( STUDI PADA AKADEMI KEBIDANAN ADILA BANDAR LAMPUNG )
Oleh
AHMAD DAHRO
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN
Pada
Program Pascasarjana Magister Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
Good University Governance
dalam perspektif
New Institutionalism
( Studi Pada Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung )
Oleh
Ahmad Dahro
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pertanyaan tentang fungsi lembaga Akademi
Kebidanan Adila Bandar Lampung berkenaan dengan formal rule, standar operational procedure, dan compliance procedure.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui implementasi prinsip-prinsip good university governance di Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung. Penelitian ini menggunakan metode gabungan analisis deskriptif data kualitatif dan
kuantitatif yaitu dengan menganalisa data-data statistik terhadap peran pimpinan
lembaga, actor mahasiswa dan dosen, dalam komunitas perguruan tinggi.
Hasil penelitian menunjukkan : ( 1 ) masih rendahnya pemahaman dan penerapan
prinsip good university governance pada komunitas/civitas akademika Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung, sehingga formal rule dan turunan aturan formal di lembaga sulit dipatuhi dan dilaksanakan dengan baik. (2) Proses
penyusunan peraturan kelembagaan serta turunan peraturan dalam bentuk
standard operational procedure ( SOP ) belum melibatkan banyak pihak terutama mahasiswa sebagai aktor dan dosen sebagai bagian dalam komunitas
dalam lembaga. (3) Implementasi prinsip-prinsip good university governance, yang merupakan konsep solutif atas dasar nilai-nilai transparency, rule of law, participation dan responsiveness, belum diterapkan sepenuhnya dalam menegakkan, menjalankan, dan mengevaluasi pelaksanaan aturan formal
kelembagaan, hal ini menjadi penghambat terciptanya atmosfer akademik yang
lebih baik
DAFTAR ISI
1.1.Latar Belakang Masalah ………..……
1.2.Rumusan Masalah ………..
2.2.Prinsip-prinsip Good Governance ……….
2.3.Konsep Good University Governance ……….
2.4.Pendekatan New Institusionalisme ………....
2.5.Konsep Institusionalisme Normatif ………
2.6.Fokus Pendekatan ……….
3.5.Tehnik pengumpulan data ………
36
34
35
36
3.6.Tehnik analisa data ……….. 41
IV PROSEDUR FORMAL DAN GOOD UNIVERSITY
GOVERNANCE DI AKADEMI KEBIDANAN ADILA
BANDAR LAMPUNG
4.1.Visi Misi tujuan dan strategi Akbid Adila Bandar Lampung
4.2.Struktur Organisasi. ……….
4.3.Sumber Daya Manusia ( Dosen dan Karyawan ) ……….
4.4.Statuta, Pedoman Akademik dan Peraturan Lainnya …….……..
4.5.Mahasiswa dan Lulusan ……….………
V HASIL PENELITIAN DAN IMPLEMENTASI PRINSIP
GOOD UNIVERSITY GOVERNANCE DI AKADEMI
KEBIDANAN ADILA BANDAR LAMPUNG
5.1.Identitas Narasumber………...
5.2. Analisis data produk peraturan formal lembaga. ………
5.2.1. Peraturan formal internal lembaga ………..………….
5.2.2. Peraturan formal eksternal lembaga .………..………..
5.3.Analisis implementasi prinsip Good University Governance
dalam perspektif peraturan kelembagaan ( formal rule ) dan
Standar Operational Procedur ( SOP ) di Akademi Kebidanan
Adila Bandar Lampung ……….
5.3.1. Analisis kualitatif perspektif kelembagaan dan standar
operational procedure ………....
5.3.2. Analisis data kuantitatif perspektif kelembagaan dan
standar operational procedure………..
5.4. Analisis implementasi Prinsip Good University Governance
dalam perspektif kepatuhan terhadap aturan ( compliance
Procedure)……….………
5.4.1. Analisis deskriptif terhadap kepatuhan mahasiswa..
5.4.2. Analisis data statistic terhadap kepatuhan mahasiswa.
100
107
111
VI. SIMPULAN DAN SARAN
6.1.Simpulan. ………..………….
6.2.Saran ………..
113
113
114
Daftar Pustaka. ………
1.1. Latar belakang masalah
Sesuai amanah Undang- Undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional , utamanya pada konsideran menimbang ayat c :
sesungguhnya sistem pendidikan tinggi harus mampu menjamin peningkatan
mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan dalam menghadapi
berbagai tantangan sesuai tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional dan
global, sehingga perlu diupayakan perubahan dan perbaikan proses pendidikan
tinggi secara terencana terarah dan sustainable.
Bila kita pahami makna yang terkandung dalam ayat c Undang-Undang tersebut
diatas, betapa penting bagi kita untuk bersama-sama mengawal kegiatan
pendidikan tinggi di Indonesia, agar dapat dipastikan seluruh rangkaian proses
kegiatan di perguruan tinggi dilaksanakn dengan baik sesuai kaidah, norma aturan
yang berlaku, sehingga kita dapat menikmati proses belajar di perguruan tinggi
dengan kualitas yang bersaing secara local, nasional dan Internasional. Upaya
peningkatan mutu belajar di perguruan tinggi sedianya dapat dilakukan secara
continue melalui proses evaluasi secara berkelanjutan dan transparan.
Proses evaluasi di perguruan tinggi setidaknya adalah dilakukan melalui upaya
Bahwa belajar di perguruan tinggi adalah merupakan pilihan strategis seseorang
dalam mencapai impian hidup dan tujuan masing-masing individu. Keinginan,
motivasi belajar, tehnik belajar serta sikap perilaku mahasiswa, dosen, pimpinan
perguruan tinggi serta sumber daya pendidikan tinggi sangat berpengaruh terhadap
kesadaran akan tujuan individu dan lembaga pendidikan tinggi. Kesamaan
pandangan dan keselarasan misi akan menjadikan suasana belajar di perguruan
tinggi tercipta atmosfer akademik yang menyenangkan tanpa mengurangi makna
perguruan tinggi sebagai scientific vigor.
Pengendalian proses di perguruan tinggi sangatlah penting, jika dijalankan dengan
prinsip-prinsip yang benar dan komprehendship, maka sesungguhnya ajang
pengkonfirmasian pemahaman keilmuan serta proses belajar-mengajar di
perguruan tinggi dengan sendirinya akan efektif.
Berbagai upaya mutlak dilakukan oleh penyelenggara pendidikan tinggi, utamanya
dalam melakukan perubahan-perubahan, khususnya upaya pembenahan perguruan
tinggi menuju perbaikan kualitas penyelenggaraan pendidikan tinggi.
Dalam melaksanan perubahan-perubahan di institusi pendidikan tinggi hendaknya
perlu memperhatikan prinsip-prinsip dasar dalam penyelenggaraan perguruan
tinggi, sejalan dengan perkembangan di era global ini, setiap penyelenggara
pendidikan tinggi diharapkan mampu untuk bersaing dengan perguruan tinggi
lainnya di kawasan lokal, skala nasional dan bahkan di tingkat Internasional
seperti yang telah diamanahkan berbagai Undang Undang RI yang mengatur
Secara umum pendidikan di Indonesia sudah banyak mengalami perubahan yang
kemudian sangat perlu mendapat kajian dan perhatian yang lebih mendalam,
terutama yang berkaitan dengan tata pamong ( governance ), proses akademik,
kualitas pelayanan, suasana akademik, riset serta upaya pengembangan yang
seharusnya dilakukan, dan kemudian secara kuantitatif dapat diukur juga seberapa
sering sebuah perguruan tinggi melakukan kajian-kajian dengan mengundang
pakar atau ahli dibidang tertentu untuk melakukan kajian-kajian dalam rangka
perubahan yang akan dilakukan di perguruan tinggi.
Selanjutnya bila kita lebih jauh membahas tentang pelayanan bagi mahasiswa
misalnya, apakah berkenaan dengan sarana pra sarana perkuliahan, sarana
praktikum dan sarana praktik lapangan, apakah sudah baik dan kemudian apakah
telah dilakukan kajian-kajian untuk bagaimana membuat strategi perubahan, dan
kemudian dapat juga dilihat apakah kualitas pelayanan tadi sudah cukup mumpuni
untuk dilaksanakan dan kemudian bagaimana perubahan-perubahan serta apa saja
langkah-langkah yang akan dilakukan berkenaan dengan pelayanan. Sangat
banyak faktor yang saling mempengaruhi berkaitan dengan riset untuk mencari
sebuah atau beberapa solusi alternatif dalam rangka mencari solusi yang cocok,
dan memungkinkan untuk dapat dilaksanakan dalam upaya perbaikan.
Membangun sebuah perguruan tinggi tidaklah mudah dan tidak juga akan datang
dengan sendirinya, akan tetapi diperlukan sebuah proses yang tidak sederhana, ia
butuh proses perjuangan dan pengorbanan, yang harus dibangun secara sinergi
sebuah sikap dan perilaku pimpinan perguruan tinggi yang memungkinkan untuk
mampu membangun komitmen kinerja yang disepakati bersama, secara terbuka,
jujur dan berkeadilan.
Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung adalah salah satu perguruan tinggi
kesehatan yang melaksanakan program studi diploma III kebidanan yang secara
geografis berada di ibukota provinsi Lampung, dan di bawah koordinasi Kopertis
Wilayah II direktorat jendral pendidikan tinggi Kemendikbud RI. yang kini sedang
menghadapi berbagai permasalahan yang membutuhkan pemecahan, serta
tantangan atas dinamika dan perkembangan pendidikan yang kini berjalan .
Berbagai kendala yang dihadapi tentu saja tampak pada berbagai negative
indicator yang muncul dipermukaan, mulai dari kebijakan peraturan hingga pada
implikasi pada pelayanan yang dianggap belum memuaskan bagi stakeholder, juga
pada persoalan yang sederhana yang belum mampu diatasi secara baik.
Peneliti akan beranjak dari kasus dan peristiwa larinya 129 mahasiswa dari
kampus dan asrama Akbid Adila Bandar Lampung pada pukul 02.00WIB. senin
dini hari tanggal 26 november 2012, yang telah menjadi sorotan publik, dan
menjadi berita diberbagai media massa di lokal Lampung dan bahkan media
nasional Poskota serta berbagai berita TV nasional, mempertanyakan penyebab
dari larinya mahasiswa tersebut, meskipun telah terjawab ketika dipertemukannya
mahasiswa dan orang tua serta berbagai pihak yang dianggap berkaitan dengan
Berbagai spekulasi-pun dilontarkan masyarakat melalui media, Sutopo Ghani ,
Guru besar fak. Pertanian Universitas Lampung : “ Kalau kaburnya sampai 129
orang dari 189 mahasiswa, yang saya duga pasti ada faktor lain dari sekedar
penerapan peraturan dan kedisiplinan di lingkungan akademi, penegakan disiplin
dalam lembaga pendidikan adalah keharusan, terutama untuk pendidikan khusus,
seperti halnya akademi kebidanan maupun keperawatan. ( SKHU. Lampost, rabu
28 Nopember 2012 )
Demikian menarik untuk dikaji dan dicari kebenaran kasus yang terjadi, penting
untuk dilakukan penelitian untuk didapat sebuah solusi secara tepat dengan
pendekatan-pendekatan ilmiah, dan pendekatan teoritik berkaitan dengan apa
sesungguhnya penyebab peristiwa itu terjadi, yang barangkali kajian dalam
penelitian ini dapat menjadi solusi dalam perubahan-perubahan yang seharusnya
dilakukan oleh Akbid Adila Bandar Lampung kedepannya.
Meskipun kenyataan empirik menunjukkan bahwa pada dasarnya Akademi
Kebidanan Adila Bandar Lampung memiliki kemampuan dan kekuatan dalam
melaksanakan tugas- tugasnya utamnya apabila mengacu pada standar nasional
pendidikan yang telah ditetapkan oleh pemerintah melalui Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP) berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 tahun 2005,
yang telah terakreditasi oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (
BAN-PT ) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, namun demikian beberapa
pada permasalahan kepemimpinan dan tata pamong yang tampaknya harus lebih
diperkuat.
Dampak lain dari kejadian Senin dini hari tanggal 26 november 2012 tersebut
diatas adalah muncul masalah-masalah baru dengan berbagai
pertanyaan-pertanyaan masyarakat yang akan mendaftar di Akademi Kebidanan Adila Bandar
Lampung pada periode penerimaan mahasiswa baru 2013-2014, yaitu tentang
penyelesaian dan akar masalah yang sesungguhnya, meskipun direspon secara baik
oleh pimpina perguruan tinggi namun tidak serta merta menyelesaikan dampak
dari masalah yang telah terjadi, ini tampak pada jumlah pendaftar yang sedikit
menurun dari tahun sebelumnya.
Demikian halnya ketika berita-berita yang sudah muncul dimedia masa, juga
terekat erat pada data elektrik berita pada media internet, khususnya pada penyaji
berita yang meng-online-kan beritanya di media internet.
Adanya permasalahan ini juga terkuak bahwa antara pihak pengelola asrama
mahasiswa Akbid Adila dengan pelaksana program studi di Akademi Kebidanan
Adila ada kerenggangan komunikasi, sehingga terkesan tidak ada koordinasi
antara keduanya baik pengelola program studi maupun pengelola asrama
mahasiswa.
Rasa trauma yang belum terobati adalah bagi mahasiswa yang telah terlanjur kabur
pada kasus tersebut adalah rasa penyesalan yang mendalam atas kejadian yang
mengajukan pindah ke perguruan tinggi lain, yang patut dicurigai penyebabnya
adalah kasus kejadian malam pelarian 129 mahasiswa itu sendiri
Berbagai tantangan yang dirundung perguruan tinggi Akbid Adila Bandar
Lampung atas kejadian tersebut, tampaknya tidak menyurutkan aktifitas civitas
akademika Akbid Adila untuk tetap menjalankan tugas dan fungsinya masing
masing, disatu pihak kemudian untuk menjawab kebutuhan masyarakat terhadap
produktifitas perguruan tinggi yang lebih unggul, tentunya Akbid Adila Bandar
Lampung memiliki kewajiban dan menjaga konsistensinya terhadap kualitas
pelaksanaan tridharma perguruan tinggi. Bila kita lihat dari visi Akbid Adila
Bandar Lampung: menjadi perguruan tinggi kesehatan kebidanan yang unggul di
Indonesia pada tahun 2016, tentu menarik untuk dibahas, terutama apa saja dan
bagaimana kiat-kiat yang akan dilakukan untuk menggapai visinya tersebut.
Pada pra penelitian yang saya lakukan sekilas akan diuraikan kondisi tata pamong
( governance ) yang ada pada Akbid Adila Bandar Lampung saat ini :
1.1.1. Personil pimpinan dalam struktur organisasi :
Akbid Adila Bandar Lampung berjumlah 5 orang terdiri atas direktur, 3(
tiga ) pembantu direktur dan satu orang kepala tata usaha dan administrasi
akademik, serta didukung beberapa unit pelaksana tehnis juga unit
pelayanan mahasiswa yaitu pengelola beberapa laboratorium dan
perpustakaan.
Struktur kepemimpinan yang dibangun, sudah baik namun dalam
dalam sebuah kebijakan, yang kemudian masih perlu diamati secara cermat
berbagai pendapat atas pelaksanaan keputusan berupa peraturan yang
diberlakukan kepada mahasiswa sebagai peserta didik, begitu juga dengan
peraturan yang berlaku bagi karyawan dan dosen serta komunitas Akbid
Adila Bandar Lampung secara keseluruhan.
1.1.2. Sistim kepemimpinan dan pengalihan ( deputizing ), serta akuntabilitas
pelaksanaan tugas berdasarkan statuta:
Rentang kendali dalam pengalihan dan direct kewenangan, terutama pada
bagian akademik, dan kemahasiswaan, dalam hal ini berhubungan dengan
pelayanan kepada mahasiswa. Yang menarik dalam hal ini adalah pendapat
dan evaluasi dari mahasiswa yang melaksanakan berbagai peraturan
akademik serta norma etika yang berlaku. Pada umumnya memang
mahasiswa tidak seluruhnya menerima berbagai aturan, norma yang
diberlakukan, namun pada posisi dilematis lembaga menerapkannya secara
tegas berkaitan dengan penerapan dan pelaksanaan peraturan, terutama
berkaitan dengan berbagai standar operasional yang mengikat pada
peraturan perundang-undangan yang berlaku di Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
1.1.3. Partisipasi civitas akademika dalam pengembangan kebijakan serta
pengelolaan dan koordinasi pelaksanaan program.
Dalam menyusun konsensus pelaksanaan berbagai kegiatan akademik pada
khususnya mahasiswa sebagai pelaksana utama kebijakan lembaga, serta
dosen sebagai pengawas penegak aturan akademik, sehingga akan muncul
baik atau tidaknya pelaksanaan program studi di institusi.
Persoalan penting untuk dicermati dan untuk diteliti adalah bagaimana
sesungguhnya Akbid Adila Bandar Lampung melakukan penanganan-penanganan
terhadap masalah-masalah yang terurai diatas. Adalah menjadi tantangan peneliti
untuk menjawab berbagai pertanyaan terutama mengenai apa saja yang sudah,
sedang dan yang akan dilakukan saat ini oleh Akbid Adila Bandar Lampung,
kemudian dalam konteks ini konsep good univesity governance dengan
pendekatan Institusionalisme baru adalah model yang diharapkan dapat menjadi
solusi dalam memecahkan berbagai problem yang terjadi di Perguruan Tinggi.
Konsep good governance diharapkan dapat dijadikan bingkai yang lengkap untuk
mensinergikan civitas akademika Akbid Adila Bandar Lampung, masyarakat
pengguna, dan pemerintah termasuk negara dalam kerangka otonomi kampus yang
sudah menjadi konsep pelaksanaan pendidikan tinggi di Indonesia, kemudian
dalam kajian ini akan dilakukan penelitian, apakah sudah sejalan dengan
konsep-konsep dan prinsip good university governance, yang menjadi dasar tata kelola
pendidikan tinggi yang baik. jawaban yang komprehenship mengenai kasus
ini.untuk ini peneliti melakukan penelitian dan kajian dikaitkan dengan
kejadian-kejadian, serta data-data penunjang untuk dianalisis pendekatan ilmiah melalui
Sejauh ini apakah aturan-aturan kelembagaan yang terapkan di Akademi
Kebidanan Adila Bandar Lampung telah dilaksanakan dengan prinsip-prinsip
penerapan good governance, yang kini semakin gencar dibicarakan diberbagai
kesempatan diskusi ilmiah maupun kajian ilmiah, termasuk dalam buku-buku
terbaru yang terbit di Indonesia, sebut saja beberapa seri buku good governance :
yang ditulis oleh Sedarmayanti, kemudian dalam kajian buku good coorporate
governance yang ditulis Adrian Sutendi, serta teori yang dikembangkan oleh
perusahaan otomotif besar Toyota, menarik untuk dicermati khususnya berkenaan
dengan bagaimana pelaksanaan tata kelola perguruan tinggi di Akademi
Kebidanan Adila Bandar Lampung ini
Semangat perubahan serta langkah-langkah nyata adalah hal yang mutlak
dilakukan. Peneliti akan menyoroti dan melihat secara langsung upaya upaya
perubahan yang dilakukan untuk mewujudkan visi Akbid Adila Bandar Lampung
yang sangat baik dan menarik untuk dicermati. Peneliti juga akan mencoba
melihatnya melalui pendekatan teori new institusionalism dengan turunan konsep
institusional normatif dengan juga peneliti tidak mengabaikan berbagai metoide
yang dilakukan institusilainnya misalnya dengan Toyota Kaizen Methods: dengan
6 ( enam ) Langkah perbaikan : ( Isao Kato & Art Smalley, 2011:38 )
Dewasa ini konsep good university governance dipakai diberbagai perguruan
tinggi di Indonesia, akan tetapi berbeda dengan realitas empirik dan praktik di
perlu untuk di teliti khususnya untuk di teliti penerapan konsep good university
governance.
Beberapa fenomena menarik yang dapat dikaji dalam penyelenggaraan akademik,
apakah pelayanan bagi mahasiswa, apakah prinsip prinsip good governance dalam
sistem organisasi akademik, begitu masih dirasakan minim.
Berbagai keluhan dan permasalahan tersebut juga berdampak terhadap proses
implementasi good university governance, sebagaimana visi Akademi Kebidanan
Adila, oleh karenanya penulis akan meneliti lebih dalam fenomena tersebut
dengan menghantarkan rumusan judul “ Good university governance dalam
perspektif new institutionalism “ ( studi pada Akademi Kebidanan Adila Bandar
Lampung )
1.2. Rumusan masalah
Pelaksanaan proses pendidikan tinggi yang baik, diharapkan tidak sekali-kali
berhenti atas dampak dari sebuah masalah yang paling besar sekalipun, dan dalam
penelitian ini akan menyoroti hal-hal yang berpijak pada latar belakang masalah
tersebut diatas, yang kemudian perlu dikemukakan permasalahan penelitian dalam
bentuk kalimat pertanyaan penelitian sebagai berikut:
Bagaimanakah penerapan prinsip-prinsip good university governance (
transparency, rule of law, participation, responsiveness) pada aturan- aturan
politik dalam tataran konsep new institusionalism khususnya pada perspektif
aturan formal (formal rules) , standar operasional prosedur (standar operational
procedure) dan kepatuhan ( compliance procedure ),?
1.3. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini diharapkan setelah di teliti dan dikaji akan dapat diketahui
sejauhmana Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung sebagai salah satu
penyelenggara pendidikan tinggi, mengimplementasikan prinsip-prinsip good
university governance (transparency, rule of law, participation, responsiveness ),
pada institusi terutama pada perspektif institusional baru dalam tataran teori ilmu
politik khusus pada konsep kelembagaan, berkaitan pelaksanaan standar
operasional prosedur , formal rule ( statuta) dan compliance prosedur yang
dikembangkan institusi pada seluruh civitas akademik Akademi Kebidanan Adila
Bandar Lampung.
1.4. Kegunaan penelitian
1.4.1. Kegunaan praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan bagi
Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung, dalam upaya pembenahan
dan perbaikan menuju kualitas penyelenggaraan pendidikan tinggi yang
Lebih dari itu peneliti berharap hasil penelitian ini juga dapat menjadi
kritik sekaligus upaya pertimbangan perubahan bagi perguruan tinggi
lainnya dalam upaya peningkatan mutu penyelenggaran pendidikan tinggi
di Indonesia.
1.4.2. Kegunaan teoritis.
Hasil penelitian ini merupakan perpaduan 2 ( dua ) konsep good university
governance dan new institutionalism dalam ilmu politik, khususnya dalam
implementasi prinsip-prinsip good university governance diharapkan dapat
membantu mengetahui secara jernih bagaimana mengimplementasikan
prinsip-prinsip good university governance pada perspektif new
intitutionalism yaitu pada aturan formal lembaga (formale rule), standar
operasional prosedur (SOP), kepatuhan (compliance procedure) di
perguruan tinggi Indonesia.
Untuk dapat dijadikan sebagai referensi untuk meneliti lebih mendalam dan
luas dalam upaya-upaya mencari kebenaran dalam ilmu politik, khususnya
berkaitan dengan prinsip good university governance ( transparency, rule
of law, participation, responsiveness ) didalam perspektif konsep new
II. TINJAUAN PUSTAKA
Sebelum memaparkan fokus pendekatan dan teori yang akan dipakai, peneliti terlebih
dahulu menguraikan sistematika tinjauan teoritik dan pendekatan-pendekatan yang akan
disajikan dalam rumusan masalah yang juga tergambar pada kerangka pikir, peneliti akan
menelaah berbagai opini, paradigma, dan teori-teori yang dapat dijelaskan pada uraian bab
ini.
2.1. Konsep good governance
Gagasan tentang good governance di Indonesia bermula pada tergulingnya era
pemerintahan orde baru yang kemudian disusul bergulirnya semangat reformasi
sejak tahun 1998, begitu cepat telah merubah warna bagi para penyelenggara dan
aparat negara, sebagai harapan dan tuntutan publik untuk mendapatkan pelayanan
administrasi atas administrasi birokrat, yang dituntut menyelenggarakan
pemerintahan secara transfaran, akuntable, berkeadilan dengan prinsip-prinsip good
governance.
Gerakan perubahan yang digalakkan sejak awal reformasi tidak lain adalah
setidaknya gerakan tersebut mengisyaratkan kepada aparatur negara dalam hal ini
para penyelenggara pemerintahan, agar menciptakan situasi pemerintahan yang
bersih ( clean ), serta menyuguhkan pelayanan-pelayanan yang prima bagi
masyarakat.
Konsep good governance merupakan proses penyelenggaraan kekuasaan negara
dalam melaksanakan penyediaan public goods and service ( pemerintah atau
kepemerintahan ), sedangkan praktik terbaiknya disebut good governance (
kepemerintahan yang baik ) , wujud dari good governance adalah komitmen semua
pihak yaitu pemerintah dan masyarakat ( Sedarmayanti,2012:2). Senada dengan
keinginan masyarakat luas, sesungguhnya pemerintah dituntut memberikan suguhan
pelayanan terbaik, diikuti oleh perkembangan kemampuan dan kekuatan birokrat
yang kuat. Kuat dalam arti memiliki kekuasaan dibidang pelayanannya dan
kemampuan masing-masing, sehingga pada akhirnya akan dikuti perubahan mental
masyarakat pengguna layanan birokrat tadi dengan kataatan terhadap peraturan dan
hukum serta melaksanakan kewajibannya sebagai warganegara yang baik. Demikian
akan terjadi simbiosis muatalistik diantara penyelengara pemerintah dan masyarakat,
maka akan tercipta produktifitas semua bidang atas dampak positif kinerja aparatut
pemerintah tadi.
Konsep good governance dari segi fungsional : aspek: governance dapat ditinjau dari
tujuan yang telah digariskan, atau justru sebaliknya dimana pemerintahan tidak
berfungsi ( Sedarmayanti, 2012:4 )
2.2. Prinsip- prinsip good governance
Dalam buku yang ditulis secara berseri tentang good governance, kepemerintahan
yang baik ( Sedarmayanti,2012:13 ) terdapat beberapa teori yang dikutip tentang
prinsip-prinsip good governance , kemudian menarik untuk dikaji kembali dalam
penelitian ini antara lain :
2.2.1. Menurut Bhatta, Gambir, tahun 1996
No. Prinsip
Accuntability ( akuntabilitas ) Transparency ( ( transparansi ) Opennuess ( keterbukaan ) Rule of Law ( kepastian Hukum )
Management of Competency ( manajemen kompetensi )
Human Right ( Hak Asasi Manusia )
Prinsip good governance yang dicetuskan diatas cenderung cocok di
terapkan pada lembaga pemerintah ( birokrasi pemerintahan ) yang
berhubungan kemitraan dengan perusahaan bisnis , prinsip-prinsip lebih
cocok diterapkan pada institusi yang lebih makro, lembaga partai politik,
2.2.2. Menurut UNDP ( United Nation Development Program ) tahun 1997.
Participation ( partisipasi ) Rule of Law ( kepastian hukum ) Transparency ( transparansi ) Responsiveness ( tanggung jawab )
Consenses Orientation ( berorientasi pada kesepakatan ) Equity ( keadilan )
Effectiveness and efficiency ( efektititas dan efisiensi ) Accountability ( akuntabilitas )
Strategic vision ( visi strategic )
Ide prinsip yang dicetuskan UNDP memberikan penekanan pada tanggung
jawab organisasi, disamping visi strategi lembaga dalam melakukan
aktiftitas dan pelayanannya, prinsip-prinsip diatas dapat diberlakukan dalam
system bernegara dalam hal ini adalah institusi yang lebih makro dan besar.
2.2.3. Menurut Mustopadidjaja, 1997
Konsistensi kebijakan dan kepastian hukum
Menurut Mustopadidjadja, Ide dasar dalam pelayanan pemerintahan
pemerintah oleh institusi pemerintah itu sendiri, dengan mengedepankan 7 (
tujuh ) prinsip dasar saja.
2.2.4. Menurut Undang-undang RI nomor 30 tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan tindak pidana korupsi
No. Prinsip
penegakan hukum, terutama dalam upaya negara menanggulangi,
permasalahan korupsi di Indonesia, namun prinsip tersebut dapat pula
diterapkan di berbagai lembaga yang mengurusi keuangan.
2.2.5. Menurut LAN ( Lembaga Administrasi Negara ) tahun 2003.
No. Prinsip Cepat tanggap, Efektif dan efisien Berdaya saing
Lembaga Administrasi Negara yang fokus menyoroti hal-hal yang berkaitan
dengan birokrasi, terutama menyangkut pelayanan pemerintah, dalam
pelayanan-pelayana pemerintah yang langsung menyentuh rakyat (
masyarakat ).
Hal yang paling mendasar untuk melaksanakan prinsip menciptakan
keadilan dibutuhkan beberapa prasyarat yang saling terkaita dan satu sama
lainnya saling mempengaruhi adalah :
1. Transparansi
2. Akuntabilitas
3. Kepastian Hukum
4. Partisipasi.
Empat syarat tersebut akan berdampak pada dampak selanjutnya terhadap
corporate governance yang akan dirasakan stakeholders yang berbagai kepentingan , adalah terciptanya keadilan ( fairness ) dalam supra system, untuk saling berinteraksi satu sama lain ( Adrian Sutedi : 2012:44 )
2.3. Konsep Good University Governance
Ide dan pemikiran muncul diberbagai kalangan akademisi dan peneliti di Indonseisa
khususnya, dan bahakan sudah banyak memunculkan gagasan-gagasan GUG itu
sendiri dalam penelitian – penelitian yang dilakukan diberbagai perguruan tinggi
terkemuka di Indonesia. Gagasan-gagasan mereka para peneliti telah merambah pada
tataran fakultasnya, tidak sekedar pada tataran kelembagaan tertinggi ( rektorat )saja.
Tidak dapat dipungkiri bahwa konsep good university governance dipakai dan mulai
diterapkan sejak munculnya elaburasi dua konsep good governance dan good
Corporate Governance, latar belakang kesadaran pengelolaan sebuah negara tidak
oleh berbagai kalangan peneliti mengelaburasinya mencari konsep good university
governance.
Berbagai konsep yang banyak ditawarkan atas hasil berbagai penelitian
memunculkan teori serta konsep tentang bagaimana membangun system good
university governance. Pemikiran-pemikiran yang kini muncul tentang resep mujarab
menjalankan lembaga pendidikan tinggi, diklaim menjadi konsep yang cukup ideal
bagi perguruan tinggi dalam menghadapi persaingan di era yang semakin kompetitif.
Konsep good university governance menurut Awan Diga Aristo, yang kini
mengembangkan dan menawarkan konsep ini di Institut Teknologi Bandung adalah
merupakan turunan dari konsep tata kepemerintahan yaitu konsep good governance
itu sendiri. Kemudian konsep ini diharapkan bagaimana seharusnya manajemen
penyelenggaraan perguruan tinggi yang baik dan kemudian menempatkan perguruan
tinggi itu sendiri di tengah-tengah masyarakat, bangsa dan Negara.( Awan Diga
Aristo, 1540008,: 2013 )
8 ( delapan ) konsep dasar Good Governance : partisipasi, orientasi pada
consensus, akuntabilitas, transparansi, responsive, efektif dan efisien, ekuiti (
persamaan derajat ) dan inklusifitas dan penegakan supremasi hukum. Jika di
implementasikan secara ideal, memungkinkan akan mengurangi jenis-jenis korupsi,
penyimpangan-penyimpangan serta sikap-sikap otoritarian dikalangan elit serta akan
Kesadaran akan pentingnya penerapan delapan priinsip dasar good university
governance, sebagai nilai-nilai luhur dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi ,
adalah ukuran dari perguruan tinggi untuk menerapkan Good University Governance
atau tidak ; adalah sejauhmana perguruan tinggi menyikapi dinamika yang terjadi
dalam penyelenggaraannya tanpa mengkhianati nilai-nilai luhur dan amanat yang
diembannya dari masyarakat, bangsa dan Negara yang menaunginya.
Konsep governance menurut Osborne yang dikutip oleh Meredith Edwards, 2013:3
dalam seri tulisannya tentang University Governance: A Mapping and Some issues
mengatakan bahwa Good Governance setidaknya menerapkan prinsip partisipasi,
tranparansi, akuntabilitas, kompetisi.
Call for Good governance seek more participation, transparency,
accountability, competition, and less regulation though it is necessary to
optimize rather than maximize such qualities ( Osborne, 1998:1
Kajian yang dilakukan Awan Diga aristo ,2012 pada Intitut Tehnologi Bandung,
mengungkap 8 ( delapan ) prinsip Good university Governance, penerapan delapan
prinsip GUG akan memastikan pengurangan tingkat korupsi, pandangan kaum
minoritas diperhitungkan dan suara dari mereka yang paling lemah dalam masyarakat
didengar dalam proses pengambilan keputusan. Konsep GUG juga responsive
terhadap masa kini dan kebutuhan masyarakat dimasa depan. Depalan prinsip itu
adalah : partisipasi, orientasi pada consensus, akuntabilitas, transparansi,
responsive, efektif dan efisien, ekuiti ( persamaan derajat ) dan inklusifitas dan
Delapan prinsip Good University Governance dapat kita cermati sebagai berikut :
2.3.1. Partisipation
Kata kunci partisipasi muncul dari pria dan wanita dalam konsep Good
Governance, partisipasi sebagaimana dimaksud adalag secara langsung
dapat juga melalui intitusi yang dibentuk melalui dan proses legitimasi.
Partisipasi membutuhkan organisasi dan informasi sehingga perlu data dan
susunan tata pamong yang baik yang menunjukkan keikutsertaan berbagai
komponen perguruan tinggi dalam mengambil dan memberikan putusan.
Sehingga tampak juga kebebasan berkumpul berserikat dan mengemukakan
pendapat hingga pada tataran mahasiswa dapat diakomodir dan disertakan.
2.3.2. Rule Of Law
Kerangka legalistic atau peraturayang ditegakkan hukum diperguruan tinggi
sesungguhnya harus lengkap saling mendukung peraturan satu sama lainnya
dan tidak bertentangan diantaranya. Peraturan hukum yang diterapkan
memenuhi unsur perlindungan utuh terhadap Hak Asasi Manusia terutama
kaum minoritas, diperguruan tinggi sebaiknya memiliki lembaga
independent dalam upaya penegakan peraturan.
2.3.3. Transparency
Makna transparansi adalah memenuhi aturan yang berlaku dalam
mengimplementasikan aturan, dan informasi mengenai aturan dapat
diakses semua pihak, sehingga tidak memunculkan interpretasi
macam-macam, dalam hal ini informasinya mudah dipahami dan jelas.
Informasi yang disediakan hendaknya bebas diakses langsung oleh
stakeholder dan masyarakat umum juga para pihak yang akan dipengaruhi
oleh keputusan tersebut.
2.3.4. Responsiveness
Pelayanan terhadap stakeholders dalam konsep Good Governance
membutuhkan institusi dan proses didalamnya yang melayani secara
tanggap cepat dan tepat sasaran
Ketepatan pelayanan dan kecepatannya dibutuhkan agar stakeholder
mendapatkan haknya atas kewajiban yang pernak diberikan kepada institusi,
sehingga tidak menimbulkan perdebatan antara hak dan kewajiban dalam
perimbangannya.
2.3.5. Consensus Oriented.
Banyak aktor dalam komunitas dan beragam sudut pandang didalamnya
akan memerlukan mediasi atas berbagai kepentingan didalam masyarakat
utamanya dalam rangka mencapai sebuah consensus umum dalam
masyarakat yang merupakan kepentingan atau keputusan yang terbaik dapat
dicapai untuk keseluruhan pemangku kepentingan dan masyarakat
Perspektif jangka panjang dan luas perlu dalam konsep GUG sehingga apa
yang dibutuhkan dan diperlukan dalam pengembangan jangka yang panjang
dapat dipahami dimengerti serta didukung semua pihak, misalnya dalam
mengonsep Visi dan misi lembaga dan masing masing institusi dapat
mengikuti secara benar dan terarah pada kebersamaan orientasi
2.3.6. Equity and inclusiveness
Keberadaan komunitas secara keseluruhan dapat terakomodir dan
memastikan berbagai pihak merasa didalamnya sesungguhnya dibutuhkan
sebuah proses yang menunjukkan kebersamaan kepentingan, posisi dan
kedudukan dalam komunitas, sehingga tidak ada sesorang atau kelompok
merasa tidak berada dalam mainstream komunitas.
Keseimbangan dan kebersamaan dapat berjalan bila semua kelompok
terutama kelompok yang paling minoritas ( lemah ) diberikan kesempatan
yang sama dalam keberadaannya dalam komunitas tersebut.
2.3.7. Efectiveness and Efficiency
Good University Governance mengartikan bahwa keluaran dari proses dan
institusi mencapai sasaran dengan indicator memenuhi kebutuhan
masyarakat, dengan tidak mengesampingkan efisiensi dan efektifitas dalam
mengelola sumber daya.
Dalam konteks GUG efisiensi diartikan sebagai pemanfaatan dan
pemberdayaan sumberdaya secara keseluruhan secara sustainable dengan
2.3.8. Accountability
Kebutuhan utama dalam konsep GUG adalah akuntabilitas, ternyata tidak
hanya bagi organisasi pemerintah atau negara saja namun dalam institusi
pendidikan tinggi dibutuhkan suatu pertanggungjawaban kepada
stakeholdernya, dengan melakukan akuntabilitas publik dan stakeholdernya
itu sendiri sehingga sebuah organisasi atau institusi bertanggung jawab pada
semua pihak-pihak yang dipengaruhinya atas tindakan dan
keputusan-keputusan institusi tersebut. Demikian selanjutnya bahwa akuntabilitas
seharusnya ditindaklanjuti dengan proses supremasi hukum dengan landasan
transparansi.
Dalam kajian penelitian ini akan hanya fokus menggunakan beberapa prinsip yang
paling penting menyangkut ketiga pendekatan kajian aturan formal, SOP dan
kepatuhan yaitu hanya dengan menggunakan pendekatan prinsip transparency, rule
of law, participation, dan responsiveness. Sehingga diharapkan penelitian ini akan
benar-benar fokus pada hal yang yang paling penting diterapkan di perguruan tinggi
2.3. Pendekatan New Institusionalism
Institusionalism adalah turunan ilmu politik, diluar teori poiltik didalamnya terdapat
deskripsi tentang konstitusi, system hukum, dan struktur organisasi, dan
perbandingannya antarwaktu, dan inilah yang kemudian berkembang sebagai konsep
Berbeda dengan old institusionalism, bahwa new institusionalism lebih mencermati
bukan hanya sekedar dampak institusi terhadap individu, akan tetapi juga bagaimana
interaksi antara individu dengan institusi.
Rod Rhodes ( 1972 ) : Pendekatan institusional adalah suatu subjek masalah yang
mencakup peraturan, prosedur, dan organisasi formal. Ia memakai alat-alat ahli
hukum dan sejarahwan untuk menjelaskan batas-batas pada perilaku politik maupun
efektifitas demokratis, dan ia membantu perkembangan model westmister tentang demokrasi representative ( dikutip kembali oleh David Marsh dan Gerry Stoker 2011: 109 )
2.4. Konsep Institusionalisme Normatif
Konsep Institusionalism normative merupakan cabang dari konsep New
Intitusionalism, sebagaimana perkembangan perubahan konsep traditional
institusionalism ( Terlalu berpihak pada batasan dan lingkup saja ), konsep
pendekatan intitusinal baru mencermati tidak hanya dampak institusi terhadap
individu, namun lebih jauh mencermati interaksi antara institusi dan individu, di
dalamnya terdapat perilaku, struktur, legalitas, fungsi dan sebagainya. maka
kemudian berkembang pada cabang new intsitusionalism normative.
Institusionalism normative menyatakan bahwa: institusi politik ( kekuasaan ) mempengaruhi perilaku aktor dengan membentuk nilai , norma, kepentingan,
identitas dan keyakinan mereka ( March dan Olsen 1989:17 ) dikutip kembali dalam
Mengapa konsep ini dipakai, sesungguhnya bahwa norma dan nilai yang dikandung
dalam instutusi akan membentuk perilaku individu. Institusionalisme baru setuju
bahwa institusi politik adalah peraturan tentang permainan, namun demikian kita
wajib mengkategorikan peraturan kebiasaan informal dalam prosedur formal,
sehingga dapat terbangun gambaran yang real tentang apa saja yang dapat
menentukan perilaku politik dan pembuatan keputusan, yang kemudian juga akan
menimbulkan resiko melonggarnya konsepstual.
Jika peraturan membentuk perilaku diperluas yang memasukkan perautran implicit
dan pemahaman yang samar-samar, dalam rangka mencakup contoh-contoh dimana
perilaku yang diamati tidak sesuai dengan aturan formal institusional apapun, maka
teori tidak bisa di falsifikasi. Jika kita mengamati perilaku yang tidak sesuai dengan
kecaman peraturan formal, pasti ada aturan lain yang tidak dapat diidentifikasi
( David Marsh 2011:123 )
Institusionalism bukanlah teori, namun lebih dipahami sebagai perspektif
pengorganisasir, yang menyediakan peta terhadap subjeknya dan petunjuk jalan
menuju pertanyaan sentralnya.
Institusionalisme baru dianggap sebagai pendekatan yang luas, beraneka-ragam
terhadap politik, dengan kehidupan politik itu sendiri dengan penjelasan yang
dibutuhkan. Kemudian pendekatan institusionalisme baru dijadikan sebagai model
pendekatan perpindahan dari suatu posisi yang problematik menuju yang lebih
memadai dalam suatu bidang, dapat juga dikategorikan sebagai perpindahan
2.5. Fokus Pendekatan
Dalam penelitian ini sebagaimana diuraikan diatas berikut adalah turunan konsep dari
teori ilmu politik, yang merupakan bagian dari konsep Institusional baru dengan
fokus pendekatan formal rules, standard operational prosedure, compliance
prosedure) dengan memperhatikan prinsip-prinsip dasar Good University
Governance yaitu dijelaskan berikut ini :
2.5.1. Formal of rules
Dalam filsafat politik sesungguhnya dalam kajian ilmu politik wajib
mengedepankan ide-ide dasar seputar dari mana kekuasaan bermula,
kemudian bagaimana kekuasaan itu dijalankan, dan untuk apa kekuasaan
diselenggarakan, berkaitan dengan ini tentu tidak berbeda dengan kekuasaan
dalam lembaga pendidikan tinggi, kekuasaan itu diatur dalam sebuah aturan
formal.
Sebuah institusi adalah organisasi tertata melalui pola perilaku yang diatur
oleh peraturan yang telah diterima sebagai standar ( Miriam Budiarjo:
97:2008 )
Menurut Miriam Budiarjo, institusi adalah peraturan-peraturan yang stabil,
yang memungkinkan orang yang sebenarnya hanya mementingkan diri
sendiri, tergerak untuk bekerja sama dengan orang lain untuk tujuan bersama.
Dalam melakukan tindakan bekerja sama dan untuk tujuan bersama tentu saja
dibutuhkan sebuah aturan formal, seperti halnya statuta di perguruan tinggi
menjalankan tugas pokok dan fungsinya di organisasi kelembagaan perguruan
tinggi.
Aturan formal yang dibangun disebuah perguruan tinggi sedianya terbentuk
atas terpenuhinya sifat keterbukaan ( transparency ), dengan menjaga
akuntabilitas serta keseimbangan kepentingan atas berbagai pihak (
stakeholders ) serta memiliki nilai-nilai kewajaran dan responsibilitas yang
kuat.
Statuta sebagai aturan dasar dalam perguruan tinggi selain mengikuti asas
formal yang dikeluarkan Kementerian Pendidikan Kebudayaan RI, melalui
kebijakan dirjen Dikti, tentang Pedoman Pembuatan Statuta, diberikan
kebebasan membuat aturan dasar khususnya di perguruan tinggi swasta
diberikan kebebasan mengatur dirinya sendiri, baik menyangkut tata pamong
dan visi misi lembaga, juga arah kebijakan serta tugas pokok dan fungsi
stakeholder dan pimpinan perguruan tinggi, dengan tidak melepaskan
prinsip-prinsip good governance sebagai paradigma membangun aturan di perguruan
tinggi.
Bahwa paradigma baru perguruan tinggi pasca runtuhnya masa orde baru,
sangat memungkinkan seluruh stakeholders di perguruan tinggi untuk
bersikap independent dalam setiap keputusan dan aturan yang dibuat, dengan
melekatkan prinsip transparency, akuntabilitas dan tanggung jawab serta
berkembangnya prinsip-prinsip good governance secara luas dengan baik
diperguruan tinggi, hingga pada tataran seluruh pemangku kepentingan.
Keterlibatan semua pihak yang berkepentingan dan lembaga lain yang diajak
bekerja sama adalah sebuah keniscayaan, agar pihak-pihak dapat memahami
dan menjalankan tugas dan fungsinya serta peran masing-masing sesuai
tanggung jawab masing-masing.
Pihak-pihak yang berperan pada dalam perguruan tinggi dalam menjalankan
fungsi perguruan tinggi adalah meliputi: seluruh pimpinan di dalam sebuah
perguruan tinggi, dewan penyantun, yayasan, senat akademik,
rector/ketua/direktur dan pembantu-pembatunya, pejabat struktural, dosen,
dan karyawan serta lembaga lain diluar institusi yang bekerjasama.
2.5.2. Standard Operating Procedure ( SOP )
Menurut Edwards III ( 1980:125 ) yang dikuti kembali oleh Rolip Saptam (
academia.edu.com ) , SOP adalah respon yang timbul dari implementor untuk
menjawab tuntutan-tuntutan pekerjaan karena kurangnya waktu dan
sumberdaya serta kemauan adanya keseragaman dan operasi organisasi yang
kompleks dan tersebar luas, dijelaskan bahwa SOP yang bersifat rutin
didesain untuk situasi tipikal dimasa lalu mungkin menghambat perubahan
dalam kebijakan karena tidak sesuai dengan situasi atau program baru. Dalam
pendekatan SOP ini, betapa cara-cara kerja yang baru tidak dapat dipakai
dalam melaksanakan kebijakan kebijakan organisasi, sehingga dinamika
sangat besar utamanya percepatan perubahan perilaku actor, yang tidak dapat
diimbangi dengan perubahan prosedur dengan kekakuan standar operasional
dalam kehidupan lembaga.
Besaran perubahan kebijakan yang baru akan membutuhkan perubahan
dengan cara-cara yang lebih dinamis dan fleksibel dalam suatu lembaga
khususnya berkaitan dengan stakeholder sebagai subjek, sehingga akan sangat
menghambat pelaksanaan aktifitas dan kinerja disemua bagian.
2.5.3. Compliance of procedure ( prosedur wajib /kepatuhan )
Prosedur wajib atau kepatuhan terhadap aturan sesungguhnya dimaksudkan
untuk disiplin dalam bertindak dan berperilaku,sehingga menuju pada tataran
kesadaran kebutuhan akan kepatuhan terhadap pelaksanaan prosedur dan
aturan yang ada.
Compliance of procedure merupakan pendekatan pelaksanaan tata kelola
kelembagaan, yang memungkin orang dan stakeholder secara bersama-sama
mempertanggungjawabkan ( responsibility ) terhadap aturan formal yang ada.
2.6. Kerangka Teori
Kerangka teori dalam penelitian ini dibutuhkan agar tergambar secara jelas teori yang
dipakai dalam mengkaji dan suatu masalah dalam riset. Kerangka teori yang dipakai
dalam penelitian ini adalah elaborasi prinsip good university governance ( transparency, rule of law, partisipation, responsivenes ) dengan konsep new
dan complience procedure, yang merupakan cabang teori New Institusionalism yang
tergambar dalam bagan gambar.
Pada gambar 1 di halaman berikutnya ini dapat menjelaskan sistematika penelitian
dengan pendekatan teori new intitusionalim yang didalamnya terdapat pendekatan
peraturan formal, standar operasional prosedur, dan kepatuhan melaksanakan aturan,
dalam proses itu semua, akan dilihat dari implementasi prinsip prinsip good
university governance ( transparency, rule of law, participation, responsivenes ) di
Masalah Penelitian
( statuta, pedoman akademik )
2. Standar Operational
Procedure. ( SOP )
3. Compliance Procedure
( kepatuhan akan kewajiban )
temuan – temuan
penelitian
Teori politik konsep institusional
baru ( new institusionalism ) :
perspektif formal rules, compliance
procedure, dan standar operational
3.1. Tipe penelitian.
Untuk mengkaji fenomena di Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung
sebagai subjek dan sekaligus objek penelitian ini maka dalam menentukan
tipe penelitian ini, peneliti akan menyesuaikan dengan masalah dengan
desain penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan kombinasi metode deskriptif kualitatif dan analisis statistik
kuantitatif yang dengan pendekatan penelitian tindakan.
Kombinasi metode kualitatif dan kuantitatif adalah juga tepat digunakan
dalam kajian penelitian, dalam ilmu politik sering dipakai dalam kelompok
kancah politik formal, hingga sikap dan perilaku politik masyarakat. Bahwa
politik juga tidak kita batasi pada politik kekuasaan di parlemen atau
pemerintahan, lebih luas lagi bisa dalam politik sebuah keluarga, dan
apalagi politik dalam sebuah lembaga / institusi sebuah pendidikan tinggi.
Penelitian kombinasi kualitatif dan kuantitatif dalam perspektif politik
kelembagaan akan lebih tergambar dalam metode ini, yang kemudian akan
masuk pada penelitian tindakan.
Penelitian tindakan bertujuan untuk mengembangkan keterampilan atau
cara pendekatan baru untuk memecahkan masalah dalam dunia kerja
dikutip oleh Mustiqon, 2012:78 ) dimana pola dan struktur penelitian ini
bertujuan untuk meningkatkan dan perbaikan praktik praktik dunia
pendidikan.
Mengapa kemudian peneliti menggunakan kedua metode ini, sesungguhnya
dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan
tindakan dan analisis data kuantitatif akan memungkinkan peneliti dapat
lebih dalam dan akurat dengan mudah melihat permasalahan serta
memberikan solusi, khususnya pada permasalahan yang penulis teliti,
disamping itu peneliti dalam hal ini terlibat langsung melakukan interaksi
secara intensif dengan subjek penelitian.
3.2. Fokus penelitian
Peneliti menentukan fokus penelitiannya dimaksudkan agar terdapat
batasan studi terhadap relevansi studi penelitian ini, sehingga batasan
bidang-bidang temuan dan arah fokus penelitian yang jelas, diharapkan
dapat dengan tepat sasarannya untuk menganalisa data terkait dengan fokus
masalah dan substansial.
Fokus utama dalam penelitian ini adalah pada aturan-aturan lembaga (
statuta, pedoman akademik, SOP ) yang ada keterkaitannya dengan prinsip
good university governance, ( transparency, rule of law, partisipation,
responsivenes ) khususnya dibidang pendekatan kelembagaan ( new
Sesuai dengan fokus yang ditentukan diatas maka penelitian ini akan
terarah pada jabaran substansi persoalan berikut ini :
3.2.1. Transparency, rule of law, participation, responsiveness pada
peraturan formal lembaga ( formal rule ).
3.2.2. Transparency, rule of Law, participation, Responsiveness pada
standar operasional prosedur ( SOP )
3.2.3. Transparency, rule of law, participation, responsiveness pada
kepatuhan terhadap aturan ( compliance procedure ).
3.3. Jenis dan Sumber Data
Dalam rangka pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan sangat
selektif, tentu dengan berbagai pertimbangan terutama melihat konsep dan
teori yang dipakai dalam penelitian ini, dan kemudian juga atas dasar
keinginan peneliti yang diharapkan dapat mampu dan didapat validitas
serta makna serta fungsi fakta dan data yang sangat terkait serta
berhubungan.
Untuk hal tersebut maka jenis data yang dibutuhkan dan gunakan dalam
penelitian ini adalah terdiri atas (1) data utama ( primer )dan (2) data
suplemen ( sekunder).
3.3.1. Data primer
Dalam penelitian ini data utama ( primer ) yang akan dikumpulkan
informasi dari komunitas Akbid Adila Bandar Lampung, berupa
hasil wawancara peneliti dengan aktor/narasumber berkaitan dengan
proses perumusan dan penyusunan , menginformasikan dan
menerapkan aturan-aturan lembaga termasuk didalamnya statuta,
buku pedoman akademik, , standar operasional prosedur ( SOP ) di
Akbid Adila Bandar Lampung serta data-data penunjang lainnya
yang berkaitan dengan subjek dan objek penelitian ini, agar lebih
lengkap dan akurat
3.3.2. Data sekunder
Data sekunder merupakan data pelengkap yang sangat penting
dalam penelitian. Data sekunder akan diperoleh dari sumber objek
penelitian yaitu berupa data kelengkapan yang akan dipakai dalam
penelitian ini adalah meliputi :
3.3.2.1. Statuta dan buku pedoman akademik, suatu data yang
dapat langsung diperoleh dari Akbid Adila Bandar
Lampung sebagai lokasi penelitian.
3.3.2.2. Produk-produk aturan yang dikeluarkan lembaga Akbid
Adila berupa SOP, aturan pelaksanaan kegiatan
kelembagaan, sub unit pelayanan dan aturan asrama.
3.3.2.3. Kelengkapan data yang mendokumentasikan proses
perumusan ,pembuatan statuta, SOP, dan aturan-aturan
Tempat penelitian sekaligus objek untuk mendapatkan data-data
tersebut dilakukan di kampus Akademi Kebidanan Adila Bandar
Lampung, beralamat di Jl.Soekarno Hatta ( By Pass )Raja basa
Bandar Lampung, diharapakn dari tempat peneletian ini diperoleh
seluruh data utama dan data-data pendukung dalam penelitian ini,
antara lain :
1. Dokumen-dokumen.; berupa laporan-laporan, berita acara, data
tertulis bersumber dari data sekunder dalam rangka melengkapi
penelitian ini
2. Informan, untuk pemilihan informan akan didasarkan pada
subjek yang menguasai persoalan, memiliki data dan bersedia
memberikan data, untuk itu pneliti menentukan sumber
informannya yaitu :
a. Mahasiswa.
b. Dosen dan Karyawan administrasi
c. Pimpinan serta subjek yang dianggap paling mewakili
yang ada pada civitas akademika Akbid Adila Bandar
Lampung.
3.4. Teknik pengumpulan data
Dalam mengumpulkan data, peneliti akan memperhatikan apa yang
menurut HM Musfiqon ( 2012:116 ), bahwa ada beberapa teknik yang
(1 ) teknik wawancara terpimpin dan wawancara bebas,(2) teknik
observasi,(3) teknik questioner,(4) teknik dokumentasi dan (5 ) teknik tes.
Dalam penelitian ini kemudian peneliti tidak seluruhnya akan
menggunakan teknik yang dikemukakan diatas, namun hanya berdasarkan
kebutuhan penelitian ini saja yaitu dengan teknik wawancara, dan
serta-merta akan melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut :
3.4.1. Getting in methode : peneliti akan masuk dan berada pada lokasi
penelitian.
Pada tahapan ini peneliti mengajukan surat pengantar permohonan
ijin penelitian kepada direktur Akbid Adila Bandar Lampung dari
pimpinan fakultas di Fisip Universitas Lampung, untuk
mendapatkan ijin lisan dan tertulis, kemudian peneliti mengungkap
maksud dan tujuan penelitian ini, dan sekaligus berharap akan
mendapat dukungan dari semua pihak yang berkaitan dengan
penelitian ini, agar upaya untuk mengungkap secara jujur dan
transparan berkenaan dengan data serta informasi yang dibutuhkan
dalam focus penelitian.
3.4.2. Getting long methode : sering dan selalu berada di lokasi penelitian.
Dalam melakukan pengamatan dan mengungkap data serta
informasi yang sesungguhnya, maka peneliti membaur dengan
situasi dan kondisi di Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung,
menjalin hubungan secara pribadi dengan informan, berdiskusi,
peneliti tersebut diolah dan ditafsirkan dengan pendekatan teori dan
metode serta pemikiran sendiri .
3.4.3. Primere logging data methode : Mengumpulkan data Primer.
Usaha peneliti untuk mengumpulkan data primer, yaitu dengan
melakukan beberapa hal, yaitu :
3.4.3.1. Wawancara bebas terpimpin
Peneliti melakukan wawancara secara langsung
kelompok fokus secara terbuka dan terstruktur,
memberikan pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan fokus
permasalahan penelitian ini, kemudian pada saat
wawancara peneliti membaca pertanyaan yang telah
dibuat, sekaligus untuk ceklist pertanyaan yang telah
terjawab. sehingga informasi yang didapat lengkap dan
saling mendukung satu sama lainnya.
Azaz keterbukaan dalam pertanyaan merupakan landasan
dalam memperoleh kejujuran informasi, sehingga
keutuhan data dapat menunjang peneliti untuk
memperoleh kebenaran.
Wawancara bebas terpimpin, terbuka dilakukan dengan
mendalam yang didasarkan pada panduan wawancara,
dan pertanyaan-pertanyaan terbuka, dan penyelidikan
informal untuk memfasilitasi diskusi tentang isu-isu
dengan cara yang setengah terstruktur atau tidak
Panduan wawancara yang akan dipakai sebagai chek-list
topic yang akan dicakup, meskipun urutan
pembahasannya tidak ditentukan sebelumnya. Tentang
wawancara terbuka peneliti akan panjang-lebar
melakukan wawancara tentang suatu topik, untuk
memintai uraian apa yang telah mereka ungkapkan.
3.4.3.2. Observasi.
Observasi yang dilakukan peneliti adalah secara formal
maupun informal, hal ini dilakukan dalam rangka
pengamatan langsung berbagai proses yang terjadi di
Akbid Adila Bandar Lampung, guna memperoleh
kelengkapan data primer lapangan serta data sekunder
yang telah didapat sebelumnya.
3.4.3.3 Dokumentasi
Data sekunder dalam peneitian ini adalah berupa
dokumen-dokumen berupa arsip, surat-surat, serta
dokumen berita, serta data apa saja yang ada relevansinya
dengan kebutuhan penelitian ini.
3.4.3.3. Wawancara / interview terpimpin.
Dalam melakukan interview terpimpin peneliti membuat
rangkaian pertanyaan dalam sebuah daftar pertanyaan
yang disediakan untuk diisi oleh berbagai informan,
chek-list topic yang akan dicakup, meskipun urutan
pembahasannya tidak ditentukan sebelumnya. Tentang
wawancara terbuka peneliti akan panjang-lebar
melakukan interview tentang suatu topik dalam kaitan
penelitian ini yaitu pimpinan dan civitas akademika
Akbid Adila Bandar Lampung.
3.5. Teknik analisis data
Dalam penelitian ini teknik analisa data yang digunakan adalah teknik
analisa kombinasi metode kualitatif dan metode kuantitatif sebagai
penguat analisis kualitatis dengan analisis deskriptif keduanya.
Kombinasi analisis kualitatif dan kuantitatif adalah cara yang dilakukan
atau yang dipakai dalam mengatur urutan data, mengorganisasikan dalam
sebuah pola, kategori dan satuan uraian dasar, dengan memulainya dari : (1)
Menelaah seluruh data yang diperoleh atas berbagai sumber.(2) Penyajian
Jenis dan analisis data secara kombinasi deskriptif kualitatif dan analisis
data deskriptif kualitatif statistik sehingga seluruh data kemudian dilakukan
reduksi, pada tahapan ini peneliti memilah data dari lokasi dan subjek
penelitian, sekaligus melakukan identifikasi data dan model pendekatan
pada fokus masalah. Dan (3) kemudian menyusun data dalam satuan-satuan
yang dikategorisasikan, sehingga pada tahap akhirnya adalah mengadakan
pemeriksaan ke-absah-an data, untuk merumuskan model yang diterapkan,
dan kemudian setelah mencermati model yang diterapkan kemudian (4)
tesis, yang kemudian diharapkan akan menghasilkan model ideal dari hasil
elaburasi konsep good university governance dengan pendekatan
institusional baru sebagai turunan terapan teori Ilmu Politik, yang akan
diterapkan di tempat penelitian.
Verifikasi data juga akan dilakukan agar dapat teruji tingkat transferabilitas,
dependensibilitas serta konfirmabilitas data yang tersaji untuk kemudian
menjadi penentu langkah tahapan dalam melakukan perumusan ide-ide
DI AKADEMI KEBIDANAN ADILA BANDAR LAMPUNG
Akademi Kebidanan Adila didirikan oleh yayasan Adila. Sebuah yayasan yang
berdiri di Bandar Lampung berdasarkan akte Notaris No. 11 notaris Imran
Ma’ruf, SH pada tanggal 24 maret 2006. Dan telah terdaftar pada Kementerian
Hukum dan HAM RI.
Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung merupakan sebuah perguruan tinggi
swasta dibawah koordinasi Kopertis Wilayah II kemendikbud RI, yang dikelola
dan dibawah pengawasan oleh swasta dalam hal ini yayasan Adila, kampus dan
asrama Akbid Adila berada di ibu kota provinsi Lampung, tepatnya berada di
Jalan Soekarno Hatta ( By Pass ) Raja Basa Kota Bandar Lampung.
Akbid Adila Bandar Lampung pertama kali berdiri pada tahun 2006, sesuai SK
Izin operasional Mendiknas RI No.133/D/O/2006., dengan SK perpanjangan
Dirjen Dikti Kemendikbud RI No. 7084/D/T/K-II/2011 dan telah terakreditasi
BAN-PT Kemendikbud RI SK.BAN-PT
No.007/BAN-PT/Ak-XII/Dpl-III/V/2012, tanggal 16 Mei tahun 2012.
4.1. Visi, misi, tujuan, sasaran dan strategi Akbid Adila Bandar Lampung
4.1.1. Visi
Visi Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung adalah, “
Menjadi Perguruan Tinggi Kesehatan Kebidanan yang Unggul di
4.1.2. Misi
Misi Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung adalah
diantaranya :
4.1.2.1. Menyelenggarakan proses pendidikan terbaik yang
unggul dalam ilmu pengetahuan, teknologi kesehatan
bidang asuhan kebidanan.
4.1.2.2. Melaksanakan penelitian dan publikasi yang professional
sebagai sumbangan terhadap ilmu pengetahuan, teknologi
kesehatan khususnya bidang asuhan kebidanan
4.1.2.3. Melakukan evaluasi internal bersifat sustainable untuk
meningkatkan kualitas, otoritas, akuntabilitas dan hasil
akreditasi yang lebih baik.
4.1.2.4. Meningkatkan kompetensi kebidanan yang berkualitas
dan jaminan melampaui standard kualitas serta
meningkatkan hubungan kerja sama yang strategis dengan
lembaga – lembaga pemerintah maupun swasta baik pada
tingkat lokal, regional dan secara nasional.
4.1.3. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai untuk mewujudkan visi misi Akademi
Kebidanan Adila Bandar Lampung adalah:
4.1.3.1. Menghasilkan lulusan Ahli Madya Kebidanan (
4.1.3.2. Menghasilkan lulusan yang memiliki integritas yang
tinggi serta mampu bekerja sama, berinovasi, kreatif dan
professional dalam bidang kebidanan.
4.1.3.3. Menghasilkan lulusan yang professional, terbaik dan
terpilih dengan program pengembangan profesi bidan
yang berfungsi sebagai anggota masyarakat yang kreatif,
produktif dan berorientasi pada masa depan.
4.1.4. Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai dalam rangka merealisasikan visi dan
misi serta tujuan Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung
adalah berikut ini :
4.1.4.1. Mengembangkan kurikulum program studi dengan
paradigma baru pengembangan output pendidikan tinggi
khususnya ahli madya kebidanan.
4.1.4.2. Menyiapkan lulusan profesional, terbaik dan berkualitas
sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan yang memiliki
kemampuan long life education.
4.1.4.3. Menyiapkan laboratorium dan fasilitas pembelajaran
untuk dapat melayani mahasiswa dengan baik serta
mempelopori perubahan bagi program studi khusunya
dibidang penelitian dan pengabdian masyarakat.
4.1.4.4. Terciptanya atmosfer akademik yang kondusif dan proses
4.1.4.5. Memiliki dan mengimbangi kurikulum yang sesuai
dengan kebutuhan masyarakat yang selalu dinamis..
4.1.4.6. Memiliki dosen tetap yang meiliki kompetensi,
professional di bidangnya, memiliki integritas,
kapabilitas, akuntabilitas serta selalu mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi.
4.1.4.7. Memiliki system pengelolaan atau manajemen organisasi
secara menyeluruh dan terpadu sesuai kemampuan dan
tehnologi.
4.1.4.8. Membangun system informasi yang baik, dalam rangka
menyajikan informasi secara terbuka kepada masyarakat.
Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung, untuk mewujudkan
sasaran serta tujuan adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan relevansi pendidikan.
2. Melakukan monitoring dan evaluasi calon mahasiswa.
3. Mengevaluasi memonitor dan meningkatkan kinerja dosen
untuk kualitas pembelajaran.
4. Perbaikan dan meningkatkan manajemen internal untuk
peningkatan efisiensi, efektifitas dan optimalisasi proses
pendidikan.
5. Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana