• Tidak ada hasil yang ditemukan

FUNGSI WEWENANG DAN PENGANGKATAN MAHKAMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FUNGSI WEWENANG DAN PENGANGKATAN MAHKAMA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS MATA KULIAH HUKUM TENTANG

LEMBAGA NEGARA

Fungsi, wewenang dan Pengangkatan Ketua,

Wakil Ketua, Ketua Muda, dan Hakim Anggota

Mahkamah Agung

DOSEN: H. HERNADI AFFANDI, S.H., LL.M

NAMA : DINDA BIANCA PUTRI

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

“Ubi societas ibi ius” dalam bahasa Indonesia “Dimana ada masyarakat disitu ada hukum” merupakan perkataan dari Marcus Tullius Cicero seorang

filsuf,ahli hukum, dan ahli politik Roma.

Teori ini menyatakan bahwa hukum tidak dapat dipisahkan dari masyarakat.

Terwujudnya masyarakat yang damai dan tentram dapat tercapai jika suatu

tatanan hukum tekah berfungsi dengan baik. Untuk menjalankan sebuah

hukum, tentunya diperlukan pemerintahan, di dama didalam nya terdapat

lembaga-lembaga Negara yang menjalankan fungsi dan tugasnya sesuai

dengan bidang nya masing-masing, setiap lembaga Negara pun memiliki andil

nya masing-masing, dan terikat satu sama lain, bersinergi demi mewujudkan

masyarakat yang adil dan tentram demi mencapai tujuan atau cita-cita dari

Negara tersebut.

Mahkamah Agung ialah salah satu Lembaga Negara yang termasuk dalam

kekuasaan kehakiman. Di dalam praktiknya, Mahkamah Agung membawahi

beberapa badan peradilan, diantaranya peradilan agama, peradilan umum,

peradilan militer, serta peradilan Tata Usaha Negara.

Dijelaskan di dalam pasal 24 UUD:

(1) Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk

menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.

(2) Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan

(3)

lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan

peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.

(3) Badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan

kehakiman diatur dalam undang-undang.

Mahkamah Agung pun memiliki struktur organisasi sebagaimana dimiliki oleh

Lembaga Negara lain, oleh karena itu Penulis ingin mengkaji hal tersebut.

1.2 Identifikasi masalah:

Mengacu pada belakang di atas, ditemukan beberapa hal yang menjadi

identifikasi masalah dalam pembahasan makalah ini, yakni

1. Bagaimana struktur dari Mahkamah Agung?

2. Apa saja fungsi tugas dan wewenang dari anggota mahkamah agung?

3. Bagaimana sistem pemilihan serta pengangkatan hakim agung?

1.3 Tujuan

1. Tujuan Umum: Untuk memenuhi nilai tugas Mata Kuliah Hukum

Tentang Lembaga Negara

2. Tujuan Khusus: agar makalah ini dapat membantu berbagai pihak yang

(4)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Mahkamah Agung

Mahkamah Agung Republik Indonesia (disingkat MA RI atau MA) adalah

lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang

merupakan pemegang kekuasaan kehakiman bersama-sama dengan

Mahkamah Konstitusi dan bebas dari pengaruh cabang-cabang kekuasaan

lainnya. Mahkamah Agung membawahi badan peradilan dalam lingkungan

peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer,

lingkungan peradilan tata usaha negara.1

Sedangkan menurut UU Republik Indonesia no. 14 tahun 1985 tentang

Mahkamah Agung, dalam pasal 1 disebutkan bahwa Mahkamah Agung ialah

Lembaga Tinggi Negara sebagaimana dimaksudkan dalam Ketetapan Majelis

Permusyawaratan Rakyat republic Indonesia Nomor: III/MPR/1978. Pasal 2:

Mahkamah Agung adalah pengadilan Negara Tertinggi dari semua Lingkungan

Peradilan, yang dalam melaksanakan tuganya terlepas dari pengarus

pemerintah dan pengaruh-pengaruh lain.

Berdasarkan rumusan dalam pasal 24 (2) UUD 1945, kekuasaan kehakiman

menganut sistem bifurkasi (bifurcation system), di mana kekuasaan

kehakiman terbagi atas dua , yakni peradilan biasa yang berpuncak pada

Mahkamah Agung dan cabang peradilan konstitusi yang mempunyai

wewenang untuk melakukan constitutional review atas produk

perundangundangan yang dijalaankan oleh Mahkamah Konstitusi 2.

1

http://id.wikipedia.org/wiki/Mahkamah_Agung_Republik_Indonesia

2

(5)

Menurut Teori Trias Politica Montesquieu, kekuasaan peradilan/kehakiman

merupakan satu cabang kekuasaan dalam Negara yang berdiri terpisah dari

kekuasaan yang lain. Maksudnya, kekuasaan peradilan/kehakiman dalam

menjalankan tugasnya bebas dari campur tangan serta pengaruh kekuasaan

yang lain, termasuk pemerintah sebagai pemegang kekuasaan eksekutif3.

Untuk menjalankan fungsi nya sebagai Lembaga Mahkamah Agung,

Mahkamah Agung sebagai mana disebutkan dalam pasal 6 UU tentang

Mahkamah Agung, terdiri atas Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda, dan Hakim

Anggota Mahkamah Agung yang merupakan pejabat negara yang

melaksanakan tugas Kekuasaan Kehakiman. Serta syarat, dan tata cara

pengangkatan dan pemberhentiannya ditetapkan dalam Undang-undang.

2.2 Fungsi dari Mahkamah Agung

1. FUNGSI PERADILAN

a.Sebagai Pengadilan Negara Tertinggi, Mahkamah Agung merupakan

pengadilan kasasi yang bertugas membina keseragaman dalam penerapan

hukum melalui putusan kasasi dan peninjauan kembali menjaga agar semua

hukum dan undang-undang diseluruh wilayah negara RI diterapkan secara

adil, tepat dan benar.

b.Disamping tugasnya sebagai Pengadilan Kasasi, Mahkamah Agung

berwenang memeriksa dan memutuskan pada tingkat pertama dan terakhir

1. semua sengketa tentang kewenangan mengadili.

2. permohonan peninjauan kembali putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap (Pasal 28, 29,30,33 dan 34

Undang-undang Mahkamah Agung No. 14 Tahun 1985)

3

(6)

3. semua sengketa yang timbul karena perampasan kapal asing dan

muatannya oleh kapal perang Republik Indonesia berdasarkan

peraturan yang berlaku (Pasal 33 dan Pasal 78 Undang-undang

Mahkamah Agung No 14 Tahun 1985)

c.Erat kaitannya dengan fungsi peradilan ialah hak uji materiil, yaitu

wewenang menguji/menilai secara materiil peraturan perundangan dibawah

Undang-undang tentang hal apakah suatu peraturan ditinjau dari isinya

(materinya) bertentangan dengan peraturan dari tingkat yang lebih tinggi

(Pasal 31 Undang-undang Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun 1985).

2. FUNGSI PENGAWASAN

a.Mahkamah Agung melakukan pengawasan tertinggi terhadap jalannya

peradilan di semua lingkungan peradilan dengan tujuan agar peradilan yang

dilakukan Pengadilan-pengadilan diselenggarakan dengan seksama dan wajar

dengan berpedoman pada azas peradilan yang sederhana, cepat dan biaya

ringan, tanpa mengurangi kebebasan Hakim dalam memeriksa dan

memutuskan perkara (Pasal 4 dan Pasal 10 Undang-undang Ketentuan Pokok

Kekuasaan Nomor 14 Tahun 1970).

b.Mahkamah Agunbg juga melakukan pengawasan :

1. terhadap pekerjaan Pengadilan dan tingkah laku para Hakim dan

perbuatan Pejabat Pengadilan dalam menjalankan tugas yang berkaitan

dengan pelaksanaan tugas pokok Kekuasaan Kehakiman, yakni dalam

hal menerima, memeriksa, mengadili, dan menyelesaikan setiap perkara

yang diajukan kepadanya, dan meminta keterangan tentang hal-hal

yang bersangkutan dengan teknis peradilan serta memberi peringatan,

teguran dan petunjuk yang diperlukan tanpa mengurangi kebebasan

Hakim (Pasal 32 Undang-undang Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun

(7)

2. Terhadap Penasehat Hukum dan Notaris sepanjang yang menyangkut

peradilan (Pasal 36 Undang-undang Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun

1985).

3. FUNGSI MENGATUR

a.Mahkamah Agung dapat mengatur lebih lanjut hal-hal yang diperlukan bagi

kelancaran penyelenggaraan peradilan apabila terdapat hal-hal yang belum

cukup diatur dalam Undang-undang tentang Mahkamah Agung sebagai

pelengkap untuk mengisi kekurangan atau kekosongan hukum yang

diperlukan bagi kelancaran penyelenggaraan peradilan (Pasal 27

Undang-undang No.14 Tahun 1970, Pasal 79 Undang-Undang-undang No.14 Tahun 1985).

b.Mahkamah Agung dapat membuat peraturan acara sendiri bilamana

dianggap perlu untuk mencukupi hukum acara yang sudah diatur

Undang-undang.

4. FUNGSI NASEHAT

a.Mahkamah Agung memberikan nasihat-nasihat atau

pertimbangan-pertimbangan dalam bidang hukum kepada Lembaga Tinggi Negara lain (Pasal

37 Undang-undang Mahkamah Agung No.14 Tahun 1985). Mahkamah Agung

memberikan nasihat kepada Presiden selaku Kepala Negara dalam rangka

pemberian atau penolakan grasi (Pasal 35 Undang-undang Mahkamah Agung

No.14 Tahun 1985). Selanjutnya Perubahan Pertama Undang-undang Dasar

Negara RI Tahun 1945 Pasal 14 Ayat (1), Mahkamah Agung diberikan

kewenangan untuk memberikan pertimbangan kepada Presiden selaku Kepala

Negara selain grasi juga rehabilitasi. Namun demikian, dalam memberikan

pertimbangan hukum mengenai rehabilitasi sampai saat ini belum ada

peraturan perundang-undangan yang mengatur pelaksanaannya.

b.Mahkamah Agung berwenang meminta keterangan dari dan memberi

(8)

pelaksanaan ketentuan Pasal 25 Undang-undang No.14 Tahun 1970 tentang

Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman. (Pasal 38 Undang-undang

No.14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung).

5. FUNGSI ADMINISTRATIF

a.Badan-badan Peradilan (Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan

Militer dan Peradilan Tata Usaha Negara) sebagaimana dimaksud Pasal 10

Ayat (1) Undang-undang No.14 Tahun 1970 secara organisatoris,

administrative dan finansial sampai saat ini masih berada dibawah

Departemen yang bersangkutan, walaupun menurut Pasal 11 (1)

Undang-undang Nomor 35 Tahun 1999 sudah dialihkan dibawah kekuasaan

Mahkamah Agung.

b.Mahkamah Agung berwenang mengatur tugas serta tanggung jawab,

susunan organisasi dan tata kerja Kepaniteraan Pengadilan (Undang-undang

No. 35 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-undang No.14 Tahun

1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman).

6. FUNGSI LAIN-LAIN

Selain tugas pokok untuk menerima, memeriksa dan mengadili serta

menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya, berdasar Pasal 2 ayat

(2) Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 serta Pasal 38 Undang-undang

Nomor 14 Tahun 1985, Mahkamah Agung dapat diserahi tugas dan

kewenangan lain berdasarkan Undang-undang.4

4

(9)

Adapun wewenang dari Mahkamah Agung, yakni:

1. Mahkamah Agung memutus permohonan kasasi terhadap putusan

pengadilan tingkat banding atau tingkat terakhir dari semua lingkungan

peradilan

2. Mahkamah Agung menguji peraturan secara materiil terhadap peraturan

perundang-undangan dibawah Undang-undang

3. Melakukan pengawasan tertinggi terhadap penyelenggaraan peradilan di

semua lingkungan peradilan dalam penyelenggaraan kekuasaan

kehakiman

2.3 Pengangkatan Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda, dan Hakim Anggota

Mahkamah Agung

Mahkamah Agung yang berkedudukan di Ibu Kota Republik Indonesia atau

dotempat lain yang ditetapkan oleh presiden terdiri atas seorang ketua,

seorang wakil ketua, beberapa orang ketua muda dan beberapa hakim

anggota.5

Sebagaimana diatur dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor:14

Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung

Pasal 7

(1) Untuk dapat diangkat menjadi Hakim Agung seorang calon harus

memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

a. warganegara Indonesia;

5

(10)

b. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

c. setia kepada Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa, dasar negara, dan

ideologi nasional, kepada Proklamasi 17 Agustus 1945, Undang-Undang Dasar

1945 serta kepada revolusi kemerdekaan bangsa Indonesia untuk mengemban

amanat penderitaan rakyat;

d. bukan bekas anggota organisasi terlarang Partai Komunis Indonesia,

termasuk organisasi massanya atau bukan seseorang yang terlibat langsung

ataupun tak langsung dalam "Gerakan Kontra Revolusi G.30.S/PKI" atau

organisasi terlarang lainnya;

e. berijazah sarjana hukum atau sarjana lain dan mempunyai keahlian di

bidang hukum;

f. berumur serendah-rendahnya 50 (lima puluh) tahun;

g. berpengalaman sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun sebagai Ketua

Pengadilan Tingkat Banding atau 10 (sepuluh) tahun sebagai Hakim Tingkat

Banding;

h. berwibawa, jujur, adil, dan berkelakuan tidak tercela.

(2) Dalam hal-hal tertentu dapat dibuka kemungkinan untuk mengangkat

Hakim Agung yang tidak didasarkan atas sistem karier dengan syarat bahwa

yang bersangkutan berpengalaman sekurang-kurangnya 15 (lima belas) tahun

di bidang hukum.

Pasal 8

(1) Hakim Agung diangkat oleh Presiden selaku Kepala Negara dari daftar

(11)

(2) Daftar nama calon sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1) diajukan oleh

Dewan Perwakilan Rakyat kepada Presiden selaku Kepala Negara setelah

Dewan Perwakilan Rakyat mendengar pendapat Mahkamah Agung dan

Pemerintah.

(3) Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah Agung diangkat oleh Presiden selaku

Kepala Negara di antara Hakim Agung yang diusulkan oleh Dewan Perwakilan

rakyat.

(4) Ketua Muda Mahkamah Agung diangkat oleh Presiden selaku Kepala

Negara diantara Hakim Agung yang diusulkan oleh Ketua Mahkamah Agung.

(5) Untuk mengisi lowongan jabatan Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda, dan

Hakim Anggota Mahkamah Agung, diusulkan masing-masing 2 (dua) orang

calon.

Pasal 9

(1) Sebelum memangku jabatannya Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda, dan

Hakim Anggota Mahkamah Agung wajib mengucapkan sumpah atau janji

menurut Agama atau Kepercayaannya yang berbunyi sebagai berikut :

"Saya bersumpah/berjanji dengan sungguh-sungguh bahwa saya, untuk

memperoleh jabatan saya ini, langsung atau tidak langsung, dengan

menggunakan nama atau cara apapun juga, tiada memberikan atau

menjanjikan barang sesuatu kepada siapapun juga".

"Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, untuk melakukan atau tidak

melakukan sesuatu dalam jabatan ini, tiada sekali-kali akan menerima

langsung atau tidak langsung dari siapa pun juga suatu janji atau pemberian".

"Saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan setia kepada dan akan

(12)

negara, Undang-Undang Dasar 1945, dan segala Undang-undang serta

peraturan-peraturan lain yang berlaku bagi negara Republik Indonesia".

"Saya bersumpah/berjanji bahwa saya senantiasa akan menjalankan jabatan

saya ini dengan jujur, seksama dan dengan tidak membeda-bedakan orang

dan akan berlaku dalam melaksanakan kewajiban saya sebaik-baiknya dan

seadil-adilnya seperti layaknya bagi seorang Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda,

Hakim Anggota Mahkamah Agung. yang berbudi baik dan jujur dalam

menegakkan hukum dan keadilan".

(2) Ketua, Wakil Ketua, dan Ketua Muda Mahkamah Agung mengucapkan

sumpah atau janji dihadapan Presiden selaku Kepala Negara.

(3) Hakim Anggota Mahkamah Agung diambil sumpah atau janjinya oleh Ketua

(13)

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Mahkamah Agung Republik Indonesia (disingkat MA RI atau MA) adalah

lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang

merupakan pemegang kekuasaan kehakiman bersama-sama dengan

Mahkamah Konstitusi dan bebas dari pengaruh cabang-cabang kekuasaan

lainnya. Mahkamah Agung membawahi badan peradilan dalam lingkungan

peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer,

lingkungan peradilan tata usaha Negara

Adapun fungsi dari Mahkamah Agung itu sendiri, diantaranya fungsi

peradilan, fungsi pengawasan, fungsi mengatur, fungsi nasehat dan fungsi

administrative. Serta syarat dan tata cara untuk menjadi Ketua, Wakil Ketua,

Ketua Muda, dan Hakim Anggota Mahkamah Agung telah diatur dalam pasal

7-9 UU no. 14 tahun 1985 tentang Mahkamah Agung.

3.2 Saran

Penulis menyarankan kepada seluruh pihak agar, mulai memahami mengenai

fungsi dari setiap lembaga Negara, hal ini merupakan hal yang penting karena,

dengan memahami paling tidak mengenai fungsi dari setiap lembaga Negara,

masyarakat menjadi mengerti dan memahami fungsi dari lembaga Negara,

terutama MA, sehingga kemungkinan terjadi kesimpangsiuran/ salah

penafsiran dari fungsi masing-maisng lembaga Negara menjadi lebih sedikit.

Sehingga, nilai demokrasi yang dianut oleh Negara Indonesia, dimana

pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat dapat terwujud

Referensi

Dokumen terkait

Pancasila sebagai Pandangan Hidup bangsa atau Way of Life mengandung makna bahwa semua aktifitas kehidupan bangsa Indonesia sehari-hari harus sesuai dengan sila-sila

Nilai Lc (28,78 mm) lebih kecil dari pada nilai Lm (38,7 mm) menunjukkan udang yang banyak tertangkap belum mengalami matang gonad, dimana hal ini juga sejalan dengan hasil

(Mahmud et al., 2005) Penelitian ini bertujuan untuk membuat blok rem komposit menggunakan arang tempurung kelapa sebagai material subtitusi grafit pada blok

Jelas disini hukum uruf diambil bagi melaksanakan zakat emas perhiasan yang mana ia dikategorikan sebagai permasalahan terbaru dalam kalangan masyarakat Islam. URUF DARI

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 460/964/SJ tanggal 23 Februari 2015, perlu menetapkan Keputusan Bupati Bantul tentang

PROGRAM STUDI D-III AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.. MEDAN

Uji LSR pengaruh metode blansing dan suhu pengeringan serta interaksi metode blansing dan suhu pengeringan terhadap kadar air tepung ubi jalar ungu.. Uji LSR pengaruh

Kepada para Peserta Lelang termaksud diberi kesempatan untuk mengajukan sanggahan tertulis terhadap peloksanaon prosedur pelelangan paling lambat 5 (lima) hari kerja