah TPA.

Di kota Bandar Lampung tempat pembuangan akhir terletak di wilayah Teluk Betung Barat Bandar Lampung. Tempat pembuangan akhir sampah adalah tempat dimana sampah dikelola untuk dimusnahkan baik dengan cara penimbunan dengan tanah secara berkala (sanitary landfill), pembakaran tertutup (insenerasi), pemadatan dan lain – lain. (Depkes RI tentang kesehatan lingkungan, 1999).

(25)

sewaktu pembakaran sampah, jarak terhadap sumber air baku untuk minum (mata air, sumur, sungai, danau dan lain-lain) minimal 200 meter. Jarak tepi paling dekat terhadap jalan besar atau umum sedikitnya 200 meter, tidak terletak pada lokasi yang permukaan air tanahnya tinggi.

Operasi penanganan sampah yang harus dilakukan di tempat pembuangan akhir adalah harus dilakukan penyebaran untuk meratakan permukaan sampah dan pemadatannya di mana tebal lapisan yang dipadatkan tidak lebih dari 60 cm, setiap satu lapisan sampah yang telah dipadatkan ditutup dengan tanah minimal setebal 15 cm, frekuensi penimbunan sampah dengan tanah harus dilakukan setiap hari, untuk jenis sampah khusus seperti sampah bahan kimia beracun, sisa buangan industry, sampah infectious dari rumah sakit harus ditangani secara khusus, penutupan akhir dengan lapisan tanah sedikitnya setebal 60 cm (Depkes RI tentang kesehatan lingkunngan, 1999).

(26)

berjarak 500 meter dari TPA yakni warga kampung kumuh Bakung bertempat di RT 1 LK 3 Kelurahan Bakung.

Untuk operasi penanganan pengelolaan sampah juga tidak maksimal karena begitu kita memasuki gerbang TPA Bakung disambut dengan bau sampah yang begitu menyengat dan tidak sedap serta terlihat sekali penumpukan sampah yang begitu menggunung. Hal ini disebabkan karena sampah – sampah yang ada tidak dikelola dengan baik seharusnya pengelolaan sampah dilakukan sesuai dengan operasi penanganan sampah yang sudah ditentukan. Untuk meratakan permukaan sampah dan pemadatan dimana tebal lapisan yang dipadatkan tidak lebih dari 60 cm.

Besarnya timbunan sampah dan sampah yang dibiarkan menggunung, dan tidak dapat ditangani tersebut akan menyebabkan berbagai permasalahan baik langsung maupun tidak langsung bagi penduduk. Dampak langsung dari penanganan sampah yang kurang bijaksana diantaranya adalah berbagai penyakit menular seperti penyakit kulit dan gangguan pernapasan (respiratory disease). Saluran pernapasan, penyakit mata serta dapat merubah keseimbangan ekologis, yaitu timbulnya pencemaran udara atau polusi pada sumber – sumber air disekitanya. Sedangkan dampak tidak langsung diantaranya adalah bahaya banjir oleh karena terhambatnya arus air dari sungai.

(27)

kampung kumuh Bakung (slum area). Kita yang tidak biasa datang ketempat pembuangan akhir sampah pastilah tidak betah walupun hidung sudah ditutup sapu tangan bau busuk masih mampu menembus syaraf penciuman karena baunya terlalu menyengat. Mata juga melihat pemandangan yang menjijikkan dari sampah yang menyebar dan dikerubungi lalat, tetapi tidak bagi warga kampung kumuh Bakung.

Mereka seperti sudah kebal dari sengatan bau busuk tidak ada rasa mual ketika mereka mencium bau busuk yang sangat menyengat itu dan melihat tumpukan sampah yang berlindi. Manusia bersahabat dengan sampah itu terdapat di sekitar TPA Bakung Teluk Betung Barat Bandara Lampung. Di kompleks seluas 14 Ha inilah semua sampah dari 20 kecamatan di kota tapis berseri dibuang. Baik limbah rumah tangga, limbah pasar, limbah rumah sakit, maupun limbah industri. Di TPA ini setiap hari sekitar 800 ton sampah dibuang, pemerintah kota Bandar Lampung mengerahkan 90 dump-truck untuk mengangkut sampah dari seluruh penjuru kota dan menguburnya di TPA Bakung. Maka kumuh, kotor, dan bau sudah menjadi sejarah bagi kawasan di bagian paling luar kota Bandar Lampung.

(28)

karung setiap pagi mereka memunguti kardus, kertas,plastis, karung, beling dan logam. Hasil pulungan itu dijual sore kepengepul yang datang ke TPA dan membeli barang rongsokan yang dipungut pemulung pagi tadi. Sesorang pemulung biasa mendapat uang sebesar Rp. 10.000 sampai Rp. 15.000 per hari tidak sebanding dengan cucuran keringat dan tenaga yang mereka peras seharian.

Sebagai pemukiman yang tumbuh sejak lebih dari 20 tahun lalu kampung kumuh ini hidup para warga kampung kumuh RT 1 LK 3 Kelurahan Bakung tak pernah bisa membaik setelah bertahun – tahun berkawan dengan sampah namun mereka tetap melakoni lantaran tidak ada pilihan lain dengan segala imbas yang mereka dapat terutama kesehatan diri mereka, kesehatan lingkungan tempat tinggal. Setiap akhir tahun tepatnya pada bulan desember. Pemerintah memberikan bantuan uang sebesar Rp. 80.000 sebagai bantuan kepada warga sekitar TPA atau warga tersebut sering menyebutnya sebagai uang bau tetapi itu hanya berlangsung selama 2 tahun yaitu dari tahun 2010

samapai dengan tahun 2011. Sejak tahun 2012 sampai dengan 2013 pemerintah menganti uang tersebut dengan sembako diantaranya gula 1 kg, minyak sayur 1 kg, beras 3 kg, mie 5 bungkus, terigu 1 kg.

(29)

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana dampak pengelolaan sampah di TPA Bakung Teluk Betung Barat terhadap kesehatan masyarakat.

C. Tujuan Penelitian

Untuk menganalisis dampak pengelolaan sampah terhadap kesehatan

masyarakat wilayah Kelurahan Bakung Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandarlampung.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Praktis

a. Kegunaan Peneleitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan khusus ya pemerintah alam menyikapi permasalahan pengelolaan sampah terhadap kesehatan masyarakat.

2. Secara Teoritis

a. Hasil peneltian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi ilmu pengetahuan sosiologi dalam pemecahan masalah-masalah social, khususya sosiologi lingkungan.

(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Sampah

1. Pengertian Sampah

Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau proses alam yang berbentuk padat (UU No 18 Pengelolaan sampah Tahun 2008).Sampah adalah segala sesuatu yang tidak terpakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia, termasuk yang dilakukan industry tetapi yang bukan biologis karena human wastes tidak termasuk di dalamnya dan umumnya bersifat padat, karena air bekas tidak termasuk di dalamnya. (Azwar, 1995:6).

Sedangkan menurut widiwijoto (1983), sampah adalah sisa-sisa bahan yang telah mengalami perlakuan baik yang telah diambil bagian utamanya, telah mengalami pengolahan, dan sudh tidak bermanfaat, dari segi ekonomi sudah tidak ada harganya serta dari segi lingkungan dapat menyebabkan pencemaran atau gangguan kelestarian alam.

(31)

bahan-bahan organik yang umumnya berasal dari limbah pertanian. Sampah ini memiliki sifat mudah terurai oleh mikroorganisme dan mudah membusuk karena memiliki rantai karbon relative pendek. Sedangkan sampah anorganik berupa sampah padat yang cukup kering dan sulit terurai oleh mikro organism karena memiliki rantai karbon yang panjang dan kompleks seperti kaca, besi, plastic, dan lain-lain (Pengertian sampah, dalam

http://www.damandiri.or.id/file/indrapermanaipbbab2.pdf)

Berdasarkan pengertian diatas maka ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan sampah adalah segala sesuatu benda (padat, cair, dan gas) yang tidak dikehendaki lagi keberadaanya yang berasal dari aktifitas manusia kecuali kotoran manusia.

a. American Public Work Association berdasarkan karakteristiknya,

membagi sampah menjadi : 1) Sampah basah (garbage)

Yaitu sampah basah yang dihasilkan dalam proses pengolahan makanan sampah jenis ini bisa dihasilkan pada tempat pemukiman penduduk, rumah makan atau warung, rumah sakit, pasar dsb.

2) Sampah kering (rubbish)

(32)

3) Sampah abu (Ashes)

Yaitu benda yang tertinggal dari pembakaran kayu, arang, dan benda-benda lain yang terbakar.

4) Sampah jalan (Street Sweeping)

Yaitu sampah yang berasal dari jalan, biasanya berupa sampah daun-daunan dan pembungkus.

5) Sampah bangkai binatang (dead animal)

Yaitu sampah biologis berupa bangkai binatang kecil dan binatang peliharaan.

6) Rongsokan kendaraan (abandoned vehicles)

Yaitu bekas-bekas kendaraan milik umum dan pribadi, seperti bak mobil, becak, dan lain-lain.

7) Sampah industry (industrial wastes)

Yaitu sampah padat sebagai hasil buangan industry. 8) Sampah dari bangunan (demolition wastes).

Yaitu sampah yang terjadi karena penghancuran atau pembangunan suatu gedung. Sering kali diklasifikasikan dalam sampah kering misalnya, batu, beton, batu merah, papan, sisa pipa-pipa dan sebagainya.

9) Sampah khusus atau berbahaya (hazardous wastes)

Yaitu sampah kimia beracun, pestisida, pupuk radioaktif biologi, dan rumah sakit yang dapat membahayakan manusia.

(33)

Yaitu sampah yang berupa lumpur dari perusahaan air minum atau pengolahan air kotor, dapat diklasifikasikan dalam jenis tersendiri.

(http://mily.wordpress.com/2009/02/28/Sampah)

b. Sumber Sampah

Sumber dari sampah umumnya berhubungan erat dengan penggunan tanah dan pembagian daerah untuk berbagai kegunaan. Menurut Depkes RI Tentang pembuangan sampah (1987) sumber sampah dapat diklasifikasikan dalam berbagai kategori yaitu :

1) Pemukiman Penduduk

Pada tempat pemukiman biasanya sampah dihasilkan oleh suatu keluarga tunggal atau beberapa keluarga yang tinggal dalam suatu bangunan atau asrama biasanya terdapat dikota atau daerah sub urban.

Jenis sampah yang dihasilkan biasanya sisa makanan, dan bahan-bahan sisa sari pengolahan makanan atau sampah basah (garbage), sampah kering (rubbish) abu dan sampah-sampah khusus.

2) Tempat-tempat umum dan tempat-tempat perdagangan

Tempat umum adalah tempat yang dimungkinkan banyaknya orang berkumpul dan melakukan kegiatan termasuk tempat-tempat perdagangan. Tempat-tempat tersebut mempunyai potensi yang cukup besar dalam menghasilkan sampah.

(34)

sampah khusus dan kadang-kadang juga terdapat sampah yang berbahaya.

Contoh tempat-tempat tersebut adalah : toko, rumah makan/warung, tempat-tempat penginapan dan sebagainya.

3) Sarana pelayanan masyarakat milik pemerintah

Yang dimaksud dengan sarana pelayanan masyarakat disini misalnya:

a) Tempat-tempat hiburan umum (taman) b) Jalan umum

c) Tempat-tempat parkir

d) Tempat-tempat pelayanan kesehatan e) Komplek militer

f) Gedung-gedung pertemuan g) Pantai tempat berlibur

h) Sarana pemerintahan yang lain

Tempat tersebut diatas biasanya menghasilkan sampah khusus dan sampah kering.

4) Industri berat-ringan

Dalam pengertian ini termasuk :

a) Pabrik-pabrik produksi bahan-bahan

b) Sumber-sumber alam misalnya sumber energy c) Perusahaan kimia

(35)

f) Tempat pengolahan air kotor/air minum

(yang dimaksud dalam pengertian ini ialah usaha pengolahan air minum atau pengolahan air kotor dari kota dan juga pengolahan air kotor industry)

g) Dan lain-lain kegiatan industry, baik yang hanya bersifat distribusi, ataupun memproses suatu bahan mentah.

Sampah yang dihasilkan dari tempat ini biasanya sampah basah, sampah kering, abu, sisa-sisa bahan bangunan, sampah khusus dan sampah berbahaya.

5) Pertanian

Sampah dihasilkan dari tanaman atau binatang. Dari daerah pertanian ini misalnya sampah dari kebun, kandang, lading atau sawah.

Sampah yang dihasilkan berupa bahan-bahan makanan yang membusuk sampah pertanian, pupuk, maupun bahan pembasmi serangga tanaman.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sampah

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sampah menurut Depkes RI Tentang pembuangan sampah (1987) yaitu :

a. Jumlah penduduk dan kepadatnnya b. Pola kehidupan/tingkat sosial ekonomi c. Letak geografi

(36)

e. Musim

f. Kemajuan teknologi

d. Pengaruh Sampah Terhadap Kesehatan Manusia

Manusia yang hidup dilingkungan, tidak akan terhindar oleh adanya sampah yang hadir dilingkungan.Pengaruh sampah terhadap kesehatan dapat dikelompokkan menjadi efek yang langsung dan tidak langsung. Yang dimaksud dengan efek langsung adalah efek yang disebabkan karena kontak langsung dengan sampah tersebut. Efek tidak langsung yaitu dapat dirasakan masyarakat akibat proses pembusukan, pembakaran, dan pembuangan sampah.

Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan sampah yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat, tikus dan anjing yang dapat menimbulkan penyakit.

Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut: 1) Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus

yang berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum. Penyakit demam berdarah (haemorhagic fever) dapat juga meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai.

2) Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).

(37)

(taenia). Cacing ini sebelumnya masuk ke dalam pencernakan binatang ternak melalui makanannya yang berupa sisa makanan/sampah.

4) Sampah beracun: Telah dilaporkan bahwa di Jepang kira-kira 40.000 orang meninggal akibat mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi oleh raksa (Hg). Raksa ini berasal dari sampah yang dibuang ke laut oleh pabrik yang memproduksi baterai dan akumulator. ( http://mily.wordpress.com/2009/02/28/sampah).

Pola perjalanan sampah yang mengandung bahan kimia dalam mempengaruhi kesehatan manusia. Sampah yang mengandung bahan kimia mempunyai pola perjalanan tertentu, secara garis besar sampah yang mengandung bahan kimia tersebut akan memepengaruhi kesehatan manusia, dengan jalan masuk melalui:

1) Air Minum

2) Kontak melalui media 3) Makanan

4) Udara

5) Kontak langsung

(38)

1) Tanah

2) Binatang anthropoda sebagai vector 3) Kontak langsung

4) Air untuk kebutuhan tertentu

5) Binatang air sebagai tuan rumah sementara

Akhirnya secara garis besar sampah mempunyai lima pengaruh terhadap kehidupan manusia yaitu:

1) Media penular penyakit 2) Menganggu estetika 3) Polusi udara

4) Berakibat banjir 5) Kebakaran

( http://mily.wordpress.com/2009/02/28/sampah).

e. Pengaruh Sampah Terhadap Lingkungan

Menurut Chayatin Nurul (2009: 352), Gangguan-gangguan keseimbangan lingkungan yang paling sering terjadi antara lain pencemaran udara dan pencemaran air:

(39)

a) Pencemaran udara yang disebabkan oleh industry dan pertambangan; b) Pencemaran udara yang disebabkan oleh kendaraan bermotor dengan

segala systemnya;

c) Pencemaran udara oleh akses pembangunan;

d) Pencemaran udara oleh meningkatnya pembakaran bahan – bahan buangan (sampah dan lainnya), kebakaran hutan;

e) Pencemaran udara oleh letusan gunung api (pencemaran akibat sumber sampah alamiah);

f) Pencemaran udara oleh asap rokok

Dampak yang diakibatkan dari pencemaran udara ialah infeksi saluran pernapasan akut, iritasi mata, terganggunya ekologi hutan (akibat kebakaran hutan). Upaya penanggulangan pencemaran udara:

a) Mengembangkan system transportasi yang memakai bahan bakar ramah lingkungan

b) Adanya aturan tegas dr pemerintah bagi industry pencemar, misalkan mengharuskan industry besar melakukan inplant treatment sebelum

water effluent maupun industrial wasteproduct. Mengadakan

penghijauan.

c) Adanya kesadaran diri masyarakat untuk tidak merokok demi kepentingan bersama. Pemerintah memberikan aturan agar tidak merokok.

(40)

2) Pencemaran air. Air merupakan kebutuhan yang paling penting karena apabila manusia kekurangan sedikit cairan dapat mengakibatkan dehidrasi. Air bersih mempunyai standart kualitas yang perlu diketahui untuk pedoman pengunaannya, antara lain :

a) Standar kualitas air minum (nasional maupun internasional)

b) Standar kualitas air untuk rekreasi dan atau tempat – tempat pemandiaan alam (nasional atau internasional)

c) Standar kualitas air yang dihubungkan dengan limbah industry d) Standar kualitas air sungai

Saat ini semakin banyak timbul masalah – masalah pencemaran air yang disebabkan oleh sampah, diantaranya :

a) Pabrik pengelolaan makanan komposisi waste water nya meliputi bahan – bahan organic sebagai komponen utamanya. Disamping komponen – komponen organic kita temukan pula minyak, benda – benda terapung, benda – benda padat yang kasar, rasa dan warna b) Limbah pertambangan. Komponen adalah asam dalam bahan

pembuangan yang digunakan sebagai air pembersih c) Limbah industry minyak tanah

(41)

Sampah juga bisa menggangu kelestarian dan keseimbangan, lingkungan, kesehatan dan keamanan serta pencemaran antara lain :

a) Sampah dapat menimbulkan pencemaran atau pengotoran. Pencemaran dapat berupa udara kotor karena mengandung gas – gas yang terjadi dari perombakan sampah, bau yang tidak sedap, daerah yang becek dan kadang- kadang berlumpur apabila musim penghujan

b) Sampah bertumpuk – tumpuk menimbulkan kondisi fisik physicochemisyang tidak sesuai dengan lingkungan yang normal dapat

menyebabkan kenaikan suhu dan perubahan pH

c) Kekurangan oksigen pada daerah pembuangan sampah yang disebabkan karena proses perombakan sampah.

d) Gas – gas yang dihasilkan selama degradasi sampah dapat membahayakan kesehatan dan bahkan kadang – kadang beracun serta dapat mematikan.

e) Berbagai penyakit dapat timbul dari sampah

f) Secara estetika sampah tidak dapat digolongkan sebagai pemandangan yang nyaman untuk dinikmati.

(http:// mily.wordpress.com/2009/02/28/sampah)

B. Pengelolaan Sampah

(42)

baik sampai sekecil mungkin tidak menganggu atau mengancam kesehatan masyarakat. Pengelolaan sampah yang baik , bukan untuk kepentingan kesehatan saja, tetapi juga untuk keindahan lingkungan. Yang dimaksud dengan pengelolaan sampah disini adalah meliputi pengumpulan, pengangkutan, sampai dengan pemusnahan atau pengolahan sampah sedemikian rupa sehingga sampah tidak menjadi gangguan keehatan masyarakat dan lingkungan hidup (Notoatmojdo, 2007 :191).

Pengelolaan sampah dengan paradigma baru dapat dilakukan dengan prinsip-prinsip yang dapat diterapkan dalam keseharian, misalnya dengan menerapkan 4R, yaitu :

1. Reduce (Mengurangi) : sebisa mungkin lakukan minimalisasi barang atau material yang kita pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan.

2. Re-use (Memakai kembali) : sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang disposable (sekali pakai, buang). Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah.

(43)

memaksimalkan material setelah menjadi sampah, untuk dikembalikan lagi dalam siklus daur ulang material tersebut.

4. Replace ( Mengganti) : teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang barang yang hanya bisa dipakai sekalai dengan barang yang lebih tahan lama. Juga telitilah agar kita hanya memakai barang-barang yang lebih ramah lingkungan, Misalnya, ganti kantong keresek kita dnegan keranjang bila berbelanja, dan jangan pergunakan styrofoam karena kedua bahan ini tidak bisa didegradasi secara alami. http://mily.wordpress.com/2009/02/28/sampah/

C. Unsur-Unsur Pokok Dalam Pengelolaan Sampah Menurut Depkes RI Tentang Pembuangan Sampah (1987) Antara Lain :

1. Penyimpanan Sampah (phase stroge)

Penyimpanan sampah ialah tempat sementara, sebelum sampah tersebut dikumpulkan untuk kemudian diangkut serta dibuang (Azwar, 1995:6).

a. Metode penyimpanan sampah sementara menurut Depkes RI Tentang pembuanagan sampah(1987:35) adalah :

1) Sistem tercampur (combined)

Dalam sistem ini semua jenis sampah dimasukan dan tercampur dalam satu tempat penyimpanan sampah sementara.

2) Sistem terpisah (separate)

(44)

1) Sistem duet, disediakan dua tempat penyimpanan sampah sementara masing-masing untuk sampah basah dan sampah kering.

2) Sistem trio, disediakan tiga tempat penyimpanan sampah pecahan gelas, kaleng, dan lain-lain jenis sampah yang tidak terbakar/membusuk.

b. Adapaun syarat-syarat pokok tempat penyimpanan sampah sementara (container) menurut Depkes RI Tentang pembuanagan sampah (1987:34) antara lain adalah :

1) Syarat kontruksi

a) Tidak mudah berkarat

b) Terbuat dari bahan yang cukup kuat, ringan, kedap air.

c) Mempunyai tutup dan sebaiknya mudah dibuka/ditutup tanpa mengotori tangan.

d) Mudah diisi dan dikosongkan serta mudah dibersihkan. e) Mempunyai pegangan tangan/handdle di kedua belah sisinya. f) Alasnya harus dijaga supaya tidak mudah berlubang.

2) Syarat volume

Volumenya dapat menampung sampah yang dihasilkan oleh pemakai dalam waktu tertentu (3 hari).

3) Syarat lokasi

(45)

Menurut Wasito (1970:10), container sampah sebaiknya diberi rak-rak dengan ketinggian ± 30 cm dengan tujuan sebagai berikut :

1) Agar bagian dasar dari container itu tidak lekas rusak. 2) Agar di bawah container tetap terpelihara kebersihannya.

3) Menghindarkan kemungkinan adanya sarang-sarang tikus maupun serangga.

4) Mengurangi kemungkinan tergulingnya container.

2. Pengumpulan Sampah (phase collection)

Pengumpulan sampah adalah kegiatan mulai dari mengambil sampah dari tempat penyimpanan sampah sementara (container), ke tempat atau alat pengangkut kemudian membawanya ke tempat pengumpul sementara atau tempat pengolahan/tempat pembuangan akhir (Depkes RI Tentang pembuangan sampah, 1987:36).

TPS yang dianjurkan oleh Depkes RI (2008:12) adalah :

a. Jarak terhadap rumah terdekat adalah 30 meter dan terjauh 200 meter, hal ini mengingat kemungkinan timbulnya bau dan serangga (lalat) yang sangat menganggu terhadap masyarakat sekitar TPS.

b. Tidak berada di atas/di pinggir saluran air (selokan, parit, sungai) dengan tujuan untuk menghindarkan sampah berserakan di saluran air dan menimbulkan pencemaran air.

(46)

d. Tidak terletak pada daerah banjir dengan maksud untuk menghindarkan sampah di TPS terbawa air dan mencemari lingkungan sekitar.

e. Mudah dijangkau oleh kendaraan pengangkut sampah.

Alat angkut untuk mengangkut sampah dari sumber sampah maupun tempat pengumpulan sampah sementara menurut Depkes RI Tentang pembuanagan sampah, (1987:51-53) dapat berupa :

a. Gerobak

b. Truk dengan bak sampah berpintu atau tertutup c. Truk atau compactor

d. Truk pembawa container (Handdle Container System) e. Truk dengan kerekan (Hoist Truck System)

f. Sistem letak container dengan kemiringan (Fiet Frame Container)

g. Sistem “frash trailer” hampir sama dengan sistem kedua hanya lebih panjang-besar untuk menarik (trail)

Syarat-syarat alat pengangkut sampah yaitu :

a. Semua kendaraan yang dipakai untuk pengangkutan harus dibawah pengawasan petugas yang berwenang.

b. Semua bak kendaraan pengangkut sampah harus terbuat dari bahan logam atau melapisi bagaian dalam dinding bak dan lantai dengan bahan logam.

(47)

Untuk petugas yang melayaninya, harus disediakan pakaian dan perlengkapan kerja seperti pakaian khusus untuk kerja (overall), sarung tangan, masker, topi, sepatu boot (lars), sapu, pengki dan cangkul garpu.

Dalam keadaan darurat bila digunakan truk dengan bak terbuka, minimal harus ditutup atau menggunakan jala (jaring) untuk menghindarkan sampah berterbangan saat diangkut.

3. Pembuangan Sampah (phase disposal)

Pembuangan sampah akhir adalah tahap pelaksanaan dimana sampah dari kendaraan-kendaraan pengangkut dibuang ke tempat pembuangan yang telah ditentukan.

Metode-metode pembuangan sampah yang tidak dianjurkan menurut Depkes RI Tentang pembuangan sampah (1987:40-41) adalah :

a. Pembuangan sampah yang terbuka (open dumping)

Kelebihan open dumping adalah metode pembuangannya sangat mudah, hemat biaya, dan tidak banyak membutuhkan perencanaan dalam penyelenggaraannya. Namun metode ini tidak sanitair karena dapat meningkatkan produksi lalat dan tikus sehingga dapat meningkatkan penyebaran penyakit menular melalui vector serta dapat menimbulkan gangguan estetika.

b. Pembuangan sampah dalam air (dumping in water)

(48)

c. Pembakaran sampah di rumah-rumah (burning on premises)

Kurang sanitairnya metode ini terutama untuk sampah basah, disebabkan suhunya tidak cukup tinggi untuk bisa membakar sampah basah, maka sisa pembakaran bila tidak rapat dengan baik umpamanya dengan menimbunnya dalam tanah akan menjadi media bagi perkembangbiakan lalat maupun tikus, menimbulkan asap, bau, dan bahaya kebakaran. d. Pembuangan sampah untuk makanan hewan (hog feeding)

Metode ini tidak sanitair karena selain dapat menjadi media penularan penyakit, juga dapat menciptakan kondisi lingkungan yang kurang baik seperti timbulnya gangguan bau dan sebagai tempat perkembangbiakan vector.

e. Pemecahan sampah (garbage reduction)

Dalam metode ini, sampah basah dipecah melalui proses pemasakan sehingga diperoleh lemak dan zat-zat yang tersisa berbentuk padat sebagai bahan makanan ternak maupun bahan-bahan penyubur tanah.

Metode-metode pembuangan sampah yang dianjurkan menurut Depkes RI Tentang pembuangan sampah(1987:40-41) adalah :

a. Pembuangan sampah bersama air kotor masuk ke instalasi air kotor dengan didahului pemotongan sampah (grinding system)

b. Pembuangan sampah dengan maksud untuk kompos (composting) c. Pembakaran sampah melalui dapur-dapur pembakaran (incineration) d. Pembuangan sampah dengan maksud menutup tanah lapang secara

(49)

sebagai langkah pembuangan akhir yang memenuhi persyaratan teknis kesehatan.

Penggunaan metode sanitary land fill biasanya dengan maksud untuk menutup dan memanfaatkan tanah lapang yang kurang bermanfaat seperti tanah lapang yang rendah, tanah bergelombang atau tidak rata, tanah-tanah yang berair/berawa, tanah-tanah jurang dan lembah ngarai, dan adakalanya untuk meninggikan tanah yang ada.

Untuk mengelola sampah tersebut perlu diperhatikan beberapa elemen pokok terutama metode atau manajemen yang benar dan tepat antara lain :

a. Struktur organisasi

Untuk mencapai tujuan berdaya guna dan berhasil maka diperlukan penyusunan organisasi dengan pemikiran dasar untuk menentukan hubungan dan tugas serta tanggungjawab, karena kompleksnya kegiatan-kegiatan didalamnya.

b. Pembiayaan

Dalam melakukan program pengelolaan sampah, maka faktor biaya sangat menentukan. Pemasukan biaya dapat dilakukan melalui “retribusi

sampah” sesuai dengan peraturan-peraturan daerah atau peraturan lain

yang berlaku.

c. Penyusunan kegiatan opersional

(50)

perlengkapan kendaraan, teknik (pembersihan, pengumpulan, pembuangan), administrasi, pelayanan kesehatan, dan pemeliharaan. d. Pengelolaan perlengkapan

Untuk melakukan pengelolaan dibidang perlengkapan bagian-bagian yang perlu dipertimbangkan antara lain penempatan perlengkapan, pengembangan peralatan-peralatan, rancangan perlengkapan khusus dan pemeliharaan perlengkapan

e. Ketenagaan (personalia)

Ketenagaan merupakan masalah yang prinsip karena di dalam

pengelolaan dasar penggerakan adalah unsur “manusianya”. Oleh sebab

itu pemilihan tenaga yang tepat sangat penting. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan tenaga yaitu sikap mental, keterampilan dan fasilitas yang dimiliki perusahaan seperti upah.

f. Pencatatan dan pelaporan

Tujuan pencatatan dan pelaporan yaitu untuk membantu pengelolaan sampah dalam menerapkan peralatan yang tepat, memberi informasi yang lengkap untuk keperluan informasi yang mendalam pada terjadinya perubahan prosedur yang diterapkan serta dapat membantu merencanakan biaya yang dibutuhkan.

g. Cara kontrak

(51)

h. Peraturan perundangan dan landasan kerja

Dalam pelaksanaan pengelolaan sampah maka harus ada peraturan perundangannya yang mendukung dan landasan kerja yang tepat. Peraturan perundangan yang kita kenal saat ini adalah tergantung daerah masing-masing yang dikenal dengan peraturan daerah (PERDA). Sehingga landasan kerja bervariasi satu daerah dengan daerah lain. Persyaratan minimum yang perlu dicantumkan dalam menyusun peraturan guna landasan kerja adalah :

1) Ketentuan umum

2) Tanggung jawab secara administrasi

3) Ketentuan-ketentuan dalam penyampaian sampah sementara 4) Ketentuan-ketentuan dalam pengumpulan sampah

5) Ketentuan-ketentuan dalam pengangkutan sampah 6) Ketentuan-ketentuan dalam pengolahan

7) Ketentuan dalam pembuangan akhir 8) Permasalahan khusus

9) Ketentuan bimbingan

10) Ketentuan sangsi dan pelanggaran-pelanggaran i. Hubungan masyarakat

(52)

berpartisipasi dalam penyelenggaraan, melalui bentuk apapun keberhasilan juga ditentukan oleh peran serta masyarakat Depkes RI tentang pembuangan sampah, (1987 : 23-25).

D. Tinjauan Tentang TPA

1. Pengertian TPA

Tempat Pembuangan akhir atau TPA merupakan temapt dimana sampah mencapai tahap terakhir dalam pengelolaannya sejak mulai timbul di sumber pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan.

TPA merupakan tempat dimana sampah diisolasi secara aman agar tidak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan sekitarnya. Karenanya diperlukan penyediaan fasilitas dan perlakuan yang benar agar keamanan tersebut dapat dicapai dengan baik.

Selama ini masih banyak persepsi keliru tentang TPA yang lebih sering dianggap hanya merupakan tempat pembuangan sampah. Hal ini menyebabkan banyak Pemerintah Daerah masih merasa saying untuk mengalokasikan pendanaan bagi penyediaan fasilitas di TPA yang dirasakan kurang prioritas disbanding dengan pembangunan sektor lainnya.

(53)

jenis sampah yang tidak berubah sampai puluhan tahun; misalnya plastik. Hal ini memberikan gambaran bahwa setelah TPA selesai digunakanpun masih ada proses yang berlangsung dan menghasilkan beberapa zat yang dapat mengganggu lingkungan. Karenanya masih diperlukan pengawasan terhadap TPA yang telah ditutup.

2. Persyaratan Lokasi TPA

Mengingat besarnya potensi dalam menimbulkan gangguan terhadap lingkungan maka pemilihan lokasi TPA harus dilakukan dengan seksama dan hati-hati. Hal ini ditunjukkan dengan sangat rincinya persyaratan lokasi TPA seperti tercantum dalam SNI tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah; yang diantaranya dalam kriteria regional dicantumkan:

a. Bukan daerah rawan geologi (daerah patahan, daerah rawan longsor, rawan gempa, dll)

b. Bukan daerah rawan hidrogeologis yaitu daerah dengan kondisi kedalaman air tanah kurang dari 3 meter, jenis tanah mudah meresapkan air, dekat dengan sumber air (dalam hal tidak terpenuhi harus dilakukan masukan teknologi)

c. Bukan daerah rawan topografis (kemiringan lahan lebih dari 20%) d. Bukan daerah rawan terhadap kegiatan penerbangan di Bandara

(jarak minimal 1,5 – 3 km)

(54)

3. Persiapan Lahan TPA

Sebelum lahan TPA diisi dengan sampah maka perlu dilakukan penyiapan lahan agar kegiatan pembuangan berikutnya dapat berjalan dengan lancar. Beberapa kegiatan penyiapan lahan tersebut akan meliputi:

a. Penutupan lapisan kedap air dengan lapisan tanah setempat yang dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kerusakan atas lapisan tersebut akibat operasi alat berat di atasnya. Umumnya diperlukan lapisan tanah setebal 50 cm yang dipadatkan di atas lapisan kedap air tersebut.

b. Persediaan tanah penutup perlu disiapkan di dekat lahan yang akan dioperasikan untuk membantu kelancaran penutupan sampah; terutama bila operasional dilakukan secara sanitary landfill. Pelatakan tanah harus memperhatikan kemampuan operasi alat berat yang ada.

E. Definisi Kesehatan Masyarakat

(55)

Upaya memperbaiki dan meningkatkan sanitasi lingkungan merupakan kegiatan kesehatan masyarakat. Kegiatan kesehatan masyarakat adalah pencegahan penyakit yang terjadi dalam masyarakat melalui perbaikan sanitasi lingkungan dan pencegahan penyakit. Kesehatan masyarakat diartikan suatu upaya integrasi antara ilmu sanitasi dengan ilmu kedokteran. Dalam perkembangan selanjutnya kesehatan masyarakat diartikan sebagai aplikasi dan kegiatan terpadu antara sanitasi dan pengobatan dalam mencegah penyakit yang melanda penduduk atau masyarakat.

Oleh karena masyarakat sebagai objek penerapan ilmu kedokteran dan sanitasi mempunyai aspek social, ekonomi dan budaya yang sangat kompleks. Akhirnya kesehatan masyarakat diartikan sebagai aplikasi keterpaduan antara ilmu kedokteran, sanitasi, dan ilmu social dalam mencegah penyakit yang terjadi di masyarakat. (Notoatmodjo, 2007:14)

Menurut Ikatan Dokter Indonesia Amerika (1948) (dalam Notoatmodjo, 2007:16) kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui usaha – usaha pengorganisasian masyarakat. Batasan ini mencakup usaha – usaha masyarakat dalam pengadaan pelayanan kesehatan, pencegahan dan pemberantasan penyakit.

(56)

kesehatan masyarakat yang sampai sekarang masih relevan yaknikesehatan masyarakat mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan, melalui usaha – usaha pengorganisasian masyarakat untuk :

1. Perbaikan sanitasi lingkungan

2. Pemberantasan penyakit – penyakit menular 3. Pendidikan untuk kebersihan perorangan

4. Pengorganisasi pelayanan – pelayanan medis dan perawatan untuk diagnosis dini dan pengobatan.

5. Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhan hidup yang layak dalam memelihara kesehatannya (Notoatmodjo, 2007:15)

Pengorganisasian masyarakat dalam rangka pencapaian tujuan – tujuan kesehatan masyarakat, pada hakikatnya adalah menghimpun potensi masyarakat atau sumber daya yang ada didalam masyarakat itu sendiri untuk upaya – upaya yaitu : preventif, kuratif, promotif, dan rehabilitative kesehatan mereka sendiri. Pengorganisasian masyarakat dalam bentuk penghimpunan dan pengembangan potensi sumber – sumber daya masyarakat dalam konteks ini pada hakikatnya adalah : menumbuhkan, membina, mengembangkan partisipasi masyarakat di bidang pembangunan kesehatan.

(57)

kesehatan masyarakat. Dari lima bidang kesehatan masyarakat tersebut, dua kegiatan diantaranya yakni kegiatan pendidikan dan rekayasa sosial adalah menyangkut kegiatan pendidikan kesehatan. Sedangkan kegiatan bidang sanitasi, sesungguhnya tidak sekedar penyediaan sarana fisik, fasilitas kesehatan dan pengobatan saja tetapi perlu upaya pemberian pengertian dan kesadaran kedalam masyarakat tentang manfaat dan pentingnya upaya – upaya atau fasilitas fisik dalam rangka pemeliharaan, peningkatan dan pemulihan kesehatan.

F. Ruang lingkup Kesehatan Masyarakat

Masalah kesehatan masyarakat adalah multikausal maka pemecahannya harus secara multidisiplin. Oleh sebab itu, kesehatan masyarakat mempunyai bentangan yang luas. Semua kegiatan baik yang langsung maupun tidak langsung untuk mencegah penyakit (preventif), meningkatkan kesehatan (promotif), terapi (terpi fisik, mental dan sosial) atau kuratif maupun pemulihan (rehabilitatif) kesehatan (fisik, mental, sosial) adalah upaya kesehatan masyarakat. Misalnya : pembersihan lingkungan, penyediaan air bersih, pengawasan makanan, perbaikan gizi, penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat, cara pembuangan tinja, pengelolaan sampah dan air limbah, pengawasan sanitasi tempat – tempat umum, pemberantasan sarang nyamuk, lalat, kecoa, tikus dan sebagainya.

(58)

a. Pemberantasan penyakit, baik menular maupun tidak menular b. Perbaikan sanitasi lingkungan

c. Perbaikan lingkungan pemukiman d. Pemberantasan vector

e. Pendidikan (penyuluhan masyarakat) f. Pelayanan kesehatan ibu dan anak g. Pembinaan gizi masyarakat

h. Pengawasan sanitasi tempat – tempat umum i. Pengawasan obat dan minuman

j. Pembinaan peran sertamasyarakat

G. Kerangka Pikir

(59)
(60)

Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit),Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu contohnya adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita (taenia). Cacing ini sebelumnya masuk ke dalam pencernakan binatang ternak melalui makanannya yang berupa sisa makanan/sampah.

(61)

1. Reduce (Mengurangi) : sebisa mungkin lakukan minimalisasi barang atau material yang kita pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan.

2. Re-use (Memakai kembali) : sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang

bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang disposable (sekali pakai, buang). Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah.

3. Recycle (Mendaur ulang) : sebisa mungkin, barang-barang yg sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang. Tidak semua barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyak industri non-formal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain. Teknologi daur ulang, khususnya bagi sampah plastik, sampah kaca, dan sampah logam, merupakan suatu jawaban atas upaya memaksimalkan material setelah menjadi sampah, untuk dikembalikan lagi dalam siklus daur ulang material tersebut.

(62)

Skema Kerangka Pemikiran

Standar Pengelolaan Sampah

Sumber sampah dan jenis sampah

Dampak Positif dan Negatif yang Ditimbulkan oleh

Keberadaan TPA dan Sampah – sampah yang Ada

Usaha yang Dilakukan Pemerintah

untuk Mengelola

(63)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Menurut Surachmad (1978: 131), Tipe penelitian merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai tujuan dengan teknik serta alt-alat tertentu. Cara utama ini dipergunakan setelah peneliti memperhitungkan kewajaran di tinjau dari tujuan penelitian.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dampak pengelolaan sampah terhadap kesehatan masyarakat di wilayah tempat pembuangan akhir sampah bakung Kelurahan Bakung Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandarlampung. Dengan Pertimbangan ini maka tipe penelitian kualitatif lebih tepat digunakan.

(64)

Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data yang bersifat kualitatif, tidak menggambarkan jumlah dan bilang yang memiliki perbandingan yang pasti. Menurut Poewandari (1998:134) ukuran data kualitatif adalah logika dalam menerima atau menolak sesuatu yang dinyatakan dalam kalimat yang dirumuskan setelah mempeljari sesuatu itu dengan cermat. Data kualitatif tidak memiliki pembanding yang pasti karena kebenaran data yang diinginkan dibuktikan bersifat relatif. Berupa pandangan atau pendapat, konsep – konsep, kesan – kesan, keterangan, tanggapan, dan lain –lain tentang sesuatu atau keadaan yang berhubungan dengan kehidupan manusia

Endaswara (2006:89) perlu beberapa pertimbangan dalam menggunakan penelitian kualitatif. Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan peneliti; kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan secara langsung antara peneliti dan responden; dan ketiga, peneliti lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penejaman pengaruh bersama dan tehadap pola – pola nilai yang dihadapi.

Peneliti yakin cara terbaik untuk melihat, memahami, dan menggali informasi dalam penelitian adalah metode kualitatif karena :

1. Metode kualitatif lebih mudah karena berhadapan langsung dengan kenyataan.

(65)

mengenai Dampak tata kelola sampah terhadap kesehatan masyarakat di wilayah tempat pembuangan akhir sampah bakung

3. Metode kualitatif digunakan untuk menemukan dan memahami fenomena sebelumnya yang masih sedikit diketahui yakni fenomena tentang pengelolaan sampah yang belum maksimal

4. metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara sipeneliti dengan responden.

5. Metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak pengaruh bersama dan terhadap pola – pola nilai yang dihadapi.

6. Analisi data secara induktif.

7. Teori ini menggunakan teori dasar (grounded theory) peneletian kualitatif lebih menghendaki arah bimbingan penyusunan teoi secara subtantif yang berasal dari data.

8. Uraian bersifat deskriptif, data yang dikumpulkan berupa kata-kata. gambar dan bukan berupa angka.

Ciri – ciri penelitian Kualitatif (shvoong, 2007) :

1. Data yang dikumpulkan lebih banyak berupa kata-kata, gambar dan bukan berupa angka-angka;

2. Yang menjadi instrumen penelitiannya adalah manusia, dengan tidak ada jarak antara peneliti dan yang diteliti sehingg akan diperoleh pemahaman dan penghayatan obyek yang diteliti;

(66)

4. Analisis data secara induktif;

5. Penelitian kualitatif biasanya melakukan penelitian pada latar belakang alamiah atau konteks dari suatu keutuhan suatu permasalahan;

6. Peneltian kualitatif dapat menggunakan alat analisis statistik, tetapi untuk pengujian hipotesis tetapi biasanya hanya membantu menggambarkan gejala;

7. Dan penelitian kualitatif biasanya lebih mementingkan “proses” dari pada

“hasil”, hubungan antara bagian – bagian yang diteliti jauh lebih jelas

apabila diamati dalam proses;

8. desain penelitian dapat berubah atau disesuaikan berdasarkan temuan – temuan pada saat melakukan penelitian.

B. Fokus Penelitian

Masalah dalam penelitian kualitatif dinamakan focus. Penetapan focus penelitian kualitatif sangat penting karena untuk membatasi studi dan untuk mengarahkan pelaksanaan suatu pengamatan.Tanpa adanya fokus penelitian, peneliti akan terjebak oleh melimpahnya volume data yang diperoleh di lapangan. Fokus penelitian dalam penelitian kualitatif bersifat tentative artinya dapat berubah sesuai dengan latar penelitiannya.

(67)

tidak berkaitan dan untuk menghindari pengumpulan data yang melimpah. Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah :

1. Standar Pengelolaan Sampah 2. Sumber Sampah dan Jenis Sampah

3. Dampak Negatif dan Positif yang Ditimbulkan oleh Keberadaan TPA dan Sampah yang Ada

4. Usaha – usaha yang Dilakukan untuk Mengelola Sampah

C. Lokasi Penelitian

Penentuan lokasi secara purposive dapat dilakukan karena peneliti menganggap bahwa lokasi tersebut diperlukan bagi penelitiannya(Lexy. J Moloeong, 2000: 26). Demikian pula dalam penelitian ini, peneliti mengambil lokasi penelitiannya dilakukan di wilayah TPA Bakung, TPA bakung merupakan tempat pembuangan akhir yang ada di Kota Bandarlampung. Dengan kata lain, sampah yang dihasilkan oleh masyarakat Kota Bandarlampung akan di buang ke TPA Bakung. Dengan kondisi ini, masyarakat sekitar TPA Bakung mendapatkan dampak positif serta negative atas keberadaan TPA Bakung ini.

D. Jenis dan Sumber data

(68)

sekunder (tidak langsung) misal penelitian diambil dari penelitian orang lain. Kedua data tersebut dapat digunakan secara sinergis untuk melengkapi. Nama yang disebut dalam penelitian ini adalah nama samaran karena menyangkut privasi dan nama baik orang yang bersangkutan.

E. Teknik Penentuan Informan

Penentuan informan pada penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive sampling dimana pemelihan informan dipilih secara sengaja berdasarkan kriteria yang telah ditentukan dan ditetapkan bedasarkan tujuan.

Menurut Sprandly (dalam Faisal, 1999:57-58) supaya lebih terbukti perolehan informasi, ia menunjukkan beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan yaitu :

1. Subyek telah lama dan intensif dengan suatu kegiatan atau medan aktifitas yang telah menjadi sarana / perhatian penelitian.

2. Subyek yang masih terkait secara penuh atau aktif pada lingkungan atau kegiatan yang menjadi sasaran atau perhatian peneliti.

3. Subyek mempunyai cukup informasi , banyak waktu dan kesempatan untuk dimintai keterangan.

(69)

F. Teknik pengumpulan data

1. Wawancara Mendalam

Penelitian ini menggunakan wawancara mendalam dengan pedoman wawancara yang bersifat semi terstuktur. Wawancara semi terstruktur mnggunakan kerangka kerja sebagai pedoman petanyaan. Inti pertanyaan ditulis sebagai pedoman agar wawancara tidak menyimpang dari masalah penelitian. Namun, peneliti juga lebih fleksibel mengembangkan pertanyaan lanjutan sebagai respon terhadap jawaban informan. Metode tersebut digunakan untuk memperoleh pedoman yang lebih akurat dan mendalam bagi penelitian. Peneliti dapat menyesuaikan diri dengan situasi dan subyek yang di hadapi. Dalam penelitian ini, peneliti akan dibantu dengan menggunakan pedoman wawancara yang berguna mengerahkan jalannya wawancara.

2. Observasi

Hal ini dilakukan dengan melakukan observasi terhadap Masyarakat sekitaran Tempat pembuangan akhir sampah bakung

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam enelitian ini dilakukan dengan tiga cara yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

1. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan data. Pengabstraksikan dan transformasi data

(70)

bentuk analisa data yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan dapat ditarik dan diverifikasi (Miles dan Huberman 1992 :15). Pada tahap reduksi data, peneliti dengan seksama memilah dan memilih data mana yang akan dijadikan sandaran utama sebelum disajikan dalam penelitian ini.

2. Penyajian Data

Menurut Miles dan Huberman (1992 : 14) data adalah sekumpulan informasi yang tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Data yang diperoleh dari wawancara mendalam dengan masyarakat sekitaran tempat pembuangan akhir sampah bakung.

3. Penarikan Kesimpulan

(71)

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Gambaran Lokasi Kelurahan Bakung

Kelurahan Bakung Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung, pada tahun 1982 asal mulanya merupakan satu wilayah dari Kampung Kuripan yang termasuk dalam Kabupaten Lampung Selatan. Sejak berdirinya Kecamatan Teluk Betung Barat Berdasarkan pada Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 1982 Tentang perbahan batas wilayah Tanjung Karang – Teluk Betung dimana sebelumnya adalah bagian wilayah Kecamatan Panjang Kabupaten Daerah Tingkat II Lampung Selatan, dan akhirnya dipertegas dengan SK Gubernur No.6/185/B/111/HK/1988 Tertanggal 6 Juli 1988 mengenai pemecahan wilayah Kelurahan Kuripan Menjadi Kelurahan Bakung dibentuk suatu pemerintahan desa/kelurahan yang dipimpin oleh seorang kepala kelurahan (dari Pegawai Nergeri Sipil).

Kelurahan Bakung Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung merupakan daerah lintasan perhubungan antara kota dan daerah wilatah pemerintah tingkat I dan tingkat II (Monografi Kelurahan tahun 2012).

Gambar

Tabel 1.1 Luas Areal Kelurahan Bakung
Tabel 2. Sumber Air Minum
Tabel 3. Jumlah Penduduk Usia<1 Tahun sampai >60 Tahun
Tabel 4. Tingkat Pendidikan Penduduk
+7

Referensi

Dokumen terkait

Urutan hasil uji korelasi antar aspek dengan kompetensi interpersonal pada remaja yang tidak memiliki saudara kandung ……….

[r]

Untuk meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit, maka Komite Medis telah membentuk suatu sub komite Peningkatan Mutu Pelayanan yang membantu Komite Medis dalam menangani

[r]

Lokasi responden pada penelitian ini terdapat pada 4 (empat) desa yang berbeda dan pengambilan sampel air sungai dilakukan pada 3 (tiga) titik, sehingga variasi

[r]

Dalam konteks ini, saya melihat bahwa dalam arena produksi desain, dari etnografi agen-agen yang berpengaruh pada perubahan desain dianggap bisa mewakili arena

Hasil penelitian menunjukan: (1) secara umum perilaku seksual siswa berada pada taraf waspada menuju perlu pengembangan; (2) penanganan masalah perilaku seksual siswa