• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH INTERVAL TRAINING TERHADAP KEBUGARAN JASMANI DAN VO2 MAX SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 NEGERI KATON PESAWARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH INTERVAL TRAINING TERHADAP KEBUGARAN JASMANI DAN VO2 MAX SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 NEGERI KATON PESAWARAN"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH INTERVAL TRAINING TERHADAP KEBUGARAN JASMANI DAN VO2 MAX SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3

NEGERI KATON PESAWARAN Oleh

Arbi Wahyu Syaifudin

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya pengaruh latihan interval training terhadap peningkatan kebugaran jasmani dan VO2 max siswa kelas IX SMP Negeri 3 Negerikaton Pesawaran. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen yaitu one group pretest-posttest design. Populasi berjumlah 32 siswa dan sampel yang diambil menggunakan teknik total sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan tes TKJI untuk mengukur tingkat kebugaran jasmani dan bleep tes untuk mengukur VO2 max. Setelah tes awal dan akhir pengaruh interval training terhadap kebugaran jasmani dan VO2 max dianalisi smenggunakan teknik analisis data uji-t.

Hasil analisis data menunjukan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara interval training terhadap peningkatan kebugaran jasmani dan VO2 max, dengan (15.270) > (2.039) untuk kebugaran jasmani, dan diperoleh (5.590) > (2.039) untuk VO2 max, dan diperoleh nilai rata-rata tes akhir kebugaran jasmani 19,75, dan nilai rata-rata tes akhir VO2 max 35,80.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah interval training memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kebugaran jasmani dan VO2 max siswa kelas IX SMP Negeri 3 NegeriKaton Pesawaran. dengan pengaruh yang lebih besar pada peningkatan kebugaran jasmani.

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sukoharjo Kabupaten Pringsewu pada tanggal 25 Maret 1992. Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara, buah hati dari pasangan Bapak Pawit Haryanto dan Ibu Siti Rokhayah.

Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Sukoharjo pada tahun 2004, kemudian Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Sukoharjo pada tahun 2007, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Pringsewu pada tahun 2010.

Pada tahun 2010, Penulis diterima sebagai mahasiswa Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Pada Juli 2013, Penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 2 Gunung Agung Tulang Bawang Barat.

(7)

viii

PERSEMBAHAN

Dengan Mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim

Ku persembahkan karya ku ini Kepada :

Ayahanda Pawit Haryanto dan Ibunda Siti Rokhayah tercinta yang telah

memberikan kasih sayangnya hingga saat ini dan semoga hingga akhir kelak dan

dukungan serta do’a yang kau lantunkan dalam setiap sujudmu demi

keberhasilanku.

Terimakasih atas semua cinta, jerih payah dan pengorbananmu dari setiap tetes

kerja keras keringatmu yang telah kau berikan kepadaku. Semoga apa yang telah

kau berikan itu membawa manfaat pahala didunia dan akhirat.

Ananda tercinta M. Febriyanto, M. Umar Nur Sahid dan Adinda tercinta Tantri

Farida Yang selalu setia menemaniku dengan do’a , terimakasih atas semua

dukungan motivasi, kesabaran, serta curahan kasih sayangnya.

Terimakasih untuk Rizky Sita Awandasari yang selalu memberikan semangat,

dukungan, bantuan, curahan kasih sayangnya kepadaku

(8)

ix

Sahabat-sahabatku Abdul Ghaffar, Anggiat Marudut Gultom, Burhanudin

Sadly, Mukhroni, Rudy Saputra, Teguh Iman Trijaya, Tommy Indra Kusuma

yang selalu memberikan semangat, dukungan, bantuan,

serta mendoakan keberhasilanku.

Teman-teman angkatan 2010 yang tidak dapat saya sebutkan satupersatu

(terkhusus untuk Alm. Ade Sapaldo) terimakasih atas segala kasih sayang

dan perhatian kalian sehingga membuat aku semakin dewasa

dan mengerti arti sebuah persahabata, perjuangan,

dan pengorbanan sejati.

(9)

vii

MOTO

“Orang yang

bahagia adalah orang yang bisa memensyukuri apa

yang telah dimilikinya

(Penulis)

Kegagalan hari ini bukan berarti kegagalan esok hari, kemenangan

hari ini bukan berarti kemenangan esok hari, hidup adalah

perjuangan tanpa henti

(Dewa 19)

Buatlah orang tuamu tersenyum walaupun hanya dengan hal kecil,

maka hidupmu akan bahagia

(10)

x

SANWACANA

Assalamualaikum. Wr. Wb

Alhamdulillah puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam kepada Rasulullah SAW, yang selalu dinantikan syafa’atnya di Yaumul akhir nanti.

Skripsi dengan judul “ Pengaruh Interval Training Terhadap Kebugaran Jasmani dan VO2 Max Siswa Kelas IX SMP Negeri 3 Negeri Katon Tahun Pesawaran adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Lampung.

Dalam Kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

Dalam Penulisan skripsi iniPenulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Pawit Haryanto dan Ibu Siti Rokhayah selaku orang tua yang

selalu menyayangi, mencintai, dan mendo’akan penulis tanpa rasa lelah

(11)

xi

2. Bapak Drs. Ade Jubaedi, M.Pd selaku Pembimbing Pertama atas kesediaanya untuk memberikan bimbingan, waktu, saran dan kritik kepada penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak Drs. Wiyono, M.Pd selaku dosen Pembimbing Kedua atas kesediaanya untuk memberikan bimbingan, waktu, saran dan kritik kepada penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.

4. BapakDr. Rahmat Hermawan, M.Kes. selaku Pembahas atas kesediaanya untuk memberikan bimbingan, waktu, saran dan kritik kepada penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.

5. Kepala Sekolah SMP Negeri 3 Negeri Katonyang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian. Bapak Andri, S.Pd Guru Penjaskes di SMP Negeri 3Negeri Katon yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian dari awal hingga akhir kegiatan serta seluruh siswa kelas IX.. 6. Sahabat-sahabat saya Abdul Ghaffar, Anggiat Marudut Gultom,

Burhanudin Sadly, Ega, Rudy Saputra, Teguh Iman Trijaya, Tommy Indra Kusuma dan teman-teman Penjaskes angkatan 2010 Universitas Lampung yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

7. Rizky Sita Awandasari yang selalu medukung dan membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

(12)

xii

10.Bapak dan ibu staf tata usaha FKIP Unila yang telah bekerja sama dengan pelayanannya sehingga terselesaikan skripsi ini;

Akhir Kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua, amin..

Wassalamualaikum, Wr. Wb.

Bandar Lampung, 23Januari2015 Penyusun

(13)

xiii

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi VO2 Max... 8

B. Kebugaran Jasmani ... 9

1. Pengertian Kebugaran Jasmani ... 9

2. Faktor-faktor Kebugaran Jasmani ... 10

3. Komponen Kebugaran Jasmani... 11

C. Latihan (Training) ... 14

1. Pengertian Latihan ... 14

2. Prinsip-prinsip Latihan ... 15

3. Model Latihan Daya Tahan ... 18

4. Interval Training ... 20

5. Pelaksanaan Interval Training ... 20

6. keuntungan Menggunakan Interval Training... 22

D. Penelitian Yang Relevan ... 23

E. Kerangka Fikir ... 25

(14)

xiv BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian ... 28

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 63

B. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Interval Training Lambat Dengan Jarak Lebih Jauh ... 21

2. Interval Training Cepat Dengan Jarak Lebih Lambat ... 21

3. Program Latihan Interval Training ... 22

4. Nilai Tes TKJI Umur 13-15 Tahun Laki-laki ... 43

5. Norma Tes Kebugaran Jasmani Indonesia ... 44

6. Norma Tingkat VO2 Max ... 46

7. Postur Tubuh Responden ... 49

8. Penghasilan Orang Tua Siswa ... 52

9. Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kebugaran Jasmani... 54

10. Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan VO2 Max Siswa……… 55

(16)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran

1. Program Latihan Interval Training ... 67

2. Formulir Penilaian TKJI ... 73

3. Formulir Penghitungan Bleep Test ... 74

4. Data Nilai Tes Awal TKJI ... 75

5. Data Nilai Tes Akhir TKJI ... 77

6. Data Nilai Tes Awal Bleep Test……… 79 7. Data Nilai Tes Akhir Bleep Test ... 80

8. Deskripsi Data TKJI ... 81

9. Deskripsi Data VO2 max ... 83

10. Uji Normalitas Tes Awal dan Akhir TKJI ... 85

11. Uji Normalitas Tes Awal dan Akhir VO2 Max ... 86

12. Uji Hipotesis 1 Dengan Paired Sampel t Test ... 87

13. Uji Hipotesis 2 Dengan Paired Sampel t Test ... 89

14. T tabel ... 91

15. Foto-foto Penelitian ... 92

(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Latihan Daya Tahan ... 25

2. Desain Penelitian ... 29

3. Rancangan Penelitian ... 30

4. Lari 50 Meter ... 36

5. Gantung Angkat Tubuh ... 38

6. Baring Duduk ... 39

7. Loncat Tegak ... 41

8. Lari 1000 Meter ... 43

9. Kategori Umur Siswa ... 50

10. Deskripsi Pendidikan Orang Tua Siswa ... 51

11. Deskripsi Pekerjaan Orang Tua Siswa ... 51

12. Deskripsi Transportasi Siswa Ke Sekolah ... 53

13. Perbandingan Tes Awal dan Tes Akhir TKJI ... 54

14. Perbandingan Tes Awal dan Tes Akhir VO2 Max ... 56

(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia merupakan mahluk bergerak, oleh karena itu tidak boleh melawan kodratnya dengan tidak bergerak dan tidak beraktivitas. Banyak manfaat yang diperoleh dengan bergerak diantaranya adalah memperbaiki sirkulasi darah, memperkuat otot jantung, menguatkan paru-paru, menguatkan otot, tulang dan jaringan-jaringan penghubung, selain itu dengan bergerak dapat membuat badan lebih sehat dan bugar. Jika manusia kurang bergerak, dapat menimbulkan berbagai penyakit, diantaranya akan mengalami hipokinetik.

(19)

2

Pada perkembangan zaman yang semakin maju saat ini, penderita penyakit hipokinetik dan degeneratif semakin meningkat setiap tahun. Jadi dapat dikatakan bahwa hipokinetik ini merupakan gaya hidup manusia yang

disebabkan karena kemajuan teknologi yang membantu manusia dalam

mengatasi masalah-masalah yang membutuhkan aktivitas fisik. Sehingga

manusia merasa mudah dan kemampuan fisik tidak diperlukan lagi. Banyak

bergerak adalah cara yang sangat ampuh untuk mengatasi hal tersebut. Rutin

berolahraga ataupun sekedar berjalan ke tempat yang akan dituju merupakan

hal-hal yang dapat dilakukan.

Berbagai macam kegiatan fisik dapat dilakukan untuk mencegah penyakit

hipokinetik dan degeneratif, mulai dari yang ringan seperti berjalan, jogging,

melakukan pekerjaan sehari-hari maupun aktifitas yang berat seperti melakukan

fitness dan lain-lain. Kegiatan fisik tersebut bermanfaat untuk menjaga fungsi

organ tubuh, supaya kondisi tubuh tetap sehat dan bugar. Ada berbagai jenis

latihan yang dapat dilakukan untuk menjaga kebugaran dan daya tahan,

diantaranya yaitu circuit training, fartlek, lari kontinu, dan interval training.

Interval training adalah suatu sistem latihan yang diselingi oleh interval-interval

yang berupa masa-masa istirahat (Harsono, 1988:156). Interval training adalah

cara latihan yang penting dimasukan dalam program latihan. Beberapa

keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan interval training dibandingkan

dengan model latihan lainnya yaitu (Junusul Hairy, 2010:3.28) :

a) pengontrolan latihan lebih teliti, b) lebih sistematis karena memungkinkan

seorang pelatih lebih mudah untuk mengetahuinkemajuan dari hari-kehari, c)

(20)

3

program latihan dapat dilakukan hamper dimana saja dan tidak memerlukan

peralatan khusus. Banyak pelatih yang menggunakan interval training untuk

melatih daya tahan dan kebugaran jasmani.

Kebugaran jasmani adalah kemampuan untuk melaksanakan tugas sehari-hari

dengan giat dan penuh kewaspadaan, tanpa mengalami kelelahan yang berarti

dan masih dapat menikmati waktu senggangnya serta menghadapi hal-hal yang

tidak terduga sebelumnya (Junusul Hairy, 2010:1.15). Dengan memiliki

kebugaran jasmnai yang baik akan dapat melakukan aktivitas lebih lama dan

lebih efisien dibandingkan dengan orang yang kebugaran jasmaninya rendah.

Kebugaran jasmani erat kaitannya dengan daya tahan atau kemampuan VO2 max,

karena daya tahan merupakan salah satu komponen dalam kebugaran jasmani.

VO2 max merupakan daya tangkap aerobic maksimal, menggambarkan jumlah

oksigen maksimum yang dikonsumsi per satuan waktu oleh seseorang selama

beraktivitas atau latihan (Suranto2008:118).

Kebugaran jamsani dan daya tahan juga memiliki peranan yang sangat penting

dalam dunia pendiddikan, karena mempengaruhi kulitas seorang peserta didik

dalam mengikuti pembelajaran. dengan memiliki kebugaran jasmani yang baik,

siswa dapat berkonsentrasi selama proses pembelajaran dan menerima materi

yang diberikan. Akan tetapi pada kenyataannya tidak demikian, berdasarkan

obeservasi yang peneliti lakukan di SMP Negeri 3 Negeri katon Pesawaran

peneliti memperoleh fakta bahwa kebugaran jasmani siswa masih sangat rendah,

hal tersebut dapat dilihat dari siswa yang cepat lelah saat mengikuti

pembelajaran, kurang respon pada saat diberikan instruksi atau dipanggil,

(21)

4

Berdasarkan Fakta-fakta tersebut, yang peneliti dapatkan selama observasi,

menunjukan bahwa tingkat kebugaran jasmani siswa masih sangat rendah.

Sehingga perlu dikaji lagi bagaimana cara meningkatkatkan kebugaran jasmani

siswa. Berdasarkan yang telah dikemukakan di atas, peneliti tertarik untuk

mengkaji lebih lanjut mengenai “Pengaruh Interval Training Terhadap

Kebugaran Jasmani Dan VO2 Max Siswa Kelas IX SMP Negeri Katon

Pesawaran”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dalam penelitian ini dapat

diidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Banyak siswa yang sudah mengantuk pada saat jam pelajaran pagi, hal

tersebut dimungkinkan karena kebugaran jasmani dan daya tahan siswa

yang masih sangat rendah.

2. Banyak siswa yang merasa cepat lelah pada saat mengikuti jam pelajaran

khususnya mata pelajaran penjaskes, hal tersebut dimungkinkan karena

kebugaran jasmani dan daya tahan siswa yang masih sangat rendah.

3. Banyak siswa yang kurang merespon pada saat diberikan instruksi atau

dipanggil, hal tersebut dimungkinkan karena kebugaran jasmani dan daya

tahan siswa yang masih sangat rendah.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di

(22)

5

1. Apakah ada pengaruh interval training terhadap tingkat kebugaran jasmani

siswa kelas IX SMP Negeri 3 Negeri Katon Tahun 2014/2015?

2. Apakah ada pengaruh interval training terhadap VO2 max siswa kelas IX SMP Negeri 3 Negeri Katon Tahun 2014/2015?

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui besarnya pengaruh interval training terhadap tingkat kebugaran jasmani siswa kelas IX SMP Negeri 3 Negeri Katon Tahun 2014/2015.

2. Untuk mengetahui besarnya pengaruh interval training terhadap VO2 max siswa kelas IX SMP Negeri 3 Negeri Katon Tahun 2014/2015.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Guru

Penelitian ini dapat memberikan pengalaman pembelajaran yang baik untuk peneliti, dan memberikan informasi tentang model latihan yang baik yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan kebugaran jasmani dan VO2 max. Dan dapat dijadikan acuan guru pendidikan jasmani, bahwa kebugaran jasmani dan VO2 max dapat ditingkatkan dengan model latihan interval training.

2. Bagi Sekolah

(23)

6

meningkatkan derajat kebugaran jasmani dan kemampuan VO2 max siswa dan diharapkan dapat meningkatkan prestasi siswa.

3. Bagi Prodi Penjaskesrek

(24)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. VO2 Max

1. Pengertian VO2 Max

VO2 max adalah volume oksigen maksimum yang dapat digunakan permenit. Menurut Guyton dan Hall (2008) dalam Giri Wiarto (2013:13) VO2 max adalah kecepatan pemakaian oksigen dalam metabolisme aerob maksimum. Menurut Thoden dalam modul Suranto (2008 : 118) VO2max merupakan daya tangkap aerobik maksimal menggambarkan

jumlah oksigen maksimum yang dikonsumsi per satuan waktu oleh seseorang selama latihan atau tes, dengan latihan yang makin lama makin berat sampai kelelahan, ukurannya disebut VO2max.

(25)

8

banyak ATP. Akibatnya otot yang dipakai dalam latihan membutuhkan lebih banyak oksigen dan menghasilkan CO2.

2. Cara Melatih VO2 Max

Untuk melatih VO2 max, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, latihan harus menggunakan otot-otot besar tubuh secara intensif (terus-menerus) dalam durasi yang relative lama. Latihan yang baik untuk meningkatkan VO2 max adalah jenis latihan cardio atau aerobic, latihan yang memacu detak jantung, paru dan system otot. Latihan harus berlangsung dalam durasi yang relative lama namun dengan intensitas sedang. Sejumlah penelitian menunjukan bahwa meningkatkan VO2 max dapat dengan latihan pada intensitas detak jantung 65% sampai 85% dari detak jantung maksimum, selama setidaknya 20 menit, frekuensi 3-5 kali seminggu (French & long, 2012 dalam rikimakaro.blogspot.com). Contoh latihan yang dapat dilakukan adalah lari diselingi jogginh jarak jauh, fartlek, circuit training, cross country, interval training, atau kombinasi dan modifikasi dari latihan tersebut.

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi VO2 Max

Faktor-faktor yang mempengaruhi VO2 max diantaranya adalah (Burhanudin Sadly, 2015):

a. Umur b. Latihan

(26)

9

d. Faktor psikologis seperti

1) Kemampuan jaringan otot untuk menggunakan oksigen dalam proses produksi energi tubuh.

2) Kemampuan system syaraf jantung dan paru-paru (cardiovascular) untuk mengangkut oksigen k edalam jaringan otot.

B. Kebugaran Jasmani

1. Pengertian Kebugaran Jasmani

Menururt Sadoso Sumosardjuno (1989) dalam Giri Wiarto (2013 : 169) dijelaskan kebugaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk menunaikan tugasnya sehari-hari dengan gampang, tanpa merasa lelah yang berlebihan, serta masih mempunyai sisa atau cadangan tenaga untuk menikmati waktu senggangya dan untuk keperluan-keperluan mendadak. Sedangkan menurut Kemendikbud (2014 : 130) menjelaskan bahwa :

“kesegaran jasmani merupakan salah satu aspek fisik dari kesegaran

menyeluruh (total fitness). Kesegaran jasmani memberikan kesanggupan kepada seseorang untuk melakukan pekerjaan produktif sehari-hari tanpa adanya kelelahan berlebihan dan masih mempunyai cadangan tenaga untuk menikmati waktu senggangya dengan baik maupun melakukan pekerjaan yang mendadak”.

Menurut The President Council On Physical Fitness And Sport yang dikutip oleh Charles T. Kuntzleman and The Editors Of Consumer Guide, 1978 (dalam Junusul Hairy 2010:1.15) Kebugaran jasmani adalah

(27)

10

penuh kewaspadaan, tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan masih dapat menikmati waktu senggangnya serta menghadapi hal-hal yang tidak terduga sebelumnya.

Kebugaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk melaksanaka tugasnya sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan, dan masih dapat menikmati waktu senggangnya serta untuk keperluan-keperluan mendadak.

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kebugaran Jasmani

Menurut Giri Wiarto (2013 : 169) ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kebugaran jasmani seseorang, yaitu:

a. Umur

Kebugaran jasmani anak-anak meningkat sampai mencapai maksimal pada usia 25-30 tahun, kemudian akan terjadi penurunan kapasitas fungsional dari seluruh tubuh, kira-kira sebesar 0,8-1% per tahun, tetapi jika rajin berolahraga penurunan ini dapat dikurangi sampai separuhnya.

b. Jenis Kelamin

(28)

11

c. Genetik

Berpengaruh terhadap kapasitas jantung, paru-paru, postur tubuh, obesitas, hemoglobin/sel darah dan serat otot.

d. Makanan

daya tahan yang tinggi bila mengkonsumsi tinggi kabohidrat (60-70%). diet tinggi protein terutama untuk memperbesar otot dan untuk olahraga yang memerlukan kekuatan otot yang besar.

e. Rokok

Kadar CO yang terhisap akan mengurangi VO2 maks, yang berpengaruh terhadap daya tahan, selain itu menurut penelitian perkins dan sexton, nicotine yang ada, dapat memperbesar pengeluaran energy dan mengurangi nafsu makan.

Sedangkan menurut buku Pedoman Pengukuran Kesegaran Jasmani (Departemen Kesehatan RI), faktor-faktor yang mempengaruhi kebugaran jasmani antara lain : (a) genetik, (b) umur, (c) jenis kelamin, (d) kegiatan fisik, (e) kebiasaan merokok.

3. Komponen Kebugaran Jasmani

(29)

12

Sedangkan Junusul Hairy (2010 : 1.16-1.21) menjelaskan komponen kebugaran jasmani tergantung kepada dua komponen dasar, yaitu kebugaran organic (organik fitness) dan kebugaran dinamik (dinamik Fitness). Kebugaran organik, maksudnya sifat-sifat khusus yang dimiliki

berdasarkan garis keturunan, yang diwariskan oleh kedua orang tua atau bahkan generasi sebelumnya. Sedangkan kebugaran dinamik dapat dikembangkan dengan melakukan aktivitas fisik. Selanjutnya kebugaran dinamik masih diklasifikasikan ke dalam dua kategori, yaitu a) kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan, dan b) kebugaran yang berhubungan dengan keterampilan motorik. Masing-masing komponen memiliki peran tertentu dalam kebugaran, berikut penjelasan mengenai komponen tersebut :

a. Daya tahan Kardiovaskular

Daya tahan kardiovaskular adalah kemampuan untuk melakukan kegiatan yang berat secara kontinu yang melibatkan kelompok otot-otot besar dalam waktu yang lama (Junusul Hairy, 2010 : 1.19).

b. Kekuatan dan daya tahan otot

Kekuatan otot adalah kemampuan sekelompok otot yang secara maksimal dalam sekali menarik atau mendorong beban yang berat (Junusul Hairy, 2010 : 1.19).

c. Fleksibilitas

(30)

13

d. Komposisi tubuh

Komposisi tubuh adalah komponen kebugaran jasmani yang berhubungan dengan lemak tubuh dan massa tubuh yaitu otot, tulang, dan cairan dalam tubuh (Junusul Hairy, 2010 : 1.21).

e. Kecepatan

Kecepatan adalah kemampuan untuk bergerak/menempuh jarak tertentu dalam waktu yang singkat (Giri Wiarto, 2013 : 171).

f. Keseimbangan (Balance)

Berhubungan dengan mempertahankan keadaan keseimbangan (equilibrium), ketika sedang diam atau bergerak (Junusul Hairy, 2010 : 1.20)

g. Koordinasi

Kemampuan untuk menggunakan indra seperti penglihatan atau pendengaran, bersama bagian-bagian tubuh tertentu di dalam melakukan kegiatan motorik dengan mulus dan ketepatan tinggi (Junusul Hairy, 2010 : 1.20)

h. Daya ledak (Power)

Power adalah kemampuan otot untuk berkontraksi yang berguna

(31)

14

i. Waktu reaksi

Waktu reaksi adalah kecepatan waktu yang dipergunakan antara mulai adanya stimulus atau rangsangan dengan mulainya reaksi (Junusul Hairy, 2010 : 1.21).

j. Kelincahan (Agility)

Kelincahan adalah kemampuan seseorang untuk dapat merubah arah dengan cepat dan tepat pada waktu bergerak tanpa kehilangan keseimbangan (Giri Wiarto, 2013 : 171).

C. Latihan (Training)

1. Pengertian Latihan

(32)

15

2. Prinsip-prinsip Latihan

Prinsip latihan merupakan hal yang harus ditaati agar tujuan latihan dapat dicapai sesuai dengan harapan. Prinsip latihan berperan penting terhadap beberapa aspek yaitu aspek fisiologis dan psikologis. Dengan mentaati prinsip-prinsip latihan, akan mendukung upaya untuk meningkatkan kualitas latihan. Selain itu juga akan menghindari cidera selama melakukan latihan. Prinsip-prinsip latihan menurut Bompa (1994)dan Marten (1990), dalam Giri Wiarto (2010 : 153) terdiri dari 10 prinsip yaitu sebagai berikut :

a. Prinsip kesiapan

Pada prinsip ini, materi dan dosis latihan harus disesuaikan dengan usia atlet. Atlet yang belum dewasa lebih sedikit untuk mampu memanfaatkan latihan. Hal demikian karena terdapat perbedaan dalam kematangan, baik kematangan otot, power, maupun psikologis.

b. Prinsip individual

(33)

16

psikologis seseorang, sehingga tujuan latihan dapat ditingkatkan secara wajar.

c. Prinsip beban berlebih

Beban latihan harus diberikan, intensitas tinggi dan dilakukan secara berulang-ulang. Apabila beban terlalu berat, akan mengakibatkan tubuh tidak mampu beradaptasi sedangkan bila beban terlalu ringan tidak akan berpengaruh terhadap kualitas latihan atlet. Pemberian beban latihan yang melebihi kebiasaan kegiatan sehari-hari secara teratur. Hal itu bertujuan agar sistem fisiologis dapat menyesuaikan dengan tuntutan fungsi yang dibutuhkan untuk tingkat kemampuan tinggi.

d. Prinsip peningkatan

Ketika latihan, beban latihan harus bertambah secara bertahap dan kontinu. Prinsip ini harus memperhatikan frekuensi latihan, intensitas latihan dan durasi latihan untuk setiap latihan.

e. Prinsip kekhususan

(34)

17

f. Prinsip variasi

Ketika melakukan latihan yang terus menerus, pastilah atlet akan merasa bosan apabila bentuk dan model latihan yang diberikan monoton. Untuk menghindari hal tersebut maka latihan harus disusun secara variatif.

g. Prinsip pemanasan dan pendinginan

Pemanasan adalah hal yang sangat penting dilakukan sebelum melakukan aktifitas fisik. Fungsi pemanasan adalah mempersiapkan otot untuk berkontraksi dan mempermudah oksigen lepas dari hemoglobin dan menaikan pemakaian volume oksigen. Pada saat pendinginan, terjadi proses penurunan kondisi tubuh dari latihan yang berat menuju keadaan normal. Pada saat pendinginan akan membantu memperlancar peredaran darah, menurunkan ketegangan otot dan memperlancar pengangkutan sisa metabolisme.

h. Prinsip latihan jangka panjang

Prestasi tidak dapat diraih seperti membalikan telapak tangan. Untuk memperoleh prestasi harus melalui latihan dalam jangka waktu yang lama.

i. Prinsip perkembangan menyeluruh (multilateral)

(35)

18

j. Prinsip partisipasi aktif berlatih

Selama latihan atlet harus diberikan informasi mengenai tujuan-tujuan latihan dan efek latihan yang dilakukannya. Selain itu seorang atlet harus senantiasa menjaga kesehatannya, cukup istirahat, dan tidak melakukan hal-hal yang merugikan dirinya.

3. Model Latihan Daya Tahan

Daya tahan (endurance) dibagi menjadi dua yaitu daya tahan kardiovaskuler dan daya tahan otot. Daya tahan kardiovaskuler adalah kemampuan dalam mempergunakan sistem jantung , paru-paru, dan peredaran darah secara efektif dan efisien untuk menjalankan kerja secara terus menerus yang melibatkan kontraksi otot dalam intensitas tinggi dalam waktu yang cukup lama. Model latihan untuk meningkatkan daya tahan adalah sevagai berikut :

a. Fartlek

Fartlek adalah sistem latihan endurance yang maksudnya adalah untuk membangun , mengembalikan atau memelihara kondisi tubuh seseorang sehingga sangat baik bagi semua cabang olahraga terutama cabang olahraga yang memerlukan daya tahan tubuh.

b. Lari Kontinu

(36)

19

training (latihan lari kontinu lambat), continuous fast running

training (latihan lari kontinu cepat) dan boleh ditambahkan jogging. Ketiga jenis lari tersebut predominan sumber energinya adalah aerobic atau system oksigen, dan oleh karena itu program latihan lari kontinu mengembangkan kapasitas daya tahan (endurance-VO2 max).

c. Circuit Training

Menurut M. Sajoto (1995: 83) latihan cirkuit adalah suatu program latihan terdiri dari beberapa stasiun dan di setiap stasiun seorang atlet melakukan jenis latihan yang telah ditentukan. Satu sirkuit latihan dikatakan selesai, bila seorang atlet telah menyelesaikn latihan di semua stasiun sesuai dengan dosis yang telah ditetapkan. Latihan cirkuit akan tercakup latihan untuk kekuatan otot, ketahanan otot,

kelentukan, kelincahan, keseimbangan, dan ketahanan jantung paru. Latihan-latihan harus merupakan siklus sehingga tidak membosankan. Latihan cirkuit biasanya satu cirkuit ada 5 sampai 15 stasiun, berlangsung selama 10-20 menit. Istirahat dari stasiun ke lainnya 15-20 detik.

d. Interval Training

(37)

20

4. Interval Training

Menurut Harsono (1988:156) interval training adalah suatu sistem latihan yang diselingi oleh interval-interval yang berupa masa-masa istirahat. Jadi, latihan (misalnya lari) – istirahat – latihan – istirahat – latihan dan seterusnya. Interval training adalah cara latihan yang penting dimasukan dalam program latihan keseluruhan. Senada dengan Harsono, dalam Junusul Hairy (2010:3.23) menjelaskan bahwa latihan interval atau interval training merupakan suatu rangkaian dari pengulangan-pengulangan kegiatan dari suatu latihan yang diselingi oleh waktu istirahat. Selama masa istirahat tersebut biasanya dipergunakan bentuk-bentuk latihan yang ringan.

Dari beberapa pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa interval training merupakan suatu metode latihan berupa rangkaian

pengulangan-pengulangan kegiatan yang diselingi oleh interval-interval berupa masa-masa istirahat.

5. Pelaksanaan Interval Training

Ada beberapa faktor yang harus dipenuhi dalam menyusun interval training (Harsono, 1988:157), yaitu :

a. Lamanya latihan. b. Beban latihan.

c. Ulangan (repetition) melakukan latihan.

(38)

21

Bentuk latihan dalam interval training dapat berupa lari (interval running) atau renang (interval swimming) interval training dapat pula

diterapkan pada weight training, circuit training, dan sebagainya. Menurut Harsono (1988:158) ada 2 bentuk latihan interval training yaitu

1) Interval training lambat akan tetapi dengan jarak lebih jauh • Lama latihan : 60 detik-3 menit

• Intensitas latihan : 60%-75% max • Istirahat : 2-5 menit

Tabel 1. Interval Training Lambat Dengan Jarak Lebih Jauh Waktu terbaik 800 m : 2 menit 20 detik

Repetisi Jarak Waktu Istirahat

3 800 meter 160 detik 5 menit

3 600 meter 120 detik 4 menit

3 400 meter 80 detik 3 menit

3 300 meter 60 detik 2 menit

2) Interval training cepat akan tetapi dengan jarak lebih dekat  Lama latihan : 5 - 30 detik

 Intensitas latihan : 85%-90% max

 Istirahat : 30-90 detik

Tabel 2. Interval Training Cepat Dengan Jarak Lebih Dekat Waktu terbaik 100 m : 12 detik

Repetisi Jarak Waktu Istirahat

5 50 meter 8 detik 30 detik

(39)

22

5 100 meter 16 detik 90 detik

5 50 meter 8 detik 30 detik

Interval atau istirahat ini penting sekali, istirahat ini haruslah istirahat yang aktif dan bukan istirahat yang pasif. Istirahat ini bisa berupa jalan, relaxed jogging melakukan bentuk-bentuk latihan senam kelentukan, peregangan dan sebagainya. Jogging secara relax adalah cara yang baik untuk pemulihan atau recovery yang cepat dan efektif. Jogging ini akan memasase darah kita lebih cepat ke jantung dari pada istirahat pasif.

Table 3. Program Latihan Interval Training

Lama latihan 6 Minggu

Frekuensi latihan 3 kali perminggu

Jarak 300 meter

Waktu tiap work interval 60 detik Recovery interval 1:2 (2 menit)

Repetisi 3 kali

Jumlah set 2 set

Beban 75% dari 1-RM (repetisi

maksimum)

6. Keuntungan Menggunakan Interval Training

Banyak keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan metode latihan interval jika dibandingkan dengan metode lainnya (Junusul Hairy, 2010:3.28), di antaranya adalah :

1. pengontrolan latihan lebih teliti.

(40)

23

3. peningkatan potensi energi lebih cepat daripada metode conditioning lainnya.

4. program dapat dilakukan hampir dimana saja dan tidak memerlukan peralatan khusus.

D. Penelitian Yang Relevan

Untuk melengkapi dan membantu dalam mempersiapkan penelitian ini, peneliti mencari bahan-bahan penelitian yang ada dan relevan dengan penelitian yang akan diteliti. Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini diperlukan guna mendukung kajian teoritik yang dikemukakan, sehingga dapat digunakan sebagai landasan pada penyusunan kerangka berfikir. Adapun penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:

1. Elis Nur S (2013) dengan penelitiannya yang berjudul “Pengaruh

Penerapan Sistem Latihan Fartlek Dan Sistem Latihan Interval Terhadap Daya Tahan Cardiovascular”. Dalam penelitian tersebut menunjukan

(41)

24

2. Boy Indrayana (2006) dengan penelitiannya yang berjudul “Perbedaan

Pengaruh Latihan Interval training Dan Fartlek Terhadap Daya Tahan Kardiovaskular Pada Atlet Junior Putra Taekwondo Wild Club Medan

2006/2007” dalam penelitian tersebut menunjukan hasil perbedaan

pengaruh latihan interval training dan fartlek terhadap daya tahan kordiovaskuler pada atlet junior putra teakwondo wild club medan 2006/2007. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh latihan interval training dan fartlek terhadap daya tahan cardiovaskuler pada atlet junior putra taekwondo wild club Medan 2006/2007.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa : (1) Latihan interval training secara signifikan berpengaruh dalam meningkatkan daya tahan cardiovaskuler pada atlet junior putra taekwondo wild club Medan 2006/2007 (thitung> t tabel = 7,00 > 1,73), (2) Latihan fartlek secara signifikan berpengaruh dalam meningkatkan daya tahan cardiovaskuler pada atlet junior putra taekwondo wild club Medan 2006/2007 (thitung /t tabel = 6,89 / 1,73). (3) Latihan fartlek tidak lebih baik dari latihan interval training terhadap peningkatkan kemampuan daya tahan cardiovaskuler pada atlet junior putra taekwondo wild club Medan 2006/2007 (thitung< ttabel = 0,22< 1,70).

3. Ani Setia Wati (2014) dengan penelitiannya yang berjudul “Pengaruh

(42)

25

penelitian tersebut menunjukan hasil bahwa kelompok latihan interval dapat menunjukkan peningkatan VO2 max secara signifikan ( 27,67> 3,15), begitu pula kelompok Lari Berselang menunjukan peningkatan VO2max secara signifikan ( 32,55> 3,15 ).

Kesimpulannya, perbedaan pengaruh menunjukan bahwa kelompok latihan lari berselang lebih baik dibandingkan dengan kelompok latihan interval dan kelompok kontrol dalam meningkatkan VO2max.

E. Kerangka Fikir

Berdasarkan tinjauan pustaka diatas maka dapat dirumuskan pola fikir sebagai berikut :

Gambar 1. Kerangka Fikir Gambar 1. Latihan Daya Tahan

Kebugaran jasmani dan VO2 max yang baik akan mempengaruhi kualitas seseorang dengan kebugaran yang baik dan VO2 max yang baik maka seseorang akan dapat melaksanakan tugasnya sehari-hari dengan maksimal. Kebugaran dan VO2 max mak dapat dipertahankan dan ditingkatkan dengan

(43)

26

melakukan latihan, beberapa model latihan yang dapat dilakukan adalah circuit training, interval training, fartlek, dan lari kontinu .model latihan

yang digunakan dalam penelitian inin adalah interval training yang bertujuan untuk melatih daya tahan. Interval training adalah cara latihan yang penting dimasukan dalam program latihan keseluruhan.

Interval training sangat dianjurkan oleh pelatih-pelatih terkenal oleh karena

memang hasilnya sangat positif bagi perkembangan daya tahan maupun stamina atlet (Harsono, 1988:157). Dengan pelatihan interval jumlah kerja yang dihasilkan dapat ditingkatkan, hal ini disebabkan oleh penurunan kadar asam laktat yang lebih optimal. Asam laktat dapat dikonversi menjadi energi dengan terlebih dahulu membentuk asam piruvat jika tersedia oksigen. Inilah pentingnya memilih pelatihan dengan metode interval.

Selain itu banyak keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan metode interval training diantaranya adalah peningkatan potensi energi lebih cepat daripada metode conditioning lainnya. Berdasarkan hal tersebut, peneliti beranggapan bahwa dengan melakukan interval training selama 6 minggu dengan frekuensi latihan 3 kali dalam satu minggu akan meningkatkan derajat kebugaran jasmani dan kemampuan VO2 max siswa menjadi lebih baik dari sebelum mendapatkan latihan interval training.

F. Hipotesis

(44)

27

rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Berdasarkan rumusan masalah tentang pengaruh interval training terhadap tingkat kebugaran jasmani dan VO2 max pada siswa kelas

IX SMP Negeri 3 Negeri Katon. Maka dapat dirumusan hipotesis sebagai berikut :

Ho1 : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara interval training terhadap tingkat kebugaran jasmani pada siswa kelas IX SMP negeri 3 Negeri katon.

H1 : Ada pengaruh yang signifikan antara interval training terhadap tingkat kebugaran jasmani pada siswa kelas IX SMP Negeri 3 Negeri Katon.

Ho2 : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara interval training terhadap kemampuan VO2 max pada siswa kelas IX SMP Negeri 3 Negeri Katon.

(45)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan (Sugiyono, 2013 : 6). Sedangkan metode penilitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Dalam penelitian menggunakan metode penelitian experimental semu, menggunakan satu sampel yang di tes dan diberikan perlakuan, tanpa ada kelompok control.

B. Variabel Penelitian

(46)

gejala-29

gejala yang keberadaannya tergantung atau terikat dengan hal-hal yang mempengaruhi dilambangkan ( Y ).

Berdasarkan judul penelitian, maka terdapat tiga variabel yaitu : 1. Variabel bebas (X) yaitu pengaruh latihan interval training. 2. Variabel terikat (Y1) yaitu kebugaran jasmani.

3. Variabel terikat (Y2) yaitu VO2 Max.

C. Desain Penelitian

Desain penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2. Desain Penelitian

Keterangan :

X : interval training Y1 : kebugaran jasmani Y2 : VO2 max

D. Rancangan Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian guna mengumpulkan data, peneliti menggunakan rancangan penelitian eksperimen, yaitu pre experimental design (nondesigns) one-group pretest-posttest design. responden diberikan

tes awal terlebih dahulu untuk memperoleh data awal kebugaran jasmani dan VO2 max responden, kemudian diberikan perlakukan interval training

X

Y1

(47)

30

selama enam minggu, selanjutnya dilakukan tes akhir untuk mengetahui tingkat kebugaran jasmani dan VO2 max siswa setelah diberikan perlakuan.

Gambar 3. Rancangan Penelitian Keterangan :

O1 = nilai pretest (sebelum diberi perlakuan) O2 = nilai posttest (setelah diberi perlakuan)

E. Definisi Operasional Variabel

1. Interval Training

Yang dimaksud dengan interval training adalah suatu sistem latihan yang diselingi interval-interval yang berupa masa-masa istirahat (Harsono, 1988:156).

2. Kebugaran Jasmani

(48)

31

semakin tinggi pula kemampuan kerja fisiknya. Dengan kata lain, hasil kerjanya kian produktif jika kesegaran jasmaninya kian meningkat.

3. VO2 Max

Merupakan daya tangkap aerobik maksimal menggambarkan jumlah oksigen maksimum yang dikonsumsi per satuan waktu oleh seseorang selama latihan atau tes, dengan latihan yang makin lama makin berat sampai kelelahan, ukurannya disebut VO2max.

F. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013 : 117). Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa kelas IX SMP Negeri 3 Negeri Katon berjumlah 32 orang.

2. Sampel

(49)

32

G. Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan alat bantu bagi peneliti dalam menggunakan metode pengumpulan data (Suharsimi Arikunto, 2013 : 101). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kebugaran jasmani dan kemampuan VO2 max siswa. Instrument yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengukur tingkat kebugaran jasmani siswa : menggunkan TKJI untuk usia 13-15 tahun (SMP) dari Kemendikbud tahun 2014.

2. Untuk mengukur kemampuan VO2 max siswa : menggunakan bleep tes dari Kemendikbud tahun 2014.

H. Teknik pengumpulan Data

(50)

33

1. Tes TKJI (untuk umur 13-15 tahun)

Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tes Kebugaran Jasmani Indonesia (TKJI) umur 13-15 tahun (Junusul Hairy, 2010 : 12.3-12.24). Kesahihan rangkaian tes :

Rangkaian tes untuk anak umur 13-15 tahun mempunyai nilai reliabelitas: a. Untuk putra 0,960

b. Untuk putri 0,804

Rangkaian tes untuk anak umur 13-15 tahun mempunyai nilai validitas: a. Untuk putra 0,950

b. Untuk putri 0,923

Adapun Prosedur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Untuk laki-laki terdiri dari :

 lari 50 meter,

 gantung angkat tubuh 60 detik,

 baring duduk 60 detik,

 loncat tegak,

 lari jauh 1.000 meter.

b. Alat dan fasilitas yang digunakan :  lintasan lari atau lapangan,

 stopwatch,

(51)

34

 nomor dada,

 papan berskala loncat tegak,

 serbuk kapur,

 penghapus,

 formulir isian dan alat tulis,

 pluit,

 pengetes (tester), pengambil waktu (timmer), pengawas,

pembantu, pencatat.

c. Urutan Pelaksanaan Tes : pertama : lari 50 m,

kedua : gantung angkat tubuh untuk laki-laki, ketiga : baring duduk,

keempat : loncat tegak,

kelima : lari 1000 m untuk laki-laki,

d. Prosedur pelaksanaan tes 1) lari 50 meter

a) Tujuan

Tes ini bertujuan untuk mengukur kecepatan b) Alat dan fasilitas yang diperlukan

- Lintasan lari sejauh 50 meter atau tanah yang datar - bendera start

- peluit

(52)

35

- stopwatch - serbuk kapur - formulir penilaian

c) Petugas tes (tester) - juru keberangkatan

- pengukur waktu merangkap pencatat hasil

d) Pelaksanaan

 Sikap permulaan

testi berdiri dibelakang garis keberangkatan.

 gerakan pada aba-aba “siap” testi mengambil start berdiri

siap untuk lari. Pada aba-aba “ya” testi lari secepat mungkin menuju garis akhir.

 Lari bisa diulang apabila :

- Testi mencuri start

- Testi tidak melewati garis akhir - Testi terganggu oleh testi yang lain

e) Pengukuran waktu

Pengukuran waktu dilakukan dari saat bendera start diangkat, sampai testi melewati garis akhir.

f) Pencatat hasil

 hasil yang dicatat adalah waktu yang dicapai testi dalam

(53)

36

 waktu dicatat

- satu angka dibelakang koma (stopwatch manual) - dua angka dibelakang koma (stopwatch digital)

Gambar 4. Lari 50 Meter

2) Tes gantung angkat tubuh untuk laki-laki a) Tujuan

tes ini bertujuan untuk mengukur kekuatan dan daya tahan otot lengan dan otot bahu.

b) Alat dan fasilitas yang diperlukan

- palang tunggal yang dapat dinaikan dan diturunkan - sopwatch

- formulir penilaian dan alat tulis - nomor dada

(54)

37

c) Petugas (tester) - Pengukur waktu

- Penghitung gerakan merangkap pencatat hasil

d) Pelaksanaan

 Sikap permulaan

Peserta berdiri dibawah palang tunggal, dengan bantuan tolakan kedua kaki testi melakukan tolakan keatas dan memeganng palang tunggal. Cara pegangan telapak tangan menghadap kearah kepala testi.

 Gerakan

Dari sikap menggantung testi mengangkat badannya keatas, sambil menekuk kedua sikunya, sampai dagu testi berada diatas palang tunggal. Kemudian kembali keposisi semula, dan diusahakan sebanyak mungkin selama 60 detik.

 Angkatan dianggap gagal dan tidak dihitung apabila :

- pada waktu mengangkat badan, testi melakukan gerakan mengayun,

- pada waktu mengangkat badan, dagu tidak menyentuh palang tunggal,

- pada waktu kembali kesikap permulaan kedua tangan tidak lurus

e) Pencatatan hasil

(55)

38

- yang dicatat adalah jumlah angkatan yang dapat dilakukan dengan sikap sempurna tanpa istirahat selama 60 detik. - testi yang tidak mampu malakukan tes angkat tubuh ini,

hasilnya ditulis dengan angka 0 (nol).

Gambar 5. Gantung Angkat Tubuh

3) Baring duduk 60 detik a) Tujuan

Tes ini mempunyai tujuan untuk mengukur kekuatan dan daya tahan otot perut.

b) Alat dan fasilitas yang diperlukan

- lantai/lapangan rumput yang rata dan bersih, - stopwatch

- nomor dada

- formulir penilaian dan alat tulis

c) Pengetes/tester - Pengamat waktu

(56)

39

d) Pelaksanaan

 Sikap permulaan

Berbaring terlentang dilantai, kedua lutut ditekuk dengan sudut 90o, kedua tangan dan jari-jari berselang-seling, diletakkan dibelakang kepala, pasangannya memegang pergelangan kaki, agar tidak bergerak.  Gerakan

Pada aba-aba “ya”, testi bergerak mengambil sikap duduk sehingga kedua sikunya menyentuh kedua paha dan kembali kesikap permulaan, dilakukan berulang-ulang selama 60 detik.

 Pencatatan hasil

Hasil yang dihitung dan dicatat adalah jumlah gerakan baring duduk yang dilakukan dengan gerakan sempurna selam 60 detik.

(57)

40

4) Loncat tegak

a) Tujuan

Tes ini bertujuan untuk mengukur daya ledak otot.

b) Alat dan fasilitas yang diperlukan

- papan bersekala sentimeter warna gelap, berukuran 30 x 150 cm, dipasang pada dinding atau tiang, jarak anata lantai dengan angka 0 pada skala, yaitu : 150 cm;

- serbuk kapur; - alat penghapus; - nomor dada;

- formulir isian dan alat tulis;

c) petugas tes (tester)

Pengamat dan pencatat hasil.

d) Pelaksanan  Pelaksanaan

(58)

41

 Gerakan

Testi mengambil ancang-ancang dengan menekuk kedua kaki dan lengan diayun kebelakang, kemudian testi meloncat setinggi mungkin sambil menepuk papan skala sehingga meninggalkan bekas dan menunjuk suatu angka.

 Pencatatan hasil

- angka raihan loncatan dikurangi angka berdiri tegak; - ketiga selisih raihan dicatat

Gambar 7. Loncat Tegak

5) lari 1000 meter a) tujuan

Tes ini mempunyai tujuan untuk mengukur daya tahan jantung, paru dan peredaran darah.

(59)

42

- stopwatch; - bendera start; - peluit;

- tiang pancang; - nomor dada;

- formulir isian dan alat tulis;

c) petugas tes (tester) - juru keberangkatan; - pengukur waktu; - pencatat hasil; - pembantu umum;

d) pelaksanaan

 sikap permulaan

Testi berdiri dibelakang garis pemberangkatan.  Gerakan

Pada aba-aba “siap” testi mengambil sikap start berdiri dibelakang garis pemberangkatan, siap untuk lari. Pada

aba-aba “ya” testi lari secepat mungkin menuju garis akhir

setelah menempun jarak 1000 meter.

 Pencatatan hasil

(60)

43

Gambar 8. Lari 1000 Meter

Sedangkan untuk menentukan kategori baik tidaknya, tertera pada tabel kebugaran jasmani berikut :

a. Tabel nilai

Tabel 4

Nilai Tes Kebugaran Jasmani Indonesia Untuk Umur 13-15 Tahun Laki-Laki

(61)

44

b. Tabel Norma

Tabel 5

Norma Tes Kebugaran Jasmani Indonesia

No. Jumlah Nilai Klasifikasi

1 22-25 Baik Sekali (BS)

2. Multi Stage Fitness Test/Bleep Test

Cara yang tepat untuk mengetahui komponen daya tahan adalah dengan melalui tes. Salah satu bentuk tes lapangan yang digunakan untuk mengetahui VO2 max adalah bleep test. Bentuk bleep tes ini mempunyai beberapa kelebihan diantaranya data VO2 max lebih akurat dibandingkan bentuk tes lapangan lainnya dan dapat dilakukan secara massal.

a. Petunjuk umum pelaksanaan bleep tes

Pada awalnya tes “bleep” sangat lambat dan akan semakin cepat secara

(62)

45

atau kondisi tubuh kurang sehat) sebaiknya konsultasi terlebih dahulu pada testor (penguji) ataupun kepada petugas kesehatan.

b. Alat dan Fasilitas

1) Lapangan yang tidak licin sepanjang 22 meter atau lebih 2) Sound system

3) Pita kaset

4) Meteran untuk membuat lintasan 5) Stopwatch

6) Kerucut sebagai tanda pembatas jarak 7) Alat tulis dan formulir bleep test.

c. Persiapan tes

1) Panjang lintasan yang standar/baku adalah 20 meter dengan lebar tiap lintasan antara 1 sampai dengan 1,5 meter.

2) Lakukan pemanasan dengan peregangan dan menggerakan anggota tubuh, terutama tungkai.

3) Jangan makan 2 jam sebelum tes. 4) Gunakan pakaian olahraga.

5) Hindari merokok/alcohol sebelum melakukan tes. 6) Jangan melakukan tes sesudah latihan berat.

d. Pelaksanaan Tes

1) Cek bahwa bunyi dua “bleep” yang menjadi standar untuk

(63)

46

kaset telah meregang/mulur atau menyusut maka pembuatan lapangan mengacu pada table 3.3.

2) Testi harus berlari dan menyentuhkan/menginjakan salah satu kaki pada garis akhir dan berputar untuk kembali berlari setelah bunyi bleep terdengar (tunggu sampai bunyi bleep terdengar).

3) Lari bolak-balik terdiri dari beberapa tingkatan. Setiap tingkatan terdiri dari beberapa balikan. Setiap tingkatan ditandai dengan bunyi “bleep” sebanyak tiga kali, sedangkan setiap balikan ditandai

dengan bunyi bleep.

4) Testi dianggap tidak mampu apabila dua kali berturut-turut tidak dapat menyentuh/menginjakan kakinya pada garis.

5) Lakukanlah dengan sungguh-sungguh.

6) Untuk mempermudah memantau testi, gunakan format terlampir. 7) Lakukan penenangan (cooling down) setelah selesai tes.

Tabel 6. Norma Tingkat Cardiovascular (VO2 Max) Untuk Putra Dan Putri

Kategori VO2Max (ml/kg/min)

<30 31 – 39 40 – 49 Sangat Kurang <25.0 <25.0 <25.0 Kurang 25.0 – 33.7 25.0 – 30.1 25.0 – 26.4 Sedang 33.8 – 42.5 30.2 – 39.1 26.5 – 35.4 Baik 42.6 – 51.5 39.2 – 48.0 35.5 – 45.0

Baik Sekali 51.6 + 48.1 + 45.1 +

(64)

47

I. Teknik Analisis Data

1. Uji Prasyarat

a. Uji Normalitas

Penelitian ini menggunakan uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). dibantu menggunakan program SPSS 19.0 for

windows. Uji ini dapat dilihat dengan membandingkan Z hitung

dengan Z tabel dengan kreteria sebagai berikut:

1) Jika Z hitung (Kolmogorov Smirnov) < Z tabel , atau angka signifikan > taraf signifikansi (α) 0,05; maka distribusi data

dikatakan normal.

2) Jika Z hitung (Kolmogorov Smirnov) > Z tabel , atau angka signifikansi < taraf signifikansi (α) 0,05 distribusi data dikatakan

tidak normal.

2. Uji Hipotesis

a. Uji t (paired sample t-test)

(65)

48

1) Menentukan tingkat signifikan

Pengujian menggunakan uji 2 sisi dengan tingkat kepercayaan 95% atau tingkat signifikan 5%.

2) Kriteria pengujian

a) Ho diterima jika –t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel

b) Ho ditolak jika – t hitung < - t tabel atau t hitung > t tabel c) Ho diterima jika P value > 0,005

(66)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa : 1. Latihan interval training memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

terhadap tingkat kebugaran jasmani pada siswa kelas IX SMP Negeri 3 Negeri Katon Pesawaran .

2. Latihan interval training memberikan pengaruh yang signifikan terhadap terhadap tingkat VO2 max pada siswa kelas IX SMP Negeri 3 Negeri Katon Pesawaran.

B. Saran

1. Kepada para dan guru pendidikan jasmani dan pelatih diharapkan mencoba memberikan bentuk latihan interval training untuk meningkatkan hasil kebugaran jasmani dan VO2 max siswa di sekolah.

(67)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta : Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2013. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

Elis Nur, S (jurnal). 2013. Pengaruh Penerapan Sistem Latihan Fartlek Dan Sistem Latihan Interval Terhadap Daya Tahan Cardiovascular. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Hairy, Junusul. Dasar-Dasar Kesehatan Olahraga. Jakarta; Departemen Pendidikan Nasional.

Harsono, 1988.Coaching dan Aspek- Aspek Psikologi dalam Coaching, CV. Tombak Kesuma. Bandung.

Hermawan, Rahmat. 2010. Ilmu Faal Dasar (fisiologi). Lampung.

Hermawan, Rahmat. 2012. Efektifitas Kepemimpinan Lembaga Swadaya Masyarakat Dalam Pembinaan Olahraga Prestasi (Disertasi). Universitas Indonesia

Indrayana, Boy (jurnal). 2006. Perbedaan Pengaruh Latihan Interval Training Dan Fartlek Terhadap Daya Tahan Kardiovaskular Pada Atlet Junior Putra Taekwondo Wild Club Medan 2006/2007. Jambi : Universitas Jambi.

Mardiana, Ade., Purwadi, dan Indra Satya, Wira. 2008. Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Jakarta : Penerbit Universitas terbuka.

Muhajir. 2007.Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan. Bandung: Erlangga.

Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan (2014). Jakarta : Kementrian pendidikan dan kebudayaan repunlik Indonesia.

(68)

65

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatisf, Dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Tim Bina Karya Guru. 2003. Pendidikan jasmani dan dan Kesehatan. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Universitas Lampung. 2007. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung. Wiarto, Giri. 2013. Fisiologi dan Olahraga. Yogyakarta : Graham Ilmu.

Widaninggar W dkk. 2003. Ketahuilah tingkat kesegaran jasmani anda. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani. _______________. 1993.Penuntun Test Kesegaran jasmani . Penerbit : Refika

Aditama.

Gambar

Gambar
Tabel 1. Interval Training Lambat Dengan Jarak Lebih Jauh
Table  3. Program Latihan Interval Training
Gambar 1. Latihan Daya Tahan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Latihan daya tahan atau disebut juga Cardio Respiratory Training dapat meningkatkan suplay oksigen pada otot-otot yang memberikan kemampuan kepada atlet untuk

Perbedaan Pengaruh Latihan Speed Play dengan Latihan Interval Training Terhadap Peningkatan VO 2 Max dan Hasil Renang 100 Meter Gaya Bebas pada Atlet Putra Usia

penelitian mengenai “ Perbedaan pengaruh Circuit Training dengan Senam Kesegaran Jasmani 2004 terhadap peningkatan Kebugaran Jasmani pada siswa Putra Kelas X SMA

Penelitian ini diharapkan : (1.) Dapat menunjukan bukti-bukti ilmiah tentang pengaruh latihan circuit training terhadap peningkatan kebugaran jasmani anak sekolah dasar (2.)

Terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok latihan Interval Training dengan Running Circuit sehingga dapat disimpulan hasil Terdapat perbedaan yang signifikan antara

Latihan interval intensitas tingkat tinggi secara teratur selama 4 minggu dapat meningkatkan nilai VO2 max pada mahasiswa tingkat I Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Hasil dari distribusi data normal, maka untuk mengetahui perbedaan nilai VO 2 Max antara circuit training dan interval training menggunakan uji Independent Sampel

Berkaitan dengan latar belakang tersebut diatas maka dalam penelitian ini yang rumusan masalahnya adalah apakah ada pengaruh latihan Circuit Training terhadap peningkatan VO2 Max